Anda di halaman 1dari 7
Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2 Kajian Pendekatan Kontekstual Dalam Bahan Ajar Elektrokimia Untuk Smk Teknik Mesin Wiwik Widodo', Subandi?, Munzil* Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5, Malang, Jawa Timur E-mail: wiwik_khamid@yahoo.co.id Abstrak :Keterbatasan bahan ajar kimia di SMK, penyajian contoh yang kurang kontekstual dan belum adanya keterkaiten antara materi kimia dengan materi program keahlian Teknik Mesin menyebabkan rendahnya minat belajar siswa. Tujuan penulisan makelah ini untuk mengkaji penggunaan pendekatan kontekstual, alam pengembangan pembelajaran kimia. Pendekaten kontekstual merupakan proses pembelajaran yang membantu siswa mempresentasikan konsep pembelajaran {dengan Konteks schari-hari, schingga siswa dapat memecablean permasalahan dalam kebidupannya, lekirokimia merupakan salah satu materi yang memiliki relevansi {dengan mata pelajaran program keahlian, sehingga dapat digunakan schagai dasar pendukung. Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan pendekatan kontekstual, ferintegrasi dan relevan dengan materi kejuruan diharapkan dapat meningkatkan ketertaikan dan minat siswa dalam pembelajaran kimia, Kata kunci : Pendckatan kontekstusl, bahan ajar, clektrokimia| Pembelajaran sains termasuk kimia, dalam konteks global, telah melakukan berbagai reformasi untuk memenuhi tuntutan zaman selama kurun waktu 40 tahun (Rahayu, 2012), Namun kenyataannya pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia tidak banyak berubah dari tahun ke tahun, Kegiatan pembelajaran masih bersifat konvensional, yang memiliki kecenderungan berpusat pada guru dan siswa masih bersifat pasif. Fenomena tersebut masih banyak terjadi dalam proses pembelajaran kimia di tingkat SMK, terutama SMK Teknik Mesin. ‘Umumnya para guru SMK memberikan materi kimia hanya dalam bentuk konsep dasar ilmu kimia secara teoritis saja. Konsep dasar ilmu kimia tersebut diberikan secara terpisah tanpa menghubungkan langsung dengan materi bidang keablian, sehingga siswa beranggapan bahwa mata pelajaran kimia tersebut berdiri sendiri tanpa adanya keterkaiatan Jangsung dengan mata pelajaran yang lain khususnya materi pelajaran bidang keahlian. Selain itu, materi pembelajaran yang disampaikan belum dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata (kontekstual), sehingga semakin membentuk anggapan siswa bahwa pelajaran kimia kurang menarik dan tidaklah penting. Kimia dalam struktur kurikulum 2013 SMK bidang keahlian teknologi dan rekayasa merupakan bagian dari mata pelajaran kelompok peminatan dasar bidang keablian, Kimia merupakan mata pelajaran subtansi pengikat untuk dasar bidang kejuruan SMK/MAK kelompok Teknologi dan Rekayasa (Permendikbud, 2013), Tujuan dari mata pelajaran kimia yang diberikan di SMK adalah agar siswa dapat menerapkan metode ilmiah melalui percobaan dan menggunakan pengetahuan dasar kimia dalam kehidupan schari-hari serta memiliki kemampuan dasar sebagai landasan dalam mengembangkan kompetensi di masing- masing bidang keahlian. 3 Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2 Salah satu materi kimia yang diberikan di SMK_ kelompok teknologi dan rekayasa program keahlian teknik mesin adalah materi elektrokimia, Materi elektrokimia mencakup beberapa sub materi, diantaranya sel volta, korosi dan sel elektrolisis. Beberapa sub materi yang terdapat dalam materi elektrokimia memiliki relevansi dengan mata pelajaran dasar program keahlian yaitu mekanika teknologi dan mata pelajaran paket keahlian yaitu pemeliharaan mekanik mesin. Mata pelajaran mekanika teknologi memiliki beberapa bahasan salah satunya materi electroplating dan dalam mata pelajaran pemelikaraan mekanik mesin terdapat materi pencegahan korosi, Kedua materi tersebut membutuhkan materi elektrokimia sebagai dasar pendukung materi yang terdapat dalam bidang keablian. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan materi elektrokimia, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menganggap materi elektrokimia merupakan materi yang sulit untuk dipelajari. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami_ sel elektrokimia dan sel elektrolisis (Lin, dkk, 2002). Penelitian Sanger & Greenbowe (2000) menyatakan siswa mengalami miskonsepsi tentang mekanisme aliran listrik yang terjadi dalam larutan elektrolit dan jembatan garam, Sebagian besar siswa sekolah menengah di Australia mengalami miskonsepsi terhadap materi yang terkait dengan materi redoks, sel elektrokimia dan sel elektrolisis serta tentang aliran listrik dalam larutan elektrolit serta Jembatan garam (Garnet & Treagust, 1992). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya kesalahan konsep yaitu dengan pemilihan strategi dalam menyajikan materi tersebut. Penyajian materi pembelajaran yang tidak dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata (kontekstual) semakin membentuk anggapan siswa bahwa pelajaran kimia di SMK tidaklah penting. Pembelajaran yang bersifat Kontekstual akan dapat mengubah pandangan dan pola pikir siswa terhadap Jingkungan serta menjawab rasa ingin tahu siswa tentang fenomena yang ditemui setiap hari Siswa dapat menggunakan konsep dasar dan pengetahuan yang telah diterima dari kegiatan belajamya untuk menyelesaiakan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata, hal itulah yang akan menyebabkan proses kegiatan belajar siswa menjadi lebih meaningfull (bermakna). Beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa serta dapat membangun pengetahuan baru siswa dalam membangun pengetahuan baru melalui kegiatan analisis dan sintesis dalam pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran pada kelas biasa (Johnson, 2001; Smith, 2010; Curry dkk, 2012). Selain anggapan siswa mengenai pelajaran kimia yang kurang menarik dan tidak penting, faktor lain yang juga mempengaruhi berkurangnya minat siswa SMK tethadap pembelajaran kimia yaitu keterbatasan bahan ajar kimia yang dapat memenuhi tuntutan ketercapaian kompetensi yang diinginkan, Sebagian besar bahan ajar kimia yang dipakai i SMK saat ini, materinya belum menunjukkan adanya keterkaitan antara materi kimia dengan materi program keahlian, Bahan ajar yang digunakan belum memiliki relevansi dengan ‘materi-materi lain yang dipelajari khususnya materi yang berhubungan dengan program keahlian, Kebanyakan materi ajar yang disampaikan hanya berbentuk konsep-konsep dasar ilmu kimia secara teoritis dan bersifat informatif saja, sehingga siswa belum mendapatkan pemahaman secara kontekstual dari apa yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, adanya bahan ajar kimia yang relevan di SMK sangat dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran, Keberadaan bahan ajar tersebut akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran secara manditi baik di dalam kelas maupun di luar kelas, schingga proses na Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2 pembelajaran menjadi lebih baik, Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam artikel ini permasalahan yang akan dibahas adalah: 1) apa itu pendekatan kontekstual dalam pembelajaran; dan 2) bagaimana implementasi pendckatan kontekstual dalam bahan ajar elektrokimia yang relevan dan terintegrasi dengan pelajaran dasar program keahlian (kejuruan) yang terdapat dalam program keablian teknik mesin BAHASAN UTAMA Pendekatan Kontektual dalam Pembelajaran Diantara jenis-jenis pembelajaran yang berfilosofikan konstruktifistik salah satunya adalah pembelajaran kontekstual, Pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran yang membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks Jingkungan pribadi, sosial, dan budaya (Johnson, 2002). Jadi konsepsi pembelajaran kontckstual adalah mempresentasikan konsep materi pembelajaran yang telah dimiliki siswa ‘untuk dapat diaplikasikan dalam memecahkan permasalahan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari Perpaduan antara materi pelajaran dengan kehidupan di sckitar siswa akan memberikan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dan memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperiuas dan menerapkan pengetahuannya baik di dalam maupun di Ivar sekolah. Siswa akan diajak untuk dapat memanfaatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memecahkan permasalahan yang kompleks dalam kehidupannya, Hal ini menjadikan