Skripsi
Oleh :
IMAM HANAFI
NPM :
1411080058
Skripsi
Oleh :
Imam Hanafi
NPM : 1411080058
Oleh
Imam Hanafi
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peserta didik yang pernah
membolos sekolah sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat tema tersebut sebagai
judul karena hal tersebut berkenaan dengan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
Implementasi Konseling Kelompok Menggunakan Teknik Self-Management Untuk
Mereduksi Perilaku Membolos Terhadap Peserta Didik Kelas XI IIS 4 di MAN 2
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018/2019
Jenis penelitian yang digunakan merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan
Konseling (PTBK) yang dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan II, subjek
dalam penelitin ini adalah kelas XI IIS 4 di MAN 2 Bandar Lampung Tahun
pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 7 peserta didik dari 39 peserta didik. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Teknik yang digunakan merupakan teknik Self-Management. Data di analisis secara
deskriptif dengan cara melihat hasil sesudah dilakukan konseling kelompok.
Hasil menunjukan telah terjadi pengurangan perilaku membolos pada peserta
didik dari kondisi awal ke siklus 1 dan ke siklus 2. Sebelum peserta didik mengikuti
layanan konseling kelompok menggunakan teknik self-management siklus 1 dan 2.
AS pernah membolos dengan total intensitas sebanyak lima kali, AW sebanyak lima
kali, JAP sebanyak tujuh kali, MAS sebanyak tiga belas kali, RA sebanyak lima kali,
RFA sebanyak delapan kali, TR sebanyak enam kali. Setelah mengikuti kegiatan
konseling kelompok menggunakan teknik self-management siklus 1 masih ada
peserta didik yang membolos namun sudah berkurang. AS sebanyak satu kali, AW
sebanyak tiga kali, JAP sebanyak empat kali, MAS sebanyak lima kali, RA sebanyak
satu kali, RFA sebanyak empat kali, TR sebanyak dua kali. Dan setelah mengikuti
kegiatan konseling kelompok menggunakan teknik self-management siklus 2, ada
empat peserta didik yang tidak membolos lagi peserta didik tersebut adalah AS, AW,
RA dan TR. sedangkan tiga peserta didik masih membolos sebanyak dua kali peserta
didik tersebut adalah MAS adapun JAP dan RFA masing-masing satu kali.
ii
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang,
memberikan nikmat Iman dan Islam sampai saat ini, karya ilmiyah/ sekripsi ini
1. Kedua orang tuaku yaitu bapak Karno dan ibu Arsilem yang senantiasa
sampailah pada tahap ini, yaitu tahapan yang selalu ditunggu-tunggu dan
dinanti-nanti nya.
dorongan morilnya.
Penulis lahir pada hari minggu, tanggal 28 Juni 1996 di desa Pengandaran
ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan bapak Karno dan ibu Arsilem.
MAN 1 Bandar Lampung dengan bidang jurusan Bahasa dan lulus pada tahun
2014.
Pada tahun 2014 penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi yaitu IAIN
Raden Intan Lampung yang sekarang sudah beralih status menjadi UIN Raden
Intan Lampung, dan mengambil program studi Bimbingan Konseling Islam yang
Tarbiyah dan Keguruan. Pada tahun 2017 tepatnya pada bulan febuari, penulis
Jogjakarta. Pada bulan Agustus 2017 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Sidoharjo, Kec. Way Panji, Lampung Selatan selama kurang lebih
2016 dan pada periode 2016-2017 menjabat sebagai wakil ketua HMJ/Gubernur
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaa-NYA serta
tugas akhir perkuliahan yaitu skripsi ini seperti yang diharapkan. Sholawat dan salam
pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan umat dan
memberikan banyak pelajaran bagi semua umat. Skripsi ini disusun untuk melengkapi
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan dari
yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
2. Andi Thahir, M.A. Ed.D selaku ketua Jurusan Bimbingan Konseling Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung dan juga
Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung
perhatian, arahan, masukan yang berarti selama proses penulisan skripsi ini
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya prodi
6. Kepala Perpustakaan UIN Raden Intan Lampung serta seluruh staf yang telah
7. Samsurizal, S.Pd., M.Si. selaku kepala sekolah serta dewan Guru dan staf MAN
menyelesaikan skripsi
8. Untuk keluargaku, terkhusus Emak dan bapak yang selalu dan tak hentinya
mendukung dan mensuport peneliti dalam menyelesaikan study. Serta tak lupa
dukungan Mbah, Uwa, Mamang, Bibi, Kaka, Adek dan semua Ponakan serta
9. Untuk sahabat saya dari MAN 1 Bandar Lampung hingga sekarang Afrizal,
Afiful, Ajis, Aris, Budi, Danu, Faqih, Ican, yang tak henti-hentinya memberikan
10. Terkhusus untuk Fitri Marantika seorang yang selalu membantu dan memberikan
11. Untuk bunda Ida, pak Hardi terimakasih banyak telah membantuku dan terus
Tebe, Arif, Bagus, Salvian, Fizai, Andre, Yoga, Teteh Arfa, Iga, Fifi, Eka, Astrid.
13. Untuk keluarga HIMA BKPI UIN RIL mulai dari angkatan 2013-2016, kaka-
kaka, teman-teman, adek-adek HIMA yang tak bisa disebutkan namanya satu
persatu, yang telah banyak sekali membawa dampak positif dan perubahan serta
14. Untuk keluarga baru yang saya temukan semasa KKN di desa Sidoharjo,
15. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang telah mengajarkanku untuk
Semoga amal bapak, ibu dan rekan-rekan semua diterima oleh Allah SWT
dan akan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat menambah ilmu pembaca dan dapat menjadi referensi untuk
penelitian selanjutnya.
Bandar Lampung,
Penulis
Imam Hanafi
NPM 1411080058
DAFTAR TABEL
TabelHalaman
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................................i
ABSTRAK..................................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................iv
MOTTO......................................................................................................................v
PERSEMBAHAN.....................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..............................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Identifikasi...............................................................................................12
C. Batasan Masalah......................................................................................13
D. Perumusan Masalah.................................................................................13
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.............................................................13
F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konseling Kelompok..............................................................................16
1. Pengertian Konseling Kelompok...................................................16
2. Fungsi Layanan Konseling Kelompok..........................................19
3. Teknik Layanan Konseling Kelompok..........................................20
4. Tujuan Konseling Kelompok........................................................21
5. Asas Konseling Kelompok............................................................24
6. Unsur-unsur Konseling Kelompok................................................26
7. Tahap Dalam Konseling Kelompok..............................................27
B. Teknik Self-Management.......................................................................29
1. Pengertian Teknik Self-Management............................................29
2. Tujuan Self-Management..............................................................31
xi
xii
B. Hasil Penelitian.....................................................................................64
1. Siklus 1..........................................................................................65
2. Siklus II.........................................................................................72
C. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Konseling Kelompok..............................78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................85
B. Saran.......................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang disamapaikan di
atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai.
2. Untuk mengetahui sejarah Pura Tanah Lot.
3. Untuk mengetahui lokasi Pura Tanah Lot.
4. Untuk mengetahui keistimewaan yang ada di Pura Tanah Lot.
5. Untuk mengetahui dampak Pura Tanah Lot terhadap masyarakat sekitar.
1
C. Manfaat
Sebagai tambahan materi di luar sekolah.
Melatih siswa agar dapat mengolah laporan widya wisata.
Menambah pembendaharaan pustaka sekolah yang menunjang minat baca
siswa agar pengetahuannya lebih luas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pulau Bali atau sering disebut Pulau Dewata adalah salah satu tujuan wisata
paling populer di Indonesia bahkan mancanegara Bali juga terkenal dengan wisata
pantainya,salah satu pantai yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yaitu pantai
pura tanah lot. Tanah Lot merupakan sebuah batu karang yang berada di pantai,
terletak di Desa Beraban, kecamatan Kediri, Tabanan di barat daya pulau Bali,
sekitar 33 km di sebelah barat kota Denpasar atau berjarak sekitar 11 km di
sebelah selatan kota Tabanan. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari Pura Sad
Kahyangan, yaitu pura-pura yang merupakan sendi-sendi Pulau Bali. Pura Tanah
Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut .
B. Laporan Perjalanan
Hari ke-1 (12 Desember 2017
Perjalanan dari sekolah menuju pelabuhan bakauheni berlangsung
dengan ceria, semua siswa menikmati kegiatanya selama dalam perjalanan,
keceriaan tergambar jelas karena ini adalah pengalaman pertama kami pergi
ke pulau bali dan juga karena kami belum merasakan lelah. Dalam
perjalanan sebagian ada yang bernyanyi bersama, bermain dengan
ponselnya dan ada pula yang hanya mengisi dengan beristirahat.Sesampai
dipelabuhan bakauheni kami naik kapal menuju pelabuhan merak untuk
melanjutkan perjalanan kami menuju Jogjakarta.
3
bertebaran untuk tujuan masing-masing, ada yang beli baju dan ada juga
yang berfoto-foto sebagai kenang-kenangan.
Pukul 17.00 kami melanjutkan perjalanan menuju Solo karena
perjalanan cukup jauh kami diperjalanan tidur. Pukul 19.00-20.00 kami
makan malam di restaurant dan setelah makan kami melanjutkan perjalanan
untuk check in hotel di Fave Hotel Solo dan setelah check in kami
beristirahat.
4
tentang berdirinya sekolah tersebut. Setelah itu kami makan siang dan
melaksanakan ibadah sholat dzuhur.
Pukul 15.00-16.00 WITA kami berkunjung ke Tanah Lot. Kami
bersenang ria dan berfoto-foto tidak terasa waktu sudah cukup sore. kami
harus melanjutkan perjalan sekaligus makan malam. Pukul 19.00-20.00
WITA kami check in hotel di SteenCool Bali untuk beristirahat.
5
yang lalu. Kuta sekarang terlihat tidah bersih banyak sampah berserahan
dipingkiran pantai.
Jam 18.00 WITA kami kembali ke parkiran bis menggunakan
kendaraan yang sama seperti pergi tadi. Pukul 19.00-20.00 WITA kami
makan di Restaurant, kemudian pukul 21.00 WITA kami kembali ke hotel
untuk beristirahat karena hari ini begitu melelahkan karena kami terlalu
menikmati perjalanan hari ini.
6
makan malam yang sudah tersedia direstaurant tersebut. Kemudian pukul
20.00-00.00 WITA kami melanjutkan perjalanan.
C. Objek Wisata
1.Tanah Lot
Adalah sebuah objek wisata di Bali Indonesi,di Bali terdapat dua pura
yang terletak di atas batu besar. Pura tanah lot ini merupakan bagian dari
pura dang kahyangan pura tanah lot merupakan laut tempat pemujaan
dewa-dewa penjaga laut.Dalam perkembangan lebih lanjut kata Pura
digunakan di samping kata Kahyangan atau Parhyangan dengan pengertian
sebagai tempat suci untuk memuja Hyang Widhi (dengan segala
manifestasinya ) dan Bbatara atau Dewa Pitara yaitu Roh Leluhur.
Kendadipun demikian namun kini masih dijumpai kata Pura yang
7
digunakan untuk menamai suatu kota misainya Amlapura atau kota asem
(bentuk Sansekertanisasi dari Karang Asem ).
Meskipun istilah pura sebagai tempat suci berasal dari jaman yang
tidak begitu tua, namun tempat pemujaannya sendiri berakar dan
mempunyai latar belakang alam pikiran yang berasal dari masa yang amat
tua. Pangkalnya adalah Kebudayaan Indonesia asli berupa pemujaan
terhadap arwah leluhur disamping juga pemujaan terhadap Kekuatan Alam
yang Maha Besar yang telah dikenalnya pada jaman neolithikum, dan
berkembang pada periode Megalithikum, sebelum Kebudayaan India
datang di Indonesia.
Salah satu tempat pemujaan arwah leluhur pada waktu itu berbentuk
punden berundak- undak yang diduga sebagai replika (bentuk tiruan) dari
gunung, karena gunung itu dianggap sebagai salah satu tempat dari roh
leluhur atau alam arwah. Sistem pemujaan terhadap leluhur tersebut
kemudian berkembang bersama-sama dengan berkembangnya kebudayaan
Hindu di Indonesia. Perkembangan itu juga mengalami proses akulturasi
dan enkulturasi sesuai dengan lingkungan budaya Nusantara.
Kepercayaan terhadap gunung sebagai alam arwah, adalah relevan
dengan unsur kebudayaan Hindu yang menganggap gunung (Mahameru )
sebagai alam dewata yang melahirkan konsepsi bahwa gunung selain
dianggap sebagai alam arwah juga sebagai alam para dewa. Bahkan dalam
proses lebih lanjut setelah melalui tingkatan Upacāra keagamaan tertentu
(Upacāra penyucian) Roh Leluhur dapat mencapai tempat yang sama dan
dipuja bersama – sama dalam satu tempat pemujaan dengan dewa yang
lazimnya disebut dengan istilah Atmasiddhadewata. Lebih – lanjut kadang
kadang dalam proses itu unsur pemujaan leluhur kelihatan melemah
bahkan seolah – olah tampak sebagai terdesak, namun hakekatnya yang
essensial bahwa kebudayaan Indonesia asli tetap memegang
kepribadiannnya yang pada akhimya unsur pemujaan leluhur tersebut
muncul kembali secara menonjol dan kemudian secara pasti tampil dan
berkembang bersama – sama dengan unsur pemujaan terhadap dewa
8
Penampilannya selalu terlihat pada sistem kepercayaan masyarakat Hindu
di Bali yang menempatkan secara bersama sama pemujaan roh leluhur
sebagai unsur kebudayaan Indonesia asli dengan sistem pemujaan dewa
manifestasinya Hyang Widhi sebagai unsur kebudayaan Hindu.
Pentrapannya antara lain terlihat pada konsepsi Pura sebagai tempat
pemujaan untuk dewa manifestasi Hyang Widhi di samping juga untuk
pemujaan roh leluhur yang disebut bhatara. Hal ini memberikan salah satu
pengertian bahwa Pura adalah simbul Gunung (Mahameru) tempat
pemujaan dewa dan bhatara.
2. Pengelompokan Pura
Dari berbagai jenis pura di Bali dengan pengertian sebagai tempat suci
untuk memuja Hyang Widhi / dewa dan bhatara, dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsinya yaitu :
1. Pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja Hyang
Widhi / dewa.
2. Pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja bhatara
yaitu roh suci leluhur.
Selain kelompok pura yang mempunyai fungsi seperti tersebut di atas,
bukan tidak mungkin terdapat istilah pura yang berfungsi ganda yaitu
selain untuk memuja Hyang Widhi /dewa juga untuk memuja bhatara. Hal
itu di mungkinkan mengingat adanya kepercayaan bahwa setelah melalui
Upacāra penyucian, roh leluhur tesebut telah mencapai tingkatan siddha
dewata (telah memasuki alam dewata ) dan disebut bhatara. Fungsi pura
tersebut dapat diperinci lebih jauh berdasarkan ciri (kekhasan ) yang antara
lain dapat diketahui atas dasar adanya kelompok masyarakat ke dalam
berbagai jenis ikatan seperti : Ikatan sosial, politik, ekonomis, genealogis
(garis kelahiran ). Ikatan sosial antara lain berdasarkan ikatan wilayah
tempat tinggal ( teritorial ), ikatan pengakuan atas jasa seorang guru suci
(Dang Guru) Ikatan Politik antara lain berdasarkan kepentingan Penguasa
dalam usaha menyatukan masyarakat dan wilayah kekuasaannya. Ikatan
ekonomis antara lain dibedakan atas dasar kepentingan sistem mata
9
pencaharian hidup seperti bertani, nelayan , berdagang , nelayan dan lain –
lainnya. Ikatan Geneologis adalah atas dasar garis kelahiran dengan
perkembangan lebih lanjut.Menurut legenda, pura ini dibangun oleh
seorang brahmana yang mengembara dari jawa yaitu Dahyang Niratha
yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu
dan membangun Sad Khayang tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu,
penguasa Tanah Lot yang bernama Bendesa Beraben merasa iri kepadanya
karena para pengikutnya mulai pergi untuk mengikuti Danghyang
Nirartha. Bendesa Beraben kemudian menyuruh Danghyang Nirartha
meninggalkan Tanah Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi, tetapi
sebelumnya ia dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke
tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura di sana. Ia juga
mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada
sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang
mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang
kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhirnya
disebutkan bahwa Bendesa Beraben menjadi pengikut Danghyang
Nirartha.
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri
Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan Disebelah utara pura
Tanah lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok
ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dngan daratan dan berbentuk
seperti jembatan (melengkung). Tanah lot terkenal sebagai tempat yang
indah untuk melihat matahari terbenam. Turis-turis biasa nya ramai pada
sore hari untuk melihat keindaha sunset di sini.
Keberadaan Pura di pulau dewata Bali dengan arsitektur yang sangat
khas dan loksinya ditempat yang tidak biasa,menjadikan pura memiliki
daya tarik untuk wisatawan saat liburan ke Bali. Pura Tanah Lot terletak
di atas batu karang dengan deburan ombak pantai yang menerpa karang
dan juga beberapa goa kecil yang didalamnya dihuni beberapa ular
berwarna belang putih hitam.
10
Ada dua hal yang sangat berbeda yg dimilik oleh objek wisata Tanah
Lot.dua keunikan tempat wisata Tanah Lot antara lain :
keindahan Sunset Tanah Lot
Salah satu tujuan utama wistawan datang berlibur ke
Bali.karena adanya pemandangan alam yang indah yaitu sunset.untuk bisa
menikmati keindahan Pura Tanah Lot dengan pemandangan sunset view
yang keren, direkomendasikan mengunjungi Tanah Lot pada senja atau
sore hari dengan cuaca yang cerah.
Dari sekitar jam 4 sore sampai jam 7 petang/malam adalah waktu yang
terbaik untuk mengunjungi Tanah Lot karena pada jam-jam itu dengan
cuaca yang cerah kita bisa menikmati keindahan sunset/matahari terbenam
yang spektakular.
Selain itu pengunjung juga bisa berjalan-jalan dan berada dekat dengan
batu karang dari areal pura pada saat air laut surut, tetapi sangat berbahaya
dan tidak dianjurkan melakukan hal itu pada air laut pasang. Tempat
wisata Tanah Lot juga sangat cocok dijadikan sebagai liburan keluarga,
dalam kawasan ini juga terdapat fasilitas yang memadai seperti hotel,
restoran, sunset teras, Tanah Lot cultural park, toko suvenir, tempat parkir
yang luas, fasilitas emergensi, fasilitas keamanan sekuriti (security), toilet,
tempat bersantai dan juga pusat informasi.
11
kita nikmati ketika mengunjungi salah satu tempat/objek wisata favorit
yang terkenal di Pulau Bali ini dan akan menjadikan liburan di Bali tidak
terlupakan dan penuh kesan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :
Pulau Bali adalah salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki keindahan
dan keunikan yang hanya dapat ditemukan di Bali.
Pesona alam serta kebudayaan yang ada di pulau Bali membuat wawasan
peserta Study Tour akan kebudayaan Nusantara bertambah.
Objek wisata di Pulau Bali memiliki karakteristik yang menarik perhatian
wisatawan domestic maupun mancanegara dan membuat Pulau Bali
semakin terkenal serta membuat Bali sebagai salah satu objek wisata
Internasional.
Selain karakteristik Bali yang unik, keramahan masyarakat Bali juga
membuat objek wisata disini semakin diminati serta membuat nama Bali
menjadi semakin terkenal.
Sebagai objek wisata Internasional, Bali membuat Indonesia semakin
terkenal serta menghasilkan devisa yang besar bagi Indonesia.
Pesona alam serta kebudayaan yang ada di pulau Bali membuat wawasan
peserta Study Tour akan kebudayaan Nusantara bertambah, dan membuat
kami semakin bangga akan kebudayaan Indonesia yang memilik filosofi
yang sangat tinggi.
Dalam Study Tour ini peserta dapat lebih memahami dan menghormati
budaya-budaya yang masih kental yang berada di Indonesia serta dapat
mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa tanpa membeda-
bedakan golongan, ras, suku, adat – istiadat, kebudayaan dan agama.
Masyarakat Bali sangat menjaga adat istiadat dan kebudayaan mereka, hal
ini dibuktikan dengan tradisi di Bali yang sangat kental, dan semua pohon
yang di tutup dengan kain hitam putih.
Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki banyak
keindahan alam dan kebudayaannya yang khas khususnya budaya seni tari
dan seni pahat. Oleh karena itu, banyak wisatawan domestik maupun luar
13
negeri yang ingin mengunjungi pulau ini. Tujuan mereka datang berkunjung
salah satunya adalah untuk melihat dari dekat bagaimana sosok Bali yang
sebenarnya dan mempelajari budaya – budaya Bali khususnya seni tari dan
seni pahat.
Selain budaya dan panorama alam yang disebutkan di atas ada juga budaya
yang tidak kalah menariknya yaitu upacara adat yang dilakukan oleh sebagian
besar penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu. Di sana apabila ada
orang yang meninggal sering sekali diadakan Upacara Ngaben atau
pembakaran mayat. Upacara Ngaben ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
secara masal atau secara individual bagi keluarga yang mampu. Kebanyakan
dalam pelaksanaan Upacara Adat sering disajikan tarian – tarian khas dari
Pulau Bali.
B. Saran
Bagi sekolah
1. Sekolah diharapkan dapat menganjurkan kepada biro perjalanan agar
menyusun jadwal perjalanan dengan cermat, agar peserta Study Tourdapat
mengikuti Study Tour dengan teratur.
2. Sekolah sebaiknya dapat memberi keringanan biaya bagi siswa-siswi yang
kurang mampu atau kesulitan biaya untuk mengikuti Study Toursehingga
tidak ada siswa-siswi yang tidak bisa mengikuti Study Tour karena kendala
biaya.
3. Untuk kunjungan tempat wisata hendaknya waktunya diperpanjang, agar
para peserta dapat memperoleh banyak informasi sekaligus puas
menikmati objek tersebut.
Bagi guru pendamping
14
3. Lebih memperhatikan kesehatan murid, khususnya keadaan murid yang
kurang sehat selama perjalanan.
4. Diharapkan dapat menjadi orang tua dan teman bagi siswa-siswi
selama Study Toursehingga dapat lebih akrab.
5. Sebaiknya lebih tegas menindak siswa-siswi yang tidak taat dan
mencemarkan nama baik sekolah.
6. Diharapkan lebih sigap menangani kejadian-kejadian di luar dugaan yang
bersifat mengganggu program Study Tour.
Bagi siswa
15
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Lot
http://alfitoriq.wordpress.com/laporan-karya-wisata-ke-bali/
http://taribarong.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Garuda_Wisnu_Kencana
foursquare.com
Artikel non-personal, 26 Agustus 2009, Tanahlot, Wikipedia Bahasa
Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Tanahlot
http://desawisata.web.id/atraksi/83/seni-pertunjukan-tari-barong/?lang=id
16
Gambar 1 Pantai Pandawa
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konseling Kelompok
empat mata atau tatap muka antara guru BK dan peserta didik yang berisi usaha
yang laras, untuk yang dilakukan dalam suasanan keahlian dan didasarkan atas
norma-norma yang berlaku, agar peserta didik memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan
mungkin pada masa yang akan datang.1 Konseling kelompok adalah proses
ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah
proses interaksi yang bersifat pribadi antar konselor dan konseli, agar konseli bisa
1
Sukardi, Dewa Ketut, dan Nila Kusmawati, “Proses Bimbingan Dan Konseling Disekolah”
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h: 38.
2
Prayitno dan Erman Amti, “Dasar-Dasar Bimbingan Konseling” (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h: 105.
16
17
efektif perilakunya.3
kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang
data prapenelitan konseling oleh seorang ahli (guru BK) kepada peserta didik
yang sedang mengalami suatu masalah yang teratasinya masalah yang dihadapi
3
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan Dan Konseling Dalam Berbagai Latar Belakang
(Bandung: Rafika Adiantama, 2007). h. 10
4
M. Edi Kurnanto, “Konseling Kelompok” (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 7–8.
18
merupakan suatu proses interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada usaha
dalam berfikir dan tingkah laku, serta melibatkan pada fungsi-fungsi terapi yang
dari terapi itu diciptakan dan dipelihara dalam wadah kelompok kecil melalui
kelompok pada hakikatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis,
terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari,dibina dalam suatu kelompok
pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan
hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari
sebelumnya.
5
Ibid. M. Edi Kurnanto, h. 8
19
Menurut Winkel dan Sri Hastuti Layanan konseling kelompok adalah suatu
proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang
disadari, dibina, dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama
nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu
6
W. S Winkel and Sri Hastuti, “Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan”
(Yogyakarta: Media Abadi, 2005), 62.
20
satu kali kegiatan, layanan kelompok ini memberikan manfaat atau jasa kepada
individu anggota kelompok merupakan suatu khas, yang tidak mungkin terjadi
7
M.Edi Kurnanto, Op. Cit, h. 9
8
Prayitno and Amti, “Dasar-Dasar Bimbingan Konseling" (Jakarta: Rineka Cipta), h. 307”
21
dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan
lain.10
tujuan serta sasaran yang hendak dicapai. Mengatakan bahwa ketika pemimpin
memutuskan hal-hal seperti ukuran, keanggotaan, panjang sesi, dan jumlah sesi
dalam kelompok. Tujuan dari kelompok berfungsi sebagai peta bagi pemimpin.
Anggota dan pemimpin harus jelas tentang kedua tujuan umum dan tujuan
11
Prayitno, Erman Amti, Op. Cit, h. 10
12
Ibid, h. 10-11
23
persoalan-persoalan yang mereka hadapi dari pada ketika mereka mengikuti sesi
konseling individual. Seorang rekan anggota atau dari konselor yang memimpin
kelompok itu dari pada bila mereka berbicara dengan seorang konselor dalam
konseling individual.
Dari beberapa pengertian dan pendapat para ahli yang telah dijelaskan,
memiliki tujuan yang sama yaitu yang berkaitan dengan aspek pribadi-sosial
yaitu:
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
menghormati
baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun
psikis
5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri maupun orang lain
harga dirinya
harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu: (a) asas
kerahasiaan (b) asas kesukarelaan (c) asas keterbukaan (d) asas kegiatan (e) asas
a. Asas kerahasiaan
kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang yang
b. Asas kesukarelaan
13
Andi Thahir, dan Firdaus “Peningkatkan Konsep Diri Positif Peserta Didik Di SMP
Menggunakan Konseling Individu Rational Emotive Behavior Therapy ( REBT )” 4, no. 2 (2017) h:
48.
14
Prayitno, Erman Amti, Op. Cit, h. 115-116
25
c. Asas keterbukaan
d. Asas kegiatan
e. Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang
penyelesaian masalah.
pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka
anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata
g. Asas kekinian
sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa: ada 6 asas dalam
kegiatan tersebut dapat berjalan secara teratur sehingga kegiatan tersebut juga
kelompok yaitu:
kelompok.
e) interaksi antar anggota kelompok sangat penting dan tidak bisa dinomor
duakan.
27
juga disebut tahap pengenalan, karena di dalam tahap ini di lakukan pengenalan
antara sesamama anggota kelompok dan pemimpin kelompok, tahap ini sangat
c. Tahap peralihan
15
Muslimin, “Pegaruh Konseling Kelompok” (Bandung: Rineka Cipta, 2014), h: 3.
28
e. Tahap kegiatan
f. Tahap ini disebut tahap inti dalam konseling kelompok, dalam tahap ini
sudah bisa bertukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi,
g. Tahap pengakhiran
persahabatan.16
16
Ibid. h. 18
29
B. Teknik Self-Management
1. Pengertian Self-Management
(stimulus control).17
sendiri dalam mencapai perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik serta
motivator bagi konseli. Untuk itu diperlukan adanya bantuan konseling dengan
Nurdjana Alamri, “Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Self Management Untuk
17
Mengurangi Perilaku Terlambat Masuk Sekolah” Jurnal Konseling GUSJIGANG, Vol. 1 No. 1, 2015,
h. 3
30
berperilaku membolos.18
Memanajemen diri juga dijelaskan oleh Allah SWT. dalam surah Al-
berpegang teguh pada perintah dan larangan Allah. Sesungguhnya Allah maha
2. Tujuan Self-Management
a. Memberikan peran yang lebih aktif pada peserta didik dalam proses
konseling.
orang lain.
d. Perubahan yang mantap dan menetap dengan arah prosedur yang tepat.
diinginkan
Tujuan dari strategi Pengelolaan Diri (Self Management) ini adalah agar
menghambat tingkah laku yang mereka hendak hilangkan dan belajar untuk
maupun negatif. Setiap perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar
dasarnya
c. Pada dasarnya klien memiliki kekuatan untuk memilih perilaku yang dapat
20
Dyah Ayu Retnowulan, “Penerapan Strategi Pengelolaan Diri (Self Management) Untuk
Mengurangi Kenakalan Remaja Korban Broken Home” Jurnal BK Unesa. Volume 03 Nomor 01,
2013. h. 336
21
Nurdjana Alamri, Op. Cit. h. 4
33
karena klienlah yang paling tahu, paling bertanggung jawab, dan dengan
Asumsi yang dipakai dalam penelitian ini adalah bahwa dalam Konseling
khususnya perilaku yang negatif menjadi perilaku yang positif dibentuk yang
konseling kelompok yang akan lebih optimal, karena terkadang peserta didik
dapat mengungkapkan dalam kegiatan kelompok dan para peserta didik tidak
pembinaan dan informasi menjadi yang positif untuk mengubah perilaku yang
kurang baik merupakan masalah yang banyak dialami oleh peserta didik.23
22
Siti Nurzaakiyah dan Nandang Budiman, Op. Cit. h. 15
23
Nurdjana Alamri, Op. Cit. h. 4
34
6. Tahapan Self-Management
sendiri tingkah laku tertentu (pikiran, tingkah laku dan tindakan) tentang
pendekatan yang murah dan praktis, mudah digunakan, dan menambah proses
belajar secara umum dalam berhubungan dengan lingkungan baik pada situasi
Kendala pengelolaan diri menurut Fauzan dalam Faiqotul Isnaini dan Taufik
sering tidak dapat diatur dan diprediksikan dan bersifat kompleks. Individu
24
Anike Dian Fitri, “Penerapan Strategi Pengelolaan Diri (Self-Management) Untuk
Mengurangi Perilaku Konsumtif Pada Peserta didik Kelas X-11 Sman 15 Surabaya” UNESA Journal
Mahapeserta didik Bimbingan dan Konseling, Vol 1, No 1, 2013, h. 30
36
untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan,
yang tepat, dapat berlatih tentang perilaku baru dan bertanggung jawab atas
berarti bagi anggota yang selanjutnya dapat mengubah perilaku yang kurang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa dalam konseling behavior peran
konselor adalah sebagai guru, mentor, fasilitator dan pemberi dukungan kepada
25
Faiqotul Isnaini dan Taufik, “Strategi Self-Management Untuk Meningkatkan Kedisiplinan
Belajar” Penelitian Humaniora, Vol. 16, No. 2, 2015, h. 35
26
Nurdjana Alamri, Op. Cit. h. 4
37
C. Perilaku Membolos
Perilaku merupakan hasil interaksi individu dengan individu yang lain ataupun
kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain. Perilaku ini meliputi
persepsi, sikap dan praktik terhadap keadaan lingkungan baik dari faktor diri
perilaku peserta didik tidak masuk sekolah tanpa keterangan izin dari pihak
sekolah. Sehingga mengakibatkan perilaku hasil belajar yang salah dan kurang
tepat karena perilaku yang timbul berdampak negative untuk individu dan
lingkungan sekitarnya.28
Utari Mayang Sari, A Muri Yusuf, and Alwen Bentri, “Truancy and Implications in
28
dalam gerakan meninggalkan pelajaran saat jam pelajaran berlangsung dan tidak
30
mengikuti proses belajar mengajar di sekolah (absen). Jadi peserta didik keluar
dari sekolah sebelum batas waktu yang telah ditentukan oleh pihak sekolah dan
perilaku yang melanggar norma-norma peserta didik karena peserta didik yang
membolos berakibat pada dirinya sendiri dan bagi orang lain”. Hal ini akan
kelas, nilainya jelek, dan kegagalan lain di sekolah.” Sedangkan bagi orang lain,
terutama peserta didik sekelasnya, mereka akan terganggu dengan peserta didik
yang membolos karena kemungkinan guru akan menegur peserta didik yang
30
Mahmudah, “Mengurangi Perilaku Membolos Peserta didik Dengan Menggunakan
Layanan Konseling Behavior,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan Dan Konseling, no. 10220122
(n.d.): 64.
39
oleh sebagian besar peserta didik yang memiliki kebiasaan membolos sekolah.
Akan tetapi dalam hal ini antara peserta didik yang satu dengan yang lain
menunjukkan gejala yang berbeda atau tidak sama dalam perilaku membolos.
Perilaku membolos pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu
faktor eksternal maupun internal. Menurut Priyanto dan Erman Amti, penyebab
Perilaku membolos yang dilakukan oleh peserta didik pada dasarnya tidak
hanya dilatar belakangi faktor sekolah saja tetapi ada faktor lain yang juga
31
Prayitno and Erman Amti, “Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling” (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), h: 61.
32
Ibid, h: 61
40
dapat bersumber dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yaitu
sebagai berikut:
peserta didik yang antara lain berkaitan erat dengan faktor kecakapan
dan sebagainya.
guru yang kurang baik, hubungan antar peserta didik yang kurang baik,
menarik.33
a. Anak absen di sekolah tanpa sebab yang sah dan tanpa izin orang tua atau
pimpinan sekolah. Mereka pergi sesuka hati tanpa terlihat orang tua, tetangga
atau guru dan kepala sekolah. Mereka mungkin meninggalkan pelajaran pada
jam kosong sambil mengeluh bahwa mereka ‘’merasa tidak enak badan’’ atau
bahwa orang tua menyuruh mereka pulang cepat. Karena adanya
kemungkinan bahwa orang tua menyuruh mereka pulang cepat. Karena
adanya kemungkinan bahwa orang tua akan diberitahu bila seorang anak
meninggalkan sekolah pada waktu jam sekolah, maka si pembolos biasanya
tidak masuk sekolah sepanjang hari.
b. Seorang anak meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dan seizin orang
tua. Ini seringkali terjadi dengan anak yang berasal dari kelompok social
ekonomi rendah, yang orang tuanya hanya sedikit menghargai pendidikan
atau yang ingin anaknya membantu di rumah atau meninggalkan sekolah
untuk sesegera mungkin mencari pekerjaan. Sebagai besar anak putus sekolah
berasal dari kelompok ini.34
1. Membolos satu jenis mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Perilaku
membolos dilakukan oleh peserta didik dengan berbagai macam alasan,
antaralain: malas, belum membuat tugas atau pelajarnnya.
2. Membolos seharian, membolos ini adalah jenis perilaku tidak masuk sekolah
tanpa alasan yang dapat diterima atau tanpa ada kejelasan.35
apabila orang tua tidak mengetahui dapat berakibat anak berkelompok dengan
yang negatif. 36
34
Kartini Kartono, “Bimbingan Bagi Anak Dan Remaja Yang Bermasalah” (Jakarta:
Rajawali, 2005), h: 79.
35
Ibid, h: 80
36
Azar, Syifiudin, Op. Cit. h: 12
42
kegagalan dalam belajar seperti gagal dalam ujian dan tidak naik sekolah, tetapi
juga dapat membawa dampak yang lebih luas seperti terlibat dengan hal-hal yang
37
Mahmudah, Op. Cit. h: 62
43
Banjamasin.38
Research In Counseling) yang dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Subjek dalam penelitian adalah peserta didik kelas X.1 SMA Negeri
1 Sawan yang berjumlah 3 orang peserta didik dari 27 orang peserta didik
wawancara dengan wali kelas dan guru bidang studi serta observasi di dalam
didukung dari daftar hadir di kelas yaitu dari jumlah membolos 3x menjadi
pada siklus I dan terjadi penurunan yang sangat signifikan dari ketiga konseli
pada siklus II. Dari hasil observasi dan keterangan dari teman, wali kelas, dan
38
Amaliyah, Hamzah, And Farizal, “Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Self
Management Untuk Mengurangi Perilaku Peserta didik Membolos Di Smpn 29 Banjarmasin Tahun
Ajaran 2017/2018” 4 (2018): 1–7.
44
perilaku membolos.40
orang dalam kelompok dengan karakteristik subjek penelitian kelas VIII dan
pada ketiga kelompok terlihat dari hasil asymp. sig sebesar 0,001. Artinya,
40
Anggi Indayani, Gede Sedanayasa, and Ni Nengah Madri Antari, “Penerapan Konseling
Behavioral Dengan Teknik Penguatan Positif Sebagai Upaya Untuk Meminimalisasi Perilaku
Membolos Pada Peserta didik Kelas X.1 Sma Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2013/2014,” Jurnal
Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha 2, no. 1 (2014).
45
E. Kerangka Berfikir
Pada penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian yakni perilaku membolos
reaksi individu yang terwujud dalam gerakan meninggalkan pelajaran saat jam
(absen). Jadi peserta didik keluar dari sekolah sebelum batas waktu yang telah
dihadapi serta dalam penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh peserta
tingkah laku manusia. Oleh karena itu, dengan layanan konseling kelompok
41
Faiqotul Isnaini et al., “Strategi Self-Management Untuk Meningkatkan Kedisiplinan
Belajar,” Jurnal Penelitian Humaniora 16 No 2 (2015): 33–42.
46
F. Hipotesis
kajian teori yang dilakukan peneliti. Dalam PTK hipotesis tersebut disebut
hipotesis tindakan.42
dapat mereduksi perilaku membolos terhadap peserta didik kelas XI IIS 4 di MAN
2 Bandar Lampung
42
Dede Rahmat dan Aip Badrujaman, “Penelitian Tindakan dalam Bimbingan Konseling”,
(Jakarta, PT Indeks 2012), h. 35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dalam bahasa inggris
disebut dengan istilah classroom action research. Dari nama tersebut terkandung
untuk siswa.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, and Supardi, “Penelitian Tindakan Kelas” (Jakarta: PT.
2
46
47
3. Kelas : dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spsifik, yakni sekelompok siswa yang dalam waktu
yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil
diangkat adalah masalah yang diahadapi oleh guru dikelas dan adanya tertentu
3
Ibid, h: 3
4
Ibid, h: 109
48
penelitian secara aplikatif, yang meliputi: (1) rancangan dan jenis penelitian, (2)
data dan sumber data, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, (5) instrumen
tentang apa yang dilakukan guru terhadap muridnya, tetapi bekerja secara
pernyataan tersebut, maka jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
5
Kunandar, “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h: 46.
6
Sukidin, Basrowi, and Suranto, “Manajemen Penelitian Tindakan Kelas” (Surabaya:
Percetakan Insan cendekia, 2002), h: 59.
49
siklus. Hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, sehingga dilakukan
perbaikan pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-
1. Subjek Penelitian
Bandar Lampung, dari hasil pra penelitian terdapat 7 peserta didik yang
membolos sekolah.
2. Tempat Penelitian
Jalan Gatot Subroto No.30, Pecoh Raya, Tlk. Betung Sel, Kota Bandar
Lampung, Lampung.
3. Waktu Penelitian
teknik Self-management
D. Rancangan Penelitian
sebanyak II siklus dengan dua kali pertemuan dan satu kali follow up dalam satu
siklus. Jika hasil evaluasi pada siklus I masih belum maksimal, maka dilakukan
perbaikan pada siklus II. Refleksi dilakukan pada siklus I untuk menentukan
a. Pendahuluan
b. Pelaksanaan
Siklus Siklus I
perencanaan. 7
7
Dede Rahmat Hidayat and Aip Badrujaman, "Penelitian Tindakan Dalam Bimbingan
Konseling" (Jakarta: PT Indeks, 2012).
52
4. Refleksi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam satu siklus sebelum
evaluasi diantaranya:
a. Evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas
yan terjadi.
siklus berikutnya. Hal ini dilakukan dengan mengacu pada hasil refleksi terhadap
tindakan yang telah dilakukan pada siklus terdahulu. Revisi dilakukan jika
sekolah.
8
Ibid, Rahmat Hidayat and Badrujaman. h.
53
Dalam penerapannya, setiap tahap kegiatan pada siklus PTBK dapat terdiri
atas atau didahului oleh beberapa langkah kegiatan. Namun secara operasional,
empat langkah utama, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) menganalisis dan
1) Identifikasi masalah
yang dirasakan oleh Guru Pembimbing atau Konselor Sekolah tentang praktik
pelayanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Apa yang terjadi ketika
ini merupakan langkah awal atau Refleksi awal dalam suatu proses penelitian
kejadian itu? Apa pengaruh masalah tersebut terhadap konseli atau kelas
(kelompok konseli)? Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan ?
Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah atau kejadian tersebut ?
referal (rujukan atau alih tangan), kolaborasi dengan guru mata pelajaran
atau wali kelas, kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan pihak-
program9
9
Ibid, Rahmat Hidayat and Badrujaman, h.
55
tepat perlu didukung oleh data atau informasi yang memadai, sehingga guru
yang ada. Proses analisis masalah ini sebenarnya masih kelanjutan dari
tersebut.
berikut:
1. Observasi (pengamatan)
tujuan yang ingin dicapai. perbuatan yang tampak yaitu perbuatan yang dapat
dilihat langsung oleh idra penglihatan, dapat didengar, dapat dihitung, dan
seperti sikap dan minat yang masih dalam bentuk kognisi, afeksi, atau intensi
10
Ibdi, Rahmat Hidayat and Badrujaman, h.
57
individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktifitas dan perilaku
bersangkutan.
2. Wawancara
pertanyaan tersebut.12 Dalam hal ini peneliti mewawancari pihak- pihak yang
3. Dokumentasi
11
Haris Herdiansyah, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Jakarta: Selemba Humanika, 2011),
h: 131-132.
12
Lexy J. Moeloeng, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h: 186.
58
oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti untuk mendapatkan
gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan
dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subyek yang
bersangkutan.
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar, patung, film dan lain-lain. Metode
peserta didik yang terindikasi membolos dari buku catatan kasus kelas XI IIS
F. Analisis Data
13
Sugiyono, "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D" (Bandung: Alfabeta, 2011).
h :240.
59
Gambaran dan informasi tentang pristiwa atas obyek yang dikaji tetap
pengumpulan data. Karakter penelitian ini adalah PTBK, oleh sebab itu, dalam
perlu untuk mengumpulkan data terlebih dahulu dan mengolahnya. Analisa dapat
dilakukan untuk mengetahui tentang proses yaitu dengan melihat perubahan pada
G. Target Ketercapaian
(75%) Jika setengah lebih dari satu peserta didik yang membolos tidak lagi
membolos.
(70%) Jika setengah dari peserta didik yang membolos tidak lagi membolos.
14
Burhan Bungin, "Metodologi Penelitian Kualitatif " (Jakarta: Raja Grafindo, 2001).h.106
15
Ibid Bungin, h. 108
60
sedang (65%) Jika terdapat pengurangan membolos setengah lebih dari satu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL SEKOLAH
April 1990. Merupakan alih fungsi dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGA N)
tentang: Alih fungsi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) menjadi Madrasah
1990/1991.
daerah Garuntang Jl. Gatot Subroto no. 30 Bandarlampung pada tahun 1971
(proses pembangunan gedung RKB dll.sekitar tahun 1969-1970 ). Dan sejak TP.
60
61
PGAN 6 tahun lagi - dan untuk pesertadidik / siswi kelas 4-6 menjadi
Bandar Lampung.
Lampung a.VISI
Lampung.
b. MISI
mandiri
61
62
3. Letak Geografis
terletak kurang lebih 3,4 km dari tugu adipura/bundaran gajah sebagai titik nol
Kota Bandar Lampung, sehingga memiliki akses yang mudah dan dilewati
angkutan umum.
Transportasi dapat dengan mudah diakses melalui depan pintu gerbang MAN
itu MAN 2 Bandar Lampung terletak tidak jauh dari tempat-tepat umum, seperti
B. Hasi penelitian
Data awal pesertadidik kelas XI IIS 4 MAN 2 Bandar Lampung yang peneliti
dapatkan dari hasil wawancara guru BK MAN 2 Bandar Lampung dan catatan
kasus, terdapat tujuh pesertadidik yang membolos hal ini dapat dilihat dalam buku
management, penelitian ini dibagi menjadi dua siklus yaitu siklus I dan siklus II,
masing- masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali dilakukan dengan
1
Data Keserketariatan MAN 2 Bandar Lampung
62
63
1. Siklus I
a. Tahap perencanaan
langkah yang disepakati oleh peneliti dan guru BK adalah sebagai berikut:
2) Menentukan jumlah siklus, yaitu dua siklus dengan satu siklus yang
b. Tindakan
Pada tahap pelaksana tindakan ini, peneliti dan kolaborator sepakat untuk
1) Pertemuan ke I
konseling kelompok
kelompok
b. Tahap pralihan:
berikutnya
c. Tahap Inti:
mengemukakan masalahnya
anggota kelompok
kelompok.
d. Tahap Penutup:
berakhir
kegiatan
2) Pertemuan ke II
a. Tahap awal:
b. Tahap pralihan:
c. Tahap Inti:
mengemukakan masalahnya
anggota kelompok
66
67
kelompok.
d. Tahap Penutup:
berakhir
dilaksanakan
3. Pertemuan ke III
Selasa 16 oktober
2018
c. Observasi
Dari hasil observasi siklus I yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan
membolos saat jam pelajaran merupakan perilaku yang tidak baik, sudah
untuk terbuka, dan perlu di lakukan tindak lanjut untuk hasil yang lebih
baik lagi.
d. Refleksi
teknik self-management, walaupun pada siklus satu ini masih tetap ada
68
69
teknik self-managemen.
berikut:
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
tempat.
b. Tindakan
sebagai teknik yang digunakan dalam penelitian ini, pada proses tindakan
perilaku membolos.
1) Pertemuan ke IV
a) Tahap pendahuluan:
70
71
b) Tahap pralihan:
berikutnya
c) Tahap Inti:
mengemukakan masalahnya
71
72
anggota kelompok
kelompok.
d) Tahap Penutup:
berakhir
dilaksanakan
2) Pertemuan ke V
29 ktober 2018
a) Tahap awal:
b) Tahap pralihan:
72
73
berikutnya
c) Tahap Inti:
mengemukakan masalahnya
membolos
anggota kelompok
73
74
kelompok.
d) Tahap Penutup:
berakhir
dilaksanakan
3) Pertemuan ke VI
5 november
2018
c. Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II dalam
pesertadidik.
d. Refleksi
yaitu :
75
76
2 Bandar Lampung.
Data awal pesertadidik kelas XI IIS 4 di MAN 2 Bandar Lampung yang peneliti
dapatkan dari hasil observasi dan wawancara kepada guru BK dan buku catatan
kasus, terdapat tujuh pesertadidik pernah membolos hal ini dapat diketahui dalam
76
77
buku catatan kasus, oleh karena itu peneliti melaksanakan penelitian tindakan
siklus I dan siklus II, dengan masing-masing siklus dilaksanakan dua kali
a. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II, selama kegiatan
berdasarkan buku catatan kasus, dan wawancara kepada guru BK. Hasil dari
dalam buku catatan kasus guru BK sebelumnya terdapat empat puluh tujuh
menjadi 3 pesertadidik dengan total intensitas yang rendah yaitu empat kali.
77
78
b. Refleksi
IIS 4 di MAN 2 Bandar Lampung, dari kondisi awal terdapat tujuh pesrta didik
kelas XI IIS 4 yang pernah membolos (Tidak mengirimkan surat izin jika tidak
masuk sekolah, embolos saat jam kosong, membolos saat belum mengerjakan
tugas dan membolos saat malas belajar), hal tersebut dapat diamati melalui
Tabel 4.1.
Kondisi Awal Perilaku Siswa Membolos Sebelum Mengikuti Layanan
Konseling Kelompok menggunakan teknik Self Management Siklus 1 dan siklus
2
78
79
membolos sebanyak satu kali tidak mengirimkan surat izin jika tidak masuk
sekolah (alfa), dua kali membolos saat jam kosong, dua kali membolos saat
dengan total intensitas sebanyak lima kali, JAP dengan total intensitas sebanyak
tujuh kali, MAS dengan total intensitas sebanyak tiga belas kali, RA dengan
total intensitas sebanyak lima kali, RFA dengan total intensitas sebanyak
harian guru BK dan buku catatan kasus di MAN 2 Bandar Lampung, adapun
Tabel 4.2
Hasil Setelah Pesertadidik Mengikuti Layanan Konseling Kelompok
menggunakan teknik Self Management Siklus 1
Indikator Membolos dan Intensitas Membolos
Tidak Membolos Membolos Membolos Membolos Total
mengirimkan saat jam saat belum saat saat malas Intensitas
No Nama surat izin kosong; mengerjakan seragam belajar
jika tidak tugas tidak
masuk lengkap
sekolah
1 AS 1 1
2 AW 1 1 1 3
3 JAP 2 1 1 4
4 MAS 2 2 1 5
5 RA 1 1
6 RFA 2 1 1 4
7 TR 1 1 2
79
80
kali, AW sebanyak tiga kali, JAP sebanyak empat kali, MAS sebanyak lima
kali, RA sebanyak satu kali, RFA sebanyak empat kali, TR sebanyak dua kali.
Tabel 4.3
Penguranagan Perilaku Pesertadidik Membolos Sebelum dan Setelah
Pesertadidik Mengikuti Layanan Konseling Kelompok menggunakan teknik
Self Management Siklus 1
Total Intensitas
No Nama Kondisi Awal Siklus 1
1 AS 5 1
2 AW 5 3
3 JAP 7 4
4 MAS 13 5
5 RA 5 1
6 RFA 8 4
7 TR 6 2
satu kali, AW kondisi awal lima berkurang menjadi tiga kali, JAP kondisi
awal tujuh berkurang menjadi empat kali, MAS kondisi awal tiga belas
berkurang menjadi lima kali, RA kondisi awal lima berkurang menjadi satu
80
81
kali, RFA kondisi awal delapan berkurang menjadi empat kali, TR kondisi
Table 4.4
Hasil Setelah Pesertadidik Mengikuti Layanan Konseling
Kelompok menggunakan teknik Self Management Siklus 1 dan
Siklus 2
Indikator Membolos dan Intensitas Membolos
Tidak Membolos Membolos Membolos Membolos Total
mengirimkan saat jam saat belum saat saat malas Intensitas
No Nama surat izin kosong; mengerjakan seragam belajar
jika tidak tugas tidak
masuk lengkap
sekolah
1 AS 0
2 AW 0
3 JAP 1 1
4 MAS 2 2
5 RA 0
6 RFA 1 1
7 TR 0
masih membolos sebanyak dua kali pesertadidik tersebut adalah MAS adapun
81
82
Table 4.5
Hasil Pengurangan Perilaku Pesertadidik Setelah Mengikuti Layanan
Konseling Kelompok menggunakan teknik Self Management. Membolos dari
Kondisi Awal, Setelah Siklus 1 sampai Siklus 2
Total Intensitas
No Nama Kondisi awal Siklus I Siklus II
1 AS 5 1 0
2 AW 5 3 0
3 JAP 7 4 1
4 MAS 13 5 2
5 RA 5 1 0
6 RFA 8 4 1
7 TR 6 2 0
perilaku membolos pada pesertadidik dari kondisi awal ke siklus 1 dan ke siklus
intensitas sebanyak lima kali, AW sebanyak lima kali, JAP sebanyak tujuh kali,
MAS sebanyak tiga belas kali, RA sebanyak lima kali, RFA sebanyak delapan
kali, JAP sebanyak empat kali, MAS sebanyak lima kali, RA sebanyak satu kali,
RFA sebanyak empat kali, TR sebanyak dua kali. Dan setelah mengikuti kegiatan
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hal tersebut dapat dilihat dari data kondisi awal sebelum siswa mengikuti
II, AS pernah membolos sebanyak satu kali tidak mengirimkan surat izin jika
tidak masuk sekolah (alfa), dua kali membolos saat jam kosong, dua kali
membolos saat malas belajar, dengan total intensitas keseluruhan lima kali
membolos. AW dengan total intensitas sebanyak lima kali, JAP dengan total
intensitas sebanyak tujuh kali, MAS dengan total intensitas sebanyak tiga belas
kali, RA dengan total intensitas sebanyak lima kali, RFA dengan total intensitas
kali, AW kondisi awal lima kali berkurang menjadi tiga kali, JAP kondisi awal
85
86
tujuh kali berkurang menjadi empat kali, MAS kondisi awal tiga belas kali
berkurang menjadi lima kali, RA kondisi awal lima kali berkurang menjadi satu
kali, RFA kondisi awal delapan kali berkurang menjadi empat kali, TR kondisi
lagi peserta didik tersebut adalah AS, AW, RA dan TR sedangkan tiga peserta
didik masih membolos sebanyak dua kali peserta didik tersebut adalah MAS
B. Saran
1. Bagi peserta didik, Peserta didik yang pernah mengalami perilaku membolos
peserta didik tidak lagi tertinggal materi pelajaran yang tentunya dapat
merugikan diri sendiri. Serta diharapkan untuk selalu patuh terhadap tatatertib
sekolah.
2. Kepada Guru BK, diharapkan kepada guru BK dapat membantu peserta didik
tata tertib sekolah dalam hal ini perlaku membolos peserta didik dengan
86
87
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhardjono, and Supardi. “Penelitian Tindakan Kelas,” Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2007.
Asri, ni luh, Ni ketut Suarni, and Dewi Arum. “Efektifitas Konseling Behavioral
Dengan Teknik Penguatan Positif Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Dalam Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran
2013/2014.” Undiksha Jurusan Bimbingan Konseling 2 (2014).
2001.
Hakim, and Thursan. “Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri,” Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
Kartono, Kartini. “Bimbingan Bagi Anak Dan Remaja Yang Bermasalah,” Jakarta:
Rajawali, 2005.
MD, Eremie. “Arabian Journal of Business and Counselors and Teacher ’ S Ranking
of Factors Causing Truancy Among Secondary School Students in Rivers State ,
Nigeria.” Arabian Journal of Business and Management Review 5, no. 6 (2015).
Prayitno, and Amti. “Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling,” Jakarta: Rineka Cipta,
2004.
Sari, Utari Mayang, A Muri Yusuf, and Alwen Bentri. “Truancy and Implications in
Guidance and Counseling” 2016.
Sukardi, Dewa Ketut, and Nila Kusmawati. “Proses Bimbingan Dan Konseling
Disekolah,” Jakarta: Rineka Cipta, 2008.