TENTANG
KERJASAMA ANTAR DESA
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
KEPALA DESA : PEKAN BANDAR KHALIFAH
KEPALA DESA : KAYU BESAR
KEPALA DESA : GELAM SEI SERIMAH
KEPALA DESA : JUHAR
KEPALA DESA : BANDAR TENGAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Kepala Desa adalah Kepala Desa yang besepakat membentuk Peraturan bersama kepala desa
ini.
3. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asalusul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat
Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang
melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
2
5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
6. Musyawaraha antar desa adalah forum musyawarah tertinggi untuk pengambilan keputusan
yang dihadiri oleh seluruh anggota Badan Kerjasama Antar Desa.
7. Kerjasama Desa adalah suatu rangkaian kegiatan bersama antar desa atau desa dengan pihak
ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
8. Badan Kerjasama Desa (BKD) adalah lembaga di tingkat desa yang dibentuk untuk mewakili
desa dalam melaksanakan kerjasama desa.
9. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) adalah lembaga yang didirikan untuk menjadi
pelaksana kerjasama antar desa di tingkat kecamatan yang terdiri dari anggota-anggota
Badan Kerjasama Desa.
10. Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa, adalah perangkat kelembagaan yang bertugas
menjalankan operasionalisasi bidang-bidang kegiatan yang dikerjasamakan dalam Badan
Kerjasama antar Desa, disingkat menjadi Unit Kerja BKAD.
6. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
7. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
8. Peraturan Bersama Kepala Desa adalah peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dari 2
(dua) Desa atau lebih yang melakukan kerja sama antar-Desa.
9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
10. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
11. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban Desa.
12. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya
yang sah.
15. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
16. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
BAB II
Pasal 2
Ruang lingkup kerjasama antar desa yang diatur didalam keputusan bersama kepala desa ini
meliputi :
a. Kerjasama antar-Desa dalam wilayah Kecamatan
b. Kerjasama antar desa dengan pihak ketiga
Pasal 3
Ruang lingkup kegiatan kerjasama antar desa yang disepakati untuk dilaksanakan adalah
kerjasama pelestarian sistem kelembagaan dan asset Program PNPM Mandiri Perdesaan dan
Program Pemberdayaan Masyarakat lainnya termasuk pengembangan usaha bersama yang
dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing, kegiatan kemasyarakatan,
pelayanan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat antar desa dan/atau keamanan ketertiban.
Pasal 4
Bidang kegiatan kerjasama antar desa yang dapat dilakukan untuk memenuhi ruang lingkup
kegiatan sebagaimana didalam pasal 3 adalah :
a. Kerjasama pengelolaan asset dana bergulir milik masyarakat desa-desa di kecamatan Bandar
Khalifah oleh unit kerja pelaksana Kerjasama Antar Desa.
c. Kerjasama pengembangan potensi sumber daya dan asset desa melalui pengembangan
ekonomi perdesaan.
4
d. Kerjasama advokasi kebijakan publik, hasil-hasil perencanaan pembangunan partisipatif
kepada pemerintah daerah dan DPRD demi terwujudnya integrasi sistem perencanaan
didukung regulasi dan penganggaran yang dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat.
Pasal 5
Kerjasama Antar Desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam bidang :
BAB III
Pasal 6
Kerjasama Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dimaksudkan untuk kepentingan desa
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pasal 7
(1) Kerjasama Desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah
ketimpangan antar Desa;
(2) KeIjasama Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berorientasi pada kepentingan dan
aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
5
BAB IV
PELAKSANA KERJASAMA ANTAR DESA
Bagian Kesatu
Pasal 8
Pelaksana Kerjasama Antar Desa adalah Badan Kerjasama Antar Desa Kecamatan……
Pasal 9
Badan Kerjasama Antar Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 terdiri dari :
Pasal 10
Anggota BKAD sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Huruf (a) adalah seluruh anggota Badan
Kerjasama Desa dari desa-desa yang bersepakat melakukan Kerjasama Antar Desa.
Pasal 11
Pengurus harian BKAD sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Huruf (b) terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekertaris ; dan
c. Bendahara
Bagian Kedua
Pasal 12
Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa berasal dari anggota Badan Kerjasama Antar Desa,
yang telah diseleksi dan dinyatakan memenuhi syarat untuk dipilih menjadi pengurus harian
dalam Musyawarah Antar Desa.
Pasal 13
(1) Dalam rangka mengoptimalkan peran yang harus dijalankan, seseorang yang akan
mencalonkan diri menjadi pengurus BKAD harus memiliki kualifikasi minimal, sebagai
berikut:
a. Jujur.
6
b. Bertanggung jawab.
c. Mempunyai jiwa kader dan pengabdian kepada masyarakat
d. Mempunyai pengalaman dalam organisasi
e. Mempunyai bakat kepemimpinan lokal
f. Memiliki visi dan perspektif membangun masyarakat
g. Mempunyai ketrampilan komunikasi dan fasilitasi.
h. Mempunyai kemampuan/keterampilan dalam melakukan resolusi penyelesaian masalah.
i. Mempunyai motivasi untuk mengembangkan lembaga dan atau organisasi.
(2) Kualifikasi sebagaimana dimaksud didalam ayat 1 perlu didukung kapasitas yang berkaitan
dengan bakat, jiwa/karakter, pengalaman sosial, visi, ketrampilan sosial, pengetahuan.
Bagian Ketiga
Pasal 14
Langkah-langkah fasilitasi untuk mendapatkan calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar
Desa adalah :
1. Sosialisasi ke desa tentang rekrutmen calon pengurus harian
2. Pengajauan nama calon pengurus harian dari tiap desa
3. Seleksi calon pengurus harian
Pasal 15
Seleksi calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dilakukan di kecamatan, melalui test
tertulis dan wawancara yang dilakukan oleh panitia seleksi pengurus harian Badan Kerjasama
Antar Desa .
Pasal 16
(1) Panitia seleksi pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dapat berasal dari unsur :
a. Kasie Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan
b. Lembaga Swadaya Masyarakat di Kecamatan/Lembaga lain yang kompeten
c. Unsur masyarakat kecamatan yang kompeten
(2) Fasilitasi proses pembentukan Panitia Seleksi Calon Pengurus Badan Kerjasama Pada
Kecamatan yang menjadi lokasi PNPM Mandiri Perdesaa atau Program Pemberdayaan
lainnya dapat dibantu oleh Fasilitator/Tenaga Pendamping Program-program tersebut.
(3) Fasilitasi pembentukan Panitia Seleksi Calon Pengurus Badan Kerjasama Antar Desa diluar
lokasi PNPM Mandiri Perdesaan Atau Program sejenis lainnya dilakukan oleh
Camat/Sekertaris Kecamatan
Pasal 17
Metoda dan proses penjaringan bakal calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa diatur
didalam Kerangka Acuan Seleksi yang disusun oleh Panitia Seleksi Bakal Calon Pengurus Badan
7
Kerjasama Antar Desa.
Pasal 18
Panitia seleksi bakal calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa Sekurang-kurangnya
dapat menetapkan 5 (lima) orang calon yang dapat dipilih menjadi pengurus harian Badan
kerjasama Antar Desa dalam Musyawarah Antar Desa.
Pasal 19
Hasil seleksi oleh panitia seleksi calon pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa untuk
menetapkan calon pengurus yang memnuhi syarat untk dipilih menjadi pengurus harian BKAD
ditetapkan dengan Surat Keputusa Panitia Seleksi Calon Pengurus Harian Badan Kerjasama
Antar Desa.
Bagian Keempat
Pasal 20
(1) Dalam rangka efektipitas pelaksanaan Kerjasama Antar Desa Badan Kerjasama Antar Desa
membentuk unit kerja sesuai bidang yang dikerjasamakan.
(2) Personil Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa berasal dari tenaga profesional yang
direkrut sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dibutuhkan.
(3) Unit kerja Badan Kerjasama Antar Desa sekurang-kurangnya terdiri dari Unit Kerja
Pelaksana Teknis, Unit Kerja Verifikasi dan Unit Kerja Pengawasan seluruh kegiatan
Kerjasama Antar Desa.
Pasal 21
Proses rekrutmen calon pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa dilakukan melalui
pengumuman terbuka kepada semua desa, untuk selanjutnya setiap calon yang diusulkan oleh
desa diseleksi oleh pengurus harian.
