Anda di halaman 1dari 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335146949

Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE pada FBMC-
OQAM

Preprint · August 2019


DOI: 10.26760/elkomika

CITATIONS READS

0 173

2 authors:

Jans Hendry Anggun Fitrian Isnawati


Universitas Gadjah Mada Institut Teknologi Telkom Purwokerto, Indonesia
24 PUBLICATIONS   13 CITATIONS    67 PUBLICATIONS   52 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Smooth Image Stitching with Two Dimensional Blind Source Separation-based Descriptor to Shape Proper View for Humanoid Robot View project

Research: Road to "Novel Method to Estimate Mixing Matrix Under UBSS Condition" View project

All content following this page was uploaded by Jans Hendry on 18 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


 

SUSUNAN PENGELOLA JURNAL ELKOMIKA  
Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019 
 

Penerbit: 

Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung 

Penanggung Jawab: 

Ketua Jurusan Teknik Elektro  
Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung 

Pemimpin Redaksi: 
Arsyad Ramadhan Darlis 

Redaksi Pelaksana : 
Waluyo  (Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung) 
Dwi Aryanta (Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung) 
Castaka Agus Sugianto (Politeknik TEDC Bandung) 
Ratna Susana (Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung) 
Nur Ibrahim (Universitas Telkom) 
Ulil Surtia Zulpratita (Universitas Widyatama) 
Lita Lidyawati (Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung) 
Irma Amelia Dewi (Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung) 
Muhammad Azis Mahardika (Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung) 
 
Administrator: 
Nanang Ruswandi, Yugo Senddy dan Ita Nursita 

ELKOMIKA:  Jurnal  Teknik  Energi  Elektrik,  Teknik  Telekomunikasi,  &  Teknik  Elektronika  telah Terakreditasi  
Kementerian  RistekDikti  Terakreditasi  B  sesuai  dengan  SK No.  51/E/KPT/2017 dan Peringkat  2  sesuai 
dengan SK No. 30/E/KPT/2018. Jurnal ini diterbitkan 3 (tiga) kali dalam satu tahun pada bulan Januari, Mei 
dan  September.  Jurnal  ini  berisi  tulisan  yang  diangkat  dari hasil  penelitian  dan  kajian  analisis di  bidang  ilmu 
pengetahuan  dan  teknologi,  khususnya  pada  Teknik  Energi  Elektrik,  Teknik  Telekomunikasi,  dan  Teknik 
Elektronika.  Artikel  Jurnal  Elkomika  dalam  versi  cetak  telah  di‐online‐kan  menggunakan  Open  Journal  System 
(OJS) pada http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/elkomika. 

Alamat redaksi dan tata usaha : 
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung Gedung 20 
Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung 40124 
Tel. 7272215 Fax. 7202892; e‐mail: jte.itenas@itenas.ac.id 
DAFTAR ISI
Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019

 
Prototipe Akses Pintu Masuk Stadion Terintegrasi dengan Kartu RFID 415 ‐ 426 
sebagai Tiket Berbasis Arduino Uno  
Hidayat Nur Isnianto, Adam Agustian   
 
 
 
 

Rancang Bangun Sistem Keamanan RFID Tag menggunakan Metoda 427 ‐ 441 


Caesar Cipher pada Sistem Pembayaran Elektronik  
Decy Nataliana, Febrian Hadiatna, Ahmad Fauzi   
 
 
 

Sub-optimal Degree Distribution untuk Prioritas Komunikasi Manusia 442 ‐ 454 


menggunakan Proyeksi EXIT Chart pada Jaringan Masa Depan  
Solichah Larasati, khoirun ni’amah   
 
Smoke and Fire Detection Base on Convolutional Neural Network 455 ‐ 465 
Elvira Sukma Wahyuni, Muhammad Hendri   
 
   

Dynamic Spatial Diversity Combiner pada Kanal Fading 466 ‐ 479 


Dwi Aryanta, Rienzy Pratama Londong Allo   
 
 

Iluminasi Panel Surya pada Satelit Orbit Rendah Ekuatorial 480 ‐ 492 


Desti Ika Suryanti, Sri Ramayanti, Mohammad Mukhayadi   
 
 

Perancangan Kendali Multilevel Inverter Satu Fasa Tiga Tingkat 493‐ 507 


dengan PI+feedforward pada Beban Nonlinier  
Mochamad Ari Bagus Nugroho, Novie Ayub Windarko, Bambang Sumantri   
 
 

Proyeksi EXIT Chart untuk Memprioritaskan Data Komunikasi 508 ‐ 520 


Manusia pada Jaringan Super Padat  
 
Khoirun Ni’amah, Solichah Larasati   
 
Sistem Pick and Place Dua Derajat Kebebasan menggunakan Metoda 521 ‐ 532 
Regresi  
Erwani Merry Sartika, Rudi Sarjono, Hazel Xaris Chrisophras 
 
 
Perancangan dan Analisis Kinerja Sistem Kontrol dan Penjadwalan 533 ‐ 543 
Lampu Berbasis IoT  
Adnan Rafi Al Tahtawi, Trisiani Dewi Hendrawati, Aim Abdurrahim, Erick Andika   
 
 
 

DAFTAR ISI  
 
 
Volume 7 Nomor 3 Tahun 2019  
 
 
 

Pengamanan Pesan pada Steganografi Citra dengan Teknik 544 ‐ 558 


Penyisipan Spread Spectrum  
Sofia Saidah, Nur Ibrahim, Mochammad Haldi Widianto   
 
Perancangan Oxygen Analyzer Dilengkapi Penyimpanan Data 559 ‐ 569 
Eksternal Berbasis Arduino Uno  
Hanifah Rahmi Fajrin, Tuhfa’tun Nu’man Rosyadiy, Djoko Sukwono   
 
