Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat karunia
dan hidayah-Nya, dengan tersusunnya profil Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BP3K) “Suluh Manuntung” Lempake tahun 2014.
Profil ini memuat data dan informasi tentang kegiatan operasional serta fungsi
BP3K diantaranya pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam
(SDA) .
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga tersusunnya profil ini.
Kami sadar semua yang tertuang pada profil ini masih jauh dari sempurna, kami
mohon dengan hormat untuk dapat memberikan saran dan kritik yang membangun.
Dan semoga profil yang tersusun ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Seiring dengan kemajuan teknologi dibidang pertanian secara umum perlu adanya data
dan informasi disektor pertanian antara lain, Sumber daya manusianya sebagai pemikir,
perencana, pelaksana, dan pengambil kebijakan ( SDM ). Kemudian sumberdaya alam
( SDA ) terutama lahan yang digunakan oleh petani atau masyarakat untuk perumahan,
tempat tinggal, untuk usaha tani sawah, padi palawija, sayur mayur, kebun, ternak dan
perikanan, penunjang kegiatan ekonomi rakyat alat- alat pertanian, serta sarana pendukung
usaha tani lainnya, bendungan, saluran irigasi, dan perbankan
Tujuan dibuatnya profil ini untuk memudahkan dalam rangka, mengetahui kegiatan,
potensi, yang sudah ada atau dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan secara utuh.
Wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian Perkebunan dan Perikanan ( BP3K ) Suluh
Manuntung Lempake.
Dalam penyajian profil ini masih jauh dari yang kita harapkan atau jauh dari sempurna
untuk itu dari semua pihak berkenan untuk memberikan saran dan kritiknya yang
kontruktif kepada kami.
BP3K Suluh Manntung Lempake dibangun pada tahun anggaran 1982/1983 dengan
biaya APBN, melalui program Bimas dibangun diatas tanah Pemerintah Kota Samarinda,
dengan jumlah bangunan 4 unit, 1 unit untuk perkantoran, pertemuan, dan gudang, 3 unit
rumah untuk petugas.
II. Pegawai dan THL-TBPP di wilayah binaan BP3K Suluh Manuntung Lempake
Jumlah
No Nama dan NIP Wilayah Binaan Kelompok Tani
Yang Dibina
Sintaria Sihombing. S.PKP
4 Bayur 9
Nip: 19551212 197902 2 002
Sukardi RE.SP. Sungai siring
5 9
Nip:19601207 198803 1 005 Pampang
Surianyah SP. Sungai lantung
6 9
Nip: 19650211 198709 1 002 Karang mumus
Sahar, A.Md
7 Girirejo 15
Nip: 19630327 198709 1 002
Ratna Diana Gunung kapur
8 8
Nip: 19680630 200501 2 001 Lempake Jaya
Safrudin, A.Md
9 Sukorejo, Jaya Mulyo 10
Nip: 19610923 198603 1 010
Subagiono, SP Lubuk Sawah
10 6
Nip: 19621007 198803 1 020 Mugirejo
Sukadi
11 Tanah Merah 9
Nip: 19651103 198803 1 011
Agung Prabowo, A.Md
12 Nip: 19690327 198709 1 002 Berambai 8
Luas Kolam
No Kecamatan Jenis Ikan
( M2 )
1.Mas 0,5
2.Nila 1,5
1 Samarinda Utara
3.Lele 1,5
4.Paten 0,5
Jumlah - 4
1.Paten 0,25
2.Emas 0,25
2 Sungai pinang dalam 3.Nila 0,5
4.lele 0,75
Jumlah 1,75
Sarana – Prasarana Penunjang Kegiatan Peternakan Sapi , kambing, domba dan unggas
5. Jumlah Kecamatan :2
a. Kecamatan Samarinda Utara
b. Kecamatan Sungai Pinang Dalam
6. Jumlah Kelurahan :8
1. Sungai Siring
2. Tanah Merah
3. Lempake
4. Sempaja Utara
5. Sempaja Selatan
6. Mugirejo
7. Sungai Pinang Dalam
8. Gunung Lingai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah (BKP3D) ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga Teknis Daerah Kota
Samarinda, yang diubah dengan Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 10 Tahun 2011
Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Lembaga
Teknis Daerah Kota Samarinda.
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah merupakan unsur penunjang
mempunyai tugas pokok mendukung dan membantu kelancaran kegiatan tugas Walikota dalam
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah yang
bersifat spesifik khususnya dibidang kegiatan identifikasi, infrastruktur, keamanan dan
penerapan standar batas minimal residu (BMR) ketahanan pangan serta penetapan pedoman,
kelembagaan, standar dan sistem kerja penyuluhan.
2.1.5. Kedudukan
Berdasarkan pedoman standar pelayanan minimal BP3K , maka struktur organisasi BP3K
Suluh Manuntung Lempake masih belum jelas tetapi mendekati standar minimal, jadi belum
merupakan unit pelaksana teknis badan yang dijabat oleh pejabat eselon IV, dengan demikian
BP3K bukanlah merupakan unit kerja atau kantor tapi merupakan base camp penyuluh. Struktur
saat ini terdiri seorang koordinator yang didampingi oleh programmer dan supervisor.
Susunan Organisasi SKPD Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah
terdiri atas:
1. Kepala Badan;
2. Sekretariat membawahi :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Keuangan; dan
c. Sub Bagian Perencanaan Program.
3. Bidang Ketersediaan, Kerawanan dan Distribusi Pangan membawahi :
a. Sub Bidang Pemantauan Produksi Pangan; dan
b. Sub Bidang Cadangan dan Kerawanan Pangan.
4. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan membawahkan :
a. Sub Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan; dan
b. Sub Bidang Keamanan dan Preferensi Pangan Masyarakat.
5. Bidang Pengembangan Program Penyuluh dan Informasi membawahi :
a. Sub Bidang Pengembangan Program dan Metodologi; dan
b. Sub Bidang Pelaporan dan Informasi.
6. Bidang Pengembangan Kelembagaan, Ketenagaan dan Sarana Prasarana Penyuluhan Daerah
membawahi :
a. Sub Bidang Pengembangan Ketenagaan dan Kelembagaan; dan
b. Sub Bidang Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan.
7. Kelompok Jabatan Fungsional (Pokjabfung).
2.1.6 Tugas pokok dan Fungsi BP3K
Tugas Balai penyuluhan Balai tersebut berfungsi sebagai tempat pertemuan penyuluh,
pelaku utama dan pelaku usaha. Tugas pokoknya adalah menyelenggarakan penyuluhan di
tingkat kecamatan.
Wilayah kerja BP3K “Suluh Manuntung” Lempake terdiri dari 2 kecamatan yaitu
Kecamatan Samarinda Utara dan Kecamatan Sungai Pinang, dari kedua kecamatan tersebut
terdapat 8 kelurahan yang berpotensi dibidang pertanian, yaitu :
1. Kelurahan Lempake;
2. Kelurahan Sungai Siring;
3. Kelurahan Tanah Merah;
4. Kelurahan Sempaja Utara;
5. Kelurahan, Sempaja Selatan;
6. Kelurahan Sungai Pinang Dalam;
7. Kelurahan Gunung Lingai;
8. Kelurahan Mugirejo.
Dari 8 kelurahan tersebut terbagi menjadi 11 wilayah binaan yang merupakan wilayah
kerja penyuluh.
Secara biofisik Wilayah Kerja BP3K Suluh Manuntung Lempake letaknya cukup
strategis. Secara geografis, wilayahnya merupakan daerah tropis basah, dengan ketinggian 3-
200 dpl, pH 5-6, curah hujan dan hari hujan dengan taraf rendah terjadi pada Juni-September
yang merupakan musim kemarau.
Luas lahan wilayah kerja 22.952 ha yang terdiri lahan pertanian 9.683 Ha, lahan bukan
pertanian 13.269 Ha. Dari 9.683 Ha tersebut terdapat 2959 ha lahan sawah, yang ditanami
hanya 950 Ha, sedangkan lahan bukan sawah seluas 6.724 Ha yang terdiri tegal/kebun , ladang
100 Ha, perkebunan 1477 Ha, hutan rakyat, padang rumput, jalan dan pemukiman, kolam,
empang, hutan negara.
Keragaan lain adalah produksi padi Tahun 2014 mencapai 3.438 ton GKG dengan
produktivitas 4,46 ton/ha, produksi padi Ladang/gunung 150 ton
dengan produktivitas 1,5 ton/ha, jagung produksinya 183 ton dengan produktivitas 3 ton/ha,
kedelai dengan produksi 1,7 ton dengan produktivitas 4,64 ton/ha. Luas tanam kelapa sawit 860
Ha produksinya mencapai 260 ton dengan produktivitas 1ton/ha, sedangkan luas tanam karet
617 Ha dengan produksi sebesar 61,2 ton dengan produktivitas 1,2 ton/ha.
Populasi ternak sapi Tahun 2014 mencapai 1.393 ekor, kambing 1648 ekor, dan kelinci
481 ekor. Populasi ternak sapi mengalami kenaikan sebesar 306% yang disumbang oleh
kenaikan angka kelahiran 35 % dan selebihnya merupakan dari hasil penyebaran pemerintah,
swasta, dan pribadi. Produksi perikanan pun cukup tinggi yaitu mencapai 350, 93 ton/Tahun
yang berasal dari perikanan budidaya 350, 73 ton, dan 0,2 ton dari perikanan tangkap.
5 Mimbar Sarasehan dalam rangka panen pedet di Kelurahan Sungai Siring (APBD I Kerja
Sama Dengan Dinas Peternakan Prov. Kaltim, BOP Subsidi APBD I)
6 SL-PHT Pepaya di Lempake, Tanah Merah, dan Mugirejo (APBDI kerja sama dengan
UPTDBPTPH Prov. Kaltim)
7 SL-PHT dan SL-PTT padi sawah di Girirejo, Bayur, dan Tanah Merah (APBDI kerja
sama dengan UPTDBPTPH Prov. Kaltim )
8 SL-PHT Tanaman Hias di Tanah Merah (APBDI kerja sama dengan UPTDBPTPH Prov.
Kaltim )
9. Memandu pelaksanaan demplot sistim tanam jajar legowo dan surjan di Girirejo-
Lempake yang penanamannya perdana dilakukan bersama TNI, Distanbunhut, BKP3D
Kota Samarinda, BP3K Suluh Manuntung Lempake, penyuluh, dan petani.
Menurut WIT dalam Hadad dan Suryana (1995) tanaman kemiri telah menyebar ke
berbagai negara di dunia. Pada tahun 1905 kemiri yang berasal dari Cina ditanam di Amerika
Serikat dan tahun 1925-1930 menyebar ke berbagai belahan dunia, antara lain ke Rusia,
Argentina, Brazil, Madagaskar, Paraguay, Afrika Selatan dan Australia. Kemiri masuk ke
Indonesia antar tahun 1930-1933 yaitu jenis A. Montana dan A. fordii. Jenis ini tersebar di Pulau
Jawa dan Sumatra. Kemiri yang banyak terdapat di Indonesia saat ini adalah jenis A. moluccana.
Jenis A. moluccana Wild berasal dari malaysia.
Tanaman kemiri cukup toleran terhadap berbagai tipe tanah dan iklim. Bahkan ditempat
yang berpasir dengan unsur hara yang minimum, di tanah berbatu atau tebing tanaman kemiri
dapat tumbuh dengan baik, asalkan tidak bercadas. Hal ini disebabkan karena perkembangan
akar kemiri bersifat progresif, dapat menarik dan menyerap air tanah serta unsur hara dalam
lingkungan yang luas. Meskipun kemiri tidak banyak menuntut syarat lingkungan, tetapi
pertumbuhannya akan maksimal jika ditanam dilokasi yang mempunyai lingkungan, seperti
berikut ini:
a. Iklim, tanaman kemiri akan tumbuh baik pada suhu 21-27°C. Pada suhu seperti itu proses
pembungaan dan pembuahan tanaman akan berhasil lebih baik dibandingkan pada kisaran
suhu yang lain. Dengan demikian akan memungkinkan tanaman berproduksi maksimal.
b. Curah hujan, yaitu 1000-2400 mm dengan hari hujan 80-110 hari per tahun. Hari hujan
terutama diperlukan pada saat tanaman masih berusia muda, tetapi tidak sampai air
tergenang.
c. Kelembaban, kelembaban rata-rata yang dibutuhkan tanaman kemiri adalah 75%.
d. Tanah, tanah yang cocok untuk tanaman kemiri adalah tanah yang subur dan bertekstur
gembur sehingga mudah ditembus oleh akar. Pada tanah padat, selain sukar ditembus oleh
akar tanaman, juga mudah digenangi air sehingga tanaman mudah diserang penyakit
cendawan. Jenis tanah yang sesuai untuk ini adalah tanah lempung berpasir atau lempung
liat (anonym, 2014).
Tanaman kemiri ada yang berumah satu dan adapula berumah dua. Disebut berumah satu
jika pada satu pohon terdapat bunga jantan yang mengandung benang sari dan terdapat pula
bunga betina yang mengandung putik. Disebut berumah dua jika pada satu pohon hanya terdapat
bunga-bunga jantan saja atau hanya terdapat bunga-bunga betina saja.
Bunga tersusun dalam malai, terletak di ujung ranting dan bercabang melebar. Bunga
jantan terletak di atas tangkai kecil yang cukup panjang. Bunga betina bertangkai agak besar dan
jumlahnya sedikit, tersusun dalam percabangan berbentuk garpu. Benang sari dalam bunga
jantan jumlahnya 20 yang terdiri dari 4 lingkaran. Bakal buah di dalam bunga betina beruang dua
dengan dua tangkai putik. Buah kemiri termasuk buah batu, berbentuk bulat telur dan ada bagian
yang menonjol ke samping. Daging buahnnya kaku dan mengandung 1-2 biji yang diselimuti
oleh kulit biji yang keras (Sunanto, 1994).
Tanaman kemiri (Aleuritus sp.) termasuk dalam kelompok tanaman tahunan. Umur
produktif tanaman ini 25-40 tahun dan jarang dapat hidup baik sampai umur ratusan tahun
karena kayu mudah rapuh. Tanaman ini termasuk dalam famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan).
Secara sistematis Klasifikasinya sebgai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Archichlamydae
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Kemiri bagi sebagian besar penduduk Indonesia bukan merupakan jenis tanaman yang
asing. Sejak dahulu daging bijinya sudah dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan obat
beberapa macam penyakit. Disamping biji yang dihasilkan tanaman kemiri mempunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi, juga bermanfaat sebagai tanaman penghijauan dan rehabilitas
lahan. Dalam bidang industri, minyak yang diambil dari biji digunakan sebagai bahan dasar
sintesis kulit imitasi, tinta cetak, pewarna batik, minyak rambut serta bahan baku cat, sabun dan
kosmetik, bungkilnya dapat digunakan sebagai pupuk organik dan bahan makanan ternak.
Sedangkan batoknya digunakan untuk kerajinan tangan dan bahan bakar (Alauddin, 1995).
