Anda di halaman 1dari 3

Materi Webinar Julian Rotter

Gambaran Umum Teori Belajar Kognitif Sosial

Teori belajar kognitif sosial dari Julian Rotter dan Walter Mischel masing-masing
berlandaskan asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia akan
berekasi terhadap dorongan dari lingkungannya. Kedua pakar teori tersebut menolak penjelasan
Skinner yang menyatakan bahwa perilaku terbentuk oleh penguatan langsung. Mereka
menyebutkan bahwa ekspetasi seseorang atas kejadian yang akan datang adalah determinan
utama dari suatu perilaku.

Determinan ?

Rotter berpendapat bahwa perilaku manusia yang paling dapat diasosiasikan melalui
pemahaman dari interaksi antara manusia dengan lingkungan yang berarti untuk mereka. Sebagai
interaksionis, Rotter yakin bahwa tidak ada satupun individu ataupun lingkungan itu sendiri yang
sepenuhnya bertanggung jawab atas perilaku. Justru ia berpendapat bahwa kognisi manusia,
sejarah masa lalu dan ekspetasi terhadap masa depan adalah kunci utama untuk memprediksikan
masa lalu.

Mischel yakin bahwa faktor kognitif, seperti ekspetasi persepsi subjektif, nilai, tujuan, dan
standar personal mempunyai peranan yang peting dalam pembentukan kepribadian.

1. Biografi Singkat Julian Rotter


Julian Rotter, pencipta dari skala locus of control, dilahirkan di Brooklyn pada 22
Oktober 1916, sebagai anak ketiga dan anak laki-laki pertama dari pasangan orang tua
imigran yahudi.
Depresi ekonomi yang dialami oleh Rotter saat Ayahnya kehilangan bisnis alat tulis
grosiran mereka dan menjadikannya pengangguran selama 2 tahun. Depresi ekonomi ini
mencetuskan minat seumur hidup Rotter atas ketidakadilan sosial dan mengajarkannya
tentang seberapa penting kondisi situasional mempengaruhi perilaku manusia.

(dari masa lalu Rotter saja kita sudah dapat melihat mengapa Rotter mengatakan
bahwa masa lalu juga sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku manusia,
karena hal itu sudah dialami oleh Rotter sendiri yang tertulis dalam Biografinya)

(Rotter adalah orang yang senang membaca buku)

Saat memasuki Brooklyn College Rotter sudah sangat tertarik pada dunia Psikologi,
namun Rotter malah memilih jurusan Kimia karena baginya pada saat itu jurusan kimia
sangat mudah dalam mencari pekerjaan selama masa depresi. Sebagai Junior di Brooklyn
College ia mendapat informasi bahwa Adler adalah seorang professor dalam psikologi
medis di Long Island College of Medicine, ia kemudian menghadiri kuliah medis Adler
dan mulai mengenal Adler secara personal.
Setelah lulus dari Brookly College, Rotter lebih banyak mendapat kredit nilai di bidang
psikologi daripada bidang kimia. Rotter kemudian mengambil program pascarsarjana
psikologi di University of Iowa tempatnya menerima gelar master.
Pada tahun 1941 Rotter menerima gelar Ph.D di bidang Psikologi Klinis dari Indiana
University. Pada tahun yang sama Rotter menerima posisi sebagai psikologi klinis di
Norwich State Hospital di Connecticut, yang tugasnya meliputi memberikan pelatihan
pada asisten dan murid magang dari University of Connecticut dan Wesleyan University.
Pada awal perang dunia II, ia ditarik masuk ke militer dan menghabiskan lebih dari 3
tahun sebagai psikolog militer.
Setelah perang Rotter kembali sebentar ke Norwich, namun ia kemudian mengambil
pekerjaan di Ohio State University, tempat ia menarik sejumlah mahasiswa pascasarjana
yang luar biasa termasuk Walter Mischel.

2. Pengantar Teori Belajar Sosial Rotter


(Teori sosial berlandaskan lima hipotesis dasar.)
1. Teori belajar berasumsi bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti
untuknya.
2. Kepribadian manusia bersifat dipelajari.
(Kepribadian tidak diatur atau ditentukan berdasarkan suatu usia perkembangan
tertentu, melainkan dapat diubah atau di modifikasi selama manusia mampu untuk
belajar. Walaupun akumulasi dari pengalaman masa lalu tersebut memberikan
kepribadian kita suatu stabilitas, kita akan selalu responsive terhadap perubahan
melalui pengalaman baru. Kita belajar dari pengalaman masa lalu, tetapi pengalaman
tersebut tidak sepenuhnya konstan, sehingga mempengaruhi persepsi saat ini)

Akumulasi? Stabilitas?

3. Kepribadian mempunyai kesatuan mendasar.


(Artinya, kepribadian manusia mempunyai stabilitas yang relative. Manusia belajar
untuk mengevaluasi pengalaman baru atas dasar penguatan terlebih dahulu).

4. Motivasi terarah berdasarkan tujuan.


(Rotter menolak pandangan bahwa manusia pada dasarnya termotivasi untuk
menurunkan ketegangan atau mencari kesenangan, ia bersikeras bahwa penjelasan
terbaik dari perilaku manusia berada pada ekspetasi manusia bahwa perilaku mereka
akan mengembangkan kea rah suatu tujuan).

Sebagai contohnya kebanyakan mahasiswa mempunyai tujuan untuk lulus serta


sanggup untuk bertahan melewati stres, ketegangan, dan kerja keras untuk
dapat mencapai tujuan tsb. Daripada menurunkan ketegangan, prospek atas
adanya beberapa tahun yang sulit menjalani kuliah menjanjikan bahwa
ketegangan akan meningkat.

5. Manusia mampu untuk mengantisipasi kejadian.


(Memulai dengan 5 asumsi dasar ini Rotter mulai memprediksi perilaku manusia).

Anda mungkin juga menyukai