Anda di halaman 1dari 121

EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIOR DENGANTEKNIK SELF

MANAGEMENT DALAMMENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS


PADA PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP
NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

HENI FEBRIANI
NPM: 1211080054

Jurusan : Bimbingan dan Konseling (BK)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1438 H/2017 M
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK SELF
MANAGEMENT DALAMMENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS
PADA PESERTA DIDIK KELAS VII E DI SMP
NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

HENI FEBRIANI
NPM: 1211080054

Jurusan: Bimbingan dan Konseling (BK)

Pembimbing I : Drs. Badrul Kamil, M.Pd.I


Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1438 H/2017 M
ABSTRAK

EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK SELF


MANAGEMENT DALAM MENGURANGI PERILAKU MEMBOLOS PADA
PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG

OLEH
HENI FEBRIANI

Perilaku membolos merupakan perilaku meninggalkan sekolah yang


dilakukan tanpa mendapatkan izin dari sekolah yang dapat disebabkan karena factor
sekolah, dan lingkungan, rasional yang dikembangkan oleh Bachri Thalib pada tahun
2010, Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas konseling behavioral dengan
teknik self management dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik kelas VII
di SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017.
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan metode menggunakan
one-group pretes and post –tes design. Populasi dalam penelitian ini adalah 6 eserta
didik kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017 yang
terindikasi memiliki perilaku membolos tinggi. Pengambilan sampel penelitian
menggunakan teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan).
Data penelitian ini diperoleh dengan membagikan angket perilaku membolos, dan
dianalisis menggunakan program SPSS 17.0 for windows.
Analisis data menggunakan analisis t-test paired sample menunjukkan
perubahan skor pada angket perilaku membolos peserta didik dari rata-rata hasil pre-
test sebesar 43.5 menjadi 28.83, hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian hipotesis
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut, thitung ≥t tabel 2.379<1.943 dengan taraf
signifikan 0,05. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan “Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Self Management
berpengaruh terhadap perilaku membolos peserta didik kelas VII SMP Negeri 13
Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017” terbukti kebenarannya.

Kata kunci : konseling behavioral, dengan teknik self management, Perilaku


Membolos

ii
MOTTO

             

              

 

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(Q.S. An-Nissa : 59)1

1
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan terjemahan Bandung, 2006, h. 80

v
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap bismillahirrohmanirohim, saya ucapkan banyak

terimakasih, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya yang tercinta, dan tersayang untuk Bapak Sutrisno dan

Ibu Suriyah yang telah menyayangi, mengasihi, dan mendidik saya serta

senantiasa selalu mendo’akan saya untuk meraih kesuksesan.

2. Adik-adik yang saya cintai, Nuraini Fitriana dan Rafif Al-azzam yang selalu

menemani dan memberikan semangat dalam kondisi senang maupun susah.

3. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang telah banyak mengerjakan saya

untuk belajar istiqomah, berfikir dan bertindak lebih baik.


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Heni Febriani dilahirkan pada tanggal 19 Februari 1994

di Terbanggi Subing, Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah, Lampung.

Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari tiga bersaudara dari Bapak

Sutrisno, dan Ibu Suriyah.

Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri 1 Terbanggi Subing di

tahun 2000 sampai dengan tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan di SMP

Negeri 4 Gunung Sugih dari tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009 dan

melanjutkan di MAN 1 Lampung Tengah dari tahun 2009 dan lulus pada tahun

2012.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN)

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) UIN Raden Intan

Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam

semoga senatiasa tercurah kepada sang pelita kehidupan, seiring jalan menujunu ilahi,

Nabi Muhammad SAW. Serta kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi dengan judul “Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik

Self Mangament Dalam Mengurangi Perilaku Membolos Pada Peserta Didik”

adalah salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pendidikan pada program studi

Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan

Lampung.

Dengan kerendahan hati disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis

banyak mengalami kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan serta motivasi

dari berbagai pihak akhirnya penulis skripsi ini dapat terselesaikan. Maka pada

kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Dr. H. Chairul Anwar,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

2. Andi Thahir, M.A.,Ed.D,selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden

Intan Lampung.

viii
3. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd, selaku sekretaris Jurusan Program Studi

Bimbingandan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung.

4. Drs. Badrul Kamil, M. Pd.I, selaku Pembimbing I yang telah menyediakan

waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Hardiyansyah Masya, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah menyediakan

waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan yang berarti selama

proses skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Raden Intan Lampung. Terima kasih atas bimbingan dan ilmu

yang telah diberikan selama ini.

7. Seluruh staf karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan

Lampung, terimakasih atas kesediaannya membantu penulis.

8. Hj. Rosmaini, M.Pd selaku kepala Sekolah SMP Negeri 13 Bandar Lampung

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Ruslani S.Pd selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 13 Bandar

Lampung yang telah berkenan memberi kemudahan serta membantu dalam

penelitian.

10. Peserta didik SMP Negeri 13 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi

sampel dan membantu dalam penelitian ini.

ix
11. Apriansyah terimakasih yang selalu ada memberi motivasi serta selalu

semangat dan menasehati yang tiada henti.

12. Teman-teman seperjuangan Ayu Fitrianthamy,Evi Susanti, Dwi Dayanto,Putri

Wulandari, Nia Voniati, Tri Handayani, Uswatun Sa’diah, Aprilia, Risna Sari

Z,dan teman-teman di prodi Bimbingan Konseling Angkatan 2012 khususnya

kelas BK C, semoga silahturahmi yang kita jalin akan selalu terjaga.

13. Rekan-rekan KKN 77 Purwodadi BangunRejo Lampung Tengah dan Rekan-

rekan PPL SMP Negeri 13 Bandar Lampung.

14. Semua pihak yang telah turut serta membantu menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun penulis berharap semoga karya yang sederahana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT menjadikan sebagai

amal ibadah yang akan mendapat ganjaran disisi-Nya, dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin .

Bandar Lampung, 1 Agustus 2017


Penulis,

Heni Febriani
NPM 1211080054

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


ABSTRAK ........................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR......................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ xi
DAFTAR TABLE ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .................................................................................... 1
B. IdentifikasiMasalah ............................................................................ 13
C. BatasanMasalah.................................................................................. 13
D. RumusanMasalah ............................................................................... 14
E. Tujuan Dan KegunaanPenelitian........................................................ 14
1. TujuanPenelitian............................................................................ 14
2. KegunaanPenelitian....................................................................... 14
F. RuangLingkup.................................................................................... 15

BAB II LANDASAN TEORI


A. Konseling Behavioral.......................................................................... 17
1. PengertianKonselingBehavioral ................................................... 17
2. KarakteristikKonselingBehavioral................................................ 19
3. TujuanKonseling Behavioral ........................................................ 19
4. AsumsiTingkahLakuBermasalah .................................................. 21
5. PandanganTentangManusia .......................................................... 22
6. Tahap-TahapKonseling Behavioral .............................................. 23
7. Teknik-TeknikKonseling .............................................................. 24

xi
8. Peran Dan Fungsi Guru BK .......................................................... 25
9. SikapPeran Dan TugasPesertaDidik ............................................. 26
10. HubunganKonselor Dan Konseli .................................................. 27
B. TekniSelf Management........................................................................ 28
1. KonsepDasarSelf Management ..................................................... 28
2. TeknikKonselingSelf Management ............................................... 31
3. TujuanSelf Management................................................................ 33
4. ManfaatTeknikSelf Management.................................................. 44
5. Tahap-TahapPengelolaanDiri(Self Management)......................... 36
C. Konseling Behavior DenganSelf ManagementDalamMengatasi
PerilakuMembolos .............................................................................. 39
D. PerilakuMembolos .............................................................................. 43
1. PengertianMembolos..................................................................... 43
2. GejalaPeserta Yang Membolos ..................................................... 44
3. PembentukanPerilakuMembolos .................................................. 44
4. TeoriPerilaku................................................................................. 45
5. Faktor-FaktorPenyebabPerilakuPesertaDidikMembolos.............. 45
6. DampakNegatifPerilakuMembolos............................................... 46
E. PenelitianRelevan................................................................................ 47
F. KerangkaFikir ..................................................................................... 50
G. Hipotesis.............................................................................................. 52

BAB III METODE PENELITIAN


A. JenisPenelitian.................................................................................... 54
B. Variable Penelitian ............................................................................. 55
C. Definisi Operational ........................................................................... 56
D. PopulasiSampel DanTeknik Sampling............................................... 58
1. PopulasiPenelitian ......................................................................... 58
2. Sampel Dan Teknik Sampling....................................................... 58
3. Teknik Sampling ........................................................................... 58

xii
4. TeknikPenggumpulan Data ........................................................... 59
E. Pengembangan Instrument Penelitian ................................................ 63
F. Pengujian Instrument Penelitian......................................................... 65
1. UjiValiditas.................................................................................... 65
2. UjiReabilitas .................................................................................. 66
G. Teknik Dan PengelolahanAnalisi Data .............................................. 67
1. TeknikPengolahan Data................................................................. 67
2. Analisis Data ................................................................................. 68
H. DeskripsiLangkah-LangkahPemberianTreatmen............................... 69

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. HasilPenelitian ................................................................................... 74
1. GambaranUmumPerilakuMembolosPesertaDidik ........................ 74
2. EfektivitasLayananKonselingBehavior DenganTeknikSelf
ManagementUntukMengurangiPerilakuMembolos ...................... 77
3. Pembahasan ................................................................................... 91
4. KeterbatasanPenelitian .................................................................. 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan......................................................................................... 100
B. Saran................................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Data Membolos Peserta Didik Kelas VII Semester Ganjil TP.2016/2017
SMP Negeri 13 Bandar Lampung ........................................................... 7
2. Langkah-Langkah Self-Monitoring........................................................... 38
3. Definisi Operasional.................................................................................. 57
4. Kriteria perilaku Membolos ...................................................................... 63
5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Konseling Behavioral Dengan Teknik
Self Management Untuk Mengatasi Perilaku Membolos Di
SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajarann 2016/2017.............. 66
6. Pemberian treatmen................................................................................... 71
7. Gambaran Umum Perilaku Membolos Kelas VII E Peserta Didik
Kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung ........................................... 76
8. Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah ....................... 77
9. Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Lingkungan .................. 77
10. Gambaran perilaku membolos Berdasarkan Indikator ............................. 78
11. Hasil Uji T Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Prettest
Dan Posttes ............................................................................................... 87
12. Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Prettest
Dan Posttest pada Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah ............ 89
13. Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada Prettest
Dan Posttest pada Indikator Perilaku Dalam Lingkungan........................ 90
14. Deskripsi Data Prettest dan Posttest ........................................................ 92

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian Konseling Behavioral Dengan Teknik
Self Mangamenet....................................................................................... 53
2. Pola One Group Pretest-Posttest Design.................................................. 56
3. Variabel Penelitian .................................................................................... 57
4. Grafik rata-rata Penurunan Prettest dan Posttest ...................................... 89
5. Grafik rata-rata Penurunan Prettest dan Posttest pada Indikator
Perilaku Membolos Dalam Sekolah.......................................................... 90
6. Grafik rata-rata Penurunan Prettest dan Posttest pada Indikator
Perilaku Membolos Dalam Lingkungan ................................................... 91
7. Hasil Penurunan Perilaku Membolos Per Indikator Prettest Posttest....... 93

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sekolah merupakan bagian dari pendidikan. Di sekolah inilah kegiatan belajar

mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak

didik. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti dalam

pendidikan di sekolah. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan

dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar mengajar ini juga proses

transfer dan transformsi ilmu pengetahuan dapat diberikan kepada peserta didik.

Peserta didik merupakan sasaran yang terlibat langsung dalam pendidikan

melalui proses pembelajaran, sehingga melalui proses pembelajaran diharapkan

peserta didik mampu mengenal dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya

dan kegiatan belajar mengajar adalah guru dan peserta didik. Proses belajar mengajar

dapat terlaksana apabila kedua komponen tersebut ada. Jika salah satu komponen

1
2

tidak hadir maka proses belajar mengajar tersebut tidak akan terjadi. Sehingga proses

transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik tidak dapat dilakukan.1

Melihat pandangan tersebut tentunya dapat diketahui bahwa kehadiran

komponen inti dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah penting. Namun,

melihat fenomena di lapangan saat ini menunjukkan hal berbeda. Saat ini banyak

ditemukan sekali salah satu komponen inti dari kegiatan belajar mengajar tidak hadir

dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu contoh bentuk persoalan tersebut adalah

perilaku membolos peserta didik. Saat ini banyak sekali ditemukan peserta didik yang

tidak hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah pada saat jam pelajaran.

Menurut Bachri Thalib, akibat dari perilaku menyimpang khususnya

membolos tersebut dapat berdampak bagi diri sendiri dan orang lain diantaranya

ketidakmampuan berprestasi, peserta didik menggunakan waktu luangnya untuk

mengganggu temannya di kelas, kegelisahan yang tidak realistis, kesedihan dan

depresi, kesulitan bergaul dan ketergantungan yang berlebihan kepada guru.2

Membolos dapat diartikan sebagai perilaku peserta didik yang tidak masuk sekolah

dengan alasan yang tidak tepat, atau bisa juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan

yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari pelanggaran sekolah, yang

1
Aris Handoko, Mengatasi Perilaku Membolos Melalui Konseling Individual Menggunakan
Pendekatan Konseling Behavior Dengan Teknik Self-Management Pada Siswa X TKJ SMK Bina
Nusantara Ungaran, (online), skripsi : universitas negeri malang, tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=0ahUKEwiC166w6sjQ
AhXEv48KHdiOB70QFghQMAg&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F17814%2F1%2F130140
7016.pdf&usg=AFQjCNFIBBMi4Q7SeCqvd1lcwM3f9Zf5MA, [diakses pada tanggal 24 November
2016 jam 20.04]
2
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Edukatif, Kencana,
Jakarta, 2010, h. 253.
3

jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang

lebih parah.

Dengan demikian penangan terhadap peserta didik yang sering membolos

perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius. Penyebab perilaku membolos yaitu

peserta didik merasa kesulitan dalam menerima pelajaran, terpengaruh dengan teman-

teman pergaulan, peserta didik dalam kondisi sulit karena tekanan faktor ekonomi

keluarga, peserta didik ada hubungan antar personal yang tidak menyenangkan baik

dengan guru maupun kepada teman sebayanya.3

Jadi peneliti menyimpulkan perilaku membolos disebabkan oleh banyaknya

faktor baik faktor eksternal seperti lingkungan sekolah dan keluarga melainkan dapat

juga disebabkan oleh faktor internal yaitu berasal dari dalam diri peserta didik itu

sendiri. Dengan faktor eksternal atau internal yang dialami peserta didik sehingga

mereka melakukan tindakan membolos. Hal ini harus ada penangan yang serius

terhadap peserta didik. namun yang sering dijumpai saat ini adalah, peserta didik

masih banyak yang melakukan perilaku membolos.

Banyaknya peserta didik yang membolos memiliki latar belakang yang

berbeda-beda. Dorothy Kater MS menyatakan bahwa “indikator atau ciri-ciri perilaku

penyebab peserta didik membolos ada dua, yaitu sebab (1) dalam sekolah; dan (2)

dalam lingkungan .”4 Yang menjadi penyebab dari lingkungan yaitu: keluarga tidak

memotivasi dan tidak mengetahui pentingnya sekolah dan masayarakat beranggapan

3
Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, h. 139.
4
Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, h. 80.
4

bahwa pendidikan tidak penting dan penyebab membolos yang berasal dari dalam diri

sendiri atau faktor internal terjadi karena pada masa remaja adalah masa yang penuh

gelora dan semangat kreatifitas dalam usaha pencarian jati diri.5

Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti, “penyebab perilaku


membolos yang ada dalam diri peserta didik yaitu: (1) berhari-hari tidak masuk
sekolah; (2) tidak masuk sekolah tanpa izin; (3) sering keluar pada jam pelajaran
tertentu; (4) tidak masuk kembali setelah minta izin; (5) masuk sekolah berganti hari;
(6) mengajak teman-teman untuk keluar pada mata pelajaran yang tidak disenangi;
(7) Minta izin keluar dengan berpura-pura sakit atau alasan lainnya.; (8)
Mengirimkan surat izin tidk masuk dengan alasan yang di uat-buat; (9) tidak masuk
kelas setelah jam istirahat.”6

Menurut Kartono secara “akademis peserta didik yang ke sekolah tetapi

sering membolos akan menanggung resiko kegagalan dalam belajar.”7

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa membolos merupakan salah

satu bentuk dari kenakalan peserta didik, yang jika tidak segera diselesaikan atau

diatasi dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Peserta didik sering membolos

akan mengalami kegagalan dalam pelajaran, peserta didik juga kurang mentaati

terhadap peraturan sekolah. Bila diteruskan peserta didik akan acuh tak acuh pada

urusan sekolahnya dan yang lebih parah peserta didik dapat dikeluarkan dari sekolah.

Dalam

5
Ibid
6
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.61
7
Kartono, Kartini. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali
Press. 1991.h.78
5

surat Huud ayat 112, Allah berfirman:

          

  


Artinya : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia maha melihat apa yang kamu
kerjakan”.8

Berdasarkan surat Huud, dijelaskan bahwa disiplin bukan hanya tepat waktu

saja, tetapi juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada. Melaksanakan yang

diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Di samping itu juga

melakukan perbuatan tersebut secara teratur dan terus menerus walaupun hanya

sedikit. Karena selain bermanfaat bagi kita sendiri juga perbuatan yang dikerjakan

secara kontinyu dicintai Allah walaupun hanya sedikit.

