Anda di halaman 1dari 205

BAB 4

ANALISIS RENCANA
DETAIL TATA RUANG DAN
PERATURAN ZONASI

4-1
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.1 ANALISIS STRUKTUR INTERNAL WP


4.1.1 Analisis Sistem Pusat Pelayanan
Skalogram yang merupakan salah satu metode analisis dengan menunjukkan
kelengkapan sarana yang terdapat pada suatu wilayah. Pada masing-masing desa
dianalisis kelengkapan sarana dengan menggunakan pembobotan dengan skala
perbandingan 100%. Dari masing-masing pemobotan sarana dilakukan penjumlahan
untuk mendapatkan total bobot akhir. Total bobot akhir menjadi patokan untuk
menentukan klasifikasi.

Adapun indikator yang dapat dijadikan penentuan pusat pertumbuhan/pelayanan


kegiatan wp ciomas yaitu jumlah fasilitas. Variabel kelengkapan sarana setiap desa
mengidentifikasi dan mengukur masing-masing lokasi yang berpotensi menjadi pusat
orientasi pelayanan dari sisi kelengkapan fungsi dan aktivitas yang diwakili oleh
keragaman jenis fasilitas yang terdapat pada masing-masing desa. Kelengkapan sarana
baik yang terdiri dari:

1) fasilitas Pendidikan
2) fasilitas Kesehatan
3) fasilitas peribadatan
4) fasilitasn perdagangan dan jasa

Setelah mengetahui faktor yang digunakan sebagai penentuan pusat pelayanan


diatas yaitu sentralitas jumlah fasilitas, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah
menentukan bobot dan penentuan hirarki. Penentuan hirarki terbagi dalam 3 rank size.
Hirarki yan paling tinggi menjadi hirarki 1 dan begitu selanjutnya. Hirarki 1 menunjukan
pusat utama pelayanan kegiatan di wilayah tersebut. Berikut merupakan pembobotan
indeks sentralitas WP Ciomas:

Tabel 4. 1 Analisa Skalogram Kecamatan Ciomas

Pendidikan Kesehatan Perekonomian


Pengobatan
SMA/MA/S
SMP/MTS

Posyandu

Warung
TK/KB

SD/MI

Pasar
Postu

No Kelurahan/Desa
Balai
MK

1 Ciapus 1 1 0 0 1 0 0 0 1
2 Ciomas 1 1 0 0 0 0 0 1 1
3 Ciomasrahayu 1 1 0 0 0 0 1 0 1
4 Kotabatu 1 1 1 1 1 1 0 0 1
5 Laladon 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Mekarjaya 0 1 1 1 1 0 0 0 1
7 Padasuka 1 1 1 1 0 0 1 0 1

4-1
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

8 Pagelaran 1 1 1 1 1 1 1 0 1
9 Parakan 1 1 1 1 0 0 0 0 1
10 Sukaharja 1 1 1 1 1 0 1 0 1
11 Sukamakmur 1 1 1 1 1 1 1 0 1
Jumlah 10 11 8 8 7 4 6 2 11

Lanjutan….
Peribadatan Pemerintahan

Nikah/KUA
Kecamatan
Musholla

Kantor
Mesjid
No Kelurahan/Desa Jumlah Range

Balai
Kantor
Polisi
1 Ciapus 1 1 0 1 1 8 S
2 Ciomas 1 1 0 0 0 6 R
3 Ciomasrahayu 1 1 0 0 0 6 R
4 Kotabatu 1 1 0 0 0 9 T
5 Laladon 1 1 0 0 0 11 T
6 Mekarjaya 1 1 0 0 0 7 R
7 Padasuka 1 1 0 0 0 8 S
8 Pagelaran 1 1 1 0 0 11 T
9 Parakan 1 1 0 0 0 7 R
10 Sukaharja 1 1 0 0 0 9 T
11 Sukamakmur 1 1 0 0 0 10 T
Jumlah 11 11 1 1 1 92
Sumber: Hasil Analisa 2021

Tabel 4. 2 Analisa Skalogram Kecamatan Tamansari

Pendidikan Kesehatan
POSYAND
SMA/MA/

Desa/

PENGOB
SMP/MI

POSTU

BALAI
TK/KB

No

ATAN
SD/MI

SMK

Kelurahan U

1 Sukajadi 0 1 1 1 0 1 0
2 Sukaluyu 0 1 1 1 0 1 1
3 Sukajaya 0 1 1 0 1 1 0
4 Sukaresmi 1 1 1 0 1 1 0
5 Pasir Eurih 1 1 0 0 1 1 0
6 Tamansari 1 1 0 1 0 1 1
7 Sukamantri 1 1 1 1 0 1 0
8 Sirnagalih 1 1 1 1 1 1 0
TOTAL 5 8 6 5 4 8 2

4-2
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Lanjutan….

Ekonomi Peribadatan Pemerintahan

Kantor Polisi
TOKO/WAR

Nikah/KUA
Kecamatan

Range
Musholla
Desa/

PASAR

Kantor
Masjid
No Jumlah

UNG

Balai
Kelurahan

1 Sukajadi 1 0 1 1 0 0 0 7 R
2 Sukaluyu 1 0 1 1 0 0 0 8 S
3 Sukajaya 1 0 1 1 0 0 0 7 R
4 Sukaresmi 1 0 1 1 0 0 1 9 S
5 Pasir Eurih 1 0 1 1 0 0 0 7 R
6 Tamansari 1 0 1 1 0 0 0 8 S
7 Sukamantri 1 0 1 1 0 0 0 8 S
8 Sirnagalih 1 0 1 1 1 1 0 11 T
TOTAL 8 0 8 8 1 1 1 65
Sumber: Hasil Analisa 2021

Setelah melakukan analisa skalogram. Selanjutnya dilakukan pembobotan indeks


sentralitas di masing-masing kecamata. Hasil analisa Indeks Sentralitas dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 4. 3 Pembobotan Indeks Sentralitas Kecamatan Ciomas

Pendidikan Kesehatan
SMA/MA/SM

POSYANDU

PENGOBAT
SMP/MI

Desa/
POSTU
TK/KB

BALAI
SD/MI

No

AN
Kelurahan
K

1 Ciapus 10,00 9,09 0,00 0,00 14,29 0,00 0,00


2 Ciomas 10,00 9,09 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Ciomasrahayu 10,00 9,09 0,00 0,00 0,00 0,00 16,67
4 Kotabatu 10,00 9,09 12,50 12,50 14,29 25,00 0,00
5 Laladon 10,00 9,09 12,50 12,50 14,29 25,00 16,67
6 Mekarjaya 0,00 9,09 12,50 12,50 14,29 0,00 0,00
7 Padasuka 10,00 9,09 12,50 12,50 0,00 0,00 16,67
8 Pagelaran 10,00 9,09 12,50 12,50 14,29 25,00 16,67
9 Parakan 10,00 9,09 12,50 12,50 0,00 0,00 0,00
10 Sukaharja 10,00 9,09 12,50 12,50 14,29 0,00 16,67
11 Sukamakmur 10,00 9,09 12,50 12,50 14,29 25,00 16,67
Jumlah Unit Desa 10 11 8 8 7 4 6
Sentralitas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Bobot 10,00 9,09 12,50 12,50 14,29 25,00 16,67

4-3
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Lanjutan….
Peribadatan Pemerintahan

Nikah/KUA
Kecamatan
Musholla
Desa/

Kantor

Kantor
Masjid

Polisi
No Jumlah Range

Balai
Kelurahan

1 Ciapus 9,09 9,09 0,00 100,00 100,00 260,65 T


2 Ciomas 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 46,38 R
3 Ciomasrahayu 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 63,03 R
4 Kotabatu 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 110,65 R
5 Laladon 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 127,34 S
6 Mekarjaya 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 75,65 R
7 Padasuka 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 88,03 R
8 Pagelaran 9,09 9,09 100,00 0,00 0,00 227,32 T
9 Parakan 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 71,36 R
10 Sukaharja 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 102,32 R
11 Sukamakmur 9,09 9,09 0,00 0,00 0,00 127,32 S
Jumlah Unit Desa 11 11 1 1 1
Sentralitas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Bobot 9,09 9,09 100,00 100,00 100,00
Sumber: Hasil Analisa 2021

Tabel 4. 4 Pembobotan Indeks Sentralitas Kecamatan Tamansari

Pendidikan Kesehatan

POSYANDU

PENGOBAT
SM K
SMP/MI

Desa/

POSTU
TK/KB

BALAI
SMA/MA/
SD/MI

No
Kelurahan

A
1 Sukajadi 0,00 12,50 16,67 20,00 0,00 12,50 0,00
2 Sukaluyu 0,00 12,50 16,67 20,00 0,00 12,50 50,00
3 Sukajaya 0,00 12,50 16,67 0,00 25,00 12,50 0,00
4 Sukaresmi 20,00 12,50 16,67 0,00 25,00 12,50 0,00
5 Pasir Eurih 20,00 12,50 0,00 0,00 25,00 12,50 0,00
6 Tamansari 20,00 12,50 0,00 20,00 0,00 12,50 50,00
7 Sukamantri 20,00 12,50 16,67 20,00 0,00 12,50 0,00
8 Sirnagalih 20,00 12,50 16,67 20,00 25,00 12,50 0,00
Jumlah Unit Desa 5 8 6 5 4 8 2
Sentralitas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Bobot 20,00 12,50 16,67 20,00 25,00 12,50 50,00

Lanjutan….

4-4
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Peribadatan Pemerintahan

Musholla

Kecamat
Desa/

Nikah/K
Kantor
Masjid
No Jumlah Range

Polisi
Kanto

Balai

UA
Kelurahan

an

r
1 Sukajadi 12,50 12,50 0,00 0,00 0,00 99,17 R
2 Sukaluyu 12,50 12,50 0,00 0,00 0,00 149,17 R
3 Sukajaya 12,50 12,50 0,00 0,00 0,00 104,17 R
4 Sukaresmi 12,50 12,50 0,00 0,00 100,00 224,17 S
5 Pasir Eurih 12,50 12,50 0,00 0,00 0,00 107,50 R
6 Tamansari 12,50 12,50 0,00 0,00 0,00 152,50 R
7 Sukamantri 12,50 12,50 0,00 0,00 0,00 119,17 R
8 Sirnagalih 12,50 12,50 100,00 100,00 0,00 344,17 T
Jumlah Unit Desa 8 8 1 1 1 1300,00
Sentralitas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Bobot 12,50 12,50 100,00 100,00 100,00
Sumber: Hasil Analisa 2021

Hasil dari tabel beberapa analisa dilakukan skoring penentuan tingkatan hirarki kelurahan
dan desa, didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Hirarki I yaitu Desa/Kelurahan Laladon, Kecamatan Ciomas dan Desa


Tamansari, Kecamatan Tamansari.
2. Hirarki II yaitu Desa/Kelurahan Ciomas, Ciomasrahayu, Kotabatu, Mekarjaya,
Padasuka, Pagelaran, Kecamatan Ciomas dan Desa/Kelurahan Sukajadi,
Sukaluyu, Sukaresmi, Pasireurih, Sirnagalih Kecamatan Tamansari
3. Hirarki III yaitu Desa/Kelurahan Parakan, Sukaharja, Sukamakmur, Ciapus
Kecamatan Ciomas dan Desa/Kelurahan Sukajaya dan Sukamantri Kecamatan
Tamansari

Tabel 4. 5 Hasil Analisa Skalogram

Kepadatan
Desa/ Skalogram IST Total
No Penduduk Hirarki
Kelurahan Skor
Range Bobot Range Bobot Range Bobot
Kecamatan Ciomas
1 Ciapus S 2 S 2 T 3 7 II
2 Ciomas S 2 R 1 R 1 4 IV
3 Ciomasrahayu T 3 R 1 R 1 5 IV
4 Kotabatu S 2 T 3 R 1 6 III
5 Laladon R 1 T 3 S 2 6 III
6 Mekarjaya S 2 R 1 R 1 4 IV
7 Padasuka S 2 S 2 R 1 5 IV

4-5
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

8 Pagelaran S 2 T 3 T 3 8 I
9 Parakan R 1 R 2 R 1 4 IV
10 Sukaharja R 1 T 3 R 1 5 IV
11 Sukamakmur R 1 T 3 S 2 6 III
Kecamatan Tamansari
1 Sukajadi R 1 R 1 R 1 3 IV
2 Sukaluyu R 1 S 2 R 1 4 IV
3 Sukajaya R 1 R 1 R 1 3 IV
4 Sukaresmi S 2 S 2 S 2 6 II
5 Pasir Eurih S 2 R 1 R 1 4 IV
6 Tamansari R 1 S 2 R 1 4 IV
7 Sukamantri S 2 S 2 R 1 5 III
8 Sirnagalih T 3 T 3 T 3 9 I
Sumber: Hasil Analisa 2021

4.1.2 Analisis Intensitas Pemanfaatan Ruang


WP Ciomas memiliki intensitas bangunan yang bervariasi, dimana pada
bangunan- bangunan yang berada di jalan-jalan utama memiliki KDB dan KLB
maksimum yang lebih tinggi dari bangunan-bangunan yang berada di jalan-jalan lokal
dan jalan lingkungan. Adapun pengembangan intensitas bangunan di WP Ciomas
berdasarkan Peraturan Bupati No. 92 Tahun 2018 dapat dilihat dalam tabel berikut

4.2 ANALISIS SISTEM PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE)


Pada sub bab ini menjelaskan analisis sistem penggunaan lahan diantaranya
analisis simpangan pola ruang RTRW Kabupaten Bogor dan eksisting, analisis tutupan
lahan dan limpasan air, analisis intensitas pengembangan ruang, analisis kepemilikan
tanah.

4.2.1 Analisis Simpangan Pola Ruang RTRW Kabupaten Bogor


dan Eksisting
Analisis simpangan ini dilakukan untuk melihat kesesuaian rencana pola ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor Tahun 2016 apakah telah
sesuai atau tidak dengan penggunaan lahan eksisting di WP Ciomas. Hasil dari
simpangan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan rencana pola ruang RTRW
Kabupaten Bogor Tahun 2016 apakah dapat dipertahankan dan disesuaikan dengan
perkembangan saat ini atau perlu diubah karena tidak sesuai dengan perkembangan saat
ini. Dapat dilihat kesesuaian rencana pola ruang RTRW Kabupaten Bogor Tahun dengan
data spasial penggunaan lahan eksisting pada tabel sebagai berikut.

Berdasarkan hasil overlay antara rencana pola ruang RTRW Kabupaten Bogor
tahun 2016 dengan penggunaan lahan eksisting, simpangan rencana pola ruang yang
belum sesuai sangatlah kecil dibandingkan dengan simpangan yang sudah sesuai dengan

4-6
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 6 Klasifikasi KDH, KDB, dan KLB Kabupaten Bogor pada Pola Ruang Budidaya Permukiman (PD, PP1, PP2 dan PP3)
PD PP1 PP2 PP3
Luasmin KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH KDB KLB KDH KDB KLB
No Klasifikasi
m2 Min Max Max Min Max Max Min Max Max Min Max Max
1 Perumahandan Permukiman 80 50 30 0,9 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
2 Perdagangan 3.000 50 30 1,2 20 60 1,2 20 50 1 30 40 0,8
3 Perhotelan 500 50 30 0,9 20 60 4 20 50 3 30 40 2
4 Penyedia Jasa Khusus dan Hiburan
3.000 50 30 0,6 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
5 Campuran 1.000 50 30 0,9 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
6 Gudang/Pergudangan 100 50 30 0,3 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
7 Pengelolaan Limbah/Sampah
60 50 30 0,6 20 60 1,2 20 50 1 30 40 0,8
8 Pendidikan Dasar dan Menengah 2.000
dan1
2.500 50 30 1,2 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
9 PendidikanTinggi 20.000 50 30 1,2 20 60 4 20 50 3 30 40 2
10 FasilitasKesehatan 3.000 50 30 1,2 20 60 4 20 50 3 30 40 2
11 TamandanHutanKota 24.000 - 30 0,3 20 60 0,6 - 50 0,5 - 40 0,4
12 Fasilitas, Olahraga dan Pagelaran
Seni 1.000 50 30 0,6 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
13 Fasilitas Sosial 1.250 50 30 0,6 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
14 Fasilitas Peribadatan 3.600 50 30 1,2 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
15 Fasilitas Pemerintahan 200 - - - 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
16 Tempat Pemakaman Umum - 50 30 0,6 50 30 0,3 50 30 0,3 50 30 0,3
17 Pusat Data Telekomunikasi 60 - - - 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
18 Transportasi 500 50 30 0,6 20 60 2,4 20 50 2 30 40 1,6
19 Budidaya Pertanian, Tanaman
Pangan, Holtikultura, Perkebunan,
Peternakan,Perikanan - - 30 0,3 20 30 0,3 20 30 0,3 30 30 0,3
20 Tempat Pengolahan dan
Penyimpanan Hasil Pertanian, 100 50 30 0,6 30 60 1,2 30 50 1 30 40 0,8
Peternakan, Perikanan
21 Kegiatan kehutanan - - 30 0,6 - 30 0,3 - 30 0,3 - 30 0,3
22 Kegiatan Pertambangan - - 30 0,6 30 30 0,3 30 30 0,3 30 30 0,3
Sumber : Perbup Kab. Bogor No. 92/2018

4-7
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4-8
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

peruntukan Pola Ruang RTRW Kabupaten Bogor. Simpangan pola ruang dengan
eksisting yang sesuai mencapai 4433,99 Ha atau 80% dari luasan keseluruhan. Hasil
simpangan sebesar ≥50%, mengindikasikan bahwa rencana pola ruang tidak dapat
digunakan, perlu adanya perubahan dan disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Bogor
Tahun 2016, dengan mengacu pada Pedoman ATR/BPN No. 11 Tahun 2021 tentang
Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota dan Permen ATR/KPBN 14 Tahun 2021
tentang Pedoman Penyusunan Basis Data Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
Kabupaten dan Kota, Serta Peta Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota yang perlu
disesuaikan. Rincian jenis penyimpangan pola ruang tiap desa pada gambar dibawah ini.

Tabel 4. 7 Simpangan Pola Ruang

Kecamatan Desa/Kelurahan Sesuai Tidak Sesuai Total


Kota Batu 61,61 80,95 142,56
Mekarjaya 78,04 32,34 110,38
Parakan 81,64 3,39 85,03
Ciomas 216,67 15,98 232,65
Pagelaran 108,70 34,57 143,27
Kecamatan Ciomas Sukamakmur 54,63 9,54 64,17
Ciapus 111,18 9,10 120,28
Sukaharja 166,46 17,93 184,39
Padasuka 94,30 70,54 164,84
Ciomas Rahayu 110,79 18,41 129,20
Laladon 191,68 50,15 241,83
Sukajadi 212,38 104,93 317,31
Sukaluyu 147,60 24,89 172,49
Sukajaya 401,81 106,07 507,88
Sukaresmi 371,30 202,74 574,04
Kecamatan Tamansari Pasireurih 235,39 141,39 376,78
Tamansari 246,00 86,85 332,85
Sukamantri 244,50 72,94 317,44
Sirnagalih 1.299,30 258,95 1.558,25
Jumlah 4.433,99 1.368,66 5.802,65
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Simpangan pola ruang dengan eksisting yang sesuai mencapai 4433,99Ha atau
80% dari luasan keseluruhan. Sedangkan, untuk yang tidak sesuai mencapai 1368,6 ha
dari luasan keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesesuaian antara
penggunaan lahan eksisting dan rencana pola sudah mengikuti arahan penataan ruang
RTRW Kabupaten Bogor.

4-9
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.2.2 Analisis Tutupan Lahan dan Run-Off


Pertumbuhan penduduk menjadi penyebab terjadinya perkembangan di suatu
kawasan perkotaan karena menyebabkan meningkatnya kebutuhan ruang serta intensitas
penggunaan lahan. Secara otomatis peningkatan penggunaan lahan akan mempengaruhi
pengembangan sektor kegiatan lainnya, maka berpengaruh pula pada potensi yang
dimiliki oleh wilayah tersebut.

Pada akhirnya, kebutuhan akan ruang menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi


lahan terutama untuk fungsi kegiatan perdagangan dan jasa serta kebutuhan sarana
prasarana. Hal ini mengingat bahwa ketersediaan lahan bagi pembangunan terbatas,
sehingga kecenderungan perkembangan yang ada memperlihatkan bahwa lahan-lahan non
terbangun di sepanjang jalur jalan akan dimanfaatkan. Hal ini tentu saja disesuaikan
dengan kebutuhan dan kebijakan pemerintah setempat mengingat bahwa lahan non
terbangun seperti pertanian yang produktif tidak dapat dimanfaatkan bagi pembangunan
untuk sarana dan prasarana. Berikut merupakan lahan terbangun di WP Ciomas:

Tabel 4. 8 Luas lahan terbagun di WP Ciomas

Lahan Terbangun (ha)


Kecamatan Desa 2010 2015 2021
Ciapus 24,73 55,80 65,38
Ciomas 52,90 77,01 77,01
Ciomasrahayu 26,42 80,62 80,77
Kotabatu 109,85 215,88 216,71
Laladon 49,73 107,39 107,39
CIOMAS Mekarjaya 26,28 54,31 54,31
Padasuka 67,10 110,79 110,79
Pagelaran 61,67 160,79 161,54
Parakan 44,62 93,30 93,30
Sukaharja 18,02 29,24 29,24
Sukamakmur 48,71 134,34 134,34
Pasireurih 72,23 128,28 130,54
Sirnagalih 76,83 147,51 147,51
Sukajadi 48,04 78,77 86,98
Sukajaya 54,72 89,06 96,93
TAMANSARI Sukaluyu 54,86 102,29 106,26
Sukamantri 108,52 185,38 185,38
Sukaresmi 64,56 96,85 99,65
Tamansari 74,24 125,53 125,53
Grand Total 1.084,04 2.073,15 2.109,57
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis, intensitas pengembangan Ruang WP Ciomas dari


tahun 2010-2021 mengalami perluasan kebutuhan ruang pada wilayah ini, secara
keseluruhan total kenaikan perluasan pada tahun 2010-2021 sebesar 1.025,53 Ha.

4-10
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 1 Peta Simpangan Pola Ruang RTRW Kabupaten Bogor dengan Eksisting

4-11
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Hal ini menunjukan bahwa semakin bertambahnya populasi penduduk pada wilayah ini,
maka semakin besar kebutuhan ruang yang dibutuhkan oleh masyarakat pada wilayah ini.

Air aliran permukaan atau run off adalah bagian dari curah hujan yang mengalir
di atas perkaan tanah yang menuju ke sungai, danau dan lautan. Sebagian dari air tidak
sempat meresap ke dalam tanah dan oleh karena itu mengalir menuju kedaerah yang lebih
rendah. berdasarkan Buku Laporan Akhir, (2001), Penyusunan Data Dasar Dinas
Perhutanan dan Konservasi Tanah Kabupaten Bandung oleh Lembaga Penelitian Institut
Teknologi Bandung Formulasi perhitungan metode rasional ini antara lain:

𝑄 = 0,00278 𝑥 𝐶 𝑥
Keterangan:
Q : Debit limpasan air permukaan run-off (m3/detik)
C : Koefisien air permukaan
A : Luas daerah tangkapan air (Ha)
I : Intensitas Hujan

Hasil analisa limpasan air di WP Ciomas dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4. 9 Analisa Limpasan Air di WP Ciomas

Luas Debit Limpasan


No Tutupan Lahan
Ha m2 (m3/dtk)
1 Belukar/Semak 221 22.080 3.683
2 Hutan Lebat 1.056 105.586 14.676
3 Industri 34 3.356 746
4 Kebun Campuran 908 90.763 15.139
5 Perairan Darat 2 170 35
6 Permukiman Pedesaan 570 57.034 11.892
7 Permukiman Perkotaan 1.273 127.315 21.236
8 Sawah Irigasi 460 45.969 8.946
9 Sawah Tadah Hujan 645 64.508 14.347
10 Sungai 30 3.027 631
11 Tegalan 597 59.695 4.149
Total 5.795 579.503 95.481
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.2.3 Analisis Kepemilikan Lahan


Analisis kepemilikan tanah dapat dilihat dari jumlah dan luas persil yang ada di
WP Ciomas. Analisis yang dilakukan yaitu dengan membandingkan luas wilayah WP
Ciomas pada setiap desa dengan jumlah dan luas persil yang ada pada setiap desa di WP

4-12
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Ciomas. Untuk mengentahui lebih jelas mengenai jumlah, luas dan persentase persil per di
WP Ciomas dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

4-13
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 10 Data Kepemilikan Tanah di WP Ciomas

Kecamatan Desa/Kelurahan Dokumen Hak Guna Hak Hak Hak Hak Hak Kosong Penguasaan Total
Kepemilikan Bangunan Guna Milik Pakai Pengelolaan Wakaf Fisik
Tidak Lengkap Usaha
Kecamatan Ciapus - 18,19 - 72,52 - - 0,02 17,64 - 108,37
Ciomas Ciomas - 21,00 0,04 47,68 0,01 - 0,01 7,44 - 76,18
Ciomasrahayu 0,02 11,29 - 33,71 0,17 - - 6,72 0,01 51,92
Kotabatu - 26,76 - 44,38 0,06 - - 10,06 - 81,26
Laladon - 24,71 0,23 71,71 0,02 - 0,10 17,23 - 114,00
Mekarjaya - 15,58 - 17,20 0,17 - 0,01 5,06 - 38,02
Padasuka 0,01 10,56 0,01 30,47 0,03 - 0,04 10,06 - 51,18
Pagelaran 0,01 18,60 0,01 73,41 0,05 - 0,02 23,94 - 116,04
Parakan - 35,30 - 68,96 0,21 - 0,07 9,48 - 114,02
Sukaharja - 40,06 - 67,19 0,01 - - 12,42 - 119,68
Sukamakmur 0,04 38,16 - 138,91 0,10 - 0,03 18,60 0,01 195,85
Kecamatan Pasireurih - 42,38 0,04 90,03 0,45 - 0,03 33,27 - 166,20
Tamansari Simagalih - 42,28 0,02 68,61 0,14 - 0,33 26,02 - 137,40
Sukajadi 0,02 105,34 - 214,68 0,49 - 0,20 54,77 - 375,50
Sukajaya - 70,15 - 170,56 0,53 - 0,13 65,33 - 306,70
Sukaluyu - 38,68 0,38 151,94 0,32 0,09 0,02 18,90 - 210,33
Sukamantri - 85,91 - 126,78 0,30 - - 34,54 - 247,53
Sukaresmi - 66,08 - 107,87 1,34 - 0,08 34,23 - 209,60
Tamansari 0,11 88,78 0,73 165,57 0,12 - - 38,64 0,02 293,97
Jumlah 0,21 799,81 1,46 1.762,18 4,52 0,09 1,09 444,35 0,04 3.013,75
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4-14
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 2 Peta Intesitas Pengembangan Ruang Tahun 2021 WP Ciomas

4-15
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.3 ANALISIS KEDUDUKAN DAN PERAN WP DALAM


WILAYAH YANG LEBIH LUAS
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai kedudukan dan peran WP Ciomas dalam
lingkup wilayah yang lebih luas, meliputi keterkaitan sistem pusat kegiatan, posisis
strategis geografis, keterkaitan infrastruktur wilayah, sistem lingkungan, aspek sosial
budaya dan demografi serta aspek ekonomi.

4.3.1 Keterkaitan Sistem Pusat Kegiatan


Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Bogor, ditetapkan WP Ciomas
ditetapkan sebagai bagian pengembangan wilayah tengah SWP Ciomas (Terdiri dari 2
Kecamatan Yaitu Ciomas dan Tamansari). SWP Tengah sebagai pengembangan kawasan
perkotaan di wilayah tengah dengan kesetaraan fungsi dan peran sebagai pusat
Pemerintahan dan Penelitian, Permukiman Perkotaan, Perdagangan dan Jasa, Pelayanan
Umum dan Sosial, Industri Ramah Lingkungan, Perikanan, Pariwisata dan Budaya,
Konservasi Wilayah Hulu. Sistem pusat permukiman Perdesaan dan Perkotaan di
Kecamatan Ciomas dalam RTRW Kabupaten Bogor 2016 – 2036 yaitu sebagai berikut:

A. Sistem Pusat Permukiman Perdesaan dan Perkotaan

Sistem pusat permukiman Perdesaan dan Perkotaan di Kecamatan Ciomas dalam


RTRW Kabupaten Bogor 2016 – 2036 yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. 11 Sistem Pusat Permukiman Perdesaan dan Perkotaan

Sistem
Arahan Fungsi WP
Permukiman
a. PPLk (Pusat Pelayanan Lingkungan
Kota)Desa Ciomas Rahayu Kecamatan
Sistem Pusat
Desa Pusat Ciomas;
Permukiman b. PPLk Sukamantri di Kecamatan Tamansari
Pertumbuhan
Perdesaan
c. PPLd Desa Sirnagalih di Kecamatan
Tamansari
Sumber : Perda Kabupaten Bogor Nomor 11 Tahun 2016 tentang RTRW Kabupaten Bogor 2016-2036

B. Sistem Pusat Kegiatan

Sistem pusat kegiatan di Kecamatan Ciomas dalam RTRW Kabupaten Bogor 2016 –
2036 ditetapkan yaitu :

1. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu Ciomas; dan Peran dan fungsi PPK di WP
Ciomas yaitu sebagai berikut:

 Berfungsi sebagai pusat kegiatan industry dan jasa yang melayani skala
kecamatan atau beberaoa desa/kelurahan;

4-16
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

 Berfungsi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kecamatan atau


beberapa desa/kelurahan;

Sarana minimal yang harus dipenuhi yaitu meliputi:

 Penyediaan fasilitas pasar skala kecamatan

 Penyediaan pusksesmas kecamatan

Kondisi PPK CIomas saat ini, bila dilihat dari peran dan fungsinya sudah melebihi
pengembangan yang ada, dimana sebaran sarana dan prasarana minimal sudah mencukupi
kebutuhan pelayanan bagi masyarakat Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Tamansari
sendiri. PPK Ciomas bahkan sudah bisa melayani dari wilayah lain baik itu yang
berbatasan dengan Kota Bogor maupun kecamatan-kecamatan lainnya yang berbatasan
dengan PPK Ciomas. Untuk skala pelayanan kecamatan PPK Ciomas kondisi sekarang
perlu penanganan penataan baik itu dari aspek sarana, prasarana maupun aspek kondisi
fisik dasar wilayahnya. Perkembangan PPK CIomas per tahun sangat pesat dengan
diiringi pertumbuhan penduduk dan migrasi penduduk dari daerah lain yang masuk ke
Ciomas. Bagi kawasan JABODETABEK Ciomas dan Tamansari merupakan pilihan
utama tempat bermukim yang paling murah dari sisi harga lahan dan rumah. Hal ini yang
harus diantisipasi bagi PPK Ciomas kedepan, seiring dengan perkembagan wilayah
kedepan.

2. PPLk (Pusat Pelayanan Lingkungan Kota), di Kecamatan Ciomas dalam RTRW


Kabupaten Bogor 2016 – 2036 yaitu di PPLk Ciomas Rahayu di Kecamatan Ciomas.

Sistem pusat kegiatan yang berkaitan dengan WP Ciomas meliputi:

1. WP Ciomas ini berbatasan dengan Kota Bogor, maka orientasi pelayanan dan
pergerakan WP Ciomas terhadap perkotaan yang lebih tinggi hirarkinya, yaitu
terhadap Kota Bogor.

2. Kecamatan- kecamatan perbatasan lainnya, meliputi Kecamatan Dramaga, Tenjo dan


Kecamatan Cigombong memiliki hirarki yang sama dengan WP Ciomas sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan tidak menunjukan ada orientasi pelayanan
yang sangat tinggi terhadap kecamatan- kecamatan tersebut. Hanya sebatas
pelayanan pergerakan lokal.

3. Orientasi pelayanan dan pergerakan ke PKLp Caringin yang merupakan hirarki


tinggi setelah PPK Ciomas, tidak begitu mengalami pergerakan signifikan.
Dikarenakan faktor geografis wilayah lebih dekat ke Kota Bogor.

4-17
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Gambar 4. 3 Keterkaitan Sistem Pusat Kegiatan

4.3.2 Kedudukan dan Peran WP Ciomas


Kedudukan dan peran WP Ciomas, dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4. 12 Fungsi Utama WP Ciomas

No Keterkaitan Kedudukan dan peran WP Ciomas


1 Aspek Pergerakan ke - Aktivitas pergerakan keluar dari Kecamatan Ciomas untuk bekerja ke
luar wilayah WP arah Kota Bogor dan kawasan Jabodetabek lainnya.
Ciomas - Pergerakan orang menuju tempat kerja ini sangat ini di jam masuk kerja
dan jam keluar kerja.
- Banyak masyarakat dari luar Ciomas khususnya Jabodetabek yang
mempunyai rumah di WP Ciomas.

4-18
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Keterkaitan Kedudukan dan peran WP Ciomas


2 Aspek Ekonomi WP - Sektor perekonomian yang memiliki peranan penting di WP Ciomas
dalam Wilayah khususnya di Kecamatan Ciomas, dimana di wilayah ini telah tersedia
yang Lebih Luas berbagai macam kegiatan perkotaan
- Kegiatan sektor – sektor ekonomi tersebut berkembang di Kecamatan
Ciomas, seperti kegiatan perdagangan dan jasa, pertokoan, bengkel dll.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor perdagangan dan jasa
di Kecamatan Ciomas memiliki kedudukan dan peranan yang yang
relatif cukup besar di Kabupaten Bogor.
- Sektor properti juga memiliki potensi untuk berkembang tinggi di WP
Ciomas, mengingat tersedianya lahan yang belum terbangun yang
relatif cukup luas. Saat ini perkembangan perumahan banyak
berkembang.
3 Aspek Lingkungan - Dari aspek lingkungan, WP Ciomas memiliki potensi sumber air baku.
dalam Wilayah Sumber air baku ini untuk Kecamatan Ciomas sudah di Kelola oleh
yang Lebih Luas PDAM dan didistribusikan ke masing-masing daerah layanannya.
- Kondisi jaringan air bersih Kecamatan Tamansari. Pelayanan air bersih
masih menggunakan sumur dalam atau dari mata air yang
didistribusikan dengan sistem gravitasi dengan pipa-pipa ke
perumukiman. Sumber air baku di Kecamatan Tamansari
memanfaatkan geografis wilayah dengan berdekatan dengan gunung
Salak dimana untuk air bersih masih bisa dimanfaatkan dengan optimal.
- Potensi mata air (lereng utara Gunung Salak) khususnya di WP Ciomas
mempunyai debit relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh musim,
dimana debitnya di beberapa mata air lebih dari 200 l/detik serta belum
secara optimal dimanfaatkan. Dengan tingginya potensi air tanah
tersebut, maka air tanah banyak dimanfaatkan oleh industri dengan
membuat sumur gali, sumur pasak maupun sumur bor. Secara umum,
kualitas air tanah dengan kategori baik hanya terdapat di beberapa
tempat, namun ada juga yang memiliki kandungan di luar dari baku
mutu standar.
- Secara umum daerah merupakan lapisan lempung pasiran dan lempung
gampingan sehingga daerah ini termasuk daerah air tanah langka. Air
hujan tidak mampu menyerap kedalam lapisan tanah, sehingga akan
langsung mengalir ke sungai atau situ sekitarnya. Oleh karena itu,
daerah ini perlu diwaspadai akan meyebabkan pengiriman banjir ke
Jakarta. Dan diperlukan adanya penataan situ atau waduk untuk
menampung air hujan, jika terjadi hujan besar dan luapan sungai
Cicareuheun. Diperlukan adanya pelestarian hutan atau tanaman
produksi untuk menaham longsoran.
- Kondisi WP Ciomas dengan curah hujan yang sangat tinggi merupakan
daerah yang potensial sebagai daerah resapan air hujan, potensi air
permukaan sebagian besar berasal dari sungai-sungai utama yang
potensial dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik maupun non-
domestik.
- WP Ciomas termasuk kedalam DAS Cisadane, dimana mempunyai
peranan penting bagi kelestarian sumberdaya alam, keseimbangan
ekologis dan kondisi hidrologis, penyedia air untuk irigasi lahan-
lahan pertanian, bahan baku produksi bagi industri kecil/menengah
ataupun besar, serta sebagai pengendali banjir pada musim hujan.
- Kondisi ancaman bahaya bencana di WP Ciomas yaitu menghasilkan
data yang berpotensi terdampak jenis bencana. Ancaman bahaya bencana
di WP Ciomas terdiri dari Banjir, Banjir Bandang, Cuaca Ekstrim,
Gempa Bumi, Kebakaran Hutan dan Lahan, Kekeringan, Letusan
Gunung Salak dan Tanah longsor.
4 Aspek Jaringan - Jalan kolektor melalui Desa Sukajadi, Sukajaya, Sukaluyu, Sukaresmi,
transportasi wilayah Tamansari dan Sukamantri
yang dapat - Jalan lokal melalui hampir seluruh desa kecuali Desa Sukaresmi dan
berpengaruh terhadap Tamansari

4-19
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Keterkaitan Kedudukan dan peran WP Ciomas


perkembangan WP - Adanya rencana jalan tol Caringin – Dramaga – Salabenda yang
Ciomas melalui SWP Ciomas
- SWP Ciomas memiliki terminal penumpang tipe C seluas 1,8 Ha yaitu
Terminal Laladon yang terletak di Jl. Letjen Ibrahim Adjie No.3, Desa
Laladon, Kecamatan Ciomas. Terminal ini berada pada perbatasan
Kabupaten Bogor dengan Kota Bogor
- Jaringan transportasi di PPK Ciomas termasuk kedalam ketegori sangat
rentan. Dlihat dari banyaknya kegiatan yang memanfaatkan jaringan
jalan yang ada. Permasalahan lain yaitu sulitnya untuk pelebaran jalan
karena kondisi bangunan masyarakat GSB nya hamper 90% ini
menyebar disetiap wilayah di PPK Ciomas.
5 Aspek Infrastruktur - Kawasan WP Ciomas, merupakan kawasan yang sudah tersedia
Perkotaan kegiatan perkotaan, mulai dari kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan
perkantoran dan kegiatan lainnya yang menunjang kegiatan perkotaan.
- WP Ciomas dalam hal penyediaan infrastruktur perkotaan masih kurang
memdai terutama prasarana dasar jaringan jalan, air bersih, saluran air
limbah dan jaringan drainase perkotaan dan pengelolaan persampahan
- Pengelolaan persampahan yang kurang baik, karena belum tersedianya
TPS yang merata dilingkungan permukiman
- Pengolahan air limbah domestik masih rendah dimana masyarakat
menggunakan saluran buangan langsung ke kali dan sungai.
- Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan sistem drainase
ini di WP Ciomas khususnya di Kecamatan Ciomas adalah dengan
semakin berkembangnya perumahan dan kawasan permukiman kurang
mempertimbangkan keterkaitan/keterpaduan antara drainase yang
dibangun dengan drainase yang ada, kapasitas drainase yang ada tidak
memenuhi kebutuhan sehingga di beberapa tempat terjadi genangan
atau air yang melimpah ke luar badan air baik ke jalan maupun lokasi
permukiman, pembangunan perumahan baru atau aktivitas lainnya yang
tidak mempertimbangkan kondisi rawan genangan atau banjir, belum
adanya perencanaan drainase yang jelas antara internal kawasan
terbangun dengan sekitarnya.
- Untuk pelayanan sistem sarana di WP Ciomas terdiri dari tingkat TK,
SD, SMP, SMA/SMK, di Kecamatan Tamansari sudah ada sarana
Pendidikan yang sangat modern dan memiliki luas area yang luas
dengan konsep boarding school.
- Untuk sarana Kesehatan terdiri dari pustu, posyandu, balai pengobatan,
serta apotek.
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.4 ANALISIS SUMBER DAYA ALAM DAN FISIK


ATAU LINGKUNGAN WP
Pada Sub bab ini akan dibahas mengenai analisis sumberdaya alam dan
fisik/lingkungan yang meliputi analisis kemampuan lahan, analisis kesesuaian lahan, dan
analisis daya dukung dan daya tampung.

4.4.1 Analisis Kemampuan Lahan


Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian

4-20
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi peta-peta hasil
analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi:

a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan


b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan

Analisis kemampuan lahan ini akan meliputi Analisis Satuan Kemampuan Lahan
(SKL) Morfologi, Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan,
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng, Analisis Satuan
Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi, Analisis Satuan Kemampuan Lahan
(SKL) Ketersediaan Air, Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase,
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi, serta Analisis Satuan
Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah. Adapun bobot dari masing satuan
kemampuan lahan (SKL) adalah sebagai berikut:

1) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Morfologi dan Kestabilan Lereng


Pemanfaatan permukiman pada daerah yang memiliki kemiringan lereng yang
agak curam (>15%), keselamatan jiwa manusia cenderung terancam misalnya
keterjadian bahaya longsor. Bahaya longsor tersebut meskipun dapat
ditanggulangi dengan menstabilkan lereng tersebut biaya yang dikeluarkan
tidaklah sedikit. Berdasarkan uraian tersebut maka satuan morfologi-kestabilan
lereng sangat penting bagi pemanfaatan permukiman, maka bobot
kepentingannya bernilai 5 (lima).

2) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi


Konstruksi prasarana dan sarana serta bangunan rumah yang secara teknis kuat di
suatu lingkungan permukiman tidak berarti bahwa konstruksinya aman dari
keruntuhan, apalagi wilayah tersebut kemampuan lahannya dalam menunjang
kestabilan pondasi sangat rendah. Permukiman yang terletak pada daerah yang
memiliki kemampuan lahan dalam menunjang kestabilan pondasi yang sangat
rendah, cenderung menimbulkan kerugian berupa kerugian materi ataupun
korban jiwa dikarenakan runtuhnya konstruksi bangunan di daerah tersebut.
Bobot dari satuan kemampuan lahan ini bila mengacu pada uraian tersebut adalah
sangat penting, namun karena dalam analisis satuan ini terdapat faktor-faktor
dalam pengkajiannya dilakukan secara pendekatan (lebar zona patahan),
maka nilai

4-21
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

bobotnya menjadi berkurang. Bobot dari satuan kemampuan lahan ini


dikategorikan tinggi dengan kepentingannya bernilai 4 (empat).

3) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air tanah


Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari pasti membutuhkan air dalam
melakukan aktivitasnya. Air menjadi kunci utama dalam menjalankan setiap
kegiatan dalam suatu wilayah. Air tanah merupakan suatu sumber air yang
penting, dikarenakan air tanah relatif tidak terkontaminasi dibandingkan air
permukaan. Masyarakat sebagai penghuni dari suatu lingkungan permukiman,
maka air tanah sangatlah penting bagi permukiman. Pemenuhan kebutuhan air
bersih untuk permukiman di suatu tempat yang berasal dari suatu sumber mata air
(misalnya di hulu sungai) atau air tanah di tempat lain akan berdampak pada
biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Olehnya itu bobot dari kemampuan lahan
dalam menunjang ketersediaan air tanah adalah sangat penting dan bernilai 5
(lima).

4) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi


Sama seperti halnya dengan kemapuan lahan kestabilan pondasi permukiman
yang terletak pada daerah dengan kondisi lahan dengan lapisan tanah yang mudah
terbawa angin dan air cenderung mengalami erosi serta bangunan-bangunan yang
berada pada lereng/landaian dengan tingkat lapisan tanah yang rendah
memberikandampak erosi yang sangat tinggi. Bobot dari satuan kemampuan
lahan ini bila mengacu pada uraian tersebut adalah sangat penting, namun karena
dalam analisis satuan ini terdapat factor-faktor dalam pengkajiannya dilakukan
secara pendekatan penggunaan lahan dan tidak memperhatian pola aliran serta
kecepatan angin (keterbatasan data input), maka nilai bobotnya menjadi
berkurang. Bobot dari satuan kemampuan lahan ini dikategorikan sedang dengan
kepentingannya bernilai 3 (tiga). Bobot dari satuan kemampuan lahan ini
dikategorikan sedang dengan kepentingannya bernilai 3 (tiga).

5) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Untuk Drainase


Lahan permukiman serta aktivitas utama penduduk yang sering tergenang (banjir)
akibat drainase yang buruk, dapat menyebabkan sarana dan prasarana yang
berada pada kawasan tersebut cepat rusak (misalnya jalan) serta dapat
menimbulkan ancaman berbagai macam sumber penyakit. Hal ini akan
menyebabkan biaya

4-22
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

pemeliharaan prasarana dan sarana serta biaya kesehatan yang dikeluarkan tidak
sedikit. Olehnya itu nilai kepentingannya (bobot) diberi nilai 5 (lima).

6) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Untuk Pembuangan Limbah


Salah satu masalah persampahan yang cukup rumit dalam penyelesaiannya
adalah pengadaan dan pengelolaan fasilitas tempat pemrosesan akhir (TPA) yang
layak, baik secara teknis maupun non teknis. Keberadaan TPA selain dapat
menampung timbulan sampah yang dihasilkan juga harus dapat meminimalisasi
bahaya yang mungkin timbul akibat penimbunan sampah tersebut. Selain itu
mengingat pencemaran limbah dari kegiatan pertanian, peternakan, perindustrian
dan kegiatan perkotaan memberikan timbulan sampah yang berpengaruh terhadap
kualitas tanah, air dan udara. Dengan cara kreatif penanggulangan sampah selain
dengan pembinaan dan penyuluhun pemberdayaan masyarakat, dilakukan
pemanfaatan limbah-limbah cair dan/atau padat yang berdaya guna dan berhasil
guna, seperti kegiatan 3R, 4R (waster zero), biomassa, maupun kompos.

7) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana Alam


Permukiman yang terletak pada lahan yang sering dilanda bencana alam, dapat
menimbulkan kerugian materi yang cukup besar dan terkadang sampai
menimbulkan korban jiwa. Upaya antisipasi dari pemanfaatan lahan permukiman
di lahan yang rentan terhadap bencana alam perlu dilakukan untuk mengatasi atau
mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Hal ini mengisyaratkan begitu
pentingnya lahan yang aman dari bencana alam untuk pemanfaatan permukiman.
Mengingat pentingnya satuan kemampuan lahan ini maka kepentingannya
dikategorikan sangat penting dengan nilai kepentingannya untuk permukiman
adalah 5 (lima).

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dihasilkan kelas kemampuan lahan


terhadap klasifikasi pengembangan yang akan dilakukan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihar pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. 13 Klasifikasi Pengembangan Berdasarkan Kelas Kemampuan Lahan

KLASIFIKASI PENGEMBANGAN
Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan
KECAMATAN DESA Grand Total
Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Ciapus 142.57 142.57
CIOMAS Ciomas 110.38 110.38

4-23
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

KLASIFIKASI PENGEMBANGAN

KECAMATAN DESA Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan Grand Total


Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Ciomasrahayu 87.25 87.25
Kotabatu 3.71 231.38 235.10
Laladon 149.96 149.96
Mekarjaya 64.83 64.83
Padasuka 120.28 120.28
Pagelaran 184.39 184.39
Parakan 164.85 164.85
Sukaharja 129.20 129.20
Sukamakmur 241.82 241.82
Pasireurih 99.06 218.25 317.31
Sirnagalih 81.77 90.73 172.50
Sukajadi 507.89 507.89
Sukajaya 0.53 462.83 110.68 574.04
TAMANSARI
Sukaluyu 199.69 177.08 376.78
Sukamantri 273.29 59.83 333.12
Sukaresmi 120.95 196.49 317.44
Tamansari 84.63 309.22 1,065.42 126.94 1,586.21
Grand Total 84.63 309.75 2,814.61 2,606.91 5,815.90
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.4.1.1 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi


Dalam melakukan analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi terdapat
beberapa data yang diperlukan guna dilakukannya Overlay. Adapun data yang diperlukan
antara lain adalah peta morfologi, peta kemiringan lereng dan hasil pengamatan. Salah
satu penentuan dalam menentukan Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi adalah
dengan melakukan pembobotan dengan menggunakan nilai. Untuk melakukan penilaian
diperlukan kriteria sebagai landasan dalam menentukan nilai dan statusnya. Adapun
kriteria penilaian yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4. 14 Kriteria Analsis Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

Hasil
Morfologi Pengamatan Lereng SKL Morfologi Nilai
Gunung/Pegunungan Kemampuan lahan dari morfologi
dan >40% tinggi 1
Bukit/Perbukitan
Gunung/Pegunungan Kemampuan lahan dari morfologi
25-
dan cukup 2
(Groundcheck 40%
Bukit/Perbukitan
/Survey Kemampuan lahan dari morfologi
15-
Bukit/Perbukitan Lapangan) 25% sedang 3
Kemampuan lahan dari morfologi
Datar 2-15% kurang 4
Kemampuan lahan dari morfologi
Datar 0-2% rendah 5
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007

4-24
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi. Melalui kriteria tersebut diketahui Satuan
Kemampuan lahan (SKL) Morfologi WP Ciomas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 15 SKL Morfologi WP Ciomas

SKL MORFOLOGI
Grand
KECAMATAN DESA Morfologi Morfologi Morfologi Morfologi Morfologi
Total
Rendah Kurang Cukup Sedang Tinggi
Ciapus - - - - 142,57 142,57
Ciomas - - - - 110,38 110,38
Ciomasrahayu - - - - 87,25 87,25
Kotabatu - - 5,26 - 229,84 235,10
Laladon - - - - 149,96 149,96
CIOMAS Mekarjaya - - - - 64,83 64,83
Padasuka - - - - 120,28 120,28
Pagelaran - - - - 184,39 184,39
Parakan - - - - 164,85 164,85
Sukaharja - - - - 129,20 129,20
Sukamakmur - - - - 241,82 241,82
Pasireurih - - 189,89 - 127,42 31,31
Sirnagalih - - 85,08 - 87,41 172,50
Sukajadi - - 507,89 - 507,89
Sukajaya - - 494,85 0,53 78,66 574,04
TAMANSARI Sukaluyu - - 285,87 - 90,91 376,78
Sukamantri - - 327,72 - 5,40 333,12
Sukaresmi - - 230,90 - 86,54 317,44
Tamansari 165,93 363,95 524,56 531,21 - 1.585,65
Grand Total 165,93 363,95 2.652,02 531,73 2.101,71 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis, kemampuan lahan morfologi WP Ciomas didominasi


kriteria morfologi berbukit dengan kemampuan lahan morfologi cukup dengan luasan
sebesar 2.652,02 Ha dan kemampuan lahan morfologi tinggi dengan luasan sebesar
2.101,71 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjelasan sebagai berikut.

