Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MANUSIA”

Dosen Pembimbing:

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong kami menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“MANUSIA”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari beberapa sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang pentingnya mempelajari konsep manusia


menurut islam. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Akhir kata penulis haturkan beribu-ribu kasih kepada berbagai pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Atas dorongan mereka baik itu materil
maupun moril sehingga makalah ini dapat rampung dan bermanfaat bagi kita
semua.

Surabaya, 11 Oktober 2017

Penyusun
TIM PENYUSUN

Disusun oleh:
Dinda Farah Salsabila (6130017013)
Febriani Nasuha (6130017011)
Firdina Alya Sabila (6130017015)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Hakikat manusia ......................................................................... .........
B. Martabat manusia ........................................................................ .........
C. Tanggung jawab manusia ............................................................ .........
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................... .........

BAB IV :DAFTAR PUSTAKA ................................................... ...................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya, manusia memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, manusia seharusnya
mengingat tujuan hidup di dunia ini dan melaksanakan tugasnya dengan baik, sebab
kehidupan manusia di dunia ini bukanlah bersifat kekal atau selamanya. Hidup
manusia di dunia ini adalah tempat singgah untuk mencari bekal amal di akhirat
kelak. Oleh sebab itu manusia harus menjalankan hidup ini dengan sungguh-
sungguh agar tidak lewat begitu saja dengan sia-sia.

Khususnya di zaman yang serba canggih saat ini, manusia sibuk mengejar
urusan duniawi, mencari pangkat dan jabatan (materi) seakan ia hidup selamanya
di dunia ini dan melupakan tugas dan tujuannya yang harus dipertanggungjawabkan
di akhirat kelak. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia ini yang akan
berakhir dan bersifat sementara. Oleh karena itu, manusia dalam kerangka
berfikirnya dapat menggunakan hakikat dan martabat sebagai manusia yang utuh
dalam ajaran agama islam. Manusia juga dituntut untuk mempunyai rasa tanggung
jawab sebagai manusia setelah melakukan kegaitan yang dikerjakan.

Manusia juga diharapkan menjadi makhluk yang dapat dicontoh oleh


makhluk-makhluk yang lainnya di muka bumi ini. Manusia merupakan makhluk
paling sempurna yang diciptakan oleh Allah dibanding dengan makhluk lain. Oleh
sebab itu manusia adalah makhluk tertinggi, sebuah puncak ciptaan Allah, karena
keutamaan manusia itu, maka manusia memperoleh tugas yaitu sebagai khalifah
Allah di bumi.

Konsep tentang manusia memang merupakan masalah yang sentral dalam


sistem pemikiran atau pemahaman manusia. Karena hal ini akan membawa
pengetahuan kepada manusia untuk mengingat kembali tujuan ia diciptakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas rumusan
masalah sesuai dengan latar belakang diatas yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat manusia?
2. Bagaimana martabat manusia?
3. Bagaimana tanggung jawab manusia?

C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk memahami hakikat manusia dalam pandangan islam.
2. Untuk memahami martabat manusia dalam pandangan islam.
3. Untuk memahami tanggung jawab manusia dalam
pandangan islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT MANUSIA
Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam
Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan islam, yaitu:
1) Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada
Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan
tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba
Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja,
melainkan juga harus dengan keikhlasan hati, seperti yang
diperintahkan dalam surat Bayyinah: “ Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus...”
(QS: 98:5). Dalam surat Adz-dzariyat Allah menjelaskan: “Tidaklah
Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah Aku.” (QS 51:56)
Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi
manusia yang taat, patuh dan mampu melakoni perannya sebagai
hamba yang hanya mengharapkan ridho Allah.
2) Manusia Sebagai Al-Nas
Manusia, di dalam al- Qur’an juga disebut dengan al- nas.
Konsep al- nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam
kaitannya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam
hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan
berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’, “Hai
sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya
kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.”(QS:4:1)
Selanjutnya dalam surah al- Hujurat dijelaskan: “Hai manusia
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal -suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah adalah yang paling.” (QS: 49:13).
Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk
sosial, yang dalam hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di
luar dirinya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
agar dapat menjadi bagian dari lingkungan soisal dan
masyarakatnya.
3) Manusia Sebagai Khalifah Allah
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan
dalam surah alBaqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhan-mu
berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka
berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (QS:2: 30), dan surah
Shad ayat 26,“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu
khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu.
Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”
(QS:38:26).
Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah
itu merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya
manusia diberikan beban untuk menjalankan fungsi khalifah
tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai wewenang untuk
memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan
hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam
ini. seperti dijelaskan dalam surah al- Jumu’ah, “Maka apabila telah
selesai shalat, hendaklah kamu bertebaran di muka bumi ini dan
carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar
kamu beruntung.” (QS: 62: 10), selanjutnya dalam surah AlBaqarah
disebutkan: “Makan dan minumlah kamu dari rezeki yang telah
diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat bencana di
atas bumi.” (QS: 2 : 60)
4) Manusia Sebagai Bani Adam
Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai
keterangan dalam al- Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia
adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari
makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin.
Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan kepada nilainilai
kemanusiaan. Konsep ini menitikbertakan pembinaan hubungan
persaudaraan antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua
manusia berasal dari keturunan yang sama. Dengan demikian
manusia dengan latar belakang sosia kultural, agama, bangsa dan
bahasa yang berbeda tetaplah bernilai sama, dan harus diperlakukan
dengan sama. Dalam surah al- A’raf dijelaskan: “Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai
anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : 7; 26-
27).
5) Manusia Sebagai al-Insan
Manusia disebut al- insan dalam al- Qur’an mengacu pada
potensi yang diberikan Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah
kemampuan berbicara (QS:55:4), kemampuan menguasai ilmu
pengetahuan melalui proses tertentu (QS:6:4-5), dan lain-lain.
Namun selain memiliki potensi positif ini, manusia sebagai al- insan
juga mempunyai kecenderungan berprilaku negatif (lupa). Misalnya
dijelaskan dalam surah Hud: “Dan jika Kami rasakan kepada
manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari
padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.”
(QS: 11:9).
6) Manusia Sebagai Makhluk Biologis
Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis
manusia terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki bentuk fisik
berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain manusia adalah
makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum
makhluk biologis seperti berkembang biak, mengalami fase
pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan untuk
hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam al- Qur’an
surah alMu’minūn dijelaskan: “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari sari pati tanah. Lalu Kami jadikan
saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
menjadi segumpal daging, dan segumpal daging itu kemudian Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk
lain, maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”(QS:
23: 12-14).

B. MARTABAT MANUSIA

Harkat dan martabat merupakan kesatuan dua istilah yang tidak terlepas
dari manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna.
Pengertian martabat manusia adalah harga diri atau tingkat harkat manusia.
Martabat manusia pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia untuk
menjalani kehidupan bermasyarakat karena sudah merupakan kodrat
manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus sebagai makhluk sosial ciptaan
tuhan.

Pada pandangan islam, terdapat martabat seseorang hambanya kepada


Tuhan-Nya. Tingkatan martabat seseorang hamba di hadapan Allah SWT,
melalui beberapa contoh proses sebagai berikut :

a) Taubat
b) Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya
c) Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepada Nya
d) Mempunyai rasa takut hanya pada Allah SWT
e) Merasakan miskin diri dari segalanya,
Jika suatu hamba telah melakukan salah satu proses tingkatan menuju
martabat manusia itu, maka akan dapat memperoleh sifat sebagi berikut :

1. Ketenangan jiwa
2. Harap kepada Allah SWT
3. Selalu ingin meningkatkan ibadah kepada Nya
4. Cinta kepada Allah SWT
Adapun hasil dari Seorang hamba ketika setelah melalui proses memperoleh
tingkatan martabatnya, akan memperoleh sifat sebagai berikut :

- Taubat
- Zuhud
- Sabar
- Syukur
- Takut

C. TANGGUNG JAWAB MANUSIA


Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Bertanggung jawab berarti berbuat sesuatu yang di dasarkan pada apa,
mengapa dan untuk siapa melakukan sesuatu itu (Mustopo, 1998 : 191).
Tanggung jawab menurut ajaran Islam :
1. Bertanggung jawab sebagai khalifah dan hamba Allah. Sebagai khalifah,
manusia mempunyai kewajiban untuk mengelola dan memanfaatkan alam
demi mencapai kemakmuran dan kebahagiaan di dunia dan sebagai hamba
Allah manusia wajib untuk beribadah demi mencapai kebahagiaan di akhirat
kelak.

2. Bertanggung jawab kepada diri sendiri berkaitan dengan kewajiban yang


mendasar pada diri pribadi. Segala perbuatan manusia juga harus dapat
bertanggung jawab pada dirinya sendiri, dengan kata lain manusia harus
memenuhi segala yang di butuhkah jasmani dan rohaninya demi mencukupi
kodratnya sebagai makhluk hidup. Dapat kita contohkan dari kebutuhan
pangan. Hal ini di dukung oleh firman Allah dalam surat Al-An’am ayat
142.
“Dan diantara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan
dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari Rizki yang telah diberikan
Allah kepadamu dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan,
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

3. Tanggung jawab terhadap keluarga. Keluarga merupakan bagian terpenting


dalam kehidupan seorang manusia, dengan adanya keluarga manusia dapat
hidup tenteram terarah. Keluarga adalah bagian hidup manusia yang juga
perlu di pertanggung jawabkan. Allah berfirman dalam surat At Tahrim : 6.
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan Nya kepada mereka dan mengerjakan apa yang
diperintahkan.”

4. Tanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat. Situasi dan kondisi


seorang anggota masyarakat sangat terkait dengan keadaan masyarakat
tersebut. Tingkah laku dan perbuatan yang membentuk jiwa para generasi
muda dalam lingkungan masyarakat menjadi baik dan buruk adalah terletak
pada tanggung jawab warga dan individu masyarakat itu sendiri. Firman
Allah dalam surat Ali Imran ayat 104.
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada
kebajikan dan menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,
merekalah orang-orang yang beruntung”.
Kandungan dalil diatas menjelaskan jika ada segolongan umat yang dapat
mengajak, meniru orang lain pada kebaikan dan mencegah untuk berbuat
kemungkaran adalah umat yang beruntung, dengan kata lain kepedulian
tersebut di dasari oleh rasa tanggung jawab terhadap masyarakatnya.
Dimana rasa tanggung jawab tersebut menjadikan kehidupan masyarakat
yang harmonis, selaras antara sesama warga masyarakat. Sikap yang
bertanggung jawab tersebut dapat di wujudkan dengan pembinaan sikap,
memelihara kerukunan antara sesama anggota masyarakat dan menjaga
keamanan serta ketenteraman masyarakat dimana ia bertempat tinggal.
Dengan demikian segala keberadaan dan kepribadian seseorang harus dapat
mencerminkan sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab kepada
masyarakatnya.
5. Tanggung jawab kepada Allah. Tanggung jawab kepada Tuhan menurut
kesadaran manusia adalah untuk memenuhi kewajiban dan pengabdiannya
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia
harus bersyukur atas karunia Nya yang menciptakan manusia dan
memberikan rizki-rizki kepadanya. Oleh sebab itu manusia wajib mengabdi
kepada Tuhan sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Dzariat ayat 56.
“Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan supaya mereka itu
menyembah kepada-Ku.
Begitu mendasar tanggung jawab yang harus diberikan manusia kepada
Allah swt. Dengan adanya rasa tanggung jawab kepada Allah maka seorang
manusia akan merasa berhati hati di dalam setiap aktivitas kehidupannya.
Manusia di harapkan mampu meninggalkan semua larangan dan
mengerjakan semua perintah yang di berikan Allah kepada manusia.

6. Bertanggung jawab atas keseimbangan keduanya, baik sebagai khalifah


ataupun sebagai hamba Allah dengan melaksanakan kewajiban-
kewajibannya untuk memperoleh hak-haknya.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraiaan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk


sosial yang saling membutuhkan antar sesama. Manusia mempunyai hakikat,
martabat, dan tanggung jawab sebagai manusia itu sendiri.

Hakikat manusia menurut pandangan islam antara lain: manusia sebagai


hamba Allah, manusia sebagai al-Nas, manusia sebagai Khalifah Allah, manusia
sebagai Bani Adam, Manusia sebagai al-Insan, dan manusia sebagai makhluk
biologis.

Selain itu definisi dari martabat manusia menurut islam adalah harga diri
atau tingkat harkat manusia. Manusia juga memiliki tanggung jawab sebagai
Khalifah dan hamba Allah, tanggung jawab kepada Allah, bertanggung jawab
kepada diri sendiri, bertanggung jawab terhadap keluarga, tanggung jawab terhadap
lingkungan masyarakat, dan bertanggung jawab atas keseimbangan keduanya baik
sebagai Khalifah ataupun sebagai hamba Allah
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Trianto. 2006. Wawasan ilmu alamiah dasar. Surabaya : Prestasi Pustaka

Muchsin, dkk. 1984. Dasar – Dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Djokowidagho, dkk. 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda Karya.

Qardhawi, Yusuf. 1994. Pendidikan dan Madrasah Hasan Al-Banna. Jakarta :


Bulan Bintang.

Shihab, M. Quraish. 1994. Wawasan Al-Qur’an. Bandung : Mizan.

Anda mungkin juga menyukai