Teknologi budidaya tanaman kemiri yang selama ini dilakukan dalam mendukung
pengembanganya masih dirasakan kurang. Selain itu pengembangan tanaman kemiri pada
daerah-daerah yang sesuai dengan didukung teknologi yang efisien dan mampu meningkatkan
produktivitas tanaman sangatlah diperlukan. Pengembangan tanaman didaerah yang sesuai
berarti menekan pula berbagai biaya yang diperlukan dalam berusahatani tanaman kemiri. Selain
itu pengembangan tanaman kemiri di daerah yang sesuai akan terhindar dari berbagai
kemungkinan yang dapat menyebabkan kerugikan, seperti munculnya hama dan penyakit
(Hamid, 1991).
Ada beberapa metode pemecahan biji dan perkecambahan benih kemiri yaitu :
Ketok pukul/palu yaitu mengetok atau memukul benih pada bagian kepalanya yang
runcing dengan menggunakan batu, palu atau martil.
Kikir asah yaitu untuk menipiskan permukaan atau kulit biji dengan menggunakan kikir,
batu dan asahan batu.
Rendam dalam larutan kimia yaitu perendaman dalam larutan KNO 3 - 0.2 % selama 30
menit.
Pembakaran dibawah mulsa jerami/alang-alang.
Rendam sungkup yaitu perendaman dengan air untuk mematahkan sifat dormansi biji lalu
dimasukkan dalam karung atau sungkup (Paimin, 1997).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Mikrobiologi Secara Umum
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhluk kecil yang
hanya kelihatan dengan mikrosop (bahasa Yunani, micros: kecil, bios: hidup, logos: kata atau
ilmu). Makhluk-makhluk kecil itu disebut mikroorganisme, mikroba, protista atau jasad renik.
Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723) ialah orang yang pertama kali mengetahui adanya dunia
mikroorganisme itu. Dengan mikroskop ciptaannya ia dapat melihat bentuk makhluk-makhluk
kecil yang sebelumnya itu tidak diduga sama sekali keadaannya (Sudaryanto, 1998).
Laboratorium mikrobiologi adalah tempat untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti
penelitian dan pengujian secara mikrobiologi yang kegiatannya selalu berhubungan dengan
mikroorganisme patogen dan non patogen. Laboratorium yang digunakan untuk pengujian mutu suatu
produk pada umumnya bertujuan untuk mendeteksi cemaran bakteri atau jamur yang berbahaya bagi
kesehatan konsumen. Oleh karena itu untuk memperoleh ketelitian dan ketepatan hasil pengujian di
laboratorium mikrobiologi perlu cara kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di laboratorium
mikrobiologi (Fardiaz, 1993).
Air mempunyai peranan penting bagi kehidupan. Kualitas air ditentukan oleh berbagai faktor antara
lain faktor fisik, kimia dan mikrobiologi. Kualitas fisik meliputi warna, bau, rasa dan kekeruhan,
sedangkan kualitas kimia meliputi kadar oksigen terlarut dan berbagai senyawa kimia lain seperti nitrit,
nitrat dan fosfat. Kualitas mikrobiologi air ditentukan oleh jumlah total bakteri atau total plate count
(TPC), kandungan bakteri Coliform dan Escherichia coli serta kandungan bakteri pathogen seperti
Salmonella, Shigella dan Vibrio (Ratna, 2013).
1. Air dalam tanah (Ground water) yaitu air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan
tanah dalam. Air ini sangat bersih karena bebas dari pengotoran, tapi seringkali mengandung
mineral-mineral dalam kadar yang terlalu tinggi. Misalnya: air sumur dan air dari mata air.
2. Air permukaan (surface water) yaitu air yang terdapat pada permukaan tanah. Air permukaan
harus diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena umumnya telah mengalami
pengotoran. Misalnya: air sungai, air rawa, air danau, air kolam dan air hujan.
Air juga berperan sebagai sarang insekta yang membawa/menyebarkan penyakit pada
masyarakat. Insekta demikian disebut sebagai faktor penyakit. Beberapa penyakit yang
disebabkan faktor penyakit dan untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan
penggunaan air, kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air
adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus
ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya didalam air. Untuk memenuhi hal
tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian kualitas (mutu) air berdasarkan parameter-
parameter tertentu dan metode tertentu. Dalam peraturan pemerintah RI NO. 82 tahun 2001,
mutu air ditetapkan melalui pengujian parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi
dan parameter radioaktivitas. Pengujian parameter fisika meliputi pengukuran temperatur air,
pengukuran kadar residu tersuspensi dalam air (Mulia, 2005).
Sifat fisik air dapat dianalisis secara visual melalui pancaindra, misalnya air keruh dan berwarna
dapat langsung dilihat, air berbau dapat dirasakan dengan lidah. Penilaian tersebut tentu saja bersifat
kualitatif, misalnya bila tercium bau yang berbeda, rasa airpun berbeda atau bila air berwarna merah,
bau yang akan tercium pun sudah dapat ditebak. Cara ini dapat digunakan untuk menganalisis air secara
sederhana karena sifat-sifat air saling berkaitan (Effendi, 2003).
Pencemaran air sendiri yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air, atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukannya. Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunan air, kualitas badan air
harus dijaga sesuai dengan baku mutu air, pengukuran tersebut bisa dilakukan dengan pengujian
parameter fisika (pengukuran temperatur air, kadar residu terlarut dan kadar residu tersuspensi dalam
air), parameter kimia (pengukuran kadar zat kimia anorganik dan organik dalam air), parameter
radioaktivitas (pengukuran Gross-A dan Gross-B yang terdapat dalam air) dan terakhir parameter
mikrobiologi (pengukuran kadar total Coliform dan Fecal Coliform dalam air) (Mulia, 2005).
Indikator pencemaran air dapat diketahui dan diamati baik secara visual maupun pengujian,
seperti:
b. Oksigen terlarut
Mikroba yang paling umum digunakan sebagai petunjuk adanya pencemaran oleh kotoran hewan
atau manusia (tinja adalah bakteri Eschericia coli dan Coliform. Hal ini disebabkan mikroba tersebut
merupakan bakteri yang di dalam saluran pencernaan hewan atau manusia (Nurwantoro dan Djarijah,
1994).
Apabila petunjuk pencemaran air oleh kotoran atau manusia masih diragukan, perlu ditelusuri lagi
melalui identifikasi atau pencarian bakteri Streptococcus faecalis. Identifikasi bakteri tersebut (mungkin)
dapat berguna menguatkan uji pencemaran air oleh tinja. Hal ini disebabkan Streptococcus faecalis
biasanya terdapat dalam tinja, walaupun Jumlahnya lebih sedikit dari Eschericia coli (Nurwantoro dan
Djarijah, 1994).
Bakteri Coliform berbentuk batang, bersifat gram negatif, aerob dan fakultatif anaerob serta tidak
membentuk spora. Kelompok bakteri ini mempunyai berbagai sifat biokimia. Oleh karena itu adanya
pengaruh perubahan lingkungan dapat menyulitkan dalam menentukan jenisnya. Bakteri-bakteri yang
termasuk Coliform adalah Klebsiella peneumoni, Enterobacter aerogenes (Aerobacter aerogenes),
Serratia arcescens, Enterobacter hafni (Hafnia), Arizona, Edwardsiella, Citrobacter dan Providensia
(Nurwantoro dan Djarijah, 1994).
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran
dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Adanya
bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme
yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri Coliform dicirikan
sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik
fakultatif yang memfermentasikan laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35° C (Fardiaz, 1993).
Bakteri Coliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu Coliform fecal misalnya Escherichia coli dan
Coliform non-fecal misalnya Enterobacter aerogenes dan Klebsiella pneumonia. Bakteri Escherichia coli
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia sedangkan Enterobacter
aerogenes dan Klebsiella pneumonia biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati
terkadang juga terdapat dalam tanah dan air (Fardiaz, 1993).
Bakteri total Coliform tidak berbahaya yang ditemukan dalam tinja manusia yaitu Escherichia coli.
Penentuan bakteri total Coliform sebagai indicator adanya pencemaran tinja pertama kali dilakukan di
Amerika serikat pada Tahun 1914 (Effendi, 2003).
Escherichia coli merupakan anggota Coliform yang dapat dibedakan dari bakteri Coliform lain
karena kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 44 oC (pada JPT hal ini dilakukan pada
tahap terakhir atau uji kelengkapan). Pengidentifikasian dapat dilihat dari pertumbuhan dan reaksi yang
memberikan warna berbeda pada media kultur khusus. Saat dikultur pada media EMB, hasil E. coli
adalah koloni berwarna hijau metalik. Tidak seperti golongan Coliform pada umumnya, E. coli
merupakan bakteri yang berasal dari feses dan kehadirannya efektif mengkonfirmasi adanya
kontaminasi fecal pada badan air (Bardiamurti dan Muntalif, 2011).
Escherichia coli adalah bakteri anaerob fakultatif yang dapat tumbuh, atau malah tumbuh lebih baik
dalam keadaan anaerob daripada dalam keadaan aerob. Bakteri anaerob fakultatif seringkali diistilahkan
“aerob”. Bila suatu anaerob fakultatif misalnya E. coli terdapat pada daerah infeksi (misalnya abses
perut), bakteri ini dapat dengan cepat mengkonsumsi semua oksigen yang tersedia dan metabolismenya
berubah menjadi anaerob, menghasilkan lingkungan anaerob sehingga memungkinkan bakteri anaerob
yang ada untuk tumbuh dan menimbulkan penyakit (Geo et al., 1996).
Escherichia coli ditemukan oleh Escherich pada Tahun 1885. Bakteri ini berbentuk batang, gram
negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik pada media sederhana, dapat melakukan fermentasi laktosa dan
fermentasi glukosa serta dapat menghasilkan gas. Escherichia coli digunakan untuk menilai tentang baik
atau tidaknya persediaan air untuk keperluan rumah tangga. Hal ini penting karena air untuk keperluan
rumah tangga sering kali menyebabkan terjadinya epidemic penyakit-penyakit saluran pencernaan
makanan, seperti: cholera, typus, disentri dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feses
manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut, oleh karena itu diusahakan agar air rumah tangga
dijaga jangan sampai dikotori feses manusia (Entjang, 2003).
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri Coliform dan Escherichia coli yang sering diderita
oleh manusia diantaranya, yaitu:
3.7.1 Diare
Diare merupakan penyakit yang sudah dikenal karena gejalanya sangat jela, yaitu buang air besar
yang lebih sering dari biasanya dengan tinja uyang lembek sampai cair. Kemudian penderita akan
merasa lemas, sakit perut atau mules, terkadang disertai pula dengan mual dan muntah, panas serta
sakit kepala. Menurut Departemen Kesehatan, di Indonesia umumnya setiap anak mengalami diare rata-
rata 1 sampai 2 kali setahun. Escherichia coli merupakan penyebab diare yang sangat sering ditemukan
di seluruh dunia (Muliya, 2009).
Untuk mengetahui Jumlah Coliform di dalam sampel air biasanya digunakan metode MPN (Most
Probable Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik bila dibandingkan
dengan metode hitung cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform dalam Jumlah yang
sangat rendah di dalam sampel. Dalam metode MPN digunakan medium cair dalam tabung reaksi,
dimana perhitungan dilakukan berdasarkan Jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh
mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu yang ditandai dengan timbulnya kekeruhan
pada media dan terbentuknya gas pada tabung durham. Metode MPN biasanya dilakukan untuk
menghitung Jumlah mikroba di dalam sampel yang berbentuk cair meskipun dapat pula digunakan untuk
berbentuk padat dengan cara terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut. Grup
mikroba yang dihitung juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan
(Fardiaz, 1993).
Uji kualitatif Coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga, uji penguat dan uji
pelengkap. Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif Coliform menggunakan metode MPN. Uji
kualitatif Coliform tidak harus selalu dilakukan secara lengkap, tergantung dari berbagai faktor misalnya
waktu, mutu contoh sampel yang diuji, biaya, tujuan analisis dan faktor-faktor lainnya (Lay, 1994).
Dalam metode MPN (most probable number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum
digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri yang bersifat
aerobik dan anaerobik fakultatif, batang gram negatif dan tidak membentuk spora. Coliform
memfermentasikan laktosa dengan pembentukan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 0C.
Kelompok Coliform dipilahkan menjadi Coliform asal tinja dan bukan tinja (misalnya tanah). Coliform asal
tinja mampu menghasilkan gas dalam kaldu E.coli dalam waktu 24 jam pada suhu 44,5 0C (Lay, 1994).
Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan Coliform sehingga
diperoleh nilai untuk menduga jumlah Coliform dalam sampel yang diuji. Jumlah Coliform ini bukan
penghitungan yang tepat namun merupakan angka yang mendekati jumlah yang sebenarnya. Uji ini
dimulai dengan memasukkan 10 ml cairan dari sampel ke dalam Lauryl Tryptose Broth. Uji awal ini
disebut uji duga (presumptive test). Dalam uji duga, setiap tabung yang menghasilkan gas dalam masa
inkubasi diduga mengandung bakteri Coliform. Uji dinyatakan positif, bila terlihat gas dalam tabung
durham (Lay, 1994).
Bila diperlukan dapat dilakukan uji lengkap dengan menggunakan media yang menunjukkan hasil positif
pada uji peneguhan. Tahap uji duga, uji peneguhan dan uji lengkap pada uji MPN. Indeks MPN
ditentukan dari tabung yang menunjukkan hasil positif (L
BAB IV
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 07-31 Desember 2015
bertempat di Laboratorium Uji PT. Mutuagung Lestari Jalan Teuku Umar No.18, RT.01,
Samarinda, Kalimantan Timur.
Kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di PT.
Mutuagung Lestari Cabang Samarinda khususnya di Laboratorium Mikrobiologi yaitu meliputi
persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan Total Coliform dan
Escherichia coli, pembuatan media EC-B (Escherichia coli Broth), media LST (Lauryl Sulfate
Broth), TW (Tryptone Water), BPW (Buffer Peptone Water), mensterilkan botol sampel,
mendestruk media, mencatat dan menyiapkan sampel serta memasukkan sampel ke dalam
kulkas, penanaman sampel ke masing-masing media, memasukkan media ke dalam kulkas,
memasukkan media ke dalam inkubator, memasukkan media ke dalam waterbath, memeriksa
hasil penanaman sampel dari masing-masing media yang positif dan negatif, melakukan Uji
Biokimia. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan
hari Jumat pukul 08.00-17.00 WITA mulai tanggal 07-31 Desember 2015.
Dari beberapa kegiatan yang dilakukan di atas, penulis mengangkat topik yaitu
pemeriksaaan Total coliform dan Escherichia coli pada sampel air bersih dengan menggunakan
metode tabung ganda (MPN) di Laboratorium Mikrobiologi PT. Mutuagung Lestari Cabang
Samarinda.
Metode MPN (Most Probable Number) menggunakan 3 tabung (untuk sampel makanan)
dan 5 tabung (untuk sampel contoh air) dapat mengukur pertumbuhan bakteri Total Coliform dan
Total Eschericia coli yang ditandai dengan terbentuknya gas dalam tabung durham, setelah
contoh diinkubasi pada suhu 37oC dan 44oC selama 24-48 jam. Sampel air bersih biasanya
diperoleh dari kegiatan sampling yang dilaksanakan oleh analis yang ditunjuk oleh instansi untuk
melaksanakan sampling.
4.3 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, tabung durham, tabung reaksi, gelas piala,
gelas ukur, hot plate, jarum ose, inkubator, lampu bunsen, waterbath, mikropipet, blue tip, pipe
tip, spatula, magnetic stirer, autoclave, rak tabung reaksi dan laminar air flow.
4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel air bersih, media LST (Lauryl Sulfate Broth),
BPW (Buffer Peptone Water), BGLBB (Briliant Green Lactose Bile Broth) EC-B (Escherichia
coli Broth), TW (Tryptone Water), aquadest, aseton dan Indikator Kovack’s.
Metode uji yang digunakan mengikuti standart American Public Health Association (APHA)
2012. Untuk menguji Total Coliform berdasarkan metode uji APHA 22nd 2012-9221 B dan untuk
menguji Total Escherichia coli berdasarkan metode uji APHA 22nd 2012-9221 G.2 (Rice, et al.,,
2012).
Homogenisasi contoh adalah cara persiapan contoh untuk memperoleh distribusi bakteri
sebaik mungkin di dalam contoh yang akan dianalisa. Lakukan homogenisasi dengan cara
diambil 1 ml contoh ke dalam wadah yang berisi 9 ml larutan pengencer (1:10) dan dikocok
beberapa kali hingga homogen.
Pengujian dilakukan secara aseptis. Media dan alat yang akan digunakan harus dalam
keadaan steril. Sterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121 oC selama 15 menit. Sebelum
pengerjaan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti lampu Bunsen,
mikro pipet, bluetip, pipetip, Sampel air bersih, media LST, BPW, TW, EC Broth dan BGLBB
lalu dimasukkan ke dalam laminar air flow cabinet. Setelah itu dinyalakan laminar dan
dilakukan proses UV selama 15 menit.
Diambil masing-masing 10 ml sampel ke dalam 5 tabung yang berisi 10 ml media LST (d)
(Laury Sulfate Broth) yang di dalamnya terdapat tabung durham dengan posisi terbalik lalu
dihomogenkan, untuk 5 tabung selanjutnya yang berisi 10 ml media LST (s) (Laury Sulfate Broth)
ditambahkan 1 ml sampel yaitu tanpa pengenceran, kemudian untuk pengenceran 10 -1, 10-2, 10-3
dan seterusnya 5 tabung seri yang berisi 10 ml LST. Dipipet sampel masing-masing 1 ml ke
tabung reaksi yang berisi 9 ml media BPW (Buffer Peptone Water) lalu dihomogenkan.
Selanjutnya dari media BPW tersebut dipipet sebanyak 1 ml ke dalam media LST dan begitu
seterusnya hingga pengenceran selanjutnya, kemudian media yang telah ditanam tersebut
dimasukkan ke dalam inkubator dan diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 35±0,5C atau
37±0,5C. Setelah 2 hari kemudian media dikeluarkan dari inkubator, diamati terbentuknya gas
atau gelembung yang tertangkap dalam tabung durham dan hasil asam yang ditandai dengan
perubahan warna pada media. Diamati dan dicatat hasil pengamatan yang diperoleh. Dilakukan
pengujian lanjutan ke tahap penegasan untuk media yang menghasilkan gelembung atau gas.
2. Uji Penegasan (Cofirmed Test)
Dikocok perlahan-lahan tabung reaksi yang menghasilkan gas atau asam pada tahap
penduga. Selanjutnya dipindahkan 1 sampai 2 mata jarum ose cairan dari masing-masing tabung
reaksi ke dalam tabung reaksi yang berisi media BGLBB. Kemudian diinkubasi selama 48 jam
dengan suhu 35±0,5oC atau 37±0,5 oC. Setelah itu diamati apabila di dalam tabung durham
menghasilkan gas dalam waktu 48 jam menunjukkan kehadiran Total Coliform. Dihitung jumlah
tabung yang menghasilkan gas pada setiap seri pengenceran sebagai kombinasi tabung positif.
Kemudian dihitung dan dicatat jumlah total Coliform sebagai MPN/100 ml (sampel air)
menggunakan tabel yang menunjukkan nilai MPN Total Coliform.
4.4.2 Penentuan MPN Total Escherichia coli Pada Sampel Air Bersih
Pengujian dilakukan secara aseptis. Media dan alat yang akan digunakan harus dalam
keadaan steril. Sterilisasi menggunakan autoclave dengan suhu 121 oC selama 15 menit. Sebelum
pengerjaan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti lampu Bunsen,
mikro pipet, bluetip, pipetip, Sampel air bersih, media LST, BPW, TW, EC Broth dan BGLBB
lalu dimasukkan ke dalam laminar air flow cabinet. Setelah itu dinyalakan laminar dan
dilakukan proses UV selama 15 menit.
Diambil masing-masing 10 ml sampel ke dalam 5 tabung yang berisi 10 ml media LST (d)
(Laury Sulfate Broth) yang di dalamnya terdapat tabung durham dengan posisi terbalik lalu
dihomogenkan, untuk 5 tabung selanjutnya yang berisi 10 ml media LST (s) (Laury Sulfate Broth)
ditambahkan 1 ml sampel yaitu tanpa pengenceran, kemudian untuk pengenceran 10 -1, 10-2, 10-3
dan seterusnya 5 tabung seri yang berisi 10 ml LST. Dipipet sampel masing-masing 1 ml ke
tabung reaksi yang berisi 9 ml media BPW (Buffer Peptone Water) lalu dihomogenkan.
Selanjutnya dari media BPW tersebut dipipet sebanyak 1 ml ke dalam media LST dan begitu
seterusnya hingga pengenceran selanjutnya, kemudian media yang telah ditanam tersebut
dimasukkan ke dalam inkubator dan diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 35±0,5C atau
37±0,5C. Setelah 2 hari kemudian media dikeluarkan dari inkubator, diamati terbentuknya gas
atau gelembung yang tertangkap dalam tabung durham dan hasil asam yang ditandai dengan
perubahan warna pada media. Diamati dan dicatat hasil pengamatan yang diperoleh. Dilakukan
pengujian lanjutan ke tahap penegasan untuk media yang menghasilkan gelembung atau gas.
2. Uji Penegasan (Cofirmed Test)
Dikocok perlahan-lahan tabung reaksi yang menghasilkan gas atau asam pada tahap
penduga. Selanjutnya dipindahkan 1 sampai 2 mata jarum ose cairan dari masing-masing tabung
reaksi ke dalam tabung reaksi yang berisi media EC-B (Escherichia coli Broth). Kemudian
diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 35±0,5 oC atau 37±0,5oC. Setelah itu diamati apabila di
dalam tabung durham menghasilkan gas dalam waktu 48 jam menunjukkan kehadiran Total E.
coli. Dihitung Jumlah tabung yang menghasilkan gas pada setiap seri pengenceran sebagai
kombinasi tabung positif.
3. Uji Biokimia
Dikocok perlahan-lahan tabung reaksi yang menghasilkan gas atau asam pada tahap penegas
tadi. Dipindahkan 1 sampai 2 mata jarum inokulasi cairan dari masing-masing tabung reaksi ke
dalam tabung reaksi yang berisi media TW (Tryptone water), diinkubasi selama 24 jam dengan
suhu 44±0,5C atau 45±0,5C, diberikan indikator kovack’s sebanyak 0,2 atau 0,3 ml pada semua
tabung reaksi yang telah diinkubasi di waterbath selama 24 jam untuk melihat ada tidaknya
bakteri E. coli, dihitung jumlah tabung reaksi yang terbentuk cincin berwarna merah atau merah
muda, maka tabung tersebut positif mengandung E. coli namun bila terbentuk cincin
berwarna kuning maka tabung tersebut dikatakan negatif. Kemudian dihitung jumlah tabung
yang menghasilkan cincin berwarna merah muda pada setiap seri pengenceran sebagai
kombinasi tabung positif. Dihitung dan dicatat jumlah Total coliform sebagai MPN/100 ml
(sampel air) menggunakan tabel yang menunjukkan nilai MPN Total E. coli.
Dari hasil pengamatan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 7-31 Desember 2015 terhadap
Pemeriksaan Total Coliform dengan menggunakan metode MPN di Laboratorium Mikrobiologi PT.
Mutuagung Lestari Samarinda diperoleh hasil seperti pada tabel berikut.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama PKL pada tanggal 07-31 Desember 2015,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil uji pendahuluan dan penegasan untuk total Coliform pada air bersih, pada sampel nomor
3616, 3617, 3618 dan 3664 dinyatakan positif dengan masing-masing nilai MPN/100 ml yaitu 140,
13, 13 dan 8 bahwa nilai berada di atas ambang batas sehingga tidak memenuhi persyaratan baku
muku air bersih.
2. Dari hasil uji pendahuluan, penduga dan biokimia atau indol untuk total Escherichia coli pada air
bersih hanya sampel nomor 3618 yang positif dengan nilai MPN/100 ml yaitu 2 bahwa nilai berada
di atas ambang batas sehingga tidak memenuhi persyaratan baku muku air bersih.
5.2 Saran
Sebaiknya di Laboratorium PT. Mutuagung Lestari diberi penambahan tenaga kerja khususnya
untuk Laboratorium Mikrobiologi sehingga dapat memaksimalkan serta meningkatkan kinerja. Selain itu
ketepatan waktu juga perlu diperbarui sehingga tidak terjadi penumpukan sampel yang dapat
mempengaruhi kinerja, serta perlunya penambahan alat-alat baru yang dapat mempermudah,
membantu dan mempercepat pengerjaan sampel agar tidak menumpuk.