Peningkatan kadar bilirubin direk >20% dari total bilirubin serum.
Ensefalopati bilirubin: Deposit bilirubin tidak
terkonjugasi/indirek pada basal ganglia otak yang menimbulkan gangguan pada sistem susunan syaraf pusat.
Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi
2. Anamnesis Onset timbulnya icterus Ibu dengan golongan darah O, dengan suami golongan darah non-O dan perbedaan Rhesus. Kakak yang mengalami ikterus atau anemia Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan (sulfonamides, aspirin, antimalaria) Riwayat perinatal: persalinan traumatis, trauma lahir, tertundanya penjepitan tali pusat, asfiksia
Hiperbilirubinemia terkonjugasi
Warna kulit tampak kuning kehijauan
BAB dempul / pucat Urin berwarna seperti teh
Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi:
3. Pemeriksaan Fisik Warna kulit tampak kuning oranye Pada bayi kurang bulan, onset terjadinya lebih cepat dan durasinya lebih lama Pada kejadian sefal hematom atau memar bisa terjadi hyperbilirubinemia Pada anemia hemolitik tampak kuning disertai pucat dan plethora Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi yang berlanjut akan terjadi bilirubin ensefalopati dengan gejala : Tahap awal: Tampak letargis, tidak mau menetek, tonus menurun, tidak adanya refleks Moro dan tangisan melemah Tahap intermediate: Opistotonus/ retrocolis, hipertoni, gangguan kesadaran/iritabel, demam, dan tangisan melengking. Tahap lanjut: Kerusakan SSP bersifat ireversibel, tangisan melengking, tidak mampu menyusu, apne, demam, gangguan kesadaran hingga koma dan kejang. Hiperbilirubinemia terkonjugasi:
Warna kulit kuning kehijauan
Muntah Distensi abdomen dengan hepatomegaly Mungkin disertai dengan tanda sepsis Kecenderungan mengalami perdarahan Dapat disertai mikrosefali maupun korioretinitis Ikterus fisiologis: 4. Kriteria Diagnosis Pada bayi sehat dan cukup bulan, akan terlihat pada hari ke-2-3 dan biasanya hilang pada hari ke 6-8 tapi mungkin tetap ada sampai hari ke-14 dengan maksimal total kadar bilirubin serum <12 mg/dl. Pada bayi kurang bulan sehat, ikterus akan terlihat pada hari ke 3-4 dan hilang pada hari ke 10-20 dengan kadar serum maksimal <15 mg/dl.
Breast feeding jaundice : ikterus yang disebabkan oleh kekurangan
asupan ASI biasanya muncul pada hari ke 2 sampai 3 pada waktu produksi ASI belum banyak.
Breastmilk jaundice: Pada hari ke-14, kadar bilirubin terus meningkat
dan bukannya menurun. Kadar bilirubin bisa mencapai 20-30 mg/dl dan mulai menurun pada usia empat minggu dan kemudian secara bertahap kembali ke normal.
Ikterus non-fisiologis
Ikterus mulai sebelum berusia 24 jam
Peningkatan kadar bilirubin serum > 0,5 mg/dl/jam Total bilirubin serum sesuai dengan grafik untuk dilakukan terapi sinar. Penentuan faktor risiko untuk menjadi hiperbilirubinemia berat pada bayi dengan usia kehamilan ≥ 36 minggu dengan berat lahir ≥ 2000 gram, atau dengan usia kehamilan 35-36 minggu dengan berat lahir ≥ 2500 gram berdasarkan kadar bilirubin serum sesuai dengan usia (dalam jam) 105
Penyebab hiperbilirubinemia terkonjugasi
Obstruksi ekstrahepatik biliaris
Atresia biliaris Kista koledokal Kompresi eksternal, misalnya node lymph Kolestasis intrahepatik dengan kurangnya duktus biliaris, misalnya sindrom Alagille Kolestasis intrahepatik dengan duktus biliaris normal Infeksi (misalnya TORCH atau neonatal hepatitis) Kesalahan metabolisme sejak lahir (inborn error of metabolism) misalnya galaktosemia Sindrom Dubin-Johnson, sindrom Rotor’s Kolestasis yang disebabkan penggunaan TPN yang lama
Neonatal jaundice from other and unspecified causes (ICD 10:
5. Diagnosis P59) 6. Diagnosis Banding Haemolytic disease of fetus and newborn (ICD 10: P55) Hydrops fetalis due to haemolytic disease (ICD 10: P56) Kernicterus (ICD 10: P57) Neonatal jaundice due to other excessive haemolysis (ICD 10: P58) Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi: 7. Pemeriksaan Penunjang Bilirubin total serum dan bilirubin direk (ICD 9 CM: 91.0) Golongan darah dan Rhesus dari bayi dan ibu (ICD 9 CM: 90.5) Pemeriksaan Coomb’s (ICD 9 CM: 90.5) Pemeriksaan hitung darah lengkap (Hemoglobin, Hematokrit, morfologi sel darah merah) (ICD 9 CM: 90.5) Hitung retikulosit (ICD 9 CM: 90.5) Jika ada hemolisis dan tidak ada ketidaksesuaian Rhesus atau ABO, mungkin diperlukan pemeriksaan hemoglobin elektroforesis, penapisan G6PD atau pengujian kerentanan osmotik untuk mendiagnosis defek sel darah merah (ICD 9 CM: 90.5) Hiperbilirubinemia terkonjugasi: Sepsis berlanjut (ICD 9 CM: 90.5) Pemeriksaan fungsi hati (ICD 9 CM: 91.0) Penapisan TORCH (ICD 9 CM: 90.5) USG abdomen (ICD 9 CM: 88.76) Jika memungkinkan, penapisan metabolik (ICD 9 CM : V77) 8. Terapi Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi:
Terapi sinar berdasarkan grafik di atas
Asuhan nutrisi yang adekuat Mengatasi penyakit lain yang menyertai seperti hipoksia, infeksi, dan asidosis
adalah mengidentifikasi penyebab dasar meningkatnya kadar bilirubin serum. Fasilitas yang tidak dilengkapi dengan instrumen atau teknik diagnostik yang diperlukan harus merujuk neonatus ke fasilitas yang tingkatannya lebih tinggi. Terapi sinar tidak boleh digunakan pada kasus hiperbilirubinemia terkonjugasi /direk (sindrom bayi tembaga)
Kenali tanda dan gejala hiperbilirubinemia pada neonatus
9. Edukasi Kenali faktor risiko pada neonatus Tata laksana segera berdasarkan diagnosis Ad vitam : Bonam 10. Prognosis Ad sanationam : Dubia Bonam Ad fungsionam : Dubia Bonam 11. Daftar Rujukan Excellence NIfC. 106 Muchowski KE. 107 Bhutani VK, Johnson L, Sivieri EM. 105 Maisels MJ, Bhutani VK, Bogen D, Newman TB, Stark AR, Watchko JF. 108 Hamidi M, Aliakbari F. 109 Kaplan M, Merlob P, Regev R. 110 Maisels MJ. 111