Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Kajian Pendekatan Kontekstual Dalam Bahan Ajar
Elektrokimia Untuk Smk Teknik Mesin
Wiwik Widodo', Subandi?, Munzil*
Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5, Malang, Jawa Timur
E-mail: wiwik_khamid@yahoo.co.id
Abstrak :Keterbatasan bahan ajar kimia di SMK, penyajian contoh yang kurang
kontekstual dan belum adanya keterkaiten antara materi kimia dengan materi
program keahlian Teknik Mesin menyebabkan rendahnya minat belajar siswa.
Tujuan penulisan makelah ini untuk mengkaji penggunaan pendekatan kontekstual,
alam pengembangan pembelajaran kimia. Pendekaten kontekstual merupakan
proses pembelajaran yang membantu siswa mempresentasikan konsep pembelajaran
{dengan Konteks schari-hari, schingga siswa dapat memecablean permasalahan dalam
kebidupannya, lekirokimia merupakan salah satu materi yang memiliki relevansi
{dengan mata pelajaran program keahlian, sehingga dapat digunakan schagai dasar
pendukung. Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan kontekstual,
ferintegrasi dan relevan dengan materi kejuruan diharapkan dapat meningkatkan
ketertaikan dan minat siswa dalam pembelajaran kimia,
Kata kunci : Pendckatan kontekstusl, bahan ajar, clektrokimia|
Pembelajaran sains termasuk kimia, dalam konteks global, telah melakukan berbagai
reformasi untuk memenuhi tuntutan zaman selama kurun waktu 40 tahun (Rahayu, 2012),
Namun kenyataannya pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
kimia tidak banyak berubah dari tahun ke tahun, Kegiatan pembelajaran masih bersifat
konvensional, yang memiliki kecenderungan berpusat pada guru dan siswa masih bersifat
pasif. Fenomena tersebut masih banyak terjadi dalam proses pembelajaran kimia di tingkat
SMK, terutama SMK Teknik Mesin.
‘Umumnya para guru SMK memberikan materi kimia hanya dalam bentuk konsep
dasar ilmu kimia secara teoritis saja. Konsep dasar ilmu kimia tersebut diberikan secara
terpisah tanpa menghubungkan langsung dengan materi bidang keablian, sehingga siswa
beranggapan bahwa mata pelajaran kimia tersebut berdiri sendiri tanpa adanya keterkaiatan
Jangsung dengan mata pelajaran yang lain khususnya materi pelajaran bidang keahlian. Selain
itu, materi pembelajaran yang disampaikan belum dikaitkan langsung dengan kehidupan
nyata (kontekstual), sehingga semakin membentuk anggapan siswa bahwa pelajaran kimia
kurang menarik dan tidaklah penting.
Kimia dalam struktur kurikulum 2013 SMK bidang keahlian teknologi dan rekayasa
merupakan bagian dari mata pelajaran kelompok peminatan dasar bidang keablian, Kimia
merupakan mata pelajaran subtansi pengikat untuk dasar bidang kejuruan SMK/MAK
kelompok Teknologi dan Rekayasa (Permendikbud, 2013), Tujuan dari mata pelajaran kimia
yang diberikan di SMK adalah agar siswa dapat menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan dan menggunakan pengetahuan dasar kimia dalam kehidupan schari-hari serta
memiliki kemampuan dasar sebagai landasan dalam mengembangkan kompetensi di masing-
masing bidang keahlian.
3Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Salah satu materi kimia yang diberikan di SMK_ kelompok teknologi dan rekayasa
program keahlian teknik mesin adalah materi elektrokimia, Materi elektrokimia mencakup
beberapa sub materi, diantaranya sel volta, korosi dan sel elektrolisis. Beberapa sub materi
yang terdapat dalam materi elektrokimia memiliki relevansi dengan mata pelajaran dasar
program keahlian yaitu mekanika teknologi dan mata pelajaran paket keahlian yaitu
pemeliharaan mekanik mesin. Mata pelajaran mekanika teknologi memiliki beberapa bahasan
salah satunya materi electroplating dan dalam mata pelajaran pemelikaraan mekanik mesin
terdapat materi pencegahan korosi, Kedua materi tersebut membutuhkan materi elektrokimia
sebagai dasar pendukung materi yang terdapat dalam bidang keablian.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan materi elektrokimia,
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap materi elektrokimia merupakan
materi yang sulit untuk dipelajari. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami_ sel
elektrokimia dan sel elektrolisis (Lin, dkk, 2002). Penelitian Sanger & Greenbowe (2000)
menyatakan siswa mengalami miskonsepsi tentang mekanisme aliran listrik yang terjadi
dalam larutan elektrolit dan jembatan garam, Sebagian besar siswa sekolah menengah di
Australia mengalami miskonsepsi terhadap materi yang terkait dengan materi redoks, sel
elektrokimia dan sel elektrolisis serta tentang aliran listrik dalam larutan elektrolit serta
Jembatan garam (Garnet & Treagust, 1992).
