Anda di halaman 1dari 10

Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328

Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741

HUBUNGAN DIMENSI KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KEPATUHAN


KONSUMSI MINUM OBAT PADA PASIEN PROLANIS
DI WILAYAH KOTA PEKANBARU

Astri Hindarti
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Abdurrab
Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru - Riau -Indonesia
E-mail: astri.hindarti.18@student.univrab.ac.id

Kata Kunci: ABSTRAK


dimensi komunikasi Hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 termasuk penyakit yang umumnya berlangsung
keluarga, kepatuhan lama yaitu satu tahun atau lebih yang memerlukan perawatan medis berkelanjutan.
minum obat, Prolanis, Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, penyakit ini
PRB termasuk penyebab kematian tertinggi yaitu di urutan ke-3 pada diabetes melitus tipe 2
dan urutan ke-5 pada hipertensi. Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan berupaya untuk menurunkan risiko komplikasi dan angka
kematian yaitu dengan membuat sebuah Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) dan Pelayanan Rujuk Balik (PRB). Berdasarkan data BPJS Kesehatan
Provinsi Riau Februari 2020, jumlah pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru
memiliki jumlah terbanyak di Provinsi Riau sebanyak 10.114 pasien. Untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat pasien, faktor keluarga juga turut berperan.
Menurut teori model McMaster, bahwa fungsi keluarga mempengaruhi kesehatan fisik
dan psikologis anggota keluarga. Keluarga dengan komunikasi yang efektif dapat
membantu meningkatkan keterlibatan anggota keluarga dalam pengobatan pasien.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan komunikasi keluarga dengan
kepatuhan konsumsi minum obat pada pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru.
Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik dengan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kota Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel
menggunakan cluster sampling sebanyak 108 sampel. Analisis data menggunakan uji
korelasi Spearman. Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan komunikasi keluarga
dengan kepatuhan konsumsi minum obat pada pasien Prolanis di Wilayah Kota
Pekanbaru dengan nilai p-value 0,006 dengan nilai koefisien korelasi 0,264.

Keywords: ABSTRACT
dimension family Hypertension and type 2 diabetes mellitus are diseases that generally last a long time,
communication, namely a year or more that require continuous medical care. According to data from
adherence to medication the Indonesian Sample Registration System (SRS) in 2014, this disease is among the
consumption, Prolanis, highest causes of death, namely in 3rd place in type 2 diabetes mellitus and 5th in
PRB hypertension. The government through the Social Security Organizing Agency (BPJS)
Health seeks to reduce the risk of complications and mortality rates, namely by
Info Artikel creating a Prolanis and PRB. Based on data from BPJS Kesehatan Riau Province in
Tanggal dikirim: February 2020, the number of Prolanis patients in pekanbaru city area has the highest
Tanggal direvisi:
in Riau Province as many as 10,114 patients. To improve adherence to taking patients'
Tanggal diterima:
DOI Artikel:
medications, family factors also play a role. According to the theory of the McMaster
model, that the functioning of the family affects the physical and psychological health
of family members. Families with effective communication can help increase the
involvement of family members in the treatment of patients. The purpose of this study
was to determine the relationship between family communication and adherence to
drug consumption in Prolanis patients in the Pekanbaru City Area. This study used an
analytical observational study design with a cross-sectional. This research was
conducted in the Pekanbaru City Area. Sampling technique using cluster sampling of
108 samples. Analysis of the data used by the Spearman correlation test. The results of
the study found a relationship between family communication and adherence to drug
consumption in Prolanis patients in the Pekanbaru City Area with a p-value of 0.006
with a correlation coefficient value of 0,264.

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 1
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741

PENDAHULUAN Berdasarkan data BPJS Kesehatan Provinsi


Penyakit kronis merupakan penyakit Riau Februari 2020, jumlah pasien Prolanis
yang umumnya berlangsung lama yaitu satu yang mengikuti PRB di Wilayah Kota
tahun atau lebih yang memerlukan Pekanbaru memiliki jumlah terbanyak dari
perawatan medis berkelanjutan. Penyakit dua belas Kabupaten/Kota yang berada di
hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 Provinsi Riau yaitu sebanyak 10.114 pasien.
termasuk dalam kelompok penyakit kronis Untuk mengurasi risiko komplikasi
[1]. Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah maka pasien harus patuh dan rutin terhadap
tinggi yaitu suatu kondisi di mana tekanan pengobatannya [6]. Selain peran pemerintah
pembuluh darah terus-menerus meningkat. dan petugas kesehatan melalui kegiatan
Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 adalah Prolanis, faktor keluarga juga turut berperan
penyakit kronis yang ditandai dengan kadar dalam meningkatkan kepatuhan minum obat
gula darah tinggi disebabkan karena pasien. Menurut teori model McMaster,
gangguan sekresi insulin di kelenjar bahwa fungsi keluarga mempengaruhi
pankreas (Kementerian Kesehatan RI, 2020). kesehatan fisik dan psikologis anggota
Menurut World Health Organization keluarga [7]. Salah satunya yaitu dengan
(WHO) diperkirakan 1,13 miliar orang di adanya komunikasi keluarga.
seluruh dunia menderita hipertensi [3]. Komunikasi keluarga mengacu pada
Demikian pula untuk kasus diabetes melitus kemampuan untuk berkomunikasi antar
tipe 2, diperkirakan sekitar 425 juta orang di anggota keluarga dengan anggota keluarga
seluruh dunia menderita diabetes melitus tipe lainnya secara jelas dan langsung [7].
2 [4]. Hal yang sama juga terjadi di Komunikasi pada dasarnya bertujuan agar
Indonesia. Menurut data Sample Registration terjadi perubahan-perubahan, baik dalam hal
System (SRS) Indonesia tahun 2014, sikap, perilaku, pendapat atau perubahan
penyakit ini termasuk penyebab kematian sosial [8]. Keluarga dengan komunikasi yang
tertinggi yaitu di urutan ke-3 pada diabetes efektif dapat membantu meningkatkan
melitus tipe 2 dengan komplikasinya dan keterlibatan anggota keluarga dalam
urutan ke-5 pada hipertensi dengan pengobatan pasien [9].
komplikasinya. Hal serupa juga terjadi di
Wilayah Kota Pekanbaru yang merupakan METODE
Ibu Kota Provinsi Riau, dimana angka Jenis penelitian ini adalah analitik
kunjungan hipertensi dan diabetes melitus observasional dengan rancangan penelitian
tipe 2 ke Puskesmas termasuk kasus yang cross sectional. Tempat penelitian ini
tinggi sebanyak 35.090 untuk hipertensi dan dilakukan di 12 kecamatan di Wilayah Kota
19.093 untuk diabetes melitus tipe 2 [5]. Pekanbaru antara lain Kecamatan Sukajadi,
Upaya Pemerintah melalui Badan Pekanbaru Kota, Sail, Lima Puluh,
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Senapelan, Rumbai, Bukit Raya, Tampan,
Kesehatan bertujuan untuk menurunkan Marpoyan Damai, Tenayan Raya, Payung
risiko komplikasi dan angka kematian yaitu Sekaki dan Rumbai Pesisir. Penelitian
dengan membuat sebuah Program dilakukan pada semua pasien Prolanis yang
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang mengikuti PRB di Wilayah Kota Pekanbaru
bekerja sama dengan fasilitas kesehatan sampai Februari 2020.
bertujuan untuk mencapai kualitas hidup Jumlah sampel dihitung dengan
yang optimal pada pasien. BPJS Kesehatan menggunakan rumus Slovin yang
juga menyelenggarakan Program Rujuk populasinya dari pasien Prolanis yang
Balik (PRB) yang bertujuan untuk mengikuti PRB di Wilayah Kota Pekanbaru.
meningkatkan disiplin pasien dalam Teknik pengambilan sampel pada penelitian
pengelolaan penyakit dan minum obat. ini menggunakan metode cluster sampling

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 2
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
berdasarkan 12 wilayah Puskesmas sehingga Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Pasien Prolanis di
didapat besar sampel untuk tiap Puskesmas Wilayah Kota Pekanbaru
sebesar 9 responden. Instrumen penelitian ini
Karakteristik F %
yaitu menggunakan kuesioner untuk
Usia (tahun)
mengukur dimensi komunikasi pasien
36-45 9 8,3
Prolanis terhadap keluarganya dan 46-55 25 23,2
melakukan observasi untuk menentukan 56-65 39 36,1
kepatuhan konsumsi minum obat pasien >65 35 32,4
tersebut. Total 108 100
Analisis data dilakukan dengan analisis Jenis Kelamin
univariat yang digunakan untuk melihat Laki-laki 27 25
frekuensi yang didapat pada masing-masing Perempuan 81 75
variabel. Untuk variabel dimensi komunikasi Total 108 100
keluarga, hasil ukur yang diikuti dari Pendidikan
penelitian [10] dapat dikelompokkan SD 24 22,2
menjadi: SMP 17 15,7
SMA 39 36,1
Skor > 15: komunikasi keluarga efektif
D3 6 5,6
(komunikasi jelas dan langsung) S1 20 18,5
Skor ≤ 15: komunikasi keluarga kurang S2 2 1,9
efektif (komunikasi samar dan tidak Total 108 100
langsung) Pekerjaan
Sedangkan untuk variabel kepatuhan Bekerja 40 37,0
konsumsi minum obat pada pasien Prolanis, Tidak Bekerja 68 63,0
hasil ukurnya yang dikutip dari [11] yang Total 108 100
dapat dikelompokkan sebagai berikut: Lama Menderita
Skor ≥ 80% : Patuh mengonsumsi obat. Hipertensi dan
Skor < 80%: Tidak patuh mengonsumsi obat. atau Diabetes
Untuk analisis bivariat yang digunakan melitus 70 64,8
≥5 Tahun 38 35,2
adalah korelasi spearman rank karena data
<5 Tahun 108 100
tidak terdistribusi normal. Uji korelasi Total
bertujuan menentukan korelasi dan kekuatan Anggota Keluarga
korelasi antara komunikasi keluarga terhadap Terdekat
kepatuhan minum obat pasien Prolanis. Suami/Istri 59 54,6
Anak 43 39,8
HASIL DAN PEMBAHASAN Cucu 3 2,8
Analisis univariat dilakukan untuk Keluarga lainnya 3 2,8
melihat gambaran karakteristik responden Total 108 100
pasien Prolanis yang terdiri atas usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
menderita hipertensi dan atau diabetes bahwa mayoritas responden berada pada
melitus dan anggota keluarga terdekat pasien. rentang usia 56-65 tahun dengan jumlah
Berikut hasil analisis univariat terhadap sebanyak 39 responden (36,1%).
karakterisktik responden. Berdasarkan jenis kelamin, responden
diketahui perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki dengan jumlah
sebanyak 81 responden (75%). Sementara
itu, berdasarkan tingkat pendidikan,
mayoritas pendidikan terakhir responden
adalah SMA dengan jumlah 39 responden
(36,1%). Untuk karakteristik pekerjaan

