Anda di halaman 1dari 22

BAB II

GAMBARAN UMUM PELAYANAN


PERANGKAT DAERAH

2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT


DAERAH

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah


unsur penyelenggara pemerintahan daerah di Kabupaten Tulang
Bawang Barat yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupeten Tulang Bawang Barat Peraturan Daerah Kabupaten
Tulang Bawang Nomor 34 Tahun 2022 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja
Perangkat Daerah.

Dinas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang
Ketahanan Pangan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas tersebut Dinas
Ketahanan Pangan mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan daerah di bidang ketersediaan,
kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman komsumsi dan keamanan pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan,
kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penarekaragaman komsumsi dan keamanan pangan;
c. Koordinasi penyediaan infrastruktur dan pendukung di bidang
ketersediaan pangan, kerawanan, distribusi pangan, cadangan
pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
d. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang
ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan,
cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan
keamanan pangan;

B2-II-1
e. pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan
penyelenggaraan di bidang ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganeka
ragaman konsumsi dan keamanan pangan;
f. pelaksanaan administrasi Dinas;
g. pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Bupati di bidang
Ketahanan Pangan.

Adapun Susunan Organisasi Dinas Ketahanan Pangan, terdiri dari


a. kepala dinas;
b. sekretariat;
c. bidang ketersediaan pangan;
d. bidang distribusi pangan;
e. bidang konsumsi dan keamanan pangan;
f. unit pelaksana teknis (UPT);
g. kelompok jabatan fungsional.

B2-II-2
Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan
Kabupaten Tulang Bawang Barat

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

UPT JABATAN FUNGSIONAL

KASUBAG
UMUM

BIDANG BIDANG KONSUMSI


BIDANG KETERSEDIAAN DISTRIBUSI DAN KEAMANAN
PANGAN PANGAN PANGAN

JABATAN JABATAN JABATAN


FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL

JABATAN JABATAN JABATAN


FUNGSIONAL FUNGSIONAL FUNGSIONAL

B2-II-3
1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, mengendalikan dan


mengoordinasikan pelaksanaan tugas Dinas dalam
menyelenggarakan kewenangan rumah tangga Kabupaten
(desentralisasi) dalam bidang Ketahanan Pangan yang menjadi
kewenangan dan tugas-tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan
yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas Kepala Dinas


mempunyai fungsi :
a. perumusan kebijakan daerah di bidang ketersediaan,
kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan
pangan,penganekaragaman komsumsi dan keamanan pangan;
b. pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan,
kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penarekaragaman komsumsi dan keamanan pangan;
c. koordinasi penyediaan infrastruktur dan pendukung di bidang
ketersediaan pangan, kerawanan, distribusi pangan, cadangan
pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
d. peningkatan kualitas sumberdaya manusia di bidang
ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan,
cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan
keamanan pangan;
e. pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan
penyelenggaraan di bidang ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan ,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
f. pelaksanan administrasi Dinas;
g. pelaksananan fungsi lain yang di berikan oleh Bupati di bidang
Ketahanan Pangan.

B2-II-4
2. Sekretariat
Sekretaris mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan
penunjang teknis dan administratif, koordinasi, pembinaan dan
pengendalian administrasi umum, kepegawaian, rumah tangga,
perlengkapan, keuangan, tata laksana, kehumasan, perencanaan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan di lingkup dinas.
Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas Sekretaris mempunyai
fungsi:
a. melaksanakan penyusunan program, pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan evaluasi kegiatan penyusunan
program dan rencana anggaran kegiatan Dinas;
b. melaksanakan penyusunan program, pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan evaluasi pengelola
penatausahaan keuangan, pengelolaan rumah tangga dan
perlengkapan serta barang milik Negara dan penyusunan
laporan pertanggungjawaban keuangan;
c. melaksanakan penyusunan program, pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan evaluasi pengelolaan informasi
publik dan urusan hukum;
d. melaksanakan penyusunan program, pembinaan,
pengaturan, pengendalian, pengaturan, pengendalian dan
evaluasi organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan
administrasi umum dan kepegawaian;
e. menyusun dan melaksanakan rencana aksi daerah di bidang
pangan dan gizi.
f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B2-II-5
3. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan


sebagian tugas Sekretaris dalam urusan kepegawaian, tata usaha,
rumah tangga, kerjasama, kehumasan, protokol, ketatalaksanaan,
keuangan, dan pengelolaan barang milik negara/daerah.

