Anda di halaman 1dari 8

TOKOH-TOKOH DISABILITAS1

1. Thomas Alva Edison 

Nama Thomas Alva Edison tentunya sudah tak asing lagi bagi masyarakat dunia.
Ilmuwan yang memiliki lebih dari seribu hak paten ini telah menciptakan berbagai alat yang
bahkan mengubah dunia. Ia adalah penemu dari telegram otomatis, lampu pijar, cap lamp,
kinetoskop, kamera film dan masih banyak lagi. 
Siapa sangka penemu sekaligus pengusaha asal Milan, Ohio ini merupakan penyandang
disabilitas. Edison memiliki masalah dalam pendengarannya sejak usianya 12 tahun. Ia tidak
menjelaskan secara detail bagaimana ia kehilangan pendengerannya. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa Edison mengalami hal tersebut karena kecelakan dalam eksperimen bersama
dengan ayahnya yakni Charless. Namun sebelum kecelakaan tersebut, Charless juga sudah
menderita gangguan pendengaran sehingga disabilitas yang dialami Edison mungkin saja
merupakan warisan dari ayahnya. Tak hanya itu Edison juga ternyata merupakan disleksia yakni
gangguan dalam proses belajar. Oleh sebab itu dirinya hanya pergi ke sekolah selama beberapa
bulan saja di sekolah dasar karena guru-guru menganggapnya anak yang lamban. Sejak saat itu
ibunya terus mengajari Edison hingga menjadi penemu paling sukses.

2. Albert Einstein 
1
https://haloedukasi.com/tokoh-penyandang-disabilitas-paling-berprestasi Diakses Pada, senin 28 November 2022,
pukul 15:00 wib
Jika seseorang bertanya “siapa orang dengan paling cerdas di dunia?” mungkin kamu
akan menjawab Albert Einstein. Hal itu tidak mengherankan karena Einstein hingga saat ini
masih menjadi role model dalam tingkat kejeniusan seseorang. Ilmuwan kelahiran 18 Maret
1879 ini adalah peraih nobel fisika dan dijuluki sebagai Bapak Relativitas setelah menemukan
Teori Relativitas. 
Faktanya Albert Einstein kecil jauh dari kata jenius bahkan dianggap bodoh. Dirinya
tidak bisa berbicara sampai dengan usia  7 tahun dan selalu kesulitan dalam memecahkan
masalah matematika dan bidang akademis lainnya. Hal ini semata-mata dikarenakan ia adalah
penyandang disleksia. Lalu bagaimana Einstein merubah dirinya sebagai seorang yang jenisa?
Ternyata hal itu berkat kemampuan dirinya dalam memecahkan soal-soal akademisnya. Ketika ia
tidak bisa menyelesaikan soal tersebut ia akan duduk  dan melakukan hal yang disukai yaitu
bermain biola atau piano. Setelah diteliti ternyata kegiatan tersebut dapat merangsang
perkembangan sel-sel otak.

3. Stephen Hawking
Stephen Hawking merupakan sosok astrofisikawan, kosmologi, pengarang sekaligus
Direktur penelitian Centre for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridge. Segudang
prestasi-prestasinya tersebut ia raih dalam keadaan dirinya menyandang Amyotrophic Lateral
Sclerosis atau ALS sehingga membatasi ruang geraknya. Penyakitnya ini ia dapatkan ketika
usianya menginjak 21 tahun. Kemalangannya tersebut tidak menghentikan semangatnya untuk
terus berkarya. Ia mengembangkan teknologi sehingga dapat mengoperasikan komputernya
dengan menggunakan kedipan mata dan gerakan pipinya. Dengan alat bantunya tersebut ia tetap
dapat menulis bahkan berkomunikasi. 

4. Ralph Braun

Ralph Braun ialah seorang tokoh yang mendirikan Braun cooperation yakni sebuah
perusahaan yang menyediakan mobil van khusus untuk para penyandang disabilitas terutama
pengguna kursi roda. Oleh sebab itu lah dirinya dinobatkan sebagai “Father of the Mobility
Movement”. Ia terlahir dengan kondisi yang normal namun ketika berusia 6 tahun dokter
mendiagnosisnya terkena distrofi otot. Hal tersebut membuat otot-ototnya menjadi lemah dan
sulit untuk digerakkan. Karena keadaannya itu lah yang mengharuskannya putus kuliah di tahun
pertama. Kendati demikian ia terus berusaha menciptakan alat bantu yang dapat
memudahkannya bergerak. 

5. John Forbes Nash Jr 

Ia adalah seorang ilmuwan matematika dan ekonomi asal Virginia, Amerika Serikat.
Pada saat usianya menginjak 29 tahun dokter mendiagnosisnya skizofrenia paranoid. Namun dari
sakitnya ini ia justru melakukan eksperimen terhadap studi otak penderita skizofrenia. Ia bahkan
menerima penghargaan nobel bidang ekonomi pada tahun 1994 dan penghargaan Abel pada
tahun 2015. Teori-teori yang ditemukan pun tidak hanya diaplikasikan pada bidang matematika
dan ekonomi saja melainkan pada bidang komputer, biologi, akuntansi, hingga politik. Kisah
Nash kemudian didokumentasikan dalam film yang berjudul “Beautiful Mind”. 

