Anda di halaman 1dari 24

Referat

ABORTUS

Oleh :
Nurma Yuni Kartika
2211901028

Pembimbing
dr.Maduma Ochta Marini S, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
RSUD KOTA MANDAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia,
rahmat kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan referat ini yang berjudul “Abortus” yang diajukan sebagai
persyaratan untuk mengikuti kepaniteraan klinik senior Ilmu Kandungan dan
kebidanan program studi Kedokteran Universitas Abdurrab. Terima kasih penulis
ucapkan kepada dokter pembimbing dr.Maduma Ochta Marini S,Sp.OG yang
telah bersedia membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir
kata, penulis berharap agar makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua
orang. Atas perhatian dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Duri, 31 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................2
2.1 Definisi...........................................................................................................2
2.2 Klasifikasi.................................................................................................2
2.4 Patogenesis.............................................................................................12
2.6 Diagnosis.................................................................................................13
.................................................................................
2.7 Diagnosis banding 15
2.8 Penatalaksanaan....................................................................................15
2.9 Komplikasi..................................................................................................18
2.9 Prognosis................................................................................................19
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
mampu hidup luar kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sedang menurut
WHO/FIGO adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu, bila berat janin tidak
diketahui. Secara umum, terdapat tiga faktor yang menyebabkan abortus yaitu
faktor fetus, faktor ibu sebagai penyebab abortus dan faktor praternal. Lebih dari
80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dan kira- kira
setengah dari kasus abortus ini diakibatkan oleh anomali kromosom. Setelah
1
melewati trimester pertama.

Penyebab utama kematian pada ibu hamil di Indonesia didominasi oleh tiga
penyakit yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, serta adanya infeksi pada
ibu hamil. Abortus merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan pada ibu

hamil. Diperkirakan lebih dari 2,3 juta kasus abortus terjadi setiap tahunnya. (2)
Salah satu penyebab perdarahan pada trimester pertama dan kedua kehamilan
ialah abortus, yang dapat menyebabkan komplikasi perdarahan hebat sehingga
pasien jatuh dalam keadaan syok, perforasi, infeksi, serta kegagalan faal ginjal
1
dan kematian ibu hamil.

Pada beberapa penelitian diketahui bahwa faktor yang dapat menyebabkan


abortus ialah aktifitas, usia ibu saat hamil, penyakit ibu, kelainan genitalia,
trauma, dan kelainan kromosom.2 Sebagian besar abortus tidak dapat dicegah
terutama apabila penyebabnya adalah kelainan kromosom. Tetapi beberapa
abortus dapat dicegah dengan pencegahan dan pengobatan penyakit ibu sebelum
kehamilan, Pre Natal Care sejak dini, diabetes dan hipertensi yang terkontrol,
1
serta proteksi ibu terhadap mikroorganisme penyebab infeksi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,3,4,5
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.6

Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus


therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi
adalah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan,
dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-
sembunyi oleh tenaga tradisional.6

2.2 Klasifikasi
A. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebebkan oleh faktor-
faktor alamiah.7
1. Abortus Imminens
Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada
kehamilan kurang dari 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan dari:
 Terjadinya perdarahan melalui ostium uteri eksternum dalam jumlah
sedikit

2
 Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali
 Uterus membesar, sesuai masa kehamilannya
 Servik belum membuka, ostium uteri masih tertutup
 Tes kehamilan (+)

Gambar 1. Abortus Iminens

2. Abortus Insipiens
Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri
telah membuka, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini
rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan pervaginam dengan
kontraksi makinlama makin kuat dan sering, serviks terbuka, besar uterus
masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif.

Gambar 2. Abortus Insipiens

3. Abortus Inkomplet
Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Perdarahan abortus ini dapat banyak sekali dan tidak berhenti sebelum

3
hasil konsepsi dikeluarkan. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan
yang banyak disertai kontraksi, kanalis servikalis masih terbuka, dan
sebagian jaringan keluar.

Gambar 3. Abortus Inkomplit

4. Abortus Komplet
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri
sebagian besar telah menutup, danuterus sudah banyak mengecil. Ciri dari
abortus ini yaitu perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium
serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.

Gambar 4. Abortus Komplit


5. Missed Abortion
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8
minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan
mengecil, biasanya tidak diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan,
pembukaan serviks, dan kontraksi.

4
Gambar 5. Missed Abortion
6. Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-
turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi
kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu.
Etiologi abortus habitualis yaitu:
 Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan patologis.
 Kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan
korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofi. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar pregnadiol dalam urin. Selain itu
juga bergantung pada gizi ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dalam
rahim, hipertensi oleh karenakelainan pembuluh darah sirkulasi pada
plasenta/vili terganggu dan fetus menjadi mati. Dapatjuga gangguan
psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme.
 Kelainan kromosom. Diketahui bahwa adanya trisomi pada
kromosom ke 9, 12, 15, 16, 21, 22dan X akan menyebabkan anomali
genetik pada kejadian abortus habitualis. Akhir-akhir ini teknik
analisis molekuler membantu dalam mengidentifikasi banyak
polimorfisme genetik bertanggung jawab akan terjadinya abortus
habitualis.
7. Abortus infeksius & Septik
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia
bagian atas termasuk endometritis atau parametritis. Abortus septik
juga

5
merupakan komplikasi yang jarang terjadi akibat prosedur abortus yang
aman. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium.
Diagnosis abortus infeksius disertai gejala dan tanda infeksi alat
genital seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang lama atau
bercak perdarahan, discharge vagina atau serviks yang berbau busuk,
uterus lembek, serta nyeri perut dan pelvis serta leukositosis. Apabila
terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil,
demam tinggi, dan penurunan tekanan darah.

B. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat:
1. Abortus Medisinalis
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis).
2. Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legalatau tidak berdasarkan indikasi medis.23

2.3 Etiologi

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :


A. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian
besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. 3 Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh
kejadian nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan
separuh dari abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama
berupa trisomi autosom.3
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi

6
ovum normal oleh 2 sperma (dispermi). 3 Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab
terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan
Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga
lahir.3 Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal
iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus
absolut.3 Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab
kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan
oleh ibu memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak
pada rendahnya konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa
mengurangi peluang kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat
pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan
genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan
pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa
berakibat abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell
anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3

B. Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik
terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan
anomali uterus pada 27% pasien.3 Penyebab terbanyak abortus kerana
kelainan anatomik uterus adalah septum uterus akibat daripada kelainan
duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%). 3
Mioma uteri juga bisa mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat
dari gangguan passage dan kontraktilitas uterus.3 Sindroma Asherman bisa
mengakibatkan abortus dengan mengganggu tempat impalntasi serta pasokan
darah pada permukaan endometrium.3 Kelainan kogenital arteri uterina yang
membahayakan aliran darah endometrium dapat juga berpengaruh.3 Selain itu,
kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan

7
endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat
mengakibatkan abortus.6
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah
terbukti dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.1
Pada kelainan ini, dilatasi serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu
gestasi 16-28 minggu.1 Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki
dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm atau lebih dengan memperlihatkan
gejala yang minimal.1 Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka
kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan
mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.1 faktor-faktor yang
mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan berulang, operasi
serviks sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan pada dietilstilbestrol, dan
abnormalitas anatomi pada serviks.1
Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada
metoda yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten
namun, setelah 14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai
anatomi segmen uterus bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran
dan pemendekan abnormal serviks yang sesuai dengan inkompeten serviks.1

C. Faktor endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi
sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada
sistem humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah
konsepsi terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi
abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan
malformasi janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali
lipat untuk abortus.3
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas
endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar progenteron yang rendah
diketahui dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu

8
di mana trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang
kehamilan. Pengangkatan korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat
abortus dan jika diberikan progesteron pada pada pasien ini, maka kehamilan
dapat diselamatkan.3
Penelitian pada perempuan yang mengalami abortus berulang, didapatkan
17% kejadian defek luteal iaitu kurangnya progesteron pada fase luteal.
Namum pada saat ini, masih blum ada metode yang bisa terpercaya untuk
mendiagnosa kelainan ini.3
Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga berperan pada
kelangsungan kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua mengubah
semua sel pada mukosa uterus.3 Perubahan morfologi dan fungsional ini
mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi
yang berlebihan pada jaringan ibu.3 Di sini interaksi antara trofoblas
ekstravillus dan infiltrasi leukosit pada mukosa uterus berperan penting di
mana sebahagian besar leukosit adalah large granular cell, dan makrofag
dengan sedikit sel T dan sel B.3 Sel NK dijumpai dalam jumlah yang banyak
terutama pada endometrium yang terpapar progesteron.3 Perannya adalah pada
trimester 1 adalah akan terjadi peningkatan sel NK untuk membunuh sel target
dengan sedikit atau tiada ekspresi HLA.3 Trofoblast ekstravillous tidak bisa
dihancurkan oleh sel NK kerana sifatnya yang cepat menghasilkan HLA1
sehingga terjadinya invasi optimal untuk plasentasi yang optimal oleh
trofoblas extravillous.3 Maka, gangguan pada sistem ini akan berpengaruh
pada kelangsungan kehamilan.
Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik
ovarium dapat merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan
menggangu balans humoral yang penting pada kelangsungan kehamilan.6

D. Faktor infeksi
Ada pelbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian
abortus. Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin,
dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3
Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin

9
sulit untuk bertahan hidup.3
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut
kematian janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia
bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram
positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. 3 Infeki virus pada
kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio
misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan
varisella zoster.3
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada
kejadian abortus :
- Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma
urealitikum, mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.3
- Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.3
- Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.3
- Spirokaeta: treponema pallidum.3

E. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA).3 ApA adalah antibodi
spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE.3 Peluang terjadinya
pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%.3
Menurut penelitian, sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA
yang merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari
phosfolipid.3 Selain SLE, antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan
pada preemklamsia, IUGR, dan prematuritas. 3 Dari international consensus
workshop pada tahun 1998, klasifikasi APS adalah:3
- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa
atau kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan
histopatologi)3
- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak
jelas, tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau
lebih kematian janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau

10
lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan
berhubungan dengan preeklamsia berat,atau insufisiensi plasenta
yang berat)3
- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang
atau tinggi pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih
dari 1 atau sama dengan 6 minggu)3.
- Antobodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT,
dan CT, kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan
dengan plasma platlet normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan
pertambahan fosfolipid).
Perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari 33% pada
perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,
ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi
vaskular.3

F. Faktor trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang
yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi
maternoplasental, dan infeksi.1 Namun secara statistik, hanya sedikit insiden
abortus yang disebabkan karena trauma .1

G. Faktor nutrisi dan lingkungan


Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat,
bahan kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6
faktor-faktor yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus
adalah merokok, alkohol dan kafein.
Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus euploid.1
Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah
2 kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok. 1 Rokok mengandung
ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.6 Karbon monoksida juga
menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.6

11
Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan
risiko abortus spontan dan anomali fetus.1 Kadar abortus meningkat 2 kali
lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan 3 kali lipat
pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan wanita yang tidak minum.1
Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg
caffiene satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka
yang meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap
jumlah tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang
mempunyai level paraxantine (metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah
2 kali lipat daripada kontrol.1

H. Faktor kontrasepsi berencana


Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada
kontrasepsi yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk
mencegah kehamilan, risiko aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat
dengan signifikan.1

2.4 Patogenesis

Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan
tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi
karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi
dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus
sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1

Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.1 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.1 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. 1 Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas

12
yang disebut fetus papyraceous.1

Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya,


karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada
kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam, sehingga sebagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal.6 Perdarahan yang banyak terjadi karena
hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium.6

2.5 Gambaran klinis

Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.1,2,3,4


Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon
yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan.6 Ini penting untuk melihat progress abortus. 6 Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi
infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar
dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis.6 Pada pemeriksaan dalam untuk abortus
yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-
sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran
kecil dari seharusnya.6 Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional
yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.6

2.6 Diagnosis

Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :

A. Anamnesis
3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut
bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke
punggung,bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang
tidak tinggi.7 Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi
yang masih tertingal di dalam rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore
pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam
dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar

13
juga ditanya apakah berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak atau
seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah atas
simpisis.6
B. Pemeriksaan Fisik
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen
dapat memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia
gestasi, dan konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan
spekulum keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup ,
ditemukan atau tidak sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol
keluar, atau didapatkan di liang vagina.4
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah
ini:4
Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan tanda Diagnosis

Bercak sedikit Tertutup Sesuai dengan Kram perut bawah, Abortus


hingga sedang usia gestasi uterus lunak immines

Tertutup/terbuka Lebih kecil dari Sedikit/tanpa nyeri Abortus


usia gestasi perut bawah, komplit
riwayat ekspulsi
hasil konsepsi

Sedang Terbuka Sesuai dengan Kram atau nyeri Abortus


sehingga usia kehamilan perut bawah,belum insipien
masif terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Kram atau Abortus
nyeri perut incomplit
bawah,
Ekspulsi

14
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,
waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan
USG ditemukan kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam
uterus.6

2.7 Diagnosis banding.2


- kehamilan ektopik tertanggu
- perdarahan anovular pada wanita yang tidak hamil
- abortus mola hidatidosa
- polip endoserviks
- karsinoma serviks

2.8 Penatalaksanaan
a. Abortus Imminens.4
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah
baring total dan pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan
ataupun hubungan seksual. Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan
antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan jika
perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan terus berlansung,
kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain
dilakukan dengan segera. Pada perdarahan berlanjut khususnya pada
uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai kehamilan
ganda atau mola.
b. Abortus insipiens.4
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus
dilakukan dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera
dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral
dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi
dari uterus dilakukan dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil
konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika
perlu, infus 20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau
larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan

15
untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu
tetap dipantau.
c. Abortus inkomplit.4
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per oral
diberikan.

Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual.
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum
manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera,
Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan


dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes
per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol
200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera dievakuasi.

d. Abortus komplit.4
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi
untuk melihat adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan
kondisi ibu setelah penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia
sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika
anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan
konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.
e. Abortus septik/infeksius.3
Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan
keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang
mencukupi sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kuman yang diambil
dari darah dan cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama
dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah

16
gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik
dilanjutkan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan,
uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan komplikasi.
Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu
2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik
yang lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS
harus diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan
peroksida H2O2. Histerektomi harus dibuat secepatnya jika indikasi.

f. Pemantauan pascaabortus.4
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal
yang biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan
yang diketahui secara klinis. Kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan
berikutnya adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab
abortus yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan berikut.

Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah.
Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan
anemia berat atau infeksi.

Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan


kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau
nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13
Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan
kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.

17
2.9 Komplikasi5

A. Perdarahan.6
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan yang
berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus,
laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.
B. Perforasi.6
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus
provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya
datang dengan syok hemoragik.
C. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis
sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan
segera.
D. Infeksi.6
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp, Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium,
tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap
infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus,
Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan

18
Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes
potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.

2.9 Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %. Pada wanita keguguran
dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan
sekitar 40-80 %. Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan
aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2
atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.

19
BAB III

PENUTUP

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang


sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan
yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa
menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
- Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion).
- Abortus insipiens (inevitable abortion)
- Abortus inkomplit (incomplete abortion)
- Abortus komplit (complete abortion)
- Missed abortion
- Abortus habitualis (recurrent abortion)
- Abortus infeksius (infectious abortion)
- Abortus septik (septic abortion)

20
DAFTAR PUSTAKA

1. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William


Obstetrics, 22nd edition. Mc-Graw Hill, 2005

2. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis


and treatment, 2009 edition, Mc Graw Hill, 2008

3. Sarwono prawiroharhdjo.Perdarahan pada kehamilan muda dalam Ilmu


Kandungan, edisi 2008

4. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan


Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17

5. Standard Pelayanan Medis Ilmu Kebidanan dan Kandungan, RS Efarina


Etaham, 2008, ms 33-35
6. Abortus Incomplete. Available at
http://www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-inkomplit ,

7. Gaufberg F, Abortion Treatened, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/795359-overview

8. Gaufberg F, Abortion Septic, Available at


http://emedicine.medscape.com/article/795439-overview

9. Kontroversi Seputar Aborsi, available at http :


//www.kesrepro.info.gendervaw/Mei/ 2003/gendervaw 02. htm,

10. Aborsi dan Hak Atas Pelayanan Kesehatan, available at http :


//www.theceli.com/opik/Aborsi.htm,

21

Anda mungkin juga menyukai