Rincian tugas Sub Bagian Umum adalah sebagai berikut:


a. melakukan penyusunan rencana dan anggaran Sub Bagian
Umum;
b. melakukan urusan rencana kebutuhan dan usulan
pengembangan pegawai;
c. melakukan urusan mutasi, tanda jasa, kenaikan pangkat,
kenaikan jabatan, pemberhentian dan pensiun pegawai;
d. melakukan urusan tata usaha kepegawaian, disiplin
pegawai, dan evaluasi kinerja pegawai;
e. melakukan urusan tata usaha dan kearsipan;
f. melakukan urusan rumah tangga, kerjasama, hubungan
masyarakat, dan protokol;
g. melakukan evaluasi kelembagaan dan ketatalaksanaan;
h. melakukan telaahan dan penyiapan bahan penyusunan
peraturan perundang- undangan;
i. mengoordinasikan penilaian angka kredit tenaga fungsional;
j. menyusun rencana kebutuhan barang unit (RKBU);
k. melakukan penyiapan bahan penatausahaan dan
inventarisasi barang;
l. melakukan penyiapan penyusunan laporan dan administrasi
penggunaan peralatan dan perlengkapan kantor;
m. melakukan urusan akuntansi dan verifikasi keuangan;
n. melakukan urusan perbendaharaan, pengelolaan
penerimaan Negara bukan pajak, pengujian dan penerbitan
surat perintah membayar;
o. melakukan urusan gaji pegawai;
p. melakukan administrasi keuangan, penyiapan
pertanggungjawaban dan pengelolaan dokumen keuangan;
q. melakukan penyusunan laporan keuangan;

B2-II-6
r. melaksanakan pembinaan administrasi keuangan kepada
Bendahara;
s. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Bidang Ketersediaan Pangan

Bidang Ketersediaan Pangan adalah unsur pembantu Kepala


Dinas yang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Ketersediaan Pangan mempunyai tugas melaksanakan


sebagian tugas Dinas Ketahanan Pangan dalam penyusunan,
pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan teknis, serta
pemantauan dan evaluasi Penyediaan Infrastruktur Pangan dan
sumber daya pendukung ketahanan pangan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas Bidang Ketersediaan


Pangan mempunyai fungsi :
a. penyiapan bahan penyusunan rencana, program dan
anggaran bidang ketersediaan, penanganan kerawanan
pangan dan koordinasi penyedian infrastruktur pangan, dan
sumber daya pendukung ketahanan pangan lainnya;
b. penyiapan penyusunan bahan rumusan kebijakan daerah di
bidang ketersediaan, penanganan kerawanan pangan dan
koordinasi penyediaan infrastruktur pangan, dan sumber
daya pendukung ketahanan pangan lainnya;
c. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan,
penanganan kerawanan pangan dan kordinasi penyediaan
infrastruktur pangan, dan sumber daya pendukung
ketahanan pangan lainnya;
d. pemberian pendampingan pelaksanaan kegiatan di bidang
ketersediaan, penanganan kerawanan pangan dan
koordinasi penyediaan infrastruktur pangan, dan sumber
daya pendukung ketahanan pangan lainnya;

B2-II-7
e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan
di bidang ketersediaan, penanganan kerawanan pangan dan
koordinasi penyediaan infrastruktur pangan, dan sumber
daya pendukung ketahanan pangan lainnya;
f. penyiapan bahan penyusunan program dan kegiatan,
koordinasi, pengaturan, pengendalian dan evaluasi di bidang
ketersediaan, penanganan kerawanan pangan dan
koordinasi penyadiaan insfrastruktur pangan, dan sumber
daya pendukung ketahahnan pangan lainnya;
g. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. Bidang Distribusi Pangan


Bidang Distribusi Pangan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas Ketahanan Pangan dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis, pemantauan
dan evaluasi di bidang Distribusi, Harga dan Cadangan Pangan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Bidang


