Anda di halaman 1dari 179

38

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Definisi

Menurut Manuaba tahun 2010, Proses kehamilan adalah mata

rantai yang berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi

(inplantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterem (Farah, 2017).

Menurut Fedeasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasiatau implantasi. Bila dihitung dari fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

Minggu atau 10 Bulan atau 9 Bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13

hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-

40) (Farah, 2017).

Manuaba tahun 2010 menyatakan bahwa kehamilan merupakan

pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi

dan berakhir sampai permulaan persalinan (Muftika, 2019).


39

Prawirohardjo Tahun 2010 menyatakan bahwa Kehamilan adalah

proses dan mulainya ovulasi sampai partus yaitu kira-kira 280 hari (40

minggu) juga disebut kehamilan matur (cukup bulan) lebih dari 43 minggu

disebut postmatur dan kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu

disebut kehamilan prematur (Iga, 2019).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uterin mulai konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan Masa

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

kehamilan normal adalah 280 hari (40 mingggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir (Juniliyanti Helsika, 2017).

Menurut Rosdiana Kehamilan adalah masa dimana seseorang

wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan

manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan

kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Kehamilan itu sendiri disebabkan

karena adanya hubungan seksual antara pria dan wanita. Saat masa subur,

jika sel telur dibuahi maka akan terjadi penempelan sel telur yang

berbentunk semacam bola pada dinding rahim calon ibu (Ray Sandi Efendi

Rambe, 2017).
40

2. Tanda Kehamilan

Menurut Farah Azizah tahun 2017 menyatakan bahwa tanda

kehamilan dapat dilihat sebagai berikut :

a. Tanda dugaan kehamilan

1) Amenorea (Terlambat datang bulan)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan

folokel de graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui tanggal haid

terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan

perkiraan persalinan.

2) Nausea dan Emesis (Mual dan Muntah)

pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual dan muntah

terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam

batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mul muntah,

nafsu makan berkurang.

3) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam.

4) Sinkope (Pingsan)

Trjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)

menyebabkaniskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan

sinkope atau pigsan. Keadaan ini menghilang setelah usia

kehamilan 16 minggu (Farah Azizah, 2017).


41

5) Payudara tegang pengaruh estrogen-progesteron dan

somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air dan garampada

payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraftertekan

menyebabkan rasa sakit terutama ada hamil pertama.

6) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah

mulai menghilang.

7) Kontipasi atau Obstipusi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

8) Pigmentasi kulit

Keluarnya melanophore stimulating hormone hpofisis anterior

menyebabkan pigmentasi kulit disetiap pipi (kloasma gravidarium),

pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin

hitam), dan disekitar payudara (hiperpregmentasi areola mamae,

puting susu makin menonjol, pembuluh darah manifes sekitar

payudara).

9) Epulis

Hipertropi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil (Farah

Azizah, 2017).
42

10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan

pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai

bakat. Penempakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia

eksterna, kaki, betis dan payudara. Penampakan pembuluh darah

ini dapat menghilang setelah persalinan (Farah Azizah, 2017).

b. Tanda tidak pasti hamil

Menurut Rukyah (2009), menentukan kehamilan terhadap beberapa

tanda gejala hamil (Ray Sandi Efendi Rambe, 2017) :

a. Tanda kehamilan pasti

1) Gerakan janin yang dapat dirasa / diraba / jadi bagian janin .

2) Denyut Jantung Janin

a) Didengar dengan setoskop monoral laennec.

b) Dicatat dan didengar alat dopper

c) Dicatat dengan fetoelectrokardiogram

d) Dilihat pada ultrasonografi (USG)

3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil, maka

dalam pemeriksaan melalui USG (ultrasonografi) Terliat adanya

gambaran janin (Farah Azizah, 2017).

Ultrasonografi memungkinkan untuk mendeteksi jantung

kehamilan pada minggu ke 5 sampai ke 7 pergerakan jantung biasanya

terlihat pada 42 hari setelah konsepsi yang normal atau sekitar minggu
43

ke 8, melalui pemeriksaan USG, dapat diketaui juga panjang, kepala

dan bokong janin dan merupakan metode yang akurat dalam

menentukan usia kehamilan.pemeriksaan merasakan gerakan janin

dalam rahim pada usia 20 minggu, terlihat adanya gambaran kerangka

janin dengan pemeriksaan radiology, terdengar adanya denyut jantung

janin, melalui pemeriksaan dengan ultrasonografi Doppler dapat di

deteksi dengan denyut jantung janini pada minggu ke 8 sampai minggu

ke 12 setelah menstruasi terakhir dengan stetoskop leanec denyut

jantung terdeteksi pada minggu ke 18 sampai minggu ke 20 (Amelia,

2019).

b. Tanda kehamilan tidak pasti

1) Amenorea

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir

(HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal

persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari

neagele yaitu TTP (Hari pertama HT+7) dan (Bulan HT+3).

2) Mual dan Muntah

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir

Triwulan pertama. Oleh karena, sering terjadi pada pagi hari, maka

disebut Morning sickness bila mual dan muntah terlalu sering

disebut hiperemesis.
44

3) Mengidam (ingin makanan khusus)

Ibu hamil sering meminta makanan / minuman tertentu terutama

pada bulan -bulan Triwulan pertama tidak tahan suatu bau-bauan

(Farah Azizah, 2017).

4) Pingsan

Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat bisa

pingsan.

5) Tidak ada selera makan (Anoreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan kemudian

nafsu makan timbul kembali.

6) Lelah (Fatigue)

7) Payudara

Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan oleh

pengaruh estrigen dan progesteron yang merangsang duktus dab

alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih besar

(Amelia, 2019).

8) Miksi

Miksi/BAK seirng terjadi karena kandung kemih tertekan oleh

rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua

kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena

kandung kemih ditekan oleh kepala janin.


45

9) Konstipasi/obstipasi

Konstipasi terjadi karena tonus otot-otot usus menurun oleh

pengaruh hormon steroid (Farah Azizah, 2017).

10) Pigmentasi kulit

Pigmentasi kulit oleh hormon kortikosteroid plasenta, di jumpai

dimuka.

11) Empulis atau dapat disebut juga hipertropi dari papil gusi.

12) Pemekaran vena-vena (varises)

Pemakaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis,

vulva. keadaan ini biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

c. Tanda kemungkinan hamil

1) Perut membesar

Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk besar dan

konsisten dari rahim

2) Tanda hegar

Ditemukan pada kehamilan 6 sampai 12 minggu , yaitu adanya

uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain

(Amelia, 2019).

3) Tanda Chadwick

Adanya perubahan warna pada servik dan vagina menjadi kebiru-

biruan
46

4) Tanda Piscaseck

Yaitu adanya tempat yang kosong pada rongga uterus karena

embrio biasanya terletak disebelah atas , dengan dimanual akan

terasa benjolan yang asimetris (Farah Azizah, 2017).

5) Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (Braxton

hick)

6) Teraba Ballotement (Reaksi kehamilan positif).

3. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

a) Ukuran

Untuk akomodasi pertambahan janin, rahim  membesar

akibat bipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut

serabut kolagen nya menjadi higroskopik. endometrium

menjadi desidua. ukuran pada kehamilan cukup bulan adalah

30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc (Amelia,

2019).

Jika penambahan ukuran TFU pertiga jari dapat di

cermati dalam tabel berikut :


47

Tabel 2.1

TFU Menurut Penambahan per Tiga Jari

Usia
(Amelia,
Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
2019).
(Minggu)

12 3 jari di atas simfisis


b)
16 Pertengahan pusat-simfisis

20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat-PX

36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (PX)

Pertengahan pusat - prosesus xiphoideus


40
(PX)

Berat

Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi

1000 gram pada akhir kehamilan ( 40 minggu) (Amelia, 2019).

c) Bentuk Dan Konsistensi

Pada bulan bulan pertama kehamilan bentuk rahim

seperti buah alpukat pada kehamilan 4 bulan bentuk bulat,

sedangkan pada akhir kehamilan berbentuk bujur telur.  ukuran

rahim kira-kira sebesar telur ayam pada kehamilan dua bulan


48

sebesar telur bebek. dan kehamilan 3 bulan sebesar telur angsa,

pada minggu pertama Ibrahim berhofi  dan bertambah panjang

sehingga bila diraba terasa lebih panjang dan terasa lebih lunak

(soft) (Amelia, 2019).   

Keadaan ini disebut tanda Hegar pada kehamilan 5

bulan. rahim teraba seperti berisi cairan ketuban dan dinding

rahim terasa tipis. hal itu karena bagian-bagian Janin dapat

diraba melalui dinding perut dan dinding rahim.

Tabel 2.2

Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Bentuk dan Konsistensi Uterus

Seperti buah alpukat

Isthmus rahim menjadi hipertropi dan

bertambah panjang sehingga bila diraba


Bulan pertama
terasa lebi lunak, keadaan ini yang disebut

tanda hegar

2 bulan Sebesar telur bebek

3 bulan Sebesar telur angsa

4 bulan Bentuk bulat

Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,

5 bulan rahim terasa tipis itulah sebabnya mengapa

bagian – bagian janin ini dapat dirasakan


49

melaluin perabaan dinding perut.

(Amelia, 2019).

d) Posisi Rahim

(1) Pada permulaan kehamilan, dalam letak anterfleksi atau

retrofleksi (Amelia, 2019).

(2) Pada empat bulan kehamilan  rahim tetap berada dalam

rongga pelvis,

(3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam

pembesarannya dapat mencapai batas hati.

(4) Rahim yang hamil Biasanya mobilitasnya lebih mengisi

rongga abdomen kanan atau kiri.

e) Vakularisasi

Arteri uterin dan arteri ovarika bertambah dalam

diameter panjang dan anak-anak cabangnya. pembuluh darah

balik (Vena) mengembang dan bertambah.

f) Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan

(1) Pada kehamilan 16 Minggu, kavum  uteri seluruhnya diisi

oleh amonia di mana desidua kapsularis  dan desidua vena

(perietaris) telah menjadi satu. tinggi fundus uteri terletak

antara pertengahan sumfisis dan pusat. plasenta telah

terbentuk seluruhnya.

(2) Pada kehamilan 20 Minggu, tinggi fundus uteri terletak 2

sampai 3 jari di bawah Pusat.


50

(3) Pada kehamilan 24 Minggu, tinggi   fundus uteri terletak

setinggi Pusat.

(4) Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak dua

sampai tiga jari di atas pusat. Menurut spiegelberg, pada

umur kehamilan  ini. fundus uteri dari simfisis adalah 26,7

cm diatas simpisis (Amelia, 2019).

(5) Pada kehamilan 36 Minggu, tinggi fundus uteri terletak 3

Jari dibawah prosessus siloideus.

(6) Pada kehamilan 40 minggu. tinggi    fundus uteri terletak

sama dengan 8 bulan, tetap melebar ke samping yaitu

terletak diantara pertengahan Pusat dan processus sifoideus.

2) Serviks Uteri

Serviks bertambah  vaskularisasinya dan menjadi lunak

(soft) yang disebut dengan tanda gondell. ke kelenjar  endocervikal

membesar dan mengeluarkan banyak cairan mukus oleh karena

pertambahan dan peran pembuluh darah, warnanya menjadi livid

yang disebut tanda  chadwick.

3) Ovarium (Indung Telur)

Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum  graviditas

sempat terbentuknya plasenta yang mengambil alih pengeluaran

estrogen dan progesteron ( kira-kira pada kehamilan 16 Minggu

dan korpus luteum graviditas berdiameter Kurang lebih 3 cm)

kadar tlaksin di sirkulasi Maternal dapat ditentukan dan


51

meningkatkan dalam trimester pertama relaksin mempunyai

pengaruh hingga partum pertumbuhan menjadi hingga aterin.

4) Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva mengalami perubahan karena pengaruh

estrogen akibat dari hipervaskularisasi vagina dan vulva terlihat

lebih merah atau kebiruan, warna lipid pada vagina atau portio

cervix disebut tanda chadwick (Amelia, 2019).

Volume udara total dan volume plasma darah naik pesat sejak

akhir trimester pertama. volume darah akan bertambah banyak,

kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, ikuti

curah jantung (cardiac  output) Yang meningkat sebanyak kurang

lebih 30%.   Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada

kehamilan 4 bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat

jatuh dalam keadaan decompensasi cordis.  kenaikan plasma darah

dapat mencapai 40% saat mendekati cukup bulan.

b. Sistem Kardiovaskular

Selama kehamilan jumlah darah yang di pompa oleh jantung

setiap menitnya atau biasa di sebut sebagai curah jantung mingkat

sampai 30–50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan

16–28 minggu. Oleh karena curah jantung maka denyut jantung pada

saat istrirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali/menit

menjadi 80 kali / menit). Pada ibu hamil dengan penyakit jantung ia

dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis.


52

Setelah mencapai kehamilan 30 minggu curah jantung agak

menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa

darah dari tungkai ke jantung. Selama persalinan , curah jantung

meningkat sebesar 30%, setelah persalinan curah jantung menurun

sampai 15–25% di atas batas kehamilan lalu secara perlahan kembali

ke batas kehamilan.

Peningkatan curah jantung selama kehamilan terjadi karena

adanya perubahan dalam aliran darah rahim janin yang terus tumbuh

menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia

kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah ibu (Amelia,

2019).

Saat ibu melakukan aktivitas/berolahraga, curah jantung, denyut

jantung, pernafasan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita

yang tidak sedang hamil. Rontgen dan EKG menunjukkan sejumlah

berubahan dalam jantung dan kadang terdengar murmur jantung

tertentu serta ketidak teraturan irama jantung. Semua perubahan

tersebut adalah normal terjadi pada masa kehamilan tetapi beberapa

kelainan irama jntung mungkin akan memerlukan pengobatan khusus.

Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi

akan kembali normal pada trimester ketiga. Selama kehamilan, volume

darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel darah

merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25–30%.


53

Untuk alasan yang belum jelas, jumlah sel darah putih (yang

berfungsi melindungi tubuh terhadap infeksi) agak meningkat selama

kehamilan, saat persalinan dan beberapa hari setelah persalinan.

Protein darah (gambaran protein dalam serum) berubah. Jumlah

protein, albumin dan gamaglobulin menurun pada trimester I dan

meningkat bertahap sampai akhir kehamilan.

Pada hitung jenis dan kadar Hb ditemukan adanya hematokrit

yang cenderung menurun karena kenaikan relative volume plasma

darah. Jumlah eritrosit cenderung untuk memenui kebutuhan transport

O2 yang sangat diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb terliat

menurun, walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan dengan Hb

pada orang yang tidak hamil, kondisi ini disebut anemia fisiologis.

Anemia fisilogis ini disebabkan oleh meningkatnya volume plasma

darah (Amelia, 2019).

Pada ibu hamil, nadi dan tekanan darah arteri cenderung

menurun terutama pada trimester II, kemudian akan naik lagi seperti

masa pra kehamilan. Tekanan vena pada ekstermitas atas dan bawah

dalam batas–batas normal, namun cenderung naik setela trimester

pertama. Nadi biasanya naik menjadi 84 kali/menit.


54

c. Sistem Urinaria

Selama kehamilan ginjal lebih berar. Ginjal menyaring darah

yang volumenya meningkat (sampai 30–50% atau lebih) yang

puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16–24 minggu sampai sesaat

sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang

akibat rahim yang membesar).

Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika

berbaring dan menururn ketika berdiri. Keadaan ini semakin menguat

pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin

berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring/tidur.

Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih

besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring

mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari

tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan

meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung.

d. Sistem Metabolisme

Menurut Prawirohadjo 2012 Pada wanita hamil, laju metabolic

basal (Basal Metabolik Rate/BMR) biasanya meningkat pada bulan

keempat gestasi. BMR emningkat 15-20% yang umumnya ditemukan

pada triwulan terakhir (Amelia, 2019).

1) Metabolik Karbohidrat

Kadar gula darah wanita hamil lebih tinggi dari pada keadaan

tidak hamil, hal ini mungkin terjadi akibat zat antagonis insulin
55

yang dihasilkan oleh plasenta. Akibatnya adalah jumlah gula dalam

darah maternal untuk waktu yang lebih lama sehingga gula yang

banyak ini akan diteruskan ke dalam janin. Glikosuria sering di

jumpai dan disebabkan oleh kadar gula darah yang lebih tinggi

serta peningkatan jumlah dan yang beredar melalui ginjal.

2) Metabolik Protein dan Lemak

Protein cenderung menumpuk selama kehamilan karena

kebutuhan janin dan ibu terhadap pertumbuhan. Simpanan nitrogen

terbentuk (hal ini tidak sepenuhnya dipahami) untuk

mengantisipasi produksi ASI. Dengan demikian konsentrasi ureum

darah menurun.

Protein sangat diperluikan untuk perkembangan badan, alat

kandungan, payudara dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi.

Diperkirakan satu gram protein untuk setiap berat badean dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada pemeriksaan plasma

protein ditemukan adanya penururnan dalam albumin dan pula

sedikit penurunan gamma globulin. Globulin alpha 1, 2 dan beta

dan fiobrinogen meningkat. Kondisi ini akan kembali pada

keadaan sebelum hamil dalam satu minggu paskapersalinan

(Amelia, 2019).

Simpanan lemak meningkat dan dijumpai kadar lipid serta

kolestrol yang tinggi dengan sedkit lemak dokoversikan menjadi

glikogen untuk disimpan.


56

Hidrat arang seorang wanita hamil sering haus, nafsu

makannya besar, sering kencing dan kadang kala dijumpai

glukosuria, sehingga menyerupai kencing manis. Hal ini

dipengaruhi oleh somatomamotropin, peningkatan plasma insulin

dan hormone-hormone adrenal (Amelia, 2019).

Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolestrol meningkat

sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. hormon somatomamotropin

mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara.

Deposit lem,ak lainnya terjadi di badan perut, paha, dan lengan.

Peningkatan BMR ini mencerminkan peningkatan kebutuhan

konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja jantung ibu.

Vasodilatasi perrifer dan percepatan aktifitas kelenjar jantung ibu.

Vasodilatasi perifer dan percepatan aktifitas kelenjar keringgat

membantu melpaskan panas yang timbul akibat peningkatan

metabolism selama hamil. Wanita hamil dapat mengalami

intoleransi panas, yang pada beberapa wanita dirasa mengganggu.