Pasal 22
Calon pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa yang memenuhi kualifikasi diajukan
oleh pengurus harian kepada Musyawarah Antar Desa untuk dipilih menjadi pengurus harian
berdasarkan suara terbanyak.
Pasal 23
(1) Masa kerja kepengurusan di dalam Badan Kerjasama Antar desa dibatasi dalam periode
kepengurusan yang diatur didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan
ditetapkan melalui Musyawarah Antar Desa (MAD).
8
(2) Pembatasan periodisasi dimaksudkan untuk melakukan penyegaran, regenerasi dan
pemerataan pengalaman mengurus organisasi. Setelah berakhir masa bakti seseorang dalam
kelembagaan antar desa, maka yang bersangkutan dapat dipilih dan diangkat kembali di
lembaga atau unit kerja yang berbeda.
Pasal 24
Mekanisme pemilihan pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa oleh Musyawarah Antar
Desa sebagaimana dimaksud pasal 22 diatur lebih lanjut didalam Anggaran Dasar Badan
Kerjasama Antar Desa.
Pasal 25
Hasil pemilihan pengurus Unit Kerja Badan Kerjasama Antar Desa oleh Musyawarah Antar Desa
dituangkan didalam Berita Acara Pemilihan dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Pengurus
Harian Badan Kerjasama Antar Desa.
Bagian Kelima
Pasal 26
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa digunakan :
1. Sebagai acuan dasar bagi organisasi Badan Kerjasama Antar Desa dan Unit-Unit Kerja
dibawahnya.
2. Sebagai Pedoman dasar hubungan kelembagaan antar desa
3. Sebagai acuan penyusunan Standar Opersional Prosedur (SOP) unit-unit kerja dibawah
Badan Kerjasama Antar Desa
4. Sebagai dasar pengambilan keputusan bagi organisasi
Pasal 27
Dalamrangka menjamin aspirasi dan menumbuhkan rasa memiliki serta menjunjung tinggi prinsip
keterbukaan, penyusunanAnggaranDasardanAnggaran RumahTanggaBadan Kerjasama Antar
Desa harus melibatkan perwakilan BKD desa serta komponen masyarakat lainnya yang dianggap
memiliki kapasitas dalam menyusun AD/ART tersebut.
Pasal 28
(1) Fasilitasi penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar
Desa dibantu oleh Fasilitator/Pendamping Program PNPM Mandiri Perdesaan atau program
sejenis lainnya.
(2) Fasilitasi Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar
9
Desa di kecamatan yang sudah tidak lagi menjadi lokasi program pemberdayaan masyarakat
dilakukan oleh Fasilitator Kabupaten Program PNPM Mandiri Perdesaan atau program sejenis
lainnya.
Pasal 29
Hal-hal yang wajib diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah :
a. Musyawarah Antar Desa (MAD) adalah forum tertinggi pengambilan keputusan BKAD.
Penyusunan dan penetapan AD/ART organisasi dilakukan dan ditetapkan dalam MAD.
b. AD sekurang-kurangnya memuat tentang Para pendiri BKAD; dasar dan azas organisasi;
visi-misi dan tujuan organisasi; tata cara pembentukan dan pembubaran organisasi;
keanggotaan dan kepengurusan; tata cara pemilihan dan pemberhentian anggota, pengurus
atau staf profesional; kekayaan/harta benda.
c. ART mengatur tentang, mekanisme kerja dan fungsi, tugas, hak dan kewajiban, peran dan
tanggung jawab BKAD serta tata hubungan dengan unit-unit kerja dibawahnya.
d. Kepengurusan BKAD terdiri dari Pengurus Harian dan Anggota.
e. Pengurus Harian tidak berasal dari unsur Kepala Desa atau Ketua BPD, dengan
pertimbangan bahwa Pengurus Harian bekerja secara penuh waktu. Untuk itu diperlukan
pengaturan mekanisme insentif dan biaya operasional kantor . Tugas Pengurus Harian :
1. Ketua: bertindak sebagai penanggung jawab secara menyeluruh pengelolaan kegiatan
kerjasama antar desa;
2. Sekretaris: bertugas mengerjakan urusan administrasi kesekretariatan dan membuat
laporan pengelolaan seluruh kegiatan (termasuk pengelolaan PNPM Mandiri Perdesaan)
dan laporan rekapitulasi seluruh aktifitas unit kerja dibawahnya.