Distribusi Pangan mempunyai fungsi :

 penyiapan pelaksanaan koordinasi kegiatan distribusi, harga


dan cadangan pangan;
 penyiapan penyusunan bahan rumusan kebijakan daerah di
bidang distribusi, harga dan cadangan pangan;
 penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi, harga
dan cadangan pangan;
 pendampingan pelaksanaan kegiatan distribusi, harga dan
cadangan pangan;
 penyiapan pemantapan program dan kegiatan distribusi, harga
dan cadangan pangan;
 pelaksanaan pemantauan, evaliasi dan pelaporan kegiatan
distribusi, harga dan cadangan pangan;
 penyiapan koordinasi penyediaan dan penyaluran pangan
pokok atau pangan lainnya dalam rangka stabilisasi pasokan
dan harga pangan;
 penyiapan bahan rumusan kebijakan harga minimum pangan
lokal yang tidak ditetapkan oleh pemerintah Pusat;

B2-II-8
 penyediaan dan informasi pasokan dan harga pangan serta
pengembangan jaringan distribusi;
 penyiapan pengelolaan cadangan pangan pemerintah
kabupaten/kota;
 penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi,
pengaturan, pengendalian dan evaluasi di bidang distribusi,
harga dan cadangan pangan;
 pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan


Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Dinas Ketahanan Pangan dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan
teknis, pemantauan dan evaluasi dibidang Konsumsi dan
Keamanan Pangan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Bidang


Konsumsi dan Kemanan Pangan mempunyai fungsi :
a. penyiapan pelaksanaan koordinasi di bidang konsumsi
pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan
pangan;
b. penyiapan penyusunan bahan rumusan kebijakan daerah di
bidang konsumsi pangan, penganekaragaman konsumsi
pangan ,dan keamanan pangan ;
c. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang konsumsi pangan,
penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan pangan;
d. pendampingan kegiatan dibidang konsumsi pangan,dan
keamanan pangan;
e. penyiapan pemantapan program dan kegiatan dibidang
konsumsi pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan
keamanan pangan ;
f. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang konsumsi pangan, pengakeragaman konsumsi pangan,
dan keamanan pangan;

B2-II-9
g. penyiapan pelaksanaan komunikasi, informasi dan edukasi
penganekaragaman komsumsi pangan;
h. penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi,
pengaturan, pengendalian dan evaluasi di bidang konsumsi
pangan ,penganekaragaman konsumsi pangan , dan
keamanan pangan;
i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
sesuai dengan bidang tugasnya.

2.2 Sumber Daya Perangkat Daerah (Dinas Ketahanan Pangan)

1. Kondisi umum Pegawai


a. Jumlah pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan dengan data kepegawaian Dinas Ketahanan Pangan,


Jumlah Pegawai berdasarkan pendidikan dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Jumlah pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Jumlah
1 S3/S2 3
2 S1 9
3 D3 -
4 D1 -
5 SLTA 1
6 SLTP -
7 SD -
Total 13

B2-II-10
b. Jumlah Pegawai Yang Telah Mengikuti Pelatihan
Penjenjangan

Tabel 2.2
Jumlah pegawai yang telah mengikuti Diklat Struktural
No Diklat Struktural Jumlah
1 ADUM -
2 ADUMLA -
3 DIKLAT PIM IV -
4 SPAMA/ DIKLAT PIM III -
Total -

c. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan


Tabel 2.3
Jumlah pegawai berdasarkan golongan
No Golongan Jumlah
1 Golongan I -
2 Golongan II -
3 Golongan III 8
4 Golongan IV 5
Total 13

d. Jumlah PegawaI yang menduduki Eselon/Staf

Tabel 2.4
Jumlah pegawai pegawai yang menduduki Eselon/Staf
No Eselon Jumlah
1 Eselon II 1
2 Eselon III 4
3 Esselon IV 1
4 Fungsional 6
5 Staf 1
Total 13

B2-II-11
2. Sarana dan Prasarana
Kondisi Umum Sarana prasarana penunjang kinerja saat ini
tersedia cukup memadai sekalipun belum optimal. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel Sarana Prasarana
Penunjang Kinerja:

