SKRIPSI
Oleh :
HENI FEBRIANI
NPM: 1211080054
SKRIPSI
Oleh:
HENI FEBRIANI
NPM: 1211080054
OLEH
HENI FEBRIANI
ii
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S. An-Nissa : 59)1
1
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemahan Bandung, 2006, h. 80
v
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua saya yang tercinta, dan tersayang untuk Bapak Sutrisno dan
Ibu Suriyah yang telah menyayangi, mengasihi, dan mendidik saya serta
2. Adik-adik yang saya cintai, Nuraini Fitriana dan Rafif Al-azzam yang selalu
3. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang telah banyak mengerjakan saya
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari tiga bersaudara dari Bapak
tahun 2000 sampai dengan tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan di SMP
Negeri 4 Gunung Sugih dari tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009 dan
melanjutkan di MAN 1 Lampung Tengah dari tahun 2009 dan lulus pada tahun
2012.
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) UIN Raden Intan
panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam
semoga senatiasa tercurah kepada sang pelita kehidupan, seiring jalan menujunu ilahi,
Nabi Muhammad SAW. Serta kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya.
adalah salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan pada program studi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan
Lampung.
Dengan kerendahan hati disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis
banyak mengalami kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan serta motivasi
dari berbagai pihak akhirnya penulis skripsi ini dapat terselesaikan. Maka pada
Intan Lampung.
viii
3. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd, selaku sekretaris Jurusan Program Studi
6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung. Terima kasih atas bimbingan dan ilmu
7. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan
8. Hj. Rosmaini, M.Pd selaku kepala Sekolah SMP Negeri 13 Bandar Lampung
9. Ruslani S.Pd selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 13 Bandar
penelitian.
10. Peserta didik SMP Negeri 13 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi
ix
11. Apriansyah terimakasih yang selalu ada memberi motivasi serta selalu
Wulandari, Nia Voniati, Tri Handayani, Uswatun Sa’diah, Aprilia, Risna Sari
14. Semua pihak yang telah turut serta membantu menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun penulis berharap semoga karya yang sederahana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT menjadikan sebagai
amal ibadah yang akan mendapat ganjaran disisi-Nya, dan semoga skripsi ini dapat
Heni Febriani
NPM 1211080054
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .................................................................................... 1
B. IdentifikasiMasalah ............................................................................ 13
C. BatasanMasalah.................................................................................. 13
D. RumusanMasalah ............................................................................... 14
E. Tujuan Dan KegunaanPenelitian........................................................ 14
1. TujuanPenelitian............................................................................ 14
2. KegunaanPenelitian....................................................................... 14
F. RuangLingkup.................................................................................... 15
xi
8. Peran Dan Fungsi Guru BK .......................................................... 25
9. SikapPeran Dan TugasPesertaDidik ............................................. 26
10. HubunganKonselor Dan Konseli .................................................. 27
B. TekniSelf Management........................................................................ 28
1. KonsepDasarSelf Management ..................................................... 28
2. TeknikKonselingSelf Management ............................................... 31
3. TujuanSelf Management................................................................ 33
4. ManfaatTeknikSelf Management.................................................. 44
5. Tahap-TahapPengelolaanDiri(Self Management)......................... 36
C. Konseling Behavior DenganSelf ManagementDalamMengatasi
PerilakuMembolos .............................................................................. 39
D. PerilakuMembolos .............................................................................. 43
1. PengertianMembolos..................................................................... 43
2. GejalaPeserta Yang Membolos ..................................................... 44
3. PembentukanPerilakuMembolos .................................................. 44
4. TeoriPerilaku................................................................................. 45
5. Faktor-FaktorPenyebabPerilakuPesertaDidikMembolos.............. 45
6. DampakNegatifPerilakuMembolos............................................... 46
E. PenelitianRelevan................................................................................ 47
F. KerangkaFikir ..................................................................................... 50
G. Hipotesis.............................................................................................. 52
xii
4. TeknikPenggumpulan Data ........................................................... 59
E. Pengembangan Instrument Penelitian ................................................ 63
F. Pengujian Instrument Penelitian......................................................... 65
1. UjiValiditas.................................................................................... 65
2. UjiReabilitas .................................................................................. 66
G. Teknik Dan PengelolahanAnalisi Data .............................................. 67
1. TeknikPengolahan Data................................................................. 67
2. Analisis Data ................................................................................. 68
H. DeskripsiLangkah-LangkahPemberianTreatmen............................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Membolos Peserta Didik Kelas VII Semester Ganjil TP.2016/2017
SMP Negeri 13 Bandar Lampung ........................................................... 7
2. Langkah-Langkah Self-Monitoring........................................................... 38
3. Definisi Operasional.................................................................................. 57
4. Kriteria perilaku Membolos ...................................................................... 63
5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Konseling Behavioral Dengan Teknik
Self Management Untuk Mengatasi Perilaku Membolos Di
SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajarann 2016/2017.............. 66
6. Pemberian treatmen................................................................................... 71
7. Gambaran Umum Perilaku Membolos Kelas VII E Peserta Didik
Kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung ........................................... 76
8. Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah ....................... 77
9. Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Lingkungan .................. 77
10. Gambaran perilaku membolos Berdasarkan Indikator ............................. 78
11. Hasil Uji T Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Prettest
Dan Posttes ............................................................................................... 87
12. Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Prettest
Dan Posttest pada Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah ............ 89
13. Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Prettest
Dan Posttest pada Indikator Perilaku Dalam Lingkungan........................ 90
14. Deskripsi Data Prettest dan Posttest ........................................................ 92
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian Konseling Behavioral Dengan Teknik
Self Mangamenet....................................................................................... 53
2. Pola One Group Pretest-Posttest Design.................................................. 56
3. Variabel Penelitian .................................................................................... 57
4. Grafik rata-rata Penurunan Prettest dan Posttest ...................................... 89
5. Grafik rata-rata Penurunan Prettest dan Posttest pada Indikator
Perilaku Membolos Dalam Sekolah.......................................................... 90
6. Grafik rata-rata Penurunan Prettest dan Posttest pada Indikator
Perilaku Membolos Dalam Lingkungan ................................................... 91
7. Hasil Penurunan Perilaku Membolos Per Indikator Prettest Posttest....... 93
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar mengajar ini juga proses
transfer dan transformsi ilmu pengetahuan dapat diberikan kepada peserta didik.
peserta didik mampu mengenal dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
dan kegiatan belajar mengajar adalah guru dan peserta didik. Proses belajar mengajar
dapat terlaksana apabila kedua komponen tersebut ada. Jika salah satu komponen
1
2
tidak hadir maka proses belajar mengajar tersebut tidak akan terjadi. Sehingga proses
komponen inti dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah penting. Namun,
melihat fenomena di lapangan saat ini menunjukkan hal berbeda. Saat ini banyak
ditemukan sekali salah satu komponen inti dari kegiatan belajar mengajar tidak hadir
dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu contoh bentuk persoalan tersebut adalah
perilaku membolos peserta didik. Saat ini banyak sekali ditemukan peserta didik yang
tidak hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah pada saat jam pelajaran.
membolos tersebut dapat berdampak bagi diri sendiri dan orang lain diantaranya
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku peserta didik yang tidak masuk sekolah
dengan alasan yang tidak tepat, atau bisa juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan
yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari pelanggaran sekolah, yang
1
Aris Handoko, Mengatasi Perilaku Membolos Melalui Konseling Individual Menggunakan
Pendekatan Konseling Behavior Dengan Teknik Self-Management Pada Siswa X TKJ SMK Bina
Nusantara Ungaran, (online), skripsi : universitas negeri malang, tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=0ahUKEwiC166w6sjQ
AhXEv48KHdiOB70QFghQMAg&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F17814%2F1%2F130140
7016.pdf&usg=AFQjCNFIBBMi4Q7SeCqvd1lcwM3f9Zf5MA, [diakses pada tanggal 24 November
2016 jam 20.04]
2
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Edukatif, Kencana,
Jakarta, 2010, h. 253.
3
jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang
lebih parah.
perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius. Penyebab perilaku membolos yaitu
peserta didik merasa kesulitan dalam menerima pelajaran, terpengaruh dengan teman-
teman pergaulan, peserta didik dalam kondisi sulit karena tekanan faktor ekonomi
keluarga, peserta didik ada hubungan antar personal yang tidak menyenangkan baik
faktor baik faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan keluarga melainkan dapat
juga disebabkan oleh faktor internal yaitu berasal dari dalam diri peserta didik itu
sendiri. Dengan faktor eksternal atau internal yang dialami peserta didik sehingga
mereka melakukan tindakan membolos. Hal ini harus ada penangan yang serius
terhadap peserta didik. namun yang sering dijumpai saat ini adalah, peserta didik
penyebab peserta didik membolos ada dua, yaitu sebab (1) dalam sekolah; dan (2)
dalam lingkungan .”4 Yang menjadi penyebab dari lingkungan yaitu: keluarga tidak
3
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, h. 139.