4-25
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 4 Peta SKL Kemampuan Lahan WP Ciomas

4-26
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 5 Peta SKL Morfologi WP Ciomas

4-27
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.1.2 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan


SKL kemudahan dikerjakan berfungsi untuk mengetahui tingkat kemudahan
lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses
pembangunan/ pengembangan kawasan. Sasaran dari SKL kemudahan dikerjakan, yaitu :

1) Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk digali, ditimbun, ataupun


dimatangkan dalam proses pembangunan untuk pengembangan kawasan,
2) Mengetahui potensi dan kendala dalam pengerjaan masing-masing tingkatan
kemampuan lahan kemudahan dikerjakan, dan
3) Mengetahui metode pengerjaan yang sesuai untuk masing-masing tingkatan
kemampuan lahan.

Adapun tabel kriteria untuk SKL kemudahan dikerjakan di WP Ciomas dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4. 16 Kriteria Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan

SKL
Morfologi Lereng Ketinggian Penggunaan Lahan Kemudahan Nilai
Dikerjakan
Gunung/
Pegunungan dan Sangat
Bukit/ > 40% Tinggi Semua
Rendah
Perbukitan

• Air danau, 1
Gunung/ • Air rawa,
Pegunungan dan 25 – Sangat
Cukup Tinggi • Air sungai,
Bukit 40% Rendah
/Perbukitan • Hutan,
• Sawah

• Air empang,
• Badan dan median jalan,
• Padang rumput,
• Pemakaman,
Gunung/
• Pemukiman (area terbangun),
Pegunungan dan 25 –
Cukup Tinggi • Kebun, Rendah 2
Bukit/ 40%
Perbukitan • Semak Belukar,
• Tanah kosong/Lahan parkir,
• Tegalan/Ladang,
• Vegetasi non Budidaya
lainnya

Bukit /Perbukitan 15 –
25% Sedang Semua Sedang 3

Datar 2 – 15% Rendah Semua Tinggi 4

4-28
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

SKL
Morfologi Lereng Ketinggian Penggunaan Lahan Kemudahan Nilai
Dikerjakan
Sangat Rendah Sangat
Datar 0 – 2% Semua 5
Tinggi
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan. Melalui kriteria tersebut
diketahui Satuan Kemampuan lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan WP Ciomas dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 17 SKL Kemudahan Dikerjakan WP Ciomas

SKL KEMUDAHAN DIKERJAKAN

KECAMATAN DESA Kemudahan Kemudahan Kemudahan Kemudahan Grand Total


dikerjakan dikerjakan dikerjakan dikerjakan
kurang rendah sedang tinggi
Ciapus - - - 142,57 142,57
Ciomas - - - 110,38 110,38
Ciomasrahayu - - - 87,25 87,25
Kotabatu - - 5,26 229,84 235,10
Laladon - - - 149,96 149,96
CIOMAS Mekarjaya - - - 64,83 64,83
Padasuka - - - 120,28 120,28
Pagelaran - - - 184,39 184,39
Parakan - - - 164,85 164,85
Sukaharja - - - 129,20 129,20
Sukamakmur - - - 241,82 241,82
Pasireurih - - 189,89 127,42 317,31
Sirnagalih - - 85,08 87,41 172,50
Sukajadi - - 507,89 - 507,89
Sukajaya - 0,53 494,85 78,66 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu - - 285,87 90,91 376,78
Sukamantri - - 327,72 5,40 333,12
Sukaresmi - - 230,90 86,54 317,44
Tamansari 529,88 531,21 524,56 - 1.585,65
Grand Total 529,88 531,73 2.652,02 2.101,71 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan Kemudahan Dikerjakan SWP


Ciomas didominasi oleh kriteria kemudahan dikerjakan sedang yang merupakan tingkat
kemudahan lahan pada wilayah WP Ciomas untuk dilakukan pengembangan,
pembangunan wilayah adalah rendah dengan luasan sebesar 2.652,02Ha yang berada
pada wilayah morfologi sedang.

4-29
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 6 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan WP Ciomas

4-30
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.1.3 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng

Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng artinya wilayah tersebut


dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di
lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi
wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya memiliki lereng yang curam dan berimplikasi
mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan
atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan
dan resapan air.

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di


wilayah/kawasan pengembangan dalam menerima beban. Peruntukan lahan yang ada
tentunya disesuaikan dengan kriteria yang telah dijelaskan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4. 18 Kriteria Analisis Satuan Kemampuan lahan (SKL) Kestabilan Lereng

SKL
Curah
Morfologi Lereng Geologi Penggunaan Lahan Kestabilan Nilai
Hujan
Lereng
Gunung/
Pegunungan dan Semak, Belukar, Kestabilan
>40% 1
Bukit/ Ladang lereng rendah
Perbukitan
Gunung/
Pegunungan dan Kebun, Hutan, Hutan Kestabilan
25-40% 2
Bukit/ Belukar lereng kurang
Perbukitan
Kestabilan
Bukit/ Perbukitan 15-25% Semua lereng sedang 3
Belukar, Ladang,
Padang Rumput,
Alluvium 13,6- Permukiman,
Datar 2-15% dan 20,7 Perkebunan,
Tubuh Air mm/hr Sawah Irigasi,
Tubuh Air, Water
Fill Kestabilan
5
Belukar, Ladang, lereng tinggi
Padang Rumput,
Alluvium 13,6- Permukiman,
Datar 0-2% dan 20,7 Perkebunan,
Tubuh Air mm/hr Sawah Irigasi,
Tubuh Air, Water
Fill
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng. Melalui kriteria tersebut diketahui
Satuan Kemampuan lahan (SKL) Kestabilan lereng SWP Ciomas dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

4-31
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 19 SKL Kestabilan Lereng WP Ciomas

SKL KESTABILAN LERENG

KECAMATAN DESA Kestabilan Kestabilan Kestabilan Kestabilan Grand Total


Lereng Lereng Lereng Lereng
Rendah Kurang Sedang Cukup
Ciapus - - 5,02 137,55 142,57
Ciomas - - 0,05 110,34 110,38
Ciomasrahayu - - 3,85 83,40 87,25
Kotabatu - - 11,39 223,71 235,10
Laladon - - 12,01 137,95 149,96
CIOMAS Mekarjaya - - 0,91 63,92 64,83
Padasuka - - 5,89 114,39 120,28
Pagelaran - - 8,66 175,73 184,39
Parakan - - 6,50 158,35 164,85
Sukaharja - - 6,52 122,69 129,20
Sukamakmur - - 26,87 214,96 241,82
Pasireurih - - 191,76 125,55 317,31
Sirnagalih - - 88,19 84,31 172,50
Sukajadi - - 507,89 - 507,89
Sukajaya - 0,53 495,12 78,40 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu - - 294,18 82,60 376,78
Sukamantri - - 327,72 5,40 333,12
Sukaresmi - - 238,38 79,06 317,44
Tamansari 108,56 287,64 1.156,67 32,77 1.585,65
Grand Total 108.56 288,17 3.387,55 2.031,05 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan Kestabilan Lereng SWP
Ciomas didominasi oleh kriteria kestabilan lereng sedang yang merupakan tingkat
kestabilan lereng cukup baik pada wilayah WP Ciomas untuk dilakukan pengembangan,
pembangunan wilayah dengan luasan sebesar 3.387,55 Ha.

4.4.1.4 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi

Analisis satuan kemampuan lahan ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkatan


kemampuan lahan dalam mendukung bangunan rumah serta sarana dan prasarananya
dalam menunjang pemanfaatan lahan untuk kegiatan permukiman. Analisis satuan
kemampuan lahan (SKL) kestabilan pondasi hampir sama dengan analisis satuan
kemampuan lahan morfologi-kestabilan lereng. Tingkatan kemampuan lahan dalam
menunjang kestabilan pondasi ini ditentukan oleh faktor-faktor berupa sifat fisik batuan,
perlapisan batuan (stratigrafi), struktur geologi dan kemiringan lereng. Faktor-faktor
tersebut saling mempengaruhi dan saling terkait dalam menentukan kemampuan lahan

4-32
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 7 Peta SKL Kestabilan Lereng WP Ciomas

4-33
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

dalam menunjang kestabilan pondasi. Kebutuhan data dalam analisis SKL


Kestabilan Pondasi adalah :

a. Peta Kestabilan Lereng


b. Peta Geologi
c. Peta Penggunaan Lahan Eksisting

Kriteria penilaian kemampuan lahan berdasarkan kemampuan lahan kestabilan pondasi WP


Ciomas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 20 Kriteria Analisis SKL Kestabilan Pondasi

Kestabilan Penggunaan Lahan


Geologi SKL Kestabilan Pondasi Nilai
Lereng
Kestabilan Daya Dukung dan
Semak, Belukar,
Lereng Endapan Rawa Kestabilan Pondasi Rendah 1
Ladang
Rendah
Kestabilan
Kebun, Hutan, Hutan
Lereng Endapan Rawa 2
Belukar
Kurang Daya Dukung dan
Kestabilan Kestabilan Pondasi Kurang
Lereng Endapan Rawa Semua 3
Sedang
Padang Rumput,
Permukiman,
Kestabilan Sawah Irigasi, Daya Dukung dan Kestabilan 4
Endapan Rawa Tubuh Air, Water
Lereng Tinggi Pondasi Tinggi
Fill
Semua 5
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi. Melalui kriteria tersebut diketahui
Satuan Kemampuan lahan (SKL) Kestabilan pondasi WP Ciomas dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4. 21 SKL Kestabilan Pondasi WP Ciomas
SKL KESETABILAN PONDASI

KECAMATAN DESA Daya Dukung Daya Dukung Daya Dukung Grand Total
Dan Kestabilan Dan Kestabilan Dan Kestabilan
Pondasi Pondasi Sedang Pondasi Cukup
Kurang
Ciapus 0,09 71,72 70,75 142,57
Ciomas 0,04 78,11 32,23 110,38
Ciomasrahayu 3,17 81,52 2,56 87,25
CIOMAS Kotabatu 3,40 221,33 10,36 235,10
Laladon 6,69 113,57 29,69 149,96
Mekarjaya 0,91 54,36 9,55 64,83
Padasuka 1,06 115,84 3,39 120,28

4-34
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Pagelaran 4,55 167,79 12,05 184,39


Parakan - 101,61 63,24 164,85
Sukaharja - 37,61 91,59 129,20
Sukamakmur 0,05 167,66 74,11 241,82
Pasireurih 6,40 148,44 162,47 317,31
Sirnagalih 0,92 150,96 20,61 172,50
Sukajadi 56,71 451,18 - 507,89
Sukajaya 114,86 360,45 98,73 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu 75,10 158,45 143,23 376,78
Sukamantri 4,59 273,46 55,07 333,12
Sukaresmi 32,12 113,14 172,18 317,44
Tamansari 325,19 625,17 635,29 1.585,65
Grand Total 635,86 3.492,37 1.687,11 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan Kestabilan Pondasi SWP
Ciomas didominasi oleh kriteria kestabilan pondasi sedang yang merupakan tingkat daya
dukung kestabilan pondasi cukup baik pada wilayah WP Ciomas untuk dilakukan
pengembangan, pembangunan wilayah dengan luasan sebesar 3.492,37 Ha

4.4.1.5 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersedian Air

Analisis Satuan Kemampuan Lahan ini ditujukan untuk mengetahui tingkat


ketersediaan air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna
pengembangan kawasan. Dalam analisis ini data peta yang dibutuhkan berupa :

a. Peta morfologi,
b. Peta kelerengan,
c. Peta curah hujan,
d. Peta hidrogeologi,
e. Peta jenis tanah dan
f. Peta penggunaan lahan eksisting

Penilaian Kemampuan Lahan berdasarkan kemampuan lahan Ketersediaan Air


Tanah di wilayah perencanaan kriterianya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4-35
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 8 Peta Kestabilan Pondasi WP Ciomas

4-36
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 22 Kriteria Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air Tanah

SKL
Curah Penggunaan
Morfologi Lereng Hidrogeologi Jenis Tanah Ketersediaan Nilai
Hujan Lahan
Air Tanah

Gunung/Pegunungan Semak, Ketersediaan


Semak,Belukar,
dan >40% - - Belukar, air sangat 5
Ladang
Bukit/Perbukitan Ladang tinggi

Gunung/Pegunung Kebun, Kebun,


25- Ketersediaan
an dan - - Hutan,Hutan Hutan,Hutan 4
40% air tinggi
Bukit/Perbukitan Belukar Belukar

15- Ketersediaan
Bukit/Perbukitan - - Semua Semua 3
25% air sedang

13,6- Daerah Air


Datar 2-15% 20,7 Tanah Semua Semua
mm/h r Langka Ketersediaan
air tanah 1
13,6- Daerah Air rendah
Datar 0-2% 20,7 Tanah Semua Semua
mm/h r Langka
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air Tanah. Melalui kriteria tersebut
diketahui Satuan Kemampuan lahan (SKL) Ketersediaan Air Tanah WP Ciomas dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 23 Kriteria Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air Tanah

SKL KETERSEDIAAN AIR Grand Total


KECAMATAN DESA Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan
Air Rendah Air Kurang Air Sedang Air Cukup
Ciapus - - - 142,57 142,57
Ciomas - - - 110,38 110,38
Ciomasrahayu - - - 87,25 87,25
Kotabatu - - - 235,10 235,10
Laladon - - - 149,96 149,96
CIOMAS Mekarjaya - - - 64,83 64,83
Padasuka - - - 120,28 120,28
Pagelaran - - - 184,39 184,39
Parakan - - - 164,85 164,85
Sukaharja - - - 129,20 129,20
Sukamakmur - - - 241,82 241,82
Pasireurih - - 1,70 315,61 317,31
TAMANSARI
Sirnagalih - - - 172,50 172,50

4-37
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Sukajadi - - 507,89 - 507,89


Sukajaya - 0,53 436,24 137,28 574,04
Sukaluyu - - 35,44 341,34 376,78
Sukamantri - - - 333,12 333,12
Sukaresmi - - 11,85 305,59 317,44
Tamansari 165,93 617,35 385,84 416,53 1.585,65
Grand Total 165,93 617,88 1.378,95 3.652,58 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan Ketersediaan Air Tanah WP
Ciomas didominasi oleh kriteria Ketersediaan Air Tanah cukup yang merupakan tingkat
penyediaan Air Tanah cukup tinggi pada wilayah WP Ciomas untuk dilakukan
pengembangan, pembangunan wilayah dengan luasan sebesar 3.652,58 Ha.

4.4.1.6 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase

Analisis satuan kemampuan lahan ini bermaksud untuk mengetahui kemampuan


lahan dalam menunjang sistem drainase dan pematusan secara alamiah yang sangat
dibutuhkan di dalam pengembangan permukiman. Kemampuan lahan yang baik,
ditunjukkan dengan relatif mudah pembuatan drainase pada lahan tersebut serta
karakteristik fisik lahan yang memudahkan terjadinya pengaliran dan
pematusan/penyerapan air buangan sehingga akan mengurangi keterjadian genangan air
(banjir).

Selain itu untuk mengetahui sistem atau pola drainase di suatu wilayah sehingga
dalam pengembangan lahannya akan dapat menyesuaikan sehingga dapat mengurangi
dampak maupun bencana yang mungkin terjadi. Drainase berkaitan dengan aliran air,
serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau
mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang. Kriteria
penilaian SKL Kemampuan Lahan Drainase dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. 24 Kriteria Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase

Penggunaan SKL
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi Lahan Kestabilan Nilai
Lereng
Gunung/ -
Pegunungan dan Semak, Belukar,
>40 % - 5
Bukit/ Perbukitan Ladang
Drainase
Gunung/ - - tinggi
Pegunungan dan 25-40% Kebun, Hutan, Hutan Belukar 4
Bukit/ Perbukitan
- - Drainase
Bukit/ Perbukitan 15-25% Semua cukup 3

4-38
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Penggunaan SKL
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi Lahan Kestabilan Nilai
Lereng
Belukar,Ladang,PadangRumput,
Alluvium Permuki man, Perkebun Drainase
Datar 2-15% 25-50 mdpl dan 2
an,SawahIrigasi,Tubuh Air, kurang
Tubuh Air Water Fill
Belukar,Ladang,
Alluvium PadangRumput,Permukiman,
Datar 0-2% <25 mdpl dan - 1
Perkebunan, Sawah Irigasi,
Tubuh Air
Tubuh Air, Water Fill
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/200

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase. Melalui kriteria tersebut diketahui Satuan
Kemampuan lahan (SKL) Drainase WP Ciomas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 25 SKL Drainase WP Ciomas

SKL DRAINASE
Grand
KECAMATAN DESA Drainase Drainase Drainase Drainase Total
Rendah kurang Sedang Cukup
Ciapus - - - 142,57 142,57
Ciomas - - - 110,38 110,38
Ciomasrahayu - - - 87,25 87,25
Kotabatu - - - 235,10 235,10
Laladon - - - 149,96 149,96
CIOMAS Mekarjaya - - - 64,83 64,83
Padasuka - - - 120,28 120,28
Pagelaran - - - 184,39 184,39
Parakan - - - 164,85 164,85
Sukaharja - - - 129,20 129,20
Sukamakmur - - - 241,82 241,82
Pasireurih - - 1,70 315,61 317,31
Sirnagalih - - - 172,50 172,50
Sukajadi - - 507,89 - 507,89
Sukajaya - 0,53 436,24 137,28 574,04
TAMANSARI - -
Sukaluyu 35,44 341,34 376,78
Sukamantri - - - 333,12 333,12
Sukaresmi - - 11,85 305,59 317,44
Tamansari 165,93 617,35 385,84 416,53 1.585,65
Grand Total 165,93 617,88 1.378,95 3.652,58 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan Drainase WP Ciomas
didominasi oleh kriteria Drainase cukup yang merupakan tingkat aliran air pada sistem
drainase cukup sehingga aliran air tidak mudah tergenang atau mengalir pada wilayah WP
Ciomas. Kriteria drainase kurang pada WP Ciomas dengan luasan sebesar 3.652,58 Ha

4-39
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 9 Peta Ketersediaan Air Tanah WP Ciomas

4-40
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 10 Peta SKL Drainase WP Ciomas

4-41
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.1.7 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah

SKL Pembuangan Limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah


tersebut cocok atau tidaknya sebagai lokasi pembuangan serta dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi lahan yang dapat menentukan sistem pembuangan limbah sehingga
dalam pengembangan lahan yang dilakukan dapat dilakukan suatu upaya untuk
mengurangi permasalahan polusi dan lingkungan. Hasil yang diperoleh dalam SKL
Pembuangan Limbah adalah dukungan terhadap pembuangan limbah baik cair maupun
padat yang ditentukan dengan aspek teknis utama berupa kelerengan, curah hujan, jenis
tanah dan hidrogeologi sebagai kriteria terhadap kemampuan tanah dalam meresapkan
air.

Tabel 4. 26 Kriteria Analisis SKL Pembuangan Limbah

Penggunaan Lahan SKL


Morfologi Lereng Pembuangan Limbah Nilai
Gunung/Pegunungan dan Semak, Belukar,
Bukit/Perbukitan >40% Ladang 1
Kemampuan lahan untuk
Gunung/Pegunungan dan 25- Kebun, Hutan, Hutan pembuangan limbah rendah
Bukit/Perbukitan 40% Belukar 2

Kemampuan lahan untuk


15- pembuangan limbah sedang
Bukit/Perbukitan Semua 3
25%

Datar 2-15% Semua Kemampuan lahan untuk 4


pembuangan limbah
Datar 0-2% Semua tinggi 5
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah. Melalui kriteria tersebut
diketahui Satuan Kemampuan lahan (SKL) Pembuangan Limbah WP Ciomas dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 27 SKL Pembuangan Limbah WP Ciomas

SKL LIMBAH
Kemampuan Kemampuan
Kemampuan Lahan Lahan Grand
KECAMATAN DESA
Lahanpembuangan Pembuangan Pembuangan Total
Limbah Kurang Limbah Limbah
Sedang Tinggi
Ciapus - - 142,57 142,57
Ciomas - - 110,38 110,38
CIOMAS Ciomasrahayu - - 87,25 87,25
Kotabatu - 3,71 231,39 235,10
Laladon - - 149,96 149,96

4-42
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

SKL LIMBAH
Kemampuan Kemampuan
Kemampuan Lahan Lahan Grand
KECAMATAN DESA
Lahanpembuangan Pembuangan Pembuangan Total
Limbah Kurang Limbah Limbah
Sedang Tinggi
Mekarjaya - - 64,83 64,83
Padasuka - - 120,28 120,28
Pagelaran - - 184,39 184,39
Parakan - - 164,85 164,85
Sukaharja - - 129,20 129,20
Sukamakmur - - 241,82 241,82
Pasireurih 1,70 97,96 217,66 317,31
Sirnagalih - 81,77 90,73 172,50
Sukajadi 56,71 451,18 - 507,89
Sukajaya 114,86 348,50 110,68 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu 24,00 175,69 177,08 376,78
Sukamantri - 273,29 59,83 333,12
Sukaresmi 11,77 110,61 195,06 317,44
Tamansari 882,76 575,94 126,94 1,585,65
Grand Total 1.091,80 2.118,65 2.604,89 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan pembuangan limbah WP
Ciomas didominasi oleh kriteria pembuangan limbah tinggi yang merupakan kemampuan
lahan dalam mengatasi permasalahan sistem pembuangan limbah cukup baik sehingga
permasalahan limbah dapat diatasi dengan baik di WP Ciomas. Kriteria pembuangan
limbah sedang pada WP Ciomas dengan luasan sebesar 2.604,89 Ha.

4-43
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 11 Peta SKL Pembuangan Limbah WP Ciomas

4-44
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.1.8 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Potensi Erosi

Analisis SKL Erosi bertujuan untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami


keterkikisan tanah sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta
antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Erosi berarti mudah atau tidaknya
lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas
dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh
angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah. Kriteria
penilaian kemampuan lahan erosi WP Ciomas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. 28 Kriteria Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Erosi

Penggunaan
Morfologi Jenis Tanah Lereng Lahan SKL Erosi Nilai

Gunung/Pegunungan Semak,
dan - >40% Belukar, Erosi tinggi 1
Bukit/Perbukitan Ladang

Gunung/Pegununga n Semak,
dan Belukar, Erosi cukup
- 25-40% 2
Bukit/Perbukitan Ladang tinggi

Semak,
Bukit/Perbukitan - 15-25% Belukar, Erosi sedang 3
Ladang

Aluvial, Glei Erosi sangat


Datar Humus, Litosol, 2-15% Semua rendah 4
dan Latosol

Aluvial, Glei
Humus, Litosol, Tidak ada
Datar 0-2% Semua 5
dan Latosol erosi
Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007

Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Potensi Erosi. Melalui kriteria tersebut diketahui
Satuan Kemampuan lahan (SKL) Potensi Erosi WP Ciomas dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 4. 29 SKL Potensi Erosi WP Ciomas

SKL EROSI Grand


KECAMATAN DESA
Erosi Rendah Erosi Sedang Erosi Cukup Erosi Tinggi Total
Ciapus 70,75 71,81 - - 142,57
Ciomas 32,23 78,15 - - 110,38
CIOMAS Ciomasrahayu 2,56 84,69 - - 87,25
Kotabatu 8,82 225,91 0,37 235,10
Laladon 29,69 120,26 - - 149,96

4-45
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

SKL EROSI Grand


KECAMATAN DESA
Erosi Rendah Erosi Sedang Erosi Cukup Erosi Tinggi Total
Mekarjaya 9,55 55,27 - - 64,83
Padasuka 3,39 116,90 - - 120,28
Pagelaran 12,05 172,34 - - 184,39
Parakan 63,24 101,61 - - 164,85
Sukaharja 91,59 37,61 - - 129,20
Sukamakmur 74,11 167,71 - - 241,82
Pasireurih 71,64 239,87 5,80 - 317,31
Sirnagalih 17,30 155,20 - - 172,50
Sukajadi - 451,18 56,71 - 507,89
Sukajaya 66,71 392,47 114,73 0,13 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu 57,06 244,62 75,10 - 376,78
Sukamantri 0,65 327,89 4,59 - 333,12
Sukaresmi 62,23 230,43 24,78 - 317,44
Tamansari - 973,61 445,17 166,87 1.585,65
Grand Total 673,56 4.247,53 727,26 167,00 5.815.34
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan Potensi Erosi WP Ciomas
didominasi oleh kriteria Potensi Erosi sedang yang merupakan kemampuan lahan
terhadap erosi cukup baik sehingga lapisan tanah tidak mudah terkikis oleh faktor alam
seperti angin atau air pada WP Ciomas. Kriteria Potensi Erosi sedang pada WP Ciomas
dengan luasan sebesar 4.247,53 Ha.

4-46
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 12 Peta SKL Potensi Erosi WP Ciomas

4-47
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.1.9 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam

Analisis satuan kemampuan lahan Bencana Alam ini dimaksudkan untuk


mengetahui kondisi lahan yang berhubungan dengan kemampuan lahan terhadap
kemungkinan keterjadian bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/
mengurangi kerugian dan korban akibat bencana alam tersebut. Kriteria analisis yang
digunakan berupa kawasan yang pernah mengalami atau berpotensi akan keterjadian
bencana alam, baik berupa banjir, tanah longsor/ gerakan tanah, letusan gunung berapi,
gempa bumi maupun aliran lahar.

Tabel 4. 30 Kriteria Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam

Peta Peta
Penggunaan Peta SKL
Peta Peta Peta Peta Jenis Peta Curah Kerentanan
No. Lahan Tekstur Bencana Nilai
Morfologi Kelerengan Ketinggian Tanah Hujan Gerakan
Eksisting Tanah Tanah Alam

Tegalan, sangat rawan


Tanah > 3000
1 Bergunung > 40 % >3000 m Regosol Potensi 1
kosong mm/tahun
Kasar bencana
Berbukit, (Pasir) alam
Bergelomban 15 – 40 2000 – Semak 1500 –3000 tinggi
2 Andosol rawan 2
g % 3000 m belukar mm/tahun

Potensi
1000 –
1000 – Sedang bencana
3 Berombak 8 – 15 % Mediteran Hutan 1500 agak rawan 3
2000 m (lempung) alam
mm/tahun cukup

Pertanian,
Perkebunan,
500 – 1000 Pertanian < 1000 Potensi
4 Landai 2–8% Latosol Halus Aman bencana 4
m Tanah mm/tahun
Kering (liat) alam
Semusim kurang

5 Datar 0–2% 0 – 500 m Alluvial Permukiman Aman 5


Sumber : Peraturan Menteri PU No.20/PRT/M/2007
Kriteria diatas merupakan salah satu landasan dalam menentukan hasil Analisis
Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam. Melalui kriteria tersebut diketahui
Satuan Kemampuan lahan (SKL) Bencana Alam WP Ciomas dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4. 31 SKL Bencana Alam WP Ciomas
SKL TERHADAP BENCANA
Grand
KECAMATAN DESA Potensi Bencana Potensi Bencana Potensi Bencana Total
Alam Kurang Alam Sedang Alam Tinggi
Ciapus 142,57 - - 142,57
CIOMAS Ciomas 110,38 - - 110,38
Ciomasrahayu 87,25 - - 87,25

4-48
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

SKL TERHADAP BENCANA


KECAMATAN DESA Grand
Potensi Bencana Potensi Bencana Potensi Bencana Total
Alam Kurang Alam Sedang Alam Tinggi
Kotabatu 235,10 - - 235,10
Laladon 149,96 - - 149,96
Mekarjaya 64,83 - - 64,83
Padasuka 120,28 - - 120,28
Pagelaran 184,39 - - 184,39
Parakan 164,85 - - 164,85
Sukaharja 129,20 - - 129,20
Sukamakmur 241,82 - - 241,82
Pasireurih 315,61 1,70 - 317,31
Sirnagalih 172,50 - - 172,50
Sukajadi - 507,89 - 507,89
Sukajaya 137,28 436,24 0,53 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu 341,34 35,44 - 376,78
Sukamantri 333,12 - - 333,12
Sukaresmi 305,59 11,85 - 317,44
Tamansari 416,53 385,84 783,28 1.585,65
Grand Total 3.652,58 1.378,95 783,81 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan hasil analisis diatas, kemampuan lahan Bencana Alam WP Ciomas
didominasi oleh kriteria bencana alam kurang yang merupakan tingkat kerentanan yang
aman terhadap terjadinya bencana alam pada WP Ciomas. Kriteria bencana alam kurang
pada WP Ciomas dengan luasan sebesar 3.652,58 Ha.

4-49
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 13 Peta SKL Bencana Alam WP Ciomas

4-50
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.1.10 Analisis Kemampuan Lahan


Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian
lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang dibutuhkan meliputi peta-peta hasil
analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi:
a. Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan Kawasan
b. Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi Kawasan
c. Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan
Analisis kemampuan lahan ini akan meliputi Analisis Satuan Kemampuan Lahan
(SKL) Morfologi, Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan,
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng, Analisis Satuan
Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi, Analisis Satuan Kemampuan Lahan
(SKL) Ketersediaan Air, Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase,
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi, serta Analisis Satuan
Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah. Adapun bobot dari masing satuan
kemampuan lahan (SKL) adalah sebagai berikut:
1) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Morfologi dan Kestabilan Lereng
Pemanfaatan permukiman pada daerah yang memiliki kemiringan lereng yang agak
curam (>15%), keselamatan jiwa manusia cenderung terancam misalnya
keterjadian bahaya longsor. Bahaya longsor tersebut meskipun dapat
ditanggulangi dengan menstabilkan lereng tersebut biaya yang dikeluarkan
tidaklah sedikit. Berdasarkan uraian tersebut maka satuan morfologi-kestabilan
lereng sangat penting bagi pemanfaatan permukiman, maka bobot kepentingannya
bernilai 5 (lima).
2) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
Konstruksi prasarana dan sarana serta bangunan rumah yang secara teknis kuat di
suatu lingkungan permukiman tidak berarti bahwa konstruksinya aman dari
keruntuhan, apalagi wilayah tersebut kemampuan lahannya dalam menunjang
kestabilan pondasi sangat rendah. Permukiman yang terletak pada daerah yang
memiliki kemampuan lahan dalam menunjang kestabilan pondasi yang sangat
rendah, cenderung menimbulkan kerugian berupa kerugian materi ataupun korban
jiwa dikarenakan runtuhnya konstruksi bangunan di daerah tersebut. Bobot dari
satuan kemampuan lahan ini bila mengacu pada uraian tersebut adalah sangat
penting, namun karena dalam analisis satuan ini terdapat factor-faktor dalam
pengkajiannya dilakukan secara pendekatan (lebar zona patahan), maka nilai

4-51
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

bobotnya menjadi berkurang. Bobot dari satuan kemampuan lahan ini


dikategorikan tinggi dengan kepentingannya bernilai 4 (empat).
3) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air tanah
Masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari pasti membutuhkan air dalam
melakukan aktivitasnya. Air menjadi kunci utama dalam menjalankan setiap
kegiatan dalam suatu wilayah. Air tanah merupakan suatu sumber air yang penting,
dikarenakan air tanah relatif tidak terkontaminasi dibandingkan air permukaan.
Masyarakat sebagai penghuni dari suatu lingkungan permukiman, maka air tanah
sangatlah penting bagi permukiman. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk
permukiman di suatu tempat yang berasal dari suatu sumber mata air (misalnya di
hulu sungai) atau air tanah di tempat lain akan berdampak pada biaya yang
dikeluarkan tidak sedikit. Olehnya itu bobot dari kemampuan lahan dalam
menunjang ketersediaan air tanah adalah sangat penting dan bernilai 5 (lima).
4) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi
Sama seperti halnya dengan kemapuan lahan kestabilan pondasi permukiman yang
terletak pada daerah dengan kondisi lahan dengan lapisan tanah yang mudah
terbawa angin dan air cenderung mengalami erosi serta bangunan-bangunan yang
berada pada lereng/landaian dengan tingkat lapisan tanah yang rendah
memberikandampak erosi yang sangat tinggi. Bobot dari satuan kemampuan lahan
ini bila mengacu pada uraian tersebut adalah sangat penting, namun karena dalam
analisis satuan ini terdapat faktor-faktor dalam pengkajiannya dilakukan secara
pendekatan penggunaan lahan dan tidak memperhatian pola aliran serta kecepatan
angin (keterbatasan data input), maka nilai bobotnya menjadi berkurang. Bobot
dari satuan kemampuan lahan ini dikategorikan sedang dengan kepentingannya
bernilai 3 (tiga). Bobot dari satuan kemampuan lahan ini dikategorikan sedang
dengan kepentingannya bernilai 3 (tiga).
5) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Untuk Drainase
Lahan permukiman serta aktivitas utama penduduk yang sering tergenang (banjir)
akibat drainase yang buruk, dapat menyebabkan sarana dan prasarana yang berada
pada kawasan tersebut cepat rusak (misalnya jalan) serta dapat menimbulkan
ancaman berbagai macam sumber penyakit. Hal ini akan menyebabkan biaya
pemeliharaan prasarana dan sarana serta biaya kesehatan yang dikeluarkan tidak
sedikit. Olehnya itu nilai kepentingannya (bobot) diberi nilai 5 (lima).
6) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Untuk Pembuangan Limbah

4-52
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Salah satu masalah persampahan yang cukup rumit dalam penyelesaiannya adalah
pengadaan dan pengelolaan fasilitas tempat pemrosesan akhir (TPA) yang layak,
baik secara teknis maupun non teknis. Keberadaan TPA selain dapat menampung
timbulan sampah yang dihasilkan juga harus dapat meminimalisasi bahaya yang
mungkin timbul akibat penimbunan sampah tersebut. Selain itu mengingat
pencemaran limbah dari kegiatan pertanian, peternakan, perindustrian dan kegiatan
perkotaan memberikan timbulan sampah yang berpengaruh terhadap kualitas tanah,
air dan udara. Dengan cara kreatif penanggulangan sampah selain dengan
pembinaan dan penyuluhun pemberdayaan masyarakat, dilakukan pemanfaatan
limbah-limbah cair dan/atau padat yang berdaya guna dan berhasil guna, seperti
kegiatan 3R, 4R (waster zero), biomassa, maupun kompos.
7) Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana Alam
Permukiman yang terletak pada lahan yang sering dilanda bencana alam, dapat
menimbulkan kerugian materi yang cukup besar dan terkadang sampai
menimbulkan korban jiwa. Upaya antisipasi dari pemanfaatan lahan permukiman
di lahan yang rentan terhadap bencana alam perlu dilakukan untuk mengatasi atau
mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Hal ini mengisyaratkan begitu
pentingnya lahan yang aman dari bencana alam untuk pemanfaatan permukiman.
Mengingat pentingnya satuan kemampuan lahan ini maka kepentingannya
dikategorikan sangat penting dengan nilai kepentingannya untuk permukiman
adalah 5 (lima).
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dihasilkan kelas kemampuan lahan
terhadap klasifikasi pengembangan yang akan dilakukan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihar pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. 32 Klasifikasi Pengembangan Berdasarkan Kelas Kemampuan Lahan

KLASIFIKASI PENGEMBANGAN
Kemampuan Kemampuan Kemampuan Kemampuan
KECAMATAN DESA Grand Total
Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi

Ciapus - - - 142,57 142,57


Ciomas - - - 110,38 110,38
Ciomasrahayu - - - 87,25 87,25
CIOMAS
Kotabatu - - 3,71 231,38 235,10
Laladon - - - 149,96 149,96
Mekarjaya - - - 64,83 64,83

4-53
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Padasuka - - - 120,28 120,28


Pagelaran - - - 184,39 184,39
Parakan - - - 164,85 164,85
Sukaharja - - - 129,20 129,20
Sukamakmur - - - 241,82 241,82
Pasireurih - - 99,06 218,25 317,31
Sirnagalih - - 81,77 90,73 172,50
Sukajadi - - 507,89 - 507,89
Sukajaya - 0,53 462,83 110,68 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu - - 199,69 177,08 376,78
Sukamantri - - 273,29 59,83 333,12
Sukaresmi - - 120,95 196,49 317,44
Tamansari 84,63 309,22 1.065,42 126,94 1.586,21
Grand Total 84,63 309,75 2.814,61 2.606,91 5.815,90
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4-54
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 14 Peta SKL Kemampuan Lahan WP Ciomas

4-55
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.2 Analisis Kesesuaian Lahan


Kriteria-kriteria dalam analisis kesesuaian lahan ditetapkan untuk meninjau
kembali lahan-lahan yang diidentifikasikan “tidak sesuai”. Hasil penilaian ini akan
mengidentifikasikan batas-batas kawasan lindung sebagai kendala limitasi bagi kawasan
budidaya. Disamping itu, beberapa sistem lahan dinilai sebagai lahan yang sesuai
bersyarat, yang artinya lahan tersebut memiliki pembatas-pembatas agak berat sampat
sangat berat bagi penggunaan penggunaan yang dipertimbangkan. Penilaian terhadap
kesesuaian lahan ini akan menjadi dasar utama dalam mementukan konsep pola ruang.
Terutama dalam menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam analisis ini
arahan yang dipertimbangan antara lain: arahan tata ruang pertanian, arahan rasio
penutupan lahan, arahan ketinggian bangunan, arahan pemanfaatan air baku, perkiraan
daya tamping lahan, persyaratan dan pembatasan pengembangan, evaluasi penggunaan
lahan yang ada terhadap kesesuaian lahan serta analisis kesesuaian lahan.

4.4.2.1 Analisis Arahan Tata Ruang Pertanian


Pada analisis ini terdapat beberapa arahan penataan ruang pertanian diantaranya
kawasan penyangga, kawasan lindung, tanaman setahun, tanaman tahunan. Luasan arahan
tata ruang pertanian dari keempat tipologi tersebut yang terdapat di WP Ciomas dapat
dilihat sebagai berikut.

Tabel 4. 33 Arahan Tata Ruang Pertanian WP Ciomas

Arahan Tata Ruang Pertanian

Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Tanaman Tanaman Grand


Lindung
Penyangga Setahun Tahunan Total

Kemampuan Lahan Sangat Rendah - 84,63 - - 84.63


Kemampuan Lahan Rendah 309,75 - - - 309,75
Kemampuan Lahan Sedang - - - 2.814,05 2.814,05
Kemampuan Lahan Agak Tinggi - - 2.606,91 - 2.606,91
Grand Total 309,75 84,63 2.606,91 2.814,05 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis diatas, seluruh lahan pada WP Ciomas berada pada
kategori Tanaman tahunan seluas 2.814,05 Ha, dengan jenis tanaman yang dipanen
hasilnya setahun. Arahan kawasan tanaman setahun dengan luas 2.606,91 Ha. Penjelasan
yang lebih nya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

4-56
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 15 Peta Arahan Tata Ruang Pertanian WP Ciomas

4-57
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.2.2 Analisis Arahan Rasio Tutupan Lahan


Analisis rasio tutupan lahan dilakukan untuk mengetahui gambaran perbandingan
daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air dengan luas lahan keseluruhan
beserta kendala fisik pada tiap tingkatan, dengan mengetahui perbandingan yang boleh
dibangun dengan luasan lahan keseluruhan. Beberapa hal yang menjadi dasar masukan
pada rasio tutupan lahan ini diantaranya klasifikasi kemampuan lahan, SKL drainase,
SKL Kestabilan Lereng, SKL Terhadap Erosi, dan SKL terhadap Bencana Alam. Arahan
rasio tutupan lahan ini lebih memperhatikan kemungkinan kesulitan drainase dan
gangguan kestabilan lereng bila terjadi peningkatan tutupan lahan. Sedangkan untuk
penurunan muka air tanah memang terjadi, namun konsekuensi dari mengikuti arahan
tutupan lahan maksimum adalah sudah memikirkan sumber air lain guna memenuhi
kebutuhan air bersih/baku. Arahan rasio tutupan lahan ini merupakan perbandingan bruto,
dengan pengertian perbandingan antara luas lahan yang tertutup oleh bangunan bersifat
kedap air dengan luas lahan keseluruhan pada tingkat rasio tutupan lahan yang ditekan,
terutama dalam satu sistem wilayah sungai atau daerah aliran sungai (DAS).
Pengembangan yang kemungkinan diperkirakan akan melampaui arahan ini disarankan
untuk dikembangkan secara vertikal atau bertingkat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 4. 34 Arahan Rasio Tutupan Lahan WP Ciomas

Arahan Rasio Tutupan Lahan

Rasio Rasio Rasio


Kelas Kemampuan Lahan Non tutupan tutupan tutupan Grand
Bangunan lahan lahan lahan Total
maks 10% maks 20% maks 30%

Kemampuan Lahan Sangat Rendah 84,63 - - - 84,63


Kemampuan Lahan Rendah - 309,75 - - 309,75
Kemampuan Lahan Sedang - - 2,814,05 - 2.814,05
Kemampuan Lahan Agak Tinggi - - - 2,606,91 2.606,91
Grand Total 84,63 309,75 2.814,05 2.606,91 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan hasil analisis diatas, arahan rasio tutupan lahan pada WP Ciomas
yaitu Rasio tutupan lahan maksimum 20% dengan luasan sebesar 2.814,05 Ha. Rasio
tutupan lahan maks 30 % dengan luasan sebesar 2.606,91 Ha.

4-58
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 16 Peta Arahan Rasio Tutupan Lahan WP Ciomas

4-59
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.2.3 Analisis Arahan Ketinggian Bangunan


Analisis arahan ketinggian bangunan merupakan analisis yang dilakukan mengetahui
gambaran daerah-daerah yang sesuai untuk dikembangkan dengan bangunan berat/tinggi
pada pengembangan kawasan. Berdasarkan hasil analisis, arahan ketinggian bangunan
WP Ciomas berada pada ketinggian bangunan kurang dari 4 lantai sebesar 5.420,97 Ha
sedangkan non bangunan sebesar 3.94,37 Ha.

Tabel 4. 35 Arahan Ketinggian Bangunan WP Ciomas

Arahan Ketinggian Bangunan Grand


Kelas Kemampuan Lahan
Bangunan <4 Lt Non Bangunan Total
Kemampuan Lahan Sangat Rendah - 84,63 84,63
Kemampuan Lahan Rendah - 309,75 309,75
Kemampuan Lahan Sedang 2.814,05 - 2.814,05
Kemampuan Lahan Agak Tinggi 2.606,91 - 2.606,91
Grand Total 5.420,97 394,37 5.815,34
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.4.2.4 Analisis Arahan Pemanfaatan Air Baku


Analisis arahan pemanfaatan air baku untuk mengetahui sumber-sumber air yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata ruang. Analisis ini
ditunjukan dengan lima parameter dari sangat rendah, rendah, cukup, baik, sangat baik.
Berdasaran hasil analisis ini, arahan pemanfaatan air baku di WP Ciomas yaitu
pemanfaatan air baku yang baik sebesar 2.814,05 Ha, dan pemanfaatan air baku sangat
baik sebesar 2606,91 Ha. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.36 Berikut

Tabel 4. 36 Arahan Pemanfaatan Air Baku

ARAHAN PEMANGFAATAN AIR BAKU


Grand
KECAMATAN DESA Sangat
Baik Cukup Rendah Total
Baik
Ciapus 142.57 142.57
Ciomas 110.38 110.38
Ciomasrahayu 87.25 87.25
Kotabatu 231.38 3.71 235.10
Laladon 149.96 149.96
CIOMAS Mekarjaya 64.83 64.83
Padasuka 120.28 120.28
Pagelaran 184.39 184.39
Parakan 164.85 164.85
Sukaharja 129.20 129.20
Sukamakmur 241.82 241.82
TAMANSARI Pasireurih 218.25 99.06 317.31

4-60
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Sirnagalih 90.73 81.77 172.50


Sukajadi 507.89 507.89
Sukajaya 110.68 462.83 0.53 574.04
Sukaluyu 177.08 199.69 376.78
Sukamantri 59.83 273.29 333.12
Sukaresmi 196.49 120.95 317.44
Tamansari 126.94 1064.86 309.22 84.63 1585.65
Grand Total 2606.91 2814.05 309.75 84.63 5815.34
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.4.3 Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung


Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai analisis daya dukung dan daya
tampung pada WP Ciomas. Menurut peraturan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang penataan ruang bahwa dalam penyusunan produk rencana tata ruang harus
memperhatikan mengenai daya dukung dan daya tampung ruang.

4.4.3.1 Analisis Daya Dukung Lahan


Analisis daya dukung lahan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam
perumusan arahan pengembangan wilayah yang berdasarkan pada kondisi fisik dasar,
kelestarian lingkungan serta minimalisir tingkat resiko bencana. Analisis daya dukung
lahan ini berupa perhitungan kawasan terhadap kawasan kritis dan kapasitas. Daya
dukung lahan ditentukan oleh banyak faktor baik biofisik maupun sosial ekonomi-
budaya yang saling mempengaruhi.

Daya dukung tergantung pada persentasi lahan yang dapat digunakan untuk
peruntukan tertentu yang berkelanjutan dan lestari, persentasi lahan ditentukan oleh
kesesuaian lahan untuk peruntukan tertentu. Analisis daya dukung lahan yang dijabarkan
sebagai dasar pengembangan wilayah mengidentifikasi daya dukung lahan yang terdiri
dari kawasan limitasi, kawasan berkendala dan kawasan potensial. Pengertian dari ketiga
kawasan tersebut adalah sebagai berikut :

 Kawasan Limitasi, adalah wilayah dengan fisik dasarnya memiliki tingkat


kesesuaian lahan yang tidak layak dikembangkan untuk permukiman seperti
kawasan lindung dan rawan bencana alam.
 Kawasan Berkendala atau bersayarat adalah wilayah yang memerlukan masukan
teknologi bagi pembangunan dan pengembangan permukiman, dengan
konsekuensi perlu biaya tambahan untuk menanggulangi kendala tersebut seperti
untuk perbaikan kontur yang dengan teknik cut and fill.

4-61
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 17 Peta Arahan Ketinggian Bangunan WP Ciomas

4-62
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 18 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku WP Ciomas

4-63
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

 Kawasan Potensial, sering dikatakan sebagai kawasan manfaat atau kawasan


kemungkinan, yaitu kawasan yang lingkungan fisik dasarnya memiliki tingkat
kesesuaian lahan yang akurat untuk dibangun dan dikembangkan bagi kawasan
permukiman.

