Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN JARINGAN KOMPUTER

PEMBUAT LAPORAN:
MAHMUD HIDAYAH (5302420047)

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO, FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
A. Tujuan
1. Mampu mengkonfigurasi IP Adderess pada perangkat jaringan computer.
2. Mampu mempraktikan konsep dan metode pengalokasian IP Address pada teknik
Classless Addressing.
3. Mampu mempraktikan pengalamatan IP Address lewat Cisco Packet Tracer
B. Skenario atau Studi Kasus
Masing-masing mahasiswa mengumpulkan dalam bentuk File PDF & Link Video yaitu
file paparan/resume slide presentasi mengenai desain jaringan dengan penugasan IP
Address versi 4 dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Studi Kasus penerapan Classless Address IPv4 pada Fakultas Teknik dimana
terdapat 6 gedung yang terpisah terdiri atas 5 Jurusan (TE, TS, TM, TK, PKK)
dan 1 Dekanat. Serta didalamnyat terdapat 500 Host (PC Koneksi Kabel) dan
500 Host (Untuk Koneksi Wireless) , Total 1000 Host yang tersebar dalam 6
gedung tersebut. (Tiap mahasiswa tidak boleh sama pembagian hostnya).
2. Tentukan kebutuhan berapa dan tipe Device Jaringan yang dibutuhkan
(Router, Hub, Access Point).
3. Video berupa penerapan solusi kasus diatas dengan ketentuan:
• Gunakan aplikasi simulator Jaringan (Cisco Packet Tracer, Mikrotik dll)
• Pada video harus tampak wajah masing-masing mahasiswa.
• Pembuatan Video dapat menggunakan Zoom / Google Meet / Aplikasi lain.
• Upload video di google drive / channel Youtube (buat sebagai unlisted)
masingmasing.
Tentukan pembagian Alamat IPv4 pada Fakultas Teknik tersebut, dan praktekan /
simulasikan melalui video.
C. Alat dan Bahan
1. Software Cisco Packet Tracer
2. Laptop/PC
3. Alat Tulis
D. Dasar Teori
1. Subnetting
Konsep subnetting merupakan sebuah teknik yang biasa digunakan
dalam jaringan lokal. Subnetting merupakan proses memecah suatu network
dalam satu kelas IP Address Menjadi beberapa subnet yang elbih kecil. Dengan
subnetting jumlah host yang semula banyak dalam satu network akan dipecah
menjadi lebih sedikit, dan dengan subnetting dapat dilakukan pemisahan
network agar tidak saling terkoneksi satu sama lain. Subnetting juga dapat
digunakan untuk menentukan batas network ID dalam suatu subnet, serta
menentukan jumlah host maksimal dalam satu jaringan, teknik yang dipakai
menggunakan subnet mask yang spesifik.
2. CIDR
Classless Inter-Domain Routing atau biasa disebut CIDR merupakan
konsep untuk mengembangkan Supernetting yang awalnya diperkenalkan
oleh lembaga IETF pada tahun 1992. CIDR menghindari cara pembagian IP
Address tradisional menggunakan kelas A, kelas B, ataupun kelas C. CIDR
sendiri menggunakan Network Prefix yang mempunyai panjang tertentu.
Prefix-length sendiri digunakan untuk menentukan jumblah bit terakhir yang
biasanya digunakan sebagai network ID.
Jika suatu IP Address memiliki 24 bit sebagai network ID, maka IP
address tersebut akan diberikan prefix-length 24 bit yang umumnya ditulis
sebagai /24 dibelakang IP Address, contoh: 192.168.9.20/24. Oleh karena tidak
mengenal kelas, CIDR bisa mengalokasikan kelompok IP address dengan lebih
efisien.
Untuk penggunaan notasi alamat CIDR pada class full address pada
Kelas A adalah /8 sampai dengan /15, Kelas B adalah /16 sampai dengan /23 ,
Kelas C adalah /24 sampai dengan /28. Subnetmask CIDR /31 dan /32 tidak
pernah ada dalam jaringan yang nyata. Disamping diatas, kita juga
mempelajari cara menghitung dengan mempergunakan rumus.
Jumlah Host per Network = 2x - 2
Dimana x adalah jumlah bit tersisa yang belum diselubungi, misal Network
Prefix /26, maka bit tersisa (x) adalah
32 – 26 = 6,
26 – 2 = 64 – 2 = 62 host
Sedangkan untuk mencari Jumlah Subnet
Jumlah Subnet = 2n
Dimana N adalah jumlah bit yang dipergunakan (diselubungi) atau N = Network
Prefix
– 8 (klas A), N = Network Prefix – 16 (klas B), dan N = Network Prefix – 24 (klas
C) Contoh:
Bila blok IP klas C network prefix /28, maka N = 28 – 24 = 4
24 = 16 (artinya dengan blok IP klas C, kita dapat memecah network menjadi
16)
3. VLSM
Konsep VLSM digunakan untuk mengefisienkan alokasi IP Address
dalam sebuah jaringan lokal maupun internet, supaya bisa memaksimalkan
penggunaan IP Address. Bila konsep subnet adalah memecah 1 LAN jadi dua
LAN, dua LAN jadi 4 LAN, dan seterusnya, maka VLSM sedikit berbeda. Satu
buah LAN dengan VLSM dapat dipecah jadi tiga, lima, enam, delapan, atau
sesuai keperluan. Persamaannya antara subnet dengan VLSM adalah
penggunaan network prefix (subnet yang spesifik).
VLSM mirip dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) hanya
berbeda di tujuan teknik ini dipakai. VLSM menggunakan blok alamat IP yang
seefisien mungkin, sedangkan CIDR membuat routing table lebih efisien
dengan subnet yang sudah ada. Perhitungan alamat IP versi 4 menggunakan
metode VLSM memungkinkan suatu alamat jaringan mempunyai lebih dari
satu subnet mask. Hal ini disebut dengan classless. Karena VLSM yang dicari
adalah dari kebutuhan jumlah host, maka lebih diperhatikan untuk jumlah bit
0 di dalam subnet mask. VLSM support ke berbagai routing protocol seperti
RIP, IGRP, EIGRP, OSPF, dan sebagainya.
E. Langkah kerja
Pembagian host :
TE : 230 host
TS : 200 host
PKK : 145 host
TK : 165 host
TM : 150 host
Dekanat : 110 host
Pembahasan :
• Jurusan TE membutuhkan 230 host = /24 sehingga memiliki subnet mask
255.255.255.0 :
Network address : 138.55.0.0
IP pertama : 138.55.0.1
IP terakhir : 138.55.0. 254
Broadcast Address : 138.55.0. 255
Host dibutuhkan : 230
Host yang tersedia : 254
Host yang tersisa : 24
• Jurusan TE membutuhkan 200 host = /24 sehingga memiliki subnet mask
255.255.255.0 :
Network address : 138.55.1.0
IP pertama : 138.55.1.1
IP terakhir : 138.55.1. 254
Broadcast Address : 138.55.1. 255
Host dibutuhkan : 200
Host yang tersedia : 254
Host yang tersisa : 54
• Jurusan TE membutuhkan 145 host = /24 sehingga memiliki subnet mask
255.255.255.0 :
Network address : 138.55.2.0
IP pertama : 138.55.2.1
IP terakhir : 138.55.2. 254
Broadcast Address : 138.55.2. 255
Host dibutuhkan : 145
Host yang tersedia : 254
Host yang tersisa : 109
• Jurusan TE membutuhkan 165 host = /24 sehingga memiliki subnet mask
255.255.255.0 :
Network address : 138.55.3.0
IP pertama : 138.55.3.1
IP terakhir : 138.55.3. 254
Broadcast Address : 138.55.3. 255
Host dibutuhkan : 165
Host yang tersedia : 254
Host yang tersisa : 89
• Jurusan TE membutuhkan 150 host = /24 sehingga memiliki subnet mask
255.255.255.0 :
Network address : 138.55.4.0
IP pertama : 138.55.4.1
IP terakhir : 138.55.4. 254
Broadcast Address : 138.55.4. 255
Host dibutuhkan : 150
Host yang tersedia : 254
Host yang tersisa : 104
• Jurusan TE membutuhkan 110 host = /25 sehingga memiliki subnet mask
255.255.255.0 :
Network address : 138.55.5.0
IP pertama : 138.55.5.1
IP terakhir : 138.55.5.126
Broadcast Address : 138.55.5.127
Host dibutuhkan : 110
Host yang tersedia : 126
Host yang tersisa : 16

