KESEHATAN LINGKUNGAN
SKENARIO III
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Tutor:
dr. Marinda Dwi Puspitarini
Anggota :
Dian Dakwatul Choiriya ` 6130016035
Hikmah Shabrina Dinda Izzaty 6130016038
Dian Islamiati 6130016039
Muhammad Lubbabul Hikam 6130016042
Fajrul Maliki Alhaq 6130016043
M. Idham Kholid 6130016044
Skenario 3
Step 1
Kata Sulit
-
Kata Kunci
1. Sungai C untuk kebutuhan sehari-hari
2. Kesulitan memperoleh air bersih
3. Terdapat beberapa pabrik
4. Banyak keluhan berbagai macam penyakit
5. Sungai makin pekat dan berbau
6. Desa SB terletak dibantaran sungai
Step 2
Rumusan Masalah
1. Mengapa air sungai C semakin pekat dan berbau?
2. Bagaimana dampak limbah pabrik tersebut terhadap lingkungan sekitar
pabrik?
3. Bagaimana cara pembuangan limbah pabrik yang baik dan benar?
4. Bagaimana peran pabrik dalam menjaga lingkungan sekitar?
5. Penyakit apa saja yang mungkin bisa ditimbulkan akibat dari pencemaran
tersebut?
6. Bagaimana cara menangani pencemaran akibat limbah?
Jawaban
1. Terjadi pencemaran akibat limbah pabrik yang dibuang sembarangan
2. Terjadi pencemaran air, tanah , maupun udara
3. Pembuangan limbah yang baik dan benar bisa dilakukan dengan beberapa
metode namun harus memperhatikan jenis limbah yang akan di buang, agar
tidak salah dalam mengelelolah
4. Salah satunya harus dengan mengelolah limbah yang baik dan benar
5. Menimbulkan resiko terjadinya macam-macam penyakit yang bisa saja
menimbulkan kematian
6. Diperlukan peran pemerintah setempat, warga, maupun pemilik pabrik
setempat. Agar sama-sama dalam memperbaiki pencemaran yang sudah
terjadi
Step 3
Hipotesis
Akibat dari kurangnya pengolahan limbah pabrik disekitar, mengakibatkan sungai
menjadi tercemar dan berdampak pada lingkungan sekitar.
Step 4
Mind Mapping
Pabrik Tekstil
Pabrik Pupuk
Sungai
PADAT
CAIR
GAS
Dampak
Pemukiman
Memenuhi Syarat
Pembuangan
Timbul Penyakit
Mencegah
pemaran
Step 5
Learning Objective
1. Untuk dapat mengetahui cara pengolahan limbah yang baik dan benar
(padat, cair,gas, B3)
2. Untuk dapat mengetahui dampak limbah terhadap lingkungan (udara, tanah,
air)
3. Untuk dapat mengetahui macam-macam limbah yang yang dihasilkan dari
masing-masing pabrik
4. Untuk dapat mengetahui upaya pengurangan pencemaran lingkungan
(udara, tanah, air)
5. Untuk dapat mengetahui indikator pencemaran air
6. Untuk dapat meengetahui syarat-syarat pembangunan pabrik yang baik dan
benar
7. Untuk dapat mengetahui penanganan pencemaran air sesuai kasus diatas
Step 6
Belajar Mandiri
Step 7
Hasil Belajar Mandiri
1. Untuk dapat mengetahui cara pengolahan limbah yang baik dan benar
(padat, cair,gas, B3)
LIMBAH CAIR
a. Metode Trickling Filter Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk
mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar,
biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan ± 1 – 3 m.
limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes
melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang
terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes
sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung
dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan. Dalam tangki pengendapan,
limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat
tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan
mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan
dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih
diperlukan
b. Metode Activated Sludge Pada metode activated sludge atau lumpur aktif,
limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan
lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki
tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi
(pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi
limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami
proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan
kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah
melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih
dperlukan.
4. Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi
mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair. Meknisme desinfeksi dapat
secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan
perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : • Daya racun zat • Waktu
kontak yang diperlukan • Efektivitas zat • Kadar dosis yang digunakan • Tidak
boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan • Tahan terhadap air • Biayanya
murah Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin
(klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (Oз). Proses
desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah
dibuang ke lingkungan.
3. insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang
disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau
untuk pemanas ruangan.
4. Pembuatan kompos
Pembuatan kompos padat dan cair metode ini adalah dengan mengolah sampah
organic seperti sayuran, daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses
penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu
cara terbaik dalam penanganan sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos
ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan
menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi
dan bisa didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism .EMA
merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi
limbah atau sampah organic.
5. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu
yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi
penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca
jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah
satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas
pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga
adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Material-material
yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah: Bahan bangunan
Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan dengan mesin
penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu.
Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil
yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.
Baterai Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini
relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian
khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung
merkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi mencegah
kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya jauh lebih
mudah dan lebih murah untuk didaur ulang. Barang Elektronik Barang elektronik
yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak didaur ulang karena
belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang
dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik
tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat
dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama
dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi
tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya
masih belum jelas. Logam Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak
didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat
dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam
pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak
mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium, yang
merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua
jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut,
menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.
Bahan Lainnya Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain
sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama
dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan.
Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material
kaca daur ulang. Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas
bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan
selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan
kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau
mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah. Plastik dapat
didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat
berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode
mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah
untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan
kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu
menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan,
misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-
lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.
c. Filter Basah Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors.
Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian
bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut
semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat
juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat
penangkap debu yang dinamakan.
PENANGANAN LIMBAH B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara
penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu
diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya
atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan
metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai
berikut.
A. Udara
1) Hujan asam
Hujan asam adalah hujan yang mengandung HNO3 dan H2SO4 yang
berbahaya. Asam ini dibentuk terutama oleh nitrogen oksida dan sulfur oksida
yang dilepaskan ke atmosfer ketika bahan bakar fosil dibakar. Di lingkungan,
hujan asam merusak pohon dan menyebabkan tanah dan badan air menjadi
asam, membuat air tidak cocok untuk beberapa ikan dan satwa liar lainnya. Hal
ini juga mempercepat peluruhan bangunan dan patung.
2) Penipisan lapisan ozon
Ozon adalah gas yang terbentuk secara alami dan terletak di lapisan
stratosfer. Pada tingkat dasar, ozon merupakan pencemar yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Di stratosfer, ozon membentuk lapisan
yang melindungi kehidupan di bumi dari sinar ultraviolet matahari yang
berbahaya. Namun ozon pelindung secara bertahap dihancurkan oleh bahan
kimia buatan manusia yang disebut sebagai perusak ozon, termasuk
chlorofluorocarbon, hydrochlorofluorocarbons, dan halons. Penipisan lapisan
ozon pelindung dapat menyebabkan peningkatan jumlah radiasi UV mencapai
bumi, yang dapat menyebabkan lebih banyak kasus kanker kulit, katarak, dan
sistem kekebalan tubuh terganggu.
3) Perubahan iklim global
Atmosfer bumi mengandung keseimbangan alami gas yang menahan
sebagian panas matahari dekat permukaan bumi. Namun, seiring
berkembangnya zaman dan semakin canggihnya teknologi bukti yang kuat
menunjukkan manusia telah mengganggu keseimbangan alami dengan
memproduksi beberapa gas rumah kaca dalam jumlah besar termasuk karbon
dioksida dan metana. Akibatnya, atmosfer bumi menahan lebih banyak panas
matahari, menyebabkan temperatur rata-rata bumi meningkat. Fenomena ini
biasa dikenal sebagai pemanasan global (global warming)
5) Eutrofikasi
Hujan yang mengandung zat pencemar yang didalamnya terdapat unsur
nitrogen akan berpengaruh pada suatu badan air dan tanah. Kandungan zat
pencemar nitrogen oksida yang berasal dari pembangkit listrik, mobil, truk, dan
sumber-sumber lain berkontribusi terhadap jumlah nitrogen memasuki
ekosistem perairan. Nutrisi N yang terlalu banyak dalam badan air atau danau
akan menyebabkan pertumbuhan alga yang tak terkendali (algae blooming)
yang membuat terganggunya ekosistem kondisi badan air tersebut, seperti
menyebabkan ikan mati dan hilangnya tumbuhan air lainnya.
B. Tanah
1). Mengurangi kesuburan tanah.
Dampak pertama yang akan kita rasakan dari adanya tanah yang tercemar
pastinya akan menurunkan kesuburan pada tanah itu sendiri. seperti yang kita
ketahui sebelumnya bahwasannya tanah ini pada dasarnya mempunyai
keunggulan. Salah satu keunggulan tanah adalah mempunyai nilai kesuburan
sehingga banyak tanaman bisa hidup dengan subur.
Selain tanaman, pencemaran pada tanah ini juga akan berdampak pada
makhluk hidup lainnya (seperti binatang dan manusia). Zat- zat polutan yang
ada di dalam tanah akan masuk ke dalam janrungan tumbuhan. Dan ketika
tumbuhan tersebut dimakan oleh manusia maupun binatang, maka efek
negatifnya dapat tersalurkan pada binatang atau manusia yang memakan
tumbuhan tersebut.
Pencemaran tanah juga akan berdampak pada pencemaran udara. Hal ini
karena zat- zat yang mencemari tanah tersebut (misalnya sampah) dalam jangka
waktu yang lama akan membuat udara yang ada di sekitarnya menjadi tidak
sehat. Akibatnya udara tersebut menjadi tidak nyaman untuk dihirup. Selain itu,
apabila yang membuat pencemaran pada tanah adalah sampah, maka ketika
akan terjadi proses dekomposisi maka akan menimbulkan bau yang begitu
mneyengat. Dan inilah yang disebut dengan pencemaran udara.
Jenis Komponen
Sumbernya / Industri : Karbohidrat yang larut dalam jumlah besar : Pabrik gula,
Pengalengan, Pabrik alkohol, Pabrik susu, Pabrik Pulp dan Kertas.
Sumbernya / Industri : Pemucatan kertas dan tekstil, resin sintesis, penicilin, zat
warna dan pabrik bahan kimia
Sumbernya / Industri : Pabrik gas & coke, Pupuk, Bahan peledak, Industri
tekstil dan pencelupan, Pulp dan Pemucatan
A. Limbah Cair
a) Limbah cair mengandung amoniak dan urea berasal dari pabrik amoniak
dan pabrik urea
b) Limbah cair mengandung minyak berasal dari compressor dan pompa
c) Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi
d) Limbah Cair mengandung Lumpur berasal dari pengolahan air
e) Limbah Sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform
4. Limbah Padat
a) Limbah katalis bekas berasal dari pabrik amoniak yang mengandung
oksida-oksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan
sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali
b) Limbah Debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan
pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea
dust dan waste dilarutkan kembali kemudian direcycle
Jenis Limbah
Dari proses penyamakan kulit secara garis besar limbah industri penyamakan kulit
dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah Cair
2. Limbah Padat
3. Limbah Gas
Jenis-jenis Limbah Tekstil terdiri dari:
1) Logam berat terutama As, Cd, Cr, Pb, Cu, Zn.
2) Hidrokarbon terhalogenasi (dari proses dressing dan finishing).
3) Pigmen, zat warna dan pelarut organik.
4) Tensioactive (surfactant).
A. Udara
Perlu adanya dukungan pemerintah dalam menjalankan hal ini. Tindakan-
tindakan yang bisa dilakukan adalah :
1. Mengeluarkan kebijakan yang berwawasan lingkungan seperti kajian
AMDAL yang benar untuk setiap pembangunan kawasan industri dan bisnis.
Selain itu, adanya tata ruang yang tepat yang merepresentatifkan daerah hutan
dan penyerapan air yang lebih luas.
2. Law enforcement yang lebih kuat. Seperti pembebasan daerah aliran sungai
dari pemukiman, perbaikan daerah aliran sungai, hukuman terhadap pelaku
illegal logging (penebangan hutan) dan sebagainya.
3. Penetapan standar emisi buangan dan tindakan pengawasannya. Tidak
mengijinkan kendaraan yang emisinya lebih dari standar yang ada.
4. Pembuatan perumahan yang secara vertikal atau rumah susun. Hal ini
mengurangi pembebasan lahan dan mengurangi pembabatan daerah hutan atau
pepohonan.
5. Mengalokasikan dana ke sektor pelestarian lingkungan seperti penghijauan,
Pembuatan taman atau hutan di tengah kota, penanaman bakau di daerah pantai
dan sebagainya.
B. Tanah
Cara penanganan yang terbaik dengan mendaur ulang sampah menjadi
barang-barang yang mungkin bisa dipakai atau juga bisa dijadikan hiasan
dinding. Limbah industri, cara penanggulangannya yaitu dengan cara mengolah
limbah tersebut sebelum dibuang kesungai atau kelaut. Limbah pertanian, yaitu
dengan cara mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia
untuk pemberantasan hama seperti pestisida diganti dengan penggunaan pupuk
kompos.
Sebaiknya, sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama
adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah
atau dapat dijadikan kompos. Jika pembuatan kompos dipadukan dengan
pemeliharaan cacing tanah, maka akan dapat diperoleh hasil yang baik. cacing
tanah dapat dijual untuk pakan ternak, sedangkan tanah kompos dapat dijual
untuk pupuk. Proses ini merupakan proses pendaurulangan (recycle). Kedua
adalah sampah yang tak terurai, dapat dimanfaatkan ulang (penggunaulangan =
reuse). Misalnya, kaleng bekas kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol
selai bekas digunakan untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan
untuk menyimpan air minum. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan
dapat mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan. Keuntungannya, beban lingkungan menjadi
berkurang
C. Air
Konsep Pengendalian Pencemaran Air
-Mengurangi atau menghilangkan sumber-sumber pollusi .
contoh: pengurangan jumlah penggunaan pupuk
-Mencari bahan-bahan pengganti yang ramah lingkungan
contoh: penggantian phosphat pada deterjen laundry
-Mengembalikan secara alami, fungsi air sebagai pembersih,
contoh, menghidupkan kembali wetlands
-Meniru fungsi air sebagai pembersih alami dalam cara mengontrol: Plant
saluran pengolahan buangan, septik tank
Lo 6.
syarat-syarat pembangunan pabrik yang baik dan benar
berdasarkan UU Perindustrian No. 3 th 2014 Bab V tentang perwilyahan industry
dalam pasal 14 menyebutkan
1) pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan percepatan penyebaran
dan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia melalui perwilayahan industry
2) Perwilayahan insudstri sebagaimana dimaskud pada ayat (1) dilakukan
dengan paling sedikit memperhatikan:
a. rencana tata ruang wilayah,
b. pendayagunaan potensi sumber daya wilayah secara nasional,
c. peningkatan daya saing industry berlandaskan keunggulan sumber daya
yang dimiliki daerah, dan
d. peningkatan nilai tambah sepanjang rantai nilai
3) perwilayahan industry sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui:
a. pengembanganwilayah pusat pertumbuhan industry,
b. pengembangan kawasan peruntukan industry,
c. pembangunan kawasan industry, dan
d. pengembangan sentra industry kecil dan industry menengah
Setiap orang dan atau Badan Hukum yang berkeinginan membangun usaha
Pabrik maka perlu menyiapkan/membuat dokumen legal dasar antara lain Akta
Pendirian Perusahaan, Surat Keputusan Kemenkum dan HAM, SIUP, TDP, NPWP,
SKT dan syarat-syarat penting lainberikut:
A. Perizinan Mendirikan Bangunan Pabrik
Bagaimana Cara Memperoleh Izin Mendirikan Bangunan Pabrik? Pada
dasarnya Setiap bangunan gedung termasuk pabrik harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan
gedung.
a. Persyaratan Administratif Meliputi:
1) Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah (dalam bentuk perjanjian tertulis);
2) Surat bukti kepemilikan gedung yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah;
3) Izin mendirikan bangunan – dalam hal ini setiap orang dan atau badan
hukm dalam mengajukan permohonan izin mendirikan bangunan
gedung wajib melengkapi dengan:
- Tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti
perjanjian pemanfaatan tanah (apabila tanahnya bukan milik pemilik
gedung);
- Data pemilik bangunan gedung;
- Rencana teknis bangunan gedung;
- Rencana teknis bangunan gedung ini dibuat berdasarkan surat
keterangan rencana kabupaten/kota untuk lokasi yang akan dibangun
gedung tersebut yang diberikan oleh Pemerintah Daerah (“Surat
Keterangan Rencana Kabupaten/Kota”) dan di dalam Surat
Keterangan Rencana Kabupaten/Kota tersebut berisi:
Fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi yang
bersangkutan;
Ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan;
Jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah
dan Koefisien Tapak Basemen (“KTB”) yang diizinkan;
Garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung
yang diizinkan;
Koefisien Dasar Bangunan (“KDB”) maksimum yang diizinkan;
Koefisien Lantai Bangunan (“KLB”) maksimum yang diizinkan;
Koefisien Dasar Hijau (“KDH”) maksimum yang diizinkan;
KTB Maksimum yang diizinkan; dan
Jaringan utilitas.
- Hasil Analisis Mengenai Dampak Lingkungan bagi bangunan
gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
b. Persyaratan Teknis Meliputi:
1) Persyaratan Tata Bangunan yang Meliputi:
- Persyaratan peruntukan bangunan gedung sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota (“RTRW”);
- Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (“RDTRKP”),
dan/atau;
- Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (“RTBL”);
2) Persyaratan intensitas bangunan gedung yang meliputi: persyaratan
kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang
ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan;
3) Arsitektur bangunan gedung yang meliputi:
- Persyaratan penampilan bangunan gedung yang dirancang dengan
mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik
arsitektur, dan lingkungan yang ada di sekitarnya;
- Tata ruang dalam harus mempertimbangkan fungsi ruang, arsitektur
bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung;
- Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dalam
lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-
nilai sosial dan budaya setempat terhadap berbagai perkembangan
arsitektur dan rekayasa; dan
- Persyaratan pengendalian dampak lingkungan - Persyaratan ini hanya
berlaku bagi gedungyang dapat memberikan dampak penting terhadap
lingkungan.
- Persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi:
Persyaratan keselamatan
Persyaratan kesehatan;
Persyaratan kenyamanan;
Persyaratan kemudahan
c. Permohonan izin mendirikan bangunan gedung yang telah memenuhi
persyaratan administratif danpersyaratan teknis disetujui dan disahkan oleh
Bupati/Walikota.
Untuk mengatasi pada kasus tersebut agar tidak terjadi kembali maka
sebaiknya:
A. Melindungi Sumber Air
Perlindungan sumber air meliputi perlindungan daerah resapan air dengan cara
pembatasan bangunan, pelarangan penebangan hutan dan pembukaan hutan,
penguasaan sumber-sumber air oleh individu atau pengambilan yang
berlebihan, perlindungan dari pencemaran baik oleh domestik maupun oleh
Industri. Sebagai langkah pencegahan sumber air perlu dilindungi dari
pencemaran, oleh karena itu bagi Industri yang terletak di daerah hulu, harus
dikenai peraturan lingkungan yang lebih ketat dibandingkan yang terletak di
hilir, karena jika mereka membuang limbah ke sungai atau perairan sekitar,
maka air tersebut akan mengalir ke daerah hilir dan banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat dan jika terjadi pencemaran dampaknya akan sangat luas. Dalam
rangka perlindungan Sumberdaya Air ini telah telah dikeluarkan Undang-
undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sebagai pengganti
Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang pengairan. yang dianggap sudah
tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam
kehidupan masyarakat. Dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 telah diatur
mengenai perlindungan sumberdaya air.