Adapun analisis daya dukung lahan WP Ciomas terdapat pada kawasan limitasi
dan kawasan potensial. Untuk kawasan potensial WP ciomas sebesar 3.803,21 Ha dan
Kawasan Limitasi sebesar 2.012,13 Ha. Secara lebih rinci disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 37 Analisis Daya Dukung Lahan WP Ciomas

DAYA DUKUNG LAHAN


KECAMATAN DESA POTENSIAL Grand Total
LIMITASI POTENSIAL
BERSYARAT
Ciapus - 142,57 - 142,57
Ciomas - 110,38 - 110,38
Ciomasrahayu - 87,25 - 87,25
Kotabatu - 231,38 3,71 235,10
Laladon - 149,96 - 149,96
CIOMAS Mekarjaya - 64,83 - 64,83
Padasuka - 120,28 - 120,28
Pagelaran 0,00 184,39 - 184,39
Parakan - 164,85 - 164,85
Sukaharja 0,00 129,20 - 129,20
Sukamakmur 0,22 241,60 - 241,82
Pasireurih 77,04 150,38 89,89 317,31
Sirnagalih - 90,73 81,77 172,50
Sukajadi 19,31 - 488,58 507,89
Sukajaya 8,30 110,68 455,07 574,04
TAMANSARI
Sukaluyu 0,36 177,07 199,35 376,78
Sukamantri 14,07 59,83 259,22 333,12
Sukaresmi 66,49 166,29 84,66 317,44
Tamansari 1.221,39 64,46 300,36 1.586,21
Grand Total 1.407,16 2.446,12 1.962,61 5.815,90
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4-64
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 19 Peta Daya Dukung Lahan WP Ciomas

4-65
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.4.3.2 Analisis Daya Tampung Lahan


Daya tampung adalah kemampuan dari suatu wilayah untuk menerima dan
menampung jumlah penduduk optimal. Analisis daya tampung ini diperlukan sebagai
bentuk responsif terhadap dinamika pertumbuhan penduduk yang saat ini tidak
terhindarkan. Konsekuensi pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang menempati
lahan, menyebabkan kepadatan hunian menjadi bertambah. Metode perhitungan daya
tampung yang ini mengacu pada Permen PU No.20 Tahun 2007, dalam menghitung daya
tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan metodenya menggunakan data luas daya
dukung lahan (50% kawasan potensial) yang telah dianalisis sebelumnya. Kemudian
memakai standar ruang perkapita yang disederhanakan menjadi per KK dengan asumsi
1KK terdiri dari 5 orang. Maka dapat diperoleh daya tampung optimal berdasarkan
arahan rasio tutupan lahan ini dengan rumus sebagai berikut:

𝟓𝟎%(𝑫𝑫𝑳)
𝑫𝑻 = 𝒂 𝒙 𝟓 (𝑱𝒊𝒘𝒂)

Keterangan :

DT = Daya Tampung (jiwa)

DDL = Daya Dukung Lahan Kaw. Potensial (ha)

a = Standar Kebutuhan Ruang Per KK (0,0026 ha)

Sumber : Permen PU No.20 Tahun 2007

Berdasarkan hasil analisis ini dapat dilihat sebagian besar desa yang berada pada
WP Ciomas dapat menampung penduduk pada tahun 2043, desa yang ada pada
Kecamatan Ciomas tidak dapat menampung penduduk tahun 2043 diantaranya Desa
pagelaran. Sedangkan, untuk kecamatan tamansari hampir seluruh desa dapat
menampung penduduk pada tahun 2043. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4. 38 Daya Tampung Penduduk di WP Ciomas Tahun 2043

Proyeksi Jaringan
Daya Untuk Daya Tampung
Penduduk Fasilitas Jalan dan
KECAMATAN DESA Dukung Permukiman
Tahun 2043 (20%) Utilitas Jumlah
Lahan (m2) (m2) (50%) Keterangan
(Jiwa) (30%) (Jiwa)
Ciapus 1.425.654,39 22.570 285.130,88 427.696 712.827,20 35.641 Mencukupi
Ciomas 1.103.846,00 22.109 220.769,20 331.154 551.923,00 27.596 Mencukupi
Ciomasrahayu 872.475,65 19.780 174.495,13 261.743 436.237,83 21.812 Mencukupi
CIOMAS Kotabatu 2.350.952,40 37.443 470.190,48 705.286 1.175.476,20 58.774 Mencukupi
Laladon 1.499.565,89 20.193 299.913,18 449.870 749.782,95 37.489 Mencukupi
Mekarjaya 648.275,72 14.922 129.655,14 194.483 324.137,86 16.207 Mencukupi
Padasuka 1.202.818,48 28.288 240.563,70 360.846 601.409,24 30.070 Mencukupi

4-66
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Pagelaran 1.843.883,41 32.463 368.776,68 553.165 921.941,71 46.097 Mencukupi


Parakan 1.648.452,72 17.039 329.690,54 494.536 824.226,36 41.211 Mencukupi
Sukaharja 1.292.036,36 11.907 258.407,27 387.611 646.018,18 32.301 Mencukupi
Sukamakmur 2.416.039,10 19.170 483.207,82 724.812 1.208.019,55 60.401 Mencukupi
Pasireurih 2.402.723,69 22.332 480.544,74 720.817 1.201.361,85 60.068 Mencukupi
Sirnagalih 1.724.972,46 27.387 344.994,49 517.492 862.486,23 43.124 Mencukupi
Sukajadi 4.885.786,09 15.342 977.157,22 1.465.736 2.442.893,05 122.145 Mencukupi
Sukajaya 5.657.471,77 16.721 1.131.494,35 1.697.242 2.828.735,89 141.437 Mencukupi
TAMANSARI
Sukaluyu 3.764.209,88 15.475 752.841,98 1.129.263 1.882.104,94 94.105 Mencukupi
Sukamantri 3.190.478,81 28.475 638.095,76 957.144 1.595.239,41 79.762 Mencukupi
Sukaresmi 2.509.517,69 21.756 501.903,54 752.855 1.254.758,85 62.738 Mencukupi
Tamansari 3.648.208,34 22.171 729.641,67 1.094.463 1.824.104,17 91.205 Mencukupi
Grand Total 44,087,368.85 415.544 8.817.473,77 13.226.211 22.043.684,43 1.102.184 Mencukupi
Sumber : Hasil Analisis, 2022

4.5 ANALISIS SOSIAL BUDAYA


Salah satu faktor terpenting yang berpengaruh pada pemanfaatan ruang adalah
karakteristik sosial budaya masyarakat, adat istiadat, kebiasaan masyarakat, sistem
kekerabatan dan lain sebagainya. Bila ditinjau dari segi sosial, masyarakat WP Ciomas
pada umumnya adalah Suku Sunda yang sebagian besar pemeluk Agama Islam.

Salah satu faktor terpenting yang berpengaruh pada pemanfaatan ruang adalah
karakteristik sosial budaya masyarakat, adat istiadat, kebiasaan masyarakat, sistem
kekerabatan dan lain sebagainya. Secara umum budaya yang berkembang di WP Ciomas
tidak lepas dari budaya Sunda, sehingga perlu adanya pelestarian budaya yang ada dan
sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Karakteristik sosial budaya yang berpotensi
sebagai salah satu media untuk mempercepat dan memperlancar proses pembangunan di
WP Ciomas pada umumnya, antara lain:

1. Sistem dan sifat kegotong-royongan masyarakat WP Ciomas masih tinggi khususnya


untuk daerah perkampungan di WP Ciomas.

Sistem dan sifat kegotongroyongan masyarakat masih tinggi. Kegiatan yang kadang
masih dilakukan adalah gotong-royong kerja bakti membersihkan lingkungan,
membangun tempat ibadah secara bersama-sama maupun membangun fasilitas umum
lainnya secara swadaya dan gotong-royong. Kebiasaan ini diupayakan untuk tetap
dipertahankan guna menjaga hubungan sosial antar masyarakat serta merupakan modal
dasar pembangunan pada tingkat lingkungan.

Untuk sifat kegotongroyongan ini kiranya dapat distimulasi terkait dengan


pembangunan kota yaitu : mengkondisikan dengan event atau kegiatan rutin (misalnya

4-67
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

tiap dua minggu ataupun tiap bulannya) dengan kegiatan misalnya bersih
kampung/gang/kelurahan, atau pembuatan taman-taman lingkungan
permukiman/perumahan dengan bantuan dan bergulir ataupun insentif bantuan dana dari
pemerintah.

2. Kegiatan rutin yang menunjang kegiatan sosial-ekonomi

Kegiatan rutin yang menunjang misalnya kegiatan kelompok-kelompok masyarakat


misalkan: arisan PKK, acara pernikahan, syukuran, tahlilan, pengajian dan kegiatan sosial
lainnya. Untuk kegiatan dan sistem sosial yang telah berkembang dimasyarakat dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu media dalam menginformasikan program-program
pembangunan kota pada masyarakat.

3. Sistem kekerabatan masyarakat yang erat

Sistem kekerabatan di WP Ciomas juga masih tetap berlangsung dan terjaga,


misalnya melakukan kerjasama antar saudara dalam berbagai hal, saling silaturahmi
antar kerabat dan dalam sisi kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bertetangga masih
terjaga dengan baik, misalnya saling tolong menolong sesama tetangga dan lain
sebagainya. Sifat kekerabatan ini diupayakan tetap dipertahankan sebagai modal dasar
untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Selain itu tokoh – tokoh yang
berpengaruh di Masyarakat juga mendukung kegiatan positif yang dilakukan masyarakat
WP Ciomas.

4. Kegiatan para anak muda untuk berkumpul dan menyalurkan hobi

Pada hari-hari tertentu (hari libur) para anak muda melakukan kegiatan jogging trek
dimana kegitan tersebut sudah difasilitasi di tempat tertentu. Hal ini sangat diperlukan
untuk memperindah kota sehingga kegiatan yang ada tidak tersebar melainkan terpusat
disuatu kawasan yang telah dipilih sehingga tidak menimbulkan dampak kemacetan pada
keseluruhan WP Ciomas.

5. Keberadaan sesepuh atau tokoh masyarakat

Keberadaan sesepuh atau tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh di


masyarakat, seperti ulama, kyai, kepala desa, sesepuh dan lainnya. Dalam hal ini
keberadaan sesepuh atau tokoh masyarakat tersebut bisa membantu pemerintah dalam
menyampaikan program-program yang akan dilakukan kedepannya terhadap WP Ciomas
ke masyarakat WP Ciomas. Dimana dengan adanya sesepuh atau tokoh masyarakat ini
semua kalangan masyarakat WP Ciomas mendapatkan informasi-informasi dan bisa
bekerjasama dalam hal perkembangan kota.

4-68
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

6. Acara bersama memperingati hari besar dan adat istiadat

Acara bersama memperingati hari besar dan adat istiadat, seperti:

a. Tradisi Seren Taun

Tradisi Seren Taun merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat di Desa


Pasir Eurih, kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Dimana pada tradisi ini
masyarakat meyakini akan mendapatkan keberkahan, masyarakat berbondong-
bondong dari berbagai RT membuat tandu yang diisi dengan aneka buah,
sayuran, dan padi secara swadaya. Tandu dihias sedemikian rupa dan ada yang
membuat patung hewan terbuat dari buah-buahan. Arak-arakan menempuh rute
sekitar 1 Km menuju kampung budaya melintasi kawasan permukiman
penduduk dan persawahan. Tradisi ini dimulai sejak pagi dan masyarakat
memadati jalan desa tempat dimulainya arak-arakan hasil panen bumi (helaran
dongdang) menuju Kampung Budaya Sindang Barang.

Perayaan adat suku sunda ini diikuti anak-anak sampai sesepuhnya


berangkat berbondong-bondong. Sesampainya di kampung budaya, dongdang
diperebutkan oleh warga yang mengikuti jalannya tradisi tersebut. Meskipun
penuh sesak dan berdesakan merebutkan hasil panenan yang telah disiapkan jauh-
jauh hari. Kerelaan itu tampaknya bukan tanpa alasan melainkan mereka rela
melakukannya karena meyakini akan mendapat berkah jika mendapatkannya.
Serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen ditandai dengan
memasukan padi kedalam lumbung Ratna Inten. Para sesepuh (ketua
adat/kokolot) secara bergiliran memasukan padi disaksikan ratusan warga. Tradisi
adat suku sunda ini disebut sebagai Seren Taun yang berjalan hingga sampai pada
puncaknya selama enam hari. Tradisi ini tidak hanya diisi kegiatan seni dan
budaya, tapi juga dilaksanakan bakti sosial dan siraman rohani.

b. Lingkung seni Obor Sakti Kecamatan Tamansari

Lokasi lingkung seni Obor Sakti berada di Desa Tamansari Kecamatan


Tamansari, Kabupaten Bogor. Dengan jarak tempuh kurang lebih 10 Km dari Pintu
keluar Tol Baranang Siang. Atraksi Seni yaitu terdapat tarian tradisional, teater, tari
kreasi, bodoran/reog, angklung.

Acara Bersama seperti ini yang diharapkan mampu mepererat keekerapatan


masyarakat WP Ciomas sehingga ketentraman kota terjaga dan kerjasama untuk

4-69
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

membangun kota bisa terwujud serta dapat membantu ekonomi masyarakat dengan
cara menyediakan event atau bazzar di setiap ataupun beberapa acara tertentu.

7. Peran Masyarakat dalam Pembangunan dan Lingkungan Hidup

Rasa kebersamaan dalam proyek pembangunan di lingkungan permukiman dalam


bentuk gotong royong masih terdapat di WP Ciomas masih sangat kental terutama di
kawasan permukiman tradisional (perkampungan). Kerjasama masyarakat dalam
pembangunan terlihat dengan adanya realisasi program keswadayaan masyarakat telah
banyak direalisasikan seperti perbaikan jalan lingkungan, pembangunan saluran
drainase/irigasi dan penyediaan air bersih.

Namun kesadaran masyarakat tentang fungsi sempadan jalan maupun sempadan


sungai. Keberadaan bangunan pada sempadan sungai di WP Ciomas cukup mengganggu
estetika lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya tindakan yang tegas dari pihak
berwenang dari Pemkab dalam mengatasi bangunan-bangunan di sempadan sungai.
Selaian itu, masalah persampahan menjadi suatu perhatian khusus di WP Ciomas. Pola
pikir masyarakat yang kurang akan dampak negatif dari keberadaan sampah yang tidak
terurus mengakibatkan kurangnya unsur estetika WP Ciomas terlebih khususnya untuk
kesehatan masyarakat.

Kesulitan pemerintah dalam hal penyediaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah


adalah terkendalanya lahan. Sebagian pemerintah desa sudah menyediakan TPS3R dan
bak sampah di masing-masing permukiman namun keberadaan tempat sampah tidak
mampu menampung banyaknya produksi sampah di wilayah tersebut. Setelah terkumpul
di masing-masing bak sampah, sebagian besar dibakar karena tidak ada pengelola dan
tempat pembuangan akhir sampah. Selain itu, kesadaran masyarakat yang membuang
sampah dengan tidak beraturan menyebabkan sampah berserakan hingga ke jalan.
Pemerintah desa telah melakukan program Bank sampah namun tidak optimal. Oleh
karena itu perlu adanya sosialisasi serta peran serta masyarakat terlibat langsung dalam
proses perencanaan dan pembangunan wilayah WP Ciomas.

4-70
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 20 Skema Transformasi Sosial Masyarakat WP Ciomas

4.6 ANALISIS KEPENDUDUKAN

Analisis kependudukan dilihat berdasarkan kuantitas, kualitas, dan perwujudan


ruang sebagai bentuk manivestasi dari karakteristik kualitas dan kuantitas penduduk.
Permasalahan kependudukan menjadi sangat penting dalam suatu rencana tata ruang
karena pada dasarnya penataan ruang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang
nyaman bagi penduduk secara berkesinambungan. Analisis kependudukan membahas
mengenai laju pertumbuhan penduduk, proyeksi penduduk dan proyeksi kepadatan
penduduk di WP Ciomas.

4.6.1 Analisis Pertumbuhan Penduduk


Laju perumbuhan penduduk adalah salah satu indikator yang paling sering
digunakan untuk menggambarkan kondisi kependudukan di daerah, tidak hanya pada saat
ini tetapi juga untuk melihat kecenderungannya pada masa yang akan datang.
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat banyak menimbulkan permasalahan baru di
atas lahan. Terjadinya pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi proses
pembangunan dan perkembangan aktivitas suatu wilayah serta meningkatkan kebutuhan
akan ruang/lahan. Tuntutan akan kebutuhan ruang/lahan tersebut berupa penyediaan
kebutuhan hidup baik kebutuhan yang bersifat fisik seperti perumahan, sarana dan
prasarana, maupun bersifat non fisik seperti pendidikan, ekonomi, dan rekreasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlunya analisis mengenai laju pertumbuhan penduduk
di WP Ciomas yang dapat dilihat pada tabel berikut.

4-71
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 39 Laju Pertumbuhan Penduduk WP Ciomas Tahun 2015 – 2019

Rata-rata
Laju
Desa/
No Kecamatan 2015 – 2016 2016 - 2017 2017 - 2018 2018 - 2019 Pertumbu
Kelurahan
han
Penduduk
1 Kota Batu 2,1% 2,0% 1,8% 1,7% 1,9%
2 Mekarjaya 1,3% 1,2% 1,1% 0,9% 1,1%
3 Parakan 2,7% 2,6% 2,5% 2,4% 2,5%
4 Ciomas 1,1% 1,0% 0,9% 0,8% 1,0%
5 Pagelaran 4,0% 3,9% 3,8% 3,7% 3,9%
6 Kecamatan Sukamakmur 1,7% 1,6% 1,5% 1,4% 1,6%
Ciomas
7 Ciapus 4,0% 3,9% 3,7% 3,6% 3,8%
8 Sukaharja 2,1% 2,0% 1,9% 1,8% 1,9%
9 Padasuka 0,4% 0,3% 0,2% 0,0% 0,2%
10 Ciomas Rahayu 4,4% 4,3% 4,2% 4,1% 4,3%
11 Laladon 1,7% 1,6% 1,5% 1,3% 1,5%
Total rata-rata Pertahun Desa/Kel 2,3% 2,2% 2,1% 2,0% 2,2%
1 Sukajadi 0,8% 0,7% 0,6% 0,5% 0,7%
2 Sukaluyu 1,5% 1,4% 1,3% 1,2% 1,4%
3 Sukajaya 1,9% 1,8% 1,7% 1,6% 1,8%
4 Kecamatan Sukaresmi 1,2% 1,1% 0,9% 0,8% 1,0%
5 Tamansari Pasireurih 2,0% 1,9% 1,7% 1,6% 1,8%
6 Tamansari 0,8% 0,7% 0,6% 0,4% 0,6%
7 Sukamantri 1,5% 1,4% 1,3% 1,2% 1,3%
8 Sirnagalih 1,5% 1,4% 1,3% 1,1% 1,3%
Total rata-rata Pertahun Desa/Kel 1,4% 1,3% 1,2% 1,1% 1,2%
Grand Total 1,9% 1,8% 1,6% 1,5% 1,7%
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui besaran laju pertumbuhan penduduk dari
tahun 2015- 2019 di WP Ciomas. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Ciomas sebesar 2,2%. Desa yang memiliki laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat
di Desa Ciomas Rahayu sebesar 4,3% dan Desa yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan
penduduk terendah terdapat di Desa Padasuka sebesar 0,2%. Sedangkan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk di Kecamatan Tamansari sebesar 1,2%. Desa yang memiliki rata-
rata laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Desa Pasireurih dan Desa Sukajaya
sebesar 1,8% serta Desa yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan penduduk terendah
terdapat di Desa Tamansari sebesar 0,6%. Rata-rata Laju pertumbuhan penduduk
dipengaruhi oleh peningkatan penduduk dari tahun ke tahun.

4-72
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Laju Pertumbuhan Penduduk WP Ciomas Berdasarkan Desa/ Kelurahan Tahun 2015-201

18,000%
16,000%
14,000%
12,000%
10,000%
Laju Pertumbuhan

8,000%
6,000%
4,000%
2,000%
0,000%

Desa/ Kelurahan

2015 - 2016 2016 - 2017 2017 - 2018 2018 - 2019


Sumber: Hasil Analisis, 2021

Gambar 4. 21 Laju Pertumbuhan Penduduk WP Ciomas tahun 2015-2019

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui fluktuasi laju pertumbuhan penduduk


per Kelurahan/Desa pada WP Ciomas dari tahun 2015 sampai 2019. Laju pertumbuhan
penduduk yang paling tinggi terdapat pada Kecamatan Ciomas yaitu Desa/ Kelurahan
Ciomas Rahayu dan Kecamatan Taman Sari yaitu Desa Pasireurih dan Desa Sukajaya
sekitar tahun 2018-2019.

4.6.2 Analisis Proyeksi Penduduk


Permasalahan kependudukan menjadi sangat penting dalam suatu rencana tata
ruang karena pada dasarnya penataan ruang dilakukan untuk menciptakan lingkungan
yang nyaman bagi penduduk secara berkesinambungan. Masalah kependudukan secara
garis besar meliputi: jumlah penduduk bersarkan jenis kelamin dan kelompok umur serta
kepadatan penduduk. Proyeksi jumlah penduduk diperkirakan pertumbuhannya di
proyeksi 20 tahun mendatang yakni dari tahun 2023-2043.

Proyeksi penduduk di WP Ciomas pada dasarnya dilakukan dengan melihat


kecenderungan perkembangan penduduk di masa lampau. analisis proyeksi penduduk
bertujuan untuk memperoleh perkiraan jumlah penduduk di masa depan dengan maksud
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan masyarakat melalui suatu pembangunan yang
terencana. Metode analisis yang digunakan untuk proyeksi penduduk ini adalah metode
aritmatika dengan rumus sebagai berikut:

4-73
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

𝑃𝑡 = 𝑃0 (1 + 𝑟𝑡)

Dimana:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
Pt = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = Laju pertumbuhan penduduk
t = Periode waktu antara tahun dasar dan tahun t (dalam tahun)

Berdasarkan rumus tersebut, proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2023-2043 dengan
rentang waktu per 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 40 Analisis Proyeksi Penduduk di WP Ciomas Tahun 2023-2043

PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK


NO KECAMATAN DESA/KELURAHAN ARITMATIKA
2023 2028 2033 2038 2043
1 KOTA BATU 25.365 28.384 31.404 34.424 37.443
2 MEKARJAYA 10.108 11.312 12.515 13.718 14.922
3 PARAKAN 11.543 12.917 14.291 15.665 17.039
4 CIOMAS 14.977 16.760 18.543 20.326 22.109
5 PAGELARAN 21.991 24.609 27.227 29.845 32.463
6 SUKAMAKMUR 12.986 14.532 16.078 17.624 19.170
KECAMATAN
7 CIOMAS CIAPUS 15.289 17.109 18.929 20.749 22.570
8 SUKAHARJA 8.066 9.026 9.987 10.947 11.907
9 PADASUKA 19.163 21.444 23.725 26.006 28.288
19 CIOMAS RAHAYU 13.399 14.994 16.589 18.184 19.780
11 LALADON 13.679 15.308 16.936 18.565 20.193
TOTAL 166.567 186.396 206.226 226.055 245.884
1 SUKAJADI 10.393 11.630 12.867 14.105 15.342
2 SUKALUYU 10.483 11.731 12.979 14.227 15.475
3 SUKAJAYA 11.327 12.676 14.024 15.373 16.721
4 SUKARESMI 14.738 16.492 18.247 20.001 21.756
5 KECAMATAN PASIREURIH 15.128 16.929 18.730 20.531 22.332
TAMANSARI
6 TAMANSARI 15.019 16.807 18.595 20.383 22.171
7 SUKAMANTRI 19.290 21.586 23.882 26.179 28.475
8 SIRNAGALIH 18.552 20.761 22.970 25.178 27.387
TOTAL 114.931 128.613 142.295 155.978 169.660
WP CIOMAS 281.498 315.009 348.521 382.033 415.544
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk pada 20 tahun yang akan datang,
dapat diketahui bahwa penduduk di WP Ciomas mengalami peningkatan jumlah
penduduk yang cukup konstans. Pada Kecamatan Ciomas, yang memiliki perkembangan
penduduk

4-74
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

tertinggi tahun 2043 yaitu Desa Kota Batu dengan jumlah penduduk 37.443 jiwa.
Sedangkan yang memiliki perkembangan penduduk tertinggi tahun 2043 pada Kecamatan
Tamansari yaitu Desa Sukamantri dengan jumlah penduduk 28.475 jiwa. Jumlah
penduduk pada Kecamatan Ciomas yang diproyeksikan pada tahun 2023-2043 yaitu dari
166.567 jiwa menjadi 245.884 jiwa. Jumlah penduduk pada Kecamatan Tamansari yang
diproyeksikan pada tahun 2023-2043 yaitu dari 114.931 jiwa menjadi 169.660 jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk total pada WP Ciomas diproyeksikan sebesar 281.498 jiwa
pada tahun 2023 dan sebesar 415.544 jiwa pada tahun 2043.

4.6.3 Analisis Proyeksi Kepadatan Penduduk


Pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya dapat mengakibatkan kepadatan
suatu kawasan juga bertambah. Pertumbuhan penduduk ini akan menyebabkan kebutuhan
akan lahan sebagai ruang untuk tempat aktivitas mereka semakin meningkat dan akan
menimbulkan semacam kompetisi untuk mendapatkan ruang yang sesuai dengan berbagai
kepentingan dan keperluan manusia. Pertumbuhan dan kepadatan suatu kota didominasi
oleh konsentrasi kegiatan-kegiatan utama di bagian pusat kota dan dikelilingi oleh daerah
permukiman. Analisis proyeksi kepadatan penduduk penting dilakukan untuk mengetahui
perkiraan persebaran penduduk suatu wilayah dan digunakan sebagai dasar kebijakan
pemerataan penduduk dalam program transmigrasi. Selain itu juga sebagai dasar penataan
ruang khususnya distribusi permukiman. Berikut adalah hasil perhitungan proyeksi
kepadatan penduduk di WP Ciomas tahun 2023-2043.

Tabel 4. 41 Analisis Proyeksi Kepadatan Penduduk di WP Ciomas Tahun 2023-2043

Luas Wilayah Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha)


Kecamatan Desa/Kelurahan
(Ha%) 2023 2028 2033 2038 2043
Kota batu 235 108 121 134 146 159
Mekarjaya 65 156 174 193 212 230
Parakan 165 70 78 87 95 103
Ciomas 110 136 152 168 184 200
Pagelaran 184 119 133 148 162 176
Kecamatan Sukamakmur 242 54 60 66 73 79
Ciomas Ciapus 143 107 120 133 146 158
Sukaharja 129 62 70 77 85 92
Padasuka 120 159 178 197 216 235
Ciomas rahayu 87 154 172 190 208 227
Laladon 150 91 102 113 124 135
Total Ciomas 1.631 111 124 137 150 163
Sukajadi 508 20 23 25 28 30

4-75
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Sukaluyu 377 28 31 34 38 41
Sukajaya 574 20 22 24 27 29
Sukaresmi 317 46 52 57 63 69
Kecamatan
Pasireurih 317 48 53 59 65 70
Tamansari
Tamansari 1.586 9 11 12 13 14
Sukamantri 333 58 65 72 79 85
Sirnagalih 173 108 120 133 146 159
Total Tamansari 4.185 42 47 52 57 62
WP CIOMAS 5.815 76 85 95 104 113
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi, kepadatan penduduk di WP Ciomas


terus mengalami peningkatan selama 20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan jumlah
penduduk pada WP Ciomas diperkirakan setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Kepadatan rata- rata penduduk di WP Ciomas pada tahun 2023-2043 diperkirakan
mencapai 95 jiwa/ha. Pada Kecamatan Ciomas kepadatan penduduk rata-rata tertinggi
tahun 2023-2043 yaitu Desa Padasuka sekitar 221 jiwa/ha. Sedangkan, Kecamatan
Tamansari kepadatan penduduk rata-rata tertinggi tahun 2023-2043 yaitu Desa Sirnagalih
sekitar 168 jiwa/ha.

Sumber: Hasil Analisis, 2022


Proyeksi Kepadatan Penduduk WP Ciomas Tahun 2023-
2043 (Jiwa/Ha)
Tabel 4. 42 Proyeksi Kepadatan Penduduk WP Ciomas Tahun 2023-2043
25
0 Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa Desa Padasuka
merupakan Desa terpadat di wilayah orientasi dari tahun 2023-2043. Kepadatan
20
penduduk
0 di Desa Padasuka mencapai 159 jiwa/ha pada tahun 2023 dan terus mengalami
peningkatan
15
0

10
0
4-76
50

0
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

menjadi 235 jiwa/ha pada tahun 2043. Desa/Kelurahan yang memiliki kepadatan terendah
di WP Ciomas adalah Desa Tamansari. Peningkatan kepadatan penduduk di Desa
Tamansari tidak begitu signifikan. Hal ini dikarenakan tidak mengalami peningkatan
yang cukup padat pada tiap tahunnya.

Tabel 4. 43 Analisis Proyeksi Kepadatan Penduduk WP Ciomas Tahun 2023-2043

Luas Wilayah Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha) Rata - Rata (per


Kecamatan Desa/Kelurahan Klasifikasi
(Ha%) 2023 2028 2033 2038 2043 Desa/Kelurahan)
Kota batu 235 108 121 134 146 159 134 Rendah
Mekarjaya 65 156 174 193 212 230 193 Sedang
Parakan 165 70 78 87 95 103 87 Rendah
Ciomas 110 136 152 168 184 200 168 Sedang
Pagelaran 184 119 133 148 162 176 148 Rendah
Kecamatan Sukamakmur 242 54 60 66 73 79 66 Rendah
Ciomas Ciapus 143 107 120 133 146 158 133 Rendah
Sukaharja 129 62 70 77 85 92 77 Rendah
Padasuka 120 159 178 197 216 235 197 Sedang
Ciomas rahayu 87 154 172 190 208 227 190 Sedang
Laladon 150 91 102 113 124 135 113 Rendah
Total Ciomas 1.631 111 124 137 150 163 137 Rendah
Sukajadi 508 20 23 25 28 30 25 Rendah
Sukaluyu 377 28 31 34 38 41 34 Rendah
Sukajaya 574 20 22 24 27 29 24 Rendah
Sukaresmi 317 46 52 57 63 69 57 Rendah
Kecamatan
Tamansari Pasireurih 317 48 53 59 65 70 59 Rendah
Tamansari 1.586 9 11 12 13 14 12 Rendah
Sukamantri 333 58 65 72 79 85 72 Rendah
Sirnagalih 173 108 120 133 146 159 133 Rendah
Total Tamansari 4.185 42 47 52 57 62 52 Rendah
WP CIOMAS 5.815 76 85 95 104 113 95 Rendah
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi, kepadatan penduduk di Kecamatan


Ciomas terus mengalami peningkatan selama 20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan
jumlah penduduk pada Kecamatan Ciomas diperkirakan setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Kepadatan rata-rata penduduk di Kecamatan Ciomas pada tahun 2023
berjumlah 111 jiwa/ha diklasifikasi kawasan kepadatan rendah, tahun 2028 berjumlah
124 jiwa/ha diklasifikasi kawasan kepadatan rendah, tahun 2033 berjumlah 137 jiwa/ha
diklasifikasi kawasan kepadatan rendah, tahun 2038 berjumlah 150 jiwa/ha diklasifikasi

4-77
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

kawasan kepadatan sedang, dan tahun 2043 berjumlah 163jiwa/ha diklasifikasi kawasan
kepadatan sedang. Pada Kecamatan Ciomas, yang diperkirakan memiliki kepadatan
penduduk rata-rata tertinggi berdasarkan tahun 2023-2043 yaitu Desa Padasuka sebesar
197 jiwa/ha. Sedangkan, yang diperkirakan memiliki kepadatan penduduk terendah 2023-
2043 pada yaitu Desa Sukamakmur sebesar 66 jiwa/ha.

Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi, kepadatan penduduk di Kecamatan


Tamansari terus mengalami peningkatan selama 20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan
jumlah penduduk pada Kecamatan Tamansari diperkirakan setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Kepadatan rata-rata penduduk di Kecamatan Tamansari pada tahun 2023
berjumlah 42 jiwa/ha diklasifikasi kawasan kepadatan rendah, tahun 2028 berjumlah 47
jiwa/ha diklasifikasi kawasan kepadatan rendah, tahun 2033 berjumlah 52 jiwa/ha
diklasifikasi kawasan kepadatan rendah, tahun 2038 berjumlah 57 jiwa/ha diklasifikasi
kawasan kepadatan rendah, dan tahun 2043 berjumlah 62 jiwa/ha diklasifikasi kawasan
kepadatan rendah. Pada Kecamatan Tamansari, yang diperkirakan memiliki kepadatan
penduduk rata-rata tertinggi berdasarkan tahun 2023-2043 yaitu Desa Sirnagalih sebesar
133 jiwa/ha. Sedangkan, yang diperkirakan memiliki kepadatan penduduk terendah 2023-
2043 pada yaitu Desa Tamansari sebesar 12 jiwa/ha dengan klasifikasi rendah.

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Gambar 4. 22 Proyeksi Kepadatan Penduduk WP Ciomas Tahun 2023-2043

4-78
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.7 ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN


Pada sub bab ini menjelaskan mengenai sektor unggulan dalam perekonomian
yang merupakan memiliki ketangguhan dan kemampuan tinggi sehingga dijadikan
tumpuan harapan pembangunan ekonomi. Sektor unggulan merupakan tulang punggung
dan penggerak perekonomian, sehingga dapat juga disebut sebagai sektor kunci atau
sektor pemimpin perekonomian suatu wilayah. Pada pembahasan sub bab ini mengenai
analisis basis ekonomi dan analisis sektor unggulan.

4.7.1 Analisis Basis Ekonomi Kabupaten


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah komponen makroekonomi
untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi untuk wilayah regional. Untuk
menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dilakukan melalui 3
pendekatan, yaitu: PDRB melalui pendekatan produksi yang menghitung jumlah produksi
barang dan jasa potensial yang dihasilkan suatu wilayah regional dalam durasi satu tahun.
PDRB melalui Pendekatan Pendapatan, menghitung pendapatan dari balasa jasa yang
diterima masyarakat berupa, gaji/upah, bunga bersih jasa perbankan, jasa sewa, dan
keuntungan usaha di wilayah regional durasi waktu satu tahun. PDRB melalui
pendekatan Pengeluaran Menghitung kegiatan pengeluaran yang dilakukan masyarakat
berupa konsumsi total, kegiatan penanaman usaha atau dan tabungan, pemerintah
regional, dan kegiatan ekspor dan impor di wilayah regional dalam durasi waktu satu
tahun.

Nilai PDRB Kabupaten Bogor dalam periode tahun 2016 - 2020 menunjukkan 3
hasil yang beragam. Terdapat 6 sektor lapangan usaha yang selama 5 tahun selalu
mengalami kenaikan, 10 sektor yang selama periode tahun 2016 - 2019 selalu mengalami
peningkatan dan pada tahun 2020 terjadi penurunan dan yang terakhir ada 1 sektor yang
mengalami peningkatan dan penurunan secara berkala yaitu sektor pertambangan dan
penggalian. Jika melihat rata- rata kontribusi tiap sektor lapangan usaha dari tahun 2016 –
2020 , sektor yang berkontribusi paling besar adalah sektor industri pengolahan sebesar
54,5% disusul oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
motor sebesar 12,28% dan sektor yang kontribusnya paling minim adalah sektor
pengadaaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 0,12%.

Sedangkan jika melihat laju perekonomian Kabupaten Bogor selama tahun 2016
– 2020 rata – rata cukup baik dan mengalami peningkatan namun pada tahun 2019 – 2020
terjadi penurunan hampir pada semua sektor lapangan usaha.

Untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi


masing-masing sektor di Kabupaten Bogor, maka dilakukan analisis dengan
menggunakan

4-79
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen). Tipologi Klassen pada dasarnya
membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah
dan pendapatan per kapita daerah (Dalam hal ini digunakan pendekatan laju pertumbuhan
ekonomi dan besaran kontribusi masing-masing sektor terhadapat PDRB).

4-80
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 44 PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2016-2020

Rata-
No Lapangan Usaha 2016 % 2017 % 2018 % 2019 % 2020 %
Rata (%)
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 6.682,55 5,07% 6.871,11 4,92% 7.031,22 4,74% 7.169,92 4,57% 7.227,24 4,69% 4,80%
2 Pertambangan dan Penggalian 3.476,36 2,64% 3.455,65 2,48% 3.544,12 2,39% 3.499,08 2,23% 3.537,91 2,30% 2,41%
3 Industri Pengolahan 72.308,80 54,88% 76.161,88 54,57% 80.870,97 54,57% 85.429,73 54,46% 83.269,09 54,04% 54,50%
4 Pengadaan Listrik dan Gas 235,31 0,18% 239,51 0,17% 241,88 0,16% 247,60 0,16% 237,44 0,15% 0,17%
5 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 150,30 0,11% 161,90 0,12% 171,05 0,12% 182,41 0,12% 199,02 0,13% 0,12%
6 Konstruksi 11.838,08 8,98% 13.104,72 9,39% 14.487,25 9,78% 15.605,65 9,95% 14.786,54 9,60% 9,54%
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
16.582,68 12,59% 17.332,72 12,42% 18.022,21 12,16% 19.253,97 12,27% 18.423,12 11,96% 12,28%
Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 4.140,80 3,14% 4.457,49 3,19% 4.818,89 3,25% 5.215,80 3,32% 5.148,14 3,34% 3,25%
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 3.305,91 2,51% 3.586,56 2,57% 3.839,85 2,59% 4.035,98 2,57% 3.661,81 2,38% 2,52%

10 Informasi dan Komunikasi 3.203,44 2,43% 3.582,16 2,57% 3.907,67 2,64% 4.267,77 2,72% 5.587,38 3,63% 2,80%
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 705,29 0,54% 739,62 0,53% 791,54 0,53% 846,85 0,54% 857,43 0,56% 0,54%
12 Real Estate 1.104,47 0,84% 1.207,41 0,87% 1.323,71 0,89% 1.448,11 0,92% 1.512,44 0,98% 0,90%
13 Jasa Perusahaan 268,79 0,20% 292,34 0,21% 311,44 0,21% 339,54 0,22% 302,54 0,20% 0,21%
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib 2.113,30 1,60% 2.211,11 1,58% 2.245,69 1,52% 2,283,88 1,46% 2,240,69 1,45% 1,52%
15 Jasa Pendidikan 2.543,89 1,93% 2.763,58 1,98% 2.923,51 1,97% 3.086,90 1,97% 3.306,95 2,15% 2,00%
16 Jasa Kesehatan 720,82 0,55% 786,29 0,56% 846,99 0,57% 902,56 0,58% 840,93 0,55% 0,56%
17 Jasa Lainnya 2.379,58 1,81% 2.607,38 1,87% 2.825,36 1,91% 3.052,57 1,95% 2.958,16 1,92% 1,89%
PDRB 131.760,37 100,00% 139.561,45 100,00% 148.203,35 100,00% 156.868,30 100,00% 154.096,81 100,00% 100,00%
Sumber: PDRB Kabupaten Bogor, 2016-2020

4-81
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 45 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen) 2016-2020

No Lapangan Usaha 2016 - 2017 2017 - 2018 2018 - 2019 2019 - 2020 Rata-Rata LP

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3% 2% 2% 1% 2%


2 Pertambangan dan Penggalian -1% 3% -1% 1% 0%
3 Industri Pengolahan 5% 6% 6% -3% 4%
4 Pengadaan Listrik dan Gas 2% 1% 2% -4% 0%
5 Pengadaaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7% 6% 6% 9% 7%
6 Konstruksi 11% 11% 8% -5% 6%
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5% 4% 7% -4% 3%
8 Transportasi dan Pergudangan 8% 8% 8% -1% 6%
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9% 7% 5% -9% 3%
10 Informasi dan Komunikasi 12% 9% 9% 31% 15%
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 5% 7% 7% 1% 5%
12 Real Estate 9% 10% 9% 4% 8%
13 Jasa Perusahaan 9% 7% 9% -11% 3%
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5% 2% 2% -2% 2%
15 Jasa Pendidikan 9% 6% 6% 7% 7%
16 Jasa Kesehatan 9% 8% 7% -7% 4%
17 Jasa Lainnya 10% 8% 8% -3% 6%
Sumber: Hasil Analisis, 2021

4-82
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Agar analisis typology klassen dapat dilakukan, maka perlu diketahui terlebih
dahulu kondisi ekonomi regional yaitu kondisi ekonomi Provinsi Jawa Barat. Nilai PDRB
Provinsi Jawa Barat berdasarkan harga konstan 2010 tercatat sebesar Rp. 1.275.619,24
miliar pada tahun 2016 dan meningkat menjadi Rp 1.455.235,14 miiliar pada tahun 2020.

Jika melihat rata- rata kontribusi sektor perekonomian Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2016 – 2020, sektor yang berkontribusi paling besar adalah sektor industri
pengolahan sebesar 42,96% disusul oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi
mobil dan sepeda motor sebesar 15,33% dan sektor yang kontribusnya paling minim
adalah sektor pengadaaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 0,08%.

Sedangkan jika melihat laju perekonomian Provinsi Jawa Barat selama tahun 2016
– 2020 rata – rata mengalami penurunan namun tidak signifikan dan ada beberapa sektor
yang kondisinya cukup baik dan mengalami peningkatan namun di tahun 2019 – 2020
terjadi penurunan hampir pada semua sektor lapangan usaha.

4-83
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 46 PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2016-2020
Rata-Rata
No Lapangan Usaha 2016 % 2017 % 2018 % 2019 % 2020 %
Kontribusi
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 98.096,58 7,69% 99.669,37 7,42% 101.752,20 7,17% 104.596,75 7,01% 106.991,94 7,35% 7,33%
2 Pertambangan dan Penggalian 27.138,68 2,13% 26.589,93 1,98% 25.491,23 1,80% 24.791,42 1,66% 23.771,26 1,63% 1,84%
3 Industri Pengolahan 549.471,38 43,07% 578.703,24 43,07% 616.427,07 43,42% 641.352,05 43,00% 614.291,24 42,21% 42,96%
4 Pengadaan Listrik dan Gas 6.139,55 0,48% 5.438,11 0,40% 5.438,95 0,38% 5.373,58 0,36% 4.964,31 0,34% 0,39%
5 Pengadaaan Air, Pengelolaan 1.009,02 0,08% 1.080,96 0,08% 1.134,53 0,08% 1.168,93 0,08% 1.295,18 0,09% 0,08%
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 103.507,07 8,11% 111.001,03 8,26% 119.305,16 8,40% 126.631,20 8,49% 119.068,58 8,18% 8,29%
7 Perdagangan Besar dan Eceran; 198.865,39 15,59% 207.862,67 15,47% 216.611,15 15,26% 232.871,68 15,61% 214.374,85 14,73% 15,33%
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 61.297,38 4,81% 64.258,64 4,78% 67.702,02 4,77% 71.064,36 4,76% 68.097,41 4,68% 4,76%
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 32.559,35 2,55% 35.285,42 2,63% 38.160,14 2,69% 40.928,32 2,74% 38.634,85 2,65% 2,65%
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 47.856,80 3,75% 53.527,16 3,98% 58.420,75 4,12% 63.861,23 4,28% 85.980,07 5,91% 4,41%
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 33.030,52 2,59% 34.179,94 2,54% 35.727,39 2,52% 36.512,28 2,45% 36.932,39 2,54% 2,53%
12 Real Estate 14.738,07 1,16% 16.109,92 1,20% 17.658,39 1,24% 19.344,12 1,30% 19.716,06 1,35% 1,25%
13 Jasa Perusahaan 5.334,98 0,42% 5.784,33 0,43% 6.284,13 0,44% 6.859,66 0,46% 5.599,12 0,38% 0,43%
14 Administrasi Pemerintahan, 6.813,81 2,04 7.140,46 2,03 7.517,97 2 8.109,26 2,06 8.056,83 2,27 2,08
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 11.354,62 3,23 12.197,11 3,31 13.103,71 3,44 14.111,91 3,58 14.299,37 3,91 3,49
16 Jasa Kesehatan 4.542,71 1,15 4.912,96 1,18 5.249,40 1,21 5.698,34 1,26 6.125,81 1,47 1,25
17 Jasa Lainnya 5.608,94 1,57 6.072,79 1,62 6.535,99 1,63 7.102,43 1,69 6.716,94 1,73 1,65
PDRB 1.275.619,24 100,00% 1.343.662,14 100,00% 1.419.624,14 100,00% 1.491.575,95 100,00% 1.455.235,14 100,00% 100,00%
Sumber: Hasil Analisis, 2021

4-84
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 47 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha (Persen) 2016-2020

Rata-
No Lapangan Usaha 2016-2017 2017-2018 2018-2019 2019-2020 Rata
LP
Pertanian, Kehutanan dan
1 2% 2% 3% 2% 2%
Perikanan
Pertambangan dan
2 -2% -4% -3% -4% -3%
Penggalian
3 Industri Pengolahan 5% 7% 4% -4% 3%
4 Pengadaan Listrik dan Gas -11% 0% -1% -8% -5%
Pengadaaan Air,
5 Pengelolaan Sampah, 7% 5% 3% 11% 6%
Limbah dan Daur Ulang
6 Konstruksi 7% 7% 6% -6% 4%
Perdagangan Besar dan
7 Eceran; Reparasi Mobil 5% 4% 8% -8% 2%
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
8 5% 5% 5% -4% 3%
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
9 8% 8% 7% -6% 5%
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 12% 9% 9% 35% 16%
Jasa Keuangan dan
11 3% 5% 2% 1% 3%
Asuransi
12 Real Estate 9% 10% 10% 2% 8%
13 Jasa Perusahaan 8% 9% 9% -18% 2%
Administrasi
14 Pemerintahan, Pertahanan 5% 2% 5% -7% 1%
dan Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 9% 6% 5% 7% 7%
16 Jasa Kesehatan 8% 8% 9% -5% 5%
17 Jasa Lainnya 10% 7% 7% -3% 5%
Sumber: Hasil Analisis, 2021

 Analisis Tipologi Klassen

Analisis Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing
suatu wilayah. Tipologi klassen pada dasarnya membagi wilayah berdasarkan indikator,
yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah: (1) daerah cepat
maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), (2) daerah maju tapi tertekan
(high income but low growth), (3) daerah berkembang cepat (high growth but low
income) dan
(4) daerah relatif tertinggal (low growth but low income).

Persamaan dari analisis tipologi klassen ini dapat dilihat pada tabel berikut.

4-85
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 48 Diagram Metode Analisis Tipologi Klassen

Kontribusi Pertumbuhan Sektoral

Sektoral Yi≥ Yn Yi< Yn

(kuadran I) (kuadran III)

ri ≥ rn sektor prima/cepat-maju dan sektor berkembang /sektor maju


cepat-tumbuh (high growth tapi tertekan (high income but low
andhigh income) growth)

(kuadran II) (kuadran IV)

ri < rn sektor potensial/ berkembang sektor terbelakang/relatif tertinggal


cepat (high growth but income) (low growth and low income)

Keterangan:
ri : Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Kota)
rn: Laju pertumbuhan PDRB Sektor i
(Provinsi) Yi: Kontribusi Sektor i (Kota)
Yn:Kontribusi Sektor i (Provinsi)

Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa
sektor, subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.
Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak hanya di tingkat
sektor tetapi juga subsektor, usaha ataupun komoditi) menghasilkan empat klasifikasi
sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut.

 Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I).

Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (ri) yang
lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara nasional
(rn) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (Yi) yang lebih besar dibandingkan
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (rn). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan Yi lebih besar dari Yn dan ri
lebih besar dari rn. Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor yang
potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar
daripada daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.

4-86
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

 Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II).

Sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (ri) yang
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (rn), tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (Yi) yang lebih besar
dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan
atau secara nasional (Yn). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan ri lebih kecil dari rn
dan Yi lebih besar dari Yn. Sektor dalam kategori ini juga dapat dikatakan sebagai sector
yang telah jenuh.

 Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III).

Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan
PDRB (ri) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (rn), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (Yi) lebih kecil
dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan
atau secara nasional (Yn). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan ri lebih besar dari rn
dan Yi lebih kecil dari Yn. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang
sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil dibandingkan rata-
rata nasional.

 Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV).

Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (ri) yang
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (rn) dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB (Yi) yang lebih
kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi
acuan atau secara nasional (Yn)

Sebagai input terhadap analisis tipologi klassen, berikut ini diuraikan tentang data
mengenai laju pertumbuhan PDRB dan kontribusi sektor terhadap PDRB, masing-masing
diuraikan atas dasar harga konstan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

4-87
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 49 Analisis Tipologi Klassen

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Keterangan


Rata-Rata Rata-Rata
Kontribusi Kontribusi
Thd PDRB
Laju
Thd PDRB
Laju Klasifikasi
No Lapangan Usaha
Pertumbuhan Pertumbuhan Ket Kuadran
(%) (%)
(%) (%)
(Yi) (ri) (Yn) (rn) ri ≥ rn Yi≥ Yn ri < rn Yi< Yn
Pertanian, Kehutanan dan
1
Perikanan
4,80 1,98 7,33 2,19 x x Sektor relative tertinggal IV

Pertambangan dan Sektor maju dan tumbuh


2
Penggalian
2,41 0,45 1,84 -3,25 x x pesat
I
Sektor maju dan tumbuh
3 Industri Pengolahan 54,50 3,65 42,96 2,92 x x pesat
I
Sektor potensial atau masih
4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,17 0,26 0,39 -5,06 x x dapat berkembang dengan II
pesat
Pengadaaan Air,
Sektor maju dan tumbuh
5 Pengelolaan Sampah, 0,12 7,28 0,08 6,48 x x pesat
I
Limbah dan Daur Ulang
Sektor maju dan tumbuh
6 Konstruksi 9,54 5,93 8,29 3,72 x x pesat
I
Perdagangan Besar dan Sektor potensial atau masih
7 Eceran; Reparasi Mobil 12,28 2,76 15,33 2,07 x x dapat berkembang dengan II
dan Sepeda Motor pesat
Sektor potensial atau masih
Transportasi dan
8
Pergudangan
3,25 5,67 4,76 2,75 x x dapat berkembang dengan II
pesat
Penyediaan Akomodasi
9
dan Makan Minum
2,52 2,85 2,65 4,54 x x Sektor relative tertinggal IV

10 Informasi dan Komunikasi 2,80 15,26 4,41 16,23 x x Sektor relative tertinggal IV
Sektor potensial atau masih
Jasa Keuangan dan
11
Asuransi
0,54 5,03 2,53 2,84 x x dapat berkembang dengan II
pesat

4-88
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Keterangan


Rata-Rata Rata-Rata
Kontribusi Kontribusi
Thd PDRB
Laju
Thd PDRB
Laju Klasifikasi
No Lapangan Usaha Pertumbuhan Pertumbuhan Ket Kuadran
(%) (%)
(%) (%)
(Yi) (ri) (Yn) (rn) ri ≥ rn Yi≥ Yn ri < rn Yi< Yn
Sektor potensial atau masih
12 Real Estate 0,90 8,20 1,25 7,60 x x dapat berkembang dengan II
pesat
Sektor potensial atau masih
13 Jasa Perusahaan 0,21 3,36 0,43 1,96 x x dapat berkembang dengan II
pesat
Administrasi Sektor potensial atau masih
14 Pemerintahan, Pertahanan 1,52 1,50 1,94 1,05 x x dapat berkembang dengan II
dan Jaminan Sosial Wajib pesat
Sektor potensial atau masih
15 Jasa Pendidikan 2,00 6,79 2,86 6,57 x x dapat berkembang dengan II
pesat
16 Jasa Kesehatan 0,56% 4,13% 0,80% 5,09% x x Sektor relative tertinggal IV
Sektor potensial atau masih
17 Jasa Lainnya 1,89% 5,72% 2,15% 5,25% x x dapat berkembang dengan II
pesat
Sumber: Hasil Analisis, 2021

4-89
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Berdasarkan tabel diatas, maka pada kuadran tipologi klassen untuk perekonomian
Kabupaten Bogor yang dapat dipetakan seperti pada tabel berikut.

Tabel 4. 50 Klasifikasi Sektor Ekonomi Kabupaten Bogor Berdasarkan Tipologi Klassen

Kontribusi Pertumbuhan Sektoral


Sektoral Yi≥ Yn Yi< Yn

(kuadran I) (kuadran III)


Sektor Maju dan Tumbuh Pesat Sektor Maju Tapi Tertekan

- Pertambangan dan Penggalian


ri ≥ rn - Industri Pengolahan
- Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
- Konstruksi
(kuadran II) (kuadran IV)
Sektor Potensial atau Masih Dapat Sektor Relatif Tertinggal
Berkembang Dengan Pesat
- Pertanian, Kehutanan, dan
- Pengadaan Listrik Dan Gas Perikanan
- Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi - Penyediaan Akomodasi dan
Mobil dan Sepeda Motor Makan Minum
- Transportasi dan Pergudangan - Informasi dan Komunikasi
ri < rn - Jasa Keuangan dan Asuransi - Jasa Kesehatan dan Kegiatan
- Real Estate Sosial
- Jasa Perusahaan
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
- Jasa Pendidikan
- Jasa Lainnya

Sumber: Hasil Analisis, 2021

 Kontribusi PDRB Tiap Kecamatan

PDRB Kecamatan Ciomas pada tahun 2021 berdasarkan harga konstan adalah
sebesar 1.616,114 miliar rupiah. Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang
paling besar distribusinya terhadap PDRB Kecamatan Ciomas pada tahun 2021 dengan
besaran distribusi sebesar 37,30%. Sektor kedua terbesar yang berkontribusi terhadap
PDRB Kecamatan Ciomas pada tahun 2021 adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan besaran distribusi sebesar 22,40%. Sedangkan
di urutan ketiga terbesar yang berkontribusi terhadap PDRB Kecamatan Ciomas pada
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.45% Pertambangan dan Penggalian 0.02%
Industri Pengolahan 37.30% Pengadaan Listrik dan Gas 0.46% Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.47% Konstruksi 10.91% Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 22.40% Transportasi dan
Pergudangan 3.20% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.56% Informasi dan
Komunikasi 6.52% Jasa

4-90
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Keuangan dan Asuransi 0.58% Real Estate 1.48% Jasa Perusahaan 0.41% Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.64% Jasa Pendidikan 2.91% Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.82% Jasa lainnya 2.87% 53 tahun 2021 adalah sektor
konstruksi dengan nilai distribusi sebesar 10,91%. Sisanya sebesar 23,39% yang
berkontribusi terhadap PDRB Kecamatan Ciomas pada tahun 2021 ditunjukkan oleh
sektor-sektor lain.

PDRB Kecamatan Tamansari pada tahun 2021 berdasarkan harga konstan adalah
sebesar 1.036,959 miliar rupiah. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor merupakan sektor yang paling besar distribusinya terhadap PDRB
Kecamatan Tamansari pada tahun 2021 dengan besaran distribusi sebesar 30,42%. Sektor
kedua terbesar yang berkontribusi terhadap PDRB Kecamatan Tamansari pada tahun
2021 adalah sektor industri pengolahan dengan besaran distribusi sebesar 29,18%.
Sedangkan di urutan ketiga terbesar yang berkontribusi terhadap PDRB Kecamatan
Tamansari pada tahun 2021 adalah sektor konstruksi dengan nilai distribusi sebesar
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.42% Pertambangan dan Penggalian 0.25%
Industri Pengolahan 29.18% Pengadaan Listrik dan Gas 0.31% Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.28% Konstruksi 8.08% Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 30.42% Transportasi dan
Pergudangan 5.23% Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.09% Informasi dan
Komunikasi 0.87% Jasa Keuangan dan Asuransi 0.69% Real Estate 2.08% Jasa
Perusahaan 0.22% Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
1.71% Jasa Pendidikan 7.51% Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.58% Jasa lainnya
2.08% 54 8,08%. Sisanya sebesar 32,32% yang berkontribusi terhadap PDRB Kecamatan
Tamansari pada tahun 2021 ditunjukkan oleh sektor-sektor lain.

4-91
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Sumber: Hasil Analisis PDRB Kecamatan,BAPPEDA Kabupaten Bogor, 2021

Gambar 4. 23 Kontribusi PDRB WP Ciomas

4.7.2 Analisis Sektor Unggulan WP Ciomas


A. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ digunakan untuk mengetahui basis ekonomi suatu wilayah terutama


dari kriteria kontribusi. Analisis LQ pada dasarnya merupakan analisis untuk mengetahui
posisi apakah suatu wilayah berposisi sebagai net importer ataukah sebagai net exporter
pada suatu produk atau sektor tertentu, dengan membandingkan antara produksi dan
konsumsinya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam
model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang
menjadi pemicu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi
kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Dalam menentukan sektor tersebut
merupakan basis atau non basis terdapat indikator-indikator yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah:

1. Tenaga Kerja
2. Pendapatan/jumlah produksi sector
3. Nilai Tambah
4. Luas Lahan
5. Jumlah Penduduk

Dalam setiap metode yang digunakan dalam menganalisisi suatu data ada
kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan pada metode ini adalah pengolahan data yang
dilakukan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan sangat mudah dan tidak

4-92
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

memerlukan data dan program pengolahan yang rumit. Nahun hal ini juga menyebabkan
timbulnya kekurangan pada metode ini yaitu karena pengolahan data yang sifatnya
sederhana menuntut data yang digunakan harus teruji kebenarannya. Hasil perhitungan
LQ memiliki tiga kriteria yaitu :

 LQ > 1
Artinya, komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas
memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di
wialyah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah
 LQ = 1
Artinya sektor itu tergolong non-basis, tidak memiliki keunggulan komparatif.
Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak
mampu untuk diekspor.
 LQ < 1
Artinya sektor itu termasuk non-basis. Produksi sektor di suatu wilayah tidak dapat
memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

Penentuan sektor basis dan non basis dapat dilakukan dengan menggunakan
perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

𝐿𝑄=𝑋𝑟𝑅𝑟⁄𝑋𝑛𝑅𝑛
Keterangan :
𝑋𝑟: Nilai sektor x dalam sub region
𝑋𝑛: Nilai sektor x dalam region
𝑅𝑟: Total nilai sektor x dalam sub region
𝑅𝑛: Total nilai sektor x dalam region

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Bogor 2016-2020 atas dasar harga konstan
didapatkan informasi mengenai kegiatan usaha sektor yang ada di Kabupaten Bogor.
Melalui data tersebut diolah menggunakan metode analisis LQ hingga didapatkan
informasi mengenai sektor basis dan non basis yang ada di Kabupaten Bogor. Sektor
basis pada Kabupaten Bogor diantaranya yaitu pertanian kehutanan dan perikanan,
industri pengolahan, administrasi pemerintahan pertahanan dan jaminan social wajib, dan
jasa pendidikan. Sektor pertanian kehutanan dan perikanan selama periode waktu 2016-
2020 menjadi sektor basis tertinggi yang memberikan kontribusi terhadap daerahnya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

4-93
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 51 Analisis LQ Kabupaten Bogor

Analisis
Kategori Sektor Keterangan
LQ

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,6 Non Basis

B Pertambangan dan Penggalian 1,4 Basis

C Industri Pengolahan 1,2 Basis

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,4 Non Basis

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1,4 Basis

F Konstruksi 1,1 Basis


Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda 0,8 Non Basis
G
Motor
H Transportasi dan Pergudangan 0,7 Non Basis

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,8 Non Basis

J Informasi dan Komunikasi 0,6 Non Basis

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,2 Non Basis

L Real Estate 0,7 Non Basis

M, N Jasa Perusahaan 0,5 Non Basis


Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 0,7 Non Basis
O
Wajib
P Jasa Pendidikan 0,6 Non Basis

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,6 Non Basis

R, S, T, U Jasa Lainnya 0,8 Non Basis


Sumber : Hasil Analisis Tahun 2021

1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0

ABCDEFGHIJKLM,OPQ R, S,
NT, U
LQ

Grafik Analisis LQ Kabupaten Bogor

4-94
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Berdasarkan grafik diatas, terdapat 4 sektor unggulan/ potensial yaitu sektor


pertambangan dan penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang; dan Konstruksi.

 Analisis Analisis Location Quotient (LQ) Komoditas Sektor dan Komoditas


Unggulan

Pengertian sektor menurut KBBI adalah lingkungan suatu usaha, misalnya:


pertanian, perindustrian dan lainnya. BPS menyebutkan bahwa sektor adalah satuan
kegiatan ekonmi. Komoditas menurut KBBI adalah bahan mentah yang dapat
digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar perdagangan internasional. Sektor
unggulan adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif besar dibandingkan dengan
sektor-sektor lainnya dalam memacu tujuan pertumbuhan ekonomi.

Sektor unggulan dapat diartikam sebagai sektor utama yakni sektor yang
menciptakan pertumbuhan yang pesat dan kekuatan ekspansi keberbagai sektor lain
dalam perekonomian

 Identifikasi Komoditas Unggulan

Variabel yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan potensi komoditas


unggulan masing-masing kecamatan adalah produksi untuk komoditas pertanian tanaman
pangan, tanaman buah-buahan dan perkebunan tahunan hal ini sesuai dengan literatur
yang dikemukan oleh Siagian(2013) yang menyatakan bahwa untuk komoditas yang
berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya
didasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen), produksi dan
produktivitas

1. Komoditas Unggulan Tanaman Pangan

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk komoditas tanaman pangan dapat dilihat


pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 52 Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan WP Ciomas Tahun 2019 - 2020

Tanaman Pangan Kecamatan Tamansari


Produksi (Ton)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Padi 1.01 1 1 Basis
2 Jagung 0 0 0 Non Basis
3 Kacang Tanah - - - Data Tidak Tersedia

4-95
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tanaman Pangan Kecamatan Tamansari


Produksi (Ton)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
4 Kacang Hijau - - - Data Tidak Tersedia

5 Ubi Jalar - - - Data Tidak Tersedia

6 Ubi Kayu - - - Data Tidak Tersedia

7 Kedelai - - - Data Tidak Tersedia


Tanaman Pangan Kecamatan Ciomas
Produksi (Ton)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Padi 1.01 1 1 Basis
2 Jagung 0 0 0 Non Basis

3 Kacang Tanah - - - Data Tidak Tersedia

4 Kacang Hijau - - - Data Tidak Tersedia

5 Ubi Jalar - - - Data Tidak Tersedia

6 Ubi Kayu - - - Data Tidak Tersedia

7 Kedelai - - - Data Tidak Tersedia


Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2019-2021

Perolehan LQ rata-rata pada Tabel diatas diperoleh 2 wilayah kecamatan


memiliki minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi produksi yang
ditandai dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) untuk
komoditas padi adalah Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Ciomas. Untuk komoditas
jagung tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non basis, sedangkan komoditas kacang
tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, kedelai tidak memiliki data sehingga tidak dapat
diketahui basis atau non basis.

2. Komoditas Unggulan Peternakan

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk komoditas peternakan dengan memakai data produksi
Tahun 2018 dan Tahun 2019, rata-rata LQ dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

4-96
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 53 Analisis Komoditas Unggulan Peternakan WP Ciomas Tahun 2018 – 2019

Peternakan Kecamatan Tamansari


Produksi (Ekor)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2018 2019
1 Sapi 0.51 0.53 0.52 Non Basis
2 Kerbau 0.66 0.65 0.65 Non Basis
3 Kuda 0.74 0.55 0.65 Non Basis

4 Domba 2.2 0.61 1.41 Basis

5 Kambing 3.21 3.09 3.15 Basis

6 Ayam 0.99 1 0.99 Non Basis

Peternakan Kecamatan Ciomas

Produksi (Ekor)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2018 2019
1 Sapi 2.57 3 2.79 Basis
2 Kerbau 2.07 2.23 2.15 Basis
3 Kuda 0 0 0 Non Basis
4 Domba 11.18 11.48 11.33 Basis
5 Kambing 1.91 2.14 2.02 Basis

6 Ayam 0.92 0.91 0.91 Non Basis


Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2019-2021

Perolehan LQ rata-rata pada Tabel diatas diperoleh 2 kecamatan memiliki


minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi produksi yang ditandai
dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) untuk komoditas
sapi dan kerbau adalah Kecamatan Ciomas. Sedangkan komoditas domba dan kambing
Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) adalah Kecamatan Tamansari dan
Kecamatan Ciomas. Untuk komoditas kuda tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non
basis baik di Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Ciomas.

3. Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk komoditas tanaman Hortikultura dapat dilihat


pada Tabel sebagai berikut:

4-97
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 54 Analisis Komoditas Unggulan Holtikultura WP Ciomas Tahun 2019 – 2020

Holtikultura Kecamatan Tamansari


Produksi (kg)
No Komoditas Rata - rata Keterangan
2019 2020
1 Bawang merah 0 0 0 Non basis
2 Cabai 1.15 1.02 1.09 Basis
3 Kentang 0 0 0 Non basis
4 Kubis 0 0 0 Non basis
5 Petsai 1.94 1.81 1.87 Basis
6 Tomat 0.24 0.54 0.39 Non basis
7 Bawang putih 0 0 0 Non basis
Holtikultura Kecamatan Ciomas
Produksi (kg)
No Komoditas Rata - rata Keterangan
2019 2020
1 Bawang merah 0 0 0 Non basis
2 Cabai 1.45 1.6 1.53 Basis
3 Kentang 0 0 0 Non basis
4 Kubis 0 0 0 Non basis
5 Petsai 2 2.04 2.02 Basis
6 Tomat 0 0 0 Non basis
7 Bawang putih 0 0 0 Non basis
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2021

Perolehan LQ rata-rata pada Tabel diatas diperoleh 2 kecamatan memiliki


minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi produksi yang ditandai
dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) untuk komoditas
cabe dan petsai adalah Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Ciomas. Untuk komoditas
bawang merah, kentang, Bab 4-98 kubis, tomat, dan bawang putih tidak memenuhi (LQ >
1) maka disebut non basis baik di Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Ciomas.

4. Komoditas Unggulan Biofarmaka

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk komoditas Biofarmaka dapat dilihat pada Tabel
sebagai berikut:

4-98
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 55 Analisis Komoditas Unggulan Biofarmaka WP Ciomas Tahun 2019 – 2020

Biofarmaka Kecamatan Tamansari


Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Jahe 2.11 1.79 1.95 Basis
2 Laos/Lengkuas 0.52 0.84 0.68 Non Basis
3 Kencur 0 0 0 Non Basis
4 Kunyit 5.26 3.33 4.3 Basis
Biofarmaka Kecamatan Ciomas
Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Jahe 5.48 5.73 5.6 Basis
2 Laos/Lengkuas 0.58 0.36 0.47 Non Basis
3 Kencur 0 0 0 Non Basis
4 Kunyit 3.68 3.78 3.73 Basis
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2021

Perolehan LQ rata-rata pada Tabel diatas diperoleh 2 kecamatan memiliki


minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi produksi yang ditandai
dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) untuk komoditas
jahe dan kunyit adalah Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Ciomas. Untuk komoditas
laos/lengkuas dan kencur tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non basis baik di
Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Ciomas.

5. Komoditas Unggulan Tanaman Hias

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk komoditas Tanaman Hias dapat dilihat pada Tabel
sebagai berikut:

Tabel 4. 56 Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Hias WP Ciomas Tahun 2019 – 2020

Tanaman Hias Kecamatan Tamansari


Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Anggrek 0.19 1.99 1.09 Basis
2 Krisan 1.3 0 0.65 Non Basis
3 Mawar 0 0 0 Non Basis
4 Sedap Malam 59.57 117.86 88.71 Basis
Tanaman Hias Kecamatan Ciomas

4-99
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tanaman Hias Kecamatan Tamansari


Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Anggrek 0 0 0 Non Basis
2 Krisan 0 0 0 Non Basis
3 Mawar 0 0 0 Non Basis
4 Sedap Malam 0 0 0 Non Basis
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2021

Perolehan LQ rata-rata pada Tabel diatas diperoleh 2 kecamatan memiliki


minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi produksi yang ditandai
dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) untuk komoditas
anggrek dan sedap malam adalah Kecamatan Tamansari. Untuk komoditas krisan dan
mawar tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non basis di Kecamatan Tamansari.
Sedangkan komoditas anggrek, sedap malam, krisan, mawar yng terdapat di Kecamatan
Ciomas tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non basis.

6. Komoditas Unggulan Buah-Buahan

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk komoditas Buah-Buahan dapat dilihat pada Tabel
sebagai berikut:

Tabel 4. 57 Analisis Komoditas Unggulan Buah - Buahan WP Ciomas Tahun 2019 - 2020

Buah-Buahan Kecamatan Tamansari


Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Mangga 0.15 0 0.07 Non Basis
2 Durian 0.34 0.68 0.51 Non Basis
3 Jeruk 0 0 0 Non Basis
4 Pisang 1.53 1.22 1.38 Basis
Buah-Buahan Kecamatan Ciomas
Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Mangga 1.87 2.51 2.19 Basis
2 Durian 0.94 0.37 0.66 Non Basis
3 Jeruk 0 0 0 Non Basis

4-100
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Buah-Buahan Kecamatan Tamansari


Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
4 Pisang 0.89 0.98 0.94 Non Basis
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2021

Perolehan LQ rata-rata pada Tabel diatas diperoleh 2 kecamatan memiliki


minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi produksi yang ditandai
dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) komoditas mangga
adalah Kecamatan Ciomas dan komoditas pisang di Kecamatan Tamansari. Untuk
komoditas durian dan jeruk tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non basis baik di
Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Ciomas. Sedangkan komoditas mangga di
Kecamatan Tamansari dan komoditas Pisang di Kecamatan Ciomas juga tidak memenuhi
(LQ > 1) maka disebut non basis.

7. Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan

Berdasarkan hasil analisis LQ untuk komoditas Tanaman Perkebunan dapat dilihat


pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 58 Analisis Komoditas Unggulan Perkebunan WP Ciomas Tahun 2019 - 2020

Tanaman Perkebunan Kecamatan Tamansari


Produksi (Kg)
No Komoditas Rata – Rata Keterangan
2019 2020
1 Kelapa Sawit 0 0 0 Non Basis
2 Kelapa 2.83 0 1.42 Basis
3 Karet 0 0 0 Non Basis
4 Kopi 0 0 0 Non Basis
5 Kakao 0 0 0 Non Basis
6 Tebu 0 0 0 Non Basis
7 The 0 0 0 Non Basis
8 Tembakau 0 0 0 Non Basis
Tanaman Perkebunan Kecamatan Ciomas
Produksi (Kg)
No Komoditas Rata - Rata Keterangan
2019 2020
1 Kelapa Sawit 0 0 0 Non Basis
2 Kelapa 2.8 0 1.4 Basis
3 Karet 0 0 0 Non Basis

4-101
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tanaman Perkebunan Kecamatan Tamansari


Produksi (Kg)
No Komoditas Rata – Rata Keterangan
2019 2020
4 Kopi 0 0 0 Non Basis
5 Kakao 58.32 0 29.16 Basis
6 Tebu 0 0 0 Non Basis
7 The 0 0 0 Non Basis
8 Tembakau 0 0 0 Non Basis
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2021

Perolehan LQ rata-rata pada Tabel diatas diperoleh 2 kecamatan memiliki


minimal satu komoditas yang unggul secara komparatif dari sisi produksi yang ditandai
dengan nilai LQ ≥ 1. Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) komoditas kelapa
adalah Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Tamansari. Untuk komoditas kakao
Kecamatan yang menjadi wilayah basis (LQ > 1) adalah Kecamatan Ciomas. Sedangkan
komoditas kelapa sawit,karet, kopi, tebu, the tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non
basis baik di Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Ciomas. Sedangkan komoditas
kakao di Kecamatan Tamansari juga tidak memenuhi (LQ > 1) maka disebut non basis.

 Analisis Shift Share

Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi


Kabupaten Bogor yang dikaitkan dengan perekonomian daerah yang menjadi daerah
referensinya, yaitu Provinsi Jawa Barat.

Analisis Shift Share dalam penelitian ini adalah menggunakan variabel pendapatan,
yaitu PDRB untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Analisis shift
share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian
Kabupaten Bogor. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB
Kabupaten Bogor dibandingkan Provinsi Jawa Barat. Kemudian dilakukan analisis
terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil perbandingan tersebut. Bila
penyimpangan tersebut positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB Kabupaten
Bogor memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya. Berikut adalah hasil perhitungan
shift share Kabupaten Bogor.

Berdasarkan tabel pertumbuhan komponen proportional Kabupaten Bogor 2016 -


2020 ternyata ada yang bernilai positif dan ada yang negatif. Nilai P positif berarti
perekonomian Kabupaten Bogor berspesialisasi pada sektor yang sama yang tumbuh
cepat pada Provinsi Jawa Barat. Sebaliknya apabila nilai P negatif, berarti perekonomian

4-102
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Kabupaten Bogor berspesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh lambat pada
perekonomian Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil, bahwa terdapat 11
sektor ekonomi yang dinilai memiliki daya saing (progressif) dan dapat
ditumbuhkembangkan. Sektor dengan daya saing tertinggi di Kabupaten Bogor adapat
dilihat pada tabel analisis shift share berikut

Tabel 4. 59 Analisis Shift Share Kabupaten Bogor

Pertumbuhan
Kategori Sektor Proporsional Shift Differential Shift Kesimpulan
Sektoral Lokal
Pertanian, Kehutanan, dan
A 4,69 0,047 -0,014 mundur
Perikanan
Pertambangan dan
B 2,30 -0,017 0,054 maju
Penggalian
C Industri Pengolahan 54,04 -0,018 0,018 maju
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,15 -0,052 0,039 maju
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah dan Daur 0,13 0,133 -0,014 mundur
Ulang
F Konstruksi 9,60 -0,035 0,008 maju
Perdagangan Besar dan
G Eceran, Reparasi Mobil, 11,96 -0,055 0,039 maju
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
H 3,34 -0,017 0,030 maju
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
I 2,38 -0,032 -0,039 mundur
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 3,63 0,371 -0,027 mundur
Jasa Keuangan dan
K 0,56 0,036 0,001 maju
Asuransi
L Real Estate 0,98 0,044 0,024 maju
M, N Jasa Perusahaan 0,20 -0,159 0,091 maju
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan, dan Jaminan 1,45 -0,045 0,054 maju
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 2,15 0,091 0,004 maju
Jasa Kesehatan dan
Q 0,55 -0,030 -0,016 mundur
Kegiatan Sosial
R, S, T,
Jasa Lainnya 1,92 -0,002 -0,005 mundur
U
Total 100,00 0,000 0,007
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2021
Dari tabel diatas diketahui bahwa sektor yang memiliki Provincial share terbesar
adalah sektor Industri Pengolahan, sedangkan yang terkecil adalah Pengadaan Air,
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dengan angka 0.13.
Sedangkan diketahui angka Proportional Shift masih memiliki 11 sektor yang bernilai
negatif yaitu: sektor Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Pengadaan
Listrik Dan Gas, Konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda
Motor,

4-103
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa


Perusahaan, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan Jasa Lainnya. Kesebelas sektor ini memiliki tingkat
pertumbuhan di daerah lebih lambat dibandingkan provinsi.

Nilai Differential Shift (D) sektor perekonomian Kabupaten Bogor selama


periode tahun 2016 - 2020 ada yang positif dan ada yang negatif. Nilai D positif
menunjukkan bahwa terdapat sektor ekonomi Kabupaten Bogor tumbuh lebih cepat
dibandingkan sektor yang sama dengan Provinsi Jawa Barat. Jika nilai D adalah negatif
menunjukkan bahwa sektor tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan sektor yang sama
di tingkat Provinsi Jawa Barat. Sektor dalam perekonomian Kabupaten Bogor dengan
nilai D positif, lebih banyak dibandingkan dengan nilai D negatif, untuk nilai tertinggi
positif dicapai oleh pertambangan dan penggalian dengan nilai 0,054. Sedangkan nilai D
negative terendah yaitu pada sektor jasa lainnya dengan nilai -0,005.

Dilihat dari nilai total perubahan sektor Pertambangan dan Penggalian adalah
sektor dengan pertumbuhannya cepat sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam
memacu pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor. Sektor yang lain memiliki nilai total
yang cukup baik dan tidak ada yang bernilai negatif.

4.8 ANALISIS TRANSPORTASI


Pada sub bab ini akan dibahas mengenai analisis transportasi yang meliputi
analisis sistem jaringan pergerakan, analisis indeks aksesibilitas, analisis gravitasi dan
analisis matriks asal tujuan masyarakat.

4.8.1 Analisis Kecenderungan Pola Pergerakan


Pola pergerakan dan sistem jaringan pergerakan di WP Ciomas, berupa:

 Pergerakan Melintasi WP Ciomas, yaitu terjadi pada jalan kolektor dan lokal yang
melintasi WP Ciomas. Pergerakan tersebut merupakan pergerakan penduduk
kecamatan-kecamatan bagian barat WP Ciomas menuju Kota Bogor yang berbatasan
langsung dengan WP Ciomas. Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Tenjolaya, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciampea.
 Pergerakan Ke luar WP Ciomas, yaitu pergerakan ke luar wilayah WP Ciomas dalam
melakukan kegiatan perekonomian serta pemenuhan kebutuhan infrastruktur wilayah
atau pemanfaatan infrastruktur. Sebagian besar masyarakat WP Ciomas baik
Kecamatan Ciomas maupun Kecamatan Tamansari bekerja di wilayah Kota Bogor,
sehingga pergerakan keluar WP Ciomas dengan intensitas tinggi terjadi pada hari
kerja

4-104
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

dan jam kerja yaitu Hari Senin-Jumat pada jam 06.00-07.00. Sementara itu dalam
pemenuhan kebutuhan infrastruktur diantaranya pemenuhan kebutuhan sarana rumah
sakit, pendidikan tinggi, perdagangan dan jasa di Kota Bogor.
 Pergerakan masuk ke WP Ciomas, yaitu pergerakan dari luar WP Ciomas masuk ke
WP Ciomas diantaranya untuk pemenuhan pelayanan pendidikan akhir serta
perdagangan dan jasa.

Gambar 4. 24 Kecenderungan Pola Pergerakan di WP Ciomas

4.8.2 Analisis Indeks Aksesibilitas


Dalam menghitung kebutuhan panjang jaringan jalan setiap desa yang terdapat di
WP Ciomas dilakukan analisis indeks aksesibilitas dan mobilitas kawasan. Indeks
aksesibilitas adalah suatu ukuran kemudahan pencapaian dalam hubungan keterkaitan
antar wilayah untuk berinteraksi satu sama lain yang dicapai melalui transportasi. Salah
satu variabel yang dapat menyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu tinggi atau rendah
dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin
banyak

4-105
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

sistem jaringan yang tersedia pada daerah tersebut, maka semakin mudah aksesibilitas
yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat
maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari daerah lainnya.

Sementara, aspek mobilitas terkait dengan kemudahan seseorang untuk


melakukan perjalanan saat menggunakan jaringan jalan yang ada. Dalam pengertian
tersebut, maka satuan standarnya adalah berupa proporsi antara panjang jalan yang
tersedia relatif terhadap jumlah penduduk yang harus dilayani (dalam hal ini per 1.000
penduduk), sehingga satuannya dianggap sebagai besaran km/1.000 penduduk. Besarnya
nilai aspek mobilitas atau indeks mobilitas ini divariasikan menurut PDRB per kapita
penduduk di wilayah yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi PDRB
suatu komunitas penduduk, maka kebutuhan perjalanan per orangnya akan bertambah dan
oleh karena itu kebutuhan akan jaringan jalan juga akan bertambah.

Tabel 4. 60 Standar Pelayanan Minimal Indeks Aksesibilitas dan Mobilitas

Kuantitas
Aspek Cakupan Klasifikasi Kualitas Keterangan
Aksesibiltas Seluruh Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Indeks Panjang
Jaringan Aksesibilitas jalan/luas
Sangat tinggi > 5.000 >5 (km/km2)
Tinggi > 1.000 > 1,5
Sedang > 500 > 0,5
Rendah > 100 > 0,15
Sangat rendah < 100 > 0,05
Mobilitas Seluruh PDRB per kapita (juta Indeks Mobilitas Panjang
Jaringan Rp/kap/thn) jalan/1000
High Income >5 penduduk
> Rp. 178.297.840
Upper Middle Income >2
Rp. 57.536.080 - Rp.
178.297.840
Lower Middle Income >1
Rp. 1.4721.840 - Rp. 57.536.080
Low Income< Rp. 1.4721.840 > 0,5
Sumber: Kepmenkimpraswil No.534/KPTS/M/2001

Untuk mengihitung nilai indeks aksisibilitas yang perlu dilakukan adalah

1. Menghitung Kepadatan Penduduk, dengan rumus:

jiwa
Kepadatan Penduduk =
Luas Wilayah (km2)

2. Menghitung indeks aksisibilitas eksisting, dengan rumus


Panjang Jalan (Km)
Nilai Indeks Aksisibilitas Eksisting =
Luas Wilayah (km2)

4-106
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

3. SPM Indek Aksesibilitas


Setelah didapatkan nilai kualitas indeks aksisibilitas dan nilai indeks aksisibilitas
eksisting masing-masing desa, maka langkah selanjutkanya membandingkan antara
nilai kualitas indeks aksisibilitas dengan nilai indeks aksisibilitas eksisting di
masing- masing desa. Adapun nilai indeks aksesibilitas setiap desa di WP Ciomas
tahun 2021 dan tahun proyeksi yaitu tahun 2043 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 61 Analisis Nilai Indeks Aksesibilitas di WP Ciomas Tahun 2021

Luas Kepadatan Panjang Indeks Aksesibilitas


Penduduk
No Kecamatan Desa Wilayah Penduduk Jalan
(jiwa) Eksisting Standar Keterangan
(km2) (jiwa/km2) (km)
1 Kota Batu 2.35 24.157 10.280 13.88 5.91 > 5 Memenuhi SPM
2 Mekarjaya 0.65 9.627 14.811 3.62 5.57 > 5 Memenuhi SPM
3 Parakan 1.65 10.993 6.662 6.88 4.17 < 5 Tidak memenuhi SPM
4 Ciomas 1.10 14.264 12.967 8.34 7.58 > 5 Memenuhi SPM
5 Pagelaran 1.84 20.944 11.383 13.86 7.53 > 5 Memenuhi SPM
6 Ciomas Sukamakmur 2.42 12.368 5.111 5.06 2.09 < 5 Tidak memenuhi SPM
7 Ciapus 1.43 14.561 10.183 10.23 7.15 > 5 Memenuhi SPM
8 Sukaharja 1.29 7.682 5.955 6.11 4.74 < 5 Tidak memenuhi SPM
9 Padasuka 1.20 18.250 15.208 20.25 16.88 > 5 Memenuhi SPM
10 Ciomas Rahayu 0.87 12.761 14.668 4.86 5.59 > 5 Memenuhi SPM
11 Laladon 1.50 13.028 8.685 6.45 4.30 < 5 Tidak memenuhi SPM
12 Sukajadi 5.08 9.898 1.948 32.23 6.34 > 1.5 Memenuhi SPM
13 Sukaluyu 3.77 9.984 2.648 13.46 3.57 > 1.5 Memenuhi SPM
14 Sukajaya 5.74 10.788 1.879 4.67 0.81 < 1.5 Tidak memenuhi SPM
15 Sukaresmi 3.17 14.036 4.428 6.84 2.16 > 1.5 Memenuhi SPM
16 Tamansari Pasir Eurih 3.17 14.408 4.545 8.15 2.57 > 1.5 Memenuhi SPM
17 Tamansari 15.85 14.304 902 26.33 1.66 > 0.5 Memenuhi SPM
18 Sukamantri 3.33 18.371 5.517 15.89 4.77 < 5 Tidak memenuhi SPM
19 Sirnagalih 1.73 17.669 10.213 6.76 3.91 < 5 Tidak memenuhi SPM
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2022

Berdasarkan analisis indeks aksesibilitas, dapat diketahui bahwabanyaknya


jaringan jalan di WP Ciomas sudah memenuhi SPM sesuai dengan kepadatan penduduk
kawasannya.

Tabel 4. 62 Analisis Nilai Indeks Aksesibilitas di WP Ciomas Tahun 2043

Luas Proyeksi Kepadatan Panjang Indeks Aksesibilitas


No Kecamatan Desa Wilayah Penduduk Penduduk Jalan
Eksisting Standar Keterangan
(km2) (jiwa) (jiwa/km2) (km)
1 Kota Batu 2,35 37.443 15.933 13,88 5,91 > 5 Memenuhi SPM
2 Mekarjaya 0,65 14.922 22.957 3,62 5,57 > 5 Memenuhi SPM
3 Parakan 1,65 17.039 10.327 6,88 4,17 < 5 Tidak memenuhi SPM
4 Ciomas 1,10 22.109 20.099 8,34 7,58 > 5 Memenuhi SPM
5 Pagelaran 1,84 32.463 17.643 13,86 7,53 > 5 Memenuhi SPM
6 Ciomas Sukamakmur 2,42 19.170 7.922 5,06 2,09 < 5 Tidak memenuhi SPM
7 Ciapus 1,43 22.570 15.783 10,23 7,15 > 5 Memenuhi SPM
8 Sukaharja 1,29 11.907 9.230 6,11 4,74 < 5 Tidak memenuhi SPM
9 Padasuka 1,20 28.288 23.573 20,25 16,88 > 5 Memenuhi SPM
10 Ciomas Rahayu 0,87 19.780 22.735 4,86 5,59 > 5 Memenuhi SPM
11 Laladon 1,50 20.193 13.462 6,45 4,30 < 5 Tidak memenuhi SPM
12 Sukajadi 5,08 15.342 3.020 32,23 6,34 > 1,5 Memenuhi SPM
13 Tamansari Sukaluyu 3,77 15.475 4.105 13,46 3,57 > 1,5 Memenuhi SPM

4-107
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Luas Proyeksi Kepadatan Panjang Indeks Aksesibilitas


No Kecamatan Desa Wilayah Penduduk Penduduk Jalan
Eksisting Standar Keterangan
(km2) (jiwa) (jiwa/km2) (km)
14 Sukajaya 5,74 16.721 2.913 4,67 0,81 < 1,5 Tidak memenuhi SPM
15 Sukaresmi 3,17 21.756 6.863 6,84 2,16 > 1,5 Memenuhi SPM
16 Pasir Eurih 3,17 22.332 7.045 8,15 2,57 < 5 Tidak memenuhi SPM
17 Tamansari 15,85 22.171 1.399 26,33 1,66 > 0,5 Memenuhi SPM
18 Sukamantri 3,33 28.475 8.551 15,89 4,77 < 5 Tidak memenuhi SPM
19 Sirnagalih 1,73 27.387 15.831 6,76 3,91 < 5 Tidak memenuhi SPM
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2022

Berdasarkan analisis indeks aksesibilitas, dapat diketahui bahwa terdapat


beberapa kelurahan/desa di WP Ciomas yang tidak memiliki jumlah panjang jalan sesuai
SPM. Kelurahan/desa yang tidak memenuhi SPM berdasarkan kepadatan penduduk tahun
2021 meliputi 7 Kelurahan/Desa yaitu Parakan, Sukamakmur, Sukaharja, Laladon,
Sukajaya, Sukamantri dan Sirnagalih. Sementara itu, berdasarkan kepadatan penduduk
tahun proyeksi 2043, terdapat penambahan 1 Desa/Kelurahan yang tidak memenuhi SPM
yaitu Pasir Eurih. Untuk memudahkan penduduk dalam melakukan perjalanan saat
menggunakan jaringan jalan yang ada, maka dari kelurahan/desa tersebut memerlukan
penambahan jaringan jalan agar nilai Indeks Aksesibilitas memenuhi SPM. Adapun
rumus yang digunakan sebagai berikut.

Nilai Kualitas Indeks Aksesibilitas


Nilai Indeks Aksesibilitas Rencana
= Nilai Indeks Aksesibilitas Eksisting

Rencana Penambahan Panjang Jalan = Nilai Indeks Aksesibilitas Rencana x Panjang


Jalan

Untuk lebih jelasnya mengenai penambahan panjang jalan pada kelurahan/desa


yang memiliki nilai indeks aksesibilitas tidak memenuhi SPM di WP Ciomas pada tahun
2021 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 63 Penambahan Panjang Jalan Di WP Ciomas Tahun 2021

Panjang Indeks Aksesibilitas Nilai Indeks Penambahan


No Desa Jalan Aksesibilitas Jaringan
Eksisting Standar
(km) Rencana Jalan (Km)
1 Parakan 6,88 4,17 < 5 1,20 8,25
2 Sukamakmur 5,06 2,09 < 5 2,39 12,10
3 Sukaharja 6,11 4,74 < 5 1,06 6,45
4 Laladon 6,45 4,30 < 5 1,16 7,50
5 Sukajaya 4,67 0,81 < 1,5 1,84 8,61
6 Sukamantri 15,89 4,77 < 5 1,05 16,65
7 Sirnagalih 6,76 3,91 < 5 1,28 8,65
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2021

Penambahan jaringan jalan yang terdapat di 7 kelurahan/desa di WP Ciomas lebih


ditekankan pada penambahan jalan lokal dan lingkungan untuk melayani pergerakan
penduduk di WP Ciomas tersebut dengan total jumlah 68,21 km.

4-108
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.8.3 Analisis Matriks Asal Tujuan – Gravitasi


Analisis Matriks Asal Tujuan (MAT), merupakan sebuah metode untuk
mengetahui potensi bangkitan dan tarikan, serta distribusi perjalanan berdasarkan kondisi
pergerakan harian masyarakat. Matriks ini berisi informasi mengenai besarnya
pergerakan antarlokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris menyatakan zona asal dan
kolom menyatakan zona tujuan, sehingga sel matriksnya menyatakan besarnya arus dari
zona asal ke zona tujuan. Adapun zona-zona yang dianalisis dalam WP Ciomas dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 64 Zona Asal dan Tujuan Pergerakan Masyarakat WP Ciomas

Zona Asal Zona Tujuan


[1] Kota Batu [1] Kota Batu
[2] Mekarjaya [2] Mekarjaya
[3] Parakan [3] Parakan
[4] Ciomas [4] Ciomas
[5] Pagelaran [5] Pagelaran
[6] Sukamakmur [6] Sukamakmur
[7] Ciapus [7] Ciapus
[8] Sukaharja [8] Sukaharja
[9] Padasuka [9] Padasuka
[10] Ciomas Rahayu [10] Ciomas Rahayu
[11] Laladon [11] Laladon
[12] Sukajadi [12] Sukajadi
[13] Sukaluyu [13] Sukaluyu
[14] Sukajaya [14] Sukajaya
[15] Sukaresmi [15] Sukaresmi
[16] Pasir Eurih [16] Pasir Eurih
[17] Tamansari [17] Tamansari
[18] Sukamantri [18] Sukamantri
[19] Sirnagalih [19] Sirnagalih
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Matriks asal tujuan didapatkan berdasarkan analisis gravitasi dengan


menggunakan data sarana pada masing-masing zona dengan asumsi bahwa bangkitan
pergerakan pada zona asal terjadi berdasarkan tarikan dari sarana yang ada pada zona
tujuan. Semakin banyak jenis sarana yang ada pada suatu zona maka nilai bangkitan
semakin besar. Kemudian nilai tersebut dirubah menjadi besaran orang-trip dengan
mengalikan persentase pergerakan dengan jumlah penduduk pada keseluruhan zona.
Berdasarkan analisis Matriks Asal Tujuan, pergerakan internal masyarakat WP Ciomas
yang paling besar adalah pergerakan menuju zona Sirnagalih yang berasal dari zona asal
Kota Batu, yaitu sebesar 4.331 orang-trip. Adapun untuk lebih jelasnya mengenai hasil
analisis Matriks Asal Tujuan Pergerakan masyarakat WP Ciomas dapat dilihat pada tabel
berikut.

4-109
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 65 Jarak Antar Zona (km)

Ciomas Rahayu
Sukamakmur

Sukamantri
Pasir Eurih

Tamansari
Mekarjaya

Sukaresmi
Sukaharja
Kota Batu

Sirnagalih
Pagelaran

Padasuka

Sukaluyu

Sukajaya
Sukajadi
Parakan

Laladon
Ciomas

Ciapus
No Kelurahan/Desa

1 Kota Batu 4,0 3,0 6,0 7,0 10,0 10,0 8,0 8,0 6,0 10,0 9,0 6,5 8,5 7,0 2,5 4,5 2,5 2,0
2 Mekarjaya 4,0 2,0 4,0 6,0 6,0 6,0 5,0 8,0 4,0 10,0 10,0 7,0 8,0 6,0 4,0 7,0 7,0 6,0
3 Parakan 3,0 2,0 3,0 5,0 8,0 8,0 7,0 7,0 3,0 10,0 8,5 5,0 7,0 4,5 2,0 6,0 4,0 4,0
4 Ciomas 6,0 4,0 3,0 3,0 5,0 5,0 4,0 6,0 3,0 7,0 8,5 5,0 7,0 4,5 3,0 5,5 7,0 6,0
5 Pagelaran 7,0 6,0 5,0 3,0 4,0 4,0 3,0 5,0 5,0 7,0 8,0 5,0 6,0 5,0 5,0 8,0 8,0 8,0
6 Sukamakmur 10,0 6,0 8,0 5,0 4,0 6,0 5,0 6,0 7,0 7,0 6,0 3,0 4,0 4,0 4,5 6,0 8,0 8,0
7 Ciapus 10,0 6,0 8,0 5,0 4,0 6,0 2,0 5,0 7,0 8,0 6,5 5,5 5,0 6,0 5,0 8,0 10,0 10,0
8 Sukaharja 8,0 5,0 7,0 4,0 3,0 5,0 2,0 5,0 6,0 6,0 6,0 4,0 4,0 5,0 7,0 7,0 9,0 9,0
9 Padasuka 8,0 8,0 7,0 6,0 5,0 6,0 5,0 5,0 6,0 3,0 9,0 6,0 7,5 6,0 6,0 9,0 10,0 9,0
10 Ciomas Rahayu 6,0 4,0 3,0 3,0 5,0 7,0 7,0 6,0 6,0 6,0 9,0 6,0 7,0 5,5 4,0 6,5 7,5 7,0
11 Laladon 10,0 10,0 10,0 7,0 7,0 7,0 8,0 6,0 3,0 6,0 10,0 6,5 8,0 7,0 7,0 10,0 10,0 10,0
12 Sukajadi 9,0 10,0 8,5 8,5 8,0 6,0 6,5 6,0 9,0 9,0 10,0 4,0 2,0 5,0 10,0 7,0 9,0 9,0
13 Sukaluyu 6,5 7,0 5,0 5,0 5,0 3,0 5,5 4,0 6,0 6,0 6,5 4,0 2,0 2,0 7,0 4,0 6,0 6,0
14 Sukajaya 8,5 8,0 7,0 7,0 6,0 4,0 5,0 4,0 7,5 7,0 8,0 2,0 2,0 3,0 8,0 5,0 7,0 7,0
15 Sukaresmi 7,0 6,0 4,5 4,5 5,0 4,0 6,0 5,0 6,0 5,5 7,0 5,0 2,0 3,0 6,0 3,0 5,0 5,0
16 Pasir Eurih 2,5 4,0 2,0 3,0 5,0 4,5 5,0 7,0 6,0 4,0 7,0 10,0 7,0 8,0 6,0 4,0 6,0 6,0
17 Tamansari 4,5 7,0 6,0 5,5 8,0 6,0 8,0 7,0 9,0 6,5 10,0 7,0 4,0 5,0 3,0 4,0 3,0 3,0
18 Sukamantri 2,5 7,0 4,0 7,0 8,0 8,0 10,0 9,0 10,0 7,5 10,0 9,0 6,0 7,0 5,0 6,0 3,0 1,0
19 Sirnagalih 2,0 6,0 4,0 6,0 8,0 8,0 10,0 9,0 9,0 7,0 10,0 9,0 6,0 7,0 5,0 6,0 3,0 1,0
Sumber: Hasil Olahan Data GIS, 2021

4-110
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 66 Analisis Matriks Asal Tujuan Pergerakan Masyarakat WP Ciomas

Ciomas Rahayu
Sukamakmur

Sukamantri
Pasir Eurih

Tamansari
Mekarjaya

Sukaresmi
Tujuan

Sukaharja

Sirnagalih
Kota Batu

Pagelaran

Padasuka

Sukaluyu

Sukajaya
Sukajadi
Parakan

Laladon
Ciomas

Ciapus
No Kecamatan Oi
Asal

1 Kota Batu 1.477 1.969 1.477 1.547 689 787 1.354 861 1.477 984 766 1.212 811 1.266 2.756 1.750 3.150 4.331 28.662
2 Mekarjaya 717 1.075 807 657 418 478 789 314 807 358 251 410 314 538 627 410 410 657 9.319
3 Parakan 990 1.114 1.114 817 325 371 583 371 1.114 371 306 594 371 743 1.299 495 743 1.021 11.752
4 Ciomas 661 744 992 1.818 694 793 1.364 579 1.488 708 408 793 496 992 1.157 721 567 909 15.224
5 Pagelaran 1.198 1.048 1.258 3.145 1.835 2.097 3.844 1.468 1.887 1.498 917 1.677 1.223 1.887 1.468 1.048 1.048 1.442 28.791
6 Ciomas Sukamakmur 366 458 343 824 1.258 610 1.007 534 588 654 534 1.220 801 1.030 712 610 458 629 12.269
7 Ciapus 579 723 543 1.302 1.989 844 3.979 1.013 930 904 779 1.052 1.013 1.085 1.013 723 579 796 19.267
8 Sukaharja 287 345 246 647 1.054 402 1.150 402 431 479 335 575 503 517 287 328 255 351 8.309
9 Padasuka 852 639 730 1.278 1.875 994 1.364 1.875 1.278 2.841 663 1.136 795 1.278 994 758 682 1.042 20.222
10 Ciomas Rahayu 1.052 1.184 1.578 2.367 1.736 789 902 1.447 921 1.315 614 1.052 789 1.291 1.381 971 842 1.240 20.418
11 Laladon 590 442 442 948 1.159 737 737 1.352 1.721 1.106 516 908 645 948 737 590 590 811 14.391
12 Sukajadi 362 245 288 432 560 475 502 747 317 408 408 815 1.426 734 285 466 362 498 8.967
13 Sukaluyu 365 254 356 534 653 692 432 816 346 445 457 519 1.039 1.335 297 593 396 544 9.708
14 Sukajaya 342 272 311 467 666 636 581 999 339 467 454 1.271 1.453 1.090 318 581 415 571 10.892
15 Sukaresmi 472 413 550 825 908 722 550 908 482 675 590 578 1.651 963 482 1.101 660 908 12.966
Tamansari
16 Pasir Eurih 1.591 746 1.492 1.492 1.094 774 796 782 580 1.119 710 348 568 435 746 995 663 912 14.252
17 Tamansari 885 427 498 815 685 581 498 782 387 689 498 498 996 697 1.494 871 1.328 1.826 13.568
18 Sukamantri 2.395 641 1.123 962 1.029 655 599 915 524 898 748 582 998 748 1.347 873 1.996 3.659 18.296
19 Sirnagalih 2.236 699 1.048 1.048 961 611 559 854 543 898 699 543 932 699 1.258 815 1.863 3.727 17.757
Dd 15.941 10.394 12.874 19.007 18.919 12.186 13.018 23.041 10.840 15.229 13.692 9.663 16.830 12.957 18.312 13.617 14.250 13.723 17.815
Sumber: Hasil Analisis, 2021
Keterangan:
= Sangat Tinggi
= Tinggi
= Sedang
= Rendah
= Sangat Rendah

4-111
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.8.4 Analisis Gravitasi


Gaya gravitasi antara dua benda diartikan sebagai gaya tarik menarik yang
besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak keduanya. Model gravitasi ini dapat digunakan untuk menganalisis
interaksi dalam ruang, sehingga dapat untuk merencanakan prasarana perhubungan dan
merencanakan letak pusat pelayanan. Model gravitasi dapat diestimasikan sebagai ukuran
arus diantara dua region dengan mengalihkan kedua masa dari kedua region yang
bersangkutan yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region. Adapun
rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gravitasi adalah sebagai berikut:

