DISUSUN OLEH:
LEGIMIN PRAMONO,SE
Bersama ini kami sampaikan laporan hasil pelaksanaan studi lapangan Kelompok III
Angkatan 2 Tahun 2022 pada tanggal 22 s.d 26 Juni 2022 di Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Riau, yang merupakan rangkaian dari agenda Pelatihan Kepemimpinan
Administrator (PKA) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sumatera Utara
Angkatan II Tahun 2022.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Legimin Pramono,SE
Mengetahui,
Pembimbing
BAB I
BAB I
PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI RIAU
o. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Kepala Bidang Pengadaan, Pemberhentian dan Informasi Kepegawaian mempunyai
tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada Subbidang Perencanaan dan
Pendanaan, Subbidang Pemberhentian dan Pensiun, dan Subbidang Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian.
Kepala Bidang Pengadaan, Pemberhentian dan Informasi Kepegawaian
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada bidang Pengadaan,
Pemberhentian dan Informasi Kepegawaian;
2. Penyelenggaraan pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil
pelaksanaan tugas dilingkungan Bidang Pengadaan, Pemberhentian dan Informasi
Kepegawaian;
3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai
dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah;
4. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan
fungsinya.
Kepala Subbidang Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas:
a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Subbidang Perencanaan
dan Pengadaan;
h. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Kepala Subbidang Sistem Informasi Manajemen mempunyai tugas:
a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Subbidang Sistem
Informasi Manajemen;
j. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Kepala Bidang mutasi dipimpin oleh kepala bidang mutasi yang mempunyai tugas
melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi tugas pada subbidang Penataan Jabatan
Pimpinan Tinggi dan Administrasi, Subbidang Penataan Jabatan Fungsional dan Subbidang
Kepangkatan.
Kepala Bidang mutasi menyelenggarakan oleh fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada bidang mutasi;
2. Penyelenggaraan pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil
pelaksanaan tugas di lingkungan bidang mutasi;
3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas sesuai
dengan tugas yang telah dilaksanakan kepada Kepala Badan Kepegawaian
Daerah;
4. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas dan
fungsinya
Kepala Subbidang Penataan Jabatan Pimpinan Tinggi dan Administrasi mempunyai
tugas:
a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Subbidang Penataan
Jabatan Pimpinan Tinggi dan Administrasi;
b. Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil pelaksanaan tugas
bawahan di lingkungan Subbidang Penataan Jabatan Pimpinan Tinggi dan
Administrasi;
c. Menyusun pedoman pola pengembangan karier dan memfasilitasi pengembangan
karir dan promosi Aparatur Sipil Negara;
d. Melaksanakan proses promosi Aparatur Sipil Negara dan mengevaluasi
pengembangan karir dan promosi Aparatur Sipil Negara;
e. Mengelola dan mengevaluasi kegiatan mutasi Aparatur Sipil Negara, serta
mengelola penempatan dalam jabatan Aparatur Sipil Negara;
f. Melaksanakan penyiapan bahan pengangkatan dan pemberhentian Jabatan
Tinggi, Administrator dan Pengawas;
g. Melaksanakan proses administrasi dan pengadministrasian keputusan
pengangkatan dan pemberhentian Jabatan Tinggi Madya;
h. Melaksanakan penyusunan pola pengembangan karier Jabatan Pimpinan Tinggi,
Administrator, Pengawas dan Pelaksana berdasarkan hasil analisa kompetensi dan
kinerja;
i. Menyiapkan bahan evaluasi Jabatan Tinggi, Administrator dan Pengawas dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang sesuai dengan standar kompetensi dan
Sasaran Kinerja Pegawai;
j. Melaksanakan persiapan administrasi pelantikan dan serah terima Jabatan Tinggi,
Administrator dan Pengawas;
k. Menyiapkan bahan penetapan perpindahan Aparatur Sipil Negara antar Organisasi
Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi dan antar Kabupaten/Kota
dalam Provinsi;
l. Menyiapkan bahan penetapan perpindahan Pegawai Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota ke Provinsi lain atau ke Pusat dan dari Pusat atau Provinsi lain ke
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
m. Melakukan pemantauan, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan tugas dan
kegiatan pada Subbidang Penataan Jabatan Pimpinan Tinggi dan Administrasi;
dan
n. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Kepala Subbidang Penataan Jabatan Fungsional mempunyai tugas:
l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan
fungsinya.
Kepala Subbidang Disiplin dan Pengawasan mempunyai tugas:
a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Subbidang Disiplin
dan Pengawasan;
3. Subbidang Kepangkatan.
Struktur organisasi badan kepegawaian daerah provinsi riau dapat dilihat pada bagan
dibawah ini :
Struktur Organisasi BKD Provinsi Riau
BAB II
DESKRIPSI KINERJA PELAYANAN PUBLIK
Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau merupakan salah satu Organisasi Perangkat
Daerah yang dipercaya dan diberi tugas untuk membentuk dan mewujudkan SDM aparatur
yang berkualitas. Oleh karena itu, Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau berkewajiban
melaporkan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis
organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja. Laporan capaian kinerja ini merupakan
sebagai bentuk pertanggung jawaban kinerja di bidang kepegawaian yang digunakan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran strategis,
indikator kinerja, program dan kegiatan yang ditetapkan Perangkat Daerah untuk
mewujudkan visi dan misi Pemerintah Daerah.
Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau telah melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur melalui sistem manajemen kepegawaian yang
professional dengan meningkatkan pelayanan manajemen ASN berbasiskan sistem informasi
teknologi. Untuk mengukur capaian kinerja Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau
tersebut, dilakukan pengukuran dalam berbagai aspek yang meliputi peningkatan kualitas
manajemen ASN, peningkatan sistem manajemen ASN, dan peningkatan pelayanan
manajemen ASN dalam mewujudkan Reformasi Birokrasi di Provinsi Riau.
B. Membandingkan Realisasi Kinerja Serta Capaian Kinerja Tahun Ini Dengan
Tahun Lalu Dan Beberapa Tahun Terakhir
Pada tahap ini dilakukan perbandingan realisasi kinerja dan capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir Perbandingan ini bertujuan untuk melihat
sejauh mana keberhasilan dan kegagalan capaian kinerja yang telah dilaksanakan untuk
dilakukan perbaikan dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi pada periode yang telah
ditetapkan. Berikut ini disajikan data perbandingan sebagai berikut :
Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa pada tahun 2020 target indikator yang telah
ditetapkan 45 dan realisasi 49.25 dengan persentase capaian 109, sedangkan pada tahun 2021
target indikator kinerja 50 dengan realisasi 52.4 dan capaian 104.80. Skala nilai peringkat
kinerja pad indikator ini sangat baik.
Pada indikator Indeks Kepuasan Pelayanan Admininstrasi Kepegawaian di tahun 2020
target yang telah ditetapkan adalah 65, realisasi 77.37 dan capaian 119%, sedangkan pada
tahun 2021 target indikator kinerja adalah 66 dan realisasi 83.93 dengan capaian 127.17.
Adapun kategori skala penilaian kinerja sangat tinggi.
Pada indikator Presentase ASN Provinsi Riau yang mempunyai kinerja baik tahun 2020
target yang telah ditetapkan adalah 70%, realisasi 99% dengan capaian 141%. Sedangkan
pada tahun 2021 target indikatornya adalah 75% dengan realisasi 99.66 dan capaian 132.88.
Adapun kategori skala penilaian kinerja sangat tinggi.
Dari permasalahan-permasalahan diatas tentulah ada sasaran kinerja yang menjadi tolak
ukur untuk menjawab permasalahanpermasalahan yang ada. Adapun sasaran kinerja yang
ingin dicapai menyelesaikan permasalahan tersebut antara lain:
1. Perencanaan kebutuhan;
4. Sistem Pendukung;
6. Manajemen Kinerja;
Dari 8 (delapan) aspek tersebut kemudian disesuaikan dengan indikator-indikator kinerja yang
bertujuan untuk mencapai sasaran-sasaran kinerja Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau
pada tahun 2021 antara lain :
a. Indeks Profesionalisme ASN di Provinsi Riau Target indikator 50 realisasi 52.4 dan
capaian 104.80. Skala nilai peringkat kinerja sangat baik. Adapun program dan kegiatan
yang mendukung keberhasilan capaian kinerja pada indikator ini adalah sebagai berikut:
b. Indeks Kepuasan Pelayanan Administrasi Kepegawaian Target indikator adalah 66,
realisasi 83.93 dan capaian 127.17 dengan kategori skala penilaian kinerja sangat tinggi.
