Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL

KESEHATAN LINGKUNGAN
SKENARIO III

Disusun oleh:
KELOMPOK 4

Tutor:
dr. Marinda Dwi Puspitarini

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tutorial berjudul “Skenario III – Kesehatn Lingkungan” telah


melalui konsultasi dan disetujui oleh Tutor Pembimbing

Surabaya, 27 Desember 2018


Pembimbing

dr. Marinda Dwi Puspitarini


KELOMPOK PENYUSUN

Ketua : Diaz Syafrie Abdillah (6130016036)


Sekretaris I : Sultan Fhajar P (6130016037)
Sekretaris II : Ainiyah Fauziah (61300160140)

Anggota :
Dian Dakwatul Choiriya ` 6130016035
Hikmah Shabrina Dinda Izzaty 6130016038
Dian Islamiati 6130016039
Muhammad Lubbabul Hikam 6130016042
Fajrul Maliki Alhaq 6130016043
M. Idham Kholid 6130016044
Skenario 3

Penduduk Desa SB terletak di bantaran Sungai C. Penduduk mengandalkan


Sungai C untuk kebutuhan air sehari-hari . Akhir-akhir ini penduduk kesulitan
memperoleh air bersih karena sungai makin pekat dan berbau. Di hulu Sungai C
terdapat kawasan pabrik mulai pabrik kulit, pabrik tekstil dan pabrik pupuk yang
membuang limbahnya ke sungai C. Kepala Desa SB bingung bagaimana caranya
agar pencemaran ini dapat dihentikan apalagi akhir-akhir banyak warganya yang
mengeluhkan berbagai macam sakit.

Step 1
Kata Sulit
-

Kata Kunci
1. Sungai C untuk kebutuhan sehari-hari
2. Kesulitan memperoleh air bersih
3. Terdapat beberapa pabrik
4. Banyak keluhan berbagai macam penyakit
5. Sungai makin pekat dan berbau
6. Desa SB terletak dibantaran sungai

Step 2
Rumusan Masalah
1. Mengapa air sungai C semakin pekat dan berbau?
2. Bagaimana dampak limbah pabrik tersebut terhadap lingkungan sekitar
pabrik?
3. Bagaimana cara pembuangan limbah pabrik yang baik dan benar?
4. Bagaimana peran pabrik dalam menjaga lingkungan sekitar?
5. Penyakit apa saja yang mungkin bisa ditimbulkan akibat dari pencemaran
tersebut?
6. Bagaimana cara menangani pencemaran akibat limbah?
Jawaban
1. Terjadi pencemaran akibat limbah pabrik yang dibuang sembarangan
2. Terjadi pencemaran air, tanah , maupun udara
3. Pembuangan limbah yang baik dan benar bisa dilakukan dengan beberapa
metode namun harus memperhatikan jenis limbah yang akan di buang, agar
tidak salah dalam mengelelolah
4. Salah satunya harus dengan mengelolah limbah yang baik dan benar
5. Menimbulkan resiko terjadinya macam-macam penyakit yang bisa saja
menimbulkan kematian
6. Diperlukan peran pemerintah setempat, warga, maupun pemilik pabrik
setempat. Agar sama-sama dalam memperbaiki pencemaran yang sudah
terjadi

Step 3
Hipotesis
Akibat dari kurangnya pengolahan limbah pabrik disekitar, mengakibatkan sungai
menjadi tercemar dan berdampak pada lingkungan sekitar.
Step 4
Mind Mapping

Pembuangan Limbah Pabrik


Pabrik Kulit

Pabrik Tekstil

Pabrik Pupuk
Sungai

Pengelolaan Yang Tidak Pengelolaan Yang


Sesuai Sesuai

Pencemaran Pembuatan Lubang / Pengelolahan


Lingkungan Penampungan Limbah B3

PADAT
CAIR
GAS
Dampak
Pemukiman
Memenuhi Syarat
Pembuangan

Timbul Penyakit

Mencegah
pemaran
Step 5
Learning Objective
1. Untuk dapat mengetahui cara pengolahan limbah yang baik dan benar
(padat, cair,gas, B3)
2. Untuk dapat mengetahui dampak limbah terhadap lingkungan (udara, tanah,
air)
3. Untuk dapat mengetahui macam-macam limbah yang yang dihasilkan dari
masing-masing pabrik
4. Untuk dapat mengetahui upaya pengurangan pencemaran lingkungan
(udara, tanah, air)
5. Untuk dapat mengetahui indikator pencemaran air
6. Untuk dapat meengetahui syarat-syarat pembangunan pabrik yang baik dan
benar
7. Untuk dapat mengetahui penanganan pencemaran air sesuai kasus diatas
Step 6
Belajar Mandiri
Step 7
Hasil Belajar Mandiri