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya kesalahan konsep
yaitu dengan pemilihan strategi dalam menyajikan materi tersebut. Penyajian materi
pembelajaran yang tidak dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata (kontekstual) semakin
membentuk anggapan siswa bahwa pelajaran kimia di SMK tidaklah penting. Pembelajaran
yang bersifat Kontekstual akan dapat mengubah pandangan dan pola pikir siswa terhadap
Jingkungan serta menjawab rasa ingin tahu siswa tentang fenomena yang ditemui setiap hari
Siswa dapat menggunakan konsep dasar dan pengetahuan yang telah diterima dari kegiatan
belajamya untuk menyelesaiakan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata, hal itulah
yang akan menyebabkan proses kegiatan belajar siswa menjadi lebih meaningfull
(bermakna).
Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan
motivasi belajar siswa serta dapat membangun pengetahuan baru siswa dalam membangun
pengetahuan baru melalui kegiatan analisis dan sintesis dalam pembelajaran dibandingkan
dengan pembelajaran pada kelas biasa (Johnson, 2001; Smith, 2010; Curry dkk, 2012).
Selain anggapan siswa mengenai pelajaran kimia yang kurang menarik dan tidak
penting, faktor lain yang juga mempengaruhi berkurangnya minat siswa SMK tethadap
pembelajaran kimia yaitu keterbatasan bahan ajar kimia yang dapat memenuhi tuntutan
ketercapaian kompetensi yang diinginkan, Sebagian besar bahan ajar kimia yang dipakai i
SMK saat ini, materinya belum menunjukkan adanya keterkaitan antara materi kimia dengan
materi program keahlian, Bahan ajar yang digunakan belum memiliki relevansi dengan
‘materi-materi lain yang dipelajari khususnya materi yang berhubungan dengan program
keahlian, Kebanyakan materi ajar yang disampaikan hanya berbentuk konsep-konsep dasar
ilmu kimia secara teoritis dan bersifat informatif saja, sehingga siswa belum mendapatkan
pemahaman secara kontekstual dari apa yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, adanya
bahan ajar kimia yang relevan di SMK sangat dibutuhkan untuk mendukung proses
pembelajaran, Keberadaan bahan ajar tersebut akan sangat membantu siswa dalam proses
pembelajaran secara manditi baik di dalam kelas maupun di luar kelas, schingga proses
naPros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
pembelajaran menjadi lebih baik, Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam artikel ini
permasalahan yang akan dibahas adalah: 1) apa itu pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran; dan 2) bagaimana implementasi pendckatan kontekstual dalam bahan ajar
elektrokimia yang relevan dan terintegrasi dengan pelajaran dasar program keahlian
(kejuruan) yang terdapat dalam program keablian teknik mesin
BAHASAN UTAMA
Pendekatan Kontektual dalam Pembelajaran
Diantara jenis-jenis pembelajaran yang berfilosofikan konstruktifistik salah satunya
adalah pembelajaran kontekstual, Pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran
yang membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks
Jingkungan pribadi, sosial, dan budaya (Johnson, 2002). Jadi konsepsi pembelajaran
kontckstual adalah mempresentasikan konsep materi pembelajaran yang telah dimiliki siswa
‘untuk dapat diaplikasikan dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari
Perpaduan antara materi pelajaran dengan kehidupan di sckitar siswa akan
memberikan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dan memungkinkan siswa untuk
menguatkan, memperiuas dan menerapkan pengetahuannya baik di dalam maupun di Ivar
sekolah. Siswa akan diajak untuk dapat memanfaatkan pengetahuan dan kemampuannya
dalam memecahkan permasalahan yang kompleks dalam kehidupannya, Hal ini menjadikan
pembelajaran kontekstual lebih bermakna. Konsep ini menjelaskan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan pembentukan konsep atau pengetahuan oleh siswa bukan suatu kegiatan
yang hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, Pembentukan konsep siswa
terjadi hanya jika siswa memproses informasi sedemikian rupa schingga dapat dipahami
dalam perspektifnya, baik dalam bentuk ingatan, pengalaman, dan respon (Cord, 1991),
Pembelajaran sains berbasis kontekstual jauh dari metode yang berorientasi drill dan
stimulus-respon serta menyediakan unsur-unsur pengalaman belajar yang telah dibuktikan
dapat memotivasi belajar, meningkatkan rasa ingin tahu dan rasa percaya diri siswa (Prayitno,
2006; Nurhadi & Senduk, 2009).
