Anda di halaman 1dari 15

opik: Pemahaman Bacaan 

Subtopik: Penalaran Kebahasaan

1. Bacalah teks berikut ini kemudian jawablah soal-soal yang tersedia dengan memilih
jawaban yang tepat di antara pilihan jawaban A, B, C, D, atau E.

Kemunculan cacing-cacing keluar dari dalam tanah sempat mengkagetkan masyarakat di


Solo dan Klaten. Selain penampakannya yang mengerikan, fenomena ini juga dikait-kaitkan
dengan fenomena alam, seperti gempa bumi. Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
BMKG, Daryono, mengatakan isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya
gempa bumi bukan tanpa dasar.

"Sebab, sejumlah gempa merusak di dunia, di antaranya juga diawali dengan gejala alamiah,
yakni kemunculan cacing tanah secara masall," ujar Daryono dalam siaran pers, April 2020.

Daryono menjelaskan, menurut Grant dan Conlan, kemunculan cacing tanah di permukaan
menjelang terjadinya gempa bumi terkait dengan adanya anomali gelombang elektromagnetik
frekuensi rendah. Dalam sebuah penelitian, lanjut Daryono, turut mengkaji hubungan antara
aktivitas cacing tanah dan kelistrikan.

Menurut sumber pustaka Ikeya yang diterbitkan tahun 1996, menempatkan beberapa
elektroda yang dialiri arus listrik pada permukaan tanah yang terdapat cacing tanah. Sejumlah
cacing ternyata merespon anomali kelistrikan ini dengan cara keluar dari dalam tanah secara
hampir bersamaan.

Kendati demikian, tanda gempa bumi tidak hanya berupa gejala alam yang tidak lazim,
seperti fenomena perilaku binatang maupun cacing tanah yang bermunculan di permukaan.
Selain perilaku aneh binatang menjelang gempa bumi, para ilmuwan juga menandai adanya
perubahan prekursor gempa, yakni kondisi lingkungan fisis yang dapat menjadi petunjuk
yang mengarah akan terjadinya gempa.

(Diadaptasi dari www.kompas.com/sains pada 23 April 2020)

Kata berimbuhan yang salah pada paragraf keempat adalah ….  

A. menempatkan 
B. permukaan  
C. sejumlah  
D. merespon  
E. kelistrikan  

Jawaban: D

Pembahasan:
Kata berimbuhan yang salah pada paragraf keempat terdapat pada kata merespon. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penulisan yang tepat adalah merespons yang
memiliki kata dasar respons.

Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah D.  

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Penalaran Kebahasaan

2. Bacalah teks berikut ini kemudian jawablah soal-soal yang tersedia dengan memilih
jawaban yang tepat di antara pilihan jawaban A, B, C, D, atau E.

Kemunculan cacing-cacing keluar dari dalam tanah sempat mengkagetkan masyarakat di


Solo dan Klaten. Selain penampakannya yang mengerikan, fenomena ini juga dikait-kaitkan
dengan fenomena alam, seperti gempa bumi. Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
BMKG, Daryono, mengatakan isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya
gempa bumi bukan tanpa dasar.

"Sebab, sejumlah gempa merusak di dunia, di antaranya juga diawali dengan gejala alamiah,
yakni kemunculan cacing tanah secara masall," ujar Daryono dalam siaran pers, April 2020.

Daryono menjelaskan, menurut Grant dan Conlan, kemunculan cacing tanah di permukaan
menjelang terjadinya gempa bumi terkait dengan adanya anomali gelombang elektromagnetik
frekuensi rendah. Dalam sebuah penelitian, lanjut Daryono, turut mengkaji hubungan antara
aktivitas cacing tanah dan kelistrikan.

Menurut sumber pustaka Ikeya yang diterbitkan tahun 1996, menempatkan beberapa
elektroda yang dialiri arus listrik pada permukaan tanah yang terdapat cacing tanah. Sejumlah
cacing ternyata merespon anomali kelistrikan ini dengan cara keluar dari dalam tanah secara
hampir bersamaan.

Kendati demikian, tanda gempa bumi tidak hanya berupa gejala alam yang tidak lazim,
seperti fenomena perilaku binatang maupun cacing tanah yang bermunculan di permukaan.
Selain perilaku aneh binatang menjelang gempa bumi, para ilmuwan juga menandai adanya
perubahan prekursor gempa, yakni kondisi lingkungan fisis yang dapat menjadi petunjuk
yang mengarah akan terjadinya gempa.

(Diadaptasi dari www.kompas.com/sains pada 23 April 2020)

A. kemunculan  
B. mengkagetkan  
C. penampakannya  
D. mengerikan  
E. mengatakan  

Jawaban: B

Pembahasan:

Kata berimbuhan yang salah terdapat pada kata mengkagetkan karena penulisan yang tepat
adalah mengagetkan. Kata tersebut memiliki kata dasar kaget sehingga huruf depan pada kata
tersebut harus lesap jika ditambahkan imbuhan me-. Kata dasar yang memiliki awalan huruf
K, T, S, P dengan huruf keduanya berupa huruf vokal, jika ditambahkan imbuhan me- maka
awalan huruf pada kata tersebut harus lesap.

Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah B.  

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Pemahaman Isi Bacaan

3. Bacalah teks berikut!

Berdasarkan laporan program observasi bumi milik Uni Eropa, menyebutkan kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2019 memproduksi
emisi karbon dioksida lebih banyak dibandingkan kebakaran yang terjadi di Hutan Amazon,
Brazil.

Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia menjadi sorotan dalam laporan tersebut.
Terhitung hingga November 2019, Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS) Uni
Eropa memprediksi bahwa karhutla di Indonesia telah melepas sebanyak 709 juta ton karbon
dioksida ke udara. Jumlah ini setara dengan emisi buangan karbon dioksida tahunan negara
Kanada. Hal yang lebih mengejutkan lagi, angka tersebut 22 persen lebih tinggi dibanding
emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari kebakaran hutan Amazon, yakni 579 juta ton
karbon dioksida

Berdasarkan data dari SiPongi Karhutla Monitoring Sistem milik Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK), total luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 2019
mencapai 857.755 hektar, di mana Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara sebagai wilayah
yang mengalami kebakaran paling luas. Sebagai perbandingan saja, luasan ini sama dengan
luas Taman Nasional Yellowstone Amerika Serikat.

Karhutla tahun ini di Indonesia juga semakin diperparah dengan adanya efek El Nino yang
menyebabkan musim kemarau lebih panjang. Selain itu, asap yang dihasilkan dari karhutla
tersebut menyebabkan ribuan orang terserang penyakit gangguan pernapasan serta
mengganggu penerbangan di Indonesia.
Menanggapi laporan tersebut, Rusmadya Maharuddin juru kampanye hutan Greenpeace
Indonesia, mengaku prihatin dengan kondisi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di
Indonesia kini. "Tentunya jika penelitian ini benar akan semakin memperburuk citra
Indonesia di mata dunia karena kegagalan pemerintah dalam menghentikan karhutla yang
sudah berlangsung selama 22 tahun lebih sejak tahun 1997 yang lalu. Besarnya karbon yang
lepas ini tentunya sangat dipengaruhi oleh area yang terbakar adalah gambut," jelas
Rusmadya saat diwawancarai DW Indonesia, November 2019.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dari 55 negara peserta PBB lainnya yang ikut
meratifikasi Perjanjian Paris tentang perubahan iklim. Indonesia mencanangkan target
penurunan emisi karbon 26 persen di tahun 2020 dan 29 persen di tahun 2030 mendatang.  

(Diadaptasi dari news.detik.com pada April 2020)

Berdasarkan teks tersebut, penyebab terjadinya karhutla di Indonesia adalah ….   

A. illegal logging  
B. adanya efek El Nino  
C. deforestasi  
D. penggunaan pohon secara berlebih  
E. adanya sistem tebang pilih  

Jawaban: B

Pembahasan:

Berdasarkan teks tersebut, penyebab terjadinya karhutla di Indonesia adalah efek El Nino dan
banyaknya lahan gambut di Indonesia. Efek El Nino pada teks dapat ditemukan pada paragraf
keempat. Menurut KBBI, efek El Nino adalah peristiwa meningkatnya suhu muka air laut di
sebelah timur hingga tengah Samudra Pasifik setiap 2—13 tahun sekali dan berlangsung
selama 12—18 bulan. Sementara itu, illegal logging, deforestasi, dan penggunaan pohon
berlebih memang dapat menyebabkan karhutla, tetapi tidak dibahas dalam teks tersebut. 

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah B.   

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Pemahaman Isi Bacaan

4. Bacalah teks berikut!


[...]

 “Di mata masyarakat Jawa, kekayaan seseorang khususnya pengusaha, tidak memiliki
legitimasi, artinya jelek, karena berpakta dengan tenaga halus yang jahat,” jelas Ong. Seperti
ditulis Ong Hok Ham dalam bukunya yang lain,  Anti Cina, Kapitalisme Cina, dan Gerakan
Cina (2008: 54), orang Jawa seringkali menciptakan semacam mitos di sekitar orang yang
berhasil dalam hidupnya. George Quinn dalam artikel “An Excursion to Java’s Get-Rich
Quick Tree” menjelaskan bahwa dalam konsep kemakmuran di kalangan petani, proses
pengumpulan kekayaan materi haruslah berwujud. Jika tidak, seseorang akan dituduh telah
mencuri. Maka ketika kondisi sosial-ekonomi para petani terusik, mereka menyalahkan kaum
bermodal, menuduhnya sebagai pencuri yang bekerjasama dengan perantara yang tak kasat
mata, yakni tuyul.

Antropolog Clifford Geertz dalam penelitiannya di Kediri tahun 1950-an, mencatat ada tiga
orang yang diduga menggunakan ilmu sihir untuk mengorbankan kerabat dekat atau teman
untuk mendapatkan tuyul. Mereka terdiri dari seorang juragan daging, pengusaha tekstil, dan
haji pedagang yang mulai terlibat dalam kegiatan ekonomi kapitalis pada periode Jepang.
Begitu Indonesia merdeka, ketiganya sudah menjadi orang yang sangat kaya. “Orang yang
dituduh memiliki tuyul digolongkan ke dalam satu status sosial. Mereka adalah orang kaya
yang berhasil mengumpulkan kekayaan dalam waktu singkat dan biasanya--meski tidak
selalu--memiliki sifat kikir sementara rumah-rumah mereka konon dipenuhi batangan emas,”
tulis Geertz dalam karyanya yang termasyur, The Religion of Java (1976: 21—22).

Alih-alih membicarakan hal-hal yang sifatnya mistis, Ong mencoba menganalisa mengapa
orang Jawa percaya pada tuyul. Lebih jauh, dia berpendapat bahwa tuyul dalam tradisi
masyarakat agraris di Jawa mengilustrasikan dampak kesenjangan sosial-ekonomi akibat
akumulasi modal dan kekayaan, yang dilakukan golongan pedagang pribumi maupun
minoritas. Singkatnya, mitos tuyul lahir dari rasa cemburu dan antipati terhadap orang kaya.  

(Sumber diadaptasi dari www.tirto.id)

Judul yang paling tepat untuk bacaan di atas adalah ....   

A. Mitos Jawa Sebagai Pedoman Hidup  


B. Takhayul Tuyul dalam Masyarakat Jawa  
C. Ilmu Sihir dalam Masyarakat Jawa  
D. Pro dan Kontra Takhayul Tentang Tuyul  
E. Rasionalisasi Takhayul Tuyul dalam Jawa  

Jawaban: B

Pembahasan:
Judul merupakan kepala karangan yang terletak pada bagian atas sebuah teks. Judul yang
baik adalah judul yang mampu mewakili keseluruhan isi karangan. Secara keseluruhan, mulai
dari paragraf pertama sampai akhir paragraf, bacaan tersebut membahas tentang takhayul
tuyul yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah
takhayul tuyul dalam masyarakat Jawa.

Oleh sebab itu, jawaban yang tepat adalah B.  

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Pemahaman Isi Bacaan

5. Bacalah teks berikut!

[...]

“Di mata masyarakat Jawa, kekayaan seseorang khususnya pengusaha, tidak memiliki
legitimasi, artinya jelek, karena berpakta dengan tenaga halus yang jahat,” jelas Ong. Seperti
ditulis Ong Hok Ham dalam bukunya yang lain,  Anti Cina, Kapitalisme Cina, dan Gerakan
Cina (2008: 54), orang Jawa seringkali menciptakan semacam mitos di sekitar orang yang
berhasil dalam hidupnya. George Quinn dalam artikel “An Excursion to Java’s Get-Rich
Quick Tree” menjelaskan bahwa dalam konsep kemakmuran di kalangan petani, proses
pengumpulan kekayaan materi haruslah berwujud. Jika tidak, seseorang akan dituduh telah
mencuri. Maka ketika kondisi sosial-ekonomi para petani terusik, mereka menyalahkan kaum
bermodal, menuduhnya sebagai pencuri yang bekerjasama dengan perantara yang tak kasat
mata, yakni tuyul.

Antropolog Clifford Geertz dalam penelitiannya di Kediri tahun 1950-an, mencatat ada tiga
orang yang diduga menggunakan ilmu sihir untuk mengorbankan kerabat dekat atau teman
untuk mendapatkan tuyul. Mereka terdiri dari seorang juragan daging, pengusaha tekstil, dan
haji pedagang yang mulai terlibat dalam kegiatan ekonomi kapitalis pada periode Jepang.
Begitu Indonesia merdeka, ketiganya sudah menjadi orang yang sangat kaya. “Orang yang
dituduh memiliki tuyul digolongkan ke dalam satu status sosial. Mereka adalah orang kaya
yang berhasil mengumpulkan kekayaan dalam waktu singkat dan biasanya--meski tidak
selalu--memiliki sifat kikir sementara rumah-rumah mereka konon dipenuhi batangan emas,”
tulis Geertz dalam karyanya yang termasyur, The Religion of Java (1976: 21—22).

Alih-alih membicarakan hal-hal yang sifatnya mistis, Ong mencoba menganalisa mengapa
orang Jawa percaya pada tuyul. Lebih jauh, dia berpendapat bahwa tuyul dalam tradisi
masyarakat agraris di Jawa mengilustrasikan dampak kesenjangan sosial-ekonomi akibat
akumulasi modal dan kekayaan, yang dilakukan golongan pedagang pribumi maupun
minoritas. Singkatnya, mitos tuyul lahir dari rasa cemburu dan antipati terhadap orang kaya.  
(Sumber diadaptasi dari www.tirto.id)

Tujuan penulisan teks tersebut adalah ....  

A. mengkritik masyarakat stratifikasi atas agar memperhatikan kesejahteraan masyarakat


bawah  
B. mengkritik masyarakat Jawa yang masih hidup dalam mitos tuyul dalam menciptakan
kekayaan  
C. mendeskripsikan kepercayaan masyarakat Jawa tentang tuyul dan kekayaan seseorang
 
D. mendeskripsikan peran tuyul dalam menciptakan kekayaan di masyarakat Jawa  
E. membuka cakrawala pembaca mengenai mitos tuyul yang berkembang di Jawa  

Jawaban: C

Pembahasan:

Bacaan tersebut memiliki judul takhayul tuyul dalam masyarakat Jawa sehingga secara
keseluruhan bacaan akan mendeskripsikan tentang tuyul dalam masyarakat Jawa. Pada
paragraf pertama dijelaskan bahwa masyarakat Jawa akan menciptakan mitos terhadap orang-
orang yang berhasil, salah satunya karena bekerja sama dengan tuyul. Paragraf kedua
menjelaskan penelitian Clifford Geertz tentang tiga golongan orang yang dianggap memiliki
tuyul. Paragraf ketiga menjelaskan tentang analogi dan ilustrasi takhayul tuyul sebagai bentuk
kesenjangan sosial ekonomi masyarakat Jawa. Dengan demikian, tujuan penulisan teks
tersebut, yaitu mendeskripsikan kepercayaan masyarakat Jawa tentang tuyul dan kekayaan
seseorang.

Oleh sebab itu, jawaban yang tepat adalah C.  

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Pemahaman Isi Bacaan

6. Teks berikut digunakan untuk menjawab soal di bawah ini.

[...]

Bulan April menjadi bulan yang sarat akan makna bagi bangsa Indonesia. Setidaknya
terdapat dua momentum kebangsaan yang dapat diperingati dan dimaknai oleh masyarakat
Indonesia dalam meneruskan estafet perjuangan membangun bangsa dan negara dalam
naungan keadilan, kemanusiaan, dan pembebasan. Dua momentum tersebut adalah peringatan
Hari Nelayan Nasional pada tanggal 6 April dan Hari Kartini pada tanggal 21 April. Tulisan
ini akan merefleksikan kedua momentum tersebut yang ditinjau dari perspektif perjuangan
perempuan.

Kondisi perempuan Indonesia memang masih belum dapat dikatakan memasuki keadaan
yang baik-baik saja. Masih banyak pekerjaan rumah dan permasalahan kaum perempuan
yang harus segera dituntaskan, terutama oleh Pemerintah Indonesia. Ketidakadilan dan
diskriminasi terhadap perempuan masih menunjukkan eksistensi yang berarti ditengah ruang-
ruang sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Realitas tersebut tergambarkan setidaknya dari
kondisi yang dialami oleh perempuan yang bekerja sebagai nelayan. Perempuan nelayan di
Indonesia masih belum mendapat perlakuan dan pengakuan yang adil dan tempat yang layak
di tengah masyarakat.

Di daerah Demak, Provinsi Jawa Tengah misalnya, sejak beberapa tahun terakhir sebanyak
31 perempuan nelayan berjuang mendapatkan pengakuan atas profesi mereka. Kelompok
perempuan nelayan tersebut belum mendapatkan hak sebagai nelayan, di mana pengakuan
identitas bagi mereka sebagai pekerja nelayan belum mereka dapatkan secara merata.
Mayoritas perempuan nelayan masih belum mendapatkan pengakuan yang sah atas profesi
mereka sebagai nelayan. Padahal, secara aktivitas, kaum perempuan nelayan tersebut benar-
benar melakukan kerja-kerja sebagai nelayan. Segala upaya dengan didampingi oleh
lembaga-lembaga advokasi dalam bidang perikanan telah mereka lakukan. Mulai dari jalur
birokratis hingga jalur non-birokratis telah mereka tempuh. Namun, masih belum
membuahkan hasil yang diharapkan.

Belum diakuinya identitas perempuan nelayan secara merata disebabkan oleh beberapa
faktor. Pertama, perempuan nelayan hanya dianggap sebagai pembantu dalam pekerjaan
nelayan, sehingga tidak layak diberi pengakuan identitas. Hal ini bahkan secara jelas
tergambarkan dalam UU No.7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
Pembudidaya Ikan dan Petambak Garam yang masih mengelompokkan perempuan nelayan
sebagai bagian dari rumah tangga nelayan. Artinya, perempuan nelayan hanya dianggap
sebagai pelengkap dalam aktivitas nelayan. Padahal, perempuan nelayan adalah profesi
berbeda dan membutuhkan pengakuan yang khusus.

Selain itu, dari segi waktu dan tenaga yang dicurahkan, perempuan nelayan juga meluangkan
porsi yang sama dengan laki-laki nelayan. Kedua, adanya stigma yang masih eksis melekat
dalam masyarakat bahwa perempuan tidak memiliki kewajiban sebagai pencari nafkah.
Sehingga, walaupun secara realita para perempuan tersebut melakukan pekerjaan sebagai
nelayan, status dan identitas mereka tidak dapat diakui karena terhalang tembok besar berupa
stigma sosial dan hukum yang tidak berpihak tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
ketidakadilan dan diskriminasi masih dirasakan oleh perempuan di Indonesia.

Sebagaimana Kartini yang selalu menyuarakan keadilan, kemanusiaan dan pembebasan untuk
kaumnya, begitupula yang dilakukan oleh kaum perempuan nelayan yang tanpa henti
menyuarakan keadilan dan kesamaan perlakuan atas pekerjaan yang mereka lakukan selama
ini. Meskipun hanya dalam lingkup sesama perempuan yang bekerja sebagai nelayan, namun
semangat perjuangan yang mereka gelorakan adalah wujud nyata perlawanan mereka
terhadap praktek ketidakadilan dan diskriminasi yang pada realitanya masih menimpa
perempuan di tengah masyarakat. Perjuangan perempuan nelayan atas nasibnya adalah
representasi nyata gelora semangat perjuangan Kartini di era masyarakat modern. 

(Diadaptasi dari www.suaraindonesia.co.id pada 24 April 2020)

Judul yang tepat untuk melengkapi teks di atas adalah .…

A. Perjuangan Perempuan Nelayan: Representasi Perjuangan Kartini Modern


B. Perjuangan Kartini dalam Kemanusiaan dan Kemerdekaan  
C. Glora Perjuangan Nelayan Nasional Indonesia
D. Peringatan Hari Nelayan Nasional
E. Gelora Perjuangan Kartini di Era Masyarakat Modern

Jawaban: A

Pembahasan:

Judul merupakan cerminan mengenai suatu permasalahan yang diangkat dalam sebuah tulisan
secara keseluruhan. Letaknya berada paling awal sebuah karangan sehingga disebut sebagai
kepala karangan. Secara keseluruhan, teks di atas menggambarkan tentang perjuangan
perempuan nelayan terhadap praktik ketidakadilan dan diskriminasi karena dianggap sebagai
pelengkap dalam aktivitas nelayan. Padahal, perempuan nelayan adalah profesi berbeda dan
membutuhkan pengakuan yang khusus. Perjuangan perempuan nelayan atas nasibnya adalah
representasi nyata gelora semangat perjuangan Kartini di era masyarakat modern.

Dari penjelasan tersebut, maka jawaban yang tepat adalah A.  

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Pemahaman Isi Bacaan

7. Bacalah teks berikut!

Gerai ritel modern Alfamart dan Indomaret mendapat sorotan warganet saat sejumlah
pegawainya diduga memborong dan menyembunyikan produk es krim Viennetta untuk dijual
ulang dengan harga lebih mahal. Terkait hal itu, Direktur Pemasaran PT Indomarco
Prismatama, Wiwiek Yusuf, mengklarifikasi dan memastikan saat ini tidak ada pegawai
Indomaret yang melakukan tindakan tersebut. Wiwiek memastikan, tidak ada pegawainya
yang menyembunyikan dan es krim Viennetta tetap dijual seperti biasa dengan harga yang
sama karena prinsipnya adalah jualan. Wiwiek menegaskan, jika ada karyawan melakukan
itu, maka akan ditegur.
 (1) Wiwiek juga mempertanyakan keinginan sejumlah masyarakat di media sosial yang
tampak mengejar produk es krim itu. (2) Menurutnya, itu agak aneh karena saat pandemi
Corona, produk yang dikejar seharusnya adalah bahan kebutuhan pokok untuk bertahan
hidup. (3) Ia juga menambahkan, Indomaret saat ini sedang fokus menjaga pasokan
kebutuhan pokok itu karena lebih dibutuhkan masyarakat luas. (4) Ia bilang, isu sembako
masyarakat luas lebih genting dari es krim Viennetta ini. (5) Menurut Wiwiek, Indonesia
sedang susah dan prihatin. (6) PT Indomarco Prismatama sedang berusaha memenuhi
kebutuhan pokok. (7) Sehingga permintaan diangkatnya Viennetta tidak layak ditanggapi.

Corporate Communication General Manager AMRT, Nur Rachman, menyatakan tidak


pernah ada imbauan dari perusahaan untuk menahan penjualan produk Viennetta kepada
pegawai. Ia menyatakan, jika ada konsumen yang mengira produk itu dipisahkan, itu karena
sudah dipesan secara online atau daring. Biasanya, saat konsumen mencari dan tidak
mendapati saat kunjungan itu, Alfamart akan menghubunginya baik via WA maupun telepon.
Pihak Alfamart, Rachman mengatakan, tidak ada anjuran dari kami untuk menyembunyikan
atau memisahkan produk di rak pajang. Namun, bila benar didapati ada karyawan yang
menimbun dan menjual di luar ketentuan, ia memastikan Alfaria akan memberi sanksi berupa
SP1-SP3 atau surat peringatan saja. Walls Indonesia dalam akun Instagramnya juga angkat
bicara. Mereka menyampaikan permohonan maaf pada konsumen atas sejumlah kejadian
sulitnya menemukan Viennetta. Walls Indonesia memahami kekecewaan Sahabat Wall’s
yang belum sempat mencoba dan untuk itu mereka memohon maaf.

(Diadaptasi dari https://tirto.id pada April 2020)

Kata itu pada kalimat (2) merujuk pada ….  

A. pegawai Indomaret
B. es krim Viennetta
C. sikap masyarakat
D. pendapat Wiwiek
E. media sosial

Jawaban: C

Pembahasan:

Kata “itu” pada kalimat (2) paragraf kedua merujuk pada sikap masyarakat yang terdapat
pada kalimat-kalimat sebelumnya. Pada paragraf kedua kalimat (1) membahas tentang
keinginan sejumlah masyarakat di media sosial yang tampak mengejar produk es krim
Viennetta. Kemudian, kalimat (2) menjelaskan tentang pendapat Wiwiek mengenai sikap
masyarakat yang tampak mengejar produk es krim Viennetta di tengah pandemi Corona.

Jadi, jawaban yang tepat adalah C.


Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Penalaran Kebahasaan

8. Teks berikut digunakan untuk menjawab soal di bawah.

(1) Sebanyak 5 rumah di Kampung Koceang, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Setu,


Tangerang Selatan, hancur. (2) Rumah tersebut runtuh akibat pergerakan tanah di tebing
dekat pemukiman warga. (3) “Ada 5 rumah yang ambles. Kejadiannya tadi malam sekitar
pukul 20.00 WIB,” kata Rusli, petugas Satpol PP yang berjaga di lokasi, 10 Mei 2017. (4)
Rusli mengatakan, sejak pagi, tanah di lokasi itu sudah ambles. (5) Ketika itu belum ada yang
rubuh hingga ke dalam jurang.

(6) Karena kondisi tanah itu, penghuni rumah langsung mengamankan diri dan harta benda
mereka. (7) Bencana yang terjadi tadi malam pun tak memakan korban jiwa. (8) “Korban
alhamdulillah tidak ada. Pas kejadian rumah sudah dikosongkan,” ucapnya. (9) Berdasarkan
pantauan detik.com di lokasi, sejumlah petugas dari Satpol PP, BPPD, polisi terlihat berjaga.
(10) Garis polisipun dipasang untuk membatasi akses warga mendekati lokasi ambles. (11)
Sejumlah warga juga terlihat berkumpul di sekitar lokasi. (12) Mereka ingin melihat langsung
kondisi pasca amblesnya jurang.

(Dikutip dari detik.com pada 24 April 2020)

Jawaban: D

Pembahasan:

Berdasarkan teks di atas penulisan tidak baku terdapat pada kalimat nomor .…  

A. 1, 5 dan 9
B. 1, 6 dan 11
C. 3, 8 dan 10
D. 5, 10 dan 12
E. 8, 9 dan 12

Sesuai kaidah bahasa Indonesia, penulisan dari kata rubuh dalam kalimat nomor 5 seharusnya
ditulis roboh, kata polisipun dalam kalimat nomor 10 seharusnya ditulis polisi pun, dan kata
pasca ambles dalam kalimat nomor 12 seharusnya ditulis pascaambles.

Oleh karena itu jawaban yang tepat adalah D.


 

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Penalaran Kebahasaan

9. Teks berikut digunakan untuk menjawab soal di bawah ini.

[...] 

(1) Di sepanjang tujuh puluh tahun Indonesia merdeka, setelah empat belas tahun mencoba
praktik demokrasi parlementer secara liberal dan tiga puluh delapan tahun diperintah oleh dua
penguasa berdasar sistim politik semi presidensial, [...] Indonesia berkesempatan secara sadar
dan leluasa, untuk menerapkan dan mengembangkan demokrasi presidensial. (2) Setelah
sebelas tahun berlangsung secara relatif konsisten (2004—2015), ternyata eksperimen besar
sistem pengelolaan negara (state-craft) yang ke-3 itu memberikan hasil terbaik yang
prospektif berupa kemajuan demokrasi dan politik beserta sosial dan ekonomi secara lebih
komprehensif.

(3) Ada beberapa argumen, pertama, sekalipun masih ada berbagai kelemahan, dunia
mengakui Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-5, dengan masyarakat yang
berstruktur majemuk dan mayoritas beragama Islam, tetapi sukses menjalankan transformasi
demokrasi. (4) Argumen kedua adalah kehidupan masyarakat dan negara yang relatif stabil
[...] sosial dan politik serta ekonomi. Ketiga, sekalipun tertinggal dari kemajuan
pembangunan di bawah sistem otoriter, tetapi sistem demokrasi presidensial berhasil
mencapai pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Bruto) sebesar 5—6% per tahun. (5)
Keempat, sistem tersebut berhasil memperbaharui struktur masyarakat dengan memfasilitasi
pertumbuhan kelas menengah baru sampai melebihi 50% populasi.

(6) Tentunya, upaya merealisasikan potensi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara
besar dan kuat dunia, bukan saja memerlukan rencana aksi dan strategi yang tepat, melainkan
lebih jauh, membutuhkan landasan legal formal yang hanya bisa disediakan dengan
menyempurnakan substansi dan prosedur, serta koherensi atas segenap peraturan
perundangan mulai dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sampai Undang-Undang yang berhubungan dengan politik (parpol, pileg, pilpres, MD3,
kementerian, pemda, pilkada, desa). (7) Dalam hal itu, pilihan strategi aksi upaya
perwujudannya adalah mempersuasikan politisi penguasa lembaga pemerintahan atau
menggerakkan tekanan aksi massa terhadap para penguasa dengan kampanye media massa
secara sistemik dan intensif.

(Diadaptasi dari jurnalpolitik.ui.ac.id pada April 2020)

 
Kata berimbuhan yang tidak tepat pada paragraf kedua adalah ....  

A. memfasilitasi   
B. memperbaharui  
C. menjalankan  
D. pembangunan  
E. pertumbuhan  

Jawaban: B

Pembahasan:

Kata berimbuhan yang tidak tepat digunakan pada paragraf kedua adalah kata
memperbaharui. Kata tersebut memiliki kata dasar baru dan mendapat imbuhan me- dan
imbuhan -i. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata yang tepat adalah
memperbarui. Sementara, kata memperbaharui merupakan kata yang tidak tepat dan tidak
baku. Oleh sebab itu, pembentukan kata yang tepat bukan memperbaharui, melainkan
memperbarui.

Sementara, kata memfasilitasi, menjalankan, pembangunan, dan pertumbunan sudah memuat


kata berimbuhan yang tepat dan sesuai dengan konteks kalimat dalam teks.

Dengan demikian, kata berimbuhan yang tidak tepat pada paragraf kedua adalah
memperbarui.

Jadi, jawaban yang tepat adalah pilihan B.  

Topik: Pemahaman Bacaan

Subtopik: Penalaran Kebahasaan

10. Teks berikut digunakan untuk menjawab soal di bawah ini.

[...] 

(1) Di sepanjang tujuh puluh tahun Indonesia merdeka, setelah empat belas tahun mencoba
praktik demokrasi parlementer secara liberal dan tiga puluh delapan tahun diperintah oleh dua
penguasa berdasar sistem politik semi presidensial, [...] Indonesia berkesempatan secara sadar
dan leluasa, untuk menerapkan dan mengembangkan demokrasi presidensial. (2) Setelah
sebelas tahun berlangsung secara relatif konsisten (2004—2015), ternyata eksperimen besar
sistem pengelolaan negara (state-craft) yang ke-3 itu memberikan hasil terbaik yang
prospektif berupa kemajuan demokrasi dan politik beserta sosial dan ekonomi secara lebih
komperhensif.

(3) Ada beberapa argumen, pertama, sekalipun masih ada berbagai kelemahan, dunia
mengakui Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar ke-5, dengan masyarakat yang
berstruktur majemuk dan mayoritas beragama Islam, tetapi sukses menjalankan transformasi
demokrasi. (4) Argumen kedua adalah kehidupan masyarakat dan negara yang relatif stabil
[...] sosial dan politik serta ekonomi. Ketiga, sekalipun tertinggal dari kemajuan
pembangunan di bawah sistem otoriter, tetapi sistem demokrasi presidensial berhasil
mencapai pertumbuhan ekonomi (Produk Domestik Bruto) sebesar 5—6% per tahun. (5)
Keempat, sistem tersebut berhasil memperbaharui struktur masyarakat dengan memfasilitasi
pertumbuhan kelas menengah baru sampai melebihi 50% populasi.

(6) Tentunya, upaya merealisasikan potensi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara
besar dan kuat dunia, bukan saja memerlukan rencana aksi dan strategi yang tepat, melainkan
lebih jauh, membutuhkan landasan legal formal yang hanya bisa disediakan dengan
menyempurnakan substansi dan prosedur, serta koherensi atas segenap peraturan
perundangan mulai dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
sampai Undang-Undang yang berhubungan dengan politik (parpol, pileg, pilpres, MD3,
kementerian, pemda, pilkada, desa). (7) Dalam hal itu, pilihan strategi aksi upaya
perwujudannya adalah mempersuasikan politisi penguasa lembaga pemerintahan atau
menggerakkan tekanan aksi massa terhadap para penguasa dengan kampanye media massa
secara sistemik dan intensif.

(Diadaptasi dari jurnalpolitik.ui.ac.id pada April 2020)

Kata berimbuhan yang tidak tepat pada paragraf ketiga adalah ....  

A. menyempurnakan  
B. merealisasikan  
C. melainkan  
D. mempersuasikan  
E. menggerakkan  

Jawaban: D

Pembahasan:

Kata berimbuhan yang tidak tepat digunakan pada paragraf ketiga adalah kata
mempersuasikan. Kata tersebut memiliki kata dasar persuasi. Jika ditambahkan dengan
imbuhan me-, huruf pertama pada kata dasar tersebut akan lesap.
Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), jika kata dasar dengan awalan
huruf k, t, s, dan p dan huruf keduanya berupa huruf vokal (a, i, u, e, o) bertemu dengan
imbuhan me-, huruf pertama dari kata dasar tersebut akan lesap. Berdasarkan hal tersebut,
penulisan yang tepat dari kata mempersuasikan adalah memersuasikan. Sementara itu,
penulisan kata pada pilihan jawaban A, B, C, dan E sudah tepat.

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah D.  

Anda mungkin juga menyukai