4
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, h. 80.
4
bahwa pendidikan tidak penting dan penyebab membolos yang berasal dari dalam diri
sendiri atau faktor internal terjadi karena pada masa remaja adalah masa yang penuh
satu bentuk dari kenakalan peserta didik, yang jika tidak segera diselesaikan atau
diatasi dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Peserta didik sering membolos
akan mengalami kegagalan dalam pelajaran, peserta didik juga kurang mentaati
terhadap peraturan sekolah. Bila diteruskan peserta didik akan acuh tak acuh pada
urusan sekolahnya dan yang lebih parah peserta didik dapat dikeluarkan dari sekolah.
Dalam
5
Ibid
6
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.61
7
Kartono, Kartini. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali
Press. 1991.h.78
5
Berdasarkan surat Huud, dijelaskan bahwa disiplin bukan hanya tepat waktu
saja, tetapi juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada. Melaksanakan yang
melakukan perbuatan tersebut secara teratur dan terus menerus walaupun hanya
sedikit. Karena selain bermanfaat bagi kita sendiri juga perbuatan yang dikerjakan
Dilihat dari proses perkembangan, peserta didik SMP sedang berada dalam
masa remaja. Masa ini merupakan masa transisi perkembangan anatara masa anak-
anak ke masa dewasa, dimulai dari pubertas yang ditandai dengan perubahan yang
pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis.9 Menurut
Lurence Steiberg “ada tiga perubahan fundamental pada masa remaja yaitu biplogis,
kognisi dan sosial. Masa transisi yang dialami remaja, menurut remaja untuk
8
Al-qu’ran dan terjemahannya, (Bandung. CV Diponegoro, 2006.
9
Syamsul Yusuf L. N, Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Dididk, PT Rajagrafindo,
cetakan 2, h. 77.
6
berjuang menemukan jati diri, kemandirian, dan self regilasi”.10 Masa remaja dalam
perkembangan kognitif menurut Jean Piaget berada pada tahap “formal operation
stage”, yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahap
Berdasarkan hasil pengamatan dari melihat absensi peserta didik peneliti terhadap
kelas VII E, terdapat peserta didik khususnya anak-anak kelas VII E yang berjenis
kelamin laki-laki yang sering melakukan perilaku membolos, akibat kajadian ini
orang tua dari masing-masing peserta didik berseteru di ruang BK. ketika peneliti
yang melakukan perilaku membolos. Khususnya kelas VII E merupakan kelas yang
10
Ibid, h. 78
11
Ibid, h. 81
7
di sekolah ini yang dikenal dengan anak-anaknya yang memiliki perilaku membolos
paling banyak. kelas ini terdiri dari 20 peserta didik laki-laki dan 15 peserta didik
perempuan. berikut hasil survey pra penelitian yang peneliti lakukan pada peserta
Tabel 1
Data Membolos Peserta Didik Kelas VII E Semester Genap TP.2016/2017
SMP Negeri 13 Bandar Lampung
No. Nama Kelas Jumlah
Absensi
Membolos 1
bulan
1. GP VII E 6 kali
2. NR VII E 6 kali
3. ES VII E 5 kali
4. JP VII E 6 kali
5. EF VII E 4 kali
6. DG VII E 5 kali
Sumber: Dokumentasi absensi SMP Negeri 13 Bandar Lampung, tanggal 20
November 2016/2017.12
bahwa peserta didik tersebut merupakan peserta didik yang mempunyai persentase
membolos paling tinggi dibanding peserta didik yang lain. Untuk GP terhitung pada
bulan september tidak masuk tanpa izin sebanyak 6 kali karena melompat pagar
sebanyak 6 kali, ES sebanyak 5 kali yaitu keluar sekolah tanpa izin dengan
karena datang terlambat kesekolah. Perilaku membolos yang dilakukan oleh GP,
12
Data Survey Pra Penelitian dengan Guru Bimbingan dan Konseing di SMP N 13 Bandar
Lampung, tanggal 20 November 2015.
8
NR, ES, JP, EF dan DG rata-rata dilakukan karena keenam peserta didik sering
datang terlambat ke sekolah dan tidak mengerjakan tugas rumah. Karena takut untuk
mendapat laporan dari beberapa guru mata pelajaran dan wali kelas, peserta didik
tersebut pada dasarnya mempunyai prestasi belajar yang kurang baik. Dalam hal ini
peserta didik tersebut mempunyai prestasi belajar yang berada dibawah rata-rata.
Rendahnya prestasi peserta didik tersebut terlihat dari sejumlah nilai hasil ulangan
harian yang berada dibawah rata-rata, hal ini terjadi karena peserta didik tersebut
tidak menguasai materi pelajaran yang disampaikan dan juga tidak memiliki catatan
lengkap terkait mata pelajaran yang dipelajarinya karena tidak masuk sekolah. Selain
itu sering kali karena membolos tidak mengumpulkan tugas dan tidak mengikuti
ulangan harian.
tentunya hal tersebut tidak boleh dibiarkan. Perilaku tersebut juga tergolong perilaku
yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Dalam setting sekolah,
seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi
klien dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi secara langsung antara klien
9
dan konselor dalam rangka membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami
klien.13
bimbingan konseling yang lebih aktif. Komalasari yang menyatakan “bahwa dalam
perilaku membolos pada peserta didik, dengan upaya memberikan suatu layanan.
guru BK sangat berperan penting dalam hal ini, salah satu stategi yang pernah
konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam
rangka pengentasan masalah pribadi klien. Dalam suasana tatap muka dilaksanakan
interaksi langsung antara klien dan konselor membahas berbagai hal tentang masalah
yang dialami klien Konseling.15 Sedangkan kelompok adalah merupakan suatu upaya
bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara guru BK dan
peserta didik yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi) yang dilakukan
dalam suasana keahlian dan didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar peserta
13
Prayitno. Layanan Konseling Perorangan Padang : Universitas Negeri Padang Press.
2004. h.1
14
Gantina Komalasari, Teori dan Tekni Konseling, PT Indeks, Jakarta, 2011, h.156
15
Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : Universitas Negeri Padang Press,
h. 1
10
didik memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki
tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa akan datang.16
dan teori dasar dari psikologi eksperimental untuk mempengaruhi perilaku dengan
treatment guru bimbingan konseling, dan ahli dalam mendiagnosa tingkah laku
peserta didik. Dalam proses konseling peserta didik yang menentukan tingkah laku
apa yang akan diubah, sedangkan konselor menentukan cara yang digunakan untuk
mengubahnya.18
modifikasi perilaku yang dapa diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku”. Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan
penguatan positif (positive reinforment); (2) kartu berharga (token economy); (3)
16
Sukardi,Dewa Ketut dan Nila Kusnawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Jaakarta: Rineka Cipta, 2008. h.38
17
Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated by: Drs.
Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers. 1995. h.411
18
Gantina Komalasari, Ibid, h.157
19
Gantina Komalasari, Ibid, h. 154
11
(punishment); (9) time out; (10) terapi aversi (aversi therapy); dan (11) disensitisasi
sistematis.20 Dari beberapa teknik Behavioral salah satu teknik yang dipilih oleh
peneliti adalah pengelolaan diri (self management). Menurut Sugiharto ada tiga teknik
yang diterapkan dalam melakukan strategi teknik pengelolaan diri (self management),
norma sosial sebagai akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk.22
sendiri. Dalam teknik ini peserta didik yang terlibat langsung karena ada beberapa
Jadi peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal ini untuk mengurangi perilaku
lingkungan sebagai isyarat kasus atau antiseden atas respon tertentu. Untuk
20
Ibid, h. 161-14
21
Sugiharto,konseling proaktif dengan strategi pengelolaan diri, Semarang, 2007, h.23
22
Kartono, Kartini. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali
Press. 2003. h.21
12
perilaku membolos harus dikurangi frekuensinya, ditata kembali, atau diubah waktu
mengurangi perilaku membolos peserta didik. Hal ini disebabkan karena teknik self
dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan
data mengenai perilaku membolos dalam suatu proses treatment. Pemantauan diri
juga dapat menghasilkan perubahan, ketika pserta didik mengumpulkan data tentang
perilaku membolos.23
Lampung mendorong peneliti untuk meneliti lebih dekat dan mendetail tentan
mengurangi perilaku membolos peserta didik. karena setiap peserta didik yang
membolos memiliki latar belakang atau penyebab yang berbeda-beda, maka perlu
tersebut. Terkait dengan kasus perilaku membolos, dalam teknik self management
perilaku membolos peserta didik, maka peneliti berkeinginan dan tertarik untuk
meneliti lebih lanjut terkait mengatasi peserta didik di SMP Negeri 13 Bandar
mangement dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik di SMP Negeri
13 Bandar Lampung.”
B. Identifikasi Masalah
perilaku membolos
sekolah
tugas matematika.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan pada peneliti ini terarah dan tidak keluar dari permasalahan
yang ada, maka peneliti ini hanya membahas tentang efektivitas konseling behavioral
dengan teknik self management dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta
didik.