 

Deep Learning RetinaNet based Car Detection for Smart 570 ‐ 584 


Transportation Network  
Irma Amelia Dewi, Lisa Kristiana, Arsyad Ramadhan Darlis, Reza Fadilah Dwiputra   
 
 
 

Analisis Kinerja RouteFlow pada Jaringan SDN (Software Defined 585 ‐ 599 


Network) menggunakan Topologi Full-Mesh  
Kukuh Nugroho, Dhimas Prabowo Setyanugroho   
 
Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE 600 ‐ 612 
pada FBMC-OQAM  
Jans Hendry, Anggun Fitrian Isnawati  
 

 
ELKOMIKA | ISSN (p): 2338-8323 | ISSN (e): 2459-9638 | Vol. 7 | No. 3 | Halaman 600 – 612
DOI : http://dx.doi.org/10.26760/elkomika.v7i3.600 September 2019

Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero


Forcing dan MMSE pada FBMC-OQAM
JANS HENDRY, ANGGUN FITRIAN ISNAWATI

Institut Teknologi Telkom Purwokerto


Email: jans@ittelkom-pwt.ac.id

Received 11 Mei 2019 | Revised 7 Juli 2019 | Accepted 19 September 2019

ABSTRAK

Kebutuhan layanan data pada teknologi 5G sangatlah tinggi. FBMC sebagai solusi
dari kelemahan yang ada di OFDM menjadi teknologi yang digunakan pada
komunikasi 5G. Pada OFDM, penggunaan ekualisasi sudah sangat banyak
dilakukan penelitiannya dan menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung dari
jenis ekualisasi yang digunakan. Beberapa jenis ekualisasi yang digunakan pada
modulasi OFDM antara lain Zero Forcing dan MMSE. Pada penelitian ini, beberapa
variasi ekualisasi tersebut diterapkan pada FBMC dan dianalisis perbandingan
kinerjanya. Penggunaan modulasi Offset-QAM yang dipadukan dengan FBMC
mempunyai fungsi sebagaimana cyclic prefix pada OFDM (CP-OFDM) yakni untuk
mengurangi inter symbol interference (ISI). Hasilnya menunjukkan bahwa nilai
BER pada FBMC yang menggunakan ekualisasi MMSE pada SNR 5 dB mempunyai
nilai sebesar 0,2941 sedangkan BER pada FBMC yang menggunakan ekualisasi ZF
sebesar 0,2875. Nilai SER untuk ZF sebesar 0,5514 dan untuk MMSE sebesar
0,5391. Kapasitas kanal Hal ini menunjukkan bahwa kinerja FBMC dengan
menggunakan ekualisasi MMSE lebih baik dibanding Zero Forcing.

Kata kunci: FBMC, Offset-QAM, ekualisasi, Zero Forcing, MMSE

ABSTRACT

The needs of data service on 5G technology is extremely necessary. FBMC as a


solution over OFDM's drawbacks becomes the technology that is used in 5G
communication. In OFDM technology, various equalisation methods have been
used and final result highly depends on which method being used. Some of
equalisation methods used in OFDM modulation are Zero Forcing (ZF) and MMSE.
In this research, those equalisation methods were used on FBMC modulation and
the performances were analyzed. The use of Offset-QAM modulation combined
with FBMC actually functioning like Cyclic Prefix on OFDM which is to reduce Inter
Symbol Interference (ISI). The result shows that BER value on FBMC that used
MMSE equalisation when SNR 5 dB equals to 0.2941 whereas BER value on FBMC
that used ZF equals to 0.2875. The value of SER on ZF is 0.5514 and MMSE is
0.5391. Channel Capacity calculation also shows that FBMC performance with
MMSE is better than Zero Forcing.

Keywords: FBMC, Offset-QAM, equalization, Zero Forcing, MMSE

ELKOMIKA – 600
Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE pada FBMC-OQAM

1. PENDAHULUAN

Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) adalah teknik pentransmisian data


berkecepatan tinggi dengan menggunakan beberapa sinyal pembawa (carrier) secara paralel
dalam pemodulasiannya. Pada dasarnya frekuensi sub pembawa pada OFDM saling tumpang
tindih (overlapping), hal tersebut bertujuan untuk menghemat bandwidth kanal serta
meningkatkan kapasitas kanal. Namun OFDM memiliki beberapa kelemahan antara lain
keterbatasan yang dimiliki OFDM yaitu sistem yang sensitif terhadap carrier frequency offset,
mudah terkontaminasi oleh distorsi linier, serta sulitnya mengoperasikan Fast Fourier
Transform (FFT) pada saat sinyal sampai di stasiun penerima. Karena kekurangan yang dimiliki
OFDM tersebut, ke depannya untuk memperbaiki kinerja OFDM agar lebih maksimal
ditawarkan metode baru yakni Filter Bank Multi Carrier-Offset Quadrature Amplitude
Modulation (FBMC-Offset QAM) untuk dapat menghemat bandwidth (Kaur, Kansal, Gaba, &
Safarov, 2018).

OFDM merupakan skema multicarrier paling dikenal sampai saat ini dan juga yang paling
banyak digunakan dalam standar saat ini untuk komunikasi nirkabel. Tetapi konsep modulasi
multicarrier OFDM dapat diperluas ke sistem yang disebut Filter Bank Multi Carrier (FBMC)
(Siohan, Siclet, & Lacaille, 2002). OFDM pada dasarnya adalah implementasi khusus dari
sistem FBMC, dan untuk menghapus blok yang tumpang tindih pada penerima, blok data
OFDM biasanya akan didahului oleh Guard Interval (GI), yang disebut Cyclic Prefix (CP)
(Baltar & Nossek, 2012).