Dilihat dari proses perkembangan, peserta didik SMP sedang berada dalam

masa remaja. Masa ini merupakan masa transisi perkembangan anatara masa anak-

anak ke masa dewasa, dimulai dari pubertas yang ditandai dengan perubahan yang

pesat dalam berbagai aspek perkembangan, baik fisik maupun psikis.9 Menurut

Lurence Steiberg “ada tiga perubahan fundamental pada masa remaja yaitu biplogis,

kognisi dan sosial. Masa transisi yang dialami remaja, menurut remaja untuk

8
Al-qu’ran dan terjemahannya, (Bandung. CV Diponegoro, 2006.
9
Syamsul Yusuf L. N, Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Dididk, PT Rajagrafindo,
cetakan 2, h. 77.
6

berjuang menemukan jati diri, kemandirian, dan self regilasi”.10 Masa remaja dalam

perkembangan kognitif menurut Jean Piaget berada pada tahap “formal operation

stage”, yaitu tahap ke empat atau terakhir dari tahapan perkembangan kognitif. Tahap

berfikir formal terdiri dari subperiode yaitu:

1. Early formal operational thouht, yaitu kemampuan remaja untuk berfikir


dengan cara-cara hipotetik yang menghasilkan pikiran-pikiran sukarela
(bebas) tentang berbagai kemungkinan yang tidak terbatas.
Dalam periode awal ini, remaja mempersepsi dunia bersifat subjektif dan
idealistik. Kemampuan berfiki hipotettik, berarti remaja telah dapat
mengintergrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di
masa mendatang dan membuat rencana untuk masa mendatang; dan
2. Late formal operational thought, yaitu remaja mulai menguji pikirannya
yang berlawanan dengan pengalamannya, dan mengembalikan
keseimbangan intelektualnya. Melalui akomodasi (penyesuaian terhadap
informasi atau hal baru), remaja mulai dapat menyesuaikan terhadap
bencana atau kondisi pancaroba yang telah dialaminya.11

Hal demikian terjadi juga di SMP Negeri 13 Bandar Lampung Peneliti

mewawancarai guru BK untuk mengetahui peserta didik yang melakukan perilaku

membolos.Fenomena perilaku membolos terjadi di SMP Negeri 13 Bandar Lampung,

Berdasarkan hasil pengamatan dari melihat absensi peserta didik peneliti terhadap

kelas VII E, terdapat peserta didik khususnya anak-anak kelas VII E yang berjenis

kelamin laki-laki yang sering melakukan perilaku membolos, akibat kajadian ini

orang tua dari masing-masing peserta didik berseteru di ruang BK. ketika peneliti

mengamati langsung selama melaksanakan (PPL) di SMP Negeri 13 Bandar

Lampung di sekolah tersebut. peneliti melakukan pengamatan tentang peserta didik

yang melakukan perilaku membolos. Khususnya kelas VII E merupakan kelas yang

10
Ibid, h. 78
11
Ibid, h. 81
7

di sekolah ini yang dikenal dengan anak-anaknya yang memiliki perilaku membolos

paling banyak. kelas ini terdiri dari 20 peserta didik laki-laki dan 15 peserta didik

perempuan. berikut hasil survey pra penelitian yang peneliti lakukan pada peserta

didik kelas VII E di peroleh data sebagai berikut:

Tabel 1
Data Membolos Peserta Didik Kelas VII E Semester Genap TP.2016/2017
SMP Negeri 13 Bandar Lampung
No. Nama Kelas Jumlah
Absensi
Membolos 1
bulan
1. GP VII E 6 kali
2. NR VII E 6 kali
3. ES VII E 5 kali
4. JP VII E 6 kali
5. EF VII E 4 kali
6. DG VII E 5 kali
Sumber: Dokumentasi absensi SMP Negeri 13 Bandar Lampung, tanggal 20
November 2016/2017.12

Menurut guru pembimbing di SMP Negeri 13 Bandar Lampung diketahui

bahwa peserta didik tersebut merupakan peserta didik yang mempunyai persentase

membolos paling tinggi dibanding peserta didik yang lain. Untuk GP terhitung pada

bulan september tidak masuk tanpa izin sebanyak 6 kali karena melompat pagar

sekolah dengan alasan tidak suka dengan pelajaran matematika. Kemudian NR

sebanyak 6 kali, ES sebanyak 5 kali yaitu keluar sekolah tanpa izin dengan

petugas sekolah, JP sebanyak 6 kali, EF sebanyak 4 kali dan DG sebanyak 5 kali

karena datang terlambat kesekolah. Perilaku membolos yang dilakukan oleh GP,

12
Data Survey Pra Penelitian dengan Guru Bimbingan dan Konseing di SMP N 13 Bandar
Lampung, tanggal 20 November 2015.
8

NR, ES, JP, EF dan DG rata-rata dilakukan karena keenam peserta didik sering

datang terlambat ke sekolah dan tidak mengerjakan tugas rumah. Karena takut untuk

dihukum sering kali peserta didik memutuskan untuk membolos.

Perilaku membolos yang dilakukan peserta didik tersebut juga telah

membawa dampak terhadap prestasi belajarnya. Menurut guru BK sekolah yang

mendapat laporan dari beberapa guru mata pelajaran dan wali kelas, peserta didik

tersebut pada dasarnya mempunyai prestasi belajar yang kurang baik. Dalam hal ini

peserta didik tersebut mempunyai prestasi belajar yang berada dibawah rata-rata.

Rendahnya prestasi peserta didik tersebut terlihat dari sejumlah nilai hasil ulangan

harian yang berada dibawah rata-rata, hal ini terjadi karena peserta didik tersebut

tidak menguasai materi pelajaran yang disampaikan dan juga tidak memiliki catatan

lengkap terkait mata pelajaran yang dipelajarinya karena tidak masuk sekolah. Selain

itu sering kali karena membolos tidak mengumpulkan tugas dan tidak mengikuti

ulangan harian.

Melihat banyaknya dampak negatif yang muncul dari perilaku membolos

tentunya hal tersebut tidak boleh dibiarkan. Perilaku tersebut juga tergolong perilaku

yang tidak adaptif sehingga harus ditangani secara serius. Dalam setting sekolah,

Konseling individu dari guru pembimbing merupakan proses komunikasi bantuan

yang amat penting dalam menanggulangi masalah perilaku membolos. Menurut

Prayitno konseling individu merupakan layanan konseling yang dilakukan oleh

seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi

klien dalam suasana tatap muka dilaksanakan interaksi secara langsung antara klien
9

dan konselor dalam rangka membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami

klien.13

Untuk mengatasi semua permasalahan tersebut diperlukan peran guru

bimbingan konseling yang lebih aktif. Komalasari yang menyatakan “bahwa dalam

konseling behavioral yang berperan lebih aktif, direktif dan menggunakan

pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari permasalahan peserta didik.”14

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakanya upaya untuk mengurangi

perilaku membolos pada peserta didik, dengan upaya memberikan suatu layanan.

guru BK sangat berperan penting dalam hal ini, salah satu stategi yang pernah

dilakukan oleh guru BK adalah menggunakan layanan konseling individu dan

kelompok. Konseling individu adalah Konseling perorangan merupakan layanan

konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam

rangka pengentasan masalah pribadi klien. Dalam suasana tatap muka dilaksanakan

interaksi langsung antara klien dan konselor membahas berbagai hal tentang masalah

yang dialami klien Konseling.15 Sedangkan kelompok adalah merupakan suatu upaya

bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara guru BK dan

peserta didik yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi) yang dilakukan

dalam suasana keahlian dan didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar peserta

13
Prayitno. Layanan Konseling Perorangan Padang : Universitas Negeri Padang Press.
2004. h.1
14
Gantina Komalasari, Teori dan Tekni Konseling, PT Indeks, Jakarta, 2011, h.156
15
Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : Universitas Negeri Padang Press,
h. 1
10

didik memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki

tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa akan datang.16

Menurut Corey Konseling behavioral adalah “pengetrapan dari penelitian

dan teori dasar dari psikologi eksperimental untuk mempengaruhi perilaku dengan

tujuan untuk mengatasi problema sosial dan individual dan meningkatkan


17
berfungsinya sifat manusia.” Konseling behavioral biasanya digunakan sebagai

treatment guru bimbingan konseling, dan ahli dalam mendiagnosa tingkah laku

peserta didik. Dalam proses konseling peserta didik yang menentukan tingkah laku

apa yang akan diubah, sedangkan konselor menentukan cara yang digunakan untuk

mengubahnya.18

Menurut bootzin dalam Gantina, “Konseling behavioral dikenal juga dengan

modifikasi perilaku yang dapa diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk

mengubah perilaku”. Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan

memperoleh tngkah laku baru, penghapusan tingkah laku yang diinginkan.19

Teknik-teknik konseling Behavioral yang dapat dilakukan antara lain: (1)

penguatan positif (positive reinforment); (2) kartu berharga (token economy); (3)

penokohan (modeling); (4) pengelolaan diri (self management); (5) penghapusan

(extinction); (6) pembanjiran (flooding); (7) penjenuhan ( satiation); (8) hukuman

16
Sukardi,Dewa Ketut dan Nila Kusnawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Jaakarta: Rineka Cipta, 2008. h.38
17
Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated by: Drs.
Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers. 1995. h.411
18
Gantina Komalasari, Ibid, h.157
19
Gantina Komalasari, Ibid, h. 154
11

(punishment); (9) time out; (10) terapi aversi (aversi therapy); dan (11) disensitisasi

sistematis.20 Dari beberapa teknik Behavioral salah satu teknik yang dipilih oleh

peneliti adalah pengelolaan diri (self management). Menurut Sugiharto ada tiga teknik

yang diterapkan dalam melakukan strategi teknik pengelolaan diri (self management),

yaitu: memantau diri (self-monitoring), kendali stimulus (stimulus control), dan

ganjar diri (self-reward).21 Membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-

norma sosial sebagai akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk.22

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik

konseling behavioral dapat mengurangi perilaku membolos karena pengelolaan diri

(self management) adalah prosedur dimana peserta didik mengatur perilakunya

sendiri. Dalam teknik ini peserta didik yang terlibat langsung karena ada beberapa

keseluruhan komponen dasarnya yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor

perilaku tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.

Jadi peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal ini untuk mengurangi perilaku

membolos maka proses pengondisian lingkungan yang buruk tersebut harus

mengalami perubahan. Hal tersebut dapat dilakukan melaui kendali stimulus.

kendali stimulus (stimulus control) merupakan penataan kembali atau memodifikasi

lingkungan sebagai isyarat kasus atau antiseden atas respon tertentu. Untuk

mengurangi perilaku membolos isyarat khusus yang merupakan anteseden bagi

20
Ibid, h. 161-14
21
Sugiharto,konseling proaktif dengan strategi pengelolaan diri, Semarang, 2007, h.23
22
Kartono, Kartini. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali
Press. 2003. h.21
12

perilaku membolos harus dikurangi frekuensinya, ditata kembali, atau diubah waktu

dan tempat kejadiannya.

Menurut guru bimbingan konseling di SMP Negeri 13 Bandar Lampung

penerapan behavioral dengan teknik self management merupakan upaya untuk

mengurangi perilaku membolos peserta didik. Hal ini disebabkan karena teknik self

management merupakan proses peserta didik yang membolos diminta mengamati

dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungan. Proses pemantauan diri digunakan peserta didik untuk mengumpulkan

data mengenai perilaku membolos dalam suatu proses treatment. Pemantauan diri

juga dapat menghasilkan perubahan, ketika pserta didik mengumpulkan data tentang

dirinya, data tersebut dapat mempengaruhi perilakunya lebih lanjut, khususnya

perilaku membolos.23

Adanya perilaku membolos pada peserta didik dan penerapan konseling

behavioral dengan menggunakan teknik self management di SMP Negeri 13 Bandar

Lampung mendorong peneliti untuk meneliti lebih dekat dan mendetail tentan

pelaksanaan pendekatan behavioral dengan teknik self management dalam

mengurangi perilaku membolos peserta didik. karena setiap peserta didik yang

membolos memiliki latar belakang atau penyebab yang berbeda-beda, maka perlu

adanya teknik self management untuk mengatasi masalah perilaku membolos

tersebut. Terkait dengan kasus perilaku membolos, dalam teknik self management

guru pembimbing berperan membantu peserta didik agar mereka dapat


23
Data Survey Pra Penelitian dengan Guru Bimbingan dan Konseling Di SMP N Bandar Lampung.
13

mengembangkan potensi dan memecahkan setiap masalahnya dengan

mengimplementasikan seperangkat prinsip atau teknik tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut yang dijumpai di lapangan terkait

perilaku membolos peserta didik, maka peneliti berkeinginan dan tertarik untuk

meneliti lebih lanjut terkait mengatasi peserta didik di SMP Negeri 13 Bandar

Lampung, yang berjudul “efektivtas konseling behavioral dengan teknik self

mangement dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik di SMP Negeri

13 Bandar Lampung.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. terdapat 6 peserta didik dari 35 peserta didik yang melakukan

perilaku membolos

2. terdapat 3 peserta didik yang membolos karena datang terlambat

sekolah

3. terdapat 3 peserta didik yang membolos karena tidak mengerjakan

tugas matematika.

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan pada peneliti ini terarah dan tidak keluar dari permasalahan

yang ada, maka peneliti ini hanya membahas tentang efektivitas konseling behavioral

dengan teknik self management dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta

didik.
14

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diterapkan tersebut, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah penerapan konseling behavioral

dengan menggunakan teknik self management dapat mengurangi perilaku membolos

pada peserta didik di SMP Negeri 13 Bandar Lampung?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan skripsi penelitian ini adalah

untuk:

a. Mengetahui penyebab perilaku membolos pada peserta didik.

b. M engetahui penerapan efektivtas konseling behavioral dengan teknik self

mangement dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik di

SMP Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitan

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapakn dapat menambah wawasan baru dan

memberikan masukan bagi ilmu bimbingan dan konseling, khususnya

bagi konselor sekolah dan guru dalam cara mengatasi perilaku membolos

peserta didik di sekolah serta dapat memberikan pengayaan teori yang

berkaitan dengan konselng Behavioral dengan teknik Self Management.


15

2. Secara Praktis

a. Bagi peserta didik

Peneliti ini diharapkan memberiksn dampak postif terhadap peserta

didik dalam mengurangi perilaku membolos di SMP Negeri 13

Bandar Lampung.

b. Bagi guru

Dapat dijadikan acuan bagi guru, khususnya guru bimbingan

konseling dalam memberikan layanan bimbingan konseling untuk

perilaku membolos peserta didiknya.

c. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan, memberikan pengalaman yang sangat

besar berupa pengalaman yang menjadi bekal untuk menjadi calon

konselor yang profesional serta dapat menambah pengalaman secara

langsung bagaimana penggunaan layanan bimbingan konseling yang

baik dan menyenangkan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penulisan membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih

jelas dan tidak menyimpang dar tujuan yang ditetapkan, diantaranya adalah:

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan

konseling
16

2. Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah sejauh mana perilaku

membolos peserta didik dapat ditanggulangi dengan menggunakan

konseling behavioral dengan teknik self management

3. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII, VIII dan IX di

SMPN 13 Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 13

Bandar Lampung.

5. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester genap

2016/2017.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konseling Behavioral

1. Pengertian Konseling Behavioral

Behavioral adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus

dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.

Menurut pandangan behavioral, pemikiran, perasaan dan motif ini bukan subjek yang

tepat untuk ilmu perilaku karena semuanya tidak bisa diobservasi secara langsung. 1

Menurut Prayitno dan Erman Anti konseling adalah proses pemberian bantuan

yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)

kepada individu yang sedang mengalalmi suatu maslah (disebut klien) yang bermuara

pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.2

Menurut Krumboltz yang dikutip oleh Gantina Komalasari, ada ciri-ciri

utama konseling behavioral adalah sebagai berikut:

a. proses pendidikan, konseling membantu konseli mempelajari tingkah laku

baru untuk memecahkan masalahnya;

1
Jhon w. Santrock, psikologi pendidikan, kencana, h 266
2
Prayitno dan Erman Amti. 1994. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.105

17
18

b. teknik dirakit secara individual, teknik konseling pada setiap konseli

berbeda-beda tergantung pada masalah dan karakteristik konseli; dan

c. metodelogi ilmiah, konseling behavioral di landasi oleh metode ilmiah

dalam melakukan aseesmen dan evaluasi konseling.3

Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pengubahan atau modifikasi

perilaku konseli, yang di antaranya untuk:

1. menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar;

2. penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif;

3. memberi pengalaman belajar yang adaftif namun belum di pelajari;

4. membantu konseli membuang respons- respons yang lama yang merusak

diri atau maladaftif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih

sehat dan sesuai (adjustive);

5. konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif

memperkuat serta mempertahankan perilaku yang di inginkan; dan

6. penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran

dilakukan bersama antara konseli dan konselor.4

Konseling behavioral di kenal juga dengan modifikasi perilaku yang diartikan

sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Modifikasi perilaku dapat

pula sebagai usaha menerapkan prinsip-prinsip belajar hasil eksperimen pada perilaku

manusia.

3
Dra. Gantina komalasari, Op Cit. h. 153
4
Dra. Gantina komalasari, dkk(2011),Teori dan teknik konseling, jakarta:indeks h.156
19

Dari penjelasan tersebut maka konseling behavioral merupakan proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada klien yang dilakukan

melalui wawancara konseling dengan pendekatan behavioral yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien.

2. Karakteristik Konseling Behavioral

Pada dasarnya proses konseling merupakan penataan proses atau pengalaman

belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan

masalahnya. George dan Christiani dalam Latipun mengemukakan bahwa konseling

behavior itu memilki ciri-ciri sebagai berikut: (a) berfokus pada perilaku yang tampak

dan spesifik; (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik; (c)

mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien; (d)

penaksiran objektif atas tujuan terapeutik.5

Melihat karakteristik tersebut sangat jelas bahwa konseling behavior secara

konsisten menaruh perhatian terhadap perilaku yang tampak. Sedang perilaku yang

tidak tampak dan bersifat umum dalam konseling harus dirumuskan terlebih dahulu

menjadi lebih spesifik.

3. Tujuan Konseling Behavioral

Pada dasarnya terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan tingkah laku

baru/penghapusan tingkah laku yang maladaptif serta memperkuat dan

mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.6 Sejalan dengan pernyataan tersebut

5
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UPT UMM.h.137
6
Corey, Gerald, Op. Cit
20

latipun menjelaskan bahwa tujuan konseling behavior adalah mencapai kehidupan

tanpa mengalami perilaku simptomatik, yaitu kehidupan tanpa tanpa mengalami

kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka

panjang dan/atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial.7 Secara khusus tujuan

konseling behavioral mengubah perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara-cara

memperkuat perilaku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak

diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.

Tujuan terapi perilaku dengan orientasi kearah kegiatan konseling menurut

George dan Christiani dalam Gunarsa adalah: (a) mengubah perilaku malasuai pada

klien; (b) membantu klien belajar dalam proses pengembangan keputusan secara

efisien; (c) mencegah munculnya masalah dikemudian hari; (d) mencegah masalah

perilaku khusus yang diminta oleh klien; (e) mencapai perubahan perilaku yang dapat

dipakai dalam kegiatan kehidupannya.8

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat dirumuskan beberapa tujuan

penting konseling behavior. Tujuan tersebut antara lain adalah :

a. mengubah perilaku maladaptif;

b. membantu klien belajar dalam proses pengembangan keputusan secara

efisien;

c. memperkuat perilaku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak

diharapkan;

7
Latipun, Op. Cit
8
Gunarsa, Singgih.2004.Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.h.206
21

d. membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat;

e. mencegah munculnya masalah dikemudian hari;

f. mencegah masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien;

g. mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan

kehidupannya

4. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Tingkah laku bermasalah dalam konseling behavior adalah tingkah laku yang

berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang

berlebihan seperti : merokok, terlalu banyak main games, dan sering memberi

komentar di kelas. Adapun tingkah laku yang deficit adalah terlambat masuk sekolah,

tidak mengerjakan tugas, dan bolos sekolah.9

Latipun menyatakan bahwa Tingkah laku bermasalah merupakan tingkah laku

atau kebiasaan-kebiasaan negatif dan perilaku yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Perilaku yang salah muncul melalui proses interaksi dengan

lingkungannya. Dalam hal ini perilaku muncul karena proses belajar yang salah pada

individu.10

Manusia bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku

negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif juga terjadi karena

kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku

manusia didapat dengan cara belajar dan dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah

dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.

