𝑟̅ = 𝑥𝑖 + 𝑦𝑗 + 𝑧𝑘
Hubungan Antara Posisi,
1. Vektor Perpindahan Kecepatan, dan Percepatan
Jika suatu benda berpindah dari posisi 𝑟1 ke 𝑟𝟐
a. Hubungan antara persamaan kecepatan sesaat
maka vektor perpindahannya dapat dituliskan
dan percepatan sesaat dari persamaan posisi
sebagai berikut:
Misalnya, suatu persamaan posisi di sumbu-x adalah:
̅̅̅
∆𝑟 = 𝑟̅𝟐 − 𝑟̅𝟏 𝑥 = 𝑎𝑡 𝑛 + 𝑏𝑡 + 𝑐 dengan 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 adalah konstanta,
̅̅̅ = (𝑥2 − 𝑥1 )𝑖 + (𝑦2 − 𝑦1 )𝑗 + (𝑧2 − 𝑧1 )𝑘
∆𝑟 𝑡 adalah variabel waktu, dan 𝑛 adalah nilai pangkat.
Maka kecepatan sesaat pada sumbu-x adalah:
2. Besar Perpindahan
𝑑𝑥
𝑣𝑥 = = 𝑎𝑛𝑡 𝑛−1 + 𝑏
2
|∆𝑟| = √∆𝑥 + ∆𝑦 + ∆𝑧 2 2 𝑑𝑡
Sedangkan percepatan sesaatnya:
|∆𝑟| = √(𝑥2 − 𝑥1 )2 + (𝑦2 − 𝑦1 )2 + (𝑧2 − 𝑧1 )2
𝑑2 𝑥
𝑎𝑥 = = 𝑎𝑛(𝑛 − 1)𝑡 𝑛−2
b. Vektor Kecepatan 𝑑𝑡 2
Keterangan:
𝑣̅ = 𝑣𝑥 𝑖 + 𝑣𝑦 𝑗 + 𝑣𝑧 𝑘
dx
▪ dibaca “turunan persamaan posisi 𝑥 terhadap
1. Besar (nilai) kecepatan dt
waktu 𝑡”.
|𝑣̅ | = √𝑣𝑥 2 + 𝑣𝑦 2 + 𝑣𝑧 2
d 2x
▪ dibaca “turunan kedua dari persamaan
2. Kecepatan rata-rata dt 2
̅̅̅ posisi 𝑥 terhadap waktu 𝑡”.
∆𝑟 𝑟̅𝟐 − 𝑟̅𝟏
𝑣̅ = =
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1 b. Menentukan kecepatan dan posisi dari
̅∆𝑥
̅̅̅ ̅̅̅
𝑥𝟐 − ̅̅̅
𝑥𝟏 persamaan percepatan
𝑣𝑥 =
̅̅̅ =
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1 Misalanya diketahui persamaan percepatan pada
sumbu-x: 𝑎𝑥 = 𝑝𝑡 + 𝑞 dengan 𝑝 dan 𝑞 adalah
b. Vektor Percepatan konstanta dan t variable, maka persamaan kecepatan
𝑎̅ = 𝑎𝑥 𝑖 + 𝑎𝑦 𝑗 + 𝑎𝑧 𝑘 pada sumbu-x adalah :
1. Besar (nilai) percepatan 𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 + ∫ 𝑎𝑥 𝑑𝑡
|𝑎̅| = √𝑎𝑥 2 + 𝑎𝑦 2 + 𝑎𝑧 2 dan persamaan posisinya pada sumbu-x adalah:
2. Percepatan rata-rata 𝑥 = 𝑥0 + ∫ 𝑣𝑥 𝑑𝑡
̅̅
∆𝑣̅̅ ̅̅̅
𝑣𝟐 − ̅̅̅
𝑣𝟏
𝑎̅ = = Keterangan:
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1 ▪ 𝑣0𝑥 : kecepatan mula-mula di sumbu-x
̅̅̅̅̅𝑥 ̅̅̅̅̅
∆𝑣 𝑣𝒙𝟐 − ̅̅̅̅̅
𝑣𝒙𝟏
𝑎𝑥 =
̅̅̅ = ▪ 𝑥0 : posisi mula-mula di sumbu-x
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1 ▪ ∫ 𝑎𝑥 dibaca “integral dari persamaan 𝑎𝑥 terhadap
Keterangan: waktu 𝑡.
𝑥 : nilai vektor posisi 𝑟 di sumbu-x ▪ ∫ 𝑣𝑥 dibaca “integral dari persamaan 𝑣𝑥 terhadap
𝑦 : nilai vektor posisi 𝑟 di sumbu-y waktu 𝑡.
Dinamika Gerak Lurus Keterangan:
𝑣𝑥 : kecepatan sesaat pada sumbu-x (m/s)
a. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
𝑥 : jarak tempuh sesaat pada sumbu-x (m)
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda mengikut
▪ Pada saat jarak horizontal terjauh (𝑥𝑚𝑎𝑥 ):
lintasan lurus dengan kecepatan tetap per satuan
2𝑣0 sin 𝛼
waktu. Karena kecepatannya tetap maka nilai 𝑡𝑥𝑚𝑎𝑥 =
𝑔
percepatan benda adalah nol. (𝑣 = tetap dan 𝑎 = 0).
Rumus jarak: 𝑣0 2 sin 2𝛼
𝑥𝑚𝑎𝑥 =
𝑠 =𝑣∙𝑡 𝑔
Konsep Gaya
Gaya adalah kekuatan yang dapat menimbulkan
perubahan pada benda. Misalnya, perubahan posisi
atau perubahan bentuk. Pada gambar tersebut ketika benda dikenakan gaya
a. Gaya Berat (𝒘) sebesar 𝐹 maka akan timbul gaya gesek sebesar 𝑓.
Gaya berat adalah gaya yang timbul karena gaya tarik Sehingga ada dua keadaan yang terjadi pada benda,
bumi terhadap benda. yaitu:
Rumus: 1. Benda tetap diam
𝑤 = 𝑚𝑔 Benda akan tetap diam, jika gaya 𝐹 yang kita
berikan masih kurang atau sama dengan gaya
Keterangan:
gesek statis maksimumnya (𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 ).
𝑤 : berat benda (N)
𝐹 ≤ 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑊 = 𝑭 ∙ 𝒔 = 𝐹𝑠 cos 𝛼
𝐹 ≤ 𝜇𝑠 𝑁
Keterangan:
Jadi, besarnya gaya gesek (𝑓) adalah sama dengan 𝑊 : usaha (joule)
gaya yang yang diberikan pada benda, yaitu 𝐹.
𝐹 : Gaya yang bekerja pada benda (N)
𝐹=𝑓
𝑠 : perpindahan benda (m)
2. Benda bergerak
𝛼 : Sudut antara 𝐹 dan 𝑠 (derajat atau radian)
Benda akan bergerak, jika gaya 𝐹 yang kita berikan
▪ Jika 𝛼 = 0°, maka 𝑊 = 𝐹𝑠
bernilai lebih besar dari gaya gesek statis
maksimumnya (𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 ). ▪ Jika 𝛼 = 90°, maka 𝑊 = 0
𝐹 > 𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 ▪ Jika 𝛼 = 180°, maka 𝑊 = −𝐹𝑠
𝐹 > 𝜇𝑠 𝑁 Jika pada benda dikenakan beberapa gaya sekaligus,
Jadi, besarnya gaya gesek (𝑓) pada benda adalah maka usaha totalnya:
gaya gesek kinetis, rumusnya: 𝑊 = Σ𝐹. 𝑠
𝑓 = 𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁 dimana Σ𝐹 = jumlah gaya-gaya yang bekerja pada
Keterangan: benda.
𝑓 : gaya gesek (N) a. Usaha sebagai perubahan Energi Kinetik
𝑓𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠 : gaya gesek statis maksimum (N)
Jika benda bergerak mengalami perubahan kecepatan
𝑓𝑘 : gaya gesek kinetis (N)
𝜇𝑠 : koefisien gesekan statis maka timbul usaha yang besarnya sama dengan
𝜇𝑘 : koefisien gesekan kinetis perubahan energi kinetiknya.
𝑁 : gaya normal (N)
Energi
a. Energi Kinetik (𝑬𝒌 )
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda 𝑊 = ∆𝐸𝑘 = 𝐸𝑘2 − 𝐸𝑘1
yang sedang bergerak. 𝑊 = ∆𝐸𝑘 = 𝐸𝑘2 − 𝐸𝑘1
Rumus: 1
𝐹𝑠 = 𝑚(𝑣2 2 − 𝑣1 2 )
1 2
𝐸𝑘 = 𝑚𝑣 2
2
b. Usaha Sebagai Perubahan Energi Potensial
Keterangan:
Jika benda mengalami perubahan posisi ketnggiannya
𝐸𝑘 : energi kinetik (joule)
dari suatu ttk acuan maka tmbul usaha yang besarnya
𝑚 : massa benda (kg)
sama dengan perubahan energi potensialnya.
𝑣 : kecepatan benda (m/s)
𝑊 = ∆𝐸𝑝 = 𝐸𝑝2 − 𝐸𝑝1
b. Energi Potensial (𝑬𝒑 ) 𝐹𝑠 = 𝑚𝑔(ℎ2 − ℎ1 )
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki
benda karena posisinya terhadap titik acuan tertentu. c. Usaha Sebagai Perubahan Energi Mekanik
Rumus: Energi mekanik (𝐸𝑚) adalah energi total yang dimiliki
𝐸𝑝 = 𝑚𝑔ℎ benda, yaitu energi potensial ditambah dengan energi
kinetik.
Keterangan:
𝐸𝑝 : energi potensial (joule) 𝐸𝑚 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘
1
𝑔 : percepatan gravitasi bumi (10 m/s2) 𝐸𝑚 = 𝑚𝑔ℎ + 𝑚𝑣 2
2
ℎ : ketinggian benda relatif terhadap acuan (m)
Jika suatu benda naik atau turun dari permukaan yang
Usaha kasar sehingga kecepatan dan ketinggiannya berubah
(seperti gambar berikut), maka usaha yang dilakukan
Usaha yang dilakukan oleh gaya tetap F sama dengan
benda sama dengan perubahan energi mekanik.
hasil kali titik (dot product) antara gaya dan
perpindahan s. Secara matematis:
Karena 𝑊 = 𝐹. 𝑠, maka rumus tersebut bisa menjadi:
𝐹. 𝑠
𝑃= = 𝐹. 𝑣
𝑡
Keterangan:
𝑃 : Daya (W atau watt)
𝑊 : Usaha (J)
Rumus: 𝑡 : Waktu (s)
𝑊 = ∆𝐸𝑝 + ∆𝐸𝑘 𝐹 : gaya (N)
1 𝑣 : kecepatan (m/s)
𝑓𝑠 = 𝑚𝑔(ℎ2 − ℎ1 ) + 𝑚(𝑣2 2 − 𝑣1 2 )
2
Keterangan:
𝑓 : gaya gesek (N)
∆𝐸𝑝 : perubahan energi potensial (J)
∆𝐸𝑘 : perubahan energi kinetik (J)
Daya (𝑷)
Daya didefinisikan sebagai kecepatan melakukan
usaha atau kemampuan untuk melakukan usaha tiap
satuan waktu.
