Anda di halaman 1dari 26

IPTEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Besar Pengganti UAS Mata Kuliah

(PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN ETIKA TB-45-GAB)

Dengan dosen pengampu oleh Dr. H. Mahrus As’ad, M.Ag

LATIFA MAJESTA SAPUTRA

1105210029

TB-45-01

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN ETIKA

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK BIOMEDIS

TELKOM UNIVERSITY

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“IPTEKS dalam Perspektif Islam” yang sederhana ini dalam waktu yang sangat singkat.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Makalah ini penulis dibuat untuk melengkapi Tugas Besar Pengganti UAS Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam dan Etika. Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah membantu dalam memberikan ide-ide baik pikiran maupun materinya. Dan penulis
juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan dari makalah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusun makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat menyempurnakan jalannya
makalah ini.

Bandung, 08 Januari 2022

Penulis

(Latifa Majesta Saputra)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan dan Manfaat 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 PENGERTIAN IPTEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM 5
2.1.1 Pengertian IPTEK 5
2.1.2 Pentingnya Iptek dalam Kehidupan 6
2.1.3 Syarat-Syarat Ilmu 9
2.1.4 Integritas Iman, Ilmu, dan Amal pada Iptek 9
2.1.5 Keutamaan Orang Beriman dan Beramal pada Iptek 10
2.1.6 Skema Seni dalam Pandangan Islam Unsur-unsur Esensi Seni dalam mencapai
Nilai Islami 11
2.2 PENGEMBANGAN DAN PELAKSANAAN IPTEKS 12
2.2.1 Strategi Pengembangan Islamisasi Iptek 12
2.2.2 Pengembangan IPTEKS 14
2.2.3 Islam dan Revolusi Industri 4.0 15
2.3 PENERAPAN IPTEKS 16
2.3.1 Penerapan Ipteks 16
2.3.2 Manfaat Iptek 16
2.3.3 Relasi SAINTEK dengan AL-Qur’an 17
2.3.4 Keutamaan orang beriman dan beramal serta Tanggung Jawab Ilmuwan 20
2.3.5 Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan 20
2.3.6 Tokoh umat Islam dalam Pengembangan SAINTEKS & Revolusi Industri 21
2.3.7 Sikap Muslim menghadapi kemajuan Ipteks 22
2.3.8 Sikap Muslim Terhadap IPTEK 22
BAB III PENUTUP 23
3.1 Kesimpulan 23
3.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 25

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia pada dasarnya memiliki akal dan pikiran untuk memahami fenomena alam
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Namun, keadaan manusia saat ini
menyebabkan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) semakin terpisah dari
Islam. Oleh karena itu, manusia perlu diingatkan bahwa saat ini Ipteks telah jauh dari
Islam, penggunaannya telah disalahgunakan dan tidak dipergunakan dengan bijak.
Ilmuan-ilmuan Islam telah banyak muncul dalam peradaban ilmu pengetahuan, hanya
saja keberadaan mereka kurang diketahui atau bahkan teori-teorinya diakui oleh
Ilmuwan non Islam. Di Zaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan akan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sangatlah berpengaruh terhadap segala aspek
dalam kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK tidak pernah
lepas dengan keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek dari berkembangnya ilmu
pengetahuan itu sendiri. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka
berkembanglah pula teknologi.

Perkembangan era globalisasi mengharuskan kita menghadapi perubahan dan


perkembangan IPTEK yang semakin cepat. Dengan demikian kebudayaan juga akan
berkembang seiring perkembangan IPTEK. Dalam menghadapi keadaan ini, maka dapat
dilakukan usaha dengan cara mempersiapkan masyarakat serta perlu diarahkan pada
kesadaran akan teknologi. IPTEK perlu dikenalkan dalam dunia pendidikan formal,
karena para siswa-siswa adalah aset SDM di masa mendatang. Nilai etika tidak hanya
berperan dalam kehidupan manusia saja melainkan untuk seluruh umat manusia di
dunia. Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan manusia lain dalam
berinteraksi. Hal yang paling berpengaruh dalam membentuk karakter adalah faktor
lingkungan dan kondisi sosial budaya. Sebab, lingkungan dan tatanan sosial budaya
adalah sebuah kondisi yang dapat mempengaruhi suatu proses usaha pembentukan
karakter pada sebuah komunitas masyarakat. Etika memberi manusia orientasi
bagaimana menjalani kehidupan melalui rangkaian tindakan sehari-hari dengan kata lain
etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani kehidupan.

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan
pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi
Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi
standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan

3
Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya,
wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir
dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.
Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar
manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal
haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah
dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan
oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walaupun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
peradaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisik) yang dihasilkan oleh
perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya
hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif yang
diakibatkan.Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada
Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa,
dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW:
“menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”.
Ilmu adalah hidupnya islam dan kehidupanya keimanan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan di dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.1.1 Apakah pengertian IPTEK dalam pandangan Islam?
1.1.2 Bagaimana pengembangan dan pelaksanaan IPTEK dalam kehidupan umat Islam?
1.1.3 Bagaimana Penerapan IPTEK dalam Islam?
1.1.4 Seberapa pentingnya IPTEK dalam Islam?
1.1.5 Siapa sajakah tokoh-tokoh IPTEK dalam Islam?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari adanya makalah ini, diantaranya:
1. Untuk memenuhi Tugas Pengganti UTS Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam dan
Etika.
2. Untuk dapat memahami materi tentang IPTEKS dalam Perspektif Islam

Adapun Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian IPTEK dalam pandangan Islam.


2. Untuk mengetahui Bagaimana pengembangan dan pelaksanaan IPTEK dalam
kehidupan umat Islam..

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IPTEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM


2.1.1 Pengertian IPTEK
Kata ilmu dan pengetahuan dapat didefinisikan sebagai himpunan pengetahuan
manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio.
Dalam sudut pandang filsafat pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia selama hidupnya sedangkan pengetahuan
adalah ilmu yang telah diinterpretasi yang menghasilkan kebenaran objektif. Dalam
pemikiran sekuler, pengetahuan mempunyai tiga karakteristik yaitu objektif, netral dan
bebas nilai. Sedangkan dalam islam, pengetahuan tidak boleh bebas. Teknologi dan seni
merupakan produk ilmu pengetahuan.1 Teknologi merupakan hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan yang berkarakteristik obyektif dan netral. Teknologi mempunyai dampak
positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia dan mempunyai dampak negatif
berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan. Sedangkan seni adalah hasil ungkapan
akal dan budi manusia dengan segala prosesnya yang merupakan ekspresi jiwa seseorang.
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda
maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
panca indra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara
etimologis kata ilmu berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses
pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam
kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang
yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak
tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis.2
Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya
dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S.
Al-A’laq;1-5). Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang

1
Wahana, Drs. Paulus, Mag.Hum. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka
Diamond. Hal 172
2
Zahroh, L. (2015). Integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam (kajian
QS Al Mujadalah ayat 11, QS Al-Taubah ayat 122, dan QS Al-Isra ayat 36) (Doctoral
dissertation, UIN Walisongo).