𝑺𝒊. 𝑺𝒋
𝑻𝒊𝒋 = 𝒌
𝒅𝒊𝒋𝟐

Keterangan :
Tij : Kekuatan Gravitasional Antara 2 Wilayah
k : Satuan Konstanta
Si : Jumlah penduduk di wilayah j (Jiwa)
Sj : Jumlah penduduk di wilayah I (Jiwa)
dij : Jarak Antara Wilayah I dengan Wilayah j (Km)

Dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas perlu


dilakukan analisis gravitasi untuk melihat interaksi antar wilayah yang ada di WP
Ciomas. Adapun hasil analisis gravitasi WP Ciomas disajikan dalam tabel dibawah ini

4-112
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 67 Analisis Gravitasi WP Ciomas

Ciomas Rahayu
Sukamakmur

Sukamantri
Pasir Eurih

Tamansari
Mekarjaya

Sukaresmi
Sukaharja

Sirnagalih
Kota Batu

Pagelaran

Padasuka

Sukaluyu

Sukajaya
Sukajadi
Parakan

Laladon
Ciomas

Ciapus
No Kelurahan/Desa Jumlah Range

1 Kota Batu 163.599.471,53 366.776.786,13 118.784.245,07 165.041.528,40 34.462.099,64 54.118.613,89 36.467.110,44 88.751.703,86 159.310.083,80 40.422.534,52 31.095.297,64 64.540.989,84 42.345.020,61 74.326.298,40 640.513.612,03 188.201.627,50 822.259.124,74 1.246.930.278,30 1.187.311.642,77 S

2 Mekarjaya 163.599.471,53 268.316.375,60 86.896.879,30 73.038.128,45 31.124.476,33 48.877.274,87 30.353.175,83 28.856.225,26 116.543.646,98 13.142.753,44 8.189.220,35 18.093.770,40 15.542.577,66 32.892.653,03 81.348.812,65 25.288.038,40 34.100.084,80 45.046.648,15 847.605.654,14 R

3 Parakan 366.776.786,13 268.316.375,60 194.815.776,71 132.633.918,14 22.078.372,23 34.671.448,18 19.529.473,60 47.529.788,80 261.281.432,53 16.574.057,14 14.293.782,74 44.722.659,07 25.600.556,80 73.742.668,33 410.349.284,80 43.406.142,58 131.696.437,60 127.816.661,70 1.347.633.371,92 S

4 Ciomas 118.784.245,07 86.896.879,30 194.815.776,71 477.275.444,80 73.219.036,35 114.981.756,74 77.478.932,30 83.806.259,29 338.474.177,07 43.817.716,80 18.516.724,68 57.935.480,06 33.163.961,60 95.529.133,99 236.258.887,82 66.918.362,76 55.707.660,80 73.590.532,40 1.565.732.507,62 T

5 Pagelaran 165.041.528,40 73.038.128,45 132.633.918,14 477.275.444,80 216.357.527,14 339.763.670,66 260.488.811,80 228.226.947,98 230.439.018,10 82.866.256,20 39.532.112,35 109.565.186,98 85.366.594,60 146.335.209,55 160.849.098,14 59.816.181,60 80.660.145,83 78.283.898,63 2.123.264.995,47 T

6 Sukamakmur 34.462.099,64 31.124.476,33 22.078.372,23 73.219.036,35 216.357.527,14 64.349.746,26 39.961.703,43 67.539.345,46 50.101.688,40 35.312.635,80 29.948.833,48 129.694.781,07 81.850.793,15 97.436.410,58 84.622.534,44 45.315.687,82 34.372.523,68 33.359.909,43 599.193.995,23 R

7 Ciapus 54.118.613,89 48.877.274,87 34.671.448,18 114.981.756,74 339.763.670,66 64.349.746,26 392.219.282,35 152.729.971,41 78.678.721,20 42.457.182,67 40.073.809,52 60.596.084,39 82.263.616,29 68.005.445,43 107.640.567,33 40.029.119,20 34.545.885,14 33.528.163,66 1.280.390.485,56 S

8 Sukaharja 36.467.110,44 30.353.175,83 19.529.473,60 77.478.932,30 260.488.811,80 39.961.703,43 392.219.282,35 65.865.642,42 46.183.360,77 32.550.922,95 20.282.407,48 49.406.560,35 55.432.247,15 42.231.921,65 23.683.973,60 22.547.302,40 18.392.720,34 17.850.870,96 968.547.492,94 S

9 Padasuka 88.751.703,86 28.856.225,26 47.529.788,80 83.806.259,29 228.226.947,98 67.539.345,46 152.729.971,41 65.865.642,42 112.398.594,47 316.882.784,40 21.938.772,90 53.441.353,47 38.373.842,40 71.376.245,27 78.455.518,09 33.195.636,31 36.258.207,78 43.444.495,42 875.704.478,94 S

10 Ciomas Rahayu 159.310.083,80 116.543.646,98 261.281.432,53 338.474.177,07 230.439.018,10 50.101.688,40 78.678.721,20 46.183.360,77 112.398.594,47 79.988.535,90 22.151.412,58 53.959.329,20 44.478.571,20 85.766.939,58 178.235.868,30 64.258.176,45 65.083.799,72 72.512.485,20 1.393.410.723,30 S

11 Laladon 40.422.534,52 13.142.753,44 16.574.057,14 43.817.716,80 82.866.256,20 35.312.635,80 42.457.182,67 32.550.922,95 316.882.784,40 79.988.535,90 12.646.321,51 32.405.602,71 24.001.849,46 37.318.741,20 41.020.106,40 19.135.194,62 25.803.178,13 25.043.016,73 704.015.379,81 R

12 Sukajadi 31.095.297,64 8.189.220,35 14.293.782,74 18.516.724,68 39.532.112,35 29.948.833,48 40.073.809,52 20.282.407,48 21.938.772,90 22.151.412,58 12.646.321,51 53.319.127,05 239.287.981,80 45.576.319,82 12.524.173,03 24.332.851,20 19.849.262,64 19.264.503,53 246.022.373,75 R

13 Sukaluyu 64.540.989,84 18.093.770,40 44.722.659,07 57.935.480,06 109.565.186,98 129.694.781,07 60.596.084,39 49.406.560,35 53.441.353,47 53.959.329,20 32.405.602,71 53.319.127,05 259.061.863,20 308.391.123,60 27.671.683,20 80.677.363,20 48.351.449,07 46.927.015,80 641.956.194,83 R

14 Sukajaya 42.345.020,61 15.542.577,66 25.600.556,80 33.163.961,60 85.366.594,60 81.850.793,15 82.263.616,29 55.432.247,15 38.373.842,40 44.478.571,20 24.001.849,46 239.287.981,80 259.061.863,20 153.779.065,07 23.770.020,05 57.930.801,15 39.856.006,40 38.681.848,80 504.417.781,47 R

15 Sukaresmi 74.326.298,40 32.892.653,03 73.742.668,33 95.529.133,99 146.335.209,55 97.436.410,58 68.005.445,43 42.231.921,65 71.376.245,27 85.766.939,58 37.318.741,20 45.576.319,82 308.391.123,60 153.779.065,07 50.304.334,27 191.560.260,27 92.992.566,91 90.253.006,70 787.642.925,80 R

16 Pasir Eurih 640.513.612,03 81.348.812,65 410.349.284,80 236.258.887,82 160.849.098,14 84.622.534,44 107.640.567,33 23.683.973,60 78.455.518,09 178.235.868,30 41.020.106,40 12.524.173,03 27.671.683,20 23.770.020,05 50.304.334,27 118.439.820,80 70.983.194,49 68.892.030,20 2.001.958.157,20 T

17 Tamansari 188.201.627,50 25.288.038,40 43.406.142,58 66.918.362,76 59.816.181,60 45.315.687,82 40.029.119,20 22.547.302,40 33.195.636,31 64.258.176,45 19.135.194,62 24.332.851,20 80.677.363,20 57.930.801,15 191.560.260,27 118.439.820,80 270.305.917,16 262.342.707,20 588.976.275,02 R

18 Sukamantri 822.259.124,74 34.100.084,80 131.696.437,60 55.707.660,80 80.660.145,83 34.372.523,68 34.545.885,14 18.392.720,34 36.258.207,78 65.083.799,72 25.803.178,13 19.849.262,64 48.351.449,07 39.856.006,40 92.992.566,91 70.983.194,49 270.305.917,16 3.183.844.305,60 1.313.076.590,41 S

19 Sirnagalih 1.246.930.278,30 45.046.648,15 127.816.661,70 73.590.532,40 78.283.898,63 33.359.909,43 33.528.163,66 17.850.870,96 43.444.495,42 72.512.485,20 25.043.016,73 19.264.503,53 46.927.015,80 38.681.848,80 90.253.006,70 68.892.030,20 262.342.707,20 3.183.844.305,60 1.772.363.943,85 T
Sumber: Hasil Analisis, 2021

4-113
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.8.5 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan


Maka berdasarkan analisa aksesbilitas jaringan jalan yang ada di WP Ciomas,
dibutuhkan penambahan jaringan jalan di beberapa desa, seperti di Desa Sukamantri
masih membutuhkan penambahan sepanjang 16,65 km dan desa sukamakmur sepanjang
12,10 km. Hal ini butuhkan untuk mempermudah aksesbilitas masyarakat di WP Ciomas.
Penambahan ini akan diarahkan pada Jalan Lokal dan juga Jalan Lingkungan. Berikut
merupakan kebutuhan penambahan jaringan jalan di WP Ciomas:

Tabel 4. 68 Kebutuhan Penambahan Jaringan Jalan

Penambahan
No Desa Panjang Jalan (km) Jaringan Jalan
(Km)
1 Parakan 6,88 8,25
2 Sukamakmur 5,06 12,1
3 Sukaharja 6,11 6,45
4 Laladon 6,45 7,5
5 Sukajaya 4,67 8,61
6 Sukamantri 15,89 16,65
7 Sirnagalih 6,76 8,65
Sumber: Hasil Analisis, 2021

Berikut panjang jalan lokal dan juga lingkungan yang ada di WP Ciomas:

Tabel 4. 69 Panjang Jalan Berdasarkan Fungsi

Panjang Jalan
Fungsi Jalan Nama Jalan
(km)
Babakan-Gadog 2,98
Buniaga-Kp Baru 7
Ciapus-Gadog 0,27
Ciapus-Tamansari 0,48
Cibeureum-Cimanglid 0,14
Cibeureum-Tajurhalang 0,86
Cibogel-Kabandungan 3,87
Ciherang-Situ Kaum 1,51
Jalan Gadog-Gn Malang 0,46
Lingkungan Jl Masuk Curug Nangka 2,37
Kabandungan-Batugede 1,48
Kotabatu-Cibeureum 1,16
Kretek-Ciapus 1,07
Kretek-Klapa Tujuh 2,43
Manggadua-Gadog 2,32
Nambo-Sukajaya 2,95
Pancasan-Ciapus 3,21

4-114
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Pangkalan-Sukaluyu 2,79
Sindangbarang-Ciomas 4,73
Sindangbarang-Kretek 0,06
Sukaluyu-Ciapus 2,15
Tangkil-Kompa-Ciapus 2,92
Jalan Lingkungan 1 330,54
Jalan Setapak 1,04
Lokal Primer 1 Pancasan-Ciapus 0,93
Ciomas-Kretek 2,45
Lokal Primer 2 Sindangbarang-Ciomas 0,9
Sindangbarang-Kretek 2,9
Lokal Primer 3 Cibeureum-Cimanglid 0,99
Grand Total 386,99

4.9 ANALISIS SUMBERDAYA BUATAN


4.9.1 Analisis Kebutuhan Sarana

4.9.1.1 Analisis Kebutuhan Sarana Perumahan

Perumahan merupakan kebutuhan tempat tinggal bagi keluarga, maka seiring


dengan laju pertumbuhan penduduk maka peningkatan kebutuhan perumahan harus
direncakan. Rumah terbagi kedalam 3 (tiga) tipe yaitu rumah sederhana, rumah
menengah, dan rumah mewah. Analisis 3 (tiga) tipe rumah dilakukan berdasarkan kepada
jumlah penduduk di WP Ciomas. Analisis dilakukan dengan asumsi 1 KK terdapat 5
anggota keluarga. Analisis kebutuhan perumahan di WP Ciomas dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4. 70 Kebutuhan Sarana Perumahan di WP Ciomas Tahun 2043

Rumah Mewah Rumah Sedang Rumah Sederhana


Jumlah
Kelurahan/ Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
No Penduduk KK Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Desa Lahan Lahan Lahan
2043 (Unit) (Unit) (Unit)
(m2) (m2) (m2)
1 Kota Batu 37.443 7.489 1.248 249.622 2.496 299.547 3.744 224.660
2 Mekarjaya 14.922 2.984 497 99.479 995 119.375 1.492 89.531
3 Parakan 17.039 3.408 568 113.594 1.136 136.313 1.704 102.235
4 Ciomas 22.109 4.422 737 147.395 1.474 176.874 2.211 132.655
5 Pagelaran 32.463 6.493 1.082 216.421 2.164 259.706 3.246 194.779
6 Sukamakmur 19.170 3.834 639 127.803 1.278 153.363 1.917 115.022
7 Ciapus 22.570 4.514 752 150.464 1.505 180.556 2.257 135.417
8 Sukaharja 11.907 2.381 397 79.381 794 95.257 1.191 71.443
9 Padasuka 28.288 5.658 943 188.583 1.886 226.300 2.829 169.725
Ciomas
10 3.956 659 131.864 1.319 158.236 1.978 118.677
Rahayu 19.780

4-115
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

11 Laladon 20.193 4.039 673 134.623 1.346 161.547 2.019 121.160


Kecamatan
245.884 49.177 8.196 1.639.228 16.392 1.967.074 24.588 1.475.306
Ciomas
1 Sukajadi 15.342 3.068 511 102.279 1.023 122.735 1.534 92.051
2 Sukaluyu 15.475 3.095 516 103.168 1.032 123.802 1.548 92.851
3 Sukajaya 16.721 3.344 557 111.476 1.115 133.771 1.672 100.328
4 Sukaresmi 21.756 4.351 725 145.039 1.450 174.046 2.176 130.535
5 Pasir Eurih 22.332 4.466 744 148.883 1.489 178.659 2.233 133.994
6 Tamansari 22.171 4.434 739 147.808 1.478 177.370 2.217 133.027
7 Sukamantri 28.475 5.695 949 189.834 1.898 227.800 2.848 170.850
8 Sirnagalih 27.387 5.477 913 182.580 1.826 219.096 2.739 164.322
Kecamatan
169.660 33.932 5.655 1.131.066 11.311 1.357.279 16.966 1.017.959
Tamasari
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kebutuhan sarana perumahan


terbesar pada tahun 2043 berdasarkan kuantitas unitnya adalah sarana rumah sederhana.
Total kebutuhan rumah sederhana di Kecamatan Ciomas yaitu sebanyak 24.588 unit dan
di Kecamatan Tamansari sebanyak 16.966 unit. Sedangkan jika dilihat berdasarkan luas
kebutuhannya, yang memiliki kebutuhan paling besar adalah tipe rumah sedang dengan
total luas 1.967.074 m² pada Kecamatan Ciomas dan 1.357.279 m² pada Kecamatan
Tamansari.

Kebutuhan Sarana Perumahan WP Ciomas 2043


4.00
0
3.50
0
3.00
0
2.50
0
2.00
0
1.50
0
1.00
0
500
0

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Gambar 4. 25 Kebutuhan Sarana Perumahan di WP Ciomas Tahun 2043

4-116
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.9.1.2 Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan sarana yang penting karena berguna untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar dan mengajar demi meningkatkan kualitas hidup para
masyarakat yang diharapkan dapat lebih berwawasan luas serta memiliki perilaku yang
baik dan bertanggung jawab di WP Ciomas. Berdasarkan hasil analisis sarana pendidikan
di Ciomas, hasil nilai kebutuhan minus menandakan kecamatan tersebut memiliki sarana
yang melebihi standar kebutuhan. Sedangkan hasil nilai kebutuhan plus menandakan
kecamatan tersebut memiliki kebutuhan sarana yang harus dipenuhi sesuai standar.
Sarana pendidikan terdiri dari TK/KB, SD/MI, SMP/MI, SMA/MA/SMK. Dalam upaya
mewujudkan pengembangan sarana pendidikan dapat dilakukan dengan perbaikan
kualitas dan kuantitas sarana pendidikan dengan sebarannya yang merata. Kuantitas
sarana dapat disesuaikan dengan jumlah kebutuhan sarana terhadap jumlah penduduk
yang dapat dilihat pada SNI 03- 1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4. 71 Ketentuan Kebutuhan Sarana Pendidikan

Jumlah Penduduk Luas Lahan Minimal


Jenis Sarana
Pendukung (Jiwa) (m2)
Taman Kanak-kanak 1.250 500
Sekolah Dasar 1.600 2.000
Sekolah Menengah Pertama 4.800 9.000
Sekolah Menengah Atas 4.800 12.500
Perguruan Tinggi 70.000 -
Sumber: 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Jika dilihat dari persebaran eksisting sarana pendidikan sudah cukup merata, akan
tetapi ada beberapa kelurahan/desa yang belum memiliki sarana pendidikan yang
lengkap. Proyeksi kebutuhan sarana pendidikan dapat dilihat berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk dengan ketentuan SNI tersebut sebagi acuan dalam penentuan jumlah proyeksi
kebutuhan. Hal ini dapat memberikan gambaran dalam pemerataan sarana pendidikan
melalui jumlah kebutuhan sarana pendidikan masing-masing kelurahan di WP Ciomas.
Proyeksi kebutuhan sarana pendidikan tahun 2043 dapat dilihat pada analisis berikut ini.

4-117
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 72 Kebutuhan Sarana Pendidikan di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4-118
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kekurangan sarana pendidikan yang
paling banyak di WP Ciomas adalah sarana pendidikan Tk/KB. Kecamatan Ciomas
membutuhkan 154 unit tambahan TK yang tersebar di beberapa kelurahan/desa.
Sedangkan di Kecamatan Tamansari Kelurahan membutuhkan 126 unit tambahan dari
sarana TK. Hal ini dikarenakan pada kelurahan-kelurahan tersebut belum tersedianya
sarana untuk menampung murid TK yang ada menurut standar. Dapat dilihat juga dari
indeks kecukupan pada kelurahan-kelurahan tersebut dimana indeks kecukupannya sama
dengan 0 (nol) atau
<1 yang berarti masih belum mencukupi. Total kebutuhan luas untuk penambahan sarana
TK adalah 76.854 m² di Kecamatan Ciomas dan 62.864m² di Kecamatan Tamansari.
Sedangkan sarana pendidikan SD/MI, SMP/MI, SMA/SMK memiliki kondisi eksisting
yang cukup merata di setiap kelurahannya, hanya memerlukan sedikit penambahan unit di
kelurahan yang eksistingnya belum memenuhi kebutuhan atau bahkan belum terdapat
sarana.

Pada tahun 2043 Kecamatan Ciomas sarana pendidikan pada jenjang SD/MI
masih membutuhkan penambahan sarana sebanyak 101unit, SMP/MI sebanyak 34 unit ,
dan SMA/MA/SMK sebanyak 35 unit. Sedangkan pada Kecamatan Tamansari sarana
pendidikan pada jenjang SD/MI masih membutuhkan penambahan sarana sebanyak 74
unit, SMP/MI sebanyak 24 unit, dan SMA/MA/SMK sebanyak 20 unit.

4.9.1.3 Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan

Proyeksi kebutuhan sarana kesehatan dapat dilihat berdasarkan proyeksi jumlah


penduduk WP Ciomas dengan ketentuan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4. 73 Ketentuan Kebutuhan Sarana Kesehatan

Jumlah Penduduk Pendukung Luas Lahan Minimal


Jenis Sarana
(Jiwa) (m2)
Posyandu 1.250 60
Balai Pengobatan 2.500 300
Puskesmas Pembantu 30.000 300
Puskesmas 120.000 1.000
Praktek Dokter 5.000 -
Apotek/Rumah Obat 30.000 250
Rumah Sakit 240.000 -
Sumber: 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Berdasarkan hasil analisis proyeksi kebutuhan sarana kesehatan di WP Ciomas,


hasil nilai kebutuhan minus menandakan kecamatan tersebut memiliki sarana yang
melebihi standar kebutuhan. sedangkan hasil nilai kebutuhan plus menandakan
kecamatan

4-119
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

tersebut memiliki kebutuhan sarana yang harus dipenuhi sesuai standar. Sarana kesehatan
terdiri dari postu, posyandu, Balai Pengobatan. Utuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
table berikut.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kekurangan sarana kesehatan yang
paling banyak pada Kecamatan Ciomas adalah sarana posyandu. Kekurangan sarana
posyandu di tahun 2043 membutuhkan 193 unit tambahan pada kecamatan tersebut yang
tersebar di beberapa kelurahan/desa. Kelurahan/desa yang membutuhkan penambahan
sarana posyandu paling banyak adalah Desa Kota Batu. Hal ini dikarenakan belum
tersedianya jumlah sarana posyandu yang sesuai dengan standar. Dapat dilihat juga dari
indeks kecukupan dimana indeks kecukupannya sama dengan 0 (nol) atau <1 yang berarti
masih belum mencukupi. Sedangkan sarana kesehatan pustu atau puskesmas pembantu
sudah dapat mencukupi sesuai dengan ketentuan standar. Sarana tersebut tidak
memerlukan penambahan unit karena jika dilihat dari jumlah eksistingnya sarana
puskesmas pembantu/pustu terdapat cukup banyak dan merata di seluruh kelurahan.

Pada Kecamatan Tamansari kekurangan sarana kesehatan yang paling banyak


adalah sarana balai Pengobatan. Kekurangan sarana balai Pengobatan pada tahun 2043
membutuhkan 66 unit tambahan pada kecamatan tersebut yang tersebar di beberapa
kelurahan/desa. Kelurahan/desa yang membutuhkan penambahan sarana balai Pengobatan
paling banyak adalah Desa Sukajadi dan Desa Sukaluyu. Hal ini dikarenakan belum
tersedianya jumlah sarana balai Pengobatan yang sesuai dengan standar. Dapat dilihat
juga dari indeks kecukupan dimana indeks kecukupannya sama dengan 0 (nol) atau <1
yang berarti masih belum mencukupi. Sedangkan sarana kesehatan pustu atau puskesmas
pembantu dan sarana Kesehatan posyandu sudah dapat mencukupi sesuai dengan
ketentuan standar. Sarana tersebut hanya memerlukan penambahan masing-masing
sebanyak 2 unit karena jika dilihat dari jumlah eksistingnya sarana Kesehatan tersebut
cukup banyak dan merata di seluruh kelurahan.

4-120
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 74 Kebutuhan Sarana Kesehatan di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4-121
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.9.1.4 Analisis Kebutuhan Sarana Peribadatan

Berdasarkan agama yang dianutnya, penduduk di WP Ciomas memeluk agama


islam. Maka dari itu sarana peribAdatan yang tersedia hanya masjid dan musholla saja.
Proyeksi kebutuhan sarana peribadatan dapat dilihat berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk Kecamatan Ciomas dengan ketentuan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4. 75 Ketentuan Sarana Peribadatan

Jumlah Penduduk Luas Lahan Minimal


Jenis Sarana
Pendukung (Jiwa) (m2)
Mushola / Langgar 250 100
Masjid 2.500 600
Gereja - -
Vihara - -
Pura - -
Sumber: 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Berdasarkan ketentuan pada SNI tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan


sarana peribadatan sesuai standar dan dapat diketahui proyeksi kebutuhannya
menggunakan proyeksi jumlah penduduk. Berdasarkan hasil analisis sarana peribadatan
di WP Ciomas, hasil nilai kebutuhan minus menandakan kecamatan tersebut memiliki
sarana yang melebihi standar kebutuhan. sedangkan hasil nilai kebutuhan plus
menandakan kecamatan tersebut memiliki kebutuhan sarana yang harus dipenuhi sesuai
standar. Proyeksi kebutuhan sarana pendidikan tahun 2043 dapat dilihat pada analisis
berikut ini.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kekurangan sarana peribadatan yang
paling banyak di WP Ciomas adalah sarana musholla. Kekurangan sarana musholla pada
tahun 2043 membutuhkan 790 unit tambahan di Kecamatan Ciomas dan 473 unit di
Kecamatan Tamansari yang tersebar di setiap kelurahannya/Desa. Kekurangan sarana
musholla ini dikarenakan pada kelurahan-kelurahan dalam kecamatan tersebut belum
tersedia sarana musholla yang sesuai dengan standar. Dapat dilihat juga dari indeks
kecukupan pada kelurahan-kelurahan tersebut dimana indeks kecukupannya sama dengan
0 (nol) atau <1 yang berarti masih belum mencukupi. Total kebutuhan lahan untuk
penambahan musholla di Kecamatan Ciomas adalah sebesar 78.954 m2 dan pada
Kecamatan Tamansari 47.264 m2.

Sedangkan sarana peribadatan masjid memiliki jumlah eksisting yang cukup


banyak dan tersebar merata di seluruh kelurahan. Dengan jumlah eksisting sebanyak 155
unit pada Kecamatan Ciomas dan 122 unit pada Kecamatan Tamansari, maka dapat

4-122
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 76 Kebutuhan Sarana Peribadatan di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4-123
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

diartikan jumlah sarana masjid disudah mencukupi dan tidak memerlukan tambahan unit.
Hal ini juga dapat dilihat dari indeks kecukupan sarana masjid yang bernilai >1 atau dapat
diartikan sarana masjid sudah mencukupi dan melebihi standar minimum.

4.9.1.5 Analisis Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga

Kebutuhan sarana perdagangan dan niaga disetiap kelurahan/desa di WP Ciomas


berbeda-beda. Maka dari itu perlu dilakukan proyeksi kebutuhan untuk melihat kebutuhan
selama 20 ke depan atau pada tahun 2043. Proyeksi kebutuhan sarana perdagangan dan
niaga dapat dilihat berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dengan ketentuan SNI 03-
1733- 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dengan
ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4. 77 Ketentuan Sarana Perdagangan dan Niaga

Jumlah Penduduk
Jenis Sarana Luas Lahan Minimal (m2)
Pendukung (Jiwa)
Toko/Warung 250 100
Pertokoan 6.000 3.000
Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan 30.000 10.000
Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko +
120.000 36.000
pasar + bank + kantor)
Sumber: 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Berdasarkan hasil analisis sarana peribadatan di WP Ciomas, hasil nilai


kebutuhan minus menandakan kecamatan tersebut memiliki sarana yang melebihi standar
kebutuhan. sedangkan hasil nilai kebutuhan plus menandakan kecamatan tersebut
memiliki kebutuhan sarana yang harus dipenuhi sesuai standar.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kekurangan sarana perdagangan dan
niaga di Kecamatan Ciomas adalah sarana pasar. Kekurangan sarana pasar membutuhkan
6 unit tambahan dengan kebutuhan lahan seluas 58.918 m2. Sedangkan sarana
toko/warung juga masih banyak membutuhkan 221 unit tambahan dengan kebutuhan
lahan seluas
31.238 m2 pada kecamatan tersebut yang tersebar di beberapa kelurahan. Hal ini
dikarenakan pada desa/kelurahan tersebut belum tersedianya jumlah sarana pertokoan
yang sesuai dengan standar. Dapat dilihat juga dari indeks kecukupan pada
desa/kelurahan tersebut dimana indeks kecukupannya sama dengan 0 (nol) atau <1 yang
berarti masih belum mencukupi. Tidak ada sarana yang dapat mencukupi sesuai dengan
ketentuan standar. Namun, masih terdapat 1 desa yang memenuhi Toko/warung yaitu
berada pada

4-124
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 78 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4-125
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Desa Parakan di Kecamatan Ciomas yang mencukupi untuk melayani penduduk yang
hanya tinggal di desa tersebut.

Pada Kecamatan Tamansari kekurangan sarana Pasar, Kekurangan sarana pasar


membutuhkan 6 unit tambahan dengan kebutuhan lahan seluas 46.281 m2. Hal ini
dikarenakan pada desa/kelurahan tersebut belum tersedianya jumlah sarana pasar yang
sesuai dengan standar. Dapat dilihat juga dari indeks kecukupan pada kelurahan-
kelurahan tersebut dimana indeks kecukupannya sama dengan 0 (nol) atau <1 yang
berarti masih belum mencukupi. Sedangkan sarana pertokoan/warung juga masih belum
mencukupi sesuai dengan ketentuan standar. Sarana tersebut memerlukan 51 penambahan
unit, karena jika dilihat dari jumlah eksistingnya sarana pertokoan/warung. Namun, masih
terdapat 2 desa yang memenuhi Toko/warung yaitu berada pada Desa Sukamantri dan
Desa Sinargalih di Kecamatan Tamansari yang mencukupi untuk melayani penduduk
yang hanya tinggal di desa tersebut.

4.9.1.6 Analisis Kebutuhan Sarana Taman dan Lapangan Olahraga

RTH (Ruang Terbuka Hijau) merupakan salah satu kebutuhan yang harus
dipenuhi untuk memberikan fasilitas dengan segala fungsinya. Penyediaan RTH (Ruang
Terbuka Hijau) telah diatur dalam kebijakan Permen PU Tahun 2008 mengenai Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan
bahwa analisis kebutuhan RTH dapat dihitung berdasarkan luas wilayah, jumlah
penduduk, kebutuhan oksigen, daya serap CO 2 dan serapan air.Kebutuhan RTH (Ruang
Terbuka Hijau) berdasarkan luas wilayah telah diatur permen PU No.5 Tahun 2008, PP
No.15 Tahun 2012 Pasal 36 ayat 1 tentang RTH publik dalam perkotaan dan UU tata
ruang Pasal 29 tentang proporsi RTH. Berikut ini adalah rumus kebutuhan RTH (Ruang
Terbuka Hijau) berdasarkan luas wilayah :

Luas RTH Publik = 20/100 x Luas Wilayah


Luas RTH Privat = 10/100 x Luas Wilayah

Kebutuhan sarana taman dan lapangan olah raga disetiap Kecamatan yang ada di
WP Ciomas berbeda-beda. Maka dari itu perlu dilakukan proyeksi kebutuhan untuk
melihat kebutuhan selama 20 ke depan atau pada tahun 2043. Proyeksi kebutuhan sarana
perdagangan dan niaga dapat dilihat berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dengan
ketentuan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan dengan ketentuan sebagai berikut:

4-126
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑅𝑇𝐻 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
2
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 × 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 (𝑚 )

Tabel 4. 79 Ketentuan Sarana Taman dan Lapangan Olah Raga

Jumlah Penduduk Luas Lahan


Jenis Sarana
Pendukung (Jiwa) Minimal (m2)
Taman /Tempat Main (Taman 250 250
RT)
Taman /Tempat Main (Taman
2.500 1.250
RW)
Taman dan Lapangan Olahraga
30.000 9.000
(Taman Kelurahan)
Taman dan Lapangan Olahraga
120.000 24.000
(Taman Kecamatan)
Sumber: 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Berdasarkan hasil analisis sarana taman dan lapangan olah raga di WP Ciomas,
hasil nilai kebutuhan minus menandakan kecamatan tersebut memiliki sarana yang
melebihi standar kebutuhan. sedangkan hasil nilai kebutuhan plus menandakan
kecamatan tersebut memiliki kebutuhan sarana yang harus dipenuhi sesuai standar.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan taman dan lapangan olah
raga di WP Ciomas yang paling banyak dibutuhkan adalah taman RT dengan jumlah
kebutuhan 984 unit di Kecamatan Ciomas dan 679 unit di Kecamatan Tamasari. Dengan
jumlah kebutuhan tersebut membutuhkan luas 245.884 m2 untuk Taman RT di Kecamatan
Ciomas dan 169.660 m2 di Kecamatan Tamansari. Kebutuhan Taman RW di Kecamatan
Ciomas adalah sebanyak 98 unit dan Kecamatan Tamansari 68 unit. Sedangkan Taman
Kelurahan di Kecamatan Ciomas adalah sebanyak 11 unit dan Kecamatan Tamansari 8
unit sesuai dengan jumlah desa/kelurahan yang ada di setiap kecamatannya. Kebutuhan
Taman Kecamatan membutuhkan 1 unit pada setiap kecamatan.

4-127
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 80 Kebutuhan Sarana Taman dan Lapangan Olah Raga di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4-128
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.9.2 Analisis Kebutuhan Prasarana

4.9.2.1 Analisis Kebutuhan Prasarana Air Bersih

Kebutuhan akan prasarana terutama prasarana air bersih merupakan kebutuhan


dasar (basic need) bagi setiap masyarakat di suatu wilayah, Kebutuhan akan air bersih
pada wilayah kajian pun erat kaitannya dengan tujuan pemberdayaan manusia menurut
SDG’s, maka ketersediaan air bersih merupakan salah satu bagian vital dalam suatu
pembangunan. Ketersediaan air tersebut apabila tidak dikelola dengan baik melalui suatu
sistem yang baik dikhawatirkan akan mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air
bersih pada masa yang akan datang. Maka dibutuhkan suatu tahapan analisis untuk
mengetahui kebutuhan air bersih dimasa yang akan datang dengan pendekatan sistem
distribusi yang disesuaikan dengan standar pendistribusian yang disarankan.

Secara umum perhitungan kebutuhan air bersih pada kawasan penelitian


didasarkan pada kriteria perencanaan yang dikeluarkan Direktorat Jendral Cipta Karya
Dinas Pekerjaan Umum tahun 1996 serta Standar Pelayanan Minimum Berdasarkan
Kepmen Perumahan dan Prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001 dimana didalamnya
menyebutkan bahwa dalam penyediaan kebutuhan air bersih pada masyrakat terdapat dua
metode penyaluran yaitu melalui pipa sambungan rumah atau SR dan pipa sambungan
hidran umum atau HU. Selanjutnya untuk mengetahui kebutuhan air bersih fasilitas-
fasilitas lain yang selanjutnya dikenal dengan kebutuhan non domestik merupakan 15%
dari total kebutuhan air bersih domestik. Rumus yang digunakan dalam perhitungan
kebutuhan air bersih antara lain:

1. Kebutuhan Air Bersih Domestik (l/detik):

∑ 𝐩𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 𝐱 % 𝐩𝐞𝐥𝐚𝐲𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧𝐱 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐮𝐦𝐬𝐢 𝐀𝐌 (𝐥𝐭/𝐨𝐫𝐠/𝐡𝐚𝐫𝐢)


𝟖𝟔. 𝟒𝟎𝟎
2. Kebutuhan Air Bersih Non Domestik (l/detik):

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐀𝐢𝐫 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐃𝐨𝐦𝐞𝐬𝐭𝐢𝐤 𝐱 𝟏𝟓 %

3. Ketentuan Lain:
 Kebutuhan air non domestik : 15% kebutuhan domestik
 Asumsi kebutuhan air bersih (SR) : 150 l/orang/hari
 Asumsi kebutuhan air bersih (HU) : 30 l/orang/hari
 Asumsi Kebutuhan sosial : 10%

4-129
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

 Asumsi Kebocoran air : 25%


Dengan menggunakan rumus dan ketentuan-ketentuan tersebut didapatkan hasil analisis
prasarana air bersih yang dapat dilihat sebagai berikut.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Ciomas memiliki jumlah
penduduk 245.884 jiwa pada tahun proyeksi 2043. Cakupan terhadap pelayanan air
minum kebutuhan yang dicakup mencapai 100% dan dalam cakupan pelayanannya yaitu
semua populasi penduduk Kecamatan Ciomas terlayani. Sambungan langsung kebutuhan
air membutuhkan 31.964.953 l/h. Selain itu, dibutuhkan juga hidran umum (HU) yang
biasanya di tempatkan pada daerah rawan air minum, daerah kumuh, masyarakat
berpenghasilan rendah, dan daerah terpencil/terisolasi, serta didistribusikan oleh
Pemerintah melalui PDAM untuk di kelola swadaya oleh masyarakat secara gratis.
Kecamatan Ciomas memiliki cakupan pelayanan HU sebanyak 7.376.528 l/h. Kebutuhan
domestik adalah penggunaan air yang paling penting semua kebutuhan air untuk
keperluan penghuni rumah. Meliputi kebutuhan air untuk mempersiapkan makanan, toilet
, mencuci pakaian , mandi , dan menyiram pekarangan. Air bersih yang digunakan oleh
penduduk di Kecamatan Ciomas sebanyak 39.341.480 l/h yang harus di distribusikan di
tahun 2043. Kebutuhn non domestik 15% dari kebutuhan domestik di luar dari kebutuhan
rumah tangga Kecamatan Ciomas pada tahun 2043 memerlukan 5.901.222 l/h. Terdapat
kebutuhan sosial untuk fasilitas-fasilitas sosial yaitu 3.934.148 l/h. Kebocoran air yang di
perkirakan mencapai 9.385.370 l/h dari total kebutuhan air bersih di Kecamatan Ciomas
yaitu
59.012.220 l/h.
Pada tahun 2043 Kecamatan Tamansari memiliki jumlah penduduk 169.660 jiwa.
Cakupan terhadap pelayanan air minum kebutuhan yang dicakup mencapai 100% dan
dalam cakupan pelayanannya yaitu semua populasi penduduk Kecamatan Tamansari
terlayani. Sambungan langsung kebutuhan air membutuhkan 22.055.787 l/h. Selain itu,
dibutuhkan juga hidran umum (HU) yang biasanya di tempatkan pada daerah rawan air
minum, daerah kumuh, masyarakat berpenghasilan rendah, dan daerah
terpencil/terisolasi, serta didistribusikan oleh Pemerintah melalui PDAM untuk di kelola
swadaya oleh masyarakat secara gratis. Kecamatan Tamansari memiliki cakupan
pelayanan HU sebanyak 5.089.797 l/h. Kebutuhan domestik adalah penggunaan air yang
paling penting semua kebutuhan air untuk keperluan penghuni rumah. Meliputi
kebutuhan air untuk mempersiapkan makanan, toilet, mencuci pakaian , mandi , dan
menyiram pekarangan. Air bersih yang digunakan oleh penduduk di Kecamatan
Tamansari sebanyak 27.145.584 l/h yang harus di distribusikan di tahun 2043. Kebutuhn
non domestik 15% dari kebutuhan domestik di luar

4-130
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 81 Kebutuhan Air Bersih di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4-131
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

dari kebutuhan rumah tangga Kecamatan Tamansari pada tahun 2043 memerlukan
4.071.838 l/h.Terdapat kebutuhan sosial untuk fasilitas-fasilitas sosial yaitu 2.714.558 l/h.
Kebocoran air yang di perkirakan mencapai 6.786.396 l/h dari total kebutuhan air bersih
di Kecamatan Tamansari yaitu 40.718376 l/h.

4.9.2.2 Analisis Kebutuhan Prasarana Air Limbah

Ketersediaan prasarana atau jaringan pengelolaan air limbah pada suatu wilayah,
secara tidak langsung memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai penjamin
kesehatan masyarakat. Sistem pengelolaan air limbah sendiri secara jenis terbagi menjadi
dua jenis pengelolaan menurut lokasi pengelolaannya yaitu sistem pengelolaan onsite
(berada pada lokasi langsung dan bersifat individual secara pengelolaan) dan sistem
pengelolaan offsite (tidak berada pada lokasi langsung akan tetapi dikumpulkan untuk
selanjutnya dikelola secara komunal melalui suatu jaringan perpipaan). Secara umum dari
kedua jenis sistem tersebut jenis pengelolaan secara komunal dinilai lebih baik secara
nilai ekonomi, perawatan, dan pengendalian karena dapat dikelola bersama ataupun diatur
oleh pemerintah daerah. Berikut adalah hasil analisis prasarana air limbah.

Tabel 4. 82 Kebutuhan Air Bersih di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis,2022

4-132
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan air berpengaruh pada perhitungan
air limbah. Hal ini dikarenakan pembuangan limbah dapat mempengaruhi kualitas air
bersih. Maka, satuan air limbah bekas di Kecamatan Ciomas mengeluarkan sebanyak
47.209.776 l/k/h. Limbah air yang terpakai sebanyak 33.046.843l/k/h. Air limbah
merupakan kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,
perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air pemukiman
dan air hujan yang mungkin ada. Debit rata-rata hari maksimum limbah di Kecamatan
Ciomas sebanyak 73.765.275 l/h.
Sedangkan pada Kecamatan Tamansari satuan air limbah bekas mengeluarkan
sebanyak 32.574.701 l/k/h. Limbah air yang terpakai sebanyak 22.802.291 l/k/h. Air
limbah merupakan kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air
pemukiman dan air hujan yang mungkin ada. Debit rata-rata hari maksimum limbah di
Kecamatan Tamansari sebanyak 50.897.970 l/h.

4.9.2.3 Analisis Kebutuhan Prasarana Persampahan

Analisis jaringan persampahan dilakukan untuk mengetahui timbulan sampah dan


kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pengelolaan
persampahan di Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Tamansari. Sarana dan prasarana
persampahan yang dimaksud adalah penyediaan tong sampah (skala rumah), kendaraan
pengangkut sampah yang meliputi gerobak sampah RT, bak sampah kecil, gerobak
sampah kelurahan, bak sampah besar kelurahan, mobil sampah dan bak sampah besar
kecamatan. Berdasarkan SNI 03-1733- 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan,
yang mana 100 m² rumah dihuni oleh 1 keluaraga yang beranggotakan 5 orang.
Penyediaan sarana berupa tong sampah dapat bervariasi. Selain itu, di perlukan bak
sampah yang melayani 250 penduduk, dengan dimensi yang diperlukan sebesar 6 m³ .
Berikut adalah hasil analisis prasarana persampahan di WP Ciomas.

4-133
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 83 Analisis Prasarana Persampahan di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis,2022

4-134
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Berdasarkan hasil analisi dapat dilihat bahwa pada tahun 2043 penduduk yang
terlayani di Kecamatan Ciomas sebanyak 172.119 jiwa dari jumlah penduduk 245.884
jiwa. Timbulan sampah domestik sebanyak 430.297 l/h sedangkan timbulan sampah non
domestik 86.059 l/h. Jika ditotalkan maka jumlah timbulan sampah di Kecamatan Ciomas
tahun 2043 sebanyak 516.357 l/h. Adapun kebutuhan kendaraan pengangkut sampah
meliputi gerobak sampah RT, bak sampah kecil, gerobak sampah kelurahan, bak sampah
besar kelurahan, mobil sampah dan bak sampah besar kecamatan. Kecamatan Ciomas
membutuhkan gerobak sampah RT sebanyak 98 unit, bak sampah kecil sebanyak 98 unit,
gerobak sampah Kelurahan dan Bak sampah Kelurahan masing-masing membutuhkan 8
unit.Untuk kendaraan pengangkut lainnya pada kecamatan ini tidak membutuhkan.

Pada tahun 2043, penduduk terlayani di Kecamatan Tamansari terlayani sebanyak


118.762 jiwa dari jumlah penduduk 169.660 jiwa. Timbulan sampah domestik sebanyak
296.905 l/h sedangkan timbulan sampah non domestik 59.381 l/h. Jika ditotalkan maka
jumlah timbulan sampah di Kecamatan Tamansari tahun 2043 sebanyak 356.286 l/h.
Adapun kebutuhan kendaraan pengangkut sampah meliputi gerobak sampah RT, bak
sampah kecil, gerobak sampah kelurahan, bak sampah besar kelurahan, mobil sampah dan
bak sampah besar kecamatan. Kecamatan Tamansari membutuhkan gerobak sampah RT
sebanyak 68 unit, bak sampah kecil sebanyak 68 unit, gerobak sampah Kelurahan dan
Bak sampah Kelurahan masing-masing membutuhkan 14 unit.Untuk kendaraan
pengangkut lainnya pada kecamatan ini tidak membutuhkan.

4.9.2.4 Analisis Kebutuhan Prasarana Listrik

Analisis kebutuhan prasarana listrik pada WP Ciomas dilakukan untuk


mengetahui besaran kebutuhan daya listrik yang muncul dari setiap bangunan maupun
fasilitas pendukung. Kebutuhan akan daya listrik pada WP Ciomas erat kaitannya dengan
tujuan pemberdayaan manusia menurut SDG’s, maka ketersediaan daya listrik menjadi
bagian vital dalam suatu pembangunan. Kebutuhan listrik domestik adalah kebutuhan
listrik yang dikonsumsi oleh perumahan yang di hitung berdasarkan skala pelayanan.
Secara umum asumsi standar pemasangan daya listrik permukiman perkotaan pada WP
Ciomas memiliki kebutuhan minimum sebagai berikut:

1. Kebutuhan sebesar 900 Watt untuk rumah kavling kecil dan 1.300 Watt untuk rumah
kavling menengah.
2. Kebutuhan sebesar 2.200 Watt untuk rumah kavling besar

Berikut adalah hasil perhitungan kebutuhan listrik domestik di WP Ciomas.

4-135
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 84 Kebutuhan Listrik Domestik di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber:Hasil Analisis 2022

4-136
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kebutuhan listrik dibedakan


menjadi 3 (tiga) tipe hunian rumah yaitu tipe rumah kecil, tipe rumah menengah dan tipe
rumah besar. Pada tahun 2043, kebutuhan listrik di Kecamatan Ciomas pada tipe rumah
kecil membutuhkan 22.129.583 watt/rumah dan tipe rumah menengah membutuhkan
21.309.968 watt/rumah. Sedangkan tipe rumah besar membutuhkan 18.031.512 watt/
rumah. Total dari kebutuhan listrik 3 (tiga) tipe hunian rumah yaitu 61.471.63
watt/rumah. Dari hasil tersebut maka dibutuhkan penerangan sebesar 3.073.553
watt/rumah. Kebutuhan listrik di Kecamatan Tamansari pada tahun 2043, pada tipe
rumah kecil membutuhkan
10.179.594 watt/rumah dan tipe rumah menengah membutuhkan 14.703.858 watt/rumah.
Sedangkan tipe rumah besar membutuhkan 12.441.726 watt/ rumah. Total dari kebutuhan
listrik 3 (tiga) tipe hunian rumah yaitu 37325.178 watt/rumah. Dari hasil tersebut maka
dibutuhkan penerangan sebesar 1866.259 watt/rumah.

4.9.2.5 Analisis Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi

Analisis kebutuhan prasarana telekomunikasi pada WP Ciomas dilakukan untuk


mengetahui besaran kebutuhan Sambungan Telepon, Telepon Umum, STO, Perkiraan
Jumlah Pelanggan Seluler, dan Menara Telekomunikasi.

Tabel 4. 85 Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi di WP Ciomas Tahun 2043

Sumber: Hasil Analisis,2022

4-137
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

1. Kebutuhan Sambungan Telepon


Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, penggunaan
sambungan telepon kabel saat ini sudah sangat minim karena tergantikan oleh telepon
nirkabel atau telepon seluler. Kendati demikian, masih ada masyarakat yang
menggunakan layanan telepon kabel baik digunakan untuk telepon rumah maupun
untuk kebutuhan perdagangan, perkantoran dan pemerintahan. Untuk itu, diperlukan
proyeksi kebutuhan sambungan telepon di WP Ciomas.

Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan sambungan telepon pada tahun 2043 di


Kecamatan Ciomas yang paling banyak berada di Desa Kota Baru dengan kebutuhan
sambungan telepon sebesar 4.868. Sedangkan Desa yang kebutuhan sambungan
teleponnya paling rendah terdapat di Kecamatan Ciomas yaitu Desa Sukaharja sebesar
1.548 Jumlah kebutuhan total sambungan telepon pada tahun 2043 di Kecamatan Ciomas
sebesar 31.965 dan Kecamatan Tamansari sebesar 22.056.

2. Kebutuhan Telepon Umum


Analisis kebutuhan dasar telepon umum dilakukan dengan memproyeksi
kebutuhan berdasarkan pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan, dimana:
 Jumlah penduduk pendukung untuk satu telepon umum adalah 250 jiwa;
 Luas lahan minimal untuk pembuatan satu telepon umum adalah seluas 30 m²
Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan telepon umum di Kecamatan Ciomas yang
paling banyak berada di Desa Kota Batu dengan kebutuhan telepon umum pada tahun
2043 sebanyak 150 unit. Sedangkan Desa yang memiliki kebutuhan telepon umum
paling rendah yaitu Desa Sukaharja sebanyak 48 unit. Jumlah kebutuhan telepon umum
di Kecamatan Ciomas pada tahun 2043 adalah sebesar 984 unit dan Kecamatan
Tamansari sebesar 679 unit.
3. Kebutuhan STO (Saluran Telepon Otomat)
Kebutuhan STO secara ideal dilihat dari proyeksi jumlah penduduk. Berdasarkan
tabel diatas, kebutuhan STO (Saluran Telepon Otomat) pada tahun 2043 di Kecamatan
Ciomas yang paling banyak berada di Desa Kota Batu dengan kebutuhan sebanyak 12
(dua belas) unit dan paling rendah berada di Desa Sukaharja Kecamatan Ciomas dengan
kebutuhan sebanyak 4 (empat) unit. Jumlah kebutuhan STO (Saluran Telepon Otomat)
pada tahun 2043 di Kecamatan Ciomas sebesar 82 unit dan Kecamatan Tamansari
sebesar 57 unit.