Pendekatan Kontekstual memiliki lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran, yaitu: (1) pembelajaran kontekstual merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge) artinya apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari sehingga pengetahuan yang akan diperoleh
merupakan pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain; (2) belajar
dalam rangka memperolch dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge) yaitu
pengetahuan baru diperoleh dengan cara mempelajari keseluruhan kemudian memerhatikan
detailnya; (3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini; (4) Mempraktekkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan
pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga
tampak perubahan prilaku siswa; dan (5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik terhadap proses
perbaikan dan penyempurnaan strategi (Sanjaya, 2006).
nsPros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pengembangan Bahan Ajar
Sebagaimana telah diuraiakan pada sub bab sebelumnya bahwa, pendekatan
kontekstual membentuk siswa untuk dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan
mengaplikasikan Konsep yang telah dimiliki oleh siswa, Proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kontekstual dimulai dati fenomena atau permasalahan yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran ini biasanya terjadi pada kegiatan
pembelajaran di SMK, dimana siswa dapat menemukan permasalahan dalam kegiatan
prakteknya
Salah satu materi dalam mata pelajaran kimia di SMK adalah elektrokimia, Materi ini
‘merupakan materi yang sanget penting untuk dibelajarkan kepada siswa SMK karena di
dalam materi tersebut terkandung pengetahuan yang kontekstual. Materi elektrokimia terdiri
dari sel Volta, korosi dan sel elektrolisis. Materi tersebut memberikan konsep kimia yang
dapat dipakai sebagai pendukung dalam pembelajaran dasar program keablian (produktif)
khususnya pengetahuan tentang perlakuan logam. Logam merupakan salah satu benda kerja
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran produktif di SMK Teknik Mesin, Sifat logam
yang mudah berkarat- menuntut siswa untuk memiliki pengetehuan dalam upaya
pencegahannya, Konsep pencegahan perkaratan pada besi diberikan dalam materi
elektrokimia, sehingga siswa dapat mengaplikasikan konsep tersebut untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan di kehidupan schari-hari, Oleh karena itu, konsep elektrokimia
sangat sesuai dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Dalam implementasinya, pendekatan kontekstual memiliki komponen kegiatan-
kegiatan saintifik yang sesuai dengan prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran yang diharapkan
dalam Kurikulum 2013, Pendekatan kontekstual mendorong siswa untuk mengkonstruk
pengetahuannya melalui kegiatan mengamati masalah yang ada disekitar, merangsang rasa
keingintahuan, menggali informasi, memecahkan permasalahan berdasarkan konsep yang
dimiliki, dan mengkomunikasikan ide, pendapat ataupun informasi yang lain, Oleh karena
itu, pendekatan kontekstual dipilih sebagai salah satu pendekatan dalam pengembangan
bbahan ajar.