NO NAMA BARANG JUMLAH KET


1 Tanah 1
2 Tanah bangunan kantor 1
pemerintah
3 Sepeda Motor 3
4 Lemari Penyimpanan 1
5 Lemari Besi 7
6 Filing Besi/ Metal 8
7 Lemari Penyimpanan 1
8 Papan Nama Instansi 1
9 Papan Pengumuman 2
10 Papan Tulis 1
11 Meja Biro 2
12 Proyektor/Infocus 1
13 Meja Kayu/Rotan 15
14 Kursi Besi/Metal 8
15 Meja Rapat 1
16 Meja Kerja Staf 5
17 Kursi Tamu 1
18 Kursi Putar 4
19 Kursi Biasa 6
20 Meja ½ Biro 6
21 Sofa 1
22 Kursi Plastik 10
23 Kulkas 1
24 Lemari Es 1

B2-II-12
25 AC Unit 4
26 Kompor Gas 1
27 Piring 12
28 Mangkok (Alat Rumah Tangga) 6
29 Mangkok Besar 6
30 Gelas 12
31 Sendok 12
32 Televisi 2
33 Wireless 1
34 Microphone 2
35 Gambar Presiden/Wakil presiden 1
36 Komputer 1
37 Laptop 3
38 Printer 3
39 Meja Kerja Pejabat Eselon II 1
40 Meja Kerja Pejabat Eselon III 4
41 Kursi Kerja pejabat Eselon II 1
42 Sound System 1
43 Microphone/Wireless Mic 1
44 Camera Digital 2
45 Bangunan Lumbung 72

2.3 KINERJA PELAYANAN PERANGKAT DAERAH (DINAS


KETAHANAN PANGAN)
Sasaran strategis yang ditetapkan dalam pemantapan ketahanan
pangan pada Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan
Pangan Masyarakat Tahun 2023 -2026 meliputi:
penganekaragaman konsumsi pangan dengan skor PPH, dan
penanganan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat.
Perkembangan Kinerja pelayanan perangkat daerah dapat dilihat
pada tabel TC-23 berikut: data terlampir

B2-II-13
1.Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian
kualitas konsumsi pangan adalah melalui skor Pola Pangan
Harapan (PPH). Skor PPH Konsumsi didefinisikan sebagai proporsi
kelompok pangan yang menggambarkan keragaman dan
keseimbangan pangan dalam kondisi konsumsi pangan. Skor PPH
Konsumsi dihitung dengan cara mengalikan persentase Angka
Kecukupan Energi (AKE) tingkat konsumsi dengan bobot setiap
kelompok pangan yang sudah ditetapkan. Pola konsumsi pangan
yang ideal digambarkan dengan skor PPH 100

Tercapainya Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pembinaan


konsumsi pangan oleh Dinas Ketahanan Pangan tahun 2016-2021
ini telah dilakukan melalui upaya Perubahan pengetahuan,
keterampilan dan sikap (PKS) masyarakat dengan penyebaran
informasi terhadap pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi
Seimbang, dan Aman (B2SA) serta pelaksanaan kegiatan
Pekarangan Pangan Lestari (P2L) bagi kelompok wanita tani di
desa guna mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber-sumber
pangan untuk kebutuhan keluarga.

2.Penguatan Cadangan Pangan


Mengacu Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002,
bahwa cadangan pangan nasional terdiri dari cadangan pangan
pemerintah dan cadangan pangan masyarakat. Cadangan pangan
pemerintah adalah cadangan pangan tertentu bersifat pokok di
tingkat nasional sebagai persediaan pangan pokok tertentu,
misalnya beras, sedangkan di tingkat daerah dapat berupa pangan
pokok masyarakat di daerah setempat. Dalam rangka mengatasi
gejolak harga pangan dan bencana alam serta antisipasi masa
paceklik, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tulang Bawang
Bawabf Barat bekerja sama dengan Bulog untuk antisipasi masa
paceklik atau bencana alam. Pengembangan cadangan pangan
masyarakat, dilakukan melalui pengembangan lumbung pangan
masyarakat terutama pada lokasi yang rawan bencana dan

B2-II-14
terpengaruh masa paceklik. Kelembagaan tersebut dibangun
berkelompok dengan membangun dan mengembangkan cadangan
pangan masyarakat berupa lumbung pangan.

Berdasarkan amanat Menteri Pertanian Nomor 11 Tahun 2018


tentang Penetapan jumlah cadangan pangan beras pemerintah
daerah, Pemkab Tulang Bawang Bawang Barat mengalokasikan
dana untuk pengadaan beras sebesar 14,3 ton sementara sampai
saat ini Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) yang
dititipkan di perum Bulog yang mana berasal dari pengadaan
cadangan beras pemerintah daerah (CPPD) tahun 2020 dan 2022
Dengan adanya keterbatasan anggaran Dinas Ketahanan Pangan,
untuk pengadaan cadangan pangan ini belum dapat dianggarkan
kembali sesuai dengan alokasi dan amanat Menteri Pertanian
Nomor 11 Tahun 2018 tersebut.

3. Penyediaan Informasi Harga Pangan


Harga pangan menjadi salah satu indikator kecukupan pangan
masyarakat. Harga juga merupakan salah satu elemen penting
dalam ekonomi pangan dan berkontribusi terhadap inflasi. Harga
pangan tingkat konsumen berpengaruh terhadap: (a) akses
pangan; (b) kondisi rawan pangan; (c) ketersediaan pasokan; (d)
kondisi permintaan; (e) kelancaran distribusi pangan; (f) kondisi
perdagangan di pasar internasional; (g) dampak implementasi
kebijakan pemerintan; dan (h) daya beli masyarakat.

Fluktuasi harga pangan akan berpengaruh kepada kesejahteraan


produsen maupun konsumen. Ketika harga produsen tinggi maka
yang tertekan adalah konsumen dan sebaliknya saat harga
produsen rendah maka yang mengalami tekanan terbesar adalah
produsen. Oleh karena itu, di satu sisi produsen harus
mendapatkan harga yang layak untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraannya. Mengabaikan kepentingkan produsen sama
saja dengan pembiaran terhadap hak petani/produsen untuk
mendapatkan kesempatan hidup layak, tetapi disisi lain dengan
membiarkan harga di tingkat konsumen tinggi juga

B2-II-15
mengakibatkan semakin tertekan dan tergerusnya daya beli
masyarakat di tingkat konsumen.

Salah satu pendekatan untuk memperoleh data dan informasi


mengenai harga dan pasokan pangan yang akurat dari waktu ke
waktu adalah dengan metode panel data, yang diperoleh secara
periodik atau berkala (time series) dari sasaran yang sama. Metode
panel data ini terbukti mampu menggambarkan dinamika
perkembangan data dalam kurun waktu relatif panjang. Melalui
panel data harga pangan, akan diperoleh gambaran dinamika
perkembangan harga pangan dari waktu ke waktu dan dapat
memprediksi kecenderungan harga pangan ke depan

4. Peta Kerawanan dan Kerentanan Pangan (FSVA)


Salah satu upaya untuk memenuhi tersedianya informasi
mengenai situasi ketahanan pangan dan kerentanan pangan
suatu daerah, maka dilaksanakan monitoring situasi ketahanan
pangan wilayah melalui penyusunan dan pengembangan peta
situasi dan ketahanan pangan. Melalui pengembangan peta
tersebut diharapkan dapat menjadi instrumen pemetaan yang
komprehensif terkait kerawanan pangan dan gizi di seluruh
wilayah Indonesia. Penyusunan peta digunakan untuk para
penentu kebijakan sehingga dapat meningkatkan kualitas
perencanaan dan program dalam mengurangi prevelansi
kerawanan pangan dan gizi. Sejak tahun 2002, pemerintah
bekerja dengan World Food Programing (WFP) untuk memperkuat
pemahaman ini melalui pengembangan peta ketahanan pangan.
Peta ini berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan pencapaian
sasaran dan memberi informasi kepada proses pembuatan
kebijakan dibidang ketahanan pangan .

Kerja sama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan


(Food Security Atlas – FIA) pada tahun 2005 dengan cakupan
wilayah analisis sampai dengan tingkat kabupaten Peta tersebut
kemudian dimutakhirkan dan diubah menjadi peta ketahanan

B2-II-16
pangan dan kerentanan pangan (Food Security and Vulnerability
and Atlas –FSVA) pada tahun 2009.
Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional pada tahun
2010 mulai disusun FSVA Provinsi dengan unit analisa sampai
dengan tingkat kecamatan. Peta tersebut terakhir dimutakhirkan
pada tahun 2014. Untuk mempertajam tingkat analisis ketahanan
pangan dan kerentanan pangan pada tahun 2019 mulai disusun
FSVA Kabupaten dengan tingkat analisis sampai dengan level
desa. Peta ini mengklasifikan desa pada kabupaten berdasarkan
tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan. Seperti halnya
FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA Kabupaten menyediakan
sarana bagi para pengambil keputusan untuk secara cepat dalam
mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimana investasi dari
berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia
infrastruktur yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat
memberikan dampak yang lebih baik terhadap kehidupan,
ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada tingkat desa.

Maksud dan tujuan dari penyusunan Peta Ketahanan dan


Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas / FSVA)
tingkat desa adalah menyediakan
informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program,
penentuan target serta intervensi kerawanan pangan dan gizi di
kabupaten sehingga FSVA dapat menjawab:
1. Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan?
(Lokasi Desa se Kabupaten Tulang Bawang Barat yang dapat
dilihat dari Peta Komposit).
2. Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan
pangan? (Lokasi Desa se Kabupaten Tulang Bawang Barat yang
dapat dilihat dari Rasio Luas Lahan Baku Sawah terhadap Luas
Wilayah, Rasio Sarana dan Prasarana Penyedia Pangan terhadap
Jumlah Rumah Tangga, Rasio Penduduk dengan Tingkat
Kesejahteraan Terendah terhadap Jumlah Penduduk Desa, Desa
yang tidak memiliki Akses Penghubung Memadai, Rumah Tangga
Tanpa Akses Air Bersih, Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah
Kepadatan Penduduk.

B2-II-17
Sesuai dengan hasil analisa dan pengolahan data tahun 2021
untuk rasio Komposit, dari 103 desa/kelurahan di Kabupaten
Tulang Bawang Barat masih terdapat 43 desa/kelurahan yang
mempunyai kategori sangat rentan dengan warna cokelat sehingga
43 desa ini memerlukan priotitas penanganan tingkat 1.

5. Neraca Bahan Makanan (NBM)


Neraca Bahan Makanan (NBM) adalah tabel yang menyajikan
gambaran menyeluruh tentang penyediaan/pengadaan (supply),
penggunaan/pemanfaatan (utilization) pangan di suatu wilayah
dalam periode tertentu (dalam kurun waktu satu tahun) NBM
menunjukkan ketersediaan bahan pangan untuk setiap komoditas
dan olahannya yang lazim dikonsumsi penduduk berdasarkan
sumber penyediaan dan penggunaannya. Penyediaan diperoleh
dari jumlah total bahan pangan yang diproduksi dikurangi dengan
perubahan stok ditambahkan dengan jumlah total yang diimpor
dan dikurangi dengan jumlah total yang diekspor selama periode
tersebut. Sedangkan penggunaan diperoleh dari jumlah total
kebutuhan pakan, bibit, industri makanan dan non makanan,
tercecer, serta bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi
manusia. Ketersediaan per kapita untuk dikonsumsi diperoleh
dengan membagi ketersediaan bahan makanan dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun.

Ketersediaan bahan pangan untuk konsumsi penduduk


Kabupaten Tulang Bawang Barat bersumber dari produksi daerah
(lokal), pasokan dari luar Kabupaten serta stock/cadangan
pangan. Ketersediaan bahan pangan tersebut harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat baik dalam hal jumlah maupun
mutu pangan untuk dikonsumsi seluruh penduduk di setiap
wilayah dan waktu. Besarnya jumlah bahan pangan yang
dibutuhkan untuk konsumsi diperoleh dengan pendekatan jumlah
penduduk dikalikan dengan angka konsumsi untuk Kabupaten
Tulang Bawang Barat . Kebutuhan pangan untuk konsumsi
ditentukan

B2-II-18
oleh pola konsumsi masyarakat dan sejalan dengan laju
pertumbuhan penduduk.

B2-II-19
2.4 TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN
PELAYANAN DINAS KETAHANAN PANGAN

Dinas Ketahanan Pangan dalam menjalankan tupoksinya


tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang
dihadapi baik internal maupun eksternal, akan tetapi
permasalahan dimaksud harus dipandang sebagai suatu
tantangan dan peluang dalam rangka meningkatkan dan
mengembangkan pelayanan kinerja.