Adapun program dan kegiatan yang mendukung keberhasilan capaian kinerja pada
indikator ini adalah sebagai berikut :
Pengadaan,
Pemberhentian dan
Informasi Kepegawaian
ASN
c. Presentase ASN Provinsi Provinsi Riau yang mempunyai kinerja baik Target indikator
75%, realisasi 99.66% dengan capaian 132.8% dengan kategori skala penilaian kinerja
sangat tinggi. Adapun program dan kegiatan yang mendukung keberhasilan capaian
kinerja pada indikator ini adalah sebagai berikut:
E. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Keberhasilan/ Kegagalan Pencapaian Pernyataan Kinerja
BAB III
ANALISA MASALAH KINERJA ORGANISASI
Permasalahan yang ada pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau saat
ini adalah rendahnya profesionalisme aparatur sipil negara ada banyak faktor yang
mempengaruhi profesionalisme ASN, Berbagai faktor ini saling berkaitan. Berikut ini
ditampilkan pemetaan permasalahan yang melatar belakangi penyebab rendahnya
profesionalitas ASN di provinsi Riau.
Tabel 3.1.
Pemetaan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran
Pembangunan Daerah
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
1. Belum 1. Belum optimalnya 1. Belum tersedianya data
Optimalnya perencanaan pegawai yang akan
Manajemen kebutuhan; pensiun dalam jangka
Pelayanan ASN menengah (5 tahun)
2. Belum tersedianya data
pegawai secara real time
dan lengkap
3. Belum tersedianya
perencanan kebutuhan
jangka menengah pegawai
selama 5 tahun
2. Problem Analysis
Problem analysis pada dasarnya merupakan pohon masalah, yaitu sebuah
penyataan sebab-akibat dari sebuah inti masalah yang teridentifikasi.
Pohon masalah di susun dengan memindah-mindahkan permasalahan yang disepakati
kedalam kluster-kluster permasalahan, dan dengan menambahkan permasalahan-
permasalah baru yang berkembang sejalan dengan penyusunan pohon masalah.
Selanjutnya dapat dilihat pada diagram 3.1
3. Objective Analysis
Objective analysis bertujuan untuk menemukan seluruh kemungkinan solusi, yang
akan menjadi pondasi untuk strategi implementasi program, dengan metode
transformasi problem card “Sebab-Akibat” menjadi pernyataan positif “Cara-Hasil”.
Pohon Masalah akan ditransformasi menjadi pohon tujuan/sasaran dengan
mengubah pernyataan masalah sebagai tujuan/sasaran. Pohon tujuan/sasaran merupakan
positive miror image (pernyataan positif) dari pohon masalah. Selanjutnya dapat dilihat
pada diagram 3.2
1. Terobosan
Terobosan yang dilakukan oleh BKD Provinsi Riau dalam meningkatkan dalam
mengatasi isu-isu strategis dan tantaangan pelayanannya terhadap ASN dilingkungan
Pemerintah Provinsi Riau diantaranya sebagai berikut :
4. Skp Online
2. Tahapan Kegiatan
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi BKD
Provinsi Riau yang terhadap keberhasilan pelaksanan tugas-tugas dan peran BKD
Provinsi Riau dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis, diantaranya
keberadaan sumber daya manusia (SDM). Dengan kompetensi SDM yang yang baik
dan berkualitas diharapkan dapat melaksanakan tugas-tugas lembaga dan unit kerja
secara lebih baik. Untuk membangun Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tangguh
dibutuhkan sumber daya pegawai yang profesional, kompeten, dan berintegritas.
Namun demikian, upaya tersebut bukanlah perkara yang mudah dan menuntut
perubahan sistematis dalam pengelolaan ASN. Dengan disahkannya UndangUndang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) telah membuka
peluang bagi pemerintah untuk mengembangan kebijakan dan manajemen ASN dengan
basis sistem merit. Terdapat sejumlah peluang yang mendukung pengembangan ASN
berbasis merit seperti akses menjadi pegawai negeri yang bebas gender, tingkat
pendidikan pegawai yang makin tinggi, dan perubahan sistem penilaian kinerja. Namun
demikian, ditemukan juga sejumlah tantangan seperti rekrutmen dan pengembangan
karier yang bias kepentingan politik dan gender, dan sistem remunerasi yang belum
berdampak pada kinerja. Saran yang dapat diajukan adalah pengembangan ASN
berbasis merit harus didukung dengan kelembagaan yang independen baik dalam
rekrutmen maupun pengawasan pengelolaan ASN. Perubahan-perubahan di atas juga
dimaksudkan untuk mewujudkan Aparatur Sipil Negara sebagai bagian reformasi
birokrasi, serta menjawab tuntutan di lingkup nasional dan tantangan yang bersifat
global.