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 3
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
responden, sebagian besar responden tidak dan Kepatuhan Konsumsi Minum Obat
bekerja dengan jumlah 68 responden (63%). Pasien Prolanis
Selain itu, berdasarkan lama menderita
hipertensi dan atau diabetes melitus ≥5 tahun Kepatuhan Total
adalah sebanyak 70 responden (64,8%). Konsumsi
Minum Obat
Untuk karakteristik yang terakhir
Pasien
berdasarkan dari anggota keluarga terdekat, Prolanis
sebagian besar suami/istri merupakan Patuh Tidak
anggota keluarga terdekat responden dengan Patuh
jumlah sebanyak 59 responden (54,6%). Komunik Komunik N 73 25 98
asi asi % 67,6 23,1% 90,7%
Tabel 2. Karakteristik Pasien Prolanis Keluarga Keluarga %
Berdasarkan Dimensi Komunikasi Pasien Efektif
Keluarga Prolanis Komunikasi N 4 6 10
Komunikasi Keluarga F % Keluarga % 3,7 5,6% 9,3%
Pasien Prolanis Kurang %
Efektif 98 90,7 Efektif
Kurang Efektif 10 9,3 Total N 77 31 108
Total 108 100 % 71,3 28,7% 100%
%
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa sebagian besar pasien Prolanis Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan
memiliki komunikasi keluarga efektif bahwa responden terbanyak memiliki
sebanyak 98 responden (90,7%). komunikasi keluarga yang efektif dan juga
merupakan pasien yang patuh dalam
Tabel 3. Karakteristik Pasien Prolanis mengonsumsi minum obat yaitu sebanyak 73
Berdasarkan Kepatuhan Konsumsi Minum Obat responden (67,6%).

Kepatuhan Minum F % Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data


Obat
Pasien Prolanis Variabel Nilai p-value Keterangan
Patuh 77 71,3 (Kolmogorov-
Tidak Patuh 31 28,7 Smirnov)
Total 108 100 Komunikasi 0,000 Distribusi Tidak
Keluarga Normal
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui (p-value <0,05)
bahwa sebagian besar pasien Prolanis patuh Kepatuhan 0,000 Distribusi Tidak
minum obat berjumlah 77 responden Konsumsi Normal
(71,3%). Minum (p-value <0,05)
Obat
Selain analisis univariat digunakan
analisis bivariat untuk melihat hubungan
antara komunikasi keluarga dengan Berdasarkan Tabel 5 hasil uji
kepatuhan konsumsi minum obat pada pasien normalitas diketahui bahwa kedua variabel
Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru. yang di uji tidak terdistribusi normal. Oleh
karena itu, untuk menilai hubungan antara
variabel independen dan dependen pada
penelitian ini digunakan uji korelasi
Spearman.
Tabel 4. Analisis Tabulasi Silang Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Spearman
Komunikasi Keluarga Pasien Prolanis Hubungan Komunikasi Keluarga Pasien

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 4
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
Prolanis dan Kepatuhan Minum Obat memberikan perhatian tentang kondisi
Pasien Prolanis mereka, mengingatkan untuk minum obat
dan menyiapkan obat untuk dikonsumsi
p-value sehingga dapat membantu meningkatkan
Komun Kepat kepatuhan minum obat pada pasien
ikasi uhan hipertensi [12]. Hal ini sejalan dengan
Keluarg Konsu penelitian oleh (Langer et al., 2022)
a msi menyatakan bahwa kemampuan suami dan
Minu
istri dalam berkomunikasi secara efektif
m
Obat berperan dalam kualitas hubungan mereka.
Spearm Komunikasi r 1.000 .264** Pasangan yang berkomunikasi efektif dapat
an's Keluarga berdiskusi terbuka tentang penyakit yang di
p-value . .006
rho derita pasangannya, mendengarkan dan
N 108 108 merespon untuk mendukung pasangannya
Kepatuhan r .264** 1.000 sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
Minum Obat p-value minum obat pada pasien [13].
.006 .
Kemudian juga berdasarkan dari
N 108 108 anggota keluarga terdekat yaitu anak.
Menurut (Prayogo, 2018) interaksi antara
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa anak dengan orang tua akan mampu
dari 108 responden didapatkan p- value menciptakan keakraban dalam keluarga dan
sebesar 0,006 (p-value <0,05) sehingga hal menciptakan komunikasi dua arah sehingga
ini menunjukkan adanya hubungan yang permasalahan dalam keluarga terselesaikan.
signifikan antara komunikasi keluarga Selain itu, hubungan yang baik juga
dengan kepatuhan konsumsi minum obat ditentukan oleh rasa percaya dan kedekatan
pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru. orang tua dan anak yang dilandasi rasa
Selain itu, diperoleh pula nilai koefisien saling mencintai. Sehingga anak dapat
korelasi 0,264 yang terletak pada rentang mengingatkan orang tua yang menderita
0,20-<0,40 menunjukkan bahwa kekuatan sakit untuk meningkatkan kepatuhan
hubungan pada hasil penelitian ini termasuk minum obatnya [14]. Hal ini juga dijelaskan
dalam kategori lemah. pada penelitian yang dilakukan oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (Hamidah, 2019) menyatakan bahwa
dari 108 responden, terdapat 98 responden komunikasi antara anak dan orang tua,
(90,7%) memiliki komunikasi keluarga dimana dalam konteks ini mereka saling
yang efektif dan 10 responden (9,3%) mencintai dan memiliki perasaan yang
memiliki komunikasi keluarga yang kurang mendalam. Komunikasi bertujuan untuk
efektif. Efektifnya komunikasi keluarga membentuk kasih sayang, kerjasama dan
pasien Prolanis pada penelitian ini mungkin kepercayaan dalam suatu hubungan dengan
saja karena sebagian besar anggota keluarga menerapkan keterbukaan keinginan, sikap
terdekat dengan pasien yaitu suami atau dan pendapat mengenai kondisi orang tua
istri sebanyak 59 responden (54,6%) yang sakit. Hal tersebut yang dapat
kemudian dengan anak sebanyak 43 membantu meningkatkan kepatuhan
responden (39,8%). Komunikasi efektif konsumsi minum obat [15].
antara suami dan istri dapat membantu Berdasarkan hasil penelitian
pasangan yang menderita penyakit didapatkan mayoritas pasien Prolanis patuh
hipertensi dan atau diabetes melitus tipe 2. dalam mengonsumsi minum obat sebanyak
Menurut penelitian (Ekundayo et al., 2020) 77 responden (71,3%), sedangkan yang
suami atau istri dapat mendengarkan cerita tidak patuh dalam mengonsumsi obat
dari pasangannya tentang keluhan mereka, sebanyak 31 responden (28,7%). Tingginya
angka kepatuhan minum obat pada pasien