1. Untuk dapat mengetahui cara pengolahan limbah yang baik dan benar
(padat, cair,gas, B3)

LIMBAH CAIR

Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah


dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang
berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula.
Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa
kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga
dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.
1. Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses
pengolahan secara fisika.
A. Penyaringan (Screening) Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran
pembuangan disaring menggunakan jeruji saring. Metode ini disebut penyaringan.
Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
B. Pengolahan Awal (Pretreatment) Kedua, limbah yang telah disaring kemudian
disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan
partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa
inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran
limbah sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah
terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
C. Pengendapan Setelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan
ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan
utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah
cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat
yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn
partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air
limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan,
dikenal juga metode pengapungan (Floation).
D. Pengapungan (Floation) Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan
polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan
menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara
berukuran kecil (± 30 – 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa
partikel –partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian
dapat disingkirkan. Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat
disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah
mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang
kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan
yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab
penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu
disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.
2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu
dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan
organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob. Terdapat
tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode
penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated
sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .

a. Metode Trickling Filter Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk
mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar,
biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m.
limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes
melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang
terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes
sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung
dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan. Dalam tangki pengendapan,
limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat
tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan
mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan
dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan

b. Metode Activated Sludge Pada metode activated sludge atau lumpur aktif,
limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan
lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki
tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi
(pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami
proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan
kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah
melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.

c. Metode Treatment ponds/ Lagoons Metode treatment ponds/lagoons atau kolam


perlakuan merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif
lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka.
Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan
oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses
penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang
kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan
mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk
endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan
atau diolah lebih lanjut.

3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)


Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih
terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan
dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat
yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer
maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam-
garaman. Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.
Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan
tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat
secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan
perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : • Daya racun zat • Waktu
kontak yang diperlukan • Efektivitas zat • Kadar dosis yang digunakan • Tidak
boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan • Tahan terhadap air • Biayanya
murah Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.

5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)


Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat
dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil
pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob
(anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke
laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar
(incinerated).

PENANGANAN LIMBAH PADAT


1. Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan
bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat
merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi iapisan
lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Pada
landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda (plastik –
lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan
serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

3. insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang
disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau
untuk pemanas ruangan.

4. Pembuatan kompos
Pembuatan kompos padat dan cair metode ini adalah dengan mengolah sampah
organic seperti sayuran, daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses
penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu
cara terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos
ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan
menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi
dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism .EMA
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi
limbah atau sampah organic.

5. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu
yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi
penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca
jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah
satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas
pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga
adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Material-material
yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah: Bahan bangunan
Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan dengan mesin
penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu.
Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil
yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.
Baterai Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini
relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian
khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung
merkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi mencegah
kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya jauh lebih
mudah dan lebih murah untuk didaur ulang. Barang Elektronik Barang elektronik
yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak didaur ulang karena
belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang
dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik
tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat
dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama
dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi
tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya
masih belum jelas. Logam Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak
didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat
dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam
pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak
mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium, yang
merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua
jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut,
menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.
Bahan Lainnya Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain
sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama
dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan.
Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material
kaca daur ulang. Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas
bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan
selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan
kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau
mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah. Plastik dapat
didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat
berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode
mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah
untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan
kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu
menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan,
misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-
lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.

PENANGANAN LIMBAH GAS


Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu
yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat
berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas
tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh
limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.

1. Mengontrol Emisi Gas Buang


Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur
oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara
desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber). · Mekanisme kerja filter
basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu mengenai
metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat. · Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil
pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran.
Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic
converter) untuk menyempurnakan pembakaran. · Selain cara-cara yang disebutkan
diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau
mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan
gas buang yang merupakan polutan.

2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan


a. Filter Udara Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau
stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja
yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati
(dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti
dengan yang baru. Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas
buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat
asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

b. Pengendap Siklon Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap


debu / abu yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang
berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari
udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel / debu /
abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran
debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

c. Filter Basah Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian
bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut
semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat
juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat
penangkap debu yang dinamakan.

d. Pegendap Sistem Gravitasi Alat pengendap ini hanya digunakan untuk


membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u
atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara
yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi
perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di
bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung
pada dimensi alatnya.

e. Pengendap Elektrostatik Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk


membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan
pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara
secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih. Alat pengendap
elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara
25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi
muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat
silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan
yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat
silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi.
Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan
masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion
negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di
tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

PENANGANAN LIMBAH B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara
penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu
diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya
atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan
metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai
berikut.