Untuk meningkatkan kompetensi dan pemberdayaaan ASN dilingkungan Pemerintah
Provinsi Riau, maka dilakaukan beberapa strategi kebijakan sebagaimana berikut ini :
Melakukan optimalisasi terhadap pelaksanaan promosi, mutasi dan rotasi
Kebijakan internal pergub tentang pola karier;
Kebijakan internal pergub tentang mutasi, rotasi dan promosi dengan mengacu
kepada rencana suksesi;
Pelaksanaan mutasi, rotasi dan promosi ke JPT, Administrator dan Pengawas
secara terbuka dan kompetitif.
Pembangunan Sistem Informasi Kepegawaian yang berbasis online yang
terintegrasi dengan sistem penilaian kinerja,
penegakan disiplin dan pembinaan pegawai;
Optimalisasi Penguatan dan penggunaan asessment center dalam pemetaan
potensi dan kompetensi dan pengisian jabatan dalam rangka promosi, mutasi,
demosi, rotasi dan pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai;
Adanya komitmen dan perhatian pemerintah daerah terhadap perlindungan dan
pemberian kemudahan pegawai dari jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan
kerja, program pension;
Menyusun standar kompetensi manajerial, bidang, dan sosio kultural untuk
setiap jabatan;
Menyusun profil pegawai yang disusun berdasarkan pemetaan talenta/
kompetensi;
Membangun talent pool dan rencana suksesi yang disusun berdasarkan profil
ASN (kualifikasi, kompetensi, kinerja) dengan mempertimbangkan pola karir;
Menyusun analis tentang kesenjangan kualifikasi dan kompetensi pegawai;
Menyusun analis kesenjangan kinerja;
Menyusun strategi dan program untuk mengatasi kesenjangan kompetensi dan
kinerja dalam rangka peningkatan kapasitas ASN;
Menfasilitasi Diklat dalam rangka mengatasi kesenjangan;
Meningkatkan kompetensi melalui praktik kerja dan pertukaran pegawai;dan
Meningkatkan kompetensi melalui coaching, counseling dan mentoring
Peningkatan penegakan disiplin, kode etik dan kode perilaku ASN di
lingkungan instansinya
Pengelolaan data terkait pelanggaran disiplin, pelanggaran kode etik etik dan
kode perilaku yang dilakukan pegawai;
Optimlisasi pelaksanaan kebijakan internal untuk memberi penghargaan yang
bersifat finansial dan non-finansial kepada pegawai berprestasi dan berkinerja
baik.
Selanjutnya untuk membangun terobosan dan inovasi dalam Organisasi
Pemerintahan tentu banyak permasalahan dan hambatan dalam pencapaian tujuannya
sehingga untuk memecahkan masalah sangat jarang bisa dilakukan sendiri, oleh karena
itu harus bekerja sama dan membentuk satu tim agar dapat diketahui sumber daya yang
ada. Maka haruslah dibentuk jejaring kerja dalam satu skema yang saling mempercayai,
saling menghargai dan saling menguntungkan.
Pengembangan kapasitas aparatur sipil negara tidak hanya dilakukan
secara mandiri oleh Pemerintah Provinsi Riau melalui Badan Kepegawaian Daerah.
Tetapi hal ini dapat dilakukan dengan berkerjasama dengan pihak lainnya yang
menawarkan program peningkatan kapasitas Aparatur Sipil Negara. Terdapat
beberapa pihak yang dapat bekerja sama dalam upaya peningkatan kapasitas ASN,
yaitu:
1) Kementerian/Kelembagaan yang memiliki program dan kegiatan peningkatan
kapasitas aparatur sipil negara antara lain:
a) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Republik Indonesia;
b) Badan Kepegawaian Negara;
c) Dalam Negeri Republik Indonesia;
d) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia;
e) Kementerian Pendidikan Republik Indonesia;
2) Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang menyelenggarakan pendidikan formal
sarjana strata satu (S.1), sarjana dua (S.2) dan sarjana strata tiga (S.3);
3) Lembaga-lembaga pendidikan dari pemeritahan Negara lain, msialnya seperti
Universitas di Negara-negara Asia Tenggara atau bahkan di Benua Eropa.
4) Lembaga Non Pemerintah atau Lembaga Sosial Masyarakat yang bergerak
dibidang peningkatan kapasitas aparatur sipil negara. Dalam hal ini termasuk
pihak swasta dalam negari yang menyedia anggaran peningkatan kapasiatas
aparatur sipil negara;
3. Sumber Daya
Secara Umum Keuntungan yang telah dicapai manusia dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan sesuatu yang patut kita
syukuri karena dengan kemajuan tersebut akan memudahkan manusia dalam
mengerjakan tugas yang harus dikerjakan. Teknologi Informasi dan Komunikasi
yang dikembangkan dalam pemerintahan atau yang disebut dengan e-goverment
membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses kebijakan pemerintah
sehingga program yang dirancangkan pemerintah dapat berjalan dengan lancar.