3. Bendahara: bertugas melakukan pengelolaan keuangan BKAD dan menyusun laporan
keuangan;
4. Anggota BKAD adalah seluruh anggota BKD sekaligus bertindak sebagai mandataris
dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) yaitu 6 (enam) orang wakil per desa terdiri dari
1Kepala Desa, 1 orang wakil dari BPD, 1 orang wakil dari Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat/nama-sebutan lain yang sejenis, dan 3 (tiga) orang wakil masyarakat
(sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dari keenam wakil tersebut adalah perempuan).
Pasal 30
Dalam menyusun Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga beberapa ketentuan dasar yang
perlu diperhatikan adalah :
10
h. Bab tentang azas BKAD berisi azas ideal dan azas operasional.
i. Bab tentang keanggotaan berisi pasal tentang status, hak dan kewajiban anggota.
j. Bab tentang kepengurusan berisi pasal tentang syarat-syarat, mekanisme pemilihan, serta
masa bakti.
k. Bab tentang hubungan kelembagaan berisi pasal-pasal hubungan BKAD dengan UPK,
Pemeriksa UPK, Lembaga Pendukung UPK, dan lain-lain.
l. Bab tentang pengambilan keputusan berisi pasal tentang jenjang keputusan dan bentuk-
bentuk keputusan dan bentuk-bentuk kerja sama.
m. Bab tentang visi menjabarkan tentang peran partisipasi dengan cara kerja sama untuk
menciptakan kemandirian dan kesejateraan bersama sesuai potensi dan karakteristik lokal.
n. Bab tentang misi menjabarkan keputusan partisipatif pada proses pembangunan dengan
melakukan kerja sama.
o. Isi bab dan pasal-pasal sesuai dengan ketentuan ini dapat dibahas, dirumuskan di tiap
kecamatan dengan difasilitasi oleh fasilitator kecamatan.
p. Dengan memperhatikan karakteristik lokal dan sesuai dengan pokok-pokok ketentuan dasar
AD/ART ini, muatan tiap-tiap kecamatan tidak selalu sama.
q. Penyusunan rancangan AD/ART ini setelah selesai ditetapkan menjadi AD/ART BKAD
dengan keputusan Musyawarah Antar Desa.
r. Keputusan AD/ART BKAD dikeluarkan dengan berita acara keputusan yang disahkan
dengan surat penetapan Camat, SK Bupati.
Pasal 31
Hasil perumusan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan Kerjasama Antar Desa
oleh tim perumus dibahas dan ditetapkan dalam Musyawarah Antar Desa.
Bagian Keenam
Pasal 32
Pendanaan BKAD bersumber dari alokasi surplus pengelolaan dana bergulir sumbangan desa-
desa, dukungan masyarakat, dukungan Pemerintah Daerah, pihak swasta maupun sumber lain
yang tidak melanggar peraturan.
BAB V
Pasal 33
Modal yang dikelola Badan Kerjasama Antar Desa dapat berasal dari :
a. Penyertaan asset masyarakat yang berasal dari dana milik masyarakat, atau asset masyarakat
seluruh desa-desa yang melakukan kerjasama antar desa dalam bentuk Infrastrukture
produktif maupun modal usaha bergulir yang berasal dari pembiayaan BLM (bantuan
langsung masyarakat).
b. Bantuan Pemerintah, Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten
11
c. Pinjaman dari lembaga lain
d. Modal kerjasama dengan pihak ketiga atau perorangan
BAB VI
Bagian Kesatu
Lingkup Tugas
Pasal 34
Bagian Kedua
Pasal 35
BAB VII
12
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 36
(1) Pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa dan pengurus Unit Kerja pendukung berhak
mendapatkan honor.
(2) Penetapan honor dan tunjangan ditetapkan melalui MAD berdasarkan kemampuan
keuangan Badan Kerjasama Antar Desa
Pasal 37
Penetapan honor atau pemberian insentif pengurus harian Badan Kerjasama Antar Desa diberikan
dengan ketentuan :
1. Penetapan honor yang diberikan setiap bulan mempertimbangkan tugas pokok, fungsi dan
kewajiban kepengurusan yang dijabarkan dalam kegiatan rutin.