Bahan ajar merupakan buku teks yang digunakan sebagai rujukan standart pada mata
ppelajaran tertentu, Bahan ajar memiliki beberapa ciri, diantaranya sumber materi ajar, sebagai
referensi untuk mata pelajaran tertentu, disusun sistematis dan sederhana disertai petunjuk
pembelajaran (Akbar, 2013). Bahan ajar berisi materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar memungkinkan siswa untuk
dapat mempelajari suatu Kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar
paling tidak mencakup beberapa Komponen antara lain petunjuk belajar (petunjuk
siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, kontent atau isi materi pembelajaran, informasi
pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK), evaluasi, respon
atau umpan balik terhadap hasil evaluasi, (Depdiknas, 2008). Bahan ajar yang memenuhi
komponen tersebut dan dikembangkan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan
tuntutan pemecahan masalah belajar yang dapat mendukung proses pembelgjaran,
Bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep atau pengetahuan dan
memperoleh informasi melalui kegiatan-kegiatan saintifik. Berdasarkan konsep dan
pengetahuan yang dimiliki, siswa dapat _mencari jalan keluar atas permasalahan yang
76Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang menjadikan kegiatan pembelajaran lebih
bermakna (meaningfidl)
Relevansi Materi Elektrokimia Dengan Dasar Program Keablian Teknik Mesin
Program keahlian Teknik Mesin (TPM) merupakan salah satu kelompok bidang
kejuruan teknologi dan rekayasa yang menekankan pada bidang produksi barang-barang
teknik dengan menggunakan berbagai macam mesin, Sebagian besar barang-barang teknik
yang dihasilkan program keahlian Teknik Mesin berasal dari logam. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kompetensi yang baik tentang proses dasar perlakuan logam. Salah satu
kompetensi kejuruan yang harus dimiliki oleh siswa berkaitan dengan proses dasar perlakuan
logam yaitu siswa mengetahui penyebab korosi pada logam dan upaya pencegahan korosi
salah satunya adalah pelapisan logam, Kompetensi tersebut dapat dicapai ketika siswa
‘memiliki konsep materi yang utuh tidak hanya mata pelajaran dasar program keahlian tetapi
juga mata pelajaran pendukung salah satunya adalah kimia.
‘Mata pelajaran dasar program keahlian (Kejuruan) yang mempelajari perlakuan logam
adalah mekanika teknologi dan pemeliharaan mekanik mesin, Salah satu materi yang terdapat
dalam mata pelajaran mekanika teknologi adalah electroplatting. Electroplatting merupakan
salah satu aplikasi dari sel elektrolisis. Tujuan utama dari proses electroplating adalah
pencegahan korosi terhadap logam, selain tujuan lain yaitu variasi dan dekoratif. Hasil
electroplating yang maksimal diperoleh melalui proses yang tepat dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut serta memahami prinsip kerja dari sel
elektrolisis. Selain materi electroplating, pada mata pelajaran pemeliharaan mekanik mesin
terdapat materi pencegahan korosi, Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
dan prinsip pencegahan korosi dapat dipelajari dalam materi korosi. Kedua materi yang
terdapat dalam mata pelajaran kejuruan tersebut memiliki relevansi dengan pelajaran ilmu
kimia, sehingga siswa membutuhkan materi elektrokimia sebagai dasar pendukungnya.
Materi elektrokimia dalam struktur kurikulum 2013. mencakup beberapa sub materi,
diantaranya sel volta, korosi dan sel elektrolisis. Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu
kimia yang membahas tentang interkonversi energi kimia dan energi listrik (Effendy, 2012),
Elektrokimia mempelajari kaitan antara respon listrik dengan reaksi redoks. Reaksi redoks
terjadi dalam dua jenis sel yang berbeda, yaitu sel volta atau sel galvani dan sel elektrolisis
yang memiliki prinsip kerja yang berkebalikan, Proses elektrokimia pada kedua sel ini terjadi
melalui mekanisme yang berlawanan. Sel volta atau sel galvani menggunakan reaksi redoks
spontan untuk menghasilkan energi listrik. Dengan kata lain, energi kimia diubah menjadi
energi listrik. Energi inilah yang sebenarnya digunakan untuk mengoperasikan beberapa
peralatan listrik yang dapat dijumpai dalam kehidupan schari-hari, Contoh penggunaan sel
volta adalah pada baterai dan aki, Submateri Jain yang dibahas dalam elektrokimia adalah
5 elektrokimia
korosi. Korosi merupakan penurunan sifat logam yang disebabkan pros
(Chang, 2011). Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah korosi adalah
memodifikasi logam (alloy), memodifikasi lingkungan logam, perlindungan katode, lapisan
pelindung logam, lapisan pelindung non logam (Effendy, 2012). Selain sel volta dan korosi,
submateri yang dipelajeri dalam sel elektrokimia adalah sel elektrolisis. Sel elektrolisis
merupakan suatu proses yang menggunakan energi listrik untuk membangkitkan reaksi
redoks yang tidak spontan (Chang, 2011). Aplikasi proses elektrolisis dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya proses pelapisan logam (electroplating) dan pemisahan logam dati
sampel bijih logam yang dilakukan dengan menggunakan sel elektrolisis.
