Anda di halaman 1dari 115

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN TUGAS AKHIR

MONITORING POTENSIAL HAZARD AREA PRODUKSI SEBAGAI


UPAYA PREVENTIF PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.
COCA-COLA AMATIL INDONESIA
CENTRAL JAVA

Hemas Winahyoe Astarini


R0009049

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

MONITORING POTENSIAL HAZARD AREA PRODUKSI SEBAGAI


UPAYA PREVENTIF PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT.
COCA-COLA AMATIL INDONESIA
CENTRAL JAVA

Hemas Winahyoe Astarini*), Harninto*), Hardjanto**)

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk memonitoring potensial hazard yang
ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang kemudian ditindak
lanjuti dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya.

Metode : Penelitiaan dilaksanakan dengan menggunakan metode deskripsi yaitu


metode yang memberikan gambaran yang jelas tentang memonitoring potensial
hazard area produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Pengambilan
data dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara tenaga kerja,
studi keperpustakaan, dan dokumentasi.

Hasil : Monitoring potensial hazard area produksi PT. Coca-Cola Amatil


Indonesia Central Java ditemui berbagai potensi dan faktor bahaya yang dapat
mengakibatkan suatu resiko yang menyebabkan kerugian atau kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja ataupun kerusakan aset perusahaan
(peralatan/mesin/kendaraan) yang perlu mendapatkan monitoring potensial
bahaya sehingga dapat menurunkan tingkat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
yang dapat menimbulkan kerugian baik tenaga kerja maupun perusahaan.

Simpulan : Perusahaan telah memonitoring potensi bahaya sehingga dapat


mencegah kecelakaan kerja sesuai dengan Undang-Undang, Permenaker,
Kepmenaker. Saran yang diberikan supaya perusahaan perlu adanya ketegasan
pelaksanaan penggunaan alat pelindung diri dan lebih ditingkatkan awarenees
penggunaan APD bagi tenaga kerja yang berada di area produksi juga penetapan
standar yang mengacu pada Kepmenakaer No. 51/MEN/1999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja sekarang sudah tidak berlaku
sehingga sebaiknya PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java beralih pada
Kepmenaker No. 13/MEN/2011

Kata kunci : Monitoring Potensial Hazard

*) Prodi Diploma III Hiperkes dan KK FK UNS.


**) Prodi Diploma IV Keselamatan Kerja FK UNS.

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat
serta inayahnya sehingga pelaksanaan magang dan penyusunan laporan magang
dengan judul “Monitoring Potensial Hazard Area Proses Produksi Sebagai
Upaya Preventif Pencegahan Kecelakaan Kerja PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java” dapat selesai tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Disamping itu magang ini dilaksanakan untuk membina dan
menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme
serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati
permasalahan dan hambatan yang ada tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta potensi-potensi bahaya di perusahaaan.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono SKM., M. Kes, selaku ketua Program D. III Hiperkes dan
keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Harninto, dr., Ms., Sp.Ok selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Hardjanto, dr., MS. Sp.Ok selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Sri Hartanto selaku OHS Manager PT. Coca Cola Amatil Indonesia
Central Java yang telah membimbing penulis selama melakukan magang.
6. Bapak Muh. Wardoyo selaku OHS Supervisor PT. Coca Cola Amatil
Indonesia Central Java yang telah membimbing penulis selama melakukan
magang.
7. Seluruh pendamping lapangan, staf dan tenaga kerja PT. Coca Cola Amatil
Indonesia Central Java
8. Orang tua dan kakak tercinta yang selalu mendukung dan memotivasi penulis,
terimakasih atas doa dan kasih sayangnya yang secara langsung dan tidak
langsung memberikan dorongan yang sangat luar biasa dalam penyelesaian
laporan ini.
9. Teman-teman sesama mahasiswa magang dan pihak-pihak lain yang tidak
penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut membantu selama penyusunan
laporan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
untuk penyempurnaan tugas akhir. Kiranya penyusunan tugas akhir ini dapat
bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya.
Surakarta, April 2012
Penulis,
commit to user
Hemas Winahyoe Astarini

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .......................................... iii
ABSTRAK . .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7


A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7
B. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40


A. Metode Penelitian.............................................................................. 40
B. Lokasi Penelitian............................................................................... 40
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 40
D. Sumber Data ..................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................ 41
F. Pelaksanaan ...................................................................................... 42
commit to user
G. Analisis Data ..................................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 43
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 43
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Pembahasan....................................................................................... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 82


A. Hasil Penelitian ................................................................................. 82
B. Pembahasan....................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 90


LAMPIRAN

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ................................................................... 39

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat Kekerapan ......................................................................... 30


Tabel 2. Tingkat Keparahan ......................................................................... 31
Tabel 3. Penentu jumlah orang terkena paparan ........................................ 33
Tabel 4. Penentu Kemungkinan ................................................................... 33
Tabel 5. Tingkat Risk Rating......................................................................... 33
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kebisingan ........................................................ 44
Tabel 7. Hasil Pengukuran Pencahayaan ..................................................... 45
Tabel 8. Hasil Pengukuran Getaran ............................................................. 46
Tabel 9. Hasil Pengukuran Iklim Kerja ........................................................ 47
Tabel 10. Hasil Pengukuran Kualitas Udara ............................................... 48
Tabel 11. Faktor Bahaya Tempat Kerja ....................................................... 49
Tabel 12. Identifikasi bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
Area Produksi LiIne 8 ........................................................................... 51

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang


Lampiran 2. Jadwal Magang
Lampiran 3. Kode Hazard
Lampiran 4. Daftar Resiko Penilaian K3 Area Manufacturing 2012
Lampiran 5. Formulir Pelaporan Investigasi Kejadian PT. CCAI 2012

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, terutama pada era

industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan

modernisasi serta transformasi globalisasi. Hal tersebut disamping

memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping

yang tidak dapat dielaknya adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber

bahaya. Faktor lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat keselamatan dan

kesehatan kerja. Proses kerja tidak aman, dan sistem kerja yang semakin

kompleks dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri bagi keselamatan dan

kesehatan kerja. (Tarwaka, 2008).

Sebagai tambahan beban kerja yang merupakan beban langsung akibat

pekerjaan atau beban pekerjaan yang sebenarnya, pekerjaan biasanya

dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang menyebabkan adanya

beban tambahan kepada tenaga kerja baik jasmaniah maupun rohaniah

(Suma'mur P.K, 2009).

Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang

digunakan untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi

bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat

menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Tenaga kerja yang

terpapar dengan potensi bahaya lingkungan kerja tertentu dalam waktu yang

tertentu pula akan mengalami gangguan-gangguan kesehatan, baik fisik

maupun psikis, sesuai dengan jenis dan besarnya potensi bahaya yang ada,

atau dengan kata lain akan timbul penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).

Menurut Martina Indah Lestari (2005) menyatakan untuk mengukur

kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dan membuktikan bahwa perusahaan

atau tempat kerja telah melaksanakan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 05/MEN/1996

dilakukan audit sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Dengan demikian agar masalah K3 dapat dilaksanakan dengan baik

diperlukan pembinaan dan pengawasan secara menyeluruh dan

berkesinambungan. Oleh karena itu, K3 yang merupakan salah satu bagian

dari upaya perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan

pada setiap tingkatan proses untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas

kerja, kerugian berupa cacat atau cidera yang bersifat sementara maupun

permanen atau bahkan terjadi kematian serta kerusakan properti dan

lingkungan (Tarwaka, 2008).

Lingkungan kerja sering sangat tidak membantu untuk upaya

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Suhu, kelembaban, dan

ventilasi udara ditempat kerja menyebabkan suhu efektif berada diluar zona

yang biasa untuk memfasilitasi kemudahan dan kenyamanan kerja bahkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merupakan tekanan panas sebagai beban tambahan yang berat bagi pekerja

dalam melaksanakan pekerjaannya. Pencahayaan dan penerangan yang

demikian penting untuk kemudian melakukan pekerjaan sering diabaikan,

dengan akibat kelelahan luar biasa pada mata dan konsekuensinya sangat

menurunkan efisiensi kerja serta terjadinya banyak kesalahan dalam

melakukan pekerjaan. Intensitas kebisingan jauh melebihi 85 dBA sehingga

bukan saja mengganggu produktifitas tapi juga berada pada taraf

membahayakan bagi alat pendengaran pekerja. Lingkungan kerja sering penuh

oleh debu, uap, gas dan lain lain yang disatu pihak sangat mengganggu

produktifitas kerja dan mengurangi mutu hasil kerja, serta juga dipihak lain

luar biasa berpengaruh sangat negatif bagi kesehatan dan menyebabkan

sakitnya tenaga kerja (Suma'mur P.K 2009).

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java merupakan perusahaan

yang memproduksi minuman ringan yang memiliki faktor dan potensi bahaya

disetiap proses produksinya. Melalui penerapan K3 di perusahaan tersebut

maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,

effisiensi di segala bidang, serta keselamatan dan kesehatan kerja sehingga

mampu mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

dapat menimbulkan kerugian bagi tenaga kerja maupun perusahaan.

Melalui kegiatan observasi dan survei di area produksi PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java, penulis bertujuan untuk mengetahui sumber

potensi bahaya dengan memonitoring potensi bahaya yang ada di PT. Coca-

Cola Amatil Indonesia Central Java melalui tugas akhir dengan judul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“Monitoring Potensial Hazard Area Produksi Sebagai Upaya Preventif

Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java”.

Dengan adanya magang tersebut berharap dapat menambah

pengalaman kerja bagi mahasiswa dan dapat melakukan pendataan dan

evaluasi potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja yang ditimbulkan oleh

proses produksi. Selain ini dapat merencanakan koreksi dan perencanaan

pengendalian bahaya yang di timbulkan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan monitoring potensial hazard yang ada di PT. Coca-

Cola Amatil Indonesia Central Java.

C. Tujuan Magang

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran memonitoring faktor–faktor potensi bahaya di

tempat kerja yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui proses produksi, serta potensi

bahayanya.

b. Mahasiswa dapat mengevaluasi faktor bahaya dan potensi bahaya

yang ada di tempat kerja.

c. Mahasiswa mampu mengetahui langkah-langkah pengendalian

terhadap faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan yang di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java.

e. Mahasiswa mengetahui fasilitas Keselamatan dan Kesehatan yang ada

di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.

f. Mahasiswa mendapatkan data-data yang diperoleh untuk menyusun

tugas akhir.

D. Manfaat Magang

1. Bagi Perusahaan

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat

bagi perusahaan sehingga dapat dijadikan dasar bagi tindakan koreksi

/perbaikan dalam mengimplementasikan K3 dan peningkatan kualitas

K3 di Perusahaan.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan saran

maupun masukan yang bermanfaat di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java sehingga resiko kecelakaan kerja dapat diminimalisir

serta diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan yang

bermanfaat di perpustakaan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central

Java.

2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Diharapkan dapat menambah wawasan serta mengembangkan

penerapan keilmuan mengenai pengetahuan tentang keselamatan dan

kesehatan kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Diharapkan dapat menambah perbendaharaan kepustakaan mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Diharapkan sebagai masukan (feed back) terhadap kesesuaian

kurikulum dengan kualitas mahasiswa dibidang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3).

3. Bagi Mahasiswa

a. Hasil penelitian diharapkan mendapatkan pengalaman nyata di

lapangan khususnya dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

b. Diharapkan dapat mengidentifikasi bahaya yang ada di tempat kerja.

c. Diharapkan dapat menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja

telah di dapat di perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Bahaya

a. Pengertian bahaya

Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau

berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cedera, penyakit,

kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi

operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).

Hazard adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan

terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan

dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

sistem kerja.

Bahaya kerja adalah setiap keadaan lingkungan kerja yang

berpotensi untuk terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat

kerja. Bahaya kerja terdiri dari bahaya faktor peralatan mesin,

fisiologik dan beban kerja, fisik, kimiawi, biologis, dan psikologis

(Harrianto, 2010).

Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan

pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut

disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan

kecelakaan (Suma’mur, 1996).


commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

b. Jenis bahaya

Jenis bahaya ada lima (Soehatman Ramli, 2010) yaitu :

1) Bahaya mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau

benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan

secara manual dengan penggerak. Misalnya : gerinda, bubut,

potong, press, tempa pengaduk. Bagian yang bergerak pada mesin

mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong,

menempa, menjepit, menekan. Gerakan mekanis ini dapat

menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,

terpotong, dan terkupas.

2) Bahaya listrik

Bahaya listrik bersumber dari energi listrik yang dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik,

dan hubungan arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan

bahaya listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja

atau mesin yang menggunakan listrik.

3) Bahaya kimiawi

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia

antara lain :

a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic).

b) Iritasi oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam

keras, cuka air aki.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

c) Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia

memiliki sifat mudah terbakar dan meledak misalnya golongan

senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG.

d) Polusi dan pencemaran lingkungan.

4) Bahaya fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :

a) Bising yang dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau

kerusakan indera pendengaran.

b) Tekanan.

c) Getaran.

d) Suhu panas atau dingin.

e) Cahaya atau penerangan.

f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultraviolet, dan sinar infra

merah.

5) Bahaya biologis

Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang

bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat

di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya

ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan

kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

c. Tempat kerja

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 1, menyatakan bahwa tempat kerja adalah tiap ruangan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana

tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber atau sumber-sumber

bahaya, termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan,

halaman, dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau

berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Menurut Permenaker No. PER. 05/MEN/1996 pasal 1 tentang

SMK 3 yang dimaksud tempat kerja adalah setiap ruangan atau

lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga

kerja bekerja, atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu

usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya baik darat, didalam

tanah, dipermukaan air, didalam air maupun diudara yang berada

didalam wilayah kerusakan hukum Republik Indonesia.

2. Sumber Bahaya

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi karena adanya

sumber–sumber bahaya di lingkungan kerja (Syukri Sahab, 1997). Sumber

bahaya berasal dari :

a. Bangunan, peralatan, dan instansi.

Perlu mendapat perhatian dari mulai konstruksi bangunan harus

kokoh dan memenuhi syarat. Disain ruangan dan tempat kerja harus

menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Pencahayaan dan ventilasi

harus baik. Tersedia penerangan darurat yang diperlukan. Jalan dan

gang harus diberi marka yang jelas. Pada tempat yang memerlukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

dipasang rambu yang sesuai keperluan. Tersedianya jalan

penyelamatan diri yang diperlukan lebih dari satu sisi yang

berlawanan. Pintu harus membuka keluar untuk memudahkan keluar

untuk memudahkan penyelamatan diri.

Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik

dalam desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji

terlebih dahulu serta diperiksa oleh suatu tim ahli. Jika diperlukan

modifikasi harus sesuai dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang

ditentukan. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan operasi untuk

menjamin keselamatannya serta dioperasikan oleh operator yang

memenuhi syarat.

Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang

mengandung bahaya. Peralatan kerja yaitu yang digunakan atau

dipakai tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya, seperti : mesin-

mesin untuk proses produksi, meja kerja, generator, instalasi listrik,

tangga, ketel lokal exhauster (ventilasi keluar setempat), pengatur suhu

ruangan, ketel uap, crane, lift, dll. Potensi bahaya faktor mesin

peralatan yaitu cedera dan kecelakaan kerja (Jati Kusuma, 2010).

Apabila tidak diperlukan dengan semestinya serta tidak dilengkapi

dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan

macam-macam bahaya seperti : kebakaran, sengatan listrik, ledakan,

luka atau cedera. Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu

pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan dibidang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit pengoperasiannya perlu

disediakan semacam petunjuk sebagai daftar periksa

pengoperasiannya.

b. Faktor kimia

Bahan kimia menjadi berbahaya bagi manusia terutama karena

potensi toksisitasnya. Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan kimia

untuk merusak suatu jaringan, organ, atau sistem tubuh (Harrianto,

2010).

Bahaya dari bahan kimia meliputi berbagai risiko sesuai

dengan sifat bahan antara lain (Budiono, 2003) :

1) Mudah terbakar

Bahan kimia yang bila mengalami suatu reaksi oksidasi

pada kondisi tertentu akan menghasilkan nyala api.

2) Mudah meledak

Bahan kimia yang mudah meledak merupakan bahan kimia

yang berupa padatan atau cairan atau campurannya sebagai akibat

suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas atau

perubahan) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses

yang relatif singkat disertai dengan pelepasan tekanan yang besar

serta suara yang keras.

3) Menimbulkan alergi atau iritasi.

4) Korosif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Bahan kimia meliputi asam-asam alkali dan bahan-bahan

kuat lainnya yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam

bejana atau penyimpanan. Senyawa asam alkali dapat

menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang

kulit dan sistem pernafasan.

5) Bersifat racun

Bahan kimia dalam jumlah relatif sedikit dapat

mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan

kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. Sifat

racun dari bahan kimia ini dapat akut dan sering tergantung pada

jumlah bahan tersebut yang masuk ke dalam tubuh.

6) Radioaktif

Bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk

memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, sinar gamma,

sinar netron, dan lain-lain yang dapat membahayakan tubuh

manusia.

7) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh.

8) Mengakibatkan kelainan pada janin.

9) Menyebabkan kanker.

Pemajanan bahan kimia mengakibatkan terjadinya perubahan

biologi atau fungsi tubuh yang menisfestasinya berupa keluhan, gejala

dan tanda gangguan kesehatan. Kerusakan jaringan atau sel tubuh

terutama terjadi pada organ target, bahan kimia bisa bersifat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

neurotoksik (meracuni saraf), hepatotoksik (meracuni hati/liver),

nefrotoksik (meracuni ginjal), hematotoksik (meracuni darah), sistemik

(meracuni seluruh fungsi tubuh) dan sebagainya (Harrianto, 2010).

Setiap bahan kimia berbahaya harus dilengkepi dengan

Material Safety Data Sheet (MSDS). MSDS ini dapat dimintai kepada

pemasok dengan memasukkannya dalam kontrak pembelian bahan.

c. Fisiologik dan beban kerja

Beban kerja meliputi beban mental, fisik dan sosial. Upaya

penempatan pekerja harus sesuai dengan kemampuannya jika tidak

maka akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal, low back pain,

serta kelelahan. Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu

memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajad kesehatan,

pembebanan tidak melebihi 30-40 % dari kemampuan kerja

maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari. Berdasarkan

hasil beberapa observasi, bebas untuk tenaga kerja Indonesia adalah 40

kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali

maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan (Jati Kusuma,

2010).

Penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter

praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang

diusahakan tidak melebihi 30-40 per menit diatas denyut nadi sebelum

bekerja yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji

dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara

berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan stress (Jati Kusuma, 2010).

d. Proses

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang

digunakan. Proses yang digunakan industri ada sederhana tetapi ada

proses yang rumit. Proses yang berbahaya ada juga proses yang kurang

berbahaya. Dari proses tersebut terkadang timbul asap, debu, panas,

bising dan bahaya mekanis seperti : terjepit, terpotong, tertimpa bahan.

Hal tersebut mengakibatkan kecelakaan juga penyakit akibat kerja.

Proses banyak bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku dan

bahan penolong. Ada bahan kimia yang merupakan hasil sampingan.

Sebagaian bahan tersebut termasuk bahan kimia berbahaya seperti

bahan mudah terbakar, meledak, iritan dan beracun.

e. Cara kerja

Bahan dari cara kerja dapat membahayakan tenaga kerja itu

sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara

lain :

1) Cara mengangkat dan mengangkut, bila dilakukan dengan cara

yang salah mengakibatkan cedera dan paling sering adalah cedera

patah tulang punggung. Juga sering terjadi kecelakaan sebagai

akibat cara mengangkat dan mengangkut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam

percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.

3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara

pemakaian yang salah.

f. Faktor fisik

Physical hazard yaitu suatau kondisi yang bersumber pada

karakteristik secara fisik dari obyek yang dapat memperbesar

terjadinya kerugian (Budiono, 2003). Lingkungan fisik mencangkup

kebisingan, pencahayaan, getaran atau vibrasi, radiasi pengion, radiasi

non pengion dan iklim kerja.

1) Kebisingan

Merupakan gangguan yang berpotensi mempengaruhi

kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan

operasional peralatan pabrik, sedangkan operator (karyawan yang

mengoperasikan peralatan pabrik) merupakan komponen

lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya

peningkatan kebisingan. Oleh sebab itu diperlukan upaya

pengendalian bising di lingkungan pabrik yang mencangkup

pengendalian untuk karyawan dan juga untuk lingkungan sekitar

pabrik. Kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dB untuk 8 jam

kerja sehari atau 40 jam seminggu. Dasar hukum yang digunakan

adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat

kerja (Sungkar, 2003).

Efek yang ditimbulkan kebisingan adalah (Budiono, 2003) :

a) Mengurangi kenyamanan dalam bekerja

Tidak semua tenaga kerja mengalami gangguan akan

kebisingan. Ini disebabkan tenaga kerja sangat terbiasa oleh

kondisi yang ada dalam jangka waktu yang cukup lama.

b) Menggangu komunikasi atau percakapan antar pekerja

Kesalahan informasi yang disampaikan terutama bagi pekerja

baru dapat berakibat fatal.

c) Mengganggu konsentrasi.

d) Menurunkan daya dengar, baik bersifat sementara maupun

permanen.

e) Tuli akibat kebisingan (Noise Induce Hearing Loss).

2) Pencahayaan

Penerangan tenaga kerja adalah salah satu sumber cahaya

yang menerangi benda-benda di tempat kerja. Penerangan yang

berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan (Budiono, 2003).

Sama seperti faktor lingkungan yang lain apabila intensitas

penerangan tidak memadai (suram atau menyilaukan) maka dapat

menyebabkan produktivitas tenaga kerja menjadi rendah. Hal ini

dikarenakan sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

a) Kondisi lingkungan yang suram umumnya tenaga kerja akan

berupaya untuk dapat melihat pekerjaannya dengan sebaik-

baiknya dengan cara berakomodasi secara terus menerus.

Upaya demikian akan menyebabkan terjadinya ketegangan

mata (eye strain) menciptakan ketegangan mata otot dan syaraf

yang dapat mempercepat kelelahan bukan hanya kelelahan

mata saja, namun juga kelelahan otot bahkan syaraf atau

kelelahan mental. Kondisi demikian cenderung akan

menurunkan ketelitian dan lebih lanjut dapat menyebabkan

terjadinya kesalahan, memperpanjang waktu kerja,

menurunkan produksi disamping itu juga dapat menurunkan

kewaspadaan dan cenderung kecelakaan kerja.

b) Intensitas penerangan yang berlebihan (kelebihan cahaya) akan

menyebabkan terjadinya kesilauan di tempat kerja, cenderung

menciptakan ketegangan mata, otot, syaraf yang dapat

mempercepat terjadinya kelelahan (Moeljosoedarmo, 2008).

Alat untuk mengetahui intensitas penerangan adalah

Luxmeter. Intensitas penerangan yang dinyatakan dalam satuan

Lux. Intensitas penerangan diukur dengan dua cara yaitu (Budiono,

2003) :

a) Penerangan umum, diukur setiap meter persegi luas lantai

dengan tinggi permukaan kurang dari 85 cm dari lantai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

b) Penerangan lokal, diukur di tempat kerja atau meja kerja pada

objek yang dilihat oleh tenaga kerja.

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan

mata akibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja, memperpanjang

jangka waktu, keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala,

kerusakan indera mata, kelelahan mental, menimbulkan kecelakaan

kerja (Budiono, 2003).

Penerangan yang dibutuhkan tenaga kerja agar dapat

melaksanakan pekerjaannya dengan cara sebaik-baiknya adalah

penerangan yang cukup, tidak suram, dan mencegah terjadinya

kesilauan sehingga membantu menciptakan lingkungan kerja yang

nyaman dan menyenangkan. Penerangan yang cukup akan

membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dan menghemat waktu

kerja. Dapat melihat dengan mudah, nyaman merupakan

penghematan energi dan mencegah terjadinya kecelakaan

(Moeljosoedarmo, 2008). Untuk pengaturan intensitas

pencahayaan telah diatur dalam Peraturan Menteri Perburuhan No.

7 Tahun 1964.

3) Getaran atau vibrasi.

Getaran terjadi bila energi mekanis yang berasal dari

getaran suatu benda ditransmisikan pada suatu objek yang tetap.

Dalam kesehatan kerja, seorang pekerja dapat terpajan pada dua

jenis vibrasi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

a) Vibrasi seluruh badan (whole body vibration) bila vibrasi

ditransmisikan keseluruh tubuh.

b) Vibrasi segmental bila vibrasi ditansmisikan teralokasi 1

segmen tubuh biasanya lengan dan tangan pada saat

menggunakan peralatan yang bergetar (Harrianto, 2010).

Pengaruh getaran pada tenaga kerja dapat dibedakan

menjadi gangguan kenikmatan bekerja, mempercepat terjadinya

kelelahan, gangguan kesehatan. Getaran seluruh badan dapat

memicu terjadinya pengelihatan kabur, sakit kepala, gemetaran

(shakeness), dan kerusakan organ pada bagian dalam. Sedangkan

getaran pada lengan dan tangan dapat mengakibatkan sakit kepala,

sakit indera perasa pada jari-jari menurun fungsinya dan terbentuk

noda putih pada punggung jari/telapak tangan (white finger

syndrom) (Budiono, 2003).

Pengukuran getaran yang ada dibandingkan dengan NAB

yang tercantum pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor :

KEP.51/MEN/1999 mengenai Nilai Ambang Batas (NAB) getaran

untuk pemajanan lengan dan tangan (Budiono, 2003).

4) Iklim kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-

51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat

Kerja, pasal 1 ayat 5 berbunyi “Iklim kerja adalah hasil perpaduan

antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja

sebagai akibat pekerjaannya”.

Pengukuran suhu basah dan suhu kering menggunakan

peralatan yang sama yaitu termometer suhu udara, perbedaan

terletak pada pemasangan kain katun pada bola (bulb) termometer

tersebut. Suhu basah menunjukkan keadaan uap air dan dingin di

udara. Suhu bola atau suhu radiasi merupakan pengukuran suhu

akibat adanya radiasi panas di lingkungan. Radiasi panas bisa

berasal dari sinar matahari, proses produksi atau proses

metabolisme tubuh. Kelembaban udara mengukur banyaknya uap

air yang berada di udara sedangkan kecepatan gerakan udara atau

angin merupakan pengukuran terhadap gerakan udara. Di

Indonesia, parameter yang tingkat iklim kerja adalah Indeks Suhu

Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/Men/1999 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja (Ardyanto, 2005).

a) Iklim kerja panas

Suhu lingkungan di tempat kerja yang telalu panas atau

terlalu dingin berbahaya terhadap kesehatan individu pekerja.

Pajanan suhu lingkungan yang terlalu panas disebut heat stress.

Keseimbangan antara panas tubuh dan lingkungan diperlukan

supaya metabolisme tubuh dapat berjalan lancar. Proses

pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan terjadi melalui


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

mekanisme konveksi, radiasi, evaporasi, dan konduksi. Proses

metabolisme tubuh yang berinteraksi dengan panas di

lingkungannya akan mengakibatkan pekerja mengalami

tekanan panas. Tekanan panas ini dapat disebabkan karena

adanya sumber panas maupun karena ventilasi tidak baik

(Harrianto, 2010).

Pengaruh pemaparan panas terhadap kesehatan

(Budiono 2003) yaitu :

(1) Dehidrasi merupakan keadaan dimana tubuh letih, lesu,

lemah, dan katuk.

(2) Heat cramps merupakan bertambahnya keringat yang

menyebabkan hilangnya garam Natrium dalam tubuh.

Gejala antara lain kejang otot tubuh dan perut sakit sekali.

(3) Heat exhaustion biasanya oleh karena cuaca yang sangat

panas terutama bagi mereka yang belum beraklimatisasi

terhadap udara panas. Penderita biasanya berkeringat

sangat banyak, tekanan darah menurun dan denyut nadi

lebih cepat dari biasanya.

(4) Heat stroke merupakan keadaan dimana temperatur tubuh

40-41 oC yang mengakibatkan kerusakan jaringan-jaringan

seperti liver, ginjal, dan otak. Pekerja merasakan sakit

kepala, fatigue, pening, denyut nadi cepat, dan cepat tidak

sadarkan diri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

b) Iklim kerja dingin

Sektor industri pekerja yang bekerja di lingkungan kerja

yang bersuhu dingin misalnya di pabrik es, kamar pendingin,

ruang komputer, ruang kantor, dan sebagainya (Budiono,

2003).

Akibat suhu dingin terhadap kesehatan pekerja

(Budiono, 2003):

(1) Chilblain

Diderita tenaga kerja sebagai akibat di tempat kerja

yang cukup dingin dengan waktu yang cukup lama.

(2) Trencfoot

Terjadi kerusakan anggota badan terutama kaki

akibat kelembaban atau suhu dingin walaupun suhu masih

diatas titik beku. Gejalanya antara lain pucat, kadang nadi

tidak teraba, rasa kesemutan, kaku, berat bila lanjut terjadi

gangrene.

(3) Froshbite

Suhu yang sangat rendah dibawah titik beku.

Kondisi penderita sama seperti yang mengalami penyakit

trencfoot namun stadium teakhir penyakit ini adalah

gangrene.

g. Faktor biologi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Faktor biologi merupakan salah satu faktor bahaya yang

mungkin ditemukan di tempat kerja. Bahaya biologi sering kali luput

dari pengamatan atau perhatian sehingga bahaya dari faktor ini tidak

dikenal, dikontrol, diantisipasi, dan cenderung diabaikan sampai suatu

ketika menjadi keadaan yang sangat sulit diperbaiki. Bahaya dari

faktor biologi sangat bervariasi seperti juga berbagai pekerjaan yang

mungkin dapat terekspose oleh faktor ini, untuk itu dengan mengenal

bahaya dari biologi diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari

(Pusparini, 2008).

Bahaya kerja biologi yaitu gangguan kesehatan atau penyakit

yang didapat dari tempat kerja akibat pajanan oleh mikroorganisme

seperti virus, bakterial, jamur, parasit, dan lain-lain.

1) Bahaya kerja biologi akibat kontak dengan individu yang terinfeksi

atau kontak dengan sekresi, ereksi atau jaringan tubuh manusia

yang terinfeksi. Misalnya hepatitis, AIDS, tuberkulosis, dan lain-

lain. Keterpajanan biasanya terjadi pada para tenaga kerja

kesehatan dan petugas laboratorium.

2) Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat penularan dari binatang

yang menginfeksi manusia secara langsung atau melalui kontak

dengan sekresi, ereksi atau jaringan tubuh binatang yang terinfeksi.

Misalnya leptospirosis, antraks, toksoplasmosis dan lain-lain.

Keterpajanan biasanya terjadi pada petani, perawat binatang

peliharaan dan pekerja konstruksi.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

3) Bahaya kerja biologi yang terjadi akibat polusi udara yang

mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit.

Keterpajanan biasanya terjadi pada pekerja kantor yang

menggunakan AC sentral, tenaga pekerja pembersih cerobong asap

pabrik, dan pabrik-pabrik yang menghasilkan debu kerja

(Harrianto, 2010).

h. Faktor psikologis

Ilmu psikologis stress diartikan sebagai suatu kondisi yang

terjadi bila kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat sehingga

menimbulkan adanya ketidakseimbangan. Stress sebagai pengalaman

emosional negatif disertai reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan

perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri

terhadap situasi yang menyebabkan stress.

Faktor psikologis memainkan peran besar karena penyakit itu

dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan

yang akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja sehingga

perlu adanya upaya pengendalian yang dilakukan dengan melakukan

kegiatan komunikasi, refreshing, kegiatan lomba pada saat hari raya,

kegiatan meeting yang dilakukan dari pihak perusahaan.

i. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pekerja

melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif

memberikan rasa aman dan memungkinkan para pekerja untuk dapat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

bekerja secara optimal. Jika tenaga kerja menyenangi lingkungan kerja

dimana tenaga kerja bekerja, maka pekerja tersebut akan betah di

tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja

dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja tenaga kerja

juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencangkup hubungan kerja

yang terbentuk antara sesama pekerja dan hubungan kerja antar

bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat tenaga kerja bekerja

(Budiono, 2003).

Lingkungan kerja terjadi dari : faktor lingkungan fisik, kimia,

biologik, ergonomik, psikologik yang dapat mengakibatkan berbagai

gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan

produktivitas dan efisiensi kerja.

Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap kesehatan dan

sikap tenaga kerja memandang pekerjaan mereka. Selain itu, udara di

tempat kerja dan bagaimana atmosfer tersebut bersih dari uap-uap

berbahaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap komunitas

masyarakat sekitarnya.

3. Monitoring Potensial Hazard

Monitoring potensial hazard adalah suatu proses interaksi yang

digunakan oleh organisasi tempat kerja untuk mengidentifikasi,

mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempatnya guna mengurangi

risiko akibat bahaya tersebut. Monitoring potensial hazard dilakukan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

maksimal 1 (satu) bulan sekali. Tahapan monitoring potensi bahaya antara

lain : (Harrianto, 2010).

a. Identifikasi bahaya kerja

Identifikasi bahaya kerja adalah suatu proses yang

dilaksanakan untuk mendeteksi adanya ancaman bahaya ditempat

kerja. Langkah ini merupakan hal yang pertama dilakukan dalam

monitoring bahaya kerja sebelum evaluasi yang mendetail

dilaksanakan. Identifikasi bahaya kerja meliputi pengukuran kasar

bahaya di lingkungan kerja.

Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan

hazard adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran

hazard di tempat kerja. Pada saat mengidentifikasi bahaya terhadap

keselamatan dan kesehatan yang berhubungan dengan proses kegiatan

akan mempertimbangkan Hazard/bahaya yang meliputi:

1) Fall Hazard, misalnya : terjatuh dari ketinggian, tertimpa

benda/material (Hazard Code : FH).

2) Machinery Entrapment, misalnya terjepit v-belt, terpotong, luka

akibat mesin (Hazard Code : ME).

3) Noise Hazard, bahaya kebisingan (Hazard Code : NH).

4) LEV Hazard, bahaya debu, uap beracun yang memerlukan Local

Exhaust ventilation (Hazard Code : LH).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

5) Manual Handling Hazard, bahaya akibat melakukan aktivitas

handling manual seperti terkilir, penyakit yang timbul akibat aspek

ergonomi, dsb (Hazard Code : MHH).

6) Fire Hazard, bahaya kebakaran (Hazard Code : FRH).

7) Material handling Equipment/Pedestrian Collision, bahaya yang

timbul dari peralatan untuk handling dan bahaya tertabrak (Hazard

Code : PC).

8) Confined Space Hazard, bahaya berada dalam ruang terbatas

(Hazard Code : CSH).

9) Chemical Exposure, bahaya terpapar bahan kimia (Hazard Code :

CE).

10) Electrical Hazard, bahaya listrik misalnya kesetrum, dsb (Hazard

Code : EH).

11) Energy Hazard, bahaya dari energi, misalnya steam, panas, dsb

(Hazard Code : HEH).

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses aktivitas yang

dilakukan mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi

sebagai penyebab terjadinya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat

kerja yang mungkin timbul di tempat kerja. Menurut Tarwaka (2008)

proses identifikasi bahaya adalah :

1) Membuat daftar semua objek (mesin peralatan, bahan proses kerja,


commit
sistem kerja, kondisi kerja)toyang
userada ditempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

2) Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.

3) Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat

yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.

4) Mereview kecelakaan, catatan P3K, dan informasi lainnya.

5) Mencatat seluruh hazard yang telah teridentifikasi.

b. Penilaian hasil evaluasi risiko bahaya kerja

Risiko merupakan suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan

atau kerugian pada periode waktu/siklus tertentu. Sedangkat tingkat

risiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan

keparahan (consequence/severity) dari suatu kejadian yang dapat

menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cidera dan sakit yang

mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja

(Tarwaka, 2008).

Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja merupakan hasil

rangkuman peninjauan semua faktor yang mengakibatkan bahaya kerja

pada manusia. Penilaian ini akan memberikan fakta dan kemungkinan

yang relevan, sehingga memudahkan penetapan langkah berikutnya

dalam pengendalian risiko bahaya kerja. Dengan mempertimbangkan

hal-hal atau risiko terburuk yang akan terjadi antara lain meliputi :

1) Cedera (Injury)

Jari terputus, seseorang meninggal dunia akibat kecelakaan atau

keracunan, akibat kronis atau akut, tidak mampu bekerja untuk

beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan, dll.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

2) Sakit (Illness)

Gangguan fungsi paru secara permanen, sakit kepala, muntah-

muntah karena keracunan, ketulian menetap, stress, dll.

3) Kerusakan (Damage)

Apakah terjadi peledakan, kebakaran, pelepasan racun bahan-

bahan kimia, mesin-mesin tidak bisa beroperasi lagi, dll.

4) Biaya (Cost)

Pabrik tidak bisa berproduksi, banyak kehilangan pekerja terampil,

biaya perawatan kesehatan, image public, dll.

5) Keselamatan umum (Public Safety)

Apakah pelanggan menderita kerugian, apakah ada orang lain yang

terkena dampaknya, dll.

Didalam penilaian risiko harus dilakukan secara sistematis

dan terencana dengan mengikuti tahapan-tahapan proses penilaian

risiko yang dilakukan untuk menilai tingkat risiko kecelakaan atau

cidera dan sakit dan merupakan proses kelanjutan dari proses

identifikasi hazard yaitu :

1) Estimasi tingkat kekerapan

Mempertimbangkan tentang berapa lama seorang tenaga kerja

terpapar potensi bahaya. Tingkat kekerapan (probability)

kecelakaan atau sakit dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori

sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Tingkat kekerapan


Tingkatan Kategori Penjelasan
1 Rarely Suatu kejadian yang memerlukan
suatu kondisi yang sangat khusus &
waktu bertahun-tahun untuk mungkin
terjadi lagi.
2 Unlikely Suatu kejadian yang mungkin terjadi
setiap tahun pada suatu kondisi
tertentu.
3 Occasional Suatu kejadian yang mungkin terjadi
setiap minggu sampai setiap bulan
pada beberapa kondisi tertentu.
4 Frequent Suatu kejadian yang mungkin terjadi
setiap hari pada hampir semua kondisi
yang ada.
5 Constant Suatu kejadian yang pasti terjadi &
terus-menerus selama kegiatan
dilakukan.
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java.
2) Estimasi tingkat keparahan

Mempertimbangkan tentang berapa banyak orang yang ikut

terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana

saja yang dapat terpapar potensi bahaya.

Tingkat keparahan (consequence/severity) kecelakaan atau

sakit dapat dikategorikan menjadi 5 (lima) kategori sebagai berikut

Tabel 2. Tingkat keparahan


Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Trivial Cedera ringan {perawatan P3K
(tindakan medis sederhana, pemberian
obat-obatan dengan berpedoman
kepada daftar obat esensial atau
generik)}, kerugian materi sangat kecil
(0-1 juta rupiah), tidak kehilangan
waktu kerja.
2 Low Cedera ringan, memerlukan perawatan
P3K,{tindakan
commit to user medis sederhana,
bimbingan dan konsultasi kesehatan,
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

sambungan

pemberian obat–obatan dengan


berpedoman kepada daftar obat esensial
atau generik, pemeriksaan laboratorium
sederhana, pemeriksaan dan
pengobatan dokter umum} langsung
dapat ditangani, kerugian materi sedang
( 1 juta-5 juta rupiah) kehilangan waktu
kerja 1 x 24 Jam (berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jendral Pembinaan
Hubungan Industrial Dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Departemen Tenaga
Kerja RI No. Kep.84/BW/1998
tenhtang cara pengisian formulir
laporan dan analisis statistik kecelakaan
lampiran I B II no. 3
3 Minor Cedera ringan, memerlukan perawatan
medis (tindakan medis sederhana,
bimbingan dan konsultasi kesehatan,
pemberian obat-obatan dengan
berpedoman kepada daftar obat esensial
atau generik, pemeriksaan laboratorium
sederhana, pemeriksaan dan
pengobatan dokter umum, pemeriksaan
diagnosis lanjutan, rujukan rawat inap
di rumah sakit yang ditunjuk
perusahaan), kerugian materi cukup
besar, kehilangan waktu kerja
maksimal 2 x 24 jam
4 Major Cidera yang mengakibatkan
cacat/hilang fungsi tubuh secara total,
sakit permanen, memerlukan perawatan
medis, (pemeriksaan dan pengobatan
oleh dokter spesialis, rawat inap di
rumah sakit yang ditunjuk perusahaan,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
radiologi) dan perawtan jangka panjang
{treatment berkelanjutan (rehabilitasi)}
kerugian materi besar (25 juta rupiah –
50 juta rupiah), kehilangan waktu kerja
lebih dari 2 x 24 jam
5 Fatality Menyebabkan kematian, off-site release
bahan toksik dan efeknya merusak,
kerugian materi sangat besar (50 juta
rupiah – 100 juta rupiah)
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

3) Penentuan jumlah orang terkena paparan

Tabel 3. Jumlah orang terkena paparan


Tingkatan Kriteria
1 1 – 2 orang
2 3 – 7 orang
3 8 – 15 orang
4 16 – 50 orang
5 Lebih dari 50 orang
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java.
4) Penentuan Kemungkinan (likelihood)

Tabel 4. Tingkat kemungkinan


Tingkatan Kriteria Penjelasan
1 Unlikely Suatu insiden mungkin dapat
/ Hampir tidak terjadi pada suatu kondisi yang
mungkin khusus/luar biasa/setelah
bertahun-tahun.
2 Possible Suatu kejadian mungkin terjadi
/Kemungkinan pada beberapa kondisi tertentu,
kecil namun kecil kemungkinan
terjadinya
3 Probable Suatu kejadian akan terjadi pada
/Sedang beberapa kondisi tertentu.
4 Likely Suatu kejadian mungkin akan
/Mungkin terjadi pada hampir semua
terjadi kondisi
5 Certain Suatu kejadian akan terjadi pada
/Hampir pasti semua kondisi/setiap kegiatan
yang dilakukan.
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java.
5) Penentuan risk rating

Tabel 5. Risk rating


Nilai Kriteria Penjelasan
50 > PRIORITAS 1 Harus segera
( Critical Priority ) dilakukan tindakan
untuk mengurangi
risiko.
Aktifitas/kegiatan
bisa dihentikan
commit to user sampai risiko
tersebut dihilangkan
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

sambungan

atau dikontrol secara


ketat dan tepat
10-50 PRIORITAS 2 Diperlukan monitor
(Monitor & Control) dan kontrol
berkelanjutan untuk
memperkecil risiko
dengan melakukan
perbaikan desain
mesin–peralatan,
memperbaiki kualitas
APD serta awareness
& training.
< 10 PRIORITAS 3 Tidak ada risiko atau
(Tolerate) risiko sudah dapat
dikendalikan
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java.
c. Pengendalian dan pemantauan bahaya risiko

Tarwaka (2008) Pengendalian dan pemantauan bahaya risiko

terdiri dari lima macam prioritas pengendalian yaitu eliminasi,

engineering/rekayasa, penggantian/substitusi, pengendalian secara

administratrasi, alat pelindung diri (APD).

1) Eliminasi

Merupakan suatu pengendalian secara fisik untuk

meniadakan atau menghilangkan sama sekali faktor penyebab

sehingga dianggap cara yang paling ideal meskipun dalam

pelaksaannya perlu pertimbangan berbagai aspek yang berkaitan

dengan produksi. Pengendalian dengan cara eliminasi bisa juga

dikatakan cara menghilangkan potensi bahaya langsung dari

sumbernya.

2) Subsitusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Mengganti kegiatan atau potensi bahaya yang ada dengan

yang lebih aman namun menghasilkan produk atau manfaat yang

tidak berbeda misalnya mengganti asbestoses dengan fiber glass.

Cara substitusi dalam pelaksanaannya senantiasa dievaluasi

kembali mengingat proses atau bahan pengganti dapat juga

menimbulkan pengaruh lain.

3) Rekayasa/enginering

Kegiatan merekayasa atau memodifikasi peralatan atau alat

yang ada sehingga sumber bahaya atau potensi bahaya yang ada

dapat berkurang.

4) Pengendalian administrasi

Pengendalian secara administratif untuk mendukung cara

pengendalian lainnya misalnya melalui tanda peringatan,

pertimbangan aspek keselamatan dan kesehatan dalam proses

pembelian bahan atau peralatan, petunjuk cara kerja yang sehat dan

aman bahkan penerapan sistem rotasi untuk mengurangi

pemaparan. Mengurangi tingkat risiko atas potensi bahaya yang

mungkin timbul dengan cara melakukan/menetapkan aturan,

prosedur dan cara bekerja yang aman.