B. Monitoring dan Evaluasi
Data merupakan penunjang yang sangat penting dalam mengevaluasi kondisi
lingkungan dan penegakan hukum lingkungan. Untuk menghindari adanya
perdebatan yang berkepanjangan tentang permasalahan lingkungan diperlukan
pusat data. Untuk pengisian data diperlukan monitoring, terutama perairan-
perairan yang dianggap rawan atau daerah industri yang diduga mencemari.
Mengingat luasnya kegiatan dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
monitoring, maka tidak setiap daerah dapat dimonitor kualitas air secara rutin.
Dalam kondisi normal monitoring yang tidak rutin tidak menimbulkan masalah,
tetapi mungkin situasi tersebut dimanfaatkan oleh industri yang nakal untuk
membuang limbahnya disaat lengah. Akibatnya sasaran kegiatan untuk
perbaikan lingkungan tidak pernah tercapai.
Penegakan hukum tidak dapat dilakukan dengan tegas tanpa didukung data
pendukung hasil monitoring yang akurat dan kontinu. Data hasil monitoring
juga harus diolah dalam database yang bagus dan format yang baku, mengingat
demikian banyaknya permasalahan lingkungan yang ada membutuhkan
kecepatan dalam proses pencarian berkas dan proses pembaharuan atau
penambahan data. Dengan berkembangnya teknologi, proses monitoring dapat
dilakukan secara on line atau langsung, terutama pada wilayah atau daerah yang
dianggap kritis dan perlu pemantauan secara kontinu. Pengukuran pada on line
monitoring dapat dilakukan secara regular dengan selang waktu yang
ditentukan atau pada saat terjadi kejadian kritis dimana parameter yang diukur
jauh melebihi standard baku yang ditetapkan. Data hasil monitoring sangat
berguna untuk evaluasi kegiatan atau program yang telah dan sedang berjalan,
apakah ada perbaikan kondisi lingkungan atau tidak. Sebagai contoh, pada suatu
aliran sungai yang sedang dilakukan program kali bersih diukur kondisi
awalnya, setelah program selesai apakah ada perbaikan dapat dilihat dari hasil
monitoringnya apakah ada perubahan yang cukup berarti dari program yang
dilaksanakan.
C. Produksi Bersih
Produksi bersih merupakan kegiatan internal dari pemilik usaha, namun
demikian kegiatan ini juga mendapat respon yang bagus dari Pemerintah.
Produksi bersih bisa dimulai dari pemilihan bahan baku, pemilihan proses yang
akrab lingkungan, pengepakan, sampai dengan proses pengiriman produk.
Namun demikian untuk produksi bersih diperlukan semacam standard baku
mutu untuk produk tertentu, misalnya : berapa banyak jumlah limbah cair yang
wajar dihasilkan untuk satu bungkus mie instanst ? Dengan demikian siapapun
akan dengan mudah mengetahui, apakah proses pembuatan mie tersebut akrab
lingkungan atau tidak. Usaha untuk melakukan produksi bersih banyak
dilakukan oleh industri-industri yang berorientasi export untuk mendapatkan
ISO 14000, karena negara pengimport mempersyaratkan untuk semua
produknya akrab lingkungan. Produksi bersih belum masyarakat secara baik di
Indonesia, karena konsumen tidak mempunyai banyak informasi, sehingga
dalam pemilihan barang produk, konsumen hanya semata-mata menilai dari
kualitas dan harga yang dianggap layak.
Alaerts, G. Dan Santika, S.S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional.
Surabaya.
Bobby RK, RJM Mandagi, JP Rantung, GY Malingkas. 2013. Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Jurnal Sipil Statik.
Vol. 1 (6) : 430-433)
Djoko Pitono, 2003, Sumbangan Brantas Untuk Pembangunan Berkelanjutan,
disajikan dalam Seminar Sistem Monitoring Pencemaran Lingkungan
Sungai dan Teknologi Pengelolaannya, Hotel Panghegar, Bandung, 8-9 Juli
2003, Penyelenggara PPET, LIPI.
Erizal. 2017. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Bogor. Dept Teknik Sipil dan
Lingkungan IPB.
PP nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Yuli. S. Slamet. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 225 hal.