Rumus:
𝑊
𝑃=
𝑡
4
Momentum, Impuls, dan Tumbukan
3. Koefisien restitusi (𝑒) bernilai 1
Momentum −∆𝑣′ −(𝑣2′ − 𝑣1 ′)
𝑒= =
Momentum adalah hasil kali antara massa benda ∆𝑣 𝑣2 − 𝑣1
yang bergerak dan kecepatan geraknya. Momentum
Keterangan:
termasuk dalam besaran vektor yang arahnya sama
𝑚 : massa benda (kg)
dengan arah gerak benda.
𝑣1 : kecepatan benda pertama sebelum tumbukan (m/s)
Rumus:
𝑣2 : kecepatan benda kedua sebelum tumbukan (m/s)
𝑝 = 𝑚. 𝑣 𝑣1 ′ : kecepatan benda pertama setelah tumbukan (m/s)
Keterangan: 𝑣2 ′ : kecepatan benda kedua setelah tumbukan (m/s)
𝑝 : momentum (kg m/s)
b. Tumbukan Lenting Sebagian
𝑚 : massa (kg)
Pada tumbukan lenting sebagian ada sebagian energi
𝑣 : kecepatan (m/s)
kinetik berubah menjadi bentuk energi lain sehingga
energi kinetik total setelah tumbukan menjadi lebih
Impuls
kecil daripada energi kinetik total sebelum tumbukan.
Impuls adalah perubahan momentum sebuah benda Pada tumbukan lenting sebagian berlaku:
atau hasil kali gaya yang bekerja pada suatu benda 1. Hukum kekekalan momentum
dan lamanya gaya itu bekerja.
∑𝑝𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = ∑𝑝𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
Rumus:
𝑝1 + 𝑝2 = 𝑝1 ′ + 𝑝2 ′
𝐼 = ∆𝑝 = ∫ 𝐹𝑑𝑡 𝑚1 𝑣1 + 𝑚1 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ′ + 𝑚1 𝑣2 ′
Keterangan:
2. Koefisien restitusi (𝑒) bernilai lebih dari nol dan
𝐼 : Impuls (Ns)
kurang dari 1 (0 < 𝑒 < 1)
∆𝑝 : perubahan momentum (𝑝2 − 𝑝1 )
𝐹 : gaya (N) c. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
𝑡 : waktu (s) Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, energi
kinetik setelah tumbukan lebih kecil daripada energi
Tumbukan kinetik sebelum tumbukan. setelah tumbukan, kedua
a. Tumbukan Lenting Sempurna benda bergerak bersama-sama (menempel).
Pada tumbukan lenting sempurna tidak terjadi Pada tumbukan tidak lenting sama sekali berlaku:
perubahan bentuk energi. Setelah tumbukan kedua 1. Hukum kekekalan momentum
benda berpisah. Pada tumbukan lenting sempurna ∑𝑝𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = ∑𝑝𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
berlaku: 𝑝1 + 𝑝2 = 𝑝1 ′ + 𝑝2 ′
1. Hukum Kekekalan Energi Kinetik 𝑚1 𝑣1 + 𝑚1 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ′ + 𝑚1 𝑣2 ′
∑𝐸𝑘𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = ∑𝐸𝑘𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 2. Koefisien restitusi bernilai lebih nol (𝑒 = 0)
1 1 1 1
𝑚𝑣1 2 + 𝑚𝑣2 2 = 𝑚𝑣1 ′2 + 𝑚𝑣2 ′2 Sehingga: 𝑣1′ = 𝑣2 ′
2 2 2 2
Keterangan:
𝑚 : massa benda (kg)
𝑅 : Jari-jari benda (m)
𝐿 : panjang batang (m)
𝐼 = ∑𝑀𝑅 2
𝐼 = 𝑀1 𝑅1 2 + 𝑀2 𝑅2 2 + 𝑀3 𝑅3 2 + ⋯ c. Momen Inersia batang silinder yang diputar pada
jarak 𝒅 dari pusat massa
Keterangan:
𝐼 : momen inersia (kg.m2)
𝑀1 : massa benda 1 (kg)
𝑅1 : jarak pusat massa benda 1 dengan poros
putar (m)
b. Momen Inersia Benda Tegar 1
𝐼= 𝑚𝐿2 + 𝑀𝑑2
No. Benda Keterangan Rumus Inersia 12
Batang silinder, 1
3 poros melalui titik 𝐼= 𝑚𝐿2
tengah 12
Batang silinder, 1
4 poros melalui 𝐼 = 𝑚𝐿2
ujung 3 𝜏𝑐 = 𝐹. 𝑟
Silinder pejal, 1
5 poros melalui 𝐼 = 𝑚𝑅 2
pusat 2
Silinder tebal
1
6 berongga, poros 𝐼 = 𝑚(𝑅1 2 + 𝑅2 2 )
2
melalui pusat 𝜏𝑐 = 𝐹 sin 𝜃 . 𝑟
Keterangan: Keterangan:
𝜏𝑐 : torsi (momen gaya) di titik C (Nm) 𝑎 : percepatan sistem (m/s2)
𝐹 : gaya (N) 𝑀 : massa katrol (kg)
𝑟 : jarak gaya F dari titik C (m) 𝑔 : percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Jika ada beberapa gaya yang bekerja pada benda, 𝜇𝑘 : koefisien gesekan kinetis
maka besarnya torsi total adalah jumlah aljabar dari
masing-masing torsi. Energi Kinetik
∑𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 + ⋯ a. Energi kinetik translasi (gerak lurus)
∑𝜏 = 𝐹1 . 𝑟1 + 𝐹2 . 𝑟2 + 𝐹3 . 𝑟3 + ⋯ 1
𝐸𝑘 𝑇 = 𝑚𝑣 2
2
Hukum II Newton pada Gerak
b. Energi kinetik rotasi
Rotasi 1
𝐸𝑘𝑅 = 𝐼𝜔2
Jika percepatan anguler bernilai konstan (𝛼 = konstan) 2
maka berlaku hukum II Newton.
c. Energi kinetik total benda menggelinding
𝜏 = 𝐼. 𝛼 Yang dimaksud benda menggelinding adalah benda
Pada hukum II Newton berlaku rumus-rumus gerak yang melakukan dua gerak sekaligus, yaitu gerak
melingkar berubah beraturan (GMBB). translasi (gerak lurus) dan gerak rotasi.
Keterangan: Jadi, energi total yang dimiliki benda menggelinding
𝜏 : torsi (momen gaya) (Nm) adalah energi kinetik translasi dan energi kinetk
𝐼 : momen inersia (kg.m2) rotasi.
𝛼 : percepatan anguler (rad/s2)
(𝑚2 − 𝜇𝑘 𝑚1 )𝑔
𝑎=
1
𝑚1 + 𝑚2 + 2 𝑀
2𝑔ℎ
𝑣=√
(𝑚2 − 𝑚1 )𝑔 1+𝑘
𝑎=
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑀
𝑘 : konstanta inersia (koefisien dari 𝑚𝑅 2)
Usaha Gerak Rotasi 𝜔2 : kecepatan anguler benda 2 sebelum tumbukan
(rad/s)
𝑊 = 𝜏. 𝜃 𝜔1 ′ : kecepatan anguler benda 1 setelah tumbukan
Keterangan: (rad/s)
𝑊 : usaha (J) 𝜔2 ′ : kecepatan anguler benda 2 setelah tumbukan
𝜏 : torsi (momen gaya) (Nm) (rad/s)
𝜃 : sudut yang disapu benda (rad)
Hukum Kekekalan Momentum
Momentum Anguler Anguler untuk Benda yang Berputar
Momentum anguler dirumuskan dengan: dengan Mengubah Jari-jari
𝐿 = 𝐼. 𝜔
𝑅 2
𝜔′ = ( ) 𝜔
Keterangan: 𝑅′
𝐿 : momentum anguler (kg m2/s) Keterangan:
𝐼 : momen inersia benda (kg.m2) 𝜔′ : kecepatan sudut akhir (rad/s)
𝜔 : kecepatan anguler atau kecepatan sudut (rad/s) 𝑅′ : jari-jari akhir (m)
𝐿𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐿𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐼1 . 𝜔1 + 𝐼2 . 𝜔2 = 𝐼1 . 𝜔1 ′ + 𝐼2 . 𝜔2 ′
Keterangan:
𝐼1 : momen inersia benda 2 (kg.m2)
𝐼2 : momen inersia benda 2 (kg.m2)
𝜔1 : kecepatan anguler benda 1 sebelum tumbukan
(rad/s)
6
Fluida
Fluida adalah semua zat yang dapat mengalir.
Contohnya: zat cair (air, minyak) dan gas. Dalam bab
ini akan dipelajari tentang fluida statis dan fluida 𝑃ℎ = 𝜌. 𝑔. ℎ
dinamis.
Keterangan:
𝑁 : gaya normal (N)
Penerapan hukum Archimedes antara lain adalah
kapal laut, kapal selam, galangan kapal, jembatan
fonton, galangan kapal, balon udara, dan hydrometer.
Rumus: Berat Semu/Berat Benda di Dalam Fluida
𝐹𝑎 = 𝜌𝑓 . 𝑔. 𝑉𝑐 Berat semu benda di dalam fluida adalah selisih
Keterangan: antara berat benda di udara dengan gaya angkat yang
𝐹𝑎 : gaya ke atas/gaya apung/gaya archimedes (N) terjadi pada benda.
𝜌𝑓 : massa jenis fluida (kg/m3) 𝑊𝑓 = 𝑊𝑢 − 𝐹𝑎
𝑉𝑐 : volume zat cair yang dipindahkan atau volume Keterangan:
benda yang tercelup di dalam zat cair (m3) 𝐹𝑎 : gaya ke atas/gaya apung/gaya archimedes (N)
Akibat gaya tekan ke atas ini, benda memiliki tiga 𝑊𝑓 : berat semu benda (N)
posisi jika dimasukkan ke dalam suatu zat cair, yaitu: 𝑊𝑢 : berat benda di udara (N)
1. Terapung
Ciri-ciri benda terapung, yaitu: Tegangan Permukaan Zat Cair
▪ Massa jenis benda lebih kecil dibandingkan Tegangan permukaan zat cair adalah
dengan massa jenis zat cair (𝜌 benda < 𝜌 zat cair). kecenderungan zat cair untuk meregang (menjadi
▪ Berat benda sama dengan gaya archimedes tegang) sehingga permukaannya sepert ditutupi oleh
(𝑊𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 𝐹𝑎 ). suatu lapisan elastis.
Tegangan permukaan ini yang mengakibatkan
𝐹𝑎 = 𝑊𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 serangga tertentu, sepert nyamuk atau laba-laba
𝑉𝑐 2 dapat berjalan di atas air dan jarum atau silet dapat
𝜌𝑏 = ( ) 𝜌𝑓
𝑉𝑏 mengapung di permukaan air.