5) Alat pelindung diri

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan tipe

potensi bahaya yang ada sehingga pekerja terlindung dari potensi

bahaya yang mungkin timbul dalam aktivitas pekerjaannya.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

4. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Menurut Tarwaka (2008) pencegahan kecelakaan kerja pada

umumnya adalah untuk mencari kecelakaan bukan mencari siapa yang

salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat

disusun suatu rencana pencegahan. Hal ini merupakan program K3 yang

pada hakekatnya adalah merupakan rumusan dari suatu strategi bagaimana

menghilangkan atau mengendalikan potensi bahaya yang sudah diketahui.

Untuk membuat program K3 dalam rangka pencegahan kecelakaan

kerja, beberapa tahap yang harus dipahami dan dilalui yaitu :

a. Identifikasi masalah dan kondisi tidak aman.

b. Model kecelakan.

c. Penyelidikan kecelakaan.

d. Azas–azas pencegahan kecelakaan.

e. Perencanaan dan pelaksanaan.

Suma`mur (1996) menyatakan bahwa, kecelakaan akibat kerja

dapat dicegah dengan :

a. Peraturan perundangan

Ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada

umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan,

pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas

pengusaha dan buruh, latihan P3K, dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tidak resmi

mengenai konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-

jenis peralatan industri tertentu, praktek keselamatan, APD atau

higiene umum.

c. Pengawasan

Pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-

undangan yang diwajibkan.

d. Penelitian bersifat teknik

Penelitian teknik misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar

pengaman, penguji APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.

e. Riset medis

Riset medis terutama meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis,

faktor-faktor lingkungan dan keadaan-keadaan fisik yang

mengakibatkan kecelakaan.

f. Penelitian psikologis

Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola–pola kewajiban

yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik

Penelitian statistik untuk menetapkan jenis–jenis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa–

apa sebabnya.

h. Pendidikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

Pendidikan yang menyangkut keselamatan dalam kurikulum teknik,

sekolah–sekolah perniagaan atau kursus–kursus pertukangan.

i. Latihan-latihan

Latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja baru

menyangkut peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan dan

keterampilan K3 bagi tenaga kerja.

j. Penggairahan

Penggunaan aneka cara untuk penyuluhan dan pendekatan lain untuk

menimbulkan sikap untuk selamat.

k. Asuransi

Asuransi yaitu finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan,

misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh

perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

Salah satu cara dengan inspeksi atau pemeriksaan yaitu suatu kegiatan

pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi

ketentuan dan persyaratan K3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Area produksi
PT. Coca-Cola
Amatil Indonesia
Central Java

Bahaya
lingkungan kerja

Faktor bahaya
Potensial bahaya

Monitoring
Faktor bahaya
Potensial bahaya

Identifikasi bahaya Tidak ada identifikasi bahaya


↓ ↓
Penilaian risiko Tidak ada penilaian risiko
↓ ↓
Pengendalian risiko Tidak ada pengendalian risiko
↓ ↓
Aman Kecelakaan kerja

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan metode deskriptif dengan metode

tersebut penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan utama untuk

memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Penelitian secara deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau

menggambarkan masalah penelitian yang terjadi (Dodiet Aditya S, 2009).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pengambilan data dilakukan di PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java di area produksi beralamat JL. Raya

Soekarno–Hatta Km 30 Ungaran 50501 dengan jenis usaha produsen air

minum ringan (soft drink) berupa Sprite, Fanta, Coca cola dalam botol

mililiter.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Identifikasi bahaya adalah suatu upaya mengenali seluruh situasi atau

kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di area produksi PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java.

Penilaian risiko sebagai upaya menilai tingkatan potensi bahaya yang

mengakibatkan kecelakaan yang timbul di area produksi PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java.


commit to user

40
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Pengendalian bahaya sebagai upaya meminimalisir kecelakaan kerja

dengan cara menurunkan tingkat risiko melalui hirarki pengendalian risiko

sehingga kecelakaan area produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central

Java dapat ditekan sehingga kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar

dan tidak menimbulkan kerugian terhadap tenaga kerja dan perusahaan.

D. Sumber Data

1. Data primer

Data yang diperoleh dari observasi lapangan dan tanya jawab dengan

karyawan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari dokumen dan catatan perusahaan yang

berhubungan dengan K3.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi lapangan

Teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung, sekaligus

survei kelapangan untuk mengetahui sistem operasional dan proses

produksi serta mencari potensi dan faktor bahaya yang ada di PT. Coca-

Cola Amatil Indonesia Central Java.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan tanya jawab serta langsung dengan

karyawan yang berwenang dan berkaitan langsung dengan masalah K3.

3. Kepustakaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah K3 yang ada di

perusahaan serta laporan penelitian yang sudah ada dan sumber lainnya

yang ada kaitannya dengan topik magang.

4. Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen-

dokumen terkendali maupun tak terkendali serta catatan perusahaan yang

berhubungan dengan objek penelitian.

F. Pelaksanaan

Pelaksanaan praktek kerja lapangan dimulai pada tanggal 01 Februari-

29 Februari 2012 dengan waktu pukul antara 08.00-17.00 WIB. Namun

praktek kerja lapangan diperpanjang sampai dengan tanggal 31 Maret 2012.

G. Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian, peneliti berusaha untuk

memonitoring potensial hazard yang ada dengan membandingkan data yang

diperoleh dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti undang-

undang, Permenaker, Kepmenaker.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil survey lapangan mengenai proses produksi dan

lingkungan kerja ditemui berbagai potensi dan faktor bahaya yang dapat

mengakibatkan suatu risiko yang menyebabkan kerugian atau kecelakaan

kerja, penyakit akibat kerja ataupun kerusakan aset perusahaan

(peralatan/mesin/kendaraan). Sumber risiko yang dapat di line 8 besar

kemungkinan sama dengan line-line lainnya. Sumber risiko yang terjadi antara

lain seperti terpeleset/terjatuh, luka/tergores, tertabrak forklift, faktor bahan

kimia (lime atau kapur (Ca(OH)2), chlorine, resin, NaCl, caustic soda (NaOH)

dan lain-lain) dan faktor fisik seperti kebisingan, getaran, pencahayaan,

tekanan panas dan faktor fisiologis seperti sikap kerja, keserasian tenaga kerja

dengan peralatan atau mesin. Faktor bahaya psikologi sosial yang dapat dilihat

dari beberapa aspek antara lain hubungan karyawan dengan perusahaan,

atasan, dan sesama karyawan dan hubungan perusahaan dengan masyarakat

sekitar yang monoton.

Faktor bahaya di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java

diklasifikasikan menjadi

1. Faktor bahaya fisik

a. Kebisingan

commit to user

43
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Kebisingan merupakan faktor bahaya fisik yang dapat

menyebabkan ketulian, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi

dan kelelahan. Jenis bising yang ada di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java adalah kebisingan mesin filler, mesin washer,

compressor, blower dan forklift serta kebisingan impulsive berulang

yang dihasilkan oleh dentingan botol yang sedang berjalan diatas

conveyor.

Tabel 6. Hasil Pengukuran Kebisingan di Unit Produksi PT. Coca-Cola


Amatil Indonesia Central Java dengan waktu pajanan 8
jam/hari.
No Lokasi pemeriksaan Intensitas kebisingan (dB-A)
1. Ruang blower line 8 81,40
2. Ruang bottling line 8 80,30
3. Ruang filling line 8 86,50
4. Ruang blower line 8 75,10
5. Ruang bottling frestea 78,90
6. Ruang filling frestea 86,00
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Upaya pencegahan kebisingan yang dilakukan ahli K3 PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java terhadap tenaga kerja yang

berada di area produksi dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

berupa ear plug dan untuk usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan

rutin hasil kebisingan setiap 6 bulan sekali dan pemeriksaan

pendengaran tenaga kerja dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali

oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran

Industri). Kondisi tenaga kerja tentang penggunaan APD berbeda-

beda, ada tenaga kerja yang konsisten menggunakan ear plug namun

ada juga yang tidak konsisten menggunakannya. Selain memakai APD


commit to user
tenaga kerja mengalami rotasi kerja dan pergantian shift kerja.
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

b. Pencahayaan

Pencahayaan di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java

bersumber dari pencahayaan buatan yang berasal dari lampu serta

pencahayaan alami yang berasal dari sinar matahari, intensitas

penerangan tiap ruang produksi umumnya sudah memenuhi standar.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Pencahayaan di Unit Produksi PT. Coca-


Cola Amatil Indonesia Central Java dengan waktu pajanan 8
jam/hari.
No Lokasi pemeriksaan Intensitas Hasil Jenis Pekerjaan
Cahaya Intensitas
(Lux) Cahaya
minimal
1. Ruang boiler 100 186 Tidak rutin
2. Ruang syrup 200 165 Tidak rutin
3. Ruang Air Compressor 100 464 Tidak rutin
4. Ruang Lab Plant 300 234 Rutin
5. Ruang Lab.Water 300 282 Rutin
Treatment
6. Ruang Lab. WWT 300 2437 Rutin
7. Lampu inspektor 300 567 Rutin
bottling line 8
8. Lampu inspektor 300 663 Rutin
bottling frestea
9. Ruang bottling line 8 200 358 Tidak rutin
10. Ruang bottling frestea 200 333 Tidak rutin
11. Ruang filling line 8 200 721 Tidak rutin
12. Ruang filling frestea 200 173 Tidak rutin
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Upaya pencegahan dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java dengan mengatur penempatan titik lampu diutamakan

pada objek kerja, memanfaatkan sumber penerangan alami semaksimal

mungkin, membersihkan/merawat sumber penerangan secara rutin dan

berkesinambungan serta menggantinya apabila sudah redup dan untuk

usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu) tahun


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran

Industri).

c. Getaran

Getaran bersumber dari mesin-mesin yang beroperasi di ruang

bottling dan filling line 8 dan frestea.

Tabel. 8 Pengukuran Getaran dilakukan diruang filling dan bottling


line 8 serta ruang bottling dan filling frestea.
No Lokasi Pemeriksaan Frekuensi NAB
Ruang Ruang Ruang Ruang Getaran
bottling bottling line filling line filling line (µm)
line 8 (µm) frestea 8 (µm) frestea
(µm) (µm)
1. 15,9 47,5 63,4 31,7 4 <100
2. 20,3 30,4 40,6 30,4 5 <80
3. 12,8 12,8 12,8 25,6 6,3 <70
4. 4,0 8,0 8,0 15,9 8,0 <50
5. 7,6 1,02 7,7 7,7 10 <37
6. 3,2 6,5 6,5 6,5 12,5 <32
7. 3,0 3,0 3,0 3,0 16 <25
8. 1,9 1,3 1,3 1,2 20 <20
9. 0,8 1,6 0,8 1,6 25 <17
10. 0,3 1,3 0,8 1,0 31,5 <12
11. 0,3 0,6 0,6 0,5 40 <9
12. 0,3 0,3 0,4 0,2 50 <8
14. 0,1 0,3 0,1 0,2 63 <6
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Upaya pencegahan getaran yang dilakukan ahli K3 PT. Coca-

Cola Amatil Indonesia Central Java dengan pemeriksaan rutin setiap 1

(satu) tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan

Pencemaran Industri) serta melengkapi ruang kerja dengan peredam

getaran, memperbaiki dan memelihara sistem penahan getaran,

mengurangi getaran pada sumber misalnya memberi bantalan pada

sumber serta penggunaan APD berupa sarung tangan ketika bekerja.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Selain memakai APD tenaga kerja mengalami rotasi kerja dan

pergantian shift kerja.

d. Iklim kerja

Suhu yang panas berasal dari mesin-mesin yang menghasilkan

panas seperti boiler, serta mesin-mesin di ruang bottling yang bekerja

ketika mencuci botol secara modern. Tempat-tempat yang

menghasilkan panas adalah ruang filling dan bottling, ruang syrup,

ruang boiler dan ruang compressor. Hasil pengukuran iklim kerja

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 9 Hasil Pengukuran Iklim Kerja Suhu Bola Basah (ISBB)


No Lokasi Hasil Pengaturan waktu Beban NAB
pemeriksaan pemeriksaan kerja setiap jam kerja ISBB
ISBB (oC) (oC)
1. Ruang boiler 26,2 75% - 100% Ringan 31,0
2. Ruang syrup 27,3 75% - 100% Ringan 31,0

3. Ruang Air 27,6 75% - 100% Ringan 31,0


Compressor
4. Ruang filling 27,9 75% - 100% Ringan 31,0
frestea
5. Ruang filling 27,6 75% - 100% Ringan 31,0
line 8
6. Ruang 27,4 75% - 100% Ringan 31,0
bottling
frestea
7. Ruang 27,7 75% - 100% Ringan 31,0
bottling line
8
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Upaya pencegahan dan pengendalian iklim kerja dilakukan PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java dengan pemeriksaan rutin

setiap 1 (satu) tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi

Pencegahan Pencemaran Industri) serta pemasangan air conditioner


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

yang dipasang pada ruang-ruang seperti ruang kantor dan

laboratorium. Untuk ruang yang tidak memungkinkan dipasang air

conditioner diberi jendela, kipas angin untuk pertukaran udara.

Kondisi tenaga kerja tidak mengalami kelainan kulit akibat suhu panas.

2. Faktor bahaya kimia

Faktor bahan kimia yang terdapat di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java adalah gas, bahan-bahan kimia lain (lime atau kapur

(Ca(OH)2), chlorine, resin, NaCl, ferro sulfat (FeSO4), caustic soda

(NaOH) dan lain-lain) dan debu. Penggunaan bahan kimia di PT. Coca-

Cola Amatil Indonesia Central Java dapat menimbulkan efek kesehatan

bagi tenaga kerja maka dari itu dilakukan pemeriksaan kualitas udara.

Tabel. 10 Hasil Pengukuran Kualitas Udara


No Lokasi Parameter (mg/m2) Keterangan
pemeriksaan SO2 NO2 H2S NH3 Ox TSP
1. Ruang 0,003 0,037 <0,001 0,003 0,017 0,28 Memenuhi
bottling NAB
2. Ruang filling 0,0033 0,017 0,001 0,034 0,025 0,09 Memenuhi
line 8 NAB
3. Ruang syrup 0,019 0,049 0,001 0,051 0,025 0,05 Memenuhi
NAB
4. Ruang filling 0,019 0,033 0,001 0,051 0,025 0,3 Memenuhi
frestea NAB
NAB 5,2 5,6 14 17 0,2 10
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Upaya pencegahan dilakukan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti pada

tabel 6. Usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu)

tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan

Pencemaran Industri). Selain APD ada juga penyediaan MSDS,


commit to user
pemasangan simbol bahaya, eye wash dan shower emergency.
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Tabel. 11 Faktor Bahaya di Tempat Kerja dan Usaha Pencegahan


No Bagian Faktor bahaya Usaha penanggulangan
1. WTP Gas chlorine Masker gas, kacamata
Chlorine cair Masker kain, sepatu karet, sarung tangan
karet
Chemical Masker kain, sepatu karet, sarung tangan
lime karet
2. WWTP TSP Masker kain, sepatu karet, kacamata
Urea Masker kain, sepatu karet, kacamata
HCl Masker kain, sepatu karet, kacamata
Chlorine Masker kain, sepatu karet, kacamata
3. Ruang Filter Aid Masker kain, sepatu karet
Syrup
Air panas Sepatu karet, sarung tangan kulit
Caustic soda Masker kain, sepatu karet, kacamata
Debu karbon Masker kain
Konsentrat Masker kain, sepatu karet
4. Washer Caustic soda Masker kain, sepatu karet, kacamata,
sarung tangan karet
Data dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.
Proses produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java

tidak lepas dari bahan kimia dan mesin yang dapat menimbulkan penyakit

dan kecelakaan akibat kerja karena tidak mungkin menghentikan

penggunaan bahan kimia dan mesin, maka diadakan usaha

penanggulangan untuk melindungi tenaga kerja seperti menyediakan alat

pelindung diri yang sesuai bagi tenaga kerja yang berinteraksi dengan

bahan kimia, penyediaan data bahan berbahaya atau Material Safety Data

Sheet (MSDS) dan modifikasi mesin.

3. Faktor bahaya biologi yang menggangu di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java disebabkan oleh :

a. Bakteri dari saluran limbah.

b. Tikus, hama, dan serangga pengganggu lainnya yang berkeliaran

disetiap area kerja.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

4. Faktor bahaya fisiologi yang ada yang menggangu di PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java diantaranya :

a. Sikap kerja

1) Inspektor yang pekerjaannya memperhatikan botol-botol yang

lewat, memiliki sikap kerja duduk. Sikap kerja ini mengakibatkan

kelelahan mata.

2) Karyawan bagian operator filler dan washer bekerja dengan sikap

berdiri.

b. Keserasian tenaga kerja dengan peralatan atau mesin.

Peralatan kerja untuk karyawan yang berada dibagian inspektor

dilengkapi dengan kursi yang memiliki pijakan kaki agar posisi kaki

tidak menggantung.

5. Faktor bahaya psikologi sosial yang ada di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :

a. Hubungan karyawan dengan perusahaan, atasan, dan sesama

karyawan.

b. Hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar.

commit to user
51
Tabel 12. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko Area Produksi Line 8 di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
Frekuensi Severity Number of Likelihoo Risk Tindakan Pencegahan
Hazard
Task Sub Task Potensi bahaya Personal person d Rating
code
exposure
Pre Pembuatan Kontak dengan CEH Operator 4 4 1 4 64 Penggunaan APD (sarung
production NaOH di tank anggota badan yang washer tangan, kacamata, shower
reclamasi menyebabkan iritasi pencuci)
Terhirup NaOH CEH 4 2 1 4 32 Penggunaan APD (sarung
menyebabkan tangan, kacamata, shower
gangguan pernafasan pencuci)
Getaran mesin washer PFH 2 2 1 2 8 Tidak berada dekat dengan
mesin washer
Terjatuh dari tangga FLH 2 2 1 2 8 Awareness K3
Loading krat Luka akibat tertabrak MEH Packer 2 5 2 2 40 Awareness K3, SIO
botol kosong forklift crew operator forklift
ke case Luka akibat pecahan MEH 3 1 3 4 36 Menggunakan sepatu,
conveyor botol sarung tangan
Tertimpa krat dan FLH 5 1 1 5 25 Menggunakan APD
botol (sepatu boot, sarung
tangan)
Luka akibat terjepit MEH 3 1 1 3 9 Menggunakan APD
krat (sepatu boot, sarung
tangan) dan awareness K3
Terkilir akibat salah MHH 1 1 2 2 4 Pemahaman tentang teknik
angkat angkat angkut
Loading botol Terganggunya NSH Packer 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug,
kosong ke pendengaran akibat crew awareness penggunaan ear
loadtabel kebisingan plug, rotasi operator

Bersambung

43
52

Sambungan
washer Luka akibat terjepit MEH 2 3 2 2 24 Pemasangan machine
bagian mesin uncaser guarding
Tersetrum akibat ELH 1 5 1 2 10 Sepatu boot, sarung tangan
aliran listrik safety, awareness K3
Cleaning dan Terhirup uap chlorine CEH 4 2 1 3 24 Menggunakan masker kain
sanitasi menyebabkan
gangguan pernafasan
Terkena larutan CEH 3 2 1 2 12 Menggunakan kacamata
chlorine safety, sarung tangan karet,
menyebabkan iritasi dan awareness penggunaan
APD
Terkena larutan CEH 2 2 1 2 8 Penggunaan APD (sarung
NaOH menyebabkan tangan)
iritasi
Terhirup uap NaOH CEH 2 2 1 2 8 Penggunaan masker
menyebabkan
gangguan pernafasan
Getaran mesin filler PFH 2 2 1 2 8 Tidak berada dekat mesin
filler
Terpeleset karena FLH 2 1 1 3 6 Penggunaan sepatu boot,
lantai licin sarung tangan
Production Pre- Terganggunya NSH Inspector 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug,
of finish inspection pendengaran akibat awareness penggunaan ear
good kebisingan plug, rotasi operator
Kelelahan mata akibat ENH 3 2 3 2 36 Rotasi inspektor
paparan sinar lampu
Luka akibat pecahan MEH 3 1 3 3 27 Menggunakan sepatu,
botol sarung tangan dan
awareness K3
Bersambung
53

Sambungan
Luka karena terjepit MEH 1 1 2 1 2 Menggunakan sepatu,
botol sarung tangan dan
awareness K3
Washing Terganggunya NSH Operator 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug,
pendengaran akibat washer awareness penggunaan ear
kebisingan plug, rotasi operator
Terjepit bagian mesin MEH 2 4 2 4 64 Pemasangan machine
yang berputar guarding
Merusak pernafasan LVH 2 3 2 2 24 Memakai masker
akibat terhirup uap
caustic
Terpapar panas ENH 2 3 2 2 24 Memakai sarung tangan,
kacamata
Iritasi karena kontak CEH 2 1 2 2 8 Menggunakan APD (safety
langsung dengan clothes, sarung tangan,
caustic saat sanitasi masker) dan awareness K3
tangki
Terjatuh dari tangga FLH 1 4 1 2 8 Penggunaan sepatu boot,
washer sarung tangan
Luka akibat terbentur MEH 2 2 1 2 8 Awareness K3
bagian mesin
Getaran mesin washer PFH 2 2 1 2 8 Tidak berada dekat dengan
mesin
Empty Terganggunya NSH Inspector 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug,
inspector pendengaran akibat awareness penggunaan ear
kebisingan plug, rotasi operator
Luka terjepit MEH 3 4 2 2 48 Pemasangan machine
conveyor guarding
Luka terkena pecahan MEH 3 1 3 2 18 Menggunakan sepatu boot
botol
Bersambung
54

Sambungan
Kelelahan mata akibat ENH 1 2 3 3 18 Rotasi inspektor
sinar lampu
Luka terjepit botol MEH 1 1 1 2 2 Menggunakan sepatu,
sarung tangan dan
awareness K3
Pengoperasian Terganggunya NSH Operator 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug,
filler pendengaran akibat filler dan awareness penggunaan ear
kebisingan CC plug, rotasi operator
Luka akibat pecahan MEH 4 4 1 4 64 Memakai kacamata, sepatu
botol boot, sarung tangan, kaca
pengaman dari mesin,
pemeriksaan machine
guarding
Terjepit oleh mesin MEH 4 4 1 4 64 Memakai kacamata, sepatu
boot, sarung tangan, kaca
pengaman dari mesin,
pemeriksaan machine
guarding
Getaran mesin filler PFH 2 2 1 2 8 Tidak dekat dengan mesin
filler
Terpeleset akibat FLH 2 1 2 2 8 Penggunaan sepatu boot
lantai licin dari dan awareness K3
ceceran beverage
Tertimpa peralatan FLH 2 1 1 3 6 Awareness K3
berat
Pengoperasian Iritasi karena kontak CEH 3 1 1 3 9 Menggunakan APD (safety
conveyor langsung dengan clothes, sarung tangan) dan
pelumas conveyor awareness K3
Terpeleset akibat FLH 2 1 1 3 6 Menggunakan APD
lantai licin karena (sepatu boot) dan
Bersambung
55

Sambungan
ceceran pelumas awareness K3
conveyor
Fullgood Luka akibat pecahan MEH 3 1 3 2 18 Menggunakan sarung
inspection botol tangan
Mata lelah akibat ENH 1 2 3 3 18 Menggunakan sepatu boot,
inspeksi sarung tangan
Terganggunya NSH 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug,
pendengaran akibat awareness penggunaan ear
kebisingan plug, rotasi operator
Packaging Terganggunya NSH 5 4 1 5 100 menggunakan ear plug,
pendengaran akibat awareness penggunaan ear
kebisingan plug, rotasi operator
Luka akibat pecahan MEH 5 1 2 2 20 Menggunakan sepatu boot,
botol sarung tangan
Terjepit krat MEH 2 1 2 2 8 Menggunakan APD
(sepatu safety) dan
awareness K3
Tersetrum akibat ELH 1 2 1 2 4 Awareness K3
aliran listrik
palleting Luka akibat tertabrak MEH 2 5 2 2 40 Awareness K3, SIO
forklift operator forklift
Luka akibat pecahan MEH 2 2 3 2 24 Menggunakan sepatu boot,
botol sarung tangan
Terkilir akibat salah MHH 2 2 1 2 8 Pemahaman tentang teknik
angkat beban angkat angkut
Tertimpa krat FLH 1 1 3 2 6 Tumpukan krat tidak
terlalu tinggi
Post Penggunaan Menghirup emisi MVH All 3 1 2 2 12 Memakai APD masker, WI
production transportasi kendaraan, polusi employes operasional forklift, SIO
forklift sehingga forklift melalui batas nilai
Bersambung
56

Sambungan
menimbulkan ispa uji emisi
Tabrakan baik dengan PCH All 3 5 1 3 45 Membuat jalur pejalan
orang, objek atau employes kaki, pemasangan sign
benda maupun tanda jalan, membuat
kendaraan layout jalan forklift,
training driver forklift, dan
memasang blind spot
mirror
Kena ledakan tabung MEH Operator 1 5 3 2 30 Menyakinkan bahwa
LPG forklift tabung dan seal tidak
bocor, memasang klim
tabung dengan benar dan
tepat. WI tentang
penggunaan bahan bakar
gas elpiji untuk forklift
Luka pada kepala FLH Operator 3 4 1 2 24 Pemakaian, helm, WI
akibat forklift forklift operasional forklift,
terguling Training driver forklift,
seat belt
Forklift yang MVH All 2 3 1 3 18 Larangan forklift
membawa employes membawa penumpang
penumpang berisiko
penumpang terjatuh
Kejatuhan botol atau FLH Operator 3 1 1 3 9 Pemakaian, helm, WI
produk sehingga forklift operasional forklift
melukai bagian tubuh
Terganggunya NSH Operator 3 1 1 3 9 Pemakaian APD (ear plug)
pendengaran akibat forklift
kebisingan
Terlindas ban forklift MVH Allemplo 2 2 1 3 12 Memakai safety shoes,
Bersambung
57

Sambungan
yes membuat jalur pejalan kaki
Mesin forklift FRH Operator 2 2 1 2 8 WI operasional forklift,
terbakar karena forklift pemasangan APAR.
overheat atau Forklift Daily Checklist
konsleting
Terjatuh dari forklift FLH Operator 2 2 1 3 12 WI operasional forklift
forklift
Semburan air radiator MEH Operator 1 1 1 2 12 Training Driver forklift
forklift
Getaran mesin forklift PFH Operator 2 2 1 3 12 Diatur istirahat
forklift
Tabrakan PCH All 4 5 1 4 80 Pembuatan pedestrian
employes untuk jalur pejalan kaki
atau tenaga kerja
Pengggunaan Terlindas ban truk PCH All 2 3 2 2 16 Memakai safety shoes,
transportasi employes membuat jalur pejalan kaki
Mengganggu LVH 1 2 3 1 6 Pemakaian APD (sarung
pernafasan tangan, masker kain)
Terganggunya NSH 1 1 3 1 3 Menggunakan APD (ear
pendengaran akibat plug)
kebisingan
Semburan air radiator MEH 1 1 1 2 2 Pemahaman tentang
preventif dan maintenance
forklift
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

B. Pembahasan

Faktor bahaya di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java

diklasifikasikan menjadi

6. Faktor bahaya fisik

a. Kebisingan

Pada tabel 6. yang diperoleh bahwa terdapat beberapa unit yang

kebisingannya melebihi ambang batas seperti filling frestea dan filling

line 8, akan tetapi dengan pemakaian APD yaitu berupa ear plug bagi

tenaga kerja di area produksi yang dapat mengurangi intensitas

kebisingan sebesar 10.25 dB, sehingga intensitas kebisingan di ruang

filling frestea dan filling line 8 tidak melebihi NAB. Di PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java juga menerapkan sistem rotasi kerja,

maka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin produksi tersebut

tidak memberikan dampak yang besar.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No : PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Kebisingan di Tempat Kerja

pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa NAB kebisingan ditetapkan sebesar

85 decibel A (dBA).

Di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melakukan

pengendalian dengan pemakaian APD berupa ear plug bagi tenaga

kerja di area produksi dan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali dan

pelaksanaan pemeriksaan pendengaran setiap 1 (satu) tahun sekali oleh

BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri)


commit to user

58
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

tetapi pemakaian APD pada tenaga kerja tidak konsisten sehingga

perlu adanya pendisiplinan pemakaian APD selain itu PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java juga menerapkan system rotasi kerja,

maka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin produksi tersebut

tidak memberikan dampak yang besar.

b. Pencahayaan

Dari tabel 7. hasil pemeriksaan penerangan tempat kerja di PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang didapatkan belum

memenuhi syarat yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

1405/MENKES/SK/XI/2002 pada lampiran I dan bahwa intensitas

cahaya ruang kerja minimal 100 lux dan lampiran II bahwa jenis

kegiatan pekerjaan kasar atau terus menerus/tidak rutin minimal 200

lux dan untuk jenis pekerjaan rutin minimal 300 lux, didapatkan hasil

di ruang lab. plant 234 lux dari NAB intensitas penerangan 300 lux, di

ruang lab. water treatment 282 lux dari NAB intensitas penerangan

300 lux, di ruang syrup 165 lux dari NAB intensitas penerangan 200

lux, di ruang filling line frestea 173 lux dari NAB intensitas

penerangan 300 lux.

Berdasarkan PMP No. 7 tahun 1964 tentang Ketentuan Besar

Intensitas Penerangan. Untuk pekerjaan pekerjaan yang membedakan

barang kecil, agak teliti. Pekerjaan teliti, kecil dan halus.

Membedakan barang halus dan kontras untuk waktu beberapa lama.

Membedakan barang yang sangat halus dengan kontras untuk waktu


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

yang lama yaitu pada intensitas 200-1000 lux dan untuk pekerjaan

kasar, ruang mesin dan lain-lain. Pekerjaan yang membedakan barang

kecil, agak teliti yaitu dengan intensitas 50-200 lux.

Upaya pencegahan intensitas pencahayaan yang dilakukan ahli

K3 PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java terhadap tenaga

kerja mengatur penempatan titik lampu diutamakan pada objek kerja,

memanfaatkan sumber penerangan alami semaksimal mungkin,

membersihkan/merawat sumber penerangan secara rutin dan

berkesinambungan serta menggantinya apabila sudah redup dan untuk

usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu) tahun

sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran

Industri).

c. Getaran

Sumber getaran yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java yaitu berasal dari mesin-mesin produksi. Dari tabel 8.

hasil pemeriksaan tingkat getaran ruang bottling line 8 15,9 pm, ruang

bottling line frestea 47,5 pm, ruang filling line 8 63.4 pm, ruang filling

line frestea 31,7 pm masing-masing dengan frekuensi 4 Hz dengan

NAB < 100 pm.

Upaya pencegahan yang telah dilakukan dalam mengurangi

akan bahaya getaran maka di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central

Java telah melakukan upaya yaitu dengan pemberian landasan penahan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

getaran atau bantalan pada setiap mesin, selain memakai APD tenaga

kerja mengalami rotasi kerja dan pergantian shift kerja.

d. Iklim kerja

Dari tabel 9 hasil pemeriksaan ISSB diperoleh pengukuran

ISBB < 31,0 oC tidak melebihi NAB dan dapat disimpulkan bahwa

hasil pengukuran ISSB yang diperoleh telah memenuhi/sesuai dengan

NAB yang ditentukan yaitu ruang boiler, ruang sirup, ruang air

compressor, ruang filling frestea, filling line 8, ruang bottling frestea,

ruang bottling line 8 memenuhi nilai ambang batas dengan beban kerja

ringan dengan pengaturan waktu kerja setiap jam 75%-100 %. Hal ini

sudah sesuai dengan NAB iklim kerja atau tekanan panas sesuai

dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No :

PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja dan Undang-undang No. 1 Tahun 1970

Bab III pasal 3 ayat 1 point g.

Upaya pencegahan tenaga kerja mengalami dehidrasi heat

stroke, heat cramps, dan lain-lain PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java juga telah menyediakan air minum untuk mengganti ion-

ion yang telah hilang, memasang ventilasi baik general ventilation

maupun local exchausted dan adanya pembagian shift kerja dan

perusahaan juga menyediakan APD (pakaian dari bahan katun).

Sehingga iklim kerja di area produksi PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java yang telah dilakukan dalam mengendalikan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

akan adanya penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh faktor bahaya

fisik yaitu iklim kerja sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yang

mengatur waktu kerja setiap jam berdasarkan ISSB dan untuk

pengendalian-pengendalian yang dilakukan oleh PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java berupa penyediaan air minum yang

cukup pada tempat-tempat bersuhu dingin tersebut maka telah sesuai

dengan No. 1 Tahun 1970 Bab III pasal 3 ayat 1.

7. Faktor bahaya kimia

Proses produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java

tidak lepas dari bahan kimia dan mesin yang dapat menimbulkan penyakit

dan kecelakaan akibat kerja karena tidak mungkin menghentikan

penggunaan bahan kimia dan mesin, maka diadakan usaha

penanggulangan untuk melindungi tenaga kerja seperti menyediakan alat

pelindung diri, penyediaan data bahan berbahaya atau Material Safety

Data Sheet (MSDS) dan modifikasi mesin.

Untuk penyediaan APD sudah sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja Bab X Pasal 14 Sub C tentang kewajiban

pengurus menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang

diwajibkan pada tenaga kerja. Sedangkan penyediaan MSDS, pemasangan

simbol bahaya. Penyediaan eye wash dan shower emergency sudah sesuai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/MEN/1999

tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.

Berdasarkan hasil pengukuran gas dan debu yang terakhir

dilakukan oleh Balai Besar Teknologi Pencegahan Industri, kadar gas dan

debu yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java. Masih

memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Perusahaan berpedoman pada

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No :

PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat Kerja.

8. Faktor bahaya biologi yang menggangu di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java disebabkan oleh :

a. Bakteri dari saluran limbah.

Upaya penanggulangan perusahaan dengan mendesain sistem saluran

limbah, meningkatkan kebersihan disetiap saluran limbah dan

melakukan pengecekan secara rutin setiap satu bulan sekali untuk

mengetahui adanya kebocoran.

b. Tikus, hama, dan serangga pengganggu lainnya yang berkeliaran

disetiap area kerja.

Upaya pencegahan yang dilakukan dengan pest control yang

dilakukan setiap hari oleh pihak K3 yang mengontrak PT. Proton.

Tujuan dilakukan pest control untuk mencegah terjadinya pencemaran

atau menghindari setiap kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap

bahan baku, produk setegah jadi dari hama atau kutu. Pest control
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

yang dilakukan diluar ruangan meliputi spraying, by check, fogging

dan power spraying.

Berdasarkan hasil pemantauan faktor biologi melalui kegiatan pest

control yang ada di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java.

Perusahaan berpedoman pada ISO 14001:2004 tentang Environmental

Management System Requirement.

9. Faktor bahaya fisiologi yang ada yang menggangu di PT. Coca-Cola

Amatil Indonesia Central Java diantaranya :

PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java masih banyak

dijumpai sikap dan kerja yang tidak sesuai penerapan ergonomi yang tidak

baik, pengaturan kerja yang tidak tepat. Hal ini akan mengakibatkan

turunnya produktivitas kerja.

Upaya pengendalian yang telah dilakukan yaitu perusahaan telah

menetapkan peraturan tentang sikap tenaga kerja yang ergonomis dan

meggunakan alat bantu dalam setiap proses kerja.

10. Faktor bahaya psikologi sosial yang ada di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :

Faktor mental psikologis di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java yaitu dengan adanya hubungan tenaga kerja atau karyawan

dengan karyawan, seluruh karyawan dengan supplier dan distributor dan

dengan keadaan pekerjaan yang monoton. Hal tersebut dapat

mengakibatkan kejenuhan dari tenaga kerja dan tidak ada semangat dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

hal ini dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas dari tenaga kerja

tersebut.

Upaya pengendalian yang telah dilakukan di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java yaitu dengan melakukan kegiatan komunikasi,

refreshing yang dilaksanakan setiap tahun, kegiatan lomba pada perayaan

K3, kegiatan meeting dan lain-lain.

Berdasarkan data yang diperoleh kriteria risiko yang terdapat di area

produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java adalah sebagai berikut

1. Tahap pre production merupakan pendahuluan sebelum dilakukan

kegiatan produksi, dari identifikasi yang diperoleh didapatkan bahwa :

a) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko tertinggi (bernilai >50)

dengan maksud harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi

risiko, kegiatan yang bisa dihentikan atau diminimalisir sampai risiko

bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikontrol secara ketat dengan

tepat, yaitu :

(1) Pembuatan NaOH di Tank Reclamasi memiliki potensi bahaya

yaitu kontak dengan anggota badan yang menyebabkan iritasi

(bernilai 64). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian

yang tepat dengan menggunakan alat pelindung diri (sarung

tangan, kacamata, shower pencuci). Hal ini sesuai dengan Undang-

Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan

pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan

menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja

tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan

menurut pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Dalam

penggunaan APD masih didapatkan tenaga kerja yang kurang

displin dalam memakai APD, hal ini belum sesuai dengan Undang-

Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja

untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

(2) Loading botol kosong ke loadtabel washer memiliki potensi

bahaya yaitu terganggunya pendengaran akibat kebisingan (bernilai

100). Dari hasi pengukuran yang dilakukan oleh BBTPPI (Balai

Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri) intensitas

kebisingan yang mengganggu pendengaran, berdasarkan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No :

PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan

Faktor Kimia di Tempat pasal 5 ayat 1 bahwa NAB kebisingan

ditetapkan sebesar 85 dB. Kegiatan tersebut perlu mendapatkan

tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat menggunakan

ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi operator. Hal ini

sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma, semua alat

pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada

dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain

yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-

petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-ahli

keselamatan kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan

tenaga kerja yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini

belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai

kewajiban dan hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri

yang diwajibkan.

b) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko sedang (bernilai 10-50)

dengan maksud diperlukannya monitor dan kontrol untuk memperkecil

risiko yaitu :

(1) Pembuatan NaOH di Tank Reclamasi memiliki potensi bahaya

yaitu terhirup NaOH menyebabkan gangguan pernafasan (bernilai

32). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat

dengan penggunaan APD (sarung tangan, kacamata, shower

pencuci). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14

mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma,

semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang

berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan

petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-

ahli keselamatan kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan

tenaga kerja yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini

belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai

kewajiban dan hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri

yang diwajibkan.

(2) Loading krat botol ke case conveyor memiliki potensi bahaya yaitu

luka akibat tertabrak forklift (bernilai 40), tertimpa krat dan botol

(bernilai 25), luka akibat pecahan botol (bernilai 36). Kegiatan

tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan

awareness K3, SIO operator forklift, menggunakan sepatu, sarung

tangan, sepatu boot, sarung tangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No : Per.04/Men/1985 tentang Pesawat

Tenaga Kerja dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat

pengendalian pesawat tenaga kerja dan produksi tersebut dapat

bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat

operator, serta tempat operator mesin harus cukup luas, aman dan

mudah dicapai. SIO forklift sudah mendapat sertifikat dari

Disnaker dan hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No : Per.05/Men/1985 Bab 1 pasal 4 tentang Pesawat

Angkat dan Angkut bahwa setiap pesawat angkat dan angkut harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah

memiliki keterampilan tentang pesawat angkat dan angkut. Segala

kegiatan yang menimbulkan potensi bahaya harus dilaporkan ke

bagian OHS kemudian segera dilaporkan ke Disnaker, hal ini

sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No :

Per.03/Men/1998 Bab 4 tentang pengurus atau pengusaha wajib

melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor

Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2

x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam) terhitung sejak terjadinya

kecelakaan. Sampai saat ini belum ada kecelakaan yang sampai

menyebabkan hari kerja hilang.

(3) Loading botol kosong ke loadtabel washer memiliki potensi

bahaya yaitu luka akibat terjepit bagian mesin uncaser (bernilai

24), tersetrum akibat aliran listrik (bernilai 10). Kegiatan tersebut

perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan pemasangan

machine guarding, menggunakan sepatu boot, sarung tangan

safety, awareness K3. Kegiatan washing line 8 dimana mesin-

mesin tersebut tidak diberi pengaman sehingga berisiko bagi

tenaga kerja terjadi kecelakaan sehingga perlu adanya pemasangan

machine guarding untuk melindungi tenaga kerja dari mesin yang

berputar (terdapat motor penggerak). Hal ini telah sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang

Pesawat Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

pengendali pesawat tenaga dan produksi dibuat dan dipasang

sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut

dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat

operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah

dicapai.

(4) Cleaning dan sanitasi memiliki potensi bahaya yaitu terhirup uap

chlorine menyebabkan gangguan pernafasan (bernilai 24), terkena

larutan chlorine menyebabkan iritasi (bernilai 12). Kegiatan

tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan

menggunakan masker kain, kacamata safety, sarung tangan karet,

dan awareness penggunaan APD. Hal ini sesuai dengan Undang-

Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan

secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan

pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan

menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja

tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan

menurut pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Dalam

penggunaan APD masih didapatkan tenaga kerja yang kurang

displin dalam memakai APD, hal ini belum sesuai dengan Undang-

Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja

untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

c) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko terendah (bernilai <10)

tidak memerlukan pengendalian risiko karena risiko sudah

dikendalikan secara tepat. Monitoring potensi bahaya tersebut

merupakan tanggung jawab khususnya pada OHS seperti

mempersiapkan program penilaian risiko, identifikasi bahaya,

menghilangkan atau mengurangi bahaya, mengevalusi risiko-risiko

residual, mengembangkan strategi pencegahan, mengadakan pelatihan

tentang operasional, penerapan tindakan pencegahan, monitoring

kinerja, memeriksa kembali dan merevisi.

2. Tahap production of finish goods merupakan kegiatan memproduksi

minuman berkarbonasi seperti Coca-Cola, Sprite, dan Fanta dalam

mililiter.

(1) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko tertinggi (bernilai >50)

dengan maksud harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi

risiko, kegiatam yang bisa dihentikan atau diminimalisir sampai risiko

bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikontrol secara ketat dengan

tepat, yaitu

(a) Pre-inspection, washing, empty inspector, pengoperasian filler,

fullgood inspection. packaging memiliki potensi bahaya yaitu

terganggunya pendengaran akibat kebisingan (bernilai 100).

Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat

dengan menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug,

rotasi operator. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10

Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-

cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja

yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap

orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan

petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-

ahli keselamatan kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan

tenaga kerja yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini

belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai

kewajiban dan hak tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri

yang diwajibkan. Rotasi operator diperlukan untuk meminimalisir

dampak potensi bahaya terhadap operator.

(b) Washing memiliki potensi bahaya yaitu terjepit bagian mesin yang

berputar (bernilai 64). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan

pengendalian yang tepat dengan menggunakan pemasangan

machine guarding. Kegiatan washing line 8 dimana mesin-mesin

tersebut tidak diberi pengaman sehingga berisiko bagi tenaga kerja

terjadi kecelakaan sehingga perlu adanya pemasangan machine

guarding untuk melindungi tenaga kerja dari mesin yang berputar

(terdapat motor penggerak). Hal ini telah sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang Pesawat

Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

pengendali pesawar tenaga dan produksi dibuat dan dipasang

sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut

dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat

operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah

dicapai.

(c) Pengoperasian filler memiliki potensi bahaya yaitu luka akibat

pecahan botol (bernilai 64), terjepit oleh mesin (bernilai 64).

Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat

dengan memakai kacamata, sepatu boot, sarung tangan, kaca

pengaman dari mesin, pemeriksaan machine guarding,

menggunakan ear plug, awareness penggunaan ear plug, rotasi

operator. Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh BBTPPI

(Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri)

intensitas kebisingan 86 dB yang mengganggu pendengaran,

berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No

: PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

dan Faktor Kimia di Tempat pasal 5 ayat 1 bahwa NAB kebisingan

ditetapkan sebesar 85 dB. Kegiatan washing line 8 dimana mesin-

mesin tersebut tidak diberi pengaman sehingga berisiko bagi

tenaga kerja terjadi kecelakaan sehingga perlu adanya pemasangan

machine guarding untuk melindungi tenaga kerja dari mesin yang

berputar (terdapat motor penggerak). Luka akibat pecahan botol

terjadi saat pengoperasian mesin sehingga mesin dipasang machine


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

guarding untuk melindungi pekerja dari pecahan botol yang pecah.

Dengan cara kerja apabila botol pecah maka saat tenaga kerja

membuka machine guarding maka secara otomatis mesin filler

akan berhenti beroperasi. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang Pesawat

Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat

pengendali pesawat tenaga dan produksi dibuat dan dipasang

sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut

dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat

operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah

dicapai.

(2) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko sedang (bernilai 10-50)

dengan maksud diperlukannya monitor dan kontrol untuk memperkecil

risiko yaitu :

(a) Pre-inspection (bernilai 36), empty inspector (bernilai 18)

memiliki potensi bahaya yaitu kelelahan mata akibat paparan sinar

lampu. Pre-inspection (bernilai 27), empty inspector (bernilai 18),

fullgood inspection (bernilai 18) memiliki potensi bahaya yaitu

luka akibat pecahan botol. Fullgood inspection memiliki potensi

bahaya yaitu mata lelah akibat inspeksi (bernilai 18). Kegiatan

tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat dengan rotasi

inspektor, menggunakan sepatu, sarung tangan dan awareness K3.

Tindak lanjut pengendalian risiko dilakukan dengan menghindari


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

paparan dalam waktu dan jarak paparan sinar lampu dan rotasi

kerja bagi inspektor setiap 15 menit. Hal ini sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1980 tentang

Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan

Kesehatan Kerja pasal 3 ayat 3 pemeriksaan kesehatan berkala

meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen

paru-paru (bilamana mungkin) dan labolatorium serta pemeriksaan

lain yang dianggap perlu. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan

kesehatan pengelihatan tenaga kerja. Luka akibat pecahan botol

terjadi saat pengoperasian mesin sehingga mesin dipasang machine

guarding untuk melindungi pekerja dari pecahan botol yang pecah.

Dengan cara kerja apabila botol pecah maka saat tenaga kerja

membuka machine guarding maka secara otomatis mesin filler

akan berhenti beroperasi. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1985 tentang Pesawat

Tenaga dan Produksi pasal 14 ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat

pengendali pesawat tenaga dan produksi dibuat dan dipasang

sedemikian rupa sehingga pesawat tenaga dan produksi tersebut

dapat bekerja dengan baik, aman, dan mudah dilayani dari tempat

operator, operator mesin harus cukup luas, aman dan mudah

dicapai.

(b) Washing memiliki potensi bahaya yaitu merusak pernafasan akibat

terhirup uap caustic (bernilai 24), terpapar panas (bernilai 24) .


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat

dengan memakai masker, sarung tangan, kacamata. Hal ini sesuai

dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14 mengenai kewajiban

pengurus menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung

diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah

pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang

memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk

yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-ahli keselamatan

kerja. Dalam penggunaan APD masih didapatkan tenaga kerja

yang kurang displin dalam memakai APD, hal ini belum sesuai

dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Bab 8 Pasal 12 mengenai kewajiban dan hak

tenaga kerja untuk memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.

Rotasi operator diperlukan untuk meminimalisir dampak potensi

bahaya terhadap operator.

(c) Empty inspector memiliki potensi bahaya yaitu luka terjepit

conveyor (bernilai 48). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan

pengendalian yang tepat dengan pemasangan machine guarding,

sepatu boot, rotasi inspektor. Pemasangan cover atau pengaman

pada bagian mesin yang berjalan seperti conveyor, hal ini telah

sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

Per.04/Men/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi pasal 14


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

ayat 1 dan 2 bahwa alat-alat pengendali pesawat tenaga dan

produksi dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga pesawat

tenaga dan produksi tersebut dapat bekerja dengan baik, aman, dan

mudah dilayani dari tempat operator, operator mesin harus cukup

luas, aman dan mudah dicapai.

(d) Palleting memiliki potensi bahaya yaitu luka akibat tertabrak

forklift (bernilai 40), luka akibat pecahan botol (bernilai 24).

Kegiatan tersebut perlu mendapatkan pengendalian yang tepat

dengan menggunakan sepatu boot, sarung tangan, awareness K3,

SIO operator forklift. SIO forklift sudah mendapat sertifikat dari

Disnaker dan hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja No : Per.05/Men/1985 Bab 1 pasal 4 tentang Pesawat

Angkat dan Angkut bahwa setiap pesawat angkat dan angkut harus

dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah

memiliki keterampilan tentang pesawat angkat dan angkut. Segala

kegiatan yang menimbulkan potensi bahaya harus dilaporkan ke

bagian OHS kemudian segera dilaporkan ke Disnaker, hal ini

sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No :

Per.03/Men/1998 Bab 4 tentang pengurus atau pengusaha wajib

melaporkan secara tertulis kecelakaan kepada Kepala Kantor

Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2

x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam) terhitung sejak terjadinya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

kecelakaan. Sampai saat ini belum ada kecelakaan yang sampai

menyebabkan hari kerja hilang.

(3) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko terendah (bernilai <10)

tidak memerlukan pengendalian risiko karena risiko sudah

dikendalikan secara tepat. Misalnya terkilir akibat salah angkat,

terpeleset akibat lantai licin dan getaran mesin filler. Monitoring

potensi bahaya tersebut merupakan tanggung jawab khususnya pada

OHS seperti mempersiapkan program penilaian risiko, identifikasi

bahaya, menghilangkan atau mengurangi bahaya, mengevalusi risiko-

risiko residual, mengembangkan strategi pencegahan, mengadakan

pelatihan tentang operasional, penerapan tindakan pencegahan,

monitoring kinerja, memeriksa kembali dan merevisi.

3. Tahap post production merupakan tahapan dimana produk jadi siap untuk

dipasarkan :

(1) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko tertinggi (bernilai >50)

dengan maksud harus segera dilakukan tindakan untuk mengurangi

risiko, kegiatan yang bisa dihentikan atau diminimalisir sampai risiko

bahaya tersebut dapat dihilangkan atau dikontrol secara ketat dengan

tepat, yaitu

(a) Penggunaan transportasi forklift memiliki potensi bahaya yaitu

tabrakan (bernilai 100). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan

pengendalian yang tepat dengan pembuatan pedestrian untuk jalur

pejalan kaki atau tenaga kerja. Hal ini telah sesuai dengan Undang-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja pasal 14 bahwa pengurus wajib memasang dalam tempat

kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang

diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-

tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai

pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja.

(2) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko sedang (bernilai 10-50)

dengan maksud diperlukannya monitor dan kontrol untuk memperkecil

risiko yaitu :

(a) Penggunaan transportasi forklift memiliki potensi bahaya yaitu

menghirup emisi kendaraan, polusi sehingga menimbulkan ispa

(bernilai 12), tabrakan baik dengan orang, objek atau benda

maupun kendaraan (bernilai 45), terkena ledakan tabung LPG

(bernilai 30), luka pada kepala akibat forklift terguling (bernilai

24), forklift yang membawa penumpang berisiko penumpang

terjatuh (bernilai18), terlindas ban forklift (bernilai 12), terjatuh

dari forklift (bernilai 12), semburan air radiator (bernilai 12),

getaran mesin forklift (bernilai 12). Kegiatan tersebut perlu

mendapatkan pengendalian yang tepat dengan memakai APD

masker, WI operasional forklift, SIO forklift melalui batas nilai uji

emisi, membuat jalur pejalan kaki, pemasangan sign tanda jalan,

membuat layout jalan forklift, training driver forklift, dan

memasang blind spot mirror, menyakinkan bahwa tabung dan seal


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

tidak bocor, memasang klim tabung dengan benar dan tepat, WI

tentang penggunaan bahan bakar gas elpiji untuk forklift,

pemakaian helm, seat belt, larangan forklift membawa penumpang,

safety shoes. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10 Pasal 14

mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma,

semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang

berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang

lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan

petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-

ahli keselamatan kerja.

(b) Pengggunaan transportasi memiliki potensi bahaya yaitu terlindas

ban truk (bernilai 18). Kegiatan tersebut perlu mendapatkan

pengendalian yang tepat dengan memakai safety shoes, membuat

jalur pejalan kaki. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bab 10

Pasal 14 mengenai kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-

cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja

yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap

orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan

petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pengawas atau ahli-

ahli keselamatan kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

(3) Potensi bahaya kerja yang memiliki nilai risiko terendah (bernilai

<10) tidak memerlukan pengendalian risiko karena risiko sudah

dikendalikan secara tepat. Misalnya pengangkutan barang jadi

yang mempunyai potensi bahaya kejatuhan botol atau produk

sehingga melukai bagian tubuh (bernilai 9), terganggunya

pendengaran akibat kebisingan (bernilai 9), mesin forklift terbakar

karena overheat atau korsleting (bernilai 8). Monitoring potensi

bahaya tersebut merupakan tanggung jawab khususnya pada OHS

seperti mempersiapkan program penilaian risiko, identifikasi

bahaya, menghilangkan atau mengurangi bahaya, mengevalusi

risiko-risiko residual, dan mengembangkan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pembahasan magang di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central

Java dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java merupakan perusahaan

yang bergerak dalam bidang minuman ringan berkarbonasi (beverage).

Adapun produk yang diproduksi oleh perusahaan minuman ini adalah

Coca-Cola, Fanta, Sprite, dan frestea.

2. Monitoring faktor bahaya di PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central

Java :

a. Faktor bahaya fisik

1) Dari tabel 6 yang diperoleh bahwa terdapat beberapa unit yang

kebisingannya melebihi ambang batas seperti filling frestea dan

filling line 8, akan tetapi dengan pemakaian APD yaitu berupa ear

plug yang dapat mengurangi intensitas kebisingan sebesar 10,25

dB. Upaya pengendalian PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central

Java dengan pemakaian APD berupa ear plug di area produksi dan

pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali dan pelaksanaan

pemeriksaan pendengaran setiap 1 (satu) tahun sekali oleh BBTPPI

(Badan Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri) tetapi

pemakaian APD pada tenaga kerja tidak konsisten di area produksi


commit to user

82
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

sehingga perlu adanya pendisiplinan pemakaian APD selain itu PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java juga menerapkan system

rotasi kerja, maka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin

produksi tersebut tidak memberikan dampak yang besar.

2) Dari tabel 7. hasil pemeriksaan penerangan tempat kerja di PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang didapatkan belum

memenuhi syarat yang ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan

No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 pada lampiran I dan bahwa

intensitas cahaya ruang kerja minimal 100 lux dan lampiran II

bahwa jenis kegiatan pekerjaan kasar atau terus menerus/tidak

rutin minimal 200 lux dan untuk jenis pekerjaan rutin minimal 300

lux, didapatkan hasil di ruang lab. plant 234 lux dari NAB

intensitas penerangan 300 lux, di ruang lab. water treatment 282

lux dari NAB intensitas penerangan 300 lux, di ruang syrup 165

lux dari NAB intensitas penerangan 200 lux, di ruang filling line

frestea 173 lux dari NAB intensitas penerangan 300 lux. Upaya

pencegahan intensitas pencahayaan yang dilakukan ahli K3 PT.

Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java terhadap tenaga kerja

mengatur penempatan titik lampu diutamakan pada objek kerja,

memanfaatkan sumber penerangan alami semaksimal mungkin,

membersihkan/merawat sumber penerangan secara rutin dan

berkesinambungan serta menggantinya apabila sudah redup dan

untuk usaha pengendalian dilakukan pemeriksaan rutin setiap 1


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

(satu) tahun sekali oleh BBTPPI (Badan Besar Teknologi

Pencegahan Pencemaran Industri).

3) Dari tabel 8. hasil pemeriksaan tingkat getaran ruang bottling line 8

15,9 pm, ruang bottling line frestea 47,5 pm, ruang filling line 8

63,4 pm, ruang filling line frestea 31,7 pm masing-masing dengan

frekuensi 4 Hz dengan NAB< 100 pm. Upaya pencegahan yang

telah dilakukan dalam mengurangi akan bahaya getaran dengan

pemberian landasan penahan getaran atau bantalan pada setiap

mesin, selain memakai APD tenaga kerja, pendisiplinan pemakaian

APD juga harus ditindak tegas sehingga tenaga kerja sadar akan

bahaya yang ada di lingkungan kerja dan dapat menguranginya

dengan pemakaian APD yang konsisten selain APD tenaga kerja

mengalami rotasi kerja dan pergantian shift kerja.

4) Dari tabel 9 hasil pemeriksaan ISSB diperoleh pengukuran ISBB <

31,0 oC tidak melebihi NAB dan dapat disimpulkan bahwa hasil

pengukuran ISSB yang diperoleh telah memenuhi/sesuai dengan

NAB yang ditentukan yaitu ruang boiler, ruang sirup, ruang air

compressor, ruang filling frestea, filling line 8, ruang bottling

frestea, ruang bottling line 8 memenuhi nilai ambang batas dengan

beban kerja ringan dengan pengaturan waktu kerja setiap jam 75%-

100 %. Hal ini sudah sesuai dengan NAB iklim kerja atau tekanan

panas sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Dalam

upaya pencegahan tenaga kerja mengalami dehidrasi heat stroke,

heat cramps, dan lain-lain PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java juga telah menyediakan air minum untuk mengganti

ion-ion yang telah hilang, memasang ventilasi baik general

ventilation maupun local exchausted dan adanya pembagian shift

kerja dan perusahaan juga menyediakan APD (pakaian dari bahan

katun).

b. Faktor bahaya biologi

Faktor biologi seperti tikus dan serangga penganggu lainnya yang

dikendalikan dengan pest control yang berpedoman pada ISO

14001:2004 tentang Environmental Management System Requirement.

c. Faktor fisiologi

Dapat dilihat dari sikap kerja dan keserasian antara tenaga kerja

dengan peralatan/mesin yang digunakan, serta faktor terakhir yaitu

faktor psikologi sosial data dilihat dari aspek hubungan antara

karyawan dengan perusahaan, atasan dan sesama karyawan serta

hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar.