9
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.h.157
10
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UPT UMM.h.135
22

5. Pandangan Tentang Manusia

Rosjidan dalam Gantina menyatakan, “pendekatan behavioral didasari oleh

pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yatu pendekata sistematik dan

terstruktur dalam konseling”. Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap

tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan

dan belajar. Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru.11

Menurut behavioral therapy, manusia adalah produk dan produsen

(penghasil) dari lingkungannya. Pandangan ini tidak tergantung pada asumsi

deterministik bahwa manusia adalah produk belaka dari pengkondisian sosiokultural

mereka. Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik maupun buruk,

tepat atau salah. Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap perilaku dapat

dipelajari. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dan

dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau

dapat mempengaruhi orang lain.

Manusia dipandang memiliki potensi untuk memiliki potensi untuk

berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi

atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatasi dan mengontrol perilakunya dan dapat

belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.

11
Gantina Komalasari, Ibid, h. 152
23

6. Tahap-tahap Konseling Behavior

Pujosuwarno menyatakan bahwa konseling behavior dapat digolongklan

dalam lima tahapan antara lain yaitu:12 Rosjidan dalam gantina menyatakan konseling

behavioral memiliki empat tahap yaitu: melakukan asesmen (assessmen),

menentukan tujuan (goal-setting), mengimplentasikan teknik (technique-

implementation), dan evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination).13

a. Asessment

Tujuan dari asessment adalah untuk memperkirakan apa yang diperbuat klien

waktu itu. Konselor menolong klien untuk mengemukakan keadaannya yang benar-

benar dialaminya waktu itu.

b. Goal Setting

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis. Konselor dan

klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling.

c. Technique Implementation

Yaitu menentukan strategi belajar yang akan dipakai dalam mencapai tingkah

laku yang ingin diubah.

d. Evaluation-Termination

Evaluasi dapat digunakan untuk melihat apa yang telah diperbuat oleh klien.

apakah konseling efektif dan apakah teknik yang digunakan dalam konseling cocok

12
Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta : Menara
Mas Offset.h.82-83
13
Gantina Komalasari, Op. Cit, h. 10
24

atau tidak. Jika konseling telah selesai maka masuk dalam tahap terminasi yaitu

berhenti untuk melihat apakah klien bertindak tepat.

e. Feedback

Feed back diperlukan untuk memperbaiki proses konseling. Apabila konseling

dirasa belum terlihat hasilnya atau belum ada perkembangan dari konseli maka

konselor dapat memberikan perlakuan lagi kepada konseli dan diharapkan konseli

dapat memberikan respon sehingga tujuan konseling yang diharapkan dapat tercapai.

7. Teknik-Teknik Konseling

Teknik konseling behavioral terdiri dari dua jenis, yaitu teknik untuk

meningkatkan tingkah laku dan menurunkan tingkah laku.14 Menurut Gilbert dalam

Ray Colledge, hal yang paling penting untuk mengajarkan teknik behavioral pada

klien yang bertujuan membantu klien untuk mengendalikan tingkah laku dan bisa

menjadi konselor untuk dirinya sendiri. Hal ini dilakukan supaya ketika proses

konseling telah berakhir nantinya klien memiliki kemampuan untuk menyelesaikan

permasalahan yang dapat muncul di kemudian hari.15

Berikut ini adalah teknik-teknik utama dalam konseling behavioral:

a. Latihan asertif. Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang

mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah

layak atau benar. Latihan ini dapat digunakan terutama untuk

14
Gantina Komalasari, Ibid, h. 157-161
15
Yuni Rosita, “Pelaksanaan Konseling Behavioral Dalam Mengatasi Phobia Kucing Seorang
Klien Di Rasamala 2 Menteng Dalam Tebet Jakarta Selatan”, (Program Strata 1 Ilmu Bimbingan Dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Dan Komunkasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008), h. 27.
25

membantu individu yang tidak bisa mampu mengungkapkan perasaan

ketika tersinggung, tidak bisa menyatakan tidak dan respon positif dan

lainnya.

b. Desensitisasi sistematis. Desensitisasi sistematis ini merupakan teknik

konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan

klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien

untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku

yang di perkuat secara negatif dan menyertakan respon yang

berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.

c. Pengondisian aversi. Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan

kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksutkan untuk meningkatkan

kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang

disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Pengondisian ini

diharapkan untuk membentuk tingkah laku yang tidak dikehendaki

dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

d. Pembentukan tingkah laku model. Teknik ini dapat digunakan untuk

membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah

laku yang sudah terbentuk. 16

8. Peran dan Fungsi Guru BK

Peran guru bimbingan dan konseling dalam behavioral berperam aktif,

direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari

16
Sulistyarini dan Muhammad Jauhar,Op. Cit, h. 203-204
26

persoalan peserta didik.17 Konselor behavioral biasanya berfungsi sebagai guru,

pengarah dan ahli dalam mendiagnosa tingkah laku yang maladaftif dan menentukan

prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku peserta didik. Dalam proses

konseling peserta didik yang menentukan tingkah laku apa yang akan dirubah,

sedangkan konselor menentukan cara yang digunakan untuk mengubahnya. Bandura

dalam Gantina, “mengatakan bahwa sebagian besar proses belajar terjadi melalui

pengalaman langsung yang didapat melalui observasi langsung terhadap tingkah laku

orang lain”.18

Kanser menyatakan bahwa guru BK berperan sebagai “mesin kekuatan” bagi

peserta didiknya. Guru BK dalam prakteknya selalu memberikan penguatan positif

atau negatif untuk membentuk tingkah laku baru peserta didik. Hal ini di dasarkan

pada anggapan bahwa peran terapis dalam terapi behavioral adalah memanipulasi dan

mengendalikan konseling melalui pengetahuan dan keterampilan dalam

menggunakan teknik-teknik terapi. Guru BK memiliki kekuatan untuk memberi

pengaruh dan mengendalikan tingkah laku peserta didik.19

9. Sikap, Peran, dan Tugas Peserta Didik

Dalam konseling behavioral peserta didik dan guru BK aktif terlibat di

dalamnya. Peserta didik secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan

serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam

melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting peserta didik dalam konseling

17
Gunarsa, Op. Cit, h. 31
18
Gantina Komalasari, Op. Cit, h. 157
19
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktek,
Jakarta, Kencana Prena Media Group, h. 161
27

adalah peserta didik didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang

bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat

menerapkan perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.20

Terapi behavioral memiliki prosedur kerja yang jelas, sehingga guru BK dan

peserta didik memiliki peran yang jelas. Ini berarti untuk mencapai tujuan terapi

sangat dibutuhkan kerjasama yang baik anatara guru BK dan peserta didik. Adapun

sikap, peran dan tugas peserta didik dalam proses terapi ialah meliputi:

a. memiliki motivasi untuk berubah;

b. kesadaran dan partisipasi peserta didik dalam proses terapi, baik selama sesi

terapi maupun dalam kehidupan sehari-hari;

c. peserta didik terlibat dalam latihan perilaku baru umumnya menerima

pekerjaan rumah yang aktif (seperti self-monitoring perilaku bermasalah)

untuk menyelesaikan antara sesi terapi;

d. terus menerapkan perilaku baru setelah pengobatan telah berakhir.

10. Hubungan Konselor Dengan Konseli

Hubungan terapeutik yang baik dapat membantu proses perubahan behavioral

dimana meningkatkan kesempatan klien agar mudah menerima terapi, bekerja sama

dengan prosedur terapeutik, dan klien memiliki penerimaan positif serta harapan

sukses mengenai efektivitas terapi. Kebanyakan praktisi behavioral mempertahankan

faktor-faktor seperti kehangatan, empati, keautentikan, kepermisivan, dan penerimaan


20
Qoririalita Furqoni, Implementasi Konseling Behavioral dalam Menanggulangi perilaku
menyimpang siswa kelas x di SMK Pgri 1 Surabaya (online), skripsi: Institut agama islam negeri
sunan ampel Surabaya 2013, tersedia: (http://alitacantik.blogspot.com/2013/06/laporan-penelitian-
kolektif.html). [diakses 19 November 2016 jam 20.30]
28

sangat dibutuhkan agar perubahan behavioral terjadi namun juga harus disertai

dengan teknik-teknik behavioral sehingga tujuan dapat tercapai.

Hubungan klien-terapis adalah fondasi dimana strategi terapeutik dibangun

untuk membantu perubahan klien pada arah yang mereka harapkan. Hubungan

konselor dan konseli sangat mempengaruhi kelangsungan terapi. Sebelum intervensi

terapeutik, konselor terlebih dahulu harus mengembangkan atmosfer kepercayaan

dengan memperlihatkan bahwa :

a. konselor memahami dan menerima konseli.

b. diantara konselor dan konseli saling bekerja sama.

c. konselor membantu konseli ke arah yang dikehendaki oleh

konseli.21

B. Teknik Self Management

1. Konsep Dasar Self Management

Self-management merupakan suatu prosedur dimana individu mengatur

perilakunya sendiri.22 Gagasan pokok dari penilaian self-management adalah bahwa

perubahan bisa dihadirkan dengan mengajar orang dalam menggunakan keterampilan

menangani situasi bermasalah. Dalam program self-management ini individu

mengambil keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perilaku khusus

yang ingin dikendalikan atau diubah. Corey menyatakan bahwa seringkali individu
21
Tersedia:
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwj_tq69tLfQ
AhVLpo8KHapADWEQFggcMAA&url=http%3A%2F%2Fdigilib.uinsby.ac.id%2F10347%2F5%2Fb
ab%25202.pdf&usg=AFQjCNGx5PFwh4fH5r0fIvFwhV91GpVuPA), [diakses pada tanggal 19
November 2016 jam 21.10]
22
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.h.180
29

menemukan bahwa alasan utama dari ketidakberhasilannya mencapai sasaran adalah

tidak dimilikinya keterampilan.23 Dalam kawasan seperti itu pendekatan pengarahan

diri sendiri bisa memberikan garis besar bagaimana bisa didapat perubahan dan

sebuah rencana yang akan membawa keperubahan.

Dalam menggunakan strategi self-management untuk mengubah perilaku,

maka klien beruasha mengarahkan perubahan perilakunya dengan cara memodifikasi

aspek-aspek lingkungan atau mengadministrasikan konsekuensi-konsekuensi. Dengan

demikian melalui strategi ini disamping klien dapat mencapai perubahan perilaku

sasaran yang dinginkan juga dapat mengembangkan kemampuan dalam mengelola

dirinya.

Salah satu teknik yang dipilih peneliti dalam konseling behavioral adalah

teknik self-management. Peneliti memilih teknik self-management dalam

meningkatkan tanggung jawab belajar peserta didik dengan alasan karena teknik ini

bertujuan untuk membantu konseli dalam mengatur, memantau, dan mengevaluasi

dirinya sendiri dalam mencapai perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yaitu

peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya. Peneliti berharap melalui

layanan konseling behavioral dengan teknik self-management efektif untuk

mengembangkan kemandirian peserta didik di luar pengawasan guru dan orang tua.

Berikut adalah penjelasan teori tentang teknik self-management.

23
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated by:
Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers.h.431
30

Menurut Gunarsa mengemukakan bahwa pengelolaan diri (self management)

adalah prosedur dimana klien menggunakan keterampilan dan teknik mengurus diri

untuk menghadapi masalahnya, yang dalam terapi tidak langsung diperoleh.24

Keterampilan tersebut diperoleh pada saat proses konseling karena perubahan dalam

perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar atau belajar kembali.

Sedangkan Cormier & Cormier dalam Sutijono & Soedarmadji menyatakan

bahwa keaktifan ini ditunjukan untuk mengatur atau memanipulasi lingkungan sesuai

dengan perilaku apa yang dibentuk.25 Jadi dalam proses konseling walaupun konselor

yang mendorong dan melatih prosedur ini, tetapi konseli yang tetap mengontrol

pelaksanaannya. Sehingga dari sini konseli mendapat suatu keterampilan untuk

mengurus diri.

Pengelolaan diri (self management) adalah prosedur dimana individu

mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau

keseluruhan komponen dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor

perilaku tersebut, memilih prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur

tersebut.26 Dari teori tersebut, konselor perlu membantu konseli dalam merancang

program, konselor harus bisa membantu konseli agar bisa mempersepsi bahwa

dirinya yang telah memilih tujuan dan konseli harus bisa percaya diri untuk

menyelesaikan tugas-tugas untuk tercapainya tujuan konseling yang diharapkan.

24
Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Gunung Mulia, Jakarta, 2004 hal. 223
25
Hartono dan Soedarmadji,Op.Cit.,h. 125
26
Komalasari et al ,Op.Cit., h. 180
31

merupakan teknik terapi dalam konseling behavioral yang membantu peserta didik

dapat mendorong diri sendiri untuk maju, untuk dapat mengatur, memantau dan

mengevaluasi dirinya sendiri dalam mencapai perubahan kebiasaan tingkah laku yang lebih

baik dalam kehidupan pribadi melalui tahap menentukan perilaku sasaran, memonitor

perilaku tersebut, memilih prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.

2. Teknik Konseling Self-management

Konseling merupakan proses komunikasi bantuan yang amat penting,

diperlukan model yang dapat menunjukkan kepan dan bagaimana konselor

melakukan intervensi kepada konseli. Dengan kata lain, konseling memerlukan

ketrampilan (skill) pada pelaksanaannya. Menurut Gunarsa menyatakan bahwa Self-

management meilputi pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement yang positif

(self-reward), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting) dan

penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control).27

a. Pemantauan Diri (self-monitoring)

Merupakan suatu proses konseli mengamati dan mencatat segala sesuatu

tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. dalam pemantauan diri

ini biasanya konseli mengamati dan mencatat perilaku masalah, mengendalikan

penyebab terjadinya masalah (antecedent) dan mengahasilkan konsekuensi.

b. Reinforcemen yang positif (self-reward)

Digunakan untuk membantu konseli mengatur dan memperkuat perilakunya

melalui konsekuensi yang dihasilkan sendiri. Ganjaran-diri ini digunakan untuk

27
Gunarsa, Singgih. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.h.225
32

menguatkan atau meninkatkan perilaku yang diinginkan. Asumsi dasar tekhnik ini

adalah bahwa dalam pelaksanaannya, ganjaran diri paralel dengan ganjaran yang di

administrasikan dari luar. Dengan kata lain, ganjaran yang dihadirkan sendiri sama

dengan ganjaran yang diadministrasikan dari luar, didefiniskan oleh fungsi yang

mendesak perilaku sasaran.

c. Kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting)

Ada beberapa langkah dalam self-contracting ini yaitu:

1) Konseli membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku, dan

perasaan yang diinginkannya.

2) Konseli menyakini semua yang ingin diubahnya.

3) Konseli bekerja sama dengan teman/keluarga untuk program self-

management-nya.

4) Konseli akan menanggung resiko dengan program self-management yang

dilakukannya.

5) Pada dasarnya, semua yang konseli harapkan mengenai perubahan pikiran,

perilaku dan perasaan adalah untuk konseli itu sendiri.

6) Konseli menuliskan peraturan untuk dirinya sendiri selama menjalani proses

self-management.

d. Penguasaan terhadap rangsangan (self control)

Tekhnik ini menekan pada penataan kembali atau modifikasi lingkungan

sebagai isyarat khusus atau antecedent atas respon tertentu.


33

3. Tujuan Teknik Self Management

Tujuan dari teknik pengelolahan diri yaitu agar peserta didik secara teliti dapat

menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menhambat tingkah laku yang mereka

hendak hilangkan dan belajar untuk mencegah timbulnya perilaku atau masalah yang

tidak dikehendaki. Dalam arti peserta didik dapat mengelola pikiran, perasaan dan

perbuatan mereka sehingga mendorong pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak

baik peningkatan hal-hal yang baik dan benar.

Menurut Sukadji, masalah-masalah tersebut yang dapat ditangani dengan

menggunakan teknik pengelolaan diri (self-management) antara lain yaitu:

1) Perilaku yang tidak berkaitan dengan orang lain tetapi mengganggu


orang lain dan diri sendiri.
2) Perilaku yang sering muncul tanpa diprediksi waktu kemunculannya,
sehingga kontrol dari orang lain menjadi kurang efektif. Seperti
menghentikan merokok dan diet.
3) Perilaku sasaran berbentuk verbal dan berkaitan dengan evaluasi diri
dan kontrol diri. Misalnya terlalu mengkritik diri sendiri.
4) Tanggung jawab atas perubahan atau pemeliharaan tingkah laku adalah
tanggung jawab konseli. Contohnya adalah konseli sedang menulis
skripsi.28

Dalam proses konseling, koselor dan konseli bersama-sama untuk

menentukan tujuan yang ingin dicapai. Konselor mengarahkan konselinya dalam

menetukan tujuan, sebaliknya konseli pun juga harus aktif dalam proses konseling.

Setelah proses konseling self-management berakhir diharapkan peserta didik dapat

mempola perilaku, pikiran, dan perasaan yang diinginkan, dapat menciptakan

keterampilan belajar yang baru sesuai harapan, dapat mempertahankan keterampilan

28
Ibid, h. 181
34

sampai di luar sesi konseling, serta perubahan yang mantap dan menetap dengan arah

prosedur yang tepat.

4. Manfaat Teknik Self Managemenet

Dalam penerapan teknik pengelolaan diri (self management) tanggung jawab

keberhasilan konseling berada di tangan peserta didik. Guru BK berperan sebagai

pencetus gagasan, fasilitator yang membantu merancang program serta motivator

bagi peserta didik. Dalam pelaksanaan self management biasanya diikuti dengan

pengaturan lingkungan dimakasudkan untuk menghilangkan faktor penyebab

(antecedent) dan dukungan untuk perilaku yang akan dikurangi. Pengaturan

lingkungan dapat berupa:

a. mengubah lingkungan fisik sehingga perilaku yang tidak dikemhendaki sulit


dan tidak mungkin dilaksanakan. misalnya orang yang suka “ngemil”
mengatur lingkungan agar tersedia makanan yang memancing keinginan
untuk “ngemil”;
b. mengubah lingkungan sosial sehingga lingkungan sosial ikut mengontrol
tingkah laku peserta didik;
c. mengubah lingkungan atau kebiasaan sehingga menjadi perilaku yang tidak
dikehendaki hanya dapat dilakukan pada waktu dan tempat tertentu saja.29

5. Peran Konselor dan Konseli

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dalam konseling behavior peran

konselor adalah sebagai guru, mentor, fasilitator dan pemberi dukungan kepada

konseli dalam mengarahkan konseli untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya peran

konseli dalam mengikuti teknik self-management juga diharapkan harus lebih aktif

dalam proses konseling. Ada beberapa catatan untuk melaksanakan teknik ini, yaitu:

29
Komalasari, Op. Cit, h. 181
35

1) Konseli harus aktif berperan dalam setiap bagian proses konseling.