14
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diterapkan tersebut, maka dapat
1. Tujuan penelitian
untuk:
2. Kegunaan Penelitan
1. Secara teoritis
bagi konselor sekolah dan guru dalam cara mengatasi perilaku membolos
2. Secara Praktis
Bandar Lampung.
b. Bagi guru
c. Bagi penulis
Penulisan membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih
jelas dan tidak menyimpang dar tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah:
konseling
16
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah sejauh mana perilaku
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII, VIII dan IX di
Bandar Lampung.
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester genap
2016/2017.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konseling Behavioral
dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.
Menurut pandangan behavioral, pemikiran, perasaan dan motif ini bukan subjek yang
tepat untuk ilmu perilaku karena semuanya tidak bisa diobservasi secara langsung. 1
Menurut Prayitno dan Erman Anti konseling adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalalmi suatu maslah (disebut klien) yang bermuara
1
Jhon w. Santrock, psikologi pendidikan, kencana, h 266
2
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.105
17
18
diri atau maladaftif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih
sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Modifikasi perilaku dapat
pula sebagai usaha menerapkan prinsip-prinsip belajar hasil eksperimen pada perilaku
manusia.
3
Dra. Gantina komalasari, Op Cit. h. 153
4
Dra. Gantina komalasari, dkk(2011),Teori dan teknik konseling, jakarta:indeks h.156
19
pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada klien yang dilakukan
behavior itu memilki ciri-ciri sebagai berikut: (a) berfokus pada perilaku yang tampak
dan spesifik; (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik; (c)
konsisten menaruh perhatian terhadap perilaku yang tampak. Sedang perilaku yang
tidak tampak dan bersifat umum dalam konseling harus dirumuskan terlebih dahulu
Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan tingkah laku
5
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UPT UMM.h.137
6
Corey, Gerald, Op. Cit
20
kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka
panjang dan/atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial.7 Secara khusus tujuan
George dan Christiani dalam Gunarsa adalah: (a) mengubah perilaku malasuai pada
klien; (b) membantu klien belajar dalam proses pengembangan keputusan secara
efisien; (c) mencegah munculnya masalah dikemudian hari; (d) mencegah masalah
perilaku khusus yang diminta oleh klien; (e) mencapai perubahan perilaku yang dapat
efisien;
diharapkan;
7
Latipun, Op. Cit
8
Gunarsa, Singgih.2004.Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.h.206
21
kehidupannya
Tingkah laku bermasalah dalam konseling behavior adalah tingkah laku yang
berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang
berlebihan seperti : merokok, terlalu banyak main games, dan sering memberi
komentar di kelas. Adapun tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah,
atau kebiasaan-kebiasaan negatif dan perilaku yang tidak sesuai dengan yang
lingkungannya. Dalam hal ini perilaku muncul karena proses belajar yang salah pada
individu.10
manusia didapat dengan cara belajar dan dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah
9
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.h.157
10
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UPT UMM.h.135
22
pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yatu pendekata sistematik dan
tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan
dan belajar. Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru.11
mereka. Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik maupun buruk,
tepat atau salah. Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap perilaku dapat
dipelajari. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dan
dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau
berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi
atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatasi dan mengontrol perilakunya dan dapat
belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.
11
Gantina Komalasari, Ibid, h. 152
23
dalam lima tahapan antara lain yaitu:12 Rosjidan dalam gantina menyatakan konseling
a. Asessment
Tujuan dari asessment adalah untuk memperkirakan apa yang diperbuat klien
waktu itu. Konselor menolong klien untuk mengemukakan keadaannya yang benar-
b. Goal Setting
c. Technique Implementation
Yaitu menentukan strategi belajar yang akan dipakai dalam mencapai tingkah
d. Evaluation-Termination
Evaluasi dapat digunakan untuk melihat apa yang telah diperbuat oleh klien.
apakah konseling efektif dan apakah teknik yang digunakan dalam konseling cocok
12
Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta : Menara
Mas Offset.h.82-83
13
Gantina Komalasari, Op. Cit, h. 10
24
atau tidak. Jika konseling telah selesai maka masuk dalam tahap terminasi yaitu
e. Feedback
dirasa belum terlihat hasilnya atau belum ada perkembangan dari konseli maka
konselor dapat memberikan perlakuan lagi kepada konseli dan diharapkan konseli
dapat memberikan respon sehingga tujuan konseling yang diharapkan dapat tercapai.
7. Teknik-Teknik Konseling
Teknik konseling behavioral terdiri dari dua jenis, yaitu teknik untuk
meningkatkan tingkah laku dan menurunkan tingkah laku.14 Menurut Gilbert dalam
Ray Colledge, hal yang paling penting untuk mengajarkan teknik behavioral pada
klien yang bertujuan membantu klien untuk mengendalikan tingkah laku dan bisa
menjadi konselor untuk dirinya sendiri. Hal ini dilakukan supaya ketika proses
14
Gantina Komalasari, Ibid, h. 157-161
15
Yuni Rosita, “Pelaksanaan Konseling Behavioral Dalam Mengatasi Phobia Kucing Seorang
Klien Di Rasamala 2 Menteng Dalam Tebet Jakarta Selatan”, (Program Strata 1 Ilmu Bimbingan Dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Dan Komunkasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008), h. 27.
25
ketika tersinggung, tidak bisa menyatakan tidak dan respon positif dan
lainnya.
16
Sulistyarini dan Muhammad Jauhar,Op. Cit, h. 203-204
26
pengarah dan ahli dalam mendiagnosa tingkah laku yang maladaftif dan menentukan
prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku peserta didik. Dalam proses
konseling peserta didik yang menentukan tingkah laku apa yang akan dirubah,
dalam Gantina, “mengatakan bahwa sebagian besar proses belajar terjadi melalui
pengalaman langsung yang didapat melalui observasi langsung terhadap tingkah laku
orang lain”.18
atau negatif untuk membentuk tingkah laku baru peserta didik. Hal ini di dasarkan
pada anggapan bahwa peran terapis dalam terapi behavioral adalah memanipulasi dan
dalamnya. Peserta didik secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan
17
Gunarsa, Op. Cit, h. 31
18
Gantina Komalasari, Op. Cit, h. 157
19
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktek,
Jakarta, Kencana Prena Media Group, h. 161
27
adalah peserta didik didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang
Terapi behavioral memiliki prosedur kerja yang jelas, sehingga guru BK dan
peserta didik memiliki peran yang jelas. Ini berarti untuk mencapai tujuan terapi
sangat dibutuhkan kerjasama yang baik anatara guru BK dan peserta didik. Adapun
sikap, peran dan tugas peserta didik dalam proses terapi ialah meliputi:
b. kesadaran dan partisipasi peserta didik dalam proses terapi, baik selama sesi
dimana meningkatkan kesempatan klien agar mudah menerima terapi, bekerja sama
dengan prosedur terapeutik, dan klien memiliki penerimaan positif serta harapan
sangat dibutuhkan agar perubahan behavioral terjadi namun juga harus disertai
untuk membantu perubahan klien pada arah yang mereka harapkan. Hubungan
konseli.21
yang ingin dikendalikan atau diubah. Corey menyatakan bahwa seringkali individu
21
Tersedia:
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwj_tq69tLfQ
AhVLpo8KHapADWEQFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fdigilib.uinsby.ac.id%2F10347%2F5%2Fb
ab%25202.pdf&usg=AFQjCNGx5PFwh4fH5r0fIvFwhV91GpVuPA), [diakses pada tanggal 19
November 2016 jam 21.10]
22
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.h.180
29
diri sendiri bisa memberikan garis besar bagaimana bisa didapat perubahan dan
demikian melalui strategi ini disamping klien dapat mencapai perubahan perilaku
dirinya.
Salah satu teknik yang dipilih peneliti dalam konseling behavioral adalah
meningkatkan tanggung jawab belajar peserta didik dengan alasan karena teknik ini
dirinya sendiri dalam mencapai perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yaitu
peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya. Peneliti berharap melalui
mengembangkan kemandirian peserta didik di luar pengawasan guru dan orang tua.
23
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated by:
Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers.h.431
30
adalah prosedur dimana klien menggunakan keterampilan dan teknik mengurus diri
Keterampilan tersebut diperoleh pada saat proses konseling karena perubahan dalam
perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar atau belajar kembali.
bahwa keaktifan ini ditunjukan untuk mengatur atau memanipulasi lingkungan sesuai
dengan perilaku apa yang dibentuk.25 Jadi dalam proses konseling walaupun konselor
yang mendorong dan melatih prosedur ini, tetapi konseli yang tetap mengontrol
mengurus diri.
mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau
tersebut.26 Dari teori tersebut, konselor perlu membantu konseli dalam merancang
program, konselor harus bisa membantu konseli agar bisa mempersepsi bahwa
dirinya yang telah memilih tujuan dan konseli harus bisa percaya diri untuk
24
Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Gunung Mulia, Jakarta, 2004 hal. 223
25
Hartono dan Soedarmadji,Op.Cit.,h. 125
26
Komalasari et al ,Op.Cit., h. 180
31
merupakan teknik terapi dalam konseling behavioral yang membantu peserta didik
dapat mendorong diri sendiri untuk maju, untuk dapat mengatur, memantau dan
mengevaluasi dirinya sendiri dalam mencapai perubahan kebiasaan tingkah laku yang lebih
baik dalam kehidupan pribadi melalui tahap menentukan perilaku sasaran, memonitor
perilaku tersebut, memilih prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.
tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. dalam pemantauan diri
27
Gunarsa, Singgih. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.h.225
32
menguatkan atau meninkatkan perilaku yang diinginkan. Asumsi dasar tekhnik ini
adalah bahwa dalam pelaksanaannya, ganjaran diri paralel dengan ganjaran yang di
administrasikan dari luar. Dengan kata lain, ganjaran yang dihadirkan sendiri sama
dengan ganjaran yang diadministrasikan dari luar, didefiniskan oleh fungsi yang
management-nya.
dilakukannya.
self-management.
Tujuan dari teknik pengelolahan diri yaitu agar peserta didik secara teliti dapat
menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menhambat tingkah laku yang mereka
hendak hilangkan dan belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang
tidak dikehendaki. Dalam arti peserta didik dapat mengelola pikiran, perasaan dan
perbuatan mereka sehingga mendorong pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak
menetukan tujuan, sebaliknya konseli pun juga harus aktif dalam proses konseling.
28
Ibid, h. 181
34
sampai di luar sesi konseling, serta perubahan yang mantap dan menetap dengan arah
bagi peserta didik. Dalam pelaksanaan self management biasanya diikuti dengan
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dalam konseling behavior peran
konselor adalah sebagai guru, mentor, fasilitator dan pemberi dukungan kepada
konseli dalam mengikuti teknik self-management juga diharapkan harus lebih aktif
dalam proses konseling. Ada beberapa catatan untuk melaksanakan teknik ini, yaitu:
29
Komalasari, Op. Cit, h. 181
35
mengatur diri, memberi dukungan pada diri sendiri, belajar untuk bertanggung jawab
dalam konseling, begitu juga konselor juga berusaha untuk membantu konseli dalam
dilaksanakan secara efektif, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
30
Hartono dan Soedarmadji,Op.Cit.,h. 126
31
Ibid, h. 126
36
1) Self-Monitoring
32
Ibid, h. 182
37
Tabel 2
Langkah-Langkah Self-Monitoring
Langkah-Langkah Keterangan
1. Rasional Berisi tujuan dan overview (gambaran singkat)
prosedur startegi
2. Penentuan respon Memilih terget respons yang akan dimonitor:
yang diobservasi a. Jenis respons
b. Kekuatan/valensi respons
c. Jumlah respons
3. Mencatat respon a. Saat mencatat/timing mencatat
1. Mencatat sebelum kemunculan perilaku
digunakan untuk mengurangi respons.
Mencatat sesudah kemunculan perilaku
digunakan untuk menambah respons
2. Mencatat dengan segera
3. Mencatat ketika tidak ada respons-
respons lain yang mengganggu
pencatat/perencana
b. Metode mencatat
1. Menghitung frekuensi
2. Mengukur lamanya
a) Mencatat terus menerus/kontinyu
b) Waktunya
acak/sembarangan/ampling
c. Alat mencatat
1. Portable seperti tusuk gigi dan kerikil
2. Accssible seperti tanda-tanda dan
bintang
4. Membuat peta suatu Membuat peta atau grafik dari jumlah perolehan
respons keseharian yang tercatat
33
Mochamad Nursalim, Strategi dan Intervensi Konseling, (Jakarta: Akademia Permata,
2013), h. 153
38
2) Stimulus-control
berfungsi sebagai tanda/ anteseden dari suatu respon tertentu. Dengan kata
3) Self-Reward
respon yang diharapkan atau yang menjadi tujuan. Sef reward berfungsi
teknik dari konseling behavioral. Seperti yang telah kita ketahui bahwa layanan
tingkah laku dapat dipelajari. Salah satu tujuan pendekatan ini membantu konseli
membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan
mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).35
Perilaku Membolos
kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan
perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dimana tingkah laku tersebut
Dalam hal ini tingkah laku bermasalah muncul karena proses belajar yang
salah pada individu. Proses belajar yang salah tersebut terjadi karena individu
lingkungannya. Selain dari proses belajar yang salah tingkah laku maladaptif juga
behavior adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang
35
Gantina Komalasari, Op. Cit, h. 156
36
Corey, Gerald. 2005. Teori Dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika
Aditama.h.195
40
kurang (deficit).37 Perilaku membolos merupakan jenis tingkah laku yang kurang
akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk.38 Perilaku tersebut muncul
melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini proses belajar yang
Perilaku membolos yang muncul sebagai akibat proses belajar yang salah
misalnya adalah Terpengaruh dengan teman yang suka membolos, takut masuk
karena tidak membuat tugas. Sedang tidak senang dengan sikap guru, merasa dibeda-
bedakan oleh guru, merasa kurang mendapatkan perhatian dari guru, merasa proses
lingkungan.
membolos merupakan perilaku yang muncul sebagai akibat dari proses belajar
Melalui konseling behavior tingkah laku maladaptif yaitu kebiasaan membolos akan
dihilangkan dengan cara memperkuat tingkah laku baru yang lebih adaptif yaitu rajin
37
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.h.157
38
Kartono, Kartini. 2003. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta:
Rajawali Press.h.21
41
masuk sekolah. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan serangkaian tahap
Corey Konseling behavioral adalah pengetrapan dari penelitian dan teori dasar dari
manusia.39 Secara garis besar tugas konselor dalam konseling behavioral adalah
klien menjadi model pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri untuk waktu yang
akan datang. 40
konseling behavior ini adalah tekhnik self management. Self management adalah suatu
sendiri dengan suatu teknik atau terapeutik. Menurut Gunarsa teknik self management
(stimulus control).41 Terkait dengan kasus perilaku membolos, dalam teknik self
39
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated by:
Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers.h.441
40
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.h.238
41
Gunarsa. Op. Cit. h.225-226
42
dalam Corey menyatakan bahwa kombinasi dari strategi mengelola diri biasanya
Sugiharto menyatakan bahwa ada tiga teknik yang fisibel untuk diterapkan
prosesnya klien mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya dan dalam
memodifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus atau anteseden atas respons tertentu.
42
Corey, Gerald. Op. Cit .h.431
43
Sugiharto, DYP. 2007. Konseling Proaktif dengan strategi pengelolaan diri. Semarang:
Tidak diterbitkan.h.23
43
demikian melalui strategi ini disamping klien dapat mencapai perubahan yang
bagi perilaku membolos harus dikurangi frekuensinya, ditata kembali, atau diubah
D. Perilaku Membolos
1. Pengertian Membolos
perilaku membolos dapat diartikan sebagai anak yang tidak masuk sekolah dan anak
meninggalkan sekolah yang dilakukan tanpa sepengetahuan pihak sekolah dan tanpa
izin yang jelas, dan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
44
Azwar, Syaifudin. 2003. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.h.9
45
Gunarsa, Singgih. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.h.31
46
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.h.111
44
Menurut Prayitno dan Erman Amti ada beberapa gejala peserta didik
f. mengajak teman-teman untuk keluar pada mata pelajaran yang tidak disenangi;
oleh sebagian besar siswa yang memilki kebiasaan membolos sekolah. Akan tetapi
dalam hal ini antara siswa yang satu dengan yang lain menunjukkan gejala yang
berupa perilaku yang dibentuk dan yang dipelajari, meliputi: (a) cara pembentukan
47
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.61
45
model”.48
4. Teori Perilaku
Perilaku manusia pada dasarnya tidak lepas dari keadaan individu itu sendiri
dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu di dorong oleh motif
tertentu sehingga manusia itu berperilaku dalam hal ini ada beberapa teori perilaku
antara lain : (a) teori insting, (b) teori dorongan/drive theory, (c) teori insentif
Prayitno ada beberapa faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk membolos
antara lain yaitu : (a) tidak senang dengan sikap dan perilaku guru; (b) merasa kurang
mendapatkan perhatian dari guru; (c) merasa dibeda-bedakan oleh guru; (d) merasa
dipojokkan oleh guru; (e) proses belajar mengajar membosankan; (f) merasa gagal
dalam belajar; (g) kurang berminat terhadap pelajaran; (h) terpengaruh oleh teman
yang suka membolos; (i) takut masuk karena tidak membuat tugas; (j) tidak
48
Mahmudah, Mengurangi Perilaku Membolos Dengan Menggunakan Layanan Konseling
Behavioral,tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwiBmYTKksnQAhXMso8KHY1SAKgQFggkMAE&url=http%3A%2F%2Fe-journal.ikip-
veteran.ac.id%2Findex.php%2Fkes%2Farticle%2Fdownload%2F133%2F148&usg=AFQjCNEmhnH
XO1SzQCRhAKK2ZPRIoayfEA[diakses pada tanggal 24 November jam 22.02]
49
Mahmudah, Loc. Cit
50
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.61
46
Perilaku membolos yang dilakukan oleh peserta didik pada dasarnya tidak
hanya dilatar belakangi karena faktor sekolah saja tetapi ada faktor lain yang juga
kemungkinan penyebab dan latar belakang timbulnya kasus ini, antara lain: (a) orang
tua kurang memperhatikan anak-anaknya; (b) orang tua terlalu memanjakan anaknya;
(c) orang tua terlalu buas terhadap anaknya; (d) pengaruh teman; (e) pengaruh mass
media (film, wanita.); (f) anak yang belum sadar tentang kegunaan sekolah; (g) anak
Dari kedua pendapat diatas dapat simpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga
faktor utama yang menjadi penyebab munculnya perilaku membolos. Faktor tersebut
banyak dampak negatif. Supriyo menyatakan bahwa apabila orang tua tidak
mengetahui dapat berakibat anak berkelompok dengan teman yang senasib dan
peminum, ganja, obat-obat keras, dan lain- lain. Dan akibat yang paling fatal adalah
51
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.h.112
52
Supriyo. Loc. Cit
47
dampak negatif antara lain yaitu: (a) minat terhadap pelajaran akan semakin
berkurang; (b) gagal dalam ujian; (c) hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan
potensi yang dimilki; (d) tidak naik kelas; (e) penguasaan terhadap materi pelajaran
merupakan perilaku yang tidak hanya membawa dampak pada kegagalan dalam
belajar seperti gagal dalam ujian dan tidak naik sekolah, tetapi juga dapat membawa
dampak yang lebih luas seperti terlibat dengan hal-hal yang cenderung merugikan
lainya, mulai dari pencandu narkotika, pengagum freesex dan mengidolakan tindak
E. Penelitian Relevan
Berdasarkan telaah pustaka dan kajian penulis ditemukan penelitian yang relevan
Management Pada Siswa Kelas X Tkj Smk Bina Nusantara Ungaran Tahun
53
Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : Universitas Negeri Padang
Press.h.62
48
membolos siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Adanya
faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan teman untuk membolos dan
pikiran irasional siswa yang merasa dirinya tidak diterima lingkungannya. 2).
bentuk perilaku membolos siswa berupa sering keluar saat jam pelajaran,
bahwa 1). Adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan teman untuk
membolos dan pikiran irasional siswa yang merasa dirinya tidak diterima
lingkungannya. 2). bentuk perilaku membolos siswa berupa sering keluar saat
jam pelajaran, karena malas belajar, tidak masuk sekolah berselang-seling hari
54
Aris Handoko, Mengatasi Perilaku Membolos Melalui Konseling Individual Menggunakan
Pendekatan Konseling Behavior Dengan Teknik Self-Management Pada Siswa X TKJ SMK Bina
Nusantara Ungaran, (online), skripsi : universitas negeri malang, tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=0ahUKEwiC166w6sjQ
AhXEv48KHdiOB70QFghQMAg&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F17814%2F1%2F130140
7016.pdf&usg=AFQjCNFIBBMi4Q7SeCqvd1lcwM3f9Zf5MA, [diakses pada tanggal 24 November
2016 jam 20.04]
49
3. penelitian yang kedua dilakukan oleh Revani Yant Eryana. Dengan judul
siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Perilaku membolos
dengan bentuk perilaku membolos seperti tidak masuk sekolah tanpa izin,
55
Indri Astuti. 2009 dengan judul Mengurangi Perilaku Membolos Siswa
DenganMenggunakan Layanan Konseling Individual (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA
Muhammadiah).tersedia: http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/kes/article/view/133/0 [diakses
pada: 17 Oktober 2016 pada pukul 21:08 WIB]
56
Revani Yant Eryana,Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menerapkan
Konseling Behavior Melalui Teknik Pengondisian Operan ( Studi Kasus Pada Beberapa Siswa Kelas
VIII C di SMP Negeri 5 KotabumiTahun Pelajaran 2009/2010)tersedia:
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/view/902 [diakses pada: 17 Oktober 2016 pada
pukul 21:58 WIB]
50
peneliti bahwa banyak siswa yang membolos, baik membolos mata pelajaran,
maupun membolos sekolah. Akibatnya dari diri siswa atau individu yang
F. Kerangka Pikir
tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Modifikasi perilaku dapat pula
57
Ovila priska dewi, Penerapan Konseling Kelompok Dengan Teknik Behaviour Contract
Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Pada Siswa Di Smk Kawung 2 Surabaya.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/17012/20987 [diakses pada 17
Oktober 2016 pada pukul 22:11 WIB]
51
pada perilaku manusia. (bootzin dan sukadji dalam gantina).58 Konseling behavioral
adalah sebuah proses bantuan yang diberikan oleh guru BK kepada peserta didik
diartikan sebagai anak yang tidak masuk sekolah dan anak yang meninggalkan
demikian melalui strategi ini disamping peserta didik Tujuan penelitian ini adalah
behavioral dengan teknik self management pada peserta didik kelas VII SMP Negeri
58
Gantina Komalasari, Op. Cit,h. 154
59
Gantina Komalasari, Ibid, h.180
52
Perilaku Membolos
Permasalahan Penyebab
Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian Konseling Behavioral
Dengan Teknik Self Mangamenet
H. Hipotesis
masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti dan dijabarkan melalui
53
landasan teori atau kajian teori dan masalah harus diuji kebenarannya melaui data
yang berkumpul peneliti ilmiah. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
Ho : µ1 = µ0
Ha : µ1 ≠ µ0
nilai-t dari table distribusi t(ttabel). Cara penentuan nilai ttabel didasarkan pada
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan dari hasilnya. Demikian juga tetap dipakai kesimpulan penelitian menjadi
lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain.
Alasan peneliti menggunakan metode ini karena dalam rancangan metode pre-
di dalamnya sepanjang penelitian, selain itu di dalam metode ini tidak menggunakan
ini adalah pre Eksperimen Design Dengan One Group Pretest And Posttest Design
yaitu pada rancangan ini penelitian ini suatu kelompok subyek diberikan (pre-test)
perlakuan. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan.
54
55
modeling melalui (pre-test) dan pengukuran yang kedua untuk mengatasi perilaku
agresif peserta didik setelah diberikan konseling behavioral dengan teknik modeling
melalui (post-test).
Pengukuran Pengukuran
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi perhatian suatau
penelitian. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang di
tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan yang lain atau satu satu objek dengan objek lain .1
1
Sugiyono, ibid. h. 38
56
Dalam penelitian ini terdiri dua variabel yaitu variabel yaitu independen (X)
X Y
Gambar3
Variabel Penelitian
C. Definisi Operasional
indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau konsep
pengukuran setiap variabel yang ada didalam penelitian. Adapun definisi operasional
Tabel 3
Definisi Operasional
1. Populasi Penelitian
dalam penelitian ini adalah 6 peseta didik kelas VII E di SMP Negeri 13 Bandar
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.5Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (pengambilan
2
Arikunto, Suharsimi. 2006. Edisi Revisi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.h.108
3
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, kuantitatif, kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.h.117
4
Sugiyono Ibid, h. 81
5
Sugiyono. Ibid. h. 217
59
sampel berdasarkan tujuan).Dalam hal ini peserta didik kelas VII E yang kemudian
Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang pokok untuk
yang diperlukan. Adapun metode pengumpulan data yang peneliti pergunakan dalam
1. Kuesioner (Angket)
membolos peserta didik. Instrument ini terdiri dari 40 pertanyaan dan digolongkan
kedalam empat tingkatan perilaku membolos yaitu: sering, sangat sering, kadang-
kadang, dan tidak pernah. Responden memilih satu dari empat pilihan jawaban yang
ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skorsing
yang mendukung sikap (favorable) dan pernyataan yang tidak mendukung sikap
sangat sering (SS), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP), yang masing-masing
diberi skor 1 (S), 2 (SS), 3 (KK), 4 (TP) yaitu untuk pernyataan tidak mendukung
6
Sugiyono Ibid, h. 142
60
(unfavorable) dan 4 (S), 3 (SS), 2 (KK), 1 (TP) yaitu untuk pernyataan yang
mendukung (favorable). Setelah skor diperoleh lalu diberi rata-rata skor per
Menurut Eko dalam aturan pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian adalah
sebagai berikut:
b. jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian x jumlah
pilihan;
c. skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah kelas
interval;
interval; dan
Ji = (t – r)/Jk
Keterangan :
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka interval kriteria dapat ditentukan dengan cara
sebagai berikut :
7
Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), h. 144.
61
a. Skor tertinggi : 4X 20 = 80
b. Skor terendah : 1 X 20 = 20
c. Rentang : 80 – 20= 60
d. Jarak interval : 60 : 4 = 16
Tabel 4
Kriteria perilaku Membolos
2. Metode wawancara
dan juga untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden8. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik wawancara bebas atau tak setruktur yaitu untuk
3. Metode Observasi
Menurut Hadi observasi adalah merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dapat
observasi adalah suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai
perilaku membolos peserta didik, serta layanan bimbingan dan konseling yang
mencatat secara sistemati, memotret segala sesuatu yang berkaitan dengan layanan
8
Sugiyono Ibid, h. 137
9
Sugiyono, ibid, h. 145.
10
Sugiyono, Ibid., h. 145
63
4. Metode Dokumentasi
mencari data mengenai hal-hal atau sesuatu yang berkaitan dengan masalah variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan
buku langger.11
memperoleh data tentang sejarah berdiri, struktur organisasi, jumlah pendidik, dan
Data yang akan diungkap dalam penelitian ini, yaitu perilaku membolos
peserta didik. Oleh karena itu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
11
Suharsimi Arikunto, Op., Cit., h. 23
12
Ibid , h. 201
64
mengungkap gambaran perilaku agresif secara fisik dan secara verbal. Angket yang
Dasar teori pengembangan instrumen ditinjau dari pengertian dan indikator perilaku
“penyebab peserta didik membolos ada dua, yaitu sebab dalam diri sendiri dan lingkungan.
Tabel 5
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Konseling Behavioral Dengan Teknik Self
Management Untuk Mengatasi Perilaku Membolos Di SMP Negeri 13
Bandar Lampung Tahun Pelajarann 2016/2017
1. Uji Validitas
Validitas adalah alat ukur yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan
13
Sugiono. Op. Cit. h. 72.
66
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui kevalidan
Instrument yang valid adalah instrument yang mampu mengukur apa yang
∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
r =
[{N ∑ X − (∑ X) }{(N ∑ Y ) − (∑ Y) }]
Keterangan :
2. Uji Realibilitas
r11 = K 1 2
2
K 1 t
14
Sugiyono. Ibid., 72
15
Sugiyono, Ibid., 72
67
Keterangan:
r11= Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
Σ = Jumlah varians butir
2
2 t= Varian total16
a. Editing
karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak logis
yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi.Pada kesempatan ini,
kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki baik dengan
b. Coding
termasuk dalam kategori yang sama. kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
16
Suharsimi Arikunto, 171
68
c. Processing
Pada tahap ini data yang terisi secara lengkap dan telah melewati proses
pengkodean maka akan dilakukan pemprosesan data dengan memasukkan data dari
d. Cleaning
2. Analisis Data
adalah kemantapan alat pengumpul data sehingga akan diajukan uji coba tes.
Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali akan
menghasilkan data yang konsisten sama.18 Pengujian ini akan menggunakan bantuan
program SPSS .
Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis
dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian eksperiment
bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yang mencobakan sesuatu,
lalu dicermati akibat dari perakuan tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar
17
Sugiyono, Op.Cit, h. 85.
18
Sugiyono, Op.Cit. h. 72.
69
Md
t =
∑
( )
keterangan:
yang diajukan peneliti maka data yang akan diperoleh akan dianalisis dan diolah
Treatmen yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu layanan konseling
6 (enam) kali pertemuan sudah termasuk pretest dan posttest. Akan lebih jelasnya
Tabel 6
Pemberian treatmen
No Tahapan Kegiatan
1. Assesment
a. Mempersilahkan peserta didik Dalam hal ini, permasalahan yang
menceritakan permasalahannya akan di bahas adalah permasalahan
peserta didik yang melakukan
perilaku membolos
b. Mengidentifikasi perilaku yang Perilaku yang bermasalah sudah
bermasalah ditemukan sebelumnya pada tahap
pre test yaitu perilaku membolos
c. Mengklarifikasi perilaku yang Mengklarifikasi apakah hasil
bermasalah wawancara yang didapatkan sesuai
dengan keadaan peserta didik yang
sesungguhnya
19
Sugiyono, Ibid , h. 85
70
didik
3. Teknik Implementasi
a. Menentukan teknik konseling Menentukan Teknik konseling yang
akan digunakan dalam mengurangi
perilaku membolos yaitu
menggunakan teknik Self
management
b. Menyusun prosedur perlakuan Prosedur perlakuan teknik:
sesuai dengan teknik yang diterapkan 1. Mengajarkan kepada klien
bagaimana mengisi lembar Self
management
2. Meminta peserta didik untuk
mengisi lembar Self management,
sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan konseling.
3. Meminta peserta didik untuk
melakukan apa yang telah ia tulis
dalam lembar Self management.
c. Melaksanakan prosedur perlakuan Melakukan prosedur Self
sesuai dengan teknik yang diterapkan management sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya.
4. Evaluasi-Terminasi
a. Menanyakan dan mengevaluasi Menanyakan kepada peserta didik
apa yang akan dilakukan peserta bagaimana perasaan peserta didik
didik setelah diberikan treatment. setelah mendapatkan treatment serta
menanyakan rencana atau tindakan
yang akan dilakukan
b. Membantu peserta didik Meminta peserta didik untuk benar-
mentransfer apa yang dipelajari benar melakukan apa yang ia tulis
kedalam tingkah laku peserta didik dalam lembar Self management, agar
tujuan konseling ini benar-benar
dapat tercapai
c. Mengeksplorasi kemungkinan Membuat kesepakatan dengan klien
kebutuhan konseling tambahan untuk mengadakan konseling
lanjutan
d. Menyimpulkan apa yang telah Menyimpulkan tentang apa yang
dilakukan dan dikatakan peserta telah didapatkan selama proses
didik konseling, mulai dari tujuan sampai
dengan hasil konseling.
e. Membahas tugas-tugas yang harus Memberikan tugas kepada klien
dilakukan pada pertemuan untuk tetap melakukan tugas dalam
selanjutnya lembar self management dan
melaporkan perubahan yang terjadi
f. Mengakhiri proses konseling Mengakhiri proses konseling
72
1. Langkah persiapan
2. Pelaksanaan diskusi
kelancaran diskusi;
ditetapkan;
dibahas.
3. Menutup diskusi
A. Hasil Penelitian
Management dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik kelas VII di
SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017” telah dilaksanakan pada
mengurangi perilaku membolos peserta didik kelas VII di SMP Negeri 13 Bandar
untuk memperoleh data mengenai gambaran perilaku membolos peserta didik dan
sekaligus sebagai dasar penyesuaian isi layanan konseling behavioral dengan teknik
self management untuk mengatasi perilaku membolos peserta didik. Hasil penyebaran
dengan teknik self management terhadap peserta didik yang kemudian diuji cobakan
74
75
terhadap peserta didik kelas VII E SMP Negeri13 Bandar Lampung Tahun Ajaran
sebagai berikut.
Tabel 7
Gambaran Umum Perilaku membolos Kelas VII E,
Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung
mengatasi perilaku membolos peserta didik. layanan yang akan diberikan yaitu
Selanjutnya gambaran perilaku agresif peserta didik dapat terlihat dari setiap
indikator yaitu : (1) dalam diri sendiri; dan (2) dalam lingkungan. Hasil penelitian
peserta didik kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung dideskripsikan sebagai berikut:
peserta didik takut akan kegagalan berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 3
peserta didik, pada kategori tinggi sebanyak 3 peserta didik, pada kategori rendah
76
sebanyak 0 peserta didik, pada kategori sangat rendah sebanyak 0 peserta didik.
Tabel 8
Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah
dalam sekolah sendiri kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tergolong kategori
tinggi dan sangat tinggi. Hal itu dapat ditandai dengan perilaku membolos peserta
didik.
lingkungan peserta didik berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 4 peserta didik,
pada kategori tinggi sebanyak 2 peserta didik, pada kategori rendah sebanyak 0
peserta didik, dan 0 peserta didik dalam kategori sangat rendah. Secara rinci dapat
Tabel 9
Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Lingkungan
Kategori Interval ∑ Presentase
Sangat tinggi 32-40 4 11,4
Tinggi 24-32 2 5,8%
Rendah 16-24 0 0%
Sangat rendah 8-16 0 0%
Jumlah 6 100%
Berdasarkan tabel 10 presentase indikator perilaku membolos dalam
kategori tinggi dan sangat tinggi. Hal itu dapat ditandai dengan perilaku membolos
peserta didik.
Tabel 10
Gambaran perilaku membolos Berdasarkan Indikator
mengalami perbedaan yang sangat jauh berbeda dari setiap indikator. Berdasarkan
urutan persentase tertinggi urutan pada indikator perilaku membolos adalah sebagai
berikut: (1) indikator dalam sekolah (44%); (2) indikator Dalam lingkungan (41%).
yang telah dilakukan selama proses penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertemuan pertama
dilakukan pada tanggal 23 Februari 2017 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
kondisi awal perilaku membolos peserta didik di SMP Negeri 13 Bandar Lampung.
Hasil angket perilaku membolos yang diberikan kepada 35 peserta didik terdapat 3
peserta didik memiliki perilaku membolos sangat tinggi, 2 peserta didik memiliki
perilaku membolos tinggi, dan 1 peserta didik memiliki perilaku membolos yang
dari hasil prettest peneliti kemudian menentukan treatment yang akan diberikan
kepada peserta didik yang tergolong perilaku membolos yang sangat tinggi. Maka
perilaku membolos yang sangat tinggi harus segera diatasi, untuk mengatasinya
2. Pertemuan kedua
behavioral. Konseling dilakukakan pada hari senin tanggal 27 Februari 2017 yang
79
memperkenalkan diri serta tidak lupa juga membina hubungan dengan baik dengan
peserta didik. Tujuanya adalah agar peserta didik merasa aman, nyaman, dan percaya
dengan peneliti, sehingga peserta didik dapat hadir dengan sukarela .sebelumnya
peneliti mengucapkan terimakasih kepada peserta didik yang sudah berpartisipasi dan
kegiatan konseling kelompok, sehingga peserta didik terlihat rileks dan tidak tegang.
anggota untuk mengungkapkan permasalahnya. Dalam tahap ini seluruh peserta didik
berperan aktif dan terbuka mengemukakan apa yang dirasakan, dipikirkan dan
anggota kelompok. Masalah yang akan dibahas adalah kenakaln remaja. Setelah itu
permasalahan tersebut mendapakan solusi dan saran maka kegiatan ini akan diakhiri.
3. Pertemuan ketiga
Konseling dilakukan pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017 yang berdurasi 45
opening seperti menyambut peserta didik dengan baik, mnegucap salam, pembicaraan
dengan menanyakan kabar dan memperkenalkan diri serta tidak lupa juga membina
hubungan baik dengan peserta didik. Tujuanya adalah agar peserta didik aman dan
nyaman.
yang akan dibahas pada pertemuan kedua ini adalah perilaku membolos, selain itu
para anggota mengungkapkan gagasan, ide dan saranya. Untuk mengakhiri pertemuan
konseling pada hari ini, peneliti tidak lupa menanyakan pemahaman apa yang sudah
4. Pertemuan keempat
layanan konseling ketiga ini peneliti mengamati perubahan perilaku peserta didik
setelah diadakan 2 kali pertemuan layanan konseling. Konseling dilakukan pada hari
Hari senin pada tanggal 27 dan hari selasa tanggal 28 Februari 2017 yang
berdurasi 45 menit. Pada pertemuan ini seperti biasa proses konseling diawalin
dengan peneliti melakukan opening dengan menyambut peserta didik dengan baik,
memberi salam, menyapa dan menanyakan kabar dan perkembangan peserta didik,
serta menggunakan kalimat yang membuat konseli nyaman dan tidak tegang saat
memasuki kegiatan inti pada pertemuan ini peneliti mengajak peserta didik untuk
melakukan permainann.
Setelah peserta didik merasa nyaman maka akan dimulainya kegiatan inti.
Pada kegiatan pertemuan ketiga ini anggota kelompok meminta membahas kembali
perubahanya waktu kegiatan konseling tersebut adanya masih ada peserta didik yang
82
melakukan perilaku membolos. Pada pertemuan ketiga ini peserta didik sudah
untuk membantu dan memberikan kegiatan dengan teknik self management, yaitu
mengendalikan diri, menjaga sikap, dan berperilaku ekspresif untuk tidak melakukan
membolos pada saat pelajaran matematika dan saat terlambat datang kesekolah,
setelah peserta didik mampu mengendalikan dirinya peserta didik harus melakukan
reinforcement yang positif (self-reward) yaitu peserta didik harus mampu memotivasi
dirinya sendiri agar tidak melakukan lagi membolos dan memanage dirinya untuk
disiplin waktus, kemudian peserta didik melakukan perjanjian dengan diri sendiri
(self-contracting), yaitu peserta didik berjanji pada dirinya sendiri tidak akan
melakukan membolos dan jika peserta didik melakukan membolos berarti dia harus
menerima hukuman dari wali kelas atau guru BK, dan tahap terakhir yaitu dengan
menekankan pada penataan kembali sebagai isyarat khusus atau anteseden atas
respon. Apabila peserta didik mengontrol dirinya secara baik yang ditunjukan dari
kemampuan peserta didik melakukan respon lain yang lebih baikm maka peserta
didik akan berusaha menguatkan dirinya secara positif, tanpa harus merugikan orang
lain, menjadikan sadar akan pentingnya berperilaku yang bertanggung jawab, disiplin
hasil yang di peroleh pada proses konseling kelompok pendektan behavioral dengan
83
5. Pertemuan kelima
peserta didik pada saat konseling berlangsung. Pertemuan dilaksanakan pada hari
kamis tanggal 2 Maret 2017 yang berdurasi 60 menit, pada pertemuan ini seperti
kabar dan perkembangan konseli serta menggunakan kalimat yang membuat peserta
didik nayman dan tidak tegang saat melaksankan proses konseling untuk memasuki
Karena secara garis besar permasalahan yang sedang di bahas adalah permasalahan
yang dibahas adalah perilaku membolos. Dalam pertemuan ini sudah terlihat adanya
perubahan perilaku peserta didik. Peserta didik sudah menampilkan perilaku barunya,
memberikan pujian kepada peserta didik tersebut. Namun pemberian pujian tidak
dengan teknik self management yang telah dilaksanakan dari pertemuan pertama dan
mengevaluasi hal yang sudah dilakukan oleh peserta didik setelah diberi treatment
dan menanyakan tentang hal-hal yang sudah dilakukan oleh peserta didik serta
hambatan apa saja yang dihadapi. Peneliti menyimpulkan semua yang dilakukan dan
diungkapkan peserta didik selama mengikuti kegiatan ini. Sebelum kegiatan ini
diakhiri peneliti meminta maaf kepada peserta didik apabila selama melaksanakan
konseling kelompok dari pertama sampai akhir terdapat kesalahan. Tidak lupa juga
mengucapkan terima kasih kepada peserta didik karena sudah berkenaan dan
berpartisipasi hadir dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dari awal hingga
akhir. Peneliti menanyakan pemahaman apa yang sudah diperoleh dari pertemuan
kegiatan berlangsung, kesan yang diperoleh selama kegiatan kepada peserta didik.
pelaksanaan konseling kelompok sudah dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur
alhamdullilah.
6. Pertemuan keenam
Pada pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 9 Maret
memberikan penguatan positif terhadap peserta didik agar perilaku peserta didik
teknk self managementuntuk mengatasi perilaku membolos peserta didik dapat dilihat
dari perbandingan hasil prettest (sebelum diberikan layanan) dan hasil postest
Ho :µ1 = µ0
Ha :µ1 ≠ µ0
86
Berdasarkan hasil uji t paired sampel test pada layanan konseling kelompok
menggunakan SPSS 17.0 for windows, dapat dilihat dari hasil tabel 11:
Tabel 11
Hasil Uji T Paired Perilaku Membolos Peserta Didik
Prettest Dan Posttes
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
Pair PRETEST – 25.142 27.96086 10.56821 -.71662 51.00234 2.379 6 .055
1 POSTEST 86
Dari hasil dari hasil tabel 11 dapat diketahui bahwa t adalah 2.379 mean
51.00234, kemudian thitung dibandingkan dengan ttabel df = 6 dengan ketentuan thitung <
nilai distribusi nilai satu arah untuk kriteria pengujian hipotesis yang peneliti ajukan,
dengan demikian kemampuan interaksi sosial peserta didik kelas VII E di SMP
Dari hasil uji t, hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubaha skor
dengan teknik self management, nilai rata-rata pretest adalah 43.5 sedangkan nilai
87
rata rata postest adalah 28.83. Peserta didik yang pada awalnya memiliki skor tinggi,
hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima Jika dilihat dari nilai rata-
rata, maka penurunan perilaku membolos pada pada saat pre-test dengan post-test
rata-rata
50
40
30
20 rata-rata
10
0
pretest postest
Gambar 4
Grafik rata-rata Penurunan
Prettest dan Posttest
1). Hasil Uji Statistik Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Self
Tabel 12
Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada
Prettest Dan Posttest pada Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair PRETEST - 1.833 2.99444 1.22247 -1.30914 4.97580 1.500 5 .194
1 POSTEST 33
Berdasarkan tabel 12 terlihat pada indikator perilaku mmbolos dalam sekolah
hasil uji t paired prettest dan posttest adalah signifikan karena memiliki nilai sig.2
tailed ≤0,05( 194≤0,05 . hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan
perilaku membolos indikator antara prettest dan posttest. Jika dilihat dari rata-rata
maka penurunan indikator perilaku membolos dalam sekolah pada posttest lebih
mengatasi perilaku membolos agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5
rata-rata
60
40
20 rata-rata
0
postest pretest
Gambar 5
Grafikrata-rata Penurunan
Prettest dan Posttestpada Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah
89
Lingkungan
Tabel 13
Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada
Prettest Dan Posttest pada Indikator Perilaku Dalam Lingkungan
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair PRETEST - 1.833 2.99444 1.22247 -1.30914 4.97580 1.500 5 .194
1 POSTEST 33
Berdasarkan tabel 13 terlihat pada indikator perilaku agresif verbal hasil uji t
paired prettest dan posttest adalah tidaksignifikan karena memiliki nilai sig.2
tailed≥0,05 (194 ≥ 0,05). hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan
perilaku membolos indikator antara prettest dan posttest. Jika dilihat dari rata-rata
maka penurunan indikator perilaku membolos dalam lingkungan pada posttest lebih
mengatasi perilaku membolos agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar 13
90
rata-rata
50
40
30
20 rata-rata
10
0
postest pretest
Gambar 6
Grafikrata-rata Penurunan
Prettest dan Posttestpada Indikator Perilaku Membolos Dalam Lingkungan
Tabel 14
Deskripsi Data Prettest dan Posttest
No Prettest Posttest
Responden
1 48 27
2 43 26
3 47 33
4 41 26
5 41 30
6 41 31
Jumlah 43.5 28.83
Rata - rata 7.25 4.805
rata perilaku membolos peserta didik rendah dengan nilai 43.5 : 6 = 7.25. Setelah
didik cenderung meningkat hasil postest nya dengan angka 28.83 : 6 = 4.805. Maka,
91
teknik self management peserta didik mengalami penurunan. Untuk lebih jelas,
sebagai berikut:
60
50
40
30 PRETEST
POSTEST
20
10
0
GP NR ES JP EF DG
Gambar 7
Hasil Penurunan Perilaku Membolos Per Indikator
Prettest Posttest
indikator rata-rata signifikan, maka dengan hal ini konseling kelompok pendekatan
B. Pembahasan
membolos peserta didik rata-rata berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi.
Karena peserta didik yang memiliki perilaku membolos akan mengalami frustasi atau
perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya situasi frustasi
akan membuat orang marah dan akan memperbesar kemungkinan mereka melakukan
perilaku membolos, hal ini selaras dengan pendapat Gunarsa menyebutkan bahwa
sekolah.1 Dalam hal ini perilaku membolos dipandang sangat mempengaruhi peserta
didik terutama di masa perkembangan yang dilaluinya terutama usia remaja. Hal ini
jelas bahwa untuk membentuk pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab serta
mengoptimalkan potensi yang ada pada diri peserta didik yang duduk di bangku
Kondisi perilaku membolos dalam peserta didik kelas VII di SMP Negeri 13
1
Gunarsa, Singgih. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.h.31
93
hubungan yang hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Selain itu juga ada
timbulnya masalah, uapaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
yang terjadi antar anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing
individu akan dienteskan. Dinamika perilaku membolos yang secara intensif terjadi
prinsip belajar hasil pada perilaku manusia2. Pada pelaksanaan layanan konseling
behavioral adalah suatu treatment atau suatu pemberian bantuan kepada seseorang
menjadi adaptif dengan menggunakan teknik self management. Ini berarti kebiasaan-
2
Dra. Gantina Komalasari, teori dan teknik konseling ,(jakarta: indek , 2011), h. 152
94
yang ingin dikendalikan atau diubah. Corey menyatakan bahwa seringkali individu
diri sendiri bisa memberikan garis besar bagaimana bisa didapat perubahan dan
sebuah rencana yang akan membawa keperubahan, Dalam menggunakan strategi self-
3
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT
Indeks.h.180
4
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4.
Translated by: Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers.h.431
95
disamping klien dapat mencapai perubahan perilaku sasaran yang dinginkan juga
pendekatan behavioral dengan teknik self management yaitu Menurut Gunarsa teknik
proses konseli mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam
untuk menguatkan atau meninkatkan perilaku yang diinginkan. Asumsi dasar tekhnik
ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya, ganjaran diri paralel dengan ganjaran yang
di administrasikan dari luar. Dengan kata lain, ganjaran yang dihadirkan sendiri sama
dengan ganjaran yang diadministrasikan dari luar, didefiniskan oleh fungsi yang
management-nya.
dilakukannya.
self-management.
pada penataan kembali atau modifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus atau
behavioral dengan teknik self management menjadi lebih baik dari kriteria
5
Gunarsa. Op. Cit. h.225-226
97
a. Dalam Sekolah
mengalami penurunan, terlihat presentase pada waktu prettest lebih tinggi pada saat
posttest. Penurunan dalam sekolah peserta didik pada indikator ini dapat dilihat
perilaku peserta didik mulai memiliki kemauan dan usaha untuk antusias dalam
guru pelajaran matematika ataupun kegiatan kelompok yang diadakan di dalam kelas
dan aktif pada saat diskusi kelompok diadakan. Hal tersebut sependapat dengan yang
tertulis didalam Sugiyono bahwa ada kemampuan individu dapat menyesuaikan diri
dengan yang lain, atau sebaliknya, pengertian penyesuaian di sini dalam arti luas,
yaitu individu dapat meleburkan diri dengan keadaan yang disekitarnya, atau
dalam diri individu, sesuai dengan apa yang individu itu inginkan.6
b. Dalam Lingkungan
dalam lingkungan mengalami penurunan, terlihat pada presentase pada waktu prettest
lebih kecil posttest . penurunan perilaku membolos dalam lingkungan peserta didik
pada indikator ini dapat dilihat dari perilaku membolos peserta didik mulai berubah
yang biasanya saat pulang sekolah langsung mampir untuk bermain game onlie di
warnet bersama teman yang lainnya kini sekarang mulai berubah pada saat pulang
6
Dra. Gantina Komalasari, teori dan teknik konseling ,(Jakarta: indek ,2011), H. 152
98
langsung pulang kerumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bimo Walgito, adalah
“hubungan anatara individu satu dengan individu lainnya, individu satu dapat
saling timbal balik. Hubungan individu tersebut dapat antara individu dengan
didik menurun dari sebelumnya, hal ini membuktikan bahwa layanan konseling
dapat menambah wawasan, mengakrabkan satu dengan yang lainya, dan dapat
melatih keberanian untuk berbicara. Tujuan dari penelitian ini membantu peserta
didik dalam menurunkan perilaku membolos dalam layanan yang dilakukan dapat di
tujuan penelitian mulai terlihat dimana peserta didik sangat berantusias dalam proses
gagasannya, adanya interaksi yang baik antara pemimpin kelompok dan peserta didik
sehingga peserta didik saling meberikan pendapat dan saran ketika kegiatan
berlangsung. Dan ketika kegiatan akan berakhir peserta didik saling bergantian untuk
7
Bimo Walgito, psikologi sosial, (Jogjakarta: Andi, 2003), H. 65
99
C. Keterbatasan Penelitian
menurunkan perilaku membolos peserta didik kelas VII di SMP Negeri 13 Bandar
Lampung, baik secara keseluruhan maupun tiap aspeknya. Meskipun penelitian ini
telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, namun peneliti menyadari bahwa masih
kelompok pada peserta didik paham dengan layanan ini. Selain itu juga pemimpin
tersebut mampu membuat mereka mulai merasa nyaman dan mulai terbuka.
BAB V
A. Simpulan
bandar lampung sangat efektif. Perilaku membolos peserta didik dapat diturunkan.
Meskipun pada awalnya peserta didik masih merasa bingung dalam mengikuti
kelompok dan dengan berjalanya penelitian ini peserta didik mulai berantusias dan
sebelum mengikuti layanan konseling kelompok adalah tinggi dan setelah mengikuti
menurunn menjadi rendah. Dari hasil uji t menggunakan program SPSS versi 17
dapat diketahui bahwa dapat rata-rata posttest adalah28,83 dan rata-rata prettest
100
101
adalah43,5. taraf signifikan 0,05. Karena nilai thitung ≥t tabel (2.379<1.943), Ini
menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, selain itu dapat nilai rata-rata, maka
penurunan perilaku membolos peserta didik setelah diberikan layanan lebih rendah
dengan teknik self management dalam penurunan perilaku membolos peserta didik
B. Saran
kepercayaan diri, cinta diri, pemahaman diri atas segala kekurangan dan
kemampuan, ketegasan dalam menerima kritik dan memberi kritik serta dapat
dalam dirinya dapat diredam yang pada akhirnya dapat menurunkan perilaku
membolosnya.
102
pendekatan ini dapat membantu peserta diidk yang memliki tingkat membolos
tinggi.
membolos hendaknya bekerja sama dengan pihak lain seperti orang tua
maupun guru wali kelas/ mata pelajaran agar lebih mudah untuk menentukan
masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated
by: Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers
Corey, Gerald. 2005. Teori Dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Data Survey Pra Penelitian dengan Guru Bimbingan dan Konseing di SMP N 13
Bandar Lampung, tanggal 20 November 2015.
Kartono, Kartini. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Latipun. 2008.
Psikologi Konseling. Malang: UPT UMM.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta.
Rieneka cipta.
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.