5
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif
dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk
merusak dan potensi kekuasaan. Disinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan
teknologi. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teknologi diartikan sebagai
“kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses
teknis”.
Teknologi juga dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Dalam pemikiran islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh
dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran
islam ada yang bersifat abadi (mutlak) karena bersumber dari allah. Ada pula ilmu yang
bersifat perolehan (nisbi) karena bersumber dari akal pikiran manusia.

2.1.2 Pentingnya Iptek dalam Kehidupan


Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam
kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadatannya
kepada Allah Swt. juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Bahkan di dalam Alquran sendiri Allah Swt. menyatakan, bahwa hanya
orang yang berilmulah yang benar-benar takut kepada Allah. Hal ini dinyatakan dalam Qs.
Fathir: 28.3

‫ومن آالم واألواني واألنغام مخالفت هللا كذلك إنما يخشى هللا من عباده الغالم " إن هللا عزيز غفور‬

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang


ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.

Allah Swt. akan mengangkat derajat dan martabat orang-orang yang beriman dan
berilmu, seperti difirmankan dalam Qs. Al-Mujadilah: 11.

‫أيها الذين آمنوا إذا قيل لكم فكوا في المجلس فأفسحوا يفسح هللا لك وإذا قيل أنشﺅوا فأي نشوة يرفع هللا الذين قاموا‬
‫منكم والذين أوتوا العلم درج وهللا بما تعملون خبير‬

3
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 213

6
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang Lapanglah
dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dialog antara Allah Swt. dengan malaikat ketika Allah Swt. mau menciptakan manusia,
dan Malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah,
Allah Swt. membuktikan keunggulan manusia dari pada malaikat dengan kemampuan
manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. Ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dalam praktiknya mampu mengangkat harkat dan martabat manusia,
karena melalui ilmu pengetahuan, teknologi dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi
kekayaan alam yang disediakan oleh Allah Swt. Karena itu dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang
diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.

Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti


tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak
peradaban yang diwariskan Romawi-Yunani yang pernah Berjaya selama satu milenium
sebelumnya.4 Walaupun pada awalnya karakteristik ini tidak mudah bekerja, karena
pengaruh peradaban Hellenisme yang begitu kuat, namun dalam waktu yang tidak begitu
panjang akhirnya kaum muslimin dapat memainkan sendiri peran peradabannya yang unik
selama beberapa abad. Ilmu dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan
inti wahyu Allah SWT sebagaimana seni Islam murni yang melahirkan bentuk plastis yang
dapat membuat orang merenungkan Keesaan Ilahi, begitu pula semua ilmu yang pantas
disebut bersifat Islami menunjukkan kusatupadukan dan saling berhubungan dari segala
yang ada. Dengan merenungkan kusatupadukan lam orang dapat menuju ke arah Keagungan
dan Keesaan Ilahi.

Sebelum Nabi Muhammad Saw. diutus untuk menjalankan dan menyebarkan


risalahnya, sumber-sumber bagi dunia ilmu pengetahuan hanyalah pengembaraan akal yang
dikuasai oleh naluri dan berbagai nafsu manusia. Dengan berbekal hal ini manusia
mengembangkan pemikiran induktifnya dan kemudian melahirkan karya-karya yang
dianggap besar pada zamannya. Namun demikian pengaruh-pengaruh pemikiran dan mitos
masih saja bekerja dan tak melampaui batas-batas yang telah digariskan.5

4
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 214
5
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 215

7
Turunnya wahyu Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. membawa semangat baru
bagi dunia ilmu pengetahuan. Ditinjau dari peranan kewahyuan dalam kehidupan manusia,
sebenarnya apa yang terjadi pada diri beliau bukanlah suatu hal yang baru. Para nabi Allah
Swt. yang sebelumnya pernah diutus ke berbagai generasi manusia dalam suatu kurun waktu
yang sangat panjang, namun keunikan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
membawa semangat baru, memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam membawa
manusia kepada sumber sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru, yakni lahirnya tradisi
intelektual-induktif. Dijelaskan sebagaimana Firman Allah dalam Qs. Fushilat: 53.

53 ‫سنريهم اينا في األفاق وفي أنفسهم حتى يتبين لهم أنه الحق أولم يكف بربك أنه على كل شيء شهيد أال‬

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala


wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Alquran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu.

Alquran menganggap anfus (ego) dan afaak (dunia) sebagai sumber pengetahuan. Tuhan
menampakkan tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga lahir. Ilmu dalam Islam
memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini.
Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa
inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi oleh nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Alquran
membimbing pengalaman lahir manusia ke arah objek alam dan sejarah.6

Alquran melihat tanda-tanda kebenaran dalam matahari, bulan, pemanjangan


bayang-bayang, pergantian siang dan malam, aneka macam warna kulit dan bahasa manusia,
dan peredaran sejarah di antara bangsabangsa. Dinyatakan dalam Qs. Ali Imran: 140

‫إن يمسسكم قرح فقد مس القوم قرح مثله وتلك األيام نداولها بين الناس وليعلم هللا الذين قاموا ويذ منكم شهداء وهللا ال يحب‬
. ‫الظلمين‬

masa Jika kamu (pada perang uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum
(kafir) itu pun (pada perang bandar) mendapat luka yang serupa. Dan (kejayaan dan
kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). Dan
supaya Allah Swt membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)
supaya sebagian. kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai syuhada) dan Allah tidak menyukai
orang-orang.7

6
Sidi Gazalba
7
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 215.
8
‫في خلق السموات واألرض واختالف الليل والنهار والفلك التي تجري في البحر بما ينفع الناس وما أنزل هللا من السماء‬
‫من ماء فأحيا به األرض بعد موتها وبث فيها من كل دابة وتصريف الرياح والتاب المسير بين السماء واألرض آليات‬
‫لقوم يعقلون‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, 164
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al Baqarah: 1

