Skenario 2
Blok Sistem Endokrin
Disusun Oleh:
Kelompok: 3
Ketua Kelompok :Elsa Putri Wulan (04021181520013)
Moderator : Amrina Rosyada Beta (04021181520003)
Sekretaris: Karina Maisoha (04021181520034)
Deza Pelia Nita (04021181520029)
Anggota: 1. Dea Venizelia (04021181520008)
2. Tria Ranti Maharani (04021281520023)
3. Isnaini Argo Indriyana (04021281520018)
Dosen Pembimbing:
Jaji, S. Kep., Ns., M. Kep.
A. PenulisanKasus
Skenario:
Tn. S adalah seorang pensiunan PNS, usia Tn.S saat ini pada tanggal 31 Oktober 2017
tepat 63 tahun. Tn.S saat ini mengalami pusing yang sangat hebat, setelah beraktifitas
ringan, Tn.S hanya merintih mengatakan pusing dan memegangi kepalanya. Keluarga
merasa panic dan Tn.S langsung dilarikan ke rumah sakit.
Dirumah sakit dilakukan pemeriksaan pengkajian fisik didapatkan tensi 210/110 mmHg,
RR 24 x/menit, nadi, 88x/menit, dan dilakukan pemeriksaan lanjutan di rumah sakit
diperoleh keadaan hiperglikemia, hyperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis.
Keadaan ini dirumah sakit Tn. S kesadaran apatis, turgor menurun disertai tanda kelainan
neurologis, hipotensi postural, bibir dan lidah kering,tidak ada bau aseton yang tercium
dari pernafasan, tidak ada pernafasan kussmaul pemeriksaan penunjang diperoleh kadar
glukosa darah 639mg%, osmolaritas serum 350 mosm/kg dan positif lemah, pemeriksaan
aseton negative, hypernatremia, hyperkalemia, azotemia, BUN: kreatinin rasio 30: 1,
bikarbonat serum > 17, 4 meq/l.
Keluarga Tn.S mengatakan bahwa Tn.S mempunyai riwayat hipertensi tapi tidak
mempunyai riwayat diabetes mellitus. Walaupun Tn.S mengalami poliuri, polidipsi,
polipagi, dan terjadi penurunan berat badan.
Keluarga Tn.S juga mengatakan Tn.S kadang malah susah untuk mendapatkan tidur, bisa
tidur, tapi harus minum obat haloperidol.
Beberapa tahun sebelum sekarang Tn.S mengeluh stress dan merasa kesulitan beradaptasi
dengan kondisi masa pensiunnya, dia merasa kesulitan untuk menggantikan aktifitasnya
seperti waktu dia bekerja jadi PNS.
B. KlarifikasiIstilah
1. Hiperglikemia
Suatu kondisi yang terjadi pada orang dengan diabetes bila kadar glukosa darah mereka
terlalu tinggi (Kamus Kesehatan).
2. Hiperosmolar
Peningkatan konsentrasi osmolar secara abnormal (Kamus Dorland).
3. Dehidrasi berat
Jika cairan tubuh yang hilang lebih dari 10%. Pada dehidrasi berat, volume darah
berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah
rendah, penderita lemah, kesadaran menurun, dan penderita sangat pucat (Widjaja,
2008).
4. Ketoasidosis
1) glukosa darah tinggi, seringkali disebabkan oleh penyakit atau menggunakan insulin
terlalu sedikit 2) keasaman darah dan jaringan tubuh lainnya abnormal tinggi, dengan
akumulasi keton (Kamus Kesehatan).
5. Apatis
Suatu keadaan yang mengalami acuh tak acuh terhadap sekitarnya (Uliyah, 2008).
6. Hipotensi postural
Hipotensi adalah tekanan darah yang rendah/abnormal.
Postural adalah sikap tubuh (Kamus Dorland).
Hipotensi postural adalah penurunan tekanan darah disertai pusing, pandangan kabur
dan kadang-kadang pingsan, terjadi sewaktu berdiri atau ketika berdiri diam pada posisi
menetap (Kamus Dorland).
7. Pernafasan Kussmaul
Pernafasan yang cepat dan dalam (Djojodibroto, 2009).
8. Turgor
Keadaan menjadi bengkak dan tersumbat (Kamus Dorland)
9. Azetomia
Peningkatan retensi sisa metabolic (misalnya urea dan kreatinin) karena reduksi volume
sirkulasi efektif dengan penurunan perfusi ginjal dan penurunan ekskresi metabolic
(Horne, 2000).
10. Hypernatremia
Kelebihan jumlah natrium dalam darah (Kamus Dorland).
11. Hyperkalemia
Ekses kalium dalam darah (Dorland, edisi 28)
Kelebihan kalium dalam darah (Dorland, edisi 25)
12. BUN
BUN atau blood urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolism protein, dibuat
oleh hati. Pada orang normal BUN dikeluarkan melalui urine (Indriasari, 2009)
BUN adalah konsentrasi serum atau plasma urea, yang ditentukan dengan kandungan
nitrogen, sebuah indicator penting dari fungsi ginjal. Urea adalah produk utama
nitrogen diakhir metabolism protein, dibentuk dihati dari asam amino dan dari
senyawa ammonia. BUN tingkatnya harus berkisar antara 8 dan 25 mg/100 ml
(Kamus Dorland).
13. Bikarbonat serum
Bikarbonat dalam plasma darah, merupakan indicator cadangan basa (Kamus
Dorland).
14. Kreatinin
Suatu adhidrida kreatinin, hasil akhir metabolism posfokreatinin (Dorland, edisi 28).
15. Poliuri
Buang air kecil yang berlebihan, biasanya lebih dari 2,5 liter/hari pada orang dewasa
(Kamus Kesehatan)
16. Polidipsi
Rasa haus yang berlebihan (Kamus Kesehatan)
Rasa haus dan pemasukan cairan berlebihan dan kronik (Kamus Dorland).
17. Polipagi
Makan berlebihan (Kamus Dorland)
18. Haloperidol
Obat penenang yang berkhasiat anti emetik (menyebabkan muntah), hipotensif
(ditandai oleh tekanan darah rendah), dan hipotermik; terutama digunakan dalam
penatalaksanaan psikosis dan untuk pengendalian pengucapan vocal dan kejang otot;
juga digunakan dalam bentuk ester dekanoat dalam terapi rumat gangguan psikotik
(Kamus Dorland).
C. IdentifikasiMasalah
Hasil pengkajian fisik didapatkan tensi 210/110 mmHg, dan diperoleh keadaan
hiperglikemia, hyperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, kesadaran apatis, turgor
menurun disertai tanda kelainan neurologis, hipotensi postural, bibir dan lidah kering,
tidak ada bau aseton yang tercium dari pernafasan, tidak ada pernafasan kussmaul.
Pemeriksaan penunjang diperoleh kadar glukosa darah 639mg%, osmolaritas serum 350
mosm/kg dan positif lemah, pemeriksaan aseton negative, hypernatremia, hyperkalemia,
azotemia, BUN: kreatinin rasio 30: 1, bikarbonat serum > 17, 4 meq/l.
Tn. S (63 th) merintih karena mengalami pusing yang sangat hebat setelah beraktifitas
ringan dan memegangi kepalanya.
Beberapa tahun sebelum sekarang Tn.S mengeluh stress dan merasa kesulitan beradaptasi
dengan kondisi masa pensiunnya, dia merasa kesulitan untuk menggantikan aktifitasnya
seperti waktu dia bekerja jadi PNS.
Sumber:
Tulungnen, R. S, dkk. (2016). Hubungan Kadar Kalium dengan Tekanan Darah Pada
Remaja di Kecamatan Bolangitan Barat Kabupaten Bolaang Mongondaw
Utara.Jurnal kedokteran, 1(2); 39.
19. Jelaskan rentang normal nilai BUN dan faktor yang mempengaruhi perubahan
nilai BUN?
Jawab:
BUN (Blood Urea Nitrogen) atau nitrogen urea darah memiliki kadar normal 6-20
mg/dL dan >17 mg/100mL pada wanita hamil.
Urea dihasilkan oleh tubuh sebagai produk metabolisme protein hepatik. Cara
utama pembuangannya dari tubuh adalah sekresi oleh ginjal. Produksi urea terjadi
pada kecepatan ang cukup mantap sehingga peningkatan BUN biasanya menunjukkan
reduksi pada fungsi ginjal. Sintesis urea dan ekskresi dapat dipengaruhi, namun,
dengan faktor-faktor tambahan seperti hidrasi, masukan protein, dan katabolisme
jaringan, sehingga membatasi kegunaan BUN sebagai indikator fungsi ginjal.
1) Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan BUN
a. Penurunan fungsi ginjal: bila peningkatan BUN semata-mata akibat penurunan
fungsi ginjal, kadar kreatinin serum akan meningkat dengan kecepatan hampir
sama (rasio kreatinin terhadap BUN akan menjadi 1:10-20)
b. Masukan protein berlebihan
c. Perdarah GI: karena pencernaan darah pada usus
d. Peningkatan katabolisme jaringan (pemecahan): sebagai contoh, pada demam,
sepsis, penggunaan steroid antianabolik.
e. Dehidrasi: ekskresi urea bervariasi terhadap kelebihan air. Pada dehidrasi,
penurunan ekskresi air menyebabkan penurunan ekskresi urea.
2) Faktor-faktor yang dapat menurunkan BUN:
a. Diet rendah protein
b. Penyakit hepar berat: karena penurunan sintesis hepatik
c. Ekspansi volume: sebagai contoh, kelebihan hidrasi pada cairan IV dan
kehamilan.
Sumber:
Horne, M. M., & Swearingen, P. L. (1995). Seri Pedoman Praktis: Keseimbangan
Cairan, Elektrolit & Asam Basa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Taber, B. Z. (1994). Kapita Selekta Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
20. Jelaskan kadar normal osmolaritas serum? Apa penyebab kadar osmolaritas
serum meningkat dan menurun?
Jawab:
Kadar normal osmolalitas serum adalah 280-300 mOsm/kg.
Osmolaritas serum mengukur konsentrasi zat terlarut dari darah. Ini dapat diukur
secara langsung atau diperkirakan dengan menggandakan natrium serum sebagai
natrium dan anion yang menyertai adalah determinan utama dari osmolaritas serum.
Penyebab kadar osmolaritas serum meningkat dan menurun adalah sebagai berikut:
1) Osmolaritas Serum Meningkat:
a. Kehilangan air bebas
b. Diabetes insipidus
c. Kelebihan beban natrium: sebagai contoh, kelebihan pemberian natrium
bikarbonat (NaHCO3).
d. Hiperglikemia
2) Osmolalitas Serum Menurun:
a. Sindrom hormon antidiuretik tak tepat (SAIDH)
b. Diuretik
c. Insufisiensi adrenal
d. Gagal ginjal: disebabkan oleh retensi kelebihan air.
e. Kehilangan cairan isotonik: yaitu perpindahan air atau cairan hipotonik; sebagai
contoh, muntah atau isi gastrik isotonik dengan penggantian air.
Sumber:
Horne, M. M. (2000). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam-Basa. Jakarta:
EGC.
21. Jelaskan kadar normal bikarbonat serum?Apa penyebab kadar bikarbonat
serum menurun dan meningkat?
Jawab:
Kadar normal bikarbonat serum adalah 24-32 mEq/dL. Bikarbonat serum menurun
biasa disebut dengan asidosis dan bikarbonat serum meningkat biasa disebut alkalosis.
Penyebab asidosis dan alkalosis yaitu:
1) Asidosis
a. Diare
b. Gagal ginjal
c. Alkalosis respiratorik
d. Sepsis
2) Alkalosis
a. Pengisapan nasogastrik
Sumber:
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Sumber:
Latifin, K., & Kusuma, S. Y. (2014). Panduan Dasar Klinik Keperawatan. Malang:
Gunung Samudera.
2) Dukungan sosial:
a. Dukungan emosional, pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai; dan
diperhatikan.
b. Dukungan informasi, meningkatnya pengetahuan dan penerimaan pasien
terhadap sakitnya.
c. Dukungan material, bantuan / kemudahan akses dalam pelayanan kesehatan
pasien.
Sumber:
Nursalam, dkk. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV. Jakarta:
Salemba Medika.
Komplikasi kronik dari diabetes melitus sendiri dapat dibagi menjadi 2 yaitu
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler terdiri dari:
1) Retinopati Diabetic
Pada retinopati diabetik prolferatif terjadi iskemia retina yang progresif yang
merangsang neovaskularisasi yang menyebabkan kebocoran protein-protein serum
dalam jumlah besar.
2) Neuropati Diabetik Perifer
Merupakan penyakit neuropati yang paling sering terjadi. Gejala dapat berupa
hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi.
Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri dan lebih
terasa sakit di malam hari.
3) Nefropati Diabetik
Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau > 200 ig/menit pada
minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut menjadi proteinuria
akibat hiperfiltrasi patogenik kerusakan ginjal pada tingkat glomerulus.
Komplikasi makrovaskular yang sering terjadi biasanya merupakan
makroangiopati. Penyakit yang termasuk dalam komplikasi makrovaskular adalah:
a. Penyakit pembuluh darah jantung atau otak
b. Penyakit pembuluh darah tepi
Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes, biasanya terjadi
dengan gejala tipikal intermiten atau klaudikasio, meskipun sering anpa gejala.
Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama muncul.
Sumber:
Baradero, M., Dayrit, M.W., &Siswadi, Y. (2009). Klien Gangguan Endokrin.
Jakarta: EGC.
29. Jelaskan definisi dan etiologi Hiperosmolar Non Ketotik (HONK)?
Jawab:
Definisi
Status hipersomolar hiperglikemik merupakan gangguan metabolik akut yang
dapat terjadi pada pasien diabetes melitus, yang ditandai dengan hiperglikemia,
hiperosmolaritas, dan dehidrasi tanpa adanya ketoasidosis. Istilah SHH merupakan
istilah yang sekarang digunakan untuk menggantikan KHH (Koma Hiperosmolar
Hiperglikemik) dan HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik) karena koma
dapat terjadi lebih dari 50% kasus, dan ketosis ringan juga dapat ditemukan pada
pasien dengan SHH.
Etiologi
Menurut Tandra, 2008 mengatakan bahwa HONK lebih banyak didapati pada
penderita Diabetes mellitus tipe 2, terutama yang tidak terkontrol dengan baik, atau
yang tidak tahu bahwa dirinya adalah penderita diabetes. Terkadang didapati pula
pada pemakai obat hormon steroid, ada infeksi, stress atau minum alkohol. Diabetes
yang terjadi pada usia lanjut dimana mereka hidup sendirian atau tinggal di panti
jompo, kemungkinan tidak terkontrol dan tidak teratur, terlebih bila muncu diare yang
cukup lama.
Menurut Semarawima, 2017 penyebab HONK yaitu krisis hiperglikemia pada
Diabetes mellitus tipe 2 karena adanya keadaan yang mencetuskannya seperti:
1) Infeksi (pneumonia, infeksi saluran kencing, sepsis)
2) Penyakit vaskular akut (penyakit serebrovaskular, infark miokard akut, emboli
paru)
3) Trauma
4) Luka bakar
5) Hematom subdural
6) Kelainan gastrointestinal (pankreatitis akut, kholesistitis akut, obstruksi intestinal)
7) Obat-obatan (diuretika, steroid, agen antipsikotik atipikal, glukagon, interferon,
agen simpatomimetik seperti albuterol, dopamin, dobutamin, dan terbutalin).
Sumber:
Semarawima, G. (2017). Status hiperosmolar hiperglikemik.Medicina 48 (1), 49-53.
Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
30. Jelaskan manifestasi klinis Hiperosmolar Non Ketotik (HONK)?
Jawab:
Hiperosmolar Non Ketotik (HONK) sering diderita oleh usia> 60 tahun yang ditandai
dengan hiperglikemia, dehidrasi berat, osmolalitas serum > 300 mOsm/kg, tidak ada
bau aseton yang tercium dari pernafasan, tidak ada pernafasan kussmaul (cepat dan
dalam).
Tanda dan gejala lainnya seperti:
1) Sering kencing (poliuri) 5) Bingung
2) Sering merasa haus (polidipsi) 6) Denyut nadi cepat
3) Lemah lesu 7) Kejang
4) Kaki dan tungkai kram 8) Koma
Sumber:
Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang harus Anda Ketahui tentang: Diabetes.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Waluyo, S. (2009). 100 Question & Answer Diabetes. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
2) Keluhan Utama
Tn.S saat ini mengalami pusing yang sangat hebat, setelah beraktifitas ringan dan
merintih mengatakan pusing sambil memegangi kepalanya.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn.S saat ini mengalami pusing yang sangat hebat setelah beraktifitas ringan,
merintih mengatakan pusing dan memegangi kepalanya, mengalami poliuri,
polidipsi, polipagi, dan terjadi penurunan berat badan.Keluarga Tn.S juga
mengatakan kadang malah susah untuk mendapatkan tidur.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga Tn.S mengatakan bahwa Tn.S mempunyai riwayat hipertensi tapi
tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
d. Riwayat Psikososial
Beberapa tahun sebelum sekarang Tn.S mengeluh stress dan merasa kesulitan
beradaptasi dengan kondisi masa pensiunnya, dia merasa kesulitan untuk
menggantikan aktifitasnya seperti waktu dia bekerja jadi PNS.
e. Riwayat Pemakaian Obat
Harus minum obat haloperidol karena tidak bisa tidur
4) Pengkajian Menurut Doenges (1999)
a. Data Subjektif
Tn.S hanya merintih mengatakan pusing, Keluarga Tn.S mengatakan bahwa
Tn.S mempunyai riwayat hipertensi tapi tidak mempunyai riwayat diabetes
mellitus walaupun Tn.S mengalami poliuri, polidipsi, polipagi, dan terjadi
penurunan berat badan.Keluarga Tn.S juga mengatakan Tn.S kadang malah
susah untuk mendapatkan tidur, bisa tidur tapi harus minum obat haloperidol.
b. Data Objektif
Tn. S tampak memegangi kepalanya karena pusing. Pada pengkajian fisik
didapatkan tensi 210/110 mmHg, RR 24 x/menit, nadi, 88x/menit, dan
dilakukan pemeriksaan lanjutan diperoleh keadaan hiperglikemia,
hyperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis.Tn. S memiliki kesadaran
apatis, turgor menurun disertai tanda kelainan neurologis, hipotensi postural,
bibir dan lidah kering, tidak ada bau aseton yang tercium dari pernafasan, tidak
ada pernafasan kussmaul pemeriksaan penunjang diperoleh kadar glukosa darah
639mg%, osmolaritas serum 350 mosm/kg dan positif lemah, pemeriksaan
aseton negative, hypernatremia, hyperkalemia, azotemia, BUN: kreatinin rasio
30: 1, bikarbonat serum > 17, 4 meq/l.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
a) Kesadaran : Apatis
b) Tanda-Tanda vital:
1) Tekanan Darah : 210/110 mmHg
2) Nadi : 88x/m
3) Suhu : ...0C
4) Pernapasan : 24x/m
c) Tinggi Badan : .................... Cm Berat Badan : ................ Kg
7) Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah 639mg%
b. Osmolaritas serum 350 mosm/kg dan positif lemah
c. Pemeriksaan aseton negative
d. Hypernatremia
e. Hyperkalemia
f. Azotemia
g. BUN: kreatinin rasio 30: 1
h. Bikarbonat serum > 17, 4 meq/l.
Sumber:
Doenges, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
39. Jelaskan analisa data dan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas?
Jawab:
Analisa Data
No. Data Kemungkinan Penyebab Masalah
1. DS: Defisiensi insulin Kekurangan Volume
- Tn. S mengatakan Cairan
mengalami pusing Penurunan pemakaian glukosa
yang sangat hebat oleh sel
- Keluarga Tn.S .
mengatakan Tn.S
mengalami poliuri dan Hiperglikemia
polidipsi
Glycosuria
DO:
- Dehidrasi berat tanpa
ketoasidosis
Osmotik diuresis
- Turgor menurun
- Bibir dan lidah kering
- Kesadaran apatis
Poliuria
Dehidrasi
DO:
Kelemahan
- Kesadaran apatis
- Penurunan berat badan
Intoleransi aktivitas
- Hipotensi postural
Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dan
poliuri
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan poliuri, polidipsi, faktor usia
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipotensi postural, tingkat kesadaran
apatis
4) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan hiperglikemia,
hiperosmosis, hipernatremia, hiperkalemia.
Manajemen Cairan
1) Timbang berat badan setiap
hari dan monitor status
pasien
2) Monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori harian
Sumber:
Bulechek, G. M., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6
Bahasa Indonesia. Jakarta: Mocomedia.
Moorhead, S., dkk. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC), Edisi 5 Bahasa
Indonesia. Jakarta: Mocomedia.
F. Hipotesis
Tn. S (63 th) mengalami pusing yang sangat hebat setelah beraktifitas fisik, didapatkan
tensi 210/110 mmHg, keadaan hiperglikemia, hyperosmolar, dehidrasi berat tanpa
ketoasidosis, kesadaran apatis, turgor menurun disertai tanda kelainan neurologis,
hipotensi postural, bibir dan lidah kering, tidak ada pernafasan kussmaul pemeriksaan
penunjang diperoleh kadar glukosa darah 639mg%, osmolaritas serum 350 mosm/kg dan
positif lemah, pemeriksaan aseton negative, hypernatremia, hyperkalemia, azotemia,
BUN: kreatinin rasio 30: 1, bikarbonat serum > 17, 4 meq/l.Tn.S mempunyai riwayat
hipertensi tapi tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus namun mengalami poliuri,
polidipsi, polipagi, dan terjadi penurunan berat badan, susah untuk mendapatkan tidur,
bisa tidur, tapi harus minum obat haloperidol. Berdasarkan tanda gejala dan pemeriksaan
penunjang Tn.S mengalami Hiperosmolar Non Ketotik (HONK).
Bagian Patologi Klinik. (2017). Buku Panduan Kerja Keterampilan Pemeriksaan Glukosa
Darah dan Glukosa Urin. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Baradero, M., Dayrit, M.W., & Siswadi, Y. (2009). Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 6 Bahasa
Indonesia. Jakarta: Mocomedia.
Hartono, A. (2006). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Horne, M. M., & Swearingen, P. L. (1995). Seri Pedoman Praktis: Keseimbangan Cairan,
Elektrolit & Asam Basa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Kurniawati, N.D., & Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta:Salemba Medika.
Moorhead, S., dkk. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC), Edisi 5 Bahasa
Indonesia. Jakarta: Mocomedia.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Residen Bagian Psikiarti UCLA. (1997). Buku saku Psikiatri. Jakarta: EGC.
Soewondo, P. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: FKUI.
Soewondo, Pradana. (2009). Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik. Dalam : Aru
W.Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Taluta, Y., P., Mulyadi., & Hamel, R., S. (2014). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan
Mekanisme Koping pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Pneyakit
Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Ejournal
Keperawatan, 2(1).
Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang harus Anda Ketahui tentang: Diabetes. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Tandra, H. (2008). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes: Tanya Jawab
dengan Ahlinya. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Tentero, dkk. (2016). Hubungan Diabetes Melitus dengan Kualitas Tidur. Jurnal e-Biomedik
(eBm), 4(2).
Tulungnen, R. S, dkk. (2016). Hubungan Kadar Kalium dengan Tekanan Darah Pada Remaja
di Kecamatan Bolangitan Barat Kabupaten Bolaang Mongondaw Utara.Jurnal
kedokteran, 1(2); 39.
Waluyo, S. (2009). 100 Question & Answer Diabetes. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.