m0Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Konsep yang terdapat dalam materi elektrokimia sarat dengan pengetahuan yang
kontekstual. Oleh Karena itu, bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual
yang relevan dan terintegrasi dengan materi kejuruan pada kegiatan pembelajaran SMK,
menjadikan proses pembelajaran kimia lebih bermakna,
SIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan utama, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendekatan kontekstual _merupakan proses pembelajaran yang membantu siswa
mempresentasikan Konsep pembelajaran dengan Konteks schari-hari, siswa dapat
memecahkan permasalahan dalam kehidupannya sehingga pendekatan kontekstual perlu
diimplementasikan dalam bahan ajar.
2. Bahan ajar elektrokimia yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual yang relevan
dan terintegrasi dengan mata pelajaran dasar program keahlian (kejuruan) menjadikan
proses pembelajaran kimia di SMK menjadi lebih bermakna
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Chang, R. 2005. General Chemistry, The essential Concepts. 7* Edition. McGraw-Hill
Publiser
Curry, K,, Wilson, E., Flowers, J., & Farin, C. 2012, Scientific Basis vs. Contextualized
‘Teaching and Learning: The Effect on the Achievement of Postsecondary Students
Journal of Agricultural Education (Online), 53(1):57-66.
(ttp:/doi.org/10,5032sae.2012.01057)
Cord. 1999. Teaching Mathemathic Contextually: The Comerstone of Tech Prep. Texas,
CORD Communication, Inc
Depdiknas. 2008. Pedoman Pengembangan Bahan Pelajaran, Jakarta: Depdiknas
Effendy, 2012. A-Level Chemistry for Student Hight School Volume 3A. Malang: Bayumedia
Garnet, P.J & Treagust, D.. 1992a, Conceptual Diffilculties Experienced by Senior Higth
‘School Student of Elektrochemistry : Electrochemical (Galvani) and Electrolytic Cell,
Journal of Research in Science Teaching 29(2) : 1079-1099
Gamet, P.J & Treagust, D.P. 1992b. Conceptual Diffilculties Experienced by Senior Higth
‘School Student of Elektrochemistry : electric Circuit and Oxidation-Reduction
Equation. Journal of Research in Science Teaching 29(2) : 121-142
Johnson, E, 2001. Contextual Teaching and Learning. Systemics, Cybernetics and
Informatics, 12(4), California: Corwin Press, Ine
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan bermakna, Terjemahan Ibnu Setiawan. 2010. Bandung:
Kaifa
Lin, H.S., Yang, Lin, C & Yang, C. 2002. Student Difficulties in Learning Elektrochemistry
Proc. Natl. Sei, Counc, Roe (D) 12 (3):100-105 (online)
{http:/nr.stic.gov.tw/ejournal/proceeding)
‘Nuthadi & Senduk, A. G.. 2003. Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang (UM Press).
Permendikbud, 2013. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan. Permendikbud No.60
tahun 2013
Prayitno, 2006, Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Kimia. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang
Rabayu, S. R. I. 2012. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan
nsPros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2
Kimia di FKIP UNS tgl 31 Maret 2012. (Proceding ISBN: 979363147-3)., 1-16.
Sanjaya, Wina. 2006. Sirategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sanger, M.J and Greenbowe. 2000. Addresing Student Misconceptions Concering Electron
Flow In Electrolyte Solution With Instruction Including Computer Animation And
Conceptual Change Strategies. International Journal Of Science Education, 22: 521-
537
Smith, B. P. (2010). Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing
the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model. Journal of Family &
Consumer Sciences Education, 28(1):23-38
ns