Pada kehamilan tahap awal, banyak wanita mengeluh lemah dan

letih setelah melakukan aktifitas ringan perasaan ini dapat bertahan

diikuti dengan kebutuhan tidur. Peningkatan perasaan lemah dan

letih sebagaian dapat disebabkan oleh peningkatan aktifitas

metabolik. Pada sekitar minggu ke 10 gestasi terjadi penurunan

tekanan karbon dioksida sekitar 5 mmHg, progesterone dapat

meningkatkan sensitivitas reseptor pusat nafas sehingga volume


57

tidak meningkat, Pco2 menurun, kelebihan basa (CO3 atau

bikarbonat) menurun, dan P meningkat (menjadi lebih basa). Pada

wanita tidak hamil kadar konsentrasi alkali sebesar 155 mEq

perliter, menurun sampai 145–147 mEq. Dan serum natrium turun

dari 142–135 mEq perliter. Perubahan keseimbangan asam basa ini

menunjukkan bahwa kehamilan merupakan suatu kondisi alkalosis

respiratorik yang dikompensasi asidosis metabolic ringan (Amelia,

2019).

e. Sistem Muskuloskeletal

Pengaruh dari peningkatan esteropgen, progesterone dan elastin

dalam kehamilan menyebabkan kelemaan jaringan ikat serta ketidak

seimbangan persendian. Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan

adalah peregangan otot dan pelunakan ligament-ligament.

Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan–perubahan

tersebut adalah tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan), otot-

otot abdominal (meregang ke atas uterus hamil), otor dasar panggul

(menahan berat badan dan tekanan uterus).

Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan

structural dan bagian bermasah yang potensial dikarenakan beban yang

menekan kehamilan. Oleh karena itu masalah postur merupakan hal

biasa dalam kehamilan.

Menurut Pusdiknakes, 2003 Bertambahnya beban dan

perubahan struktur dalam keamilan mengubah dimensi tubu dan pusat


58

gravitasi. Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar dalam

membentur benda-benda (menghasilkan memar biru) dan kehilangan

keseimbangan (lalu jatuh).

f. Sistem Endokrin

Selama minnggu-minggu pertama, korpus luteum dalam

ovarium menghasilkan estrogen dan progesterone, fungsi utamanya

pada stadium ini adalah untuk mempertahankan pertumbuhan desidua

dan mencegah pelepasan serta pembesaran desidua tersebut. Sel-sel

troboblast menghasilkan hormone korionik gonadotropin yang akan

mempertahankan korpus luteum sampai plasenta berkembang penuih

dan mengambil alih produksi esterogen dan progesterone dari kospus

luteum (Amelia, 2019).

Setelah plasenta mengambil alih, sekresi esterogen dan

progesterone mengalami peningkatan yang nyata. Kadar kedua

hormone ini tetap tinggi sampai sesaat sebelum aterm, ketika fungsi

plasebnta dengan rentang usia yang tebatas mulai mengalami

penurunan. Ketioka hal ini terjadi, kadar hormone plasenta mulai

menurun.

Hormon esterogen merupakan factor yang mempengarui

pertumbuhan fetus, pertumbuhan payudara, retensi air dan natrium,

pelepasan hormone hipofise. Hormone progesterone mempengaruhi

tubuh ibu melalui relaksai otot polos, relaksasi jaringan ikat, kenaikan
59

suhu, pengembahan duktus laktiferus dan alveoli, perubahan

sekretonik dalam payudara.

Hormone-hormone plasenta lainnya disamping koronik

gonadotropin, esterogen, progesterone, plasenta menghasilkan dua

hormone spesifik lainnya yaitu hormone laktogenik dan relaksin.

Hormone laktogenik plasenta meningkatkan pertumbuhan,

menstimulasi perkembangan payudara dan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam metabolisme lemak maternal. Kadar hormone

laktogenik plasenta sebagaimana namanya relaxin memberikan efek

relaksan, khususnya pada jaringan ikat.

Perubahan endokrin lainnya yaitu sekresi kelenjar hipofise

umumnya menururn, dan penurunan ini selanjutnya akan

meningkatkan sekresi semua kelenjar endokrin. Kadar hormone

hipofise, prolaktasi meningkat secara berangsur-angsur menjelang

akhir kehamilan namun fungsi prolaktin dalam memicu laktasi

disupresi sampai plasenta dilahirkan dan kadar esterogen menurun.

g. Perubahan-Perubahan Vaskular Kulit

Angioma, nevus dan telangiektasis timbul pada sekitar 2/3

wanita kulit putih dan kira-kira 10% wanita kulit hitan selama

kehamilan

Angioma adalah bintik–bintik/garis menonjol kecil merah pada

kulit, khususnya terjadi pada wajah, leher, dada, lengan dengan


60

radikel-radikel bercabang keluar dari badan sentralnya. Paling

mungkin disebabkan oleh hiperestrogenemia.

Palmar erythema merupakan bintik-bintik merah pada bagian

telapak tangan. Sering ditemukan pada kehamilan, namun tidak ada

arti klinis yang akan segera menghilang setelah kehamilan berakhir

(Amelia, 2019).

Perubahan system integument yang dirasakan ibu hamil pada

trimester pertama yaitu palmar eritema (kemerahan di telapak tangan)

dan spider nevi, linea alba atau nigra (Amelia, 2019).

Perubahan system integument yang dirasakan ibu hamil pada

trimester ke dua dan ke tiga yaitu cloasma dan perubahan warna

areola, striae gravidarum (bulan ke 6–7).

h. Payudara

Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami

banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa

perubahan yang dapat diamati oleh ibu yaitu selama kehamilan

payudara bertambah besar, tegang dan berat, dapat teraba nodul-nodul

akibat hipertropi kelenjar alveoli, bayangan vena-vena lebih membiru,

hiperpigmentasi pada areola dan putih, kalau diperas akan keluar air

susu (kolostrum) berwarna kuning.

i. Sistem Pernafasan

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya

ruang rahim dan pembentukan hormone progesterone menyebabkan


61

paru–paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil

bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebi banyak

oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil

agak membesar. Lapisan saluran pernapasan menerima lebih banyak

darah dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah (Kongesti).

Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan persial

akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak

berubah (Amelia, 2019).

j. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan

12,5-9 kg diperoleh pada 20 minggu terakir. Berat badan yang optimal

ini berkaitan dengan resiko komplikasi terendah selama kehamilan

persalinan serta berat badan bayi lahir rendah. Banyak factor yang

mempengaruhi peningkatan berat badan. Tingkat oedema, laju

metabolic, asupan diet, muntah atau diare, meroko, jumlah cairan

amniotic dan ukuran janin, semuanya harus diperhitungan. Usia

maternal, ukuran tubuh prekehamilan, paratis, ras etenisitas, hipertensi

dan diabetes juga mempengaruhi pola peningkatan berat badan

maternal.

Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap ibu hamil saat ini

didasarkan pada indeks masa tubuh prekehamilan yang

menggambarkan perbandingan berat badannya lebih sedikit dari pada

ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan sehat.


62

Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan

adalah 12,5 kg, 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan

yang optimal ini berkaitan dengan resiko komplikasi terendah selama

kehamilan dan persalinan serta berat badan bayi lahir rendah.


63

(1) Trimester I

Seorang wanita yang sedang hamil sudah mengalami

penambahan berat badan, namun penambahan tersebut masih

tergolong rendah, kira-kira 1-2 kg karena pada masa ini saat

dimana otak, alat kelamin, dan panca indra janin sedang dibentuk

(Amelia, 2019).

(2) Trimester II

Pada Trimester II ini seorang wanita yang sedang hamil

akan mengalami penambahan berat badan 0,35-0,4 kg

perminggu. Kenaikan berat badan yang baik ini secara bertahap

dan continue. Bias jadi catatan bahwa adanya penambahan berat

badan yang berebih dan secara cepat bias jadi indikasi awal

keracunan kehamilan atau diabetes.

(3) Trimester III

Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg penambahan BB

dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-12

kg. kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg.


64

Perhitungan berat badan berdasarkan indeks massa tubuh adalah

sebagai berikut :

BB
IMT = ( TB ) 2

Keterangan : IMT = Indeks massa tubuh

BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi badan (m)

Tabel 2.3

Kategori Indeks Masa Tubuh

Kategori IMT Rekomendasi

Rendah <19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5

Obesitas >29 >7

Gimeli 16 – 20,5

(Amelia, 2019)

4. Perubahan Dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan

Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis

dan emosional seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan

betapa bahagianya karena menjadi seorang ibu dan telah memilihkan

sebuah nama untuk bayinya yang akan dilahirkannya, namun tidak jarang
65

adanya wanita merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilan

nya, khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, dan

kemungkinan bayinya tidak normal, sebagai seorang bidan anda harus

menyadari adanya perubahan perubahan tersebut pada wanita hamil agar

dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keperihatinan

kehamilan. Ketakutan dan pertanyaannya (Amelia, 2019).

a. Trimester I (1-3 bulan)

Trimester I ini disebut sebagai masa penentuan artinya

penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil.

Seorang ibu setelah mengetahui dirinya hamil maka responnya

berbeda-beda. Sikap ambivalent sering dialami ibu hamil, artinya

kadang-kadang ibu merasa senang dan bahagia karena segera akan

menjadi ibu dan orangtua, tetapi tidak sedikit juga ibu hamil merasa

sedih dan bahkan kecewa setelah mengetahui dirinya hamil. Perasaan

sedih dan kecewa ini dapat disebabkan oleh karena setelah konsepsi

kadar hormon progesterone dan estrogen dalam kehamilan akan

meningkat dan ini akan menyebabkan timbulnya mual dan muntah

pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa

tidak sehat sering kali membenci kehamilannya. Pada trimester

pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih

meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang

terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Sikap

ibu terhadap suami atau teradap orang lain juga berbeda-beda, kadang
66

ingin merahasiakannya, hal ini bisa terjadi karena memang perutnya

masih kecil dan belum kelihatan membesar, tapi ada juga ibu yang

ingin segera memberitahukan kehamilannya kepada suami atau orang

lain. Hasrat untuk melakukan hubungan sex pada wanita trimester

pertama juga bebeda. Walaupun beberapa wanita mengalami gairah

sex lebih tinggi, kebanyakan dari mereka mengalami penurunan libido

selama periode ini disebabkan ibu hamil trimester I masih mengalami

mual muntah sehingga merasa tidak sehat. Keadaan ini menciptakan

kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan

suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat

untuk mencintai namun tanpa berhubungan sex. Semua ini merupakan

bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama. Perasaan

ibu hamil akan stabil setelah ibu sudah bisa menerima kehamilannya

sehingga setiap ibu akan berbeda-beda (Amelia, 2019).

b. Trimester II (4-6 bulan)

Trimesterr II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan

karena pada saat ini ibu merasa lebih sehat. Trimester kedua biasanya

adalah saat ibu merasa lebih sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan

kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman dalam hamil

sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum

dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat

menggunakan energi dan fikirannya secara lebih konstruktif. Pada

trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai
67

merasakan kehadiran bayinya sebagai seorang diluar dari dirinya

sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa

tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan

merasakan meningkatnya libido.ibu merasa lebih stabil, kesanggupan

mengatur diri lebih baik, kondisi atau keadaan ibu lebih

menyenangkan, ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisiknya, janin

belum terlalu besar sehingga belum menimbulkan ketidaknyamanan.

Ibu mulai menerima dan menegrti tentang kehamilannya (Amelia,

2019).

Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama

kehamilannya, ada beberapa teori tentang hal ini karena tubuh ibu terus

bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga

menimbulkan blok pikiran. Tak perlu terpengaruh dengan hal ini,

sediakan catatan kecil untuk membantu anda. Dan beristrhatlah sedapat

mungkin. pada kehamilan pada minggu ke15-22 ibu hamil akan mulai

merasakan gerakan bayi yang awalnya akan terasa seperti kibasan

tetapi diakhir Trimester II akan benar-benar merasakan pergerakan

bayi. Pada ibu yang baru pertama kali sering tidak dapat mengenali

gerakan bayinya sampai minggu ke 19-22. Pada saat ibu dapat

merasakan gerakan bayinya, ibu menyadari bahwa dialam dirinya ada

individu lain sehinngga ibu lebih memperhatikan kesehatan bayinya.

Pada saat ini jenis kelamin bayi belum menjadi perhatian. Suami lebih

giat mencari uang karena menyadari bahwa tanggung jawabnya


68

semakin bertambah untuk menyiapkan kebutuhan biaya melahirkan

danperengkapan untuk istri dan bayinya. Pada trimester ini perut ibu

sudah semakin kelihatan membesar karena uteru sudah keluar dari

panggul, membuat suami semakin bersemangat. Hal ini juga

dipengaruhi oleh karena suami merasakan gerakan bayinya ketika

meraba perut istrinya (Amelia, 2019).

c. Trimester III (7-9 bulan)

Pada trimester III, calon ibu semakin peka perasaannya. Tingkat

kecemasan ibu semakin meningkat. Calon ibu akan lebih sering

mengelus-elus perutnya untuk menunjukan perlindungannya kepada

janin, senang berbicara dengan janin, terutama ketika janin berubah

posisi. Bnyak calon ibu yang sering berkhayal atau bermimpi tentang

apabila hal-hal negative akan terjadi kepada bayinya saat melahirkan

nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti kelainan letak bayi, tidak

dapat melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan.

Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung kepada pasanganya.

Pada trimester III ini, terutama pada minggu-minggu terakhir

kehamilan atau menjelang kelahiran membutuhkan lebih banyak

perhatian dan cinta dari pasangnya. Mulai takut jika akan terjadi

sesuatu terhadap suaminya. Maka dari itu, calon ibu ingin memastikan

bahwa pasangannya mendukung dan selalu ada disampingnya (Amelia,

2019).
69

Tidak semua wanita dapat mengekspresikan perasaan

ketergantungan terhadap pasangannya. Akan tetapi, tetap

mengharapkan bahwa perhatian, dukungan, dan kasih sayang dapat

tercurah dari pasangannya tersebut. Selain itu, calon ibu akan menjadi

lebih mudah lelah dan iritabilita. Beberapa wanita hamil akan sulit

berkonsentrasi dan fokus akan penjelasan-penjelasan baru yang

diberikan harus jelas dan ringkas agar calon ibu dapat menyerapnya

dengan lebih mudah (Amelia, 2019).

Pada vase ini calon ibu mulai sibuk mempersiapkan diri untuk

persiapan melahirkan dan mengasuh anaknya setelah dilahirkan.

Mempersiapkan segala kebutuhan bayi, seperti baju, nama, dan tempat

tidur. Bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas

selama masa-masa menjelang melahairkan sampai nanti setelah bayi

lahir. Pergerakan dan aktivitas bayi akan semakin sering terasa, seperti

memukul, menendang dan menggelitik.

Perasaan bahwa janin merupakan bagian terpisah semakin kuat

dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik & ukuran tubuh pada

Trimepster III dapat menyebabkan kenikmatan & rasa tertarik terhadap

aktivitas seksual menurun.

5. Ketidak Nyamanan Dalam Kehamilan

a. Trimester I

1) Mual dan Muntah


70

Disebabkan karna meningkatnya hormone HCG, esterogen,

progesterone, relaksasi otot-otot, metabolic (perubahan dalam

metabolism karbohidrat berlebih), mekanisme kongesti, inflamasi,

distensi pergeseran, alergis (sekresi korpus luteum, antigen dari

ayah, isoaglutinin, keracunan histamine) (Amelia, 2019).

Penanganannya menghindari bau atau faktor penyebab,

makan biscuit atau roti bakar sebelum bangun dari tempat tidur,

makan sedikit tapi sering, duduk tegak setiap kali selesai makan,

hindari maknan yang berminyak dengan minum diantara waktu

makan, minum-minuman berkarbohidrat, hindari menggosok gigi

segera setelah makan, minum teh herbal.

2) Sering buang air kecil

Disebabkan karna meningkatnya peredaran darah ketika

hamil, tekanan pada kandung kemih akibat membesarnya Rahim,

ekresi sodium yang meningkat bersamaa dengan terjadinya

pengeluaran air.

Penanganannya kosongkan saat terasa dorongan untung

kencing, perbanyak minum pada siang hari, kurangi minum

dimalam hari untuk mengurangi nocturia mengganggu tidur dan

menyebabkan keletihan, btasi minum bahan diuretika alami seperti

kopi, teh, soda, caffeine, jelaskan tanda tanda UTI, posisi miring.

3) Keputihan
71

Disebabkan karna hyperplasia mukosa vagina, peningkatan

produksi lender dan kelenjar endocewrvikal sebagai akibat dari

peningkatan kadar eksterogen.

Penanganannya tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap

hari, memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun karna lebih

kuat daya serapnya, hindari pakaian dalam yang terbuat dari nilon,

hindari pencucian vagina, gunakan bedak tabor untuk

mengeringkan tetapi jangan terjlalu banyak (Amelia, 2019).

4) Ngidam

Disebabkan karna wanita tersebut mengenal apa yang bias

mengurangi rasa mual dan muntah, indra pengecap menjadi

tumpul jadi makanan yang lebih merangsang dicari-cari.

Penanganannya yaitu tidak seharusnya menimbbulkan

kekhawatiran asalkan cukup bergizi dan makanan yang diinginkan

makanan yang sehat, menjelaskan tntang bahaya makanan yang

tidak baik, mendiskusikan makanan yang dapat diterima yang

meliputi makanan yang bergizi dan memuaskan ngidam atau

kesukaan tradisional.

5) Hemorrhoid

Disebabkan karna perubahan hormone dalam tubuh,

sembelit, gerakan fisik yang terbatas selama hamil, ini juga salah

satu penyebab kerja usus jadi malas.


72

Penanganannya perbanyak konsumsi makanan berserat

seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, minum cairan yang

banyak paling seikit 2 liter dalam sehari, biasakan buang air besar

secara rutin pada waktu tertentu seperti dipagi hari, sebelum buang

air besar upayakan untuk minum air hangat terlebih dahulu,

lakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, hindari mengejan

ketika buang air besar saat tidak ada dorongan untuk mengejan

(Amelia, 2019).

b. Trimester II

1) Varises pada kaki atau vulva

Disebabkan karna kongesti vena dalam vena bagian bawah

yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari

uterus yang hamil, kerapuhan jaringan elastis yang diakibatkan

oleh esterogen, kecenderungan bawaan keluarga, faktor usia dan

lama berdiri.

Penanganannya tinggikan kaki sewaktu berbaring atau

duduk, berbaring dengan posisi kaki ditinggikan kurang lebih 90

derajat, jaga agar kaki jangan bersilang, hindari berdiri atau duduk

terlalu lama, kenakan kaos kaki yang menopang.

2) Sembelit

Disebabkan olh peningkatan kadar progesterone

menyebabkan peristaltic usus menjadi lambat, penurunan

motalitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot plos usus besar,


73

penyerapan air dari kolon meningkat efek samping pengguaan

suplemen zat besi.

Penanganannya tinggikan intake cairan serat didalm diet

seperti buah, minum cairan terutama ketika perut kosong, istirahat

cukup, senam, membiasakan BAB secara teratur, BAB setelah ada

dorongan (Amelia, 2019).

3) Heart Burn (panas dalam perut)

Disebabkan oleh makin bertambahnya usia kehamilan,

kandungan asam gastik.