2) Konseli didorong untuk melakukan introspeksi diri dan mengajari aspek-
aspek konseling dengan cara mengembangkan tindakan yaitu
keterampilan yang spesifik.
3) Konseli harus berpikir bahwa proses konseling berhubungan dengan
kejadian internal.
4) Konseli mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap hasil yang akan
dicapai.
5) Konseli belajar teknik self-reinforcement.
6) Konselor bertindak sebagai mentor.30

Dalam teknik self-management ini, konseli lebiih banyak belajar dalam

mengatur diri, memberi dukungan pada diri sendiri, belajar untuk bertanggung jawab

menerima konsekuensi yang telah menjadi pilihannya, dan belajar keterampilan-

keterampilan yang diperoleh secara tidak langsung dari proses konseling.

6. Faktor-faktor keefektifan dalam pelaksanaan teknik self-management

Setiap konseli pasti mempunyai harapan-harapan agar tujuannya tercapai

dalam konseling, begitu juga konselor juga berusaha untuk membantu konseli dalam

mencapai tujuan konseling. Agar pelaksanaan strategi self-management dapat

dilaksanakan secara efektif, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) adanya kombinasi beberapa strategi konseling di mana beberapa


diantaranya berfokus pada antecedent dan yang lainnya pada
konsekuensi dari perilaku tertentu;
2) konsistensi penggunaan salah satu strategi dalam kurun waktu tertentu;
3) bukti evaluasi diri sendiri, penentuan sasaran dengan standar tinggi;
4) gunakan self-management secara tertutup, verbal atau dengan bentuk
materi-materi tertentu; dan
5) adanya dukungan eksternal/lingkungan.31

30
Hartono dan Soedarmadji,Op.Cit.,h. 126
31
Ibid, h. 126
36

7. Tahap-tahap Pengelolaan Diri (Self Management)

Menurut Komalasari, menyebutkan bahwa pengelolaan diri biasanya

dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah:

a. Tahap Monitor Diri atau Observasi Diri


Pada tahap ini peserta didik dengan sengaja mengamati tingkah lakunya
sendiri serta mencatatnya dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan daftar
cek atau catatan observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
peserta didik dalam mencatat tingkah laku adalah frekuensi, intensitas, dan
durasi tingkah laku. Dalam penelitian ini peserta didik mengobservasi apakah
dirinya sudah bertanggung jawab terhadap belajar atau belum. Peserta didik
mencatat berpa kali dia belajar dalam sehari, seberapa lama dia melakukan
ktivitas dalam belajarnya.
b. Tahap Evaluasi Diri
Pada tahap ini peserta didik membandingkan hasil catatan tingkah laku
dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh peserta didik perbandingan
ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efesiensi program. Bila
program tersebut tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali program
tersebut, apakah target tingkah laku yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang
telalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang
diberikan tidak sesuai.
c. Tahap Pemberian Penguatan, Pengahapusan, dan Hukuman
Pada tahap ini peserta didik mengatur dirinya sendiri, memberikan penguatan,
menhapus, dan memberi hukuman pada diri sendiri. Tahap ini merupakan
tahap yang paling sulit karena membutuhkan kemauan yang kuat dari peserta
didik untuk melaksanakan program yang telah dibuat secara kontinyu.32

Sedangkan menurut Cormier dalam Mochamad Nursalim, terdapat tiga

strategi self-management, yaitu: (1) self-monitoring; (2) stimulus-control; (3) self-

reward. Strategi tersebut asing-asing akan dijelaskan dibawah ini yaitu:

1) Self-Monitoring

Menurut cormier dalam Mochamad Nursalim monitor diri (self-

monitoring) adalah proses yang mana peserta didik mengobservasi dan

32
Ibid, h. 182
37

mencatat sesuatu tentang dirinya sendiri dan interaksinya dengan situasi

lingkungan. Monitor diri di gunakan smenetara untuk menilai masalah,

sebab data pengamatan dapat menjelaskan kebenaran atau perubahan

laporan verbal peserta didik tentang tingkah laku bermasalah.33

Berikut penjelasan tahap-tahap self-monitoring:

Tabel 2
Langkah-Langkah Self-Monitoring
Langkah-Langkah Keterangan
1. Rasional Berisi tujuan dan overview (gambaran singkat)
prosedur startegi
2. Penentuan respon Memilih terget respons yang akan dimonitor:
yang diobservasi a. Jenis respons
b. Kekuatan/valensi respons
c. Jumlah respons
3. Mencatat respon a. Saat mencatat/timing mencatat
1. Mencatat sebelum kemunculan perilaku
digunakan untuk mengurangi respons.
Mencatat sesudah kemunculan perilaku
digunakan untuk menambah respons
2. Mencatat dengan segera
3. Mencatat ketika tidak ada respons-
respons lain yang mengganggu
pencatat/perencana
b. Metode mencatat
1. Menghitung frekuensi
2. Mengukur lamanya
a) Mencatat terus menerus/kontinyu
b) Waktunya
acak/sembarangan/ampling
c. Alat mencatat
1. Portable seperti tusuk gigi dan kerikil
2. Accssible seperti tanda-tanda dan
bintang
4. Membuat peta suatu Membuat peta atau grafik dari jumlah perolehan
respons keseharian yang tercatat
33
Mochamad Nursalim, Strategi dan Intervensi Konseling, (Jakarta: Akademia Permata,
2013), h. 153
38

5. Memperlihatkan Memberikan kepada orang-orang untuk


data mendapatkan dukungan lingkungan
6. Analisis data Ketepatan interprestasi data pemahaman tentang
hasil evaluasi diri dan dorongan diri
Sumber: Mochamad Nursalim, Strategi dan Intervensi Konseling halaman 154-155

2) Stimulus-control

Stimulus-control adalah penyusunan/perencanaan kondisi-kondisi

lingkungan yang telah ditentukan sebelumnya, yang membuat

terlaksananya/dilakukannya tingkah laku tertentu. Kondisi lingkunan

berfungsi sebagai tanda/ anteseden dari suatu respon tertentu. Dengan kata

lain anteseden merupakan suatu stimulus untuk seuatu respon tertentu.

3) Self-Reward

Self reward digunakan untuk memperkuat atau untuk meningkatkan

respon yang diharapkan atau yang menjadi tujuan. Sef reward berfungsi

untuk mempercepat target tingkah laku. Menurut Soekadji dalam

Mochamad Nursali berpendapat bahwa agar penerapan self reward yang

efektif, perlu dipertimbangkan syarat-syarat seperti: (1) menyajikan

pengukuh seketika; (2) memilih pengukuh yang tepat; (3) memilih

kualitas pengukuh; (4) mengatur kondisi situasional; (5) menentukan

kuantitas pengukuh; dan (6) mengatur jadwal pengukuh.34

Untuk menciptakan kepribadian yang bertanggung jawab dengan belajarny,

maka peneliti memilih konseling behavioral dengan teknik self-management dalam

meningkatkan motivasi belajar peserta didik. self-management merupakan salah satu


34
Ibid, h. 157
39

teknik dari konseling behavioral. Seperti yang telah kita ketahui bahwa layanan

konseling dari behavioral merupakan pendekatan yang berpandangan bahwa setiap

tingkah laku dapat dipelajari. Salah satu tujuan pendekatan ini membantu konseli

membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan

mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).35

C. Konseling Behavior Dengan Teknik Self-Management dalam Mengatasi

Perilaku Membolos

Menurut pandangan behavioristik, setiap orang dipandang memiliki

kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan

ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.36 Tingkah laku bermasalah dalam

konseling behavior merupakan tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif dan

perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dimana tingkah laku tersebut

muncul melalui proses interaksi individu dengan lingkungannya.

Dalam hal ini tingkah laku bermasalah muncul karena proses belajar yang

salah pada individu. Proses belajar yang salah tersebut terjadi karena individu

bermasalah mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari

lingkungannya. Selain dari proses belajar yang salah tingkah laku maladaptif juga

dapat terjadi karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

Komalasari menyatakan bahwa Tingkah laku bermasalah dalam konseling

behavior adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang

35
Gantina Komalasari, Op. Cit, h. 156
36
Corey, Gerald. 2005. Teori Dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika
Aditama.h.195
40

kurang (deficit).37 Perilaku membolos merupakan jenis tingkah laku yang kurang

(deficit). Membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai

akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk.38 Perilaku tersebut muncul

melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini proses belajar yang

salah dan kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat menjadi

faktor penyebab munculnya perilaku membolos.

Perilaku membolos yang muncul sebagai akibat proses belajar yang salah

misalnya adalah Terpengaruh dengan teman yang suka membolos, takut masuk

karena tidak membuat tugas. Sedang tidak senang dengan sikap guru, merasa dibeda-

bedakan oleh guru, merasa kurang mendapatkan perhatian dari guru, merasa proses

belajar mengajar membosankan dan sebagainya merupakan faktor penyebab perilaku

membolos yang dilatar belakangi karena kesalah pahaman dalam menganggapi

lingkungan.

Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga

dapat diubah melalui manipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Perilaku

membolos merupakan perilaku yang muncul sebagai akibat dari proses belajar

sehingga dalam mengurangi ataupun mengtasi perilaku tersebut dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik konseling yang terkait dengan konsep behavioral.

Melalui konseling behavior tingkah laku maladaptif yaitu kebiasaan membolos akan

dihilangkan dengan cara memperkuat tingkah laku baru yang lebih adaptif yaitu rajin

37
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.h.157
38
Kartono, Kartini. 2003. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta:
Rajawali Press.h.21
41

masuk sekolah. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan serangkaian tahap

konseling behavior yang disertai dengan teknik self-management dalam mengurangi

perilaku membolos peserta didik.

Dalam mengurangi perilaku membolos dengan teknik self-management

peneliti menekankan pada penggunaan teknik kombinasi. Menurut Kazdin dalam

Corey Konseling behavioral adalah pengetrapan dari penelitian dan teori dasar dari

psikologi eksperimental untuk mempengaruhi perilaku dengan tujuan untuk

mengatasi problema social dan individual dan meningkatkan berfungsinya sifat

manusia.39 Secara garis besar tugas konselor dalam konseling behavioral adalah

mengenali serta mengeksplorasi segala kondisi mengenai individu dan membantu

klien menjadi model pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri untuk waktu yang

akan datang. 40

Teknik konseling yang digunakan dalam mengatasi perilaku membolos dalam

konseling behavior ini adalah tekhnik self management. Self management adalah suatu

strategi pengubahan perilaku yang dalam prosesnya individu mengarahkan perilakunya

sendiri dengan suatu teknik atau terapeutik. Menurut Gunarsa teknik self management

meliputi pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement yang positif (self-reward),

perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), dan penguasaan terhadap ransangan

(stimulus control).41 Terkait dengan kasus perilaku membolos, dalam teknik self

39
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated by:
Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers.h.441
40
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.h.238
41
Gunarsa. Op. Cit. h.225-226
42

management guru pembimbing berperan membantu siswa agar mereka dapat

mengembangkan potensi dan memecahkan setiap masalahnya dengan

mengimplementasikan seperangkat prinsip atau teknik tersebut.Cormier dan Cormier

dalam Corey menyatakan bahwa kombinasi dari strategi mengelola diri biasanya

lebih berguna dari pada penggunaan sebuah strategi tunggal.42

Sugiharto menyatakan bahwa ada tiga teknik yang fisibel untuk diterapkan

dalam melakukan strategi self manajemen yaitu :43

a. Pemantauan diri (self-monitoring)

Pemantauan diri merupakan suatu teknik pengubahan perilaku yang dalam

prosesnya klien mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya dan dalam

interaksinya dengan lingkungan.

b. Kendali stimulus (stimulus control)

Teknik kendali stimulus menekankan pada penataan kembali atau

memodifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus atau anteseden atas respons tertentu.

c. Ganjar diri (self-reward)

Teknik ganjar diri digunakan untuk membantu klien mengatur dan

memperkuat perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkannya sendiri.

Dalam menggunakan strategi self-management untuk mengatasi perilaku

membolos klien berusaha mengarahkan perilakunya dengan cara memodifikasi

aspek-aspek lingkungan atau mengadministrasikan kensekuensi-konsekuensi. Dengan

42
Corey, Gerald. Op. Cit .h.431
43
Sugiharto, DYP. 2007. Konseling Proaktif dengan strategi pengelolaan diri. Semarang:
Tidak diterbitkan.h.23
43

demikian melalui strategi ini disamping klien dapat mencapai perubahan yang

diinginkannya juga dapat mengembangkan kemampuan dalam mengelola dirinya dan

Untuk mengurangi perilaku membolos isyarat khusus yang merupakan anteseden

bagi perilaku membolos harus dikurangi frekuensinya, ditata kembali, atau diubah

waktu dan tempat kejadiannya.

D. Perilaku Membolos

1. Pengertian Membolos

Azwar menyebutkan bahwa perilaku adalah reaksi terhadap stimulus yang

bersifat sederhana maupun kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa perilaku merupakan reaksi seorang individu terhadap adanya

stimulus guna mencapai suatu tujuan.44

Gunarsa menyebutkan bahwa perilaku membolos adalah pergi meninggalkan

sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.45 Pengertian lain menyebutkan bahwa

perilaku membolos dapat diartikan sebagai anak yang tidak masuk sekolah dan anak

yang meninggalkan sekolah belum usai tanpa izin.46

Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka diperoleh kesimpulan bahwa

perilaku membolos merupakan sebuah perilaku tidak masuk sekolah ataupun

meninggalkan sekolah yang dilakukan tanpa sepengetahuan pihak sekolah dan tanpa

izin yang jelas, dan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

44
Azwar, Syaifudin. 2003. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.h.9
45
Gunarsa, Singgih. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.h.31
46
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.h.111
44

2. Gejala Peserta Didik Yang Membolos

Menurut Prayitno dan Erman Amti ada beberapa gejala peserta didik

membolos antara lain yaitu :

a. berhari-hari tidak masuk sekolah;

b. tidak masuk sekolah tanpa izin;

c. sering keluar pada jam pelajaran tertentu;

d. tidak masuk kembali setelah minta izin;

e. masuk sekolah berganti hari;

f. mengajak teman-teman untuk keluar pada mata pelajaran yang tidak disenangi;

g. minta izin keluar dengan berpura-pura sakit atau alasan lainnya;

h. mengirimkan surat izin tidak masuk dengan alsan yang dibuat-buat;

i. tidak masuk kelas lagi setelah jam istirahat.47

Berbagai gejala tersebut merupakan gejala yang secara umum ditunjukkan

oleh sebagian besar siswa yang memilki kebiasaan membolos sekolah. Akan tetapi

dalam hal ini antara siswa yang satu dengan yang lain menunjukkan gejala yang

berbeda atau tidak sama dalam perilaku membolosnya.

3. Pembentukan Perilaku Membolos

Berkaitan dengan perilaku membolos, “Perilaku manusia sebagian besar

berupa perilaku yang dibentuk dan yang dipelajari, meliputi: (a) cara pembentukan

perilaku dengan kebiasaan (conditi-oning), (b) cara pembentukan perilaku dengan

47
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.61
45

pengertian (insight), dan (c) Cara pembentukan perilaku dengan menggunakan

model”.48

4. Teori Perilaku

Perilaku manusia pada dasarnya tidak lepas dari keadaan individu itu sendiri

dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu di dorong oleh motif

tertentu sehingga manusia itu berperilaku dalam hal ini ada beberapa teori perilaku

antara lain : (a) teori insting, (b) teori dorongan/drive theory, (c) teori insentif

(Insentive theory), dan (d) teori astribusi.49

5. Faktor-faktor Penyebab Peserta Didik Membolos

Perilaku membolos pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut

Prayitno ada beberapa faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk membolos

antara lain yaitu : (a) tidak senang dengan sikap dan perilaku guru; (b) merasa kurang

mendapatkan perhatian dari guru; (c) merasa dibeda-bedakan oleh guru; (d) merasa

dipojokkan oleh guru; (e) proses belajar mengajar membosankan; (f) merasa gagal

dalam belajar; (g) kurang berminat terhadap pelajaran; (h) terpengaruh oleh teman

yang suka membolos; (i) takut masuk karena tidak membuat tugas; (j) tidak

membayar kewajiban (SPP) tepat pada waktunya.50

48
Mahmudah, Mengurangi Perilaku Membolos Dengan Menggunakan Layanan Konseling
Behavioral,tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwiBmYTKksnQAhXMso8KHY1SAKgQFggkMAE&url=http%3A%2F%2Fe-journal.ikip-
veteran.ac.id%2Findex.php%2Fkes%2Farticle%2Fdownload%2F133%2F148&usg=AFQjCNEmhnH
XO1SzQCRhAKK2ZPRIoayfEA[diakses pada tanggal 24 November jam 22.02]
49
Mahmudah, Loc. Cit
50
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta. Rieneka
cipta.h.61
46

Perilaku membolos yang dilakukan oleh peserta didik pada dasarnya tidak

hanya dilatar belakangi karena faktor sekolah saja tetapi ada faktor lain yang juga

menjadi penyebab perilaku membolos. Menurut Supriyo ada kemungkinan-

kemungkinan penyebab dan latar belakang timbulnya kasus ini, antara lain: (a) orang

tua kurang memperhatikan anak-anaknya; (b) orang tua terlalu memanjakan anaknya;

(c) orang tua terlalu buas terhadap anaknya; (d) pengaruh teman; (e) pengaruh mass

media (film, wanita.); (f) anak yang belum sadar tentang kegunaan sekolah; (g) anak

yang belum ada tanggung jawab terhadap studinya.51

Dari kedua pendapat diatas dapat simpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga

faktor utama yang menjadi penyebab munculnya perilaku membolos. Faktor tersebut

adalah faktor pribadi, faktor keluarga dan faktor sekolah.

6. Dampak Negatif Perilaku Membolos

Perilaku membolos apabila tidak segera di atasi maka dapat menimbulkan

banyak dampak negatif. Supriyo menyatakan bahwa apabila orang tua tidak

mengetahui dapat berakibat anak berkelompok dengan teman yang senasib dan

membutuhkan kelompok/ group yang menjurus ke hal-hal yang negatif (gang),

peminum, ganja, obat-obat keras, dan lain- lain. Dan akibat yang paling fatal adalah

anak akan mengalami gangguan dalam perkembangannya dalam usaha untuk

menemukan identitas dirinya (manusia yang bertanggung jawab).52

51
Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.h.112
52
Supriyo. Loc. Cit
47

Sementara menurut Prayitno perilaku membolos dapat menimbulkan beberapa

dampak negatif antara lain yaitu: (a) minat terhadap pelajaran akan semakin

berkurang; (b) gagal dalam ujian; (c) hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan

potensi yang dimilki; (d) tidak naik kelas; (e) penguasaan terhadap materi pelajaran

tertinggal dari teman-teman lainnya; (f) dikeluarkan dari sekolah.53

Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa membolos

merupakan perilaku yang tidak hanya membawa dampak pada kegagalan dalam

belajar seperti gagal dalam ujian dan tidak naik sekolah, tetapi juga dapat membawa

dampak yang lebih luas seperti terlibat dengan hal-hal yang cenderung merugikan

lainya, mulai dari pencandu narkotika, pengagum freesex dan mengidolakan tindak

kekerasan atau dengan istilah lain adalah tawuran.