2.1.3 Syarat-Syarat Ilmu


Adanya perbedaan makna antara pengetahuan dan ilmu menurut pandangan filsafat,
memiliki arti bahwa ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan. Suatu
pengetahuan yang diperoleh melalui panca indera manusia dapat dikerucutkan sebagai
sebuah ilmu, apabila memenuhi tiga unsur pokok, yakni
● Ontologi
Pengetahuan yang dikaji memiliki bidang studi yang jelas, dapat diidentifikasi, dapat
diberi batasan, dan memiliki sifat esensial.
● Epistimologi
Pengetahuan memiliki metode kerja yang jelas. Proses perolehan bidang studi atau
objek tersebut memenuhi metode deduksi, induksi, atau deduksi. Pada metode
deduksi, proses pengolahan bidang studi diuraikan dari suatu bidang yang sempit,
sedangkan metode induksi, ilmu tersebut berproses dari bidang yang luas dan
dikerucutkan menjadi bidang tertentu.
● Aksiologi
Pengetahuan atau bidang studi memiliki nilai guna dan manfaat. Dalam artian, tidak
terdapat kerancuan, atau pun sifat kontradiktif (koheren).8

Dalam pemahaman masyarakat, istilah ilmu dan pengetahuan didefinisikan sebagai


ilmu pengetahuan (sains), yang artinya sebagai pengetahuan yang sistematis. Tiga buah
karakteristik sains yaitu objektif, netral, dan bebas nilai. Namun, bebas nilai bertentangan
dengan pemikiran Islam karena sains tidak boleh bebas dari nilai-nilai lokal maupun
universal.

2.1.4 Integritas Iman, Ilmu, dan Amal pada Iptek


Dalam ajaran Islam antara aqidah, syariah, dan akhlak tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Dinul Islam tersebut dapat dianalogikan bagaikan pohon yang baik. Pohon
tersebut tidak akan kokoh bila akarnya tidak tertanam dengan kuat ke bawah tanah. Karena
kokohnya akar tersebut, batangnya menjulang tinggi. Batang yang berdiri tegak itu

8
Mu’adz, Puspita Handayani, Anita Puji Astutik, dan Supriyadi. 2016. Islam dan Ilmu
Pengetahuan. Sidoarjo: UMSIDA PRESS.
9
bercabangkan dahan-dahan dengan beberapa ranting. Kesatuan pohon tersebut bagaikan
kesatuan antara iman, ilmu, dan amal. Amal yang dianalogikan sebagai buah ataupun
daunnya yang bermanfaat dari pohon itu identik sebagai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni yang dibuat secara ramah terhadap lingkungan sekitar dan bermanfaat bagi khalayak.
Amal tersebut tumbuh dari ragamnya ipteks.9

yang dianalogikan dengan ranting dan dahan yang bercabang dari batang pohon.
Tegaknya pohon tersebut menggambarkan tegaknya ajaran Islam dalam tubuh-tubuh kaum
muslim. Akar yang menghujam ke bumi tersebut bagaikan iman yang melandasi jiwa umat
manusia terhadap Rabbnya. Hal ini dicantumkan dalam ayat Al-Quran berikut.

QS.Ibrahim:24-25
ٌ ِ‫ب هّٰللا ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة اَصْ لُهَا ثَاب‬
‫ت َّوفَرْ ُعهَا فِى ال َّس َم ۤا ۙ ِء‬ َ َ‫اَلَ ْم تَ َر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,

‫هّٰللا‬ ۗ
ِ َّ‫تُْؤ تِ ْٓي اُ ُكلَهَا ُك َّل ِحي ٍْن ۢبِاِ ْذ ِن َربِّهَا َويَضْ ِربُ ُ ااْل َ ْمثَا َل لِلن‬
َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُوْ ن‬

25. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Ajaran Islam sangat sempurna. Kesempurnaannya tersebut tergambar dalam inti ajarannya.
Ketiga inti ajaran tersebut yaitu Iman, Islam, dan Ihsan yang terintegrasikan dalam sistem
yang disebut Dinul Islam

2.1.5 Keutamaan Orang Beriman dan Beramal pada Iptek


Pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni tidak lepas dari keimanan dan
ketaqwaan. Karena setiap sesuatu yang baik dan bergantung pada niat seseorang akan
bernilai ibadah dimata ALLAH dan bermanfaat bagi manusia di sekitar lingkungannya.
Makhluk yang paling mulia dan sempurna yaitu manusia, karena dibekali seperangkat
potensi yaitu akal dan pikiran. Akal berguna untuk berpikir terhadap hasil pemikiran seperti
ilmu pengetahuan ,teknologi dan seni. Sesuatu yang paling mulia dari diri manusia yaitu
hatinya. ALLAH akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan dan lingkungan
seseorang atas ilmu yang dikembangkan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada
ALLAH SWT. ALLAH akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sesuai dengan
firman ALLAH dalam QS (al mujadalah : 11) Artinya: “ALLAH akan meninggikan

9
Zahroh, L. (2015). Integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam (kajian
QS Al Mujadalah ayat 11, QS Al-Taubah ayat 122, dan QS Al-Isra ayat 36) (Doctoral
dissertation, UIN Walisongo).

10
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.

2.1.6 Skema Seni dalam Pandangan Islam Unsur-unsur Esensi Seni dalam
mencapai Nilai Islami
Dasar Tujuan Ibadah, Manfaat, Nilai-nilai Tasyahud Seni Etis, Estetis, Logis 2. Cita
Cipta Seni Pandangan, Konsep, Informasi Qira'ah Gagasan 3. Karya Cipta Seni Proses
Penciptaan, Energi Tazkiyah Teknis 4. Karya Seni Benda, Wujud, Zahir Materi Zikir.

Pertama ialah berupa abstraksi fenomena alam melalui teknik stilasi pada objeknya.
Kedua, karyanya tersusun dari sejumlah modul yang digabungkan, sehingga menghasilkan
desain utuh.Ketiga, adalah pola-pola pada seni Islam menunjukkan adanya gabungan yang
berurutan dari berbagai modul untuk menghasilkan beberapa pusat perhatian estetis.
Keempat, adanya pengulangan dari modul atau motif yang akan memberikan kesan irama
ritmis dan memperlihatkan rangkaian kesatuan dalam karyanya. Yang kelima adalah setiap
desain seni Islam mempunyai gerak dinamis dan tidak monoton akibat adanya teknik
penggabungan modul dan pengulangannya. Keenam, hadirnya detail yang rumit dalam
penggambaran susunannya, sehingga meningkatkan kualitas pola dan menjadikannya corak
yang Islami.

Salah satu karakteristik lain dalam bentuk seni Islam adalah kreativitas yang
berkaitan erat dengan estetika, dan sangat tergantung pada kesadaran pribadi seniman.
Estetis dan kreativitas merupakan syarat mutlak sebuah karya seni, sehingga bagi seorang
seniman Muslim selain telah menciptakan karya seni yang bermanfaat dan indah sekaligus
dia telah menjalankan ibadahnya. Sebagai satu kesatuan integral seni terdiri dari empat
komponen esensial, yaitu karya seni (wujud, benda) kerja cipta seni (proses penciptaan), cita
cipta seni (pandangan, konsep, gagasan) dan dasar tujuan seni (ibadah, manfaat, etis, logis,
estetis). Keempat komponen tersebut berkesesuaian dengan kategori-kategori integralis
seperti materi, energi, informasi dan nilai-nilai. Dengan demikian pada hakekatnya seni
adalah dialog intersubjektif (hablumminallah) dan ko-subyektif (hablumminannas) yang
mencerminkan hubungan vertikal dan horizontal (Mahzar, 1993: 16). Dalam bahasa yang
khas pada hubungan vertikal tersirat dimensi kalimat syahadat yang pertama dan hubungan
horizontal tersirat syahadat yang kedua. Kedua kalimat syahadat dalam bentuk aktifnya
tasyahud, yaitu ibadah kepada Allah Swt dan pelaksanaanya merupakan rahmatan lil alamin
sebagai esensi seni Islam.10

Seni sebagai bahasa universal diharapkan mampu dijadikan sarana untuk mengajak berbuat
baik (ma’ruf), dan mencegah perbuatan tercela (munkar) serta membangun kehidupan yang
berkeadaban dan bermoral. Di samping itu diharapkan dapat mengembangkan dan
menumbuhkan perasaan halus, keindahan dan kebenaran menuju keseimbangan
‘material-spiritual. Dengan demikian seni mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan

Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
10

Edwrite Publishing. Hal


11
manusia baik jasmani maupun rohani, serta dapat memberi kepuasan secara fisik dan psikis.
Secara khusus seni yang bernafaskan Islam dasar pemikirannya adalah niat beribadah dan
keikhlasan pengabdian kepada Allah, dengan mengakomodasi nilai tradisi budaya lokal.
Setelah memahami alam semesta dan qira'ah Al Quran, penciptaan karya seni dilandasi oleh
kreativitas dan rasa estetis, logis, etis, serta azas manfaat. Kemudian dirumuskan konsep dan
gagasan serta dipertimbangkan teknis pelaksanaannya hingga terwujudnya sebuah karya.
Demikian seni yang dihasilkan merupakan ekspresi syukur dan zikir sebagai rahmatan
lil'alamin. Karya seni yang bernafaskan Islam mengandung makna simbolik kesaksian La
illaha ilallah, muhammadarasulullah, dengan muatan kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Konsep tauhid, akidah dan akhlak telah menjadi penyempurnaan dan pengarah nilai-nilai
positif bagi proses berkarya seni. Oleh karena itu diperlukan upaya terpadu yang lebih
terbuka dengan wawasan yang tidak terbatas pada kajian kasat mata, namun juga pada
sesuatu spiritualitas transenden. Dengan tujuan untuk mencapai kreativitas dan kesadaran
akan Yang Maha Benar, Yang Maha Baik, dan Yang Maha Indah.

2.2 PENGEMBANGAN DAN PELAKSANAAN IPTEKS

2.2.1 Strategi Pengembangan Islamisasi Iptek

Pemisahan agama dari ilmu pengetahuan sebagaimana tersebut diatas terjadi pada
abad pertengahan, yaitu pada saat umat Islam kurang mempedulikan (meninggalkan) iptek.
Pada masa itu yang berpengaruh di masyarakat Islam adalah ulama tarekat dan ulama fiqih.
Keduanya menanamkan paham taklid dan membatasi kajian agama hanya dalam bidang
yang sampai sekarang masih dikenal sebagai ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqih,dan
tauhid. Ilmu tersebut mempunyai pendekatan normatif dan tarekat, tarekat hanyut dalam
wirid dan dzikir dalam rangka menyucikan jiwa dan mendekatkan diri pada Allah SWT
dengan menjauhkan kehidupan duniawi.
Beberapa ulama tidak tertarik mempelajari alam dan kehidupan manusia secara
objektif; bahkan ada yang mengharamkan untuk mempelajari filsafat, padahal dari filsafat
lah iptek dapat berkembang pesat. Keadaan ini mengalami perubahan pada akhir abad
ke-19, yaitu sejak ide- ide pembaharuan diterima dan didukung oleh sebagian umat.
Mereka mengkritik pengembangan sains dan teknologi modern yang dipisahkan dari ajaran
agama, seperti dikemukakan oleh Muhammad Naquib al-Attas (1981: 47-56) Ismail Raji
al-Faruqi (1982: 3-8) dengan tujuan agar ilmu pengetahuan dapat membawa kepada
kesejahteraan bagi umat manusia.11
Para ilmuwan dan cendekiawan muslim menganggap bahwa pengembangan iptek
perlu dikembalikan pada kerangka dan perspektif ajaran Islam. Al-Faruqi menyerukan
perlunya dilaksanakan Islamisasi sains. Sejak itu gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan

11
Taufik,
Sudarno Shobron, dan Mutohharun Jinan. 2016. Islam dan Ipteks. Surakarta. Hal
46-49.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10787/E-book%20Islam%2
0dan%20ipteks.pdf?sequence=3
12
digulirkan, dan kajian mengenai Islam dalam hubungannya dengan pengembangan iptek
mulai digali dan diperkenalkan. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu gagasan yang
paling canggih, amat komprehensif dan mendalam yang ditemukan dalam al-Qur’an adalah
konsep ’ilm. Pentingnya konsep ini terungkap dalam kenyataan turunnya sekitar 800 kali.
Dalam sejarah peradaban Islam, konsep ilmu secara mendalam meresap ke dalam seluruh
lapisan masyarakat dan mengungkapkan dirinya dalam semua upaya intelektual. Tidak ada
peradaban lain yang memiliki konsep pengetahuan dengan semangat yang sedemikian
tinggi dan mengajarkannya dengan amat tekun seperti itu.
Munawar Ahmad Anees menyatakan bahwa dalam konsep Islam yang
berdasarkan al-Qur’an, upaya menerjemahkan ilmu sebagai pengetahuan berarti melakukan
suatu kejahatan. Walaupun tidak disengaja, terhadap konsep yang luhur dan multi
dimensional ini. Ilmu memang mengandung unsur-unsur dari apa yang dipahami sekarang
sebagai pengetahuan. Akan tetapi ia juga digambarkan sebagai hikmah. Selanjutnya jika di
Eropa sains dan teknologi dapat berkembang sesudah mengalahkan dominasi gereja,
sedangkan dalam perjalanan sejarah Islam, ilmu dalam berbagai bidangnya mengalami
kemajuan yang pesat di dunia Islam pada zaman klasik (670-1300 M), yaitu zaman Nabi
Muhammad sampai dengan akhir masa Daulah Abbasiyah di Baghdad.
Pada masa itu, dunia Islam telah memainkan peran penting baik dalam bidang ilmu
pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Dalam kaitan ini Harun Nasution
menyatakan bahwa cendikiawan-cendikiawan muslim bukan hanya mempelajari ilmu
pengetahuan dan filsafat dari buku- buku Yunani, tetapi hal itu mereka tambahkan ke
dalam hasil- hasil penyelidikan yang dilakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan
dan hasil pikiran mereka dalam ilmu filsafat. Para ilmuwan tersebut memiliki pengetahuan
yang bersifat integrated, yakni bahwa ilmu pengetahuan umum yang mereka kembangakan
tidak terlepas dari ilmu agama atau tidak terlepas dari nilai-nilai Islam.
Dalam rangka pengembangan Islamisasi Iptek, Al-Faruqi menyusun 12 langkah
yang harus ditempuh terlebih dahulu. Langkah-langkah tersebut adalah: 1. Penguasaan
disiplin ilmu modern: prinsip, metodologi, masalah, tema dan perkembangannya. 2. Survei
disiplin ilmu. 3. Penguasaan khazanah Islam: ontologi. 4. Penguasaan khazanah ilmiah
Islam: analisis. 5. Penentuan relevansi Islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu. 6.
Penilaian secara kritis terhadap disiplin keilmuan modern dan tingkat perkembangannya di
masa kini. 7. Penilaian secara kritis terhadap khazanah Islam dan tingkat perkembangannya
dewasa ini. 8. Survei permasalahan yang dihadapi umat Islam. 9. Survei permasalahan
yang dihadapi manusia. 10. Analisis modern ke dalam kerangka Islam. 12.
Penyebarluasan ilmu yang sudah diislamkan. dan sintesis kreatif. 11. Penuangan kembali
disiplin ilmu.12
Untuk mengaplikasikan Islamisasi ilmu, dapat dimulai dari level ilmu yang ada di
perguruan tinggi. Level TK sampai SMA juga penting, tapi mereka sebenarnya bergantung

12
Taufik,
Sudarno Shobron, dan Mutohharun Jinan. 2016. Islam dan Ipteks. Surakarta. Hal
46-49.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10787/E-book%20Islam%2
0dan%20ipteks.pdf?sequence=3

13
pada guru-guru yang mengajar mereka. Guru yang mengajar TK sampai SMA, semuanya
produk dari perguruan tinggi. Penulis- penulis buku pun kebanyakan dibuat oleh (lulusan)
perguruan tinggi. Jadi, walaupun targetnya sekolah dasar, yang harus diubah pertama
adalah guru-gurunya. Di Malaysia, proses Islamisasi mulai berlaku dalam hal tertentu,
karena politik kerajaan di Malaysia memberikan perhatian khusus pada masalah
pendidikan. Di Indonesia pun usaha-usaha untuk menerapkan pandangan Islam sudah ada.

2.2.2 Pengembangan IPTEKS

Berdasarkan tinjauan hukum Islam ilmu tidaklah berkembang pada arah yang tak
terkendali, tapi ia harus bergerak pada arah maknawi dan umat manusia berkuasa untuk
mengendalikannya. Kekuasaan manusia atas ilmu pengetahuan dan teknologi harus
mendapatkan tempat yang utuh. Eksistensi ilmu pengetahuan dan teknologi bukan melulu
untuk mendesak kemanusiaan, tetapi kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu
pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada sang
Pencipta.13
Konsep ajaran Islam tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
demikian itu didasarkan kepada beberapa prinsip sebagai berikut. Pertama, ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam Islam dikembangkan dalam kerangka tauhid atau teologi.
Teologi yang bukan semata-mata meyakini adanya Allah SWT dalam hati,
mengucapkannya dengan lisan dan mengamalkannya dengan tingkah laku, melainkan
teologi yang menyangkut aktivitas mental berupa kesadaran manusia yang paling dalam
perihal hubungan manusia dengan Tuhan, lingkungan dan sesamanya. Lebih tegasnya
adalah teologi yang memunculkan kesadaran, yakni suatu ”matra yang paling dalam” dari
diri manusia yang memformat pandangan dunianya, yang kemudian menurunkan pola
sikap dan tindakan yang selaras dengan pandangan dunia itu. Oleh karena itu teologi pada
ujungnya akan mempunyai implikasi yang sangat sosiologis, sekaligus antropologis.
Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam Hendaknya dikembangkan
dalam rangka bertakwa dan beribadah kepada Allah SWT. Hal ini penting ditegakkan,
karena dorongan al-Qur’an untuk mempelajari fenomena alam dan sosial tampak kurang
diperhatikan, sebagai akibat dan dakwah Islam yang semula lebih tertuju untuk
memperoleh keselamatan di akhirat. Hal ini mesti diimbangi dengan perintah mengabdi
kepada Allah SWT dalam arti yang luas, termasuk mengembangkan Iptek.
Ketiga, Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan oleh orang-orang
Islam yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan akal, kecerdasan emosional dan
spiritual yang dibarengi dengan kesungguhan untuk beribadah kepada Allah SWT dalam
arti yang seluas-luasnya. Hal ini sesuai dengan apa yang terjadi dalam sejarah di abad
klasik, dimana para ilmuwan yang mengembangkan ilmu pengetahuan adalah
pribadi-pribadi yang senantiasa taat beribadah kepada Allah SWT.

Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.


13

LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.


14
Keempat, Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan dalam kerangka
yang integral, yakni bahwa antara ilmu agama dan ilmu umum walaupun bentuk formalnya
berbeda-beda, namun hakikatnya sama, yaitu sama- sama sebagai tanda kekuasaan Allah
SWT. Dengan pandangan yang demikian itu, maka tidak ada lagi perasaan yang lebih
unggul antara satu dan lainnya. Dengan menerapkan keempat macam strategi
pengembangan ilmu pengetahuan tersebut, maka akan dapat diperoleh keuntungan yang
berguna untuk mengatasi problem kehidupan masyarakat modern sebagaimana tersebut di
atas.
Indonesia lebih memperhatikan pendidikan Islami. Misalnya, dalam hal yang
melanggar tata krama. Kalau pejabat itu beragama Islam, mereka wajib merencanakan
kemajuan Islamisasi ilmu yang akan berdampak pada akhlak masyarakatnya. Dalam
menerapkan konsep Islamisasi ilmu tidak boleh mencampakkan hak orang yang bukan
Islam. Mereka harus diperlakukan seadilnya. Begitu juga jangan sampai untuk menjaga
hak non-Islam, hak orang Islam sendiri malah dikorbankan. Masyarakat non-Islam sendiri
tidak perlu khawatir dengan Islamisasi ilmu. Kalau Islamisasi berjalan baik, semua umat
apapun agamanya akan mendukung. Kalau Islamisasi sukses, akan menjamin umat Islam
lebih berakhlak dan akan lebih menjamin hak-hak ekonomi serta politik semua umat,
termasuk non-Muslim. Kalau memiliki akhlak yang baik dan bisa menjaga hati nurani,
masyarakat tidak akan memilih pemimpin yang rusak, sehingga semua negara akan
dipimpin oleh pemimpin yang baik. 14

2.2.3 Islam dan Revolusi Industri 4.0


Perkembangan manusia terus berkembang dengan cepat, begitupun dengan
perkembangan teknologi terus berubah dan berkembang. Era baru saat ini revolusi industri
4.0, apa revolusi industri 4.0? Secara singkat, pengertian industri 4.0 adalah trend di dunia
industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Pada industri
4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal
tersebut mencakup sistem cyber-fisik, internet of things (IoT), komputasi awan, dan
komputasi kognitif. Pengertian tersebut mengisyaratkan semua perkembangan berubah
pesat, dan cepat serta inovasi-inovasi teknologi yang kabarnya tenaga manusia akan segera
digantikan oleh robot. Revolusi industri 4.0 ini merupakan tahapan yang sedikit berbeda
dengan revolusi industri pendahulunya sebab digaungkan dalam asumsi besar namun
peristiwa nyatanya belum terjadi dan masih dalam bentuk gagasan (Drath dan Horch, 2014).
Namun walaupun begitu kita sebagai umat Islam yang mengajarkan kedinamisan dalam
menambah pengetahuan dan berpikir serta meninggikan orang-orang yang berilmu pada
tingkat yang mulia sebagaimana firman Allah Swt sebagai berikut. 15

14
Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.
15
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 224
15
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang.16

2.3 PENERAPAN IPTEKS


2.3.1 Penerapan Ipteks
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK
yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma
norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam
menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok:
1. Kelompok yang menganggap IPTEK modern bersifat netral dan berusaha
melegitimasi hasil-hasil IPTEK modern dengan mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang
sesuai.
2. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK modern, tetapi berusaha juga mempelajari
sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami.
3. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir
istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada
pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama.17 Sebab pada dasarnya ilmu
pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran
Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang
dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu
mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritualitas, martabat manusia secara alamiah.
Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ke tingkat yang
lebih rendah martabatnya.

Dari uraian diatas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari yang
islami adalah memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia
dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam
adalah sebanding dengan manfaatnya IPTEK itu sendiri.

2.3.2 Manfaat Iptek


1. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya.

16
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 224
17
Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 112.

16
2. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik).
3. Dapat memberikan pedoman bagi sesama.
4. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat
dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas.

2.3.3 Relasi SAINTEK dengan AL-Qur’an


Alam Al Quran ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dibahas secara mendalam,
seperti halnya buku-buku ajar atau buku daras dalam kedua aspek, namun tidak dapat
disangkal bahwa Alquran pun telah memaparkan pentingnya ilmu pengetahuan dan
teknologi itu bagi pengembangan kehidupan manusia, dan yang jelas itu untuk kesejahteraan
manusia sekaligus sebagai alat untuk membantu meringankan tugasnya sebagai khalifah di
muka bumi ini. Ayat yang membicarakan tentang penguasaan ilmu pengetahuan yaitu di
antaranya terdapat dalam Qs. Al-Alaq (96): 1-5: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah Yang paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui manusia. Ayat lainnya adalah
dalam Qs. Al-Mujadilah (58): 11: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”18
Selanjutnya ayat yang membahas keharusan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan tidak mungkin akan mencapai sesuatu tanpa itu, adalah dalam Qs.
Ar-Rahman (55): 33: "Hai jamaah Jin dan Manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan.” Dari pemaparan beberapa ayat di antara ayat Alquran yang
membicarakan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata konsep untuk memberikan
pengetahuan dasar (informasi/wawasan) bagi manusia telah ada dalam kitab suci umat Islam
ini. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang diisyaratkan oleh Allah dalam Al Quran, berupa
meninggikan derajat orang yang berilmu dan tidak akan mungkin dapat mencapai kemajuan
(keinginan) untuk memfungsikan alam ini dengan baik tanpa adanya “kekuatan” (iptek),
adalah sarana bagi umat manusia agar selalu dapat mewarnai kehidupan ini dengan suasana
pengembangan iptek. Selanjutnya akan dipaparkan tentang segi pembagian ilmu
pengetahuan dalam Islam yang diisyaratkan oleh Alquran yang dibagi menjadi dua macam.
Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa adanya upaya manusia, dinamai ilmu laduni, seperti
yang diinformasikan antara lain dalam Qs. Al-Kahfi (18): 65). Kedua, ilmu yang diperoleh
karena usaha manusia, dinamai ilmu kasbi. (Shihab, 1999: 435-436)

18
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 217.

17
Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan Alquran terdapat hal-hal yang
“ada” tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak
tampak sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al Quran, antara lain dalam Qs.
Al-Haqqah (69): 38-39; Qs. An-Nahl (16): 8); dan Qs. Al-Isra' (17): 85 (Shihab, 1999 :
436). Islam sangat mendorong untuk mencari ilmu dan kemajuan dalam
penemuan-penemuan dan menjanjikan ganjaran yang besar dan upaya upaya ini dianggap
bagian dari pengabdian kepada Allah. Ayat-ayat yang terfokuskan pada isu-isu ilmiah atau
menunjukkan masalah-masalah ilmiah merupakan contoh praktis dari dorongan ini, melalui
motivasi ke arah renungan dan penyelidikan guna memahami arti dari ayat-ayat tersebut.
Oleh karena itu, pernyataan ini memberikan dasar bagi penelitian dan kemajuan ilmiah.
Dorongan ke arah penelitian ilmiah maupun sikap baru (inovasi), menyebabkan
terbentuknya peradaban Islam yang sangat tinggi dalam waktu yang sangat singkat.
Ilmuwan muslim melakukan banyak kemajuan dalam bidang matematika, astronomi,
anatomi, optik, dan banyak bidang lain. Kemajuan atau pencapaian ini merupakan hasil dari
inspirasi ajaran

Ajaran Alquran dan hadis Nabi (al-Zindani, 1997: 72-73).Terinspirasi oleh sumber
ajaran Islam itulah, kaum muslim terdahulu mengembangkan ilmu pengetahuan yang
mereka miliki untuk menjawab tantangan zaman dan peradaban, sehingga kita dapat
beberapa tokoh tokoh ilmu pengetahuan yang menjadi rujukan bagi para ilmuwan sekarang,
yang hasil dari pemikiran mereka dikembangkan secara terus menerus, hingga dapat
dinikmati kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang kehidupan. Namun
umat Islam sekarang, sangat kurang kita dapati peranannya dalam pengembangan iptek itu,
bahkan cenderung hanya menjadi penikmat dan bahkan menjadi sasaran berbagai imbas
kemajuan-kemajuan tersebut. Apabila ada penemuan-penemuan baru yang dikemukakan
oleh umat lain, kaum muslim hanya bersifat apologi dengan mencari kesesuaian
kesesuaiannya dalam sumber ajaran Islam. Kalaupun ada mungkin hanya segelintir orang
saja yang berkualitas dalam hal itu.19
Allah Swt. menurunkan Alquran dengan tujuan, antara lain sebagai (1) petunjuk, (2)
pembanding, (3) penjelas yang jika dilihat secara mendalam kesemuanya itu adalah sebuah
proses dari cara kerja ilmu, jadi tidaklah cocok jika ilmu pengetahuan dan teknologi itu
dikategorikan hanya ke dalam mukjizat Alquran, walaupun demikian memang tidak dapat
disangsikan bahwa ada kemukjizatan Al Quran dan bahkan Alquran sendiri adalah mukjizat
terbesar yang diberikan kepada Muhammad Saw., sehingga menurut penulis tidak lagi harus
dibesar besarkan. Hal ini diungkapkan pula oleh Muhammad al-Ghazali, bahwa kurang
tepat bila masalah kemukjizatan dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi lebih tepat bila
disebut sebagai bukti-bukti kenabian, dan ia juga tidak meragukan bahwa Alquran juga
memerintahkan manusia kepada hakikat ilmiah yaitu dengan mendorongnya untuk
merenung, melihat, memperhatikan dan mempelajari berbagai bentuk hukum alam agar

Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
19

Edwrite Publishing. Hal 218


18
diungkapkan dan ditemukan (al-Ghazali, 1997: 175). Bila hal serupa ini disebut sebagai i'jaz
ilmi (mukjizat keilmuan) dalam artian kekalnya i'jaz, maka istilah tersebut juga kurang
tepat. Meski Alquran sendiri merupakan mukjizat dan karena objek Alquran itu manusia,
dan objek manusia adalah ilmu; penelitian dan penemuan, semuanya telah menjadi tugas
kekhalifahan manusia untuk memakmurkan jagad raya ini dengan ilmu (al-Ghazali, 1997:
175). Keterpaduan Alquran dan iptek adalah ketika Allah memberikan isyarat dalam Al
Quran, akan kekhalifahan manusia, yang mana ia mendapatkan tugas sebagai pemelihara
kemakmuran bumi demi kelangsungan hidupnya di alam ini. Ketika itu Allah menundukkan
alam ini untuk dimanfaatkan oleh manusia, dengan ditundukkannya alam, manusia
diperintahkan untuk memahami dan menguasai alam dengan jalan memakai sebuah
instrumen (alat) yaitu yang kita kenal dengan istilah "sunnatullah.” 20

Sunnatullah itu sendiri diartikan dengan hukum-hukum alam yang berlaku secara
menyeluruh dan apa adanya, semisal pergantian antara siang dan malam, adanya matahari
sebagai sumber tenaga (energi), sifat api adalah panas dan membakar, es sifatnya dingin dan
beku, yang jika hal itu tidak lagi berjalan seperti adanya, itu berarti hukum alam telah tidak
berlaku lagi yang tentunya atas kehendak dari Tuhan Yang Mengatur, seperti ketika Nabi
Ibrahim yang dibakar tetapi tidak terbakar karena sifat api itu, tidak berjalan sesuai dengan
hukum alamnya yang membakar. Manusia terus tertantang dengan pengetahuan yang
diisyaratkan melalui penguasaan atas sunnatullah tersebut, sehingga penemuan baru terus
terlahir yang pada akhirnya menjadi sebuah sistem pengetahuan yang secara empirik dapat
dibuktikan, dan hal itu terus berkembang sehingga menjadi ilmu pengetahuan. Hasil dari
ilmu pengetahuan yang digali dari hukum-hukum alam itu, menjadi bentuk-bentuk berupa
teknik-teknik yang dapat dijadikan alat-alat modern.21 Di mana alat ini berupa bentuk
mekanik dan elektronik atau berbagai perangkat lainnya, yang pada akhirnya kita kenal
dengan sebutan teknologi. Proses pencarian ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para
ilmuwan melalui observasi (pengamatan), pengukuran, analisis data yang diperoleh secara
kritis dilakukan, yang dilanjutkan dengan evaluasi hasil hasilnya dengan penalaran yang
sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional, yang kesemuanya telah diisyaratkan oleh
Alquran sesuai dengan alur berpikir secara ilmiah tersebut (Baiquni, 1996: 18-24).

Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa keterpaduan Alquran, ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai suatu sinergi yang tidak dapat dipisahkan, dimana Alquran
memberikan isyarat akan adanya hukum hukum alam yang harus dikuasai oleh manusia,
yang kemudian dengan penguasaannya itu kita sebut dengan melakukan penggalian ilmu

20
Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.
21
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing.
19
pengetahuan, dari hasil eksperimen-eksperimen itu lalu tercipta berupa alat-alat teknik yang
memudahkan tugas manusia dalam penugasannya sebagai pemelihara alam (khalifatullah).22

2.3.4 Keutamaan orang beriman dan beramal serta Tanggung Jawab Ilmuwan

Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi ke
dalam agama Islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam
agama Islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan
iman, ilmu dan amal berada didalam ruang lingkup tersebut.23 Iman berorientasi terhadap
rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu
tentang tata cara ibadah dan pengamalannya. Aqidah merupakan landasan pokok dari setiap
amal seorang muslim dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu
berurusan dengan hati.

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus diungkapkan Allah


dalam surah Az-Zumar ayat 9 yang artinya :“Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang
berilmu dengan orang yang tidak berilmu?’Sesungguhnya hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39] : 9)

2.3.5 Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan

Ilmuwan merupakan sosok manusia yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dalam
menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat harkat
dan martabat ilmuwan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Al-Ghazali mengatakan
“Barangsiapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain,
bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain.24 Dia bagaikan
minyak kesturi yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan
dengannya. Orang yang berilmu dan tidak mengamalkannya menurut Al-Ghazali sebagai
orang yang celaka. Ia mengatakan “ Seluruh manusia akan binasa, kecuali orang – orang
berilmu . orang – orang berilmu pun akan celaka kecuali orang – orang yang mengamalkan
ilmunya. Dan orang – orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali orang –
orang yang ikhlas. 25

22
Mu’adz, Puspita Handayani, Anita Puji Astutik, dan Supriyadi. 2016. Islam dan Ilmu
Pengetahuan. Sidoarjo: UMSIDA PRESS.
23
Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-Ulum,
13(1), 26.
24
Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-Ulum,
13(1), 28.
25
Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.
20
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai “Abdun”(hamba Allah) dan
sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah
tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam. Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan
karena ulah manusia sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri
kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk
menjaga kelestarian alam ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S, al-Rum ayat 41 yang
artinya :”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka segera kembali ke jalan yang benar.”26

2.3.6 Tokoh dan Peran Umat Islam dalam Pengembangan SAINTEKS &
Revolusi Industri

1. Al-Farghani

(Ahli Astronom terkenal pada abad Ke-9) 27

2. AL-Battani

(Ahli Astronom dan Matematika Trigonometri) 28

3. Jabir Bin Aflah

(Ahli Astronom dan Matematika) 29

4. Ibnu Yunus

(Ahli Astronom) 30

26
Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-Ulum,
13(1), 28.
27
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 221
28
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 222
29
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 221
30
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing. Hal 222

21
2.3.7 Sikap Muslim menghadapi kemajuan Ipteks

● Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik
dan mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita
bisa melakukan hal ini.
● Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam. Sebagai
contoh dengan adanya alquran seluler, quran digital dan sebagainya.
● Cekatan dalam menciptakan alat. Yang berarti cepat dan sigap dalam
melakukan suatu hal.
● Dapat menghargai waktu. Islam mengajarkan setiap manusia untuk
memanfaatkan waktu, baik lewat ayat Alquran maupun hadist. Dalam
ajaranIslam, menghargai waktu adalah bentuk bukti keimanan dan ketakwaan
seorang Muslim.
● Memiliki semangat etos kerja yang baik dalam mengembangkan IPTEKS31

2.3.8 Sikap Muslim Terhadap IPTEK

Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya kita harus
menanggapi dengan bijak. cara menanggapi IPTEK diantaranya : Resesif, kita harus
menerimanya dengan bijak. jangan sampai kita menolaknya terhadap perkembangan
IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak bisa kita tolak. 32

31
Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.
LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.
32
Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing.

22
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat menyimpulkan
bahwa ilmu pengetahuan teknologi dan seni pada zaman sekarang sangatlah kurang dari
ajaran islam. Ada beberapa yang memang melenceng dari ajaran islam, seperti
penyalahgunaan teknologi tentang adanya bom atom contohnya yang sekarang digunakan
untuk saling mengancam antar negara. Menurut pandangan islam itu sangat bertentangan
dengan ajaran islam. Selain dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dari segi seni
juga semakin kesini semakin tidak menentu untuk masalah seni. Karena seni pada zaman
sekarang semakin jauh dari ajaran islam. Aurat terbuka dimana – mana, bahkan banyak
yang melakukan itu adalah orang islam. Di dalam ajaran islam sudah banyak dibahas
tentang perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang dibahas di dalam
Al-Quran.

Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran adalah proses pencapaian segala sesuatu yang
diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga memperoleh kejelasan. Teknologi
merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan
yang objektif. Seni adalah hasil ungkapan akal budi serta ekspresi jiwa manusia dengan
segala prosesnya. Seni identik dengan keindahan dimana keindahan yang hakiki identik
dengan kebenaran. Apabila manusia berlaku adil dengan semua makhluk hidup di alam ini,
maka disinilah letak kebenaran norma moral yang baik karena manusia hidup tidak hanya
untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam
suatu sistem yang disebut Dinul Islam.

Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat dipahami,
bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2 (dua).
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah,
bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat
Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana
sebenarnya paradigma islam itu dalam menyikapi Ilmu pengetahuan, Teknologi dan seni
tersebut. Selain itu, para pembaca juga diharapkan mampu memahami bagaimana integrasi
Imtaq (Iman dan Taqwa) dalam Iptek dan seni tersebut. Karena semakin berkembangnya
zaman, keberadaan Iptek dan seni sangat berpengaruh terhadap kepribadian hidup manusia.
Untuk itu diperlukan pegangan yang berfungsi sebagai pengendali akan adanya
perubahan-perubahan tersebut. Akan tetapi makalah kami masih jauh dari sempurna

23
sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah
kami berikutnya yang lebih baik. Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan berpegang
teguh dalam ajaran islam, kita harus meluruskan niat kita dalam mencari ilmu dan
mengamalkannya nanti agar kita tidak salah menggunakan ilmu kita bagi keburukan.

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat dipahami,
bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua,
menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Dari uraian di atas dapat
ditegaskan bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk menemukan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Dalam hal pengembangan Iptek,
umat Islam dapat mempelajarinya dari orang-orang no-Islam, disamping juga dapat
mengembangkan Iptek dari spirit ajaran Islam sendiri. Oleh karena produk keilmuan yang
datang dari orang-orang non-Islam -secara umum- bersifat sekularistik, maka setelah
dipelajari, sebelum diadopsi dan diterapkan di dunia Islam, penting untuk terlebih dahulu
diberikan nilai-nilai keislaman, agar tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran hukum Islam.

Ajaran hukum Islam secara normatif dan empirik sangat memuliakan orang-orang
yang beriman dan berilmu dengan beberapa derajat. Dalam ajaran hukum Islam, ditegaskan
bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang
berilmu jelas lebih baik dan lebih utama daripada orang yang tidak berilmu. Dengan
demikian, pengembagan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ragam modelnya (misal
dengan bahasa Islamisasi Iptek) sangat dianjurkan oleh ajaran hukum Islam.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatulloh, Deden Syarif. 2019. Islam Pedoman Hidup dan Kehidupan. Bandung:
Edwrite Publishing.

Wahana, Mag.Hum. Drs. Paulus. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka
Diamond.

Dadang, Amiruddin, dan Eddyman. 2018. Wawasan Ipteks. 176 Halaman. Erlangga.

Mu’adz, Puspita Handayani, Anita Puji Astutik, dan Supriyadi. 2016. Islam dan Ilmu
Pengetahuan. Sidoarjo: UMSIDA PRESS.

Taufik,Sudarno Shobron, dan Mutohharun Jinan. 2016. Islam dan Ipteks. Surakarta. Hal
46-49.https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/10787/E-book%20Islam%2
0dan%20ipteks.pdf?sequence=3

Zahroh, L. (2015). Integrasi iman dan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam (kajian QS
Al Mujadalah ayat 11, QS Al-Taubah ayat 122, dan QS Al-Isra ayat 36) (Doctoral
dissertation, UIN Walisongo).

Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Al-Ulum,


13(1), 25- 38.

Hasibuan, N. (2014). Peran Islam dalam perkembangan teknologi pendidikan.


LOGARITMA: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan dan Sains, 2(1), 108-126.

25

Anda mungkin juga menyukai