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 5
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru mungkin saja juga menjadi faktor
mungkin saja disebabkan karena sudah banyaknya pasien Prolanis yang patuh
lamanya pasien Prolanis menderita konsumsi minum obat di Wilayah Kota
penyakitnya. Berdasarkan karakteristik Pekanbaru karena menurut penelitian yang
lama menderita hipertensi atau diabetes dilakukan oleh (Fitri et al, 2018)
melitus, terdapat 70 responden (64,8%) menyatakan bahwa riwayat pendidikan
yang telah menderita hipertensi atau terakhir pasien memiliki pengaruh yang
diabetes melitus ≥5 tahun dan terdapat 38 dominan terhadap kepatuhan pasien dalam
responden (35,2%) lainnya telah mengalami minum obat. Tingkat Pendidikan
hipertensi atau diabetes melitus tipe 2 mempengaruhi pikiran dan tindakan
selama <5 tahun. Semakin lama pasien seseorang, bahwa dengan pendidikan
Prolanis menderita penyakit tersebut dan seseorang dapat meningkatkan
mendapat informasi tentang penyakit kecerdasannya untuk mengambil keputusan
tersebut akan meningkatkan pemahaman yang lebih baik dalam tindakannya [18].
mereka tentang penyakit tersebut [16]. Hal Penelitian lain oleh (Mardiana et al., 2021)
ini sesuai dengan penelitian (Sidiq dan juga mengungkapkan bahwa kepatuhan
Nurleli, 2015) mengenai hubungan lama seorang pasien sangat dipengaruhi oleh
menderita diabetes melitus dengan tingkat pendidikan terakhirnya. Semakin
kepatuhan minum obat menyatakan bahwa tinggi tingkat pendidikan, maka semakin
tinggi rendahnya pengetahuan dapat patuh pasien dalam minum obat [19].
diperoleh melalui pengalaman pasien Hal lain yang mungkin juga
selama pengobatan. Oleh karena itu, dengan berpengaruh terhadap kepatuhan minum
adanya pengetahuan dan pengalaman obat pasien Prolanis adalah pekerjaan.
tentang penyakit tersebut pasien lebih Berdasarkan karakteristik pekerjaan pasien
memperhatikan aktifitas sehari-harinya Prolanis pada penelitian ini, diketahui
dalam hal untuk mengurangi risiko bahwa sebagian besar pasien Prolanis tidak
perburukan pada penyakit yang mereka bekerja yaitu sebanyak 68 responden
derita. Oleh sebab itu, pasien dengan (63%). Hal ini sejalan dengan penelitian
penyakit yang sudah berlangsung lama, oleh (Alsolami, 2016) bahwa pekerjaan atau
dengan pengalamannya akan membantu gaya hidup yang sibuk memiliki hubungan
untuk mematuhi dengan baik pengobatan dengan kepatuhan pasien terhadap
yang mereka jalani [17]. pengobatan, dimana kesibukan menjadi
Kemudian faktor lain yang dapat salah satu alasan mengapa pasien tidak
mempengaruhi kepatuhan minum obat pada minum obat [20]. Penelitian lain oleh
penelitian ini mungkin saja dikarenakan (Abebaw et al., 2016) juga mengatakan
riwayat Pendidikan terakhir pasien. bahwa seseorang yang bekerja dan sibuk
Berdasarkan data karakteristik tingkat dengan pekerjaannya akan berpengaruh
pendidikan pasien Prolanis di Wilayah Kota terhadap kepatuhan konsumsi minum obat,
Pekanbaru antara lain tingkat SD sebanyak sedangkan seseorang yang tidak bekerja
24 responden (22,2%), tingkat SMP memiliki waktu yang lebih untuk minum
sebanyak 17 responden (15,7%), tingkat obat sehari-hari dan lebih cenderung patuh
SMA sebanyak 39 responden (36,1%), terhadap konsumsi minum obat [21].
tingkat D3 sebanyak 6 responden (5,6%), Faktor lain yang mungkin dapat
tingkat S1 sebanyak 20 responden (18,5%) mempengaruhi kepatuhan minum obat pada
dan tingkat S2 sebanyak 2 responden penelitian ini mungkin saja dikarenakan
(1,9%). Sehingga dapat disimpulkan faktor terkait pengobatan. Dimana frekuensi
mayoritas tingkat pendidikannya responden penggunaan obat dapat berpengaruh
yaitu tingkat menengah SMA dan sisanya terhadap tingkat kepatuhan. Dari hasil
ada juga yang tingkat pendidikan tinggi penelitian didapatkan mayoritas frekuensi
yaitu tingkat D3, S1 bahkan S2. Hal ini penggunaan obat responden yaitu satu kali