FBMC membutuhkan ortogonalitas hanya untuk sub-channel tetangga saja. OFDM


mengeksploitasi bandwidth frekuensi yang telah diberikan kepada sejumlah operator,
sementara FBMC membagi saluran transmisi yang terkait dengan bandwidth dan kemudian
diberikan ke sejumlah sub-channel. Modulasi digital yang digunakan untuk membantu teknik
pentransmisian biasanya menggunakan Quadrature Amplitude Modulation (QAM). Modulasi
QAM memiliki kelebihan yaitu efisien dalam pemakaian bandwidth dibandingkan dengan
modulasi lainnya. Namun QAM juga memiliki kekurangan yaitu decision yang rumit dan
memiliki bit rate yang rendah. Untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki modulasi QAM
kemudian modulasi QAM dikembangkan menjadi modulasi Offset-QAM (O-QAM) yang memiliki
kestabilan sistem lebih baik dari QAM biasa yaitu kuat terhadap efek dispersi serta mampu
memperbaiki proses decision dan memiliki bit rate yang tinggi. OFDM/O-QAM lebih baik
dibanding CP-OFDM dalam BER, hal ini menunjukkan bahwasanya O-QAM memiliki kestabilan
yang baik (Blel & Bouallegue, 2015). Kombinasi spektral dan inefisiensi daya OFDM/QAM
dan keuntungan terkait dari Format OFDM/O-QAM berlaku juga untuk kasus dengan jumlah
sub-channel yang berbeda. Keuntungan dari OFDM/O-QAM dibanding OFDM/QAM hanya
dapat dicapai untuk jumlah sub-channel yang lebih kecil dari channel sebelumnya (Nedic &
Vallet, 2010).

FBMC adalah modifikasi dari pembagian frekuensi orthogonal (OFDM). Dalam OFDM, cyclic
prefix digunakan untuk ketahanan sinyal. Ini adalah teknik modulasi untuk mengatasi Inter
Symbol Interference (ISI) dan Inter Carrier Interference (ICI). Gangguan inter simbol
merupakan tantangan besar dalam sistem jaringan. Pada FBMC tidak perlu menggunakan
cyclic prefix untuk mengatasi ISI dan ICI tanpa menambah bandwidth (Kaur et al., 2018).

Meskipun Sistem OFDM memiliki banyak keuntungan: pengurangan ISI, peningkatan kapasitas
dan mudah diintegrasikan dengan beberapa antena di kedua sisi pengirim dan penerima tetapi
penyisipan cyclic prefix (CP), side lobe yang besar dan nilai PAPR mengurangi efisiensi Sistem
OFDM. Misalnya dalam sistem komunikasi seluler 4G, dengan bandwidth operasi 10MHz, 7%
bandwidth hilang karena cyclic prefix (CP). Oleh karena itu, FBMC adalah skema modulasi yang

ELKOMIKA – 601
Jans Hendry dan Anggun Fitrian Isnawati

paling menjanjikan untuk sistem komunikasi seluler 5G karena tidak menggunakan CP dan
tanpa membuang bandwidth, efisiensi FBMC sangat ditingkatkan dibandingkan dengan OFDM.
Dalam penelitian ini filter prototipe untuk FBMC dan OFDM dirancang dan hasilnya
menunjukkan bahwa FBMC mengungguli OFDM sehingga direkomendasikan pada sistem
komunikasi 5G (Kansal & Shankhwar, 2017; Kumar & Gupta, 2015). Selain itu,
rekomendasi tersebut juga dikarenakan FBMC dapat menawarkan kapasitas tinggi (Medjahdi
et al., 2009).

Dalam pengiriman sinyal, sinyal yang diterima pada antena penerima pasti tidak akan sama
dengan sinyal yang dikirim oleh antena pengirim. Hal tersebut dikarenakan sinyal yang
diterima oleh antena penerima sudah bercampur dengan derau (noise). Oleh karena itu
dibutuhkan proses ekualisasi untuk dapat mendeteksi sinyal asli yang dikirimkan oleh antena
pengirim. Terdapat beberapa algoritma ekualisasi dan Zero Forcing (ZF) banyak dipilih sebagai
metode untuk mendeteksi symbol karena selain dapat meningkatkan kualitas BER, prosesnya
pun paling sederhana daripada sistem deteksi simbol yang lainnya (Hidayat, Isnawati, &
Setiyanto, 2011). Ekualisasi jenis lain yang juga banyak digunakan adalah Minimum Square
Square Error (MMSE). Oleh karena itu, pada penelitian ini dua variasi ekualisasi tersebut
dipadukan dengan metode FBMC.

2. METODOLOGI

2.1 Pemodelan Sistem


Sebagai tahap awal penelitian ini adalah merancang pemodelan sistem sebagaimana terlihat
pada Gambar 1 berikut. Pemodelan ini juga mengacu pada parameter-parameter simulasi yang
ditentukan berdasarkan acuan implementasi sistem seperti jenis inputan yang diberikan,
penggunaan jenis mapper, penentuan jenis filter, penggunaan channel dan derau serta
algoritma ekualisasi yang akan digunakan. Proses pengujian simulasi dilakukan dengan
membandingkan hasil simulasi dengan variasi jenis ekualisasi dan dengan hasil teori yang ada,
sehingga dari informasi tersebut kemudian dilakukan analisis. Parameter hasil simulasi yang
akan diuji meliputi: bit error rate (BER), symbol error rate (SER) dan kapasitas kanal
berdasarkan parameter signal to noise ratio (SNR) yang ada untuk setiap jenis ekualisasi yang
digunakan yakni Zero Forcing (ZF) dan MMSE.

Gambar 1. Pemodelan Sistem FBMC-Offset QAM dengan Variasi Ekualisasi

ELKOMIKA – 602
Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE pada FBMC-OQAM

Input yang digunakan dalam simulasi ini adalah sinyal audio berekstensi *.wav dengan
amplitudo yang telah ternormalisasi dari -1 volt – 1 volt dan tanpa offset (zero mean). Agar
bisa ditransmisikan, maka sinyal diubah ke dalam deretan bilangan biner (0 dan 1).
Pengubahan dilakukan dengan langkah – langkah yang ditunjukkan oleh ekspresi matematis
berikut ini:

𝑉 𝑉 1 (1)

𝑉 𝑉 ∗2 (2)

𝐵 𝑏𝑖𝑛𝑎𝑟𝑦 𝑉 (3)

Dengan V0 adalah sinyal audio asli, V1 adalah sinyal audio bernilai positif karena sudah
ditambahkan dengan nilai 1. Lalu variabel nbit adalah level kuantisasi sinyal, dan Vt adalah
sinyal audio yang diubah ke dalam format bilangan decimal dengan nbit merupakan level
kuantisasinya. Pada Persamaan (3), binary melambangkan operasi pengubahan runtut
bilangan decimal ke dalam deret biner yang disimpan dalam variabel B.

Sinyal yang berbentuk deret biner ini setelah mengalami pengolahan kemudian dikirimkan ke
penerima. Pada sisi penerima, sinyal yang diterima diubah kembali ke dalam range -1 volt – 1
volt. Pengubahan ini merupakan kebalikan dari proses sebelumnya yang diekspresikan dalam
langkah – langkah matematis berikut:

𝑉 𝑑𝑒𝑐𝑖𝑚𝑎𝑙 𝐵 (4)

𝑉 𝑉 /2 (5)

𝑉 𝑉 1 (6)

Dengan B merupakan deret biner yang diubah ke dalam bilangan decimal menggunakan
operasi decimal dan disimpan dalam variabel 𝑉 . Kemudian hasil tersebut dibagi dengan level
kuantisasinya (nbit) dan disimpan dalam variabel 𝑉 . Hasil akhir adalah variabel 𝑉 yang
merupakan pengurangan 1 dari variabel 𝑉 . Sehingga didapat sinyal dalam rentang -1 – 1 volt.

2.2 Modulasi Offset-QAM (O-QAM)


Modulasi yang sering digunakan pada proses transmisi yaitu modulasi QAM dengan guard
interval dan Offset QAM (O-QAM). Gambar 2 menunjukkan adanya perbedaan antara modulasi
QAM dan O-QAM, bit-bit pada posisi Inphase tetap pada posisi semula sedangkan terjadi offset
atau pergeseran bit pada sisi Quadrature.

Gambar 2. Sinyal Modulasi pada QAM dan O-QAM

ELKOMIKA – 603
Jans Hendry dan Anggun Fitrian Isnawati

Dengan skema O-QAM, spektrum kanal yang berdekatan terjadi overlap tanpa mengakibatkan
crosstalk antar subcarrier yang dikarenakan penundaan setengah simbol waktu antara
komponen Inphase dan Quadrature sinyal pada setiap subcarrier. Pada proses O-QAM terdiri
dari dua tahap yaitu pra pengolahan O-QAM dan pasca pengolahan O-QAM.

2.2.1 Pra Pengolahan O-QAM


Blok pra pengolahan memanfaatkan perubahan antara simbol QAM dan O-QAM seperti
ditunjukkan pada Gambar 3. Operasi pertama adalah pengubahan dari bilangan kompleks
menjadi bilangan riil, di mana bagian riil dan imajiner dari simbol bernilai kompleks, dipisahkan
lagi untuk membentuk dua simbol baru (operasi ini dapat disebut sebagai staggering). Urutan
simbol-simbol baru ini tergantung pada nomor sub-channel. Operasi kedua adalah
penggandaan demi urutan seperti pada Gambar 3 (Kansal & Shankhwar, 2017).

k even
dk,n
Re 2 + x
Ck,l

Im 2 z-1

Complex-to-real convertion

k odd
dk,n
Re 2 z-1 + x
Ck,l

Im 2

Complex-to-real convertion

Gambar 3. Pra Pengolahan O-QAM

Setelah melalui tahap pengubahan bilangan kompleks ke riil, selanjutnya dikalikan dengan
Persamaan (1) (Kansal & Shankhwar, 2017):

𝜃 , 𝑗 (7)

Dengan j merupakan simbol imajiner, k adalah urutan kanal dan n adalah jumlah kanal.
Namun, perlu diketahui bahwa tanda-tanda urutan dapat dipilih secara bebas, tetapi pola
bilangan riil dan imajiner harus mengikuti Persamaan (1). Sebagai contoh, urutan alternatifnya
dapat berubah menjadi (Kansal & Shankhwar, 2017):

1, 𝑗, 1, 𝑗 … . 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘 𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝
𝜃 , (8)
𝑗, 1, 𝑗, 1 … . 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘 𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙

2.2.2 Pasca Pengolahan O-QAM


Blok pasca pengolahan O-QAM merupakan kebalikan dari blok pra pengolahan O-QAM. Pasca
pengolahan O-QAM seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4, memiliki dua struktur yang
sedikit berbeda tergantung pada nomor sub-channel.