𝐹 𝑟 : jari-jari (m)
𝛾=
𝑑 𝜂 : viskositas fluida (N.s/m2)
Jika permukaan benda yang bersentuhan ada pada 2 𝑣 : kecepatan fluida (m/s)
sisinya, sepert kawat atau jarum maka 𝑑 = 2𝐿. Jika sebuah kelereng dicelupkan ke dalam fluida
Keterangan: kental maka terdapat gaya apung (𝐹𝑎 ) dan gaya
𝐿 : panjang kawat atau jarum (m) stokes (𝐹𝑠 ) yang melawan gaya beratnya (𝑊).
𝐹 : gaya yang bekerja pada permukaan zat cair (N) c. Kecepatan Terminal
a. Kapilaritas Kecepatan terminal adalah kecepatan maksimum
▪ Kapilaritas adalah peristiwa naik turunnya fluida tetap yang dapat dimiliki oleh suatu benda yang
yang berada di dalam pipa kapiler (pipa dengan berada pada fluida kental.
diameter yang sangat kecil). Jika bendanya adalah sebuah bola pejal maka
▪ Kohesi adalah gaya tarik-menarik antarmolekul kecepatan terminalnya dirumuskan:
sejenis. 2. 𝑟 2 . 𝑔
𝑣𝑇 = (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
▪ Adhesi adalah gaya tarik-menarik antarmolekul tak 9. 𝜂
sejenis.
Keterangan:
𝑣𝑇 : kecepatan terminal (m/s)
𝑟 : jari-jari bola (m)
𝜂 : koefsien viskositas (kg/ms)
𝜌𝑏 : massa jenis benda (kg/m3)
𝜌𝑓 : massa jenis fluida (kg/m3)
▪ Air memiliki gaya adesif lebih besar daripada gaya
kohesifnya. Akibatnya, permukaan air akan naik Fluida Dinamis
jika berada pada pipa kapiler.
Fluida dinamis adalah fluida yang mengalir (bergerak).
▪ Berbeda dengan air, raksa memiliki gaya kohesif
lebih besar daripada gaya adesifnya. Akibatnya, a. Debit fluida (laju air)
permukaan raksa akan turun jika berada pada pipa Debit fluida adalah volume fluida yang mengalir
kapiler. setiap detik.
Ketinggian/kedalaman fluida pada pipa kapiler Debit fluida dirumuskan:
dirumuskan: 𝑉
𝑄 = = 𝐴. 𝑣
2. 𝛾. cos 𝜃 𝑡
𝑦=
𝜌𝑓 . 𝑔. 𝑟 Keterangan:
Keterangan: 𝑄 : debit fluida (m3/s)
𝑦 : ketinggian fluida pada pipa kapiler (m) 𝑉 : volume fluida (m3)
𝛾 : tegangan permukaan (N/m) 𝑡 : selang waktu (s)
𝜃 : sudut kontak 𝐴 : luas permukaan (m2)
𝜌𝑓 : massa jenis fluida (kg/m3) 𝑣 : kecepatan fluida (m/s)
𝑔 : percepaan gravitasi bumi (10 m/s2) b. Persamaan kontinuitas
𝑟 : jari-jari pipa kapiler (m)
b. Gaya Gesekan Fluida (Gaya Stokes)
Gaya stokes adalah gaya gesekan pada fluida akibat
kekentalan zat tersebut. Semakin kental fluida maka Jika dianggap tidak terdapat gesekan pada pipa maka
semakin besar gaya stokes yang dihasilkan. debit fluida yang mengalir pada pipa akan tetap.
Rumus:
𝑄1 = 𝑄1 = 𝑄1 = ⋯ = konstan
𝐹𝑠 = 6𝜋. 𝑟. 𝜂. 𝑣
atau
Keterangan:
𝐴1 . 𝑣1 = 𝐴2 . 𝑣2 = 𝐴3 . 𝑣3 = ⋯ = konstan
𝐹𝑠 : gaya stokes/gaya gesek fluida (N)
c. Asas Bernoulli 2. Venturimeter
Asas Bernoulli menyatakan bahwa: Venturimeter adalah alat untuk mengukur kecepatan
Pada pipa mendatar, tekanan fluida paling besar gerak fluida cair.
terdapat pada bagian yang kelajuan alirannya paling Dengan alat venturimeter dapat dengan mudah kita
kecil. Sebaliknya, tekanan fluida paling kecil terdapat
ketahui perbedaan tekanan antara pipa penampang 1
pada bagian yang kelajuan alirannya paling besar.
dan 2, yaitu:
𝑃1 − 𝑃2 = 𝜌𝑔ℎ
1
𝑃1 − 𝑃2 = 𝜌(𝑣2 2 − 𝑣1 2 )
2
Menurut asas Bernoulli, kecepatan fluida pada
penampang 1 lebih kecil daripada kecepatan fluida Untuk mencari kecepatan 𝑣1 dan 𝑣2 dapat digunakan
pada penampang 2 (𝑣1 < 𝑣2 ) maka tekanan rumus:
penampang 1 lebih besar daripada tekanan
2𝑔ℎ
penampang 2 (𝑃1 > 𝑃2 ). 𝑣1 =
√ 𝐴1 2
d. Persamaan Bernoulli (𝐴 ) − 1
2
2𝑔ℎ
𝑣2 =
√ 𝐴 2
1 − (𝐴2 )
1
1
𝑃 + 𝜌𝑣 2 + 𝜌𝑔ℎ = konstan
2
atau Kecepatan aliran udara di atas sayap (𝑣1 ) lebih besar
1 1 daripada kecepatan aliran udara di bawah sayap (𝑣2 ).
𝑃1 + 𝜌1 𝑣1 2 + 𝜌1 𝑔ℎ1 = 𝑃2 + 𝜌2 𝑣2 2 + 𝜌2 𝑔ℎ2
2 2 Akibatnya, tekanan udara di bawah sayap (𝑃2 ) lebih
Keterangan: besar daripada tekanan udara di atas sayap (𝑃1 ).
𝑃 : tekanan (Pa) 𝑣1 > 𝑣2 , akibatnya 𝑃1 < 𝑃2
ℎ : ketinggian (m) Perbedaan tekanan ini menghasilkan gaya angkat
𝜌 : massa jenis fluida (kg/m3) pesawat sebesar:
𝑣 : kecepatan fluida (m/s) 𝐹2 − 𝐹1 = (𝑃2 − 𝑃1 )𝐴
Penerapan Persamaan Bernoulli atau
1. Tabung bocor 1
𝐹2 − 𝐹1 = 𝜌(𝑣1 2 − 𝑣2 2 )𝐴
Jika sebuah tabung yang berlubang berisi air maka 2
kecepatan air keluar dari tabung dan jarak jatuhnya Jadi, agar pesawat dapat terangkat, gaya angkat
dari kaki tabung adalah: pesawat harus lebih besar daripada berat pesawat
(𝐹2 − 𝐹1 > 𝑚𝑔).
𝑣 = √2𝑔ℎ1 Keterangan:
𝑃2 − 𝑃1 : perbedaan tekanan (N/m2)
𝑥 = 2√ℎ1 . ℎ2
𝜌 : massa jenis udara (kg/m3)
𝑣1 2 − 𝑣2 2 : perbedaan kecepatan fluida (m/s)
Keterangan: 𝐴 : luas permukaan sayap pesawat (m2)
𝑔 : percepatan gravitasi (m/s2)
ℎ1 : jarak lubang dari permukaan air (m)
ℎ2 : jarak lubang dari dasar bejana (m)
7
Suhu dan Kalor
Keterangan:
Suhu
∆𝑙 : pertambahan panjang (meter)
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya 𝑙0 : panjang mula-mula (meter)
suatu benda. Untuk mengukur besarnya suhu 𝑙𝑡 : panjang akhir (meter)
digunakan alat yang dinamakan termometer. 𝛼 : koefsien muai panjang (/℃)
∆𝑇 : perubahan suhu (℃)
a. Konversi Satuan Termometer
𝑇0 : suhu awal (℃)
𝑇𝑡 : suhu akhir (℃)
2. Pemuaian luas
∆𝐴 = 𝐴0 𝛽∆𝑇
atau
Kalor
𝐶 𝑅 𝐹 − 32 𝐾 − 273 Kalor adalah nama lain untuk energi panas.
= = =
100 80 180 100 Penambahan kalor kepada suatu benda dapat:
1. menaikkan suhunya.
c. Pemuaian
2. mengubah wujudnya.
Pemuaian adalah peristwa bertambahnya panjang,
luas, atau volume suatu benda sebagai akibat dari a. Kalor untuk Mengubah Suhu Zat
suhunya naik. Suatu benda dapat berubah suhunya apabila benda
1. Pemuaian panjang tersebut menyerap atau melepas kalor. Jika benda
menyerap kalor maka suhunya akan naik, sebaliknya
∆𝑙 = 𝑙0 𝛼∆𝑇
jika benda melepas kalor maka suhunya akan turun.
atau Rumus:
𝑙𝑡 − 𝑙0 = 𝑙0 𝛼(𝑇𝑡 − 𝑇0 ) 𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇
Keterangan: Asas Black dikemukakan oleh seorang fsikawan
𝑄 : kalor (joule atau kalori) Skotlandia bernama Joseph Black. Asas ini berbunyi:
𝑚 : massa benda (kg) Jika dua zat atau lebih saling berhubungan satu
𝑐 : kalor jenis (J/kg℃ atau kal/gr℃) sama lain maka zat yang bersuhu tinggi akan
𝛾 : koefsien muai volume (/℃) ⟹ 𝛾 = 3𝛼 mengalirkan kalor kepada zat yang bersuhu lebih
∆𝑇 : perubahan suhu, yaitu suhu tnggi dikurangi rendah hingga tercipta kesetimbangan suhu.
suhu rendah (𝑇2 − 𝑇1 ) (℃) Dengan kata lain, dapat disimpulkan:
Kalor jenis air: 𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑐𝑎𝑖𝑟 = 4.200 J/kg℃ = 1 kal/gr℃
Keterangan:
b. Kalor untuk Mengubah Wujud Zat
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 : Kalor yang dilepas oleh suatu zat yag
Wujud suatu zat dapat berupa padat, cair, dan gas.
memiliki suhu lebih tinggi.
Wujud zat dapat berubah dari padat menjadi cair, cair
𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 : kalor yang diserap oleh suatu zat yang
menjadi gas, atau padat menjadi gas apabila zat
memiliki suhu lebih rendah.
menyerap kalor dan sebaliknya.
1. Kalor Uap (Mendidih) Perpindahan Kalor
Penguapan adalah peristiwa perubahan wujud zat
a. Konduksi
dari fase cair menjadi fase gas. Contoh: pemanasan
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat
pada air secara terus-menerus membuat air menguap
perantara tanpa disertai perpindahan zat perantaranya.
menjadi uap air (gas).
Contoh: Besi yang dipanaskan di salah satu ujungnya
Rumus:
maka ujung besi lainnya juga akan terasa panas
𝑄 = 𝑚. 𝑈 (terjadi perambatan kalor).
