SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MATA KULIAH : MATEMATIKA TEKNIK II

FAKULTAS : TEKNIK
PROGRAM STUDI : TEKNIK MESIN
BOBOT SKS : 3 (TIGA)
KODE : CM 220334
DOSEN PENGASUH : MIDUK TAMPUBOLON, S.Si , M.Si

MINGGU POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA SUMBER

KE DAN TIU DAN SASARAN BELAJAR PENGAJARAN
1.1 Notasi, konjugate bilangan kompleks
1.2 Operasi bilangan kompleks
Aljabar Bilangan Kompleks 1.3 Modulus bilangan kompleks
1.4 Bentuk polar
TIU: kuliah mimbar, Papan tulis,
1 Memberi penjelasan tentang tanya jawab dan LCD atau 1, 2
notasi, konjugate , operasi dan *Mahasiswa dapat memahami operasi diskusi. proyektor
Modulus bilangan kompleks, bilangan kompleks
serta menjelaskan bentuk polar. *Mahasiswa dapat memahami bentuk
polar dari bilangan kompleks.
 1.5 Bentuk eksponensial
1.6 Perpangkatan bilangan kompleks
Aljabar Bilangan Kompleks 1.7 Akar bilangan kompleks

2 TIU: * Mahasiswa dapat memahami bentul kuliah mimbar, Papan tulis,

Memberi penjelasan tentang
notasi, konjugate , operasi dan
Modulus bilangan kompleks,
serta menjelaskan bentuk polar.
eksponensial bilangan kompleks tanya jawab dan LCD atau 1, 2
* Mahasiswa dapat memahami diskusi. proyektor
perpangkatan bilangan kompleks
* Mahasiswa dapat menentukan
akar bilangan kompleks

2.1 Turunan fungsi kompleks

Turunan Fungsi Kompleks 2.2 Perumusan Cauchy Riemann
kuliah mimbar, Papan tulis,
3 TIU: * Mahasiswa dapat memahami rumus tanya jawab dan LCD atau 1, 2
Memberi penjelasan tentang turunan fungsi kompleks diskusi. proyektor
rumus turunan turunan fungsi * Mahasiswa dapat memahami
kompleks persamaan Cauchy Riemann

Fungsi Analitik 3.1 Fungsi analitik

3.2 Integral lintasan kuliah mimbar, Papan tulis,
4 TIU: tanya jawab dan LCD atau 1, 2
Memberi penjelasan * Mahasiswa dapat memahami sifat-sifat diskusi. proyektor
fungsi analitik, integral kompleks fungsi analitik
dan turunan fungsi analitik * Mahasiswa dapat memahami
integral lintasan
 Fungsi Analitik 3.3 Integral Cauchy
3.4 Turunan fungsi analitik kuliah mimbar, Papan tulis,
5 TIU: tanya jawab dan LCD atau 1, 2
Memberi penjelasan tentang * Mahasiswa dapat memahami diskusi. proyektor
fungsi analitik, integral kompleks integral Cauchy
dan turunan fungsi analitik * Mahasiswa dapat menentukan
turunan fungsi analitik.

Kekonvergenan Barisan dan 4.1 Barisan dan deret aritmatika

deret. 4.2 Barisan dan deret geometri
4.3 Deret tak hingga kuliah mimbar, Papan tulis,
6 TIU: tanya jawab dan LCD atau 1, 2
Memberi penjelasan tentang * Mahasiswa dapat memahami barisan diskusi. proyektor
barisan aritmatika dan geometri, dan deret aritmatika
deret tak hingga, dan kaidah uji * Mahasiswa dapat memahami barisan
kekonvergenan. dan deret geometri, deret tak hingga

Kisi Kisi Ujian Tengah Semester Soal soal terkait topik bahasan pertemuan
7 pertama sampai pertemuan keenam.
TIU: Papan tulis,
Memberi gambaran tentang soal * Mahasiswa dapat memahami dan diskusi dan quiz LCD atau 1, 2
Ujian Tengah Semester mengingat kembali topik yang sudah proyektor
dipelajari dari pertemuan pertama
sampai pertemuan keenam
 Kekonvergenan Barisan dan 4.4 Kaidah uji kekonvergenan
deret. 4.5 Kekonvergenan mutlak

TIU: * Mahasiswa dapat memahami kaidah kuliah mimbar, Papan tulis,

8 Memberi penjelasan tentang uji kekonvergenan tanya jawab dan LCD atau 1, 2
barisan aritmatika dan geometri, * Mahasiswa dapat memahami diskusi. proyektor
deret tak hingga, dan kaidah uji kekonvergenan mutlak
kekonvergenan.

Deret Pangkat 5.1 Deret Taylor

5.2 Deret Maclaurin
9 TIU: 5.3 Deret Binomial kuliah mimbar, Papan tulis,
Memberi penjelasan tentang tanya jawab dan LCD atau 1, 2
deret Taylor dan deret * Mahasiswa dapat memahami diskusi. proyektor
Maclaurin. deret Taylor , deret Maclaurin dan
deret binomial.