ELKOMIKA – 604
Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE pada FBMC-OQAM

Ck,l
2 z-1 +
x Re k even
-1
z 2 j

Real-to-complex convertion

Ck,l
2 z-1 j +
x Re
k odd
z-1 2

Real-to-complex convertion

Gambar 4. Pasca Pengolahan O-QAM

Operasi pertama adalah perkalian dengan conjugate dari θk,n urutan yang diikuti oleh operasi
mengambil bagian yang sebenarnya. Operasi kedua adalah konversi real-to-complex, di mana
dua simbol bernilai riil berturut-turut (dengan satu dikalikan dengan j) membentuk simbol
bernilai kompleks (operasi ini juga disebut sebagai de-staggering). Konversi riil ke kompleks
menurunkan laju sampel dengan faktor 2.

Operasi pertama adalah pengubahan bentuk kompleks menjadi riil. Di mana bagian riil dan
imajiner dari simbol Ck,l bernilai kompleks dipisahkan untuk membentuk dua simbol baru dk,2l
dan dk,2l+1. Urutan simbol-simbol baru ini tergantung pada nomor urut sub kanal. Pengubahan
ini berbeda untuk sub-channel bernomor genap dan ganjil. Fungsi pengubahan bilangan
kompleks menjadi bilangan riil digunakan meningkatkan laju sampel sebesar 2 kali. Operasi
kedua adalah perkalian dengan θk,n.

2.3 Filter Bank Multi Carrier (FBMC)


FBMC terdiri dari 2 proses di dalamnya yaitu pra pemrosesan dan pasca pemrosesan. Proses
pada pra pemrosesan di FBMC bernama sintesis bank filter. Sedangkan pada pasca
pemrosesan disebut sebagai analisis bank filter. Sintesis bank filter diletakkan pada proses
pengiriman data tepatnya sesudah proses pra pengolahan O-QAM. Sedangkan di sisi penerima
proses analisis berada sebelum proses pasca pengolahan O-QAM. Adapun proses di dalam
filter bank ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6.

Berdasarkan Gambar 5 sintesis bank filter terdiri dari 2 proses yaitu proses IFFT dan proses
filter. Filter pada sintesis bank filter digunakan untuk memisahkan sinyal berdasarkan
frekuensinya. Jenis filter yang digunakan pada sintesis bank filter dapat menggunakan
berbagai jenis filter. Jenis filter yang paling mudah adalah filter ideal. Konsep pada filter ideal
adalah frekuensi yang ada akan langsung diteruskan atau diloloskan tanpa adanya peredaman.

Berdasarkan Gambar 6, analisis bank filter terdiri dari 2 proses yaitu proses FFT dan proses
filter. Filter pada analisis bank filter digunakan untuk menggabungkan sinyal berdasarkan
frekuensinya. Jenis filter yang digunakan pada analisis bank filter harus sesuai dengan jenis
filter yang digunakan pada proses sintesis bank filter.

ELKOMIKA – 605
Jans Hendry dan Anggun Fitrian Isnawati

s[n]
x +

z-1

OQAM Pre Processing x +


IFFT

...

...

...
z-1

x +

Synthesis Filter Bank

Gambar 5. Konfigurasi pada Sintesis Bank Filter

z-1

OQAM Post Processing


x
FFT
...

...

...

z-1
r[n]
x

Analysis Filter Bank

Gambar 6. Konfigurasi pada Sintesis Bank Filter

2.4 Equalization
Proses equalization merupakan proses mencari respon agar kanal dapat diatasi. Pada proses
estimasi kanal maka akan didapatkan matrik respon kanal. Equalizer sering digunakan dalam
domain waktu maupun domain frekuensi dalam sistem komunikasi tradisional. Equalizer pada
domain waktu, yaitu dalam sistem FDM tradisional pemerataan atau ekualisasi tentunya sangat
diperlukan. Karena equalizer ini digunakan sebagai penyeimbang dari karateristik kanal. Pada
bagian penerima, equalizer menghasilkan karakteristik yang berlawanan dari kanal untuk
mengimbangi ISI akibat waktu yang bervariasi dari kanal multi-path. Namun equalizer dalam
domain frekuensi merupakan suatu teknik penting yang digunakan untuk mengurangi ICI pada
estimasi kanal. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari sisa frekuensi offset dan efek
pergeseran dari doppler terutama pada channel yang berubah cepat.

ELKOMIKA – 606
Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE pada FBMC-OQAM

Jenis - jenis variasi ekualisasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Zero Forcing (ZF)


Zero Forcing (ZF) adalah merupakan jenis equalizer atau algoritma deteksi simbol yang paling
sederhana. Penggunaan algoritma ini cukup mudah yaitu dengan H adalah suatu matriks kanal
dan W adalah matriks yang merepresentasikan proses linier pada penerima, sehingga pada ZF
harus memenuhi syarat (Hidayat et al., 2011).

𝑊𝐻 1 (9)

Agar setiap elemen yang diinginkan dari simbol data dapat dideteksi, maka diperlukan adanya
proses “memaksa” interferensi menjadi nol. Matriks W merupakan matriks kebalikan atau
kebalikan semu (pseudo invers, PI) dari matriks kanal H, seperti ditunjukkan pada persamaan
berikut (Hidayat et al., 2011):

𝑊 𝐻 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑁 𝑁 (10)

𝑊 𝐻 𝐻 𝐻 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑁 𝑁 (11)

Dengan HH merupakan konjugat transpos matriks H. Pseudo Invers (PI) ada apabila jumlah
antena pengirim (NTx) lebih kecil atau sama dengan jumlah antena penerima (NRx), sedangkan
untuk NTx yang lebih besar dari NRx, maka HHH bernilai singular sehingga kebalikannya tidak
terdefinisi.