Keterangan: Rumus:
𝑄 : energi kalor (J atau kal) 𝑘. 𝐴. ∆𝑇
𝑃=
𝑚 : massa benda (kg atau g) 𝐿
𝑈 : kalor didih atau kalor uap (J/kg) Keterangan:
2. Kalor Lebur (Membeku) 𝑃 : daya (W atau watt)
Kalor lebur dan kalor beku menyebabkan terjadinya 𝑘 : konduktivitas termal bahan (W/m℃)
perubahan wujud suatu zat yang tidak disertai 𝐴 : luas penampang (𝜋𝑟 2 ) (m2)
perubahan suhu karena kalor yang diserap atau ∆𝑇 : perubahan suhu (℃)
dilepas digunakan untuk mengubah wujud zat. 𝐿 : panjang penghantar (m)
Rumus: b. Konveksi
𝑄 = 𝑚. 𝐿 Konveksi adalah perpindahan kalor melalui zat
perantara dengan disertai perpindahan zat perantaranya.
Keterangan: Contoh: Proses pemanasan air.
𝑄 : energi kalor (J atau kal)
𝑃 = ℎ. 𝐴. ∆𝑇
𝑚 : massa benda (kg atau g)
𝐿 : kalor lebur atau kalor beku (J/kg) Keterangan:
𝑃 : daya (W atau watt)
c. Asas Black ℎ : konveksivitas termal bahan (W/m2℃)
Pada zat yang memiliki suhu tinggi, jika dicampur 𝐴 : luas permukaan (m2)
dengan benda yang memiliki suhu yang lebih rendah ∆𝑇 : perubahan suhu (℃)
maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda
c. Radiasi
bersuhu tnggi ke benda bersuhu rendah sehingga
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat
kedua benda akan memiliki suhu akhir yang sama.
perantara. Contoh: Pancaran panas matahari sampai
Pernyataan tersebut sesuai dengan asas Black.
ke bumi.
𝑃 = 𝑒. 𝐴. 𝜎. 𝑇 4
Keterangan:
𝑃 : laju energi kalor radiasi (W atau watt)
𝑒 : emisivitas (𝑒 = 1 untuk benda hitam sempurna)
𝐴 : luas permukaan benda (m2)
𝜎 : tetapan Stefan-Boltzman (5,67 × 10−8 𝑊/𝑚2 𝐾)
𝑇 : suhu (K atau kelvin)
8
Teori Kinetik Gas dan Termodinamika
𝑃1 . 𝑉1 𝑃2 . 𝑉2
Teori Kinetik Gas =
𝑇1 𝑇2
Teori kinetk adalah suatu konsep yang menyatakan
Keterangan:
bahwa materi tersusun atas atom-atom yang terus-
𝑃1 : tekanan awal
menerus bergerak. Teori kinetik dalam bab ini
𝑉1 : volume awal
dibatasi pada materi berwujud gas.
𝑇1 : suhu awal
a. Rumus Mol 𝑃2 : tekanan akhir
Mol dirumuskan dengan: 𝑉2 : volume akhir
𝑚 𝑁 𝑇2 : suhu akhir
𝑛= =
𝑀𝑟 𝑁𝐴
d. Energi Kinetik Gas Rata-rata
Keterangan: Energi kinetik gas adalah energi kinetik yang dimiliki
𝑛 : jumlah mol oleh satu buah molekul gas karena memiliki suhu
𝑚 : massa (gram) tertentu. Energi kinetik gas berbanding lurus dengan
𝑀𝑟 : massa molekul relatif (gram/mol) suhu mutlak, semakin besar suhu maka semakin besar
𝑁 : jumlah molekul pula energi kinetiknya.
𝑁𝐴 : bilangan Avogadro (6,02 × 10−23 molekul/mol) 1. Pada gas monoatomik (He, Ne, Ar, ...):
b. Persamaan Umum Gas Ideal 3
𝐸𝑘 = 𝑘𝑇
Gas ideal adalah gas yang memiliki kriteria sebagai 2
berikut:
2. Pada gas diatomik (𝑂2 , 𝑁2 , 𝐻2 , ...):
1. Gas yang terdiri atas banyak sekali molekul yang
• Suhu rendah (gerak translasi)
masing-masing bermassa sama dan bergerak acak
3
ke segala arah dengan berbagai kelajuan. 𝐸𝑘 = 𝑘𝑇
2
2. Jarak antarmolekul sangat jauh jika dibandingkan
dengan ukuran molekul tersebut. • Suhu sedang (gerak translasi dan rotasi)
3. Molekul gas mengikut hukum mekanika klasik. Gas 5
𝐸𝑘 = 𝑘𝑇
tersebut berinteraksi hanya ketika bertumbukan 2
dan tidak ada interaksi gaya lainnya. • Suhu tinggi (gerak translasi, rotasi, dan vibrasi)
4. Tumbukan yang terjadi antarmolekul dan tumbukan
7
molekul dengan dinding bersifat elastis sempurna. 𝐸𝑘 = 𝑘𝑇
2
Persamaan umum gas ideal adalah:
𝑃. 𝑉 = 𝑛. 𝑅. 𝑇 e. Energi Dalam
𝑃. 𝑉 = 𝑁. 𝑘. 𝑇 Energi dalam adalah jumlah energi kinetik total gas
Keterangan: dalam sistem.
𝑃 : tekanan (Pa atau N/m2) 1. Pada gas monoatomik:
𝑉 : volume (m3) 3
𝑅 : konstanta gas umum (8,3014 J/mol.K) 𝑈 = 𝑛𝑅𝑇
2
𝑇 : suhu (K atau kelvin)
𝑘 : konstanta Boltzman (1,38 × 10−23 J/K) 2. Pada gas diatomik:
• Suhu rendah (±250𝐾)
c. Hukum Boyle-Gay Lussac
3
Untuk gas ideal pada tabung yang terisolasi 𝑈 = 𝑁𝐾𝑇
2
memenuhi persamaan sebagai berikut.
• Suhu sedang (±500𝐾) 4. Adiabatik (𝐐𝐢𝐧 = 𝟎, 𝐐𝐨𝐮𝐭 = 𝟎)
5 Adiabatik adalah proses termodinamika pada saat
𝑈 = 𝑁𝐾𝑇 tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem.
2
• Suhu tinggi (±1000𝐾)
7 𝑃1 . 𝑉1 𝛾 = 𝑃2 . 𝑉2 𝛾
𝑈 = 𝑁𝐾𝑇 𝐶𝑝
2 𝛾=
𝐶𝑣
Keterangan:
𝑈 : energi dalam gas (joule)
f. Kecepatan rms
Keterangan:
Dalam teori kinetik gas, dikenal istilah 𝑣𝑟𝑚𝑠 (root
𝛾 : konstanta Laplace
mean square), yaitu akar dari rata-rata kuadrat kecepatan.
𝐶𝑝 : kapasitas kalor pada tekanan tetap (J/K)
Kecepatan 𝑣𝑟𝑚𝑠 bergantung pada variabel suhu.
𝐶𝑣 : kapasitas kalor pada volume tetap (J/K)
Jadi, selama suhu sistem tidak berubah (proses
isotermis) maka tidak terjadi perubahan 𝑣𝑟𝑚𝑠 . b. Hukum I Termodinamika
Semakin besar suhu sistem maka kecepatan gerak Hukum I termodinamika dirumuskan dengan:
partikel gas juga meningkat, begitu pula sebaliknya. 𝑄 = ∆𝑈 + 𝑊
Kecepatan 𝑣𝑟𝑚𝑠 dirumuskan dengan: Jika sistem menyerap kalor maka 𝑄 bernilai positif,
3𝑘𝑇 3𝑅𝑇 sedangkan jika sistem melepas kalor, 𝑄 bernilai
𝑣𝑟𝑚𝑠 = √ =√ negatif.
𝑚0 𝑀𝑟
Keterangan:
Keterangan: 𝑄 : jumlah kalor (J)
𝑣𝑟𝑚𝑠 : kecepatan rata-rata molekul gas (m/s) ∆𝑈 : perubahan energi dalam (J)
𝑚0 : massa satu molekul (gram) 𝑊 : kerja atau usaha (J)
𝑅 : konstanta gas universal (8,314 J/mol K)
c. Perubahan Energi Dalam
𝑀𝑟 : massa molekul relatif (gram/mol)
▪ Perubahan energi dalam adalah selisih dari energi
𝑇 : suhu (K)
dalam akhir dengan energi dalam awal.
▪ ∆𝑈 bernilai positif, artinya suhu sistem naik atau
Termodinamika
energi dalam meningkat. ∆𝑈 bernilai negatif,
a. Proses-proses Termodinamika artinya suhu sistem turun atau energi dalam
1. Isobarik menurun.
Isobarik adalah proses termodinamika pada tekanan ▪ ∆𝑈 dapat bernilai nol (0), jika terjadi proses
konstan. isotermis dan siklus reversibel.
Perubahan energi dalam gas monoatomik dirumuskan
𝑉1 𝑉2
= dengan:
𝑇1 𝑇2
3 3
∆𝑈 = 𝑛𝑅∆𝑇 = 𝑛𝑅(𝑇2 − 𝑇1 )
2. Isotermis 2 2
Isotermis adalah proses termodinamika pada suhu
konstan. d. Usaha
𝑃1 . 𝑉1 = 𝑃2 . 𝑉2 Usaha dapat dihasilkan dalam suatu sistem gas
apabila volume gas bertambah.
3. Isokhorik Usaha dinyatakan dengan rumus:
Isokhorik adalah proses termodinamika pada volume 𝑊 = ∫ 𝑃. 𝑑𝑉
konstan.
▪ Usaha (𝑊) dapat bernilai positif, jika sistem
𝑃1 𝑃2
= melakukan usaha (sistem mengembang) atau
𝑇1 𝑇2
dikatakan sebagai proses ekspansi (volume sistem
bertambah).
▪ Usaha bernilai negatif, jika sistem dilakukan usaha
dari lingkungan atau dikatakan sebagai proses
kompresi (volume sistem berkurang).
▪ Jika usaha bernilai nol, artinya sistem sedang
mengalami proses isokhorik (volume konstan).
Usaha juga dapat dicari dengan mencari luas daerah
di dalam grafik P – V.
Rumus usaha yang lainnya adalah:
Proses a – b : proses isotermis (kalor masuk)
1. Proses Isobarik Proses b – c : ekspansi adiabatik
𝑊 = 𝑃. (𝑉2 − 𝑉1 ) = 𝑛. 𝑅. (𝑇2 − 𝑇1 ) Proses c – d : proses isotermis (kalor keluar)
Proses d – a : kompresi adiabatik
2. Proses Isotermis
𝑉2 g. Mesin Pendingin
𝑊 = 𝑛. 𝑅. 𝑇. ln Mesin pendingin adalah mesin yang menyerap panas
𝑉1
dari reservoir suhu rendah (𝑄2 ) dan membuang
3. Proses adiabatik panas tersebut ke reservoir suhu tnggi (𝑄1 ) dengan
1 menggunakan usaha (𝑊) yang berasal dari
𝑊= (𝑃 . 𝑉 − 𝑃2 . 𝑉2 )
𝛾−1 1 1 lingkungan (luar sistem).
Kinerja mesin pendingin pada siklus Carnot
e. Hukum II Termodinamika
dirumuskan dengan:
Hukum II Termodinamika dapat dinyatakan dengan:
𝑄2 𝑄2 𝑇2
1. Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu 𝑘= = =
𝑊 𝑄1 − 𝑄2 𝑇1 − 𝑇2
tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak dapat
mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya. Keterangan:
2. Total entropi jagad raya tidak berubah ketika 𝑘 : kinerja mesin pendingin
terjadi proses reversibel dan akan bertambah jika 𝜂 : efisiensi mesin kalor
terjadi proses ireversibel. 𝑊 : usaha yang dihasilkan (J)
3. Tidak mungkin membuat sebuah mesin kalor yang 𝑄1 : kalor pada reservoir suhu tinggi (J)
bekerja dalam suatu siklus semata-mata menyerap 𝑄2 : kalor pada reservoir suhu rendah (J)
kalor dari sebuah reservoir dan mengubah 𝑇1 : suhu tinggi (Kelvin)
seluruhnya menjadi usaha luar. 𝑇2 : suhu rendah (Kelvin)
f. Mesin Kalor
Mesin kalor adalah mesin yang bekerja dengan cara
menyerap panas dari reservoir suhu tinggi (𝑄1 ) untuk
menghasilkan usaha (𝑊) dan membuang energi
panas sisanya ke reservoir suhu rendah (𝑄2 ).
Mesin kalor memiliki efsiensi nyata yang
dirumuskan dengan:
𝑊
𝜂= dan 𝑊 = 𝑄1 − 𝑄2
𝑄1
Jika mesin kalor mengikuti siklus Carnot (mesin kalor
ideal) maka grafiknya adalah:
9
Optik Geometri dan Alat-Alat Optik
▪ Tanda 𝑓 dan 𝑅:
Optika Geometri 1. Positif (+) untuk cermin cekung dan lensa
cembung.
Optika geometri adalah ilmu fisika yang mempelajari 2. Negatif (-) untuk cermin cembung dan lensa
tentang sifatsifat cahaya pada pemantulan dan cekung
pembiasan. Pemantulan terjadi pada cermin dan c. Pembiasan
pembiasan terjadi pada benda bening, contohnya Pembiasan adalah peristiwa pembelokan arah cahaya
lensa. karena cahaya melewati dua medium yang berbeda
a. Rumus fokus cermin/lensa kerapatan optiknya, seperti udara dan air.
1 1 1 Contoh: Jika kita memasukkan pensil ke dalam gelas
= + berisi air maka pensil akan terlihat seperti
𝑓 𝑠 𝑠′
Keterangan: patah/bengkok.
𝑓 : jarak fokus lensa/cermin (m) Terdapat dua macam pembiasan cahaya, yaitu:
𝑠 : jarak benda ke lensa/cermin (m) 1. Cahaya datang dari medium renggang (misalnya
𝑠’ : jarak bayangan ke lensa/cermin (m) udara) menuju ke medium rapat (misalnya air)
Catatan: maka cahaya akan berbelok mendekati sumbu
▪ 𝑠 bertanda positif (+) jika benda terletak di depan normal (garis putus-putus yang tegak lurus pada
cermin/lensa (benda nyata). bidang bias).
▪ 𝑠 bertanda negatif (-) jika benda terletak di 2. Cahaya datang dari medium rapat (misalnya air)
belakang cermin/lensa (benda maya). menuju ke medium renggang (misalnya udara)
▪ 𝑠′ bertanda positif (+) jika bayangan terletak di maka cahaya akan berbelok menjauhi garis
depan cermin (bayangan nyata). normal.
▪ 𝑠′ bertanda positif (+) jika bayangan terletak di
belakang lensa (bayangan nyata).
▪ 𝑠′ bertanda negatif (-) jika bayangan terletak di
belakang cermin (bayangan maya).
▪ 𝑠′ bertanda negatif (-) jika bayangan terletak di
depan lensa (bayangan maya).
b. Rumus Perbesaran Linier pada Cermin/Lensa Rumus pembiasan:
𝑛1 sin 𝑖 = 𝑛2 sin 𝑟
ℎ′ 𝑠′
𝑀= =| |
ℎ 𝑠 Keterangan:
Keterangan: 𝑛1 : indeks bias medium 1
𝑀 : perbesaran linier cermin/lensa 𝑛2 : indeks bias medium 2
ℎ : tinggi benda (m) 𝑖 : sudut datang
ℎ′ : tinggi bayangan (m) 𝑟 : sudut bias
Keterangan:
𝛿𝑢 : sudut deviasi sinar ungu
𝛿𝑚 : sudut deviasi sinar merah
𝑛𝑚 : indeks bias sinar merah
Rumus pembiasan pada prisma: 𝑛𝑢 : indeks bias sinar ungu
𝜑 : sudut dispersi
▪ Rumus sudut deviasi
Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk antara 3. Pembiasan cahaya pada bidang sferis
perpanjangan sinar datang mula-mula dengan Bidang sferis adalah bidang yang dibatasi oleh
sinar bias yang keluar dari prisma. permukaan lengkung.
𝛿 = 𝑖1 + 𝑟2 − 𝛽 Rumus:
▪ Rumus sudut pembias prisma 𝑛1 𝑛2 𝑛2 − 𝑛1
+ =
Sudut pembias prisma adalah sudut pada prisma 𝑠 𝑠′ 𝑅
yang membiaskan cahaya. Jika tinggi benda adalah ℎ maka perbesaran bayangan
𝛽 = 𝑖2 + 𝑟1 yang terjadi pada pembiasan untuk bidang sferis
▪ Rumus sudut deviasi minimum adalah:
Sudut deviasi minimum adalah sudut deviasi yang ℎ′ 𝑠′ 𝑛1
𝑀= =| × |
terjadi jika: 𝑖1 = 𝑟2 dan 𝑖2 = 𝑟1 ℎ 𝑠 𝑛2
𝛿𝑚 = 2𝑖1 − 𝛽 Keterangan:
𝛿𝑚 + 𝛽 𝛽 𝑠′ : jarak bayangan ke bidang sferis
𝑛𝑚 . sin ( ) = 𝑛𝑝 . sin ( )
2 2 𝑠 : jarak benda ke bidang sferis
Jika 𝛽 ≤ 15°, maka: 𝑛1 : indeks bias medium tempat sinar datang
𝑛𝑝 𝑛2 : indeks bias medium tempat sinar bias
𝛿𝑚 = ( − 1) 𝛽 𝑅 : jari-jari kelengkungan
𝑛𝑚
ℎ′ : tinggi bayangan
Keterangan: ℎ : tinggi benda
𝑖1 : sudut datang pertama
𝑟2 : sudut bias kedua 4. Jarak fokus lensa pada suatu medium
𝛽 : sudut pembias (sudut puncak) prisma Jika suatu lensa tipis diletakkan di suatu medium
𝛿 : sudut deviasi tertentu, contohnya udara atau air maka rumus
𝛿𝑚 : sudut deviasi minimum fokusnya adalah:
𝑛𝑚 : indeks bias medium 1 𝑛𝐿 1 1
=( − 1) . ( + )
𝑛𝑝 : indeks bias prisma 𝑓 𝑛𝑚 𝑅1 𝑅2
▪ Rumus sudut dispersi prisma Keterangan:
𝑓 : jarak fokus lensa
𝑛𝐿 : indeks bias lensa
𝑛𝑚 : indeks bias medium
𝑅1 : jari-jari kelengkungan 1 (m)
𝑅2 : jari-jari kelengkungan 2 (m)
5. Kekuatan lensa Keterangan:
Kekuatan lensa diukur dengan satuan dioptri. 𝑃 : kekuatan lensa (dioptri)
Rumus: 𝑃𝑅 : punctum remotum (jarak titik jauh mata)
1 2. Rabun Dekat (Hipermetropi)
𝑃 = , jika 𝑓 dalam satuan meter
𝑓 Ciri-ciri:
100
𝑃= , jika 𝑓 dalam satuan cm ▪ Penglihatan kabur jika melihat benda dekat.
𝑓 ▪ Titik dekat mata (𝑃𝑃) lebih dari 25 cm,
Keterangan: ▪ Titik jauh mata (𝑃𝑅) tidak terhingga
𝑃 : kekuatan lensa (dioptri) ▪ Bayangan jatuh di belakang retina.
𝑓 : jarak fokus lensa ▪ Ditolong dengan kacamata berlensa positif atau
cembung.
Alat-alat Optik
Rumus kekuatan lensa kacamatanya:
Alat optik adalah benda atau alat yang menerapkan 100 100
𝑃= −
sifat-sifat cahaya. Alat-alat optik di antaranya adalah 𝑠𝑛 𝑃𝑃
mata, kacamata, lup, mikroskop, dan teropong. Jika jarak baca normal adalah 25 cm (𝑠𝑛 = 25 cm)
a. Mata maka kekuatan lensanya adalah:
▪ Lensa mata berperan sebagai pembentuk 1
bayangan benda. 𝑃 =4− , jika 𝑃𝑃 dalam satuan meter
𝑃𝑃
▪ Lensa memiliki kemampuan memipih dan 100
𝑃 =4− , jika 𝑃𝑃 dalam satuan cm
mencembung yang disebut daya akomodasi. 𝑃𝑃
▪ Jika melihat benda jauh maka lensa mata memipih.
Keterangan:
Jika melihat benda dekat maka mata mencembung.
𝑃 : kekuatan lensa (dioptri)
▪ Bayangan mata akan terbentuk di retina.
𝑃𝑃 : punctum proximum (jarak titik dekat mata)
▪ Sifat bayangan di retina adalah nyata, terbalik, dan
𝑠𝑛 : titik dekat mata normal (25 cm)
diperkecil.
▪ Mata normal disebut emitrop, yaitu mata yang c. Lup
memiliki jarak titik jauh (Punctum Remotum) tak Lup adalah alat optik yang digunakan untuk
terhingga dan memiliki jarak titik dekat (Punctum memperbesar bayangan benda.
Proximum) sebesar 25 cm. ▪ Lup adalah sebuah lensa cembung.
b. Kacamata ▪ Benda harus diletakkan di antara lensa dengan
Kacamata adalah alat yang digunakan untuk fokus lensa.
membantu membentuk bayangan benda pada mata ▪ Bayangan yang dihasilkan adalah maya, tegak, dan
karena daya akomodasi mata telah melemah. diperbesar.
Kacamata digunakan oleh penderita:
Perbesaran anguler lup
1. Rabun Jauh (Miopi)
Ciri-ciri: 1. Mata berakomodasi maksimum
▪ Penglihatan tampak kabur saat melihat benda Perbesaran anguler maksimum terjadi apabila mata
jauh. berakomodasi maksimum.
▪ Titik dekat mata (𝑃𝑃) = 25 cm, titik jauh mata Rumus:
(𝑃𝑅) kurang dari tak terhingga. 𝑠𝑛
𝑀 = −1
▪ Bayangan jatuh di depan retina. 𝑓
▪ Ditolong dengan kacamata berlensa cekung
2. Mata berakomodasi minimum
atau negatif.
Perbesaran anguler minimum terjadi apabila mata
Rumus kekuatan lensa kacamatanya:
tidak berakomodasi atau dalam keadaan santai.
1
𝑃=− , jika 𝑃𝑅 dalam satuan meter Rumus:
𝑃𝑅
100 𝑠𝑛
𝑃=− , jika 𝑃𝑅 dalam satuan cm 𝑀=
𝑃𝑅 𝑓
3. Mata berakomodasi pada jarak 𝒙 Keterangan:
Untuk mata yang berakomodasi pada jarak 𝑥, 𝑀𝑚𝑎𝑥 : perbesaran total saat mata berakomodasi
rumusnya: maksimum
𝑃𝑃 𝑃𝑃 𝑀𝑚𝑖𝑛 : perbesaran total saat mata berakomodasi
𝑀= + minimum
𝑓 𝑥
𝑑𝑚𝑎𝑥 : panjang tabung mikroskop saat mata
Jika pada soal hanya diketahui mata normal maka
berakomodasi maksimum
gunakan nilai PP = 25 cm (jika tidak disebutkan nilai
𝑑𝑚𝑖𝑛 : panjang tabung mikroskop saat mata
yang lainnya).
berakomodasi minimum
Keterangan:
𝑠𝑜𝑏 : jarak benda ke lensa objektif
𝑀 : perbesaran bayangan
𝑠′𝑜𝑏 : jarak bayangan ke lensa objektif
𝑓 : jarak titik fokus lup (cm)
𝑠𝑜𝑘 : jarak bayangan oleh lensa objektif dari lensa
d. Mikroskop okuler
Mikroskop adalah alat optik yang berfungsi untuk 𝑓𝑜𝑘 : jarak fokus lensa okuler
memperbesar bayangan benda-benda yang sangat
e. Teropong Bintang
kecil (renik).
Teropong bintang umumnya digunakan untuk
▪ Mikroskop terdiri atas dua lensa cembung.
mengamat benda-benda angkasa. Teropong ini
▪ Lensa cembung yang berada di dekat benda
memiliki dua buah lensa cembung, yaitu:
(objek) disebut lensa objektif.
▪ Lensa okuler, yaitu lensa yang letaknya dekat
▪ Lensa cembung yang berada di dekat mata disebut
dengan mata.
lensa okuler.
▪ Lensa objektif, yaitu lensa yang tertuju pada
▪ Benda harus diletakkan di antara titik fokus
benda-benda angkasa yang diamati. Jarak fokus
objektif dan jari-jari lensa objektif (benda ada di
lensa objektif lebih besar daripada jarak fokus
ruang II) (𝑓𝑜𝑏 < 𝑠𝑜𝑏 < 2𝑓𝑜𝑏 ).
lensa okuler.
▪ Bayangan yang terbentuk di lensa objektifnya
Bayangan akhir yang terbentuk di lensa okulernya
adalah nyata, terbalik, dan diperbesar.
bersifat maya, terbalik, dan diperbesar.
▪ Bayangan akhir yang terbentuk di lensa okulernya
Rumus:
bersifat maya, terbalik, dan diperbesar.
1. Mata akomodasi maksimum
Rumus:
Saat mata berakomodasi maksimum maka
1. Mata berakomodasi maksimum perbesaran angulernya adalah:
Saat mata berakomodasi maksimum maka perbesaran
1. Mata berakomodasi maksimum
angulernya adalah:
Saat mata berakomodasi maksimum maka perbesaran
𝑠′𝑜𝑏 𝑃𝑃 angulernya adalah:
𝑀𝑚𝑎𝑥 = ×( + 1)
𝑠𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑏
𝑀𝑚𝑎𝑥 =
Panjang tabung (jarak antara lensa objektif dan lensa 𝑓𝑜𝑘
okuler) adalah:
Panjang tabung (jarak antara lensa objektif dan lensa
𝑑𝑚𝑎𝑥 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘 okuler) adalah:
2. Mata berakomodasi minimum 𝑑𝑚𝑎𝑥 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑠𝑜𝑘
Saat mata berakomodasi minimum maka perbesaran
2. Mata berakomodasi minimum
angulernya adalah:
Saat mata berakomodasi minimum maka perbesaran
𝑠′𝑜𝑏 𝑃𝑃 angulernya adalah:
𝑀𝑚𝑖𝑛 = ×
𝑠𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑘
𝑓𝑜𝑏
𝑀𝑚𝑖𝑛 =
Panjang tabung (jarak antara lensa objektif dan lensa 𝑓𝑜𝑘
okuler) adalah:
Panjang tabung (jarak antara lensa objektif dan lensa
𝑑𝑚𝑖𝑛 = 𝑠′𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘 okuler) adalah:
𝑑𝑚𝑖𝑛 = 𝑓𝑜𝑏 + 𝑓𝑜𝑘
INGAT!
Tabel Bayangan Akhir Pada Alat Optik
No. Alat Optik Sifat Bayangan Akhir
1 Mata Nyata, terbalik, diperkecil
2 Lup Maya, tegak, diperbesar
3 Mikroskop Maya, terbalik, diperbesar
4 Teropong Bintang Maya, terbalik, diperbesar
10
Optik Fisis
Keterangan:
Interferensi ∆𝑆 : selisih jarak sumber ke titik
𝑛 : orde: 1, 2, 3, 4….
a. Interferensi Celah Ganda (Young)
𝜆 : panjang gelombang sumber cahaya
Interferensi adalah perpaduan antara dua gelombang
𝑝 : jarak pola terang/gelap ke terang pusat
cahaya yang datang pada suatu tempat secara
𝐿 : jarak celah ke layar (m)
bersamaan. Interferensi terjadi akibat perbedaan
𝑑 : lebar celah (m)
lintasan gelombang cahaya dengan syarat kedua
gelombang cahaya tersebut koheren (beda fase b. Interferensi Selaput Tipis
tetap). Inteferensi dapat terjadi pada lapisan tipis. Hal ini
disebabkan adanya beda lintasan antara cahaya yang
terpantul dari atas selaput tipis, yaitu 𝑆1 dengan cahaya
yang terpantul dari bawah selaput tipis, yaitu 𝑆2 .
Jika sudut lenturan kurang dari 15° (𝜃 < 15°), maka c. Difraksi Bragg
berlaku rumus: Difraksi Bragg adalah difraksi (pelenturan cahaya)
yang terjadi pada kristal padat yang disinari cahaya.
𝑑. 𝑝
𝑑. sin θ = Pada Difraksi Bragg berlaku rumus:
𝐿
2. 𝑑. sin θ = 𝑚. 𝜆
Keterangan:
𝑝 : jarak terang atau gelap Keterangan:
𝐿 : jarak celah ke layar (m) 𝑑 : jarak antar-atom pada kristal padat
𝑑 : lebar celah (m)
θ : sudut difraksi Polarisasi
• Difraksi celah tunggal pola terang Polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang
Pada difraksi celah tunggal yang menghasilkan getar dari gelombang. Gejala polarisasi hanya dapat
pola terang berlaku rumus: dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan
1 gelombang longitudinal tidak mengalami gejala
𝑑. sin θ = (𝑚 + ) . 𝜆 polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami
2
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya merupakan
• Difraksi celah tunggal pola gelap
gelombang transversal.
Pada difraksi celah tunggal yang menghasilkan
pola gelap berlaku rumus: a. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
𝑑. sin θ = 𝑚. 𝜆 (Polarisasi Linear)
Polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat
b. Difraksi Kisi terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan
Difraksi kisi adalah pelenturan cahaya karena adanya cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau
penghalang berupa kisi. Kisi adalah suatu benda yang membentuk sudut 90°. Sudut datang yang dapat
mempunyai celah yang sangat banyak. menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan
cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang Perhatikan gambar berikut!
terpolarisasi disebut sudut polarisasi (𝑖𝑝 ).
𝐹 = 𝐹1 = 𝐹2 = 𝐹3 = ⋯ 2. Persamaan Kecepatan
∆𝑥 = ∆𝑥1 + ∆𝑥2 + ∆𝑥3 + ⋯ Kecepatan benda bergerak harmonik adalah turunan
1 1 1 1 pertama dari persamaan simpangan benda dan
= + + +⋯
𝑘𝑠 𝑘1 𝑘2 𝑘3 dirumuskan dengan:
𝑣 = 𝜔𝐴 sin 𝜔𝑡 dan 𝑣𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝜔𝐴
• Susunan paralel pegas
Jika pegas dirangkai pararel maka simpangan masing- 3. Persamaan Percepatan
masing pegas adalah sama, tetapi gaya yang Persamaan percepatan adalah turunanpertama dari
dialaminya berbeda. persamaan kecepatan dan dirumuskan dengan:
𝑎 = −𝜔2 𝐴 sin 𝜔𝑡 dan 𝑎𝑚𝑎𝑘𝑠 = −𝜔2 𝐴
4. Fase Getaran
Rumus fase getaran adalah:
𝑡
𝜑= atau 𝜑 = 𝑓. 𝑡
𝑇
Keterangan:
y : simpangan
Rumus yang berlaku: v : kecepatan getar
𝐹 = 𝐹1 + 𝐹2 + 𝐹3 = ⋯ a : percepatan
∆𝑥 = ∆𝑥1 = ∆𝑥2 = ∆𝑥3 = ⋯ A : amplitudo
𝑘𝑝 = 𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3 = ⋯ t : waktu
𝜑 : fase
Keterangan:
𝑘𝑠 : tetapan pegas total seri (N/m) d. Persamaan Energi Gerak Harmonik
𝑘𝑝 : tetapan pegas total paralel (N/m) 1. Energi Total Gerak Harmonik
𝐹 : gaya pegas (N) Pada benda yang bergerak harmonik memiliki energi
∆𝑥 : simpangan pegas (m) total yang dirumuskan dengan:
1
𝐸𝑚 = 2 𝑘𝐴2 atau 𝐸𝑚 = 𝐸𝑘 + 𝐸𝑝
b. Periode dan Frekuensi Bandul
Periode dan frekuensi bandul tergantung pada 2. Energi Kinetik Gerak Harmonik
panjang tali dan percepatan gravitasi dan tidak Energi kinetik benda bergerak harmonik adalah:
bergantung pada massa bandul. 1 1
𝐸𝑘 = 2 𝑚𝑣 2 atau 𝐸𝑘 = 2 𝑘(𝐴2 − 𝑦 2 )
Rumus periode dan frekuensi bandul adalah:
• 𝑄𝑠 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3
Jika terdapat medium berupa bahan dielektrik maka
• 𝑉𝐴𝐵 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3
kapasitas kapasitor menjadi:
• 𝐶𝑝 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3
𝐴
𝐶 = 𝐾𝜀0 = 𝐾𝐶0 Keterangan:
𝑑
𝐶𝑝 : kapasitas pengganti rangkaian paralel (F)
Keterangan:
𝑄𝑝 : muatan total rangkaian seri (C)
𝐶 : kapasitas kapasitor (F = farad)
𝑉𝐴𝐵 : beda potensial AB (V)
𝐴 : luas keping (m2)
𝑑 : jarak antara dua keping (m)
Listrik Dinamis Arus Searah
𝐶0 : kapasitas kapasitor di ruang vakum/udara (F)
𝜀0 : permitivitas udara (8,85 x 10-12 C2/Nm2) Listrik dinamis arus searah dibangkitkan dari suatu
𝐾 : konstanta dielektrik sumber arus searah, contohnya baterai dan aki.
Sedangkan, muatan listrik yang disimpan di dalam a. Arus Listrik dan Kuat Arus Listrik
kapasitor adalah:
1. Arus Listrik
𝑄 = 𝐶. 𝑉 Arus listrik adalah gerakan atau aliran muatan listrik.
Energi yang tersimpan di dalam kapasitor yaitu: Gerakan atau aliran muatan terjadi pada bahan yang
1 1 1 𝑄2 disebut konduktor (bahan penghantar arus listrik,
𝑊 = 𝐶𝑉 2 = 𝑄𝑉 = contoh: besi, tembaga, dan lain-lain). Arah arus listrik
2 2 2 𝐶
sesuai dengan arah aliran muatan positif, atau
Keterangan:
berlawanan arah dengan arah aliran muatan negatif.
𝑄 : muatan yang tersimpan (C)
𝑉 : potensial listrik (V) 2. Kuat Arus Listrik
𝑊 : energi yang tersimpan (J) Kuat arus listrik adalah besar muatan yang mengalir
pada suatu konduktor tiap satuan waktu.
Rumus kuat arus listrik adalah:
𝑞
𝐼=
𝑡
Keterangan:
𝐼 : kuat arus listrik (A = ampere)
𝑞 : muatan listrik (C)
𝑡 : waktu (s)
1 1 1 1
b. Hambatan pada Konduktor Listrik = + +
𝑅𝑝 𝑅1 𝑅2 𝑅3
Pada konduktor listrik maka akan memiliki nilai
𝑉𝐴𝐵 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3
hambatan sebesar:
𝐼𝐴𝐵 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
𝑙
𝑅=𝜌 Keterangan:
𝐴
𝑅′ = 𝑅0 (1 + 𝛼∆𝑇) 𝑅𝑝 : hambatan paralel (ohm = Ω)
𝑉𝐴𝐵 : beda potensial total (V)
Keterangan:
𝐼𝐴𝐵 : kuat arus total (A)
𝑅 : hambatan konduktor (ohm = Ω)
𝜌 : hambatan jenis (Ωm) 3. Rangkaian Jembatan Wheatstone
𝑙 : panjang konduktor (m)
𝐴 : luas penampang (m2)
𝑅0 : hambatan awal (Ω)
𝑅′ : hambatan setelah terjadi perubahan suhu (Ω)
𝛼 : koefisien hambatan (/℃)
∆𝑇 : perubahan suhu (℃)
c. Rangkaian pada Resistor 𝑅1 𝑅3 = 𝑅2 𝑅4
Resistor adalah salah satu elemen elektronika yang 𝑉𝐴𝐵 = 0
digunakan sebagai hambatan listrik.
Jika perkalian antara hambatan yang berhadapan
1. Rangkaian Resistor Seri sama maka beda potensial AB adalah nol.
Pada resistor yang dirangkai seri maka kuat arus yang
melewat masing-masing resistor adalah sama. d. Hukum Ohm
Pada hukum ohm dapat diketahui bahwa tegangan
listrik (𝑉) berbanding lurus dengan kuat arus (𝐼) dan
hambatan (𝑅). Hukum ohm dirumuskan dengan:
𝑉 𝑉
𝑉 = 𝐼𝑅 atau 𝐼 = atau 𝑅 =
𝑅 𝐼
𝑅𝑠 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 e. Hukum Kirchoff
𝑉𝐴𝐵 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 1. Hukum I Kirchoff
𝐼𝐴𝐵 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 Hukum I Kirchoff berbunyi: “jumlah kuat arus listrik
Keterangan: yang masuk ke suatu titik cabang sama dengan
𝑅𝑠 : hambatan seri (ohm = Ω) jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang.”
𝑉𝐴𝐵 : beda potensial total (V)
∑ 𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑ 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝐼𝐴𝐵 : kuat arus total (A)
2. Rangkaian Resistor Paralel Contoh:
Pada resistor yang dirangkai paralel maka beda
potensial listrik yang dimiliki masing-masing resistor
adalah sama.
Maka dari Hukum I Kirchoff berlaku: Keterangan:
𝐼1 = 𝐼2 + 𝐼3 𝑉 : persamaan tegangan menurut waktu (V)
𝐼 : persamaan arus menurut waktu (A)
1. Hukum II Kirchoff 𝐼𝑚 : kuat arus maksimum (A)
Hukum II Kirchoff berbunyi: “Di dalam sebuah 𝑉𝑚 : tegangan maksimum (V)
rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik 𝜔 : frekuensi sudut (rad/s)
(∑ 𝐸) dengan penurungan tegangan (∑ 𝐼𝑅) sama 𝐼𝑒𝑓 : kuat arus efektif (A)
dengan nol.” 𝑉𝑒𝑓 : tegangan efektif (V)
∑ 𝐸 + ∑ 𝐼𝑅 = 0 c. Rangkaian Seri R-L-C
Sedangkan, beda potensial antara titik A dan B
disebut tegangan jepit, yaitu:
𝑉𝑗𝑒𝑝𝑖𝑡 = 𝐼. 𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐸 − 𝐼. 𝑟
Keterangan:
∑ 𝐸 : ggl total loop (V)
𝑟 : hambatan dalam (Ω) 𝑋𝐿 = 𝜔𝐿
1
f. Energi dan Daya Listrik 𝑋𝐶 =
𝜔𝐶
Daya listrik dirumuskan:
𝑉𝑅 = 𝐼. 𝑅
𝑉2 𝑉𝐿 = 𝐼. 𝑋𝐿
𝑃 = 𝑉. 𝐼 = = 𝐼2 . 𝑅
𝑅 𝑉𝐶 = 𝐼. 𝑋𝐶
Sedangkan, energi listrik adalah daya listrik dikali
Keterangan:
waktu.
𝑋𝐿 : reaktansi induktif (Ω = ohm)
𝑊 = 𝑃. 𝑡 𝑋𝐶 : reaktansi kapasitif (Ω = ohm)
Keterangan: 𝐿 : induktansi diri (H = henry)
𝑃 : daya listrik (W = watt) 𝐶 : kapasitas kapasitor (F = farad)
𝑊 : energi listrik (J) 𝜔 : frekuensi sudut (rad/s)
𝑡 : waktu (s) 𝑉𝑅 : tegangan pada resistor (V)
𝑉𝐿 : tegangan pada induktor (V)
Listrik Arus AC (Bolak-Balik) 𝑉𝐶 : tegangan pada kapasitor (V)
Listrik arus AC (bolak-balik) dihasilkan oleh sumber 1. Diagram Fasor dan Impedansi
tegangan arus bolak-balik, contohnya adalah
generator AC.
a. Persamaan Tegangan Listrik Arus Bolak-Balik
Pada arus AC, berlaku persamaan tegangan sebagai
berikut:
𝑉 = 𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡
𝑉𝑚
𝑉𝑒𝑓 =
√2 𝑅
cos 𝜑 =
𝑍
b. Persamaan Kuat Arus Bolak-Balik 𝑍 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
Pada arus AC, berlaku persamaan kuat arus sebagai
berikut: 𝑉 = √𝑉𝑅 2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2
𝐼 = 𝐼𝑚 sin 𝜔𝑡
𝐼𝑚 Keterangan:
𝐼𝑒𝑓 =
√2 𝑍 : impedansi (Ω = ohm)
2. Daya Efektif
𝑃 = 𝑉𝑒𝑓 . 𝐼𝑒𝑓 cos 𝜑
𝑃 = 𝐼𝑒𝑓 2 . 𝑅
3. Frekuensi Resonansi
Ketika besarnya reaktansi induktif (𝑋𝐿 ) sama dengan
reaktansi kapasitif (𝑋𝐶 ) maka terjadi RESONANSI,
dimana frekuensi resonansinya dirumuskan dengan:
1 1
𝑓= √
2𝜋 𝐿𝐶
Keterangan:
𝐿 : induktansi diri (H = henry)
𝐶 : kapasitas kapasitor (F = farad)
13
Magnet
Keterangan:
Medan Magnet Listrik
𝑁 : jumlah lilitan kawat
a. Medan Magnet pada Kawat Lurus Berarus Listrik 𝑟 : √𝑎2 + 𝑥 2
c. Medan Magnet pada Solenoida
Keterangan:
𝐹 : gaya Lorentz (N)
𝑞 : muatan listrik (C)
𝑣 : kecepatan gerak muatan 𝑞 (m/s)
𝜃 : sudut antara 𝑣 dan 𝐵
e. Aturan Kaidah Tangan Kanan v-B-F
Keterangan:
Jika kita mengatur tangan kanan seperti pada gambar
𝑖 : arah arus
di bawah, yaitu:
𝐵 : arah medan magnet • Ibu jari menunjukkan arah kecepatan (𝑣).
𝐹 : arah gaya Lorentz • Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet
c. Gaya Interaksi Antara Dua Kawat Sejajar Berarus (𝐵).
Listrik • Jari tengah menunjukkan arah gaya lorentz (𝐹)
Jika kedua kawat berarus listrik arah arusnya searah • v-B-F saling tegak lurus
maka akan muncul gaya interaksi tarik-menarik.
Sebaliknya, jika arah arusnya berlawanan arah maka
akan muncul gaya interaksi tolak-menolak.
Keterangan:
𝑣 : arah kecepatan muatan positif
𝐵 : arah medan magnet
𝐹 : arah gaya Lorentz
Aturan tangan kanan ini hanya untuk partikel
Besarnya gaya interaksi tersebut adalah: bermuatan positif, dan untuk partikel bermuatan
𝜇0 . 𝑖1 . 𝑖2 . 𝐿 2𝑘. 𝑖1 . 𝑖2 . 𝐿 negatif maka menggunakan aturan tangan kiri.