Untuk mengendalikan semua faktor bahaya dan potensi bahaya

tersebut PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java melakukan

pengukuran dan pemantauan dan perbaikan secara rutin yang sesuai

dengan hierarki pencegahan dan pengendalian kecelakaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

3. Pelaksanaan program monitoring potensial bahaya di Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java dilakukan maksimal satu bulan sekali dengan

melalui tahapan seperti berikut :

a. Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan

hazard/bahaya di area produksi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java mempertimbangkan setiap tahap pre production,

production of finish goods dan post production telah dilakukan dengan

baik juga adanya upaya pencegahan dan pengendalian telah dilakukan.

b. Tahapan-tahapan proses penilaian risiko yang dilakukan untuk menilai

tingkat risiko kecelakaan atau cidera dan sakit dan merupakan proses

kelanjutan dari proses identifikasi hazard dengan mengestimasi tingkat

kekerapan dengan 5 tingkatan kekerapan, estimasi tingkat keparahan

yang mempunyai 5 tingkatan, penentuan jumlah orang terkena paparan

bahaya, penentuan kemungkinan (likelihood), penentuan risk rating

semua data telah diolah selanjutnya dilakukan upaya pencegahan dan

pengendalian bahaya secara benar dan sesuai standar yang telah

ditetapkan sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman tanpa

adanya gangguan yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan

kecelakaan kerja.

c. Dalam melakukan pengendalian risiko terhadap potensi bahaya yang

ada, harus berpedoman pada hirarki pengendalian risiko sebagai

berikut : eliminasi cara menghilangkan potensi bahaya langsung dari

sumbernya, subsitusi mengganti kegiatan atau potensi bahaya yang ada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

dengan yang lebih aman, rekayasa/engineering dengan kegiatan

merekayasa atau memodifikasi peralatan atau alat yang ada sehingga

sumber bahaya atau potensi bahaya yang ada dapat berkurang

misalnya pemasangan machine guarding atau pagar pengaman mesin

atau penutup conveyor, pengendalian administrasi dengan mengurangi

tingkat risiko atas potensi bahaya yang mungkin timbul dengan cara

melakukan/menetapkan aturan, prosedur dan cara bekerja yang aman,

alat pelindung diri yang sesuai dengan tipe potensi bahaya yang ada

sehingga pekerja terlindung dari potensi bahaya yang mungkin timbul

dalam aktivitas pekerjaannya.

d. Secara keseluruhan potensial bahaya ada di PT. Coca-Cola Amatil

Indonesia Central Java sudah terkendali dengan baik dengan adanya

monitoring keselamatan dan kesehatan kerja yang baik yang dilakukan

maksimal satu bulan sekali.

e. Seluruh tenaga kerja dan kontraktor PT. Coca-Cola Amatil Indonesia

Central Java yang berada di area produksi telah menggunakan alat

pelindung diri sesuai dengan peraturan yang berlaku di perusahaan.

Meskipun terkadang ditemui beberapa pelanggaran dikalangan tenaga

kerja seperti melepas APD saat bekerja, mengelas tidak menggunakan

sarung tangan, dll. Sehingga perlu adanya pendisiplinan pemakaian

APD pada tenaga kerja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

B. Saran

1. Perlu adanya ketegasan pelaksanaan penggunaan alat pelindung diri

dengan pemberian sanksi yang tegas bagi siapa saja yang tidak

menggunakan alat pelindung diri pada saat memasuki area/wilayah yang

diwajibkan memakai pelindung diri.

2. Sebaiknya ada pendisiplinan tentang pelaksanaan alat pelindung diri

karena masih ada tenaga kerja yang tidak menggunakan alat pelindung

diri.

3. Lebih ditingkatkan tentang awareness penggunaan alat pelindung diri

ketika bekerja

4. Perlunya perawatan alat pelindung diri yang digunakan oleh tenaga kerja

sehingga alat pelindung dapat digunakan lebih lama dan berfungsi dengan

baik.

5. Sebaiknya perlu adanya perawatan dan renovasi peletakan penyimpanan

kotak alat pelindung diri yang berada di luar ruangan seperti bagian

workshop maintenance engineering, dan bagian waste water treatment

plant diletakkan didalam ruangan agar memudahkan tenaga kerja dalam

mengambil alat pelindung diri.

6. Sebaiknya perlu adanya training alat pelindung diri secara rutin untuk

meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemakaian alat pelindung diri

bagi keselamatan tenaga kerja karena training alat pelindung diri belum

dilaksanan dengan rutin.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

7. Perusahaan masih berpedoman pada Kepmenaker No. 51/Men/1999 dan

SE-01/Men/1997 sekarang sudah dicabut dan sebaiknya perusahaan

beralih pada peraturan pemerintah yang baru Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No : PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

A.M Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Universitas Diponegoro : Semarang.

Adriana Pusparini. 2008. Faktor Biologi di Tempat Kerja. Hal 48. Universitas
Diponegoro : Semarang.

Ardyanto. 2005. Potret Iklim Kerja dan Upaya Pengendalian Lingkungan pada
Perusahaan Peleburan Baja di Sidoarjo. Universitas Airlangga :
Surabaya. http//journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-05.pdf.(02
Maret 2012)

Coca-Cola Amatil Indonesia. 2003. Dokumen OHS PT. Coca-Cola Amatil


Indonesia Central Java. Semarang : QMS

Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). 2002. Kecelakaan


Kerja dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja Industri di Kawasan
Industri Pulo Gading Jakarta. Universitas Indonesia.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/.pdf. (12 Maret 2012)

Dodiet Aditya S. 2009. Metodologi Penelitian Deskriptif.


http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/10/pnelitiandeskriptif1.pd
f (10 Maret 2012)

Harrianto, Ridwan. 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Buku Kedokteran ECG :
Jakarta.

Jati Kusuma. 2010. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Karyawan PT. Bitratex Industries Semarang. Universitas Diponegoro :
Semarang. http://eprints.undip.ac.id/15260/1/Ibrahim Jati Kusuma.pdf. (10
Maret 2012).

Lestari Martina Indah. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Portal K3

Moeljosoedarmo Soeripto. 2008. Higiene Industri. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Soehatman Ramli. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif


K3 OHS Risk Management. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

Suma`mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT Toko


Gunung Agung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Suma`mur. 2009. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Masagung

Sungkar Lubis. 2003. Dampak Kebisingan Frekuensi 6000 dan 8000 Hz Terhadap
Ketulian Karyawan K3
http://www.ekologi.lithang.depkes.go.id/data/vci%202/sukar2_1.pdf. (18
Maret 2012)

Syukri Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia

Tarwaka. 2008. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. Surakarta : Uniba Press

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran
digilib.uns.ac.id 832

JADWAL KERJA PRAKTEK (KP)


PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA
01 Februari – 31 Februari 2012

Keterangan Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Minggu I - - Observasi Enginering Poliklinik

Safety
Minggu II Patrol & First Aid Building House Keeping Waste Water Treatment
Safety Act

Hearing
Minggu III Produksi PPE Ijin Kerja Conservation Hazard JSA
& MCU

Machine
Fire Guarding &
Minggu IV - - -
Emergency Electric
Safety

Semarang, 2 Februari 2012


Mengetahui,
Mahasiswa KP OHS. Supervisor

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 3 84
digilib.uns.ac.id

Hazard Code
Tabel. Hazard / Bahaya

No. Kriteria Hazard Code


Fall Hazard misalnya : terjatuh dari ketinggian, tertimpa benda /
1 FLH
material
Machinery Entrapment, misalnya terjepit v-belt, terpotong, luka akibat
2 MEH
mesin
3 Noise Hazard, bahaya kebisingan NSH
LEV Hazard, bahaya debu, uap beracun yang memerlukan Local
4 LVH
Exhaust ventilation
Manual Handling Hazard, bahaya akibat melakukan aktivitas handling
5 manual seperti terkilir, penyakit yang timbul akibat aspek ergonomic, MHH
dsb
6 Fire Hazard, bahaya kebakaran FRH
Material handling Equipment / Pedestrian Collision, bahaya yang
7 PCH
timbul dari peralatan untuk handling dan bahaya tertabrak
8 Confined Space Hazard, bahaya berada dalam Ruang terbatas CSH
9 Chemical Exposure, bahaya terpapar bahan kimia CEH
10 Electrical Hazard, bahaya listrik (kesetrum, dsb ) ELH
11 Energy Hazard , bahaya dari energy, misalnya steam, panas, dsb ENH
Motor Vehicle Hazard , bahaya dari aktifitas mengendarai kendaraan
12 MVH
roda empat
Motorcicle Hazard , bahaya dari aktifitas mengendarai kendaraan roda
13 MCH
dua
Environmental Hazard , bahaya yang dikarenakan adanya kondisi
14 ENH
Lingkungan seperti Cuaca, Iklim
15 Crime Hazard , bahaya yang dikarenakan adanya tindakan criminal CMH
Physical Hazard , bahaya dari ruangan bertemperatur/suhu tinggi ,
16 radiasi sinar elektromagnetik serta adanya pada bahaya getaran ( PFH
Vibration )
Biological Hazard , bahaya kemungkinan terdapatnya virus, bakteri,
17 BGH
parasit, jamur, serangga, binatang buas, dll
Psikology Hazard , adanya suasana kerja monoton dan tidak nyaman,
18 hubungan kerja kurang baik, upah kerja kurang, terpencil, tak sesuai PSH
bakat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 85

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 86

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 87

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 88

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 89

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 90

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 91

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 92

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 93

commit to user
Lampiran 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 94
Occupational Health & Safety Report
Human Resources Department
Coca-Cola Amatil Indonesia – Central Java

Number: 001-D-INV-2011-03-NM

FORMULIR PELAPORAN INVESTIGASI KEJADIAN


COCA-COLA AMATIL INDONESIA – CENTRAL JAVA
(Pelaporan Kecelakaan atau Pencatatan Pertolongan Pertama)
Diisi oleh tim investigasi
LAPORAN INVESTIGASI
TANGGAL KECELAKAAN 10 Maret 2012 NOMOR LAPORAN KECELAKAAN :
TANGGAL INVESTIGASI 10 Maret 2012
IDENTIFIKASI PELAKU KECELAKAAN
NAMA 00000000000000 TANGGAL LAHIR
NO ID / NIK - N AMA ATASAN LANGSUNG
POSISI / JABATAN DM N AMA KELUARGA
AREA KERJA 00000000000000 NO. TELEPHONE 000000000
KONDISI KARYAWAN SAAT TERJADINYA KECELAKAAN
 SENDIRI  DIBAWAH PENGAWASAN
 DENGAN KARYAWAN LAIN  TIDAK DIAWASI
SAKSI YANG MELIHAT SAAT KEJADAIAN (BILA ADA )
NAMA Yatin Kuspriyadi JABATAN TELPH.
KEGIATAN SAAT TERJADINYA KECELAKAAN
 SAAT BERANGKAT KERJA  DALAM AREA KERJA  BERHUBUNGAN DGN AREA  DALAM PERJALANAN
(Traveling to Office /Work) (Workplace Accident) KERJA (Traveling During Office PULANG
Hours (Traveling to Home)
PENJELASAN : Menuju DC untuk reload

DESKRIPSI KECELAKAAN (DETAIL DESKRIPSI DAN GAMBAR SKEMA KECELAKAAN)

Pada Hari Sabtu , 10 Maret 2012 sekitar jam 09.15 wib Sdr. 0000000000 – Deliveryman- saat dalam perjalanan untuk mengantar
Produk ke outlet jalan raya Petarukan km 8 kabupaten Pemalang mengendarai Mobil Toyota Dyna Light Truk No Pol H 1324 UW ,
berjalan berputar arah saudara 00000000 berhenti disebelah kiri marka sambil menunggu jalur benar-benar dalam keadaan sepi dan
aman, tetapi saat mulai mengarahkan truk H 1324 UW berputar arah tiba-tiba dari belakang bis PO Nusantara melaju dengan
kecepatan tinggi dan sopir bis tidak bisa menguasai kendaraan sehingga menabrak truk H 1324 UW bagian kanan depan

Note :
• Kejadian ini melibatkan pihak Kepolisisan
• Kondisi jalan sepi dan aman

KESIMPULAN INVESTIGASI :

Kecelakaan terjadi karena kurang memperhatikan bahaya saat berputar arah dan bis PO Nusantara melaju terlalu kencang
Dalam Safety riding pengemudi dituntut untuk selalu hati-hati dan waspada , menjaga jarak aman dengan kendaraan didepannya,
sehingga dapat merespon dengan cepat bila terjadi sesuatu hal dijalan.

TINDAKAN PERBAIKAN YANG DIAMBIL/DIRENCANAKAN UNTUK MENCEGAH TERULANG KEMBALI:

Wajib mentaati Peraturan Lalu Lintas dan Wajib menggunakan perlengkapan safety saat mengemudikan kendaraan.
Dalam Devensife Driving Pengemudi dituntut untuk menjaga jarak aman , harus mengetahui dengan benar kondisi lalu lintas baik
dari arah depan maupun belakang ( Karyawan wajib membaca kembali buku Devensife Driving )
Menekankan agar lebih berhati-hati ketika mengendarai kendaraan dijalan raya.
Menekankan utuk berputar arah di tempat yang aman dan luas.

APAKAH TIPE KECELAKAAN INI PERNAH TERJADI  YA  TIDAK


SEBELUMNYA:
JIKA YA, DETILNYA

ESTIMASI HARI YANG HILANG (DAY LOST ) ……………0………….. HARI


commit to user

OHS-MGM-D-F-001.21.2 Rev : 01 Tgl. 01 January 2011 Oleh : OHS Hal : 94 to


105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 95

Occupational Health & Safety Report


Human Resources Department
Coca-Cola Amatil Indonesia – Central Java

ESTIMASI KERUGIAN ( RP,- )


 HARI YANG HILANG 0
 KECELAKAAN
 RUMAH SAKIT Belum (korban masih dirawat)
 RAWAT JALAN 0
 LAIN-LAIN
 PRODUCT HILANG
 ADMINISTRASI KEPOLISIAN Rp. 2.000.000,00
 PENDEREKAN Rp. 700.000,00
 KOMPENSASI
TOTAL KERUGIAN Rp. 2.700.000,00
PENILAIAN KERUSAKAN
MEMBAHAYAKAN ORANG KERUSAKAN ASSET IMPAK TERHADAP REPUTASI
 Tidak ada cedera  Tidak ada kerusakan  Tidak ada impak
 Luka atau impak ke kesehatan minor  Kerusakan kecil  Impak sedikit
 Luka atau impak ke kesehatan sedikit  Kerusakan minor  Impak terbatas
 Luka atau impak ke kesehatan major  Kerusakan medium  Impak yang cukup
diperhitungkan
 Cacat permanent  Kerusakan major  Impak secara nasional
 Kematian  Kerusakan parah  Impak secara internasional

NAMA ATASAN Minarko TANGGAL 12 Agustus 2011 TANDATANGAN

TINDAKAN PENYEMBUHAN TELAH DILENGKAPI  YA  TIDAK


JIKA TIDAK, KAPAN?

NAMA MANAGER Didik Sigit Setiawan TANGGAL 10 Maret 2012 TANDATANGAN

TINDAKAN PENYEMBUHAN/DILOG PADA SISTEM  YA  TIDAK


Kejadian tersebut telah dilaporkan ke OHS dan P2K3 (Jika tidak, kembalikan ke Manager)
untuk dilakukan investigasi .
Tidak ada korban luka dari kejadian ini

DILAPORKAN / MENGETAHUI
NAMA JABATAN TANGGAL TANDA TANGAN
OHS OFFICER 04 Maret 2011
DS MANAGER 04 Maret 2011
OHS MANAGER 04 Maret 2011
FLEET MANAGER 04 Maret 2011
HR REGION MANAGER 04 Maret 2011
DISTRIBUSi:


commit to user
OHS-MGM-D-F-001.21.2 Rev : 01 Tgl. 01 January 2011 Oleh : OHS Hal : 95 to
105

Anda mungkin juga menyukai