6. Temple Grandin 
Temple Grandin merupakan seorang tokoh ahli perilaku binatang yang lahir pada tahun
1947 di Boston. Grandin mengetahui bahwa dirinya merupakan seorang penderita autisme ketika
usianya 3 tahun. Meskipun demikian ia justru tumbuh dengan penuh kecerdasan berkat dorongan
dari orangtuanya. Alih-aluh memasukkannya ke sebuah institusi, orang tuanya memasukkannya
ke dalam sekolah swasta. Grandin pun dapat menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan baik.
Ia bahkan menjadi konsultan peternakan. Ia memilih jalan untuk menjadi ahli perilaku binatang
karena menyadari bahwa gejala autisme yakni takut akan sentuhan dan suara juga dialami oleh
binatang. Grandin memiliki beberapa buku yang berhasil diterbitkan diantaranya adalah Labeled
Autistic (1986), Thinking in Pictures, and Other Reports from My Life with Autism (1995), The
Autistic Brain: Thinking Across the Spectrum (2013), dan Calling All Minds: How to Think and
Create Like an Inventor (2018). 

7. Edwin Krebs 
Edwin Krebs merupakan ahli biokimia yang berhasil mendapatkan penghargaan nobel
fisiologi pada tahun 1992. Sebelumnya, Krebs juga mendapatkan penghargaan Louisa Gross
Horwitz pada tahun 1989 dan penghargaan Welch di bidang Kimia di tahun 1991.Salah satu
penemuannya yang paling fenomenal adalah teori tentang aktivitas seluler dalam tubuh manusia
dan menjelaskan lebih luas mengenai hormon, rentang kehidupan sel, dan bahkan bagaimana
tubuh bisa menolak organ yang ditransplantasikan. Ilmuwan kelahiran 6 Juni 1918 Lansing,
Iowa, Amerika Serikat ini ternyata memiliki gangguan pendengaran.

8. Leonardo da Vinci 

Leonardo da Vinci lebih dikenal sebagai seorang pelukis yang tersohor lewat karyanya
dengan judul “Mona Lisa”. Sebenarnya pemilik nama asli Leonardo di ser Piero da Vinci ini juga
merupakan seorang filsuf, ilmuwan, penemu, astronom, penulis dan juga arsitek. Penemuan-
penemuan dan pemikirannya menginspirasi banyak orang hingga beratus-ratus tahun lamanya.
Namun dibalik kecerdasan yang davinci miliki ternyata ia adalah seorang pengidap disleksia.
Keterbatasannya ini diketahui melalui desain atau sketsa davinci serta tulisan tangannya
dikomposisikan secara terbalik. 

9. Geerat J. Vermeij

Geerat J. Vermeij adalah seorang paleontologi berkebangsaan Belanda yang lahir pada 28
September 1946. Vermeij lahir dengan membawa gangguan pada matanya yakni glaukoma yang
menyebabkan pandangannya kabur atau tidak jelas. Menginjak usia ke 3 tahun kondisi matanya
semakin memburuk hingga dinyatakan buta total. Keterbatasannya ini tidak menghalangi studi
pria yang kerap dipanggil Gary ini. Ia mempelajari segalanya dengan menggunakan indera
lainnya seperti sentuhan. Justru melalui sentuhan Vermeij ini banyak detail-detail artefak
dan fosil yang tidak ditemukan oleh paleontologi pada umumnya. Ia pun memenangkan beberapa
penghargaan seperti Daniel Giraud Elliot Medal (2000) dan Paleontological Society Medal
(2006). 

10. Richard Leakey


Nama aslinya adalah Richard Erskine Frere Leakey FRS adalah seorang paleoantropologi
yang lahir di Kenya pada 19 Desember 1944. Ia sebenarnya terlahir normal tanpa kekurangan
apapun secara fisik. Namun pada tahun 1993 ia mengalami sebuah kecelakaan pesawat yang
dikemudikan oleh dirinya sendiri. Akibat kecelakaan ini lah Leakey harus merelakan kedua
kakinya untuk diamputasi. Selama masa pemulihannya tersebut Leakey menulis sebuah buku
yang ia beri judul Wildlife Wars: My Fight to Save Africa’s Natural Treasures yang terbit tahun
2001. Sejak tahun 2002, Leakey pindah ke AS karena dirinya dipercaya untuk menjadi profesor
Antropologi di Stony Brook University, New York. Ia juga mendirikan WildlifeDirect sebagai
bentuk dukungan kepada para konservasionis. 

Anda mungkin juga menyukai