b. bandwidth (MMSE)
Minimum Square Square Error (MMSE) adalah skema estimasi yang meminimalkan mean
square error dan digunakan untuk proses estimasi kualitas. Skema ini tidak sepenuhnya
menghilangkan inter symbol interference (ISI) tetapi mengurangi atau meminimalkan
komponen derau dan ISI pada output. MMSE menemukan koefisien M yang meminimalkan
kriteria

𝐸 𝑀𝑦 𝑥 𝑀𝑦 𝑥 (12)

Pada pemecahan kriteria di atas, nilai matematika M keluar menjadi

𝑀 𝐻 𝐻 𝑁𝐼 𝐻 (13)

dari persamaan di atas jelas bahwa persamaan ini berbeda dari persamaan Zero Forcing
equalizer berdasarkan nilai 𝑁𝑜𝐼. Jika dberikan nilai = 0 dalam persamaan tersebut maka MMSE
equalizer akan menjadi Zero Forcing equalizer. Metode ini dapat diperluas ke beberapa
konfigurasi antena transceiver (Ebinowen, Abdulrazak, & Tijani, 2018). Keuntungan
menggunakan MMSE equalizer adalah kompleksitas komputasi yang lebih rendah
dibandingkan dengan ekualizer lainnya hanya jika panjang filter MMSE equalizer lebih kecil
dari panjang respon impuls channel. MMSE memiliki kinerja bit error rate (BER) optimal untuk
panjang blok panjang pada SNR tinggi.

Ekualisasi MMSE menggambarkan pendekatan untuk meminimalkan nilai Mean Square


Error (MSE), yang merupakan ukuran umum untuk pengukuran kualitas. Fitur utama dari
equalizer MMSE adalah tidak menghilangkan ISI seluruhnya tapi meminimalkan total daya
derau dan komponen ISI pada output. MMSE Equalizer memiliki kinerja yang lebih bagus
dibandingkan Zero Forcing karena tidak hanya menekan ISI tetapi juga meminimalkan daya
derau.

ELKOMIKA – 607
Jans Hendry dan Anggun Fitrian Isnawati

2.5 Bit Error Rate (BER) dan Symbol Error Rate (SER)
Pada simulasi ini, BER dihitung dengan membandingkan sinyal hasil demodulasi di sisi
penerima dengan sinyal masukan (input). Sedangkan SER dihitung dengan membandingkan
simbol 16-QAM yang diterima di sisi penerima dengan simbol keluaran pemeta 16-QAM yang
dikirim. Prinsip kerja perhitungan BER secara umum merupakan fungsi ketidaksamaan antara
dua bit, dan jika hasil ketidaksamaan tersebut bernilai 1 maka terdapat satu bit yang salah.
Perhitungan nilai BER ini dilakukan untuk keseluruhan bit yang dibangkitkan di sisi pengirim
terhadap keseluruhan bit di sisi penerima.

Pada dasarnya nilai BER sebanding dengan nilai SER atau dengan kata lain semakin besar nilai
SER maka BER juga akan semain besar. Hubungan antara SER dan BER berkaitan dengan nilai
dari level modulasi sistem M-ary yang digunakan. Sebagai contoh pada simulasi ini digunakan
sistem M-ary QAM dengan M = 16 (sistem 16-QAM), maka pendekatan perbandingan antara
SER dan BER berdasarkan Persamaan (14) akan menjadi:
/
                                                                         (14) 

/
(15)

𝑃 𝑃 (16)

Sebagaimana terlihat pada persamaan tersebut bahwa nilai PS atau SER akan lebih besar
dibanding dengan PB atau BER. Hal ini disebabkan karena tidak semua bit pada simbol yang
salah akan bernilai salah atau memunculkan galat. Sebagai contoh pada sistem 16-QAM, setiap
simbol akan merepresentasikan 4 bit dan apabila ada 1 simbol yang salah maka belum tentu
ke-4 bit tersebut juga akan salah. Dapat disimpulkan bahwa apabila kesalahan simbol
mendekati 100% maka kesalahan bit akan lebih kecil dari 100%.

3. HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Sinyal yang ditunjukkan oleh Gambar 7 merupakan sinyal input yang berupa sinyal audio dalam
bentuk *.wav yang digunakan dalam simulasi dengan jumlah titik sebanyak 2048 titik atau
sekitar 0,012 detik. Sinyal tersebut menunjukkan adanya fluktuasi nilai yang acak sehingga
sesuai untuk simulasi yang akan dijalankan.

Gambar 7. Sinyal Audio yang Dikirimkan

ELKOMIKA – 608
Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE pada FBMC-OQAM

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 8. Sinyal Terima dengan Variasi SNR: (a) 5 dB; (b) 10 dB; (c) 15 dB; (d) 20 dB

Berdasarkan hasil pengujian secara simulasi maka didapatkan data sinyal terima yang diukur
berdasarkan SNR yang diberikan yakni sebesar 5 dB, 10 dB, 15 dB dan 20 dB sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 8. Sinyal terima ini diukur pada saat SNR yang diberikan berbeda-
beda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh SNR yang diberikan terhadap sinyal
terima yang dihasilkan. Hasilnya menunjukkan bahwa saat SNR bernilai 5 dB maka sinyal yang
diterima sangat berbeda dengan sinyal audio yang ditransmisikan. Sedangkan saat SNR
mempunyai nilai yang besar yakni 20 dB maka sinyal yang dterima mirip dengan sinyal yang
dikirimkan. Hal ini karena daya derau pada SNR 20 dB lebih kecil dibandingkan dengan daya
sinyal.