Transformasi Laplace 6.1 Transformasi laplace

6.2 Invers transformasi Laplace
TIU:
10 Memberi penjelasan tentang kuliah mimbar, Papan tulis,
Transformasi Laplace, invers * Mahasiswa dapat memahami tanya jawab dan LCD atau 1, 2
transformasi Laplace, masalah transformasi Laplace diskusi. proyektor
nilai awal, pergeseran sumbu. * Mahasiswa dapat memahami
invers transformasi Laplace
 Transformasi Laplace 6.3 Masalah nilai awal

11 TIU: * Mahasiswa dapat memahami kuliah mimbar, Papan tulis,

Memberi penjelasan tentang Masalah nilai awal tanya jawab dan LCD atau 1, 2
Transformasi Laplace, invers diskusi. proyektor
transformasi Laplace, masalah
nilai awal, pergeseran sumbu.

Transformasi Laplace 6.4 Pergeseran terhadap sumbu s

6.5 Pergeseran terhadap sumbu t
12 TIU:
Memberi penjelasan tentang * Mahasiswa dapat memahami kuliah mimbar, Papan tulis,
Transformasi Laplace, invers transformasi Laplace dengan pergeseran tanya jawab dan LCD atau 1, 2
transformasi Laplace, masalah terhadap sumbu s dan sumbu t diskusi. proyektor
nilai awal, pergeseran sumbu.

Konvolusi. Persamaan integral 7.1 Teorema konvolusi

7.2 Persamaan integral
TIU: kuliah mimbar, Papan tulis,
13 Memberi penjelasan * Mahasiswa dapat memahami tanya jawab dan LCD atau 1, 2
teorema konvolusi dan teorema konvolusi diskusi. proyektor
persamaan integral * Mahasiswa dapat memahami
persamaan integral
 Kisi Kisi Ujian Semester Soal soal terkait topik bahasan pertemuan
kedelapan sampai pertemuan terakhir.
TIU: Papan tulis,
14 Memberi gambaran tentang soal * Mahasiswa dapat memahami dan diskusi dan quiz LCD atau 1, 2
Ujian Semester mengingat kembali topik yang sudah proyektor
dipelajari dari pertemuan kedelapan
sampai pertemuan terakhir

Daftar Referensi
[1] K.A. Stroud, Engineering Mathematics, 3rd Edition, The Macmillan Press Ltd, 1987
[2] Kreyzig, Erwin, Advanced Engineering Mathematics, Edisi ke-7, John Wiley, 1993
A. NOTASI C. OPERASI BILANGAN KOMPLEKS
Z = (x , y) artinya Z= x + y i Misalkan diketahui bilangan kompleks
dimana : Z 1 = x 1 y 1 i dan Z 2 = x 2 y 2 i maka :
x = bagian riel dari Z Z 1Z 2 =  x 1 y1 i x 2 y 2 i
1.
y = bagian imaginer dari Z Z 1Z 2 =  x 1 x 2  y 1 y 2 i

i = bilangan imaginer = −1 Z 1−Z 2 =  x 1 y1 i− x 2 y 2 i

2.
Z 1−Z 2 =  x 1− x 2  y 1− y 2 i
k.Z 1 = k  x 1 y 1 i
Catatan : 3. N
k.Z 1 = k.x 1k.y 1 i
i =  −1
Z .Z = L
O
 x y i  . x  y i 
i 2 = −1
Z .ZO= x . x  x y i y . x iy . y i
1 2 1 1 2 2
4. 2
i 3 = −i
B1 2 1 2 1. 2 1 2 1 2

PUZ
i4 = 1 Z 1 x  y i
1 1
=
i5 = i  x 2 y 2 i
M
2
kalikan dengan konjugate
B. KONJUGATE (SEKAWAN) BILANGAN TA
KOMPLEKS K 5.
U
maka konjugate (sekawan) I Dbilangan tersebut
Jika diketahui bilangan kompleks Z = x + y i
Contoh 01 :

adalah Z = x− y i
M
Contoh :
Z = 8 – 2 i konjugatenya Z = 82i
Z = 4 i – 5 konjugatenya 
Z = −4 i−5
dimana :
 =  x y i . x− y i 
Z.Z
2 2 2
Z.
Z = x − xy i xy i − y i
2 2
Z.
Z = x y

Jadi perkalian bilangan kompleks dengan

konjugatenya atau kelipatan konjugatenya
menghasilkan bilangan riel.
Contoh :
8−2i. 82i = 82 22 = 68
4i−5 .−4i−5 = 42−52 = 41
 Modulus dari Z adalah :
∣Z∣ =  x 2 y 2

Sifat-sifat Modulus :
1. ∣ Z 1Z 2 ∣ =   x 1 x 22 y 1 y 2 2

2. ∣ Z 1−Z 2 ∣ =   x1− x 2 2  y 1− y 2 2
3. ∣ c.Z 1 ∣ = ∣c∣.∣Z 1∣
4. ∣ Z 1 . Z 2 ∣ = ∣Z 1∣ .∣Z 2∣
N
LO
Z1 ∣Z ∣
5. ∣ O∣
Z2
= 1
∣Z 2∣
B
U 01 :
P Contoh
M
TA
K
U
ID
M

D. MODULUS (NILAI ABSOLUT)

Modulus bilangan kompleks Z = x + yi
merupakan panjang vektor posisi dari Z.
Perhatikan diagram Argand di bawah ini !
y sumbu imaginer i

Z = x yi
y
∣Z∣
y
x
x x sumbu riel
E. BENTUK POLAR (KUTUB) DARI Contoh 01 :
BILANGAN KOMPLEKS

Perhatikan diagram Argand di bawah ini !

Z = x yi

r N
LO
y

R
O x O
B
PU
Misalkan panjang vektor OZ = r maka :
y
∗ sin  =  y = r sin 
r M
x
∗ cos  =  x = r cos  TA
r
K
y
∗ tg  =   = arc tg
y
U
ID
x x
 disebut argumen dari Z. Untuk
M
menentukan nilai  , tanda di kuadran
harus diperhatikan.
KW II 90
0
KW I

x =− x =
y= y=
0
180
00 , 3600
x =− x =
y=− y=−
KW III KW IV
270 0

Jadi bentuk polar dari Z = x + y i adalah :

Z = r cos r sin i
Z = r cos i sin 
 maka :

2  4 6
Z = r 1−  − ...
2! 4 ! 6!

 i −i
3
3!
5
i −...
5! 
 
2 3 4
  
Z = r 1i − −i  ...
2! 3! 4!

 
2 2 3 3 4 4
i  i  i 
Z = r 1i    ...
N
2! 3! 4!
O
O L
Z = r 1i 
i 2 i 3 i 4
2!

3!

4!
... 
B
sehingga :

P U
Z = r .e
i

M Bentuk ini disebut bentuk eksponensial dari

TA
bilangan kompleks.

K
U Contoh :

ID
M
F. BENTUK EKSPONENSIAL DARI
BILANGAN KOMPLEKS.
Telah dipelajari bahwa bentuk Z = x + y i
dapat diubah menjadi
Z = r cos i sin  ,
dengan menggunakan deret pangkat

x2 x3 x4
e x = 1 x   ...
2 ! 3! 4 !
2 4 6
x x x
cos x = 1−  − ...
2! 4! 6!
x3 x5 x7
sin x = x−  − ...
3 ! 5! 7!
 sehingga :
n n
Z = r cos n i sin n 
Rumus di atas dinamakan sebagai rumus
“De Moivre”

Z1 r 1 cos  1i sin 1 

II. =
Z 2 r 2  cos 2isin 2 
Z1 N
r cos 1i sin 1 cos 2 −i sin 2 
= 1
LO
x
Z 2 r 2 cos  2i sin 2 cos 2 −i sin 2 
Z1 O
r cos 1i sin 1 x cos  2−i sin  2 
= 1
B
Z 2 r 2 cos2 2−i 2 sin 2  2 

G. PANGKAT BILANGAN KOMPLEKS P UZ = r cos  i sin   x cos  −i sin  

1 1 1 1 2 2

Dengan menggunakan pengertian pangkat M

Z2 r2
n
a =a x a x a ... x a T A Z1 r
akan ditentukan = 1  cos  1 .cos 2 −i cos 1 . sin  2
rumus untuk perpangkatan dari K
n
Z 2 r2
kompleks. Misalkan diketahui :U
bilangan
i sin 1 . cos 2−i sin 1. sin 2 
2

Z = r cos  i sin  I
D Z1 r
1 1
Z = r cos  i sin
2 2
1

2
M  maka :
1

2
= 1 {cos 1−2i sin 1−2  }
Z 2 r2
I. Z 1 .Z 2 =r 1 cos 1 i sin 1 .r 2 cos 2i sin 2 
Z 1 . Z 2 = r 1 . r 2  cos 1 . cos 2cos 1 . isin  2 Contoh 01 :
i sin 1 . cos 2i sin 1 . sin 2 
2

Z 1 . Z 2 = r 1 . r 2  cos 1 . cos 2i cos 1 .sin  2

i sin 1 . cos 2−sin 1 . sin 2 
Z 1 . Z 2 = r 1 . r 2 { cos 1 2 i sin 1 2  }
jika Z 1 = Z 2 = r cosi sin  didapat :
Z 1 . Z 2 = r . r { cos isin  }
Z 2 = r 2 { cos 2 i sin 2  }
jika Z 1 = Z 2 = Z 3 = r cos i sin 
didapat :
Z 1 . Z 2 . Z 3 = r . r . r { cos 
i sin  }
3 3
Z = r { cos3 i sin3  }
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID H. AKAR BILANGAN KOMPLEKS

M Dari rumus perpangkatan bilangan

kompleks Z n = r n cos n isin n  dan
mengingat periode fungsi sinus dan cosinus
adalah 2  maka :
2 k 2 k
n Z = n r cos i sin 
n n
Dalam penentuan akar bilangan kompleks
dikenal akar utama yaitu akar yang paling
dekat dengan sumbu x positif.

Contoh 01 :
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
A. DEFENISI gZ
Jika f  Z  = maka
Turunan fungsi kompleks f(Z) di Z0 h Z 
dinyatakan dengan : 5. g '  Z  . h Z − g  Z  . h' Z 
f ' Z  =
f Z 0 Z − f  Z 0 h2  Z 
f ' Z 0  = lim
 Z 0 Z
fungsi f(Z) disebut differensiabel (dapat Contoh 01:
diturunkan) di Z0 bila nilai limit di atas ada.