E-goverment juga dapat mendukung pengelolaan pemerintahan yang lebih
efisien, dan bisa meningkatkan komunikasi antara pemerintah dengan sektor
usaha dan industry atau antar Oraganisasi Perangkat Daerah.
Dari hasil studi lapangan pada Pemerinah Provinsi Riau dengan lokus BKD
Provinsi Riau dapat kita lihat Bersama bahwa BKD Provinsi Riau telah
menggunakan teknologi secara massif melalui penyelenggaran layanan
Administrasi Kepegawaian maupun pelayanan lainnya, hal ini jelas kita lihat
melalui pembangunan dan pengembangan Aplikasi layanan kepegawaian pada
setiap bidang-bidang yang ada seperti gambar dibawah ini.
4. Manajemen Resiko
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), secara garis besar menyatakan bahwa setiap
instansi pemerintah diwajibkan untuk menerapkan SPIP. Salah satu unsur SPIP
mengharuskan setiap instansi pemerintah untuk melakukan penilaian risiko (risk
assessment) dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis risiko dalam menjalankan
tugas dan fungsinya. Dalam rangka pengendalian dan pengawasan pengendalian
terhadap penerapan Manajemen Risiko di lingkungan Pemerintahan Daerah perlu
ditetapkan struktur Manajemen Risiko. Struktur Manajemen Risiko terdiri dari:
1. Komite Manajemen Risiko Provinsi Riau, yang melakukan pengendalian tingkat
kebijakan Provinsi Riau;
2. Kepala Perangkat Daerah, yang melakukan pengendalian tingkat operasional;
3. APIP/Inspektorat sebagai Unit Kepatuhan Manajemen Risiko (Compliance
Office for Risk Management) yang melakukan pengawasan atas pengendalian
terhadap penerapan Manajemen Risiko.
Namun dapat kami sampaikan bahwa Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Riau belum mengimplementasikan Manajemen Resiko sesuai Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP), akan tetapi berdasarkan informasi yang disampaikan oleh
Sekretaris BKD Provinsi Riau implementasi manajemen resiko masih pada tahap
persiapan dan penyusunan regulasi.
BAB V
DESKRIPSI ACTION PLAN ADOPSI DAN
ADAPTASI DI TEMPAT KERJA
Dari pengamatan yang dilakukan di BKD Prov Riau dapat diambil pelajaran
dari sistem manajemen kinerja aparatur yang dilakukan di Kantor BKD Prov Riau,
dari sekian banyak inovasi dan terobosan di dalam mengatasi isu-isu strategis guna
meningkatkan mutu dan pelayanan BKD Prov Riau maka dapat diambil adopsi dan
adaptasi dari sekian terobosan dan inovasi yang dapat memepengaruhi kinerja
organisasi di tempat ataupun instansi kita, sesuai kondisi di Instanasi diamana belum
terciptanya data ASN menjadi satu data maka dapat disimpulkan untuk mengadopsi
terobosan-terobosan baru, yaitu aplikasi yang terintegrasi SMART (Sistem
Manajemen ASN Responsif Terpadu).
SMART ASN yang bisa diadopsi adalah :
1. Pengisian buku tamu berbasis website
2. SIMPEG terintegrasi ke seluruh Perangkat Daerah
3. SILAWA (Sistem Informasi Pelayanan Kepegawaian) : Mutasi Pegawai, Badge
Pegawai, Gaji Berkala, Kenaikan Pamgkat, Pensiun, Kartu Pegawai, Karis/Karsu,
Tugas Belajar, Pencantuman Gelar, dan KORPRI
4. E-Office (e-surat, e-cuti, e-absen, e-spt, e-spj, dan e-izin).
5.E-Kinerja
6. E-Sikap (sistem SKP Online)
KESIMPULAN
Yang menjadi Kesimpulan dalam Laporan Individu Studi Lapangan (STULA) ini
adalah :
1. Sistem Manajemen ASN di Provinsi Riau sudah mengimplementasikan Sistem
Merit (merit system),yang mendapat predikat terbaik ke II se-indonesia dengan
kategori baik.
2. BKD Provinsi Riau sudah melaksanakan Sitem Pelayanan Terintegrasi Terpadu
3. BKD Provinsi Riau telah memiliki UPT. Penilaian Kompetensi (satu-satunya di
pulau Sumatera)
4. BKD Provinsi Riau sudah menerapkan Zona Inegritas WBK(Wilayah Bebas
Korupsi)