Pada simulasi sistem FBMC-Offset QAM ini, data yang diterima di sisi penerima merupakan
hasil dari perkalian sinyal kirim dengan kanal lalu ditambahkan dengan derau, dengan
penambahan ekualizer di dalamnya yakni Zero Forcing dan MMSE. Perbandingan kinerja BER
dari hasil simulasi ditunjukkan pada Gambar 9. Berdasarkan gambar tersebut dapat
ditunjukkan bahwa penggunaan ekualisasi jenis MMSE pada sistem FBMC-Offset QAM
mempunyai hasil yang lebih baik yakni nilai BER yang lebih kecil dibandingkan dengan
penggunaan ekualisasi jenis Zero Forcing. Sebagaimana yang ditunjukkan pada grafik di
Gambar 9 bahwa saat SNR 5 dB maka BER untuk ZF sebesar 0,2941 sedangkan BER untuk
MMSE sebesar 0,2875. Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja MMSE untuk parameter BER lebih
baik dibanding ZF. Hal ini dikarenakan pada ekualisasi MMSE, selain kompensasi kanal juga

ELKOMIKA – 609
Jans Hendry dan Anggun Fitrian Isnawati

ada proses kompensasi derau (No) seperti pada Persamaan (13), sedangkan di ekualisasi ZF
tidak ada kompensasi derau seperti yang diperlihatkan oleh Persamaan (11) sementara dalam
penelitian ini kehadiran derau diperhitungkan. Hasil perbandingan kinerja BER sebanding
dengan hasil perbandingan kinerja SER sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10, yakni nilai
SER untuk ZF sebesar 0,5514 dan untuk MMSE sebesar 0,5391. Hal ini dikarenakan nilai Ps
(probabilitas kesalahan simbol atau symbol error ratio, SER) berbanding lurus dengan PB
(probabilitas kesalahan bit atau bit error ratio, BER) sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan
(16).

Gambar 9. Perbandingan BER pada FBMC-Offset QAM menggunakan ZF dan MMSE

Gambar 10. Perbandingan SER pada FBMC-Offset QAM menggunakan ZF dan MMSE

Perbandingan kapasitas kanal pada sistem FBMC-Offset QAM yang menggunakan Zero Forcing
dan MMSE dapat dilihat pada Gambar 11. Kinerja sistem FBMC-Offset QAM berdasarkan
parameter kapasitas kanal pada simulasi ini menunjukkan bahwa kapasitas kanal sistem yang
menggunakan ekualisasi MMSE lebih besar yakni 0,9433 b/s/Hz dibanding sistem yang

ELKOMIKA – 610
Analisis Perbandingan Kinerja Ekualisasi Zero Forcing dan MMSE pada FBMC-OQAM

menggunakan ekualisasi Zero Forcing yakni sebesar 0,8891 b/s/Hz. Namun dari hasil yang
didapat tersebut masih di bawah kapasitas kanal secara teori yakni sebesar 1,37 b/s/Hz.

Gambar 11. Perbandingan kapasitas kanal FBMC-Offset QAM menggunakan ZF dan MMSE

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa kinerja sistem FBMC-Offset QAM yang
menggunakan ekualisasi MMSE lebih baik dibanding ekualisasi Zero Forcing dalam kinerja
parameter bit error rate (BER), symbol error rate (SER) dan kapasitas kanal. Nilai BER dan
SER untuk ekualisasi MMSE lebih kecil dibanding ekualisasi Zero Forcing. Dengan demikian,
kinerja sistem ini memiliki performa lebih baik jika menggunakan ekualisasi MMSE. Kesimpulan
tersebut dikuatkan lagi dengan nilai kapasitas kanal dari MMSE yang lebih besar dibanding
Zero Forcing. Berdasarkan hasil tersebut maka ekualisasi MMSE akan lebih tepat digunakan
dalam sistem ini sebagai kompensasi jika diasumsikan sistem berisiko akan gangguan derau.

DAFTAR RUJUKAN

Baltar, L. G., & Nossek, J. A. (2012). Multicarrier systems: a comparison between filter bank
based and cyclic prefix based OFDM. OFDM 2012; 17th International OFDM Workshop
2012 (InOWo’12), 1–5. VDE.
Blel, I., & Bouallegue, R. (2015). Spatial Multiplexing OFDM/OQAM Systems With Time
Reversal Technique. International Journal of Wireless & Mobile Networks, 7(1), 43–54.
https://doi.org/10.5121/ijwmn.2015.7103
Ebinowen, T. D., Abdulrazak, Y. K., & Tijani, B. O. (2018). Optimization of MIMO System Using
SIC-MMSE in AWGN Rayleigh Fading Channels. International Journal of Engineering
Sciences & Research Technology, 7(9), 146–153.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1411110

