Anda di halaman 1dari 12

1. Wewenang dan kewajiban Ahli k3 kimia (Kepmenker No.

187 Tahun 1999


Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja)

Wewenang:
Meminta MSDS/LDKB pada bahan kimia yang akan digunakan oleh perusahaan

Kewajiban Pasal 23 Ayat 1 :


Ahli K3 Kimia sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b mempunyai
kewajiban :
a. Membantu mengawasi pelaksanaan praturan perundang-undangan K3 bahan kimia
berbahaya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai hasil
pelaksanaan tugasnya;
c. Merahasiakan segala keterangan yang berkaitan dengan rahasia perusahaan atau
instansi yang didapat karena jabatannya;
d. Menyusun program kerja pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja;
e. Melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko;
f. Mengusulkan pembuatan prosedur kerja aman dan penanggulangan keadaan darurat
kepada pengusaha atau pengurus.

2. Unit Penanggulangan Kebakaran (KEPMENKER NO. KEP-186/MEN/1999


TENTANG UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA)

Pasal 5
Unit  penanggulangan  kebakaran  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  3  terdiri dari:
a. Petugas peran kebakaran;
b. Regu penanggulangan kebakaran;
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran;
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis;

Pasal 6
1) Petugas peran kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh lima) orang
.
2) Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf, b dan huruf d, ditetapkan untuk tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I yang mempekerjakan
tenaga kerja 300 (tiga ratus) orang atau lebih, atau setiap tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran sedang II, sedang II dan berat.
3) Koordinator unit penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf
c, ditetapkan sebagai berikut:
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100
(seratus) orang.
b. Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang III
dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.
3. Syarat pembentukan P2K3 (Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja)
Pasal 2
1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3.
2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah: a. tempat kerja dimana pengusaha atau
pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih; b. tempat kerja dimana
pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.

4. Wewenang dan Kewajiban Ahli k3 umum :


a. Membantu pimpinan perusahaan/pengurus menyelenggarakan keselamatan kerja,
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja, membantu pengawasan ditaatinya
ketentuan" perundangan bidang K3
b. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan K3 sesuai dengan
bidang yang ditentukan dalam keputusan penunjukannya
c. Memberikan laporan kepada menteri tenaga kerja/pejabat yang ditunjuk mengenai
hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan :
1) Untuk AK3 ditempat kerja satu kab. dalam 3bulan kecuali ditentukan lain
2) untuk AK3 diperusahaan yang memberikan jasa di bidang K3 setiap setelah
selesai melaksanakan kegiatannya
3) Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang
didapat berhubungan jabatannya

5. 3 Tingkatan Audit SMK3 : PP 50 tahun 2012 tentang SMK3


a. Tingkatan awal dengan pemenuhan terhadap 64 kriteria audit SMK3
b. Tingkatan transisi dengan pemenuhan terhadap 122 kriteria audit SMK3
c. Tingkatan lanjutan dengan pemenuhan terhadap 166 kriteria audit SMK3
6. Riksa Uji Listrik (Permenaker no.12 tahun 2015 tentang K3 Listrik di tempat
kerja)
a. Pasal 10 ayat 2 pemeriksaan dan pengujian dilakukan : sebelum penyerahan kepada
pemilik/pengguna, setelah adanya perubahan perbaikan, secara berkala
b. Pasal 11 : pemeriksaan secara berkala dilakukan paling sedikit 1 tahun sekali,
pengujian secara berkala dilakukan paling sedikit 5 tahun sekali

7. Pencabutan SKP P2K3 (Permenaker no. 02 tahun 1992 tentang tata cara
penunjukan, kewajiban dan wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja_
 Pasal 8 ayat 2 : tidak memenuhi peraturan perundang-undangan K3, melakukan
kesalah dan kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan berbahaya, dengan
sengaja dan/karena khilafannya menyebabkan terbukanya rahasia suatu
perusahaan/instansi yang karena jabatannya wajib untuk dirahasiakan

8. NAK dan NAB


a. Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK(KEPMENAKER
187/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya ditempat kerja) adalah
standar kuantitas bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan
kimia di tempat kerja.
b. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB ( KEPMENAKER 51/1999
tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja) adalah standar faktor
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atalo 40 jam seminggu.

9. Klasifikasi potensi bahaya kebakaran (KEPUTUSAN MENTERI TENAGA


KERJA REPUBLIK INDONESIA NO. KEP.186/MEN/1999 TENTANG UNIT
PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA)
Pasal 4
(1) Klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
terdiri:
a. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran ringan;
b. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang I;
c. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang II;
d. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sedang III dan;
e. Klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran berat.

(2) Jenis tempat kerja menurut klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran sebagaimana
dimaksud ayat (1) seperti tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
(3) Jenis tempat kerja yang belum termasuk dalam klasifikasi tingkat risiko bahaya
kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan tersendiri oleh menteri atau
pejabat yang ditunjuk.

10. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya (PP 50 Tahun


2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (l) berlaku bagi perusahaan:
a. mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau
b. mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.

(3) Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
Q) huruf b sesuai dengan ketentuan perafuran perundang-undangan.

(4) Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi
atau standar internasional.

11. Uji Riksa penyalur Petir

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat,
aman dan memenuhi syarat.

2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :


- Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
- Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau instalasi)
- Secara berkala setiap dua tahun sekali.
- Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.

3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.

4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)

5. Dalam pemeriksaan dan pengujian hal yang perlu diperhatikan :

- Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat.
- Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima, penghantar
- Sambungan-sambungan
- Tahanan pembumian dari masing-masing elektroda maupun elektroda
kelompok.
- Setiap hasil pemeriksaan dicatat dan diperbaiki.
- Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5
ohm.
- Dilakukan pengukuran elektroda pembumian.

12. Potensi Bahaya listrik dan penanggulangannya

POTENSI BAHAYA LISTRIK Electrical Hazards

- Arus Kejut Listrik


- Efek Termal
- Efek Medan Listrik dan Medang Magnet

Arus listrik yang mengalir dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat
membakar jaringan dan juga menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh, terutama
jantung, otot, dan otak. Efek yang ditimbulkan oleh kesetrum antara lain kejang otot, nafas
berhenti, denyut jantung tidak teratur, luka bakar tingkat tiga, sampai yang terburuk
adalah kematian. Teknisi K3 Listrik perlu memiliki keterampilan P3K dalam menghadapi
kecelakaan kerja akibat dari dampak aliran listrik

- Dampak I : menghentikan fungsi jantung dan berhentinya pernafasan


- Dampak II : Luka bakar akibat listrik
- Dampak III : Potensi bahaya jatuh dari ketinggian akibat listrik

Bahaya kejut listrik dapat disebabkan oleh :

- Bahaya Sentuhan Langsung : adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang
secara normal bertegangan, baik disentuh dengan sengaja maupun tidak disengaja
- Bahaya Sentuhan Tidak Langsung : adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif
yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena terjadi
kegagalan isolasi. Kebocoran menyebar ke seluruh alat

PROTEKSI BAHAYA SENTUHAN LANGSUNG

- Isolasi bagian Aktif


Isolasi yang baik hanya dapat dilepas/ terbuka dengan cara merusaknya. Mampu
menahan pengaruh : Mekanik, kimia, listrik, dan termal
- Penghalang atau selungkup
Tingkat Proteksi Penghalang / Selungkup dapat dinilai dengan Kode IP.
o Kode IP (International Protection) adalah sistem kode untuk menunjukan
tingkat proteksi yang diberikan oleh selungkup dari sentuh langsung ke
bagian yang berbahaya, dari benda asing padat, air dan untuk memberikan
informasi tambahan dalam hubungannya dengan proteksi tersebut.
o Kode IP (Ingrees Protection) Perlindungan pada stop kontak portable juga
dirancang dengan kriteria tertentu, misalnya dengan kode IP 2X, IP 4X, IP
XXB atau IP XXD. Angka 2 menyatakan proteksi benda asing padat ukuran
12,5 mm, sedang Angka 4 menyatakan proteksi benda asing padat ukuran
1,0mm. Angka X menyatakan tidak ada proteksi terhadap tetesan air. Kode
huruf B adalah proteksi terhadap jari tangan manusia dan Kode huruf D
menyatakan proteksi terhadap masuknya kawat.