1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi


Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan
adalah stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan
bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa
pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau
penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat
digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik. Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk
memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan
pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai
limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses
ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang
diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. Namun,
proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi
merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena
menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-
senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.

2. Metode Pembuangan Limbah B3


a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection) Salah satu cara membuang
limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memompakan
limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan
air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan
terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air.
Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa
atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan
tanah.

b. Kolam penyimpanan (surface impoundments) limbah B3 cair dapat ditampung


pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi
lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah
menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan
metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam
kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya
senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils) limbah B3 dapat ditimbun pada
landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure
landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur
dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3.
Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol
kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan
benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode
secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada
kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang
karena limbah akan semakin menumpuk.

2. Untuk dapat mengetahui dampak limbah terhadap lingkungan (udara,


tanah, air)

A. Udara
1) Hujan asam
Hujan asam adalah hujan yang mengandung HNO3 dan H2SO4 yang
berbahaya. Asam ini dibentuk terutama oleh nitrogen oksida dan sulfur oksida
yang dilepaskan ke atmosfer ketika bahan bakar fosil dibakar. Di lingkungan,
hujan asam merusak pohon dan menyebabkan tanah dan badan air menjadi
asam, membuat air tidak cocok untuk beberapa ikan dan satwa liar lainnya. Hal
ini juga mempercepat peluruhan bangunan dan patung.
2) Penipisan lapisan ozon
Ozon adalah gas yang terbentuk secara alami dan terletak di lapisan
stratosfer. Pada tingkat dasar, ozon merupakan pencemar yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Di stratosfer, ozon membentuk lapisan
yang melindungi kehidupan di bumi dari sinar ultraviolet matahari yang
berbahaya. Namun ozon pelindung secara bertahap dihancurkan oleh bahan
kimia buatan manusia yang disebut sebagai perusak ozon, termasuk
chlorofluorocarbon, hydrochlorofluorocarbons, dan halons. Penipisan lapisan
ozon pelindung dapat menyebabkan peningkatan jumlah radiasi UV mencapai
bumi, yang dapat menyebabkan lebih banyak kasus kanker kulit, katarak, dan
sistem kekebalan tubuh terganggu.
3) Perubahan iklim global
Atmosfer bumi mengandung keseimbangan alami gas yang menahan
sebagian panas matahari dekat permukaan bumi. Namun, seiring
berkembangnya zaman dan semakin canggihnya teknologi bukti yang kuat
menunjukkan manusia telah mengganggu keseimbangan alami dengan
memproduksi beberapa gas rumah kaca dalam jumlah besar termasuk karbon
dioksida dan metana. Akibatnya, atmosfer bumi menahan lebih banyak panas
matahari, menyebabkan temperatur rata-rata bumi meningkat. Fenomena ini
biasa dikenal sebagai pemanasan global (global warming)
5) Eutrofikasi
Hujan yang mengandung zat pencemar yang didalamnya terdapat unsur
nitrogen akan berpengaruh pada suatu badan air dan tanah. Kandungan zat
pencemar nitrogen oksida yang berasal dari pembangkit listrik, mobil, truk, dan
sumber-sumber lain berkontribusi terhadap jumlah nitrogen memasuki
ekosistem perairan. Nutrisi N yang terlalu banyak dalam badan air atau danau
akan menyebabkan pertumbuhan alga yang tak terkendali (algae blooming)
yang membuat terganggunya ekosistem kondisi badan air tersebut, seperti
menyebabkan ikan mati dan hilangnya tumbuhan air lainnya.
B. Tanah
1). Mengurangi kesuburan tanah.
Dampak pertama yang akan kita rasakan dari adanya tanah yang tercemar
pastinya akan menurunkan kesuburan pada tanah itu sendiri. seperti yang kita
ketahui sebelumnya bahwasannya tanah ini pada dasarnya mempunyai
keunggulan. Salah satu keunggulan tanah adalah mempunyai nilai kesuburan
sehingga banyak tanaman bisa hidup dengan subur.

2). Membuat tumbuh- tumbuhan dan makhluk hidup lainnya mati


Masih serangkaian dengan dampak pencemaran tanah yang akan
menurunkan tingkat kesuburan. Hal ini juga akan berakibat pada masa hidup
tanaman. Tamanan yang awalnya tumbuh dengan subur, lama- kelamaan akan
menjadi layu, bahkan akan mati.

Selain tanaman, pencemaran pada tanah ini juga akan berdampak pada
makhluk hidup lainnya (seperti binatang dan manusia). Zat- zat polutan yang
ada di dalam tanah akan masuk ke dalam janrungan tumbuhan. Dan ketika
tumbuhan tersebut dimakan oleh manusia maupun binatang, maka efek
negatifnya dapat tersalurkan pada binatang atau manusia yang memakan
tumbuhan tersebut.

