Anda di halaman 1dari 97

BIMBINGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PROFESIONALISME KERJA DI UNIT PELAKSANA


TEKNIK DINAS (UPTD) BALAI LATIHAN
KERJA BANDAR LAMPUNG

Skripsi
DiajukanuntukMelengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)DalamIlmuDakwah dan Komunikasi

Oleh

RINA BADRIYAH
NPM.: 1341040028

Jurusan:Bimbingan dan Konseling Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2018M/1439H
BIMBINGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PROFESIONALISME KERJA DI UNIT PELAKSANA
TEKNIK DINAS (UPTD) BALAI LATIHAN
KERJA BANDAR LAMPUNG

Skripsi
Diajukanuntuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi
Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) DalamIlmu Dakwah dan Komunikasi

Oleh

RINA BADRIYAH
NPM.: 1341040028

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam

Pembimbing I : Dr. H. Rosidi., MA


Pembimbing II :Hepi Reza Zen, SH.MH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2018M/1439H
ABSTRAK

BIMBINGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN


PROFESIONALISME KERJA DI UNIT PELAKSANA TEKNIK
DINAS (UPTD) BALAI LATIHAN KERJA
BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Rina Badriyah

Bimbingan Karir adalah upaya pemberian bantuan dalam mempersiapkan diri


menghadapi dunia pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan atau jabatan profesi
tertentu, serta membekali diri agar siap memangku jabatan yang telah dimasuki.
Pentingnya bimbingan karir bagi peserta didik adalah meningkatkan sumber daya
manusia atau kemampuan seseorang yang menduduki suatu jabatan tertentu. Dengan
meningkatnya kemampuan atau keterampilan para pekerja maka akan meningkat pula
produktivitas dalam pekerjaan.
Kemudian yang menjadi pokok permasalahan yaitu “Bagaimana Pelaksanaan
Bimbingan Karir dalam meningkatkan kemampuan profesionalisme kerja di Unit
Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja Bandar Lampung”. Adapun tujuan
dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan Bimbingan
Karir dalam Meningkatkan kemampuan profesionalisme kerja para alumni di UPTD
BLK Bandar Lampung”.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dilihat dari sifatnya,
penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
didik dan sebagian instruktur UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, yang
berjumlah 221 orang, diantaranya 13 instruktur, dan 208 siswa/ peserta didik. Dalam
hal ini Penulis menggunakan teknik purposive sampling dalam memilih subyek-
subyek sampelnya, maka sampel dalam penelitian ini adalah 3 instruktur dan 7
peserta didik lulusan UPTD BLK angkatan ke dua tahun ajaran 2016/2017. Jadi,
jumlah sampel dalam penelitian adalah 10 orang.
Berdasarkan data-data penelitian dapat penulis simpulkan bahwa dalam
profesionalisme kerja, seseorang harus memiliki komitmen yang tinggi, memiliki
sikap tanggung jawab, berfikir sistematis dan logis, menguasai materi atau tugas
yang diberikan, dan menjadi bagian orang-orang yang profesional di dalam
pekerjaan. Bimbingan Karir yang diterapkan di UPTD Balai Latihan Kerja Bandar
Lampung mampu meningkatkan profesionalisme kerja peserta didik, mampu
meningkatkan kepercayaan diri para peserta didik menjadi lebih aktif, menjadi
pribadi yang mandiri, dan mampu mengambil suatu keputusan.

Keywords : Bimbingan Karir, Profesionalisme Kerja


MOTTO

َ َ‫ ۖ ف‬ٞ ‫قُلۡ يَٰقَوۡمِ ٱعۡوَلُواْ عَلَىٰ َهكَاًَ ِتكُنۡ إًِِي عَاهِل‬


ُ‫سوۡفَ َتعَۡلوُوىَ هَي َتكُوىُ َلهُۥ عَٰقِ َبة‬
١٣٥ َ‫ٱلّدَارِۚ إِ ًَهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلّظَِٰلوُوى‬
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun

berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan

memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu

tidak akan mendapatkan keberuntungan.

(Q.S Al-An’am [6] : 135)

v
PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan Karya tulis ini untuk :

1. Ibunda Mas Zaitun dan Ayahanda Chozinnur yang tercinta, karena jerih payah

dan pengorbanannya serta kesabarannya, doa-doanya, dan yang telah rela

berkorban tenaga serta waktu luang demi keberhasilan penulis.

2. Kakakku Choiriyah, kakak ipar ku Sulhan, adikku Indah Permata, Leni Fitria,

dan M. Sab’an Jamali, keponakanku M. Furqon Assyuja’i, dan Mu’adzah

Qatrunnada Assyuja’i, yang selalu memberi motivasi dan semangat hingga

selesainya pendidikan penulis.

3. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 jurusan BKI Fakultas Dakwah

Dan Ilmu Komunikasi yang selalu mendukung dan membantu dalam

mengerjakan skripsi ini terutama Anggi Astuti, Helda Purwaningsih, Ina

Kaporina, Umi Afifah, Yunila Sari, Nurani Jayanti, Nia Kurnia, Alsy, Desi,

Sri, Septi, Linda, Aisa, Niar, Yuni, Rara, Isma, Ratna, dan teman-teman

lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga ukhuwah kita

tetap terjaga.

4. Teman-teman komunitas Lampung Juara yang telah membangkitkan

semangat penulis sehingga selesainya skripsi

vi
5. Teman-teman Remaja Islam Masjid Al-Mu’awwanah yang telah mensupport

penulis, dan teman-teman Lampung Juara yang juga telah membangkitkan

semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Ibu Ummi Utami Selaku Kepala Bagian Tata Usaha BLK Bandar Lampung

yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.

7. Almamaterku tercinta Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Raden Intan Lampung mudah-mudahan selalu eksis dalam

mencetak ilmuwan-ilmuwan yang Islami.

vii
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Rina Badriyah, nama panggilan Rina dilahirkan di Lemong,

Kec. Lemong, Kab. Pesisir Barat, pada tanggal 20 Agustus 1994, sebagai anak ke-2

dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Chozinnur dan Ibu Mas Zaitun.

Adapun jenjang pendidikan formal yang penulis jalani adalah Penulis

memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Gedung Meneng Rajabasa

Bandar Lampung pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006, Penulis melanjutkan

sekolah menengah pertama di MTs Mathla’ul Anwar Panjang Bandar Lampung dan

lulus pada tahun 2009, Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di MA.

Mathla’ul Anwar Kedaton Bandar Lampung dan hanya berjalan satu tahun kemudian

penulis pindah sekolah ke MA. Miftahush-Shudur Rajabasa Bandar Lampung dan

lulus pada tahun 2012. Setelah lulus, penulis melanjutkan ke perguruan tinggi

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dan mengambil jurusan Bimbingan

dan Konseling Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti organisasi guna

mengembangkan kemampuan dan untuk mendapatkan pengalaman serta pengetahuan

selain di bangku perkuliahan. Adapun organisasi yang penulis ikuti yaitu sebagai

Anggota Keputrian UKMF Rabbani pada tahun 2014 sampai 2016.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim,

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dengan segala kerendahan hati sebagai hamba Allah Subhanahuwata’ala yang

harus mengabdi sekaligus berfakur dihadapan-Nya. Dengan mengucap syukur

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman, nikmat

sehat, hidayah dan inayah-Nya serta telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai suatu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana program studi Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Shalallahu’alaihiwasallam, teladan terbaik dalam segala urusan, beserta keluarga,

sahabat dan para pengikut sunnah-Nya Amiiin.

Adapun judul skripsi ini adalah “Bimbingan Karir Dalam Meningkatkan

Kemampuan Profesionalisme Kerja Di UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung”.

Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah

memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dalam hal ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si, selaku Dekan Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung

ix
2. Ibu Hj.Rini Setiawati S.Ag,M.Sos.I dan Bapak Mubasit, S.Ag, M.M selaku

Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan BKI

3. Bapak Dr. H. Rosidi, MA sebagai pembimbing I yang telah memberikan

masukan, arahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Hepi Reza Zen, SH. MH, sebagai Pembimbing II yang berperan dalam

memberikan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen-dosen penguji, atas saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi

ini.

6. Ibu Ummi Utami selaku Kepala Bagian Tata Usaha UPTD Balai Latihan

Kerja Bandar Lampung

7. Para dosen serta civitas akademika UIN Raden Intan Lampung, khususnya

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dalam

menyelesaikan karya ilmiah (Skripsi) ini.

Semoga apa yang telah bapak dan Ibu dosen berikan kepada penulis bisa

bermanfaat dan berguna dikehidupan penulis. Penulis berharap semogan Karya

Ilmiah (Skripsi) yang penulis buat ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi

pembaca Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2018


Penulis

Rina Badriyah

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


ABSTRAK ................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
PERSEMBAHAN...................................................................................... v
MOTTO ..................................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ..................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul ............................................................ 5
C. Latar Belakang Masalah ........................................................ 6
D. Rumusan Masalah .................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
F. Kegunaan Penelitian .............................................................. 10
G. Metode Penelitian .................................................................. 11
H. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 14
I. Analisis Data ......................................................................... 16
J. Tinjauan Pustaka ................................................................... 19

BAB II. BIMBINGAN KARIR PROFESIONALISME KERJA

A. Bimbingan Karir ................................................................. 22


1. Pengertian Bimbingan Karir ........................................ 22
2. Pengertian Bimbingan Karir Menurut Para Ahli ........ 23
3. Fungsi Bimbingan Karir .............................................. 24
4. Tujuan Bimbingan Karir ............................................. 25
5. Prinsip Bimbingan Karir ............................................. 26
6. Strategi Bimbingan Karir ............................................ 27
7. Matra sasaran strategi Karir ........................................ 29
8. Teori Bimbingan Karir ............................................... 30
9. Metode Bimbingan Karir ............................................ 36
B. Profesionalisme Kerja ......................................................... 38
1. Pengertian Profesionalisme Kerja ............................... 38
2. Perspektif dalam mengukur Profesionalisme Kerja .... 41

xi
3. Syarat Profesionalisme ............................................... 42

BAB III. GAMBARAN UMUM UNIT PELAKSANA TEHNIK DINAS (UPTD)


BALAI LATIHAN KERJA BANDAR LAMPUNG
A. Profil Unit Pelaksana Tehnik Dinas (UPTD) Balai Latihan
Kerja Bandar Lampung ....................................................... 44
1. Sejarah Berdirinya ........................................................... 44
2. Maksud dan tujuan.......................................................... 45
3. Visi dan Misi ................................................................. 49
4. Struktur Organisasi ......................................................... 50
5. Sarana Dan Prasarana ................................................... 52
B. Pelaksanaan Bimbingan Karir di UPTD Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung .................................................................. 56
C. Profesionalisme Kerja di UPTD Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung ................................................................. 64
D. Evaluasi Dalam Pelaksanaan Bimbingan Karir di UPTD
Balai Latihan Kerja Bandar Lampung .................................. 65
BAB IV BIMBINGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PROFESIONALISME KERJA DI UPTD BALAI LATIHAN KERJA
BANDAR LAMPUNG
A. Pelaksanaan Bimbingan Karir di UPTD Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung ................................................................ 68
B. Profesionalisme Kerja di UPTD Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung ................................................................. 75

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

1. Sarana UPTD BLK Bandar Lampung

2. Prasarana UPTD BLK Bandar Lampung

3. Pegawai dan Instruktur UPTD BLK Bandar Lampung

xiii
DAFTAR GAMBAR

1. Struktur Organisasi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Pedoman Observasi

3. Pedoman Dokumentasi

4. Jadwal Kegiatan Pelatihan UPTD BLK Bandar Lampung

5. Daftar Nama Peserta didik tahun periode 2016 UPTD BLK Bandar Lampung

6. Daftar Nama Staff, Pegawai dan Instruktur UPTD BLK Bandar Lampung

7. Data Pegawai UPTD BLK Bandar Lampung

8. SK Judul Skripsi

9. Surat Keterangan Perubahan Judul skripsi

10. Surat Izin Survey Penelitian

11. Rekomendasi Penelitian Survey

12. Surat Permohonan Penelitian di UPTD BLK Bandar Lampung

13. Kartu Hadir Munaqasyah

14. Kartu Konsultasi Skripsi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebagai kerangka awal guna memudahkan dalam memahami skripsi ini

maka secara singkat terlebih dahulu akan diuraikan beberapa kata yang terkait

dengan maksud judul ini, penelitian yang akan penulis teliti yaitu “Bimbingan

Karir Dalam Meningkatkan Kemampuan Profesionalisme Kerja Di Unit

Pelaksana Tehnik Dinas (UPTD) Balai Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung”.

Terlebih dahulu akan diuraikan pengertian masing-masing istilah sebagai batasan

dalam pembahasan skripsi selanjutnya.

Bimbingan Karir adalah upaya pemberian bantuan dalam mempersiapkan

diri menghadapi dunia pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan atau jabatan

profesi tertentu, serta membekali diri agar siap memangku jabatan yang telah

dimasuki.1

Menurut Tohari, dkk, sebagaimana dikutip oleh Elfi Mu‟awwanah

Bimbingan Karir Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

dalam proses mencari pekerjaan dan bekerja senantiasa selaras dengan ketentuan

dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia akhirat.2

1
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.57-58
2
Elfi Mu‟awwanah, Bimbingan Konseling Islami (di Sekolah dasar), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009). h.83
2

Berdasarkan penjelasan di atas, Bimbingan Karir adalah proses

pemberian bantuan berupa arahan kepada seseorang agar siap menghadapi dunia

pekerjaan, memilih lapangan pekerjaan serta membekali diri supaya siap

memangku jabatan yang telah dimasuki.

Lebih lanjut pengertian karier adalah perkembangan dan kemajuan

seseorang dalam kehidupannya, baik dalam pendidikan/belajar, pekerjaan,

jabatan, maupun kegiatan hidup lainnya.3

Kata “Meningkatkan” adalah kata kerja dengan arti antara lain

menaikkan, mempertinggi, memperhebat, mengangkat diri, dan memegahkan

diri.4 Kemampuan atau kompetensi merupakan hal yang penting dimiliki guru

agar dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar secara efektif

dan efisien. Menurut Muhibbin Syah, kompetensi adalah “kemampuan atau

kecakapan melakukan sesuatu”.5

Menurut M. Nasir Usman, kemampuan terdiri dari dua unsur, yaitu: yang

bisa dipelajari dan yang alamiah. Pengetahuan dan keterampilan adalah unsur

kemampuan yang bisa dipelajari, sedangkan yang alamiah lazim disebut bakat.6

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari

para petugasnya. Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak dapat dilakukan

3
Elfi Mu‟awwanah, Bimbingan Konseling Islami (di Sekolah dasar), (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), h. 83
4
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) h.1197
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet. 14,1995), h. 1.
6
M. Nasir Usman, Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru, Konsep,Teori dan Model
(Jakarta: Cipta Pustaka Media, 2012), h. 118.
3

oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu

untuk melakukan pekerjaan.7

Professional sebagai kata sifat menunjuk kepada dua hal. Pertama, orang

yang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan „dia seorang professional‟.

Kedua, sifat penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai

dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah professional sering

dipertentangkan dengan istilah nonprofessional atau amatiran.8 Profesionalisme

adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan cirri suatu profesi atau

orang yang professional.9

Profesionalisme menunjuk kepada komitmen atau semangat para anggota

suatu profesi untuk menunjukkan atau meningkatkan kemampuan profesionalnya

dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Kalimat “Profesionalisme

guru pembimbing akan menentukan keberhasilan program bimbingan dan

konselling di sekolah” merujuk pada semangat keprofesionalan guru pembimbing

dalam menjalankan tugas-tugasnya.10

7
Mochamad Nursalim, Pengembangan profesi bimbingan dan konseling, (Jakarta:
Erlangga, 2015), h.12
8
Ibid h. 12
9
Tim Penyusun Kamus , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
10
Loc.Cit. h.12
4

Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi

untuk keuntungan atau sumber penghidupan (The Following of a profession for

gain or livelihood).11

Jadi, Profesionalisme adalah komitmen atau semangat para anggota suatu

profesi untuk menunjukkan atau meningkatkan kemampuan profesionalnya dan

terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu

bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak

disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak

dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan

membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan

sebelumnya.12

Berdasarkan istilah-istilah di atas maka yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah studi/ penelitian yang dilakukan secara kritis untuk melihat secara

mendalam tentang usaha yang dilakukan oleh para instruktur UPTD BLK Bandar

Lampung dalam memberikan Bimbingan Karir Dalam Meningkatkan

Kemampuan Profesionalisme Kerja kepada peserta didik lulusan (alumni)

angkatan tahun 2016/2017.

11
Pandji Anoraga, Psikologi kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h. 69
12
Op.Cit. h.11
5

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang melatarbelakangi penulis memilih judul ini adalah sebagai

berikut :

1. Dengan adanya Bimbingan Karir maka diharapkan peserta didik dapat

mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, memilih lapangan

pekerjaan, serta membekali diri agar siap memangku jabatan yang telah

dimasuki.

2. Bimbingan Karir adalah salah satu alternatif yang diberikan pada peserta

untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi yang

berkaitan dengan karir.

3. Aspek-aspek yang diteliti memiliki relevansi dengan jurusan yang penulis

tekuni yakni Bimbingan dan Konseling Islam dan didukung bahan pustaka

yang memadai.

C. Latar belakang masalah

Salah satu fase perkembangan manusia dalam kehidupannya adalah

keinginan mencapai suatu titik dalam memaksimalkan potensi dan kemandirian

secara finansial. Kemaksimalan potensi dan kemandiran secara finansial ini erat

kaitannya dengan karier atau jenis pekerjaan yang dilakukan. Tak dapat

dipungkiri, fenomena yang terjadi di Indonesia adalah masih banyaknya

pengangguran.
6

Artinya, masih banyak juga orang yang belum mencapai karir yang dapat

mendukung kemandiriannya secara finansial atau masih banyak lagi yang

mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keterampilannya

(underemployed) atau belum menggunakan keterampilannya semaksimal

mungkin, padahal generasi Indonesia saat ini memiliki kualitas terbaik untuk

memasuki pasar kerja Indonesia dan memiliki akses yang luas untuk memperoleh

pendidikan dan upaya mendapatkan pendidikan juga meningkat pada tahun-tahun

mendatang.

Pendidikan merupakan peranan penting dalam menentukan karir

seseorang karena pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk

pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah

maupun di luar sekolah.

Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan artinya

apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang

membimbing, sebaliknya apabila seseorang melakukan aktifitas membimbing

(memberikan pelayanan bimbingan berarti ia juga sedang mendidik).

Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan

memiliki kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah.13

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami bahwasanya proses pendidikan di

13
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi),
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h.11
7

sekolah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak didukung oleh

penyelenggaraan bimbingan secara baik pula.

“Menurut Surya, mengutip pendapat Crow and Crow menyatakan bahwa

bimbingan ialah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik laki-laki maupun

perempuan yang mempunyai pribadi baik dan pendidikan yang memadai kepada

seseorang (individu) dari setiap umur untuk membantunya mengembangkan

aktifitas-aktifitas hidupnya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul

bebannya sendiri.”14

Jadi, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan yang diberikan

kepada seseorang atau kelompok untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam

hidupnya, agar individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan dalam

kehidupannya.

Menurut Manrihu Bimbingan karir adalah proses pemberian bantuan


kepada siswa dalam memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan
mengenal kesempatan kerja, mampu mengambil keputusan sehingga yang
bersangkutan dapat mengelola pengembangan kariernya. Seseorang akan bekerja
dengan senang hati, dengan penuh kegembiraan apabila apa yg dikerjakan itu
memang sesuai dengan keadaan dirinya, sesuai dengan kemampuannya, sesuai
dengan minatnya. Tetapi sebaliknya apabila seseorang bekerja tidak sesuai
dengan apa yang ada dalam dirinya, maka dapat dipastikan ia akan kurang
bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang tekun.15

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu

bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak

14
Ibid, h.17
15
Bimo Walgito, Bimbingan dan konseling (Studi dan Karir), (Yogyakarta: C.v. Andi
Offset 2005), hal.194
8

disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak

dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan

membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan

sebelumnya.

Merupakan suatu kenyataan para siswa yang tamat dari SMA maupun

SMP ada yang tidak melanjutkan pendidikannya, karena sesuatu sebab yang tidak

dapat dihindari, misalnya karena kemampuan, biaya tidak ada, ataupun sebab-

sebab yang lain. Karenanya para siswa itu membutuhkan bimbingan yang baik,

khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan.16

Dalam lapangan kerja, atasan seharusnya menilai kemampuan orang

bukan semata-mata atas dasar Diploma atau gelarnya, tetapi atas kesanggupannya

untuk mewujudkan prestasi berupa kemajuan nyata dengan modal pengetahuan

yang ada padanya.

Untuk memperoleh kemampuan demikian, pengalaman merupakan guru

terbaik. Tanpa kesanggupan untuk menarik pelajaran dari pengalamannya,

seseorang tidak akan mengalami proses kemajuan dan pematangan dalam

pekerjaan. Orang yang sudah puas dengan perolehan tanda lulus atau gelar saja

dan tidak meneruskan proses belajarnya dari praktek bekerja, akan mengalami

kemunduran dalam dunia yang dinamis ini dan akan tertinggal dari yang lain.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, di Indonesia masih banyak

juga orang yang menganggur ataupun bekerja pada lapangan pekerjaan yang tidak
16
Ibid . h.195
9

sesuai dengan potensinya. Bila orang menginginkan pekerjaan yang sesuai

dengan potensi yang dimiliki, mereka harus menyadari berbagai kemungkinan

pekerjaan, mengembangkan keterampilan yang diperlukan, mendapatkan

pengalaman kerja dan membuat pilihan pekerjaan yang tepat bagi dirinya.

Jadi, sejak awal perlu diusahakan kesadaran akan pekerjaan melalui

bimbingan dan konseling agar dapat mempersiapkan karier yang tepat bagi masa

depan, sehingga mampu belajar menguasai keterampilan yang diperlukan guna

mengarahkan diri pada cita-cita yang realistik.

Berdasarkan uraian judul di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Bimbingan Karir Dalam Meningkatkan kemampuan

Profesionalisme Kerja di BLK (Balai Latihan Kerja) Bandar Lampung. Dengan

adanya bimbingan karir siswa dapat meningkatkan kemampuan atau keterampilan

dirinya agar dapat dikembangakan sesuai dengan pekerjaan yang diinginkan.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Karir dalam meningkatkan

kemampuan profesionalisme kerja para alumni di UPTD Balai Latihan Kerja

Bandar Lampung ?
10

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Karir dalam

Meningkatkan kemampuan profesionalisme kerja para alumni di UPTD BLK

Bandar Lampung.

F. Kegunaan Penelitian

Sedangkan hasil penelitian ini pada intinya diharapkan dapat memberi

manfaat antara lain :

1. Secara teoritis memberikan kontribusi ilmiah dibidang pelatihan kerja

untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para pencari kerja.

Dengan demikian memahami metode bimbingan karir menjadi penting.

2. Hasil Penelitian ini diharapkan menambah khazanah keilmuan bagi diri

sendiri, masyarakat, dan khususnya bidang Kajian Bimbingan Konseling

Islam, yang dimana penulis tekuni.

3. Memberikan masukan dan rumusan bagi UPTD (unit pelaksana teknik

dinas) Balai Latihan Kerja dalam rangka peningkatan kualitas dan

kompetensi bimbingan karir agar dapat dijadikan pertimbangan untuk

pembangunan generasi yang profesional khususnya di UPTD (unit

pelaksana teknik dinas) Balai Latihan Kerja Kota Bandar Lampung.


11

G. Metode Penelitian

Agar penelitian ini dapat mengenai sasaran dan penelitian yang

dilaksanakan dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan yang diharapkan,

maka perlu digunakan metode:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

lapangan (field research) yaitu suatu jenis penelitian yang berusaha untuk

mengumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan di lapangan.17

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah yang berkenaan

dengan Bimbingan Karir dalam Meningkatkan Kemampuan

Profesionalisme Kerja di BLK Bandar Lampung.

2. Sifat Penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif

yaitu suatu penelitian yang hanya menggambarkan, melukiskan,

memaparkan, dan melaporkan suatu keadaan objek penelitian.18 Dari

pengertian ini, maka penelitian yang penulis gagas hanya ditujukan untuk

melukiskan, menggambarkan, atau melaporkan kenyataan- kenyataan yang

lebih terfokus pada pelaksanaan bimbingan karir terhadap peserta didik

17
M. Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research, ( Yogyakarta : Sumbangsih,
1975 ), h. 22
18
Ibid, h. 33
12

dalam meningkatkan profesionalisme kerja di Unit pelaksana teknik dinas

(UPTD) Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Bandar Lampung.

3. Populasi dan sampel

a. Populasi

Populasi adalah seluruh objek penelitian (orang, kelompok,

penduduk) yang dimaksudkan untuk diselidiki atau diteliti.19 Adapun

yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik

angkatan ke-2 tahun ajaran 2016/2017 dan beberapa instruktur di UPTD

Balai Latihan Kerja Bandar lampung. Populasi dalam penelitian ini yaitu

berjumlah 221 orang diantaranya 13 instruktur, dan 208 peserta didik.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.20 Bila Populasi besar dan penelitian tidak

mungkin mempelajari semua yang ada di populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka penelitian dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, untuk itu sampel

yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif.21

Dalam penentuan sampel, teknik yang dipakai adalah non rondom

sampling dengan jenis purposive sampling, dimana tidak semua subjek

19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Bina
Aksara, 1998), h.108
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet.13. h. 81
21
Ibid.
13

atau individu dari populasi mendapat kemungkinan yang sama untuk

dijadikan anggota sampel.22 Penulis menggunakan teknik purposive

sampling dalam memilih subyek-subyek sampelnya, diambil anggota-

anggota sampel sedemikian rupa sehingga sampel tersebut benar-benar

mencerminkan ciri-ciri dari populasi yang sudah dikenal sebelumnya.23

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan kriteria

di antaranya:

1. Instruktur/ Pelatih, dengan kriteria:

a. Memiliki keahlian yang berkaitan dengan pelaksanaan

bimbingan karir di UPTD BLK Bandar Lampung,

b. Pendidikan terakhir S1/S2,

c. Pegawai tetap di UPTD BLK Bandar Lampung,

d. Sudah bekerja kurang lebih selama 3 tahun di UPTD BLK

Bandar Lampung.

2. Peserta didik, dengan kriteria :

a. Alumni angkatan 2016/2017, 4 orang.

b. Sudah memiliki usaha mandiri, diantaranya: usaha dibidang

mekanik, usaha dibidang elektronik, dan usaha dibidang

menjahit, 3 orang.

22
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju, 1996),
h.139
23
Ibid., h. 148
14

Berdasarkan kriteria di atas, maka penulis mengambil sampel yang

terdiri dari: 3 Instruktur UPTD BLK Bandar Lampung, dan 7 peserta

didik lulusan UPTD BLK (alumni) angkatan ke-2 tahun ajaran

2016/2017. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian adalah 10 orang.

H. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpul data adalah suatu teknik yang dipakai untuk mencari

data-data yang dibutuhkan dalam membuat skripsi. Dalam pengumpulan data ini

penulis akan menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena

obyek yang diteliti secara obyektif dan hasilnya akan dicatat secara

sistematis agar diperoleh gambaran yang lebih konkret tentang kondisi di

lapangan.24

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang diperoleh

dari pengamatan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

gejala-gejala, subjek maupun obyek yang diselidiki, baik dalam situasi

khusus yang diadakan. Observasi ini dibagi menjadi dua, participant dan

participant.25 Participant observation yaitu dalam observasi ini dalam

24
Lexy moelang, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya,
2013), h.174
25
Kartini Kartono, Op.,Cit, h. 142
15

tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenan dengan

kelompok yang diamati kurang dituntut.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi

participant dimana penulis turut ambil bagian dalam kehidupan orang yang

diobservasi. Selanjutnya metode ini penulis gunakan untuk menghimpun data

antara lain : Nama, pendidikan terakhir, alamat, dan pekerjaan siswa, serta

pelaksanaan bimbingan karir yang diberikan oleh instruktur BLK Bandar

Lampung.

2. Metode Wawancara (Interview)

Sebagai metode pokok lainnya adalah metode interview, yaitu untuk

memperoleh data yang menunjang terhadap data primer. Wawancara

merupakan metode penggalian data yang paling banyak dilakukan, baik

untuk tujuan praktis maupun ilmiah, terutama untuk penelitian sosial yang

bersifat kualitatif. Wawancara juga dapat diartikan percakapan langsung dan

tatap muka dengan maksud tertentu.26 Hasil dari wawancara bisa direkam

dan dirangkum sendiri oleh pencari informasi. Metode wawancara akan

memperoleh data yang lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran

atau pendapat secara detail.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan wawancara diperlukan

keterampilan dari seorang peneliti dalam berkomunikasi dengan responden.

26
Imam Suprayogo Tobroni , Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), h.172
16

Penulis telah melakukan wawancara kepada Kasubbag Tata Usaha UPTD

BLK Bandar Lampung.

Jenis wawancara (interview) yang digunakan penulis adalah metode

wawancara bebas terpimpin. wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari

wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.27 Artinya penulis

membawa kerangka pertanyaan untuk disajikan kepada objek penelitian

tersebut. Penulis menggunakan metode wawancara (interview) bebas

terpimpin, dimana pelaksanaan wawancara yang berpatokan pada daftar yang

disusun dan responden dapat memberikan jawabannya secara bebas.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti,

notulen rapat, agenda dan sebagainya.28

Metode ini penulis gunakan sebagai pelengkap yang akan dilakukan

untuk menghimpun data tentang asal usul siswa, kondisi sarana prasarana,

keadaan siswa, keadaan Instruktur, keadaan geografis, kegiatan pelatihan dan

kegiatan bimbingan karir.

27
Kartini Kartono, Op.,Cit, h. 270
28
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis,(Jakarta:Rineka Cipta,
1993), h.177
17

I. Analisis Data

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisa data,

dalam menganalisa data menggunakkan analisis kualitatif deskriptif, yaitu

bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status atau fenomena

secarasistematik dan rasional.29

Menurut Emzir analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan

pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang

telah anda kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda sendiri mengenai

materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan anda menyajikan yang sudah

anda temukan kepada orang lain.30

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan analisis data kualitatif yaitu

analisa yang dilakukan terhadap data yang bukan berwujud angka – angka

melainkan yang jumlahnya hanya sedikit, bersifat monografis atau berwujud

kasus–kasus (sehingga tidak dapat disusun ke dalam suatu struktur klasifikasi).

Dalam mengambil kesimpulan penulis menggunakan analisis induktif yaitu cara

menganalisis terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu yang bertitik tolak dari

pengantar hal-hal atau kasus-kasus yang sejenis dan kemudian menarik

kesimpulan yang bersifat umum.

29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), h. 245
30
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Analisis Data), (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010), h. 85
18

Jadi Metode analisa data dalam penelitan ini menggunakan analisis

kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,

selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu.

Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi, serta literatur di edit dengan tujuan untuk meneliti ketetapan,

kelengkapan, dan kebenaran data, kemudian data tersebut disusun berdasarkan

kategorisasi yang sesuai dengan maslah dan kebutuhan penelitian.

Setelah data diolah dan di klasifikasi, kemudian langkah selanjutnya

penulis mengambil sebuah kesimpulan menggunakkan cara berfikir induktif yaitu

dari rangkaian yang bersifat khusus yang diambil individu kemudian ditarik pada

kesimpulan yang bersifat umum. Dalam hal ini, kesimpulan yang diambil sesuai

dengan masalah yang berkaitan dengan penelitian penulis tentang Bimbingan

Karir Dalam Meningkatkan Kemampuan Profesionalisme Kerja di UPTD BLK

Bandar Lampung.

J. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya plagiarisme dan sebagai acuan peneliti

dalam pembuatan skripsi maka penulis menggunakan beberapa tinjauan pustaka

sebagai berikut :

1. Skripsi Arifah (3301401011), mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Jurusan

Ekonomi, UNES Universitas Negeri Semarang, dengan judul:

“Pengaruh bimbingan karir terhadap kemandirian siswa dalam memilih


19

karir pada siswa kelas XII SMK Negeri Magelang (kelompok bisnis dan

managemen)” pada tahun 2005. Dengan meningkatkan kesungguhan

dalam menekuni bidang kejuruan yang sedang ditekuni saat dibangku

sekolah, meningkatkan kesadaran siswa dengan tujuan/ cita-citanya

terhadap karier yang akan dipilih dan meningkatkan motivasi siswa

terhadap karier yang akan dipilihnya, maka bimbingan karier

berpengaruh cukup signifikan terhadap kemandirian siswa dalam

memilih karier sebesar 38.3%.31

2. Skripsi Ahmad Yusron Irsyadi (07501241006), Mahasiswa Fakultas

Teknik Jurusan Teknik Elektro, UNY Universitas Negeri Yogyakarta,

dengan Judul: “Pengaruh Bimbingan Karir Dan Pola Asuh Orang Tua

Terhadap Kemandirian Siswa Dalam Memilih Karir Pada Kelas XI

Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik Smk Negeri 1 Sedayu” pada

tahun 2012. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara

bimbingan karir terhadap kemandirian siswa dalam memilih karir,

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua

terhadap kemandirian siswa dalam memilih karir, dan terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan antara bimbingan karir dan pola asuh orang

tua secara bersama kemandirian siswa dalam memilih karir.

31
Arifah, Pengaruh bimbingan karir terhadap kemandirian siswa dalam memilih karir pada
siswa kelas XII SMK Negeri Magelang (kelompok bisnis dan managemen), (Semarang : UNES, 2005)
20

3. Skripsi Yan Partawijaya (1341040085), Mahasiswa Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,

dengan Judul : “Layanan Bimbingan Karir dalam Meningkatkan Potensi

Diri Melanjutkan Masa Depan Pada Siswa SMKN 1 Way Tenong”.

Pada tahun 2017. Pelaksanaan perencanaan layanan bimbingan karir

dalam meningkatkan potensi diri melanjutkan masa depan pada siswa

sudah berjalan dengan cukup baik. Peserta didik sudah mulai mampu

mengenali gambaran potensi diri yang sesuai dengan diri mereka untuk

melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi yang akan mereka

tempuh dimasa depan sesuai dengan bakat dan minat dalam

pengembangan diri dan cita-citanya.32

Dari beberapa penelitian tersebut ada perbedaan yang mendasar dengan

penelitian yang ditemukan oleh peneliti, baik dari judul, tempat, maupun masalah

yang dikaji. Dengan demikian penelitian ini berbeda dengan penelitian

sebelumnya.

32
Yan Partawijaya, Layanan Bimbingan Karir dalam Meningkatkan Potensi Diri Melanjutkan
Masa Depan Pada Siswa SMKN 1 Way Tenong, (Bandar Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2017)
BAB II

BIMBINGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN


PROFESIONALISME KERJA

A. Bimbingan Karir

1. Pengertian Bimbingan Karir

Bimbingan karir merupakan salah satu bidang dalam bimbingan

dan konseling. Sebelum menjelaskan mengenai pengertian Bimbingan

Karir itu sendiri, maka terlebih dahulu menjelaskan mengenai pengertian

Bimbingan dan Konseling.

Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus


menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada
individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai
macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif
agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi
dirinya sendiri maupun lingkungannya. Sedangkan konseling merupakan
salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses
pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam
serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru
pembimbing/konselor dengan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu
memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang
opimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.1

Dari definisi bimbingan dan konseling di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa Bimbingan Konseling adalah proses pemberian

1
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 9
22

bantuan yang dilakukan oleh pembimbing-konselor melalui wawancara

maupun klasikal di dalam kelas untuk mengembangkan potensi dan

menyelesaikan masalah peserta didik agar ia dapat mencapai

kemanfaatan sosial dan kebahagiaan pribadi.

2. Pengertian Bimbingan Karir Menurut Para Ahli

a. Menurut Winkel Bimbingan Karir adalah bimbingan dalam


mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja, dalam memilih
lapangan kerja atau jabatan/ profesi tertentu serta membekali diri
supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri
dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki.
Bimbingan karir juga dapat dipakai sebagai sarana pemenuhan
kebutuhan perkembangan peserta didik yang harus dilihat sebagai
bagian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam
setiap pengalaman belajar bidang studi.2
b. Menurut Marsudi Bimbingan Karir adalah suatu perangkat, lebih
tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan
yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan
berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-
kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta
mengembangkan keterampilan–keterampilan mengambil keputusan
sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola
perkembangan karirnya.3

Penulis berpendapat bahwa Bimbingan Karir adalah suatu proses

bimbingan untuk mempersiapkan seseorang menghadapi dunia kerja,

memilih lapangan kerja atau jabatan/ profesi tertentu dan membantu

individu memahami berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan

kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang,

serta mengembangkan keterampilan–keterampilan mengambil keputusan


2
W.S. Winkel, Konseling Karir sekolah, (Jakarta: Gramedia, 2005), h.114
3
Marsudi, Pengertian Bimbingan Karir, diakses dari http:www.pengertian bk karir.com, pada
tanggal 26 januari 2018, pukul 10.00
23

sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola

perkembangan karirnya.

3. Fungsi Bimbingan Karir

Bimbingan Karir membantu siswa dalam mengenal dan

mengembangkan potensi karir yang dimilikinya. Selain itu bimbingan karir

sebagai salah satu kesatuan proses bimbingan yang memiliki manfaat bagi

klien dalam mengarahkan diri dan menciptakan kemandirian dalam

memilih karir yang sesuai dengan kemampuannya.

Fungsi Bimbingan Karir adalah sebagai berikut :

a. Memberikan kemampuan pilihan jurusan kepada siswa, karena

penjurusan akan mempersiapkan siswa dalam bidang pekerjaan

yang kelak diinginkan.

b. Memberikan bekal pada siswa yang tidak melanjutkan sekolah

untuk dapat siap kerja sesuai dengan keinginannya.

c. Membantu kemandirian bagi siswa yang ingin ataupun harus

belajar sambil bekerja.4

Dalam bimbingan konseling ada 4 bidang bimbingan yang harus

diberikan kepada siswa, diantaranya adalah bimbingan sosial, bimbingan

belajar, bimbingan pribadi, dan bimbingan Karier. Bimbingan karir adalah

kegiatan layanan bantuan kepada siswa dengan tujuan agar mereka

4
Mbem, [online], tersedia di http://mbem-ntu-aqoe.blogspot.com, diakses Tanggal 27 januari
pukul 09.30
24

memperoleh pemahaman kerja dan akhirnya mereka mampu menentukan

pilihan kerja dan menyusun karir. Bimbingan karir merupakan usaha

individu dalam memecahkan masalah pekerjaan yang sesuai dengan

kemampuan diri dan lingkungannya.5

4. Tujuan Bimbingan Karir

Adapun maksud dan tujuan dari Bimbingan Karir adalah sebagai berikut:

a. Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang

berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengenai

kemampuan, minat, bakat, sikap, cita-citanya.

b. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan

yang ada dalam masyarakat.

c. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan

potensi yang ada dalam dirinya; mengetahui jenis-jenis pendidikan

latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu; memahami

hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depannya.

d. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul disebabkan

oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk

dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

5
Abu Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, ( Jakarta : Rinneka Cipta, 1991), h.172
25

e. Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan

karir dan kehidupannya yang serasi, yang sesuai.6

5. Prinsip-prinsip Bimbingan Karir

Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan karir, perlu

diperhatikan prinsip-prinsip berikut:

a. Seluruh siswa mendapat kesempatan yang sama untuk

mengembangkan dirinya dalam pencapaian karirnya secara tepat.7

b. Setiap siswa memahami bahwa karir itu adalah sebagai suatu jalan

hidup, dan pendidikan sebagai persiapan untuk hidup.8

c. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang

cukup memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan

perkembangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karir.9

d. Siswa perlu diberi pemahaman tentang di mana dan mengapa mereka

berada dalam suatu alur pendidikannya.10

e. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh

pemahaman tentang hubungan antara pendidikannya dengan

karirnya.11

6
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir), CV. Andi Offset, (Yogyakarta:
2005), h.195-196
7
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di sekolah-sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987),
h.34
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Ibid.
26

f. Siswa pada setiap program pendidikannya hendaknya memiliki

pengalaman yang berorientasi pada karir secara berarti dan realistik.12

g. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep,

berbagai peranan, dan keterampilannya guna mengembangkan nilai-

nilai dan norma-norma yang memiliki aplikasi bagi karir di masa

depannya.

h. Program Bimbingan Karir hendaknya memiliki tujuan untuk

merangsang perkembangan pendidikan siswa.

i. Program Bimbingan Karir di sekolah hendaknya diintegrasikan secara

fungsional dengan program pendidikan pada umumnya dan program

bimbingan dan konseling pada khususnya.13

j. Program Bimbingan Karir di sekolah-sekolah hendaknya berpusat di

kelas, dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang

tua dan kontribusi masyarakat.14

6. Strategi Bimbingan Karir

Untuk mencapai tujuan bimbingan karir, setiap pembimbing

memiliki dan dapat menempuh strategi yang berbeda-beda, sesuai dengan

latar belakang pendidikan, keahlian dan kondisi objektif klien yang

dihadapinya. Namun, apabila dikelompokkan seluruh strategi yang

12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
27

dimaksud melingkupi: strategi instruksional, strategi substansial, dan

strategi permainan.15

a. Strategi instruksional merupakan bentuk penyelenggaraan


bimbingan karir yang diintegrasikan atau dipadukan dalam
pengajaran (instruksional). Strategi ini sangat sesuai dijalankan oleh
tenaga pengajar. Strategi instruksional cenderung bersifat informatif
daripada pemrosesan informasi. Apabila kecenderungan yang
terakhir dijadikan fokus strategi, walaupun dijalankan oleh tenaga
pengajar, maka dapat diperoleh ketepatgunaannya. Strategi ini pada
dasarnya bukanlah penyelenggaraan bimbingan karier, melainkan
pengajaran (instruksional) yang menerapkan prinsip-prinsip
bimbingan karir dan lebih terfokus pada pemberian informasi karir.
Strategi bimbingan karir instruksional yang terpadu dengan
pembelajaran merupakan pemrosesan informasi karir secara
klasikal atau kelompok melalui penggunaan metode atau teknik-
teknik pembelajaran, seperti : pengajaran unit, home room,
karyawisata, ceramah tokoh atau narasumber, media audio visual,
bibliografi, pelatihan kerja, career day, wawancara, dan paket
bimbingan karier.16
b. Strategi substansial merupakan bentuk penyelenggaraan bimbingan
karier melalui hubungan interpersonal (antara pembimbing dengan
klien). Strategi ini lazim dipergunakan oleh dosen pembimbing
dalam bentuk wawancara konseling. Untuk mempergunakan
starategi ini, diperlukan penguasaan teori dan praktik konseling, di
samping disiplin ilmu penunjang yang terkait. Termasuk ke dalam
strategi ini ialah teknik genogram dan konseling karier.17
c. Strategi permainan, merupakan strategi alternatif penyelenggaraan
bimbingan karir. Strategi ini berlangsung melalui permainan, yang
segaligus dalam setiap permainan dapat menjangkau beberapa
matra sasaran. Permainan adalah suatu perbuatan atau kegiatan
sukarela, yang dilakukan dalam batas-batas ruang dan waktu
tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang sudah diterima
secara sukarela tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam
dirinya sendiri, disertai oleh perasaan tegang dan gembira, dan
kesadaran lain daripada kehidupan sehari-hari.18

15
Johan Huizinga, Homo Ludens: Fungsi dan Hakekat Permainan Dalam Budaya, (Jakarta:
LP3ES, 1990), h.39
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid.
28

Strategi bimbingan karir pada dasarnya adalah pola umum


perbuatan pembimbing-klien dalam wujud hubungan bantuan.
Pembimbing menjalankan hubungan bantuan dengan klien dalam
artian bahwa ia bersedia dan berupaya menciptakan sistem
lingkungan yang kondusif atau yang memfasilitasi perkembangan
klien untuk :
1) memahami dan menilai dirinya, terutama yang menyangkut
potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan dan cita-cita);
2) menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan
masyarakatnya;
3) mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan
potensi dirinya serta jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang
diperlukan untuk suatu bidang tertentu;
4) menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang
disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya; dan
5) merencanakan masa depan karir dirinya.19

Dalam makna strategi bimbingan karir di atas, sekaligus terkandung

tujuan yang akan dicapai dan penempatan siswa sebagai pelaku karir

(subjek). Dalam pernyataan lain, siswa terbantu dalam pembuatan dan

pelaksanaan rencana, penilaian diri dan lingkungannya, demi mencapai

kesuksesan perjalanan hidup yang bermakna horizontal (bagi sesamanya)

dan vertikal (untuk Tuhannya).

7. Matra Sasaran Strategi Bimbingan Karir

Strategi di atas menunjukkan bahwa setiap strategi bersifat

situasional; atau dalam penggunaannya bergantung pada matra sasaran

(domain) perilaku siswa yang akan dikembangkan. Berdasarkan tujuan

19
Mamat Supriatna dan Ilfiandra, Wokshop Bimbingan dan Konseling Politeknik Kesehatan,
“Apa dan Bagaimana Bimbingan Karir”, (Tasikmalaya: UPI, 2006), h. 10
29

yang hendak dicapai, pada gilirannya matra sasaran dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Matra sasaran diri klien dengan segala karakteristik psiko-fisiknya.

b. Matra sasaran nilai-nilai (values) yang berarti ide atau gagasan

konseptual tentang derajat atau kadar kepentingan dalam kehidupan

manusia.

c. Matra sasaran lingkungan efektif yang secara potensial berpengaruh

terhadap diri klien.

d. Matra sasaran permasalahan, baik berupa penghambat maupun

pendukung keberhasilan hidup klien dan kemungkinan

penanggulangannya; dan

e. Matra sasaran perencanaan dan keputusan karir yang didasarkan

atas kemampuan untuk mengelola diri, nilai-nilai, lingkungan dan

permasalahan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.20

8. Teori Bimbingan Karir

a. Donald Edwin Super

Donald E. Super21 mencanangkan suatu pandangan tentang

perkembangan karier yang lingkupnya sangat luas, karena

perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang

mencakup banyak faktor. Faktor tersebut sebagian terdapat pada

20
Ibid.
21
Donald E. Super, 10 Juli 1910, New York, The Psychology of careers, 1957
30

individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan

hidupnya yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-

sama membentuk proses perkembangan karier seseorang.

Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor

pada individu sendiri seperti kebutuhan sifat-sifat kepribadian,

kemampuan intelektual, dan banyak faktor di luar individu, seperti

taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga, variasi tuntutan

lingkungan kebudayaan, dan kesempatan/kelonggaran yang muncul.

Titik berat dari hal-hal tersebut di atas terletak pada faktor-faktor

pada individu sendiri.

Super mengusulkan gagasan bahwa orang berusaha untuk


menerapkan konsep dirinya dengan memilih untuk masuk pekerjaan
dianggap yang paling mungkin untuk memungkinkan ekspresi diri.
Pilihan karier adalah soal mencocokkan (matching). Di dalam irama
hidup orang, terjadi perubahan-perubahan dan ini berpengaruh pada
usahanya untuk mewujudkan konsep diri itu. Teori perkembangan
menerima teori matching (teori konsep diri), tetapi memandang
bahwa pilihan kerja itu bukan peristiwa yang sekali terjadi dalam
hidup seseorang (misalnya waktu tamat pendidikan dan mau
meninggalkan sekolah). Orang dan situasi lingkungannya
berkembang, dan keputusan karier itu merupakan rangkaian yang
tersusun atas keputusan yang kecil-kecil.22

Adapun tahap perkembangan karier menurut Donald E. Super


sebagai berikut :
1) Tahap Pertumbuhan (Growth): 0 – 14 tahun
Adanya pertumbuhan fisik dan psikologis. Pada tahap ini
individu mulai membentuk sikap dan mekanisme tingkah laku
yang kemudian akan menjadi penting dalam konsep dirinya.

22
Donald E Super, Thompson, A. S., & Lindeman, R. H. Adult Career Concerns Inventory:
Manual for research and exploratory use in counselling. (Palo Alto, CA: Consulting Psychologists
Press, 1988)
31

Bersamaan dengan itu, pengalaman memberikan latar belakang


pengetahuan tentang dunia kerja yang akhirnya digunakan
dalam pilihan pekerjaan mulai yang tentatif sampai dengan
final.23
2) Tahap Eksplorasi (Exploratory): 15 – 24 tahun
Dimulai sejak individu menyadari bahwa pekerjaan
merupakan suatu aspek dari kehidupan manusia. Pada awal
masa ini atau masa fantasi, individu menyatakan pilihan
pekerjaan sering kali tidak realistis dan sering erat kaitannya
dengan kehidupan permainannya.24
3) Tahap Pembentukan (Establishment): 25 – 44 tahun
Berkaitan dengan pengalaman seseorang pada saat mulai
bekerja. Pada masa ini individu dengan cara mencoba-coba
ingin membuktikan apakah pilihan dan keputusan pekerjaan
yang dibuat pada masa eksplorasi benar atau tidak. Sebagian
masa ini adalah masa try-out. Individu mungkin menerima
pekerjaan dengan perasaan pasti bahwa ia akan mengganti
pekerjaan jika merasa tidak cocok. Apabila ternyata individu
mendapat pengalaman yang positif atau keuntungan dari suatu
pekerjaan, pilihannya menjadi mantap, dan dia akan
memasukkan pilihan pekerjaan itu sebagai aspek dari konsep
dirinya serta kesempatan terbaik untuk mendapatkan kepuasan
kerja.25
4) Tahap Pemeliharaan (Maintenance): 45 – 64 tahun
Individu berusaha untuk meneruskan atau memelihara
situasi pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan dan konsep diri
(self-concept) mempunyai hubungan yang erat. Keduanya
terjalin oleh proses perubahan dan penyesuaian yang kontinyu.
Pada intinya individu berkepentingan untuk melanjutkan
aspek-aspek pekerjaan yang memberikan kepuasan, dan
merubah atau memperbaiki aspek-aspek pekerjaan yang tidak
menyenangkan, tetapi tidak sampai individu itu meninggalkan
pekerjaan tersebut untuk berganti dengan pekerjaan yang
lain.26
5) Tahap Kemunduran (Decline): di atas 65 tahun
Tahap menjelang berhenti bekerja (preretirement). Pada
tahap ini perhatian individu dipusatkan pada usaha bagaimana
hasil karyanya dapat memenuhi persyaratan out-put atau hasil

23
Irman Hardiarni, Konseling Karir, (Jakarta : Stain Batusangkar Press, 2009), h.130
24
Ibid.
25
Ibid.
26
Ibid.
32

yang minimal sekalipun. Individu lebih memperhatikan usaha


mempertahankan prestasi kerja daripada upaya meningkatkan
prestasi kerjanya.27

Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi

munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut

keterlibatan dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-

tugas perkembangan vokasional (vocational developmental

tasks).28

Teori ini dasarnya adalah bahwa kerja itu perwujudan konsep

diri dan ia berusaha menerapkan konsep diri itu dengan pemilihan

kerja. Konsep diri merupakan suatu hasil perpaduan antara

kemampuan dasar yang diwariskan hakekat pola pikir seseorang

sangat ditentukan oleh tingkat social ekonomi orang tuanya,

kemampuan mental, dan ciri-ciri kepribadiannya. Semua faktor dalam

latar belakang pengalaman seseorang akan mempengaruhi sikap dan

perilakunya. Setiap orang berusaha untuk memelihara dan membina

suatu konsep yang ideal, namun pada kenyataannya individu

menghadapi faktor-faktor yang membatasi yang berasal dari

kekurangan sendiri, dan lingkungan dimana individu tersebut hidup.29

Donald E. Super dalam Ruslan Abdul Ghani mengemukakan


bahwa kepuasan kerja dan kepuasan hidup tergantung pada seberapa
jauh individu mendapatkan atau menyalurkan kemampuan, minat,

27
Ibid.
28
Ibid.
29
Ruslan Abdul Ghani, Bimbingan Karir, (Bandung: Angkasa, 1997), h.38-39
33

sifat-sifat pribadi dan nilai-nilai pribadi. Individu akan merasa senang


jika pekerjaannya sesuai dengan konsep diri yang ada digambaran.
Namun jika sebaliknya maka individu akan mencari situasi pekerjaan
lain.30
Teori perkembangan karier Super memiliki beberapa
keuntungan yaitu: mempertimbangkan bahwa individu berubah dari
waktu ke waktu, membantu siswa memperjelas konsep diri, dan
kerangka yang jelas tentang pemahaman berbagai tahap
perkembangan karier.31

b. Teori John L Holland

Teori Holland dalam Muhammad Thayeb Manrihu


mengemukakan enam lingkungan okupasional dan enam tipe
kepribadian. Pada tahun 1966, Holland berpendapat bahwa
lingkungan-lingkungan okupasional itu adalah : Realistik,
Intelektual, Artistik, Sosial, Pengusaha, dan Konvensional, demikian
juga tipe kepribadian diberi nama yang sama.32
Tingkatan orientasi kepribadian individu menentukan
lingkungan yang dipilihnya, semakin jelas tingkatannya, maka
makin efektif pencarian lingkungan yang sesuai.33 Pengetahuan
individu tentang diri dan lingkungannya diperlukan untuk
menetapkan pilihan yang sesuai. Teori Holland direvisi pada tahun
1973, tipe-tipe kepribadian dan lingkungan okupasional tersebut
adalah; Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Pengusaha, dan
Konvensional.34
Kepribadian seseorang menurut Holland merupakan hasil dari
keturunan dan pengaruh lingkungan.35
Menurut Winkel dan Hastuti menjelaskan bahwa pandangan
Holland mencakup tiga ide dasar, yaitu :
1) Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai
berapa jauh mereka mendekati salah satu di antara enam tipe
kepribadian, yaitu : Tipe Realistik (The Realistik Type), Tipe
Peneliti atau Pengusut (The Investigative Type), Tipe Seniman
(The Artistic Type), Tipe Sosial (The Social Type), Tipe

30
Op.Cit, h.38-39
31
Op.Cit, h.38-39
32
Muhammad Thayeb Manrihu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), h.71
33
Ibid
34
Ibid
35
Samuel H. Osipow, Theories of Career Development, (New Jersey: The Ohio State University
1983), h.84
34

Pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe Konvensional


(Conventional Type). Semakin mirip seseorang dengan salah
satu di antara enam tipe itu, makin tampaklah padanya ciri-ciri
dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan. Setiap
tipe kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang
merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor internal dan
eksternal. Berdasarkan interaksi itu manusia muda belajar lebih
menyukai kegiatan/aktivitas tertentu, yang kemudian
melahirkan suatu minat kuat yang pada gilirannya
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu.
Kombinasi dari minat dan kemampuan itu menciptakan suatu
disposisi yang bersifat sangat pribadi untuk menafsirkan,
bersikap, berpikir, dan bertindak dengan cara-cara tertentu.
Profil total dari keseluruhan kemiripan dalam urutan pertama
ke bawah, menampakkan pola kepribadian seseorang (the
individual’s personality pattern ). Usaha untuk menentukan
profil total itu dapat digunakan berbagai metode seperti testing
psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan dengan
aspirasi okupasi.36
2) Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan
bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa
jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model
lingkungan (a model environment).
3) Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model
lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan
kecocokan okupasional (occupational homogenity), sehingga
seseorang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan
okupasi tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan
antara tiap tipe kepribadian dan suatu model lingkungan
memungkinkan meramalkan pilihan okupasi, keberhasilan,
stabilitas seseorang dalam okupasi yang dipangku. Orang yang
memasuki lingkungan okupasi yang jauh dari tipe kepribadian
yang paling khas baginya akan mengalami konflik dan tidak
akan merasa puas, sehingga cenderung untuk meninggalkan
lingkungan okupasi itu dan mencari lingkungan lain yang lebih
cocok baginya.37

Manrihu berpendapat bahwa ada empat asumsi yang


merupakan jantung teori Holland, yaitu :

36
W.S Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi
Revisi), ( Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h.634
37
Ibid. h.635
35

a. Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari


enam tipe: Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Giat (suka
berusaha), dan Konvensional.
b. Ada enam jenis lingkungan : Realistik, Investigatif, Artistik,
Sosial, Giat (suka berusaha), dan Konvensional.
c. Orang menyelidiki lingkungan-lingkungan yang akan
membiarkan atau memungkinkannya untuk melatih
keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuannya,
mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan menerima
masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuai.
d. Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara
kepribadiannya dan ciri-ciri lingkungannya.38

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis berpendapat bahwa

suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan okupasi adalah hasil

perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan

kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri

kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan,

bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan

banyak kesukaan yang lain.

9. Metode Bimbingan Karir

Menurut Dewa Ketut Sukardi, penyelenggaraan Bimbingan Karier


yang diberikan di sekolah-sekolah dapat dilakukan melalui beberapa
metode, yaitu ceramah dan narasumber, diskusi kelompok, pengajaran
unit, sosiodrama, karyawisata karier, informasi melalui kegiatan
ekstrakulikuler dan intrakulikuler, serta hari karier. Berikut ini penjelasan
mengenai metode-metode tersebut :
a. Ceramah dari Narasumber
Kegiatan ini dilakukan bersumber dari pembimbing, konselor,
guru, maupun dari narasumber (pihak dunia kerja), dalam rangka

38
Manrihu, Op.Cit, h.70
36

memberikan penerangan tentang informasi yang lebih banyak tentang


pekerjaan, jabatan dan karier.
b. Diskusi Kelompok
Suatu pendekatan yang kegiatannya bercirikan satu keterkaitan
pada suatu pokok masalah (dalam hal ini perencanaan karier), dimana
siswa sejujurnya berusaha untuk memperoleh kesimpulan setelah
mendengarkan, mempelajari dan mempertimbangkan pendapat siswa
yang lain secara jujur.
c. Pengajaran Unit
Merupakan teknik dalam membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman tentang suatu pekerjaan tertentu, melalui kerjasama
antara pembimbing dan guru bidang studi. Namun dengan pola ini
sudah barang tentu perlu adanya jam tersendiri yang khusus
disediakan untuk keperluan kegiatan bimbingan karier.
d. Sosiodrama
Suatu cara yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendramatisasi sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang
seperti yang dilakukannya dalam reaksi sosial sehari-hari
dimasyarakat, sehubungan dengan pekerjaan dan karier.
e. Karyawisata Karier
Berkarya atau bekerja dan belajar sambil berwisata untuk
membawa para siswa belajar dan bekerja pada situasi baru yang
menyenangkan. Dengan demikian akan tumbuh sikap menghargai
pekerjaan yang diamatinya.
f. Informasi Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler dan Intrakulikuler
Pemberian informasi tentang pekerjaan, jabatan, karier dengan
cara mengaitkan dengan mata pelajaran atau kegiatan belajar
mengajar. Dalam kaitan ini tiap guru dapat memberikan bimbingan
karier pada saat-saat mengajarkan pelajaran yang berkaitan dengan
suatu karier tertentu.
g. Hari Karier
Hari-hari tertentu yang dipilih untuk melaksanakan berbagai
bentuk kegiatan yang bersangkut paut dengan pengembangan karier.
Pada hari tersebut semua kegiatan bimbingan karier dilaksanakan
berdasarkan program bimbingan karier yang telah ditetapkan oleh
sekolah untuk tiap tahun.39

39
Dewa Ketut Sukardi. Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah, (Jakarta:Balai pustaka, 1987),
h.102
37

B. Profesionalisme Kerja

1. Pengertian Profesionalisme

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian

dari para petugasnya. Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak dapat

dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus

terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan.40

Profesional sebagai kata sifat menunjuk kepada dua hal. Pertama,

orang yang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan „dia seorang

professional‟. Kedua, sifat penampilan seseorang dalam melakukan

pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini,

istilah professional sering dipertentangkan dengan istilah nonprofessional

atau amatiran.41

Profesionalisme menunjuk kepada komitmen atau semangat para


anggota suatu profesi untuk menunjukkan atau meningkatkan kemampuan
profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang
digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Kalimat “Profesionalisme guru pembimbing akan menentukan keberhasilan
program bimbingan dan konselling di sekolah” merujuk pada semangat
keprofesionalan guru pembimbing dalam menjalankan tugas-tugasnya.42

Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota suatu profesi

terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka

40
Mochamad Nursalim, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: 2015,
Erlangga), h.12
41
Ibid.
42
Ibid.
38

miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. Profesionalitas ini merujuk

kepada kualitas para anggota atau petugas dalam suatu profesi. 43

Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi


maupun kualitas atas kemampuan para anggota atau petugas suatu profesi
dalam memenuhi criteria serta penampilan standar sebagai anggota suatu
profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan keprofesionalan, baik dilakukan melalui pendidikan/ latihan
pra-jabatan (pre-service training) maupun pendidikan/ latihan dalam
jabatan (in-service training). Oleh sebab itu, profesionalisasi merupakan
proses yang berlangsung sepanjang hayat, sejagat hayat, dan tanpa henti. 44

Adapun pengertian profesionalisme menurut para tokoh adalah sebagai

berikut :

a. Menurut Dwiyanto Profesionalisme yaitu, Paham atau keyakinan

bahwa sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan kegiatan

pemerintahan dan pelayanan selalu didasarkan pada ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai profesi aparatur yang mengutamakan

kepentingan publik.45

b. Menurut Siagian profesionalisme adalah keandalan dan keahlian

dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi,

waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami

dan diikuti oleh pelanggan.46

43
Ibid.
44
Ibid.
45
Agus Dwiyanto, Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif, (Yogyakarta:
UGM Press, 2011), h.157
46
Sondang P. Siagian, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, (Jakarta: Rinneka Cipta, 2009),
h.163
39

c. Menurut Sedarmayanti Profesionalisme adalah suatu sikap atau

keadaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan memerlukan keahlian

melalui pendidikan dan pelatihan tertentu dan dilakukan sebagai

suatu pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan”.47

d. Menurut Kurniawan Profesionalisme aparatur dalam hubungannya

dengan organisasi publik digambarkan sebagai, “Bentuk kemampuan

untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda,

memprioritaskan pelayanan, dan mengembangkan program-program

pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat atau

disebut dengan istilah resposivitas”.48

e. Menurut Pamudji profesionalisme adalah lapangan kerja tertentu

yang diduduki oleh orang - orang yang memiliki kemampuan tertentu

pula.49

f. Menurut Korten & Alfonso, yang dimaksud dengan profesionalisme

adalah kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh

birokrasi (bureaucratic-competence) dengan kebutuhan tugas (ask -

requirement).50

47
Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, (Bandung:
CV. Mandar Maju, 2004), h.157
48
Agung, Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik. (Yogyakarta: Pembaharuan, 2005), h.79
49
Pamudji, Ekologi Administrasi Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 2005)
50
Korten dan Alfonso S, A Study of Organizational Effectiveness Dalam Amitai Etzioni (Ed).
(New York: Reading on Capability for Development United Nations, 2001)
40

g. Menurut Philips memberikan definisi profesionalisme sebagai

individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang

ditentukan oleh pekerjaan tersebut.51

2. Perspektif Dalam Mengukur Profesionalisme

a. Pendekatan berorientasi Filosofis Pendekatan lambang profesional,

pendekatan sikap individu dan pendekatan electic.

b. Pendekatan perkembangan bertahap individu (dengan minat sama)

berkumpul mengidentifikasi dan mengadopsi ilmu membentuk

organisasi profesi membuat kesepakatan persyaratan profesi

menentukan kode etik merevisi persyaratan.

c. Pendekatan berorientasi karakteristik etika sebagai aturan langkah,

pengetahuan yang terorganisir, keahlian dan kompetensi

khusus,tingkat pendidikan minimal, sertifikasi keahlian.

d. Pendekatan berorientasi non-tradisional mampu melihat dan

merumuskan karakteristik unik dan kebutuhan sebuah profesi.52

Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi

dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pertama,

pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan

pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap

melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini

51
R. W. Philips, Skinner’s Science Of Dental Material. 9th ed. (Philadelphia : W.B. Saunders
Co, 1991), h.43
52
https://cipluk2bsi.wordpress.com/profesionalisme-kerja-2, diakses Tanggal 10 April 2018
41

adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Kedua,

kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan

profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan

profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut. Ketiga, kemandirian

dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang professional

harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain

(pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada

campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara

profesional. Keempat, keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan

bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang

dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesame profesi, bukan pihak

luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan

tersebut. Kelima, hubungan dengan sesame profesi adalah dengan

menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya

organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam

melaksanakan pekerjaan.53

3. Syarat Profesionalisme

Sikap seorang professional adalah memiliki komitmen tinggi,

bersikap tanggung jawab, berfikir sistematis, dan mampu menguasai

materi serta menjadi bagian dari masyarakat yang professional. Beberapa

syarat profesionalisme, di antaranya:


53
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 11, Nomor 1, diakses Tanggal 10 April 2018
42

a. Dasar ilmu yang kuat dalam bidangnya

b. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasar riset dan praktis

c. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

meningkatkan profesionalisme kerja, seseorang harus memiliki komitmen

yang tinggi, memiliki sikap tanggung jawab, berfikir sistematis dan logis,

menguasai materi atau tugas yang diberikan, dan menjadi bagian orang-

orang yang profesional di dalam pekerjaan.


BAB III

UNIT PELAKSANA TEKNIK DINAS BALAI LATIHAN


KERJA (UPTD BLK) DAN BIMBINGAN KARIR
PROFESIONALISME KERJA

A. Profil Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja Bandar

Lampung

1. Sejarah berdirinya UPTD Balai Latihan Kerja

Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

masuk ke wilayah kecamatan Tanjungkarang Barat tepatnya di Kelurahan

Segalamider Kotamadya Bandar Lampung. Balai Latihan Kerja Bandar

Lampung mulai beroperasi tahun 1982-1983 dan diresmikan oleh

Menteri Tenaga Kerja pada tanggal 26 April 1985.1

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, gubernur Lampung

mengeluarkan Pergub nomor 01 tahun 2001, kemudian Pergub nomor 14

tahun 2008, Pergub nomor 27 tahun 2010, Pergub No.64 tahun 2014 dan

Pergub nomor 3 tahun 2017 tentang pembentukan, organisasi dan tata

kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada dinas daerah Provinsi Lampung

ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Tehnis Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Lampung yang memiliki fungsi dibidang Pelatihan.2

1
Dokumentasi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017
2
Dokumentasi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017
44

Kepala UPTD BLK Bandar Lampung menyampaikan bahwa Balai

Latihan Kerja didirikan mengingat masih banyaknya para pencari kerja

lulusan SD sebanyak 55.217 orang, SMP sebanyak 41.053 orang, dan

SMA sebanyak 36.950 orang yang tidak mempunyai keterampilan. Untuk

itu keberadaan Balai Latihan Kerja diharapkan mampu memberikan

solusi bagi mereka yang masih belum bekerja karena tidak memiliki

keahlian atau keterampilan suatu bidang tertentu.3

2. Tujuan UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

a. Memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada para

pencari kerja sesuai dengan kejuruan dan bidang masing-masing.

b. Memberikan layanan Uji Kompetensi bagi para peserta pelatihan

dan masyarakat umum yang ingin melaksanakan Uji Kompetensi di

Balai Latihan Kerja untuk mendapatkan Sertifikasi profesi keahlian

bidang tertentu.

c. Menjembatani perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja sesuai

dengan keahlian yang diinginkan.

d. Memberikan kesempatan kepada para pencari kerja agar dapat

bersaing dipasar kerja nasional maupun internasional.4

3
Ummi Utami, Kabbag UPTD BLK Bandar Lampung, Wawancara, Tanggal 28 November
2017
4
Achmad Supeno, Kepala seksi Pemasaran dan Kerjasama UPTD BLK Bandar Lampung,
Wawancara, Tanggal 27 November 2017
45

Menurut Kepala Seksi Pelatihan dan Pengembangan UPTD BLK

Bandar Lampung, bahwa dalam penyelenggaraan operasionalnya, UPTD

Balai Latihan Kerja Bandar Lampung melaksanakan tugas pokok yaitu

melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja berbagai

kejuruan. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, UPTD

Balai Latihan Kerja Bandar Lampung mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana pelatihan dan pengembangan program

pelatihan;

b. Pelaksanaan pendidikan tenaga kerja dan uji keterampilan;

c. Pemasaran dan hasil pelatihan serta pemberian layanan informasi

pelatihan, bursa kerja melalui Kios 3 In 1; dan

d. Pelaksanaan pengelolaan urusan ketatausahaan.5

Dalam pelaksanaan kegiatan di UPTD BLK berdasarkan hukum dan

ketentuan yang berlaku yaitu:

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, disebutkan bahwa: Sesuai Pasal 1 Ayat (9)

bahwa pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan yang

memberi, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan

kompetensi kerja produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja,

5
M. Gandi Fasya, Kepala Seksi Pelatihan dan Pengembangan UPTD Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung, Wawancara, Tanggal 29 November 2017
46

pada tingkat keterampilan dan kualitas tertentu sesuai dengan

jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. 6

2. Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,

meningkatkan dan mengembangkan kompetensi kerja guna

meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraaan tenaga

kerja Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan

kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik didalam dan diluar

pasar kerja Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan

program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja

Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang Ketentuan

mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat dua diatur dengan Keputusan

Menteri. Pelayanan kepada masyarakat pencari kerja dan

masyarakat umum di bidang pelatihan kerja sesuai dengan kejuruan

masing-masing Peserta pelatihan atau masyarakat umum lainnya

dan tenaga kerja yang sudah bekerja dapat diuji kompetensi di

UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung; dan Pelayanan

Masyarakat Lainnya, di antaranya praktek kerja Lapangan siswa

SMK atau Magang, Perguruan tinggi, Kunjungan kerja instansi

terkait dan lembaga lain yang bergerak dibidang latihan.7

6
Dokumentasi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017
7
Dokumentasi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017
47

3. Konstribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada masyarakat

atau dalam penyelenggaraan pemerintahan (Penerima Manfaat)

yaitu :

a. Para pencari kerja, masyarakat umum dan anak putus sekolah

yang sudah mengikuti pelatihan berbasis kompetensi sebagian

sudah bekerja di perusahaan industri manufaktur, perhotelan

dan jasa lainnya.

b. Para pencari kerja, masyarakat umum dan anak putus sekolah

yang sudah mengikuti pelatihan berbasis kompetensi sebagian

ada yang sudah berusaha mandiri dengan menciptakan

lapangan pekerjaan baru.

c. Para pencari kerja dan masyarakat umum serta anak putus

sekolah dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya

sesuai dengan kejuruan yang ada pada umumnya, mampu

bersaing di dunia kerja dan mampu bekerja sesuai dengan

bidang keahlian yang dimiliki masing-masing.

d. Balai Latihan Kerja memberikan kontribusi terhadap

penerimaan negara berupa PAD (Pendapatan Asli Daerah)

yang berasal dari sewa rumah dinas, sewa gedung pertemuan

(Aula), dan sewa peralatan pelatihan.8

8
Ummi Utami, Kabbag UPTD BLK Bandar Lampung, Wawancara, Tanggal 28 November
2017
48

3. Visi dan Misi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

Untuk mencapai tujuan didirikannya UPTD Balai Latihan Kerja

mempunyai Visi dan Misi yang harus dilaksanakan. Adapun Visi UPTD

Balai Latihan Kerja Bandar Lampung adalah: “Menciptakan tenaga kerja

terampil dalam rangka memenuhi tuntutaan pasar global untuk

meningkatkan produktifitas Nasional”. Sedangkan Misi UPTD Balai

Latihan Kerja Bandar Lampung adalah :

a. Menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan sumber daya

manusia yang professional, kompeten, dan mandiri.

b. Mengembangkan sistem pelatihan

c. Menyelenggarakan uji keterampilan

d. Menyelenggarakan bursa tenaga kerja

e. Melakukan kemitraan dengan dunia usaha/industri.9

4. Struktur Kepengurusan UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung mempunyai struktur

kepengurusan yang sesuai pedoman kepengurusan yang berlaku, dapat dilihat

garis komando vertika (ke atas) dan garis komando horizontal (ke bawah)

yang secara singkat dapat dipahami dengan mudah dan sistematis, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pula gambar dibawah ini:

9
Dokumentasi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2018
49

Gambar 1
Struktur Organisasi UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

KEPALA

Dra. EVIE FATMAWATY, M.Si


NIP. 19690210 199001 2 001

KASUBBAG TATA USAHA

UMI UTAMI CHANDRA DEWI, S.E


NIP. 19651009 198603 2 008

KASI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KASI PEMASARAN DAN KERJASAMA


MUHAMMAD GANDI FASYA, SSTP, MIP ACHMAD SUPENO, S.IP, M.Si
NIP. 19810225 199912 1 001 NIP. 19600328 198003 1 001

KOORDINATOR
KELOMPOK INSTRUKTUR
RUSLAN DALIMUNTHE, ST, M.M.Pd
NIP. 19580719 198112 1 001
KAJUR LISTRIK KAJUR OTOMOTIF
SUNARDI, ST AMARI, ST
NIP. 19600607 198003 1 003 NIP. 19620113 198603 1
004
KAJUR TEKNIK MEKANIK KAJUR BANGUNAN
ISMAN SUHADI, S.Pd SUPARNO, ST
NIP. 19591219 198003 1 009 NIP. 19590220 198103 1
007
KAJUR TATA NIAGA
SILFA REFNON, SE
NIP. 19600118 198203 2 008

Masing-masing Pengurus mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Kepala UPTD mempunyai tugas memimpin, mengendalikan dan

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas UPTD Balai Latihan Kerja Bandar

Lampung sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung serta ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


50

b. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan,

pegawai, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat,

kearsipan serta pelaksanaan ketatausahaan.

c. Seksi Pelatihan dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan dan

menyiapkan bahan penyusunan program uji ketrampilan, pelaksanaan dan

pengembangan tenaga kerja.10

5. Sarana Dan Prasarana UPTD BLK Bandar Lampung

Dalam rangka menunjang tugas pokok dan fungsinya sebagai salah satu

Balai Latihan Kerja Bandar Lampung memiliki sarana dan prasarana, yang

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

TABEL 1
Sarana UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung
NO URAIAN LUAS
1 Tanah 30.000 m2
2 Bangunan kantor 189 m2
3 Gedung tertutup permanen tempat diesel 72 m2
4 Gedung tertutup permanen tempat tabung gas 18 m2
5 Gedung tertutup permanen alat-alat 72 m2
6 Gedung tempat pendidikan aneka kejuruan/aula 386 m2
7 Gedung tempat pendidikan kejuruan listrik 567 m2
8 Gedung tempat pendidikan kejuruan Automotive 630 m2
9 Gedung Garasi Pool Permanen Otomotif 231 m2
10 Gedung kejuruan Teknologi Mekanik 819 m2
11 Gedung tempat pendidikan kejuruan Bangunan 567 m2
12 Gedung tempat pendidikan kejuruan Tata Niaga 504 m2
13 Gedung pos jaga 9 m2
14 Gedung Garasi Pool/ Asrama Siswa. 240 m2
15 Rumah Penjaga Kantor 24 m2

10
Ummi Utami, Kabbag Tata Usaha UPTD BLK Bandar Lampung, Wawancara, Tanggal 27
November 2017
51

NO URAIAN LUAS
16 Rumah Negara Golongan II Tipe C/70m (5 rumah) 350 m2
17 Rumah Negara Golongan II Tipe D/50m (30 rumah) 1.500 m2
18 Mess permanent 144 m2
19 Laboratorium Bahasa 1 Unit lengkap.
20 Rumah Ibadah 36 m2
Sumber : Dokumentasi, UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017

TABEL II
Prasarana UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung
NO URAIAN JUMLAH
1 Mesin-mesin dan peralatan pelatihan 1
2 Kendaraan Dinas untuk Mobile Training 1
Unit (MTU) untuk kejuruan Menjahit
3 Kendaraan Dinas untuk Mobile Training 1
Unit (MTU) untuk kejuruan Las Listrik
4 Kendaraan Dinas untuk Mobile Training 1
Unit (MTU) untuk kejuruan Las Listrik
Sumber : Dokumentasi, UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017

Dengan demikian apabila dilihat dari fasilitas yang tersedia di atas, UPTD

Balai Latihan Kerja Bandar Lampung sudah memiliki sarana yang cukup untuk

digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar, meskipun perlu sarana lain

yang mungkin perlu di tambahkan.

6. Instruktur UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

Instruktur atau pelatih merupakan sosok penting dalam pelaksanaan

Pelatihan dan Bimbingan karir, artinya keaktifan belajar mengajar terletak pada

kesungguhan dan keahlian dari instruktur itu sendiri. Maka dari itu untuk

mengetahui nama instruktur yang ada di UPTD Balai Latihan Kerja Bandar

Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


52

TABEL III
Jabatan teknis yang tersedia sesuai tugas dan fungsi UPTD BLK
No Nama Jabatan Fungsional
1. Paulus Suhertian, ST Instruktur
2. Drs. Mitro Hertanto Instruktur
3. Margomino, ST Instruktur
4. Drs. Wagiman Sumadi Instruktur
5. Serafin kristianto, ST, MM Instruktur
6. Ruslan Dalimuthe, ST, MPd Instruktur
7. Arman, ST Instruktur
8. Joko Mantoro, ST Instruktur
9. Ispadani, ST Instruktur
10. Johni FS Instruktur
11. Tarjono, ST Instruktur
12. Suparno, ST Instruktur
13. Suhono, ST Instruktur
14. Ubus Kunadi, ST Instruktur
15. Priono, SH, ST Instruktur
16. Ahmad Rifa’i, SE Instruktur
17. Isman Suhadi, SPd Instruktur
18. Wuryanto Rainerius, SPd Instruktur
19. Sunardi, ST Instruktur
20. Silfa Refnon, SE Instruktur
21. Ismail Mardon, ST Instruktur
22. Suwaji, ST Instruktur
23. Amari, ST Instruktur
24. Joko Pramono, SPd Instruktur
25. Yayah Yushriyah Instruktur
Sumber : Dokumentasi, UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan bersama salah satu instruktur

bahwa tugas pelatih atau instruktur di UPTD BLK Bandar Lampung adalah :

Dalam pelaksanaan Pelatihannya tenaga pelatih atau instruktur memiliki


tugas tersendiri yaitu membantu peserta didik dalam merencanakan proses
pelatihan, membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang
dijelaskan dalam pelatihan, membantu untuk memahami konsep dan
menjawab pertanyaan peserta pelatihan, membantu mencari sumber
informasi tambahan yang diperlukan peserta pelatihan, mengorganisasikan
kegiatan belajar kelompok jika diperlukan, mendatangkan seorang ahli dari
53

tempat kerja jika diperlukan, menguji atau mengamati dan mengumpulkan


bukti-bukti serta membuat catatan-catatan kemajuan pelatihan untuk setiap
peserta pelatihan, mengevaluasi pencapaian kompetensi peserta per
individu.11

Adapun Peran pelatih atau instruktur dalam pelaksanaan Pelatihan dan

Bimbingan Karir di UPTD BLK Bandar Lampung di antaranya :

a. Sebagai narasumber, mengusasi materi teori dan mampu

mendemonstrasikan materi praktek.

b. Sebagai fasilitator, mampu menjembatani antara peserta dan materi

pelatihan.

c. Sebagai pembimbing, mampu menolong peserta pelatihan mengembangkan

rencana-rencana belajar individu atau kelompok, mendorong cara berfikir

kritis dan kemampuan memecahkan persoalan, dan memotivasi peserta

pelatihan secara perorangan.

d. Sebagai penilai, membuat keputusan mengenai RCC/RPL, menilai capaian

kompetensi perorangan menurut kriteria dan standar yang ditetapkan, serta

mendokumentasikan hasil-hasil penilaian setiap peserta pelatihan.

e. Sebagai mekanisme, lebih memfokuskan pada proses pelatihan dan mampu

menggerakkan proses pelatihan.12

11
Sunardi, Instruktur UPTD BLK Bandar Lampung, Wawancara Tanggal 20 April 2018
12
Gandi Fasya, Kasi Pengembangan dan Pelatihan, UPTD BLK Bandar Lampung, Wawancara
Tanggal 20 April 2018
54

7. Aktivitas peserta didik UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

Dalam aktivitas belajar mengajar di UPTD BLK Bandar Lampung,

penulis melakukan observasi secara langsung terhadap proses pelatihan di UPTD

tersebut, yang mana proses pelatihan dilaksanakan mulai dari pukul 08.00-15.00

WIB, setiap hari senin sampai jum’at, yang dilatih dan dibimbing oleh pelatih

atau instruktur yang ahli dibidangnya. Selama pelaksanaan pelatihan, penulis

melihat proses bimbingan karir yang dilaksanakan oleh instruktur BLK adalah

berkaitan dengan pemberian materi mengenai pemahaman diri peserta didik,

nilai-nilai, pemahaman lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya, dan

mengenai merencanakan masa depan.13

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan ibu desi sebagai

salah satu peserta didik BLK, menurut ibu desi bahwa proses pelatihan dan

bimbingan karir tersebut mudah dengan cukup mengumpulkan biodata diri,

ijazah, dan pas foto.

Pelatihan dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore, prosesnya mudah
cukup dengan mengumpulkan biodata diri, ijazah, dan pas foto. Bagi saya
cukup menyenangkan mengikuti pelatihan di UPTD BLK karna memang
menjahit merupakan salah satu hobi saya, dan banyak ilmu yang saya
dapat seperti membuat pola, memotong, sampai saya bisa menjahit sendiri,
cara nya mudah saya serap karna dibimbing sekali oleh instrukturnya,
kami dibimbing bukan hanya cara-cara menjahit saja tapi juga dibimbing
untuk berperilaku dan bersikap baik selama pelatihan.14

13
Observasi, UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, Tanggal 27 November 2017
14
Desi Yana, Peserta Didik (alumni) di UPTD BLK Bandar Lampung, Wawancara, Tanggal 8
maret 2018
55

Bimbingan Karir diharapkan mampu memberikan solusi bagi mereka

yang masih belum bekerja karena tidak memiliki pengetahuan dan keahlian atau

keterampilan suatu bidang tertentu. Contohnya: Menjahit; peserta didik

dibimbing/dilatih untuk mengenal alat-alat menjahit, seperti mesin jahit, kain,

dan sebagainya. Lalu dibimbing untuk membuat pola atau desain dari pakaian

yang akan dibuat, dan seterusnya.

Dalam hal ini bimbingan karir diperlukan agar dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kejuruan yang ada pada umumnya,

mampu bersaing di dunia kerja dan mampu bekerja sesuai dengan bidang

keahlian yang dimiliki masing-masing. Selain itu, Pelatihan kerja

diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,

produktivitas dan kesejahteraaan tenaga kerja.

Menurut pak Hariyanto selaku peserta didik lulusan (alumni) tahun

2016/2017 bahwa :

Bagi saya pelatihannya menyenangkan karna saya dapat banyak


pengalaman, dan banyak ilmu juga yang saya terima seperti membongkar
mesin ac, memperbaikinya dan seterusnya. cara nya mudah saya serap
karna dibimbing oleh instruktur yang ramah, dan ahli. Selain itu kami
juga dibimbing untuk berperilaku dan bersikap yang seharusnya selama
pelatihan. Pelatihannya sendiri dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore,
prosesnya itu pertama kami daftar ke TU, persyaratannya isi biodata,
ijazah, ktp dan pas foto.15

15
Hariyanto, Peserta didik UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, Wawancara Tanggal
12 Desember 2017
56

8. Pelaksanaan Bimbingan Karir di UPTD BLK Bandar Lampung

Bimbingan Karir merupakan suatu perangkat, lebih tepatnya suatu

program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk

membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan

pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu

luang, serta mengembangkan keterampilan–keterampilan dalam mengambil

keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola

perkembangan karirnya.

Bimbingan Karir tidak dilaksanakan secara khusus, tetapi dipadukan

dengan kegiatan pelatihan. Sehubungan dengan itu, setiap instruktur dapat

memberikan bimbingan karir pada saat proses pelatihan yang berhubungan

dengan minat atau bakat tertentu. Pada kenyataannya, hal tersebut sulit untuk

dilaksanakan mengingat bahwa instruktur tidak sepenuhnya bisa memberikan

bimbingan karir, selain waktu untuk kegiatan pelatihan yang menjadi tanggung

jawabnya akan terganggu.

Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu alumni UPTD

BLK Bandar Lampung,

Prosesnya berjalan tertib, teratur, dan baik. Pelaksanaannya juga baik,


saya senang mengikuti pelatihan di BLK karena kita bisa mendapatkan
ilmu yang sangat bermanfaat untuk masa depan kita, dari kita tidak tau
menjadi tau, dan saya belajar bagaimana cara bongkar pasang dan
memperbaiki mesin mobil. Tidak ada masalah dan cukup baik, tepat,
jelas, dan mudah saya mengerti. Alhamdulillah ilmu yang saya dapatkan
dari BLK memang sangat bermanfaat, bahkan sampai bisa dibutuhin
untuk jadi mekanik di salah satu tempat kerja. Ya, masalahnya belum
dikembangkan, mungkin masih jalannya untuk proses coba-coba
57

menjalani karir baru. Tapi pendapatan ilmu dari BLK masih diperlukan
dan dibutuhkan di beberapa mekanik.16

Berdasarkan wawancara di atas, pelatihan yang dilakukan di UPTD Balai

Latihan Kerja Bandar Lampung, dilaksanakan oleh seorang instruktur BLK,

beliau memang ahli dibidang Mekanik. Peserta didik dilatih dan dibimbing untuk

bisa memperbaiki mesin, mengelola dan mengoperasikannya. Pelatihan yang

diberikan tersebut cukup baik, karena instruktur yang ditugaskan untuk melatih

memang adalah seseorang yang ahli dibidangnya.

Proses atau tahapan pada bimbingan karir diperuntukkan agar kegiatan

bimbingan karir dapat berjalan secara sistematis dan terstruktur serta dapat

mencapai tujuannya, bimbingan karir merupakan salah satu bidang bimbingan

konseling, sehingga dalam hal ini tahapan bimbingan karir mengacu pada

tahapan bimbingan konseling.

Adapun Tahap-tahap dalam pelaksanaan Bimbingan Karir, di antaranya:

1. Pemberian Motivasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri

individu atau kelompok untuk berprestasi dan berusaha berprestasi dalam

upaya untuk mencapai tujuan.

Dalam pemberian motivasi tersebut, instruktur berupaya untuk

mendorong gairah dan semangat kerja peserta didik, Meningkatkan moral

16
Faisal Azudin, Peserta Didik (alumni) di UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung,
Wawancara, Tanggal 8 Maret 2018
58

dan kepuasan kerja peserta didik, Meningkatkan produktivitas kerja peserta

didik, Mempertahankan loyalitas dan kestabilan peserta didik,

Meningkatkan disiplin dan menurunkan tingkatan abseni peserta didik,

Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, Meningkatkan

kreativitas dan partisipasi peserta didik, Meningkatkan kesejahteraan

peserta didik, serta mempertinggi rasa tanggung jawab peserta didik

terhadap tugas-tugasnya.

Motivasi dapat dikembangkan di suatu organisasi kependidikan

dimana kebutuhan untuk menyelesaikan masalah adalah tinggi. Guru-guru

akan bekerja lebih baik jika mereka sungguh-sungguh diberi motivasi.

Guru-guru yang berhasil karena adanya motivasi berprestasi akan

memberikan sumbangan yang berharga kepada pendidikan.

2. Pemberian Materi

Materi yang diberikan berupa pengetahuan dalam berbagai hal yang

sebagian besar melakukan praktek langsung. Hal ini agar para peserta didik

dapat terbiasa bekerja dan cepat menyerap materi pelatihan. UPTD BLK

Bandar Lampung tidak hanya memberikan pelatihan praktek saja namun

lebih dari itu para peserta juga diajarkan tentang menejerial sehingga

kedepannya mereka dapat mengelola usaha sendiri, dalam proses pelatihan

ini instruktur diharuskan peka dengan kemampuan para peserta didik

karena setiap peserta memiliki bakat dan cara yang berbeda dalam

menerima materi.
59

UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung telah menetapkan agar

setiap perkembangan yang terjadi pada saat proses pelatihan harus

dilaporkan secara berkala kepada kepala UPTD BLK, hal ini berguna

dalam penentuan teknik instruktur dalam menyampaikan materi karena

dalam pelatihan tertentu banyak terdapat ibu-ibu yang usia lanjut sehingga

daya serap terhadap materi juga sangat sulit maka dari itu para instruktur

harus mempunyai cara tersendiri untuk melakukan pendekatan secara

personal agar materi dapat diterima dengan baik.

Sebagaimana pemaparan hasil dari wawancara penulis dengan bapak

Gandi Fasya selaku Kepala seksi pelatihan dan pengembangan di UPTD

BLK Bandar Lampung mengatakan bahwa bimbingan karir/ pelatihan

diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian

peserta didik.

“Pelaksanaan pelatihan/bimbingan karir di BLK ini tidak bisa


berjalan tanpa adanya kemauan dari anaknya, karena ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar menjadi seorang
yang professional di bidangnya. Untuk menjadi seseorang yang
professional bukan sesuatu yang dapat dengan mudah dilakukan
mbak, karena untuk mencapainya perlu usaha keras. Hal itu
disebabkan oleh ukuran profesionalitas seseorang tentu akan dilihat
dari dua sisi, yaitu sisi teknis keterampilan atau keahlian yang
dimiliki orang yang bersangkutan serta hal-hal yang berkaitan
dengan watak, sifat dan kepribadiannya.”17

Berdasarkan wawancara di atas, penulis berpendapat bahwa

kemauan dan kerja keras peserta didik dapat menentukan hasil yang akan

17
Gandi Fasya, Kasi Pelatihan dan Pengembangan UPTD Balai Latihan Kerja Bandar
Lampung, Wawancara, 2018
60

dicapai oleh peserta didik setelah keluar atau menyelesaikan kegiatannya di

UPTD BLK Bandar Lampung, baik menjadi seseorang yang professional

maupun nonprofesional.

3. Metode Bimbingan Karir

a. Ceramah

Kegiatan ini dilakukan bersumber dari pembimbing atau

instruktur dalam rangka memberikan penerangan tentang

informasi yang lebih banyak tentang pekerjaan, jabatan dan

karier kepada peserta didik.18

b. Diskusi Kelompok

Instruktur mengemukakan masalah tentang pekerjaan yang

ada dalam masyarakat, kemudian instruktur memberikan

pengarahan tentang pelatihan sebagai panduan cara-cara

pemecahannya. Peserta didik dengan kelompoknya masing-

masing melakukan diskusi untuk mencari pemecahan masalah

pada topik yang sedang didiskusikan.

Para peserta berdiskusi di kelompoknya masing-masing,

dimana peserta didik berusaha untuk memperoleh kesimpulan

setelah mendengarkan, mempelajari dan mempertimbangkan

pendapat peserta yang lain secara jujur sedangkan instruktur

18
Observasi, UPTD Balai Latihan Kerja, 2017
61

berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk

menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar

setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi

berjalan dengan lancar.

Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan hasil

diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh

semua peserta didik. Instruktur memberi ulasan dan

menjelaskan tahap-tahap laporan tersebut. Para peserta mencatat

hasil diskusi tersebut, dan instruktur mengumpulkan hasil

diskusi dari tiap-tiap kelompok. Pada kegiatan ini, instruktur

bersama peserta didik menyimpulkan tentang materi. instruktur

memberikan penguatan terhadap materi yang telah dipelajari.19

c. Pengajaran Unit

Merupakan teknik dalam membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman tentang suatu pekerjaan tertentu,

melalui kerjasama antara konselor dan instruktur bidang studi.

Namun dengan pola ini sudah barang tentu perlu adanya jam

tersendiri yang khusus disediakan untuk keperluan kegiatan

bimbingan karier.

19
Observasi, UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, 2017
62

4. Hasil Bimbingan Karir terhadap profesionalisme kerja peserta didik

UPTD BLK Bandar Lampung

Bimbingan Karir yang dilaksanakan di UPTD BLK adalah

suatu upaya yang dilakukan instruktur untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan melalui pemberian materi tentang

pemahaman diri, nilai-nilai, pemahaman lingkungan dan

merencanakan masa depan bagi peserta didik itu sendiri.

Penulis melihat peserta didik di UPTD BLK Bandar Lampung

sangat senang dan semangat mengikuti kegiatan, terbukti bahwa

peserta didik tidak pernah absen atau meninggalkan setiap proses

kegiatan yang dijalani.20 Seperti yang diungkapkan salah satu peserta

didik:

Menurut Pak Mansyur Ardiansyah sebagai salah satu alumni

peserta BLK pada tahun 2016 :

“Pelaksanaannya disana cukup baik, karna saya bisa mengikuti


semuanya dengan baik. Proses belajarnya dari jam 8 sampai
jam 3, pertama kami belajar teori tentang memperbaiki unit
elektronika, kemudian dipraktekkan langsung memperbaiki unit
yang rusak. Selama mengikuti proses itu saya menikmatinya
dengan senang hati, karena saya diberikan kebebasan untuk
mempraktekkan sesuai petunjuk yang diberikan. Dari pelatihan
tersebut, saya sekarang bisa membuka usaha jasa service
elektronika khusus Produk Sony. Dulu saya memiliki 4
karyawan, sekarang karena usia sudah lanjut, karyawan saya
suruh untuk membuka usaha sendiri, dan saya sekarang

20
Observasi, UPTD Balai Latihan Kerja, 27 November 2017
63

kebanyakan servicenya kunjungan ke rumah customer. Kalau


yang datang langsung kesini tidak begitu banyak”.21

Bimbingan Karir yang diterapkan di UPTD BLK Bandar

Lampung merupakan suatu pengarahan yang diberikan seorang

instruktur sebelum dilakukannya pelatihan, arahan tersebut meliputi,

pemberian motivasi, pemberian ilmu pengetahuan tentang pekerjaan,

pemberian materi, dan penertiban peserta didik selama pelatihan

berlangsung.22

Sebagaimana wawancara bersama salah satu alumni peserta didik

UPTD BLK Bandar Lampung :

“Sebenarnya keahlian ini saya dapat dari turunan, dan kemudian


saya asah lagi dengan ikut pelatihan di BLK. Modal usaha sendiri
udah dari sejak awal merintis, seperti mesin jahit saya memang udah
punya, paling hanya butuh modal kain dan benang jahit saja. Omset
sendiri udah dari sejak dulu dulu banget, dulu malah ngga ada
hasilnya karena harga jualnya hanya bisa balik modal dan sulit
mencapai keuntungan. Kalau sekarang juga tidak pasti, sekarang
gini penjahit udah jarang yang telaten, paling tidak dalam
pembuatan beberapa baju mencapai Rp.50ribu. Kalo pemasarannya
itu udah ada agen yang ngambilin kain kalau udah jadi, tapi baik di
toko-toko ataupun di pasar juga ada yang menjadi agen kain ibu,
karena ibu sekarang juga sudah ada 4 agen tetap. Untuk secara teori
yang diajarkan di BLK, kain itu pertama dipola dulu, kalo ibu sih
langsung di kain jadi sesuka hati ibu mau motif apa. Setelah dijahit,
dikasih asesoris. Tapi ilmu yang ibu dapatkan dari BLK juga
bermanfaat sekali untuk perkembangan usaha jahit ini.”23

21
Mansyur Ardiansyah, Peserta didik/alumni di UPTD BLK Bandar Lampung, Wawancara,
Tanggal 4 Maret 2018
22
Observasi, UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, Tanggal 27 November 2017
23
Tuti Hartati, UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, Wawancara Tanggal 23 April
2018
64

Berdasarkan wawancara tersebut, bahwa sebagian peserta didik telah

mampu mendirikan usaha mandiri setelah mengikuti pelatihan yang

diselenggarakan oleh UPTD BLK Bandar Lampung. Selain itu peserta didik

yang sudah mengikuti pelatihan berbasis kompetensi sebagian sudah bekerja di

perusahaan industri manufaktur, perhotelan dan jasa lainnya. Dan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan kejuruan yang

ada pada umumnya, mampu bersaing di dunia kerja dan mampu bekerja sesuai

dengan bidang keahlian yang dimiliki masing-masing.

B. Profesionalisme Kerja di UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

Profesionalisme Merupakan komitmen atau semangat para anggota suatu

profesi untuk menunjukkan atau meningkatkan kemampuan profesionalnya dan

terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

Peserta didik UPTD BLK dilatih khusus oleh seorang pelatih yang

professional, untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik,

dan dengan adanya bimbingan karir di UPTD BLK, peserta didik menjadi

termotivasi untuk lebih meningkatkan kinerjanya dalam pekerjaannya.24

Semangat peserta didik dalam menyelesaikan pekerjaannya dibutuhkan

sikap profesionalisme, dalam hal ini Bimbingan Karir mempunyai fungsi untuk

24
Observasi, UPTD Balai Latihan Kerja, Tanggal 27 November 2017
65

meningkatkan profesionalisme seseorang agar peserta didik mampu

menyelesaikan pekerjaannya sesuai yang ditugaskan dan tepat pada waktunya.

Menurut Depdagri, profesionalisme dicirikan keinginan untuk

meningkatkan kemampuan dan akhlak penyelenggara pemerintahan agar mampu

memberikan pelayanan mudah, cepat, tepat, dan biaya terjangkau.25 Ciri tersebut

dapat penulis lihat dari para peserta didik UPTD Balai Latihan Kerja Bandar

Lampung, dimana semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan begitu

tinggi, serta saling bekerjasama satu sama lain. Tidak hanya itu, pelayanan yang

diberikan oleh pegawai-pegawai UPTD BLK Bandar Lampung, selain mudah,

biaya terjangkau, pegawai-pegawainya juga ramah dan melayani dengan baik.

C. Evaluasi Dalam Pelaksanaan Bimbingan Karir di UPTD Balai Latihan

Kerja Bandar Lampung

Untuk mengetahui keberhasilan atau tidaknya proses Bimbingan Karir

dalam meningkatkan kemampuan Profesionalisme kerja di UPTD Balai Latihan

Kerja Bandar Lampung, ditunjukkan dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung

a. Adanya sarana yang mendukung dalam proses pelatihan/bimbingan

karir, adanya pelatih yang profesional dan berpengalaman dalam

memberikan bimbingan yang dibutuhkan peserta didik, dan didukung

25
Jurnal Yesy Andriani, Mahasiswa S1 Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Mulawarman, Tahun 2016
66

pula kemauan yang kuat dari peserta didik untuk belajar dan menjadi

lebih baik, tentunya.

b. Adanya bimbingan karir mampu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan peserta didik sesuai dengan kejuruan yang ada pada

umumnya, mampu bersaing di dunia kerja dan mampu bekerja sesuai

dengan bidang keahlian yang dimiliki masing-masing.

2. Faktor Penghambat

UPTD BLK Bandar Lampung telah berupaya penuh dalam

menjalankan program pelatihan guna mencapai tujuannya, banyak hal

yang telah dilakukan, namun dalam pelaksanaan bimbingan karir ada

beberapa hal yang perlu untuk ditingkatkan, di antaranya :

a. Kurang maksimal dalam proses pelaksanaan bimbingan karir itu

sendiri, keterbatasan waktu menjadi faktor penghambat pemberian

materi bimbingan karir yang seharusnya bisa lebih maksimal.

b. Bimbingan karir tidak berjalan optimal, sebagaimana mestinya.

Karena tidak sejalan dengan tujuan pokok UPTD Balai latihan

kerja Bandar Lampung, yaitu memberikan pelatihan kerja yang

berbasis kompetensi, berbasis masyarakat, dan berbasis swadana.


BAB IV

BIMBINGAN KARIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN


PROFESIONALISME KERJA DI UNIT PELAKSANA
TEKNIS DINAS BALAI LATIHAN KERJA
BANDAR LAMPUNG

A. Pelaksanaan Bimbingan Karir di UPTD Balai Latihan Kerja Bandar

Lampung

Bimbingan karir merupakan salah satu layanan bimbingan yang

berusaha memberikan bantuan kepada peserta didik untuk memecahkan

masalah penyesuaian diri dan pemecahan masalah karir yang dihadapi. Dalam

program bimbingan dan konseling komprehensif, bimbingan karir terdapat

dalam perencanaan individual yaitu layanan yang diberikan konselor untuk

membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri memasuki masyarakat

yang lebih kompleks.

Setelah penulis menyampaikan pendekatan teoritis yang telah

dijelaskan pada Bab II dan data-data lapangan pada Bab III. Bagian ini

menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian di lapangan, terkait

dengan judul peneliti sebagaimana tersebut di atas memahami bahwa

Bimbingan Karir memiliki pengaruh terhadap kemampuan profesionalisme

Kerja para Peserta didik di Unit Pelaksana Tehnik Dinas (UPTD) Balai

Latihan.
68

Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan, Bimbingan Karir di

UPTD BLK dilaksanakan dalam bentuk Pelatihan. Dimana dilaksanakan

setiap hari senin sampai dengan jum’at dari pukul 08.00 WIB hingga pukul

15.00 WIB, proses Bimbingan Karir tersebut berjalan dengan baik, terbukti

dalam daftar hadir peserta didik tidak ada yang absen. Dengan dibimbing oleh

instruktur BLK yang profesional, mereka diharapkan memiliki keterampilan

yang ditekuninya.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, menurut Bapak Gandi

Fasya selaku Kepala Seksi Pelatihan dan Pengembangan UPTD BLK Bandar

Lampung, bahwa proses bimbingan karir tersebut salah satunya adalah

pemberian motivasi guna meningkatkan antusiasme atau semangat peserta

didik dalam melakukan pelatihan kerja. Penulis berpendapat bahwa

bimbingan karir yang diberikan tersebut adalah salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan bagi peserta didik, dengan

demikian sikap profesionalisme peserta didik di dalam pekerjaan bisa

didapatkan sebagaimana mestinya.

Untuk Menciptakan tenaga kerja yang terampil dalam rangka

memenuhi tuntutan pasar global untuk meningkatkan produktifitas Nasional.

UPTD BLK menyelenggarakan pelatihan dalam meningkatkan sumber daya

manusia yang professional, kompeten, dan mandiri. Serta dapat

mengembangkan sistem pelatihan, menyelenggarakan uji keterampilan,


69

menyelenggarakan bursa tenaga kerja, dan melakukan kemitraan dengan

dunia usaha/industri.

Proses atau tahapan pada bimbingan karir diperuntukkan agar kegiatan

bimbingan karir dapat berjalan secara sistematis dan terstruktur serta dapat

mencapai tujuannya, bimbingan karir merupakan salah satu bidang bimbingan

konseling, sehingga dalam hal ini tahapan bimbingan karir mengacu pada

tahapan bimbingan konseling.

Pada Bab sebelumnya telah dijelaskan Tahap-tahap Bimbingan Karir, di

antaranya :

1. Pemberian Motivasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri

individu atau kelompok untuk berprestasi dan berusaha berprestasi

dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Dalam pemberian motivasi tersebut, instruktur berupaya untuk

mendorong gairah dan semangat kerja peserta didik, meningkatkan

moral dan kepuasan kerja peserta didik, meningkatkan produktivitas

kerja peserta didik, mempertahankan loyalitas dan kestabilan peserta

didik, meningkatkan disiplin dan menurunkan tingkatan abseni peserta

didik, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik,

meningkatkan kreativitas dan partisipasi peserta didik, meningkatkan


70

kesejahteraan peserta didik, serta mempertinggi rasa tanggung jawab

peserta didik terhadap tugas-tugasnya.

Jenis-jenis motivasi yang diberikan kepada peserta didik guna

meningkatkan kemampuan, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi

intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri peserta

didik untuk mengembangkan bakat. Motivasi intrinsik untuk

mengembangkan bakat peserta didik, keinginan berprestasi, dan

keinginan mencapai citacita.

Penulis melihat, dalam jenis motivasi instristik ini peserta

didik lebih banyak berperan dalam melakukan tugasnya,

sedangkan instruktur memberikan dorongan agar keinginan dalam

diri peserta didik semakin kuat.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya karena

adanya pengaruh dari keluarga dalam hal ini orangtua, pengaruh dari

teman sekolah maupun teman bergaul. Jadi yang dimaksud dengan

motivasi ekstrinsik atau motivasi (dorongan) yang berasal dari luar

peserta didik untuk meningkatkan kemampuan ini adalah karena


71

adanya dorongan dari orang tua atau keluarga dan dorongan dari teman,

baik teman sekolah maupun teman bergaul.

Menurut penulis, jenis motivasi ekstristik ini berasal dari luar,

berupa dorongan semangat dari orang tua, teman, dan orang-orang

terdekatnya. Dengan demikian, motivasi ini dapat mempengaruhi hasil

kerja yang dicapai.

2. Pemberian Materi

Materi yang diberikan berupa pengetahuan dalam berbagai hal yang

sebagian besar melakukan praktek langsung. Hal ini agar para peserta didik

dapat terbiasa bekerja dan cepat menyerap materi pelatihan. UPTD BLK

Bandar Lampung tidak hanya memberikan pelatihan praktek saja namun lebih

dari itu para peserta juga diajarkan tentang menejerial sehingga kedepannya

mereka dapat mengelola usaha sendiri, dalam proses pelatihan ini instruktur

diharuskan peka dengan kemampuan para peserta didik karena setiap peserta

memiliki bakat dan cara yang berbeda dalam menerima materi, pihak UPTD

BLK Bandar Lampung.

UPTD telah menetapkan agar setiap perkembangan yang terjadi pada

saat proses pelatihan harus dilaporkan secara berkala kepada kepala UPTD

BLK Bandar Lampung, hal ini berguna dalam penentuan teknik instruktur

dalam menyampaikan materi karena dalam pelatihan tertentu banyak terdapat

ibu-ibu yang usia lanjut sehingga daya serap terhadap materi juga sangat sulit

maka dari itu para instruktur harus mempunyai cara tersendiri untuk
72

melakukan pendekatan secara personal agar materi dapat diterima dengan

baik.

Berdasarkan pemaparan materi pada Bab II, bimbingan karir membantu

memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam

pekerjaan. Penggunaan istilah karir didalamnya terkandung makna pekerjaan

dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan hidup

seseorang.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa bimbingan karir adalah suatu

proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar

individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan

mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan

yang diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil suatu

keputusan bahwa keputusannya adalah yang paling tepat sesuai dengan keadaan

dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan

atau karir yang dipilihnya.

Di dalam Bab II pula dijelaskan bahwa perubahan istilah dari bimbingan

jabatan ke bimbingan karir mengandung konsekuensi terhadap peran dan tugas

konselor dalam memberikan layanan bimbingan terhadap para siswanya. Peran

dan tugas konselor tidak hanya sekedar membimbing siswa dalam menentukan

pilihan-pilihan karirnya, tetapi dituntut pula untuk membimbing siswa agar


73

dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan karir dan

penetapan karir pada kehidupan masa mendatang.

Karir dapat dikatakan sebagai suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang

saling berhubungan, dalam hal ini seseorang memajukan kehidupannya dengan

melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, dan cita-

cita sebagai satu rentang hidupnya sendiri.

Sebagaimana dalam Bab III, penulis melakukan observasi secara

langsung terhadap proses bimbingan karir yang berjalan seiring dengan kegiatan

pelatihan di UPTD BLK Bandar Lampung, yang mana bimbingan karir atau

pelatihan dilaksanakan setiap hari senin sampai jum’at, mulai dari pukul 08.00

WIB hingga pukul 15.00 WIB, dan dilatih oleh instruktur yang profesional.

Dalam pelaksanaannya, Bimbingan Karir di UPTD BLK Bandar

Lampung memiliki cara tersendiri, yaitu sebelum peserta didik melakukan

pelatihan kerja, instruktur memberikan pengarahan-pengarahan agar peserta

didik memahami bidang yang akan ditekuninya ketika masuk dalam kegiatan

pelatihan. Di dalam pengarahan tersebut, terdapat tahap-tahap. Diantaranya:

perkenalan diri, baik instruktur maupun dari masing-masing peserta didik,

instruktur memberikan informasi mengenai keadaan UPTD BLK Bandar

Lampung, lingkungan, dan setiap kejuruan yang ada di Balai Latihan Kerja,

selanjutnya instruktur memberikan motivasi kepada peserta didik agar peserta


74

didik lebih semangat dan fokus untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian

instruktur memberikan materi mengenai kejuruan dari peserta didik.

B. Profesionalisme Kerja di UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan

dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pertama, pengabdian pada profesi

dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan

yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun

imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang

total terhadap pekerjaan.

Kedua, kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya

peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun

kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan tersebut. Ketiga,

kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang

professional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari

pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi). Setiap

ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara

profesional.

Keempat, keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa

yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan

profesional atau tidak adalah rekan sesame profesi, bukan pihak luar yang

tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan tersebut.


75

Kelima, hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan

profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok

kolega informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan

Sebagaimana telah penulis sebutkan dalam Bab III bahwa pelaksanaan

Bimbingan Karir hakikatnya membantu peserta didik BLK untuk bisa

mengenal dan mengembangkan potensi karir yang dimilikinya. Selain itu

bimbingan karir sebagai salah satu kesatuan proses bimbingan yang memiliki

manfaat bagi peserta didik dalam mengarahkan diri dan menciptakan

kemandirian dalam memilih karir yang sesuai dengan kemampuannya.

Profesionalisme Merupakan komitmen atau semangat para anggota

suatu profesi untuk menunjukkan atau meningkatkan kemampuan

profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang

digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

Semangat peserta didik dalam menyelesaikan pekerjaan dibutuhkan

sikap profesionalisme, dalam hal ini Bimbingan Karir mempunyai fungsi

untuk meningkatkan profesionalisme peserta didik agar mampu

mengembangkan keterampilan yang menurutnya sesuai dengan pekerjaannya.

Untuk dapat mengembangkan keterampilan dan potensi diri tentu saja

diperlukan cara yang tepat. Melalui berbagai pengalaman diri dan pengalaman

orang yang telah sukses, peserta bisa mengambil pelajaran atau bercermin,

untuk coba diterapkan pada diri sendiri. Karena sukses dan prestasi dalam
76

bidang tertentu merupakan suatu akibat dari suatu sebab, begitu pula

sebaliknya.

Dalam hal ini menurut penulis, peserta didik dituntut tegas untuk

memposisikan dirinya, mau berada pada posisi akibat atau penyebab suatu

pilihan yang penuh konsekuensi. Sebagian besar orang yang gagal adalah

karena membiarkan atau memaklumi bahwa dirinya tidak berprestasi, karena

berkesimpulan untuk berprestasi dan sukses dalam bidang tertentu.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam

profesionalisme kerja, seseorang harus memiliki komitmen yang tinggi,

memiliki sikap tanggung jawab, berfikir sistematis dan logis, menguasai materi

atau tugas yang diberikan, dan menjadi bagian orang-orang yang profesional di

dalam pekerjaan. Bimbingan karir membantu memperoleh pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karir

didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian

kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, dalam penelitian ini maka

penulis dapat mengambil kesimpulan :

Bimbingan karir merupakan salah satu layanan bimbingan yang diberikan

oleh UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung, yang berusaha memberikan

bantuan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah penyesuaian diri dan

pemecahan masalah karir yang dihadapi. Bimbingan Karir yang diterapkan di

UPTD Balai Latihan Kerja Bandar Lampung mampu meningkatkan

profesionalisme kerja peserta didik. Dengan mengikuti pelatihan kerja di UPTD

BLK Bandar Lampung, menambah kemampuan atau keterampilan peserta didik

sehingga peserta didik dapat memulai usaha mandiri dan dapat memaksimalkan

pekerjaan yang sedang ditekuninya. Bimbingan Karir yang diberikan mampu

meningkatkan kepercayaan diri para peserta didik menjadi lebih aktif, menjadi

pribadi yang mandiri, dan mampu mengambil suatu keputusan.


78

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan penarikan kesimpulan di atas, maka

penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:

Dalam pelaksanaan program Bimbingan Karir di UPTD BLK Bandar

Lampung perlu adanya susunan kegiatan secara sistematis, yang artinya dalam

penerapannya dapat lebih optimal, dan menghasilkan dampak yang lebih

maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku, Jurnal, Artikel :

Ahmadi, Abu, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rinneka Cipta, Jakarta, 1991.

Anoraga, Pandji, Psikologi kerja, Rineka Cipta, Jakarta, 2009.

Ali Muhamad, Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi, Angkasa, Jakarta,


1987.

Arikunto, Soeharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta,


Jakarta, 1993.

Arikunto, Soeharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara,


Jakarta, 1998.

Dariyo, Agoes, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Grasindo, Jakarta, 2004

Donald E Super, Thompson, A. S., & Lindeman, R. H., Adult Career Concerns
Inventory: Manual for research and exploratory use in counseling, Palo
Alto, Consulting Psychologists Press, CA, 1988

Dwiyanto, Agus, Manajemen Pelayanan Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif,


Yogyakarta, UGM Press, 2011

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Analisis Data), Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2010.

Gani, R.A, Bimbingan Karir, Angkasa, Bandung, 1987.

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007.

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada Universitas Press,
Jakarta, 2001.

Hardiarni, Irman, Konseling Karir, Stain Batusangkar, Press, 2009.

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, Ciputat Pers, Jakarta, 2002.

Huizinga, Johan, Homo Ludens: Fungsi dan Hakekat Permainan Dalam Budaya,
LP3ES, Jakarta, 1990.

Imam Suprayogo. Tobroni , Metode Penelitian Sosial Agama, Remaja Rosdakarya,


Bandung, 2001.
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 11, Nomor 1, diakses Tanggal 10 April 2018

Kartono, Kartini Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung, 1996.

Korten dan Alfonso S, A Study of Organizational Effectiveness Dalam Amitai Etzioni


(Ed). New York: Reading on Capability for Development United Nations,
2001

Kurniawan, Agung, Transformasi Pelayanan Publik, Pembaharuan, Yogyakarta,


2005.

Lexy moelang, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,


2013.

M. Ahmad Anwar, Prinsip-Prinsip Metodologi Research, Sumbangsih, Yogyakarta,


1975.

M. Nasir Usman, Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru, Konsep, Teori, dan
Model, Cipta Pustaka Media, Jakarta, 2012

Mamat Supriatna dan Ilfiandra, Wokshop Bimbingan dan Konseling Politeknik


Kesehatan, “Apa dan Bagaimana Bimbingan Kari”r, UPI, Tasikmalaya,
2006

Manrihu, M. Thayeb, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, Bumi Aksara,


Jakarta, 1992

Mu’awwanah,Elfi, Bimbingan Konseling Islami (di Sekolah dasar), PT Bumi Aksara,


Jakarta, 2009.

Munandir, Program Bimbingan Karier di Sekolah, Departemen Pendidikan, dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik, Jakarta, 1996

Nursalim, Mochamad, Pengembangan profesi bimbingan dan konseling, Erlangga,


Jakarta, 2015

Osipow, Samuel H, Theories of Career Development, The Ohio State University,


New Jersey, 1983.

Pamudji, Ekologi Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta, 2005.

Philips, R.W, Skinner’s Science Of Dental Material. 9th ed. Philadelphia: W.B.
Saunders Co, 1991.
Peter salim dan yeni salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern Press,
Jakarta, 1995.

Siagian, Sondang P, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Rinneka Cipta, Jakarta,


2009.

Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2004.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1996

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung,


2011

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, PT. Adi Ofset, Yogyakarta, 1991.

Winkel, W.S, Konseling Karir sekolah, Gramedia, Jakarta, 2005

______, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Media Abadi, Yogyakarta,


2013

Walgito, Bimo , Bimbingan dan konseling (Studi dan Karir), C.v. Andi Offset,
Yogyakarta, 2005

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan madrasah (berbasis integrasi),


Rajawali Pers, Jakarta: 2013

Sawiwati, “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas 3 SDN 3 Makarti Jaya Tentang
Ciri-ciri Makhluk Hidup Melalui Metode Demonstrasi” Skripsi Sarjana
Pendidikan, (Palembang Perpustakaan UT, 2009)

Suherman, Uman, Konseling Karir Sepanjang Rentang Kehidupan, Pascasarjana


Universitas Pendidikan Indonesia Pers, Bandung, 2008.

Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan Karir di sekolah-sekolah, Ghalia Indonesia, Jakarta,


1987.
Sumber dari Wawancara :

Ummi Utami, Kepala Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan
Kerja Bandar Lampung

Achmad Supeno, Kepala Seksi Pemasaran dan Kerjasama Unit Pelaksana Tehnik
Dinas Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

M. Gandi Fasya, Kepala Seksi Pelatihan dan Pengembangan Unit Pelaksana Tehnik
Dinas Balai Latihan Kerja Bandar Lampung

Sunardi, Instruktur Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja Bandar
Lampung

Yayah Yushriyah, Instruktur Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung

Desi Yana, Peserta didik Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja Bandar
Lampung

Hariyanto, Peserta didik Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja Bandar
Lampung

Faisal Azudin, Peserta didik Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung

Mansyur Ardiansyah, Peserta didik Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung

Tuti Hartati, Peserta didik Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja Bandar
Lampung

Ronaldo Munthe, Peserta didik Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja
Bandar Lampung

Cica Amelia, Peserta didik Unit Pelaksana Tehnik Dinas Balai Latihan Kerja Bandar
Lampung
Sumber Internet :

Bambang Dibyo Wiyono, Guidance and Counseling diakses dari https:bambang


dibyo. wordpress. com/ 2013/04/10/teori perkembangan-karier-donald-e-
super

Marsudi, pengertian Bimbingan Karir, diakses dari http:www.pengertian bk karir.com

Mbem, [online], tersedia http://mbem-ntu-aqoe.blogspot.com/2012/04/bab-I-


pendahuluan.html. [27 januari pukul 09.30] Sukardi, Pengertian BK Karir
http:rasa-stroberi.blogspot.com/2012/06/pengertian -bimbingan-karier-
bksekolah.html

https://cipluk2bsi.wordpress.com/profesionalisme-kerja-2, diakses Tanggal 10 April


2018

Anda mungkin juga menyukai