𝐹= =
2𝜋𝑎 𝑎
f. Lintasan Partikel Bermuatan di dalam Medan
Keterangan:
Magnet
𝐹 : gaya interaksi antara dua kawat bearus listrik
(N)
𝑎 : jarak kedua kawat (m)
𝐿 : panjang kawat (m)
𝜇0
𝑘= = 10−7 Wb/Am
4𝜋
Jika muatan positif 𝒒 bergerak di dalam medan ∆𝜃 : perubahan fluks magnetik (wb)
magnet B maka muatan tersebut akan membuat ∆𝑡 : perubahan waktu (s)
lintasan berupa lingkaran dengan jari-jari 𝑹.
c. GGL Induksi karena Perubahan Luasan
Akibat lintasan melingkar ini maka gaya Lorentz yang
terjadi akan berperan sebagai gaya sentripetal, jika
dibuat persamaan akan menjadi:
𝐹𝑙 = 𝐹𝑠𝑝
𝑚𝑣 2
𝑞. 𝑣. 𝐵 = = 𝑚𝜔2 𝑅
𝑅
Jika sebuah loop kawat ABCD ditembus oleh medan
Maka, besarnya jari-jari 𝑅 dapat dirumuskan dengan: magnet 𝑩 secara tegak lurus dan salah satu sisinya
𝑚𝑣
𝑅= digeser sehingga terjadi perubahan luasan loop kawat
𝑞𝐵
yang ditembus maka akan terjadi GGL induksi yang
Keterangan: dirumuskan:
𝐹𝑠𝑝 : gaya sentripetal (N) ∆𝐴
𝜀 = −𝑁𝐵 atau 𝜀 = 𝐵. 𝑙. 𝑣
𝑚 : massa partikel (kg) ∆𝑡
𝑅 : jari-jari lintasan partikel (m) Sehingga terjadi arus listrik pada loop ABCD karena
𝜔 : kecepatan sudut partikel (rad/s) terdapat hambatan 𝑅 yang dirumuskan:
𝜀
Induksi Elektromagnetik 𝑖=
𝑅
a. Fluks Magnetik Keterangan:
Fluks magnetik adalah banyaknya garis-garis gaya ∆𝐴 : perubahan luasan (m2)
magnet (medan magnetik) yang dilingkupi luas bidang 𝑙 : panjang kawat AB (m)
tertentu. 𝑣 : kecepatan garak kawat (m/s)
𝑅 : hambatan (ohm)
𝑖 : kuat arus pada loop
d. GGL Induksi karen Perubahan Sudut Antara
Medan Magnet dan Garis Normal
Pada generator, GGL induksi yang dihasilkan pada
outputnya dirumuskan dengan:
∅ = 𝐵. 𝐴. cos 𝜃 𝜀 = 𝑁. 𝐵. 𝐴. 𝜔. sin 𝜃
𝜀𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑁. 𝐵. 𝐴. 𝜔
Keterangan:
∅ : fluks magnetik (Wb = weber) GGL induksi diri dirumuskan dengan:
𝐵 : kuat medan (induksi) magnetik (T = tesla) ∆𝑖
𝜀 = −𝐿
𝐴 : luasan yang ditembus garis gaya (m2) ∆𝑡
𝜃 : sudut antara 𝐵 dengan garis normal Sedangkan induktansi diri kumparan dirumuskan
b. Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi dengan:
GGL induksi terjadi karena perubahan jumlah garis- 𝑁. ∅
𝐿=
garis gaya magnet yang menembus suatu kawat loop. 𝑖
GGL induksi dirumuskan: Besarnya energi yang tersimpan di dalam induktor
𝑑∅ ∆∅ (kumparan) tersebut adalah:
𝜀 = −𝑁 = −𝑁
𝑑𝑡 ∆𝑡 1
𝑊 = 𝐿. 𝑖 2
Keterangan: 2
𝜀 : ggl induksi (V) Keterangan:
𝑁 : jumlah lilitan kumparan 𝐿 : induktansi diri (H = henry)
𝑑∅
: turunan ∅ terhadap waktu (wb/s) ∆𝑖 : perubahan kuat arus dalam induktor (A)
𝑑𝑡
∆𝑡 : perubahan waktu (s) Persamaan trafo (ideal) dirumuskan sebagai berikut.
𝑊 : energi yang tersimpan (joule) 𝑉𝑝 𝑁𝑝 𝑖𝑠
= =
e. Transformator 𝑉𝑠 𝑁𝑠 𝑖𝑝
• Transformator adalah sebuah alat yang terdiri Keterangan:
atas susunan lempeng-lempeng besi yang dililit 𝑉𝑝 : tegangan primer (V)
oleh dua kumparan, yaitu kumparan primer 𝑉𝑠 : tegangan sekunder (V)
(input) dan kumparan sekunder (output), dan int 𝑁𝑝 : banyaknya lilitan primer
besi lunak. 𝑁𝑠 : banyaknya lilitan sekunder
𝑖𝑝 : kuat arus primer (A)
𝑖𝑠 : kuat arus sekunder (A)
Efisiensi Transformator
Efsiensi trafo menunjukkan kemampuan trafo untuk
menghasilkan daya keluar dibandingkan dengan daya
masuk. Dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝑠
• Transformator harus menggunakan sumber arus 𝜂 = × 100% dan 𝑃 = 𝑉. 𝑖
𝑃𝑝
listrik AC (arus bolak-balik) agar dapat terjadi
perubahan garis-garis gaya magnet di sekitarnya Keterangan:
sehingga menghasilkan arus listrik induksi. 𝑃𝑠 : daya sekunder (keluaran) (W)
• Fungsi utama transformator adalah MENAIKKAN 𝑃𝑝 : daya primer (masukan) (W)
atau MENURUNKAN tegangan listrik. 𝜂 : efisiensi trafo
• Terdapat dua jenis transformator (trafo), yaitu: 𝑉 : tegangan trafo (V)
1. Transformator step up, yaitu trafo yang dapat 𝑖 : kuat arus pada trafo (A)
MENAIKKAN TEGANGAN listrik. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
Trafo step-up memiliki sifat-sifat sebagai berikut: mengurangi panas pada trafo sehingga membuat
• 𝑉𝑠 > 𝑉𝑝 , artinya tegangan sekunder lebih efsiensinya mendekat 100%, yaitu:
besar daripada tegangan primernya. 1. Mengalirkan udara dingin pada trafo.
• 𝑁𝑠 > 𝑁𝑝 , artinya jumlah lilitan sekunder lebih 2. Melapisi trafo dengan bahan pendingin.
besar daripada lilitan primernya. 3. Inti besi dibuat berbentuk lempengan.
• 𝑖𝑠 < 𝑖𝑝 , artinya kuat arus sekunder lebih kecil
daripada kuat arus primernya.
2. Transformator step down, yaitu jenis trafo yang
dapat MENURUKAN TEGANGAN listrik.
Trafo step-down memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
• 𝑉𝑠 < 𝑉𝑝 , artinya tegangan sekunder lebih kecil
daripada tegangan primernya.
• 𝑁𝑠 < 𝑁𝑝 , artinya jumlah lilitan sekunder lebih
kecil daripada lilitan primernya.
• 𝑖𝑠 > 𝑖𝑝 , artinya kuat arus sekunder lebih
besar daripada kuat arus primernya.
14
Gravitasi
Gaya Gravitasi 𝑀
𝑣 = √2𝐺 = √2𝑔𝑅
𝑅
Gaya gravitasi adalah gaya tarik-menarik antara dua
buah benda yang bermassa dan terletak pada jarak Keterangan:
tertentu. 𝑣 : kecepatan roket minimum untuk lepas dari
Hukum gravitasi Newton dirumuskan dengan: pengaruh gravitasi bumi (m/s)
𝑀 : massa bumi (6 × 1024 kg)
𝑔 : kuat medan gravitasi di permukaan planet
𝑅 : jari-jari bumi (m)
𝐺 : konstanta gravitasi (6,67 × 1011 Nm2/kg2)
𝑀. 𝑚
𝐹=𝐺
𝑅2 Energi Potensial Gravitasi Mutlak
Keterangan: Energi potensial dari suatu benda bermassa 𝑚 yang
𝐹 : gaya gravitasi (N) berjarak 𝑟 dari pusat planet yang bermassa 𝑀
𝐺 : konstanta gravitasi (6,67 × 1011 Nm2/kg2) dirumuskan dengan:
𝑀 : massa benda 1 (kg) 𝑀. 𝑚
𝑚 : massa benda 2 (kg) 𝐸𝑝 = −𝐺
𝑟
𝑅 : jarak antara pusat massa benda 1 dan 2 (m)
Tanda negatif artinya untuk memindahkan benda
bermassa m dari pusat massa planet ke titik yang
Medan Gravitasi
berjarak r diperlukan usaha atau energi.
Medan gravitasi adalah daerah di sekitar benda
bermassa yang masih dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Hukum-hukum Keppler
Perhatikan gambar berikut!
a. Hukum I Keppler
Semua planet bergerak pada lintasan elips
mengitari matahari dengan matahari berada di
salah satu fokus ellips.
b. Hukum II Keppler
Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari
𝑀 𝑀 dengan planet menyapu luas juring yang sama
𝑔=𝐺 𝑔′ = 𝐺
𝑅2 (𝑅 + ℎ)2 dalam selang waktu yang sama.
Keterangan: Perhatikan ilustrasi dari hukum II Keppler berikut!
𝑔 : medan gravitasi di permukaan planet (m/s2)
𝑔′ : medan gravitasi di ketinggian ℎ (m/s2)
𝑀 : massa planet (kg)
𝑅 : jari-jari planet (m)
ℎ : ketinggian benda dari permukaan planet
Luas kedua juring yang diarsir adalah sama.
Kecepatan Lepas Landas Roket Berdasarkan hukum ini maka dapat diketahui bahwa
pada saat berevolusi, planet akan bergerak lebih
Roket yang lepas landas dari permukaan bumi dapat
cepat ketika dekat dengan matahari, sebaliknya
keluar dari pengaruh gravitasi bumi jika memiliki
gerakan planet semakin lambat ketika jauh.
kecepaan minimum sebesar:
b. Hukum III Keppler Hukum ini menjelaskan bahwa semakin dekat planet
Perbandingan kuadrat periode terhadap pangkat dari matahari maka periode revolusinya semakin
tiga dari jari-jari rata-rata orbit planet adalah cepat.
sama untuk semua planet. Contohnya adalah periode revolusi merkurius lebih
𝑇1 2 𝑅1 3 cepat daripada bumi dan revolusi bumi lebih cepat
( ) =( ) daripada yupiter.
𝑇2 𝑅2
Keterangan:
𝑇1 : periode revolusi planet 1 (s)
𝑇2 : periode revolusi planet 2 (s)
𝑅1 : jarak planet 1 dari matahari (m)
𝑅2 : jarak planet 2 dari matahari (m)
15
Fisika Modern
Gelombang Elektromagnetik
a. Sifat-sifat Gelombang Elektromagnetik
1. Merupakan perpaduan antara medan listrik dan
medan magnet yang arah perambatannya saling
tegak lurus.
2. Merupakan gelombang transversal. Keterangan:
3. Tidak perlu medium untuk merambat. 𝑆̅ : laju energi tiap satuan luas (watt/m2)
4. Dapat mengalami interferensi, difraksi, polarisasi, 𝑃 : daya radiasi (watt)
pemantulan, dan pembiasan. 𝐴 : luas permukaan (m2)
𝜇0 : permeabilitas magnetik vakum
5. Tidak dibelokkan oleh medan listrik maupun
(4𝜋 × 10−7 Wb/Am)
medan magnet. 𝐸 : kuat medan listrik (N/C)
6. Kecepatannya di ruang hampa sama dengan 𝐸𝑚 : amplitudo medan listrik (N/C)
kecepatan cahaya: 𝑐 = 3 × 108 m/s. 𝐵 : kuat medan magnet (T = tesla)
𝐵𝑚 : amplitudo medan magnet (T = tesla)
b. Urutan Spektrum Gelombang Elektromagnetik
𝑐 : kecepatan cahaya (3 × 108 m/s)
Berdasarkan dari energi paling tinggi ke rendah 𝑓 : frekuensi (Hz)
gelombang elektromagnetk memiliki urutan sebagai 𝜆 : panjang gelombang (m)
berikut:
e. Pencampuran Warna Cahaya
1. Sinar Gamma
Warna cahaya dapat kita bagi menjadi tiga, yaitu
2. Sinar X
warna primer, sekunder, dan komplementer.
3. Sinar ultraviolet/ultraungu
4. Sinar tampak (cahaya) 1. Warna Primer (dasar)
5. Inframerah • Hijau
6. Gelombang mikro (radar) • Biru
7. Gelombang radio • Merah