3). Menyebabkan pencemaran pada udara.

Pencemaran tanah juga akan berdampak pada pencemaran udara. Hal ini
karena zat- zat yang mencemari tanah tersebut (misalnya sampah) dalam jangka
waktu yang lama akan membuat udara yang ada di sekitarnya menjadi tidak
sehat. Akibatnya udara tersebut menjadi tidak nyaman untuk dihirup. Selain itu,
apabila yang membuat pencemaran pada tanah adalah sampah, maka ketika
akan terjadi proses dekomposisi maka akan menimbulkan bau yang begitu
mneyengat. Dan inilah yang disebut dengan pencemaran udara.

4). Merusak ekosistem

Tanah termasuk ke dalam komponen abiotik sehingga tercemarnya tanah


pastinya akan menyebabkan menyebabakn keseimbangan ekosistem menjadi
terganggu. Akibatnya lingkungan menjadi tidak nyaman dan banyak fungsi
yang seharusnya didapatkan justru akan berubah menjadi suatu wujud kerugian.

5). Menimbulkan wabah penyakit

Dampak pencemaran tanah yang selajutnya adalah menyebabkan timbulnya


banyak bibit penyakit. Tanah yang tercemar merupakan rumah yang sangat
nyaman bagi patogen- patogen yang menimbulkan banyak penyakit.
C. Air

Jenis Komponen

1. Bahan yang dapat dibiooksidasi dinyatakan dalam BOD

Pengaruhnya : Deoksigenasi, Keadaan anaerob, Kematian, Bau

Sumbernya / Industri : Karbohidrat yang larut dalam jumlah besar : Pabrik gula,
Pengalengan, Pabrik alkohol, Pabrik susu, Pabrik Pulp dan Kertas.

2. Zat Racun : AS, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb, Zn

Pengaruhnya : Kematian ikan, Keracunan pada manusia dan ternak, Kematian


plankton, Akumulasi dalam daging ikan dan moluska

Sumbernya / Industri : Pembersih logam, Pembuat batrai, Penyamakan kulit

3. Asam dan Alkali

Pengaruhnya : Gangguan sistem penyangga pH, perubahan sistem ekologi

Sumbernya / Industri : Drainasi tambang batubara, Pengasaman besi, Pabrik


bahan kimia, Pabrik tekstil, Wool

4. Desinfektan : Cl2, H2O2, Formalin, Phenol

Pengaruhnya : Kematian mikroorganisme secara selektif, rasa dan bau

Sumbernya / Industri : Pemucatan kertas dan tekstil, resin sintesis, penicilin, zat
warna dan pabrik bahan kimia

5. Ion-ion, Fe, Ca, Mg, Mn, Cl, SO4

Pengaruhnya : Perubahan sifat-sifat air : Menimbulkan warna / noda, staining,


kesadahan, salinitas, dan pembentukan karat
Sumbernya / Industri : Metalurgi, Semen, Keramik, Sumur, Minyak bumi

6. Bahan pengoksidasi dan pereduksi NH3, NO2, NO3, SO3

Pengaruhnya : Mengubah ketimbangan kimia : Kehilangan oksigen secara


cepat, kelebihan nutrisi, bau, pertumbuhan mikroba tertentu

Sumbernya / Industri : Pabrik gas & coke, Pupuk, Bahan peledak, Industri
tekstil dan pencelupan, Pulp dan Pemucatan

3. Untuk dapat mengetahui macam-macam limbah yang yang dihasilkan dari


masing-masing pabrik

A. Limbah Cair
a) Limbah cair mengandung amoniak dan urea berasal dari pabrik amoniak
dan pabrik urea
b) Limbah cair mengandung minyak berasal dari compressor dan pompa
c) Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi
d) Limbah Cair mengandung Lumpur berasal dari pengolahan air
e) Limbah Sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform

B. Limbah Gas dan Kebisingan


a) Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer
dari pabrik utilitas dan pabrik amoniak. Diatasi dedngan pengoperasian
boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih
b) Emis gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir.
Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber dan
penggantian filter secara kontinyu
c) Limbah gas buang (Purge gas) yang berasal dari daur sintesa pabrik
amoniak diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk
memisahkan NH3 dan H2
d) Sumber kebisingan yang berasal dari pabrik utilitas, pabrik amoniak dan
pabrik urea diatasi dengan keharusan setian pekerja memakai alat
penyumbat telinga

4. Limbah Padat
a) Limbah katalis bekas berasal dari pabrik amoniak yang mengandung
oksida-oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan
sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali
b) Limbah Debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan
pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea
dust dan waste dilarutkan kembali kemudian direcycle

Industri Penyamakan Kulit yang menggunakan proses Chrome Tanning


menghasilkan limbah cair yang mengandung Krom. Krom yang dihasilkan adalah
krom bervalensi 3+ (trivalen) yang diperoleh dari proses penyamakan Krom
(chrome tanning). Limbah cair maupun lumpurnya yang mengandung Krom
Trivalen ini dapat membahayakan lingkungan karena Krom Trivalen dapat berubah
menjadi Krom Heksavalen pada kondisi basa yang merupakan jenis limbah B3
yang dapat membahayakan bagi kesehatan.