4-138
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4. Kebutuhan Teledensitas

Perhitungan perkiraan jumlah pelanggan seluler di WP Ciomas menggunakan


asumsi berdasarkan indikator TIK oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bahwa
teledensitas telepon seluler di Indonesia mencapai 120 persen. Hal ini terjadi karena
adanya pelanggan yang berlangganan lebih dari satu simcard sehingga menyebabkan
teledensitasnya melebihi 100 persen. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari
jumlah pelanggan seluler adalah sebagi berikut

P=x% x Pt

Keterangan:
P = Jumlah pelanggan selular
X% = teledensitas selular (%)
Pt = Jumlah penduduk pada t tahun

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah pelanggan seluler di WP


Ciomas pada Kecamatan Ciomas jumlah pelanggan seluler terbanyak di Desa Kota Batu
sebesar 44.932 sedangkan jumlah pelanggan seluler terkecil berada pada Kecamatan
Ciomas di Desa Sukaharja sebesar 14.289. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk
berbanding lurus dengan jumlah pelanggan seluler. Semakin banyak jumlah penduduk di
suatu wilayah, maka semakin banyak pula pelanggan seluler di wilayah tersebut.

5. Kebutuhan Menara Telekomunikasi

Penggunaan fasilitas telekomunikasi di WP Ciomas dengan penyediaan menara


BTS (Base Transceiver Station) untuk menjangkau ke pelosok sebagai prasarana
pendukung. Rata-rata sudah menggunakan internet sebagai alternatif komunikasi dan
sudah terjangkau hampir di seluruh kecamatan. Dalam hal ini, penyediaan menara BTS
sangat penting menjangkau ke pelosok perKelurahanan/Desa sebagai prasarana
pendukung.

Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan menara BTS di Kecamatan Ciomas yang


paling banyak berada di Desa Kota Batu dengan kebutuhan sebesar 20 (dua puluh) unit.
Sedangkan yang memiliki kebutuhan menara BTS paling rendah terdapat pada
Kecamatan Ciomas di Desa Sukaharja sebanyak 6 (enam) unit. Jumlah kebutuhan menara
BTS di Kecamatan Ciomas adalah sebanyak 132 unit dan Kecamatan Tamansari
sebanyak 91 unit.

4-139
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.10 ANALISIS LINGKUNGAN BINA


4.10.1 Analisis Figure and Ground

Analisa figure and ground merupakan pendekatan fungsional, yaitu dari fungsi
massa dan ruang serta bagaimana hubungannya. Gambar di bawah ini memperlihatkan
figure and ground kawasan (bentuk massa bangunan / urban solid dan ruang terbuka /
urban void yang terhubung dengan penghubung / linkage). Dari analisa ini akan dapat
diidentifikasikan pola ruang kota dalam kawasan (urban fabric) dan masalah keteraturan
massa / ruang perkotaan. Perkembangan perkotaan WP Ciomas berpola kurvalinier dan
organis yaitu mengikuti jaringan jalan dan berkembang sporadic karena termasuk
unplanned (tidak terencana), dimana satu segmen kota berkembang secara spontan
dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota
memiliki pola yang tidak teratur Pola tekstur yang di miliki WP Ciomas bila dilihat
secara makro di golongkan kedalam susunan kawasan yang bersifat heterogen, dimana
dua atau lebih pola berbenturan,konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang
ukuran bentuk dan kerapatannya berbeda.

Gambar 4. 26 Pola Perkembangan WP Ciomas Cenderung Menyebar dan bersifat


Heterogen

4.10.2 Analisis Ketersediaan Pejalan Kaki dan Pesepeda

Secara keseluruhan, aksesibilitas pejalan kaki yang ada pada WP Ciomas saat ini
berupa trotoar yang keberadaannya terbatas hanya pada ruas jalan Nasional (Arteri
Primer) dan Provinsi (Kolektor Primer). Pada pasal 54 PP No. 79 Tahun 2013
menyebutkan bahwa fasilitas untuk sepeda berupa lajur dan/atau jalur sepeda yang
disediakan secara khusus

4-140
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

untuk pesepeda dan/atau dapat digunakan bersama-sama dengan Pejalan Kaki. Namun
demikian, kondisinya belum sesuai dengan standar yang saat ini berlaku.

Tabel 4. 86 Standar Ketersediaan Jaringan Pejalan Kaki

Sumber : lampiran no 10 Keputusan Dirjen Bina Marga tentang Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan Kaki
Pada Jalan Umum

Selain itu, untuk jalur pejalan kaki pada WP Ciomas di beberapa lokasi terdapat
permasalahan pada pemanfaatan ruang pejalan kaki, masih adanya lahan untuk pejalan
kaki digunakan untuk kepentingan komersil seperti lahan Pedagang kaki lima (PKL). Hal
ini membuat pejalan kaki menggunakan badan jalan yang dilalui oleh kendaraan bermotor
baik roda dua ataupun roda empat dan mengakibatkan hambatan lalu lintas untuk
kendaraan bermotor.

Gambar 4. 27 Pengembangan Jalur Pejalan Kaki pada Jalan Kolektor dan Jalan Lokal

4.10.3 Analisis Karakteristik Kawasan

Karakteristik kawasan dapat dilihat dari kondisi fasad dan langgam bangunan yang
ada di WP Ciomas. Di wilayah perencanaan, kondisi fasad dan langgam bangunan dapat

4-141
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

dilihat pada beberapa fungsi yaitu permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa,
industri, Kesehatan, olahraga, pariwisata dan hiburan, Pendidikan, peribadatan, sosial,
transportasi, dan utilitas. Fasad bangunan permukiman, sebagian dipengaruhi oleh
arsitektur bangunan modern dengan bentuk rumah tunggal maupun rumah deret
permanen maupun semi permanen.

Bangunan perdagangan dan jasa terdiri dari bangunan hotel, ruko, pasar, dan
sebagainya yang memiliki fasad bangunan dipengaruhi oleh arsitektur bangunan modern
permanen. Sama halnya dengan bangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada di
wilayah perencanaan, fasad bangunan sebagian besar merupakan bangunan permanen
yang dipengaruhi oleh arsitektur bangunan modern. Secara garis besar, hampir
keseluruhan bangunan yang ada di wilayah perencanaan dipengaruhi oleh arsitektur
bangunan modern permanen seperti kondisi bangunan perkotaan pada umumnya.

Karakteristik kawasan yang berada di WP Ciomas menunjukan tidak adanya


bangunan yang bersejarah, namun terdapat karakteristik bentuk langgam bangunan yang
serupa/ seragam secara arsitektural antara bangunan kantor pemerintahan. Arsitektural
tersebut berciri khas budaya sunda.

Gambar 4. 28 Langgam Arsitektur Bangunan Kantor Kecamatan Ciomas dan Kantor


Kecamatan Tamansari di WP Ciomas

4.10.4 Analisis Land Use

Penggunaan lahan di wilayah perencanaan berdasarkan hasil olahan peta yaitu


bangunan industri, bangunan perdagangan dan jasa, bangunan peribadatan, bangunan
perkantoran, bangunan permukiman, danau/situ, industri, jalan, bangunan kesehatan,
lapangan olahraga, median jalan, bangunan dan bangunan olahraga, pariwisata dan
hiburan, pendidikan, kegiatan sosial dan transportasi. Luasan lahan terbangun di wilayah
perencanaan memiliki luas 2.135,48 m² atau 37,13 % dari keseluruhan luasan wilayah
perencanaan. Sedangkan luasan lahan tidak terbangun di wilayah perencanaan memiliki

4-142
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

luas 3.615,31 m² atau 62,86% dari keseluruhan luasan wilayah perencanaan yang terdiri
dari jalur hijau, kolam, makam, pekarangan, hutan rimba, pertanian, perkebunan,
permukaan/lapangan diperkeras, semak belukar, taman, tanah kosong, dan
tegalan/ladang.

Tabel 4. 87 Luasan Kawasan Terbangun dan Non Terbangun

Non
Kecamatan Desa/Kelurahan Terbangun Jumlah
Terbangun
Ciapus 77,37 92,93 170,3
Ciomas 38,59 95,42 134,01
Ciomasrahayu 3,53 81,26 84,79
Kotabatu 20,82 247,75 268,57
Laladon 57,59 90,7 148,29
CIOMAS Mekarjaya 21,73 75,95 97,69
Padasuka 14,26 145,82 160,08
Pagelaran 22,93 183,93 206,86
Parakan 100,73 113 213,73
Sukaharja 149,97 42,37 192,34
Sukamakmur 107,08 81,36 188,45
Pasireurih 155,38 88,95 244,33
Sirnagalih 21,91 140,61 162,52
Sukajadi 666,5 113,84 780,33
Sukajaya 136,07 76,2 212,28
TAMANSARI
Sukaluyu 220,71 55,8 276,51
Sukamantri 144,02 186,88 330,9
Sukaresmi 206,19 92,6 298,79
Tamansari 1.449,94 130,1 1.580,04
Total 3.615,31 2.135,48 5.750,79
Sumber: Hasil Analisis,2021

4.10.5 Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau dan Non Ruang


Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perencanaan terdiri dari jalur hijau,
makam, dan taman. Luasan RTH di wilayah perencanaan memiliki luasan 2,25 ha atau
0,04% dari keseluruhan luasan wilayah perencanaan.

4-143
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 29 RTH yang ada di WP Ciomas

Gambar 4. 30 Non RTH yang ada di WP Ciomas

4.10.6 Analisis Vista Kawasan

Vista Kawasan akan sangat menentukan nilai estetika, dimana hal ini
berhubungan dengan elemen-elemen seperti furniscape, taman kota, dan public area.
Faktor vista di kawasan perencanaan, ditentukan oleh pandangan ke ruang yang sangat
luas, view ke landscape kawasan, serta landmark yang dapat menjadi penanda. Elemen
vista yang ada akan menentukan daya tarik sekaligus potensi pemanfaatan ruang untuk
fasilitas rekreasi dan ruang publik. Landmark di WP Ciomas diantaranya seperti Kantor
Pemerintahan (Tamansari dan Ciomas) dan Sarana Peribadatan berupa Pura (Pura
Parahyangan Jagatkarta) di Kecamatan Tamansari. Pemanfaatan elemen landscape atau
landmark yang tepat dapat menjadi daya tarik dari fasilitas rekreasi yang akan
dikembangkan. Selain itu dapat berfungsi sebagai:

a. Ciri atau Patokan awal kita berpijak


b. Hirarki suatu wilayah Selain digunakan untuk penanda kawasan,
c. Penunjuk arah Dalam suatu kawasan maju yang mempunyai penduduk padat dan
banyaknya bangunan baik hunian, komersial, pendidikan dan pemerintahan
dibutuhkan sesuatu yang menjadi acuan untuk menemukan arah.

4-144
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 31 Pagar Bangunan Yang Bercirikan Gambar Melati Dan Alat-Alat Tradisonal
Sunda Seperti Kujang

Gambar 4. 32 Pura Parahyangan

4.10.7 Analisis Tata Masa Bangunan

Ketentuan tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran,


peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga keselamatan dan
keamanan bangunan. Komponen ketentuan tata bangunan berupa:

1. Garis sempadan bangunan (GSB) minimum.

GSB adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding bangunan terdepan.
GSB ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan,
kenyamanan, dan estetika. Tujuan ditetapkannya GSB untuk mencukupi kebutuhan akan:

a. Penghawaan dan pencahayaan ruang,


b. Ruang pribadi dan keamanan kegiatan pribadi terhadap kegiatan pergerakan,
c. Melindungi ekosistem sungai, pantai, dan sebagainya dari kegiatan manusia,
d. Ruang visual lalu lintas yang aman terhadap bangunan.

Ketentuan GSB yang diterapkan di WP Ciomas, meliputi:

a. alternatif ketentuan berdasarkan fungsi jaringan jalan, meliputi:


 jalan arteri primer 15 meter dari tepi jalan;

4-145
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

 jalan kolektor primer 10 meter dari tepi jalan;


 jalan lokal primer 7 meter dari tepi jalan;
 jalan lingkungan primer 5 meter dari tepi jalan;
 jalan arteri sekunder 15 meter dari tepi jalan;
 jalan kolektor sekunder 5 meter dari tepi jalan; dan
 jalan lokal sekunder 3 meter dari tepi jalan.
b. alternatif ketentuan berdasarkan lebar ruang milik jalan (rumija) untuk fungsi
jaringan jalan lainnya, meliputi:
 Untuk ruang milik jalan (rumija) < 8 m, GSB minimum = ½ rumija
 Untuk ruang milik jalan >= 8m, GSB minimum = ½ rumija + 1

2. Tinggi bangunan maksimum atau minimum

Ketinggian bangunan adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang diizinkan


pada lokasi tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap bangunan terhadap
(permukaan) tanah yang dinyatakan dalam satuan meter. Tinggi bangunan ditetapkan
dengan mempertimbangkan keselamatan, risiko kebakaran, teknologi, estetika, dan
prasarana. Ketentuan dalam perhitungan ketinggian bangunan meliputi:

a. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi dan bentuk
arsitektural bangunannya
b. Jarak vertikal lantai bangunan ke lantai berikutnya maksimal 5 meter disesuaikan
dengan fungsi bangunannya (kecuali bangunan ibadah, industri, gedung olahraga,
bangunan monumental, dan bangunan gedung serba guna)
c. Ketinggian lantai dasar suatu bangunan diperkenakan mencapai 1,2 meter di atas
tinggi rata-rata tanah atau jalan di sekitarnya
d. Jika pada suatu kawasan terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi
yang besar, maka tinggi maksimal lantai dasar ditetapkan berdasarkan jalan masuk
utama ke persil, dengan memperhatikan keserasian lingkungan;
e. Apabila sebuah persil berada di bawah titik ketinggian bebas banjir, maka tinggi
lantai dasar ditetapkan setinggi 1,2 meter dari titik ketinggian bebas banjir yang
telah ditetapkan;
f. Lantai mesanin dihitung dalam ketentuan intensitas ruang
g. Penggunaan rongga atap diperhitungkan dalam ketentuan intensitas ruang

4-146
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Ketentuan mengenai ketinggian bangunan di WP Ciomas mengikuti ketentuan


Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan jumlah lantai
bangunan yang telah dibahas pada ketentuan intensitas pemanfaatan ruang.

3. Jarak bebas antar bangunan minimum

Tata letak bangunan di dalam suatu tapak harus memenuhi ketentuan tentang jarak
bebas, yang ditentukan oleh jenis peruntukan dan ketinggian bangunan. Jarak bebas antar
bangunan minimum terbagi menjadi jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas belakang
(JBB). JBB adalah jarak minimum antara garis batas petak belakang terhadap dinding
bangunan terbelakang. Jarak Bebas Samping (JBS) merupakan jarak minimum antara
batas petak samping terhadap dinding bangunan terdekat.

Ketentuan jarak bebas antar bangunan pada WP Ciomas, meliputi:

a. untuk bangunan tunggal atau kopel pada zona lindung jarak bebas samping
minimum 3 (satu) meter dari batas kavling;
b. untuk semua bangunan pada zona lindug jarak bebas belakang antar bangunan
minimum 3 (satu) meter;
c. untuk bangunan tunggal atau kopel pada zona budidaya jarak bebas samping
minimum 1 (satu) meter dari batas kavling; dan
d. untuk semua bangunan pada zona budidaya jarak bebas belakang antar
bangunan minimum 1 (satu) meter. Tata bangunan yang terdapat dalam
ketentuan tata bangunan ruang dapat didetailkan kembali lebih lanjut dalam
RTBL.

Selain itu, ketentuan lainnya berupa orientasi bangunan yaitu:

 Bangunan di sepanjang bantaran sungai/ danau mempunyai arah orientasi muka


bangunan ke arah sungai/ danau dimana orientasinya tidak langsung ke sungai/
danau tetapi orientasi ini sebelumnya di rencanakan jalur jalan maupun jalur hijau
di tiap sisi kiri-kanannya sebagai pemanfaatan ruang sempadan sungai/ danau.

Bangunan sudut pertemuan antara sungai/ danau dan jalan mempunyai dua (2) arah
orientasi, yaitu ke arah jalan dan sungai/ danau.

4.10.8 Analisis Intensitas Bangunan

Intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan teknis tentang kepadatan zona


terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui Koefisien Dasar
Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah Hijau
(KDH).

4-147
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Intensitas pemanfaatan ruang yang terdapat dalam ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
dapat didetailkan kembali lebih lanjut dalam RTBL.

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang adalah ketentuan mengenai intensitas


pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada suatu zona, yang meliputi:

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Maksimum

KDB adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung
dengan luas persil/kavling. KDB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan jenis
penggunaan lahan berdasarkan standar, faktor lokasi/ nilai lahan. KDB maksimum
dinyatakan dalam satuan persentase, misalnya di sebuah kegiatan dengan KDB 60%,
maka properti yang dapat dibangun luasnya tak lebih dari 60% dari luas lahan.

Angka KDB dipergunakan untuk mengatur intensitas kepadatan dasar bangunan


pada suatu kawasan yang ditujukan dengan mengaitkan antara luas lantai dasar bangunan
dengan luas tanah/kapling tempat bangunan itu berdiri. Sebagai contoh dengan KDB 40%
pada kapling seluas 100 m2 diijinkan untuk mendirikan bangunan dengan luas lantai 40
m2 .

Pengaturan besaran kepadatan bangunan atau Koefisien Dasar Bangunan (KDB)


diklasifikasikan sebagai berikut :

 KDB Sangat Tinggi : > 81 % atau > - 0,81


 KDB Tinggi : 61 – 80 % atau 0,61 - 0,80
 KDB Sedang : 41 – 60 % atau 0,41 - 0,60
 KDB Rendah : 11 – 40 % atau 0,11 - 0,40
 KDB Sangat Rendah : < 10 % atau < - 0,10

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Minimum dan Maksimum


KLB adalah koefisien perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan
luas persil/kavling. KLB minimum dan maksimum ditetapkan dengan
mempertimbangkan jenis penggunaan lahan, nilai lahan/ faktor lokasi, Pelerstarian
karakteristik dari pola tata bangunan.
KLB = Jumlah lantai x KDB.

3. Koefisien Dasar Hijau Minimal


KDH adalah angka prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di
luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/ penghijauan dengan luas
persil/kavling. KDH minimal digunakan untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan

4-148
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

secara umum pada suatu zona. KDH minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan
tingkat pengisian atau peresapan air dan kapasitas drainase. KDH minimal dinyatakan
dinyatakan dalam satuan persentase, misalnya di sebuah zona dengan KDH 20%.
Ketentuan umum mengenai KDH adalah sebagai berikut:
 Koefisien dasar hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan peruntukkan dalam
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
 KDH minimal 10% pada daerah sangat padat/padat.
 KDH ditetapkan meningkat setara dengan naiknya ketinggian bangunan dan
berkurangnya kepadatan wilayah.
 Untuk perhitungan KDH secara umum, digunakan rumus:
KDH = 100 % - (KDB + 20%KDB)

Atas dasar tersebut besarnya ketentuan KDH tergantung pada ketentuan KDB.

Adapun ketentuan intensitas pemanfaatan ruang di SWP Ciomas berdasarkan zona/sub


zona dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 88 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

KDB KDH JUMLAH


No Zona / Sub Zona/ Kegiatan Maks. Min. LANTAI KLB
(%) (%) Maks.
1 Zona Taman Nasional 0 80 - 0
2 Zona Perlindungan Setempat 0 80 - 0
3 RTH Rimba Kota 20 76 1 0,2
4 RTH Taman 20 76 1 0,2
5 RTH Pemakaman 20 76 1 0,2
6 Zona Rumah Kepadatan Tinggi 60 28 3 1,8
7 Zona Rumah Kepadatan Sedang 60 28 3 1,8
8 Zona Rumah Kepadatan Rendah 60 28 3 1,8
9 Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP 60 28 5 3
10 Zona Perdagangan dan Jasa Skala 60 28 4 2,4
SWP
11 Zona Perkantoran 50 40 4 2,0
12 Zona SPU Skala Kabupaten/ Kota 50 40 5 2,5
13 Zona SPU Skala Kecamatan 50 40 4 2,0
14 Zona SPU Skala Kelurahan 50 40 4 2,0
15 Zona SPU Skala RW 50 40 3 1,5
16 Zona Tanaman Pangan 10 88 1 0,1
17 Zona Perkebunan 10 88 1 0,1
18 Zona Pertahanan dan Keamanan 50 40 4 2,0
19 Zona Pariwisata 50 40 3 1,5
20 Zona Transportasi 50 40 4 2,0
Sumber: Hasil Analisis,2021

4-149
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.11 ANALISIS KELEMBAGAAN


Desain kebijakan penataan ruang yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007,
menempatkan pemerintah daerah sebagai ujung tombak dalam melaksanakan fungsi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Agar implementasinya berjalan
efektif, maka fungsi-fungsi tersebut harus terlembagakan dengan baik

Mengingat penyelenggaraan penataan ruang di daerah merupakan urusan wajib


yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat dan menjadi kewenangan pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, maka tentu tugas wajib tersebut harus diwadahi
dalam suatu kelembagaan. Baik ditampung dalam organisasi perangkat daerah yang
sudah ada, atau dibentuk lembaga baru sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam pengembangan kelembagaan penataan ruang, salah satu tantangan yang


paling berat dihadapi ini adalah melakukan koordinasi yang intensif antara lembaga yang
ada, karena komunikasi menjadi aspek yang paling penting didalam pengembangan
kelembagaan. Pentingnya koordinasi ini dikarenakan kegiatan penataan ruang, yang
meliputi tahapan penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang, melibatkan kotribusi yang berbeda-beda dari lembaga-lembaga yang
ada untuk setiap tahapan tersebut. Terkait dengan aspek kelembagaan ini akan mencakup
lembaga pemerintah, lembaga masyarakat dan lembaga swasta.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, perangkat daerah terdiri atas dinas,


lembaga teknis daerah, Inspektorat, Satuan Polisi Pamong Praja dan Lembaga lain. Kini,
pengelompokan organisasi perangkat daerah didasarkan pada konsepsi pembentukan
organisasi yang terdiri atas lima elemen, yaitu kepala daerah (strategic apex), sekretaris
daerah (middle line), dinas daerah (operating core), badan atau fungsi penunjang
(technostructure), dan staf pendukung (supporting staff). Dengan demikian, perangkat
daerah terdiri atas unsur staf (sekretaris daerah dan sekretaris DPRD), unsur pelaksana
(dinas daerah), dan unsur penunjang (badan daerah).

Lembaga pemerintah dalam hal ini dilibatkan sesuai dengan lingkup tugas masing-masing
lembaga tersebut, yaitu :

1. Legislatif, mempunyai tugas membentuk Peraturan Daerah (Perda) mengenai


Rencana Tata Ruang dan pengawasan terhadap pelaksanaannya.
2. Eksekutif (Pemerintah Daerah), untuk dapat mengetahui lingkup tugas masing-
masing instansi daerah dapat mengacu pada Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(SOTK) sebagaimana di atur dalam Peraturan Daerah. Berdasarkan pada
Berdasarkan

4-150
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan
Perangkat Daerah.
3. Lembaga swasta yang dilibatkan dalam penataan ruang ini adalah yang memiliki
kontribusi terhadap pemanfaatan ruang secara ekonomi karena keterlibatannya
membawa dampak peningkatan perekonomian pada kawasan-kawasan tertentu.
Sektor swasta (privat) ini berperan dalam hal peningkatan investasi untuk
pemanfaatan ruang.
4. Berbagai lembaga masyarakat yang terkait dengan pemanfaatan ruang secara
signifikan seharusnya berperan cukup penting dalam proses kegiatan pemanfaatan
dan pengendalian ruang.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2020 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan
Susunan Perangkat Daerah, yaitu sebagai berikut

Tabel 4. 89 Nama Organisasi dan Tugas dari Perangkat Daerah Kabupaten Bogor

No Organisasi Tugas
I Pemerintah
1 Sekretariat Daerah Tipe A merupakan unsur staf dan mempunyai tugas melakukan penyusunan
kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan
tugas Perangkat Daerah serta pelayanan administratif;
2 Sekretariat Dewan merupakan unsur pelayanan administrasi dan pemberian dukungan
Perwakilan Rakyat Daerah terhadap tugas dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan
Tipe A mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan dan
keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah serta menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli
yang diperlukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
melaksanakan hak dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan;
3 Inspektorat Tipe A merupakan unsur pengawas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dan mempunyai tugas membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas
Pembantuan oleh Perangkat Daerah;
4 Dinas Pendidikan Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendidikan;
5 Dinas Pemuda dan Olah menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kepemudaan dan olah
Raga Tipe A raga;
6 Dinas Kebudayaan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kebudayaan dan bidang
Pariwisata Tipe A pariwisata;
7 Dinas Kesehatan Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan;
8 Dinas Sosial Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang sosial;
9 Dinas Pemberdayaan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan perempuan dan perlindungan anak dan bidang pengendalian penduduk
Anak, Pengendalian dan keluarga berencana;
Penduduk dan Keluarga
Berencana Tipe A
10 Dinas Kependudukan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang administrasi
Pencatatan Sipil Tipe A kependudukan dan pencatatan sipil;

4-151
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Organisasi Tugas
11 Dinas Pemberdayaan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Tipe A masyarakat dan desa;
12 Dinas Penanaman Modal dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang penanaman modal dan
Pelayanan Terpadu Satu bidang energi sumber daya mineral;
Pintu Tipe A
13 Dinas Koperasi, Usaha Kecil menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil
dan Menengah Tipe A dan menengah;
14 Dinas Perdagangan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perdagangan dan
Perindustrian Tipe A bidang perindustrian;
15 Dinas Tenaga Kerja Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang tenaga kerja dan
bidang transmigrasi;
16 Dinas Komunikasi dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang komunikasi dan
Informatika Tipe A informatika, bidang persandian dan bidang statistik;
17 Dinas Perumahan, Kawasan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perumahan dan
Permukiman dan Pertanahan kawasan pemukiman dan bidang pertanahan;
Tipe A
18 Dinas Pekerjaan Umum dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan
Penataan Ruang Tipe A penataan ruang;
19 Dinas Perhubungan Tipe A menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perhubungan untuk
wilayah daratan;
20 Dinas Ketahanan Pangan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pangan;
Tipe A
21 Dinas Tanaman Pangan, menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pertanian;
Hortikultura dan Perkebunan
Tipe A
22 Dinas Perikanan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kelautan dan
Peternakan Tipe A perikanan serta urusan pemerintahan bidang pertanian aspek
perternakan;
23 Dinas Lingkungan Hidup menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang lingkungan hidup dan
Tipe A bidang kehutanan;
24 Dinas Arsip dan menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kearsipan dan bidang
Perpustakaan Tipe A perpustakaan;
25 Satuan Polisi Pamong Praja menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang ketentraman dan
Tipe A ketertiban umum serta perlindungan masyarakat sub urusan
ketentraman dan ketertiban umum;
26 Dinas Pemadam Kebakaran menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang ketentraman dan
Tipe B ketertiban umum serta perlindungan masyarakat sub urusan kebakaran.
27 Badan Kepegawaian dan melaksanakan fungsi penunjang bidang kepegawaian, pendidikan dan
Pengembangan Sumber Daya pelatihan;
Manusia Tipe A
28 Badan Pengelolaan melaksanakan fungsi penunjang keuangan;
Keuangan dan Aset Daerah
Tipe A
29 Badan Pengelolaan melaksanakan fungsi penunjang keuangan;
Pendapatan Daerah Tipe A
30 Badan Perencanaan melaksanakan fungsi penunjang perencanaan dan fungsi penunjang
Pembangunan, Penelitian penelitian dan pengembangan;
dan Pengembangan Daerah
Tipe A
31 Badan Kesatuan Bangsa dan melaksanakan urusan pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan
Politik Tipe A politik.
II Masyarakat
KNPI, PHRI, ORGANDA
III Swasta
PT. PLN, REI,
PT. Telkom, HIPMI,
PDAM, KONI,

4-152
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Organisasi Tugas
PT. KAI,
KADIN,
Perbankan
Indosat,
Pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP
Ciomas ini dalam mekanisme pengelolaan tata ruang perlu didukung oleh aspek
kelembagaan di daerah yang berfungsi sebagai badan koordinasi. Selain itu, dalam
kegiatan perencanaan terdapat tiga elemen dasar yang mencakup perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian yang masing-masing membutuhkan lembaga yang
mengkoordinasikan/ bertanggung jawab. Kelembagaan penataan ruang diharapkan
mampu berfungsi sebagai wadah media komunikasi antar stakeholder terkait untuk
mengatasi masalah keruangan yang ada di wilayah perencanaan. Adapun kebutuhan
pengembangan kelembagaan penataan ruang dalam tiga aspek diatas sebagai berikut:

4.11.1 Lembaga Perencanaan

Kegiatan perencanaan ruang secara umum meliputi tahapan persiapan


penyusunan materi tata ruang, tahapan penyusunan materi tata ruang, tahapan penetapan
dan pengesahan materi tata ruang yang telah tersusun sebagai peraturan daerah dalam
kegiatan pemanfaatan ruang serta sosialisasi rencana tata ruang kepada pihak-pihak
lainnya yang terkait dengan proses penataan ruang. Wilayah Kota yang memiliki
tanggung jawab dalam tahapan perencanaan tata ruang terutama yaitu Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor

4.11.2 Lembaga Pemanfaatan Ruang

Kegiatan pemanfaatan ruang pada dasarnya meliputi kegiatan


pengoperasionalisasian rencana tata ruang oleh dinas/instansi terkait serta pelaksanaan
teknis lainnya. Kegiatan pemanfaatan ruang dilakukan oleh seluruh pengguna ruang, baik
dinas/instansi pemerintah maupun pihak swasta/masyarakat luas. Sehingga, dalam hal ini
seluruh lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab atas kegiatan pemanfaatan ruang.

4.11.3 Lembaga Pengendalian Pelaksanaan Rencana Tata Ruang

Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi kegiatan koordinasi,


pengawasan, dan penertiban. Badan yang bertugas sebagai pengendali adalah TKPRD,
yaitu lembaga yang secara hukum memiliki kewenangan dalam mengarahkan
penggunaan ruang di daerah. Alat yang digunakan oleh lembaga ini adalah rencana tata
ruang yang telah diperdakan dengan berbagai tingkat kedalaman rencana (RTRW-
RDTRK-RTBL).

4-153
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

 Koordinasi
Kegiatan koordinasi ditujukan untuk menghindari terjadinya konflik yang
mungkin timbul di antara para pengguna ruang dalam proses pemanfaatan ruang.
Lembaga yang berperan sebagai lembaga koordinasi kegiatan penataan ruang
adalah TKPRD yang dibentuk dari beberapa instansi di tingkat Kota.

 Pengawasan
Kegiatan pengawasan merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk
menemukenali dan memperbaiki permasalahan yang ditemui dalam kegiatan
pemanfaatan ruang, menyediakan informasi tentang perkembangan situasi yang
terjadi dalam proses pemanfaatan ruang serta melakukan kegiatan evaluasi yang
dimaksudkan untuk menghasilkan umpan balik dalam rangka penyempurnaan
kegiatan penataan ruang yang sedang berjalan maupun sebagai masukan bagi
penyempurnaan rencana tata ruang. Lembaga yang berperan dalam kegiatan
pengawasan terutama juga dilaksanakan oleh TKPRD. Selain itu, masyarakat
dalam hal ini juga sangat diharapkan dapat berperan aktif dalam mengawasi
pelaksanaan tata ruang wilayah.

 Penertiban
Kegiatan penertiban dimaksudkan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya
penyimpangan terhadap rencana tata ruang dalam proses pemanfaatan ruang.

4-154
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

RDTR WP
Ciomas Konteks Masalah
Keruangan

Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian

Lembaga Stakeholder Terkait


TKPRD

Diskusi
Ti

Medias

Pemanfaatan Program
Ruang Sesuai Keruangan

Pelaksanaan
Ya Indikator Kinerja
Program
End

Gambar 4. 33 Diagram Kebutuhan Lembaga Penataan Ruang di WP Ciomas

Kegiatan koordinasi pengelolaan tata ruang dan mekanisme dalam pekerjaan


RDTR di WP Ciomas terdiri atas 2 unsur dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

1. Lembaga Pengambil Keputusan, terdiri atas :


a. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor
b. Kantor Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Bogor
c. Instansi yang berkaitan dengan Perencanaan Daerah, adalah Badan Perencanaan
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabueten Bogor
d. Dinas lain yang berwenang dalam tata Kabupaten adalah Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor
e. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

2. Lembaga Pembuat Rekomendasi, terdiri atas: TKPRD dalam hal ini menjadi
wewenang Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kabupaten Bogor. TKPRD ini juga beranggotakan dinas-dinas teknis lain yang ada di
wilayah pemerintahan Kabupaten Bogor. Selain lembaga-lembaga dalam
Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor, terkait adanya otonomi daerah, maka
keterlibatan masyarakat baik dalam tingkat kecamatan maupun desa juga memiliki
peran penting dalam perencanaan pembangunan. Adapun lembaga-lembaga tersebut
antara lain tokoh masyarakat,

4-155
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

LKMD, PKK, RW, RT, karang taruna, LSM, dan lembaga sosial lainnya yang
terdapat dalam masyarakat WP Ciomas. Adanya lembaga-lembaga tersebut dapat
menciptakan adanya kesinambungan antara pemerintah kota dan pemerintah daerah di
kecamatan maupun kelurahan/desa yang bersangkutan.

4.12 ANALISIS PERATURAN ZONASI


4.12.1 Analisis Karakteristik Peruntukan Zona

Klasifikasi zona adalah jenis dan hirarki zona yang disusun berdasarkan kajian
teoritis, kajian perbandingan, maupun kajian empirik untuk digunakan pada kawasan
perkotaan yang disusun Peraturan Zonasinya. Perkembangan WP Ciomas, dengan segala
aktivitasnya menimbulkan segmentasi ruang untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Tiap ruang
memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda-beda. Antara ruang yang satu dengan
ruang yang lain memerlukan penempatan dan penataan supaya tidak menimbulkan
gangguan satu sama lain. Secara umum tujuan dari penyusunan klasifikasi zonasi untuk :

 Menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu wilayah perkotaan;


 Menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya;

Penentuan klasifikasi zona di WP Ciomas dilakukan dengan melalui beberapa


pertimbangan berdasarkan aspek spasial dan non-spasial. Dasar pertimbangan yang
digunakan dalam penentuan klasifikasi zona untuk WP Ciomas adalah:

 Kemampuan fisik lahan untuk menampung dan mendukung perkembangan aktivitas


yang ada ;
 Karakteristik fisik dari tiap-tiap kegiatan;
 Kedekatan fungsional dari aktivitas yang ada dan yang akan dikembangkan;
 Kegiatan yang telah berkembang;
 Kemudahan pengaturan pengendalian namun masih memberikan ruang fleksibilitas
bagi penduduk, pelaku ekonomi dan dunia usaha.

4-156
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 90 Identifikasi Zona pada WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
Kawasan Lindung
1 Hutan Lindung HL Peruntukan ruang yang  memelihara dan  terjaga dan terwujudnya  kawasan hutan dengan faktor- faktor
merupakan bagian dari kawasan mewujudkan kelestarian kelestarian fungsi hutan kelas lereng, jenis tanah dan
lindung yang mempunyai fungsi fungsi hutan lindung dan lindung dan tidak intensitas hujan setelah masing-
pokok sebagai perlindungan mencegah timbulnya adanya kerusakan hutan masing dikalikan dengan angka
sistem penyangga kehidupan kerusakan hutan  meningkatnya fungsi penimbang mempunyai jumlah nilai
untuk mengatur tata air,  meningkatkan fungsi hutan lindung terhadap (skor) 175 (seratus tujuh puluh lima)
mencegah banjir, mengendalikan hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, atau lebih
erosi, mencegah intrusi air laut, tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa  kawasan hutan yang mempunyai
dan memelihara kesuburan tanah tumbuhan, dan satwa lereng lapangan 40% (empat puluh
persen) atau lebih dan/atau kawasan
hutan yang mempunyai ketinggian
2000 (dua ribu) meter atau lebih di
atas permukaan laut kawasan
 bercurah hujan yang tinggi,
berstruktur tanah yang mudah
meresapkan air dan mempunyai
geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara besar-
besaran
2 Badan Air BA Air permukaan bumi yang
berupa sungai, danau, embung,
waduk, dan sebagainya.
3 Konservasi Taman Nasional TN Daerah pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan,
menunjang budi daya,
pariwisata, dan rekreasi.

4-157
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
4 Perlindungan PB Peruntukan ruang yang  Meresapkan air hujan  Terserapnya air hujan  Kawasan yang mempunyai
terhadap merupakan bagian dari sehingga dapat menjadi sehingga menjadi kemampuan tinggi untuk meresapkan
kawasan kawasan lindung yang tempat pengisian air tempat pengisian air air hujan sebagai pengontrol tata air
Bawahannya mempunyai fungsi pokok bumi (akuifer) yang bumi (akuifer) yang permukaan.
sebagai perlindungan berguna sebagai berguna sebagai sumber
terhadap kawasan di sumber air air
bawahannya meliputi
kawasan gambut dan
kawasan
resapan air
5 Perlindungan PS Daerah yang diperuntukkan bagi  Melindungi fungsi  Terlindungi fungsi  Untuk sungai tidak bertanggul
Setempat kegiatan pemanfaatan lahan pantai, sungai, mata air, pantai, sungai, mata air, sempadan sungai ditentukan:
yang menjunjung tinggi nilai- situ, danau, embung, situ, danau, embung, i. Paling sedikit berjarak 10 meter
nilai luhur dalam tata kehidupan danwaduk, serta danwaduk, serta dari tepi kiri dan kanan palung
masyarakat untuk melindungi kawasan lainnya yang kawasan lainnya yang sungai sepanjang alur sungai,
dan mengelola lingkungan hidup memiliki fungsi memiliki fungsi kurang dari atau sama dengan 3
secara lestari, serta dapat perlindungan setempat perlindungan setempat meter
menjaga kelestarian jumlah, agar tidak terganggu agar tidak terganggu ii. Paling sedikit berjarak 15 meter
kualitas penyediaan tata air, oleh aktivitas yang oleh aktivitas yang dari tepi kiri dan kanan palung
kelancaran, ketertiban berkembang di berkembang di sungai sepanjang alur sungai,
pengaturan, dan pemanfaatan air sekitarnya sekitarnya dalam hal kedalaman sungai lebih
dari sumber-sumber air.  Melindungi kegiatan  Terlindungi kegiatan dari 3 meter sampai dengan 20
Termasuk didalamnya kawasan pemanfataan dan upaya pemanfaatan dan upaya meter
kearifan lokal dan sempadan peningkatan nilai peningkatan nilai iii. Paling sedikit berjarak 30 meter
yang berfungsi sebagai kawasan manfaat sumber daya manfaat sumber daya dari tepi kanan dan kiri palung
lindung antara lain sempadan yang ada agar dapat yang ada agar dapat sungai sepanjang alur sungai,
pantai, sungai, mata air, situ, memberikan hasil secara memberikan hasil dalam hal kedalaman sungai lebih
danau, embung, dan optimal sekaligus secara optimal dari 20 meter
waduk, serta kawasan lainnya menjaga kelestarian sekaligus menjaga  Untuk sungai bertanggul sempadan
yang memiliki fungsi fungsi pantai, sungai, kelestarian fungsi sungai ditentukan paling sedikit
perlindungan setempat. mata air, situ, danau, pantai, sungai, mata air, berjarak 3 meter dari tepi luar kaki
embung, danwaduk, situ, danau, embung, tanggul sepanjang alur sungai
serta kawasan lainnya danwaduk, serta  Luasan lahan yang mengelilingi dan
yang memiliki fungsi kawasan lainnya yang berjarak 50 (lima puluh) meter dari tepi
perlindungan setempat memiliki fungsi muka air tertinggi danau/waduk yang
perlindungan setempat pernah terjadi

4-158
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
6 Ruang Terbuka Sub Zona Rimba RTH-1 Suatu hamparan lahan yang  memperbaiki dan  terjaganya iklim  dapat berbentuk bergerombol atau
Hijau Kota bertumbuhan pohon-pohon menjaga iklim mikro dan nilai menumpuk, menyebar, atau
yang ompak dan rapat di dalam mikro dan nilai estetika berbentuk jalur
wilayah perkotaan baik pada estetika  tersedianya ruang  luas area yang ditanami (ruang
tanah Negara maupun tanah  meresapkan air untuk daerah hijau) seluas 90%-100% dari luas
hak, yang ditetapkan sebagai  menciptakan resapan air rimba kota
rimba kota oleh pejabat yang keseimbangan dan  terciptanya  untuk rimba kota berbentuk
berwenang keserasian lingkungan keseimbangan dan jalur, lebar minimal adalah 30 m
fisik kota keserasian lingkungan  untuk rimba kota bergerombol atau
 mendukung pelestarian fisik kota menumpuk, minimal memiliki
dan perlindungan  tersedianya ruang jumlah vegetasi 100 pohon dengan
keanekaragaman hayati untuk melestarikan jarak tanam rapat tidak beraturan
dan melindungi  untuk rimba kota yang tidak
keanekaragaman mempunyai pola atau bentuk
hayati tertentu, luas minimalnya adalah
2.500 m. komunitas vegetasi tumbuh
meyebar terpencar- pencar dalam
bentuk rumpun atau gerombol-
gerombol
kecil
Sub Zona Taman RTH-3 taman yang ditujukan untuk  menciptakan kawasan  tersedianya ruang  lokasi taman berada pada wilayah
Kecamatan melayani penduduk satu pengendalian air larian untuk kawasan kecamatan yang bersangkutan
kecamatan dengan menyediakan pengendalian air larian  luas taman minimal 0,2 m2 per
kolam retensi dengan menyediakan penduduk RW, dengan luas
 menyediakan area kolam retensi minimal
penciptaan iklim mikro  tersedianya area 24.000 m2
dan pereduksi polutan di penciptaan iklim mikro  luas area yang ditanami tanaman
kawasan perkotaan dan pereduksi polutan (ruang hijau) minimal seluas 80%-90%
 menyediakan tempat di kawasan perkotaan dari luas taman, sisanya dapat berupa
rekreasi dan olahraga  tersedianya tempat pelataran yang diperkeras sebagai
masyarakat skala rekreasi dan olahraga tempat melakukan berbagai aktivitas.
kecamatan masyarakat skala  pada taman ini selain ditanami dengan
 menyediakan area kecamatan berbagai tanaman, juga terdapat
terbuka sebagai ruang  tersedianya area minimal 50 (lima puluh) pohon
alternatif terbuka sebagai ruang pelindung dari jenis pohon kecil atau
alternatif sedang untuk jenis taman aktif dan
minimal 100 (lima puluh) pohon

4-159
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
mitigasi/evakuasi mitigasi/evakuasi pelindung dari jenis pohon kecil atau
bencana bencana sedang untuk jenis taman pasif
 mendukung pelestarian  tersedianya ruang untuk
dan perlindungan melestarikan dan
keanekaragaman hayati melindungi
keanekaragaman hayati
Sub Zona Taman RTH-4 Taman yang ditujukan untuk  Menciptakan kawasan  Tersediannya ruang  Lokasi taman berada pada wilayah
Kelurahan melayani penduduk satu pengendalian air larian untuk kawasan kelurahan yang bersangkutan
kelurahan  Menyediakan area pengendalian air larian  Luas taman minimal 0,3 m2 per
penciptaan iklim mikro  Tersedianya area penduduk RW dengan luas minimal
dan pereduksi polutan di penciptaan iklim mikro 9.000 m2
kawasan perkotaan dan pereduksi polutan  Luas area yang ditanami tanaman
 Menyediakan tempat di kawasan perkotaan (ruang hijau) minimal seluas 80%-90%
rekreasi dan olahraga  Tersedianya tempat dari luas taman, sisanya dapat berupa
masyarakat skala rekreasi dan olahraga pelataran yang diperkeras sebagai
kelurahan masyarakat skala tempat melakukan berbagai aktivitas.
 Menyediakan area kelurahan  Pada taman ini selain ditanami dengan
terbuka sebagai ruang  Tersediannya area berbagai tanaman, juga terdapat
alternatif terbuka sebagairuang minimal 25 (dua puluh lima) pohon
mitigasi/evakuasi alternatif kecil atau sedang untukjenis taman
bencana mitigasi/evakuasi aktif dan minimal 50 (lima puluh)
 Mendukung pelestarian bencana pohon pelindung dari jenis pohon kecil
dan perlindungan  Tersediannya ruang atau sedang untuk jenis taman pasif
keanekaragaman hayati untuk melestarikan dan
melindungi
keanekaragaman hayati
Sub Zona RTH-7 Penyediaan ruang terbuka hijau  Menyediakan ruang  Tersedianya ruang  Ukuran makam 1 m x 2 m;
Pemakaman yang berfungsi utama sebagai untuk tempat untuk tempat  Jarak antar makam satu dengan lainnya
tempat penguburan jenazah. pemakaman umum pemakaman umum minimal 0,5 m;
Selain itu juga dapat berfugnis  Menciptakan kawasan  Tersedianya ruang  Tiap makam tidak diperkenankan
sebagai pengendalian air larian untuk kawasan dilakukan penembokan/perkerasan;
daerah resapan air, tempat  Menyediakan area pengendalian air larian  Pemakaman dibagi dalam beberapa
pertumbuhan berbagai jenis penciptaan iklim mikro  Tersedianya area blok, luas dan jumlah masing-masing
vegetasi, pencipta iklim mikro dan pereduksi polutan penciptaan iklim mikro blok disesuaikan dengan kondisi
serta tempat hidup burung serta dikawasan perkotaan pemakaman setempat;
fungsi sosial masyarakat

4-160
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
disekitar seperti beristirahat dan  Mendukung pelestarian dan pereduksi polutan  Batas antar blok pemakaman berupa
sebagai sumber pendapatan dan perlindungan di kawasan perkotaan pedestrian lebar 150-200cm dengan
keanekaragaman hayati  Tersedianya ruang deretan pohon pelindung disalah satu
untuk melestarikan dan sisinya;
melindungi  Batas terluar pemakaman berupa pagar
keanekaragaman hayati tanaman atau kombinasi antara pagar
buatan dengan pagar tanaman, atau
dengan pohon pelindung;
 Ruang hijau pemakaman termasuk
pemakaman tanpa perkerasan minimal
70% dari total area pemakaman
7 Suaka alam dan SC Peruntukan ruang yang  Meningkatkan fungsi  Meningkatnya fungsi  Kawasan yang ditunjuk mempunyai
Cagar budaya merupakan bagian dari lindung terhadap tanah, lindung terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan dan
kawasan lindung yang air, iklim, tumbuhan dan tanah, air, iklim, satwa serta tipe ekosistemnya; dan/atau
memiliki ciri khas tertentu satwa, serta nilai budaya tumbuhan dan satwa, mewakili formasi biota tertentu
baik di darat maupun di dan sejarah bangsa serta nilai budaya dan dan/atau unit-unit penyusunnya
perairan yang mempunyai  Mempertahankan sejarah bangsa  Mempunyai kondisi alam, baik biota
fungsi pokok sebagai keanekaragaman hayati,  Terjaganya maupun fisiknya yang masih asli dan
kawasan pengawetan satwa, tipe ekosistem keanekaragaman tidak atau belum diganggu manusia
keragaman jenis tumbuhan, dan keunikan alam hayati, satwa, tipe dan/atau mempunyai luas dan bentuk
satwa dan ekosistemnya ekosistem dan tertentu agar menunjang pengelolaan
beserta nilai budaya dan keunikan alam yang efektif dengan daerah penyangga
sejarah bangsa yang cukup luas
 Mempunyai ciri khas dan dapat
merupakan satu-satunya contoh di
suatu daerah serta keberadaannya
memerlukan observasi
8 Rawan Bencana RB Peruntukan ruang yang  Menetapkan zona yang  Tidak adanya Lokasi yang berdekatan dengan
alam merupakan bagian dari tidak boleh dijadikan pembangunan, sumber-sumber bencana (tebing tinggi,
kawasan lindung yang sebagai lokasi apabila risiko laut, bantaran sungai, gunung berapi,
memiliki ciri khas tertentu pembangunan, apabila bencana cukup daerah sesar gempa) yang memiliki
baik di darat maupun di risiko bencana cukup tinggi tingkat resiko kecil, sedang, hingga
perairan yang sering atau tinggi.  Terlaksananya tinggi bagi manusia untuk
berpotensi tinggi mengalami  Pencegahan dan pencegahan dan menyelamatkan diri pada saat bencana
tanah longsor, gelombang penanganan secara penanganan secara terjadi
pasang/tsunami, banjir,

4-161
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
letusan gunung berapi, dan serius dalam bencana serius dalam
gempa bumi alam bencana alam
 Meminimalkan korban  Terminimalisasinya
jiwa akibat bencana jumlah korban jiwa
alam akibat bencana alam
Kawasan Budidaya
1 Badan Jalan BJ Bagian jalan yang berada di
antara kisi-kisi jalan dan
merupakan lajur utama yang
meliputi jalur lalu lintas dan
bahu jalan
2 Perumahan Sub Zona R-1 Peruntukan ruang yang Menyediakan zona untuk Tersedianya unit hunian Zona dengan wilayah perencanaan yang
Kepadatan Sangat merupakan bagian dari kawasan pembangunan unit hunian dengan tingkat kepadatan memiliki kepadatan bangunan diatas 1000
Tinggi budi daya difungsikan untuk dengan tingkat kepadatan sangat tinggi (seribu) rumah/hektar
tempat tinggal atau hunian sangat tinggi. Dalam
dengan perbandingan yang pembangunan rumah
sangat besar antara jumlah secara vertikal dengan
bangunan rumah dengan luas kepadatan sangat tinggi
lahan berlaku kepemilikan
berdasarkan strata title,
dimana setiap pemilik unit
hunian memiliki hak
menggunakan bagian
bersama, benda bersama
dan tanah bersama dan
kewajiban yang sama
dalam menyediakan
fasilitas lingkungan di
dalam satuan
perpetakannya
(apartemen/rumah susun)
Sub Zona R-2 peruntukan ruang yang menyediakan zona untuk tersedianya unit hunian  zona dengan wilayah perencanaan yang
Kepadatan Tinggi merupakan bagian dari kawasan pembangunan unit hunian dengan tingkat kepadatan memiliki kepadatan bangunan 100
budidaya difungsikan untuk dengan tingkat kepadatan tinggi (seratus)-1000 (seribu) rumah/hektar
tempat tinggal atau hunian tinggi
dengan perbandingan yang besar

4-162
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
antara jumlah bangunan rumah  zona peruntukan hunian dengan luas
dengan luas lahan persil dari 60 m2 sampai dengan 150
m2
Sub Zona R-3 peruntukan ruang Bertujuan menyediakan Tersedianya unit hunian  zona dengan wilayah perencanaan
Kepadatan Sedang yang merupakan bagian dari zona untuk pembangunan dengan tingkat kepadatan yang memiliki kepadatan bangunan 40
kawasan budidaya difungsikan unit huniandengan tingkat sedang (empat puluh)-100 (seratus)
untuk tempat tinggal atau hunian kepadatan sedang rumah/hektar
dengan perbandingan yang  zona peruntukan hunian dengan luas
hampir seimbang antara jumlah persil dari 150 m2 sampai dengan 250
bangunan rumah dengan luas m2
lahan
Sub Zona R-4 peruntukan ruang yang bertujuan menyediakan tersedianya unit hunian  zona dengan wilayah perencanaan
Kepadatan Rendah merupakan bagian dari kawasan zona untuk pembangunan dengan tingkat kepadatan yang memiliki kepadatan bangunan
budidaya difungsikan untuk unit huniandengan tingkat rendah dibawah 10 (sepuluh)-40 (empat
tempat tinggal atau hunian kepadatan rendah puluh) rumah/hektar
dengan  zona peruntukan hunian dengan luas
perbandingan yang kecil antara persil dari 150 m2 sampai dengan 250
jumlah bangunan rumah dengan m2
luas lahan
Sub Zona R-5 peruntukan ruang yang menyediakan zona untuk tersedianya unit hunian  zona dengan wilayah perencanaan
Kepadatan Sangat merupakan bagian dari kawasan pembangunan unit hunian dengan tingkat kepadatan yang memiliki kepadatan bangunan
Rendah budi daya difungsikan untuk dengan tingkat kepadatan sangat rendah dibawah 10 (sepuluh) rumah/hektar
tempat tinggal atau hunian sangat rendah
dengan perbandingan yang
sangat kecil antara jumlah
bangunan rumah dengan luas
lahan
3 Perdagangan dan Perdagangan dan K-1 Peruntukan ruang yang Menyediakan ruang untuk: Tersedianya ruang untuk:  lingkungan dengan tingkat
Jasa Jasa Skala WP merupakan bagian dari  menampung tenaga  menampung tenaga kepadatan tinggi, sedang, dan
kawasan budi daya kerja, pertokoan, jasa, kerja, pertokoan, jasa, rendah dan akan diatur lebih lanjut
difungsikan untuk rekreasi, dan rekreasi, dan di dalam peraturan zonasi
pengembangan kelompok pelayanan Masyarakat pelayanan masyarakat  lingkungan yang diarahkan
kegiatan perdagangan dan/atau  menyediakan fasilitas  menyediakan fasilitas untuk membentuk karakter
jasa, tempat bekerja, tempat pelayanan pelayananperdaganga ruang kota melalui
berusaha, tempat hiburan dan perdagangan dan jasa n dan jasa yang pengembangan bangunan
rekreasi dengan skala yang dibutuhkan dibutuhkan bangunan tunggal

4-163
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
pelayanan regional yang masyarakat dalam masyarakat dalam  skala pelayanan perdagangan dan
dikembangkan dalam bentuk skala pelayanan skala pelayanan jasa yang direncanakan adalah
tunggal secara horisontal regional dan kota regional dan kota tingkat nasional, regional, dan
maupun vertikal  membentuk karakter  membentuk karakter kota
ruang kota melalui ruang kota melalui  jalan akses minimum adalah
pengembangan pengembangan jalan kolektor
bangunan bangunan  tidak berbatasan langsung
perdagangdan dan perdagangan dan jasa dengan perumahan penduduk
jasa dalam bentuk dalam bentuk tunggal
tunggal
Perdagangan dan K-2 Peruntukan ruang yang Menyediakan ruang untuk: Tersedianya ruang untuk:  Lingkungan dengan tingkat kepadatan
Jasa Skala WP merupakan bagian dari kawasan  menampung tenaga  menampung tenaga rendah sampai sedang
budi daya difungsikan untuk kerja, pertokoan, jasa, kerja, pertokoan, jasa,  Skala pelayanan perdagangan dan jasa
pengembangan kelompok rekreasi, dan pelayanan rekreasi, dan yang direncanakan adalah tingkat
kegiatan perdagangan dan/atau masyarakat pelayanan masyarakat regional, kota, dan lokal
jasa, tempat bekerja, tempat  menyediakan fasilitas  menyediakan fasilitas  Jalan akses minimum adalah jalan
berusaha, tempat hiburan dan pelayanan perdagangan pelayanan perdagangan kolektor
rekreasi dengan skala pelayanan dan jasa yang dan jasa yang  Sebagai bagian dari fasilitas perumahan
WP dibutuhkan masyarakat dibutuhkan masyarakat dan dapat berbatasan langsung dengan
dalam skala pelayanan dalam skala pelayanan perumahan penduduk
kota dan lokal kota dan lokal
Perdagangan dan K-3 Peruntukan ruangyang Menyediakan ruang untuk: Tersedianya ruang untuk:  Lingkungan dengan tingkat kepadatan
Jasa Skala SWP merupakanbagian dari  Menampung tenaga  Menampung tenaga sedang sampai tinggi.
kawasanbudi dayadifungsikan kerja, pertokoan, jasa, kerja, pertokoan, jasa,  Skala pelayanan perdagangan dan jasa
untukpengembangankelompok rekreasi dan pelayanan rekreasi, dan pelayanan yang dierencakanan adalah tingkat
kegiatanperdagangandan/atau  Menyediakan fasilitas masyarakat regional, kota dan lokal
jasa, tempatbekerja, pelayanan perdagangan  Menyediakan fasilitas  Jalan akses minimum adalah jalan
tempatberusaha, tempat dan jasa yang pelayanan kolektor
hiburan dan rekreasidengan dibutuhkan masyarakat perdagangan dan jasa  Sebagai bagian dari fasilitas
skala pelayanan SWP dalam skala pelayanan yang dibutuhkan perumahan dan dapat berbatasan
kota dan lokal masyarakat dalam langsung dengan perumahan penduduk
skala pelayanan kota
dan lokal

4-164
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
4 Perkantoran KT Peruntukan ruang yang  Menyediakan lahan  Tersedianya lahan  Kantor pemerintahan baik tingkat pusat
merupakan bagian dari kawasan untuk menampung untuk menampung maupun daerah (provinsi,
budi daya difungsikan untuk tenaga kerja dalam tenaga kerja dalam kota/kabupaten, kecamatan, kelurahan)
pengembangan kegiatan wadah berupa wadah berupa  Kantor atau instalasi hankam termasuk
pelayanan pemerintahan dan perkantoran, perkantoran, tempat latihan baik pada tingkatan
tempat bekerja/berusaha, tempat pemerintah dan/atau pemerintah dan/atau nasional, Kodam, Korem, Koramil,
berusaha, dilengkapi dengan swasta; swasta; Polda, Polwil, Polsek, dan sebagainya
fasilitas umum/sosial  Menyediakan ruang  Tersedianya ruang  Untuk pemerintah tingkat pusat,
pendukungnya. yang cukup bagi yang cukup bagi provinsi dan kota aksesibilitas
penempatan penempatan minimum adalah jalan kolektor untuk
kelengkapan dasar fisik kelengkapan dasar pemerintah tingkat kecamatan dan
berupa sarana-sarana fisik berupa dibawahnya aksesibilitas minimum
penunjang yang saranasarana adalah jalan lingkungan utama
berfungsi untuk penunjang yang  Lingkungan dengan tingkat kepadatan
penyelenggaraan dan berfungsi untuk tinggi, sedang, dan rendah dan akan
pengembangan kegiatan penyelenggaraan diatur lebih lanjut didalam peraturan
perkantoran yang danpengembangan zonasi
produktif sehingga kegiatan perkantoran  Lingkungan yang diarahkan untuk
dapat berfungsi yang produktif membentuk karakter tuang kota melalui
sebagaimana mestinya; sehingga dapat pengembangan bangunan bangunan
dan berfungsi sebagaimana tunggal
 Menyediakan ruang mestinya; dan  Skala pelayanan yang direncanakan
yang cukup bagi sarana-  tersedianya ruang yang adalah tingkat nasional dan regional
sarana umum, terutama cukup bagi sarana dan kota jalan akses minimum adalah
untuk melayani sarana umum, jalan kolektor tidak berbatasan
kegiatan-kegiatan terutama untuk langsung dengan perumahan penduduk
perkantoran, yang melayani
diharapkan dapat kegiatankegiatan
Meningkatkan perkantoran, yang
pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat
daerah. meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
daerah.
5 Industri Industri Kimia I-1 zona industri yang mengolah pengelolaan kegiatan  terkelolanya  dikembangkan pada lingkungan
Dasar bahan mentah menjadi bahan industri yang dilakukan kegiatan industri dengan tingkat kepadatan rendah

4-165
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
baku serta memiliki proses secara terpadu dengan secara terpadu  tidak berada maupun berbatasan
kimia yang menghasilkan penyediaan fasilitas-  tersedianya fasilitas- langsung dengan zona perumahan
produk zat kimia dasar, seperti fasilitas bersama, fasilitas bersama  penentuan lokasi industri
asam sulfat (H2SO4) dan sehingga para pengguna  keselamatan kerja dilakukan dengan memperhatikan
ammonia (NH3), seperti, dapat bekerja secara maupun bangunan rencana transportasi yang
Industri kertas, semen, obat- efisien dan pengawasan termonitor dengan berhubungan dengan simpul bahan
obatan, pupuk, kaca, dan lain- terhadap keselamatan baik baku industri dan simpul-simpul
lain kerja maupun bangunan pemasaran hasil produksi yang
dapat termonitor dengan merupakan bagian dari rencana
baik umum jaringan transportasi yang
tertuang di dalam rencana tata
ruang maupun rencana induk
transportasi
 memperhatikan ketentuan
peraturan perundang- undangan
terkait dengan pengembangan
lahan industri
Industri Mesin dan I-2 zona industri bahan logam menyediakan ruang tersedianya ruang untuk  dikembangkan pada lingkungan
Logam dasar dan produk dasar yang untuk pengembangan pengembangan industri dengan tingkat kepadatan rendah
menghasilkan bahan baku industri mesin dan logam mesin dan logam dasar  penentuan lokasi industri
dan bahan setengah jadi, dasar beserta fasilitas beserta fasilitas dilakukan dengan memperhatikan
seperti industri peralatan pelengkapnya yang pelengkapnya yang rencana tranportasi yang
listrik, mesin, besi beton, membutuhkan lahan luas membutuhkan lahan berhubungan dengan simpul bahan
pipa baja, kendaraan yang ditata secara luas yang ditata secara baku industri dan simpul-simpul
bermotor, pesawat terbang, horizontal horizontal pemasaran hasil produksi yang
dan lain-lain merupakan bagian dari rencana
umum jaringan transportasi yang
tertuang di dalam rencana tata
ruang maupun rencana induk
transportasi
 memperhatikan kepadatan lalu
lintas dan kapasitas jalan di sekitar

4-166
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
kawasan industri tidak berada
maupun berbatasan langsung
dengan zona perumahan
memperhatikan penanganan
limbah industri
 memperhatikan ketentuan
peraturan perundang- undangan
terkait dengan pengembangan
lahan industri
Industri kecil I-3 Zona industri dengan modal Menyediakan ruang  Tersedianya ruang  Dikembangkan pada
kecil dan tenaga kerja yang untuk untuk industri- untuk untuk industri- lingkungan dengan
sedikit dengan peralatan industri kecil yang industri kecil yang tingkat kepadatan rendah
sederhana. Biasanya merupakan mengakomodasi mengakomodasi sampai sedang
industri yang dikerjakan per kegiatan industri skala kegiatan industri skala  Penentuan lokasi industri
orang atau rumah tangga, seperti kecil yang ditata dalam kecil dilakukan dengan
industri roti, kompor minyak, perpetakan kecil dengan  Terfasilitasinya memperhatikan
makanan ringan, minyak goreng lantai dua sampai empat masyarakat luas untuk keserasian dengan
curah dan lain-lain lapis, sehingga berusaha pada lingkungan sekitar serta
memungkinkan bangunan industri kebutuhannya
masyarakat luas yang berdekatan  Memperhatikan
berusaha pada bangunan dengan rumah kepadatan lalu lintas dan
industri yang berdekatan tinggalnya kapasitas jalan di sekitar
dengan rumah industry
tinggalnya  Dapat dikembangkan di
zona perumahan selama
tidak mengganggu aspek
lingkungan
 Memperhatikan
penanganan limbah
industry berada di dalam
bangunan deret atau
perpetakan disediakan
lahan untuk bongkar
muat barang hasil
industri sehingga tidak

4-167
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
mengganggu arus lalu
lintas sekitar pemukiman
 Memperhatikan ketentuan peraturan
perundang- undangan terkait dengan
pengembangan lahan industri
Aneka industri I-4 Industri yang menghasilkan Menyediakan ruangan bagi  Tersedianya ruangan  Dikembangkan pada
beragam kebutuhan konsumen kegiatan-kegiatan industri bagi kegiatan- kegiatan lingkungan dengan tingkat
dibedakan ke dalam 4 yang beragam untuk industri yang beragam kepadatan rendah sampai
golongan, yaitu: memenuhi permintaan untuk memenuhi sedang
1. Aneka pengolahan pangan pasar serta meningkatkan permintaan pasar  Penentuan lokasi industri
yang menghasilkan kebutuhan keseimbangan antara  Meningkatnya dilakukan dengan
pokok di bidang pangan seperti penggunaan lahan secara keseimbangan antara memperhatikan rencana
garam, gula, margarine, ekonomis dan mendorong penggunaan lahan transportasi yang berhubungan
minyak goreng, rokok, susu, pertumbuhan lapangan secara ekonomis dengan simpul bahan baku
tepung terigu kerja  Meningkatnya industri dan simpul-simpul
2. Aneka pengolahan sandang pertumbuhan lapangan pemasaran hasil produksi yang
yang menghasilkan kebutuhan kerja merupakan bagian dari
sandang, seperti bahan tenun, rencana umum jaringan
tekstil, industri kulit dan transportasi yang tertuang di
pakaian jadi dalam rencana tata ruang
3. Aneka kimia dan serat yang maupun rencana induk
mengolah bahan baku melalui transportasi
proses kimia sehingga menjadi  Memperhatikan kepadatan lalu
barang jadi yang dapat lintas dan kapasitas jalan di
dimanfaatkan, seperti ban sekitar industri
kendaraan, pipa paralon, pasta  Disediakan lahan untuk bongkar muat
gigi, sabun cuci, dan korek barang hasil industri sehingga tidak
apianeka bahan bangunan yang mengganggu arus lalu lintas sekitar
mengolah pemukiman
4. Aneka bahan bangunan, seperti
industri kayu, keramik, kaca
dan marmer
6 Sarana Sub Zona Skala SPU-1 Peruntukan ruang yang Menyediakan sarana Tersedianya sarana  Lokasi SPU dapat disebar ada titik-titik
Pelayanan Kabupaten/ Kota merupakan bagian dari kawasan pelayanan pendidikan, pelayanan pendidikan, strategis atau sekitar pusat kota.
Umum budi daya yang dikembangkan kesehatan, olahraga, kesehatan, olahraga,  Terdiri atas kantor pemerintahan;
untuk melayani peduduk peribadatan, dan sosial peribadatan, dan gedung sosial budaya (serbaguna, alun-

4-168
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
skala kota budaya untuk kebutuhan sosial budaya untuk alun), sarana peribadatan (masjid
penduduk skala kota kebutuhan pendudu skala agung, gereja), sarana kesehatan
kota (rumah sakit), sarana olahraga
(lapangan besar)
Sub Zona Skala SPU-2 Peruntukan ruang yang Menyediakan sarana Tersedianya sarana  Lokasi SPU dapat disebar pada titik-
Kecamatan merupakan bagian dari kawasan pelayanan pendidikan, pelayanan pendidikan, titik strategis atau sekitar pusat
budi daya yang dikembangkan kesehatan, olahraga, kesehatan, olahraga, kecamatan.
untuk melayani peduduk skala peribadatan, dan sosial peribadatan, dan sosial  Terdiri atas kantor kecamatan; kantor
kecamatan budaya untuk kebutuhan budaya untuk kebutuhan polisi; pos pemadam kebakaran; kantor
penduduk skala kecamatan penduduk skala pos pembantu; balai nikah/KUA/BP4;
kecamatan parkir umum; gedung pertemuan/serba
guna, puskesmas, sekolah,
Sub Zona Skala SPU-3 Peruntukan ruang yang Menyediakan sarana Tersedianya sarana  Lokasi SPU dapat disebar pada titik-
Kelurahan merupakan bagian dari kawasan pelayanan pendidikan, pelayanan pendidikan, titik strategis atau sekitar pusat
budi daya yang dikembangkan kesehatan, olahraga, kesehatan, olahraga, kelurahan.
untuk melayani peduduk skala peribadatan, dan sosial peribadatan, dan sosial  Terdiri atas kantor kelurahan; pos
kelurahan budaya untuk kebutuhan budaya untuk kebutuhan kamtib; pos pemadam kebakaran; agen
penduduk skala kelurahan penduduk skala kelurahan pelayanan pos; loket pembayaran air
bersih; loket pembayaran listrik;
puskesmas, sekolah, bak sampah besar;
dan parkir umum dengan standar
satuan parkir 25 m2
 Lokasi SPU dapat dijangkau dengan
kendaraan umum.
Sub Zona Skala SPU-4 peruntukan ruang menyediakan sarana tersedianya sarana  Lokasi SPU dapat disebar pada titik-
RW yang merupakan pelayanan pendidikan, pelayanan pendidikan, titik strategis atau sekitar pusat RW.
bagian dari kawasan kesehatan, olahraga, kesehatan, olahraga,  Terdiri atas balai pertemuan warga;
budi dayayang peribadatan, dan sosial peribadatan, dan sosial pos hansip; gardu listrik; bak
dikembangkan untuk budaya untuk kebutuhan budaya untuk kebutuhan sampah kecil; posyandu; dan parkir
melayani peduduk penduduk skala RW penduduk skala RW umum dengan standar satuan parkir
skala RW 25 m2
 Pada lingkungan perumahan dengan
dengan kasus tertentu, dapat
disediakan MCK bersama yang
ketentuannya mengikuti standar
yang
berlaku

4-169
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
 Parkir umum yang disediakan
diintegrasikan dengan
kebutuhan
balai pertemuan warga
7 Pertanian • Sub Zona P peruntukan ruang peruntukan lahan untuk: tersedianya lahan untuk:  peruntukan pertanian berupa:
Tanaman yang dikembangkan  menghasilkan bahan  menghasilkan bahan  ruang yang secara teknis dapat
Pangan (P-1) untuk menampung pangan, palawija, pangan, palawija, digunakan untuk lahan pertanian basah
• Sub Zona kegiatan yang tanaman keras, hasil tanaman keras, hasil (irigasi maupun non irigasi) ataupun
Hortikultura berhubungan dengan peternakan, dan hasil peternakan, dan hasil lahan kering tanaman pangan maupun
(P-2) pengusahaan perikanan perikanan palawija
• Sub Zona mengusahakan tanaman tertentu,  sebagai daerah resapan  sebagai daerah resapan  ruang yang apabila digunakan untuk
Perkebunan (P- pemberian makanan, air hujan untuk kawasan air hujan untuk kegiatan pertanian lahan basah ataupun
3) pengkandangan, dan sekitarnya kawasan sekitarnya lahan kering dapat memberikan
pemeliharaan hewan untuk  membantu penyediaan  membantu penyediaan manfaat baik ekonomi, ekologi maupun
pribadi atau tujuan komersial lapangan kerja bagi lapangan kerja bagi sosial kawasan pertanian tanaman
masyarakat setempat masyarakat setempat lahan basah dengan irigasi teknis tidak
boleh
 dialihfungsikan memperhatikan
ketentuan pokok tentang perencanaan
dan penyelenggaraan budi daya
tanaman serta tata ruang dan tata guna
tanah budi daya tanaman mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya
Tanaman peruntukan perkebunan,
peternakan, perikanan
 tidak mengganggu permukiman
penduduk terkait dengan limbah yang
dihasilkan
 pada lingkungan dengan kepadatan
rendah
 memperhatikan ketentuan pokok
tentang pemakaian tanah dan air untuk
usaha peternakan; serta penertiban dan
keseimbangan tanah untuk ternak
mengacu kepada Undang-Undang

4-170
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan
Nomor 6 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan
8 Pertahanan HK peruntukan tanah yang menyediakan ruang untuk: tersedianya ruang untuk:  memperhatikan kebijakan sistem
Keamanan merupakan bagian dari  tempat kegiatan dan  tempat kegiatan dan pertahanan dan keamanan nasional
kawasan budi dayayang pengembangan bidang pengembangan memperhatikan kebijakan pemerintah
dikembangkan untuk pertahanan dan bidang pertahanan yang menunjang pusat pertahanan
menjamin kegiatan dan keamanan negara agar dan keamanan negara dan keamanan nasional
pengembangan bidang dapat menjamin agar dapat menjamin memperhatikan ketersediaan lahan
pertahanan dan keamanan kondisi negara yang kondisi negara yang sesuai dengan kebutuhan bidang
seperti kantor, instalasi kondusif kondusif pertahanan dan keamanan beserta
hankam, termasuk tempat  tempat pelatihan para  tempat pelatihan para prasarana dan sarana penunjangnya
latihan baik pada tingkat prajurit dan pasukan prajurit dan pasukan aksesibilitas yang menghubungkan
nasional, Kodam, Korem, pertahanan dan hankam sebagai garda zona pertahanan dan keamanan
Koramil, dsb keamanan sebagai depan negara yang adalah jalan kolektor;
garda depan negara khusus dibina untuk  tidak berbatasan langsung
yang khusus dibina menjamin dengan zona perumahan dan
untuk menjamin keberlangsungan komersial
keberlangsungan keamanan dan
keamanan dan pertahanan Negara
pertahanan Negara
9 Pariwisata W Peruntukan ruang yang menyediakan ruang untuk: tersedianya ruang untuk: kawasan wisata yang dikembangkan di
merupakan bagian dari kawasan  pengembangan  pengembangan tempat berlangsungnya atraksi budaya,
budi daya yang dikembangkan akomodasi pariwisata akomodasi pariwisata prosesi upacara adat, dan sekitarnya yang
untuk mengembangkan kegiatan dengan kepadatan yang dengan kepadatan yang ditujukan untuk mengakomodasi wisata
pariwisata baik alam, buatan, bervariasi di seluruh bervariasi di seluruh dengan minat khusus (tengeran/landmark,
maupun budaya kawasan kawasan cagar budaya) kawasan wisata di tempat
 mengakomodasi  mengakomodasi objek alam (gunung, sawah, pantai, laut,
bermacam tipe bermacam tipe teIuk, lembah) dan kawasan di sekitarnya
akomodasi pariwisata akomodasi pariwisata yang ditujukan untuk mengakomodasi
seperti hotel, vila, resort, seperti hotel, vila, wisata minat alam yang memiliki
homestay, dll. yang resort, homestay, dll kecenderungan mendapatkan sesuatu dan
mendorong penyediaan yang mendorong pengalaman baru yang bermanfaat dari
akomodasi bagi penyediaan akomodasi objek wisata alam yang dikunjungi
wisatawan bagi wisatawan

4-171
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

No Zona Sub-Zona Kode Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Performa Kriteria Perencanaan

10 Transportasi TR Peruntukan ruang yang Menyediakan sarana Tersedianya sarana Lokasi dapat berada pada titik-titik
merupakan bagian dari kawasan pelayanan transportasi, pelayanan transportasi, strategis atau sekitar pusat kota.
budi daya yang dikembangkan untuk kebutuhan penduduk untuk kebutuhan
untuk manampung fungsi penduduk
transportasi dalam upaya untuk
mendukung kebijakan
pengembangan sistem
transportasi yang tertuang
didalam rencana tata ruang yang
meliputi transportasi darat,
udara, dan perairan
Sumber: Berbagai Sumber, 2021

4-172
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.12.2 Analisis Jenis dan Karakteristik Kegiatan

Ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang merupakan aturan kegiatan pada setiap
zona. Ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang bertujuan untuk:

1. menjamin kesesuaian antara kegiatan pemanfaatan ruang dengan penggunaan ruang


atau jenis zona yang direncanakan;
2. meminimalkan dampak negatif yang kurang sesuai dengan tujuan penetapan zona;
3. mendorong penggunaan ruang yang sejalan dengan tujuan pnetapan zona.

Ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang pada setiap zona berdasarkan:

1. kriteria-kriteria lokasi;
2. hubungan fungsional antar kegiatan, baik kegiatan antar WP maupun kegiatan di
dalam WP;
3. besaran ruang disesuaikan dengan daya dukung lahan, jenis kegiatan, jaringan jalan
yang menjadi orientasi dan arahan kepadatan;
4. keanekaragaman kegiatan yang akan dikembangkan. Keanakaragaman hanya
bernilai bila suatu tempat memberikan pilihan pengalaman, karena memiliki tempat
dengan bentuk yang berbeda, tempat dengan tata guna yang berbeda, bangunan yang
berbeda dari berbagai bentuk.

Adapun beberapa kegiatan yang sudah ada maupun diperkirakan akan berkembangan
di WP Ciomas berdasarkan klasifikasi kegiatan pada pedoman KBLI dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 4. 91 Identifikasi Kegiatan WP Ciomas Sesuai KBLI

KEGIATAN
A PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
1 PERTANIAN TANAMAN, PETERNAKAN, PERBURUAN DAN KEGIATAN YBDI
011 PERTANIAN TANAMAN SEMUSIM
012 PERTANIAN TANAMAN TAHUNAN
013 PERTANIAN TANAMAN HIAS DAN PENGEMBANGBIAKAN TANAMAN
014 PETERNAKAN
015 JASA PENUNJANG PERTANIAN DAN PASCA PANEN
2 KEHUTANAN DAN PEMANENAN KAYU DAN HASIL HUTAN SELAIN KAYU
021 PENGUSAHAAN HUTAN
022 PEMANENAN DAN PEMUNGUTAN KAYU
023 PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU
024 JASA PENUNJANG KEHUTANAN
B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LAINNYA
081 PENGGALIAN BATU, PASIR DAN TANAH LIAT
099 AKTIVITAS PENUNJANG PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LAINNYA
C INDUSTRI PENGOLAHAN
10 INDUSTRI MAKANAN
101 INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING

4-173
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

KEGIATAN
102 INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN DAN BIOTA AIR
103 INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN
104 INDUSTRI MINYAK DAN LEMAK NABATI DAN HEWANI
105 INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU, PRODUK DARI SUSU DAN ES KRIM
106 INDUSTRI PENGGILINGAN PADI-PADIAN, TEPUNG DAN PATI
107 INDUSTRI MAKANAN LAINNYA
108 INDUSTRI MAKANAN HEWAN
11 INDUSTRI MINUMAN
110 INDUSTRI MINUMAN
13 INDUSTRI TEKSTIL
131 INDUSTRI PEMINTALAN, PENENUNAN DAN PENYELESAIAN AKHIR TEKSTIL
139 INDUSTRI TEKSTIL LAINNYA
14 INDUSTRI PAKAIAN JADI
INDUSTRI PAKAIAN JADI DAN PERLENGKAPANNYA, BUKAN PAKAIAN JADI
141
DARI KULIT BERBULU
143 INDUSTRI PAKAIAN JADI RAJUTAN DAN SULAMAN/BORDIR
15 INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI
151 INDUSTRI KULIT DAN BARANG DARI KULIT, TERMASUK KULIT BUATAN
152 INDUSTRI ALAS KAKI
INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK TERMASUK
16
FURNITUR) DAN BARANG ANYAMAN DARI BAMBU, ROTAN DAN SEJENISNYA
INDUSTRI PENGGERGAJIAN DAN PENGAWETAN KAYU, ROTAN, BAMBU
161
DAN SEJENISNYA
INDUSTRI BARANG DARI KAYU; INDUSTRI BARANG DARI GABUS DAN
162
BARANG ANYAMAN DARI JERAMI, ROTAN, BAMBU DAN SEJENIS LAINNYA
18 INDUSTRI PENCETAKAN DAN REPRODUKSI MEDIA REKAMAN
181 INDUSTRI PENCETAKAN DAN KEGIATAN YBDI
182 REPRODUKSI MEDIA REKAMAN
23 INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
231 INDUSTRI KACA DAN BARANG DARI KACA
239 INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM LAINNYA
31 INDUSTRI FURNITUR
310 INDUSTRI FURNITUR
33 REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
331 REPARASI PRODUK LOGAM PABRIKASI, MESIN DAN PERALATAN
332 INSTALASI/PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN INDUSTRI
D PENGADAAN LISTRIK, GAS, UAP/AIR PANAS DAN UDARA DINGIN
35 PENGADAAN LISTRIK, GAS, UAP/AIR PANAS DAN UDARA DINGIN
351 KETENAGALISTRIKAN
352 PENGADAAN DAN DISTRIBUSI GAS ALAM DAN BUATAN
353 PENGADAAN UAP/AIR PANAS, UDARA DINGIN DAN PRODUKSI ES
PENGELOLAAN AIR, PENGELOLAAN AIR LIMBAH, PENGELOLAAN DAN DAUR
E
ULANG SAMPAH, DAN AKTIVITAS REMEDIASI
36 PENGELOLAAN AIR
360 PENGELOLAAN AIR
37 PENGELOLAAN AIR LIMBAH
370 PENGELOLAAN AIR LIMBAH
38 PENGELOLAAN DAN DAUR ULANG SAMPAH
381 PENGUMPULAN SAMPAH
382 PENGELOLAAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH
39 AKTIVITAS REMEDIASI DAN PENGELOLAAN SAMPAH LAINNYA
390 AKTIVITAS REMEDIASI DAN PENGELOLAAN SAMPAH LAINNYA
F KONSTRUKSI
41 KONSTRUKSI GEDUNG
410 KONSTRUKSI GEDUNG
42 KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL
421 KONSTRUKSI JALAN DAN JALAN REL
422 KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI, KOMUNIKASI DAN LIMBAH

4-174
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

KEGIATAN
429 KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL LAINNYA
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN
G
SEPEDA MOTOR
45 PERDAGANGAN, REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR
451 PERDAGANGAN MOBIL
452 REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL
453 PERDAGANGAN SUKU CADANG DAN AKSESORI MOBIL
PERDAGANGAN, REPARASI DAN PERAWATAN SEPEDA MOTOR DAN
454
PERDAGANGAN SUKU CADANG DAN AKSESORINYA
46 PERDAGANGAN BESAR, BUKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR
462 PERDAGANGAN BESAR HASIL PERTANIAN DAN HEWAN HIDUP
463 PERDAGANGAN BESAR MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU
464 PERDAGANGAN BESAR BARANG KEPERLUAN RUMAH TANGGA
465 PERDAGANGAN BESAR MESIN, PERALATAN DAN PERLENGKAPANNYA
466 PERDAGANGAN BESAR KHUSUS LAINNYA
469 PERDAGANGAN BESAR BERBAGAI MACAM BARANG
47 PERDAGANGAN ECERAN, BUKAN MOBIL DAN MOTOR
471 PERDAGANGAN ECERAN BERBAGAI MACAM BARANG DI TOKO
PERDAGANGAN ECERAN KHUSUS BARANG BUDAYA DAN REKREASI DI
476
TOKO KHUSUS
477 PERDAGANGAN ECERAN KHUSUS BARANG LAINNYA DI TOKO
478 PERDAGANGAN ECERAN KAKI LIMA DAN LOS PASAR
H PENGANGKUTAN DAN PERGUDANGAN
52 PERGUDANGAN DAN AKTIVITAS PENUNJANG ANGKUTAN
521 PERGUDANGAN DAN PENYIMPANAN
522 AKTIVITAS PENUNJANG ANGKUTAN
53 AKTIVITAS POS DAN KURIR
531 AKTIVITAS POS
532 AKTIVITAS KURIR
I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
55 PENYEDIAAN AKOMODASI
551 PENYEDIAAN AKOMODASI JANGKA PENDEK
56 PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN
561 RESTORAN DAN PENYEDIAAN MAKANAN KELILING
JASA BOGA UNTUK SUATU EVENT TERTENTU (EVENT CATERING) DAN
562
PENYEDIAAN MAKANAN LAINNYA
563 PENYEDIAAN MINUMAN
J INFORMASI DAN KOMUNIKASI
58 AKTIVITAS PENERBITAN
581 AKTIVITAS PENERBITAN BUKU, MAJALAH DAN TERBITAN LAINNYA
582 PENERBITAN PIRANTI LUNAK (SOFTWARE)
AKTIVITAS PRODUKSI GAMBAR BERGERAK, VIDEO DAN PROGRAM TELEVISI,
59
PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK
AKTIVITAS PRODUKSI GAMBAR BERGERAK, VIDEO DAN
591
PROGRAM TELEVISI
592 AKTIVITAS PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK
60 AKTIVITAS PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN
601 PENYIARAN RADIO
602 AKTIVITAS PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISI
61 TELEKOMUNIKASI
611 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI DENGAN KABEL
612 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI TANPA KABEL
613 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI SATELIT
619 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI LAINNYA
62 AKTIVITAS PEMROGRAMAN, KONSULTASI KOMPUTER DAN KEGIATAN YBDI
620 AKTIVITAS PEMROGRAMAN, KONSULTASI KOMPUTER DAN KEGIATAN YBDI
63 AKTIVITAS JASA INFORMASI

4-175
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

KEGIATAN
AKTIVITAS PENGOLAHAN DATA, HOSTING DAN KEGIATAN YBDI; PORTAL
631
WEB
639 AKTIVITAS JASA INFORMASI LAINNYA
K AKTIVITAS KEUANGAN DAN ASURANSI
64 AKTIVITAS JASA KEUANGAN, BUKAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN
641 PERANTARA MONETER
AKTIVITAS JASA KEUANGAN LAINNYA, BUKAN ASURANSI DAN DANA
649
PENSIUN
65 ASURANSI, REASURANSI DAN DANA PENSIUN, BUKAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
651 ASURANSI
652 REASURANSI
653 DANA PENSIUN
66 AKTIVITAS PENUNJANG JASA KEUANGAN, ASURANSI DAN DANA PENSIUN
AKTIVITAS PENUNJANG JASA KEUANGAN, BUKAN ASURANSI DAN DANA
661
PENSIUN
662 AKTIVITAS PENUNJANG ASURANSI DAN DANA PENSIUN
663 AKTIVITAS MANAJEMEN DANA
L REAL ESTAT
68 REAL ESTAT
REAL ESTAT YANG DIMILIKI SENDIRI ATAU DISEWA DAN KAWASAN
681
PARIWISATA
682 REAL ESTAT ATAS DASAR BALAS JASA (FEE) ATAU KONTRAK
M AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS
69 AKTIVITAS HUKUM DAN AKUNTANSI
691 AKTIVITAS HUKUM
692 AKTIVITAS AKUNTANSI, PEMBUKUAN DAN PEMERIKSA; KONSULTASI PAJAK
70 AKTIVITAS KANTOR PUSAT DAN KONSULTASI MANAJEMEN
701 AKTIVITAS KANTOR PUSAT
702 AKTIVITAS KONSULTASI MANAJEMEN
71 AKTIVITAS ARSITEKTUR DAN KEINSINYURAN; ANALISIS DAN UJI TEKNIS
AKTIVITAS ARSITEKTUR DAN KEINSINYURAN SERTA KONSULTASI TEKNIS
712
YBDI
713 ANALISIS DAN UJI TEKNIS
72 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN ILMU
721
TEKNOLOGI DAN REKAYASA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN
722
HUMANIORA
73 PERIKLANAN DAN PENELITIAN PASAR
731 PERIKLANAN
732 PENELITIAN PASAR DAN JAJAK PENDAPAT MASYARAKAT
74 AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS LAINNYA
741 AKTIVITAS PERANCANGAN KHUSUS
742 AKTIVITAS FOTOGRAFI
749 AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS LAINNYA YTDL
75 AKTIVITAS KESEHATAN HEWAN
750 AKTIVITAS KESEHATAN HEWAN
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI,
N
KETENAGAKERJAAN, AGEN PERJALANAN DAN PENUNJANG USAHA LAINNYA
77 AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI MOBIL,
771
BUS, TRUK DAN SEJENISNYA
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI
772
BARANG PRIBADI DAN RUMAH TANGGA
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI MESIN,
773
PERALATAN DAN BARANG BERWUJUD LAINNYA
SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI ASET NON FINANSIAL, BUKAN KARYA
774
HAK CIPTA
78 AKTIVITAS KETENAGAKERJAAN

4-176
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

KEGIATAN
781 AKTIVITAS PENEMPATAN TENAGA KERJA
782 AKTIVITAS PENYEDIAAN TENAGA KERJA WAKTU TERTENTU
PENYEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN MANAJEMEN FUNGSI SUMBER
783
DAYA MANUSIA
AKTIVITAS AGEN PERJALANAN, PENYELENGGARA TUR DAN JASA RESERVASI
79
LAINNYA
791 AKTIVITAS AGEN PERJALANAN DAN PENYELENGGARA TUR
799 JASA RESERVASI LAINNYA DAN KEGIATAN YBDI
80 AKTIVITAS KEAMANAN DAN PENYELIDIKAN
801 AKTIVITAS KEAMANAN SWASTA (PRIBADI)
802 AKTIVITAS JASA SISTEM KEAMANAN
81 AKTIVITAS PENYEDIA JASA UNTUK GEDUNG DAN PERTAMANAN
811 AKTIVITAS PENYEDIA GABUNGAN JASA PENUNJANG FASILITAS
812 AKTIVITAS KEBERSIHAN
813 AKTIVITAS JASA PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN TAMAN
AKTIVITAS ADMINISTRASI KANTOR, AKTIVITAS PENUNJANG KANTOR DAN
82
AKTIVITAS PENUNJANG USAHA LAINNYA
821 AKTIVITAS ADMINISTRASI KANTOR DAN PENUNJANG KANTOR
822 AKTIVITAS CALL CENTRE
823 PENYELENGGARA KONVENSI DAN PAMERAN DAGANG
829 AKTIVITAS JASA PENUNJANG USAHA YTDL
O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
84 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
841 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN SOSIAL
PENYEDIAAN LAYANAN UNTUK MASYARAKAT DALAM BIDANG HUBUNGAN
842
LUAR NEGERI, PERTAHANAN, KEAMANAN DAN KETERTIBAN
843 JAMINAN SOSIAL WAJIB
P PENDIDIKAN
85 PENDIDIKAN
851 PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
852 PENDIDIKAN MENENGAH
853 PENDIDIKAN TINGGI
854 PENDIDIKAN LAINNYA
855 KEGIATAN PENUNJANG PENDIDIKAN
Q AKTIVITAS KESEHATAN MANUSIA DAN AKTIVITAS SOSIAL
86 AKTIVITAS KESEHATAN MANUSIA
861 AKTIVITAS RUMAH SAKIT
862 AKTIVITAS PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI
869 AKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN MANUSIA LAINNYA
87 AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI
AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI UNTUK PERAWATAN DAN PEMULIHAN
871
KESEHATAN
AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI UNTUK KETERBELAKANGAN MENTAL,
872
GANGGUAN MENTAL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT TERLARANG
AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI UNTUK LANJUT USIA DAN
873
PENYANDANG DISABILITAS
879 AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI LAINNYA YTDL
88 AKTIVITAS SOSIAL DI LUAR PANTI
AKTIVITAS SOSIAL DI LUAR PANTI UNTUK LANJUT USIA DAN PENYANDANG
881
DISABILITAS
889 AKTIVITAS SOSIAL DI LUAR PANTI LAINNYA
R KESENIAN, HIBURAN DAN REKREASI
90 AKTIVITAS HIBURAN, KESENIAN DAN KREATIVITAS
900 AKTIVITAS HIBURAN, KESENIAN DAN KREATIVITAS
91 PERPUSTAKAAN, ARSIP, MUSEUM DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN LAINNYA
910 PERPUSTAKAAN, ARSIP, MUSEUM DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN LAINNYA
93 AKTIVITAS OLAHRAGA DAN REKREASI LAINNYA
931 AKTIVITAS OLAHRAGA

4-177
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

KEGIATAN
932 AKTIVITAS REKREASI LAINNYA
S AKTIVITAS JASA LAINNYA
94 AKTIVITAS KEANGGOTAAN ORGANISASI
941 AKTIVITAS ORGANISASI BISNIS, PENGUSAHA DAN PROFESI
942 AKTIVITAS ORGANISASI BURUH
REPARASI KOMPUTER DAN BARANG KEPERLUAN PRIBADI DAN
95
PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA
951 REPARASI KOMPUTER DAN ALAT KOMUNIKASI
REPARASI BARANG KEPERLUAN PRIBADI DAN PERLENGKAPAN
952
RUMAH TANGGA
96 AKTIVITAS JASA PERORANGAN LAINNYA
961 AKTIVITAS JASA PERORANGAN UNTUK KEBUGARAN, BUKAN OLAHRAGA
962 AKTIVITAS BINATU
969 AKTIVITAS JASA PERORANGAN LAINNYA YTDL
AKTIVITAS RUMAH TANGGA SEBAGAI PEMBERI KERJA; AKTIVITAS
97 YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA OLEH RUMAH TANGGA
YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI
AKTIVITAS RUMAH TANGGA SEBAGAI PEMBERI KERJA DARI PERSONIL
970
DOMESTIK
AKTIVITAS YANG MENGHASILKAN BARANG OLEH RUMAH TANGGA YANG
981
DIGUNAKAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI
AKTIVITAS YANG MENGHASILKAN JASA OLEH RUMAH TANGGA YANG
982
DIGUNAKAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.12.3 Analisis Kesesuaian Kegiatan Terhadap Zona

Analisis keseusaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona pada kawasan


WP Ciomas terdiri dari kegiatan yang sudah ada dan kegiatan yang akan timbul kebijakan
yang akan diambil pada 20 tahun yang akan datang. Kegiatan yang ada pada saat ini
diperoleh dari survei primer yang telah dilakukan dengan mengamati penggunaan ruang
pada masing-masing bangunan di kawasan WP Ciomas. Sedangkan kegiatan yang akan
muncul pada kawasan WP Ciomas dilakukan dengan membandingkan penggunaan ruang
saat ini dengan penggunaan ruang yang terdapat di daerah lain. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat Tabel 4.91.

4-178
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 92 Kesesuaian Kegiatan Terhadap Kondisi Eksisting dan Kondisi Mendatang

Prediksi/ Kebijakan yang akan


Kegiatan Kondisi Eksisting Zona
datang
A. Perumahan
 Perumahan komunal/ pengembang Ada Diperbolehkan
 Perumahan Individual Ada Perumahan Diperbolehkan
 Perumahan Vertikal Tidak Ada
B. Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa
 Warung, Toko, Rumah makan Ada Diperbolehkan
 Toko Modern Ada Lokasi relatif sudah sesuai karena Diperbolehkan untuk
berada di zona perdagangan/ pengembangan dengan
campuran menambahkan ketentuan jarak
minimum
 Pusat Perbelanjaan, Mall, Ada Lokasi relatif sudah sesuai karena Diperbolehkan pada koridor jalan
Supermarket, Plaza berada di zona perdagangan/ utama perkotaan
campuran
 SPBU Ada Lokasi relatif sudah sesuai karena Diperbolehkan pada koridor jalan
berada di zona perdagangan/ utama perkotaan
campuran
 Jasa, Kantor Swasta Ada Lokasi relatif sudah sesuai karena Diperbolehkan
berada di zona perdagangan/
campuran
 Pool Bus Ada Lokasi relatif sudah sesuai karena Diperbolehkan pada koridor jalan
berada di zona perdagangan/ utama perkotaan
campuran
 Gudang Ada Lokasi relatif sudah sesuai karena Diperbolehkan
berada di koridor jaringan jalan
yang memiliki dimensi relatif
besar
 Penginapan/ Hotel/ Sejenisnya Ada Diperbolehkan
 Bumi Perkemahan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat

4-179
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Prediksi/ Kebijakan yang akan


Kegiatan Kondisi Eksisting Zona
datang
 Kolam Pemancingan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Teater Tidak ada Diperbolehkan
 Hiburan Keluarga Tidak ada Diperbolehkan
 Hiburan Orang Dewasa Tidak ada
C. Perkantoran Pemerintah Kawasan Perkantoran
 Perkantoran Pemerintah Pusat, Ada Kantor kecamatan relatif sudah Diperbolehkan
Provinsi, Kabupaten, sesuai pada koridor jaringan
Kecamatan jalan dengan aksesisbilitas tinggi
 Perkantoran Pemerintah Tingkat Ada Kondisi yang ada tidak Diperbolehkan
Desa atau lebih rendah mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Pertahanan Keamanan Ada Kondisi yang ada tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
D. Industri Kawasan Peruntukan
 Industri Kecil Menengah Ada Kondisi yang ada tidak Industri Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Industri Besar Tidak ada Tidak Diperbolehkan
E. Sarana Pelayanan Umum Sarana Pelayanan Umum
 Setingkat TK dan SD Ada Terdapat berlokasi pada koridor Pengembangan diarahkan ke
jaringan jalan dengan intensitas jalan-jalan lingkungan
tinggi (jalan utama perkotaan)
 Setingkat SLTP dan SLTA Ada Kondisi yang relatif tidak Pengembangan tidak diarahkan ke
mengganggu lingkungan/ zona koridor jalan utama perkotaan
setempat dengan intensitas tinggi
 Pasca SLTA Ada Kondisi yang relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat

4-180
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Prediksi/ Kebijakan yang akan


Kegiatan Kondisi Eksisting Zona
datang
 Sekolah Khusus/ Kursus/ Diklat Ada Kondisi yang ada tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Rumah Sakit Tidak ada Diperbolehkan
 Puskesmas Rawat Inap/ Puskesmas Ada Lokasi yang ada sudah sesuai, yaitu Diperbolehkan
berada di jalan utama.
 Polindes/ Poskesdes/ Balai Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
Pengobatan/ Klinik mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Posyandu Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Praktek Dokter, Bidan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Rumah Bersalin Tidak ada Diperbolehkan
 Apotik Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Laboratorium Kesehatan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Stadion, Gelanggang Olah Raga Tidak ada Diperbolehkan di koridor jalan
utama perkotaan
 Gedung Olah Raga Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Sarana Ibadah Ada Sesuai karena sarana ibadah sesuai Diperbolehkan
di semua zona

4-181
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Prediksi/ Kebijakan yang akan


Kegiatan Kondisi Eksisting Zona
datang
 Gedung Serba Guna/ Balai Pertemuan/ Ada Kondisi yang ada tidak Diperbolehkan
Pameran mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Terminal Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Gedung Parkir Tidak Ada Diperbolehkan
 Musium Tidak Ada Diperbolehkan
F. RTH Ada Sesuai di semua zona Ruang Terbuka Hijau Diperbolehkan
G. Peruntukan Lainnya Peruntukan Lainnya
 Lahan Pertanian/ Perkebunan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Kolam Perikanan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Lapangan penggembalaan Tidak ada Diperbolehkan
 Rumah Potong Hewan Tidak ada Diperbolehkan
 Kandang hewan Ada Sebaiknya tidak dalam lingkungan Diperbolehkan dengan syarat
perumahan tidak di lingkungan perumahan
 Wisata alam Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Wisata budaya Ada Diperbolehkan
 Wisata buatan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan
mengganggu lingkungan/ zona
setempat
 Pertambangan Ada Kondisi yang ada relatif tidak Diperbolehkan dengan syarat
mengganggu lingkungan/ zona memperhatikan lingkungan
setempat
Sumber: Hasil Perumusan, 2021

4-182
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.12.4 Analisis Dampak Kegiatan

Dampak kepadatan penduduk membuat pembangunan makin gencar dilakukan.