pembelajaran kontekstual lebih bermakna. Konsep ini menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan pembentukan konsep atau pengetahuan oleh siswa bukan suatu kegiatan yang hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, Pembentukan konsep siswa terjadi hanya jika siswa memproses informasi sedemikian rupa schingga dapat dipahami dalam perspektifnya, baik dalam bentuk ingatan, pengalaman, dan respon (Cord, 1991), Pembelajaran sains berbasis kontekstual jauh dari metode yang berorientasi drill dan stimulus-respon serta menyediakan unsur-unsur pengalaman belajar yang telah dibuktikan dapat memotivasi belajar, meningkatkan rasa ingin tahu dan rasa percaya diri siswa (Prayitno, 2006; Nurhadi & Senduk, 2009). Pendekatan Kontekstual memiliki lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) pembelajaran kontekstual merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge) artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari sehingga pengetahuan yang akan diperoleh merupakan pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain; (2) belajar dalam rangka memperolch dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge) yaitu pengetahuan baru diperoleh dengan cara mempelajari keseluruhan kemudian memerhatikan detailnya; (3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini; (4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan prilaku siswa; dan (5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik terhadap proses perbaikan dan penyempurnaan strategi (Sanjaya, 2006). ns Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2 Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pengembangan Bahan Ajar Sebagaimana telah diuraiakan pada sub bab sebelumnya bahwa, pendekatan kontekstual membentuk siswa untuk dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan mengaplikasikan Konsep yang telah dimiliki oleh siswa, Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dimulai dati fenomena atau permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran ini biasanya terjadi pada kegiatan pembelajaran di SMK, dimana siswa dapat menemukan permasalahan dalam kegiatan prakteknya Salah satu materi dalam mata pelajaran kimia di SMK adalah elektrokimia, Materi ini ‘merupakan materi yang sanget penting untuk dibelajarkan kepada siswa SMK karena di dalam materi tersebut terkandung pengetahuan yang kontekstual. Materi elektrokimia terdiri dari sel Volta, korosi dan sel elektrolisis. Materi tersebut memberikan konsep kimia yang dapat dipakai sebagai pendukung dalam pembelajaran dasar program keablian (produktif) khususnya pengetahuan tentang perlakuan logam. Logam merupakan salah satu benda kerja yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran produktif di SMK Teknik Mesin, Sifat logam yang mudah berkarat- menuntut siswa untuk memiliki pengetehuan dalam upaya pencegahannya, Konsep pencegahan perkaratan pada besi diberikan dalam materi elektrokimia, sehingga siswa dapat mengaplikasikan konsep tersebut untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan di kehidupan schari-hari, Oleh karena itu, konsep elektrokimia sangat sesuai dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam implementasinya, pendekatan kontekstual memiliki komponen kegiatan- kegiatan saintifik yang sesuai dengan prinsip-prinsip kegiatan pembelajaran yang diharapkan dalam Kurikulum 2013, Pendekatan kontekstual mendorong siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya melalui kegiatan mengamati masalah yang ada disekitar, merangsang rasa keingintahuan, menggali informasi, memecahkan permasalahan berdasarkan konsep yang dimiliki, dan mengkomunikasikan ide, pendapat ataupun informasi yang lain, Oleh karena itu, pendekatan kontekstual dipilih sebagai salah satu pendekatan dalam pengembangan bbahan ajar. Bahan ajar merupakan buku teks yang digunakan sebagai rujukan standart pada mata ppelajaran tertentu, Bahan ajar memiliki beberapa ciri, diantaranya sumber materi ajar, sebagai referensi untuk mata pelajaran tertentu, disusun sistematis dan sederhana disertai petunjuk pembelajaran (Akbar, 2013). Bahan ajar berisi materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar memungkinkan siswa untuk dapat mempelajari suatu Kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup beberapa Komponen antara lain petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, kontent atau isi materi pembelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK), evaluasi, respon atau umpan balik terhadap hasil evaluasi, (Depdiknas, 2008). Bahan ajar yang memenuhi komponen tersebut dan dikembangkan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar yang dapat mendukung proses pembelgjaran, Bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun konsep atau pengetahuan dan memperoleh informasi melalui kegiatan-kegiatan saintifik. Berdasarkan konsep dan pengetahuan yang dimiliki, siswa dapat _mencari jalan keluar atas permasalahan yang 76 Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2 dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang menjadikan kegiatan pembelajaran lebih bermakna (meaningfidl) Relevansi Materi Elektrokimia Dengan Dasar Program Keablian Teknik Mesin Program keahlian Teknik Mesin (TPM) merupakan salah satu kelompok bidang kejuruan teknologi dan rekayasa yang menekankan pada bidang produksi barang-barang teknik dengan menggunakan berbagai macam mesin, Sebagian besar barang-barang teknik yang dihasilkan program keahlian Teknik Mesin berasal dari logam. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kompetensi yang baik tentang proses dasar perlakuan logam. Salah satu kompetensi kejuruan yang harus dimiliki oleh siswa berkaitan dengan proses dasar perlakuan logam yaitu siswa mengetahui penyebab korosi pada logam dan upaya pencegahan korosi salah satunya adalah pelapisan logam, Kompetensi tersebut dapat dicapai ketika siswa ‘memiliki konsep materi yang utuh tidak hanya mata pelajaran dasar program keahlian tetapi juga mata pelajaran pendukung salah satunya adalah kimia. ‘Mata pelajaran dasar program keahlian (Kejuruan) yang mempelajari perlakuan logam adalah mekanika teknologi dan pemeliharaan mekanik mesin, Salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran mekanika teknologi adalah electroplatting. Electroplatting merupakan salah satu aplikasi dari sel elektrolisis. Tujuan utama dari proses electroplating adalah pencegahan korosi terhadap logam, selain tujuan lain yaitu variasi dan dekoratif. Hasil electroplating yang maksimal diperoleh melalui proses yang tepat dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut serta memahami prinsip kerja dari sel elektrolisis. Selain materi electroplating, pada mata pelajaran pemeliharaan mekanik mesin terdapat materi pencegahan korosi, Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan prinsip pencegahan korosi dapat dipelajari dalam materi korosi. Kedua materi yang terdapat dalam mata pelajaran kejuruan tersebut memiliki relevansi dengan pelajaran ilmu kimia, sehingga siswa membutuhkan materi elektrokimia sebagai dasar pendukungnya. Materi elektrokimia dalam struktur kurikulum 2013. mencakup beberapa sub materi, diantaranya sel volta, korosi dan sel elektrolisis. Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang membahas tentang interkonversi energi kimia dan energi listrik (Effendy, 2012), Elektrokimia mempelajari kaitan antara respon listrik dengan reaksi redoks. Reaksi redoks terjadi dalam dua jenis sel yang berbeda, yaitu sel volta atau sel galvani dan sel elektrolisis yang memiliki prinsip kerja yang berkebalikan, Proses elektrokimia pada kedua sel ini terjadi melalui mekanisme yang berlawanan. Sel volta atau sel galvani menggunakan reaksi redoks spontan untuk menghasilkan energi listrik. Dengan kata lain, energi kimia diubah menjadi energi listrik. Energi inilah yang sebenarnya digunakan untuk mengoperasikan beberapa peralatan listrik yang dapat dijumpai dalam kehidupan schari-hari, Contoh penggunaan sel volta adalah pada baterai dan aki, Submateri Jain yang dibahas dalam elektrokimia adalah 5 elektrokimia korosi. Korosi merupakan penurunan sifat logam yang disebabkan pros (Chang, 2011). Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah korosi adalah memodifikasi logam (alloy), memodifikasi lingkungan logam, perlindungan katode, lapisan pelindung logam, lapisan pelindung non logam (Effendy, 2012). Selain sel volta dan korosi, submateri yang dipelajeri dalam sel elektrokimia adalah sel elektrolisis. Sel elektrolisis merupakan suatu proses yang menggunakan energi listrik untuk membangkitkan reaksi redoks yang tidak spontan (Chang, 2011). Aplikasi proses elektrolisis dalam kehidupan sehari-hari diantaranya proses pelapisan logam (electroplating) dan pemisahan logam dati sampel bijih logam yang dilakukan dengan menggunakan sel elektrolisis. m0 Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2 Konsep yang terdapat dalam materi elektrokimia sarat dengan pengetahuan yang kontekstual. Oleh Karena itu, bahan ajar yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual yang relevan dan terintegrasi dengan materi kejuruan pada kegiatan pembelajaran SMK, menjadikan proses pembelajaran kimia lebih bermakna, SIMPULAN Berdasarkan uraian bahasan utama, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pendekatan kontekstual _merupakan proses pembelajaran yang membantu siswa mempresentasikan Konsep pembelajaran dengan Konteks schari-hari, siswa dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupannya sehingga pendekatan kontekstual perlu diimplementasikan dalam bahan ajar. 2. Bahan ajar elektrokimia yang dikembangkan dengan pendekatan kontekstual yang relevan dan terintegrasi dengan mata pelajaran dasar program keahlian (kejuruan) menjadikan proses pembelajaran kimia di SMK menjadi lebih bermakna DAFTAR RUJUKAN Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Chang, R. 2005. General Chemistry, The essential Concepts. 7* Edition. McGraw-Hill Publiser Curry, K,, Wilson, E., Flowers, J., & Farin, C. 2012, Scientific Basis vs. Contextualized ‘Teaching and Learning: The Effect on the Achievement of Postsecondary Students Journal of Agricultural Education (Online), 53(1):57-66. (ttp:/doi.org/10,5032sae.2012.01057) Cord. 1999. Teaching Mathemathic Contextually: The Comerstone of Tech Prep. Texas, CORD Communication, Inc Depdiknas. 2008. Pedoman Pengembangan Bahan Pelajaran, Jakarta: Depdiknas Effendy, 2012. A-Level Chemistry for Student Hight School Volume 3A. Malang: Bayumedia Garnet, P.J & Treagust, D.. 1992a, Conceptual Diffilculties Experienced by Senior Higth ‘School Student of Elektrochemistry : Electrochemical (Galvani) and Electrolytic Cell, Journal of Research in Science Teaching 29(2) : 1079-1099 Gamet, P.J & Treagust, D.P. 1992b. Conceptual Diffilculties Experienced by Senior Higth ‘School Student of Elektrochemistry : electric Circuit and Oxidation-Reduction Equation. Journal of Research in Science Teaching 29(2) : 121-142 Johnson, E, 2001. Contextual Teaching and Learning. Systemics, Cybernetics and Informatics, 12(4), California: Corwin Press, Ine Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan bermakna, Terjemahan Ibnu Setiawan. 2010. Bandung: Kaifa Lin, H.S., Yang, Lin, C & Yang, C. 2002. Student Difficulties in Learning Elektrochemistry Proc. Natl. Sei, Counc, Roe (D) 12 (3):100-105 (online) {http:/nr.stic.gov.tw/ejournal/proceeding) ‘Nuthadi & Senduk, A. G.. 2003. Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press). Permendikbud, 2013. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan. Permendikbud No.60 tahun 2013 Prayitno, 2006, Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Kimia. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang Rabayu, S. R. I. 2012. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan ns Pros, Semnas Pend. IPA Pascasarons UM Vol 1, 2016, ISBN: 978-602.9286-21-2 Kimia di FKIP UNS tgl 31 Maret 2012. (Proceding ISBN: 979363147-3)., 1-16. Sanjaya, Wina. 2006. Sirategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Sanger, M.J and Greenbowe. 2000. Addresing Student Misconceptions Concering Electron Flow In Electrolyte Solution With Instruction Including Computer Animation And Conceptual Change Strategies. International Journal Of Science Education, 22: 521- 537 Smith, B. P. (2010). Instructional Strategies in Family and Consumer Sciences: Implementing the Contextual Teaching and Learning Pedagogical Model. Journal of Family & Consumer Sciences Education, 28(1):23-38 ns

Anda mungkin juga menyukai