Jenis Limbah
Dari proses penyamakan kulit secara garis besar limbah industri penyamakan kulit
dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah Cair
2. Limbah Padat
3. Limbah Gas
Jenis-jenis Limbah Tekstil terdiri dari:
1) Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.
2) Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing).
3) Pigmen, zat warna dan pelarut organik.
4) Tensioactive (surfactant).

4. Untuk dapat mengetahui upaya pengurangan pencemaran lingkungan


(udara, tanah, air)

A. Udara
Perlu adanya dukungan pemerintah dalam menjalankan hal ini. Tindakan-
tindakan yang bisa dilakukan adalah :
1. Mengeluarkan kebijakan yang berwawasan lingkungan seperti kajian
AMDAL yang benar untuk setiap pembangunan kawasan industri dan bisnis.
Selain itu, adanya tata ruang yang tepat yang merepresentatifkan daerah hutan
dan penyerapan air yang lebih luas.
2. Law enforcement yang lebih kuat. Seperti pembebasan daerah aliran sungai
dari pemukiman, perbaikan daerah aliran sungai, hukuman terhadap pelaku
illegal logging (penebangan hutan) dan sebagainya.
3. Penetapan standar emisi buangan dan tindakan pengawasannya. Tidak
mengijinkan kendaraan yang emisinya lebih dari standar yang ada.
4. Pembuatan perumahan yang secara vertikal atau rumah susun. Hal ini
mengurangi pembebasan lahan dan mengurangi pembabatan daerah hutan atau
pepohonan.
5. Mengalokasikan dana ke sektor pelestarian lingkungan seperti penghijauan,
Pembuatan taman atau hutan di tengah kota, penanaman bakau di daerah pantai
dan sebagainya.
B. Tanah
Cara penanganan yang terbaik dengan mendaur ulang sampah menjadi
barang-barang yang mungkin bisa dipakai atau juga bisa dijadikan hiasan
dinding. Limbah industri, cara penanggulangannya yaitu dengan cara mengolah
limbah tersebut sebelum dibuang kesungai atau kelaut. Limbah pertanian, yaitu
dengan cara mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia
untuk pemberantasan hama seperti pestisida diganti dengan penggunaan pupuk
kompos.
Sebaiknya, sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama
adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah
atau dapat dijadikan kompos. Jika pembuatan kompos dipadukan dengan
pemeliharaan cacing tanah, maka akan dapat diperoleh hasil yang baik. cacing
tanah dapat dijual untuk pakan ternak, sedangkan tanah kompos dapat dijual
untuk pupuk. Proses ini merupakan proses pendaurulangan (recycle). Kedua
adalah sampah yang tak terurai, dapat dimanfaatkan ulang (penggunaulangan =
reuse). Misalnya, kaleng bekas kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol
selai bekas digunakan untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan
untuk menyimpan air minum. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan
dapat mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan. Keuntungannya, beban lingkungan menjadi
berkurang
C. Air
Konsep Pengendalian Pencemaran Air
-Mengurangi atau menghilangkan sumber-sumber pollusi .
contoh: pengurangan jumlah penggunaan pupuk
-Mencari bahan-bahan pengganti yang ramah lingkungan
contoh: penggantian phosphat pada deterjen laundry
-Mengembalikan secara alami, fungsi air sebagai pembersih,
contoh, menghidupkan kembali wetlands
-Meniru fungsi air sebagai pembersih alami dalam cara mengontrol: Plant
saluran pengolahan buangan, septik tank

5. Untuk dapat mengetahui indikator pencemaran air

Indikator Pencemaran Air Air yang tercemar, memiliki karakteristik khusus


yang dapat dibedakan dari air bersih, baik secara fisik, kimia maupun biologi
(Suyasa. W.B. 2015.).
Semakin banyaknya jumlah manusia/ penduduk maka makin banyak bahan
buangan di alam. Kondisi ini akan menyebabkan kualitas air mengalami penurunan
seperti dikemukakan di atas. Perubahan fisik kimia dan biologi lingkungan
perairan dapat ditunjukan dengan berbagai indikator/tanda bahwa air dalam
keadaan tercemar (Suyasa. W.B. 2015).
(1) Suhu sangat penting dalam suatu perairan, karena menentukan jenis organisme
yang dapat hidup. Kegiatan Industri seringkali menggunakan mesin reaktor dalam
proses produksi. Apabila hal ini dibuang ke perairan maka akan mengakibatkan
perubahan suhu perairan. Perubahan suhu perairan juga dapat terjadi karena
peristiwa alam, yang mengakibatkan peningkatan kesuburan perairan sehingga akan
timbul jenis tanaman air yang menimbulkan pencemaran.
(2) Derajat Keasaman (pH) bagi kehidupan normal berkisar antara 6,5-7,5. Air
dapat bersifat asam atau basa tergantung dari jumlah Ion Hidrogen yang
didonorkan. Limbah yang dibuang ke perairan dapat mengurangi pH menjadi
7(Basa).
(3) Indikator Fisik yang mudah terdeteksi oleh panca indera manusia adalah Warna,
Rasa dan Bau. Perubahan itu disebabkan oleh jenis dan jumlah bahan
buangan/limbah di perairan. Warna, Rasa dan Bau dapat mengurangi estetika bagi
penggunaan air untuk keperluan air minum.
(4) Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut. Endapan, Koloidal dan
Bahan Terlarut berasal dari bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bentuk
menjadi Endapan maupun koloidal tergantung pada daya larut bahan buangan
tersebut. Endapan yang tidak dapat larut sempurna akan berada di dasar perairan,
sedangkan yang sebagian larut akan membentuk koloidal di perairan. 32 Koloidal
ini akan menghalangi masuknya cahaya matahari ke perairan. Jika cahaya matahari
kurang di perairan, maka mikroorganisme tidak dapat melakukan fotosintesa
dengan sempurna. Fotosintesa dibutuhkan untuk menghasilkan oksigen yang cukup
bagi organisme perairan. Semakin banyak Endapan, koloidal maupun Bahan
terlarut akan meningkatkan BOD (Biological Oxygen Demand) di perairan.
(5) Mikroorganisme berperan dalam mendegradasi bahan buangan. Semakin
banyak bahan buangan di perairan maka akan semakin banyak mikroorganisme
yang akan mendegradasinya. Seiring perkembangan mikroorganisme,
kemungkingan akan timbul juga mikroba patogen. Mikroba Pathogen akan
menimbulkan berbagai macam penyakit.
(6) Radioaktif telah banyak dipergunakan di segala bidang, antara lain pertanian,
kedokteran, Industri dan lain sebagainya. Sejak awal terbentuknya bumi,
radioaktivitas telah ada dalam pembentukan Bumi melalui Reaksi Fusi yang
memerlukan energi yang sangat tinggi. Namun manusia dilarang untuk mebuang
secara sengaja bahanbahan radioaktif ke perairan.
(Suyasa. W.B. 2015.)

6. Untuk dapat meengetahui syarat-syarat pembangunan pabrik yang baik


dan benar

Lo 6.
syarat-syarat pembangunan pabrik yang baik dan benar
berdasarkan UU Perindustrian No. 3 th 2014 Bab V tentang perwilyahan industry
dalam pasal 14 menyebutkan
1) pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan percepatan penyebaran
dan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia melalui perwilayahan industry
2) Perwilayahan insudstri sebagaimana dimaskud pada ayat (1) dilakukan
dengan paling sedikit memperhatikan:
a. rencana tata ruang wilayah,
b. pendayagunaan potensi sumber daya wilayah secara nasional,
c. peningkatan daya saing industry berlandaskan keunggulan sumber daya
yang dimiliki daerah, dan
d. peningkatan nilai tambah sepanjang rantai nilai
3) perwilayahan industry sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui:
a. pengembanganwilayah pusat pertumbuhan industry,
b. pengembangan kawasan peruntukan industry,
c. pembangunan kawasan industry, dan
d. pengembangan sentra industry kecil dan industry menengah

Setiap orang dan atau Badan Hukum yang berkeinginan membangun usaha
Pabrik maka perlu menyiapkan/membuat dokumen legal dasar antara lain Akta
Pendirian Perusahaan, Surat Keputusan Kemenkum dan HAM, SIUP, TDP, NPWP,
SKT dan syarat-syarat penting lainberikut:
A. Perizinan Mendirikan Bangunan Pabrik
Bagaimana Cara Memperoleh Izin Mendirikan Bangunan Pabrik? Pada
dasarnya Setiap bangunan gedung termasuk pabrik harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan
gedung.
a. Persyaratan Administratif Meliputi:
1) Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah (dalam bentuk perjanjian tertulis);
2) Surat bukti kepemilikan gedung yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah;
3) Izin mendirikan bangunan – dalam hal ini setiap orang dan atau badan
hukm dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan
gedung wajib melengkapi dengan:
- Tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti
perjanjian pemanfaatan tanah (apabila tanahnya bukan milik pemilik
gedung);
- Data pemilik bangunan gedung;
- Rencana teknis bangunan gedung;
- Rencana teknis bangunan gedung ini dibuat berdasarkan surat
keterangan rencana kabupaten/kota untuk lokasi yang akan dibangun
gedung tersebut yang diberikan oleh Pemerintah Daerah (“Surat
Keterangan Rencana Kabupaten/Kota”) dan di dalam Surat
Keterangan Rencana Kabupaten/Kota tersebut berisi:
 Fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi yang
bersangkutan;
 Ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan;
 Jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah
dan Koefisien Tapak Basemen (“KTB”) yang diizinkan;
 Garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung
yang diizinkan;
 Koefisien Dasar Bangunan (“KDB”) maksimum yang diizinkan;
 Koefisien Lantai Bangunan (“KLB”) maksimum yang diizinkan;
 Koefisien Dasar Hijau (“KDH”) maksimum yang diizinkan;
 KTB Maksimum yang diizinkan; dan
 Jaringan utilitas.
- Hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bagi bangunan
gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
b. Persyaratan Teknis Meliputi:
1) Persyaratan Tata Bangunan yang Meliputi:
- Persyaratan peruntukan bangunan gedung sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota (“RTRW”);
- Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (“RDTRKP”),
dan/atau;
- Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (“RTBL”);
2) Persyaratan intensitas bangunan gedung yang meliputi: persyaratan
kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang
ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan;
3) Arsitektur bangunan gedung yang meliputi:
- Persyaratan penampilan bangunan gedung yang dirancang dengan
mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik
arsitektur, dan lingkungan yang ada di sekitarnya;
- Tata ruang dalam harus mempertimbangkan fungsi ruang, arsitektur
bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung;
- Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dalam
lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-
nilai sosial dan budaya setempat terhadap berbagai perkembangan
arsitektur dan rekayasa; dan
- Persyaratan pengendalian dampak lingkungan - Persyaratan ini hanya
berlaku bagi gedungyang dapat memberikan dampak penting terhadap
lingkungan.
- Persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi:
 Persyaratan keselamatan
 Persyaratan kesehatan;
 Persyaratan kenyamanan;
 Persyaratan kemudahan
c. Permohonan izin mendirikan bangunan gedung yang telah memenuhi
persyaratan administratif danpersyaratan teknis disetujui dan disahkan oleh
Bupati/Walikota.

7. Untuk dapat mengetahui penanganan pencemaran air sesuai kasus diatas

Untuk mengatasi pada kasus tersebut agar tidak terjadi kembali maka
sebaiknya:
A. Melindungi Sumber Air
Perlindungan sumber air meliputi perlindungan daerah resapan air dengan cara
pembatasan bangunan, pelarangan penebangan hutan dan pembukaan hutan,
penguasaan sumber-sumber air oleh individu atau pengambilan yang
berlebihan, perlindungan dari pencemaran baik oleh domestik maupun oleh
Industri. Sebagai langkah pencegahan sumber air perlu dilindungi dari
pencemaran, oleh karena itu bagi Industri yang terletak di daerah hulu, harus
dikenai peraturan lingkungan yang lebih ketat dibandingkan yang terletak di
hilir, karena jika mereka membuang limbah ke sungai atau perairan sekitar,
maka air tersebut akan mengalir ke daerah hilir dan banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat dan jika terjadi pencemaran dampaknya akan sangat luas. Dalam
rangka perlindungan Sumberdaya Air ini telah telah dikeluarkan Undang-
undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sebagai pengganti
Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang pengairan. yang dianggap sudah
tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam
kehidupan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 telah diatur
mengenai perlindungan sumberdaya air.
B. Monitoring dan Evaluasi
Data merupakan penunjang yang sangat penting dalam mengevaluasi kondisi
lingkungan dan penegakan hukum lingkungan. Untuk menghindari adanya
perdebatan yang berkepanjangan tentang permasalahan lingkungan diperlukan
pusat data. Untuk pengisian data diperlukan monitoring, terutama perairan-
perairan yang dianggap rawan atau daerah industri yang diduga mencemari.
Mengingat luasnya kegiatan dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
monitoring, maka tidak setiap daerah dapat dimonitor kualitas air secara rutin.
Dalam kondisi normal monitoring yang tidak rutin tidak menimbulkan masalah,
tetapi mungkin situasi tersebut dimanfaatkan oleh industri yang nakal untuk
membuang limbahnya disaat lengah. Akibatnya sasaran kegiatan untuk
perbaikan lingkungan tidak pernah tercapai.
Penegakan hukum tidak dapat dilakukan dengan tegas tanpa didukung data
pendukung hasil monitoring yang akurat dan kontinu. Data hasil monitoring
juga harus diolah dalam database yang bagus dan format yang baku, mengingat
demikian banyaknya permasalahan lingkungan yang ada membutuhkan
kecepatan dalam proses pencarian berkas dan proses pembaharuan atau
penambahan data. Dengan berkembangnya teknologi, proses monitoring dapat
dilakukan secara on line atau langsung, terutama pada wilayah atau daerah yang
dianggap kritis dan perlu pemantauan secara kontinu. Pengukuran pada on line
monitoring dapat dilakukan secara regular dengan selang waktu yang
ditentukan atau pada saat terjadi kejadian kritis dimana parameter yang diukur
jauh melebihi standard baku yang ditetapkan. Data hasil monitoring sangat
berguna untuk evaluasi kegiatan atau program yang telah dan sedang berjalan,
apakah ada perbaikan kondisi lingkungan atau tidak. Sebagai contoh, pada suatu
aliran sungai yang sedang dilakukan program kali bersih diukur kondisi
awalnya, setelah program selesai apakah ada perbaikan dapat dilihat dari hasil
monitoringnya apakah ada perubahan yang cukup berarti dari program yang
dilaksanakan.
C. Produksi Bersih
Produksi bersih merupakan kegiatan internal dari pemilik usaha, namun
demikian kegiatan ini juga mendapat respon yang bagus dari Pemerintah.
Produksi bersih bisa dimulai dari pemilihan bahan baku, pemilihan proses yang
akrab lingkungan, pengepakan, sampai dengan proses pengiriman produk.
Namun demikian untuk produksi bersih diperlukan semacam standard baku
mutu untuk produk tertentu, misalnya : berapa banyak jumlah limbah cair yang
wajar dihasilkan untuk satu bungkus mie instanst ? Dengan demikian siapapun
akan dengan mudah mengetahui, apakah proses pembuatan mie tersebut akrab
lingkungan atau tidak. Usaha untuk melakukan produksi bersih banyak
dilakukan oleh industri-industri yang berorientasi export untuk mendapatkan
ISO 14000, karena negara pengimport mempersyaratkan untuk semua
produknya akrab lingkungan. Produksi bersih belum masyarakat secara baik di
Indonesia, karena konsumen tidak mempunyai banyak informasi, sehingga
dalam pemilihan barang produk, konsumen hanya semata-mata menilai dari
kualitas dan harga yang dianggap layak.

D. Teknologi Pengolahan Limbah


Sebagai langkah pencegahan, sebaiknya setiap orang berprinsip untuk tidak
membuang limbah ke perairan. Pertanyaannya adalah apakah mungkin itu
terjadi ? Bagi masyarakat atau industri atau kegiatan yang terletak ditepi sungai,
contohnya, akan secara sengaja atau tidak sengaja akan mengalirkan limbahnya
ke sungai karena faktor topografi semata. Oleh karena itu dengan adanya
sosialisasi UndangUndang dan Peraturan yang ada maka, diharapkan dengan
kesadaran penuh mereka akan mengolah limbahnya sebelum dibuang ke
perairan.
Teknologi Pengolahan Limbah, banyak macam dan ragamnya. Setiap jenis
limbah mempunyai kekhususan dalam teknologi, tergantung jenis limbah yang
akan diolah dan tingkat kesulitan dalam pengolahan. Teknologi pengolahan
limbah yang ada di pasar, sebagian besar adalah merupakan paket teknologi,
oleh karena itu didalam pemilihan teknologi, sebaiknya dilakukan dahulu
semacam penelitian untuk mengetahui karakter limbah yang akan diolah.
Dengan mengetahui karakter limbah kita akan menentukan proses pengolahan
limbah yang akan dilakukan, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengolahan,
bahan dan energi yang akan digunakan, biaya konstruksi dan operasi yang akan
dikeluarkan. Pengetahuan akan teknologi pengolahan limbah penting agar tidak
terjadi pemborosan yang berakibat kerugian.
Daftar Pustaka

Alaerts, G. Dan Santika, S.S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional.
Surabaya.
Bobby RK, RJM Mandagi, JP Rantung, GY Malingkas. 2013. Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Jurnal Sipil Statik.
Vol. 1 (6) : 430-433)
Djoko Pitono, 2003, Sumbangan Brantas Untuk Pembangunan Berkelanjutan,
disajikan dalam Seminar Sistem Monitoring Pencemaran Lingkungan
Sungai dan Teknologi Pengelolaannya, Hotel Panghegar, Bandung, 8-9 Juli
2003, Penyelenggara PPET, LIPI.
Erizal. 2017. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bogor. Dept Teknik Sipil dan
Lingkungan IPB.
PP nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Yuli. S. Slamet. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 225 hal.

Anda mungkin juga menyukai