Laporan PBL New
Laporan PBL New
Disusun oleh:
Kelompok 10
Mairina Yulistiani I1A015097
Puri Yuntami I1A015098
Muhammad Rizky H I1A015100
Dimas Arya Pamungkas I1A015101
Eko Warni I1A015102
Maharani Kartikasari I1A015103
Devita Anggriani I1A015104
Aulia Mutiara I1A015105
Muhammad Arifin I1A015106
Muhammad Fajri A I1A015107
Dian Anandari
NIP : 198906242015042002
1
RINGKASAN
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus disetiap tahunnya. Penyakit ini sering
menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita). Penularan diare
dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh Enteropatogen, kontak langsung dengan penderita, barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Sampai saat ini
penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang, salah satunya di Indonesia. Di tahun 2015, angka kasus diare terbesar
terjadi di Banyumas, Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Tamansari,
Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini menggunakan
pendekatan cross-sectional untuk mempelajari hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyakit diare tersebut. Populasi pada kegiatan ini adalah seluruh ibu
yang memeliki balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas. Sampel diambil menggunakan sistem random-sampling. Instrumen yang
digunakan terdiri dari kuesioner, wawancara, form data sekunder, dan dokumentasi.
Hasil menunjukan bahwa faktor yang paling mempengaruhi kejadian diare adalah
lingkungan.
2
Daftar Isi
Lembar Pengesahan .................................................................................................... 1
Ringkasan .................................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan .................................................................................................... 4
Latar Belakang .............................................................................................................. 4
Tujuan ........................................................................................................................... 7
Manfaat ......................................................................................................................... 8
BAB II Tinjauan Pustaka…………………………………………………………...9
Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………9
BAB III Metode Pelaksanaan……………………………………………………...22
Metode Penelitian……………………………………………………………………22
BAB IV Hasil dan Pembahasan……………………………………………………32
BAB V Kesimpulan dan Saran…………………………………………………….45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….47
LAMPIRAN………………………………………………………………………...52
Daftar Tabel
Tabel 1.2 Definisi Operasional……………………………………………………..23
Tabel 1.3 Jadwal Kegiatan……………………………………………………........31
Tabel 1 Umur Responden……………………………………………………….....34
Tabel 2 Pendidikan Responden……………………………………………………35
Tabel 3 Pekerjaan Responden……………………………………………………..35
Tabel 4 Pengetahuan Responden………………………………………………….36
Tabel 5 Sikap Responden…………………………………………………………..37
Tabel 6 Sarana dan Prasarana………………………………………………….…37
Tabel 7 Lingkungan Responden…………………………………………………...38
Tabel 8 Hasil Bivariat………………………………………………………………38
Daftar Lampiran
Kuesioner……………………………………………………………………………52
Matriks FGD………………………………………………………………………..56
Uji Validitas dan Realibilitas…..…………………………………………………..63
Hasil FGD Pemecahan Masalah…………………………….……………………..98
Dokumentasi ………………………………………………………………………100
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan
dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus disetiap tahunnya. Penyakit ini
sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini
(WHO, 2013). Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan
dunia terutama di negara berkembang besarnya masalah tersebut terlihat dari
tingginya kesakitan dan kematian akibat diare (Salwan, 2008). Penularan diare
dapat dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang
tercemar oleh Enteropatogen, kontak langsung dengan penderita, barang-barang
yang telah tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara
penularan ini dikenal dengan istilah 4F yaitu Finger, Flies, Fluid, Field
(Subagyo dan Santoso, 2012).
Kontrol penyakit diare sendiri telah lama diupayakan oleh pemerintah
Indonesia untuk penekanan angka kejadian diare. Upaya-upaya yang dilakukan
oleh pemerintah seperti adanya program-program penyediaan air bersih dan
sanitasi total berbasis masyarakat. Adanya promosi pemberian ASI ekslusif
sampai enam bulan, termasuk pendidikan kesehatan spesifik dengan tujuan bisa
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menurunkan kematian yang
disebabkan oleh penyakit diare. Namun penyakit diare masih menjadi penyebab
kematian tertinggi pada balita setelah ISPA (Kemenkes, 2013).
Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan cara alami untuk menjaga nutrisi
yang baik, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara emosi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat nutrisi yang
dibutuhkan, serta faktor anti bakteri dan anti virus yang melindungi bayi
terhadap infeksi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ASI dapat
mengurangi kejadian infeksi selama masa bayi dan balita. Suatu penelitian
menyatakan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI, dua kali lebih sering masuk
4
rumah sakit dibandingkan bayi yang mendapat ASI (Aldy dkk, 2009). Selain itu,
oralit dan zinc juga sangat dibutuhkan pada pengelolaan diare balita. Oralit
dibutuhkan sebagai rehidrasi yang penting saat anak banyak kehilangan cairan
akibat diare dan kecukupan zinc di dalam tubuh balita akan membantu proses
penyembuhan diare. Pengobatan dengan pemberian oralit dan zinc terbukti
efektif dalam menurunkan tingginya angka kematian akibat diare sampai 40
persen (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan Kemenkes (2013) angka prevalensi di Indonesia sebesar
5,5% untuk semua kelompok umur. Bila dilihat per kelompok umur insiden diare
tertinggi tercatat pada anak umur < 1 tahun yaitu 5,5%. Sedangkan pada umur 1-
4 tahun angka insiden diare sebanyak 5,1%. Adapun berdasarkan data Dinas
Kesehatan Jawa Tengah (2015) sebesar 67,7%, menurun bila dibandingkan
proporsi tahun 2014 yaitu 79,8%. Hal ini menunjukan penemuan dan pelaporan
masih perlu ditingkatkan. Kasus yang ditemukan maupun yang diobati belum
semua terlaporkan. Untuk kasus berdasarkan gender antara laki-laki dan
perempuan lebih banyak perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih
banyak berhubungan dengan faktor risiko diare, yang penularannya melalui
fekal-oral, terutama berhubungan dengan sarana air bersih, penyajian makanan
dan PHBS. Adapun data Kabupaten Banyumas berdasarkan data Dinas
Kesehatan Jawa Tengah (2015) angka penemuan kasus diare sebesar 67,8%.
Berdasarkan hasil community diagnosis yang diperoleh, penyebab
tingginya kasus diare di Desa Tamansari adalah belum adanya program
pencegahan diare seperti belum tersedianya oralit di beberapa posyandu dan baru
diadakan penyuluhan saja. Selain itu buang air besar sembarangan seperti di
kolam dan sungai menjadi salah satu faktor tingginya kasus diare di Desa
Tamansari. Sedangkan menurut data yang diperoleh dari puskesmas
Karanglewas tahun 2016, dari 63.871 jiwa dengan jumlah penduduk tertinggi di
Desa Tamansari 6904 jiwa (10,8%) dengan kasus diare yang ditemukan di Desa
Tamansari sebesar 72 kasus. berdasarkan diskusi kelompok terarah yang
dilakukan Diare termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan Puskesmas
5
Karanglewas induk. Dengan demikian kelompok kami mengangkat
permasalahan diare di Desa Tamansari.
Melihat banyaknya kasus diare, maka salah satu wujud nyata dari usaha
perubahan perilaku penyebab penyakit diare pada balita adalah melalui Praktek
Belajar Lapangan I yang dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu–Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto merupakan salah satu mata kuliah wajib yang bertujuan untuk
membekali mahasiswa agar menjadi lulusan seperti yang diharapkan sesuai visi
Jurusan Kesehatan Masyarakat Unsoed. Selain itu, kegiatan PBL ini merupakan
salah satu wujud penerapan ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah didapatkan
oleh mahasiswa dari proses perkuliahan
Dalam pelaksanaanya, PBL di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas yang kami lakukan mempunyai beberapa tahapan, yaitu PBL I
tujuannya adalah menganalisis masalah serta menentukan prioritas masalah
dengan mempertimbangan data sekunder yang diperoleh, kemudian dilanjutkan
ke tahap berikutnya yaitu PBL II yang tujuannya mengembangkan intervensi
berdasarkan prioritas masalah pada PBL I. Kemudian intervensi tersebut
digunakan untuk membantu masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas
Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi diare pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan
Karanglewas, Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
b. Mengetahui gambaran responden umur, pendidikan, pekerjaan Ibu balita.
6
c. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, perilaku, lingkungan, sarana
dan prasarana, pada Ibu balita dan pelayanan kesehatan di Desa
Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
d. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan kejadian penyakit diare
pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
e. Mengetahui hubungan antara sikap dan kejadian penyakit diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas
Tahun 2017.
f. Mengetahui hubungan antara perilaku dan kejadian penyakit diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
g. Mengetahui hubungan antara pelayanan kesehatan dan kejadian penyakit
diare pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
h. Mengetahui hubungan antara lingkungan dan kejadian penyakit diare
pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
i. Mengetahui hubungan antara sarana dan prasarana dengan kejadian
penyakit diare pada balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas,
Kabupaten Banyumas Tahun 2017.
j. Mengetahui hubungan status gizi dan kejadian penyakit diare pada di
Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas Tahun
2017.
k. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian diare pada
balita di Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas
Tahun 2017.
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Masyarakat
7
a. Memberikan informasi serta gambaran mengenai penyakit diare pada
balita.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit diare pada balita,
sehingga masyarakat dapat melakukan upaya preventif secara mandiri.
c. Meningkatkan peranan petugas kesehatan terhadap program pencegahan
penyakit diare pada balita.
2. Manfaat Bagi Puskesmas
Memberikan informasi dan saran terkait program di masa yang akan datang
agar penyakit diare pada balita di Desa Tamansari menurun.
3. Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit diare pada
balita.
b. Meningkatkan keterampilan dalam penulisan karya ilmiah, serta dapat
memenuhi nilai PBL I.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Diare
a. Pengertian Diare
Menurut Widoyono (2008), diare adalah buang air besar (BAB) 3
kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (muntaber). Sedangkan
menurut Depkes RI (2011), diare adalah buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah
cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal
itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan
berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung
antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan
(Soegijanto, 2002).
b. Diare pada Balita
Diare lebih dominan menyerang pada balita karena daya tahan
tubuhnya masih lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran
bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah berlebihan akan
menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan). Inilah yang harus selalu di
waspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan
mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat
badannya lebih ringan dari orang dewasa. Maka cairan tubuhnya pun
relatif sedikit, sehingga jika kehilangan sedikit saja cairan dapat
mengganggu organ-organ vitalnya. Apalagi sang anak juga belum mampu
mengkomunikasikan keluhannya, sehingga tidak mudah mendeteksinya.
Dehidrasi akan semakin parah jika disertai keluhan lain seperti mencret
dan panas karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus
9
kematian balita karena dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya
terjadi karena ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya
ini (Cahyono, 2010).
c. Etiologi Diare
Menurut Widaya (2004), secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam golongan enam besar, tetapi yang sering ditemukan
di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut:
1. Infeksi yang dapat disebabkan:
a) Bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli, golongan vibrio,
bacillus cereus, Clostridium perfringens, Staphyiccoccus aureus,
Campylobacter dan aeromonas.
b) Virus misal: Rotavirus, Norwalk dan norwalk like agen dan
adenovirus.
c) Parasit, misal: cacing perut, Ascaris, Trichiuris,
Strongyloides,Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica,
Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto.
2. Alergi.
3. Malabsorbsi.
4. Keracunan yang dapat disebabkan oleh:
a) Keracunan bahan kimiawi.
b) Keracunan oleh bahan yang dikandung dan diproduksi yaitu jasad
renik, ikan, buah-buahan dan sayur-sayuran.
5. Imunodefisiensi.
6. Sebab-sebab lain.
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan
diare pada anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada
anak umur 6 bulan sampai 2 tahun (Suharyono,2008). Infeksi
Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena
diare berat pada anak-anak kecil merupakan infeksi nasokomial yang
10
signifikan oleh mikroorganisme pathogen. Salmonella, Shigella dan
Campylobacter merupakan bakteri patogen yang paling sering di
isolasi.
Mikroorganisme Giardia lamblian dan Cryptosporodium
merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius
akut (Wong, 2009). Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru
yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak pada kasus orang dewasa
dibandingkan anak-anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan
mikroorganisme penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal oral
melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan antar
manusia dengan kontak yang erat (Wong, 2009).
d. Faktor Risiko
1. Sarana pembuangan tinja
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok
atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya
(Proverawati dan Rahmawati, 2012).
2. Penyediaan air bersih
Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun
harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air
minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan
kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar,
maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar
air minum (Soemirat, 2009).
3. SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) rumah tangga
Air limbah adalah sisa air yang berasal dari rumah tangga,
industri dan tempat-tempat umum lainnya yang umumnya
mengandung bahan-bahan yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan hidup (Notoadmodjo, 2007).
11
e. Pencegahan
Menurut Kemenkes RI (2011), kegiatan pencegahan penyakit diare
yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk
dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup
untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril,
berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa
cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang
akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui
secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus
diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses
menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik
dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI
turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru
lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah
tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula, berisiko
tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi
buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
12
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi
secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi
perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan
pendamping ASI, yaitu:
a) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan
dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan
setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih
sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua
makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan
biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur,
ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran
berwarna hijau ke dalam makanannya.
c) Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak.
Suapi anak dengan sendok yang bersih.
d) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat
yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut
melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja,
misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-
minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau
oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko
menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak
13
mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap
serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai
penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Ambil air dari sumber air yang bersih
b) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
c) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi
anak-anak
d) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang
bersih dan cukup.
f) Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,
sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare untuk menurunkan angka kejadian diare
sebesar 47%.
4. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai
jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di
jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
14
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
5. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan
penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang
secara benar.
6. Personal Hygiene
Faktor personal hygiene (kebersihan perorangan) ibu juga
sangat berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita. Perilaku ibu
berkontribusi meningkatkan kasus diare pada balita. Ibu merupakan
orang terdekat dengan balita tang mengurus segala keperluan balita
seperti mandi, menyiapkan dan memberi makanan atau minuman.
Perilaku ibu yang tidak hygienis seperti tidak mencuci tangan pada
saat memberi makan anak, tidak mencuci bersih peralatan masak dan
makan, dapat menyebabkan balita terkena diare. Personal hygiene ibu
perumahan yang baik bisa terwujud apabila didukung oleh perilaku
masyarakat yang baik (Depkes RI, 2008)
2. Sanitasi Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2007), sanitasi lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar
terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di lingkungan
tersebut. Sanitasi lingkungan merupakan usaha untuk mengoptimalkan faktor
lingkungan agar menjadi media yang baik serta sehat bagi manusia, dan lebih
mengutamakan pencegahan agar berbagai penyakit dapat terhindar. Slamet,
dkk (2001) mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan
pada pengawasan dan pengendalian/kontrol pada faktor lingkungan manusia
seperti:
1) penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan
sehat.
2) pembuangan kotoran manusia, air buangan dan sampah.
15
3) individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.
4) makanan (susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat.
5) anthropoda binatang pengerat dan lain-lain.
6) kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang berbahaya dari kehidupan
manusia.
7) pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya bebas dari bahaya-bahaya
kepada masyarakat sekitar.
Pan American Health Organization (PAHO) (dalam WHO, 2002)
menggambarkan efek yang dapat timbul dari upaya kesehatan lingkungan
yang tidak sehat untuk 5 (lima) sanitasi dasar yaitu sebagai berikut:
a. water supplay and waste water disposal
Kerusakan struktur bangunan, kerusakan pipa saluran, kerusakan sumber air,
kehilangan sumber energi, pencemaran secara biologi dan kimia, kerusakan
alat transport, kekurangan tenaga, bertambahnya beban pada sistem,
kekurangan persediaan dan pengganti peralatan.
b. solid waste handling
Kerusakan struktur bangunan, kerusakan alat transport, kerusakan peralatan,
kekurangan tenaga, pencemaran air, tanah dan udara.
c. food handling
Kerusakan pada makanan, kerusakan peralatan makanan, gangguan alat
transportasi, kehilangan sumber energi, membanjirnya fasilitas
d. vector control
Meningkatnya perkembangbiakan vektor, meningkatnya kontak vektor
dengan manusia, berkembangnya vektor penyakit dan kerusakan program.
e. home sanitation
Kerusakan pondasi bangunan, pencemaran pada air dan makanan,
kehilangan tenaga akibat pemanasan yang tinggi, limbah cair maupun limbah
padat dan kekumuhan.
Lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai jenis penyakit
seperti kolera, tipus, infeksi hati, polio, dan lain lain. Laporan WHO tahun
16
2004 menyebutkan sekitar 1,8 juta penduduk meninggal dunia setiap
tahunnya karena penyakit diareyang umumnya balita terutama di negara-
negara berkembang. Selain itu, sanitasi lingkungan yang buruk
memungkinkan berbagai penyakit menularterus menyebar. Contoh penyakit
yang dapat menyebar karena kondisi sanitasi yang buruk yaitu
Schistosomiasis, Ascariasis, infeksi trachoma dan infeksi trematode
(Waluya, 2008).
3. Teori Derajat Kesehatan
Menurut H.L. Blum, dikutip Notoadmodjo (2007), derajat kesehatan
dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, dan hereditas. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor
terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan.Oleh
karena itu, lingkungan sehat dan perilaku sehat perlu diupayakan dengan
sungguh-sungguh.
a. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu peran penting dan berpengaruh
positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat.Lingkungan
juga merupakan determinan dalam menularkan dan munculnya suatu
penyakit, baik menular maupun tidak menular.Usaha memperbaiki atau
meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa, dan dari
masyarakat satu kemasyarakat lain, bervariasi dan bertingkattingkat, dari
yang sederhana sampai kepada yang modern (Notoatmodjo,2007).
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain penyakit
disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat
yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit
berbasislingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air
bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya
tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah
pertanian, sampah, sarana transportasi, serta kondisi lingkungan fisik
yang memungkinkan (Achmadi, 2008).
17
Menurut Notoatmojo (2003), faktor lingkungan memberikan
peranan yang besar terhadap terjadinya penyakit diare. Adapun penyebab
diare itu sendiri diliat dari faktor lingkungan yaitu :
1) kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik
2) hygiene perseorangan yang kurang baik.
3) sanitasi makanan yang kurang baik
b. Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa
interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak
sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu.
Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku
individu, sebelum mampu mengubah perilaku tersebut (Machfoedz, 2006).
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan mewawancarai terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan
secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
responden (Notoatmodjo, 2007).
Faktor perilaku yang menyebabkan kejadian diare antara lain :
1) pemberian ASI eksklusif yang rendah
2) pemberian makanan tambahan terlalu dini
3) stress yang berlebihan
4) masalah nutrisi dan imunitas tubuh
c. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
18
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti
ditingkatkan. (Notoatmodjo, 2003).
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. Sebab di puskesmas akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki
kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun
program-program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan
penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang
jatuh sakit (Notoatmodjo, 2003).
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah
seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang
berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan
lainnya. Penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2003).
Pelayanan kesehatan yang ada dapat berjalan dengan baik jika dari
pemerintah mendukung program yang ada. Kesungguhan dan keseriusan
pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan menjadi penentu
suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas dan posyandu menjadi ujung
tombak dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Untuk penyakit
diare dilihat dari faktor ini adalah karena kurangnya penyuluhan dan
pemberian informasi kepada masyarakat mengenai penyebab diare dan
cara pencegahannya.
d. Genetik
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial. (Notoatmodjo,
19
2003). Untuk penyakit diare tidak dipengaruhi oleh faktor genetik,karena
diare bisa terjadi pada siapapun,golongan umur,maupun jenisa kelamin
apapun
20
B. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Karakteristik Responden
- Nama Ibu
- Nama Balita
- Alamat Ibu
- Umur Ibu
- Umur Balita
- Pendidikan Ibu
- Pekerjaaan Ibu
Pengetahuan
Tentang diare pada balita
Faktor Lingkungan
- Sosial ekonomi
Kejadian Diare
- Biologis
- Sosial budaya
Faktor Perilaku
- Pengetahuan
- Sikap
- Personal Higiene
21
BAB III
METODE PELAKSANAAN
22
3. Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Alat Ukur Kategori Skala
Operasional
1. Umur Ibu Rentang waktu Kuesioner - Remaja akhir : 17-25Interval
ibu antara saat tahun
lahir sampai - Dewasa awal : 26 – 35
pengambilan data tahun
responden - Dewasa akhir : 36 -45
tahun
- Lansia awal : 46 – 55
tahun
- Lansia akhir : 56 – 65
tahun
- Manula : > 65 tahun
(Depkes RI, 2009)
2. Pendidikan Tingkatan status Kuesioner - Dasar (SD,SMP) Ordinal
- Menengah (SMA)
Ibu pendidikan yang
- Tinggi (D3,S1,S2) (PP
di dapat oleh ibu RI, No 17 2010)
3. Pekerjaan Ibu Jenis aktivitas Kuesioner - Pedagang Nominal
yang dilakukan - Penambang
oleh ibu untuk - Buruh/ Tani
memenuhi - PNS/ Honorer
kebutuhan sehari- - TNI / Polri
hari - Pensiunan
- Wiraswasta
- Ibu Rumah Tangga
(BPS, 2017)
4. Perilaku Ibu Kegiatan atau Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
aktifitas perilaku normal maka, tidak
Ibu untuk terjadi diare: > nilai
23
pencegahan diare mean, sedangkan
terhadap balita. terjadi diare: < nilai
(Notoatmodjo, mean.
2010) - Jika data berdistribusi
tidak normal maka
tidak terjadi diare: >
nilai median,
sedangkan terjadi
diare:< nilai median.
5. Lingkungan Lingkungan Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
disekitar rumah normal maka, tidak
responden terjadi diare: > nilai
meliputi mean, sedangkan
lingkungan terjadi diare: < nilai
biologi, sosial mean.
ekonomi dan - Jika data berdistribusi
sosial budaya tidak normal maka
pada saat tidak terjadi diare: >
dilakukan nilai median,
pengambilan data sedangkan terjadi
diare:< nilai median.
6. Sarana Tersedianya Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
Prasarana kelengkapan normal maka, tidak
sarana sumber air terjadi diare: > nilai
bersih, jamban mean, sedangkan
sehat, dan saluran terjadi diare: < nilai
pembuangan air mean.
limbah yang - Jika data berdistribusi
memenuhi syarat. tidak normal maka
tidak terjadi diare: >
24
nilai median,
sedangkan terjadi
diare:< nilai median.
7. Sikap Ibu Tanggapan ibu Kuesioner - Jika data berdistribusi Likert
terkait normal maka, tidak
pencegahan diare terjadi diare: > nilai
meliputi: mean, sedangkan
- Pengguna terjadi diare: < nilai
an air mean.
bersih - Jika data berdistribusi
- Mencuci tidak normal maka
tangan tidak terjadi diare: >
- Pemberian nilai median,
ASI sedangkan terjadi
- Jamban diare:< nilai median.
Sehat
8. Pengetahuan Pemahaman ibu Kuesioner - Jika data berdistribusi Ordinal
Ibu mengenai normal maka, tidak
pengertian diare, terjadi diare: > nilai
penyebab, tanda, mean, sedangkan
gejala, dan terjadi diare: < nilai
pengobatan diare mean.
- Jika data berdistribusi
tidak normal maka
tidak terjadi diare: >
nilai median,
sedangkan terjadi
diare:< nilai median.
25
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek atau obyek penelitian
dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009). Populasi pada PBL I ini adalah seluruh ibu dari balita
sejumlah 351 di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas Kabupaten
Banyumas Tahun 2017.
b. Sampel
Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel dalam PBL I ini adalah Ibu dari balita di Desa Tamansari
sebanyak 183. Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas yang
dipilih berdasarkan teknik pengambilan sampel tertentu. Penentuan
besar sampel menurut Lemeshow (1997) ditentukan dengan
menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi.
n = { Z1- α / 2 √ + Z1-β √ }2
(P1 - P2)2
Keterangan :
N = Besar Sampel
Z 1-α/2 = Nilai Z pada Derajat Kepercayaan (5% = 1, 96)
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (80%)
P1 = Proporsi perilaku masyarakat yang baik terkait penggunaan jamban
P2 = Proporsi perilaku masyarakat yang tidak baik terkait penggunaan
jamban
P = (P1 + P2)/2
Berdasarkan data dari Desa Tamansari diketahui :
26
Diketahui :
N = 351
Z = 1,96
P 1= 0,1
P2 = 0,35
d = 0,1
Hasil Perhitungan:
n = { Z1- α / 2 √ + Z1-β √ }2
(P1 - P2)2
2
n ={1,96√ +0,84 √
(0,1-0,35) 2
n ={1,96√ +0,84√ }2
(0,1-0,35) 2
27
2) Balita yang buang air besar lebih lunak atau lebih cair dari
biasanya.
3) Balita yang buang air besar paling sedikit 3 kali dalam 24
jam.
b) Kriteria eksklusi kasus diare :
1) Ibu yang tidak memiliki waktu untuk observasi rumah.
2) Balita yang buang air besar 1 kali dalam sehari.
5. Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa cara yaitu:
a. Data Primer
Metode pengumpulan data primer yang digunakan yaitu
wawancara terstruktur dan pengamatan dengan bantuan kuesioner.
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk pengumpulan
data, peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2005).
Wawancara adalah pengisian kueosioner dilakukan untuk mencari tahu
usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, perilaku, lingkungan,
sarana dan prasarana, pelayanan kesehatan, dan personal higiene ibu
terkait dengan faktor-faktor penyebab terjadinya diare di Desa
Tamansari, Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono,
2010). Metode pengumpulan data sekunder yang digunakan adalah data
profil Kecamatan Karanglewas, data penyakit dan program puskesmas
Karanglewas yang diambil dari Balai Desa, Kader dan Puskesmas
Karanglewas.
6. Instrumen
28
Instrumen yang digunakan terdiri dari kuesioner, wawancara, form data
sekunder, dan dokumentasi. Jenis Kuesioner yang digunakan adalah
Kuesioner tertutup dimana jawaban sudah ditentukan. Form data sekunder
menjadi salah satu instrumen yang digunakan dalam PBL I untuk
mengetahui status derajat kesehatan masyarakat Desa Tamansari. Form ini
berupa pernyataan-pernyataan yang berisi keterangan status derajat
kesehatan masyarakat dan data demografi Desa Tamansari. Sedangkan
dokumentasi digunakan sebagai pelengkap berupa foto-foto kondisi
lingkungan dan sarana prasarana.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini (content validity) menggambarkan kesesuaian sebuah
pengukur data dengan apa yang akan diukur (Arikunto, 2006).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2010).
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Dalam
kegiatan PBL I ini, instrumen yang digunakan akan diuji validitas dan
reliabilitas pada 30 orang.
7. Analisa Data
Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh dari kuesioner dan
data dari masyarakat Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas akan
dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan program komputer yaitu
SPSS. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat, bivariat dan multivariat.
a. Analisis Univariat
29
Analisis univariat untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2010). Pada
analisis ini data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau
grafik (Setiawan dan Saryono, 2010). Analisis univariat pada penelitian
ini dilakukan pada masing-masing variabel yaitu karakteristik responden
yang terdiri dari umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sikap,
perilaku, lingkungan dan sarana prasarana responden.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi
dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif
(Setiawan dan Saryono, 2010). Analisis bivariat dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel pengetahuan dan
sikap responden sebelum dan sesudah dilakukan penelitian. Data
dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square, untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas (karakteristik balita,
karakteristik Ibu, perilaku, lingkungan dan sarana prasarana), terhadap
variabel tergantung (kejadian diare) pada anak balita secara simultan,
untuk menentukan besarnya kontribusi masing-masing variabel
(Evayanti, dkk, 2014).
c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel
independen mana yang menunjukkan paling dominan berhubungan
terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji regresi logistik
berganda karena variabel dependen berupa data kategorik. Uji regresi
logistik berganda yang digunakan adalah regresi logistik berganda
dengan prediksi. Pemodelan prediksi bertujuan untuk memperoleh
model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang di anggap
terbaik untuk memprediksi kejadian dependen (Amran, 2012).
30
F. Jadwal Kegiatan
BULAN
No KEGIATAN September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembekalan PBL
2. Survei Lapangan
3. Penyusunan Proposal
4. Pengumpulan Proposal
5. Pelepasan Mahasiswa PBL
6. Pelaksanaan PBL I
7. Penyusunan Laporan PBL I
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambaran Umum
Secara adminstratif Desa Tamansari termasuk dalam wilayah
Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas dan dapat ditempuh sekitar 20
menit dari Ibu Kota Kabupaten dengan jarak sekitar 9 km. Dari Kecamatan
Karanglewas berjarak kurang lebih 1 km. Desa Tamansari berbatasan
langsung dengan desa-desa yaitu :
32
No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)
4. Lain-lain 29,80
Jumlah 350,96
Visi :
Misi :
33
9. Meningkatkan kegiatan sosial masyarakat Dan Menumbuhkembangkan
Budaya Dan Kesenian Lokal.
10. Menciptakan Kondisi Teritib, Aman, Demokratis Berlandaskan Keselerasan
Dan Berdasarkan Undang-Undang Yang Berlaku.
11. Membangunan sarana prasarana ( infrasturktur ) guna percepatan arus
ekonomi dan mobilitas masyarakat meliputi, Jalan lingkungan, Jalan desa,
Jalan usaha tani, Jalan Penghubung antar desa antar Kecamatan.
12. Menjalin Kerja sama antar desa atau pihak ketiga.
13. Pemuda dan Olah Raga
Manajemen Pelaksanaan
Program yang ada di Desa Tamansari dari Puskesmas Karanglewas
yaitu STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan sebelum di lakukan
STBM di awali dengan melakukan demo tentang cuci tangan dengan sabun
dan untuk intervensi program STBM baru satu pilar yaitu tentang ODF (Open
Defecation Free) atau BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Program itu di
anggap berhasil karena sudah 80% berhasil pelaksanaannya namun outcame
dari warga Desa Tamansari belum berhasil karena belum dapat mengubah
perilaku warga di Desa Tamansari, dan sebagian banyak warganya masih
menuntut material kepada Puskesmas seperti menuntut untuk dibuatkan
jamban. STBM di Desa Tamansari dilakukan setiap tiga kali dalam setahun
bertempatan di PKD (Pusat Kesehatan Desa) dan di rumah kader PKK.
Survei
1. Gambaran Karakteristik Respondens
1) Umur responden
Tabel 1. Umur Responden di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun 2017
34
Umur Frekuensi (f) Persentase (%)
Remaja Awal 24 24,0
Dewasa Awal 46 46,0
Dewasa Akhir 28 28,0
Lansia Awal 2 2,0
2) Pendidikan responden
Tabel 2. Pendidikan Responden di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak Sekolah 3 3,0
SD/MI 41 41,0
SMP/Sederajat 41 41,0
SMA/Sederajat 10 10,0
Akademi/Perguruan Tinggi 5 5,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan responden yaitu SD/MI dan SMP sebanyak 41
orang dengan persentase 41,0%.
3) Pekerjaan responden
Tabel 3. Pekerjaan Responden di Desa Tamansari Kecamatan
Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun 2017
35
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)
Pegawai Negeri 2 2,0
Pegawai Swasta 1 1,0
Buruh 21 21,0
IRT (Ibu Rumah Tangga) 71 71,0
Pedagang 3 3,0
Lainnya 2 2,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)
Buruk 7 7,0
Baik 93 93,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar
pengetahuan responden yaitu baik sebanyak 93responden dengan
persentase 93%.
36
Tabel 5. Sikap Responden di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun 2017
Sikap Frekuensi (f) Persentase (%)
Buruk 45 45,0
Baik 55 55,0
Total 100 100,0
(Sumber : Data Primer, 2017)
Berdasarkan tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian besar sikap
responden yaitu baik sebanyak 55 responden dengan persentase 55%.
Buruk 29 29,0
Baik 71 71,0
Total 100 100,0
37
Ketegori Lingkungan Frekuensi (f) Persentase (%)
Buruk 40 40.0
Baik 60 60.0
Total 100 100.0
(Sumber : Data Primer, 2017)
38
B. Pembahasan
1. Pendidikan
Penelitian oleh kesehatan masyarakat UNNES diketahui bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan
kejadian diare pada balita yang tinggal di sekitar TPS Banaran Kampus
UNNES. Dengan nilai OR sebesar 16 maka diketahui bahwa risiko
terkena diare pada balita dengan tingkat pengetahuan ibu kategori cukup
16 kali lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengetahuan ibu kategori
baik. Hasil ini selaras dengan penelitian Sintamurniwaty (2006), tingkat
pendidikan sejalan dengan tingkat pengetahuan ibu, dimana ibu yang
memiliki pendidikan masih rendah berisiko 2,03 kali lebih besar dapat
mempengaruhi terjadinya diare pada balita dibandingkan yang memiliki
pendidikan kategori tinggi, p value = 0,023 pada 95% CI = 1,10 – 3,77.
Pengetahuan yang cukup seorang ibu dapat menerapkan perilaku hidup
sehat, mengetahui pencegahan dan dapat menangani setiap risiko yang
dapat menimbulkan diare begitu pula sebaliknya. Dari temuan di lapangan
diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki latar belakang
pendidikan SMA. Melihat keadaan tersebut maka tingkat pendidikan
mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu balita dalam berperilaku dan
berupaya secara aktif guna mencegah terjadinya diare pada balitanya
(Wijaya, 2012). Namun pada penelitian yang kami lakukan di desa
Tamansari Kecamatan Karanglewas, tingkat pendidikan tidak berpengaruh
pada kejadian diare karena sebagian besar ibu tingkat pendidikannya dasar
dan angka kejadian diare rendah.
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi jika seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif
39
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2010).
Semakin tinggi tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima
pengetahuan baru dan semakin tinggi pendidikan seseorang akan
semakin baik pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare salah satunya adalah pengetahuan orang
tua. Pengetahuan orang tua merupakan salah satu penyebab terjadinya
diare karena ketidaktahuan orang tua akan penyebab diare, bagaimana
cara penularan diare dan cara pencegahan diare sehingga angka kejadian
diare menjadi tinggi (Irwanto, 2000). Pengetahuan mengenai kesehatan
terutama dalam pencegahan diare pada anak balita sangat diperlukan
karena tanpa pengetahuan ibu balita yang baik akan mempengaruhi
perilaku anak agar terhindar dari diare.
Hasil penelitian didapatkan 93% pengetahuan responden sudah baik
mengenai pencegahan diare pada anak balita. Sebagian besar responden
di desa Tamansari sudah mengetahui tanda gejala diare, cara pencegahan
diare dan cara penularan diare. Sesuai dengan penelitian Rane, dkk
(2017), beberapa ibu memiliki pengetahuan tinggi meskipun tergolong
dalam ibu rumah tangga dan berpendidikan rendah atau sedang, hal ini
dikarenakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah sehingga
waktunya penuh untuk merawat balita, rajin datang ke Puskesmas, rajin
datang ke Posyandu dan ada waktu untuk datang ke PKM terdekat ketika
balita terkena diare, sehingga diare pada balita dapat teratasi dengan
cepat. Sehingga menurut peneliti tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan terjadinya diare pada
balita.
3. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.
40
Menurut Iskandar (2003) sikap adalah suatu trait yang selain aktif
mempelajarinya, tetapi telah ditambah dengan perubahan perilaku yang
sesuai dengan sikapnya. Menurut Walgito (2003) sikap terbentuk dalam
perkembangan individu, karena faktor pengalaman individu mempunyai
peranan yang sangat penting dalam rangka pembentukan sikap individu
yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan 55% sikap dari 100 responden di
Desa Tamansari sudah baik. Dikatakan baik karena responden sudah
mengetahui tentang pencegahan diare pada balita dan pemanfaatan air
bersih untuk mencegah diare. Sedangkan berdasarkan penelitian Agustina
dkk (2012) diketahui dari total 40 responden sebagian besar memiliki
sikap negatif terhadap pencegahan diare pada balita yaitu sebanyak 23
responden (57%), dan hampir setengah responden yang termasuk kriteria
negatif yaitu ada 17 responden (43%) dan tidak satu pun yang termasuk
kriteria netral. Sehingga menurut peneliti sebagian besar responden
memiliki sikap negatif terhadap pencegahan diare maka hal ini juga ada
kaitannya dengan pengetahuan responden tentang pencegahan diare.
Hal ini sejalan dengan teori Perilaku kesehatan menurut teori
Lawrence Green (Notoamodjo, 2005) dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu
faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Tetapi faktor yang paling
berpengaruh adalah Faktor predisposing yang meliputi pengetahuan,
sikap nilai tradisi, umur, pendidikan. Dari kelima hal tersebut
pengetahuan dan sikap merupakan yang paling mendasar dalam hal
penularan maka kurangnya pengetahuan dan sikap merupakan elemen
yang mendasar untuk menuju perilaku seseorang terhadap pencegahan
terjadinya diare akut. Bila pengetahuan dan sikap baik maka klien akan
terhindar dari penyakit diare tetapi sebaliknya bila pengetahuan dan sikap
klien kurang terhadap pencegahan diare akut pada balita maka klien akan
mudah terkena diare akut.
41
4. Perilaku
Diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara
berkembang. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare
diperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta
diantaranya meninggal, yang sebagian besar terjadi pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun (Darmayanthi,dkk, 2008). Angka kematian akibat
diare cenderung menurun, tetapi kejadian sakit diare terutama yang
menyerang balita di daerah pedesaan cenderung masih dominan (Depkes
RI, 2001). Hal ini menyebabkan tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Seseorang dapat menjadi sehat
atau sakit akibat dari kebiasaan atau perilaku yang dilakukannya.
Kebiasaan yang tidak sehat dapat menunjang terjadinya penyakit,
sedangkan kebiasaan yang sehat dapat membantu mencegah penyakit
(Soemirat, 2004).
Penelitian yang dilakukan di Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas tahun 2017, dengan jumlah 100 responden terdapat
54 responden berperilaku baik dengan presentase 54% dan sebanyak 46
responden berperilaku buruk dengan presentase 46%. Hal ini sesuai
dengan jurnal penelitian Utari pada tahun 2009 yang mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kejadian diare.
5. Lingkungan
Sanitasi lingkungan masih menjadi salah satu tantangan yang
utama bagi negara-negara berkembang salah satunya Indonesia karena
menurut World Health Organization (WHO) salah satu penyebab saitasi
lingkungan adalah akses sanitasi lingkungan yang buruk. Dalam teori
42
Bloom menyatakan derajat kesehatan masyarakat ditentukan salah
satunya oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang terkait dengan
perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan kondisi lingkungan
yang buruk inilah yang timbulnya penyakit diare pada balita. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang menyebutkan bahwa ada hubunan
antara sanitasi lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja puskesmas mangkang tahun 2014 (Ferllando,
Asfawi. 2014). Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
terdahulu yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare di Pusksmas Matiti
Kabupaten Humbang Hasundutan (Purba. 2012).
6. Sarana Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana tidak berhubungan dengan kejadian
diare. Sebab faktor lingkungan merupakan faktor yang paling dominan
dalam kejadian diare pada balita. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar bakteri penyebab diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare akan dengan
mudah dapat terjadi pada balita (Depkes, 2005).
Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa ada hubungan ketersediaan sarana CTPS dengan
kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada ibu rumah tangga terhadap
kejadian diare (Jelantik, 2015). Kemudian didukung oleh penelitian yang
menyatakan bahwa perilaku ibu dalam pencegahan diare akan berhasil
apabila ibu mengetahui tentang cara mencegah diare dan berperilaku
sesuai dengan apa yang diketahuinya, dengan didukung oleh fasilitas dan
lingkungan yang mendukung (Jayantika, 2016).
Berdasarkan analisis hasil didapat faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada balita yaitu faktor lingkungan. Untuk
menentukan alternatif masalah maka dilakukan FGD II yang diadakan di
desa Tamansari, dan di dapat alternatif pemecahan masalah dari faktor
43
lingkungan yaitu akan dilakukan kerja bakti pada warga Desa Tamansari
yang belum maupun sudah memiliki jamban dan untuk pemicuan
dilakukan terhadap warga Desa Tamansari yang belum mempunyai
jamban.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari data yang didapatkan di lapangan melalui wawancara dengan 100 orang
responden didapatkan kelompok umur responden sebagai berikut, kelompok
remaja awal sebesar 24%, kelompok dewasa awal sebesar 46%, kelompok dewasa
akhir 28%, dan sebesar 2% termasuk kelompok lansia.
Adapun pendidikan responden yang kami dapatkan sebanyak 3% responden
tidak sekolah, 41% responden lulus SD/MI, sedangkan sebanyak 41% responden
luus SMP/sederajat, 10% responden lulus SMA/sederajat, dan sisanya sebanyak
5% responden lulus akademi/perguruan tinggi.
Data mengenai pekerjaaan dari 100 orang responden yang kami dapatkan
adalah bekerja sebagai pegawai negeri sebesar 2%, sebagai pegawai swasta
sebanyak 1%, buruh sebesar 21%, ibu rumah tangga sebesar 71%, dan sebagai
pedagang 3%, sedangkan sisanya sebesar 2% tidak termasuk ke dalam golongan
pekerjaan yang kami kelompokan.
Gambaran mengenai pengetahuan responden yang kami dapatkan adalah
sebanyak 93% dari reponden memiliki pengetahuan yang baik mengenai diare,
dan sisanya sebanyak 7% responden memiliki pengetahuan yang buruk mengenai
diare. Adapun sikap responden terhadap diare menunjukan angka sebesar 55%
responden bersikap baik dan 45% responden bersikap buruk. Mengenai perilaku
hidup bersih pada 100 responden ditemukan bahwa sebanyak 54% responden
memiliki perilaku kebersihan yang baik dan 46% memiliki perilaku kebersihan
yang buruk. Sebanyak 60% responden memiliki sanitasi lingkungan yang baik,
sedangkan sebanyak 40% reponden masih memiliki sanitasi lingkungan yang
buruk. Untuk sarana dan prasarana kebersihan sebanyak 71% responden memiliki
sarana dan prasarana yang baik, sedangkan sisanya 29% memiliki sarana dan
prasarana yang buruk. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kejadian diare
adalah variabel lingkungan dengan P-value 0,004.
45
B. Saran
1. Saran bagi masyarakat
a. Lebih berusaha untuk menjaga kebersihan lingkungannya untuk mencegah
terjadinya penyakit diare.
b. Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya
penyakit diare.
2. Saran bagi Puskesmas
a. Melakukan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan.
b. Melakukan kegiatan pelatihan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Saran bagi mahasiswa
a. Melakukan pengamatan terhadap keadaan kamar mandi responden saat
mewawancara untuk mendapatkan keadaan sarana dan prasarana yang
lebih detail.
b. Mendokumentasikan keadaan lingkungan sekitar pemukiman responden
untuk dapat menggambarkan keadaan lingkungan dengan lebih jelas.
46
DAFTAR PUSTAKA
Aldy, O.S., Lubis, B.M., Sianturi, P., Azlin, E., dan Tjipta, G.D. 2009. Dampak
Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi. Sari Pediatri. 11(3): 167-173.
Departemen Kesehatan R I. 2001. Laporan Hasil Survei Angka Kesakitan Diare dan
Perilaku Ibu Dalam Tatalaksana Penderita Diare Balita Tahun 2000.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare (Edisi 4). Jakarta : Ditjen
PPM dan PPL.
47
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Jawa Tengah.
Semarang: Dinkes Provinsi Jawa Tengah.
Ferllando, Herry Tomy dan Supriyono Asfawi. 2015 Hubungan Antara Sanitasi
Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Tahun 2014. Skripsi. Semarang:
Universitas Dian Nuswantoro.
Irwanto, Rohim A, Sudarmo SM. 2012. Diare Akut pada Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
48
Lapau, Buchari. 2015. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta : Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
____________. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal: 146, 148
Rane Silvia, Yusri Dianne Jurnalis, dan Djusmaini Ismail. 2017. “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Diare dengan Kejadian Diare Akut pada Balita di
Kelurahan Lubuk Buaya Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang
49
Tahun 2013”. Jurnal Kesehatan Andalas. Padang: Universitas Andalas. Vol. 6
(2).
Subagyo B dan Santoso N.B. 2012. Diare Akut Pada Anak. Surakarta: UNS press.
Suharyono. 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta.
Utari T. 2009. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Delangau. Jurnal Kesehatan dan 9 Kedokteran
Indonesia. Volume 1: 53-61.
50
Walgito. Bimo, 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi, Hal: 111-
118, 135
WHO, 2002, Linking Program Evaluation to User Needs, The Politics of Program
Evaluation, Sage, USA.
Wijaya, Yulianto. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diare Balita Di Sekitar TPS Banaran
Kampus UNNES. Unnes journal of Public health vol 1 no 1 : hal 1-8
Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta
: EGC.
51
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYAKIT DIARE PADA BALITA
DI DESA TAMANSARI, KECAMATAN KARANGLEWAS,
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2017.
No. Kuisioner :
Petunjuk pengisian :
1. Isilah identitas anda
2. Lingkari salah satu pilihan yang sesuai dengan pilihan anda
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Ibu :
2. Nama Balita :
3. Alamat :
4. Umur Ibu :
5. Umur Balita :
6. Pendidikan :
a. Tidak sekolah/ tidak tamat SD
b. Sekolah Dasar/ sederajat
c. Sekolah Menengah Pertama/ sederajat
d. Sekolah Menengah Atas/ sederajat
e. Perguruan Tinggi/ Akademi
7. Pekerjaan :
a. Pegawai Negeri f. Buruh
b. Pegawai Swasta g. Ibu Rumah Tangga
c. Wiraswasta h. Pedagang
d. Petani h. Lain-Lain
Dalam satu tahun terakhir, apakah anak ibu menderita diare ?
a. Ya
b. Tidak*
*Pilih salah satu
52
B. Pengetahuan
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) di kolom
yang menurut anda benar!
No Pernyataan Benar Salah
1. Demam disertai BAB cair merupakan tanda gejala
diare *
2. Minum dari gelas yang sama dengan penderita
diare dapat menularkan diare*
3. Dot yang tidak bersih dapat menyebabkan anak
diare.
4. Selesai bermain anak diharuskan mencuci tangan
dengan sabun.
5. Diare ditularkan melalui nyamuk*
6. Minuman bersoda harus dihindari ketika anak
sedang diare.
7. Antibiotik dapat diberikan pada anak yang diare
C. Sikap
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
Sangat
Sangat Tidak
No Pernyataan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
1. Saya terbiasa buang air besar dikolam*
Menurut Ibu BAB dikolam dapat
2.
merugikan kesehatan
Menurut Ibu membuat jamban dapat
3.
mencegah penyakit diare
Ibu merasa menggunakan air bersih saat
4.
memasak dapat mencegah diare
Ibu mengajarkan balita cuci tangan
5. dengan sabun sebagai upaya
pencegahan diare.
Ibu tetap membiarkan balita BAB
6. dikolam meski anggota keluarga
melarang*
Menurut Ibu membuang kotoran di
7.
jamban dapat mencegah penyakit diare
Membuang air bersih disembarang
8. tempat dapat menyebabkan penyakit
diare*
Ibu merasa menggunakan air bersih saat
9.
memasak dapat mencegah diare
53
Ibu memberikan air tajin sebagai
10.
pengganti oralit
D. Perilaku
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
Kadang Tidak
No Pernyataan Selalu Sering
-kadang pernah
Ibu mencuci bahan makanan dengan
1
air mengalir sebelum dimasak
Ibu mencuci tangan dengan air
2 mengalir sebelum menyiapkan atau
memasak makanan
Ibu mengganti pakaian kerja minimal
3
3 hari sekali
Anak ibu mencuci tangan
4 menggunakan air mengalir dan sabun
sebelum makan
Ibu mencuci tangan menggunakan
5
sabun dan air mengalir
Ibu memotong kuku tangan dan kaki
6
minimal sekali dalam seminggu
Ibu mencuci tangan menggunakan air
7 mengalir dan sabun setelah buang air
kecil/buang air besar
Ibu selalu melakukan tindakan untuk
8
mencegah diare pada anak ibu
Ibu bersedia datang sewaktu
9
diadakan penyuluhan tentang diare
Ibu tetep mencegah anak jajan
10
sembarangan meski anak menangis
E. Sarana Prasarana
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
No Pernyataan Ya Tidak
1. Di rumah saya tersedia jamban
2. Saya dan keluarga menggunakan jamban ketika buang
air besar
3. Keadaan jamban di rumah saya terbuka*
4. Saya memperoleh air untuk memasak dari sungai*
5. Saya mencuci alat makan dengan air sungai*
54
F. Lingkungan
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda (√) dikolom
yang menurut anda benar!
No Pernyataan Ya Tidak
1. Saya dan keluarga saya biasa membuang sampah di
sungai/parit/sembarang tempat *
2. Dirumah saya terdapat septic tank
3. Keadaan saluran air limbah di rumah saya terbuka*
4. Pekarangan rumah saya sering dikotori ternak atau
hewan yang buang kotoran
5. Dilingkungan sekitar rumah ibu terdapat kebiasaan
membuang air besar disungai.
6 Dilingkungan sekitar rumah ibu terdapat kebiasaan
membuang air besar dikolam
7. Aliran air pada saluran pembuangan limbah dirumah
saya berjalan lancer
55
MATRIKS FGD DESA TAMANSARI
Matriks FGD Penyakit Hipertensi pada Desa Tamansari
56
Perilaku Ibu PKK : Adanya sensasi bahagia Perilaku apa saja
jika melihat ikan makan feses yang mendorong
warga DBD?
Perilaku menahan BAB jika sedang
diluar karena ingin memberikannya
kepada ikan sehingga kolam masih
terus digunakan
Sarana Prasana Kader Posyandu : Sudah dilakukn Sarana prasarana
PSN satu bulan sekali dan sudah terkait DBD apa
dilaporkan secara rutin saja yang ada di
desa tamansari
Pengetahuan Kader Posyandu : Masih ada Bagaimana
beberapa warga yang menghalangi kondisi
kader PSN untuk masuk pengetahuan
Ada warga yang mendapatkan warga desa
bantuan jmban namun pembuangan tamansari
masih ke kolam mengenai DBD?
57
keluarga.
Kader : Ya, BAB sembarangan
masih ada. Khususnya yang
tinggal di daerah aliran sungai.
Yang tinggal di daerah aliran
sungai masih banyak yang
BAB sembarangan.
Perangkat Desa : Saya pernah
menjumpai orang punya
jamban, punya kolam. Tapi
biasa itu buangnya tetap di
kolam, di sungai. Saya sudah
sampaikan bahwa sudah tidak
boleh BAB di sungai, dikolam
apalagi di darat.
Pengetahuan Kader : Di desa Tamansari Apakah faktor
belum ada. Paling kita pengetahuan
memberi penyuluhan tentang mempengaruhi
larutan gula garam terjadinya diare di
desa Tamansari?
Sarana Penduduk dengan Perangkat Desa : Untuk air Apakah faktor
Prasarana akses sanitasi layak sarana prasarana
dengan jumlah 4.842 bersih ya kebanyakan dari mempengaruhi
sumber. Kalau yang bukan terjadinya diare di
desa Tamansari?
sumber ya dari PDAM. Tapi
insya alloh kalo untuk air
bersih ya sudah tercukupi lah.
58
Matriks FGD Penyakit ISPA pada Desa Tamansari
59
pemahaman desa Tamansari?
kemudian kesadaran.
Yang jelas
pemahaman. Seolah-
olah ISPA itu jarang
ada yang mengerti
tentang penyakit
ISPA. Mungkin ada
yang mengerti ISPA
itu sinfeksi saluran
pernapasan akut,
hanya sekedar
mengerti
membahayakan dan
dapat menimbulkan
kematian.
Sarana Prasarana Perangkat Desa : Apakah faktor sarana
prasarana
Untuk air bersih ya mempengaruhi
kebanyakan dari terjadinya ISPA di
desa Tamansari?
sumber. Kalau yang
bukan sumber ya
dari PDAM. Tapi
insya alloh kalo
untuk air bersih ya
sudah tercukupi lah.
60
Matriks FGD ISPAL pada Desa Tamansari
61
lagi ke kesadaran
masyarakat.
Sarana Prasarana Pegawai Desa : sudah Apakah faktor sarana
prasarana
ada bantuan jamban mempengaruhi
gratis unuk beberapa terjadinya ISPAL di
desa Tamansari?
KK nah buat yang
belum dapat jamban
jadi nungguin jamban
gratis juga
62
UJI VALIDITAS REALIBILITAS
63
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan
64
Hasil Uji Validitas Variabel Sarana Prasarana
65
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sarana Prasarana
66
Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan
67
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Lingkungan
68
Uji Validitas Variabel Sikap
69
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap
Untuk pernyataan nomer 5 dan 9 variabel Sikap dihapus karena setelah dilakukan uji
validitas, menunjukan jawaban tidak bervariasi.
70
Uji Validitas Variabel Perilaku
71
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku
72
OUTPUT SPSS
Pengetahuan
Tot_Peng
N 100
a
Normal Parameters Mean 4.6200
Positive .240
Negative -.200
Kolmogorov-Smirnov Z 2.398
Tot_Peng
N 100
a
Uniform Parameters Minimum 1.00
Maximum 7.00
Positive .147
Negative -.430
Kolmogorov-Smirnov Z 4.300
73
Statistics
Tot_Peng
N Valid 100
Missing 0
Mean 4.6200
Median 4.0000
Minimum 1.00
Maximum 7.00
Sum 462.00
Tot_Peng
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Kategori Pengetahuan
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.9300
Median 2.0000
Minimum 1.00
74
Maximum 2.00
Sum 193.00
Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan X Riwayat
Tidak Ya Total
% within Kategori
57.1% 42.9% 100.0%
Pengetahuan
Baik Count 36 57 93
% within Kategori
38.7% 61.3% 100.0%
Pengetahuan
% within Kategori
40.0% 60.0% 100.0%
Pengetahuan
75
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,80.
Sikap
Tot_Sik
N 100
a
Normal Parameters Mean 29.2400
Positive .139
Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z 1.389
76
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2
Tot_Sik
N 100
a
Uniform Parameters Minimum 24.00
Maximum 38.00
Positive .321
Negative -.114
Kolmogorov-Smirnov Z 3.214
Statistics
Tot_Sik
N Valid 100
Missing 0
Mean 29.2400
Median 29.0000
Minimum 24.00
Maximum 38.00
Sum 2924.00
77
Tot_Sik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Kategori Sikap
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.5500
Median 2.0000
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Sum 155.00
78
Kategori Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Sikap X Riwayat
Tidak Ya Total
Baik Count 24 31 55
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,00.
79
Perilaku
Tot_Peri
N 100
a
Normal Parameters Mean 32.5700
Positive .070
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .828
Tot_Peri
N 100
a
Uniform Parameters Minimum 23.00
Maximum 40.00
Positive .078
Negative -.194
Kolmogorov-Smirnov Z 1.941
80
Statistics
Tot_Peri
N Valid 100
Missing 0
Mean 32.5700
Median 33.0000
Minimum 23.00
Maximum 40.00
Sum 3257.00
Tot_Peri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
81
Tot_Peri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Kategori Perilaku
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.5400
Median 2.0000
Minimum 1.00
Maximum 2.00
82
Statistics
Kategori Perilaku
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.5400
Median 2.0000
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Sum 154.00
Kategori Perilaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perilaku X Riwayat
Tidak Ya Total
Baik Count 15 39 54
83
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,40.
SarPras
Tot_SarPras
N 100
a
Normal Parameters Mean 3.9800
Positive .190
Negative -.250
Kolmogorov-Smirnov Z 2.497
84
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 2
Tot_SarPras
N 100
a
Uniform Parameters Minimum 1.00
Maximum 5.00
Positive .050
Negative -.460
Kolmogorov-Smirnov Z 4.600
Statistics
Tot_SarPras
N Valid 100
Missing 0
Mean 3.9800
Median 4.0000
Minimum 1.00
Maximum 5.00
Sum 398.00
85
Tot_SarPras
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Kategori SarPras
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.71
Median 2.00
Minimum 1
Maximum 2
Sum 171
Kategori SarPras
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
86
SarPras X Riwayat
Tidak Ya Total
Baik Count 30 41 71
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,60.
87
Lingkungan
Tot_Ling
N 100
a
Normal Parameters Mean 2.9200
Positive .162
Negative -.218
Kolmogorov-Smirnov Z 2.183
Tot_Ling
N 100
a
Uniform Parameters Minimum 1.00
Maximum 5.00
Positive .190
Negative -.170
Kolmogorov-Smirnov Z 1.900
88
Statistics
Tot_Ling
N Valid 100
Missing 0
Mean 2.9200
Median 3.0000
Minimum 1.00
Maximum 5.00
Sum 292.00
Tot_Ling
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
89
Kategori Lingkungan
N Valid 100
Missing 0
Mean 1.6000
Median 2.0000
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Sum 160.00
Kategori Lingkungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lingkungan X Riwayat
Tidak Ya Total
% within Kategori
22.5% 77.5% 100.0%
Lingkungan
Baik Count 31 29 60
% within Kategori
51.7% 48.3% 100.0%
Lingkungan
% within Kategori
40.0% 60.0% 100.0%
Lingkungan
90
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00.
Pendidikan
Statistics
Pendidikan Ibu
N Valid 100
Missing 0
Mean 2.73
Median 3.00
Minimum 1
Maximum 5
Sum 273
91
Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan X Riwayat
Tidak Ya Total
Menengah Count 3 7 10
Tinggi Count 2 3 5
Chi-Square Tests
92
Chi-Square Tests
Usia Ibu
Statistics
N Valid 100
Missing 0
Mean 2.0800
Median 2.0000
Minimum 1.00
Maximum 4.00
Sum 208.00
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
93
Usia Ibu X Riwayat
Tidak Ya Total
Chi-Square Tests
94
Pekerjaan Ibu
Statistics
Pekerjaan Ibu
N Valid 100
Missing 0
Mean 5.72
Median 6.00
Minimum 1
Maximum 8
Sum 572
Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
95
Pekerjaan Ibu X Riwayat
Tidak Ya Total
Buruh Count 6 15 21
Pedagang Count 0 3 3
Lian-lain Count 1 1 2
Chi-Square Tests
96
Multivariat
97
HASIL FGD ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
98
Tabel Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Menggunakan
Metode MVIC
Alternatif Pemecahan
M I V C Ranking
Masalah
Penyuluhan mengenai buang
2 2,5 2,5 4 III
air besar di jamban
Kerja bakti pada warga Desa
Tamansari yang belum
4 2,5 3 4 II
maupun sudah memiliki
jamban
Pemicuan terhadap warga
Desa Tamansari yang belum
4 3,5 3,5 4 I
mempunyai jamban.
99
Dokumentasi
100
Gambar 1.3 (Proses pengambilan data dengan menggunakan
kuesioner)
101
Gambar 1.5 (Kegiatan FGD Pemecahan Masalah)
102