Anda di halaman 1dari 2

Publikasi Hasil Analisis Data Pengukuran Stunting

Tingkat Kecamatan Konawe

Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting

(pada bagian ini Puskesmas menampilkan perbandingan situasi sebaran prevalensi stunting yang dirinci
pada tingkat desa/kelurahan. Jika publikasi disusun per tahun, maka perbandingannya adalah di antara
dua tahun terakhir. Jika publikasi disusun per semester, maka perbandingannya adalah di antara dua
semester terakhir. Disarankan perbandingan ditampilkan melalui grafik atau peta)
Perkembangan Prevalensi Stunting Per Desa / Kelurahan Kecamatan Konawe

2.5

1.5

1 Nama Desa / Kelurahan TAHUN


2022 JUMLAH
Nama Desa / Kelurahan TAHUN
0.5 2022 %

0
Wonuambae

Kel. Konawe
Kel.Tudaone

Uete
Hudoa

Sanggona

Puuwonua
Kel.Tawanga
Asoniwowo

Mokowu

Kel. Bungguosu

PUSKESMAS
Uelawu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Sumber: (sebutkan sumber data untuk pembuatan grafik tsb)

Gambaran Kondisi Stunting Kecamatan KONAWE

A. Faktor Determinan Yang Memerlukan Perhatian


(pada bagian ini Puskesmas merumuskan factor determinan apa saja yang masih menjadi kendala dalam
perbaikan status gizi baduta, baik pada skala kecamatan maupun pada desa/kelurahan yang menunjukkan
prevalensi stunting tergolong tinggi. Penentuan factor determinan tsb berdasarkan perkembangan data
factor determinan yang tercatat pada e-PPGBM (meliputi ada/tidaknya layanan JKN/BPJS, air bersih,
kecacingan, jamban sehat, imunisasi, ada/tidaknya anggota keluarga merokok, riwayat ibu hamil, dan
ada/tidaknya penyakit penyerta).

B. Perilaku Kunci RT 1000 HPK yang Masih Bermasalah


(pada bagian ini, Puskesmas merumuskan perilaku kunci apa saja yang masih menjadi kendala dalam
keberhasilan pencegahan/penanganan kasus stunting, baik pada skala kecamatan maupun pada
desa/kelurahan yang menunjukkan prevalensi stunting tergolong tinggi. Penentuan perilaku kunci ini
berdasarkan hasil pengamatan/pemantauan Puskesmas, bidan desa, dan kader-kader prosyandu)

C. Kelompok Sasaran Berisiko


(pada bagian ini, Puskesmas menentukan kelompok sasaran berisiko dalam upaya
pencegahan/penanganan kasus stunting. Penentuan kelompok sasaran berisiko ini dapat berdasarkan
karakteristik wilayah, status sosial ekonomi, dll. Misalnya kelompok yang berada di wilayah bantaran
sungai, masyarakat adat terpencil, keluarga dengan ibu sebagai kepala keluarga, dll)

Di bagian akhir publikasi, Dinas Kesehatan (berdasarkan masukan dari Puskesmas) menyampaikan hal-
hal/tindakan yang diharapkan mendapat dukungan/partisipasi dari masyarakat luas di kecamatan dan desa
untuk bersama mengatasi permasalahan stunting di wilayah masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai