Abt Penyedap Rasa
Abt Penyedap Rasa
OLEH :
Kelompok 6
Rina Fajri_60500120024
Hakam Muqsid_60500120027
Muh. Fauzil Akram_60500120059
Amalia Kartika Sabri_60500120069
JURUSAN KIMIA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat dan
Halal Penyedap Rasa” sebagai tugas dari matakuliah Analisis Bahan Tambahan
Pangan Halal, dengan dosen pembimbing ibu Rismawaty Sikanna, S.Si., M.Si.
atas bimbingannya dalam penulisan makalah ini. Penulis sadar bahwa didalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan bahkan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
agar makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I..............................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan.................................................................................................................
BAB II............................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................
BAB III...........................................................................................................................
PENUTUP......................................................................................................................
A. KESIMPULAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyedap rasa meliputi bahan tambahan pada makanan dengan tujuan agar
makanan yang disajikan dapat bertambah manis, asin, asam dan sebagainya. Rasa
pada suatu makanan tertentu sangat mempengaruhi tingkat kesukaan atau selera
dengan rasa yang berbeda-beda dan mempunyai rasa khas. Semua hal tersebut
penyedap rasa terbagi menjadi dua jenis yaitu penyedap rasa alami dan penyedap
Penyedap rasa alami diantaranya diperoleh dari bawang, merica dan kayu
manis yang sejak dahulu digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bumbu
atau rempah alami. Sedangkan penyedap sintesis terbuat dari vetsin atau
glutamat yang secara komersial diproduksi mellaui proses fermentasi pati, gula
bit, atau tetes tebu (molase). Penyedap rasa buatan jika di kosumsi dalam jangka
berpanjangan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Zat yang identik dengan
penyedap rasa buatan yaitu Monosodium glutamat, efek yang ditimbulkan jika
dikosumsi berlebihan diantaranya kerusakan pada otak, sistem syaraf, ginjal, otak,
mata, serta gangguan pada kehamilan dan janin (Dali dan Harmain, 2017: 3).
Islam sekitar 87%. Makanan halal merupakan makanan bergizi yang tidak
mengandung bahan maupun unsur yang dilarang atau haram untuk dikonsumsi
baik bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong, termasuk didalamnya
adalah penyedap rasa. Perkembangan industri penyedap rasa makanan di
Indonesia terlihat semakin banyak diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu
berbasis hewani atau nabati, jika berbasis hewani maka harus memperhatikan
sumber hewannya apakah berasal dari hewan yang halal dan proses
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
2. Bagaimana sumber dari bahan tambahan pangan halal baik yang alami
maupun sintesis?
dan contohnya?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
meningkatkan rasa enak serta memberikan gizi pada makanan. Penyedap rasa
biasanya digunakan dalam bahan pangan dengan konsentrasi sekitar 10-20 ppm.
Penyedap rasa mengandung senyawa pembentuk rasa dan zat pelarut atau
memiliki nutrisi dan hanya digunakan untuk memperkuat rasa. Penyedap rasa
yang efektif untuk memberikan rasa gurih yang lezat dalam makanan. Komponen
utama penyusun MSG yaitu protein yang disebut asam glutamat atau glutamat.
unggas dan juga susu. Selain itu glutamat juga dapat dihasilkan secara alami pada
tubuh manusia dalam jumlah yang besar. Glutammat terdiri dari dua bentuk yaitu
bentuk bebas dan bentuk terikat. Namun, hanya berntuk bebas yang efektif
digunakan untuk menguatkan rasa dalam makanan (Kurtanty, dkk., 2018: 3-4).
kehalalan dan ke toyyiban suatu makanan. Suatu makanan yang dikonsumsi tidak
kehalalan yang berarti makanan yang yang todak kotor dari segi zatnya dan juga
halal dari segi proses pembuatannya. Makanan yang halal pasti bersifat toyyib,
akan tetapi makanan thoyyib belum tentu bersifat halal. Makanan yang bersifat
aman artinya tidak menyebabkan penyakit, dengan kata lain aman secara duniawi
dan ukhrawi.
Keamanan makanan ini dinyatakan dalam Q.s AL- Maidah/ 5: 88) yang
berbunyi:
Terjemahnya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
kepada-Nya”.
minuman yang halal dalam konteks ketakwaan pada saat menjalankan perintah
sehingga tanggung jawab secara moral pada diri sendri dan lingkungan serta pada
bahan tertentu, sehingga suatu makanan dapat bertambah manis, asam, dan
sebagainya. Umumnya penyedap rasa diberikan kepada makanan yang tidak atau
menambahkan nilai nutrisi apapun ( Hakim, Batoro, Sukenti, 2015. Hal 13).
Penyedap rasa alami dibuat dengan cara mengambil bahan kimia dari
dengan bahan kimia dari sumber alami lain untuk menciptakan rasa yang dituju.
buah, sayuran, ragi, tanaman herbal, daun, akar, dan bagian tanaman lainnya, serta
dibutuhkan karena harga produksi yang relatif lebih murah dan juga karena rasa
menjadi 2 jenis, yaitu penyedap rasa alami dan penyedap rasa sintesis atau buatan.
Penyedap rasa alami diantaranya diperoleh dari bawang, merica dan kayu manis
yang dahulu digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bumbu atau rempah
alami, sedangkan penyedap sintesis terbuat dari vetsin atau monosodium glutamat
1. Alami
a. Kedelai
mengandung nutrisi yang mirip daging. Kedelai ini sering dijadikan penyedap
alami pada masakan hepang dan cina untuk memicu rasa gurih atau umami alami.
b. Garam
terutama garam laut yang rasanya tidak setajam garam meja. Hal yang perlu
darah.
c. Rempah-rempah
d. Rumput Laut
Dulse merupakan jenis rumput laut yang memiliki rasa agak asin, gurih
dengan rasa laut yang halus. Untuk membuat kaldu yang gurih seperti dashi,
e. Tomat
Tomat mengandung glutamate yang dapat memberikan rasa umami alami.
Tomat yang dipangang akan semakin memperkuat rasa dan juga berfungsi sebagai
f. Jamur
senyawa umami yang tinggi yang dapat meningkatkan rasa umami pada makanan.
g. Teri
Ikan teri menjadi salah satu ikan yang mengandung banyak glutamat
2. Sintesis
a. MSG/Micin
b. Cuka
c. Esen
Esen merupakan penyedap rasa sintesis yang dipakai sebagai pemberi rasa
beberapa prinsip dasar yang harus diterapkan. Evaluasi zat dan metode yang tepat
halal atau prinsip halal. Prinsip yang pertama adalah bahan yang digunakan dalam
memproduksi bahan tambahan pangan telah memenuhi kriteria dari pangan halal
berdasarkan SNI 99004: 2021, yaitu sumber bahan dapat tertulusur, dilakukan
verifikasi di lapang serta jika dibutuhkan dapat dilakukan analisis laboratorium.
Bahan yang digunakan dalam proses produksi meliputi bahan baku, bahan
proses produksi bahan pangan termasuk bahan penolong dan bahan pengemas
Penentuan halal haram produk makanan dan minuman dapat ditinjau dari
dua aspek yaitu yang pertama adalah aspek zatnya yaitu sumber dari bahan
pangan itu sendiri. Sedangkan yang kedua adalah aspek diluar zatnya yang bukan
merupakan sumber bahan pangan atau faktor eksternal. Berdasarkan aspek zatnya,
produk penyedap rasa memiliki potensi titik kritis ketidak halalan yang berbeda
ditinjau dari segi bahan dan prosesnya (Perdani, dkk., 2022: 99-100).
Tabel 2.1 Jenis-jenis penyedap rasa dan potensi titik kritis kehalalannya
pada proses
pengolahannya,
fermentasi harus
yang halal.
fermentasi harus
yang halal.
fermentasi harus
yang halal.
glutamate
(C5H12N2O4 )
diglutamate
(C8H8NO4)
7. E626 Nabati dan hewani Guanylic acid Titik kritis pada sumber
industri khamr
menghasilkan
nukleotida yang
digunakan besagai
makanan bayi.
halal.
tebu.
Metode biuret didasarkan pada prinsip zat yang mengandung dua atau
lebih ikatan peptida dapat membentuk kompleks berwarna ungu dengan garam Cu
dalam larutan alkali. Metode biuret ini merupakan metode yang baik untuk
peptida. Pengujian secara biuret ini sampel harus berupa larutan, jadi sampel
terlebih dahulu dibuat menjadi larutan (Purnama, dkk., 2019: 54). Sampel berupa
padatan harus dihaluskan terlebih dahulu dibuat menjadi larutan. Pada uji biuret
larutan sampel dikemas dengan larutan NaOH 10% dan ditambahkan reaktan
keadaan basa ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi berwarna
2. Uji ninhidrin
dengan asam amino akan menghasilkan warna biru-ungu. Dalam uji ini, ninhidrin
asam amino yang menghasilkan CO2, NH3 dan aldehid yang mempunyai rantai C
lebih pendek dari asam amino asalnya (Prastika, dkk., 2019: 184). Pada uji
ninhidrin dapat bereaksi dengan asam α-amino bebas yang terdapat pada
(setelah bercak menjadi kering) dalam tangki tertutup yang berisi metanol dan air
dengan perbandingan 7:3. Fase gerak disiapkan dengan 70 ml metanol 99,9% dan
atmosfer di dalam tangki dengan uap fase gerak. Tingkat fase gerak harus berada
di bawah garis pensil yang ditandai pada pelat TLC di mana sampel terlihat. Jika
tidak, sampel berbintik akan larut ke dalam fase gerak massal. Fasa gerak
merambat ke atas pelat sampai 1 cm dari ujung atas pelat, pada titik ini pelat
dikeluarkan dan bagian depan fase gerak ditandai pada pelat sebelumnya diuapkan
dan pelat KLT dikeringkan dalam oven pada suhu 60 °C (Tarda, 2017: 25).
digunakan sebagai reagen pendeteksi bercak asam amino. Larutan ini dibuat
dengan melarutkan 0,2002 g kristal dalam labu 150 ml yang mengandung 100 ml
aseton 99,5% dan beberapa tetes glasial asam asetat. Labu diaduk sampai semua
larut dan larutan akhir dipindahkan ke dalam botol semprot. Pelat KLT kering
disemprot dengan larutan ninhidrin ini dan dikembangkan dalam oven pada suhu
60ºC selama 20 menit. Setelah pemanasan 20 menit, bercak asam amino pada
pelat KLT muncul sebagai bercak berwarna ungu. Ninhidrin dianggap sebagai
reagen spesifik untuk asam amino karena akan memberikan warna ungu/violet
bila bereaksi dengan senyawa yang mengandung asam amino (Tarda, 2017: 26).
4. Spektrofotometri UV-Vis
cepat, ekonomis serta memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik. Larutan
MSG adalah larutan tidak berwarna, yang memiliki gugus karboksil dan amino
yang tidak dapat menyerap radiasi sinar tampak, sehingga tidak dapat mengukur
absorbansi pada daerah sinar tampak. Kondisi senyawa yang dapat diukur
memberikan serapan berwarna. Oleh karena itu, diperlukan reagen yang dapat
ion Cu2+ sebagai kompleks MSG. Glutamat yang bereaksi dengan ion Cu 2+ dalam
larutan air akan membentuk kompleks berwarna biru dibandingkan dengan warna
Cu2+ membentuk geometri segiempat planar. Salah satu fenomena umum yang
Glutamat adalah asam amino alami non-esensial yang bereaksi dengan ion Cu2+
untuk membentuk kompleks biru tua. Interaksi glutamat dengan ion Cu 2+ akan
membentuk ikatan kovalen koordinasi antara logam dan ligan. Adanya perbedaan
absorbansi sebelum dan sesudah reaksi tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi
reaksi kompleks antara ion MSG dan Cu2+, kompleks absorbansi maksimum
dengan 1 mL larutan ion Cu2+ 0,01 M dan didiamkan selama 30 menit. Larutan
UV-Vis. Konsentrasi MSG pada sop bakso dihitung dengan persamaan regresi
kolom analitik fase terbalik dengan merek Nucleosil® 120-5C18 (25 cm × 4,6
yang diinjeksikan dengan injektor otomatis dan laju alir fase gerak 0,5 ml/menit.
Puncak sampel dideteksi pada panjang gelombang yang berbeda 210, 220, 230,
240 dan 250 nm dengan menggunakan detektor UV/VIS tipe array dioda (DAD).
Untuk analisis kuantitatif hanya informasi dari 210 dan 220 nm yang digunakan
karena absorbansi pada panjang gelombang yang lebih tinggi sangat kecil. Urutan
injeksi sampel MSG standar diurutkan dari yang lebih rendah ke konsentrasi yang
lebih tinggi, dan masing-masing standar disuntikkan dua kali. 18 sampel yang
deionisasi disuntikkan dua kali sebagai blanko sebelum injeksi sampel lain dan
dalam vial 2 mL, dan injeksikan ke dalam sistem HPLC. Kondisi kromatografi
pada instrumen HPLC digunakan kolom C18 dengan laju alir 0,5 ml/menit,
(metanol : air) serta lamanya waktu pengukuran selama 5 menit. Lalu Identifikasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
MSG.
BTP yang telah terbukti aman dan secara resmi disetujui untuk digunakan
pada produk pangan olahan sesuai dengan standard yang berlaku di Uni
kadar penyedap rasa dalam pangan adalah uji biuret, uji ninhidrin, HPLC,