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 6
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
sehari sebanyak 81 responden (74%). lebih rajin berolahraga, mengatur pola diet
Menurut penelitian (Lailatushifah, 2012) dan lebih teratur minum obat [27]. Hal ini
apabila obat yang dikonsumsi yaitu satu sejalan dengan penelitian (Srikartika et al.,
kali sehari dapat meningkatkan kepatuhan. 2016) dari hasil penelitian terdapat
Apabila obat yang dikonsumsi lebih dari hubungan yang signifikan bahwa jenis
satu kali sehari dapat mengakibatkan pasien kelamin laki-laki lebih patuh berobat
sering lupa, akibatnya pasien tidak teratur daripada perempuan [28].
minum obat [22]. Hal ini sejalan dengan Hasil uji statistik diperoleh p-value
penelitian (Edi, 2020) menyebutkan bahwa 0,006 dan nilai p-value ini lebih kecil dari
frekuensi penggunaan obat berpengaruh 0,05 yang menunjukkan terdapat adanya
terhadap kepatuhan, dimana pemakaian hubungan antara komunikasi keluarga
obat satu kali sehari lebih meningkatkan dengan kepatuhan konsumsi minum obat
kepatuhan dibandingkan dengan dua atau pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru,
tiga kali sehari [23]. dengan nilai r 0,264 yang terletak pada
Sedangkan pasien Prolanis di rentang 0,20-<0,40 menunjukkan bahwa
Wilayah Kota Pekanbaru yang tidak patuh kekuatan hubungan termasuk kategori
minum obat mungkin saja disebabkan lemah.
karena mayoritas responden berada pada Terbuktinya hipotesis pada penelitian
rentang usia 56-65 tahun dengan jumlah ini mungkin saja dikarenakan sebagian
sebanyak 39 responden (36,1%). Dimana besar anggota keluarga terdekat pasien
usia tersebut termasuk ke dalam kelompok adalah suami atau istrinya, yaitu sebanyak
usia masa lansia. Menurut penelitian 59 responden (54,6%). Menurut penelitian
(Nurhidayati et al., 2018) menyebutkan (Abbas et al., 2020) komunikasi antara
bahwa kelompok usia dewasa memiliki suami atau istri dapat membantu
angka kepatuhan berobat relatif lebih tinggi meningkatkan kepatuhan minum obat
dibandingkan kelompok umur lansia [24]. pasien hipertensi. Suami atau istri yang
Kelompok umur lansia tidak patuh berobat memberikan perhatian, merespon dengan
karena hal ini juga terkait dengan akses ke baik mengenai penyakit pasien, dan
pelayanan kesehatan karena kebanyakan memberikan dukungan kepada pasien dapat
fisiknya sudah tidak mampu untuk datang mempengaruhi kepatuhan minum obat
ke pelayanan kesehatan [25]. pasien [29]. Hal ini sejalan dengan
Selain dari faktor karakteristik usia, penelitian (Ekundayo et al., 2020)
karakteristik jenis kelamin mungkin saja menyebutkan bahwa suami atau istri dapat
berpengaruh terhadap ketidakpatuhan menjadi faktor terhadap kepatuhan minum
minum obat. Hasil penelitian menunjukan obat pasien, di mana suami atau istri dapat
responden perempuan lebih banyak memberikan perhatian tentang kondisi
dibandingkan laki-laki dengan jumlah pasangannya dan mengingatkannya untuk
sebanyak 81 responden (75%). Menurut rutin minum obat sehingga kondisi pasien
penelitian (Julaiha, 2019) terdapat dapat terkontrol dan dapat mencegah
hubungan yang signifikan antara jenis terjadinya komplikasi serta kematian [12].
kelamin dengan kepatuhan berobat pada Menurut penelitian (Edi, 2020) komunikasi
pasien diabetes melitus tipe 2, di mana keluarga termasuk ke dalam faktor-faktor
pasien wanita lebih berisiko untuk tidak yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan,
patuh dibandingkan pasien laki-laki. dengan komunikasi yang efektif dapat
Responden wanita memiliki aktivitas yang mempengaruhi kepatuhan yang lebih baik
padat sehingga lupa minum obat dan [23]. Menurut teori model McMaster,
terlambat untuk mengambil obat [26]. komunikasi didefinisikan sebagai
Sedangkan responden laki-laki memiliki pertukaran informasi verbal dalam
sikap yang cenderung lebih peduli terhadap keluarga. Dimensi komunikasi ini mengacu
penyakitnya sehingga responden laki-laki pada kemampuan untuk berkomunikasi

