Laporan Pendahuluan Plasenta Previa
Laporan Pendahuluan Plasenta Previa
PLASENTA PREVIA
3. Klasifikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Ultasonografi ( USG )
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
palsenta terhadap ostium
o Bila tidak dijumpai plasenta previa, lakukan pemeriksaan inspekulo untuk
melihat sumber perdarahan lain (serviks, fornik, atau dinding vagina ).
(Sarwono Prawiroharjo.2006.163 – 164)
o USG: Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak
menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan
rasa nyeri.(Sarwono Prawiroharjo.2007.hal.369)
o Pemeriksaan darah: Hemoglobin dan hematokrit (Kapita Selekta
Kedokteran. 2006. 277 )
7. Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan,anemia karena
perdarahan, plasentitis, endometritis pascasalin. Pada Janin biasanya terjadi persalinan
premature dan komplikasi seperti asfiksia berat. (Kapita Selekta Kedokteran
1.2005.hal.277 )
Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta implantasi terlalu dalam dan kuat pada
dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan plasenta saat
melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi histerektomi.
Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan plasenta previa atau
wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus lainnya. Bahaya untuk ibu pada
plasenta previa, yaitu :
- Syok hipovolemik
- Infeksi – sepsis
- Emboli udara ( jarang )
- Kelainan Koagulopati sampai syok
- Kematia
Bahaya untuk anak, yaitu :
- Hipoksia
- Anemi
- Gawat janin
(FKUP.2005.hal 86 -87)
8. Penatalaksanaan
1. Perawatan konservatif berupa :
Istirahat.
Memberikan hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia.
Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit
2. Pemantauan tanda – tanda vital.
3. Terapi, Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
Ekspektatif: Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia luar banginya kecil sekali.
Syarat terapi ini:
- Keadaan ibu dan anak masih baik (Hb- nya normal)
- Perdarahan tidak banyak.(Obstetri Patologi.Unpad.2005.hal.89 )
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit.
- Belum ada tanda – tanda inpartu.
Pada terapi ini, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500 gram
atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi dilakukan pemeriksaan
USG untuk menentukan letak plasenta.Pemberian antibiotic mengingat
kemungkinan terjadi infeksi yang besar akibat perdarahandan tindaka – tidakan
intrauterine serta diberikan Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru janin.
Terminasi : Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang
membawa maut, miksalnya : kehamilan cukup bulan, perdaraha banyak,parturien,
dan anak mati.Dengan cara :
- Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya
harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Tujuan seksio sesarea :
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis
dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi
sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot
dengan korpus uteri. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada
serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam. Persiapan darah pengganti
untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pascabedah
termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-
keluar.
- Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan
tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
o Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis
dengan pembukaan >3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah
ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan
oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah,
akselerasi dengan infus oksitosin
o Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
o Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang
efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan
pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikejakan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif. (Obstetri
patologi.FKUP. 2005. hal.88 – 91)
9. Kriteria Diagnosis
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan
berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala
belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis
servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja
operasi.
10. Pathway
Zigot menempel pada dinding rahim yang abnormal
(endometrium belum matang)
Perdarahan
Syok
Kematian
C. Daftar Pustaka
FKUI. 2005.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
Ladewig, Patricia W. 2006.Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru
Lahir,Ed.5.Jakarta :EGC
Prawiroharjo,Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta :YBP – SP
Prawiroharjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
Stright,Barbara R.2005.Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir.E / 5.Jakarta : EGC
Varney,Helen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed.4 Vol.1.Jakarta : EGC