Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Pagi dan salam Sejahtera bagi kita semua.....


Kepada yang terhormat bu Santi selaku guru bahasa Indonesia kami, serta teman temanku yang
saya banggakan

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT karena berkat
rahmatnya kita dapat hadir pada hari ini. Sholawat serta salam tak lupa tetap tercurahkan kepada
nabi besar Muhammad SAW yang akan memberikan syafa'atnya di hari akhir. Aamiin.

Pada kesempatan kali ini saya akan membawakan pidato perihal "Tragedi banjir di MTsN 19
Jakarta Selatan"

Pada tanggal 6 Oktober 2022 terjadi Tragedi yang mengenaskan.


Banjir setinggi lebih dari 50 cm merobohkan tembok bangunan Madrasah Tsanawiyah Negeri 19
Jakarta Selatan, hingga menewaskan 3 siswa.
Banjir juga merobohkan bagian tembok sekolah, namun belum dapat diketahui pasti apakah
robohnya tembok penyebab kematian 3 siswa tersebut.

Bu Santi dan teman-temanku yang berbahagia

Menurut Kompas.com yang langsung datang kelokasi dan mewawancarai salah satu guru yang
ada pada kejadian tersebut.
Kronologi insiden robohnya tembok pembatas di MTsN 19 itu terjadi pada Kamis sekitar pukul
14.30 WIB. Saat itu hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
Hujan deras itu membuat air aliran Kali Krukut meluap dan mengakibatkan banjir di MTsN 19
serta pemukiman warga yang berada di sampingnya.
Sejumlah pelajar MTsN 19 yang saat itu tak ada jam belajar nekat keluar, mereka bermain hujan
hingga banjir yang merendam sekolah.
Para siswa itu bermain di panggung milik MTsN 19 yang berada di sisi kanan sekolah, lokasi
panggung itu berbatasan dengan akses jalan pemukiman warga yang hanya dibatasi dinding.

"Mereka lagi pada di balik tembok panggung itu," kata Edison, salah satu guru MTsN 19 saat
ditemui di lokasi.
Saat itu tembok panggung MTsN 19 yang berada di belakang siswa itu roboh. Tembok itu
disebut terdorong dinding pembatas antara sekolah dan pemukiman warga yang roboh lebih
awal.

"Tembok yang roboh ada dua, pertama tembok pembatas sekolah dengan pemukiman warga,
terus menimpa tembok panggung. Nah anak ada di bawah panggung.” kata Edison. Para siswa
yang sedang bermain saat itu terimpa dua dinding yang roboh. Para korban itu umumnya
merupakan kelas 8 MTsN 19 Pondok Labu. Total korban kejadian tersebut 6 orang, tiga siswa
meninggal dunia dan tiga orang mengalami luka-luka.

Namun ada beberapa warga yang beranggapan bahwa kejadian tersebut terjadi karena warga
sekolah yang kurang memperhatikan bangunan sekolahnya yang rapuh sehingga ketika hujan
bangunan langsung roboh. Ada juga yang beranggapan bahwa kejadian tersebut terjadi karena
hujan yang begitu deras sehingga menyebabkan banjir yang begitu dalam. Tetapi sampai
sekarang masih belum diketahui pasti apa penyebab tragedi tersebut

Bu Santi dan teman-temanku yang saya banggakan.

Dari kejadian tersebut dapat kita jadikan pelajaran, agar kita lebih peduli lagi terhadap
lingkungan dan diri kita sendiri. Seperti contoh : ketika hujan deras carilah tempat yang tertutup
yang aman yang dapat digunakan untuk berteduh, jauhilah tempat atau fasilitas yang kurang
kokoh maupun rapuh supaya tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Dan cintailah
lingkungan sekolah seperti membuang sampah pada tempatnya, lebih peduli terhadap kebersihan
dan lain-lain.

Tragedi tersebut juga dapat dijadikan pelajaran bagi seluruh warga sekolah agar lebih
memperhatikan lingkungan sekolahnya dan kelayakan bangunan agar peristiwa tersebut tidak
terjadi lagi.

Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan kurang lebihnya saya mohon maaf atas
perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
KELOMPOK 2
1. Abyasa Billah Koshinara
2. Arga Nadindra Kusumah R
3. Audrey Naziha Kanistha
4. Gianka Laudy Farel
5. Kayla Isnaini Nayustin
6. Naufal Faiz Raihan
7. Riyani Fadhilatunnisa
8. Thoriq Bachtiar Rochmani
9. Vanny Anggraeni Sulistyowati

Anda mungkin juga menyukai