F. Perlengkapan yang dibutuhkan


No Nama alat Harga Jumlah Total harga;
1 Server jaringan 25.700.000 1 25.700.000
2 Komputer server 14.500.000 1 14.500.000
3 Router 1.500.000 7 10.500.000
4 switch 1.300.000 7 9100000
5 Acceess point 699.000 6 4.194.000
6 Kabel UTP 600.000 2 1.200.000
7 Connector RJ-45 400.000 1 400.000
8 Modem jaringan 700.000 1 700.000
Jumlah harga keseluruhan 66294000

G. Kesimpulan
Jumlah IP Address sangat terbatas, terlebih jika harus membagikan alamat
seluruh host di Internet. Oleh karna itu, perlu dilakukan efisiensi dalam pemakaian IP
Address agar sanggup mengalamati semaksimal mungkin host yang terdapat dalam
satu jaringan. Konsep subnetting dari IP Address ialah metode yang universal
digunakan di Internet guna mengefisienkan alokasi IP Address dalam suatu jaringan
agar dapat mengoptimalkan pemakaian IP Address. Kala melaksanakan subnetting
terdapat 2 langkah yang mampu digunakan yritu CIDR dan VLSM, keduanya
mempunyai keuntungan masing- masing disaat digunakan.
H. Link vidio
https://drive.google.com/drive/folders/1_JYHixvMzbQGwKYfA_-
xnvLX3gWgxiL9?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai