Pemeriksaan Penunjang:
- Laboratorium:
Hb: 10,8
Leukosit: 9,000
Asam urat 3,5
GDR: 114
Na: 135
K: 3,0
Ca: 0,3
Tatalaksana:
IVFD RL 20 tpm
Omeprazole 40mg vial/12 jam
KSR 2x1 tab
Antasida sirup
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subyektif
Ny. E berusia 40 th merupakan pasien rujukan Puskesmas Kerumutan. Pasien mengeluhkan
lemas seluruh badan sejak 8 jam SMRS pada saat bekerja membabat tanaman tanpa diikuti
dengan pingsan. Rasa kesemutan di tangan dan kaki (+). Nyeri kepala (-) mual dan muntah
(-). Rasa lemas membaik setelah pasien diberi cairan infus dan obat injeksi dari pkm
kerumutan. Pasien mengaku tidak sarapan sebelum bekerja. Keluhan kaku sendi (+)
dirasakan setiap bangun pagi, berlangsung <30 menit, sering merasakan perih pada perut
bagian ulu hati. Pasien Satu tahun yll, pasien pernah mengeluhkan gejala yang sama, namun
membaik dengan sendirinya. Gangguan BAK dan BAB disangkal. Pasien bekerja serabutan
di kebun, low intake (+)
2. Obyektif
Pasien datang dengan keluhan lemas, tampak sesak, takipneu. Dari hasil pemeriksaan
penunjang laboratorium didapatkan penurunan kadar haemoglobin, Kalium dan kalsium,
serta peningkatan konsentrasi asam urat
3. Assessment
Pasien didiagnosis dengan hipokalemi, hipokalsemi, anemia, dan - berdasarkan adanya hasil
pemeriksaan subjektif dan objektif. Dari pemeriksaan subjektif didapatkan keluhan lemas
sejak 8 jam SMRS pada saat bekerja. Rasa lemas ini tidak diikuti nyeri kepala atau muntah,
hanya rasa mual. Pasien juga merasakan kesemutan pada tangan dan kaki. Kaku sendi (+)
setiap bangun pagi dan berlangsung <30 menit. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah
perih pada ulu hati. Setahun yang lalu, pasien juga mengeluhkan hal yang sama, namun
membaik dengan sendirinya.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh kesadaran compos mentis dengan tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 105x/menit, laju nafas 22x/menit, serta suhu aksilla 37 derajat Celcius.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, diperoleh konjungtiva anemis dan nyeri ulu hati.
4. Plan
Diagnosis
Untuk menunjang penegakkan diagnosis gangguan keseimbangan elektrolit lebih lanjut,
dapat disarankan pada pasien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menegagkkan diagnosis penyakit ini. Pada pemeriksaan penunjang, Hb pasien 10,8;
Leukosit 9,000; Na 135; K 3,5; Ca 0,3.
Pengobatan
Pengobatan gangguan keseimbangan elektrolit dibagi menjadi medikamentosa dan non-
medikamentosa. Non-medikamentosa termasuk memperbaiki pola makan serta pemberian
makanan yang bergizi. Pengobatan medikamentosa termasuk pemberian cairan infus yang
tinggi kadar elektrolit.
Pendidikan
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien, kondisi pasien
saat ini, pemeriksaan yang akan dilakukan, tindakan penatalaksanaan yang akan dilakukan,
kemungkinan terburuk yang dapat terjadi..
Konsultasi
Diberitahukan pada pasien dan keluarganya mengenai perlunya konsultasi dengan dokter
spesialis penyakit dalam. Serta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dengan sarana dan
prasarana yang lebih memadai di pelayanan kesehatan yang lebih besar.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipokalemi
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut
hipokalemia apabila kadar kalium <3,5mEq/L. Dapat terjadi akibat dari
redistribusi akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari
pengurangan kronis kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia
dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST
segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria,
intoleransi glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi
(alkalosis, hipomagnesemia, obat- obatan), infuse potasium klorida sampai 10
mEq/jam (untuk mild hipokalemia >2 mEq/L) atau infus potasium klorida
sampai 40 mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia
berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat).
Rumus untuk menghitung defisit kalium:
K = K1 - (K0 x 0,25 x BB)
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
2. Hipokalsemia