SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial(S.Sos)
Pada Jurusan Sosiologi Agama
Oleh:
RAHMAT ARIFUDIN
NIM : 17-308-2068
Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo, setelah dengan seksama meneliti dan
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan SA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
Sarjana Sosial (S.Sos), pada jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan
2. Ayah Rusbing dan Ibunda Fadliyanti terima kasih yang tak terhingga atas
yang berharga yang tidak akan pernah cukup terbalaskan dengan apa yang
sudah mama dan papa berikan selama ini hingga akhirnya saya dapat
3. Bapak Dr. H. Lahaji, M.Ag Selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo.
4. Bapak Dr. Mashadi Maili, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
5. Bapak Dr. Sahmin Madina, M.Si, Ibu Indra Dewi Sery Yusuf, M.Pd,
i
7. Bapak Dr. Muh Rusli, M.Fil.I, selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan juga petunjuk yang sangat berarti bagi penulis
ini.
10. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN
Sultan Amai Gorontalo yang selama ini telah memberikan ilmunya, serta
seluruh staf tata usaha Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang telah
11. Bapak Asalin selaku kepala desa Palasa, beserta staf jajarannya, dan juga
12. Nenek Halima dan kakek Sartono Oli’i, adik Samsul, Ikra, Liza, Iman,
bisa saya sebut satu persatu terima kasih atas dukungan kalian.
menyelesaikan studi.
ii
15. Seluruh teman Posko Marisa Selatan KKS-T IAIN Sultan Amai Gorontalo
16. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian Skripsi
Demikian kata pengantar ini ditulis dengan penuh kerendahan hati, penulis
memohon maaf atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun, penulis
Penulis
Rahmat Arifudin
Nim: 173082068
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
E. Pengertian Judul dan Definisi Operasional..................................................6
F. Telaah Pustaka.............................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................9
A. Tradisi.........................................................................................................9
1. Pengertian Tradisi........................................................................................9
2. Macam-macam Tradisi...............................................................................13
a. Tradisi Ritual Agama.............................................................................13
b. Ritual.....................................................................................................13
3. Fungsi Tradisi.............................................................................................14
4. Unsur-Unsur Tradisi.................................................................................. 19
5. Nilai-Nilai Tradisi .....................................................................................23
B. Masyarakat Pesisir...................................................................................23
1. Pengertian Masyarakat...............................................................................23
2. Masyarakat Pesisir.....................................................................................24
3. Kehidupan Masyarakat Pesisir...................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................30
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................38
A. Kesimpulan................................................................................................66
B. Saran...........................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
ABSTRAK
Rahmat Arifudin, 2021. Tradisi Momasoro Pada Masyarakat Pesisir Desa Palasa
Kecamatan Palasa Kabupaten Parigi Moutong. Skripsi Fakultas Ushuluddin Dan
Dakwah Jurusan Sosiologi Agama IAIN Sultan Amai Gorontalo. Pembimbing 1:
Dr. Muh Rusli, M.Fil.I, Pembimbing 2: Tita Rostitawati, M.Fil.I
vii
pada masyarakat desa palasa kecamatan palasa kabupaten parigi moutong, bahwa
ada dua implikasi yang mereka rasakan langsung ketika selesai pelaksanaan
tradisi momasoro tersebut yaitu tanah menjadi subur dan meningkatnya
pendapatan masyarakat.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang sangat besar dilihat dari aspek geografis terbentang dari Sabang
sampai Merauke baik pulau besar maupun kecil. Pulau besar di mulai dari
Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, hingga Irian Jaya. Selain itu terdapat
manusia dan dengan sarana itu dia mampu menyesuaikan diri dengan
1
2
kebutuhannya. Salah satu hasil karya manusia adalah kebudayaan. Hal itu
cipta masyarakat.3
gaya hidup yang dipelajari dan didapatkan secara sosial oleh anggota
yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi
maupun lisan. Tanpa ada halnya itu, suatu tradisi akan punah.5
merupakan hasil karya yang ada pada masyarakat dan dilaksanakan pula
pada saat ini. Tradisi dapat diartikan sebagai kebiasaan yang diwariskan
masa lalu namun masih ada hingga kini belum dihancurkan atau dirusak.
