Anda di halaman 1dari 2

1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Pratiwi adalah model pembelajaran terpadu.

3 (tiga) karakteristik model pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:


a. Berpusat pada siswa (student centered). Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa baik
secara individu maupun secara kelompok. Siswa aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasainya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
b. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu
mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam
jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada
kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil nyata yang didapat dari segala
konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari,
dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dengan ini, dapat
diharapkan kemampuan siswa untuk menerapkan perolehan belajarnya pada
pemecahan masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
c. Belajar melalui proses pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu siswa
diprogramkan untuk terlibat secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari
dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung,
sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang
mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan
siswa, berperan sebagai pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya
d. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu
dikembangkan pendekatan penemuan terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu dilaksanakan
dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan
siswa untuk terus-menerus termotivasi untuk belajar.
e. Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada
pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran
sekaligus, tidak dari sudut pandangnya yang terkotak-kotak sehingga memungkinkan
siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada
gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi dan
menghadapi kejadian yang ada.
f. Bersifat fleksibel. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), di mana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya,
bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana
sekolah dan siswa berada.

2. Ya, model pembelajaran terpadu sesuai untuk anak kelas 1 SD, karena 3 alasan berikut:
a. Sesuai dengan cara belajar anak. Anak yang duduk di kelas awal SD adalah anak yang
berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang
sangat penting dan sering disebut periode emas (the golden years). Siswa pada usia
seperti anak kelas 1 SD masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, satu
keterpaduan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antar konsep secara
sederhana. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif
yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek
tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep
yang sudah ada dalam pikirannya) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan
konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai
proses interaksi anak dengan lingkungannya.
b. Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual anak yang berada pada tahap operasi
konkret. Anak-anak belajar dari hal-hal konkret, yakni yang dapat dilihat, dapat
didengar, dapat diraba, dapat dirasa, dan dapat dibaui. Proses pembelajaran masih
bergantung pada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami mereka secara
langsung, di mana hal ini sesuai dengan falsafah belajar bermakna (meaningful
learning). Pembelajaran terpadu mengakomodasi kebutuhan anak untuk belajar dari
hal-hal yang konkret sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibu Pratiwi. Belajar
bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar
menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang telah dipelajari akan
dipahami dengan baik dan tak mudah dilupakan.
c. Saat proses belajar melalui pembelajaran terpadu, setiap anak, termasuk anak kelas 1
SD, tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi juga berupa
kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih
utuh. Ini juga sejalan dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa
anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari
seorang guru kepada anak.

Anda mungkin juga menyukai