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 7
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
antar anggota keluarga dengan anggota koefisien korelasi 0,264. Diperoleh
keluarga lainnya secara jelas dan gambaran komunikasi keluarga pasien
langsung. Kriteria komunikasi keluarga Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru
semakin efektif jika komunikasi cenderung sebagian besar memiliki komunikasi
jelas dan langsung. Sebaliknya, komunikasi keluarga yang efektif sebanyak 98
keluarga kurang efektif jika komunikasi responden (90,7%). Gambaran kepatuhan
dalam keluarga bersifat tersamarkan dan konsumsi minum obat pasien Prolanis di
tidak langsung [7]. Wilayah Kota Pekanbaru sebagian besar
Penelitian ini sejalan dengan patuh minum obat sebanyak 77 responden
penelitian yang dilakukan oleh (Psihogios (71,3%).
et al., 2019) yang menyatakan bahwa
komunikasi keluarga dengan kepatuhan DAFTAR PUSTAKA
minum obat memiliki hubungan yang [1] M. Comlossy, “Chronic Disease
signifikan dengan p-value (Sig.) <0,00001 Prevention and Management,” Natl.
[30]. Hal serupa juga dijelaskan pada Conf. State Legis., no. June, 2012.
penelitian yang dilakukan oleh (Klitzman et [2] Kementrian Kesehatan RI, “Infodatin
al., 2018) menyatakan bahwa terdapat tetap produktif, cegah, dan atasi
hubungan komunikasi keluarga dengan Diabetes Melitus 2020,” Pusat Data
kepatuhan pengobatan dengan p-value = dan Informasi Kementrian Kesehatan
0,025 (p<0,05) [31]. Komunikasi yang RI. pp. 1–10, 2020.
efektif antar anggota keluarga dapat [3] WHO, “Diabetes,” WHO, 2021.
mengatasi dan memecahkan masalah https://www.who.int/westernpacific/hea
anggota keluarga, serta dapat saling lth-topics/diabetes.
mengingatkan minum obat kepada pasien [4] N. G. Forouhi and N. J. Wareham,
penyakit kronis. Komunikasi pada dasarnya “Epidemiology of diabetes,” Med.
bertujuan agar terjadi perubahan-perubahan, (United Kingdom), vol. 47, no. 1, pp.
baik dalam hal sikap, perilaku, pendapat 22–27, 2019, doi:
atau dalam skala yang lebih luas yaitu 10.1016/j.mpmed.2018.10.004.
terjadinya perubahan sosial. Melakukan [5] Kemenkes RI, “Profil Kesehatan Kota
komunikasi tidak hanya penting karena Pekanbaru Tahun 2017 TA.2018,”
keharusan penyampaian pesan, tetapi 2018.
komunikasi sangat penting untuk menjadi [6] C. I. Fernandez-Lazaro et al.,
sarana dalam mengubah sikap, pendapat “Adherence to treatment and related
atau tingkah laku [8]. factors among patients with chronic
Nilai koefisien korelasi pada conditions in primary care: A cross-
penelitian ini sebesar 0,264 yang artinya sectional study,” BMC Fam. Pract.,
korelasi tersebut memiliki kekuatan korelasi vol. 20, no. 1, pp. 1–12, 2019, doi:
lemah. Lemahnya hubungan korelasi ini 10.1186/s12875-019-1019-3.
mungkin saja dapat dikarenakan oleh [7] C. Ryan, N. B. Epstein, G. I. Keitner, I.
factor-faktor lain yang berperan terhadap W. Miller, and D. S. Bishop, Evaluating
kepatuhan yaitu faktor terkait pasien, faktor and Treating Families. 2012.
terkait kondisi pasien, faktor terkait [8] A. Awaluddin, “Studi tentang
pengobatan dan pelayanan kesehatan. pentingnya komunikasi Dalam
pembinaan keluarga,” RETORIKA J.
KESIMPULAN Kaji. Komun. dan Penyiaran Islam, vol.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 1, no. 1, pp. 110–118, 2019, doi:
hubungan antara komunikasi keluarga 10.47435/retorika.v1i1.246.
dengan kepatuhan konsumsi minum obat [9] A.-M. Rosland, “Sharing the Care : The
pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru Role of Family in Chronic Illness,”
dengan nilai p-value 0,006 dengan nilai Calif. Heal. care Found., no. August,

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 8
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
pp. 1–27, 2009. Abidin Banda Aceh,” Idea Nurs. J., vol.
[10] M. G. bernadus,Johana D, Madianung VI, no. 2, pp. 30–35, 2015.
A, “Faktor-faktor yang Berhubungan [18] L. D. Fitri, J. Marlindawani, and A.
dengan bagi Akseptor KB di Purba, “Kepatuhan Minum Obat pada
PUSKESMAS JAILOLO,” J. e-Ners, Pasien Tuberkulosis Paru,” J. Ilmu
vol. 1, pp. 1–10, 2013. Kesehat. Masy., vol. 7, no. 01, pp. 33–
[11] S. A. Vik, C. J. Maxwell, D. B. Hogan, 42, 2018, doi: 10.33221/jikm.v7i01.50.
S. B. Patten, J. A. Johnson, and L. [19] sri siska Mardiana, U. Faridah,
Romonko-Slack, “Assessing Subiwati, and badar daru Wibowo,
Medication Adherence Among Older “Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan
Persons In Community Settings,” Can. Kepatuhan Minum,” J. Kesehat., vol. 2,
J. Clin. Pharmacol., vol. 12, no. 1, pp. no. 1, pp. 22–30, 2021.
5–9, 2005. [20] F. J. A. Alsolami, “Factors Affecting
[12] O. Ekundayo et al., “Relationship Antihypertensive Medications
between Perceived Spousal Social Adherence among Hypertensive
Support and Blood Pressure Control Patients Attending a General Hospital
among Hypertensive Patients Attending in Jeddah City, Saudi Arabia,” J.
General Outpatient Clinic in Federal Family Community Med., vol. 12, no. 1,
Teaching Hospital, Ido-Ekiti, Nigeria,” pp. 231–242, 2016, [Online]. Available:
Arch. Clin. Hypertens., vol. 6, pp. 022– https://eprints.qut.edu.au/100185/1/Fat
028, 2020, doi: 10.17352/ach.000027. mah Jabr A_Al Solami_Thesis.pdf.
[13] S. L. Langer et al., “Couple [21] M. Abebaw, A. Messele, M. Hailu, and
Communication in Cancer: Protocol for F. Zewdu, “Adherence and Associated
a Multi-Method Examination,” Front. Factors towards Antidiabetic
Psychol., vol. 12, no. February, 2022, Medication among Type II Diabetic
doi: 10.3389/fpsyg.2021.769407. Patients on Follow-Up at University of
[14] N. D. Prayoga, T. Sulistyarini, and E. E. Gondar Hospital, Northwest Ethiopia,”
Kristanti, “Motivasi Penatalaksanaan Adv. Nurs., vol. 2016, pp. 1–7, 2016,
Empat Pilar Diabetes Mellitus Pada doi: 10.1155/2016/8579157.
Pasien Dengan Diabetes Mellitus,” [22] S. N. F. Lailatushifah, “Kepatuhan
Manifestasi Klin. Stress Hosp. Pada Pasien yang Menderita Penyakit Kronis
Pasien Anak Usia Prasekolah, vol. 1, Dalam Mengonsumsi Obat Harian,”
no. 2, p. Frekuensi, P., Menurunkan, K., Fak. Psikol. Univ. Mercu Buana
Tidur, K., Diabetes, 2018. Yogyakarta, pp. 1–9, 2012, [Online].
[15] A. D. Hamidah, “Pengelolaan Available: http://fpsi.mercubuana-
Hambatan Komunikasi dalam Keluarga yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/0
Poligami,” Pap. Knowl. . Towar. a 6/Noor-Kepatuhan...pdf.
Media Hist. Doc., 2019. [23] I. G. M. S. Edi, “Faktor-Faktor Yang
[16] M. E. Boyoh, “Hubungan Pengetahuan Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Pada
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pengobatan,” J. Ilm. Medicam., vol. 1,
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di no. 1, pp. 1–8, 2020, doi:
Poliklinik Endokrin Rumah Sakit Prof. 10.36733/medicamento.v1i1.719.
Dr. R. D. Kandou Manado,” J. [24] I. Nurhidayati, A. Y. Aniswari, A. D.
Keperawatan UNSRAT, vol. 3, no. 3, Sulistyowati, and S. Sutaryono,
2015. “Penderita Hipertensi Dewasa Lebih
[17] R. Sidiq and Nurleli, “Relationship Patuh daripada Lansia dalam Minum
with Knowledge of Older Suffering Obat Penurun Tekanan Darah,” J.
Disease and Feet On Skin Care Patients Kesehat. Masy. Indones., vol. 13, pp. 4–
Type 2 Diabetes Mellitus in Mamplam 8, 2018.
Room General Hospital of dr . Zaenoel [25] R. I. Alam and F. Jama, “Analisis

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 9
Collaborative Medical Journal (CMJ) P-ISSN : 2615-0328
Vol.X No.X, Agustus 2022 E-ISSN : 2615-6741
Faktor Yang Mempengaruhi Pharm. Pract., vol. 6, no. 3, pp. 205–
Ketidakpatuhan Berobat Lansia 212, 2016.
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja [29] H. Abbas et al., “Factors associated
Puskesmas Pampang,” JIKP J. Ilm. with antihypertensive medication non-
Kesehat. …, vol. 09, no. 2, pp. 115– adherence: a cross-sectional study
125, 2020, [Online]. Available: among lebanese hypertensive adults,”
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIK Patient Prefer. Adherence, vol. 14, pp.
P/article/view/173. 663–673, 2020, doi:
[26] S. Julaiha, “Analisis Faktor Kepatuhan 10.2147/PPA.S238751.
Berobat Berdasarkan Skor MMAS-8 [30] A. M. Psihogios, H. Fellmeth, L. A.
pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2,” Schwartz, and L. P. Barakat, “Family
J. Kesehat., vol. 10, no. 2, p. 203, 2019, Functioning and Medical Adherence
doi: 10.26630/jk.v10i2.1267. Across Children and Adolescents With
[27] I. A. P. M. Diantari and I. M. Sutarga, Chronic Health Conditions: A Meta-
“Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Analysis,” J. Pediatr. Psychol., vol. 44,
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah no. 1, pp. 84–97, 2019, doi:
Kerja Puskesmas Tabanan Ii Tahun 10.1093/jpepsy/jsy044.
2019,” Arch. Community Heal., vol. 6, [31] P. H. Klitzman, J. K. Carmody, M. H.
no. 2, p. 40, 2019, doi: Belkin, and D. M. Janicke, “Behavioral
10.24843/ach.2019.v06.i02.p04. and Pharmacological Adherence in
[28] V. M. Srikartika, A. D. Cahya, R. Suci, Pediatric Sickle Cell Disease: Parent-
W. Hardiati, and V. M. Srikartika, Child Agreement and Family Factors
“Analisis Faktor Yang Memengaruhi Associated with Adherence,” J. Pediatr.
Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien Psychol., vol. 43, no. 1, pp. 31–39,
Diabetes Melitus Tipe 2,” J. Manaj. 2018, doi: 10.1093/jpepsy/jsx077.
dan Pelayanan Farm. (Journal Manag.

Author : Astri Hindarti; Publish : … 2022;


Vol.X No.X Tahun X | 10

Anda mungkin juga menyukai