ELKOMIKA – 611
Jans Hendry dan Anggun Fitrian Isnawati

Hidayat, R., Isnawati, A. F., & Setiyanto, B. (2011, December 7). Channel Estimation in MIMO-
OFDM Spatial Multiplexing Using Least Square Method. Presented at the International
Symposium on Intelligent Signal Processing and Communication Systems (lSPACS),
Chiang Mai, Thailand. https://doi.org/978-1-4577-2166-3
Kansal, P., & Shankhwar, A. K. (2017). FBMC vs OFDM Waveform Contenders for 5G Wireless
Communication System. Wireless Engineering and Technology, 08(04), 59–70.
https://doi.org/10.4236/wet.2017.84005
Kaur, S., Kansal, L., Gaba, G. S., & Safarov, N. (2018). Survey of Filter Bank Multicarrier (FBMC)
as an efficient waveform for 5G. International Journal of Pure and Applied Mathematics,
118(7), 45–49.
Kumar, A., & Gupta, M. (2015). A Novel Modulation Technique for 5G Mobile Communication
System. American Journal of Applied Sciences, 12(9), 601–605.
https://doi.org/10.3844/ajassp.2015.601.605
Medjahdi, Y., Terre, M., Le Ruyet, D., Roviras, D., Nossek, J. A., & Baltar, L. (2009). Inter-cell
interference analysis for OFDM/FBMC systems. 2009 IEEE 10th Workshop on Signal
Processing Advances in Wireless Communications, 598–602. IEEE.
Nedic, S., & Vallet, R. (2010). Power and spectral efficiency advantages of OFDM/OQAM over
OFDM/QAM for PHY in wireless and Cognitive Radio networks. ℡FOR 2010, Belgrade,
Serbia.
Siohan, P., Siclet, C., & Lacaille, N. (2002). Analysis and design of OFDM/OQAM systems based
on filterbank theory. IEEE Transactions on Signal Processing, 50(5), 1170–1183.

ELKOMIKA – 612
PETUNJUK PENULISAN NASKAH

Jurnal Ilmiah ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik Telekomunikasi, & Teknik Elektronika telah Terakreditasi
Kementerian RistekDikti No. 51/E/KPT/2017 dan Peringkat 2 sesuai dengan SK No. 30/E/KPT/2018.
ELKOMIKA merupakan jurnal yang sepenuhnya diperiksa oleh Redaksi Ahli yang berkompeten di bidangnya masing –
masing. Redaksi menerima artikel ilmiah berupa hasil penelitian, gagasan, dan konsepsi dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Artikel Jurnal ELKOMIKA dalam versi cetak telah di-online-kan menggunakan Open Journal System (OJS) pada
http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/elkomika.

Pemasukan Naskah

1. Penulis dapat mengunduh template jurnal di menu template pada Open Journal System (OJS)
http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/elkomika.
2. Naskah yang telah disesuaikan dengan template jurnal berupa softcopy dapat diunggah melalui OJS setelah
melakukan registrasi terlebih dahulu.
3. Naskah tulisan harus asli, belum pernah dimuat di media lain, atau tidak sedang dalam proses untuk dimuat di
media lain.
4. Naskah pertama kali akan diperiksa berdasarkan kesesuaian template oleh Pemimpin Redaksi, dan juga akan
dicek tingkat Plagiasi dengan software iThenticate.
5. Seluruh naskah yang masuk ke redaksi akan diperiksa oleh Redaksi Ahli sesuai dengan bidang kajian naskah.
Aspek yang diperiksa menyangkut kesahihan informasi, kontribusi substantif terhadap bidang kajian, serta
kejelasan dan kualitas presentasi naskah.
6. Naskah yang disajikan tidak sesuai dengan ketentuan jurnal akan dikembalikan.

Ketentuan Naskah

1. Naskah diketik dengan menggunakan komputer dalam format MS Word, dengan kertas berukuran A4, dan
berjarak 1 spasi. Font yang digunakan adalah Tahoma untuk semua style dengan ukuran 11. Jumlah halaman
penulisan adalah antara 10 – 15 halaman, disertai abstrak (maksimum 160 kata) dan kata kunci (5 - 6 kata)
dalam bahasa inggris dan bahasa indonesia dengan menggunakan huruf miring. Naskah diberi nomor halaman.
2. Naskah tulisan dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa inggris. Bila menggunakan bahasa Indonesia
diharapkan memperhatikan pedoman dan istilah yang telah dibakukan. Bila terpaksa menggunakan istilah asing,
hendaknya digunakan huruf miring pada kata tersebut.
3. Naskah disusun dengan urutan: Judul, nama penulis (tanpa gelar), instansi tempat bekerja, dan alamat email,
abstrak dan kata kunci (Indonesia dan inggris), pendahuluan, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan,
kesimpulan dan saran, dan daftar rujukan. Jika penulis lebih dari satu orang, nama penulis dicantumkan
berurutan ke samping, dengan nama penulis utama dicantumkan paling awal.
4. Naskah dapat dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar, dan foto dalam format hitam-putih dengan ukuran 10.
Tabel, grafik, gambar, dan foto harus diberi judul yang singkat dan jelas, dan masing-masing diberi nomor urut
yang sesuai pada isi naskah. Penulisan daftar rujukan wajib menggunakan reference tool, seperti Mendeley,
EndNote, Reference in MS Word, dan lainnya.
5. Redaksi berhak memperbaiki tata bahasa dari naskah yang akan dimuat tanpa mengubah maksud isinya.
6. Daftar rujukan berisi hanya yang dirujuk dalam tulisan saja dengan tata cara penulisan sebagai berikut :
Meier, R. (2012). Professional AndroidTM 4 Application Development. Indianapolis: John Wiley & Sons, Inc.
Bohmer, M. (2012). Beginning Android ADK with Arduino. New York: Apress.
Atzori, L. & Andreas (2002). Performance Analysis of Fractal Modulation Transmission over Fast-Fading
Wireless Channels. Journal IEEE Transactions on Broadcasting. 48(2): 103-110.
Zeng, G., & Qiu, Z. (2008). Audio Watermarking in DCT. International Conference on Signal Processing
(pp. 2193-2196).
Mac, D. (1992). Post-Modernism and Urban Planning. Dipetik pada 25 Juni 2010 dari
http://www3.sympatico.ca/david.macleod/POMO.HTM
7. Contoh penulisan rujukan pada artikel adalah …..…Pada tahun 2012, penelitian yang dilakukan oleh Meier
(Meier, 2012) dan timnya, mencoba untuk mengirimkan data dengan kecepatan tinggi……)
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai