Anda di halaman 1dari 103

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN I

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE


PADA BALITA DESA TAMANSARI KECAMATAN KARANGLEWAS
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2017

Disusun oleh:
Kelompok 10
Mairina Yulistiani I1A015097
Puri Yuntami I1A015098
Muhammad Rizky H I1A015100
Dimas Arya Pamungkas I1A015101
Eko Warni I1A015102
Maharani Kartikasari I1A015103
Devita Anggriani I1A015104
Aulia Mutiara I1A015105
Muhammad Arifin I1A015106
Muhammad Fajri A I1A015107

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2017
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Diare Pada Balita Di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017
2. Ruang Lingkup : Kesehatan Masyarakat
3. Anggota Kelompok : Nama NIM
Mairina Yulistiani I1A015097
Puri Yuntami I1A015098
Muhammad Rizky H I1A015100
Dimas Arya Pamungkas I1A015101
Eko Warni I1A015102
Maharani Kartikasari I1A015102
Devita Anggriani I1A015104
Aulia Mutiara K I1A015105
Muhamad Arifin I1A015106
Muhammad Fajri A I1A015107
4. Lokais Kegiatan : Desa Tamasari Kecamatan Karangsalam
5. Waktu : 30 Oktober 2017 – 4 November 2017

Purwokerto, November 2017


Dosen Pembimbing Akademik

Dian Anandari
NIP : 198906242015042002

1
RINGKASAN

Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus disetiap tahunnya. Penyakit ini sering
menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Penularan diare
dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh Enteropatogen, kontak langsung dengan penderita, barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Sampai saat ini
penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang, salah satunya di Indonesia. Di tahun 2015, angka kasus diare terbesar
terjadi di Banyumas, Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Tamansari,
Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini menggunakan
pendekatan cross-sectional untuk mempelajari hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyakit diare tersebut. Populasi pada kegiatan ini adalah seluruh ibu
yang memeliki balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas. Sampel diambil menggunakan sistem random-sampling. Instrumen yang
digunakan terdiri dari kuesioner, wawancara, form data sekunder, dan dokumentasi.
Hasil menunjukan bahwa faktor yang paling mempengaruhi kejadian diare adalah
lingkungan.

2
Daftar Isi
Lembar Pengesahan .................................................................................................... 1
Ringkasan .................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan .................................................................................................... 4
Latar Belakang .............................................................................................................. 4
Tujuan ........................................................................................................................... 7
Manfaat ......................................................................................................................... 8
BAB II Tinjauan Pustaka…………………………………………………………...9
Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………9
BAB III Metode Pelaksanaan……………………………………………………...22
Metode Penelitian……………………………………………………………………22
BAB IV Hasil dan Pembahasan……………………………………………………32
BAB V Kesimpulan dan Saran…………………………………………………….45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….47
LAMPIRAN………………………………………………………………………...52

Daftar Tabel
Tabel 1.2 Definisi Operasional……………………………………………………..23
Tabel 1.3 Jadwal Kegiatan……………………………………………………........31
Tabel 1 Umur Responden……………………………………………………….....34
Tabel 2 Pendidikan Responden……………………………………………………35
Tabel 3 Pekerjaan Responden……………………………………………………..35
Tabel 4 Pengetahuan Responden………………………………………………….36
Tabel 5 Sikap Responden…………………………………………………………..37
Tabel 6 Sarana dan Prasarana………………………………………………….…37
Tabel 7 Lingkungan Responden…………………………………………………...38
Tabel 8 Hasil Bivariat………………………………………………………………38

Daftar Lampiran
Kuesioner……………………………………………………………………………52
Matriks FGD………………………………………………………………………..56
Uji Validitas dan Realibilitas…..…………………………………………………..63
Hasil FGD Pemecahan Masalah…………………………….……………………..98
Dokumentasi ………………………………………………………………………100

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus disetiap tahunnya. Penyakit ini
sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini
(WHO, 2013). Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan
dunia terutama di negara berkembang besarnya masalah tersebut terlihat dari
tingginya kesakitan dan kematian akibat diare (Salwan, 2008). Penularan diare
dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh Enteropatogen, kontak langsung dengan penderita, barang-barang
yang telah tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara
penularan ini dikenal dengan istilah 4F yaitu Finger, Flies, Fluid, Field
(Subagyo dan Santoso, 2012).
Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayakan oleh pemerintah
Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan
sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI ekslusif
sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang
disebabkan oleh penyakit diare. Namun penyakit diare masih menjadi penyebab
kematian tertinggi pada balita setelah ISPA (Kemenkes, 2013).
Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi
yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat nutrisi yang
dibutuhkan, serta faktor anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi
terhadap infeksi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat
mengurangi kejadian infeksi selama masa bayi dan balita. Suatu penelitian
menyatakan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk

4
rumah sakit dibandingkan bayi yang mendapat ASI (Aldy dkk, 2009). Selain itu,
oralit dan zinc juga sangat dibutuhkan pada pengelolaan diare balita. Oralit
dibutuhkan sebagai rehidrasi yang penting saat anak banyak kehilangan cairan
akibat diare dan kecukupan zinc di dalam tubuh balita akan membantu proses
penyembuhan diare. Pengobatan dengan pemberian oralit dan zinc terbukti
efektif dalam menurunkan tingginya angka kematian akibat diare sampai 40
persen (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan Kemenkes (2013) angka prevalensi di Indonesia sebesar
5,5% untuk semua kelompok umur. Bila dilihat per kelompok umur insiden diare
tertinggi tercatat pada anak umur < 1 tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1-
4 tahun angka insiden diare sebanyak 5,1%. Adapun berdasarkan data Dinas
Kesehatan Jawa Tengah (2015) sebesar 67,7%, menurun bila dibandingkan
proporsi tahun 2014 yaitu 79,8%. Hal ini menunjukan penemuan dan pelaporan
masih perlu ditingkatkan. Kasus yang ditemukan maupun yang diobati belum
semua terlaporkan. Untuk kasus berdasarkan gender antara laki-laki dan
perempuan lebih banyak perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih
banyak berhubungan dengan faktor risiko diare, yang penularannya melalui
fekal-oral, terutama berhubungan dengan sarana air bersih, penyajian makanan
dan PHBS. Adapun data Kabupaten Banyumas berdasarkan data Dinas
Kesehatan Jawa Tengah (2015) angka penemuan kasus diare sebesar 67,8%.
Berdasarkan hasil community diagnosis yang diperoleh, penyebab
tingginya kasus diare di Desa Tamansari adalah belum adanya program
pencegahan diare seperti belum tersedianya oralit di beberapa posyandu dan baru
diadakan penyuluhan saja. Selain itu buang air besar sembarangan seperti di
kolam dan sungai menjadi salah satu faktor tingginya kasus diare di Desa
Tamansari. Sedangkan menurut data yang diperoleh dari puskesmas
Karanglewas tahun 2016, dari 63.871 jiwa dengan jumlah penduduk tertinggi di
Desa Tamansari 6904 jiwa (10,8%) dengan kasus diare yang ditemukan di Desa
Tamansari sebesar 72 kasus. berdasarkan diskusi kelompok terarah yang
dilakukan Diare termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan Puskesmas

5
Karanglewas induk. Dengan demikian kelompok kami mengangkat
permasalahan diare di Desa Tamansari.
Melihat banyaknya kasus diare, maka salah satu wujud nyata dari usaha
perubahan perilaku penyebab penyakit diare pada balita adalah melalui Praktek
Belajar Lapangan I yang dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu–Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto merupakan salah satu mata kuliah wajib yang bertujuan untuk
membekali mahasiswa agar menjadi lulusan seperti yang diharapkan sesuai visi
Jurusan Kesehatan Masyarakat Unsoed. Selain itu, kegiatan PBL ini merupakan
salah satu wujud penerapan ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah didapatkan
oleh mahasiswa dari proses perkuliahan
Dalam pelaksanaanya, PBL di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas yang kami lakukan mempunyai beberapa tahapan, yaitu PBL I
tujuannya adalah menganalisis masalah serta menentukan prioritas masalah
dengan mempertimbangan data sekunder yang diperoleh, kemudian dilanjutkan
ke tahap berikutnya yaitu PBL II yang tujuannya mengembangkan intervensi
berdasarkan prioritas masalah pada PBL I. Kemudian intervensi tersebut
digunakan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan .

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas
Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi diare pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan
Karanglewas, Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
b. Mengetahui gambaran responden umur, pendidikan, pekerjaan Ibu balita.

6
c. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, perilaku, lingkungan, sarana
dan prasarana, pada Ibu balita dan pelayanan kesehatan di Desa
Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kejadian penyakit diare
pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
e. Mengetahui hubungan antara sikap dan kejadian penyakit diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas
Tahun 2017.
f. Mengetahui hubungan antara perilaku dan kejadian penyakit diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
g. Mengetahui hubungan antara pelayanan kesehatan dan kejadian penyakit
diare pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
h. Mengetahui hubungan antara lingkungan dan kejadian penyakit diare
pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
i. Mengetahui hubungan antara sarana dan prasarana dengan kejadian
penyakit diare pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas,
Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
j. Mengetahui hubungan status gizi dan kejadian penyakit diare pada di
Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas Tahun
2017.
k. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas
Tahun 2017.

C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Masyarakat

7
a. Memberikan informasi serta gambaran mengenai penyakit diare pada
balita.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit diare pada balita,
sehingga masyarakat dapat melakukan upaya preventif secara mandiri.
c. Meningkatkan peranan petugas kesehatan terhadap program pencegahan
penyakit diare pada balita.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Memberikan informasi dan saran terkait program di masa yang akan datang
agar penyakit diare pada balita di Desa Tamansari menurun.
3. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit diare pada
balita.
b. Meningkatkan keterampilan dalam penulisan karya ilmiah, serta dapat
memenuhi nilai PBL I.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Diare
a. Pengertian Diare
Menurut Widoyono (2008), diare adalah buang air besar (BAB) 3
kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (muntaber). Sedangkan
menurut Depkes RI (2011), diare adalah buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah
cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal
itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan
berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung
antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan
(Soegijanto, 2002).
b. Diare pada Balita
Diare lebih dominan menyerang pada balita karena daya tahan
tubuhnya masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran
bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah berlebihan akan
menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus selalu di
waspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan
mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat
badannya lebih ringan dari orang dewasa. Maka cairan tubuhnya pun
relatif sedikit, sehingga jika kehilangan sedikit saja cairan dapat
mengganggu organ-organ vitalnya. Apalagi sang anak juga belum mampu
mengkomunikasikan keluhannya, sehingga tidak mudah mendeteksinya.
Dehidrasi akan semakin parah jika disertai keluhan lain seperti mencret
dan panas karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus

9
kematian balita karena dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya
terjadi karena ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya
ini (Cahyono, 2010).
c. Etiologi Diare
Menurut Widaya (2004), secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi yang sering ditemukan
di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Infeksi yang dapat disebabkan:
a) Bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio,
bacillus cereus, Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus,
Campylobacter dan aeromonas.
b) Virus misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan
adenovirus.
c) Parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris,
Strongyloides,Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica,
Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
2. Alergi.
3. Malabsorbsi.
4. Keracunan yang dapat disebabkan oleh:
a) Keracunan bahan kimiawi.
b) Keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi yaitu jasad
renik, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran.
5. Imunodefisiensi.
6. Sebab-sebab lain.
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan
diare pada anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada
anak umur 6 bulan sampai 2 tahun (Suharyono,2008). Infeksi
Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena
diare berat pada anak-anak kecil merupakan infeksi nasokomial yang

10
signifikan oleh mikroorganisme pathogen. Salmonella, Shigella dan
Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering di
isolasi.
Mikroorganisme Giardia lamblian dan Cryptosporodium
merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius
akut (Wong, 2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru
yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak pada kasus orang dewasa
dibandingkan anak-anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan
mikroorganisme penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal oral
melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar
manusia dengan kontak yang erat (Wong, 2009).
d. Faktor Risiko
1. Sarana pembuangan tinja
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok
atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya
(Proverawati dan Rahmawati, 2012).
2. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun
harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air
minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan
kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar,
maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar
air minum (Soemirat, 2009).
3. SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) rumah tangga
Air limbah adalah sisa air yang berasal dari rumah tangga,
industri dan tempat-tempat umum lainnya yang umumnya
mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan hidup (Notoadmodjo, 2007).

11
e. Pencegahan
Menurut Kemenkes RI (2011), kegiatan pencegahan penyakit diare
yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril,
berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa
cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang
akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui
secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus
diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI
turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru
lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah
tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko
tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi
buruk.
2. Makanan Pendamping ASI

12
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi
secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi
perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan
dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan
setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih
sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan
biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur,
ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau ke dalam makanannya.
c) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak.
Suapi anak dengan sendok yang bersih.
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat
yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut
melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja,
misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-
minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau
oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak

13
mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap
serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Ambil air dari sumber air yang bersih
b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi
anak-anak
d) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
f) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare untuk menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%.
4. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai
jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di
jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.

14
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
5. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang
secara benar.
6. Personal Hygiene
Faktor personal hygiene (kebersihan perorangan) ibu juga
sangat berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita. Perilaku ibu
berkontribusi meningkatkan kasus diare pada balita. Ibu merupakan
orang terdekat dengan balita tang mengurus segala keperluan balita
seperti mandi, menyiapkan dan memberi makanan atau minuman.
Perilaku ibu yang tidak hygienis seperti tidak mencuci tangan pada
saat memberi makan anak, tidak mencuci bersih peralatan masak dan
makan, dapat menyebabkan balita terkena diare. Personal hygiene ibu
perumahan yang baik bisa terwujud apabila didukung oleh perilaku
masyarakat yang baik (Depkes RI, 2008)
2. Sanitasi Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2007), sanitasi lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar
terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di lingkungan
tersebut. Sanitasi lingkungan merupakan usaha untuk mengoptimalkan faktor
lingkungan agar menjadi media yang baik serta sehat bagi manusia, dan lebih
mengutamakan pencegahan agar berbagai penyakit dapat terhindar. Slamet,
dkk (2001) mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan
pada pengawasan dan pengendalian/kontrol pada faktor lingkungan manusia
seperti:
1) penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan
sehat.
2) pembuangan kotoran manusia, air buangan dan sampah.

15
3) individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.
4) makanan (susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat.
5) anthropoda binatang pengerat dan lain-lain.
6) kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan
manusia.
7) pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahaya-bahaya
kepada masyarakat sekitar.
Pan American Health Organization (PAHO) (dalam WHO, 2002)
menggambarkan efek yang dapat timbul dari upaya kesehatan lingkungan
yang tidak sehat untuk 5 (lima) sanitasi dasar yaitu sebagai berikut:
a. water supplay and waste water disposal
Kerusakan struktur bangunan, kerusakan pipa saluran, kerusakan sumber air,
kehilangan sumber energi, pencemaran secara biologi dan kimia, kerusakan
alat transport, kekurangan tenaga, bertambahnya beban pada sistem,
kekurangan persediaan dan pengganti peralatan.
b. solid waste handling
Kerusakan struktur bangunan, kerusakan alat transport, kerusakan peralatan,
kekurangan tenaga, pencemaran air, tanah dan udara.
c. food handling
Kerusakan pada makanan, kerusakan peralatan makanan, gangguan alat
transportasi, kehilangan sumber energi, membanjirnya fasilitas
d. vector control
Meningkatnya perkembangbiakan vektor, meningkatnya kontak vektor
dengan manusia, berkembangnya vektor penyakit dan kerusakan program.
e. home sanitation
Kerusakan pondasi bangunan, pencemaran pada air dan makanan,
kehilangan tenaga akibat pemanasan yang tinggi, limbah cair maupun limbah
padat dan kekumuhan.
Lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai jenis penyakit
seperti kolera, tipus, infeksi hati, polio, dan lain lain. Laporan WHO tahun

16
2004 menyebutkan sekitar 1,8 juta penduduk meninggal dunia setiap
tahunnya karena penyakit diareyang umumnya balita terutama di negara-
negara berkembang. Selain itu, sanitasi lingkungan yang buruk
memungkinkan berbagai penyakit menularterus menyebar. Contoh penyakit
yang dapat menyebar karena kondisi sanitasi yang buruk yaitu
Schistosomiasis, Ascariasis, infeksi trachoma dan infeksi trematode
(Waluya, 2008).
3. Teori Derajat Kesehatan
Menurut H.L. Blum, dikutip Notoadmodjo (2007), derajat kesehatan
dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan hereditas. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor
terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan.Oleh
karena itu, lingkungan sehat dan perilaku sehat perlu diupayakan dengan
sungguh-sungguh.
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu peran penting dan berpengaruh
positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat.Lingkungan
juga merupakan determinan dalam menularkan dan munculnya suatu
penyakit, baik menular maupun tidak menular.Usaha memperbaiki atau
meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari
masyarakat satu kemasyarakat lain, bervariasi dan bertingkattingkat, dari
yang sederhana sampai kepada yang modern (Notoatmodjo,2007).
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain penyakit
disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat
yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit
berbasislingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air
bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya
tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah
pertanian, sampah, sarana transportasi, serta kondisi lingkungan fisik
yang memungkinkan (Achmadi, 2008).

17
Menurut Notoatmojo (2003), faktor lingkungan memberikan
peranan yang besar terhadap terjadinya penyakit diare. Adapun penyebab
diare itu sendiri diliat dari faktor lingkungan yaitu :
1) kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik
2) hygiene perseorangan yang kurang baik.
3) sanitasi makanan yang kurang baik
b. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak
sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.
Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku
individu, sebelum mampu mengubah perilaku tersebut (Machfoedz, 2006).
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan mewawancarai terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
responden (Notoatmodjo, 2007).
Faktor perilaku yang menyebabkan kejadian diare antara lain :
1) pemberian ASI eksklusif yang rendah
2) pemberian makanan tambahan terlalu dini
3) stress yang berlebihan
4) masalah nutrisi dan imunitas tubuh
c. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan

18
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti
ditingkatkan. (Notoatmodjo, 2003).
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. Sebab di puskesmas akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki
kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun
program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan
penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang
jatuh sakit (Notoatmodjo, 2003).
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah
seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang
berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan
lainnya. Penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2003).
Pelayanan kesehatan yang ada dapat berjalan dengan baik jika dari
pemerintah mendukung program yang ada. Kesungguhan dan keseriusan
pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan menjadi penentu
suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas dan posyandu menjadi ujung
tombak dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Untuk penyakit
diare dilihat dari faktor ini adalah karena kurangnya penyuluhan dan
pemberian informasi kepada masyarakat mengenai penyebab diare dan
cara pencegahannya.
d. Genetik
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial. (Notoatmodjo,

19
2003). Untuk penyakit diare tidak dipengaruhi oleh faktor genetik,karena
diare bisa terjadi pada siapapun,golongan umur,maupun jenisa kelamin
apapun

20
B. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Responden
- Nama Ibu
- Nama Balita
- Alamat Ibu
- Umur Ibu
- Umur Balita
- Pendidikan Ibu
- Pekerjaaan Ibu

Pengetahuan
Tentang diare pada balita

Faktor Lingkungan
- Sosial ekonomi
Kejadian Diare
- Biologis
- Sosial budaya

Faktor Perilaku
- Pengetahuan
- Sikap
- Personal Higiene

Faktor Sarana Prasarana


- Ketersediaan sumber air
bersih
- Ketersediaan jamban
sehat
- Ketersediaan saluran
pembuangan air limbah

Gambar 1.1 Kerangka Konsep

21
BAB III
METODE PELAKSANAAN

1. Tempat dan Waktu


Praktik Belajar Lapangan (PBL) I dilaksanakan di Desa Tamansari,
Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas pada tanggal 30 Oktober
sampai 4 November 2017.
2. Jenis Kegiatan
Jenis penelitian yang digunakan pada Praktek Belajar Lapangan I
yaitu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-
sectional. Cross-sectional merupakan bentuk rancangan yang mempelajari
hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit
tersebut secara serentak pada individu atau kelompok pada satu waktu.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan suatu pendekatan observasi
ataupun dengan pengumpulan data tentang analisis penyebab masalah
penyakit diare pada masyarakat Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun 2017.

22
3. Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Alat Ukur Kategori Skala
Operasional
1. Umur Ibu Rentang waktu Kuesioner - Remaja akhir : 17-25Interval
ibu antara saat tahun
lahir sampai - Dewasa awal : 26 – 35
pengambilan data tahun
responden - Dewasa akhir : 36 -45
tahun
- Lansia awal : 46 – 55
tahun
- Lansia akhir : 56 – 65
tahun
- Manula : > 65 tahun
(Depkes RI, 2009)
2. Pendidikan Tingkatan status Kuesioner - Dasar (SD,SMP) Ordinal
- Menengah (SMA)
Ibu pendidikan yang
- Tinggi (D3,S1,S2) (PP
di dapat oleh ibu RI, No 17 2010)
3. Pekerjaan Ibu Jenis aktivitas Kuesioner - Pedagang Nominal
yang dilakukan - Penambang
oleh ibu untuk - Buruh/ Tani
memenuhi - PNS/ Honorer
kebutuhan sehari- - TNI / Polri
hari - Pensiunan
- Wiraswasta
- Ibu Rumah Tangga
(BPS, 2017)
4. Perilaku Ibu Kegiatan atau Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
aktifitas perilaku normal maka, tidak
Ibu untuk terjadi diare: > nilai

23
pencegahan diare mean, sedangkan
terhadap balita. terjadi diare: < nilai
(Notoatmodjo, mean.
2010) - Jika data berdistribusi
tidak normal maka
tidak terjadi diare: >
nilai median,
sedangkan terjadi
diare:< nilai median.
5. Lingkungan Lingkungan Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
disekitar rumah normal maka, tidak
responden terjadi diare: > nilai
meliputi mean, sedangkan
lingkungan terjadi diare: < nilai
biologi, sosial mean.
ekonomi dan - Jika data berdistribusi
sosial budaya tidak normal maka
pada saat tidak terjadi diare: >
dilakukan nilai median,
pengambilan data sedangkan terjadi
diare:< nilai median.
6. Sarana Tersedianya Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
Prasarana kelengkapan normal maka, tidak
sarana sumber air terjadi diare: > nilai
bersih, jamban mean, sedangkan
sehat, dan saluran terjadi diare: < nilai
pembuangan air mean.
limbah yang - Jika data berdistribusi
memenuhi syarat. tidak normal maka
tidak terjadi diare: >

24
nilai median,
sedangkan terjadi
diare:< nilai median.
7. Sikap Ibu Tanggapan ibu Kuesioner - Jika data berdistribusi Likert
terkait normal maka, tidak
pencegahan diare terjadi diare: > nilai
meliputi: mean, sedangkan
- Pengguna terjadi diare: < nilai
an air mean.
bersih - Jika data berdistribusi
- Mencuci tidak normal maka
tangan tidak terjadi diare: >
- Pemberian nilai median,
ASI sedangkan terjadi
- Jamban diare:< nilai median.
Sehat
8. Pengetahuan Pemahaman ibu Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
Ibu mengenai normal maka, tidak
pengertian diare, terjadi diare: > nilai
penyebab, tanda, mean, sedangkan
gejala, dan terjadi diare: < nilai
pengobatan diare mean.
- Jika data berdistribusi
tidak normal maka
tidak terjadi diare: >
nilai median,
sedangkan terjadi
diare:< nilai median.

Tabel 1.2 Definisi Operasional

25
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek atau obyek penelitian
dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009). Populasi pada PBL I ini adalah seluruh ibu dari balita
sejumlah 351 di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
b. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dalam PBL I ini adalah Ibu dari balita di Desa Tamansari
sebanyak 183. Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas yang
dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel tertentu. Penentuan
besar sampel menurut Lemeshow (1997) ditentukan dengan
menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi.
n = { Z1- α / 2 √ + Z1-β √ }2
(P1 - P2)2
Keterangan :
N = Besar Sampel
Z 1-α/2 = Nilai Z pada Derajat Kepercayaan (5% = 1, 96)
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (80%)
P1 = Proporsi perilaku masyarakat yang baik terkait penggunaan jamban
P2 = Proporsi perilaku masyarakat yang tidak baik terkait penggunaan
jamban
P = (P1 + P2)/2
Berdasarkan data dari Desa Tamansari diketahui :

26
Diketahui :
N = 351
Z = 1,96
P 1= 0,1
P2 = 0,35
d = 0,1
Hasil Perhitungan:
n = { Z1- α / 2 √ + Z1-β √ }2
(P1 - P2)2
2
n ={1,96√ +0,84 √
(0,1-0,35) 2
n ={1,96√ +0,84√ }2
(0,1-0,35) 2

n= { (1,96 . 0,67 ) + (0,84 . 0,317)}2


(0,1-0,35) 2
n= {1,31 + 0,46}2
(0,1-0,35) 2
n= {1,77}2
(0,25)2
n= 3,1329
0,0625
n= 50,12  50 x 2 = 100

Agar karakteristik tidak menyimpang, maka sebelum dilakukan


pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi
(Notoatmodjo, 2007).
a) Kriteria inklusi kasus diare :
1) Balita yang tinggal di Desa Tamansari.

27
2) Balita yang buang air besar lebih lunak atau lebih cair dari
biasanya.
3) Balita yang buang air besar paling sedikit 3 kali dalam 24
jam.
b) Kriteria eksklusi kasus diare :
1) Ibu yang tidak memiliki waktu untuk observasi rumah.
2) Balita yang buang air besar 1 kali dalam sehari.
5. Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa cara yaitu:
a. Data Primer
Metode pengumpulan data primer yang digunakan yaitu
wawancara terstruktur dan pengamatan dengan bantuan kuesioner.
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk pengumpulan
data, peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2005).
Wawancara adalah pengisian kueosioner dilakukan untuk mencari tahu
usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, perilaku, lingkungan,
sarana dan prasarana, pelayanan kesehatan, dan personal higiene ibu
terkait dengan faktor-faktor penyebab terjadinya diare di Desa
Tamansari, Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono,
2010). Metode pengumpulan data sekunder yang digunakan adalah data
profil Kecamatan Karanglewas, data penyakit dan program puskesmas
Karanglewas yang diambil dari Balai Desa, Kader dan Puskesmas
Karanglewas.
6. Instrumen

28
Instrumen yang digunakan terdiri dari kuesioner, wawancara, form data
sekunder, dan dokumentasi. Jenis Kuesioner yang digunakan adalah
Kuesioner tertutup dimana jawaban sudah ditentukan. Form data sekunder
menjadi salah satu instrumen yang digunakan dalam PBL I untuk
mengetahui status derajat kesehatan masyarakat Desa Tamansari. Form ini
berupa pernyataan-pernyataan yang berisi keterangan status derajat
kesehatan masyarakat dan data demografi Desa Tamansari. Sedangkan
dokumentasi digunakan sebagai pelengkap berupa foto-foto kondisi
lingkungan dan sarana prasarana.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini (content validity) menggambarkan kesesuaian sebuah
pengukur data dengan apa yang akan diukur (Arikunto, 2006).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2010).
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Dalam
kegiatan PBL I ini, instrumen yang digunakan akan diuji validitas dan
reliabilitas pada 30 orang.

7. Analisa Data
Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh dari kuesioner dan
data dari masyarakat Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas akan
dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan program komputer yaitu
SPSS. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat, bivariat dan multivariat.
a. Analisis Univariat

29
Analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2010). Pada
analisis ini data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau
grafik (Setiawan dan Saryono, 2010). Analisis univariat pada penelitian
ini dilakukan pada masing-masing variabel yaitu karakteristik responden
yang terdiri dari umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap,
perilaku, lingkungan dan sarana prasarana responden.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi
dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif
(Setiawan dan Saryono, 2010). Analisis bivariat dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel pengetahuan dan
sikap responden sebelum dan sesudah dilakukan penelitian. Data
dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square, untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas (karakteristik balita,
karakteristik Ibu, perilaku, lingkungan dan sarana prasarana), terhadap
variabel tergantung (kejadian diare) pada anak balita secara simultan,
untuk menentukan besarnya kontribusi masing-masing variabel
(Evayanti, dkk, 2014).
c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel
independen mana yang menunjukkan paling dominan berhubungan
terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji regresi logistik
berganda karena variabel dependen berupa data kategorik. Uji regresi
logistik berganda yang digunakan adalah regresi logistik berganda
dengan prediksi. Pemodelan prediksi bertujuan untuk memperoleh
model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang di anggap
terbaik untuk memprediksi kejadian dependen (Amran, 2012).

30
F. Jadwal Kegiatan
BULAN
No KEGIATAN September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembekalan PBL
2. Survei Lapangan
3. Penyusunan Proposal
4. Pengumpulan Proposal
5. Pelepasan Mahasiswa PBL
6. Pelaksanaan PBL I
7. Penyusunan Laporan PBL I

8. Pengumpulan Draft Laporan


PBL I
9. Seminar Laporan PBL I
10 Revisi Laporan PBL I
Tabel 1.3 Jadwal Kegiatan

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambaran Umum
Secara adminstratif Desa Tamansari termasuk dalam wilayah
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dan dapat ditempuh sekitar 20
menit dari Ibu Kota Kabupaten dengan jarak sekitar 9 km. Dari Kecamatan
Karanglewas berjarak kurang lebih 1 km. Desa Tamansari berbatasan
langsung dengan desa-desa yaitu :

 sebelah utara : Desa Karanggude Kulon


 sebelah Barat : Desa Pejogol Kecamatan Cilongok
 sebelah Selatan : Desa Panusupan Kecamatan Cilongok
 sebelah Timur : Desa Pangebatan dan Karanglewas Kidul
Desa Tamansari memiliki wilayah membujur dari arah utara ke arah
selatan. Ketinggian wilayah desa Tamansari pada kisaran 30 m di atas
permukaan laut ( dpl ), sehingga tergolong dataran rendah. Wilayah yang
berupa tanah kering dan sawah tadah hujan dengan pola pengairan yang masih
non tehnis sehingga tanaman yang paling banyak dibudidayakan masyarakat
yaitu tanaman singkong. Luas desa Tamansaari seluruhnya 350,96 Ha, yang
mayoritas penduduknya mempunyai pekejaan petani, buruh bangunan, buruh
tani, buruh industri serta penderes kelapa. Maka pola kepemilikan lahan
sangat berkaitan erat dengan mata pencarhariannya. Lahan tersebut terbagi
atas 131,15 Ha tanah sawah, 161,74 Ha tanah pemukiman, 28,27 Ha tanah
pekarangan dan sisanya tanah untuk pendidikan, sungai, lapangan, jalan
pemakaman dan lain-lain. Perincian masing-masing luas lahan di desa
Tamansari adalah sebagai berikut :

32
No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1. Tanah Sawah 131,15

2. Tanah Pemukiman 66,70

3. Tanah Pekarangan 123,31

4. Lain-lain 29,80

Jumlah 350,96

Visi :

Terwujudnya Desa Yangsejahtera Dengan Sumber Kekuatan Gotong Royong


Dan Kebersamaan Berlandaskan Iman Dan Taqwa.

Misi :

1. Menciptakan perangkat desa yang profesional, bersih dan partisipasi agar


terbangun pemerintahan efektif dan terpercaya sebagai pelayanan masyarakat
dan mengupayakan peningkatan kesejahteraan Perangkat Desa.
2. Pembangunan Karakter dengan pembinaan mental dan spiritual dimulai dari
sekolah dan masyarakat.
3. Meningkatkan partisipasi swadaya pembangunan masyarakat
4. Menggali potensi sumber daya alam untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
5. Meningkatkan daya kreatifitasusaha ekonomi masyarakat berbasis pertanian,
perikanan, perkebunan, industri kecil dan peternakan.
6. Menumbuhkembangkan pendidikan dan kesehatan barbasis pemberdayaan
masyarakat.
7. Meningkatkan Tertib Administrasi
8. Meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan.

33
9. Meningkatkan kegiatan sosial masyarakat Dan Menumbuhkembangkan
Budaya Dan Kesenian Lokal.
10. Menciptakan Kondisi Teritib, Aman, Demokratis Berlandaskan Keselerasan
Dan Berdasarkan Undang-Undang Yang Berlaku.
11. Membangunan sarana prasarana ( infrasturktur ) guna percepatan arus
ekonomi dan mobilitas masyarakat meliputi, Jalan lingkungan, Jalan desa,
Jalan usaha tani, Jalan Penghubung antar desa antar Kecamatan.
12. Menjalin Kerja sama antar desa atau pihak ketiga.
13. Pemuda dan Olah Raga

Manajemen Pelaksanaan
Program yang ada di Desa Tamansari dari Puskesmas Karanglewas
yaitu STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan sebelum di lakukan
STBM di awali dengan melakukan demo tentang cuci tangan dengan sabun
dan untuk intervensi program STBM baru satu pilar yaitu tentang ODF (Open
Defecation Free) atau BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Program itu di
anggap berhasil karena sudah 80% berhasil pelaksanaannya namun outcame
dari warga Desa Tamansari belum berhasil karena belum dapat mengubah
perilaku warga di Desa Tamansari, dan sebagian banyak warganya masih
menuntut material kepada Puskesmas seperti menuntut untuk dibuatkan
jamban. STBM di Desa Tamansari dilakukan setiap tiga kali dalam setahun
bertempatan di PKD (Pusat Kesehatan Desa) dan di rumah kader PKK.

Survei
1. Gambaran Karakteristik Respondens
1) Umur responden
Tabel 1. Umur Responden di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun 2017

34
Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
Remaja Awal 24 24,0
Dewasa Awal 46 46,0
Dewasa Akhir 28 28,0
Lansia Awal 2 2,0

Total 100 100,0


(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 1. menunjukkan bahwa umur responden terbanyak
adalah dewasa awal yaitu sebanyak 46 orang dengan persentase 46,0%.

2) Pendidikan responden
Tabel 2. Pendidikan Responden di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Sekolah 3 3,0
SD/MI 41 41,0
SMP/Sederajat 41 41,0
SMA/Sederajat 10 10,0
Akademi/Perguruan Tinggi 5 5,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan responden yaitu SD/MI dan SMP sebanyak 41
orang dengan persentase 41,0%.
3) Pekerjaan responden
Tabel 3. Pekerjaan Responden di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017

35
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
Pegawai Negeri 2 2,0
Pegawai Swasta 1 1,0
Buruh 21 21,0
IRT (Ibu Rumah Tangga) 71 71,0
Pedagang 3 3,0
Lainnya 2 2,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan


responden yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 71 orang dengan
persentase 71,0%.

2. Gambaran Pengetahuan Responden


Tabel 4. Pengetahuan Responden di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017
Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)

Buruk 7 7,0
Baik 93 93,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar
pengetahuan responden yaitu baik sebanyak 93responden dengan
persentase 93%.

3. Gambaran Sikap Responden

36
Tabel 5. Sikap Responden di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun 2017
Sikap Frekuensi (f) Persentase (%)

Buruk 45 45,0
Baik 55 55,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian besar sikap
responden yaitu baik sebanyak 55 responden dengan persentase 55%.

4. Gambaran Sarana dan Prasarana


Tabel 6. Sarana dan Prasarana Responden di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017

Sarana dan Prasarana Frekuensi (f) Persentase (%)

Buruk 29 29,0
Baik 71 71,0
Total 100 100,0

(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa sebagian sarana dan


prasarana responden yaitu baik sebanyak 71 responden dengan
persentase 71%.
5. Gambaran Lingkungan Desa Tamansari
Tabel 7. Lingkungan Responden di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017

37
Ketegori Lingkungan Frekuensi (f) Persentase (%)

Buruk 40 40.0
Baik 60 60.0
Total 100 100.0
(Sumber : Data Primer, 2017)

Berdasarkan tabel 7. menunjukkan bahwa responden memiliki


lingkungan yang bain sebanyak 60 responden dengan persentase 60%.
6. Ringkasan Hasil Bivariat
Tabel 8. Ringkasan Hasil Bivariat
No Variabel P – value Keterangan
1. Pengetahuan 0,433 Tidak ada hubungan
2. Sikap 0,412 Tidak ada hubungan
3. Sarana dan Prasarana 0,472 Tidak ada hubungan
4. Perilaku 0,008 Ada hubungan
5. Lingkungan 0,004 Ada hubungan
6. Pendidikan 0,786 Tidak ada hubungan
7. Usia Ibu 0,031 Ada hubungan
8. Pekerjaan 0,288 Tidak ada hubungan
(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 8. dapat diketahui bahwa variabel yang
berhubungan dengan perilaku buang air besar yaitu sarana prasarana dengan
p-value 0,000. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan perilaku
buang air besar yaitu pengetahuan dan sikap dengan p-value 0,085 dan
0,114.

38
B. Pembahasan
1. Pendidikan
Penelitian oleh kesehatan masyarakat UNNES diketahui bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan
kejadian diare pada balita yang tinggal di sekitar TPS Banaran Kampus
UNNES. Dengan nilai OR sebesar 16 maka diketahui bahwa risiko
terkena diare pada balita dengan tingkat pengetahuan ibu kategori cukup
16 kali lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengetahuan ibu kategori
baik. Hasil ini selaras dengan penelitian Sintamurniwaty (2006), tingkat
pendidikan sejalan dengan tingkat pengetahuan ibu, dimana ibu yang
memiliki pendidikan masih rendah berisiko 2,03 kali lebih besar dapat
mempengaruhi terjadinya diare pada balita dibandingkan yang memiliki
pendidikan kategori tinggi, p value = 0,023 pada 95% CI = 1,10 – 3,77.
Pengetahuan yang cukup seorang ibu dapat menerapkan perilaku hidup
sehat, mengetahui pencegahan dan dapat menangani setiap risiko yang
dapat menimbulkan diare begitu pula sebaliknya. Dari temuan di lapangan
diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki latar belakang
pendidikan SMA. Melihat keadaan tersebut maka tingkat pendidikan
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu balita dalam berperilaku dan
berupaya secara aktif guna mencegah terjadinya diare pada balitanya
(Wijaya, 2012). Namun pada penelitian yang kami lakukan di desa
Tamansari Kecamatan Karanglewas, tingkat pendidikan tidak berpengaruh
pada kejadian diare karena sebagian besar ibu tingkat pendidikannya dasar
dan angka kejadian diare rendah.

2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi jika seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif

39
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Semakin tinggi tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima
pengetahuan baru dan semakin tinggi pendidikan seseorang akan
semakin baik pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare salah satunya adalah pengetahuan orang
tua. Pengetahuan orang tua merupakan salah satu penyebab terjadinya
diare karena ketidaktahuan orang tua akan penyebab diare, bagaimana
cara penularan diare dan cara pencegahan diare sehingga angka kejadian
diare menjadi tinggi (Irwanto, 2000). Pengetahuan mengenai kesehatan
terutama dalam pencegahan diare pada anak balita sangat diperlukan
karena tanpa pengetahuan ibu balita yang baik akan mempengaruhi
perilaku anak agar terhindar dari diare.
Hasil penelitian didapatkan 93% pengetahuan responden sudah baik
mengenai pencegahan diare pada anak balita. Sebagian besar responden
di desa Tamansari sudah mengetahui tanda gejala diare, cara pencegahan
diare dan cara penularan diare. Sesuai dengan penelitian Rane, dkk
(2017), beberapa ibu memiliki pengetahuan tinggi meskipun tergolong
dalam ibu rumah tangga dan berpendidikan rendah atau sedang, hal ini
dikarenakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah sehingga
waktunya penuh untuk merawat balita, rajin datang ke Puskesmas, rajin
datang ke Posyandu dan ada waktu untuk datang ke PKM terdekat ketika
balita terkena diare, sehingga diare pada balita dapat teratasi dengan
cepat. Sehingga menurut peneliti tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan terjadinya diare pada
balita.
3. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

40
Menurut Iskandar (2003) sikap adalah suatu trait yang selain aktif
mempelajarinya, tetapi telah ditambah dengan perubahan perilaku yang
sesuai dengan sikapnya. Menurut Walgito (2003) sikap terbentuk dalam
perkembangan individu, karena faktor pengalaman individu mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu
yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan 55% sikap dari 100 responden di
Desa Tamansari sudah baik. Dikatakan baik karena responden sudah
mengetahui tentang pencegahan diare pada balita dan pemanfaatan air
bersih untuk mencegah diare. Sedangkan berdasarkan penelitian Agustina
dkk (2012) diketahui dari total 40 responden sebagian besar memiliki
sikap negatif terhadap pencegahan diare pada balita yaitu sebanyak 23
responden (57%), dan hampir setengah responden yang termasuk kriteria
negatif yaitu ada 17 responden (43%) dan tidak satu pun yang termasuk
kriteria netral. Sehingga menurut peneliti sebagian besar responden
memiliki sikap negatif terhadap pencegahan diare maka hal ini juga ada
kaitannya dengan pengetahuan responden tentang pencegahan diare.
Hal ini sejalan dengan teori Perilaku kesehatan menurut teori
Lawrence Green (Notoamodjo, 2005) dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Tetapi faktor yang paling
berpengaruh adalah Faktor predisposing yang meliputi pengetahuan,
sikap nilai tradisi, umur, pendidikan. Dari kelima hal tersebut
pengetahuan dan sikap merupakan yang paling mendasar dalam hal
penularan maka kurangnya pengetahuan dan sikap merupakan elemen
yang mendasar untuk menuju perilaku seseorang terhadap pencegahan
terjadinya diare akut. Bila pengetahuan dan sikap baik maka klien akan
terhindar dari penyakit diare tetapi sebaliknya bila pengetahuan dan sikap
klien kurang terhadap pencegahan diare akut pada balita maka klien akan
mudah terkena diare akut.

41
4. Perilaku
Diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara
berkembang. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare
diperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta
diantaranya meninggal, yang sebagian besar terjadi pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun (Darmayanthi,dkk, 2008). Angka kematian akibat
diare cenderung menurun, tetapi kejadian sakit diare terutama yang
menyerang balita di daerah pedesaan cenderung masih dominan (Depkes
RI, 2001). Hal ini menyebabkan tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Seseorang dapat menjadi sehat
atau sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku yang dilakukannya.
Kebiasaan yang tidak sehat dapat menunjang terjadinya penyakit,
sedangkan kebiasaan yang sehat dapat membantu mencegah penyakit
(Soemirat, 2004).
Penelitian yang dilakukan di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas tahun 2017, dengan jumlah 100 responden terdapat
54 responden berperilaku baik dengan presentase 54% dan sebanyak 46
responden berperilaku buruk dengan presentase 46%. Hal ini sesuai
dengan jurnal penelitian Utari pada tahun 2009 yang mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kejadian diare.

5. Lingkungan
Sanitasi lingkungan masih menjadi salah satu tantangan yang
utama bagi negara-negara berkembang salah satunya Indonesia karena
menurut World Health Organization (WHO) salah satu penyebab saitasi
lingkungan adalah akses sanitasi lingkungan yang buruk. Dalam teori

42
Bloom menyatakan derajat kesehatan masyarakat ditentukan salah
satunya oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang terkait dengan
perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan kondisi lingkungan
yang buruk inilah yang timbulnya penyakit diare pada balita. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa ada hubunan
antara sanitasi lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja puskesmas mangkang tahun 2014 (Ferllando,
Asfawi. 2014). Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
terdahulu yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di Pusksmas Matiti
Kabupaten Humbang Hasundutan (Purba. 2012).
6. Sarana Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana tidak berhubungan dengan kejadian
diare. Sebab faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan
dalam kejadian diare pada balita. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar bakteri penyebab diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare akan dengan
mudah dapat terjadi pada balita (Depkes, 2005).
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa ada hubungan ketersediaan sarana CTPS dengan
kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada ibu rumah tangga terhadap
kejadian diare (Jelantik, 2015). Kemudian didukung oleh penelitian yang
menyatakan bahwa perilaku ibu dalam pencegahan diare akan berhasil
apabila ibu mengetahui tentang cara mencegah diare dan berperilaku
sesuai dengan apa yang diketahuinya, dengan didukung oleh fasilitas dan
lingkungan yang mendukung (Jayantika, 2016).
Berdasarkan analisis hasil didapat faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada balita yaitu faktor lingkungan. Untuk
menentukan alternatif masalah maka dilakukan FGD II yang diadakan di
desa Tamansari, dan di dapat alternatif pemecahan masalah dari faktor

43
lingkungan yaitu akan dilakukan kerja bakti pada warga Desa Tamansari
yang belum maupun sudah memiliki jamban dan untuk pemicuan
dilakukan terhadap warga Desa Tamansari yang belum mempunyai
jamban.

44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari data yang didapatkan di lapangan melalui wawancara dengan 100 orang
responden didapatkan kelompok umur responden sebagai berikut, kelompok
remaja awal sebesar 24%, kelompok dewasa awal sebesar 46%, kelompok dewasa
akhir 28%, dan sebesar 2% termasuk kelompok lansia.
Adapun pendidikan responden yang kami dapatkan sebanyak 3% responden
tidak sekolah, 41% responden lulus SD/MI, sedangkan sebanyak 41% responden
luus SMP/sederajat, 10% responden lulus SMA/sederajat, dan sisanya sebanyak
5% responden lulus akademi/perguruan tinggi.
Data mengenai pekerjaaan dari 100 orang responden yang kami dapatkan
adalah bekerja sebagai pegawai negeri sebesar 2%, sebagai pegawai swasta
sebanyak 1%, buruh sebesar 21%, ibu rumah tangga sebesar 71%, dan sebagai
pedagang 3%, sedangkan sisanya sebesar 2% tidak termasuk ke dalam golongan
pekerjaan yang kami kelompokan.
Gambaran mengenai pengetahuan responden yang kami dapatkan adalah
sebanyak 93% dari reponden memiliki pengetahuan yang baik mengenai diare,
dan sisanya sebanyak 7% responden memiliki pengetahuan yang buruk mengenai
diare. Adapun sikap responden terhadap diare menunjukan angka sebesar 55%
responden bersikap baik dan 45% responden bersikap buruk. Mengenai perilaku
hidup bersih pada 100 responden ditemukan bahwa sebanyak 54% responden
memiliki perilaku kebersihan yang baik dan 46% memiliki perilaku kebersihan
yang buruk. Sebanyak 60% responden memiliki sanitasi lingkungan yang baik,
sedangkan sebanyak 40% reponden masih memiliki sanitasi lingkungan yang
buruk. Untuk sarana dan prasarana kebersihan sebanyak 71% responden memiliki
sarana dan prasarana yang baik, sedangkan sisanya 29% memiliki sarana dan
prasarana yang buruk. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian diare
adalah variabel lingkungan dengan P-value 0,004.

45
B. Saran
1. Saran bagi masyarakat
a. Lebih berusaha untuk menjaga kebersihan lingkungannya untuk mencegah
terjadinya penyakit diare.
b. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya
penyakit diare.
2. Saran bagi Puskesmas
a. Melakukan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan.
b. Melakukan kegiatan pelatihan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Saran bagi mahasiswa
a. Melakukan pengamatan terhadap keadaan kamar mandi responden saat
mewawancara untuk mendapatkan keadaan sarana dan prasarana yang
lebih detail.
b. Mendokumentasikan keadaan lingkungan sekitar pemukiman responden
untuk dapat menggambarkan keadaan lingkungan dengan lebih jelas.

46
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. U.F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : UI Press.


Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia,
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/f099979f9dad58879019cd0295
5638 1fb6 730c5d.pdf (Diakses tanggal 18 Oktober 2017).

Agustina, Emi, dkk. 2012. Hubungan Penyuluhan Kesehatan Tentang Pencegahan


Diare Pada balita dengan Sikap Ibu pada Pencegahan Diare pada
Balita. Jurnal AKP No. 6. Hal 36-41.

Aldy, O.S., Lubis, B.M., Sianturi, P., Azlin, E., dan Tjipta, G.D. 2009. Dampak
Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri. 11(3): 167-173.

Amran, Yuli.2012. Pengolahan Data dan Analisis Data Statistik di Bidang


Kesehatan. Jakarta: UIN Jakarta.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2010. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cahyono, S. B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.


Yogyakarta: Kanisius.

Darmayanthi, LP Nurwiyanti, Praveen Kumar, Rajoo. 2008. Pengasuh Yang


Berperilaku Berisiko Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pidpid
Kecmatan Abang Karangasem Tahun 2008. Bagian IKK/IKP Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

Departemen Kesehatan R I. 2001. Laporan Hasil Survei Angka Kesakitan Diare dan
Perilaku Ibu Dalam Tatalaksana Penderita Diare Balita Tahun 2000.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare (Edisi 4). Jakarta : Ditjen
PPM dan PPL.

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

47
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Jawa Tengah.
Semarang: Dinkes Provinsi Jawa Tengah.

Evayanti Ni Ketut Elsi, I Nyoman Purna, I Ketut Aryana. 2014. Faktor-faktor


yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita yang Berobat ke
Badan Rumah Sakit Umum Tabanan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 4
(2): 134-139.

Ferllando, Herry Tomy dan Supriyono Asfawi. 2015 Hubungan Antara Sanitasi
Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Tahun 2014. Skripsi. Semarang:
Universitas Dian Nuswantoro.

Irwanto. 2000. Ilmu Penyakit Anak Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta:


Salemba Medika.

Iskandar. Y, 2003. Test Bakat, Minat, Sikap Dan Personaliti MMPI-DG.


Jakarta:Yayasan Dharma Graha, Hal: 9

Irwanto, Rohim A, Sudarmo SM. 2012. Diare Akut pada Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Jayantika, Dian. 2016. Gambaran Perilaku Pencegahan Dan Penanganan Awal


Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten
Semarang. Artikel. Ungaran: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo.
Jelantik, I Gusti Made Geria dan I Gusti Ayu Rai Astarini. 2015. “Hubungan
Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan Sarana Dengan Kebiasaan Cuci
Tangan Pakai Sabun Untuk Mencegah Diare Dan Ispa Pada Ibu Rumah
Tangga Di Kelurahan Ampenan Tengah Kota Mataram”. Media Bina Ilmiah.
Vol. 9, No. 1.

Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Tersedia dari URL:


http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final.pdf.
Terakhir diakses 18 Oktober 2017.

________. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kemenkes RI.

________. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Bidang


Biomedis. Jakarta: Badan Litbangkes. Depkes RI.

48
Lapau, Buchari. 2015. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Machfoedz I., Suryani E. 2006. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi


Kesehatan. Yogyakarta : F Tranaya.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat “Prinsip-prinsip dasar”.


Jakarta: Rineka Cipta.

___________. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka


Cipta.

____________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal: 146, 148

___________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta:


Rineka Cipta.

___________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

___________.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Peraturan Kepala BPS Nomor 19 Tahun 2017. www.jatengprov.go.id. UMK


Banyumas 2017. Diakses 12 Oktober 2017.

Profil Desa Tamansari 2017, http://tamansari.karanglewaskec.banyumaskab.go.id


diakses 23 November 2017.

Purba , Edy Marjuang. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan
Dolok sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang


Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. . Jakarta : Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301.

Rane Silvia, Yusri Dianne Jurnalis, dan Djusmaini Ismail. 2017. “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Diare dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di
Kelurahan Lubuk Buaya Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang

49
Tahun 2013”. Jurnal Kesehatan Andalas. Padang: Universitas Andalas. Vol. 6
(2).

Salwan, H. 2008. Diare Pada Anak. Palembang: FK UNSRI.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Saryono. 2010. Metodologi penelitian kebidanan. Jakarta : Nuha medika.

Setiawan, A dan Saryono. 2010. Metodologi Penyuluhan Kesehatan. Jakarta :


Nuha Medika.

Slamet Purwanto., Sudiharjo., Bambang Ristanto. 2001. Penyediaan Air Bersih,


Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat Pendidikan
dan Latihan Pegawai. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal


Dan Hepatobiliier. Jakarta : Salemba Medika.

Soegijanto, S., 2002. Ilmu Penyajit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.


Jakarta: Salemba Medika.

Soemirat, Juli. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

Subagyo B dan Santoso N.B. 2012. Diare Akut Pada Anak. Surakarta: UNS press.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi keempat. Jakarta : Salemba Medika.

Utari T. 2009. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Delangau. Jurnal Kesehatan dan 9 Kedokteran
Indonesia. Volume 1: 53-61.

50
Walgito. Bimo, 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi, Hal: 111-
118, 135

Waluya, Bagja. 2008. Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk Tk SMA. Bandung :


UPI.

WHO, 2002, Linking Program Evaluation to User Needs, The Politics of Program
Evaluation, Sage, USA.

WHO. 2013. Diarrhoeal Disease. Diakses: 15 Oktober 2017 dari


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.

Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diare Balita Di Sekitar TPS Banaran
Kampus UNNES. Unnes journal of Public health vol 1 no 1 : hal 1-8

Widaya, W. 2004. Permasalahan dan Kebijakan Pemerintah untuk


Penanggulangan Diare. Seminar Nasional Diare. Yogyakarta.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya.Jakarta : Erlangga.

Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta
: EGC.

51
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT DIARE PADA BALITA
DI DESA TAMANSARI, KECAMATAN KARANGLEWAS,
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2017.
No. Kuisioner :
Petunjuk pengisian :
1. Isilah identitas anda
2. Lingkari salah satu pilihan yang sesuai dengan pilihan anda
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Ibu :
2. Nama Balita :
3. Alamat :
4. Umur Ibu :
5. Umur Balita :
6. Pendidikan :
a. Tidak sekolah/ tidak tamat SD
b. Sekolah Dasar/ sederajat
c. Sekolah Menengah Pertama/ sederajat
d. Sekolah Menengah Atas/ sederajat
e. Perguruan Tinggi/ Akademi
7. Pekerjaan :
a. Pegawai Negeri f. Buruh
b. Pegawai Swasta g. Ibu Rumah Tangga
c. Wiraswasta h. Pedagang
d. Petani h. Lain-Lain
Dalam satu tahun terakhir, apakah anak ibu menderita diare ?
a. Ya
b. Tidak*
*Pilih salah satu

52
B. Pengetahuan
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) di kolom
yang menurut anda benar!
No Pernyataan Benar Salah
1. Demam disertai BAB cair merupakan tanda gejala
diare *
2. Minum dari gelas yang sama dengan penderita
diare dapat menularkan diare*
3. Dot yang tidak bersih dapat menyebabkan anak
diare.
4. Selesai bermain anak diharuskan mencuci tangan
dengan sabun.
5. Diare ditularkan melalui nyamuk*
6. Minuman bersoda harus dihindari ketika anak
sedang diare.
7. Antibiotik dapat diberikan pada anak yang diare

C. Sikap
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
1. Saya terbiasa buang air besar dikolam*
Menurut Ibu BAB dikolam dapat
2.
merugikan kesehatan
Menurut Ibu membuat jamban dapat
3.
mencegah penyakit diare
Ibu merasa menggunakan air bersih saat
4.
memasak dapat mencegah diare
Ibu mengajarkan balita cuci tangan
5. dengan sabun sebagai upaya
pencegahan diare.
Ibu tetap membiarkan balita BAB
6. dikolam meski anggota keluarga
melarang*
Menurut Ibu membuang kotoran di
7.
jamban dapat mencegah penyakit diare
Membuang air bersih disembarang
8. tempat dapat menyebabkan penyakit
diare*
Ibu merasa menggunakan air bersih saat
9.
memasak dapat mencegah diare

53
Ibu memberikan air tajin sebagai
10.
pengganti oralit
D. Perilaku
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
Kadang Tidak
No Pernyataan Selalu Sering
-kadang pernah
Ibu mencuci bahan makanan dengan
1
air mengalir sebelum dimasak
Ibu mencuci tangan dengan air
2 mengalir sebelum menyiapkan atau
memasak makanan
Ibu mengganti pakaian kerja minimal
3
3 hari sekali
Anak ibu mencuci tangan
4 menggunakan air mengalir dan sabun
sebelum makan
Ibu mencuci tangan menggunakan
5
sabun dan air mengalir
Ibu memotong kuku tangan dan kaki
6
minimal sekali dalam seminggu
Ibu mencuci tangan menggunakan air
7 mengalir dan sabun setelah buang air
kecil/buang air besar
Ibu selalu melakukan tindakan untuk
8
mencegah diare pada anak ibu
Ibu bersedia datang sewaktu
9
diadakan penyuluhan tentang diare
Ibu tetep mencegah anak jajan
10
sembarangan meski anak menangis

E. Sarana Prasarana
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
No Pernyataan Ya Tidak
1. Di rumah saya tersedia jamban
2. Saya dan keluarga menggunakan jamban ketika buang
air besar
3. Keadaan jamban di rumah saya terbuka*
4. Saya memperoleh air untuk memasak dari sungai*
5. Saya mencuci alat makan dengan air sungai*

54
F. Lingkungan
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
No Pernyataan Ya Tidak
1. Saya dan keluarga saya biasa membuang sampah di
sungai/parit/sembarang tempat *
2. Dirumah saya terdapat septic tank
3. Keadaan saluran air limbah di rumah saya terbuka*
4. Pekarangan rumah saya sering dikotori ternak atau
hewan yang buang kotoran
5. Dilingkungan sekitar rumah ibu terdapat kebiasaan
membuang air besar disungai.
6 Dilingkungan sekitar rumah ibu terdapat kebiasaan
membuang air besar dikolam
7. Aliran air pada saluran pembuangan limbah dirumah
saya berjalan lancer

55
MATRIKS FGD DESA TAMANSARI
Matriks FGD Penyakit Hipertensi pada Desa Tamansari

Hipertensi Data Sekunder FGD Rumusan Masalah


Status 55 orang terdeteksi Kader Posyandu : Tidak Berapa Penderita
Kesehatan menderita hipertensi semua kontrol tekanan Hipertensi di Desa
terdiri dari 27 orang darah karena persepsi biaya Tamansari?
laki – laki dan 28 yang mahal
perempuan
Lingkungan Sekdes : Kebiasaan mium Bagaimana
kopi lansia saat kumpul lingkungan
kumpul dengan warga lain penderita hipertensi
desa tamansari
Perilaku Kader Posyandu : Lansia Perilaku apa saja
aktif datang ke posyandu yang mendorong
lansia hipertensi?
Sarana Prasana Promkes Puskesmas : Sarana prasarana
Pengatasan hipertensi sudah terkait hipertensi apa
bagus karena adanya saja yang ada di
posyandu lansia desa tamansari
Pengetahuan Kader Posyandu : Lansia Bagaimana kondisi
sudah mengatur pola makan pengetahuan warga
sesuai pengetahuan mereka desa tamansari
walapun dalam realisasinya mengenai
masih ada yangg tensinya hipertensi?
yg naik

Matriks FGD Penyakit DBD pada Desa Tamansari

DBD Data Sekunder FGD Rumusan


Masalah
Status 1 kasus DBD yang Kader Posyandu : Orang yang Berapa Penderita
Kesehatan meninggal meninggal sebenarnya kerja diluar DBD di Desa
desa tamansari siangnya, jadi Tamansari?
kemungkinan terkenanya tidak
disini
Lingkungan Sudah adanya Ibu PKK : Jamban menjadi salah Bagaimana
bantuan jamban satu penyebab DBD karena masih lingkungan
dari pemerintah ada sebagia warga yanng masih penderita DBD
desa BAB di kolam dan kolam tersebut desa tamansari
juga menjadi sarang nyamuk.
Jumlah ikan yang ada dikolam
kurang sehingga tidak semua jebtik
termakan

56
Perilaku Ibu PKK : Adanya sensasi bahagia Perilaku apa saja
jika melihat ikan makan feses yang mendorong
warga DBD?
Perilaku menahan BAB jika sedang
diluar karena ingin memberikannya
kepada ikan sehingga kolam masih
terus digunakan
Sarana Prasana Kader Posyandu : Sudah dilakukn Sarana prasarana
PSN satu bulan sekali dan sudah terkait DBD apa
dilaporkan secara rutin saja yang ada di
desa tamansari
Pengetahuan Kader Posyandu : Masih ada Bagaimana
beberapa warga yang menghalangi kondisi
kader PSN untuk masuk pengetahuan
Ada warga yang mendapatkan warga desa
bantuan jmban namun pembuangan tamansari
masih ke kolam mengenai DBD?

Matriks FGD Penyakit Diare pada Desa Tamansari

Variabel HL. Data Sekunder FGD Rumusan Masalah


Blum Penyakit
Diare
Status Jumlah kasus diare  Sekdes : Biasanya terjadi Berapa jumlah
Kesehatan pada tahun 2016 biasanya pada balita. kasus diare pada
sebanyak 72 kasus.  Kader : Ya, BAB sembarangan tahun 2016?
Jumlah kematian masih ada. Khususnya yang
akibat diare tinggal di daerah aliran sungai.
sebanyak 1 kasus. Yang tinggal di daerah aliran
sungai masih banyak yang
BAB sembarangan.
Lingkungan  Kader: Punya jamban, tapi Apakah faktor
eman-eman buat dipake. Kalau lingkungan
BAB di sungai katanya nyaman mempengaruhi
 Kader : Ya BAB sembarangan. terjadinya diare di
Terus musim juga pengaruh desa Tamansari?
seperti cuacanya jadi masuk
angin perut kembung atau pola
makan.
Perilaku  Kader : Mungkin ada sebagian Apakah faktor
yang melakukan BAB perilaku
sembarangan mungkin masih di mempengaruhi
kolam yang belum punya terjadinya diare di
septiktank atau jamban desa Tamansari?

57
keluarga.
 Kader : Ya, BAB sembarangan
masih ada. Khususnya yang
tinggal di daerah aliran sungai.
Yang tinggal di daerah aliran
sungai masih banyak yang
BAB sembarangan.
 Perangkat Desa : Saya pernah
menjumpai orang punya
jamban, punya kolam. Tapi
biasa itu buangnya tetap di
kolam, di sungai. Saya sudah
sampaikan bahwa sudah tidak
boleh BAB di sungai, dikolam
apalagi di darat.
Pengetahuan  Kader : Di desa Tamansari Apakah faktor
belum ada. Paling kita pengetahuan
memberi penyuluhan tentang mempengaruhi
larutan gula garam terjadinya diare di
desa Tamansari?
Sarana Penduduk dengan  Perangkat Desa : Untuk air Apakah faktor
Prasarana akses sanitasi layak sarana prasarana
dengan jumlah 4.842 bersih ya kebanyakan dari mempengaruhi
sumber. Kalau yang bukan terjadinya diare di
desa Tamansari?
sumber ya dari PDAM. Tapi
insya alloh kalo untuk air
bersih ya sudah tercukupi lah.

58
Matriks FGD Penyakit ISPA pada Desa Tamansari

Variabel HL. Blum Data Sekunder FGD Rumusan Masalah


Penyakit ISPA
Status Kesehatan Data 10 besar penyakit Perangkat Desa : Ada. Berapa jumlah kasus
yang ada di tahun 2017 Tapi kebanyakan terjadi ISPA pada tahun
nomer 1 adalah ISPA pada anak-anak 2016?
Lingkungan  Warga : Terus kalo di Apakah faktor
desa-desa kan masih lingkungan
banyak pepohonan, mempengaruhi
udaranya masih terjadinya ISPA di
segar. Apakah ada desa Tamansari?
perbedaan atau tidak
antara di desa dengan
di kota ?
 Perangkat Desa : Tadi
kan sudah di
sampaikan untuk
posisi kandang di
dekat rumah kan.
Misal kandang sapi
ada di belakang
rumah.
Perilaku Warga : Sekarang Apakah faktor
lingkungan
makanya desa
mempengaruhi
tamansari udah ngga terjadinya ISPA di
desa Tamansari?
ada yg ISPA
Karena di desa
tamansari sering ada
pemeriksaan kesehatan
gitu untuk
pencegahannya sudah
ada, kita sudah pake
masker untuk
pencegahannya
Pengetahuan  Perangkat Desa : Apakah faktor
pegetahuan
Mungkin dari tingkat mempengaruhi
terjadinya ISPA di

59
pemahaman desa Tamansari?
kemudian kesadaran.
Yang jelas
pemahaman. Seolah-
olah ISPA itu jarang
ada yang mengerti
tentang penyakit
ISPA. Mungkin ada
yang mengerti ISPA
itu sinfeksi saluran
pernapasan akut,
hanya sekedar
mengerti
membahayakan dan
dapat menimbulkan
kematian.
Sarana Prasarana  Perangkat Desa : Apakah faktor sarana
prasarana
Untuk air bersih ya mempengaruhi
kebanyakan dari terjadinya ISPA di
desa Tamansari?
sumber. Kalau yang
bukan sumber ya
dari PDAM. Tapi
insya alloh kalo
untuk air bersih ya
sudah tercukupi lah.

60
Matriks FGD ISPAL pada Desa Tamansari

Variabel HL. Blum Data Sekunder FGD Rumusan Masalah


Penyakit DBD
Status Kesehatan Penduduk dengan akses Kader : sudah ada yang Berapa jumlah
sanitasi layak dengan penduduk yang
punya jamban tapi
jumlah 4.842 mempunyai akses
masih belum ada sanitasi layak pada
tahun 2016?
septitank.
Lingkungan  Kader : Ke drainase, Apakah faktor
lingkungan
kebanyakan warga mempengaruhi
yang tinggal di terjadinya ISPAL di
desa Tamansari?
pinggir jalan. Kalo
dari rumah ada
paralon yang
mengalir kesitu berati
mereka
membuangnya kesitu.

Perilaku  Kader : Ke drainase, Apakah faktor


kebanyakan warga perilaku
yang tinggal di mempengaruhi
pinggir jalan. Kalo terjadinya ISPAL di
dari rumah ada desa Tamansari?
paralon yang
mengalir kesitu berati
mereka
membuangnya kesitu.
Pengetahuan Sudah ada pemicauan  Pihak Puskesmas : Apakah faktor
STBM dari puskesmas pengetahuan
berupa pencerdasan Sudah ada pemicuan mempengaruhi
mengenai pembuangan dan terpicu sekali terjadinya ISPAL di
air limbah dan praktik desa Tamansari?
pengambilan sampel mereka. Kalo dilihat
pemanfaatan air sungai dari segi ekonomi
mereka sudah
mampu. Tapi kalo ke
prakteknya kembali

61
lagi ke kesadaran
masyarakat.
Sarana Prasarana  Pegawai Desa : sudah Apakah faktor sarana
prasarana
ada bantuan jamban mempengaruhi
gratis unuk beberapa terjadinya ISPAL di
desa Tamansari?
KK nah buat yang
belum dapat jamban
jadi nungguin jamban
gratis juga

62
UJI VALIDITAS REALIBILITAS

Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

63
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan

Untuk pernyataan nomer 2, 4, dan 6 variabel pengetahuan dihapus karena setelah


dilakukan uji validitas, menunjukan jawaban tidak bervariasi.
Sedangkan nomer 5 dan 10 juga dihapus karena banyak responen yang tidak tahu
mengenai oralit dan pengguanan antiobiotik pada pengobatan diare.

64
Hasil Uji Validitas Variabel Sarana Prasarana

65
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sarana Prasarana

Untuk pernyataan nomer 4, 6, 7, 9, dan 10 variabel Sarana Prasarana dihapus karena


setelah dilakukan uji validitas menunjukan jawaban tidak bervariasi.

66
Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan

67
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Lingkungan

Untuk pernyataan nomer 5 variabel Lingkungan karena pernyataan tersebut telah


dijelaskan oleh pernyataan dari variabel lain.

68
Uji Validitas Variabel Sikap

69
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap

Untuk pernyataan nomer 5 dan 9 variabel Sikap dihapus karena setelah dilakukan uji
validitas, menunjukan jawaban tidak bervariasi.

70
Uji Validitas Variabel Perilaku

71
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku

Untuk pernyataan nomer 3, 8, dan 10 variabel Perilaku dihapus karena setelah


dilakukan uji validitas, menunjukan jawaban tidak bervariasi

72
OUTPUT SPSS
Pengetahuan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tot_Peng

N 100
a
Normal Parameters Mean 4.6200

Std. Deviation 1.01285

Most Extreme Differences Absolute .240

Positive .240

Negative -.200

Kolmogorov-Smirnov Z 2.398

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2

Tot_Peng

N 100
a
Uniform Parameters Minimum 1.00

Maximum 7.00

Most Extreme Differences Absolute .430

Positive .147

Negative -.430

Kolmogorov-Smirnov Z 4.300

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Uniform.

73
Statistics

Tot_Peng

N Valid 100

Missing 0

Mean 4.6200

Median 4.0000

Std. Deviation 1.01285

Minimum 1.00

Maximum 7.00

Sum 462.00

Tot_Peng

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 1 1.0 1.0 1.0

2 1 1.0 1.0 2.0

3 5 5.0 5.0 7.0

4 44 44.0 44.0 51.0

5 28 28.0 28.0 79.0

6 19 19.0 19.0 98.0

7 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Statistics

Kategori Pengetahuan

N Valid 100

Missing 0

Mean 1.9300

Median 2.0000

Std. Deviation .25643

Minimum 1.00

74
Maximum 2.00

Sum 193.00

Kategori Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 7 7.0 7.0 7.0

Baik 93 93.0 93.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan X Riwayat

Kategori Pengetahuan * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Kategori Pengetahuan Buruk Count 4 3 7

% within Kategori
57.1% 42.9% 100.0%
Pengetahuan

Baik Count 36 57 93

% within Kategori
38.7% 61.3% 100.0%
Pengetahuan

Total Count 40 60 100

% within Kategori
40.0% 60.0% 100.0%
Pengetahuan

75
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .922 1 .337
b
Continuity Correction .314 1 .575

Likelihood Ratio .899 1 .343

Fisher's Exact Test .433 .284

Linear-by-Linear Association .912 1 .339


b
N of Valid Cases 100

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,80.

b. Computed only for a 2x2 table

Sikap

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tot_Sik

N 100
a
Normal Parameters Mean 29.2400

Std. Deviation 2.69350

Most Extreme Differences Absolute .139

Positive .139

Negative -.103

Kolmogorov-Smirnov Z 1.389

Asymp. Sig. (2-tailed) .042

a. Test distribution is Normal.

76
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2

Tot_Sik

N 100
a
Uniform Parameters Minimum 24.00

Maximum 38.00

Most Extreme Differences Absolute .321

Positive .321

Negative -.114

Kolmogorov-Smirnov Z 3.214

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Uniform.

Statistics

Tot_Sik

N Valid 100

Missing 0

Mean 29.2400

Median 29.0000

Std. Deviation 2.69350

Minimum 24.00

Maximum 38.00

Sum 2924.00

77
Tot_Sik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 24 3 3.0 3.0 3.0

25 3 3.0 3.0 6.0

26 4 4.0 4.0 10.0

27 16 16.0 16.0 26.0

28 19 19.0 19.0 45.0

29 14 14.0 14.0 59.0

30 16 16.0 16.0 75.0

31 6 6.0 6.0 81.0

32 7 7.0 7.0 88.0

33 3 3.0 3.0 91.0

34 6 6.0 6.0 97.0

35 1 1.0 1.0 98.0

37 1 1.0 1.0 99.0

38 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Statistics

Kategori Sikap

N Valid 100

Missing 0

Mean 1.5500

Median 2.0000

Std. Deviation .50000

Minimum 1.00

Maximum 2.00

Sum 155.00

78
Kategori Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 45 45.0 45.0 45.0

Baik 55 55.0 55.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Sikap X Riwayat

Kategori Sikap * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Kategori Sikap Buruk Count 16 29 45

% within Kategori Sikap 35.6% 64.4% 100.0%

Baik Count 24 31 55

% within Kategori Sikap 43.6% 56.4% 100.0%

Total Count 40 60 100

% within Kategori Sikap 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .673 1 .412
b
Continuity Correction .379 1 .538

Likelihood Ratio .676 1 .411

Fisher's Exact Test .539 .270

Linear-by-Linear Association .667 1 .414


b
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,00.

b. Computed only for a 2x2 table

79
Perilaku

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tot_Peri

N 100
a
Normal Parameters Mean 32.5700

Std. Deviation 4.00064

Most Extreme Differences Absolute .083

Positive .070

Negative -.083

Kolmogorov-Smirnov Z .828

Asymp. Sig. (2-tailed) .499

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2

Tot_Peri

N 100
a
Uniform Parameters Minimum 23.00

Maximum 40.00

Most Extreme Differences Absolute .194

Positive .078

Negative -.194

Kolmogorov-Smirnov Z 1.941

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Test distribution is Uniform.

80
Statistics

Tot_Peri

N Valid 100

Missing 0

Mean 32.5700

Median 33.0000

Std. Deviation 4.00064

Minimum 23.00

Maximum 40.00

Sum 3257.00

Tot_Peri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 23 2 2.0 2.0 2.0

24 2 2.0 2.0 4.0

26 4 4.0 4.0 8.0

27 2 2.0 2.0 10.0

28 6 6.0 6.0 16.0

29 7 7.0 7.0 23.0

30 10 10.0 10.0 33.0

31 4 4.0 4.0 37.0

32 9 9.0 9.0 46.0

33 12 12.0 12.0 58.0

34 7 7.0 7.0 65.0

35 8 8.0 8.0 73.0

36 10 10.0 10.0 83.0

37 6 6.0 6.0 89.0

38 7 7.0 7.0 96.0

40 4 4.0 4.0 100.0

81
Tot_Peri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 23 2 2.0 2.0 2.0

24 2 2.0 2.0 4.0

26 4 4.0 4.0 8.0

27 2 2.0 2.0 10.0

28 6 6.0 6.0 16.0

29 7 7.0 7.0 23.0

30 10 10.0 10.0 33.0

31 4 4.0 4.0 37.0

32 9 9.0 9.0 46.0

33 12 12.0 12.0 58.0

34 7 7.0 7.0 65.0

35 8 8.0 8.0 73.0

36 10 10.0 10.0 83.0

37 6 6.0 6.0 89.0

38 7 7.0 7.0 96.0

40 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Statistics

Kategori Perilaku

N Valid 100

Missing 0

Mean 1.5400

Median 2.0000

Std. Deviation .50091

Minimum 1.00

Maximum 2.00

82
Statistics

Kategori Perilaku

N Valid 100

Missing 0

Mean 1.5400

Median 2.0000

Std. Deviation .50091

Minimum 1.00

Maximum 2.00

Sum 154.00

Kategori Perilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 46 46.0 46.0 46.0

Baik 54 54.0 54.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Perilaku X Riwayat

Kategori Perilaku * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Kategori Perilaku Buruk Count 25 21 46

% within Kategori Perilaku 54.3% 45.7% 100.0%

Baik Count 15 39 54

% within Kategori Perilaku 27.8% 72.2% 100.0%

Total Count 40 60 100

% within Kategori Perilaku 40.0% 60.0% 100.0%

83
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.307 1 .007
b
Continuity Correction 6.242 1 .012

Likelihood Ratio 7.370 1 .007

Fisher's Exact Test .008 .006

Linear-by-Linear Association 7.234 1 .007


b
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,40.

b. Computed only for a 2x2 table

SarPras

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tot_SarPras

N 100
a
Normal Parameters Mean 3.9800

Std. Deviation 1.16324

Most Extreme Differences Absolute .250

Positive .190

Negative -.250

Kolmogorov-Smirnov Z 2.497

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal.