E. Penelitian Relevan

Berdasarkan telaah pustaka dan kajian penulis ditemukan penelitian yang relevan

dengan penelitian penulis yaitu:

1. penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti yang bernama Aris

Handoko. 2013 dengan judul Mengatasi Perilaku Membolos Melalui

Konseling Individual Menggunakan Pendekatan Behavior Dengan Teknik Self

Management Pada Siswa Kelas X Tkj Smk Bina Nusantara Ungaran Tahun

Ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan

menganalisis secara kritis tentang usaha peneliti mengurangi perilaku

53
Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : Universitas Negeri Padang
Press.h.62
48

membolos siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Adanya

faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan teman untuk membolos dan

pikiran irasional siswa yang merasa dirinya tidak diterima lingkungannya. 2).

bentuk perilaku membolos siswa berupa sering keluar saat jam pelajaran,

karena malas belajar, tidak masuk sekolah berselang-seling hari dengan

bermain game. 3). alternatif penanganan yangdilakukan dalam mengatasi

perilaku membolos antara lain menggunakan pendekatan behavior melalui

teknik self management.54

2. penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti yang bernama Indri

Astuti. 2009 dengan judul Mengurangi Perilaku Membolos Siswa

DenganMenggunakan Layanan Konseling Individual (Studi Kasus Pada

Siswa Kelas XI IPS di SMA Muhammadiah). Penelitian ini bertujuan untuk

mendiskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang usaha peneliti

mengurangi perilaku membolos siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa 1). Adanya faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti ajakan teman untuk

membolos dan pikiran irasional siswa yang merasa dirinya tidak diterima

lingkungannya. 2). bentuk perilaku membolos siswa berupa sering keluar saat

jam pelajaran, karena malas belajar, tidak masuk sekolah berselang-seling hari

54
Aris Handoko, Mengatasi Perilaku Membolos Melalui Konseling Individual Menggunakan
Pendekatan Konseling Behavior Dengan Teknik Self-Management Pada Siswa X TKJ SMK Bina
Nusantara Ungaran, (online), skripsi : universitas negeri malang, tersedia:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&ved=0ahUKEwiC166w6sjQ
AhXEv48KHdiOB70QFghQMAg&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F17814%2F1%2F130140
7016.pdf&usg=AFQjCNFIBBMi4Q7SeCqvd1lcwM3f9Zf5MA, [diakses pada tanggal 24 November
2016 jam 20.04]
49

dengan bermain game. 3). alternatif penanganan yangdilakukan dalam

mengatasi perilaku membolos antara lain menggunakan pendekatan behavior

melalui teknik asertif training dan teknik rational emotif.55

3. penelitian yang kedua dilakukan oleh Revani Yant Eryana. Dengan judul

Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menerapkan Konseling

Behavior Melalui Teknik Pengondisian Operan ( Studi Kasus Pada Beberapa

Siswa Kelas VIII C di SMP Negeri 5 KotabumiTahun Pelajaran 2009/2010).

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

secara kritis tentang usaha peneliti dalam mengurangi perilaku membolos

siswa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1). Perilaku membolos

siswa sebelum dilakukan konseling behavior dengan teknik pengondisian

operan menunjukkan aspek frekuensi dan durasi membolos yang tinggi,

dengan bentuk perilaku membolos seperti tidak masuk sekolah tanpa izin,

meninggalkan jam pelajaran, dan meninggalkan jam pelajaran tertentu. 2).

Perilaku membolos ketiga klien setelah dilakukan konseling behavior dengan

teknik pengondisian operan secara umum menunjukkan penurunan frekuensi

dan durasi disetiap indikator bentuk perilaku membolos.56

55
Indri Astuti. 2009 dengan judul Mengurangi Perilaku Membolos Siswa
DenganMenggunakan Layanan Konseling Individual (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA
Muhammadiah).tersedia: http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/kes/article/view/133/0 [diakses
pada: 17 Oktober 2016 pada pukul 21:08 WIB]
56
Revani Yant Eryana,Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menerapkan
Konseling Behavior Melalui Teknik Pengondisian Operan ( Studi Kasus Pada Beberapa Siswa Kelas
VIII C di SMP Negeri 5 KotabumiTahun Pelajaran 2009/2010)tersedia:
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/view/902 [diakses pada: 17 Oktober 2016 pada
pukul 21:58 WIB]
50

4. Ovila priska dewi, Penerapan Konseling Kelompok Dengan Teknik Behaviour

Contract Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Pada Siswa Di Smk Kawung

2 Surabaya. penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan dan pengalaman

peneliti bahwa banyak siswa yang membolos, baik membolos mata pelajaran,

maupun membolos sekolah. Akibatnya dari diri siswa atau individu yang

membolos, prestasi disekolah akan menurun. Permasalahan peneilitian ini

adalah Apakah penerapan konseling kelompok dengan teknik behaviour

contract efektif untuk mengurangi perilaku mmebolos pada siswa di SMK

Kawung 2 Surabaya ? Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dengan Single Subject Desain (SSD) dengan banyak subyek

penelitian 5 siswa. Penelitian dilaksanakn dalam waktu selama 1 bulan

dengan menggunkan instrumen pedoman observasi siswa, yaitu absensi,

dokumentasi. Berdasarkan simpulan hasil penelitian direkomendasikan pada

konselor/ Guru BK untuk menggunakan layanan konseling kelompok dengan

teknik behaviour contracta dalam mengurangi perilaku mmebolos sekolah

peserta didik di SMK Kawung 2 Surabaya.57

F. Kerangka Pikir

Konseling behavioral yaitu modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai

tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Modifikasi perilaku dapat pula

57
Ovila priska dewi, Penerapan Konseling Kelompok Dengan Teknik Behaviour Contract
Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Pada Siswa Di Smk Kawung 2 Surabaya.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/17012/20987 [diakses pada 17
Oktober 2016 pada pukul 22:11 WIB]
51

diartikan sebagai usaha menerapkan prinsip-prinspi psikologi hasil eksperimen lain

pada perilaku manusia. (bootzin dan sukadji dalam gantina).58 Konseling behavioral

adalah sebuah proses bantuan yang diberikan oleh guru BK kepada peserta didik

dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral), dalam hal

pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta daam penentuan arah kehidupan

yang lain dicapai oleh diri peserta didik.

Self-management merupakan suatu prosedur dimana peserta didik mengatur

perilakunya sendiri.59 Pengertian lain menyubatkan bahwa perilaku membolos dapat

diartikan sebagai anak yang tidak masuk sekolah dan anak yang meninggalkan

sekolah belum usai tanpa izin.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan

konseling behavioral teknik self-management untuk mengatasi perilaku membolos

peserta didik berusaha mengarahkan perilakunya dengan cara memodifikasi aspek-

aspek lingkungann atau mengadmisistrasikan konsekuensi-konsekunensi. Dengan

demikian melalui strategi ini disamping peserta didik Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengurangan perilaku membolos dengan menggunakan konseling

behavioral dengan teknik self management pada peserta didik kelas VII SMP Negeri

13 Bandar Lampung. Dapat mencapai perubahan yang diinginkannya juga dapat

mengembangkan kemampuan dalam megelola dirinya.

58
Gantina Komalasari, Op. Cit,h. 154
59
Gantina Komalasari, Ibid, h.180
52

Berikut ini kerangka berpikir dalam penelitian ini:

Perilaku Membolos

Permasalahan Penyebab

1. Perilaku membolos faktor 1. Terlamabat sekolah


eksternal, lingkungan 2. Tidak mengerjakan
sekolah dan keluarga pekerjaan rumah
2. Perilaku
membolos faktor internal,
dari dalam diri sendiri

Konseling Behavioral Dengan Teknik Modeling

Mengurangi Perilaku membolos Peserta Didik

Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian Konseling Behavioral
Dengan Teknik Self Mangamenet

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan

masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti dan dijabarkan melalui
53

landasan teori atau kajian teori dan masalah harus diuji kebenarannya melaui data

yang berkumpul peneliti ilmiah. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah :

Ho :penerapan konseling behavioral melalui teknik self


management sangat efektif dalam mengatasi perilaku
membolos.
Ha :penerapan konseling behavioral melalui teknik self
management tidak efektif dalam mengatasi perilaku membolos.
Sedangkan Hipotesis Statistik sebagai berikut :

Ho : µ1 = µ0

Ha : µ1 ≠ µ0

µ1 = penerapan konseling behavioral melalui teknik self management

sangat efektif dalam mengatasi perilaku membolos

µ0 = penerapan konseling behavioral melalui teknik self management

tidak efektif dalam mengatasi perilaku membolos.

Untuk pengujian hipotesis, selanjutnya nilai t(thitung) dibandingkan dengan

nilai-t dari table distribusi t(ttabel). Cara penentuan nilai ttabel didasarkan pada

taraf signifikasi tertentu (misal α = 0,05) dan dk = n-1. Kriteria pengujian

hipotesis untuk uji satu pihak kanan, yaitu:

Tolak H0, jika thitung > ttabel dan

Terima H0, jika thitung < ttabel.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kuantitatif, banyak menggunakan

angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta

penampilan dari hasilnya. Demikian juga tetap dipakai kesimpulan penelitian menjadi

lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre-experimental.

Alasan peneliti menggunakan metode ini karena dalam rancangan metode pre-

experimental, peneliti mengamati satu kelompok utama dengan melakukan intervensi

di dalamnya sepanjang penelitian, selain itu di dalam metode ini tidak menggunakan

kelompok kontrol untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen.

Dengan demikian metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pre Eksperimen Design Dengan One Group Pretest And Posttest Design

yaitu pada rancangan ini penelitian ini suatu kelompok subyek diberikan (pre-test)

kemudian dilaksanakan perlakuan pada waktu tertentu kemudian dilakukan

pengukuran kembali post-test untuk membandingkan keadaan dan sebelum

perlakuan. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan.

54
55

Alasan peneliti menggunakan desain ini untuk mengukur mengatasi perilaku

membolos peserta didik sebelum diberikan konseling behavioral dengan teknik

modeling melalui (pre-test) dan pengukuran yang kedua untuk mengatasi perilaku

agresif peserta didik setelah diberikan konseling behavioral dengan teknik modeling

melalui (post-test).

Pengukuran Pengukuran

(Pretest) Perlakuan (Posttest)


O1 X O2
Gambar 2 :Pola One Group Pretest-Posttest Design
Keterangan:

O1 : pengukuranawal perilaku membolos pada peserta didik kelas VIIdi


SMPN 13 bandar lampung sebelum diberikan perlakuan akandiberikan
pretest.
X : Perlakuan dengan menggunakan konseling behavioral dengan teknik
self management kepada peserta didik kelas VII yang melakukan perilaku
membolos.
O2 : Posttest yaitu untuk mengukur perilaku membolos peserta didik kelas
VII setelah di berikan perlakuan konseling behavioral dengan teknik
self management.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi perhatian suatau

penelitian. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang di

tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan

sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang

dengan yang lain atau satu satu objek dengan objek lain .1

1
Sugiyono, ibid. h. 38
56

Dalam penelitian ini terdiri dua variabel yaitu variabel yaitu independen (X)

dan variabel dependen (Y).

Konseling behavioral dengan Perilaku Membolos kelas VII


teknik self management kelas
VII SMP Negeri 13 Bandar SMP Negeri 13 Bandar
Lampung Lampung

X Y

Gambar3
Variabel Penelitian

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan sejumlah

indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau konsep

yang digunakan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pemahaman dan

pengukuran setiap variabel yang ada didalam penelitian. Adapun definisi operasional

dari penelitian ini adalah:

Tabel 3
Definisi Operasional

Definisi Hasil Alat Skala


No Variabel Indikator
Oprasional ukur ukur Ukur
1. Variabel Layanan konseling a. self- - Observasi interval
bebas behavioral dengan monitoring
(X) teknik self b. self-
adalah management reward
konselin adalahsuatu proses c. self-
g dimana konselor contracting
behavior terlibat didalam d. stimulus-
al satu hubungan control
dengan dengan sejumalah
teknik konseli pada waktu
self yang sama yang
manage bertujuan untuk
57

ment membantu peserta


didik dalam
memecahkan
permasalahan
perilaku membolos
peserta
didik.seperti,
perilaku membolos
secara internal
maupun secra
eksternal, yaitu: (1)
peserta didik takut
akan kegagalan;
dan (2) peserta
didik merasa
ditolak dan tidak
disukai lingkungan.
Dan Yang menjadi
penyebab dari
lingkungan yaitu:
keluarga tidak
memotivasi dan
tidak mengetahui
pentingnya sekolah
dan masayarakat
beranggapan
bahwa pendidikan
tidak penting.
Variabel Perilaku membolos Indikator Skala Angket nominal
terikat adalah Perilaku perilaku penilaian perilaku
(Y) membolos yang membolos perilaku membol
adalah merupakan jenis dapat dilihat membolos os
perilaku tingkah laku yang dari dengan berjumla
membolo kurang (deficit). beberapa kategori: h 20
s Membolos aspek a. sangat item
merupakan berikut tinggi pertanya
perilaku yang ini(1) Dalam b. tinggi an,
melanggar norma- Sekolah; dan c. rendah dengan
norma sosial (2) Dalam d. sangat kriteria 4
sebagai akibat dari lingkungan rendah (sering),
proses (sangat
pengondisian sering),
lingkungan yang (kadang-
buruk. kadang),
58

Faktor penyebab (tidak


perilaku membolos pernah).
adalah (1) faktor
internal; dan (2)
faktor eksternal.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan subyek

penelitian.2Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas; subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristiktertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.3Populasi

dalam penelitian ini adalah 6 peseta didik kelas VII E di SMP Negeri 13 Bandar

Lampung tahun ajaran 2016/2017, yang terindikasi memiliki perilaku membolos.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.4Sampel penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive

sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan). Adapun sampel enelitian ini

sebanyak 6 peserta didik.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang

akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.5Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (pengambilan

2
Arikunto, Suharsimi. 2006. Edisi Revisi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.h.108
3
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, kuantitatif, kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.h.117
4
Sugiyono Ibid, h. 81
5
Sugiyono. Ibid. h. 217
59

sampel berdasarkan tujuan).Dalam hal ini peserta didik kelas VII E yang kemudian

diperoleh jumlah peserta didik yang memiliki perilaku membolos.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang pokok untuk

memperoleh segala informasi yang diperlukan dalam mengungkap permasalahan

yang diperlukan. Adapun metode pengumpulan data yang peneliti pergunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Kuesioner (Angket)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabanya.6Angket dipergunakan sebagai instrument untuk mengukur perilaku

membolos peserta didik. Instrument ini terdiri dari 40 pertanyaan dan digolongkan

kedalam empat tingkatan perilaku membolos yaitu: sering, sangat sering, kadang-

kadang, dan tidak pernah. Responden memilih satu dari empat pilihan jawaban yang

ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skorsing

atau nilai jawaban.

SkalaLikertyang akan dibagikan kepada peserta didik berisikan pernyataan

yang mendukung sikap (favorable) dan pernyataan yang tidak mendukung sikap

(unfavorable)yaitu dari 1 sampai 4, adanya penggunaan skala 1-4 untuk setiap

jawaban merupakan selanjutnya dibagi ke dalam empat kategori yakni:sering (S),

sangat sering (SS), kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP), yang masing-masing

diberi skor 1 (S), 2 (SS), 3 (KK), 4 (TP) yaitu untuk pernyataan tidak mendukung

6
Sugiyono Ibid, h. 142
60

(unfavorable) dan 4 (S), 3 (SS), 2 (KK), 1 (TP) yaitu untuk pernyataan yang

mendukung (favorable). Setelah skor diperoleh lalu diberi rata-rata skor per

responden. Data responden secara individu didistribusikan berdasarkan kriteria

tertentu, sehingga dapat dideskripsikan distribusi jawabannya.

Menurut Eko dalam aturan pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian adalah

sebagai berikut:

a. skor pernyataan negatif kebalikan dari pernyataan yang positif;

b. jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian x jumlah

pilihan;

c. skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah kelas

interval;

d. jumlah kelas interval = skala hasil penilaian. Artinya kalau penilaian

menggunakan skala 4, hasil penilaian diklasifikasikan menjadi 4 kelas

interval; dan

e. penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus:

Ji = (t – r)/Jk

Keterangan :

t = skor tertinggi ideal dalam skala


r = skor terendah ideal dalam skala
Jk = Jumlah kelas interval.7

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka interval kriteria dapat ditentukan dengan cara

sebagai berikut :

7
Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), h. 144.
61

a. Skor tertinggi : 4X 20 = 80

b. Skor terendah : 1 X 20 = 20

c. Rentang : 80 – 20= 60

d. Jarak interval : 60 : 4 = 16

Tabel 4
Kriteria perilaku Membolos

Interval Kriteria Deskriptif


≥64-80 Sangat Tinggi Peserta didik yang masuk dalam
kategoritinggi telah menunjukkan
perilaku membolosyang ditandai
dengan: (a) selalu mengajak teman-
temanya untuk membolos;
(b) Dalam seminggu 4-5 kali siswa tidak
masuk
(c) Sering meminta ijin keluar kelas.
(d) Tidak mengirimkan surat ijin jika
tidak masuk Sering berkumpul
dan bergerombol dikamar mandi
≥48-64 Tinggi Peserta didik yang masuk dalam
kategori sedang telah menunjukkan
namun belum sepenuhnya terus-
menerus dilakukan yang ditandai
dengan:peserta didik yang melakukan
membolos yang terlalu sering.
≥32-48 Rendah Peserta didik yang masuk dalam
kategori rendah belum menunjukkan
kemampuan perilaku membolossecara
optimal, yang ditandai dengan: peserta
didik tidak melakukan membolos
disekolah.
≥16-32 Sangat rendah Peserta didik yang masuk dalam
kategori sangat rendah belum
menunjukkan kemampuan dan
kesadaran terhadap perilaku membolos,
yang ditandai dengan: peserta didik
mengalamipenurunan dalam melakukan
perilaku membolos.
62

2. Metode wawancara

Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti

dan juga untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden8. Dalam

penelitian ini menggunakan teknik wawancara bebas atau tak setruktur yaitu untuk

memperoleh informasi dari Guru Bimbingan Konseling SMPN 13 Bandar Lampung.