- Rintangan
Dapat memasang palang peringatan dan pagar pembatas agar akses terhadap bahaya
listrik tidak mudah untuk dijangkau

- Jarak aman atau diluar jalur jangkauan


Membuat jarak antar sumber aliran listrik agar tidak ada terjadinya loncatan arus
antar sumber listrik, dan pembuatan sumber listrik harus jauh dari lingkungan
dengan aktifitas yang tinggi.
Jarak Aman manusia dengan medan magnet listrik berdasarkan PUIL 2000/ SNI
0225-2000

Tegangan Jarak
(KV) (cm)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300

- Isolasi lantai kerja


Menggunakan alas isolator pada lantai kerja akan mengurangi resiko arus listrik
mengalir melalui tubuh menuju lantai yang memiliki potensi listrik rendah

PENGENDALIAN BAHAYA SENTUH TIDAK LANGSUNG :

- Grounding
Grounding memperkecil resistansi alat dan bumiSaat ada arus kejut atau tegangan
petir, arus mengalir ke tanah, grounding melindungi arus kejut melalui tubuh
- Menggunakan perlengkapan degan Isolasi Ganda
Proteksi dg penggunaan perlengkapan klas II atau dengan isolasi ekivalen
o Perlengkapan yg proteksinya dari kejut listrik tidak hanya mengandalkan
isolasi dasarnya, tetapi juga diberikan tindakan pencegahan dengan isolasi
ganda atau isolasi diperkuat
- Menggunakan alat GFCI (ground-fault circuit interrupter)
o Melindungi arus kejut
o Mendeteksi perbedaan arus pada kawat positif dan negatif (putih – hitam)
o Jika grounding gagal, GFCI akan memutuskan arus dalam 1/40 detik
o Terapkan program menjamin penggunaan grounding pada peralatan listrik
- Penggunaan Alat Pelindung Diri
o Safety shoes yang sesuai standar
o Sarung tangan
o Topi / Hard hat (insulated - nonconductive)

13. Hirarki pengendalian ruang genset


Eliminasi
- Membuang semua bahan yang mudah terbakar dari ruangan genset
- Membuang bahan bahan konduktor yang tidak perlu di ruang genset

Subtitusi
- Mengganti genset yang berisik dengan genset yang lebih sound proof
- Mengganti alat alat bantu ruang genset dengan bahan isolator
- Mengganti kabel biasa dengan kabel berwarna agar mudah untuk dilakukannya
pengecekan pada kabel

Rekayasa Teknik
- Merapihkan jalur kabel antara genset dan rumah listrik
- Membuat Gedung genset terpisah dari bangunan utama
- Membuat akses pembatas di sekitar ruang/Gedung genset
- Membuat system pembuangan gas
- Menyediakan system ventilasi dalam ruang/Gedung genset

Adiministrasi
- Membuat SOP dan WI untuk operator genset
- Membuat dan memasang label peringatan bahaya
- Membuat jadwal shift operator genset
- Pembatasan jam kerja untuk operator genset

APD
- Sarung tangan isulator
- Earplug/pelindung telinga
- Coverall
- Helm
- Masker
- Kacamata safety
- Sepatu safety

14. Kriteria Audit SMK3?


a. Penilaian tingkat awal − penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 kriteria
b. Penilaian tingkat transisi − penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 kriteria
c. Penilaian tingkat lanjutan − penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 kriteria

15. Perbedaan perusahaan potensi bahaya besar dan menengah?


(Kepmenaker 187/1999 pasal 15)
(1) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
kuantitas melebihi Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang mempunyai potensi bahaya
besar.
(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 dan 14 dikategorikan sebagai perusahaan yang
mempunyai
potensi bahaya menengah.

16. Potensi Bahaya yang ada diproyek industri?


a. Bahaya Fisik
a) Gravitasi
 Jatuh di ketinggian yang sama
 Jatuh beda ketinggian
 Benda jatuh

b) Benturan
 Tertabrak oleh benda bergerak
 Tertabrak oleh benda terbangbebas
 Menabrak benda diam
 Menabrak benda bergerak
 Dll

b. Bahaya Mesin
a) Titik oprasional pekerjaan
Dimana proses pekerjaan dilaksakan; ptong, tekuk, tekan, tusuk, dll
 Semua bagian yang bergerak
Flywheels, pulleys, belt, couplings, chain, crank, gear, etc. termaksud
mekanisme mesin dan bagian – bagian nya (Parts of The Machine)

b) Bahaya Listrik
Potensi bahaya listrik
 Shock
 Percikan dari material mudah terbakar dan ledakan
 Overheating
 Kegagalan dalam aktivasi peralatan elektronik

c) Bahaya Api

d) Bahaya Termal
 Kontak degan panas
 Terpajan panas
 Kontak dengan dingin
 Terbajan dingin

e) Bahaya Tekanan & Ledakan


Tekanan dan ledakan berasal dari energi (cairan atau gas) yang di ‘compress’
atau berada dibawah tekanan
 Overpressure
 Flammable substances
 Reactive substances
 Explosive substance
 Electrical shirt – circuits

f) Bahaya Radiasi
1) Radiasi Peng-ion
 Pajanan laser
 Pajanan x-ray
 Pajanan radiasi (α-ray, β-ray, Y-ray)

2) Radiasi Non Peng-ion


 Pajanan sinar ultra-violet
 Pajanan cahaya berlebih/cahaya kurang
 Electromagnet

g) Bahaya Kebisingan & Getaran


 Alat, mesin, perlengkapan, yang dapat menimbulkan getaran yang mampu
menimbulkan cedera/sakit pada keseluruhan/Sebagian tubuh
 Pajanan pada suara (bising) berlebih

h) Bahaya Biologi
 Terpajan bahaya/penyakit infeksius/mudah menular
 Terpapar pathogen

i) Bahaya Kimia
 Debu kimia
 Serat
 Gas
 Uap
 Fumes
 Kabut
 Cair
 Logam

j) Bahaya Ergonomi
Factor ergonomic
 Gerakan berulang
 Tekanan
 Postur janggal
 Postir statis
 Suhu yang ekstrim
 Vibrasi
k) Bahaya Psikososial
 Ketidakjelasan struktur/posisi
 Ketidakjelasan penugasan pekerjaan
 Stress (Konflik, Beban kerja, Kurang supervise)
 Kekerasan dalam bekerja
 Long shift
 Fatigue

17. Pencabutan SKP (Per-02/MEN/1992)


a. Keputusan Penunujukan ahli Keselamatan dan Kesehatan kerja dicabut
apabila yang bersangkutan terbukti :
b. Tidak mematuhi perundang undangan keselamatan dan kesehatan kerja
c. Melakukan kesalahan dan kecerobohan sehingga menimbulkan keadaan
berbahaya
d. Dengan sengaja dan atau karena keihlafannya menyebabkan terbukanya
sesuatu rahasia perusahaan/instansi yang karena jabatannya wajib untuk
dirahasiakan

18. Syarat pengelolaan Pestisida (Per-2/MEN/1986)


a. Tenaga kerja yang di pekerjakan harus memenuhi Syarat (pasal 2)
b. Tanda - tanda peringatan (Pasal 3)
c. Sanitasi dan kebersihan (Pasal 4)
d. Nilai Ambang Batas (NAB) dan Pengendalian Bahaya (Pasal 5)
e. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kerja (Pasal 6)
f. Pemeriksaan Kesehatan Kerja (Pasal 7)
g. Syarat - syarat penyimpanan (Pasal 8)
h. Syarat - syarat pengangkutan (Pasal 9)
i. Wadah (Pasal 10)
j. Peralatan dan Alat Pelindung Diri (Pasal 11)
k. Pencampuran dan penggunaan dalam ruang tertutup (Pasal 12)
l. Limbah dan Pemusnahan (Pasal 13,14)
m. Kewajiban pengurus (Pasal 15)
19. Mengapa pihak manajemen harus mengetahui pembentukan komitmen K3
a. Karena pihak manajemen yang akan membiayai pelaksanaan K3
b. Untuk meningkatkan citra perusahaan
c. Agar pelaksanaan K3 di perusahaan berjalan dengan baik di semua bidang
d. Organisasi dapat lebih mengerti mengenai SMK3

20. Fungsi P2K3


a. Menghimpun dan mengelola data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
tempat kerja
b. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja;
a) Faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
b) Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
c) APD bagi tenaga kerja
d) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya
c. Membantu pengusaha/pengurus dalam;
- Evaluasi cara kerja
- Menentukan tindakan koreksi dengan alternative terbaik
- Mengembangkan system pengendalian bahaya terhadap K3
- Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan dan langkah yang diperlukan
- Mengembangkan penyuluhan dibidang K3
d. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaa manajemen & pedoman
kerja dalam rangka peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hygiene
perusahaan

21. Kriteria penerapan auditor SMK3


- Penilaian Tingkat awal; penilaian penerapan SMK3 terhadap 64 (enam puluh
empat) kriteria
- Penilaian Tingkat Transisi; penilaian penerapan SMK3 terhadap 122 (seratus
dua puluh dua)
- Penilaian Tingkat Lanjutan; Penilaian penerapan SMK3 terhadap 166 (seratus
enam puluh enam)

22. Siapa yang berwenang dalam pengawasan K3 kontruksi bangunan


- Ahli K3 Utama
- Ahli K3 Madya
- Ahli K3 Muda

Anda mungkin juga menyukai