84
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2

Tot_SarPras

N 100
a
Uniform Parameters Minimum 1.00

Maximum 5.00

Most Extreme Differences Absolute .460

Positive .050

Negative -.460

Kolmogorov-Smirnov Z 4.600

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Uniform.

Statistics

Tot_SarPras

N Valid 100

Missing 0

Mean 3.9800

Median 4.0000

Std. Deviation 1.16324

Minimum 1.00

Maximum 5.00

Sum 398.00

85
Tot_SarPras

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 5 5.0 5.0 5.0

2 7 7.0 7.0 12.0

3 17 17.0 17.0 29.0

4 27 27.0 27.0 56.0

5 44 44.0 44.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Statistics

Kategori SarPras

N Valid 100

Missing 0

Mean 1.71

Median 2.00

Std. Deviation .456

Minimum 1

Maximum 2

Sum 171

Kategori SarPras

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 29 29.0 29.0 29.0

Baik 71 71.0 71.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

86
SarPras X Riwayat

Kategori SarPras * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Kategori SarPras Buruk Count 10 19 29

% within Kategori SarPras 34.5% 65.5% 100.0%

Baik Count 30 41 71

% within Kategori SarPras 42.3% 57.7% 100.0%

Total Count 40 60 100

% within Kategori SarPras 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .518 1 .472
b
Continuity Correction .245 1 .621

Likelihood Ratio .524 1 .469

Fisher's Exact Test .508 .312

Linear-by-Linear Association .513 1 .474


b
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,60.

b. Computed only for a 2x2 table

87
Lingkungan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Tot_Ling

N 100
a
Normal Parameters Mean 2.9200

Std. Deviation 1.29240

Most Extreme Differences Absolute .218

Positive .162

Negative -.218

Kolmogorov-Smirnov Z 2.183

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2

Tot_Ling

N 100
a
Uniform Parameters Minimum 1.00

Maximum 5.00

Most Extreme Differences Absolute .190

Positive .190

Negative -.170

Kolmogorov-Smirnov Z 1.900

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Test distribution is Uniform.

88
Statistics

Tot_Ling

N Valid 100

Missing 0

Mean 2.9200

Median 3.0000

Std. Deviation 1.29240

Minimum 1.00

Maximum 5.00

Sum 292.00

Tot_Ling

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 19 19.0 19.0 19.0

2 21 21.0 21.0 40.0

3 18 18.0 18.0 58.0

4 33 33.0 33.0 91.0

5 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Statistics

89
Kategori Lingkungan

N Valid 100

Missing 0

Mean 1.6000

Median 2.0000

Std. Deviation .49237

Minimum 1.00

Maximum 2.00

Sum 160.00

Kategori Lingkungan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Buruk 40 40.0 40.0 40.0

Baik 60 60.0 60.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Lingkungan X Riwayat

Kategori Lingkungan * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Kategori Lingkungan Buruk Count 9 31 40

% within Kategori
22.5% 77.5% 100.0%
Lingkungan

Baik Count 31 29 60

% within Kategori
51.7% 48.3% 100.0%
Lingkungan

Total Count 40 60 100

% within Kategori
40.0% 60.0% 100.0%
Lingkungan

90
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 8.507 1 .004
b
Continuity Correction 7.335 1 .007

Likelihood Ratio 8.838 1 .003

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear Association 8.422 1 .004


b
N of Valid Cases 100

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Pendidikan

Statistics

Pendidikan Ibu

N Valid 100

Missing 0

Mean 2.73

Median 3.00

Std. Deviation .874

Minimum 1

Maximum 5

Sum 273

91
Pendidikan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah/Tidak Tamat


3 3.0 3.0 3.0
SD

SD/Sederajat 41 41.0 41.0 44.0

SMP/Sederajat 41 41.0 41.0 85.0

SMA/Sederajat 10 10.0 10.0 95.0

Perguruan Tinggi/Akademi 5 5.0 5.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pendidikan X Riwayat

Kategori Pendidikan * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Kategori Pendidikan Dasar Count 35 50 85

% within Kategori Pendidikan 41.2% 58.8% 100.0%

Menengah Count 3 7 10

% within Kategori Pendidikan 30.0% 70.0% 100.0%

Tinggi Count 2 3 5

% within Kategori Pendidikan 40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 40 60 100

% within Kategori Pendidikan 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square .466 2 .792

Likelihood Ratio .481 2 .786

Linear-by-Linear Association .159 1 .690

92
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square .466 2 .792

Likelihood Ratio .481 2 .786

Linear-by-Linear Association .159 1 .690

N of Valid Cases 100

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,00.

Usia Ibu

Statistics

Kategori Usia Ibu

N Valid 100

Missing 0

Mean 2.0800

Median 2.0000

Std. Deviation .77434

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 208.00

Kategori Usia Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Remaja Akhir 24 24.0 24.0 24.0

Dewasa Awal 46 46.0 46.0 70.0

Dewasa Akhir 28 28.0 28.0 98.0

Lansia Awal 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

93
Usia Ibu X Riwayat

Kategori Usia Ibu * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Kategori Usia Ibu Remaja Akhir Count 5 19 24

% within Kategori Usia Ibu 20.8% 79.2% 100.0%

Dewasa Awal Count 19 27 46

% within Kategori Usia Ibu 41.3% 58.7% 100.0%

Dewasa Akhir Count 14 14 28

% within Kategori Usia Ibu 50.0% 50.0% 100.0%

Lansia Awal Count 2 0 2

% within Kategori Usia Ibu 100.0% .0% 100.0%

Total Count 40 60 100

% within Kategori Usia Ibu 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 7.873 3 .049

Likelihood Ratio 8.851 3 .031

Linear-by-Linear Association 6.674 1 .010

N of Valid Cases 100

a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,80.

94
Pekerjaan Ibu

Statistics

Pekerjaan Ibu

N Valid 100

Missing 0

Mean 5.72

Median 6.00

Std. Deviation .954

Minimum 1

Maximum 8

Sum 572

Pekerjaan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pegawai Negeri 2 2.0 2.0 2.0

Pegawai Swasta 1 1.0 1.0 3.0

Buruh 21 21.0 21.0 24.0

Ibu Rumah Tangga 71 71.0 71.0 95.0

Pedagang 3 3.0 3.0 98.0

Lian-lain 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

95
Pekerjaan Ibu X Riwayat

Pekerjaan Ibu * Riwayat Balita Diare Crosstabulation

Riwayat Balita Diare

Tidak Ya Total

Pekerjaan Ibu Pegawai Negeri Count 1 1 2

% within Pekerjaan Ibu 50.0% 50.0% 100.0%

Pegawai Swasta Count 0 1 1

% within Pekerjaan Ibu .0% 100.0% 100.0%

Buruh Count 6 15 21

% within Pekerjaan Ibu 28.6% 71.4% 100.0%

Ibu Rumah Tangga Count 32 39 71

% within Pekerjaan Ibu 45.1% 54.9% 100.0%

Pedagang Count 0 3 3

% within Pekerjaan Ibu .0% 100.0% 100.0%

Lian-lain Count 1 1 2

% within Pekerjaan Ibu 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 40 60 100

% within Pekerjaan Ibu 40.0% 60.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 4.737 5 .449

Likelihood Ratio 6.194 5 .288

Linear-by-Linear Association .221 1 .638

N of Valid Cases 100

a. 8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,40.

96
Multivariat

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Kat_Tot_Ling -1.695 .524 10.445 1 .001 .184

Kat_Usia_Ibu -.763 .314 5.902 1 .015 .466

Kat_Tot_Peri 1.418 .489 8.408 1 .004 4.128

Constant 2.646 1.262 4.399 1 .036 14.095

a. Variable(s) entered on step 1: Kat_Tot_Ling, Kat_Usia_Ibu, Kat_Tot_Peri.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


a
Step 1 Kat_Tot_Ling -1.629 .507 10.303 1 .001 .196

Kat_Tot_Peri 1.464 .476 9.441 1 .002 4.322

Constant .854 .945 .816 1 .366 2.348

a. Variable(s) entered on step 1: Kat_Tot_Ling, Kat_Tot_Peri.

97
HASIL FGD ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah disusun dengan menggunakan metode MVIC.
Dimana M (magnitude) adalah besarnya masalah yang dapat diselesaikan dengan
alternatif pemecahan masalah tersebut, I (importancy) adalah pentingnya alternatif
pemecahan masalah yang terkait dengan kelanggengan teratasinya masalah dengan
alternatif pemecahan masalah tersebut, V (vunerability) adalah kecepatan alternatif
pemecahan masalah dalam mengatasi masalah kesehatan dan C (cost) adalah biaya
yang dikeluarkan untuk menjalankan program yang akan direncanakan. Penentuan
alternatif pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel 4.3.1 dan untuk penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah menggunakan metode MVIC dapat dilihat
pada tabel.

Tabel Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah Kesehatan


Alternatif Pemecahan
Masalah Penyebab
Masalah
Diare pada balita Lingkungan yang Penyuluhan mengenai buang
mendukung warga Desa air besar di jamban
Tamansari untuk BAB di
kolam/ sungai Kerja bakti pada warga Desa
Tamansari yang belum maupun
sudah memiliki jamban
Pemicuan terhadap warga Desa
Tamansari yang belum
mempunyai jamban.

98
Tabel Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Menggunakan
Metode MVIC
Alternatif Pemecahan
M I V C Ranking
Masalah
Penyuluhan mengenai buang
2 2,5 2,5 4 III
air besar di jamban
Kerja bakti pada warga Desa
Tamansari yang belum
4 2,5 3 4 II
maupun sudah memiliki
jamban
Pemicuan terhadap warga
Desa Tamansari yang belum
4 3,5 3,5 4 I
mempunyai jamban.

Dari hasil penetapan prioritas alternatif pemecahan masalah diare pada


balita di Desa Tamansari dengan rumus MIV/C didapatkan hasil bobot skor
sebagai berikut:
1. Penyuluhan mengenai perilaku buang air besar di jamban = 3,125
2. Kerja bakti pada warga Desa Tamansari yang belum maupun sudah
memiliki jamban = 7,5
3. Pemicuan terhadap warga Desa Tamansari yang belum mempunyai
jamban = 12, 25

Berdasarkan ranking di atas, alternatif pemecahan masalah perilaku


buang air besar di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas adalah Pemicuan
terhadap warga Desa Tamansari yang belum mempunyai jamban.

99
Dokumentasi

Gambar 1.1 (Lingkungan di sekitar rumah responden)

Gambar 1.2 (Lingkungan di sekitar rumah responden)

100
Gambar 1.3 (Proses pengambilan data dengan menggunakan
kuesioner)

Gambar 1.4 (Proses pengambilan data dengan menggunakan


kuesioner)

101
Gambar 1.5 (Kegiatan FGD Pemecahan Masalah)

Gambar 1.6 (Kegiatan FGD Pemecahan Masalah)

102

Anda mungkin juga menyukai