3. Metode Observasi

Menurut Hadi observasi adalah merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dapat

dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non

participant observation.9Peneliti menggunakan metode non participant observation

berarti peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

Menurut Sutrisno hadi yang di kutip oleh sugiyono mengemukakakan bahwa,

observasi adalah suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis.diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.10

Peneliti melakukan pengumpulan data dari lapangan dengan mengamati

diantaranya adalah keadaan lingkungan sekolah SMPN 13 bandar lampung, keadaan

perilaku membolos peserta didik, serta layanan bimbingan dan konseling yang

diberikan. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seperti layanan konseling,

mencatat secara sistemati, memotret segala sesuatu yang berkaitan dengan layanan

8
Sugiyono Ibid, h. 137
9
Sugiyono, ibid, h. 145.
10
Sugiyono, Ibid., h. 145
63

konseling, khususnya pelaksanaan layannan konseling behavioral dengan teknik self

management untuk mengatasi perilaku membolos bagi peserta didik.

4. Metode Dokumentasi

Suharsimi Arikunto yang menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah

mencari data mengenai hal-hal atau sesuatu yang berkaitan dengan masalah variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan

buku langger.11

Menurut Sugiyono, Metode dokumentasi ialah teknik pengumpulan data

dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi responden, seperti buku-

buku, dokumen, catatan harian, dan lain sebagainya.12

Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat dipahami bahwa metode

dokumentasi adalah suatu cara didalam mengumpulkan dat-data yang diperlukan

dengan melalui catatan tertulis. Metode dokumentasi ini dipergunakan untuk

memperoleh data tentang sejarah berdiri, struktur organisasi, jumlah pendidik, dan

komponen-komponen dalam pelaksanaan konseling behavioral dengan tenik self

management di SMP Negeri 13 Bandar Lampung.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Data yang akan diungkap dalam penelitian ini, yaitu perilaku membolos

peserta didik. Oleh karena itu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan angket (kuesioner). Berdasarkan angket (kuesioner) untuk

11
Suharsimi Arikunto, Op., Cit., h. 23
12
Ibid , h. 201
64

mengungkap gambaran perilaku agresif secara fisik dan secara verbal. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk Checklist.

Dasar teori pengembangan instrumen ditinjau dari pengertian dan indikator perilaku

membolos. dalam definisi membolos, menurut Dorothy Kater MS menyatakan bahwa

“penyebab peserta didik membolos ada dua, yaitu sebab dalam diri sendiri dan lingkungan.

Adapun kisi-kisi instrumen, kisi-kisinya sebagai berikut:

Tabel 5
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Konseling Behavioral Dengan Teknik Self
Management Untuk Mengatasi Perilaku Membolos Di SMP Negeri 13
Bandar Lampung Tahun Pelajarann 2016/2017

No Variabel Indikator Deskriptor No.Aitem


1. Perilaku a. Dalam 1. Saya selalu rajin masuk sekolah 1,2,4,5,6,7
membolo Sekolah 2. aktif dalam kegiatan belajar ,8,9,10,16
s mengajar selalu saya lakukan
3. Apakah guru pembimbing
memperkenalkan disiplin di
sekolah
4. Apakah kamu membolos disaat
pelajaran
5. Ketika terlambat masuk sekolah
apakah guru memberi sanksi
sebagai hukuman
6. Apakah kamu datang kesekolah
tepat waktu
7. Merasa bosan dengan dengan
proses belajar mengajar yang ada
dan saya sengaja selalu izin keluar
ke kamar mandi
8. Membolos karena ikut ikutan
teman
9. Saya tidak masuk kelas saat jam
pelajaran berlangsung
10. Tidak masuk kelas saat jam
pelajaran berlangsung karena
tidak suka sama gru mata
pelajaran
65

b. Dalam 1. Orang tua tidak mendukung 3,11,12,13


Lingkunga sepenuhnya terhadap cita-cita ,14,15,17,
n saya karena itu saya malas 18,19,20
untuk pergi kesekolah
2. Mendapat panggilan untuk
melunasi kewajiban
administrasi sekolah membuat
saya takut untuk pergi
kesekolah
3. Terlambat karena bangun
kesingan
4. Apakah kamu mematuhi
perintah orang tua
5. Saya rajin untuk menabung
sisa uang jajan di sekolah
6. Beroya-foya ketika makan
dikantin karena tidak pernah
sarapan di rumah
7. Bermain game ketika pulang
sekolah
8. Mempunyai cita-cita yang
selalu di dukung oleh orang tua
membuat saya semangat untuk
rajin masuk sekolah
9. Pulang sekolah selalu
membantu orang tua untuk
berkerja
10. Saya merasa nyaman menjadi
diri sendiri

F. Pengujian Instrument Penelitian

Instrument merupakan alat untuk mengukur, mengobservasi, atau dokumentasi

yang dapat menghasilkan data kuantitatif.13

1. Uji Validitas

Validitas adalah alat ukur yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu instrument. Menurut Sugiyono, valid berarti instrumen tersebut dapat

13
Sugiono. Op. Cit. h. 72.
66

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui kevalidan

instrumen dalam penelitian ini

Instrument yang valid adalah instrument yang mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur.14Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

rumus korelasi product moment dengan rumus:

∑ XY − (∑ X)(∑ Y)
r =
[{N ∑ X − (∑ X) }{(N ∑ Y ) − (∑ Y) }]

Keterangan :

r : Koefisien validitas item yang dicari


X : Skor responden untk tipa item
Y : Total skor tiap responden dari seluruh item
∑X : jumlah skor dalam distribusi X
∑Y :jumlah skor dalam distribusi Y
∑ X2 : Jumlah kuadrat masing-masing skor X
∑ Y2 : Jumlah kuadrat masing-masing skor X
N : jumlah subjek

2. Uji Realibilitas

Instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan

beberapa kali akan menghasilkan data yang konsisten sama.15

Sebelum angket diujikan kepada responden, angket di ujikan terlebih dahulu

kepada populasi diluar sampel untuk mengetahui tingkat reliabelitasnya

dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut:

r11 =  K 1  2 
 2

 K  1  t 

14
Sugiyono. Ibid., 72
15
Sugiyono, Ibid., 72
67

Keterangan:
r11= Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
Σ  = Jumlah varians butir
2

 2 t= Varian total16

G. Teknik dan Pengolahan Analisiss Data

Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui 2 tahap utama yaitu

pengolahan data dan analisis data.

1. Teknik Pengolahan data

Menurut Notoadmojo setelah data-data terkumpul, dapat dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan editing, coding, procesing, dan cleaning.

a. Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan,

karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data terkumpul itu tidak logis

dan meragukan.Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan

yang terdapat pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi.Pada kesempatan ini,

kekurangan data atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki baik dengan

pengumpulan data ulang ataupun dengan interpolasi (penyisipan).

b. Coding

Coding adalah pemberian/pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama. kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk

angka-angka/huruf-huruf yang memberikan petunjuk, atau identitas pada suatu

informasi atau data yang akan dianalisis.

16
Suharsimi Arikunto, 171
68

c. Processing

Pada tahap ini data yang terisi secara lengkap dan telah melewati proses

pengkodean maka akan dilakukan pemprosesan data dengan memasukkan data dari

seluruh skala yang terkumpul kedalam program SPSS .

d. Cleaning

Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah dientriapakah ada

kesalahan atau tidak.17

2. Analisis Data

Menurut Arikunto yang dikutip oleh sugiyono, mengemukakan realiabilitas

adalah kemantapan alat pengumpul data sehingga akan diajukan uji coba tes.

Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali akan

menghasilkan data yang konsisten sama.18 Pengujian ini akan menggunakan bantuan

program SPSS .

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam

kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis

dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian eksperiment

bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan yang mencobakan sesuatu,

lalu dicermati akibat dari perakuan tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar

perbedaan perilaku agresif sebelum dan sesudah pemberian layanan konseling

behavioral dengan teknik modeling menggunakan statistik Uji t yaitu t-test.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

17
Sugiyono, Op.Cit, h. 85.
18
Sugiyono, Op.Cit. h. 72.
69

Md
t =

( )

keterangan:

Md : mean dari deviasi (d) antara post-test dan pre-test


Xd : perbedaan deviasi dengan mean deviasi
N : banyaky subjek
Df : atau db adalah N-119

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan sesuai dengan hipotesis

yang diajukan peneliti maka data yang akan diperoleh akan dianalisis dan diolah

dengan bantuan program SPPS.

H. Deskripsikan Langkah-Langkah Pemberian Treatmen

Treatmen yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu layanan konseling

kelompok dengan teknik self management. Pemberian treatment dilakukan sebanyak

6 (enam) kali pertemuan sudah termasuk pretest dan posttest. Akan lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6
Pemberian treatmen
No Tahapan Kegiatan
1. Assesment
a. Mempersilahkan peserta didik Dalam hal ini, permasalahan yang
menceritakan permasalahannya akan di bahas adalah permasalahan
peserta didik yang melakukan
perilaku membolos
b. Mengidentifikasi perilaku yang Perilaku yang bermasalah sudah
bermasalah ditemukan sebelumnya pada tahap
pre test yaitu perilaku membolos
c. Mengklarifikasi perilaku yang Mengklarifikasi apakah hasil
bermasalah wawancara yang didapatkan sesuai
dengan keadaan peserta didik yang
sesungguhnya
19
Sugiyono, Ibid , h. 85
70

d. Mengidentifikasi peristiwa yang Mengidentifikasi, hal apa yang


mengawali dan menyertai perilaku menjadi alasan peserta didik
bermasalah berperilaku membolos
e. Mengidentifikasi intensitas Mengidentifikasi berapa kali peserta
perilaku bermasalah didik melakukan perilaku membolos
f. Mengidentifikasi perasaan peserta Menanyakan perasaan peserta didik
didik saat menceritakan perilaku pada saat menceritakan
bermasalah permasalahan tentang perilaku
membolosnya
g. Merangkum pembicaraan peserta -
didik
h. Menemukan inti masalah Menemukan inti masalah mengapa
peserta didik melakukan perilaku
membolos
i. Mengidentifikasi hal-hal yang Memberikan gambaran tentang
menarik dalam kehidupan peserta manfaat berperilaku disiplin dan
didik tidak membolos
j. Memberikan motivasi kepada Memberikan motivasi kepada peserta
peserta didik didik untuk merubah kebiasaan
membolosnya
2. Goal Setting
a. Menentukan tujuan konseling Tujuan dalam hal ini adalah
mengatasi perilaku membolos .
Dalam hal ini adalah teratasinya
perilaku membolos yang dilakukan
peserta didik
b. Mempertegas tujuan yang ingin Mempertegas bahwa tujuan dalam
dicapai konseling ini adalah untuk
teratasinya perilaku membolos yang
dilakukan peserta didik
c. Meyakinkan peserta didik bahwa Meyakinkan bahwa praktikan ingin
praktikan ingin membantu klien membantu peserta didik untuk
dalam mencapai tujuan konseling mengatasi perilakumembolosnya
d. Membantu peserta didik Membantu peserta didik dalam
memandang masalahnya dengan memandang perilakunya serta
memperhatikan hambatan yang membantu peserta didik dalam
dihadapi untuk mencapai tujuan yang menemukan dan mengatasi hambatan
ingin dicapai yang dihadapinya dalam mencapai
tujuan konseling
e. Merinci tujuan menjadi sub tujuan Sub tujuan:
yang berurutan dan operasional a. mengurangi perilaku
membolos peserta didik
b. Menghilangkan sama sekali
perilaku membolos peserta
71

didik
3. Teknik Implementasi
a. Menentukan teknik konseling Menentukan Teknik konseling yang
akan digunakan dalam mengurangi
perilaku membolos yaitu
menggunakan teknik Self
management
b. Menyusun prosedur perlakuan Prosedur perlakuan teknik:
sesuai dengan teknik yang diterapkan 1. Mengajarkan kepada klien
bagaimana mengisi lembar Self
management
2. Meminta peserta didik untuk
mengisi lembar Self management,
sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan konseling.
3. Meminta peserta didik untuk
melakukan apa yang telah ia tulis
dalam lembar Self management.
c. Melaksanakan prosedur perlakuan Melakukan prosedur Self
sesuai dengan teknik yang diterapkan management sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya.
4. Evaluasi-Terminasi
a. Menanyakan dan mengevaluasi Menanyakan kepada peserta didik
apa yang akan dilakukan peserta bagaimana perasaan peserta didik
didik setelah diberikan treatment. setelah mendapatkan treatment serta
menanyakan rencana atau tindakan
yang akan dilakukan
b. Membantu peserta didik Meminta peserta didik untuk benar-
mentransfer apa yang dipelajari benar melakukan apa yang ia tulis
kedalam tingkah laku peserta didik dalam lembar Self management, agar
tujuan konseling ini benar-benar
dapat tercapai
c. Mengeksplorasi kemungkinan Membuat kesepakatan dengan klien
kebutuhan konseling tambahan untuk mengadakan konseling
lanjutan
d. Menyimpulkan apa yang telah Menyimpulkan tentang apa yang
dilakukan dan dikatakan peserta telah didapatkan selama proses
didik konseling, mulai dari tujuan sampai
dengan hasil konseling.
e. Membahas tugas-tugas yang harus Memberikan tugas kepada klien
dilakukan pada pertemuan untuk tetap melakukan tugas dalam
selanjutnya lembar self management dan
melaporkan perubahan yang terjadi
f. Mengakhiri proses konseling Mengakhiri proses konseling
72

g.posttest Untuk mengetahui dan mengukur


perkembangan peserta didik setelah
diberikan perlakuan atau treatmen20

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Langkah persiapan

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat

umum maupun tujuan khusus;

b. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai;

c. Menetapakan masalah yang akan dibahas; dan

d. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknik

pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas.

2. Pelaksanaan diskusi

a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi;

b. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi

sesuai dengan jenis diskusi yang dilaksanakan;

c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan;

d. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi

untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya; dan


73

e. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang

dibahas.

3. Menutup diskusi

a. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai

dengan hasil diskusi; dan

b. Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluru

peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Efektivitas Konseling Behavior Dengan Teknik Self

Management dalam mengurangi perilaku membolos pada peserta didik kelas VII di

SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017” telah dilaksanakan pada

bulan Februari-Maret tahun 2017. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk

mengurangi perilaku membolos peserta didik kelas VII di SMP Negeri 13 Bandar

Lampung.Hasil penelitian diperoleh melalui penyebaran instrumen yang bertujuan

untuk memperoleh data mengenai gambaran perilaku membolos peserta didik dan

sekaligus sebagai dasar penyesuaian isi layanan konseling behavioral dengan teknik

self management untuk mengatasi perilaku membolos peserta didik. Hasil penyebaran

instrument dijadikan analisis awal untuk perumusan layanan konseling behavioral

dengan teknik self management terhadap peserta didik yang kemudian diuji cobakan

guna memperoleh keefektifan.

1. Gambaran Umum Perilaku Membolos Peserta Didik

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku membolos peserta didik

di SMP Negeri 13 Bandar Lampung, perilaku membolos yang memiliki kategori

tinggi akan menggangu peserta didik di sekolah. Peneliti dalam menangani

74
75

permasalahan yang terjadi menggunakan layanan konseling behavioral dengan teknik

self management.Berdasarkan hasil penyebaran instrumen penelitian interaksi sosial

terhadap peserta didik kelas VII E SMP Negeri13 Bandar Lampung Tahun Ajaran

2016/2017 dalam membagikan instrumen membolos kepada kelas tersebut peserta

didik yang selanjutnya dikategorikan sebagaimana yang terdapat pada Tabel 8

sebagai berikut.

Tabel 7
Gambaran Umum Perilaku membolos Kelas VII E,
Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung

Kategori Rentang skor ∑ Presentase


Sangat tinggi 50-60 6 17,14%
Tinggi 40-50 4 11,42%
Rendah 30-40 25 71,42%
Sangat rendah 20-30 0 0%
Jumlah 35 100%

Berdasarkan tabel berikut terlihat bahwa perilaku membolos peserta didik

tergolong tinggi, sehingga peneliti akan memberikan layanan untuk membantu

mengatasi perilaku membolos peserta didik. layanan yang akan diberikan yaitu

layanan konseling behavioral dengan teknik self management.

Selanjutnya gambaran perilaku agresif peserta didik dapat terlihat dari setiap

indikator yaitu : (1) dalam diri sendiri; dan (2) dalam lingkungan. Hasil penelitian

peserta didik kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung dideskripsikan sebagai berikut:

a. Gambaran Indikator Perilaku MembolosDalam Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan gambaran perilaku membolos

peserta didik takut akan kegagalan berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 3

peserta didik, pada kategori tinggi sebanyak 3 peserta didik, pada kategori rendah
76

sebanyak 0 peserta didik, pada kategori sangat rendah sebanyak 0 peserta didik.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 8
Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah

Kategori Interval ∑ Presentase


Sangat tinggi 32-40 3 8,5%
Tinggi 24-32 3 5,8%
Rendah 16-24 0 2,8%
Sangat rendah 8-16 0 0%
Jumlah 6 100%

Berdasarkan tabel 9 presentase indikator perilaku membolos peserta didik

dalam sekolah sendiri kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tergolong kategori

tinggi dan sangat tinggi. Hal itu dapat ditandai dengan perilaku membolos peserta

didik.

b. Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Lingkungan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan gambaran perilaku membolos dalam

lingkungan peserta didik berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 4 peserta didik,

pada kategori tinggi sebanyak 2 peserta didik, pada kategori rendah sebanyak 0

peserta didik, dan 0 peserta didik dalam kategori sangat rendah. Secara rinci dapat

dilihat pada tabel 10.

Tabel 9
Gambaran Indikator Perilaku Membolos Dalam Lingkungan
Kategori Interval ∑ Presentase
Sangat tinggi 32-40 4 11,4
Tinggi 24-32 2 5,8%
Rendah 16-24 0 0%
Sangat rendah 8-16 0 0%
Jumlah 6 100%
Berdasarkan tabel 10 presentase indikator perilaku membolos dalam

lingkunganpeserta didik kelas VII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tergolong


77

kategori tinggi dan sangat tinggi. Hal itu dapat ditandai dengan perilaku membolos

peserta didik.

Secara keseluruhan persentase perilaku membolos peserta didik pada setiap

indikator dan indikator dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 10
Gambaran perilaku membolos Berdasarkan Indikator

Inikator Kriteria Interval Frekuensi Presentase ∑ Presentase


Dalam Sangat tinggi 32-40 3 8,6%
sekolah Tinggi 24-32 3 8,6% 44%
Rendah 16-24 0 0%
Sangat 8-16 0 0
rendah
Dalam Sangat tinggi 32-40 4 11,4%
lingkungan Tinggi 24-32 2 5,8% 41%
Rendah 16-24 0 0
Sangat 8-16 0 0
rendah
Secara keseluruhan gambaran perilaku membolos pada setiap indikator tidak

mengalami perbedaan yang sangat jauh berbeda dari setiap indikator. Berdasarkan

urutan persentase tertinggi urutan pada indikator perilaku membolos adalah sebagai

berikut: (1) indikator dalam sekolah (44%); (2) indikator Dalam lingkungan (41%).

2. Efektivitas Layanan Konseling Behavioral Dengan Teknik Self

Management Untuk Mengurangi Perilaku Membolos

a. Pelaksanaan layanan konseling kelompok pendektan behavioral

dengan teknik self management

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 Februari 2017 di SMP Negeri 13

Bandar Lampung, deskripsi proses pelaksanaan penelitian konseling kelompok

pendekatan behavioral dengan teknik self management dilakukan dengan


78

memaparkan hasil pengamatan selama proses penelitian. Kemudian hasil pengamatan

yang telah dilakukan selama proses penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama peneliti memberikan angket awal (prettest). Prettest

dilakukan pada tanggal 23 Februari 2017 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran

kondisi awal perilaku membolos peserta didik di SMP Negeri 13 Bandar Lampung.

Hasil angket perilaku membolos yang diberikan kepada 35 peserta didik terdapat 3

peserta didik memiliki perilaku membolos sangat tinggi, 2 peserta didik memiliki

perilaku membolos tinggi, dan 1 peserta didik memiliki perilaku membolos yang

rendah, dan 0 pesertadidikmemilikiperilakumembolos yang sangatrendah. Peserta

didik berantusias mengikuti pelaksaan prettest . setelah peneliti mendapatkan data

dari hasil prettest peneliti kemudian menentukan treatment yang akan diberikan

kepada peserta didik yang tergolong perilaku membolos yang sangat tinggi. Maka

perilaku membolos yang sangat tinggi harus segera diatasi, untuk mengatasinya

peneliti menggunakan layanan konseling kelompok pendekatan behavioral dengan

teknik self management.

2. Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua peneliti pertama kali mengadakan layanan konseling

kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management. pada pelaksanaan

konseling kelompok pendekatan behavior terdapat beberapa tahap. Pada tahap

perkenalan dan penjelasan tentang layanan konseling kelompok dengan pendekatan

behavioral. Konseling dilakukakan pada hari senin tanggal 27 Februari 2017 yang
79

berdurasi 45 menit,peserta didik yang melakukan perilaku membolos yaitu

(GP.NR,ES,JP,EF,DG). Dan pada hari itu juga konseling kelompok dengan

pendekatan behavioral diawali dengan opening seperti menyambut peserta didik

dengan baik, mengucap salam, pembicaraan dengan menanyakan kabar dan

memperkenalkan diri serta tidak lupa juga membina hubungan dengan baik dengan

peserta didik. Tujuanya adalah agar peserta didik merasa aman, nyaman, dan percaya

dengan peneliti, sehingga peserta didik dapat hadir dengan sukarela .sebelumnya

peneliti mengucapkan terimakasih kepada peserta didik yang sudah berpartisipasi dan

bergabung dalam konseling kelompok ini.

Setelah suasana kondusif, peneliti mulai menanyakan tentang kesiapan

anggota kelompok untuk melaksanakan konseling kelompok. Setelah itu peneliti

melaksanakan kegiatan pengakraban. Pengakraban dilaksanakan untuk mengikuti

kegiatan konseling kelompok, sehingga peserta didik terlihat rileks dan tidak tegang.

Pengakraban dimantapkan dengan permainan “ rangkaian nama “ yaitu merangkaian

nama panggilan teman sekolahnya. Selanjutnya pemimpin kelompok mempersilahkan

anggota untuk mengungkapkan permasalahnya. Dalam tahap ini seluruh peserta didik

berperan aktif dan terbuka mengemukakan apa yang dirasakan, dipikirkan dan

dialaminya. Selanjutnya memilih masalah yang sering muncul sesuai kesepakatan

anggota kelompok. Masalah yang akan dibahas adalah kenakaln remaja. Setelah itu

dilanjutkan dengan mengeluarkan pendapat, saran atau gagasan. Setelah

permasalahan tersebut mendapakan solusi dan saran maka kegiatan ini akan diakhiri.

Pemimpin kelompok meminta beberapa orang anggota kelompok untuk


80

menyimpulkan hasil yang diperoleh dalam konseling kelompok dengan pendektan

behavioral dan juga mengungkapkan kesan-kesanya. Mengingat waktu tidak

memungkinkan lagi maka pemimpin kelompok menjelaska pertemuan selanjutnya

dan mengakhiri pertemuan dengan membaca alhamdulillah.

3. Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga ini adalah pertemuan kedua melaksanakan layanan

konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management.

Konseling dilakukan pada hari selasa tanggal 28 Februari 2017 yang berdurasi 45

menit, seperti pertemuan sebelumnya proses konseling kelompok diawali dengan

opening seperti menyambut peserta didik dengan baik, mnegucap salam, pembicaraan

dengan menanyakan kabar dan memperkenalkan diri serta tidak lupa juga membina

hubungan baik dengan peserta didik. Tujuanya adalah agar peserta didik aman dan

nyaman.

Kemudian memasuki kegiatan inti, sebelum memasuki kegiatan inti peneliti

memberikan permainan sejenak, setelah anggota kelompok merasa rileks maka

seperti pertemuan sebelumnya pemimpin kelompok mempersilahkan anggota

kelompok untuk mengungkapkan masalahnya. Setelah itu pemimpin dan anggota

kelompok menentukan masalah yang akan diselesaikan sesuai kesepakatan. Masalah

yang akan dibahas pada pertemuan kedua ini adalah perilaku membolos, selain itu

para anggota mengungkapkan gagasan, ide dan saranya. Untuk mengakhiri pertemuan

konseling pada hari ini, peneliti tidak lupa menanyakan pemahaman apa yang sudah

diperoleh selama kegiatan kepada peserta didik. Sebelumnya melanjutkan pertemuan


81

selanjutnya peneliti akan mengamati peserta didik yang mempunyai permasalahan

perilaku membolos dikelas berlangsung. Peneliti ingin melihat menurunya perilaku

membolos peserta didik tersebut.

4. Pertemuan keempat

Pada pertemuan keempat ini adalah pelaksanaan konseling kelompok dengan

pendektan behavioral dengan teknik self management ketiga. Sebelum dilaksanakan

layanan konseling ketiga ini peneliti mengamati perubahan perilaku peserta didik

setelah diadakan 2 kali pertemuan layanan konseling. Konseling dilakukan pada hari

Hari senin pada tanggal 27 dan hari selasa tanggal 28 Februari 2017 yang

berdurasi 45 menit. Pada pertemuan ini seperti biasa proses konseling diawalin

dengan peneliti melakukan opening dengan menyambut peserta didik dengan baik,

memberi salam, menyapa dan menanyakan kabar dan perkembangan peserta didik,

serta menggunakan kalimat yang membuat konseli nyaman dan tidak tegang saat

melaksanakan proses konseling untuk memasuki pembahasan inti. Sebelum

memasuki kegiatan inti pada pertemuan ini peneliti mengajak peserta didik untuk

melakukan permainann.

Setelah peserta didik merasa nyaman maka akan dimulainya kegiatan inti.

Pada kegiatan pertemuan ketiga ini anggota kelompok meminta membahas kembali

masalah perilaku membolos yaitu pentingnya menghargai waktu. Pemimpin

kelompok meminta anggota untuk mengungkapkan gagasan, ide, pendapat dan

saranya. sebelum pertemuan ketiga dilaksanakan pemimpin kelompok mengamati

perubahanya waktu kegiatan konseling tersebut adanya masih ada peserta didik yang
82

melakukan perilaku membolos. Pada pertemuan ketiga ini peserta didik sudah

mengalami penurunan pada perubahan perilakunya. Sedangkan untuk peserta didik

yang belum sepenuhnya mengalami perubahan pada perilakunya peneliti berusaha

untuk membantu dan memberikan kegiatan dengan teknik self management, yaitu

dengan meliputi pemantauan diri (self-monitoring) yaitu peserta didik mampu

mengendalikan diri, menjaga sikap, dan berperilaku ekspresif untuk tidak melakukan

membolos pada saat pelajaran matematika dan saat terlambat datang kesekolah,

setelah peserta didik mampu mengendalikan dirinya peserta didik harus melakukan

reinforcement yang positif (self-reward) yaitu peserta didik harus mampu memotivasi

dirinya sendiri agar tidak melakukan lagi membolos dan memanage dirinya untuk

disiplin waktus, kemudian peserta didik melakukan perjanjian dengan diri sendiri

(self-contracting), yaitu peserta didik berjanji pada dirinya sendiri tidak akan

melakukan membolos dan jika peserta didik melakukan membolos berarti dia harus

menerima hukuman dari wali kelas atau guru BK, dan tahap terakhir yaitu dengan

memberikan stimulus atau rangsangan terhadap peseta didik yaitu dengan

menekankan pada penataan kembali sebagai isyarat khusus atau anteseden atas

respon. Apabila peserta didik mengontrol dirinya secara baik yang ditunjukan dari

kemampuan peserta didik melakukan respon lain yang lebih baikm maka peserta

didik akan berusaha menguatkan dirinya secara positif, tanpa harus merugikan orang

lain, menjadikan sadar akan pentingnya berperilaku yang bertanggung jawab, disiplin

waktu. Mengingat waktunya akan diakhri pemimpi kelompok untuk menjelaskan

hasil yang di peroleh pada proses konseling kelompok pendektan behavioral dengan
83

teknik self management, serta mempersilahkan untuk mengungkapkan kesan-

kesanya. Sebelum akan dilanjutkan ke pertemaun ke empat peneliti kembali akan

mengamati perubahan perilaku peserta didik.

5. Pertemuan kelima

Pertemuan kelima adalah pelaksanaan konseling kelompok yang terahir.

Sebelum pertemuan ini dilaksanakan peneliti sudah mengamati perubahan perilaku

peserta didik pada saat konseling berlangsung. Pertemuan dilaksanakan pada hari

kamis tanggal 2 Maret 2017 yang berdurasi 60 menit, pada pertemuan ini seperti

biasa proses konseling diawali dengan peneliti melakukan opening dengan

menyambut peserta didik dengan baik, memberikan salam, menyapa, menanyakan

kabar dan perkembangan konseli serta menggunakan kalimat yang membuat peserta

didik nayman dan tidak tegang saat melaksankan proses konseling untuk memasuki

pembahasan inti. Pemimpin kelompok dan anggota kelompok bersepakat untuk

mengulas pembahasan yang telah dilaksanakan pada proses koseling sebelumnya.

Karena secara garis besar permasalahan yang sedang di bahas adalah permasalahan

yang dibahas adalah perilaku membolos. Dalam pertemuan ini sudah terlihat adanya

perubahan perilaku peserta didik. Peserta didik sudah menampilkan perilaku barunya,

kemudian pemimpin kelompok memberikan penguatan positif dengan cara

memberikan pujian kepada peserta didik tersebut. Namun pemberian pujian tidak

boleh berlebihan.setelah itu peneliti mengevaluasi kegiatan konseling kelompok dari

pertama sampai terahir.


84

Peneliti mengevaluasi kegiatan konseling kelompok pendekatan behavioral

dengan teknik self management yang telah dilaksanakan dari pertemuan pertama dan

terahir. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengevaluasi hal yang sudah dilakukan oleh peserta didik setelah diberi treatment

dan menanyakan tentang hal-hal yang sudah dilakukan oleh peserta didik serta

hambatan apa saja yang dihadapi. Peneliti menyimpulkan semua yang dilakukan dan

diungkapkan peserta didik selama mengikuti kegiatan ini. Sebelum kegiatan ini

diakhiri peneliti meminta maaf kepada peserta didik apabila selama melaksanakan

konseling kelompok dari pertama sampai akhir terdapat kesalahan. Tidak lupa juga

mengucapkan terima kasih kepada peserta didik karena sudah berkenaan dan

berpartisipasi hadir dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dari awal hingga

akhir. Peneliti menanyakan pemahaman apa yang sudah diperoleh dari pertemuan

diperoleh dari pertemuan konseling kelompok, perasaan yang dialami selama

kegiatan berlangsung, kesan yang diperoleh selama kegiatan kepada peserta didik.

Dari penjelasan proses bimbingan kelompok sebanyak 4 kali tersebut, rata-rata

pelaksanaan konseling kelompok sudah dilakukan dengan baik dan sesuai prosedur

konseling kelompok. Setelah itu pemimpin kelompok mengakhiri proses konseling

dan mengucapkan salam, lalu mengajak peserta didik untuk mengucapkan

alhamdullilah.

6. Pertemuan keenam

Pada pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 9 Maret

2017. Peneliti memberikan angket perilaku membolos dalam posttest.Posttest


85

diberikan kembali untuk mengetahui seberapa penurunan perubahan perilaku peserta

didik setelah diberikan treatment. selain memberikan posttest peneliti juga

memberikan penguatan positif terhadap peserta didik agar perilaku peserta didik

tersebut tetap menetap.

b. Hasil Uji Statistik Efektivitas Konseling Behavioral dengan Teknik

Self Management Untuk Mengatasi Perilaku Membolos

Efektivitas layanan konseling kelompok dengan pendektan behavioral dengan

teknk self managementuntuk mengatasi perilaku membolos peserta didik dapat dilihat

dari perbandingan hasil prettest (sebelum diberikan layanan) dan hasil postest

(sesudah pemberian layanan). Sebelum dilakukan perbandingan hasil pretest dan

posttest, terlebih dahulu dilakukan uji t untuk mengetahui efektivitas konseling

kelompok pendektan behavioral dengan teknik self managementuntuk mengatasi

perilaku membolos peserta didik.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha = adanya efektivitas konseling behavioral dengan teknik self

managementuntuk mengatasi perilaku membolos peserta didik kelas VII

SMPNegeri 13 bandar lampung tahun pelajaran 2016-2017

Ho = tidak ada efektivitas konseling behavioral dengan teknik self

managementuntuk mengatasi perilaku membolos peserta didik kelas VII

SMPNegeri 13 bandar lampung tahun pelajaran 2016-2017

Ho :µ1 = µ0

Ha :µ1 ≠ µ0
86

Berdasarkan hasil uji t paired sampel test pada layanan konseling kelompok

pendekatan behavioral dengan teknik self managementuntuk mengatasi perilaku

membolos, perhitungan perilaku membolos peserta didik dilakukan dengan

menggunakan SPSS 17.0 for windows, dapat dilihat dari hasil tabel 11:

Tabel 11
Hasil Uji T Paired Perilaku Membolos Peserta Didik
Prettest Dan Posttes

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
Pair PRETEST – 25.142 27.96086 10.56821 -.71662 51.00234 2.379 6 .055
1 POSTEST 86

Dari hasil dari hasil tabel 11 dapat diketahui bahwa t adalah 2.379 mean

25.1428, 95%Confidence Interval of the Difference, lower = -71662 dan Upper =

51.00234, kemudian thitung dibandingkan dengan ttabel df = 6 dengan ketentuan thitung <

ttabel (2.379<1.943)dikarenakan peneliti mengambil taraf signifikan α= 0.05 dengan

nilai distribusi nilai satu arah untuk kriteria pengujian hipotesis yang peneliti ajukan,

dengan demikian kemampuan interaksi sosial peserta didik kelas VII E di SMP

Negeri 13 Bandar Lampung mengalami perubahan setelah diberikan layanan

konseling kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa Konseling Kelompok dengan

teknik self management dapat berpengaruh dalam mengurangiperilaku membolos

peserta didik kelas VIII E di SMP Negeri 13 Bandar Lampung.

Dari hasil uji t, hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perubaha skor

perubahan perilaku membolos setelah diberikan layanan Konseling Kelompok

dengan teknik self management, nilai rata-rata pretest adalah 43.5 sedangkan nilai
87

rata rata postest adalah 28.83. Peserta didik yang pada awalnya memiliki skor tinggi,

setelah diberikan layanan konseling mengalami penurunan skor perilaku membolos,

hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima Jika dilihat dari nilai rata-

rata, maka penurunan perilaku membolos pada pada saat pre-test dengan post-test

dapat dilihat pada grafik 1:

rata-rata
50
40
30
20 rata-rata
10
0
pretest postest

Gambar 4
Grafik rata-rata Penurunan
Prettest dan Posttest

1). Hasil Uji Statistik Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Self

ManagementUntuk Mengatasi Perilaku Membolos Pada Indikator Perilaku

Membolos Dalam Sekolah

Hasil uji statistik efektivitas konseling behavioral dengan teknik self

managementuntuk mengatasi perilaku membolos pada indikator perilaku perilaku

membolos dalam sekolah diperoleh hasil sebagai berikut:


88

Tabel 12
Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada
Prettest Dan Posttest pada Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair PRETEST - 1.833 2.99444 1.22247 -1.30914 4.97580 1.500 5 .194
1 POSTEST 33
Berdasarkan tabel 12 terlihat pada indikator perilaku mmbolos dalam sekolah

hasil uji t paired prettest dan posttest adalah signifikan karena memiliki nilai sig.2

tailed ≤0,05( 194≤0,05 . hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan

perilaku membolos indikator antara prettest dan posttest. Jika dilihat dari rata-rata

maka penurunan indikator perilaku membolos dalam sekolah pada posttest lebih

rendah dibandingkan prettest. Hal ini menunjukan bahwa layanan konseling

kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management efektif untuk

mengatasi perilaku membolos agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5

rata-rata
60

40

20 rata-rata

0
postest pretest

Gambar 5
Grafikrata-rata Penurunan
Prettest dan Posttestpada Indikator Perilaku Membolos Dalam Sekolah
89

2).Hasil Uji Statistik Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik self

managementUntuk Mengatasi Perilaku Membolos Pada Indikator Dalam

Lingkungan

Hasil uji statistik efektivitas konseling behavioral dengan teknik self

managementuntuk mengatasi perilaku membolos pada indikator dalam lingkungan

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 13
Hasil Uji Paired Perilaku Membolos Peserta Didik Pada
Prettest Dan Posttest pada Indikator Perilaku Dalam Lingkungan

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
Pair PRETEST - 1.833 2.99444 1.22247 -1.30914 4.97580 1.500 5 .194
1 POSTEST 33

Berdasarkan tabel 13 terlihat pada indikator perilaku agresif verbal hasil uji t

paired prettest dan posttest adalah tidaksignifikan karena memiliki nilai sig.2

tailed≥0,05 (194 ≥ 0,05). hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan

perilaku membolos indikator antara prettest dan posttest. Jika dilihat dari rata-rata

maka penurunan indikator perilaku membolos dalam lingkungan pada posttest lebih

rendah dibandingkan prettest. Hal ini menunjukan bahwa layanan konseling

kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management efektif untuk

mengatasi perilaku membolos agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar 13
90

rata-rata
50
40
30
20 rata-rata
10
0
postest pretest

Gambar 6
Grafikrata-rata Penurunan
Prettest dan Posttestpada Indikator Perilaku Membolos Dalam Lingkungan

3). Perbandingan Nilai Pretest dan Postest

Setelah dilaksanakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan analisi

transaksional dalam upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial peserta didik

hasil yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel 14
Deskripsi Data Prettest dan Posttest

No Prettest Posttest
Responden
1 48 27
2 43 26
3 47 33
4 41 26
5 41 30
6 41 31
Jumlah 43.5 28.83
Rata - rata 7.25 4.805

Berdasarkan hasil perhitungan prettest 6 sampel tersebut didapatkan hasil rata-

rata perilaku membolos peserta didik rendah dengan nilai 43.5 : 6 = 7.25. Setelah

dilakukan layanan konseling kelompok pendekatan analisis transaksional peserta

didik cenderung meningkat hasil postest nya dengan angka 28.83 : 6 = 4.805. Maka,
91

dapat disimpulkan bahwa setelah pemberian layanan konseling kelompok dengan

teknik self management peserta didik mengalami penurunan. Untuk lebih jelas,

penurunan perilaku membolos berdasarkan indikatro dapat diliahat pada gambar 7

sebagai berikut:

60

50

40

30 PRETEST
POSTEST
20

10

0
GP NR ES JP EF DG

Gambar 7
Hasil Penurunan Perilaku Membolos Per Indikator
Prettest Posttest

Dilihat dari gambar 7 tersebut penuruna perilaku membolos pada setiap

indikator rata-rata signifikan, maka dengan hal ini konseling kelompok pendekatan

behavioral dengan teknik self management efektif untuk mengatasi perilaku

membolos di SMP Negeri 13 Bandar Lampung.

B. Pembahasan

Pembahasan penelitian diawali dengan profil perilaku membolos dilanjutkan

dengan menganalisis layanan konseling kelompok. Adapun pembahasan kefektifan


92

layanan konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management

untuk mengatasi perilaku membolos peserta didik adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan Gambaran Umum Perilaku Membolos Peserta Didik Kelas

VII Di SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017

Berdasarkan hasil prettest yang telah dilakukan menunjukan bahwa perilaku

membolos peserta didik rata-rata berada pada kategori sangat tinggi dan tinggi.

Apabila dibiarkan akan mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik disekolah.

Karena peserta didik yang memiliki perilaku membolos akan mengalami frustasi atau

perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya situasi frustasi

akan membuat orang marah dan akan memperbesar kemungkinan mereka melakukan

perilaku membolos, hal ini selaras dengan pendapat Gunarsa menyebutkan bahwa

perilaku membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak

sekolah.1 Dalam hal ini perilaku membolos dipandang sangat mempengaruhi peserta

didik terutama di masa perkembangan yang dilaluinya terutama usia remaja. Hal ini

jelas bahwa untuk membentuk pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab serta

mengoptimalkan potensi yang ada pada diri peserta didik yang duduk di bangku

sekolah menengah pertama ini.

Kondisi perilaku membolos dalam peserta didik kelas VII di SMP Negeri 13

bandar lampung berdasarkan presebtase urutan indikator perilaku membolos sebagai

berikut; (1) dalam sekolah; dan (2) dalam lingkungan.

1
Gunarsa, Singgih. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.h.31
93

2. Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Self

Management Untuk Mengurangi Perilaku Membolos

Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti menggunakan layanan konseling

kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakn

didalam suasana kelompok. Pada pelaksanaan konseling kelompok yang terjadi

hubungan yang hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Selain itu juga ada

pengungkapan dan pemahaman masalah peserta didik, penelusuran sebab-sebab

timbulnya masalah, uapaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

Didalam konseling kelompok terdapat dinamika perilaku membolos yang dapat

berkembang dengan intensif dalam suasan kelompok. Melalui dinamika membolos

yang terjadi antar anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing

individu akan dienteskan. Dinamika perilaku membolos yang secara intensif terjadi

dalam suasana kelompok dengan pendekatan behavioral dapat menurunkan perilaku

membolos dengan modifikasi perilaku sebagai tindakan yang bertujuan untuk

mengubah perilaku . modifikasi perilaku saat sebagai usaha menerapakan prinsip-

prinsip belajar hasil pada perilaku manusia2. Pada pelaksanaan layanan konseling

kelompok dengan pendekatan behavioral dengan teknik self managemnt. Pendekatan

behavioral adalah suatu treatment atau suatu pemberian bantuan kepada seseorang

guna membantu seseorang tersebut untuk mengubah perilaku yang maladaftif

menjadi adaptif dengan menggunakan teknik self management. Ini berarti kebiasaan-

2
Dra. Gantina Komalasari, teori dan teknik konseling ,(jakarta: indek , 2011), h. 152
94

kebiasaan yang malafdatif dilemahkan dan dihilangkan, kemudian perilaku adaftif

ditimbulkan dan dikukuhkan.

Berdasarkan analisis data yang menunjukan adanya perbedaan perilaku

membolos peserta didik setelah dilaksanakan layanna konseling kelompok

pendekatan behavioral dengan teknik self management. Hasil penelitian menunjukan

bahwa rata-rata perilaku membolos peserta didik setelah dilaksanakan layanan

konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management menjadi

lebih baik dari kriteria tinggi menjadi rendah.

Self-management merupakan suatu prosedur dimana individu mengatur

perilakunya sendiri.3 Gagasan pokok dari penilaian self-management adalah bahwa

perubahan bisa dihadirkan dengan mengajar orang dalam menggunakan keterampilan

menangani situasi bermasalah. Dalam program self-management ini individu

mengambil keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan perilaku khusus

yang ingin dikendalikan atau diubah. Corey menyatakan bahwa seringkali individu

menemukan bahwa alasan utama dari ketidakberhasilannya mencapai sasaran adalah

tidak dimilikinya keterampilan.4 Dalam kawasan seperti itu pendekatan pengarahan

diri sendiri bisa memberikan garis besar bagaimana bisa didapat perubahan dan

sebuah rencana yang akan membawa keperubahan, Dalam menggunakan strategi self-

management untuk mengubah perilaku, maka klien beruasha mengarahkan perubahan

3
Komalasari, G dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT
Indeks.h.180
4
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4.
Translated by: Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers.h.431
95

perilakunya dengan cara memodifikasi aspek-aspek lingkungan atau

mengadministrasikan konsekuensi-konsekuensi. Dengan demikian melalui strategi ini

disamping klien dapat mencapai perubahan perilaku sasaran yang dinginkan juga

dapat mengembangkan kemampuan dalam mengelola dirinya.

Berdasarkan analisis data yang menunjukan adanya perbedaan

perilaku membolos peserta didik setelah dilaksanakan layanna konseling kelompok

pendekatan behavioral dengan teknik self management yaitu Menurut Gunarsa teknik

self management meliputi pemantauan diri (self-monitoring) yaitu Merupakan suatu

proses konseli mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya sendiri dalam

interaksinya dengan lingkungan. dalam pemantauan diri ini biasanya konseli

mengamati dan mencatat perilaku masalah, mengendalikan penyebab terjadinya

masalah (antecedent) dan mengahasilkan konsekuensi, reinforcement yang positif

(self-reward) Digunakan untuk membantu konseli mengatur dan memperkuat

perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkan sendiri. Ganjaran-diri ini digunakan

untuk menguatkan atau meninkatkan perilaku yang diinginkan. Asumsi dasar tekhnik

ini adalah bahwa dalam pelaksanaannya, ganjaran diri paralel dengan ganjaran yang

di administrasikan dari luar. Dengan kata lain, ganjaran yang dihadirkan sendiri sama

dengan ganjaran yang diadministrasikan dari luar, didefiniskan oleh fungsi yang

mendesak perilaku sasaran, perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting) Ada

beberapa langkah dalam self-contracting ini yaitu:

1) Konseli membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku, dan

perasaan yang diinginkannya.


96

2) Konseli menyakini semua yang ingin diubahnya.

3) Konseli bekerja sama dengan teman/keluarga untuk program self-

management-nya.

4) Konseli akan menanggung resiko dengan program self-management yang

dilakukannya.

5) Pada dasarnya, semua yang konseli harapkan mengenai perubahan pikiran,

perilaku dan perasaan adalah untuk konseli itu sendiri.

6) Konseli menuliskan peraturan untuk dirinya sendiri selama menjalani proses

self-management.

Dan penguasaan terhadap ransangan (stimulus control) Tekhnik ini menekan

pada penataan kembali atau modifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus atau

antecedent atas respon tertentu.5 Terkait dengan kasus perilaku membolos,

dalam teknik self management guru pembimbing berperan membantu siswa

agar mereka dapat mengembangkan potensi dan memecahkan setiap

masalahnya dengan mengimplementasikan seperangkat prinsip atau teknik

tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata perilaku membolos

peserta didik setelah dilaksanakan layanan konseling kelompok pendekatan

behavioral dengan teknik self management menjadi lebih baik dari kriteria

tinggi menjadi rendah,adapun penurunan perilaku membolos peserta didik

dapat dilihat pada indikator berikut ini:

5
Gunarsa. Op. Cit. h.225-226
97

a. Dalam Sekolah

Berdasarkan hasil data penelitian bahwa pada indikator dalam sekolah

mengalami penurunan, terlihat presentase pada waktu prettest lebih tinggi pada saat

posttest. Penurunan dalam sekolah peserta didik pada indikator ini dapat dilihat

perilaku peserta didik mulai memiliki kemauan dan usaha untuk antusias dalam

mengikuti kegiatan belajar dalam pelajaran matematika yang diselenggarakan oleh

guru pelajaran matematika ataupun kegiatan kelompok yang diadakan di dalam kelas

dan aktif pada saat diskusi kelompok diadakan. Hal tersebut sependapat dengan yang

tertulis didalam Sugiyono bahwa ada kemampuan individu dapat menyesuaikan diri

dengan yang lain, atau sebaliknya, pengertian penyesuaian di sini dalam arti luas,

yaitu individu dapat meleburkan diri dengan keadaan yang disekitarnya, atau

sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sekolahnya sesuai dengan keadaan

dalam diri individu, sesuai dengan apa yang individu itu inginkan.6

b. Dalam Lingkungan

Berdasarkan hasil data penelitian bahwa pada indikator perilaku membolos

dalam lingkungan mengalami penurunan, terlihat pada presentase pada waktu prettest

lebih kecil posttest . penurunan perilaku membolos dalam lingkungan peserta didik

pada indikator ini dapat dilihat dari perilaku membolos peserta didik mulai berubah

yang biasanya saat pulang sekolah langsung mampir untuk bermain game onlie di

warnet bersama teman yang lainnya kini sekarang mulai berubah pada saat pulang

6
Dra. Gantina Komalasari, teori dan teknik konseling ,(Jakarta: indek ,2011), H. 152
98

langsung pulang kerumah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bimo Walgito, adalah

“hubungan anatara individu satu dengan individu lainnya, individu satu dapat

mempengaruhi individu lainnya atau sebaliknya, jadi terdapatnya hubungan yang

saling timbal balik. Hubungan individu tersebut dapat antara individu dengan

individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.7

Berdasarkan hasil kegiatan layanan bahwa perilaku membolos pada peserta

didik menurun dari sebelumnya, hal ini membuktikan bahwa layanan konseling

kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management efektif untuk

mengatasi perilaku membolos. Layanan konseling kelompok banyak bermanfaat yaitu

dapat menambah wawasan, mengakrabkan satu dengan yang lainya, dan dapat

melatih keberanian untuk berbicara. Tujuan dari penelitian ini membantu peserta

didik dalam menurunkan perilaku membolos dalam layanan yang dilakukan dapat di

jadikan sebagai tempat bertukar ide,pendapat,gagasan, serta pengalaman. Tercapainya

tujuan penelitian mulai terlihat dimana peserta didik sangat berantusias dalam proses

pemebrian layanan. Peserta didik antusias dalam mengungkapkan ide dan

gagasannya, adanya interaksi yang baik antara pemimpin kelompok dan peserta didik

sehingga peserta didik saling meberikan pendapat dan saran ketika kegiatan

berlangsung. Dan ketika kegiatan akan berakhir peserta didik saling bergantian untuk

menyimpulkan pemahaman materi yang akan dibahas.

7
Bimo Walgito, psikologi sosial, (Jogjakarta: Andi, 2003), H. 65
99

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menunjukan bahwa layanan konseling kelompok efektif dalam

menurunkan perilaku membolos peserta didik kelas VII di SMP Negeri 13 Bandar

Lampung, baik secara keseluruhan maupun tiap aspeknya. Meskipun penelitian ini

telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, namun peneliti menyadari bahwa masih

banyak kekuranganya peneliti sebagai pemimpin kelompok dalam kegiatan konseling

kelompok mengalami beberapa hambatan. Pada awal pertemuan, pemimpin

kelompok mengalami kesulitan dalam membangun keaktifan kelompok. Karena

sebelumnya mereka belum pernah mengikuti kegiatan konseling kelompok.

Kemudian setelah pemimpin kelompok memberi penjelasan tentang tujuan konseling

kelompok pada peserta didik paham dengan layanan ini. Selain itu juga pemimpin

kelompok mengatasinya dengan cara menggunakan permainan. Melalui permainan

tersebut mampu membuat mereka mulai merasa nyaman dan mulai terbuka.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Efektivitas konseling behavioral dengan self

managementdalam mengurangi perilaku membolospada peserta didik kelas VII di

SMP Negeri 13 Bandar Lampung.” Dapatditunjukan dengan analisis data dan

pembahasan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa layanan konseling kelompok

pendekatan behavioral dengan teknik self management di kelas VII SMPNegeri 13

bandar lampung sangat efektif. Perilaku membolos peserta didik dapat diturunkan.

Meskipun pada awalnya peserta didik masih merasa bingung dalam mengikuti

layanan konseling kelompok, namun setelah peneliti menjelaskan tujuan konseling

kelompok dan dengan berjalanya penelitian ini peserta didik mulai berantusias dan

semangat dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok. Setelah diberikan treatment

konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management perilaku

membolos menjadi rendah.

Berdasarkan hasil analisis data perhitungan rata-rata skor perilaku membolos

sebelum mengikuti layanan konseling kelompok adalah tinggi dan setelah mengikuti

layanan konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management

menurunn menjadi rendah. Dari hasil uji t menggunakan program SPSS versi 17

dapat diketahui bahwa dapat rata-rata posttest adalah28,83 dan rata-rata prettest

100
101

adalah43,5. taraf signifikan 0,05. Karena nilai thitung ≥t tabel (2.379<1.943), Ini

menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, selain itu dapat nilai rata-rata, maka

penurunan perilaku membolos peserta didik setelah diberikan layanan lebih rendah

dibandingkan sebelum diberikan layanan. Dengan demikian perilaku membolos

peserta didik terdapat perubahan setelah diberikan layanan konseling kelompok

pendekatan behavioral dengan teknik self management. Maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat efektivitas layanan konseling kelompok pendekatan behavioral

dengan teknik self management dalam penurunan perilaku membolos peserta didik

kelas VIII SMP Negeri 13 bandar lampung tahun pelajaran 2016/2017.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahas dan mengambil kesimpulan, maka ada

beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yaitu:

1. Peserta didik perlu menindak lanjuti dan tetap menurunkan perilaku

membolos agar mencapai hendaknya mengikuti layanan konseling behavioral

dengan teknik self management dengan sungguh-sungguh agar dapat

mengembangkan berbagai ketrampilan yang pada intinya meningkatkan

kepercayaan diri, cinta diri, pemahaman diri atas segala kekurangan dan

kemampuan, ketegasan dalam menerima kritik dan memberi kritik serta dapat

mengendalikan perasaan dengan baik sehingga adanya gejolak yang ada

dalam dirinya dapat diredam yang pada akhirnya dapat menurunkan perilaku

membolosnya.
102

2. Guru pembimbing hendaknya persiapan untuk melaksanakan layanan

konseling kelompok pendekatan behavioral dengan teknik self management

sebagai upaya mengurangi perilaku membolos peserta didik, karena dengan

pendekatan ini dapat membantu peserta diidk yang memliki tingkat membolos

tinggi.

3. Untuk peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian mengenai perilaku

membolos hendaknya bekerja sama dengan pihak lain seperti orang tua

maupun guru wali kelas/ mata pelajaran agar lebih mudah untuk menentukan

langkah-langkah dalam membimbing peserta didik dalam menyelesaikan

masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-qu’ran dan terjemahannya, (Bandung. CV Diponegoro, 2006.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Edisi Revisi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Aris Handoko, Mengatasi Perilaku Membolos Melalui Konseling Individual


Menggunakan Pendekatan Konseling Behavior Dengan Teknik Self-
Management Pada Siswa X TKJ SMK Bina Nusantara Ungaran [diakses pada
tanggal 24 November 2016 jam 20.04]

Azwar, Syaifudin. 2003. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi vol 4. Translated
by: Drs. Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Pers

Corey, Gerald. 2005. Teori Dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.
Refika Aditama.

Data Survey Pra Penelitian dengan Guru Bimbingan dan Konseing di SMP N 13
Bandar Lampung, tanggal 20 November 2015.

Gantina komalasari, dkk(2011),Teori dan teknik konseling, jakarta:indeks

Eko Putro Widoyoko. 2014Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Gunarsa, Singgih. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Gunarsa, Singgih.2004.Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Indri Astuti, Mengurangi Perilaku Membolos Siswa DenganMenggunakan Layanan


Konseling Individual Studi Kasus Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA
Muhammadiah [diaksespada: 17 Oktober 2016 padapukul 21:08 WIB]
Kartono, Kartini. 2003. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah.
Jakarta: Rajawali Press.

Kartono, Kartini. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers Latipun. 2008.
Psikologi Konseling. Malang: UPT UMM.

Mahmudah, Mengurangi Perilaku Membolos Dengan Menggunakan Layanan


Konseling Behavioral.[diakses pada tanggal 24 November jam 22.02]

Mochamad Nursalim. 2013.Strategi dan Intervensi Konseling. Jakarta: Akademia


Permata.

Mustaqim dan Abdul Wahib. 2003.Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Ovila priska dewi, Penerapan Konseling Kelompok Dengan Teknik Behaviour


Contract Untuk Mengurangi Perilaku Membolos Pada Siswa Di Smk Kawung
2 Surabaya. [diaksespada 17 Oktober 2016 padapukul 22:11 WIB]

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar dasar bimbingan dan konseling. Jakarta.
Rieneka cipta.

Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : Universitas Negeri Padang


Press

Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta :


Menara Mas Offset.

Qoririalita Furqoni, Implementasi Konseling Behavioral dalam Menanggulangi


perilaku menyimpang siswa kelas x di SMK Pgri 1 Surabaya (online), skripsi:
Institut agama islam negeri sunan ampel Surabaya 2013. [diakses 19
November 2016 jam 20.30]

Revani Yant Eryana,Mengurangi Perilaku Membolos Siswa Dengan Menerapkan


Konseling Behavior Melalui Teknik Pengondisian Operan ( Studi Kasus Pada
Beberapa Siswa Kelas VIII C di SMP Negeri 5 KotabumiTahun Pelajaran
2009/2010). [diakses pada: 17 Oktober 2016 pada pukul 21:58 WIB]

Sugiharto, DYP. 2007. Konseling Proaktif dengan strategi pengelolaan diri.


Semarang: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan, kuantitatif, kualitatif


dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukardi,Dewa Ketut dan Nila Kusnawati. 2008.Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta,.

Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.

Syamsul Bachri Thalib. 2010.Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris


Edukatif. Jakarta:Kencana.[diakses pada tanggal 19 November 2016 jam
21.10]

Anda mungkin juga menyukai