Tantangan yang paling nyata dihadapi ke depan terkait


dengan Ketahanan Pangan adalah makin merambahnya sektor
non pertanian secara umum yang telah mengalihfungsikan lahan
produktif pertanian, perikanan dan lahan konversi kehutanan,
baik sektor perumahan rakyat sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan atas perluasan pemukiman bagi masyarakat,
maupun sektor industri barang serta jasa perdagangan dan
wisata untuk mengembangkan skala usaha dalam pemenuhan
target produksi dan jasanya, yang diakibatkan oleh adanya
perkembangan global di berbagai sektor kehidupan masyarakat
yang tidak dapat dihindari.

Sedangkan disisi lain, ketersediaan pangan bersumber


pertanian, peternakan dan perikanan serta kelestarian daya
dukung lahan dan hutan lindung melalui pemberdayaan
kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha masih harus tetap
dipertahankan bahkan ditingkatkan kesinambungannya.

Seiring dengan perkembangan global tersebut telah


diantisipasi dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah baik pusat maupun provinsi, hal ini tentu
berimplikasi pula terhadap kebijakan yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah kabupaten Tulang Bawang Barat agar
teraplikasi sinergitas dan kesesuaian dalam menyelenggarakan
berbagai program dan kegiatan yang mengedepankan prinsip
keselarasan segenap potensi stakeholders yang terlibat dan
berkepentingan didalamnya.

B2-II-20
Tantangan dari lingkungan eksternal yang dihadapai dalam
rangka pengembangan ketahanan pangan di Kabupaten Tulang
Bawang Barat antara lain :

1. Aspek ketersediaan dan kerawanan pangan


Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya lahan
pertanian / berkurangnya luas lahan baku sawah akibat
terjadinya alih fungsi lahan. Adanya Keterbatasan kemampuan
masyarakat dalam mengakses pangan meliputi keadaan sarana
transportasi didesa, serta keterbatasan aset dan akses terhadap
sumberdaya untuk mengembangkan usaha mikro.
2. Aspek distribusi dan cadangan pangan
Harga komoditi produk pangan terkadang tidak stabil, dimana
beberapa komoditi bisa berubah harga beberapa kali bahkan pada
hari yang sama, contoh harga cabe merah. Kondisi saat ini yang
menunjukkan sebagian besar kebutuhan pangan didatangkan dari
luar daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat sehingga
keterlambatan dalam hal distribusi dapat berpengaruh terhadap
harga pangan pokok di Kabupaten Tulang Bawang Barat. selain
itu diharapkan ada dukungan pemerintah untuk membangun
lumbung pangan maupun lantai jemur yang memadai melalui
dana APBN atau APBD dan pengembangan kelembagaan usaha
pangan masyarakat.
3. Aspek konsumsi dan keamanan pangan
Kesadaran masyarakat masih rendah untuk mengkonsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman disebabkan
beberapa faktor, khususnya untuk keamanan pangan segar asal
tumbuhan dengan belum adanya jaminan keamanan pangan segar
asal tumbuhan (PSAT) terhadap konsumen karena kurangnya
informasi pelaku utama terhadap persyaratan mendapatkan
sertifikasi PRIMA bagi keamanan produk pertaniannya, selain itu
juga untuk pangan olahan yang beredar mengandung tambahan
makanan yang berbahaya dari segi kimia, seperti : pengawet,
pewarna, peningkat rasa.

B2-II-21
Sedangkan Peluang dari lingkungan eksternal yang dihadapai
dalam rangka pengembangan ketahanan pangan di Kabupaten
Tulang Bawang Barat antara lain :

1. Sasaran pertama dari program Badan Ketahanan Pangan


Kementrian Pertanian Tahun 2020-2024 yaitu Meningkatnya
penjualan beras kepada Toko Tani Indonesia (TTI). Hal ini dapat
menjadi peluang bagi Dinas Ketahanan Pangan guna
meningkatkan Jumlah Kelembagaan Usaha Pengan Masyarakat
(PUPM) dan Toko Tani Indonesia (TTI), Jumlah Cadangan Pangan
Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat serta peningkatan
Jumlah Lumbung Pangan/Gudang dan Lantai Jemur
2. Sasaran kedua dari program Badan Ketahanan Pangan
Kementrian Pertanian Tahun 2020-2024 yaitu Penguatan Akses
Pangan Masyarakat di Daerah Rentan Rawan Pangan. Hal ini
sangat menunjang kegiatan Desa Mandiri Pangan serta Pertanian
Keluarga di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

B2-II-22

Anda mungkin juga menyukai