Contoh 01:

N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
B. RUMUS DASAR TURUNAN FUNGSI ID
KOMPLEKS. M
Misal fungsi kompleks f(Z) differensiabel
maka rumus turunannya sama dengan rumus
turunan fungsi riel yaitu :

1. Jika f  Z  = C maka f '  Z  = 0

2. Jika f Z  = CZ n maka f '  Z =CnZ n−1
Jika f  Z  = g  Z ±h Z  maka
3.
f ' Z  = g '  Z ±h ' Z 
Jika f  Z  = g  Z  . h Z  maka
4.
f ' Z  = g '  Z  . h Z  g  Z  . h' Z 
C. PERUMUSAN CAUCHY RIEMANN Nilai turunan fungsi tersebut di Z0 = x0 + i yo
dinyatakan dengan :
Misalkan f(Z) = U(x , y) + i V(x , y) dan
f'(Z) ada pada Z0 = x0 + i y0. Dengan f ' Z  = U x  x 0 , y 0 iV x  x 0 , y 0
menggunakan defenisi turunan dapat
diuraikan menjadi : atau :

1.  Z =  x , 0 =  x maka : f ' Z  = V y  x 0 , y 0 −iU y  x0 , y 0

f  Z Z − f Z 
f ' Z  = lim
 Z 0 Z
{U  x 0 x , y0 i V  x 0x , y 0}− {U  x 0 , y 0i V  x0 , y 0}
f ' Z = lim
x 0 x
Contoh 01 :
{U  x 0 x , y0 −U  x 0 , y0 } i {V  x 0x , y 0−V  x 0 , y 0}
f ' Z = lim
x 0 x x

f ' Z  = U '  x 0 , y 0 iV '  x 0 , y 0 

f ' Z  = U x  x 0 , y 0 iV x  x 0 , y 0 (1)

N
LO
2.  Z = 0 ,  y  = i  y maka :

f ' Z  = lim
f  Z Z − f Z 
O
 Z 0 Z B
f ' Z = lim
{U  x 0 , y0 yiV  x0 , y 0 y }− {U  x 0 , y0 i V  x 0 , y0 }
i y PU
M
 y 0
i
dikalikan dengan

TA
i

f ' Z = lim
{iU  x 0 , y0 yi 2 V  x0 , y 0 y0 −i U  x0 , y 0−i 2 V  x0 , y 0}
2
 y 0 i y
f ' Z = lim
K
{i U  x 0 , y0 y−V  x0 , y 0 y0−i U  x0 , y 0V  x0 , y 0}

U
 y 0 − y
{V  x 0 , y0 y−V  x0 , y 0−i U  x0 , y 0 yi U  x0 , y 0}

ID
f ' Z = lim
 y 0 y
{V  x 0 , y0 y−V  x0 , y 0} {U  x0 , y 0 y−U  x 0 , y 0 }
f ' Z = lim −i

M
 y 0 y y

f ' Z  = V '  x 0 , y0 −i U '  x 0 , y 0 

f ' Z  = V y  x 0 , y 0 −iU y  x0 , y 0 (2)

Dari (1) dan (2) didapat Persamaan Cauchy

Riemann (PCR) yaitu :
∗U x  x 0 , y 0  = V y  x 0 , y0 
∗U y  x 0 , y 0  = −V x  x 0 , y 0 
Jadi fungsi f(Z) = U(x , y) + i V(x , y) akan
differensiabel di Z0 = x0 + i y0 jika bagian
riel dan bagian imaginer dari f(Z) memenuhi
Persamaan Cauchy Riemann.
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
A. FUNGSI ANALITIK Contoh 01 :
Misalkan D himpunan (daerah buka),
maka :
1. Fungsi f(Z) disebut analitik pada D jika
f ' Z  ada ∀ Z ∈ D atau Persamaan
Cauchy Riemann berlaku ∀ Z ∈ D .
2. Fungsi f(Z) disebut analitik di Z = Z0 jika
f(Z) analitik pada lingkungan dari Z 0.
Lingkungan Z0 adalah lingkaran buka
yang berpusat di Z0 dan berjari-jari r.

r
Z0
N
3. Fungsi f(Z) disebut entire jika f(Z) LO
O
analitik ∀ Z
B
PU
4. Bila f(Z) gagal analitik di Z = Z0 maka Z0
disebut titik singular dari f(Z).
M
TA
Dalam bentuk implikasi dapat dituliskan :
K
U
D
IANALITIK
ENTIRE
M

KONTINIU DIFFERENSIABEL

Kontraposisi yang terakhir dapat digunakan

untuk mencari titik singular dari fungsi f(Z).
Fungsi rasional f(Z) akan diskontiniu pada
pembuat nol dari penyebutnya.
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
A. INTEGRAL LINTASAN a≠b dan P
Asumsikan menyatakan
Bentuk lintasan dibedakan menjadi 2 bagian partisi dari lintasan C yaitu :
yaitu lintasan tutup dan lintasan buka. P = { z 0 , z 1 , z 2 , ... , z n } dengan a = z0
Lintasan C yang dinyatakan dengan
z t  = x t i y t , a≤t ≤b disebut dan b = z n , maka jumlah Riemann yang
lintasan tutup jika ujungnya berimpit, yang bersesuaian dengan partisi P adalah :
berarti z  a = z b , dan disebut lintasan n
buka jika ujungnya tidak berimpit, yang SP = ∑ f  z ∗k   z k
berarti z  a≠z b . k=1

Contoh : dengan z ∗k merupakan nilai yang terletak

antara z k−1 dan z k .
a)
Nilai integral lintasannya / garis / contour
lintasanbuka
adalah :

N
L = lim S  P  = ∫ f  z  dz

LO
b) n∞ C

lintasanbuka
O
B
B. INTEGRAL CAUCHY
c)
PUMisalkan fungsi f(z) analitik di dalam dan
pada lintasan tutup C arah positif dan z 0
lintasan tutup
M titik interior dari C. Jika z = z 0 r e i t ,
TA
 sederhana
0≤t≤2  maka :
K
2
f z f z 0r e i t  it
∮ z−z dz = lim ∫ d  z0 r e 
d) U C 0
it
r 0 0 z 0 r e −z 0

D tutup
Ilintasan f z
2
f  z 0 r e i t 
∮ z −z dz = lim ∫ i r ei t d t
M tidak sederhana C 0 r 0 0
2
re it

f z
∮ z −z dz = lim ∫
r 0 0
f  z 0 r e i t i d t
C 0
2
f z
Perhatikan gambar! ∮ z −z dz = ∫ f  z 00 i d t
C 0 0
2
f z
y b = zn ∮ z −z dz = i f  z 0  ∫ d t
C 0 0
z1 f z
∮ z −z dz = i f  z 0  . t ∣2 
C 0 0
z n−1
f z
∮ z −z dz = i f  z 0  .2 −0
C 0
a = z0 f z
z2 ∮ z −z dz = 2 i f  z 0 
x C 0
Jadi rumus integral Cauchy dituliskan
dengan :
f z
∫ z −z dz = 2 i f  z 0 
C 0

atau
1 f z
f  z0  = ∫
2 i C z− z 0
dz

Contoh 01 :

N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
A. TURUNAN FUNGSI ANALITIK. Dengan cara yang sama diperoleh turunan
Misalkan fungsi f(z) analitik di z 0 , maka ke-n dari fungsi f(z) di titik z 0 yaitu :
turunan pertama fungsi f(z) di z0
dinyatakan dengan :
f  z 0 z − f  z 0 
f n  z 0 =
n!
2 i {
C
f z
∫  z −z n1
0
dz
}
f '  z 0  = lim
z  0 z
dengan menggunakan integral Cauchy Rumus turunan di atas dapat digunakan
1 f  z untuk menentukan hasil pengintegralan
f  z0  = ∫
2 i C z−z 0
dz didapat : yaitu:

f '  z 0 = lim
1 1
∫ {
f z
 z 0  z 2 i C z− z 0 z 
dz f z
∫  z− z n 1 dz=
2 i
n!
. f n  z0 
1 f z
}
C 0
− ∫
2 i C z− z 0
dz

= lim
1
{∫ f z
dz Contoh 01 :
N
LO
 z  0 2 i  z C z− z 0  z 

−∫
C
f z
z−z 0
dz
} B
O
{ } PU
1 f  z  z −z − f  z  z − z0  z 
= lim
 z  0 2 i  z
∫  z − z 0z  z −z dz
C 0 0

= lim
1
z 0 2  i  z {∫  z− z
C
}T A M
f  z  { z− z 0− z z 0 z }
0  z z−z 0 
dz

= lim
1
 z 0 2 i  z { C 0
{ }
f z  z
∫  z−z  zz−z  dz
U
K } 0

{∫ I Dz  z−z  dz }
1 f z
= lim
 z  0 2 i  z− z 
C
M 0 0

=
1
2 i {∫
C
f z
 z− z 00 z −z 0 
dz
}
=
1
2 i {∫
C
f z
 z− z 0  z−z 0
dz
}
=
1
2 i {∫
C
f z
 z− z 0 2
dz
}
Jadi turunan pertama fungsi f(z) di z0
adalah :

f '  z0  =
1
2 i { ∫  z−z 2
C
f z
0
dz
}
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
A. KAIDAH UJI KEKONVERGENAN.
Deret konvergen adalah deret yang memiliki
limit jumlah, sedangkan deret yang tidak
memiliki limit jumlah disebut deret
divergen. Di bawah ini terdapat beberapa
Kaidah uji kekonvergenan suatu deret,
yaitu :
I. Kaidah 1.
“Jika suatu deret konvergen maka suku-
sukunya menuju nol”

dinotasikan dengan lim U n = 0

n ∞
Kesimpulan :
Dari kaidah 1 yang dapat disimpulkan
Contoh : adalah :
1 1 1 1 1 N
LO
* Deret : 1     ...
2 4 8 16 32 1. Jika suatu deret memiliki lim
n ∞
Un ≠ 0
merupakan deret konvergen, terlihat bahwa maka deret tersebut divergen.
O
suku-sukunya menuju nol.
B
2. Jika suatu deret memiliki lim Un = 0

PU
n∞
* Deret : 12481632...
maka deret tersebut mungkin konvergen
merupakan deret divergen. atau divergen jadi harus diuji lagi.
M
Akan tetapi kaidah 1 ini tidak berlakuTA II. Kaidah 2.
sebaliknya, K
U Kaidah ini sering disebut dengan uji

ID
perbandingan, yaitu :
Contoh :
M “Suatu deret dengan suku-suku positif akan
konvergen jika suku-sukunya lebih kecil dari
suku-suku deret konvergen positif lain”.

Dalam Kaidah 2 kesulitan yang dihadapi

adalah menentukan deret pembanding. Salah
satu deret pembanding yang berguna dalam
kaidah in adalah :
1 1 1 1 1
    ...
1p 2 p 3p 4 p 5p
1. Jika p ≤ 1 maka deret divergen.
2. Jika p  1 maka deret konvergen.
 Contoh 01 : merupakan deret dengan suku-suku positif,
kaidah Uji Pembagian D'Alembert adalah :
u n1
1. Jika lim 1 maka deretnya
n∞ un
konvergen.
u n1
2. Jika lim 1 maka deretnya
n∞ un
divergen.
u n1
3. Jika lim =1 maka deretnya
n∞ un
mungkin konvergen atau divergen.

Contoh 01 :
N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M

III. Kaidah 3.
Kaidah ini sering disebut dengan Uji
Pembagian D'Alembert yang digunakan
untuk deret dengan suku-suku positif.
Misalkan u 1u 2u 3...u nu n1
 Contoh 01 :

N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
B. KEKONVERGENAN M UTLAK.
Kita telah mempelajari kekonvergenan deret
dengan suku-suku positif, sekarang akan
ditinjau deret dengan tanda suku-sukunya
bergantian menggunakan kekonvergenan
mutlak, yaitu :
1. Jika ∣∑ u n ∣ konvergen maka
∑ n disebut konvergen mutlak.
u
2. Jika ∣ ∑ u n ∣ divergen tetapi ∑ u n
konvergen maka disebut konvergen
bersyarat.
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
A. DERET TAYLOR DAN DERET Maclaurin dapat dinyatakan dengan :
MACLAURIN.
f ' 0 f ' ' 0 2
Misalkan diketahui sebuah fungsi y = f(x) dan f  x = f 0  x x
fungsi tersebut differensiabel pada x = a maka 1! 2!
fungsi tersebut dapat direpresentasikan dalam f ' ' ' 0 3
  x   ...
deret pangkat : 3!
2 3
f  x =c 0c1  x−a c 2  x −a c 3  x−a  ...
dengan c 0 , c1 , c 2 , ... merupakan konstanta. Contoh 01 :

Konstanta c n dapat ditentukan dengan

langkah berikut :
f  x =c 0c1  x−a c 2  x −a2 c 3  x−a 3...
f '  x =1! c 12 c 2  x−a 3 c 3  x−a 2...
f ' '  x=2! c 23! c 3  x−a4.3 c 4  x−a 2...
f ' ' '  x =3 ! c 34 ! c 4  x−a5.4 .3 c 2  x−a2...
N
LO
dan seterusnya.
Jika x = a disubstitusikan ke dalam fungsi dan
turunan fungsi di atas diperoleh : O
B
PU
c 0 = f a
c 1 = f ' a 
f ' ' a  M
TA
c2 =
2!
c3 =
f ' ' '  a
K
3!
U
ID
dan seterusnya
Jadi representasi sebuah fungsi dalam deret
pangkat (x – a) adalah : M
f ' a  f ' '  a
f  x = f  a  x−a   x −a2
1! 2!
f ' ' ' a
  x−a 3  ...
3!
Deret pangkat di atas disebut deret Taylor
yang diambil dari nama ahli matematika
Inggris Brook Taylor (1685 – 1731).
Jika nilai a = 0 maka deret pangkat di atas
disebut deret Maclaurin yang diambil dari
nama ahli matematika Skotlandia Colin
Maclaurin (1698 – 1746), sehingga deret
 Dengan menggunakan rumus kombinasi
n n!
C =
r maka untuk sebarang n
r !  n−r !
dan −1x1 deret binomial dinyatakan
oleh :
n n n−1
1x n=1  x  x 2
1! 2!
n n−1 n−2
  x 3  ...
3!
atau :
1x n = 1C n1  x C n2  x 2C 3n  x 3...

Contoh 01 :

N
LO
B. DERET BINOMIAL.
O
Misalkan diketahui fungsi binomial B
f  x  = 1x n maka sesuai dengan deret
Maclaurin didapat : PU
M
TA
f  x  = 1x n
 f 0 = 1
f '  x = n 1x n−1 K
 f ' 0 = n U
f '  x = n n−11x n−2 ID
M
 f ' ' 0 = n n−1
f ' ' '  x  = n n−1n−2
 f ' ' ' 0 = n n−1 n−2
maka deret pangkatnya adalah :
f ' 0 f ' ' 0
f  x = f 0  x   x2
1! 2!
f ' ' ' 0 3
  x  ...
3!
n nn−1
f  x =1  x   x 2
1! 2!
n n−1n−2
  x3  ...
3!
 N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
A. DEFENISI TRANSFORMASI LAPLACE Jadi transformasi laplacenya adalah :
Misalkan fungsi f(t) terdefenisi untuk 1
t ≥ 0 maka transformasi laplace dari f(t) L  ea t  =
didefenisikan sebagai : s−a
∞ sedangkan transformasi inversnya adalah :
L  f t  = ∫ e
−s t

0
Karena bentuk integral di atas merupakan
f t dt
L
−1
 
1
s−a
=e
at
.

fungsi dalam parameter s, maka notasi lain

yang biasa digunakan adalah Contoh 01 :
F  s=L  f t  , sedangkan fungsi asal
f(t) diperoleh menggunakan transformasi
invers yaitu :
−1
f t  = L  F  s 
Transformasi laplace dari f(t) untuk t ≥ 0
N
LO
ada jika fungsi tersebut kontinu bagian demi
bagian dan terbatas eksponensial.
Berikut ini adalah contoh penentuan rumus O
transformasi laplace : B
I. f t = e at
PU
∞
M
TA
L  f t  = ∫ e− s t f t dt
0

K
∞
L e  = ∫ e− s t . e a t dt
at

0 U
ID
∞
F  s = ∫ e − s t a t dt
0
∞
F  s = ∫ e − s a t dt
M
0
1
F  s = . e− s a  t ] ∞0 , untuk sa
−sa
1 1
F  s = . e−∞ − .e 0
−sa −sa
1 1
F  s = .0 − .1
−sa −sa
1
F  s =
s−a
 untuk n = 1 maka f t  = t
∞
−s t
L  f t  = ∫ e . f t dt
0
∞
L  f t  = ∫ e−s t . t dt
0

−s t
t e
−1 −s t
1 .e
s
1 −s t
0 .e
s2
t −s t 1 −s t ∞
L  f t  = − . e − 2 . e ] 0
s s

 1 0 1
L  f t  = −∞ e−∞ − 2 e −∞ − e 0− 2 e 0
s s
Ns s  
LO
1
L  f t  = 0−0−0− 2 
s
O 1
B
L  f t  = F  s = 2

PU
s

M
TA
Dengan cara yang sama didapat :
n
II. f t = t untuk n = 0,1,2,... n!
untuk n = 0 maka f t  = 1 K Lt n  =
∞
U s
n1

ID
L  f t  = ∫ e−s t . f t dt
0
∞
M
L  f t  = ∫ e−s t . 1 dt Transformasi inversnya adalah :
0 n−1
1
L  f t  =− . e −s t ] ∞0 untuk s0
s
1 1
L  f t  =− . e−∞  .e 0
L −1

1
s
n
=
t
n−1!
s s
1 B. TRANSFORMASI LAPLACE DARI
L  f t  = 0
s TURUNAN FUNGSI.
1
L  f t  = F s  = Misalkan f(t) dan turunannya f '(t) kontinu
s
dan terbatas eksponensial maka f(t) dan f '(t)
mempunyai transformasi laplace. Dengan
menggunakan rumus integral parsial didapat:
 ∞
L  f ' t  = ∫ e−s t . f ' t dt a = Lsin a t . s 2a 2 
0 a
= L sin a t 
s a 2
2
Misalkan :
u = e−s t maka du = −s e −s t dt Jadi transformasi Laplace dari f(t) = sin at
dv = f ' t dt maka v = ∫ f ' t  dt adalah :
v = f t a
L sin a t  = 2 2
∫ u dv = u v − ∫ v∞ du s a
Sedangkan transformasi inversnya adalah :
= e . f t  ] 0 − ∫ f t .−s e  dt
−s t ∞ −s t

 a

0
∞ L−1 = sin a t
f t −e f 0∫ f t . s e
−s 0 −s t
s a 2
2
=e  dt
0
∞ atau
= 0 − f  0s ∫ f t .e−s t  dt

= − f 0s . F  s
0 L−1
 2
1
s a 2=
sin a t
a
maka : N
Di bawah ini adalah tabel transformasi
L  f ' t   = s F  s− f 0 LO
Laplace dari beberapa fungsi :

O
TABEL TRANSFORMASI LAPLACE
B
Dengan cara yang sama didapatkan
transformasi Laplace dari : P U f(t) F(s)=L( f(t) ) Domain F(s)

M c
* turunan orde 2 :
L  f ' ' t  = s F  s−s f  0− f ' 0 T
2
A c
s
s0

K tn
n!
s0
*turunan orde n :
U s
n1

L  f t  = s F  s−s D
I
n n n−1 n−2
f 0−s f ' 0 1
ea t sa
M  0 s−a
n−1
− ... − f
a
sin a t s0
s a 2
2
Berikut ini contoh penurunan rumus
transformasi Laplace dari f(t) = sin at, s
cos a t s0
s a 2
2
f t  = sin a t maka f 0 = 0
f ' t  = a cos a t maka f ' 0 = a a
2 sinh a t s∣a∣
f ' ' t  =−a sin a t maka f ' ' 0 = 0 s −a 2
2

2
L  f ' ' t  = s F  s −s f 0− f ' 0 s
cosh a t s∣a∣
L −a 2 sin a t  = s 2 L f t −s .0−a s −a 2
2

L −a sin a t  = s L f t −a

2 2

a = s L sin a tL a 2 sin a t 

2
Contoh 01 :

N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M
 differensialnya ditransformasikan. Invers
dari transformasi Laplacenya merupakan
solusi dari masalah nilai awal tersebut.

Contoh 01 :
Tentukanlah solusi dari masalah nilai awal di
bawah ini.
y ' '2 y ' −8 = 0 jika diketahui
y 0 = 0 dan y ' 0 = 6

N
LO
O
B
PU
C. MASALAH NILAI AWAL . M
Kita telah mempelajari transformasi laplace TA
metode turunan fungsi. Metode tersebut K
U
dapat digunakan menentukan solusi khusus

ID
dari persamaan differensial dengan koefisien
konstanta yang nilai aawalnya ditentukan.
M
Bentuk persamaan differensial orde dua
dengan koefisien konstanta sering disebut
masalah nilai awal, bentuknya dinotasikan
dengan :
a y ' ' b y ' c y = r t 
dengan y(0) = m dan y ' (0) = n.
Untuk menentukan solusinya, misalkan
fungsi y(t) = f(t). Dengan menggunakan
rumus transformasi laplace :
L  f ' t  = s . F  s− f  0 dan
L  f ' ' t  = s 2 . F  s−s . f 0− f ' 0
ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan
 D. PERGESERAN SUMBU
I. Pergeseran Terhadap Sumbu S
Andaikan transformasi Laplace fungsi f(t)
ada maka pergeseran hasil transformasinya
sebesar a satuan merupakan grafik hasil
transformasi fungsi g t  = e a t f t. Jika
a > 0 maka grafik f(t) bergeser sebesar a
satuan ke kanan sedangkan jika a < 0
bergeser sebesar a satuan ke kiri. Dari rumus
transformasi Laplace didapat:
∞
L  e f t  = ∫ e  e a t f t  dt
at −s t

0
∞
L  e f t  = ∫ e
at −s ta t
. f t  dt
N 0

O
∞
Le f Lt  = ∫ e
at −s−at
f t  dt
O 0

L B
e f t  = F  s−a
at

P U
dan transformasi inversnya adalah :
M
TA
−1 at
L  F  s−a  = e f t
K Tabel Pergeseran Terhadap Sumbu S
U Transformasi Laplace.

ID f t F  s Domain
M Ce
at C
s− a
sa

t e
n at n! sa
s−a n 1

e a t sin bt b sa
s−a2 b2
at
e cos bt s−a sa
s−a2 b2

e a t sinh bt b sa∣b∣
s−a2 −b2

e a t cosh bt s−a sa∣b∣

s−a2 −b2
Contoh 01:

N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M II. Pergeseran Terhadap Sumbu t
Misalkan g(t) adalah fungsi tangga yang
didefenisikan dengan :

{
g t  = 0
f t−a
; ta
; ta
dengan a≥0
Untuk menentukan transformasi Laplace
fungsi tangga, perhatikan fungsi tangga
satuan di bawah ini :

{
u t = 0
1
; t≤a
; ta
dengan a≥0
sehingga fungsi tangga g(t) dapat dinyatakan Tabel Transformasi Laplace Untuk Fungsi
dengan g(t) = f(t – a) . u(t – a) dan Tangga Satuan.
transformasi Laplacenya adalah :
L  g t  = L  f t−a . ut−a 
∞ f t F  s
L  g t  = ∫ e−s t . f t−a . u t−a dt
0
a
L  g t  = ∫ e−s t . f t−a . u t−a dt C −a s
0 C.u t−a .e
∞ s
∫ e −s t . f t−a . u t−a dt
a
a
L  g t  = ∫ e−s t . f t−a . 0 dt
0
∞
C t . u t−a 
 C Ca
s 2

s 
. e−a s

∫ e −s t . f t−a . 1 dt
a
∞
L  g t  = ∫ e−s t . f t−a dt C t 2. ut−a N  2C 2C C a
 
2

 .e −a s
LO
3 2
a s s s
∞
L  g t  = ∫ e
O
−s ta 
. f t dt
0
∞ B C e−a b −a s
PU
L  g t  = ∫ e−s t . e−s a . f t dt C e b t . u t−a .e
0
sb
L  g t  = e−a s . F s  M
Jadi transformasi Laplace dari fungsi tangga TA C cos b t . ut−a
 Cs cos ab Cbsin ab
− 2 2 . e−a s

g(t) = f(t – a) . u(t – a) adalah :
K 2
s b 2
s b
L  g t  = L  f t −a .U
u t −a 
L  g t  = e F Is
−a s D
M
dan invers transformasi Laplacenya adalah :
C sin b t . u t−a 
 Cb cos ab Cssin ab
2
s b 2
 2 2
s b
. e−a s

L−1  e−a s F  s  = f t−a . u t−a = g t 
C e −k t .cos bt .u t−a

C  sk  cos ab Cb sin ab
2
 sk  b 2
− 2
 sk b2
. e−a  s k 

C e −k t .sin bt .u t− a

Cb cosab
2 2

C sk sin ab
2
sk  b  sk  b 2
. e−a s k 

Contoh 01:

N
LO
O
B
PU
M
TA
K
U
ID
M