Tradisi dapat diartikan sebagai warisan yang benar atau masa lalu. Namun
Desa Palasa ini memiliki tradisi tersendiri. Mereka tinggal di dekat pantai
laut dari suku Lauje diberikan sebagai bentuk terima kasih suku Lauje
perubahan dari hasil laut maupun hasil bumi yang mereka panen didaerah
pegunungan. Karena tradisi ini tidak lepas dari yang namanya kepercayaan
terhadap roh-roh halus yang di undang oleh para penari adat dan alunan
dengan menghanyutkan perahu yang terbuat dari kayu yang berisikan hasil
moyang yang masih di pegang teguh oleh masyarakat yang berada di Desa
Palasa.
dilaksanakan pada setiap tahun sekali, yang kemudian dihadiri oleh tokoh
Palasa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Palasa.
2. Manfaat Praktis
a. Dunia Pendidikan
b. Bagi masyarakat
1. Pengertian Judul
6
2) Momasoro adalah bahasa dari suku lauje yang artinya pelepasan perahu.
di pantai atau di tepi laut. sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam
2. Definisi Operasional
perahu).
F. Telaah Pustaka
Adapun studi kasus secara khusus akan penulis teliti sesuai judul
dengan topik penelitian yang penulis kaji yaitu skripsi yang ditulis Desi
8
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia Terbaru,(Gitamediapers: Jakarta). H.
767
9
Dr. Suharso, Dra. Ana Retroningsih, Kamus Besar Bahasa indonesia, Edisi lux, (Widya
karya: Semarang, 2014). H. 312-377
7
Peukan Banda Aceh Besar” tahun 2000, dalam skripsi tersebut ini
10
Desi Ratnasari, “Pelaksanaan Khanduri Laot Ditinjau Menurut Perspektif Islam Di
Gampong Keude Meukek Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh Selatan”, (Banda Aceh: UIN Ar-
Raniry, 2018)
11
Budiman, “Tradisi khanduri laot Di Peukan Banda Aceh Besar”, (Banda Aceh: UIN
Ar-Raniry, 2000)
12
Ali Wildan, “Tradisi Sedekah Laut dalam Ekologi Jawa Studi Kasus di Desa
Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal” (Semarang: UIN Walisongo, 2015)
8
tradisi melaut ini mereka menentukan hari yang baik untuk menurunkan
sedekah laut, perubahan fungsi sedekah laut serta peranan sedekah laut
menyentuh secara konkrit penelitian ini, namun apa yang telah dikaji
13
Asrudin dan Ni’mawati Syariah, “Tradisi Melaut Nelayan Muhammadiyah Pesisir
Provinsi Gorontalo”, (Gorontalo: UMG, 2018)
14
S Widiati,“Tradisi Sedekah Laut di Wonokerto Kabupaten Pekalongan dalam Kajian
Bentuk dan Fungsi”, (Jurnal PP, Volume 1, Nomor 2, Edisi Desember 2011)
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tradisi
1. Pengertian Tradisi
Tradisi kata ini berasal dari kata latin Tradere yang mengandung
beberapa pengertian, dan yang agak mengenai dengan skripsi ini antara
Berangkat dari kata dasar ini, di dalam kata “Tradisi”terlihat adanya proses
seterusnya dari masa lalu dan masih berlaku sampai masa sekarang. Proses
generasi ke generasi.15
Menurut etimologi tradisi adalah kata yang mengacu pada adat atau
15
Hidayat Taufik Ahmad, Tradisi Intelektual Islam Minangkabau Perkembangan Tradisi
Intelektual Tradisional Di Kota Tangah Awal Abad xx (ISBN:Oktober 2011), h.32
16
Kuncoroningrat, Sejarah Kebudayaan Indonesia (Yogyakarta: Jambatan, 2012), h. 103
9
10
dapat dipelihara.17
apa yang benar-benar tersisa dari masa lalu. Hal demikian senada dengan
apa yang dikatakana oleh Shil bahwa tradisi berarti segala sesuatu yang
hingga sekarang. Oleh karena itu, secara ringkas dapat dinyatakan bahwa
tradisi adalah sesuatu yang diwariskan atau ditransmisikan dari masa lalu
ke masa kini.20
17
Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 1993), h. 459.
18
Bey Arifin, Hidup Setelah Mati (Jakarta: PT dunia pustaka, 1984), 80.
19
Piort Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), Cetakan Ke- 3, h. 70
20
Gazali Rahman, Tradidi Molonthalo, Jurnal Al-Ulum Vol. 12 no. 2, Desember 2012, h.
4
11
1) Tradisi dan adat istiadat (nilai, norma, yang mengatur perilaku dan
tersebut.
2) Nasehat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasehat tersebut
berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu
atau makam.
21
Koentjaningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan di Indonesia, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 181
12
tersembunyi tentang adanya kaitan antar masa lalu dan masa kini. Ia
menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih
Tidak hanya itu saja, sebagai sistem budaya, tradisi juga merupakan
suatu sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari cara aspek yang pemberian
arti laku ujaran, laku ritual, dan berbagai jenis laku lainnya dari manusia
atau sejumlah manusia yang melakukan tindakan satu dengan yang lain.
Unsur terkecil dari sistem tersebut adalah simbol. Simbol meliputi simbol
22
Mursal Esten. Kajian Transformasi Budaya.(Bandung: Angkasa, 1999). Hal: 22
23
Ibid, h.82-83
13
dengan adat istiadat yang berlaku yaitu Adat adalah aturan (perbuatan dan
2. Macam-macam Tradisi
b. Ritual
24
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. II;
(t. t : Balai Pustaka, t. th), 245.
25
Fatma A Musa, Pola Interaksi Manusia Dengan Alam Melalui Ritual Dayango Di Desa
Botubulowe Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, Skripsi (Gorontalo: Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2020), h. 35
26
Yermia Manafe, Komunikasi Ritual Pada Budaya Bertani Atono Pah Meto di
TimorNusa Tenggara Timur, Jurnal Komunikasi, Vol. 1 No. 3, Juli 2011, h. 3
14
lainnya.27
3. Fungsi Tradisi
mampu hidup tanpa tradisi meski mereka sering merasa tak puas
27
Sandri Kolonga, Persepsi Masyarakat Tentang Ritual Dayango (Studi Deskriptif Desa
Dulupi Kab.Boalemo), Skripsi (Gorontalo: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo,
2015), h. 7
28
Raho Bernard, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 53
15
satu sama lain, saling tergantung, dan berada dalam suatu kesatuan.31
masyarakatnya.
Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang kita anut
kini serta di dalam benda yang diciptakan di masa lalu. Tradisi pun
aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat
tindakan tertentu hanya akan dilakukan karena orang lain melakukan hal
daerah, kota dan komunitas lokal sama perannya yakni mengikat warga
4. Unsur-Unsur Tradisi
ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita
a. Bahasa
deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku
b. Sistem Pengetahuan
sekitar tempat tinggal, binatan yang hidup disekitar, zat-zat bahan mentah,
tubuh manusia, sifat dan tingkah laku manusia, dan ruang dan waktu.
32
Piotr Sztompka, Hal 75-76
33
http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/44238 di akses pada tanggal 09 Juli 2021
18
bergaul setiap hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat lainnya. Selanjutnya
yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang
fisik.
2) Beternak
3) Bercocok tanam
4) Menangkap ikan
19
f. Sistem Religi
tinggi dari pada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai
kekuatan-kekuatan supranatural.
g. Kesenian
5. Nilai-nilai Tradisi
ciri khas tersendiri. Dengan adanya ritual-ritual yang tetap dilakukan oleh
pada nilai-nilai lainnya. Sebab nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi
20
yang datangnya dari Tuhan.34 Sebagai nilai yang paling tinggi dan wajib
b. Nilai Sosial-Budaya
sesuai, atau saling bertentangan dengan nilai pribadi yang telah diajarkan
suatu tradisi yaitu dengan ritual upacara. Dalam ritual tersebut terdapat
orang lain. Secara tidak langsung mereka telah menciptakan nilai gotong
34
Suratman, Ilmu Sosial., 192-193.
35
Endraswara, Mistik Kejawen., 132-133.
36
Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama: Upaya memahami keragaman
kepercayaan, keyakinan dan Agama (Bandung: Alfabeta, 2011), I: 38.
37
Liliweri, Pengantar Studi., 70.
21
Moral berasal dari kata latin mores memiliki arti tata karma, moral.
Istilah tersebut di gunakan dalam bahasa Inggris semenjak akhir abad ke-
19. Nilai moral yaitu sebagai patokan terhadap sesuatu itu baik atau jahat,
selanjutnya disebut moral.38 Nilai ini merupakan nilai yang sangat penting
e. Nilai Toleransi
38
Liliweri, Pengantar Studi., 70.
39
Ibid.,1
40
Faisal Ismail, Dinamika Kerukunan Antarumat Beragama (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), I: 29.
22
persaudaraan sudah menjadi suatu tradisi. Banyak hal yang bisa diekspos
rasa kangen sedulur (rasa rindu kepada sahabat karib) yang dapat
memupuk rasa kebersamaan yang luar biasa. Perasaan sikap mangan ora
yang percaya bahwa ora bisa urip dhewe (tidak mungkin hidup sendiri),
tidak menentu terkadang bisa tawar dan reda setelah mengikuti melakukan
ritual tradisi. Hal ini berarti bahwa ritual dalam sebuah tradisi bisa menjadi
syaraf manusia yang tidak benar menjadi benar. Selain itu, nilai yang
B. Masyarakat Pesisir
1. Pengertian Masyarakat
42
Endraswara, Mistik Kejawen., 275-284.
43
Hassan Shadily,Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
1999), h. 47
44
Bagja Waluya, Sosiologi “Menyalami Fenomena Pada Masyarakat”, (Bandung; PT.
Setia Purna, 2007), h. 10
24
berikut;
jumlah minimum untuk bisa disebut hidup bersama adalah dua orang.
2. Masyarakat Pesisir
pesisir secara umum memiliki perilaku yang keras, tegas, dan terbuka.
Perilaku itu dipengaruhi oleh alamnya ditepi pantai yang suara ombak
sangat kencang.
45
Tawir Kasnawi, Ramli, Pembangunan masyarakat Kota. (Jakarta: Universitas terbuka,
2001), h.6-5
25
Shadily, sebagai golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia
nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudi daya ikan, dan organisme laut
masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain.
46
Ibid, h. 47.
47
Edi Sedyawati, Budaya Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 337
26
Shadily, sebagai golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia
48
Arif Satria, Pesisir dan Laut untuk Rakyat (Bogor : IPBPress Kampus IPB Darmaga
Bogor, 2009). hal 24.
49
Ibid, h. 47.
50
Arif Satria, pesisir dan laut untuk rakyat,(Bogor. IPB.Press, Mei 2009), h. 30.
27
posisi sosial mereka tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang
adalah para pedagang ikan berskala besar atau pedagang perantara. Para
menimbulkan persoalan.51
mereka, yaitu:
51
Kusnadi, Jaminan Sosial Nelayan, (Yogyakarta: L Ki S, 2007), hlm. 1
29
Dalam hal ini, program jaminan sosial (sosial security) yang dirancang
masyarakat nelayan.
kredit.52
52
Kusnadi, Jaminan Sosial Nelayan, (Yogyakarta: L Ki S, 2007), hlm. 4
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
adanya “batas” yang ditentukan oleh “focus”, adanya criteria khusus untuk
seperangkat proporsi berasal dari kata diuji dan diuji kembali secara
53
Sudarmawan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia 2002.), h.
41
30
31
empiris dalam uraian tentang dasar teori tersebut. Bagdon dan Taylor
2. Pendekatan Penelitian
fenomenologi, yaitu:
54
Lexy J. Maleong, Pendekatan Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006,), h. 3.
55
Jusuf Soewandi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2012,), h. 52.
56
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada, 2011, ed. 1 cet 4,), h. 11.
32
sebagai salah satu upaya memahami budaya engan cara melihat wujud
sumber dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis
peristiwa yang diinginkan dalam penelitian. Dalam sumber data utama itu
Adapun penelitian ini data primer didapatkan dengan cara wawancara dan
57
Abudin nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2001), h. 35
58
Ibrahim, Metodologi Penelitan Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015,), h. 69
33
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak yang tidak
Moutong.
1. Observasi (Berpartisipasi)
secara sistematis.60
59
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2016), h. 193
60
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, (Cet 1; Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 80
61
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 145
34
2. Interview (Wawancara)
individual.62
3. Dokumentasi
sumber yang diteliti, dalam hal ini dokumen yang digunakan untuk
penelitian.
62
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 216
35
kemudian dipilih lalu dikumpulkan agar data menjadi lebih sederhana dan
bentuk uraian singkat, berupa penyajian data dalam bentuk table maupun
dalam bentuk narasi. Namun, sebelum itu data yang telah dikumpulkan
memberikan kesimpulan.64
63
Muhammad Ali dan Yulmiati, Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelegences
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik pada SD Terpadu Wahdatul Ummah
Makasar; (Tesis, Makasar, Pascasarjana UIN Alauddin Makasar, 2015),h. 70
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013).,h. 249
36
data hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah. Penulis meramu data
bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan data-data yang kuat.65
melakukan pengecekan data yaitu cek (check), cek ulang (recheck), dan
informan
65
Ibid,h. 80
66
Heman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian Buku Pedoman Bagi Mahasiswa ,
(Cet.IV, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1997),h. 87-88
37
pengecekan kembali.
berikutnya.
G. Tahapan-tahapan Penelitian
penulis.
HASIL PENELITIAN
Desa palasa merupakan salah satu dari 11 ( sebelas ) desa yang ada
di kecamatan palasa, dengan luas 11.73 km2, yang terdiri dari 6 dusun.
Menurut sejarahnya desa palasa telah ada sejak tahun 1879, dengan cikal
indonesia. Pada masa itu desa palasa masih berada dalam kekuasaan
suku Lauje.67
desa bernama Ompogan , Dan desa palasa sendiri sudah merupakan nama
67
Rencana Kerja Pemerintah Desa : Profil Desa Palasa 2020
38
39
konon pada zaman dulu di kampung/di palasa ini banyak sekali berdiam
Kemudian pada tahun 1779 seekor ikan yang sangat besar mati
menjadi Desa yang di pimpin oleh seorang kepala kampung atau kepala
Desa.69
Tabel 1
68
Ibid 1
69
Ibid 2
40
Palasa ini tidak beraturan, ada 4 kepala desa yang pernah menjabat di Desa
Tabel II
Palasa Lambori.
Tabel III
42
No Nama Dusun
1 Dusun Bambanipa
2 Dusun Palasa
3 Dusun Lalap
4 Dusun Beringin
5 Dusun Papontian
6 Dusun Popindiang
Tabel IV
Tabel V
lain.
Tabel VI
44
penduduk yang sedikit berusia 0-1 tahun ke atas yang berjumlah 147 jiwa.
a. Agama
kerja sama. Bentuk fasilitas peribadatan mereka dalam hal mesjid telah
b. Pendidikan
70
Ustat Lamadau, Tokoh Agama, Wawancara, Desa Palasa 2021
45
Adapun sekolah yang berada di Desa Palasa yaitu TK, SD/MI, MTs,
c. Pekerjaan
pendapatan mereka itu ada yang di laut dan ada yang di darat.72
d. Adat Istiadat
sudah menjadi warisan dari nenek moyang pada zaman dulu. Sehingga
budaya suku lauje yang mendiami Desa Palasa yang pada umumnya
masyarakat suku lauje. Pada dasarnya tradisi ini merupakan bentuk rasa
syukur para petani dan nelayan dengan adanya hasil bumi yang mereka
Hal ini hampir sama dengan perkataan tokoh adat yang bernama
bahwa:
74
Bapak Rusbing, Masyarakat Pesisir, “wawancara”, Desa Palasa tanggal 27 Mei 2021
75
Bapak Jasman, Tokoh Adat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 29 Mei 2021
47
1. Tahap Persiapan
a. Musyawarah
momasoro ini berjalan dengan lancar. Musyawarah ini dihadiri oleh para
mengatakan bahwa:
Hal ini hampir sama dengan apa yang telah dijelaskan oleh
76
Bapak Amir, Masyarakat Pesisir, “wawancara” Desa Palasa tanggal 27 Mei 2021
48
diselenggarakan oleh para tokoh adat yang berada di Desa Palasa tersebut.
yang telah ada dari nenek moyang mereka. Tak hanya itu di dalam
musyawarah ini selain pertemuan antara tokoh adat dan tokoh masyarakat
bahwa:
mengatakan bahwa:
77
Bapak Hermin, Masyarakat Pesisir, “wawancara” Desa Palasa tanggal 28 Mei 2021
78
Ibu Yanti, Masyarakat Pesisir, “wawancara” Desa Palasa tanggal 28 Mei 2021
49
dari keputusan para tokoh adat maupun tokoh masyarakat mereka sangat
menerima dengan senang hati karena menurut mereka tradisi ini harus
dipertahankan.
salah satu tradisi yang masih bertahan pada masyarakat suku lauje.
b. Gotong Royong
79
Bapak Tamsil, Masyarakat Pesisir, “wawancara” Desa Palasa tanggal 30 Mei 2021
80
Bapak Rusman, Tokoh Masyarakat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 01 Juni 2021
50
“kami selalu melakukan kerja sama, jika dalam hal seperti ini.
Maksudnya kalau 3 hari sebelum hari H kami sudah
mempersiapkan apa saja yang diperlukan dalam tradisi momasoro
ini, dan kami disini sudah membagi tugas masing-masing. Ada
yang membuat perahu, mendirikan tenda, membersihkan rumah
adat”81
Penjelasan yang hampir sama dikatakan oleh masyarakat yang
mengatakan bahwa:
“kalau dalam tradisi ini biasanya ada yang membuat perahu dan
ada juga yang mengumpulkan uang maupun beras pada masyarakat
itu sendiri dengan tujuan itu merupakan bentuk pengamalan agar
terhindar dari segala sesuatu yang buruk”82
Dari hal inilah yang membuat masyarakat desa Palasa ini merasa
akur, karena saling membantu tanpa ada rasa iri hati. Karena ini bukan
2. Tahap Pelaksanaan
a) Bambaayol
b) Bambabalal
c) Pongolimpatang
d) Bambasiang
sebagai tempat pertama dalam melepaskan adat tradisi momasoro. Hal ini
dihadiri oleh para tokoh adat dan olongiyan (Kepala adat). Adapun sesajen
6) Kemudian dikelilingi dengan hasil bumi berupa ubi jalar dan hasil bumi
lainnya.84
yang bernama bapak Suhar selaku tokoh adat yang diwawancarai pada
yang dilakukan langsung oleh tokoh adat dan olongiyan (kepala adat).
yang berbahasa Lauje. Sebagaimana penjelasan dari salah satu tokoh adat
84
Bapak Jubair, Tokoh Adat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 02 Juni 2021
85
Bapak Suhar, Tokoh Adat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 29 Mei 2021
53
mengatakan bahwa:
“kalau untuk ritual yang kami lakukan disini yaitu hanya menari
mengelilingi sesajen tersebut, akan tetapi jika untuk menanyakan
doa ataupun bacaan yang kami pakai itu hanya diketahui oleh
olongiyan (kepala adat) karena kami hanya penari saja dan semua
yang kami lakukan itu dibawah control olongiyan”86
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat mengetahui
bahwa olongiyan ini sangat berarti bagi para penari, karena ialah yang
akan mengundang (moganoy) roh halus yang akan masuk ke dalam tubuh
penari.
wawancara antara peneliti dengan bapak Jasman pada tanggal 29 Mei 2021
mengatakan bahwa:
“iya benar, karena dalam pelaksanaan ini para tokoh adat lainnya
itu berperan sebagai penari dan yang saya lakukan yaitu dengan
membaca doa ataupun syair-syair yang berasal dari bahasa lauje.
saya akan memberitahukan syair apa yang akan saya bacakan
ketika mengundang (moganoy) roh halus ataupun tuan tanah”
Berikut ini adalah doa untuk moganoy (mengundang roh halus)
86
Bapak Jubair, Tokoh Adat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 02 Juni 2021
54
tersebut. Dari proses itulah olongiyan berinteraksi dengan roh halus untuk
sebuah persimpangan air yang mepertemukan sungai dari Bamba ayol dan
tetapi dalam hal ini berbeda yang tadinya di bamba ayol ritual tersebut
tersebut dalam hal ini mengelilingi perahu adat sambil dibunyikan alat
90
BapakRusbing, Masyarakat Pesisir, “wawancara”, Desa Palasa tanggal 27 Mei 2021
56
dahulu salahs seorang tokoh dalam hal ini yang di sebut sebagai olongian
Tradisi ini dibuat di rumah adat, dalam kurung waktu selama 3 hari
3 malam yang mana salah seorang tokoh atau yang dimaksud dengan
leluhur.
bahwa:
“olongian dalam hal ini mengurung diri, bukan mengurung diri saja
dia disni bisa dibilang dapat disebut sebagai bentuk pengamalan
satu kampung agar terhindar dai mara bahaya.”92
Hal ini dilengkapi oleh salah satu tokoh pemerinta yaitu bapak
“semua yang kita siapkan adalah hasil bumi, dan sebagai bentuk
kesyukuran kepada tuan tanah (togu petu) dan juga sebagai bentuk
91
Bapak Jubair, Tokoh Adat,”wawancara” Desa Palasa 01 Juni 2021
92
Bapak Arya Prima Setia, Masyarakat Pesisir,”wawancara” Desa Palasa 04 Juni 2021
57
dilakukan selama berada di dalam kamar yang berada di rumah adat suku
lauje tidak lain adalah bentuuk pengamalan kepada (togu petu) dan (togu
ogo).
(togu petu) dan (togu ogo) dalam kurung waktu selama 3 hari 3 malam.
“iya benar, olongian akan muncul dari kamarnya pada saat sudah
mau di bawah perahu ketepi pantai”.94
c. Pelepasan Perahu
93
Bapak Hermin, Tokoh Masyarakat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 28 Mei 2021
94
Bapak Ahim, Masyarakat Pesisir, “wawancara” Desa Palasa tanggal 05 Juni 2021
58
pelepasan perahu. Hal ini menandakan bahwa tradisi ini akan berakhir, dan
95
Bapak Amir, Tokoh Masyarakat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 27 Mei 2021
96
Bapak Idris, Masyarakat Pesisir, “wawancara” Desa Palasa 29 Mei 2021
59
sangsi bagi masyarakat yang telah melanggarnya (sala Mpale). Hal ini
bertujuan agar masyarakat bisa menjaga tradisi yang sudah diberikan oleh
denda. Dan sangsi tersebut telah tertuang sejak lama pada masyarakat suku
lauje.
terakhir yaitu pengucapan tolak bala yang akan disampaikan oleh tokoh
bala yang dibacakan oleh beberapa tokoh agama. Hal ini sebagai bentuk
sehingga mereka sangat antusias dalam melaksanakan tradisi ini baik dari
berperan dalam tradisi ini tidak lain adalah tokoh masyarakat, tokoh adat
dan masyarakat pesisir desa Palasa. Disisi lain mereka pun dapat
tradisi momasoro ini dilaksanakan mereka sudah merasakan apa yang telah
Kesuburan tanah merupakan salah satu hal yang penting bagi para
petani, karena hidup dan matinya tanaman tergantung pada subur atau
dengan adanya tradisi ini. Karena menurut mereka tradisi ini memberikan
Palasa ini selain tinggal di dekat pantai mereka memiliki lahan di atas
adanya tradisi ini, dan ini sudah ada sejak dari nenek moyang mereka.
bahwa:
102
Bapak Sa’amin, Tokoh Masyarakat, “wawancara” Desa Palasa tanggal 05 Juni 2021
103
Bapak Ali, Masyarakat Pesisir, “wawancara” Desa Palasa tanggal 10 Juni 2021
63
terutama bagi mereka para masyarakat pesisir yang berada di Desa Palasa.
mereka hidup berdampingan di antara laut dan gunung, dan lebih banyak
Tidak lepas dari hal tersebut selain itu masyarakat ini sangat
baik.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Proses tradisi momasoro pada masyarakat Desa Palasa terbagi menjadi dua
tahap yaitu:
a. Tahap Persiapan
tokoh agama.
b. Tahap Pelaksanaan
adat suku lauje dan pada tahap terakhir yaitu pelepasan perahu dan diakhiri
65
66
B. Saran
2. Untuk tokoh adat agar kiranya perlu memberitahukan apa yang bisa di ikuti
3. Bagi peneliti agar kiranya ini menjadi rujukan masukan penelitian untuk
melakukan penelitian yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
A Musa Fatma, Pola Interaksi Manusia Dengan Alam Melalui Ritual Dayango Di
Desa Botubulowe Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, Skripsi
Gorontalo: Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, IAIN Sultan Amai
Gorontalo, 2020
Ali Muhammad dan Yulmiati, Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple
Intelegences dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik pada
SD Terpadu Wahdatul Ummah Makasar; Tesis, Makasar, Pascasarjana
UIN Alauddin Makasar, 2015
Anton, Ungkapan Tradisional dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Bajo di
Pulau Balu Kabupaten Muna Barat, Humanika, Vol. 15, No.3, 3
Desember
Arifin Bey, Hidup Setelah Mati, Jakarta: PT dunia pustaka, 1984
Bagong Suyanto & J.D Narwoko., Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Jakarta: Kencana, 2007
Bernard Raho, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007
Budiman, “Tradisi khanduri laot Di Peukan Banda Aceh Besar”, Banda Aceh:
UIN Ar-Raniry, 2000
Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada, 2011, ed. 1 cet 4
Danim Sudarmawan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia 2002
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ed. II; t. t : Balai Pustaka, t. th
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 16,
Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1991
Dra. Retroningsih Ana Dr. Suharso, Kamus Besar Bahasa indonesia, Edisi lux,
Widya karya: Semarang, 2014
Esten Mursal. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa, 1999
Gunawan Imam, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, Cet 1; Jakarta:
Bumi Aksara, 2013
Ibrahim, Metodologi Penelitan Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015,
67
68
J. Baran Stanley, Pengantar Komunikasi Masa Melek Media dan Budaya, Jakarta:
Erlangga, 2012
J. Maleong Lexy, Pendekatan Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006
Kasnawi Tawir, Ramli, Pembangunan masyarakat Kota. Jakarta: Universitas
terbuka, 2001
Koentjaningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992
Kolonga Sandri, Persepsi Masyarakat Tentang Ritual Dayango (Studi Deskriptif
Desa Dulupi Kab.Boalemo), Skripsi Gorontalo: Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Gorontalo, 2015
Kuncoroningrat, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta: Jambatan, 2012
Kusnadi, Jaminan Sosial Nelayan, Yogyakarta: L Ki S, 2007
Manafe Yermia, Komunikasi Ritual Pada Budaya Bertani Atono Pah Meto di
TimorNusa Tenggara Timur, Jurnal Komunikasi, Vol. 1 No. 3, Juli 2011
Martin Risnowati, Ritual Petik Laut pada Masyarakat Nelayan Sendang Biru,
Malang: Sebuah Teladaah Budaya Bahari, Jakarta: FIPB UI, 2011
Muchtar Ghazali Adeng, Antropologi Agama: Upaya memahami keragaman
kepercayaan, keyakinan dan Agama, Bandung: Alfabeta, 2011
Nata Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2001
Prima Pena Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Terbaru, Gitamediapers: Jakarta
Rahman Gazali, Tradisi Molonthalo, Jurnal Al-Ulum Vol. 12 no. 2, Desember
2012
Ratnasari Desi, “Pelaksanaan Khanduri Laot Ditinjau Menurut Perspektif Islam
Di Gampong Keude Meukek Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh
Selatan”, Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2018
Satria Arif, Pesisir dan Laut untuk Rakyat, Bogor : IPB Press Kampus IPB
Darmaga Bogor, 2009
69
Satria Arif, pesisir dan laut untuk rakyat, Bogor. IPB.Press, Mei 2009
Sedyawati Edi, Budaya Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007
Shadily Hassan,Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1999
Soekanto, Kamus Sosiologi, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 1993
Soewandi Jusuf, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2012
Sudirman Adi, Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik hingga Terkini,
Jogjakarta: DIVA Pres, 2014
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2016
………..., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2013
.............., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015
Suratman, Ilmu Sosial., Malang: Intimedia, 2015
Syaodih Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013
Syariah Ni’mawati dan Asrudin, “Tradisi Melaut Nelayan Muhammadiyah
Pesisir Provinsi Gorontalo”, Gorontalo: UMG, 2018
Sztompka Piort, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007, Cetakan Ke- 3
Taufik Ahmad Hidayat, Tradisi Intelektual Islam Minangkabau Perkembangan
Tradisi Intelektual Tradisional Di Kota Tangah Awal Abad xx,
ISBN:Oktober 2011
Waluya Bagja, Sosiologi “Menyalami Fenomena Pada Masyarakat”, Bandung;
PT. Setia Purna, 2007
Warsito Heman, Pengantar Metodologi Penelitian Buku Pedoman Bagi
Mahasiswa , Cet.IV, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 1997
Widiati S,“Tradisi Sedekah Laut di Wonokerto Kabupaten Pekalongan dalam
Kajian Bentuk dan Fungsi”, Jurnal PP, Volume 1, Nomor 2, Edisi
Desember 2011
70
Wildan Ali, “Tradisi Sedekah Laut dalam Ekologi Jawa Studi Kasus di Desa
Gempolsewu Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal” Semarang: UIN
Walisongo, 2015
Yusuf dkk Mundzirin, Islam dan Budaya Lokal, Yogyakarta: Pokja Akademik
UIN Sunan Kalijaga, 2005
http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/44238 di akses pada tanggal 09 Juli 2021
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Pedoman Wawancara
momasoro?
momasoro?
11. Apakah ada makna tersendiri sesajen yang ada dalam perahu tersebut?
71
72
B. DOKUMENTASI WAWANCARA
CURICULUM VITAE
A. BIODATA PRIBADI
4. Kebangsaan : Indonesia
7. Agama : Islam
9. Email : aryfudin98@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
C. PENGALAMAN ORGANISASI
2018
Tahun 2018-2019