2. Karena sifat Badan Kerjasama Antar Desa adalah lembaga non Profit, maka pemberian honor
adalah merupakan konversi jam kerja individu pengurus yang dipergunakan selama
melakukan tugas kepengurusan.
Pasal 38
Pasal 39
Bagian kedua
13
Kewajiban
Pasal 40
BAB VIII
BAGI HASIL
Pasal 41
(1) Pembagian hasil usaha dari pendapatan unit kerja Badan Kerjasama Antar desa ditetapkan
berdasarkan prosentase kontribusi penyertaan modal dari d e s a - d e s a y a n g
b e k e r j a s a m a d engan berpedoman kepada prinsip kerjasama yang saling
menguntungkan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Badan Kerjasama Antar Desa.
(2) Besarnya bagi hasil usaha unit kerja Badan Kerjasama Antar Desa diarahkan untuk:
(3) Dana peningkatan kapasitas Sebagaimana ketentuan point c ayat 2 adalah meliputi berbagai
metode peningkatan kompetensi dan kapasitas pengurus dan kelompok yang meluputi :
a. Pelatihan Internal
b. Magang
c. Mengundang Narasumber/Tenaga Ahli
14
d. Studi Komparatif
e. Seminar, kursus dan bentuk pengembangan kapasitas lainnya
Pasal 42
Pengelolaan terhadap dana bantuan langsung RTM dan pendanaan bagi kelembagaan yang
berasal dari surplus dikelola oleh BKAD melalui keputusan Musyawarah Antar Desa. dengan
membuka rekening atas nama BKAD. Specimen atas pembukaan rekening tersebut terdiri dari
tiga unsur yaitu ketua BKAD, salah satu pengurus kelompok dan salah satu kepala desa/lurah
BAB IX
MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 43
(1) Unit-Unit Kerja Badan Kerja Antar Desa, mempertanggungjawabkan pelaksanaan bidang
kerjasama kepada pengurus harian BKAD dihadapan Musyawarah Antar Desa
(2) Pengurus harian BKAD melaksanakan pertanggungjawaban tahunan kepada Forum
Musyawarah Antar Desa yang dihadiri Camat selaku Pengawas dan Pembina Kerjasama
Antar desa.
BAB X
Pasal 44
(1) Pembinaan dan Pengawasan atas pelaksanaan kerjasama desa dilakukan Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sesuai peraturan perundang-undangan;
(2) Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan kerjasama desa;
b. memberikan pedoman teknis pelaksanaan kerjasama desa;
c. melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kerjasama desa; dan
d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan kerjasama desa.
(3) Pembinaan dan Pengawasan Camat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
BAB XI
15
PERUBAHAN DAN PEMBATALAN
Pasal 45
Perubahan dan pembatalan Kerjasama Desa harus dimusyawarahkan untuk mencapai mufakat
dengan melibatkan berbagai pihak yang terikat dalam Kerjasama Desa.
Pasal 46
Pasal 47
BAB XII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 48
(1) Apabila dalam pelaksanaan kerjasama terjadi perselisihan, maka pada tahap awal
diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak yang melakukan kerjasama.
(2) Apabila melalui musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak bisa diselesaikan, maka
perselisihan dimaksud diajukan kepada pejabat yang berwenang untuk mendapatkan
penyelesaian.
Pasal 49
(1) Perselisihan kerjasama antar desa dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh
Camat setempat.
(2) Perselisihan kerjasama antar Desa pada Kecamatan yang berbeda dalam satu Kabupaten,
difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.
(3) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
secara adil dan tidak memihak.
(4) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat final.
16
Pasal 50
(1) Perselisihan kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga dalam satu Kecamatan, difasilitasi dan
diselesaikan oleh Camat.
(2) Perselisihan kerjasama Desa dengan Pihak Ketiga pada Kecamatan yang berbeda dalam
satu Kabupaten, difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati.
(3) Apabila Pihak Ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dapat mengajukan penyelesaian ke Pengadilan.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 47
Peraturan Bersama Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.Agar setiap orang
dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya
dalam lembaran desa masing-masing.
_________________ __________________
________________________ ________________________
17
pada tanggal : pada tanggal :
________________________ ________________________
SEKRETARIS DESA
________________________
18