Penanganannya denan penggunaan kompres panas atau es

pada perut, istirahat, mandi air hangat.

4) Pusing

Disebabkan hipertensi postural yang berhubungan dengan

perubahan-perubahan hemodinamis, pengumpulan darah di dalam

pembuluh tungkai.

Penanganan penggunaan kompres hangat atau es pada

leher, istirahat, mandi air hangat.

5) Nyeri ligamentum Rotundum

Disebabkan karna hipertropi dan peregangan ligamentum

selama kehamilan, tekanan dalam uterus pada ligament.

Penanganannya menjelaskan mengenai penyebab rasa

nyeri, tekuk lutut kearah abdomen, mandi air hangat, gunakan


74

bantalan pada area yang terasa sakit, topang uterus dengan bantal

dibawahnya dan sebuah bantal di lutut pada waktu berbaring.

6) Sesak nafas

Disebabkan oleh peningkatan kadar progesterone

berpengaruh secara langsing pada pusat pernafasan untuk

menurunkan kadar co2 serta meningkatkan kadar co2 sehingga

meningkat aktifitas metabolic, hiperventilasi yang lebih ringan,

uterus membesar dan menekan diafragma (Amelia, 2019).

Penanganannya menjelaskan penyebab fisiologinya, dorong

agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernafaan pada

kecepatan normal ketika terjadi hyperventilasi, secara periode

berdiri dan meratakan lengan kepala serta menarik nafas panjang,

mendorong postur tubuh yang baik melakukan pernafasan

intercostal.

7) Keputihan

Disebabkan hyperplasia mukoa vagina, peningkatan

produksi lender dan kelenjar endocorvikal sebagai akibat dari

peningkatan kadar esterogen.

Penanganannya tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap

hari, memakai pakaian dalam yang terbuat dari kain katun, hindari

pakaian dalam yang terbuat dari nilon, hindari pencucian vagina.

8) Kram kaki
75

Disebabkan kejang pada otot betis atau otot telapak kaki,

diduga ketidakseimbangan mineral didalam tubuh ibu yang

memicu gangguan pada system persarafa otot-otot tubuh,

kelelahan yang berkepanjangan serta tekanan Rahim pada

beberapa titik persarafan otot-otot tubuh, kelelahan yang

berkepanjangan serta tekanan Rahim pada beberapa titik

persarafan yang berhubungan dengan saraf-saraf kaki.

Penanganannya meningkatkan konsumsi makanan yang

tinggi kandungan kalsium dengan magnesium seperti aneka

sayuran, senam hamil secara teratur, jika kram menyerang pada

malam hari, bangkitlah dari tempat tidur, melakukan pijat

(Amelia, 2019).

c. Trimester III

1) Pusing

Disebabkan hipertensi postural yang berhubungan dengan

perubahan-perubahan hemodinamis, pengumpulan darah di dalam

pembuluh tungkai.

Penanganan penggunaan kompres hangat atau es pada

leher, istirahat, mandi air hangat.

2) Keputihan

Disebabkan hyperplasia mukoa vagina, peningkatan produksi

lender dan kelenjar endocorvikal sebagai akibat dari peningkatan

kadar esterogen.
76

Penanganannya tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap

hari, memakai pakaian dalam yang terbuat dari kain katun, hindari

pakaian dalam yang terbuat dari nilon, hindari pencucian vagina.


77

3) Sering buang air kecil

Disebabkan karna meningkatnya peredaran darah ketika

hamil, tekanan pada kandung kemih akibat membesarnya Rahim,

ekresi sodium yang meningkat bersamaa dengan terjadinya

pengeluaran air.

Penanganannya kosongkan saat terasa dorongan untung

kencing, perbanyak minum pada siang hari, kurangi minum

dimalam hari untuk mengurangi nocturia mengganggu tidur dan

menyebabkan keletihan, btasi minum bahan diuretika alami seperti

kopi, teh, soda, caffeine, jelaskan tanda tanda UTI, posisi miring

(Amelia, 2019).

4) Bengkak pada kaki

Disebabkan air yang selalu mengalir ketempat yang lebih

rendah.

Penanganannya mengurangi makanan yang mengandung

garam, setelah banguntidur angkat kaki selama beberapa menit,

pada saat duduk posisi kan kaki lebih tinggi, jangan menyilangkan

kaki ketika duduk.

5) Nyeri ligamentum

Disebabkan hipertropi dan peregangan ligamentum selama

kehamilan, tekanan dalam uterus pada ligamentum.

Penanganannya menjelaskan mengenai penyebab rasa

nyeri, tekuk tulutut kearah abdomen, mandi air hangat, gunakan


78

bantalan pada area yang tersa sakit, topang uterus dengan bantal

dan dibawahnya menggunakan bantal diantara lutut pada waktu

berbaring.

6) Sakit Pinggang

Keadaan umum yang sering dirasakan ketika kehamilan

lanjut Karena postur tubuh yang berubah serta meningkatnya

beban berat yang dibawa dalam rahim.

Penanganannya yaitu dengan perbaikan postur tubuh ibu

hamil, dengan posisi tidur yang nyaman dengan menggunakan

bantal penopang dan posisi miring bergantian (Amelia, 2019).

7) Braxton His

Kontraksi palsu atau disebut Braxton his adalah kontraksi

rahim yang tidak beraturan umumnya terjadi pada trimester dua

atau ketiga, sebagian ibu mengalami kontraksi palsu pada

trimester akhir. Kontraksi ini terjadi sewaktu rahim ibu

mengencang lalu mengendur lagi dan terjadi tidak beraturan.

Menjelang akhir kehamilan ibu, kontraksi ini terasa lebih sakit,

terutama bila janin sedang berubah posisi dengan kepala dibawah,

yang memasuki usia persalinan.

Penanganannya adalah dengan melakukan relaksasi

pernafasan ibu. Hal ini akan membantu ibu dalam mengatasi

ketidak nyamanan.
79

8) Sulit tidur pada malam hari

Ketidak nyamanan fisik dan gerakan janin juga sering

mengganggu istirahat ibu sehingga ibu sulit tidur nyenyak saat

malam haridan mengakibatkan kurangnya kualitas tidur ibu

hamil.

Penanganannya dengan ibu hamil tidak terlalu stress,

relaksasi otot progresif, terapi musik, dan tehnik pernafasan.

6. Tanda Bahaya Kehamilan

a. Perdarahan pervagina

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri berarti

abortus, KET, mola hidatidosa (Amelia, 2019).

Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah

merah, banyak/sedikit, nyeri berarti plasenta previa dan solusio

plasenta.

b. Sakit Kepala yang Hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius

adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut

ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau

berbayang.Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari

preeklampsia.
80

c. Perubahan Visual Secara Tiba-Tiba (Pandangan kabur, Rabun Senja)

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya

pandangan kabur atau berbayang.

d. Nyeri Abdomen yang Hebat

Nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.

Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, penyakit radang

panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu,

abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lain.

e. Bengkak pada Muka atau Tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul

pada muka atau tangan, tidah hilang setelah beristirahat, dan diserat

dengan keluhan fisik lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia,

gagal jantung atau preeklampsia (Amelia, 2019).

f. Bayi Kurang Bergerak Seperti Biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke 5 atau ke 6.

Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi

ridur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3

ali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu

berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.

7. Pemantauan Khusus Trimester

Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal

kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan
81

cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak,

kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan

dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3,

dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal

hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama

kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak 2 kali kunjungan antenatal pada

usia kehamilan diatas 36 minggu.

Pemantauan khusus dapat kita lakukan pada saat sebagai berikut,

yaitu adalah :

a. Setiap satu bulan sekali pada umur kehamilan 1 bulan sampai 7 bulan

dari (1 minggu-28 minggu).

b. Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan (29 minggu-32

minggu) (Amelia, 2019).

c. Setiap 1 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan sampai persalinan

(33minggu-40minggu).

8. Mengitung Usia Kehamilan

Menentukan usia kehamilan merupakan salah satu langkah penting

yang harus dilakukan oleh bidan.

Cara menuntukan usia kehamilan diantaranya adalah sebagai berikut,

yaitu :

a. Menggunakan suatu alat khusus (skala yang sudah disesuaikan).

1) Tentukan terlebih dahulu Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

2) Lihat dalam skala, akan terlihat usia kehamilan sekaligus HPL-nya


82

b. Menggunakan cara manual (menghitung)

1) Tentukan HPHT terlebih dahulu

2) Tentukan tanggal pemeriksaan hari ini

3) Buat jumlah minggu dan kelebihan hari setiap bulan

4) Daftar jumlah minggu dan hari dibuat mulai dari sisa hari dalam

bulan HPHT sampai dengan jumlah minggu dan hari di bulan saat

pasien melakukan pemeriksan

5) Setelah daftar selesai dibuat, jumlahkan minggu dan harinya, hasil

akhir dikonversikan dalam jumlah minggu.

c. Menentukan Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Untuk HPL biasanya digunakan rumus Neagle, yaitu sebagai

berikut (Amelia, 2019).

Jika, HPHT Bulan April-Desember

Rumus : HPL=HPHT+7 hari – 3 bulan + 1 Tahun

Jika, HPHT Bulan Januari-Maret

Rumus : HPL=HPHT+7 hari + 9 bulan

Namun, rumus ini tidak bisa digunakan jika sebagai berikut :

1) Ibu dengan riwayat haid tidak teratur

2) Ibu hamil saat masih menyusui dan belum haid sesudah

melahirkan; serta

3) Ibu hamil karena berhenti mengonsumsi pil KB dan belum haid.


83

9. ANC

a. Definisi

Asuhan antenatal adalah upaya Preventif program pelayanan

kesehatan obstetric untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan

(Amelia, 2019).

Menurut Mufdillah (2009) dalam Walyani (2015), Antenatal

Care adalah suatu program yang terencara berupa observasi, edukasi,

dan penanganan medic ibu hamil untuk memperoleh suatu proses

kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan.

b. Tujuan

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

social ibu juga bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma yang seminimal

mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Eksklusif.


84

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Amelia, 2019).

c. Standar Asuhan

1) Identifikasi dan Riwayat Kesehatan

a) Data umum pribadi

Nama, usia, alamat, pekerjaan ibu/suami, lamanya menikah,

kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan.

b) Keluhan saat ini

Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu, lamanya

mengalami gangguan tersebut.

c) Riwayat haid

Hari pertama haid terakhir (HPHT), usia kehamilan dan

taksiran persalinan (Rumus Naegele : tanggal HPHT ditambah

7 dan bulan dikurangi 3).

d) Riwayat kehamilan dan persalinan

Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.

Cara persalinan, jumlah dan jenis kelamin anak hidup, berat

badan lahir, cara pemberian asuhpan bagi bayi yang dilahirkan,

informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.

e) Riwayat kehamilan saat ini

Identifikasi kehamilan, identifikasi penyulit (preeklamsia atau

hipertensi dalam kehamilan), penyakit lain yang diderita,

gerakan bayi dalam kandungan.


85

f) Riwayat penyakit dalam keluarga

Diabetes mellitus, hipertensi atau hamil kembar, kelainan

bawaan.

g) Riwayat penyakit ibu

Penyakit yang pernah diderita, DM, HDK, infeksi saluran

kemih, penyakit jantung, infeksi virus berbahaya, alergi obat

atau makanan tertentu, pernah mendapat transfuse darah dan

indikasi tindakan tersebut, inkompatibilitas rhesus, paparan

sinar-X/rontgen.

h) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

Dilatasi dan kuretase, reparasi vagina, seksio sesarea, serviks

inkompeten, operasi non-ginekologi.

i) Riwayat mengikuti program keluarga berencana.

j) Riwayat imunisasi

k) Riwayat menyusui.

2) Pemeriksaan

a) Keadaan umum

Tanda vital, pemeriksaan jantung dan paru, pemeriksaan

payudara, kelainan otot dan rangka serta neurologik.


86

b) Pemeriksaan abdomen

(1) Inspeksi

Bentuk dan ukuran abdomen, parut bekas operasi, tanda-

tanda kehamilan, gerakan janin, varises atau pelebaran

vena, hernia, edema (Amelia, 2019).

(2) Palpasi

Tinggi fundus uteri, punggung bayi, presentasi, sejauh

mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul.

TBJ merupakan suatu perkiraan berat badan berdasarkan

pada hasil perhitungan kasar pengukuran luar uterus.

TBJ dapat dihitung dengan menggunakan cara TBJ (gram)

= 155 X (TFU – K) dimana TFU dalam satuan cm, dihitung

dengan menggunakan pita ukur dan dilakukan 2 kali

pengukuran dan K = 12 jika kepala belum masuk memasuki

pintu atas panggul (stasion +), 11 jika sudah memasuki

pintu atas panggul (stasion 0).

(3) Auskultasi

10 minggu dengan Doppler, 20 minggu dengan fetoskop

Pinard.

Denyut jantung normal janin berfrekuensi antara 110-160

denyutan/menit. Jika denyut jantung <110 disebut

bradikardi dan takhikardi jika denyut >160/menit.


87

(4) Inspekulo vagina untuk identifikasi vaginitis pada rimester

I/II.

3) Laboratorium

a) Pemeriksaan

Analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb dan MCV, golongan

darah, hitung jenis sel darah, gula darah, antigen hepatitis B

virus, antibody rubella, HIV/VDRL.

b) Ultrasonografi

Rutin pada kehamilan 18-22 minggu untuk identifikasi

kelainan janin.

Pelayanan ANC minimal 5T meningkat menjadi 7T dan

sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemic

malaria menjadi 14T yakni :

1) Timbang berat badan tinggi badan

Menurut Sayono, 2010 Tinggi badan ibu dikategorikan

adanya resiko apabila hasil pengukuran <145 cm. berat badan

ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui

kenaikan BB dan penurunan BB, kenaikan BB ibu hamil normal

rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg (Amelia, 2019).

2) Tekanan darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi

tekanan darah yang cenderung naik waspadai adanya gejala

hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun di bawah normal kita


88

pikirkan kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar

systole/diastole. 110/80-120/80 mmHg.

3) Pengukuran tinggi fundus uteri

Pengukuran TFU merupkan salah satu metode pengukuran

sederhana yang dilakukan pada kehamilan trimester kedua dan

ketiga, dengan cara mengukur perut ibu dari simpisis pubis hingga

fundus uteri menggunakan pita ukur (Amelia, 2019).

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada tepi

atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri.

Tabel 2.4

Tabel Tinggi Fundus Uteri (cm)

Umur Kehamilan
(Amelia, No Tinggi Fundus Uteri (cm)
Dalam Minggu
2019).
1 12 cm 12

2 16 cm 16

3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

8 40 cm 40
89

4) Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)

Untuk memenui kebutuhan volume darah pada ibu hamil

dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring

dengan pertumbuhan janin (Amelia, 2019).

5) Pemberian Imunisasi TT

Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping

TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari TT

pada tempat penyuntikan.

Tabel 2.5

Tabel Pemberian Imunisasi TT


% Masa
Imunisasi Interval
Perlindungan Perlindungan

Pada kunjungan
TT 1 0% Tidak ada
ANC 1

4 Minggu setelah
TT 2 80% 3 Tahun
TT 1

6 Bulan setelah
TT 3 95% 5 Tahun
TT 2

1 Tahun setelah
TT 4 99% 10 Tahun
TT 3

1 Tahun setelah 25 Tahun /


TT 5 99%
TT 4 seumur hidup
90

(Amelia, 2019)

6) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang

pertama kali, lalu di periksa lagi menjelang persalinan.

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia

pada ibu hamil (Amelia, 2019).

7) Pemeriksaan Protein Urine

Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.

Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.

8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan Veneral Desease Research Lsboratory

(VDRL) untuk mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit

menular seksual antara lain syphilish.

9) Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu

hamil dengan indikasi penyakit gula / DM atau riwayat penyakit

gula pada keluarga ibu dan suami

10) Perawatan payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan

payudara yang ditunjukkan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan

payudara adalah (Amelia, 2019) :


91
92

a) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu

b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada

putting susu terbenam)

c) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI

lancar

d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi

dan mulai pada kehamilan 6 bulan.

11) Senam ibu hamil

Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan

mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah

sembelit.

12) Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu

hamil di daerah endemic malaria atau kepada ibu dengan gejala

khas malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil.

13) Pemberian kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium dipengarui oleh factor-factor

lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsure

yodium. Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok

dan kretin yaitu di tandai dengan :

a) Gangguan fungsi mental.

b) Gangguan fungsi pendengaran


93

c) Gangguan pertumbuan

d) Gangguan kadar hormone yang rendah

14) Temu Wicara

Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka)

untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik

mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapinya. Ada lima prinsip-prinsip

pendekatan konseling yaitu (Amelia, 2019) :

a) Keterbukaan

b) Empati

c) Dukungan

d) Sikap dan respon positif

e) Setingkat atau sama derajat

Menurut Saryono, 2010 Tujuan konseling pada Antenatal

Care yaitu :

a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai

upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak di inginkan.

b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebutuhan asuhan

kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau

tindakan klinik yang mungkin diperoleh.


94

10. Anemia Pada Kehamilan

a. Definisi anemia pada kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat

besi dan merupakan anemia yang pengobatannya relatif mudah,

bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional

karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat

dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.

Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child”

(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia

memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam

pelayanan kesehatan pada lini terdepan (Amelia, 2019).

Menurut Marmi dkk (2011) wanita tidak hamil mempunyai nilai

normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-34%. Angka-angka

tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang

mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan

hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin

selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap

3 bulan sekali atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau

pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan terakhir. Dalam

kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolumia) karena

itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding

pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan pertambahan

tersebut yaitu plasma darah bertambah 30%, sel-sel darah bertambah


95

18%, hemoglobin bertambah 19%. Wanita memerlukan zat besi lebih

tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan pendarahan

sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar

30 sampai 40 mg. Disamping itu, kehamilan memerlukan tambahan zat

besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel

darah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami

kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan

menjadi makin anemis. Sebagai gambaran berupa banyak kebutuhan

zat besi pada setiap kehamilan adalah meningkatkan sel darah ibu 500

mg Fe, terdapat dalam plasenta 300 mg Fe, untuk darah janin 100 mg

Fe jadi jumlah kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan adalah 900

mg Fe. Jika persedian cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan

akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan

anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi

anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran)

dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada

kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18

minggu sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin

ibu sebelum hamil sekitar 11 g% dengan terjadinya hemodilusi akan

mengakibatkan anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,6

sampai 10 g%. Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan

pendarahan ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg. Saat laktasi,

ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat


96

menyiapkan ASI untuk pertumbuhkan dan perkembangan bayi. Dalam

keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik

(Amelia, 2019).

Menurut proverawati (2011) dalam Kalsum (2016) dikatakan

ketika tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi dibandingkan dengan

yang telah tersedia, maka dapat berpotensi terjadinya anemia. Anemia

selama kehamilan akibat peningkatan volume darah merupakan anemia

ringan (Amelia, 2019).

b. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah

oleh karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap

plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-

65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada

bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit

menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi

yang meningkat volume plasma seperti laktogen plasma, yang

menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.

c. Etiologi Anemia Pada Kehamilan

Anemia dapat disebabkan karena hilangnya sel darah merah

yang meningkat, misalnya akibat perdarahan karena trauma atau

operasi, infeksi parasit, penyakit inflamasi. Penurunan produksi normal

sel darah merah akibat defisiensi besi, vitamin B12, folat, malnutrisi,
97

malabsorpsi, infeksi hiv, serta penyakit kronis juga dapat menyebabkan

anemia.

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya

kadar Fe yang diperlukan untuk pembentukan Hb sehingga disebut

anemia defisiensi Fe. Penyebab terjadinya anemia defisiensi Fe pada

ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak

langsung. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya

mengkonsumsi zat penghambat absorbsi non hem Fe serta ada infeksi

parasit. Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh

(Amelia, 2019) :

1) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.

2) Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil.

3) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan.

4) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada

wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

d. Tanda Gejala Klinis Anemia

1) Gejala umum anemia: gejala ini berupa badan lemas, lesu, cepat

lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga berdenging. Anemia

bersifat simtomatik jika hemoglobin telah turun dibawah 7 g/dl.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada

konjungtiva dan jaringan dibawah kuku.

2) Gejala khas defisiensi besi, gejala yang khas dijumpai pada

defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah
98

koilonychia, atropi papil lidah, stomatitis angularis, disfagia, atrofi

mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia, pica.

3) Gejala penyakit dasar , pada anemia defisiensi besi besi dapat

dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia

defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia akibat cacing

tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak dan kulit

telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah,

sering pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka,

nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada

anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,

perubahan jaringan epitel kuku, gangguann sistem neuromuskular,

lesu, lemah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa (Amelia, 2019).

Manifestasi klinis pada anemia timbul akibat respon tubuh

terhadap hipoksia (kekurangan oksigen dalam darah). Manifestasi

klinis tergantung dari kecepatan kehilangan darah, akut atau kronik

anemia, umur dan ada atau tidaknya penyakit misalnya penyakit

jantung. Kadar Hb biasanya berhubungan dengan manifestasi klinis.

Bila Hb 10-12 g/dl biasanya tidak ada gejala. Manifestasi klinis

biasanya terjadi apabila Hb antara 6-10 g/dl diantaranya dyspnea

(kesulitan bernapas, napas pendek), palpitasi, keringat banyak,

keletihan.

e. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan dan Janin


99

1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan

Bahaya selama kehamilan : dapat terjadi abortus,

persalinan, prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam

rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb

<6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, Ketuban Pecah Dini (KPD)

2) Bahaya saat persalinan: gangguan his (kekuatan mengejan), kala

pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, kala

dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti

retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri,

kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan

atonia uteri (Amelia, 2019).

3) Bahaya anemia terhadap janin : sekalipun tampaknya janin mampu

menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia

akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan. Dalam bentuk :

abortus, kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi,

berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi

cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian

perinatal, dan inteligensia rendah.

f. Upaya Penanggulangan Anemia


100

Sumber makanan kaya zat besi dan asam folat umumnya

terdapat pada sumber protein hewani seperti hati, ikan dan daging yang

harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh

kebanyakan masyarakat di Indonesia. Pemberian tablet tambah darah

sebagai salah satu upaya penting dalam pencegahan dan

penanggulangan anemia yang merupakan cara yang efektif karena

dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi

dan atau asam folat. Tablet tambah darah merupakan tablet yang

diberikan kepada wanita usia subur dan ibu hamil. Bagi wanita usia

subur diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu dan 1 (satu) kali

sehari selama haid dan untuk ibu hamil diberikan setiap hari selama

masa kehamilannya atau minimal 90 (sembilan puluh) tablet.

B. Persalinan

1. Definisi

Persalinan ialah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan menggunakan bantuan atau

tanpa bantuan (kekuatan sendiri atau spontan). Proses ini di mulai adanya

kontraksi persalinan sejati yang di tandai dengan perubahan serviks secara

progresif sampai kelahiran plasenta (Indah, 2017).

Menurut Manuaba Tahun 2010, Persalinan adalah proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
101

dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Muftika, 2019).

Menurut Mochtar tahun 2013, Persalinan adalah suatu proses

pengeluaran hasi konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar,

melalui jalan lahir atau jalan lain (Iga, 2019).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan yang normal yaitu yang terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Fitri,

2018).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir (Indah, 2017).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu.

Menurut Sondakh tahun 2013 menyatakan bahwa Persalinan

adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup di

luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat dikatakan

normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi letak

belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan

serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung

dalam waktu kurang dari 24 jam (Amelia, 2019).

Menurut Kuswanti tahun 2014 menyatakan bahwa Persalinan

adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang


102

cukup bulan atau hamper cukup bulan disusul dengan pengeluaran

plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipisnya) dan

berakhirnya dengan lahirnya plasenta lengkap (Fitri, 2018).

Menurut Prawirohadjo (2010), Persalinan dan Kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan

(37- 42 mggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepalayang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin (Fitri, 2018).

2. Teori Permulaan Persalinan

a. Teori Penurunan Hormon

Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi kadar

esterogen dan progesterone. Progesterone mengakibatkan relaksasi

otot-otot rahim, sedangkan esterogen meningkatkan kerentanan otot-

otot rahim. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar

esterogen dan progesterone, tetapi akhir kehamilan terjadi penurunan

kadar progesterone sehingga timbul his.

b. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan

iskemik otot-otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk

mengeluarkan isinya.
103

c. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion

ini ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus

(Amelia, 2019).

d. Teori Plasenta menjadi tua

Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kadar progesterone

yang mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah, hal ini

menimbulkan kontraksi Rahim.

e. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab

permulaan persalinan karena menyebabkan kontraksi pada

miometrium pada setiap umur kehamilan.

f. Indikasi Partus

Partus dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitosin, menurut

tetesan perinfus dan pemberian gagang laminaria ke dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, sehingga

timbul kontraksi dan melakukan amniotomi yaitu pemecahan ketuban.

3. Tanda Dan Gejala Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sbelumnya

wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang

disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labour). Ini memberikan

tanda-tanda sebagai berikut :


104

a. Lightening atau setting atau dari opping yaitu kepala turun memasuki

pintu atas panggul terutama pada primigravida, pada multipara tidak

begitu ketara.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaan sulit buang air kecil atau sering buang air kecil, karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut false labor pains

e. Pecahnya ketuban.

f. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah,

bisa bercampur darah (Bloody show) dan pembukaan telah ada

(Amelia, 2019).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Ada lima faktor essensial yang mempengaruhi proses persalinan

dan kelahiran. Passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta), passage

(jalan lahir), power (kekuatan), posisi ibu dan psychologic (respons

psikologis) (Indah, 2017).

a. Power (Kekuatan/Tenaga)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontraksi diafragma dam aksi dari ligament (Amelia, 2019).

1) His (Kontraksi Uterus)

Kekuatan yang mendorong janin saat persalinan adalah his,

kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari


105

ligament. His merupakan kontraksi otot-otot rahim pada

persalinan. His yang normal mempunyai sifat :

a) Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.

b) Fundus dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.

c) Kekuatannya seperti memeras isi rahim.

d) Setelah adanya kontraksi, diikuti dengan adanya relaksasi.

e) Pada setiap his menyebabkan terjadinya perubahan pada

serviks, yaitu menipis dan membuka.

Berikut ini ada beberapa pembagian dan sifat-sifat his

diantaranya adalah sebagai berikut (Amelia, 2019) :

a) His pendahuluan : his yang tidak kuat, datangnya tidak

teratur, menyebabkan keluarnya lendir darah atau bloody

show.

b) His pembukaan : menyebabkan pembukaan serviks sampai

terjadi pembukaan 10cm, mulai kuat, teratur dan sakit.

c) His pengeluaran : untuk mengeluarkan janin, sangat kuat,

teratur, simetris, terkoordinasi bersamaan antara his kontraksi

otot perut, kontraksi diafragma dan ligament.

d) His pelepasan (kala III) : kontraksi sedang untuk melepaskan

dan melahirkan plasenta.

e) His pengiring : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, terjadi

pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.


106
107

2) Tenaga Meneran

Tenaga meneran pasien akan semakin menambah kekuatan

kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-

otot dinding abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan

tenaga meneran pasien akan meningkatkan tekanan intrauterus

sehingga janin akan semakin terdorong keluar. Dorongan meneran

akan semakin meningkat ketika pasien dalam posisi yang nyaman,

misalnya, setengah duduk, jongkok, berdiri, atau miring ke kiri

(Amelia, 2019).

b. Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai. Jalan lahir di bagi atas :

1) Jalan lahir keras yaitu tulang panggul

Tulang panggul tersusun atas empat tulang yakni dua tulang

koksa, sacrum dan koksigis yang dihubungkan oleh tiga sendi os

koksa dibagi menjadi os illium, os iskium dan os pubis.

a) Bidang/Pintu Panggul :

(1) Pintu Atas Panggul : Inlet dibatasi oleh linea terminalis

(linea innominate)
108

(2) Ruang Tengah Panggul : kira-kira pada spina ischiadic

Disebut juga midlet.

(3) Pintu Bawah Panggul : symphisis dan arcus pubis Disebut

juga outlet.

b) Bidang Hodge

(1) Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas

symphisis dan promontorium,

(2) Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah

symphisis.

(3) Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika

kanan dan kiri (Amelia, 2019).

(4) Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis.

c) Jenis Panggul

Dalam obstetrika dikenal 4 jenis pangul (pembagian

Caldwell dan Moloy), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas

panggul sebagai berikut :

(1) Jenis ginekoid : panggul paling baik untuk wanita, bentuk

pintu atas panggul hampir bulat. Panjang diameter antero

posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis

ini ditemukan pada 45% wanita.

(2) Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segitiga.

Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini.Jenis ini

ditemukan pada 15% wanita.


109

(3) Jenis anthropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong,

seperti telur. Panjang diameter antero posterior lebih besar

daripada diameter transversa. Jenis ini dietmukan pada

35% wanita

(4) Jenis platipeloid : picak, menyempit pada arah muka

belakang (panggul pipih)

2) Jalan lahir lunak

Jalan lahir lunak yaitu yang berperan dalam persalinan adalah

uterus, otot dasar panggul, dan perineum.

c. Passenger (Janin dan Plasenta)

1) Kepala Janin dan Ukurannya (Amelia, 2019).

a) Bagian muka dan tulang dasar tengkorak

(1) Os nalasis (tulang hidung)

(2) Os maksilaris (tulang rahang atas)

(3) Os mandibularis (tulang rahang bawah)

(4) Os zigomatik (tulang pipi).

b) Bagian tengkorak

(1) Os frontalis (tulang dahi).

(2) Os parietalis (tulang ubun-ubun).

(3) Os temporalis (tilang pelipis).

(4) Os occipitalis (tulang belakang kepala).

c) Sutura

(1) Sutura sagitalis (sela panah).


110

(2) Sutura koronaria (sela mahkota).

(3) Sutura lamboidea (sela lamda).

(4) Sutura frontalis (sela dahi).

d) Ubun-ubun (fontanel)

(1) Ubun-ubun besar (UUB/fontanel major/bregma)

(2) Ubun-ubun kecil (UUK/fontanel minor)

e) Daerah-daerah

(1) Sinciput (depan kepala)

(2) Vertex (puncak kepala)

(3) Occiput (belakang kepala)

f) Ukuran diameter (Amelia, 2019).

(1) D. occipito-frontalis 12 cm (letak puncak kepala)

(2) D. mento-occipitalis 13,5 cm (letak dahi)

(3) D. suboccipito-bregmatika 9,5 cm (letak belakang kepala)

(4) D. biparietalis 9,25 cm.

(5) D. bitemporalis 8 cm

g) Ukuran sirkumferensia

(1) Circ. Fronto-occipitalis 34 cm

(2) Circ. Mento-occipitalis 35 cm

(3) Circ. Suboccipitobregmatika 32 cm

h) Planum

(1) Plan. Fronto-occipitalis 34 cm

(2) Plan. Mento-parietalis 35 cm


111

(3) Plan. Trachea-parietalis 34 cm

2) Postur Janin Dalam Rahim

Istilah-istilah yang digunakan untuk kedudukan janin dalam

rahim yaitu :

a) Sikap (attitude/habitus)

Sikap adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu

dengan bagian yang lain. Sikap menunjukkan bagian-bagian

janin dengan sumbu janin, biasanya dalam sikap fleksi di

mana kepala, tulang punggung dan kaki dalam keadaan

fleksi, serta bagian lengan bersilang di dada.

b) Letak (lie/situs)

Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada

terhadap sumbu ibu. Misalnya, letak lintang di mana sumbu

janin tegak lurus pada sumbu ibu, letak membujur di mana

usmbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala

atau letak sungsang (Amelia, 2019).

c) Presentasi (presentation)

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin

yang ada di bagian bawah rahim, yang dijumpai pada palpasi

atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala,

bokong, bahu dan lain-lain.


112

d) Bagian terbawah (presenting part)

Sama dengan presentasi yaitu merupakan bagian janin

yang pertama kali memasuki pintu atas panggul dan uterus

melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.

e) Posisi (position)

Posisi merupakan indikator untuk mentapkan arah

bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau

belakang terhadap sumbu ibu. Misalnya pada letak belakang

kepala unbun-ubun kecil kiri depan, ubun-ubun kecil kanan

belakang.

3) Letak Janin Dalam Rahim

a) Letak Membujur (Longitudinal)

(1) Letak kepala terdiri dari Letak Fleksi (letak belakang

kepala) dan Letak Defleksi (letak puncak kepala, letak

dahi, letak muka) (Amelia, 2019).

(2) Letak sungsang terdiri dari letak bokong sempurna

(complete breech), letak bokong (frank breech) dan letak

bokong tidak sempurna (incomplete breech).

b) Letak Lintang (Transverse lie)

c) Letak Miring (oblique lie)

(1) Letak kepala mengolak

(2) Letak bokong mengolak.


113

5. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin dalam

menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran pinggul saat kepala

melewati panggul. Mekanisme ini diperlukan mengingat diameter janin

yang lebih besar harus berada pada satu garis lurus dengan diameter paling

besar dari pinggul.

Diameter kepala janin yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut :

a. Diameter bipariental: jarak antara 2 pariental (9,5 cm)

b. Diameter suboccipito bregmatika: jarak antara pertemuan leher

dengan oksiput ke sinsipital (11,5 cm)

c. Accipitomento: jarak dari ubun-ubun kecil ke mentium (dahi) 12,5-

13,5 cm.

d. Submentobregmatik: jarak pertemuan leher, rahang bawah ke bregma

9,5 cm.

Gerakan gerakan janin dalam persalinan atau gerakan kardinal

sebagai berikut (Amelia, 2019) :

a. Engagment

Engagment adalah peristiwa ketika diameter bipariental melewati

pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik di dalam

jalan lahir dan sedikit fleksi.


114

b. Penurunan

1) Dimulai sebelum onset persalinan atau inpartu. Penurunan kepala

terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.

2) Kekuatan yang mendukung menurut cuningham dalam buku

obstetri william dan ilmu kebidanan varney yaitu:

a) Tekanan cairan amnion

b) Tekanan langsung fundus pada bokong janin

c) Kontraksi otot abdomen

d) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang

c. Fleksi

Gerakan fleksi disebabkan karena janin didorong maju, tetapi

kepala janin terhambat oleh serviksm dinding panggul atau dasar

panggul. Pada kepala janin dengan adanya fleksi maka diameter

oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm,

posisi dagu bergeser ke arah dada janin. Pada pemeriksaan dalam

ubun- ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun besar.

d. Rotasi dalam

Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian

terendah janin dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai di bawah

simpisis (Amelia, 2019).

Sebab-sebab adanya putaran paksi dalam adalah sebagai

berikut :
115

1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak

fleksi

2) Bagian belakang kepla mencari tahanan yang paling sedikit yang

disebelah depan atas yaitu hiatus genetalis antara mukus levator

ani kiri dan kanan.

e. Ekstensi

Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit

langsung pada margo inferior simpisis pubis. Penyebabnya

dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke

depan dan atas, sehingga menyesuaikan dengan cara ekstensi agar

dapat melaluinya,

f. Rotasi luar

Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi

oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam. Rotasi luar

merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggu janin,

bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber isciadikum kanan

atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Putar

paksi luar ini menjadikan diameter biakrominal janin serah dengan

diameter anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di

anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya dibagian posterior

di belakang perineum. Sutura sagitalis kembali melintang (Amelia,

2019).

g. Ekspulsi
116

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah

kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang

sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu

belakang dan badan seluruhnya.

6. Tahap Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun

janin. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit (Indah, 2017).

a. Kala I

Pada kala I serviks membuka sampai pembukaan 10 cm. kala I

dinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan partus bila timbul

his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah

disertai dengan pendataran (effacement) (Amelia, 2019).

Proses membukanya serviks dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1) Fase Laten

Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) Fase Aktif

Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3

macam (Amelia, 2019) :

a) Fase Akselerasi
117

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm


118

b) Fase Dilatasi Maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari

4 cm menjadi 9 cm

c) Fase Deselarasi

Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan

dari 9 cm menjadi lengkap.

b. Kala II

Kala ini disebut sebagai kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini his menjadi

semakin lebih cepat kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Dalam fase ini

dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang dapat

menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada

rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai

menonjol dan dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva

pada waktu his (Amelia, 2019).

Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi maka kepala janin

tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengejan

maksimal, kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah

simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah

istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan

anggota bayi. Proses kala II berlangsung selama 2 jam pada primi dan

1 jam pada multi.


119

Pada kala II dijumpai adanya tindakan amniotomi dimana ketika

pembukaan lengkap ketuban tidak pecah spontan. menyatakan

amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik dibagian

bawah depan (fore water) maupun dibagian belakang (hind water)

dengan alat khusus, amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung

menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf-

syaraf yang merangsang kontraksi rahim. Beberapa teori

mengemukakan bahwa (Amelia, 2019) :

1) Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar40% sehingga

tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks.

2) Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam

rahim kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga

berkurangnya oksigenasu otot-otot rahim dan keadaan ini

meningkatkan kepekaan otot rahim.

3) Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding

serviks dimana didalmnya terdapat banyak syaraf-syaraf yang

merangsang kontraksi rahim.

Pada kala II sering adanya tindakan episiotomi oleh adanya

beberapa faktor. Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum

yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput

dara, jaringan pada septum retrovaginal, otot-otot dan fasia perineum

dan kulit sebelah depan perineum.


120

Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu

maupun pihak janin (Amelia, 2019) :

1) Indikasi Janin

a) Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk

mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala

janin.

b) Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin

dengan cunam, ekstraksi vakum, dan janin besar.

2) Indikasi ibu

Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga

ditakuti akan terjadi robekan perineum, umpama pada primipara,

persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum,

dan anak besar.

c. Kala III

Disebut juga sebagai kala uri. Setelah bayi lahir, uterus teraba

keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit

kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah, kira-kira

100-200 cc.

Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik

dorsokranial. Kala III terdiri dari 2 fase, yaitu sebagai berikut :


121
122

1) Fase pelepasan plasenta

a) Schultze

Proses lepasnya plasenta seperti menutup paying cara ini

merupakan cara yang paling sering terjadi (80%) (Amelia,

2019).

b) Duncan

Pada cara ini lepasnya plasenta mulai dari pinggir 20%. Darah

akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Pengeluaran juga

serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

2) Fase pengeluaran plasenta

a) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis, tali

pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum

lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas.

b) Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali

berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas.

c) Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat

bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti

sudah lepas. Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim

menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim

bundar dan keras, serta keluar darah tiba-tiba.


123
124

d. Kala IV

Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan

uri lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

perdarahan postpartum (Amelia, 2019).

Kala IV digunakan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pascapersalinan memeriksa temperatur tubuh ibu

sekali setiap jam dua jam pertama pascapersalinan.

7. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Saat Bersalin

a. Perubahan Fisiologis Pada Kala I

1) Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol

rata-rata naik 10-20 mmHg, diastol 5-10 mmHg). Antara kontraksi,

tekanan darah kemabali seperti saat sebelum persalinan. Rasa sakit,

takut dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.

2) Perubahan Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan

meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan

dan aktivas otot sketal, peningkatan ini ditandai dengan adanya

peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung, pernafasan

dan kehilangan cairan.


125

3) Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan sesudah persalinan.

Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 o


C suhu

badan yang baik sedikit merupakan keadaan yang wajar (Amelia,

2019).

4) Denyut Jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak

jatung akan meningkat secara dramatis selama kontraksi.

5) Pernafasan

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan dengan

sebelum persalinan, kenaikan ini dapat disebabkan karena adanya

rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang

tidak benar.

6) Ginjal

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin

dikarenakan adanya peningkatan cardiac output, peningkatan

filtrasi glomelurus dan peningkatan aliran plasma ginjal.

Proteinuria sedikit dianggap normal dalam persalinan.

7) Gastroinstestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan

padat berkurang akan menyebbakan pencernaan hampir berhenti

selama persalinan dan menyebabkan konstipasi.


126

8) Hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/ 100 ml selama

persalinan dan akan kembali sebelum persalinan sehari pasca

persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan,

waktu koagulasi berkurang dan akan nendapat tambahan plasma

selama persalinan (Amelia, 2019).

b. Perubahan Fisiologis Pada Kala II

1) Kontraksi uterus

Kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia

dari sel-sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan Segmen

Bawah Rahim (SBR), regangan dari serviks, regangan dan tarikan

pada peritoneum itu semua terjadi padaa saat kontraksi. Adapun

yang harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60-

90 detik, kekuatan kontraksi.

2) Perubahan-Perubahan Uterus

Keadaan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah

Rahim (SBR). Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan

tampak lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan

bersifat memegang peranan aktif (berkontraksi) dan dindingnya

bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain SAR

mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak

keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh ithmus uteri yang sifatnya

memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya


127

persalinan (disebabkan karenan regangan). SBR dan serviks

menjadi relaksasi dan dilatasi.

3) Perubahan Pada Serviks

Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan

pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi

bibir portio (Amelia, 2019).

4) Perubahan Pada Vagina Dan Dasar Panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi

perubahan. perubahan, terutama pada dasar panggul yang

diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran

yang dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala

sampai ke vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas anus,

menjadi terbuka,perineum meninjol dan tidak lama kepala janin

tampak pada vulva.

5) Perubahan Sistem Reproduksi

Kontaksi uterus pada persalinan bersifat fisiologi yang

menimbulkan nyeri pada tubuh. Kontraksi uterus mula-mula jarang

dan tidak teratur dengan intensitasnya ringan, kemudian menjadi

lebih sering, lebih lama dan intensitasnya kuat seiring kemajuan

persalinan.

6) Perubahan Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi dengan

kenaikan sistolik rata‐rata sebesar 10‐20 mmHg dan kenaikan


128

diastolic rata‐rata sebesar 5‐10 mmHg. Diantara kontraksi‐

kontraksi, tekanan darah tersebut kembali ketingkat prapersalinan

Perubahan posisi ibu dari terlentang menjadi miring kesamping

akan menghilangkan perubahan dalam tekanan darah ini selama

satu kontraksi (Amelia, 2019).

7) Perubahan Metebolisme

Selama persalinan metabolisme meningkat dengan cepat.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh aktifitas otot,

peningkatan aktifitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu,

denyut nadi, pernapasan, denyut jantung dan cairan yang hilang.

8) Perubahan Suhu

Perubahan suhu meningkat selama persalinan dan tertinggi

selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu dianggap

normal bila tidak lebih dari 0,5 – 1 0C.

9) Perubahan Denyut Nadi

Perubahan yang mecolok selama kontraksi disertai

peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik

puncak sampai frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi di

antara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan hingga

mencapai frekuensi lazim di antara kontraksi. Frekunesi denyut

nadi di antara kontraksi sedikit lebih meningkat dibandingkan

selama periode menjelang persalinan.


129

10) Perubahan Pernafasan

Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan

dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.

Hiperventelasi yang menunang adalah temuan abnormal dan dapat

menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada ekstremitas dan

perasaan pusing)

11) Perubahan Pada Ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat

diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama proses

persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerulus

dan aliran plasma ginjal (Amelia, 2019).

12) Perubahan Pada Saluran Cerna

Absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh lebih

berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih

lanjut seksresi asam lambung selama persalinan, maka saluran

cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan

lambung menjadi lebih lama. Oleh karena itu, wanita harus di

anjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum

berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul, guna

mepertahan energi dan dehidrasi. Mual dan muntah umum terjadi

selamam fase transisi yang menandai berakhirnya fase pertama

persalinan.
130

13) Perubahan Hematologi

Hematologi meningkat rata-rata 1,2 gr / 100 ml selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari

pertama pasca partum jika tidak ada kehilangan darah yang

abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat

peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.

8. 60 Langkah Persalinan Menurut APN

Menurut prawiroharjo berikut 60 langkah Persalinan Normal

diantaranya adalah sebagai berikut, yaitu (Amelia, 2019).:

a. Melihat Tanda Dan Gejala Kala II

1) Mengamati tanda dan gejala perslinan kala II.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum

dan/ atau vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obtan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan
131

mengeringkan tangan dengan handuk 1 kali pakai/pribadi yang

bersih.

5) Memakai 1 sarung dengan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan

memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

letakan kembali dipartus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau

steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

c. Memastikan Pembukaan Lengkap Dengan Janin Baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa

yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut

vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan

tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi) (Amelia,

2019).

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, lakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah

lengkap, lakukan amniotomi.


132

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan

klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik

serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit. Mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal(100-180

kali/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,

dalam semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada

partograf (Amelia, 2019).

d. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan

Meneran

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

dengan keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta

jani sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan-temuan.
133

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu

mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran. (pada saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk menran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak maminta ibu berbaring terlentang). (Amelia,

2019).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai DJJ setiap 5 menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu


134

primipara atau 60 menit (1jam)untuk ibu multipara, merujuk

segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran

dalam 60 menit,anjurkan ibu untuk mulai meneran pada

puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara

kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

bayi.

16) Membuka partus set (Amelia, 2019).

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

f. Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya Kepala

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, biarkan


135

kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran

perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidug bayi dengan

kain atau kassa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai

jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses

kelahiran bayi:

a) Jika tali pusat melilit janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya

di dua tempat dan memotongnya.

Lahir Bahu

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya

ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul di

bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah

atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior (Amelia,

2019).

23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bawah ke arah perineum, membiarkan


136

bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.

Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perineum, gunakan lengan bawah untuk menyangga tubuh bayi

saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk

mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di

atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk

menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata

kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

g. Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi

mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/IM.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah

ibu) (Amelia, 2019).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.


137

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat membuka.

Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang

sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya

h. Oksitosin

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin 10 IU.

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

i. Penegangan Tali Pusat Terkendali

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang

tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.


138

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus

dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso

kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya

inversio uteri. Jila plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi

berikut mulai (Amelia, 2019).

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

j.Mengeluarkan Plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit :

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik

jika perlu.

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan


139

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya (Amelia, 2019).

(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30

menit sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan

selaput ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina

dan servick ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari

tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau

steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

k. Pemijatan Uterus

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

l. Menilai Perdarahan

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa


140

plasenta dan selaput ketubanlengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai (Amelia,

2019).

41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

m. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5% ; membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril

atau mengingatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dan simpul mati

sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang

berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan

klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.


141

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam :

a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan (Amelia,

2019).

c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascpersalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan

perawatan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.

e) Jika di temukan laserasi atau ruptur perineum yang

memerlukan penjahitan, lakuakn penjahitan dengan anastesia

lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

Ruptur perineum adalah robekan perineum yang terjadi

pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun menggunakan

alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis

tengah dan bisa menjadi lebih luas apabila kepala janin lahir

terlalu cepat. Robekan perineum terjadi pada hampir semua

primipara dan tidak jarang pada persalinan berikutnya.

Ruptur perineum dibagi dalam tingkatan-tingkatan sebagai

berikut :

a) Tingkat I : Ruptur hanya selaput lendir vagina dengan atau

tanpa mengenai kulit perineum.


142

b) Tingkat II : Ruptur mengenai mukosa vagina, komisura

posterior, kulit perineum, dan otot perineum.

c) Tingkat III : Ruptur mengenai mukosa vagina, komisura

posterior, kulit perineum, otot perineum, spingter ani.

d) Tingkat IV : Ruptur mengenai mukosa vagin, komisura

posterior, kulit perineum, otot perineum,spingter ani

sampai ke mukosa rektum. (Rukiyah, 2016).

50) Mengajarkan pada ibu /keluarga bagaimana melakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus (Amelia, 2019).

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap

30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam dua jam

pertama pascapersalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai dengan temuan yang tidak

normal.

n. Kebersihan dan Keamanan

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan

setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat

sampah yang sesuai.


143

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat

tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang di inginkan.

57) Mendekontaminasi darah yang di gunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %,

membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit (Amelia, 2019).

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

o. Dokumentasi

60) Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang).

9. Partograf

a. Definisi

Partograf adalah alat bantu untuk mengobservasi kemajuan kala

1 persalinan dan memberikan informasi untuk membuat keputusan

klinik.

Menurut Pawiroharjo tahun 2014 menyatakan Partograf adalah

alat bantu yang digunakan selama persalinan.

Menurut Rohani tahun 2011 menyatakan bahwa Partograf adalah

alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi dan pemeriksaan


144

fisik pada ibu dalam persalinan dan alat penting khususnya untuk

membuat keputusan selama kala I.

b. Manfaat

1) Dapat mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks dengan pemeriksaan dalam.

2) Dapat mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal.

Dengan demikian, juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3) Data lengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi

bayi, grafik kemajuan proses persalinan.

c. Fungsi

1) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan

memeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam (Amelia,

2019).

2) Menentukan persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini

persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini

mengenai kemungkinan persalinan lama Jika digunakan secara

tepat dan konsisten, amak partograf akan membantu penolong

untuk : pemantauan kemajuan persalinan kesejahteraan ibu dan

janin, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran, mengidentifikasi secara dini adanya penyulit, membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.


145

d. Cara Pencatatan

Halaman Depan Partograf

1) Identifikasi Ibu

Nama, umur, gravida, para, abortus, nomer rekam medis / nomor

klinik, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu pecahnya ketuban.

2) Kondisi Janin

Kolom lajur dan skala pada partograf bagian atas adalah untuk

pencatatan.

a) Denyut Jantung Janin

Detak Janin Janin dinilai setiap 30 menit (lebih sering jika

ada tanda-tanda gawat janin). Kisaran normal Denyut Janin

Janin terpapar dapa partograf didantara garis tebal angka 180

dan 100, nilai normal sekitar 120 s/d 160, apabila ditemukan

Denyut Jantung Janin dibawah 120 dan diatas 160, maka

penolong harus waspada (Amelia, 2019).

b) Warnan Dan Adanya Air Ketuban

U : jika ketuban utuh belum pecah

J : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

dengan mekonium

D : jika ketuban sudah pecah dan bercampur dengan darah

K : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban kering


146

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukan gawat janin, jika terdapat mekonium pantau

Denyut Jantung Janin dengan mengenali tanda-tanda gawat

janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit.

c) Penyusupan / Moulase Kepala Janin

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat diraba

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpah tindih, tetapi

masih dapat dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan.

3) Kemajuan Persalinan

a) Dilatasi Serviks

Kolom kedua dari partograf adalah pencatatan

kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera pada tepi kiri

adalah besarnya dilatasi serviks. Kotak diatas menunjukan

penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Pada pertama kali menulis

pembesaran dilatasi serviks harus ditulis tepat pada garis

waspada. Cara pencatatannya dengan memberi tanda silang

(x) pada garis waspada sesuai hasil pemeriksaan dalam / VT.

Hasil pemeriksaan dalam / VT selanjutkan dengan garis lurus

dengan hasil sebelumnya. Apabila dilatasi serviks melewati


147

garis waspada, perlu diperhatikan apa penyebab dan

penolong hatus menyiapkan ibu untuk dirujuk (Amelia,

2019).

b) Penurunan Bagian Terendah Janin

Skala 0 sampai dengan 5 pada garis tepi sebelah kiri ke

atas, juga menunjukan seberapa jauh penurunan kepala janin

kedalam panggul. Dibawah lajur kotak dilatasi serviks dan

penurunan kepla menunjukan waktu / jam dimulainya fase

aktif, tertera kota-kotak untuk mencatat waktu aktual saat

pemeriksaan fase aktif mulai, setiap kotak menunjukan 30

menit. Penurunan kepala janin diukur seberapa jauh dari tepi

simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori dengan simbol 5/5

sampai 0/5. Simbol 5/5 menyatakan bagian kepala janin

belum memasuki tepi atas simfisis pubis, sedangkan simbol

0/5 menyatakan bahwa bagian kepala jnin sudah tidak dapat

lagi dipalpasi di atas simfisis pubis. Kata-kata “Turunya

Kepala” dan garis terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama

dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda (o) pada

garis waktu sesuai. Sebagai contoh jika kepala dipalpasi 4/5,

tuliskan tanda (o) dari setiap pemeriksaan dengan garis

terputus (Amelia, 2019).

c) Garis Waspada Dan Garis Bertindak


148

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm

dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan serviks 1 cm per jam.

Pencatatan selama fase aktif harus dimulai di garis waspada.

d) Jam Dan Waktu

Dibagian bawah partograf (pembukaan serviks dan

penurunan) tertera kotak-kotaak diberi angka 1-16. Setiap

kotak menyatakan waktu satu jam dimulainya fase aktif.

e) Waktu Aktual Pemeriksaan Dilakukan

Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif,

tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat

pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam

penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh

menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi

dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan

catatkan pembukaan serviks digaris waspada . kemudian

catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang

sesuai.

f) Kontraksi Uterus / His

Dibawah lajur waktu pada partograf terdapat lima kotak

dengan tilisan “ kontraksi “ tiap 10 menit disebelah luar

kolam. Setiap kontak untuk satu kali kontraksi. Jumlah kotak

yang diisi ke arah atas menunjukan frekuensi kontraksi dalam


149

10 menit. Setiap 30 menit, periksa dan dokumentasikan

frekuensi kontraksi yang datang dalam 10 menit dan lamanya

kontraksi dalam satuan detik (Amelia, 2019).

(1) Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik

(2) Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya 20-40 detik

(3) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lemahnya lebi dari 40 detik.

g) Obat - Obatan Dan Cairan Yang Diberikan

Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera

lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan

cairan I.V.

(1) Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah mulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin

yang di berikan per volume cairan IV dan dalam satuan

tetesaan per menit.

(2) Obat - Obatan Dan Cairan Lain IV

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan atau

cairan I.V dalam kotak yang sesuai dengan kolom

waktunya.

h) Kesehatan Dan Kenyamanan Ibu


150

(1) Nadi, Tekanan Darah, Dan Temperatur Tubuh

(a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan (lebih sering jika dicurigai adanya

penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang

sesuai (Amelia, 2019).

(b) Nilai dan catat tekanan darah ibu selama 4 jam

selama fase aktif persalinan (lebih sering di anggap

adanya penyulit). Beri tanda tanda panah pada

pertograf pada kolom waktu yang sesuai.

(c) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering

jika meningkat atau dianggap adanya infeksi) setiap

2 jam dan catat temperatur tubuh ibu pada kotak

yang sesuai.

(2) Volume Urin, Protein Dan Aseton

Ukur dan catat produksi urin ibu sedikitnya setiap 2

jam (setiap kali ibu berkemih).


151

Gambar 2.1

Halaman depan partograf


152

Halaman Belakang Partograf

1) Data Dasar

Data dasar terdiri atas tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk,

tempat rujukan, dan pendamping pada saat merujuk (Amelia,

2019).

a) Kala I

Kala I terdiri dari pernyataan-pernyataan tentang partograf

saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi,

penatalaksaan dan hasil penatalaksaan tersebut.

b) Kala II

Kala II terdiri atas episotmi persalinan, gawat janin, distosia

bahu, masalah penyerta, penatalaksaan dan hasilnya. Beri

tanda “√” pada kotak disamping jawaban yang sesuai.

c) Kala III

Kala III terdiri atas lama kala III, pemberian oksitosin,

penengangan tali pusat terkeendali, pemijatan fundus, plasenta

lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia

uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksaan dan

hasilnya.
153

d) Bayi Baru Lahir

Informasi bayi baru lahir terdiri dari atas berat dan panjang

badan, jenis kelamin, penilaian kondisi janin bayi baru lahir

pemberian ASI, masalah penyerta, tatalaksana terpilih dan

hasilnya (Amelia, 2019).

e) Kala IV

Kala IV berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.

Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk

menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pasca

persalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15

menit pada satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30

menit pada satu jam berikutnya.


154

Gambar 2.2

Halaman belakang partograf


155

10. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

a. Definisi

Menurut Rohani tahun 2011, Inisiasi menyusu dini yaitu segera

setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada

ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan

kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih,

bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri (Amelia, 2019).

Menurut Rukiyah tahun 2013, Sentuhan kulit dengan kulit

mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam diantara ibu dan

anak. Naluri bayi akan membimbingnya saat bayi baru lahir. Satu jam

pertama setelah bayi dilahirkan, insting bayi membawanya untuk

mencari puting ibunya. Prilaku bayi ini disebut dengan istilah Inisiasi

Menyusu Dini (IMD).

Menurut Sondakh tahun 2013, Inisiasi menyusui dini atau

permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segeraa

setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan

setidaknya selama satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan

mencari dan menemukan puting ibu dengan sendirinya.

b. Manfaat

1) Untuk Bayi

a) Mempertahankan suhu bayi tetap hangat.

Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan

detak jantung.
156

b) Kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan

ibu yang normal.

c) Mengurangi bayi nangis sehingga mengurangi stress dan tenaga

yang dipakai bayi (Amelia, 2019).

d) Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu

untuk mulai menyusui.

e) Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain

dalam tubuh bayi.

f) Mempercepat keluarnya mekonium (kotoran bayi berwarna

hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena

meminum air ketuban).

g) Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga

mengurangi kesulitan menyusu.

h) Membantu perkembangan persyarafan bayi.

i) Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi system

kekebalan bayi.

j) Mencegah terlewatnya puncak reflex mengisap pada bayi yang

terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks

akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam

kadar secukupnya 40 jam kemudian.


157

2) Untuk Ibu

a) Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi.

b) Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi risiko

perdarahan sesudah melahirkan.

c) Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan

melanjutkan kegiatan menyusui selama bayi.

d) Mengurangi strees ibu setelah melahirkan (Sondakh, 2013).

c. Kriteria Pelaksanaan

Melahirkan dan melakukan penilaian terhadap bayi dan

keringkan, lakukan kontak dengan kulit selama paling sedikit 1 jam,

biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai menyusu

(Amelia, 2019).

d. Syarat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1) Ibu tanpa komplikasi saat persalinan, seperti ibu dengan eklamsi

atau preeklamsi.

2) Ibu tidak mempunyai komplikasi saat persalinan

3) Ibu tidak mempunyai penyakit infeksi akut yang bisa menular pada

bayi seperti tuberkolosis

4) Ibu mau dan mampu menyusui bayinya

5) Ibu tidak mempunyai karsinoma payudara

6) Ibu tidak menderita psikosis, yaitu suatu keadaan dimana ibu tidak

bisa mengontrol jiwanya (Prawirohardjo, 2012).


158

C. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Muslihatun tahun 2010 menyatakan bahwa neonatus adalah bayi

berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan (28 hari) sesudah lahir

(Muftika, 2019).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram.

Menurut Varney tahun 2010, Bayi Baru Lahir adalah masa yang

dimulai ketika bayi keluar dari perut ibu hingga bulan pertama kehidupan

(Iga, 2019).

Muslihatun tahun 2010 menyatakan bahwa neonatus adalah bayi

berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan (28 hari) sesudah lahir.

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan

mukosa karena isi produk akhir katabolisme hemeyaitu bilirubin.

Bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat

lahir 2500-4000 gram (Amelia, 2019).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dan berat badannya 2.500–4.000 gram.


159

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir dikatakan normal bila mempunyai beberapa tanda,

antara lain :

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan lahir 48-52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ±180 kali/menit, kemudian turun

sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.

f. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan

intercostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) labia mayora telah

menutupi labio minora (pada bayi perempuan).

k. Refleks isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket (Amelia, 2019).


160

3. Karakteristik Perilaku

Gerakan yang terjadi secara otomastis dan spontan tanpa disadari

pada bayi normal. Beberapa penampilan dan perilaku bayi :

a. Tonick Neck (pada leher bayi)

b. Rooting Refleks (mencari putting ibu)

c. Grasping Refleks (menggenggam)

d. Moro Refleks (refleks kaget)

e. Glabellar Refleks (refleks mengedipkan mata)

f. Sucking Refleks (menghisap)

g. Swallowing Refleks (menelan)

4. Asuhan dan Penanganan Segera BBL

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

pada bayi baru lahir dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi

(dalam 1 jam kehidupan).

a. Membebaskan jalan nafas

b. Memotong dan merawat tali pusat

c. Mempertahankan suhu tubuh bayi

d. Kontak dini dengan ibu

e. Perawatan mata (Memberikan salep mata untuk mencegah infeksi)

f. Memberi vitamin K

g. Identifikasi bayi
161

Selanjutnya penatalaksanaan pada bayi baru lahir adalah sebagai

berikut, yaitu (Amelia, 2019) :

a. Letakkan bayi di atas perut ibu.

Nilai dengan cepat, memposisikan kepala lebih rendah dari

tubuhnya dan bila tali pusat terlalu pendek letakan bayi di tempat yang

memungkinkan.

b. Segera keringkan bayi

Keringkan seluruh bagian tubuh bayi termasuk kepala dan badan

bayi, kecuali bagian telapak tangan bayi.

c. Jepit tali pusat

Klem diletakkan 3 cm dari pusat bayi, melakukan urutan pada

tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm

dari klem pertama (ke arah ibu).

d. Potong tali diantara dua klem tersebut.

Memegang tali pusat dengan satu tangan dan melindungi bayi

dari gunting.

e. Ganti handuk yang basah

Kemudian selimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih

dan kering, menutupi bagian kepala dan membiarkan tali pusat

terbuka.

f. Memulai pemberian ASI jika ibu menghendaki

Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya (Amelia, 2019).


162

Masa pertama kehidupannya di luar uterus, berakhir dengan masa

kedua reaktifitas. Hal ini kira-kira terjadi 2-6 hari setelah lahir. Maka perlu

disusun rencana asuhan kebidanan untuk BBL pada hari-hari pertama

kehidupannya. Rencana ini seyogyanya memperhitungkan keinginan

orang tua.

Di Rumah Sakit perawatan Bayi Baru Lahir diambil alih oleh

perawat bagan anak. Pada persalinan di rumah pasien bidan harus tetap

bertanggung jawab terhadap perawatan bayi baru lahir. Untuk itu bidan

harus mempunyai perencanaan yang sesuai dengan untuk memelihara

kesehatan bayi serta bidan harus mempunyai pengaturan yang baik dengan

petugas pediatric untuk melakukan konsultasi dan rujukan apa bila

diperlukan.

Pada beberapa saat setelah transisi awal menuju kehidupan luar

Rahim, pada bayi baru lahir seharusnya dilakukan emeriksaan fisik secara

lengkap dan penilaian umur kehamilan. Penilaian umur kehamilan ini

penting untuk dilakukan, sebab ketika dicocokan pada diagram berat dan

panjang badan, dapat dinilai apakah bayi tersebut sesuai masa kehamilan,

kecil untuk masa kehamilan atau besar untuk masa kehamilan. Rencana

asuhan kebidanan lengkap akan dipengaruhi oleh hasil-hasil pemeriksaan.

Rencana perawatan/asuhan bayi baru lahir meliputi observasi

secara terus-menerus, rencana perawatan fisik, pemberian makan,

penilaian defikasi dan miksi, pemeriksaan darah serta pemberian obat-

obatan (Amelia, 2019).


163

Kulit dan saluran gastro intestinal bayi baru lahir belum banyak

ditempati koloni berbagai macam bakteri. Oleh karena itu bayi baru lahir

tidak terlindungi dari bakteri jinak. Semua orang yang terlibat dalam

perawatan hendaknya mencuci tangan mereka selama 3 menit dengan

sabun anti bakteri sebelum menyentuh bayi baru lahir. Pemberi perawatan

hendaknya mencuci tangan kembali tangannya sebelum kontak dengan

bayi atau ibu-ibu lain. Tindakan ini merupakan satu-satunya perindungan

yang paling efektif untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir.

Tanda vital bayi baru lahir harus dinilai dan dicatat setiap 4 jam.

Bidan harus mencatat waktu dan karakteristik urin pertama dan keluarnya

tinja.

Saat ini tidak dianjurkan bayi baru lahir segera dimandikan pada

hari-hari pertama kehidupannya. Perawatan awal kulit bisa berupa

“perawatan kering”, yakni bayi dikeringkan dan lipatan kulit dilap bersih

dengan kasa/kain lembut. Kemudian pada hari pertama, lipatan kulit dan

kulit kepala bayi baru lahir dapat dibasuh dengan bersih dari darah dan

meconium dengan air hangat dan sabun bayi. Tidak perlu menggunakan

lotion kulit, bedak atau krim pada bayi baru lahir, karena bahan-bahan

tersebut dapat menimbulkan ruam dan pneumonia inhalasi.

Bayi baru lahir hendaknya mendapatkan prophilaksis mata untuk

mencegah infeksi oleh gonorrhea atau clhamidia. Perlindungan terbaik

untuk mata terhadap gonorrhea dan chlamidia ialah salf erythromycin


164

0,5% yang dioleskan mulai dari bagian tengah ke pinggir canthus dari

masing-masing mata (Amelia, 2019).

Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir untuk mencegah

penyakit yang menimbulakn perdarahan. Usus bayi baru lahir tersebut

akan mensintesiskan vitamin K, yang dipakai untuk mengaktifkan zat

pendahulu/prekursos protein yang dapat membentuk protein pembeku

darah. Sintesis usus ini tidak dapat terjadi samapai usus terkolonisasi oleh

bakteri. Proses ini memakan waktu beberapa hari dan dapat dihambat oleh

penundaan pemberian ASI. Manifestasi klinis dari perdarahan meliputi

perdarahan saluran pencernaan, kulit, serta daerah-daerah yang terluka.

Vitamin K sebaiknya diberikan secara intramuscular, I mg pada sisi paha

atau 2 mg peroral selama 24 jam setelah melahirkan.

Adapun pemenuhan kebutuhan bayi baru lahir pada minggu

pertama (2 – 6 hari) adalah sebagai berikut :

a. Makan dan Minum

Bayi merasa lapar setiap 2 – 4 jam sekali, dalam 24 jam. sehingga

memerlukan waktu yang banyak bagi ibu, siang maupun malam

selama berbulan-bulan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya.

Untuk membantu bayi menyesuaikan diri, bangunkan bayi untuk

makan setiap 3 – 4 jam ketika ibu terjaga. Bayi hanya memerlukan

ASI selama 6 bulan pertama, karena ASI merupakan makanan yang

ideal untuk bayi. Pemberian makanan tambahan akan menyebabkan


165

gangguan tidur dan reaksi alergi dan harus selalu ingat untuk

menyendawakan bayi jika setelah menyusui.

b. BAK/BAB

Selama 2 – 3 hari pertama, tinja awal bayi baru lahir bersifat lengket,

lunak, berwarna hitam (hijau-kecoklatan) yang dinamakan

mekonium. Mekonium tersusun dari sel-sel epitel yang mengelupas

dari saluran usus, mucus dan sel-sel epidermis serta lanugo (rambut

janin yang telah ditelan bersama cairan amnion). Warna yang khas

tersebut disebabkan oleh pigmen empedu. Selama kehidupan dalam

rahim dan beberapa jam setelah lahir, isi usus itu bersifat steril

(Amelia, 2019).

Keluarnya mekonium dan urine dalam menit-menit segera

setelah lahir atau pada beberapa jam berikutnya menunjukkan utuh

dan berfungsinya saluran gastrointestinal. Dari semua neonates, 90%

mengeluarkan mekonium dalam 2 jam pertama, sebagian besar

sisanya dalam 36 jam. pengeluaran urine, walaupun biasanya terjadi

segera setelah lahir, dapat tertunda sampai hari kedua kehidupannya.

Bayi yang diberi ASI akan membuat warna tinja hijau ke-

emasan, lembut, dan berbentuk biji-bijian. Sedangkan bayi yang

diberi susu botol akan memiliki kotoran/tinja yang berwarna hitam

pekat, bergumpal. Setelah hari ketiga atau empat mekonium hilang

dan digantikan dengan tinja homogeny berwarna kuning muda


166

dengan bau yang khas. Selama hari-hari pertama tinja tidak

berbentuk, tetapi segera setelah itu tinja berbentuk silinder.

Bayi bisa buang air besar 1 – 4 kali sehari, sedangkan buang

air kecil lebih sering yaitu 4 – 5 kali sehari. Jika bayi tidak BAK satu

kali dalam sehari segera dirujuk (Amelia, 2019).

c. Tidur

Bayi memerlukan banyak tidur, yaitu 16 – 18 jam perhari.

Untuk memenuhi kebutuhannya, ciptakan suasana yang tenag dan

kurangi gangguan atau rangsangan. Letakkan bayi dengan posisi

berbaring miring untuk tidur.

Bayi baru lahir mempunyai dua kategori utama perilaku,

periode jaga/bangun dan periode tidur. Selama bulan-bulan pertama,

bayi menghabiskan waktunya dalam keadaan tidur dan hanya 15%

waktu siang harinya digunakan dalam keadaan jaga. Status bangun

meliputi menangis, aktifitas motorik yang berarti waspada dan

mengantuk (dowsy). Status tidur mencakup aktif (dangkal) dan tidur

nyenyak.

Mengetahui mengenai status perilaku bayi dapat membantu

dalam memilih kapan berinteraksi atau memeriksa keadaan bayi.

Keadaan waspada atau jaga/bangun ialah waktu terbaik untuk

berhubungan secara visual, memberi makan dan memeriksa seorang

bayi. Waktu menangis biasanya merupakan saat paling mengganggu

orang tua. Orang tua bayi baru lahir pada umumnya belum bisa
167

mengerti arti tangis bayi baru lahir mereka. Bidan dapat membantu

orang tua untuk memahami apakah tangis tersebut merupakan

ungkapan keinginan makan, ingin dipegang, ingin ditimang menetek

atau tidur. Kadang-kadang menangis merupakan ekspresi rasa nyeri.

Selama bulan pertama kehidupannya, presentasi waktu yang

digunakan pada status ini mengalami perubahan. Bayi baru lahir

yang sehat 60% menghabiskan waktunya untuk tidur. Orang tua

mungkin merasa khawatir, tetapi hal ini normal. Selama tidur dalam

terjadi sedikit gerakan motorik dan pernapasan berlangsung dalam

dan teratur. Bayi tampak damai. Bayi-bayi dalam status ini tidak

mudah untuk makan atau perawatan lain (Amelia, 2019).

Pada tidur aktif bayi baru lahir mungkin memperlihatkan

berbagai kedalaman dan kecepatan pernapasan. Gerakan motorik

yang sering terlihat dan bayi dapat bereaksi seperti terkejut pada

waktu tidur. Tetapi sebagian besar tidur mereka adalah tidur yang

berlangsung sebentar-sebentar. Seiring dengan berlalunya bulan-

bulan pertama, pola tidur bayi akan bergeser dari tidur ringan

menuju tidur lebih lama dalam jumlah yang lebih banyak. Demikian

juga, terdapat pergeseran status jaga menjadi status waspada. Pada

awalnya periode juga berhubungan dengan rasa lapar, tetapi dalam

beberapa minggu periode jaga ini berlangsung lebih lama dan

berfungsi guna memenuhi kebutuhan interaksi social.


168

5. Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik untuk mengenal atau menemukan kelainan

yang perlu mendapat tindakan segera dan mendeteksi dini kelainan atau

gangguan.

Persiapan alat : kapas, senter, thermometer, stetoskop, selimut ayi,

bengkok, timbangan, pita meter, pengukur panjang badan, sarung tangan,

buku catatan.

Prosedur :

a. Jelaskan pada ibu atau keluarga maksud dan tujuan dilakukan

pemeriksaan (Amelia, 2019).

b. Lakukan anamnesa mengenai riwayat dari ibu meliputi factor genetic,

factor social, lingkungan, factor ibu, dan perinatal, factor neonatal.

c. Susun alat secara ergonoms untuk memudahkan dalam bekerja.

d. Cuci tangan.

e. Letakkan bayi pada tempat yang rata dan aman untuk menghindari

bayi terjatuh.

f. Lakukan penimbangan berat badan. Periksa alat timbangan, posisi,

seimbangkan timbangan dan atur skala timbangan ke titik nol sebelum

penimbangan. Baca hasil timbangan sampai ketelitian 0,1 kg.

g. Lakukan pengukuran panjang badan. Letakkan bayi di tempat datar,

ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan kaki atau badan

bayi diluruskan. Pegang kepala byi dan lututnya agar kaki tetap lurus.

Baca hasil pengukuran sampai ketelitian 0,1 cm.


169

h. Ukur lingkar kepala

Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali

lagi ke dahi.

i. Ukur lingkar dada

Lingkar dada diukur dari daerah dada ke punggung kembali ke dada

(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu).

j. Lakukan pemeriksaan kepala

Lakukan pengecekan kontur tulang tengkorak, penonjolan daeraha

yang cekung, perhatikan juga hubungan kedua telinga simetris atau

tidak, dan keadaan mata, apakah ada tanda-tanda infeksi, perhatikan

juga bibir dan mulut (Amelia, 2019).

k. Periksa leher

Amati apakah ada pembengkakan atau pembesaran kelenjar tyroid atau

vena jugularis.

l. Periksa dada, perhatikan bentuk putting, bunyi nafas, bunyi jantung.

m. Periksa bahu, lengan dan tangan, perhatikan gerakan dan jumlah jari.

n. Periksa system saraf, adanya reflek moro.

o. Periksa perut, perhatikan bentuk, penonjolan sekitar pusat, perdarahan

tali pusat, benjolan.

p. Periksa genetalia

Pada genetalia laki-laki perhatikan skrotum, apakah sudah turun, penis

berlubang, sedangkan pada genetalia perempuan, perhatikan vagina

berlubang, uretra berlubang, labia mayora dan minora.


170

q. Periksa tungkai dan kaki, perhatikan gerakan, jumlah jari, bentuknya.

r. Periksa punggung dan anus, perhatikan adakah pembengkakan atau

ada ekungan, periksa anus berlubang atau tidak.

s. Periksa kulit, perhatikan verniks caseosa, warna kulit, pembengkakan

dan bercak hitam, tanda lahir.

t. Jelaskan pada ibu/keluarga tentang hasil pemeriksaanya.

u. Rapikan bayi

v. Bereskan alat

w. Lakukan pendokumentasian tindakan dan hasil pemeriksaan.

6. Kunjungan Bayi Baru Lahir

a. Kunjungan ke 1 (6-8 jam)

1) Mempertahankan suhu tubuh bayi (Amelia, 2019).

2) Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan hanya

setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya

36,50C bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala

bayi harus tertutup.

3) Dilakukan pemeriksaan fisik

a) Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk

pemeriksaan.

b) Cuci tangan sebelum dan sesuiadah melakukan pemeriksaan.

c) Telinga : periksa dalam hubungan letak dengan mata dengan

kepala.

d) Mata : tanda-tanda infeksi.


171

e) Hidung dan mulut : bibir dan langit-langit periksa adanya

sumbing, refleks hisap, dilihat saat menyusui.

f) Leher : pembengkakan, gumpalan

g) Dada : bentuk, bunyi nafas, bunyi jantung.

h) Bahu lengan dan tangan : gerakan dan jumlah jari.

i) System syaraf : adanya refleks moro

j) Perut : bentuk, benjolan sekitar tali pusat pada saat mengis,

perdarahan tali pusat, tiga pembulu darah, lembek ( pada saat

menagis), tonjolan.

k) Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, penis

berlubang pada letak ujung lubang

l) Kelamin perempuan : vagina berlubang, uretra berlubang, labia

mayordan labia minor.

m)Tungkai dan kaki : gerakan normal, tmpak normal, jumlah jari.

n) Punggung dan anus : pembengkakan atau cekungan, ada anus

atau lubang.

o) Kulit : vernik, warna, pembengkakan atau bercak hitam, tanda-

tanda lahir.

p) Konseling : jaga kehangatan, pemberian ASI, perawatan tali

pusa agar ibu mengawasi tanda-tanda bahaya.

q) Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu :

pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah menghisap,

kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat >60x /menit, bayi


172

terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan, warna kulit

abnormal kulit biri (sianosis) atau kuning, suhu terlalu

panas(febris) atau telalu dingin (hipotermi), tanda dan prilaku

abnormal atau tidak biasa, gangguan gastro internal misalnya

tidak berhenti selama 3 hari, muntah terus-menerus, perut

membengkak, tinja hijau tua dan darah lendir, mata bengkak

atau mengeluarkan cairan.

r) Lakukan perawatan tali pusat, pertahankan sisa tali pusat

dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain

bersih secara longgar, lipatlah popok dibawah tali pusat, jika

tali pusat terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air

bersih dan keringkan dengan benar.

s) Gunakan tempat yang hangat dan bersih.

t) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan.

u) Berikan imunisasi HB-0. (Rukiyah, dkk 2013).

b. Kunjungan II hari ke 3 sampai ke 7

1) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

2) Menjaga kebersihan bayi.

3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

4) Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10 – 15 kali

dalam 24 jam, dalam 2 minggu pasca persalinan.

5) Menjaga keamanan bayi.


173

6) Menjaga suhu tubuh bayi.

7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslusif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi

baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA.

8) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

c. Kunjungan III Hari ke 8 sampai ke 28

1) Pemeriksaan fisik.

2) Menjaga kebersihan bayi.

3) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

4) Memberiakan ASI bayi harus disusukan minimal 10 -15 kali

dalam 24 jam, dalam 2 minggu paca persalinan.

5) Menjaga keamanan bayi. menjaga suhu tubuh bayi.

6) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

eksklusif

7) Pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru

lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA (Amelia, 2019).

8) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG. (Kusmiyati, 2014).

D. Nifas

1. Definisi

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung kirakira 6 minggu


174

Varney tahun 2008 menyatakan masa nifas adalah masa dari

kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode

intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi

tidak hamil (Muftika, 2019).

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum

hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari (Fitri, 2017).

Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk

memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,

deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin

terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan

kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo, 2010). Laktasi

atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan sekresi

kolostrum. Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat,

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh hormon

esterogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar

esterogen atau progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin

lebih dominan, pada saat itulah mulai terjadi sekresi kolostrum (Sidi,

2010). Menyusui merupakan proses alamiah, namun seringkali ibu-ibu

tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Banyak

alasan yang dikatakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya antara

lain bayinya sering menangis bahwa ASInya tidak lancar, ASInya tidak

enak ASInya tidak baik, puting susu datar atau terbenam, puting susu
175

lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat sehingga sering

menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui

(Laras, 2019).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasentra keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira

6 minggu (Amelia, 2019).

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung kira–kira 6 minggu (Fitri, 2018)

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula

sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari).

2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat internal maupun eksternal

berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan

keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini juga

perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara

lain sebagai berikut (Amelia, 2019).

1) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang

berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan


176

antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. 2 hari

kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga

dalam 2 minggu terlah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan

tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan

pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta penglupasan

situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan

dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokia.

Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh

oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam

proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila

ibu menyusui bayinya.

Desidua tertinggal di dalam uterus. Uterus pemisahan dan

pengeluaran plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona

spongiosa, bagalis desidua, dan desidua pertetalis/ Desidua yang

tertinggal ini akan berubah menjadi 2 lapis sebagai akibat invasi

leukosit. Suatu lapisan yang lambat laun akan manual neorco,

suatu lapisan superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari

lokia yang akan dikeluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan

fungsional yang berada di sebelah miometrium. Lapisan yang

terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar endometrium basilar di

dalam lapisan zona basalis. Pembentukan kembali sepenuhnya

endometrium pada situs plasenta akan memakan waktu kira-kira 6

minggu (Amelia, 2019).


177

Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari

sisi situs menuju lapisan uterus di sekelilingnya, kemudian ke

bawah situs plasenta, selanjutnya menuju sisa kelenjar

endometrium masilar di dalam desidua basalis. Penumbuhan

endometrium ini pada hakikatnya akan merusak pembuluh darah

trombosa pada situr tersebut yang menyebabkannya mengendap

dan dibuang bersama dengan cairan lokianya. (Saleha, 2009).

Dalam keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada

masa sebelum hamil sampai dengan kurang dari 4 minggu, berat

uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi.

1 minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500

gram, pada akhir minggu ke 2 setelah persalinan menjadi kurang

lebih 300 gram, setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Otot-

otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta

dilahirkan. Setiap kali bila ditimbulkan, fundus uteri berada di atas

umbilikus, maka hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah

pengisian uterus oleh darah atau pembekuan darah saat awal jam

postpartum atau pergeseran letak uterus karena kandung kemih

yang penuh setiap saat setelah kelahiran.

Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi

jumlah otot sel. Sebaliknya, masing-masing sel akan berkurang


178

ukurannya secara drastis saat sel-sel tersebut membebaskan dirinya

dari bahan-bahan seluler yang berlebihan. Bagaimana proses ini

dapat terjadi belum diketahui sampai sekarang (Amelia, 2019).

Pembuluh darah uterus yang besar pada saat kehamilan

sudah tidak diperlukan lagi. Hal ini karena uterus yang tidak pada

keadaan hamil tidak mempunyai permukaan yang luas dan besar

yang memerlukan banyak pasokan darah. Pembuluh darah ini akan

menua kemudian akan menjadi lenyap dengan penyerapan kembali

endapan-endapan hialin. Mereka dianggap telah digantikan dengan

pembuluh-pembuluh darah baru yang lebih kecil.

Tabel 2.6

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi TFU Berat Uterus

Setinggi pusat, 2 jari di bawah


Bayi lahir 1.000 gram
pusat

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gram

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram

6 minggu Normal 50 gram

8 minggu Normal tapi sebelum hamil 30 gram

(Amelia, 2019).

2) Lokia
179

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi 3 jenis, yaitu

lokia rubrasangulenta dan lokia serosa atau alba (Amelia, 2019).

Berikut ini adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada

wanita pada masa nifas.

a. Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar

dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,

lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pascapersalinan. Inilah

lokia yang akan keluar selama 2 sampai 3 hari postpartum.

b. Lokia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.

c. Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi

yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum

dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan

tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14

pascapersalinan. Lokia alba mengandung terutama cairan

serum, jaringan desidua, leukosit, dan eritrosit.

d. Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14

kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali

berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti

cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-

sel desidua.
180

Lokia mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau

menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lokia serosa, bau

ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur dengan

keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk

yang menandakan adanya infeksi. Lokia dimulai sebagai suatu

pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak pada jam-jam

pertama setelah melahhirkan. Kemudian lokia ini akan

berkurang jumlahnya sebagai lokia rubra, lalu berkurang

sedikit menjadi sanguenta, serosa, dan akhirnya lokia alba. Hal

ini biasanya ditemui pada seorang wanita adalah adanya jumlah

lokia yang sedikit pada saat ia berbaring dan jumlahnya

meningkat pada saat ia berdiri. Jumlah rata-rata pengeluaran

lokia adalah kira-kira 240-270 ml (Amelia, 2019).

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya

trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi

plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm,

mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua,

dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata, sehingga tidak ada

pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.

4) Serviks

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi

sangat lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa


181

melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan

terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,

lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah

persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga

leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan

sebelum hamil pada saat 4 minggu postpartum (Amelia, 2019).

5) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugas timbul kembali

pada minggu ke 3. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan

yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi

karunkulas mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

(Saleha, 2009).

6) Payudara (Mamae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme

fisiologis, yaitu sebagai berikut.

a) Produksi susu.

b) Sekresi susu atau let down.

Selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi


182

bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang

dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya

kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon

laktogenik). Sampai hari ke-3 setelah melahirkan, efek

prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh

darah payudara menjadi bengkak berisi darah, sehingga

timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit. Sel-sel acini

yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi

mengisap putting, refleks saraf merangsang lobus posterior

pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin

merangsang refleks let down (mengalirkan), sehingga

menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara

ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI

dilahirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel

acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.

Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama

(Amelia, 2019).

b. Sistem Pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap

makanannya 2 jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk

gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi

penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan


183

kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses

pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.

Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat

pada kehamilan trimester I, gejala ini terjadi 6 minggu setelah HPHT

dan berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi pada ibu nifas.

Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi

ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya

peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam

kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus,

serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada

luka jahitan parineum (Amelia, 2019).

c. Sistem Perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu ke-4 setelah melahirkan.

Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan menunjukkan tidak

saja edema dan hiperemia dinding kandung kemih, tetapi sering kali

terdapat ekstravasasi darah pada submukosa.

Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang

nonpatologis sejak pasca melahirkan sampai 2 hari postpartum agar

dapat dikendalikan. Oleh karena itu, contoh spesimen diambil melalui

kateterisasi agak tidak terkontaminasi dengan lokia yang nonpatologis.

Hal ini dapat diwujudkan hanya bila tidak ada tanda dan gejala infeksi

saluran kemih atau preeklampsi.


184

Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai

hari ke-5 setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi

3.000 ml perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara

untuk menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler yang

merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu juga didapati

adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama setelah

persalinan.

Di samping itu, kandung kemih pada puerperium mempunyai

kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu, distensi yang

berlebihan, urine residual yang berlebihan, dan pengosongan yang

tidka sempurna, harus diwaspadai dengan saksama. Ureter dan pelvis

renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada 2 sampai 8

minggu setelah persalinan (Amelia, 2019).

d. Sistem Muskulosketetal

Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang merenggang

sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti

sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga uterus

jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitala yang

mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilitas

sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan.

e. Sistem Endokrin
185

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan

dalam proses tersebut.

1) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.

Selama tahap ke-3 persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI

dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembeli ke

bentuk normal.

2) Prolaktin

Menurutnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,

hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk

merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,

kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan

folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak

menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21

hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan

otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi

estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,

ovulasi, dan menstruasi (Amelia, 2019).

3) Estrogen dan Progesteron


186

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu,

progresteron memengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat

memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Saleha, 2009).

f. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah

sebagai berikut.

1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37.2 derajat Celcius.

Sesudah pertus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari

keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat Celcius.

Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan

kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat Celcius, mungkin

terjadi infeksi pada klien (Amelia, 2019).

2) Nadi dan Pernafasan

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah

partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan

suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau

ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya


187

denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan

pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian

kembali seperti keadaan semula.

3) Tekanan Darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi

postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak

terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan

tanpa pengobatan.

g. Sistem Hematologi dan Kardiovaskular

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih

sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap

tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum.

Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi

hingga 25.000 – 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita

tersebut mengalami persalinan lama. Akan tetapi, berbagai jenis

kemungkinan infeksi harus dikesampingkan pada penemuan semacam

itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat

bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari volume

darah, volume plasma, dan volume sel darah yang berubah-ubah.

Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedua

lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki

persalinan awal, maka klien dianggap telah kehilangan darah yang

cukup banyak. Titik 2% tersebut kurang lebih sama dengan kehilangan


188

500 ml darah. Biasanya terdapat suatu penurunan kurang lebih 1.500

ml dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas.

Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira-kira 200 – 500

ml hilang selama masa persalinan. 500 – 800 ml hilang selama minggu

pertama postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas

(Amelia, 2019).
189

3. Perubahan Psikologi Masa Nifas

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting.

Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan

pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting

dalam hal memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta

pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak

terjadi perubahan psikologis yang patologis. Adapun perubahan psikologi

masa nifas terbagi sebagai berikut :

a. Taking In

Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari

1-2 setelah melahirkan. Fokus perhatian ibu terutama pada dirinya

sendiri, dapat disebabkan karena kelelahan, pada fase ini ibu

cenderung pasif terhadap lingkungannya, oleh karena itu perlu

diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya

(Amelia, 2019).

b. Taking Hold

Berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi, ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan

kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam

merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.


190

c. Letting Go

Berlangsung 10 hari setelah melahirkan merupakan fase menerima

tanggung jawab akan peran barunya.Ibu sudah memulai menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya.

4. Tujuan Asuhan Masa NIfas

Adapun tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas

antara lain sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis, dimana

dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting dengan

pemberian nutrisi dukungan psikologis maka kesehatan ibu dan bayi

selalu terjaga.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh), dimana

bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa

nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif

maupun penunjang.

c. Mendeteksi masalah, dilakukan setelah melaksanakan pengkajian data

dan menganalisa data.

d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya, setelah masalah ditemukan maka dapat langsung masuk ke

langkah berikutnya sehingga tujuan dapat dilaksanakan (Amelia,

2019).

e. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada


191

bayi dan perawatan bayi sehat serta memberikan pelayanan keluarga

berencana.

5. Periode Masa Nifas

Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8

minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah persalinan dan

berakhir setelah alat-alat reprodusi kembali seperti keadaan sebelum

hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan

psikologi karena proses persalinan.

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini,

puerperium intermedial, dan remote puerperium. Perhatikan penjelasan

berikut:

a. Puerperium Dini

Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini

ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam,

dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial

Puerperium intermdial merupakan masa kepulihan menyeluruh

alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c. Remote Puerperium

Remote Puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat


192

berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan

(Amelia, 2019).

6. Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang

diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan

kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati

keadaan sebelum hamil.

Setelah melahirkan plasenta, tubuh ibu biasanya mulai sembuh dari

persalinan. Bayi mulai bernapas secara normal dan mulai mempertahankan

dirinya agar tetap hangat. Bidan sebaiknya tetap tinggal selama beberapa

jam setelah melahirkan untuk memastikan ibu dan bayinya sehat, dan

membantu keluarga baru ini makan dan beristirahat.

Di hari-hari pertama dan minggu-minggu pertama setelah

melahirkan, tubuh ibu akan mulai sembuh. Rahimnya akan mengecil lagi

dan berhenti berdarah. ASI akan terus keluar dari payudaranya.

Bayi akan belajar menyusu secara normal dan mulai mendapatkan

pertambahan berat badan. Pada saat itu, ibu dan bayi masih memerlukan

perawatan bidan.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas.


193

a. Memeriksa Tanda – Tanda Vital Ibu

Periksalah suhu tubuh, denyut nadi, dan tekanan darah ibu

secara teratus minimal sekali dalam satu jam jika ibu memiliki

masalah kesehatan (Amelia, 2019).

b. Membersihkan Alat kelamin, Perut dan Kaki Ibu

Bantulah ibu membersihkan diri setelah melahirkan. Gantilah

alat tidur yang sudah kotor dan bersihkan darah dari tubuhnya.

Cucilah tangan dan kenakan sarung tangan sebelum menyentuh alat

kelamin ibu. Bersihkan kelamin ibu dengan lembut, gunakan air yang

bersih dan kain steril.

Cucilah alat kelamin dari atas ke bawah menjauhi vagina.

Berhati-hatilah untuk tidak membawa apapun naik keatas dari anus

menuju vagina, karena bahkan sepotong kecil feses yang kasat mata

bisa menyebabkan infeksi serius.

c. Mencegah Perdarahan Hebat

Setelah melahirkan, normal bagi wanita untuk mengalami

perdarahan yang sama banyaknya ketika dia mengalami perdarahan

bulanan. Darah yang keluar mestinya juga harus tampak seperti darah

menstruasi yang berwarna tua dan gelap, atau agak merah muda.

Darah merembes kecil-kecil saat rahim berkontraksi, atau ketika ibu

batuk bergerak, atau berdiri.


194

Perdarahan yang terlalu banyak sangat membahayakan. Untuk

memeriksa muncul tidaknya perdarahan hebat beberapa jam setelah

melahirkan, coba anda lakukan hal-hal berikut ini.

1) Rasakan rahim untuk melihat apakah dia berkontraksi. Periksalah

segera setelah plasentanya lahir. Kemudian periksalah setelah 5

atau 10 menit selama 1jam. Untuk 1 atau 2 jam berikutnya,

periksalah setiap 15 sampai 30 menit. Jika rahimnya terasa keras,

maka dia berkontraksi sebagaimana mestinnya (Amelia, 2019).

2) Periksa popok ibu untuk melihat seberapa sering mengeluarkan

darah, jika mencapai 500ml (sekitar 2 cangkir) berarti

perdarahannya terlalu berlebihan.

3) Periksalah denyut nadi ibu dan tekanan darahnya setiap jam.

Perhatikan adanya tanda-tanda syok.

d. Memeriksa Alat kelamin Ibu dan Masalah-masalah Lainnya

Kenakan sarung tangan untuk memeriksa dengan lembut robek

atau tidaknya alat kelamin ibu. Selain itu, perlu diperiksa juga

apakah serviksnya sudah menutup (turun menuju bukaan vagina)

e. Jika Ibu Memiliki Robekan

Mintalah ibu untuk beristirahat di tempat tidur selama 2

minggu dengan kaki disejajarkan bersamaan sepanjang waktu. Ibu

boleh menggerakkan kakinya secara teratur. Untuk sementara tidak

diperbolehkan bekerja keras dan disarankan agar memakan makanan

yang bergizi.
195

f. Jika Ibu Memiliki Hematoma atau Rasa Sakit di Vagina

Terkadang rahim merapat dan mengeras, sehingga tidak

terlihat adanya perdarahan hebat, namun ibu masih merasakan

pusing-pusing dan lemah. Jika hal ini yang terjadi bisa jadi dia

mengalami perdarahan di bawah kulit dalam vaginanya yang disebut

hematoma. Kulit di wilayah ini sering kali membengkak, berwarna

gelap, lembut dan lunak (Amelia, 2019).

Meskipun hematoma menyakitkan, biasanya dia tidak serius,

kecuali lukanya sangat besar. Jika hematoma terus bertumbuh,

tekanlah wilayah itu dengan kain steril selama 30 menit atau sampai

dia berhenti tumbuh. Jika ibu memiliki tanda-tanda syok, segera

minta bantuan medis agar luka bisa terbuka dan darah yang terjebak

di dalamnya bisa keluar.

g. Jika Serviks Bisa Dibuka dari Bukaan Vagina

Jika bisa terlihat serviks dibukaan vagina setelah melahirkan,

kemungkinan besar rahimnya turun ke vagina. Masalah ini tidak

begitu berbahaya, karena serviks biasanya akan masuk ke tempatnya

semula dalam beberapa hari. Anda mungkin bisa mendorong rahim

dengan tangan bersarung. Bantulah ibu menaikkan bokongnya agar

lebih tinggi dari kepala.

h. Bantu Ibu Buang Air

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.

Kadang-kadang wanita mengalami sulit buang air kecil, karena


196

sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi

muskulus sphincter ani selama persalinan. Bila kandungan kemih

penuh dan wanita sulit BAK, sebaiknya dilakukan kateterisasi.

Buang air besar harus dilakukan 3-4hari pascapersalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi, apalagi feses keras

dapat diberikan obat laksatif per oral atau per rektal. Jika masih

belum bisa juga dilakukan klisma.

i. Bantu Ibu Makan dan Minum

Sebagian besar ibu mau makan setelah melahirkan, dan bagus

bagi mereka untuk bisa menyantap beragam makanan bergizi yang

diinginkan. Jus buuah sangan baik karena akan memberinya energy.

Anjurkan ibu untuk segera makan dan banyak mingum pada jam-

jam pertama. Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori.

Sebaiknya ibu mengonsumsi makan yang mengandung protein,

banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Amelia, 2019).

j. Memperhatikan Perasaan Ibu terhadap Bayinya

Hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu meningkatkan

perasaan ibu terhadap bayinya adalah sebagai berikut.

k. Berikan Dukungan Emosional

Sangat penting untuk memberikan ibu dukungan emosional.

Kebiasaan dan ritual menghormati ibu atau merayakan kelahiran

adalah salah satu cara untuk mengakui keberhasilan ibu dalam

persalinan.
197

Kebanyakan wanita merasakan emosi-emosi yang kuat setelah

melahirkan. Ini adalah hal yang normal. Beberapa wanita merasakan

sedih dan khawatir selama beberapa hari, minggu, atau bulan.

Ketika hal ini terjadi, bantulah dia dengan mendengarkan keluh

kesahnya tentang perasaannya itu, dan menjelaskan bahwa perasaan

seperti itu umum terjadi.

Jika perasaan sedih ini sangat kuat, hal ini disebut depresi.

Dalam kondisi seperti ini, bisa jadi sulit bagi wanita untuk merawat

dirinya atau bayinya. Wanita yang mengalami depresi pasca

melahirkan memerlukan bantuan segera. Dia memerlukan bantuan

untuk merawat rumah dan keluarganya, dan memerlukan bantuan

untuk menghentikan perasaan-perasaan gundahnya. Wanita yang

memiliki perasaan seperti ini setelah melahirkan akan rentan untuk

mengalaminya lagi dalam persalinan berikutnya (Amelia, 2019).

l. Ibu Tidak Tertarik kepada Bayinya

Beberapa ibu tidak merasa nyaman dengan bayi baru mereka.

Ada beberapa alasan yang menyebabkannya. Bisa jadi ibu sangat

lelah, sakit, dan mengalami perdarahan hebat. Bisa juga dia tidak

menginginkan bayi itu, atau khawatir tidak bisa merawatnya,

sehingga mengalami depresi. Maka yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Periksa tanda-tanda bagi kehilangan darah atau infeksi.


198

2) Membicarakan dengan ibu tentang perasaan-perasaannya atau

mungkin lebih baik meninggalkannya sendirian dan

mengamatinya dari jauh sambil menunggu.

3) Jika ibu merasa depresi, atau dia pernah depresi setelah pesalinan

dahulu, bicaralah pada keluarganya untuk memberinya perhatian

dan dukungan ekstra pada mingu-mingu berikutnya.

4) Pastikan seseorang dalam keluarganya membantu merawat bayi

tersebut.

m. Perhatikan Gejala Infeksi Pada Ibu

Suhu tubuh ibu yang baru melahirkan biasanya sedikit lebih

tinggi daripada suhu normal, khususnya jika cuaca hari itu sangat

panas. Namun, jika ibu merasa sakit, terserang demam, atau denyut

nadinya cepat atau dia merasa perih saat kandungannya disentuh

bisa jadi dia terkena infeksi. Infeksi seperti ini biasanya terjadi jika

air ketuban pecah lebih awal sebelum persalinan dimulai, atau jika

persalinan terlalu lama atau dia merasa kelelahan saat persalinan

(Amelia, 2019).

n. Bantu Ibu Menyusui

Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu dan bayinya. Jika ibu

merasa kebingungan apakah dia ingin menyusui atau tidak, mintalah

dia untuk mencoba menyusui hanya untuk minggu-minggu atau

bulan-bulan pertama. Bahkan sedikit saja waktu untuk menyusui


199

masih lebih baik daripada tidak sama sekali. Pastikan ibu

memahami jika dia menyusui bayinya, maka :

1) Rahimnya akan lebih cepat pulih keukuran semula.

2) Bayinya lebih tahan dari serangan diare atau penyakit lainnya.

3) Ibu bisa menghemat pengeluaran uang karena susu formula jelas

lebih mahal.

o. Perawatan Payudara (Mamae)

Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya

putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan

dengan cara berikut ini.

1) Balut mamae sampai tertekan.

2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral

dan parlodel.

p. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae

berupa hal-hal berikut ini.

1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan

lemak bertambah.

2) Keluaran cairan susu jolong dari ductus laktiferus disebut

kolostrum, berwarna kuning putih susu.


200

3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, di mana

vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

4) Setelah persalinan, oengaruh supresi estrogen dan progesterone

hilang. Maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau

prolactin yang akan merangsang air susu. Di samping itu,

pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu

berkontraksi, sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak

sesudah 2-3 hari pascapersalinan.

q. Berikan Waktu Berkumpul bagi Keluarga

Jika ibu dan bayinya sehat, berikan mereka waktu sesaat untuk

berduaan saja. Orang tua baru memerlukan waktu satu sama lain

dengan bayi mereka. Mungkin mereka juga memerlukan sejumlah

waktu pribadi sebentar untuk berbincang-bincang, tertawa,

menangis, berdoa, atau merayakannya dengan suatu cara tertentu.

7. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan

ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk

mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi

(Amelia, 2019).
201

Tabel 2.7

Kunjungan Masa Nifas

Kunjunga

n Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah 1. Mencegah terjadinya perdarahan pada

persalinan masa nifas.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan dan memberi rujukan

bila pendarahan berlanjut.

3. Memberikan konseling kepada ibu

atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia

uteri.

4. Pemberian ASI pada masa awal

menjadi ibu.

5. Mengajarkan cara mempererat

hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir.

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia

Jika bidan menolong persalinan, maka

bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2


202

jam pertama setelah kelahiran atau

sampai keadaan ibu dan bayi dalam

keadaan stabil.

2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uteri berjalan

persalinan normal, uterus berkontraksi, fundus di

bawah umbilikus tidak ada

perdarahan abnormal, dan tidak ada

bau.

2. Menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi, atau kelainan

pascamelahirkan.

3. Memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan, dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan

baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit.

5. Memberikan konseling kepada ibu

mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan bagaimana

menjaga bayi agar tetap hangat.

3 2 minggu Sama seperti diatas (enam hari setelah

setelah persalinan)

persalinan
203

4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang

setelah penyulit-penyulit yang dialami atau

persalinan bayinya.

2. Memberikan konseling untuk KB

secara dini.

(Amelia, 2019).

E. Keluarga Berencana

1. Definisi

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat

sementara atau menetap, yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat,

secara mekanis, menggunakan alat/obat, atau dengan operasi (Muftika,

2019).

Adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang

No.10 tahun 1992). Keluarga berencana (Family Planning, Planned

Parenthood) yaitu suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan

jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Amelia, 2019).

Program KB adalah bagian terpadu (integral) dalam program

pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan

ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat

dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.


204

2. Tujuan Program KB

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi

program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pndasi yang

kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai

keluarga berkualitas tahun 2015. Sedangkan tujuan KB secara filosofis

adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang menjadi dasar

terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk. Terciptanya

penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan

meningkatkan kesejahteraan keluarga (Amelia, 2019).

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran

anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan

kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah memperbaiki

kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; mengurangi

angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa;

memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang

berkualitas; termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi,

dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.


205

3. Persyaratan Medis dalam Penapisan KB

Hendaknya kontrasepsi dapat memenuhi syarat-syarat seperti

berikut, yaitu :

a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya

b) Efek samping yang merugikan tidak ada

c) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

d) Tidak mengganggu hubungan seksual

e) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya

f) Cara penggunaannya sederhana

g) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas

h) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

Sebenarnya belum ada kontrasepsi yang betul-betul ideal dan dapat

memenuhi syarat-syarat tersebut di atas.Yang ada ialah kontrasepsi yang

memenuhi sebagian syarat, atau hampir memenuhi syarat.Yang penting

sebenarnya adalah memakai salah satu cara kontrasepsi jauh lebih baik

daripada tidak memakai kontrasepsi sama sekali (Amelia, 2019).

Berhasil tidaknya sesuatu cara bergantung kepada apakah sel mani

(sperma) dapat dicegah, dilumpuhkan, dimatikan supaya tidak memasuki

arena fertilisasi atau sel telur tidak dikeluarkan atau tidak dapat bertemu

dengan sel mani. Selain itu, ada keadaan atau kondisi yang mempengaruhi

klasifikasi persyaratan madis dalam penggunaan setiap metode kontrasepsi

yang tidak permanen dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu:


206

a) Kondisi dimana tidak ada pembatasan apa pun dalam penggunaan

metode kontrasepsi

b) Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan

risiko yang diperkirakan akan terjadi

c) Risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan

kontrasepsi

d) Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut digunakan.

4. KB Suntik 3 Bulan

Suntik KB 3 bulan adalah kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan

dengan cara suntik intramuscular (di daerah bokong) (Amelia, 2019).

Depo provera adalah 6-alfa-medroxsiprogesterone yang digunakan

untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang

kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk obat depo Noristerat termasuk

dalam golongan konsentrasi ini. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama

seperti kontrasepsi hormonal lainnya. Depo provera sangat cocok untuk

program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.

a. Jenis Suntik KB 3 bulan

Tersedia dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

progestin, yaitu :

1) Depomedroksiprogesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg

DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara disuntik

Intramuskular (di daerah bokong).


207

2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200

mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara

disuntik Intramuskular.

b. Cara kerja kontasepsi suntik 3 bulan (Depo provera)

1) Mencegah Ovulasi.

2) Mengentalkan lendir Serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi Sperma.

3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan Atrofi.

4) Menghambat transportasi Gamet oleh Tuba.

c. Efektivitas

Kedua jenis kontrasepsi tersebut memiliki efektifitas yang

tinggi, dengan 30 % kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah

ditentukan. 24 jam setelah penyuntikan klien dapat berhubungan

seksual (Amelia, 2019).

d. Keuntungan

1) Sangat efektif.

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

3) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.

4) Tidak mengandung Estrogen, sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

5) Tidak memiliki pengaruh terhadap produksi ASI.

6) Efek samping sedikit.


208

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

8) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun

sampai Perimenopause dan lain-lain.

e. Keterbatasan

1) Sering ditemukan gangguan haid seperti : Siklus haid yang

memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau

sedikit, perdarahan tidak teratur atau bercak (Spotting), dan tidak

haid sama sekali.

2) Klien sangat bergantung pada sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali untuk suntik).

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya.

4) Sering meimbulkan efek samping masalah berat badan.

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual, Hepatitis B, atau virus HIV.

6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

penggunaan dan lain-lain (Amelia, 2019).

f. Cara Kerja

Kontrasepsi suntikan Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular

dalam di daerah bokong. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,

penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja secara

efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari (Amelia, 2019).


209

F. Manajemen Kebidanan Menurut Varney

Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang

ditemukan oleh perawat dan bidan. Proses ini memperkenalkan sebuah metode

dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan

yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.

Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi

asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan

tindakan saja melainkan juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan

yang komprehensif harus mengikuti urutan yang logis dan memberikan

pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan, dan penilaian yang

terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan,

langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan data

yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap

(Amelia, 2019)

a. Data Subjektif

Data subjektif pasien ibu bersalin atau data yang diperoleh dari

anamnesis, antara lain:

1) Biodata, data demografi.

2) Riwayat kesehatan, termasuk faktor herediter dan kecelakaan.

3) Riwayat menstruasi.
210

4) Riwayat obstetri dan ginekologi, termasuk nifas dan laktasi.

5) Biopsikospiritual.

6) Pengetahuan klien.

b. Data Objektif

Data objektif pasien ibu bersalin atau data yang diperoleh dari hasil

observasi dan pemeriksaan, antara lain:

1) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital.

2) Pemeriksaan khusus seperti inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.

3) Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, diagnosis lain : USG,

Radiologi.

Data yang terkumpul ini sebagai data dasar untuk insterpretasi

kondisi klien untuk menentukan langkah berikutnya.

2. Langkah II Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau

diagnosis berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis ditegakkan bidan

dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi “standar nomenklatur”

(tata nama) diagnosis kebidanan dan dirumuskan secara spesifik. Masalah

psikologi berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita tersebut

Contoh (Amelia, 2019) :

a. Diagnosis

G2P1A0 hamil 37 minggu

Janin tunggal hidup


211

b. Masalah

Wanita tersebut tidak menginginkan kehamilan ini dan takut

menghadapi proses persalinan.

c. Kebutuhan

Konseling, atau rujukan konseling.

Perasaan takut dan tidak menginginkan kehamilan tidak termasuk

dalam “nomenklatur” standar diagnosis kebidanan, tetapi perlu pengkajian

lebih lanjut dan memerlukan penanganan khusus dan perencanaan yang

terarah sehingga wanita ini dapat ditolong dan mendapatkan pelayanan

yang memang ia butuhkan sehingga masalah tidak berlarut-larut.

3. Langkah III Mengidentifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial berdasarkan diagnosis masalah yang sudah teridentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.

Bidan diharapkan waspada dan bersiap-siap menghadapinya bila

diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini penting

sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Contoh : Seorang wanita masuk kamar bersalin dengan pemuaian

uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan

penyebab pemuaian uterus yang berlebihan ini, misalnya mungkin

hidramnion, makrosomi, kehamilan ganda, ibu diabetes, dan lain-lain

(Amelia, 2019).
212

4. Langkah IV Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang

Memerlukan Penanganan Segera

Pada kasus ibu bersalin dengan pemuaian uterus berlebihan, bidan

harus mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan penanganan segera

untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadi

perdarahan post partum karena atonia uteri karena pemuaian uterus yang

berlebihan, dan mencegahnya dengan infus pitosin atau uteroronika atau

adanya bayi prematur atau BBLR.

Pada bayi besar makrosomia perlu mengantisipasi adanya persalinan

macet, bayi asfiksia dan perlunya persiapan resusitasi dan kemungkinan

adanya perlukaan jalan lahir dan perdarahan karena atonia uteri. Pada

langkah ke tiga ini, bidan dituntut untuk mempu mengantisipasi masalah

potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi,

tetapi juga merumuskan tindakan antisipasif agar masalah / diagnosis

potensial tidak terjadi. Andaikan tidak terhindarkan, sudah terantisipasi

tindakan penanganan yang tepat sehingga pasien dapat ditolong secara tepat

dan cepat. Sehingga langkah ini benar-benar merupakan langkah yang

bersifat antisipasi yang rasional/logis.

5. Langkah V Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh

hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau


213

diantisipasi. Pada langkah ini informasi/ data yang kurang lengkap dapat

dilengkapi (Amelia, 2019).

Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah

teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang

akan terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling

atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosio-kultural,

ekonomi, atau psikologi.

6. Langkah VI Melaksanakan Perencanaan

Melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan secara

efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan,

sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya. Walau

bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memilki

tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya memantau

rencananya benar-benar terlaksana).

Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena adanya

komplikasi. Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya

serta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah

dilakukan.

7. Langkah VII Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,

apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam

diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat


214

dianggap efektif apabila ada perubahan dan perkembangan pasien yang

lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana

dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses

manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan

maka perlu di evaluasi, karena asuhan yang diberikan belum efektif

(Amelia, 2019).

G. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan Secara SOAP

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.

Pencatatan ini dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan. Format

SOAP fokus pada spesifik masalah klien. Masalah keadaan klien diidentifikasi

dan didengarkan pada rencana asuhan kebidanan.

Maka dapat disimpulkan SOAP adalah sebuah cara untuk

mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien, merupakan sesuatu yang

membutuhkan manajemen atau diagnostik termasuk medis, sosial dan

ekonomi dan masalah demografi. Bidan melakukan pencatatan secara

lengkap, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalm memberikan asuhan kebidanan. Ditulis dalam bentuk catatan

perkembangan SOAP.

1. Subjektif

a. Data subjektif (observasi klien)

b. Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien

melalui anamnesa.
215

c. Tanda gejala subjektif diperoleh dari hasil bertanya dari klien, suami

atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat perkawinana, riwayat

kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit, riwayat

penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial,

pola hidup.

d. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien,

ekspresi klien mengenaikekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.

2. Objektif

a. Data objektif ( observasi dan pemeriksaan)

b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil

laboraturium dan test diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung analis/assessment.

c. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (tanda-

tanda KU, vital sign, pemeriksaan fisik, pemeriksaan kebidanan,

pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang). Pemeriksaaan

dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

d. Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi

kajian, teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekam CTG, dan lain-

lain.

3. Analisa data/Assessment
216

a. Masalah atau diagnosis yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif dikumpulkan atau disimpulkan.

Karena keadaan pasien harus berubah dan selalu ada informassi baru

baik subjektif maupun objektif dan sering diungkapkan terpisah-pisah,

proses pengkajian adalah suatu prosesdinamik.

b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analis dan interpretasi data

subjektif dan objektif dakam suatu identifkasi.

1) Diagnosis masalah

a) Diagnosis adalah rumusan dari hasil pengkajian kondisi klien

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

b) Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebuthhan

klien tertanggu, kemungkinan menggangu kehamilan kesehatan

tetapi tidak masuk dalam diagnosis.

2) Antisipasi masalah lain/diagnosis potensial.

4. Planning/Penatalaksanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk

mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin atau

menjaga mempertaakan kesejahteraannya. Dalam perencanaan harus

tertuang asuhan yang akan direncanakan, bagaimana pelaksanaan dan ha

sil dari suatu asuhan yang telah diberikan (Amelia, 2019).

Anda mungkin juga menyukai