Pada dasarnya, pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Karena pembangunan melibatkan lingkungan, maka dampak dari pembangunan terhadap
lingkungan begitu besar, baik itu berdampak positif maupun berdampak negatif.
Pembangunan sangat dibutuhkan negara berkembang untuk kemakmuran penduduknya.
Salah satu upaya Indonesia menjadi negara maju adalah meningkatkan pembangunan di
daerah peri-urban sampai ke daerah terpencil dan sekitarnya. Analisis dampak kegiatan
terhadap peruntukan/zona/sub zona bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi bagi
suatu kegiatan baik dampak negatif maunpun dampak positif. Dampak negatif dapat di
artikan bahwa suatu kegiatan tidak sesuai atau tidak cocok dengan peruntukan/zona/sub
zona, sedangkan dampak positif di artikan bahwa kegiatan sesuai dengan
peruntukan/zona/sub zona. Analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub
zona pada WP Ciomas dapat dilihat pada tabel berikut:

4-183
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 93 Analisis Dampak Kegiatan Terhadap Jenis Peruntukan/Zona/Sub Zona

ZONA KEGIATAN DAMPAK


A PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN  Berpotensi terjadi pencemaran lingkungan akibat
1 PERTANIAN TANAMAN, PETERNAKAN, PERBURUAN DAN KEGIATAN YBDI limbah kegiatan yang dihasilkan
011 PERTANIAN TANAMAN SEMUSIM  Perubahan fungsi lahan
Pertanian 012 PERTANIAN TANAMAN TAHUNAN  Berpotensi memicu pengurangan akuifer air tanah dengan
013 PERTANIAN TANAMAN HIAS DAN PENGEMBANGBIAKAN TANAMAN adanya sistem irigasi
014 PETERNAKAN
015 JASA PENUNJANG PERTANIAN DAN PASCA PANEN
2 KEHUTANAN DAN PEMANENAN KAYU DAN HASIL HUTAN SELAIN KAYU  Berpotensi terjadinya deforestasi dan degradasi hutan
021 PENGUSAHAAN HUTAN  Terganggunya siklus air
Hutan 022 PEMANENAN DAN PEMUNGUTAN KAYU  Kemerosotan mutu lingkungan hidup
Produksi 023 PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU  Pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan
024 JASA PENUNJANG KEHUTANAN  Rusaknya habitat flora dan fauna
B PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LAINNYA  Pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan
Tidak ada 081 PENGGALIAN BATU, PASIR DAN TANAH LIAT  Merusak ekosistem lingkungan
Zona Khusus 099 AKTIVITAS PENUNJANG PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LAINNYA  Perubahan fungsi lahan
C INDUSTRI PENGOLAHAN  Berpotensi terjadi pencemaran lingkungan baik
10 INDUSTRI MAKANAN pencemaran terhadap air, tanah dan udara akibat limbah
101 INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN DAGING kegiatan yang dihasilkan
102 INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN DAN BIOTA AIR  Polusi udara dan kebisingan
103 INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN  Perubahan fungsi lahan
104 INDUSTRI MINYAK DAN LEMAK NABATI DAN HEWANI  Berpotensi memicu pengurangan akuifer air tanah untuk
105 INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU, PRODUK DARI SUSU DAN ES KRIM memenuhi kebutuhan kegiatan industri
Kawasan 106 INDUSTRI PENGGILINGAN PADI-PADIAN, TEPUNG DAN PATI  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya seperti
Peruntukan 107 INDUSTRI MAKANAN LAINNYA kegiatan perumahan serta perdagangan dan jasa
Industri 108 INDUSTRI MAKANAN HEWAN
 Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
11 INDUSTRI MINUMAN
 Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
110 INDUSTRI MINUMAN
pekerjaan
13 INDUSTRI TEKSTIL
131 INDUSTRI PEMINTALAN, PENENUNAN DAN PENYELESAIAN AKHIR TEKSTIL  Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum karena
139 INDUSTRI TEKSTIL LAINNYA terjadi penambahan penduduk
14 INDUSTRI PAKAIAN JADI  Memicu konflik dengan masyarakat sekitar
 Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik

4-184
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


INDUSTRI PAKAIAN JADI DAN PERLENGKAPANNYA, BUKAN PAKAIAN JADI
141
DARI KULIT BERBULU
143 INDUSTRI PAKAIAN JADI RAJUTAN DAN SULAMAN/BORDIR
15 INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI
151 INDUSTRI KULIT DAN BARANG DARI KULIT, TERMASUK KULIT BUATAN
152 INDUSTRI ALAS KAKI
INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK TERMASUK FURNITUR)
16
DAN BARANG ANYAMAN DARI BAMBU, ROTAN DAN SEJENISNYA
INDUSTRI PENGGERGAJIAN DAN PENGAWETAN KAYU, ROTAN, BAMBU
161
DAN SEJENISNYA
INDUSTRI BARANG DARI KAYU; INDUSTRI BARANG DARI GABUS DAN
162
BARANG ANYAMAN DARI JERAMI, ROTAN, BAMBU DAN SEJENIS
LAINNYA
18 INDUSTRI PENCETAKAN DAN REPRODUKSI MEDIA REKAMAN
181 INDUSTRI PENCETAKAN DAN KEGIATAN YBDI
182 REPRODUKSI MEDIA REKAMAN
23 INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
231 INDUSTRI KACA DAN BARANG DARI KACA
239 INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM LAINNYA
31 INDUSTRI FURNITUR
310 INDUSTRI FURNITUR
33 REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
331 REPARASI PRODUK LOGAM PABRIKASI, MESIN DAN PERALATAN
332 INSTALASI/PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN INDUSTRI
D PENGADAAN LISTRIK, GAS, UAP/AIR PANAS DAN UDARA DINGIN  Terpenuhinya kebutuhan listrik dan air
Pembakit 35 PENGADAAN LISTRIK, GAS, UAP/AIR PANAS DAN UDARA DINGIN  Terpenuhinya pelayanan terhadap pengelolaan sampah dan
Tenaga 351 KETENAGALISTRIKAN air limbah
Listrik 352 PENGADAAN DAN DISTRIBUSI GAS ALAM DAN BUATAN  Pencemaran lingkungan setempat akibat kegiatan pengelolaan
353 PENGADAAN UAP/AIR PANAS, UDARA DINGIN DAN PRODUKSI ES sampah dan air limbah
PENGELOLAAN AIR, PENGELOLAAN AIR LIMBAH, PENGELOLAAN DAN DAUR  Gangguan fluktuasi alami debit sungai/danau
Instalasi E
ULANG SAMPAH, DAN AKTIVITAS REMEDIASI  Memicu konflik dengan masyarakat sekitar
Pengolahan 36 PENGELOLAAN AIR
Air Minum 360 PENGELOLAAN AIR
Tidak ada 37 PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Zona Khusus 370 PENGELOLAAN AIR LIMBAH

4-185
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


38 PENGELOLAAN DAN DAUR ULANG SAMPAH
381 PENGUMPULAN SAMPAH
382 PENGELOLAAN DAN PEMBUANGAN SAMPAH
39 AKTIVITAS REMEDIASI DAN PENGELOLAAN SAMPAH LAINNYA
390 AKTIVITAS REMEDIASI DAN PENGELOLAAN SAMPAH LAINNYA
F KONSTRUKSI  Meningkatnya aksesibilitas antar wilayah
41 KONSTRUKSI GEDUNG  Meningkatnya nilai tanah
410 KONSTRUKSI GEDUNG  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
Campuran 42 KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL  Berkurangnya daerah resapan air
421 KONSTRUKSI JALAN DAN JALAN REL  Perubahan fungsi lahan
422 KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI, KOMUNIKASI DAN LIMBAH
 Memicu permasalahan transportasi
429 KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL LAINNYA
 Polusi udara dan kebisingan
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN  Perubahan fungsi lahan
G
SEPEDA MOTOR  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
45 PERDAGANGAN, REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan,
451 PERDAGANGAN MOBIL kerusakan jalan akibat kendaraan besar
452 REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL  Polusi udara dan kebisingan
453 PERDAGANGAN SUKU CADANG DAN AKSESORI MOBIL  Munculnya PKL yang tidak tertata yang menggunakan
PERDAGANGAN, REPARASI DAN PERAWATAN SEPEDA MOTOR DAN trotoar dan badan jalan
454
PERDAGANGAN SUKU CADANG DAN AKSESORINYA  Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
46 PERDAGANGAN BESAR, BUKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR pekerjaan
462 PERDAGANGAN BESAR HASIL PERTANIAN DAN HEWAN HIDUP  Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum karena
Perdagagan 463 PERDAGANGAN BESAR MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU terjadi penambahan penduduk
dan Jasa 464 PERDAGANGAN BESAR BARANG KEPERLUAN RUMAH TANGGA  Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
465 PERDAGANGAN BESAR MESIN, PERALATAN DAN PERLENGKAPANNYA
 Memicu konflik dengan masyarakat sekitar
466 PERDAGANGAN BESAR KHUSUS LAINNYA
 Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
469 PERDAGANGAN BESAR BERBAGAI MACAM BARANG
karena limbah kegiatan yang dihasilkan
47 PERDAGANGAN ECERAN, BUKAN MOBIL DAN MOTOR
471 PERDAGANGAN ECERAN BERBAGAI MACAM BARANG DI TOKO  Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
PERDAGANGAN ECERAN KHUSUS BARANG BUDAYA DAN REKREASI DI TOKO  Memicu perubahan ekonomi masyarakat
476
KHUSUS
477 PERDAGANGAN ECERAN KHUSUS BARANG LAINNYA DI TOKO
478 PERDAGANGAN ECERAN KAKI LIMA DAN LOS PASAR
Transportasi H PENGANGKUTAN DAN PERGUDANGAN

4-186
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


52 PERGUDANGAN DAN AKTIVITAS PENUNJANG ANGKUTAN  Perubahan fungsi lahan
521 PERGUDANGAN DAN PENYIMPANAN  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
 Memicu permasalahan transportasi
522 AKTIVITAS PENUNJANG ANGKUTAN  Polusi udara dan kebisingan
 Munculnya PKL yang tidak tertata
53 AKTIVITAS POS DAN KURIR  Perubahan fungsi lahan
Perdagangan 531 AKTIVITAS POS  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
dan Jasa 532 AKTIVITAS KURIR  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
I PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM  Polusi udara dan kebisingan
55 PENYEDIAAN AKOMODASI  Munculnya PKL yang tidak tertata yang menggunakan
551 PENYEDIAAN AKOMODASI JANGKA PENDEK trotoar dan badan jalan
Perdagangan 56 PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN
 Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
dan Jasa 561 RESTORAN DAN PENYEDIAAN MAKANAN KELILING
pekerjaan
JASA BOGA UNTUK SUATU EVENT TERTENTU (EVENT CATERING) DAN
562  Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum karena
PENYEDIAAN MAKANAN LAINNYA
terjadi penambahan penduduk
563 PENYEDIAAN MINUMAN
 Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
J INFORMASI DAN KOMUNIKASI
58 AKTIVITAS PENERBITAN  Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
581 AKTIVITAS PENERBITAN BUKU, MAJALAH DAN TERBITAN LAINNYA karena limbah kegiatan yang dihasilkan
582 PENERBITAN PIRANTI LUNAK (SOFTWARE)  Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
AKTIVITAS PRODUKSI GAMBAR BERGERAK, VIDEO DAN PROGRAM TELEVISI,  Memicu perubahan ekonomi masyarakat
59
PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK
591 AKTIVITAS PRODUKSI GAMBAR BERGERAK, VIDEO DAN PROGRAM TELEVISI
592 AKTIVITAS PEREKAMAN SUARA DAN PENERBITAN MUSIK
60 AKTIVITAS PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN
Perdagangan 601 PENYIARAN RADIO
dan Jasa 602 AKTIVITAS PENYIARAN DAN PEMROGRAMAN TELEVISI
61 TELEKOMUNIKASI
611 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI DENGAN KABEL
612 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI TANPA KABEL
613 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI SATELIT
619 AKTIVITAS TELEKOMUNIKASI LAINNYA
62 AKTIVITAS PEMROGRAMAN, KONSULTASI KOMPUTER DAN KEGIATAN YBDI
620 AKTIVITAS PEMROGRAMAN, KONSULTASI KOMPUTER DAN KEGIATAN YBDI

4-187
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


63 AKTIVITAS JASA INFORMASI
631 AKTIVITAS PENGOLAHAN DATA, HOSTING DAN KEGIATAN YBDI; PORTAL WEB
639 AKTIVITAS JASA INFORMASI LAINNYA
K AKTIVITAS KEUANGAN DAN ASURANSI
64 AKTIVITAS JASA KEUANGAN, BUKAN ASURANSI DAN DANA PENSIUN
641 PERANTARA MONETER
AKTIVITAS JASA KEUANGAN LAINNYA, BUKAN ASURANSI DAN DANA
649
PENSIUN
65 ASURANSI, REASURANSI DAN DANA PENSIUN, BUKAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
651 ASURANSI
Perdagangan
652 REASURANSI
dan Jasa
653 DANA PENSIUN
66 AKTIVITAS PENUNJANG JASA KEUANGAN, ASURANSI DAN DANA PENSIUN
AKTIVITAS PENUNJANG JASA KEUANGAN, BUKAN ASURANSI DAN DANA
661
PENSIUN
662 AKTIVITAS PENUNJANG ASURANSI DAN DANA PENSIUN
663 AKTIVITAS MANAJEMEN DANA
L REAL ESTAT  Perubahan fungsi lahan
68 REAL ESTAT  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
REAL ESTAT YANG DIMILIKI SENDIRI ATAU DISEWA DAN KAWASAN  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
681
PARIWISATA  Munculnya PKL yang tidak tertata yang menggunakan
trotoar dan badan jalan
 Mendorong migrasi penduduk
Perumahan  Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum karena
terjadi penambahan penduduk
682 REAL ESTAT ATAS DASAR BALAS JASA (FEE) ATAU KONTRAK  Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
 Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
dan air limbah
 Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
 Memungkinkan munculnya permukiman kumuh
M AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS  Perubahan fungsi lahan
Perdagangan 69 AKTIVITAS HUKUM DAN AKUNTANSI  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
dan Jasa 691 AKTIVITAS HUKUM  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
692 AKTIVITAS AKUNTANSI, PEMBUKUAN DAN PEMERIKSA; KONSULTASI PAJAK

4-188
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


70 AKTIVITAS KANTOR PUSAT DAN KONSULTASI MANAJEMEN  Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
701 AKTIVITAS KANTOR PUSAT pekerjaan
702 AKTIVITAS KONSULTASI MANAJEMEN  Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum karena
71 AKTIVITAS ARSITEKTUR DAN KEINSINYURAN; ANALISIS DAN UJI TEKNIS terjadi penambahan penduduk
AKTIVITAS ARSITEKTUR DAN KEINSINYURAN SERTA KONSULTASI TEKNIS  Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
712
YBDI  Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
713 ANALISIS DAN UJI TEKNIS karena limbah kegiatan yang dihasilkan
72 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN  Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN ILMU  Memicu perubahan ekonomi masyarakat
721
TEKNOLOGI DAN REKAYASA
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN
722
HUMANIORA
73 PERIKLANAN DAN PENELITIAN PASAR
731 PERIKLANAN
732 PENELITIAN PASAR DAN JAJAK PENDAPAT MASYARAKAT
74 AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS LAINNYA
741 AKTIVITAS PERANCANGAN KHUSUS
742 AKTIVITAS FOTOGRAFI
749 AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS LAINNYA YTDL
75 AKTIVITAS KESEHATAN HEWAN
750 AKTIVITAS KESEHATAN HEWAN
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI,  Perubahan fungsi lahan
N
KETENAGAKERJAAN, AGEN PERJALANAN DAN PENUNJANG USAHA LAINNYA  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
77 AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan dan
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI MOBIL, kerusakan jalan
771
BUS, TRUK DAN SEJENISNYA  Polusi udara dan kebisingan
AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI BARANG  Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
Perdagangan 772
PRIBADI DAN RUMAH TANGGA pekerjaan
dan Jasa AKTIVITAS PENYEWAAN DAN SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI MESIN,
773  Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum karena
PERALATAN DAN BARANG BERWUJUD LAINNYA terjadi penambahan penduduk
SEWA GUNA USAHA TANPA HAK OPSI ASET NON FINANSIAL, BUKAN KARYA  Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
774
HAK CIPTA  Memicu konflik dengan masyarakat sekitar
78 AKTIVITAS KETENAGAKERJAAN  Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
781 AKTIVITAS PENEMPATAN TENAGA KERJA karena limbah kegiatan yang dihasilkan

4-189
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


782 AKTIVITAS PENYEDIAAN TENAGA KERJA WAKTU TERTENTU  Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
PENYEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN MANAJEMEN FUNGSI SUMBER  Memicu perubahan ekonomi masyarakat
783
DAYA MANUSIA
AKTIVITAS AGEN PERJALANAN, PENYELENGGARA TUR DAN JASA RESERVASI
79 LAINNYA
791 AKTIVITAS AGEN PERJALANAN DAN PENYELENGGARA TUR
799 JASA RESERVASI LAINNYA DAN KEGIATAN YBDI
80 AKTIVITAS KEAMANAN DAN PENYELIDIKAN
801 AKTIVITAS KEAMANAN SWASTA (PRIBADI)
802 AKTIVITAS JASA SISTEM KEAMANAN
81 AKTIVITAS PENYEDIA JASA UNTUK GEDUNG DAN PERTAMANAN
811 AKTIVITAS PENYEDIA GABUNGAN JASA PENUNJANG FASILITAS
812 AKTIVITAS KEBERSIHAN
813 AKTIVITAS JASA PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN TAMAN
AKTIVITAS ADMINISTRASI KANTOR, AKTIVITAS PENUNJANG KANTOR DAN
82
AKTIVITAS PENUNJANG USAHA LAINNYA
821 AKTIVITAS ADMINISTRASI KANTOR DAN PENUNJANG KANTOR
822 AKTIVITAS CALL CENTRE
823 PENYELENGGARA KONVENSI DAN PAMERAN DAGANG
829 AKTIVITAS JASA PENUNJANG USAHA YTDL
O ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB  Perubahan fungsi lahan
84 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
841 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN SOSIAL  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
PENYEDIAAN LAYANAN UNTUK MASYARAKAT DALAM BIDANG HUBUNGAN  Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
Perkantoran 842
LUAR NEGERI, PERTAHANAN, KEAMANAN DAN KETERTIBAN pekerjaan
 Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
843 JAMINAN SOSIAL WAJIB  Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
 Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
P PENDIDIKAN  Perubahan fungsi lahan
85 PENDIDIKAN  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
Sarana 851 PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
Pelayanan 852 PENDIDIKAN MENENGAH  Mendorong migrasi penduduk karena tersedianya sarana
Umum 853 PENDIDIKAN TINGGI pelayanan umum
854 PENDIDIKAN LAINNYA  Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik

4-190
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


855 KEGIATAN PENUNJANG PENDIDIKAN  Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
Q AKTIVITAS KESEHATAN MANUSIA DAN AKTIVITAS SOSIAL dan air limbah
86 AKTIVITAS KESEHATAN MANUSIA  Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
861 AKTIVITAS RUMAH SAKIT
862 AKTIVITAS PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI
869 AKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN MANUSIA LAINNYA
87 AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI
AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI UNTUK PERAWATAN DAN PEMULIHAN
871
KESEHATAN
Sarana
AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI UNTUK KETERBELAKANGAN MENTAL,
Pelayanan 872
GANGGUAN MENTAL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT TERLARANG
Umum
AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI UNTUK LANJUT USIA DAN PENYANDANG
873
DISABILITAS
879 AKTIVITAS SOSIAL DI DALAM PANTI LAINNYA YTDL
88 AKTIVITAS SOSIAL DI LUAR PANTI
AKTIVITAS SOSIAL DI LUAR PANTI UNTUK LANJUT USIA DAN PENYANDANG
881
DISABILITAS
889 AKTIVITAS SOSIAL DI LUAR PANTI LAINNYA
R KESENIAN, HIBURAN DAN REKREASI  Perubahan fungsi lahan
90 AKTIVITAS HIBURAN, KESENIAN DAN KREATIVITAS  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
900 AKTIVITAS HIBURAN, KESENIAN DAN KREATIVITAS  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
91 PERPUSTAKAAN, ARSIP, MUSEUM DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN LAINNYA  Munculnya PKL yang tidak tertata yang menggunakan
910 PERPUSTAKAAN, ARSIP, MUSEUM DAN KEGIATAN KEBUDAYAAN LAINNYA trotoar dan badan jalan
93 AKTIVITAS OLAHRAGA DAN REKREASI LAINNYA  Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
931 AKTIVITAS OLAHRAGA pekerjaan
 Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum
Pariwisata
 Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
 Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
karena limbah kegiatan yang dihasilkan
932 AKTIVITAS REKREASI LAINNYA
 Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
 Memicu perubahan ekonomi masyarakat
 Memicu konflik dengan masyarakat sekitar
 Pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan
 Rusaknya ekosistem akibat kepentingan kegiatan

4-191
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

ZONA KEGIATAN DAMPAK


S AKTIVITAS JASA LAINNYA  Perubahan fungsi lahan
94 AKTIVITAS KEANGGOTAAN ORGANISASI  Memicu pertumbuhan kegiatan terbangun lainnya
941 AKTIVITAS ORGANISASI BISNIS, PENGUSAHA DAN PROFESI  Memicu permasalahan transportasi seperti kemacetan
942 AKTIVITAS ORGANISASI BURUH  Mendorong migrasi penduduk akibat pembukaan lapangan
REPARASI KOMPUTER DAN BARANG KEPERLUAN PRIBADI DAN PERLENGKAPAN pekerjaan
95
RUMAH TANGGA  Mendorong pembangunan sarana pelayanan umum karena
951 REPARASI KOMPUTER DAN ALAT KOMUNIKASI terjadi penambahan penduduk
REPARASI BARANG KEPERLUAN PRIBADI DAN PERLENGKAPAN  Mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih baik
952
RUMAH TANGGA  Memicu konflik dengan masyarakat sekitar
96 AKTIVITAS JASA PERORANGAN LAINNYA  Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan pengelolaan sampah
961 AKTIVITAS JASA PERORANGAN UNTUK KEBUGARAN, BUKAN OLAHRAGA karena limbah kegiatan yang dihasilkan
Perdagangan 962 AKTIVITAS BINATU
dan Jasa  Meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan listrik
969 AKTIVITAS JASA PERORANGAN LAINNYA YTDL
 Memicu perubahan ekonomi masyarakat
AKTIVITAS RUMAH TANGGA SEBAGAI PEMBERI KERJA; AKTIVITAS YANG
97 MENGHASILKAN BARANG DAN JASA OLEH RUMAH TANGGA YANG DIGUNAKAN
UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI
AKTIVITAS RUMAH TANGGA SEBAGAI PEMBERI KERJA DARI PERSONIL
970
DOMESTIK
AKTIVITAS YANG MENGHASILKAN BARANG OLEH RUMAH TANGGA YANG
981
DIGUNAKAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI
AKTIVITAS YANG MENGHASILKAN JASA OLEH RUMAH TANGGA YANG
982
DIGUNAKAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN SENDIRI
Sumber: Hasil Analisis, 2021

4-192
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.12.5 Analisis Pertumbuhan dan Pertambahan Penduduk

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di WP Ciomas yakni sebesar 1,2%. Peningkatan


jumlah penduduk tahun 2016 – 2020 yakni di Ciomas Rahayu, Pagelaran dan Ciapus
mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan
sarana dan prasarana di wilayah tersebut.

Tabel 4. 94 Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Perencanaan

Rata-rata
Laju
Desa/ 2015 – 2016 - 2018 -
No Kecamatan 2017 - 2018 Pertumbu
Kelurahan 2016 2017 2019
han
Penduduk
1 Kota Batu 2,1% 2,0% 1,8% 1,7% 1,9%
2 Mekarjaya 1,3% 1,2% 1,1% 0,9% 1,1%
3 Parakan 2,7% 2,6% 2,5% 2,4% 2,5%
4 Ciomas 1,1% 1,0% 0,9% 0,8% 1,0%
5 Pagelaran 4,0% 3,9% 3,8% 3,7% 3,9%
6 Kecamatan Sukamakmur 1,7% 1,6% 1,5% 1,4% 1,6%
Ciomas
7 Ciapus 4,0% 3,9% 3,7% 3,6% 3,8%
8 Sukaharja 2,1% 2,0% 1,9% 1,8% 1,9%
9 Padasuka 0,4% 0,3% 0,2% 0,0% 0,2%
10 Ciomas Rahayu 4,4% 4,3% 4,2% 4,1% 4,3%
11 Laladon 1,7% 1,6% 1,5% 1,3% 1,5%
Total rata-rata Pertahun Desa/Kel 2,3% 2,2% 2,1% 2,0% 2,2%
1 Sukajadi 0,8% 0,7% 0,6% 0,5% 0,7%
2 Sukaluyu 1,5% 1,4% 1,3% 1,2% 1,4%
3 Sukajaya 1,9% 1,8% 1,7% 1,6% 1,8%
4 Kecamatan Sukaresmi 1,2% 1,1% 0,9% 0,8% 1,0%
5 Tamansari Pasireurih 2,0% 1,9% 1,7% 1,6% 1,8%
6 Tamansari 0,8% 0,7% 0,6% 0,4% 0,6%
7 Sukamantri 1,5% 1,4% 1,3% 1,2% 1,3%
8 Sirnagalih 1,5% 1,4% 1,3% 1,1% 1,3%
Total rata-rata Pertahun Desa/Kel 1,4% 1,3% 1,2% 1,1% 1,2%
Grand Total 1,9% 1,8% 1,6% 1,5% 1,7%
Sumber : BPS, 2020

Adanya dampak multiplier terhadap pengembangan wilayah memerlukan ruang


sehingga perlu dimasukkan dalam analisis proyeksi penduduk. Berdasarkan hal tersebut
target pertumbuhan penduduk di wilayah perencanaan dibandingkan pertumbuhan
penduduk. Berikut ini adalah hasil proyeksi penduduk:

4-193
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 95 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Aritmatika


No Kecamatan Desa/Kelurahan
2023 2028 2033 2038 2043
1 Kota Batu 25.365 28.384 31.404 34.424 37.443
2 Mekarjaya 10.108 11.312 12.515 13.718 14.922
3 Parakan 11.543 12.917 14.291 15.665 17.039
4 Ciomas 14.977 16.760 18.543 20.326 22.109
5 Pagelaran 21.991 24.609 27.227 29.845 32.463
6 Sukamakmur 12.986 14.532 16.078 17.624 19.170
7 Kecamatan Ciapus 15.289 17.109 18.929 20.749 22.570
Ciomas
8 Sukaharja 8.066 9.026 9.987 10.947 11.907
9 Padasuka 19.163 21.444 23.725 26.006 28.288
19 Ciomas Rahayu 13.399 14.994 16.589 18.184 19.780
11 Laladon 13.679 15.308 16.936 18.565 20.193
Total
166.567 186.396 206.226 226.055 245.884
1 Sukajadi 10.393 11.630 12.867 14.105 15.342
2 Sukaluyu 10.483 11.731 12.979 14.227 15.475
3 Sukajaya 11.327 12.676 14.024 15.373 16.721
4 Sukaresmi 14.738 16.492 18.247 20.001 21.756
5 Kecamatan Pasireurih 15.128 16.929 18.730 20.531 22.332
6 Tamansari Tamansari 15.019 16.807 18.595 20.383 22.171
7 Sukamantri 19.290 21.586 23.882 26.179 28.475
8 Sirnagalih 18.552 20.761 22.970 25.178 27.387
Total 114.931 128.613 142.295 155.978 169.660
WP CIOMAS 281.498 315.009 348.521 382.033 415.544
Sumber : hasil analisis, 2022

4.12.6 Analisis GAP Antara Kualitas Zona dengan Kondisi Eksisting

Analisis GAP disusun dengan maksud untuk memberkan gambaran kondisi


eksisting terkait proses perizinan, status kepemilikan lahan. 95% status hak milik, 3% hak
guna bangunan dan 2% hak pakai. Berikut ini adalah analisis overlay status lahan dengan
penggunaan lahan di wilayah perencanaan :

4-194
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 96 Status Lahan Dengan Penggunaan Lahan

Kecamatan Desa/Keluraha Dokumen Hak Guna Hak Hak Hak Hak Hak Kosong Penguasaan Total
n Kepemilikan Bangunan Guna Milik Pakai Pengelolaan Wakaf Fisik
Tidak Lengkap Usaha
Kecamatan Ciapus - 18,19 - 72,52 - - 0,02 17,64 - 108,37
Ciomas Ciomas - 21,00 0,04 47,68 0,01 - 0,01 7,44 - 76,18
Ciomasrahayu 0,02 11,29 - 33,71 0,17 - - 6,72 0,01 51,92
Kotabatu - 26,76 - 44,38 0,06 - - 10,06 - 81,26
Laladon - 24,71 0,23 71,71 0,02 - 0,10 17,23 - 114,00
Mekarjaya - 15,58 - 17,20 0,17 - 0,01 5,06 - 38,02
Padasuka 0,01 10,56 0,01 30,47 0,03 - 0,04 10,06 - 51,18
Pagelaran 0,01 18,60 0,01 73,41 0,05 - 0,02 23,94 - 116,04
Parakan - 35,30 - 68,96 0,21 - 0,07 9,48 - 114,02
Sukaharja - 40,06 - 67,19 0,01 - - 12,42 - 119,68
Sukamakmur 0,04 38,16 - 138,91 0,10 - 0,03 18,60 0,01 195,85
Kecamatan Pasireurih - 42,38 0,04 90,03 0,45 - 0,03 33,27 - 166,20
Tamansari Simagalih - 42,28 0,02 68,61 0,14 - 0,33 26,02 - 137,40
Sukajadi 0,02 105,34 - 214,68 0,49 - 0,20 54,77 - 375,50
Sukajaya - 70,15 - 170,56 0,53 - 0,13 65,33 - 306,70
Sukaluyu - 38,68 0,38 151,94 0,32 0,09 0,02 18,90 - 210,33
Sukamantri - 85,91 - 126,78 0,30 - - 34,54 - 247,53
Sukaresmi - 66,08 - 107,87 1,34 - 0,08 34,23 - 209,60
Tamansari 0,11 88,78 0,73 165,57 0,12 - - 38,64 0,02 293,97
Jumlah 0,21 799,81 1,46 1.762,18 4,52 0,09 1,09 444,35 0,04 3.013,75
Sumber : Hasil Analisis 2021

4-195
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa peruntukan penggunaan lahan di status


lahan Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Milik paling tinggi terdapat di
penggunaan lahan sawah, sedangkan untuk kosong terdapat di kawasan semak.

4.12.7 Analisis Karakteristik Spesifik Lokasi

4.12.7.1 Analisis Ketentuan Khusus

Ketentuan khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang


memiliki fungsi khusus dan diberlakukan sesuai dengan karakteristik zona dan
kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada zona-zona yang digambarkan di peta tersendiri
yang memiliki tumpang susun (Overlay) dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan pada
ketentuan khusus ini. Ketentuan khusus merupakan aturan tambahan yang
ditumpangsusunkan (overlay) di atas suatu zona/sub zona tertentu karena adanya hal-hal
khusus yang memerlukan aturan tersendiri. Komponen ketentuan khusus antara lain
meliputi:

1. bandar udara, antara lain meliputi kawasan keselamatan operasi penerbangannya


(KKOP), batas kawasan kebisingan, dan kawasan di sekitar bandar udara yang
penting untuk diperhatikan;
2. cagar budaya atau adat;
3. rawan bencana;
4. tempat evakuasi bencana (TES dan TEA);
5. pertahanan keamanan (hankam);
6. pusat penelitian (observatorium, peluncuran roket, dan lain- lain);
7. kawasan berorientasi transit (TOD); dan
8. lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).

4.12.7.2 Analisis Teknik Peraturan Zonasi

Teknik pengaturan zonasi berfungsi untuk memberikan fleksibilitas dalam


penerapan peraturan zonasi dasar serta memberikan pilihan penanganan pada lokasi
tertentu sesuai dengan karakteristik, tujuan pengembangan, dan permasalahan yang
dihadapi pada zona tertentu, sehingga sasaran pengendalian pemanfaatan ruang dapat
dicapai secara lebih efektif. Teknik pengaturan zonasi berfungsi:

1) Memberikan keluwesan pada penerapan peraturan dasar yang disesuaikan dengan


karakteristik, tujuan pengembangan dan permasalahan yang dihadapi pada zona
tertentu; dan

4-196
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

2) Memberikan pilihan penanganan zona pada lokasi tertentu sesuai dengan


karakteristik dan tujuan pengembangan zona.

Teknik pengaturan zonasi dirumuskan dengan kriteria:

1) Tujuan pengaturan zona yang ingin dicapai.


2) Karakteristik dan kondisi zona.
3) Penanganan yang ingin diberlakukan dalam suatu zona.
4) Teknik pengaturan zonasi yang dipilih diterapkan pada suatu zonasi tertentu di blok
tertentu, tidak berlaku untuk semua zona yang sejenis.
5) Setiap teknik mempunyai karakteristik, tujuan, konsekuensi dan dampak yang
berbeda. Adapun jenis-jenis penerapan Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ) dapat lebih
jelasnya dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 97 Informasi Kode Teknik Pengaturan Zonasi

KODE
NAMA TPZ PENJELASAN
PENULISAN
Transfer TDR adalah TPZ yang memungkinkan pemilik tanah untuk a
Development menjual haknya untuk membangun kepada pihak lain,
Right (TDR) sehingga pembeli dapat membangun propertinya dengan
intensitas lebih tinggi. Umumnya TDR digunakan untuk
melindungi penggunaan lahan pertanian atau penggunaan
lahan hijau lainnya dari konversi penggunaan lahan, dimana
pemilik lahan pertanian atau lahan hijau lainnya dapat
mempertahankan kegiatan pertaniannya dan memperoleh
uang sebagai ganti rugi atas haknya untuk membangun.
Bonus Zoning Bonus zoning adalah TPZ yang memberikan izin kepada b
pengembang untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan
ruang melebihi aturan dasar, dengan imbalan (kompensasi)
pengembang tersebut harus menyediakan sarana publik
tertentu, misalnya RTH, terowongan penyeberangan, dan
sebagainya.
Conditional Zona Performa adalah TPZ yang merupakan ketentuan c
Uses pengaturan pada satu atau beberapa Zona/Sub-Zona dalam
satu blok atau beberapa blok yang aturannya tidak didasarkan
pada aturan prespektif, namun didasarkan pada kualitas
kinerja tertentu yang ditetapkan. Zona performa didesain
untuk menyusun standar-standar kondisi fisik yang terukur
yang harus diikuti dengan standar kinerja yang mengikat.
Zona Fiskal Zona Fiskal adalah TPZ yang ditetapkan pada satu zona atau d
beberapa zona yang berorientasi kepada peningkatan
pendapatan daerah.
Zona Pemufakatan pembangunan adalah TPZ yang memberikan e
Pemufakatan fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi yang
Pembangunan diberikan dalam bentuk peningkatan intensitas pemanfaatan
ruang yang didasarkan pada pemufakatan pengadaan lahan
untuk infrastruktur dan/atau fasilitas publik. Dapat
diterapkan sebagai bentuk insentif imbalan.

4-197
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

KODE
NAMA TPZ PENJELASAN
PENULISAN
Zona Pertampalan aturan (Overlay) adalah TPZ yang memberikan f
Pertampalan fleksibilitas dalam penerapan peraturan zonasi yang berupa
Aturan pembatasan intensitas pembangunan melalui penerapan dua
(Overlay) atau lebih aturan. Dapat diterapkan sebagai bentuk disinsentif
pemberian persyaratan tertentu dalam perizinan.
Zona Zona Ambang adalah TPZ yang merupakan ketentuan g
Ambang pengaturan pada blok peruntukan yang diambangkan
pemanfaatan ruangnya dan peruntukan ruangnya ditentukan
kemudian berdasarkan perkembangan pemanfaatan ruang
pada blok peruntukan tersebut.
Zona Banjir Zona Banjir adalah TPZ yang merupakan ketentuan h
pengaturan pada zona rawan banjir untuk mencegah atau
mengurangi kerugian akibat banjir. Penerapan zona banjir
sekurang-kurangnya memenuhi kriteria lokasi yang
ditetapkan teridentifikasi adanya rawan bencana banjir yang
berdasarkan analisis banjir tahunan hingga jangka waktu
tahunan tertentu dan berdasarkan analisis kerentanan
maupun
risiko bencana banjir.
TPZ Khusus TPZ Khusus adalah TPZ yang memberikan pembatasan i
pembangunan untuk mempertahankan karakteristik dan/atau
objek khusus yang dimiliki Zona, yang penetapan lokasinya
dalam peraturan zonasi. Dapat diterapkan sebagai bentuk
disinsentif pemberian persyaratan tertentu dalam perizinan.
Zona Pengendalian pertumbuhan adalah TPZ yang diterapkan j
Pengendalian melalui pembatasan pembangunan dalam upaya melindungi
Pertumbuhan karakteristik kawasan. Dapat diterapkan sebagai bentuk
disinsentif persyaratan tertentu dalam perizinan.
Zona Pelestarian cagar budaya adalah TPZ yang memberikan k
Pelestarian pembatasan pembangunan untuk mempertahankan bangunan
Cagar dan situs yang memiliki nilai budaya tertentu. Dapat berupa
Budaya persyaratan khusus dalam perizinan untuk tidak merubah
struktur dan bentuk asli bangunan.
TPZ Lainnya TPZ lainnya yang tidak termasuk pada jenis TPZ (kode l
penulisan a-l) dapat didefinisikan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing pemerintah daerah. Apabila terdapat lebih
dari satu TPZ lainnya, dapat dituliskan dengan kode m1,
m2,
m3 dst.
Sumber: Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 14 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penyusunan Basis Data
dan Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten Dan Kota, Serta Peta Rencana
Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota

4.12.8 Analisis Ketentuan Standar Tiap Sektor

Analisis ketentuan dan standar setiap sekor dilakukan untuk mengetahui standar
yang ditetapkan dalam menetapkan rencana peraturan zonasi. Berdasarkan hasil analisis
dan kompilasi yang telah dilakukan maka ditetapkan beberapa acuan yang dapat
ditetapkan sebagai arahan dalam penyusunan perturan zonasi. Beberapa standar teknis
yang digunakan adalah terkait dengan jaringan jalan, perparkiran, listrik, telekomunikasi,
air minum, air limbah, drainase, persampahan, dan evakuasi bencana. Adapun penjelasan
ketentuan standar teknis dari masing – masing sektor akan dijelaskan pada tabel dibawah
ini.

4-198
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 97 Ketentuan dan Standar Setiap Sektor

Sektor Standar Yang Digunakan

Jaringan Jalan • Jalan Arteri Primer lebar badan jalan tidak kurang dari 11 meter.
• Jalan Arteri sekunder lebar badan jalan tidak kurang dari 11 meter.
• Jalan Kolektor Primer lebar badan jalan tidak kurang dari 9 meter.
• Jalan Kolektor Sekunder lebar badan jalan tidak kurang dari 9 meter.
• Jalan Lokal Primer lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 meter.
• Jalan Lokal sekunder lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 meter.
• Jalan Lingkungan didesain lebar badan jalan tidak kurang dari 6,5 meter.
Perparkiran • Dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas.
• Mudah dijangkau oleh pengguna jasa.
• Apabila berupa gedung parkir, harus memenuhi persyaratan konstruksi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Apabila berupa taman parkir, harus memiliki batas-batas tertentu.
• Dalam gedung parkir atau taman parkir diatur sirkulasi dan posisi parkir
kendaraan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas atau marka jalan.
• Setiap lokasi yang digunakan untuk parkir kendaraan diberi tanda berupa
huruf, atau angka yang memberikan kemudahan bagi pengguna jasa untuk
menemukan kendaraannya.
Kelistrikan • Domestik : 150 watt/jiwa
• Pendidikan : 5 % dari domestic
• Peribadatan : 5 % dari domestic
• Kesehatan : 100 % dari domestic
• Perdagangan : 125 % dari domestic
• Perkantoran : 15 % dari domestic
• Rekreasi : 20 % dari domestic
• Penerangan jalan : 10 % dari domestic
Telekomunikasi • STO : 120.000 jiwa/unit

Air Minum • Kebutuhan domestic : 60 lt/dtk


• Kebutuhan Non Domestik : 20% dari kebutuhan Domestik
• Kehilangan Air, Kehilangan air ditetapkan 20% dari kebutuhan total
• Kapasitas produksi, derencanakan 10% kebutuhan harian rata-rata
Drainase • Sepanjang jaringan jalan dengan dimensi minimal adalah lebar 50
centimeter dan tinggi 50 centimeter.
Air Limbah • Tiimbulan Limbah : 60% dari pemakaian air bersih
• SPALD-T skala perkotaan : 20.000 jiwa/unit
Persampahan • Laju timbulan sampah ditetapkan 2,65 liter/orang/hari
• Sampah non domestik dihitung 40% sampah domestic
• Tong sampah : 5 jiwa/unit
• TPS Kecil : 2.500 jiwa/unit
• TPS Besar : 30.000 jiwa/unit
Evakuasi • Terdiri dari ruas-ruas jalan formal dengan ruang milik jalan (rumija) yang
Bencana besar untuk menampung pergerakan penduduk dalam jumlah besar.
• Lebar jalur evakuasi cukup lebar untuk dilewati sekaligus 2 (dua)
kendaraan atau lebih.
• Jalur evakuasi harus dengan arah menjauh dari sumber bencana dan
dampak lanjutan dari bencana.

4-199
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

4.12.9 Analisis Kewenangan Dalam Perencanaan, PemanfaatanRuang


dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

 pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang


wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan
penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
 pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;
 pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
 kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan
ruang antarprovinsi.

Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang nasional meliputi:

 perencanaan tata ruang wilayah nasional;


 pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan
 pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.

Pemberian izin dilakukan secara terkoordinasi dengan memperhatikan kewenangan dan


kepentingan berbagai instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk:

1. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi,
dan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
2. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan
3. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas

4-200
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Gambar 4. 34 Penyelenggaraan Penataan Ruang

Berdasarkan pada kelompok stakeholders yang ada pada Kabupaten Bogor, maka
selanjutnya akan dikaitkan dengan kegiatan penyelenggaraan penataan ruang di
Kabupaten Bogor, sehingga terlihat peran dan fungsi lembaga-lembaga tersebut dalam
pelaksanaan penataan ruang. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih
kewenangan dalam penyelenggaraan penataan ruang yang akan mengakibatkan
kerancuan pemanfaatan ruang wilayah di Kabupaten Bogor.

Adapun dapat dijelaskan mengenai fungsi dan peran lembaga yang terkait
dengan dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
di Kabupaten Bogor pada tabel berikut

4-201
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Tabel 4. 98 Fungsi dan Peran Lembaga (Stakeholders) dalam Kegiatan Penataan Ruang di Kabupaten Bogor

Lembaga Lingkup Kegiatan Perencanaan Lingkup Kegiatan Pemanfaatan Ruang Lingkup kegiatan Pengendalian Ruang
Badan Perencanaan  Koordinator Perencanaan  Monitoring  Pelaksanaan Pengendalian Ruang agar sesuai
Pembangunan, Penelitian  Sosialisasi  Pengarahan RPJM dengan rencana pemanfaatan
dan Pengembangan Daerah  Pengarahan RTRW  Sosialisasi untuk pengendalian pemanfaatan
ruang
Dinas Lingkungan Hidup  Masukan ruang fungsi  Pemantauan kualitas lingkungan dalam  Pemberian izin untuk usaha yang memiliki
ekologi pelaksanaan kepamfaatan ruang dampak pada lingkungan
Dinas Penanaman Modal  Masukan Program /  Motivator Pemanfaatan Ruang Investasi  Pembinaan Ruang Kegiatan Investasi
dan Pelayanan Terpadu Permintaan Investasi
Satu Pintu
BPS  Masukan Data  Pendataan Statistik Pemanfaatan dan Fungsi  Pendataan Statistik Pemanfaatan dan Fungsi
Statisik Spasial Lahan Lahan
Dinas Tanaman Pangan,  Masukan ruang potensi  Motivator pemanfaatan ruang kegiatan  Pembinaan ruang budidaya pertanian dan
Holtikultura dan produksi pertanian dan budidaya pertanian dan perkebunan perkebunan
Perkebunan perkebunan
Dinas Peternakan dan  Masukan ruang potensi  Motivator pemanfaatan ruang  Motivator pemanfaatan ruang perikanan dan
Perikanan produksi perikanan dan kegiatan perikanan dan peternakan peternakan
peternakan
BBWS Citarum  Masukan ruang potensi  Motivator pemanfaatan ruang kegiatan  Pembinaan ruang kegiatan sumber daya air
sumber daya air sumber daya air
Dinas Kebudayaan dan  Masukan ruang potensi  Motivator pemanfaatan ruang kegiatan  Pembinaan Ruang Fungsi Kepemudaan,
Pariwisata Kepemudaan, Olahraga, Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Olahraga, Pariwisata dan kebudayaan
Pariwisata dan kebudayaan kebudayaan
Dinas Pekerjaan Umum,  Masukan program  Pelaksanaan pengembangan prasarana  Pembinaan Prasarana Dasar
dan Penataan Ruang infrastruktur prasarana dasar perkotaan  Pembinaan Infrastruktur SDA
 Masukan program  Pelaksanaan Pengembangan SDA  Pemberian rekomendasi tentang pendirian
pengembangan Sumber Daya  Motivator pemanfaatan ruang kegiatan bangunan dan penataan kota
Air penataan ruang
 Masukan program tata ruang
 Masukan program penataan
kota

4-202
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Lembaga Lingkup Kegiatan Perencanaan Lingkup Kegiatan Pemanfaatan Ruang Lingkup kegiatan Pengendalian Ruang
Dinas Perumahan,  Masukan program  Motivator pemanfaatan ruang  Pembinaan Ruang Fungsi Permukiman dan
Kawasan Permukiman dan permukiman kegiatan permukiman dan perumahan perumahan
Pertanahan  Masukan ruang potensi  Pemantauan dan Pendataan Status Penguasaan  Pemantauan dan Pendataan Status
perumahan dan pemanfaatan Lahan Penguasaan dan pemanfaatan Lahan
 Masukan program penataan
permukiman
 Masukan Eksisting
Pemanfaatan Lahan
 Peta – Peta Acuan/Baku
Dinas Perhubungan  Masukan program  Pelaksanaan Pengembangan Sistem transportasi,  Pembinaan Sistem transportasi
pengembangan transportasi
Dinas Komunikasi dan  Masukan program  Pelaksanaan Pengembangan Sistem pos dan  Pembinaan Sistem, pos dan telekomunikasi
informatika pengembangan pos dan telekomunikasi
telekomunikasi
Dinas Koperasi, Usaha  Masukan ruang potensi usaha  Motivator pemanfaatan ruang strategis  Pembinaan Ruang kegiatan usaha kecil
Kecil dan Menengah kecil menengah kegiatan usaha kecil menengah menengah
   Pembinaan ruang bernilai strategis ekonomi
Dinas Perdagangan, dan  Masukan ruang potensi  Motivator pemanfaatan ruang strategis  Pembinaan Ruang kegiatan industri dan
Perindustrian strategis perindustrian kegiatan perindustrian perdagangan
 Masukan program  Motivator pengembangan investasi perdagangan  Pembinaan ruang bernilai strategis ekonomi
investasi perdagangan
Dinas Pemadam Kebakaran  Masukan program mitigasi  -  Penanggulangan pemadaman kebakaran dan
dan Penyelamatan bencana dalam pemanfaatan bencana alam
ruang
Dinas Pendidikan  Masukan program  -  -
pengembangan pendidikan
terkait kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan
Dinas Keehatan  Masukan program  
pengembangan kesehatan
terkait kebutuhan sarana dan
prasarana kesehatan

4-203
Penyempurnaan Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) WP Ciomas

Lembaga Lingkup Kegiatan Perencanaan Lingkup Kegiatan Pemanfaatan Ruang Lingkup kegiatan Pengendalian Ruang
Satpol PP  -  -  Penerapan sanksi trhadap pelanggaran
pemanfatan ruang
KADIN  Masukan program investasi  Motivator pemanfaatan ruang ekonomi  Pembinaan ruang bernilai strategis ekonomi
pembangunan oleh sektor
swasta
PLN  Masukan Ketersediaan Listrik  Pelaksana pengembangan jaringan energi listrik  Pembinaan penggunaan energi listrik
dan Peluang
Pengembangannya
TELKOM  Masukan Ketersediaan  Pelaksana pengembangan jaringan  Pembinaan penggunaan telekomunikasi
jaringan telekomunikasi telekomunikasi
PDAM  Masukan Ketersediaan air  Pelaksana pengembangan pelayanan air bersih  Pembinaan penggunaan air bersih
bersih dan Peluang
Pengembangannya
PHRI  Perencanaan kegiatan dan  Pemanfaatan ruang untuk melakukan  Pelaporan dan pengaduan terhadap gangguan
lokasi wisata dan budaya kegiatan pariwisata dan budaya fungsi kegiatan pariwisata dan budaya
yang dapat dikembangkan
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4-204

Anda mungkin juga menyukai