Anda di halaman 1dari 14

Nama Muhammad Irsyaad Fadhlurrahman

NIM 11181130000004
Kelas Hubungan Internasional / 7A
Mata Kuliah Studi Global Kontemporer
Dosen Rahmi Fitriyanti, M.Si
Jenis Tugas Artikel Opini ( 4 buah artikel Opini)
Link Publikasi 1. https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/45027/pandemi-belum-pergi-
polusi-sudah-kembali/
2. https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/44969/pemerintah-lamban-
bertindak-tepat-perbudakan-modern-di-laut-semakin-meningkat/
3. https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/45029/mendengar-suara-anak-
muda-soal-nasib-kpk/
4. https://www.greenpeace.org/indonesia/cerita/45023/hari-laut-sedunia-peran-
dan-ancaman-yang-dihadapi-laut/

Bukti Publikasi

1.

2.
3.

4.

Draft Artikel 1

Pandemi Belum Pergi, Polusi Sudah


Kembali
Kita tentu masih ingat di awal pertengahan tahun 2020 – langit Jakarta yang biasa berkabut
dan penuh dengan polusi berubah menjadi langit cerah berwarna biru dengan jarak pandang
yang jauh. Kebijakan pembatasan sosial dan penerapan work from home (WFH) telah
membantu memperbaiki kualitas udara di Jakarta. 

Berkurangnya aktivitas industri, transportasi, dan pergerakan manusia berkontribusi


mengurangi polusi. Namun, kualitas udara yang baik ini ternyata tidak bertahan lama. Hal ini
terbukti dengan temuan Greenpeace Asia Tenggara, yang mengungkap polusi kembali
setahun setelah periode awal kebijakan lockdown dan pembatasan sosial. Bukan ini yang kita
inginkan – perbaikan sementara dan tidak berkelanjutan. 

Tidak hanya Jakarta, tetapi kota-kota lain di dunia 

Nitrogen dioksida (NO2) – tidak hanya merusak lingkungan dan mencemari udara. Polutan ini
juga berdampak bagi kesehatan manusia dan menyebabkan gangguan pernapasan. NO2
diproduksi melalui pembakaran bahan bakar, seperti kendaraan, pembangkit listrik, dan
industri-industri. 

Di beberapa kota di dunia, polusi udara NO2 secara signifikan lebih rendah di paruh pertama
2020, dibandingkan periode pertama tahun-tahun sebelumnya. Kita tentu ingin hidup dengan
kualitas udara dan lingkungan yang sehat. Ini adalah masalah bagi manusia – sangat penting
mengakhiri penggunaan bahan bakar fosil di seluruh dunia. 
Namun, kebijakan pelonggaran dan pemulihan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19
telah membawa polusi lahir kembali. Bahkan terdapat kota-kota yang mengalami
peningkatan kualitas udara jauh lebih buruk dari kondisi sebelum pandemi. Seperti Kairo dan
Gauteng.

Ada faktor lain yang berperan mengurangi polusi

Covid-19 – virus mematikan yang menjangkit di seluruh dunia menghantui manusia dan
menebar ketakutan akan terinfeksi virus ini. Tidak hanya manusia yang menjadi korban,
ekonomi dunia juga terperosok sebagai dampak dari pandemi ini. Organisasi Keuangan
Dunia (IMF) pun memperkirakan ekonomi dunia menyusut sebesar 4-5% di tahun 2020.

Kebijakan lockdown dan pembatasan sosial dilakukan untuk mengendalikan infeksi virus
pada manusia. Akibatnya, berbagai kegiatan seperti industri, mobilitas transportasi, aktivitas
manusia, dan lain sebagainya menurun.

Pembatasan sosial tidak menjadi faktor tunggal yang menyebabkan kualitas udara Jakarta
membaik. Faktor-faktor lain seperti arah angin, cuaca, dan intensitas cahaya matahari juga
turut berkontribusi. Membaiknya kualitas udara di Jakarta setahun yang lalu hanyalah efek
samping kebijakan pembatasan sosial. Bukan ini yang kita harapkan.

Gugatan warga Jakarta atas kualitas udara yang buruk

Beberapa hari lalu putusan Majelis Hakim mengenai gugatan warga negara atas kualitas
udara yang buruk kembali ditunda. Artinya telah terjadi dua penundaan pembacaan putusan
hakim. Gugatan dilayangkan kepada elit penting di negara ini. Seperti presiden, menteri,
bahkan gubernur-gubernur.

Gugatan diberikan oleh kelompok masyarakat yang menuntut agar pemerintah dapat
mengendalikan tingkat pencemaran dan polusi udara. Penundaan putusan menyiratkan bahwa
warga Jakarta akan lebih lama lagi menghirup kualitas udara yang buruk. 

Upaya apa yang harus kita lakukan?

Pelonggaran pembatasan sosial sebagai akibat mengejar pemulihan ekonomi juga berdampak
pada pemulihan polusi yang kembali hadir. Tercatat dalam laporan tersebut tingkat NO2 di
Jakarta turun 30% pada April 2020 dari jumlah tahun-tahun sebelumnya. Dan pada April
2021 NO2 kembali naik sebesar 28%.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita bisa mendesak agar pemerintah bertanggung jawab
mengatasi hal ini. Pemerintah harus membenahi kualitas udara buruk yang telah lama
menghantui. Pemerintah juga harus segera beralih menggunakan energi bersih terbarukan
seperti angin, matahari, dan memperbaiki fasilitas dan sistem transportasi yang bebas dari
energi kotor.

Kamu juga bisa beralih dan rutin menggunakan transportasi umum untuk mengurangi
pencemaran dan polusi udara. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan beralih ke
sepeda. Serta tetap menyuarakan aksi dan tindakan untuk mendukung keselamatan bumi kita.

Udara bersih adalah hak kita jadi jangan ragu untuk bersuara!

Jika ingin membaca laporan lengkapnya, bisa diunduh di sini.

Ditulis oleh M Irsyaad Fadhlurrahman, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah yang sedang melakukan magang di Greenpeace Indonesia.

Draft Artikel 2

Pemerintah Lamban Bertindak Tepat,


Perbudakan Modern Di Laut Semakin
Meningkat
Keluhan datang dari 62 nelayan migran Indonesia di 41 kapal penangkap ikan yang diduga
terlibat aktivitas perbudakan. Angka ini meningkat dua kali lipat jika dibandingkan tahun
sebelumnya. Berdasarkan laporan seabound 2.0 kolaborasi Greenpeace Indonesia dan Serikat
Buruh Migran Indonesia (SBMI), ada beragam praktek kekerasan terhadap ABK (Anak Buah
Kapal) yang ditemukan mulai dari pemotongan upah, kondisi kerja dan kehidupan yang
penuh kekerasan, penipuan, dan sebagainya. “Kami mengalami transfer ABK, jam kerja yang
tidak sesuai, dan diberi makan sedikit layaknya binatang” ungkap mantan ABK dalam
peluncuran laporan.

Perbudakan modern di laut telah menghilangkan sebagian hak para nelayan migran
Indonesia. Andrisen Ulipi, mantan ABK mengungkap perlakuan yang kurang mengenakan
selama dia bekerja di kapal Taiwan dan China. Ulipi menjalankan hari pekerjaan yang
panjang selama menjadi ABK. “Kami bekerja melewati batas maksimal kerja, sehingga
beberapa dari kami kelelahan” terangnya.

Titik solusi belum dicapai, masalah terus meningkat

Perbudakan yang dialami oleh ABK Indonesia belum mencapai titik solusi dan justru
permasalahan semakin meningkat. Indonesia adalah salah satu negara dengan pengirim
nelayan migran terbanyak di dunia. Menurut Badan Perikanan Taiwan, terdapat 21.994 ABK
Indonesia di tahun 2019 dan naik menjadi 22.224 di tahun 2020. “Jumlah itu meningkat,
walaupun di tahun 2020 mengalami pandemi dan itu baru satu negara saja” pangkas
Afdillah, Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia.

Menurut Afdillah masalah terjadi tidak hanya di atas kapal. Tetapi juga mencakup semua
tahapan mulai dari hulu ke hilir. “Para calon ABK di iming-imingi dengan pendapatan tinggi
dan ditambah anggapan kerja di luar negeri adalah suatu prestise” terangnya. ABK
disalurkan langsung ke pelabuhan tanpa kontrol dari pemerintah. Pada fase penempatan,
ABK mengalami kontrak yang tidak sesuai bahkan transfer ABK pun rawan terjadi.

Keterlibatan agen tenaga kerja

Dalam laporan seabound 2.0 tercatat bahwa 20 agen tenaga kerja Indonesia diduga terlibat
dalam perbudakan ini. Beberapa dari agen tenaga kerja tidak memiliki izin untuk merekrut
ABK bahkan sering terjadi pemalsuan dokumen. Hal ini dilihat dari banyaknya ABK yang
tidak memiliki kompetensi pekerjaan di atas kapal yang belum memenuhi standar.
Perbudakan tidak hanya terjadi di laut, tetapi jauh sebelum para ABK ditempatkan. Sehingga
perlu kerja sama dan transparansi berbagai otoritas terkait dan pemerintah agar persoalan ini
dapat dihentikan.

Hariyanto Suwarno, Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) mengatakan
bahwa rekomendasi seabound 2.0 tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Terkait dengan
persoalan, upaya memberikan keadilan hukum dan keadilan sosial, dan cara pandang nasional
menghadapi hal ini. Menurutnya pemerintah dapat melakukan pengawasan agen tenaga kerja
dan memberikan kepastian hukum sehingga para pelaku mendapatkan evaluasi.

“Pemerintah harus mengawasi agen tenaga kerja baik secara hukum, sosial,dan moral. Ini
merujuk pada beberapa perusahaan yang terindikasi tindak pidana perdagangan orang
tetapi tidak dievaluasi” terangnya. Hariyanto pun menilai bahwa pemerintah sudah
menancapkan komitmen yang baik di atas kertas (undang-undang). Namun, dalam
melaksanakan komitmen tersebut belum dapat dikatakan sempurna.

Masalah nasional dan regional

Perbudakan modern di laut tidak hanya terjadi di Indonesia. Tetapi negara-negara Asia
Tenggara lainnya. Hal ini diungkapkan oleh Ephraim Batungbacal, Koordinator Riset
Regional Greenpeace Asia Tenggara. Menurutnya perbudakan modern di laut adalah kasus
yang sangat penting bagi nelayan Asia Tenggara dan satu permasalahan adalah permasalahan
lainnya. Semua aktor harus bekerja sama satu sama lain agar permasalahan ini berakhir.

Ephraim juga meminta agar setiap negara di Asia Tenggara melindungi nelayan migran
mereka dengan meratifikasi konvensi ILO 188 dan meminta agar perusahaan penangkap ikan
memastikan nelayan mendapatkan hak mereka sesuai kontrak. 
Menanggapi hal ini, Afdillah menyerukan agar pemerintah Indonesia bertindak memainkan
peran untuk mengatasi permasalahan ini. “Ini sangat mengusik kemanusiaan, hati nurani,
dan harga diri bangsa Indonesia. Sudah saatnya pemerintah lebih tegas menyelamati wajah
dan harga diri bangsa Indonesia” tegasnya.

Perbudakan modern di laut telah merenggut hak-hak para nelayan migran Indonesia. Ini
adalah waktu yang tepat bagi pemerintah Indonesia untuk berperan lebih tegas melindungi
para ABK Indonesia. Bergabunglah dengan #endmodernslaveryatsea untuk menekan
pemerintah mengatasi masalah perbudakan di laut.

Laporan lengkap bisa dilihat di sini.

Ditulis oleh M Irsyaad Fadhlurrahman, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah yang sedang melakukan magang di Greenpeace Indonesia.

Draft Artikel 3

Mendengar Suara Anak Muda Soal Nasib


KPK
Pemberhentian 51 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan
(TWK) ramai diperbincangkan publik saat ini. Kontroversi mengenai KPK pun kembali
menjadi isu yang hangat, terutama terkait materi-materi mengenai TWK. Materi tersebut
menyinggung soal keyakinan, kepercayaan, agama, dan pilihan politik yang bisa dikatakan
tidak berhubungan dengan wawasan kebangsaan. 
Greenpeace Indonesia activists unfold a banner reading in Indonesian “Mr. Jokowi
Extinguish Forest Fires, Not KPK (Eradication Corruption Commission)” from the Kahayan
bridge in Palangkaraya, surrounded by haze from the forest fires. The activists urge the
Indonesian president Joko Widodo to give more attention to the current forest fires
environmental crisis that is also already become a serious threat for people’s health. ©
Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace

Tak bisa dipungkiri, kasus TWK ini menguatkan indikasi KPK sedang dilemahkan karena
kehilangan penyidik dan penyelidik profesional berintegritas. Lemahnya KPK berdampak
pada peningkatan praktik korupsi yang sangat berbahaya bagi usaha melindungi sumber daya
alam. Leonardo Simanjuntak, Direktur Greenpeace Indonesia mengatakan bahwa pelemahan
KPK berpotensi serius terhadap peningkatan praktik korupsi di sektor lingkungan. “Praktek
korupsi akan memperburuk kerusakan alam yang selama ini telah dihadapi manusia.”
ucapnya dalam keterangan pers Amnesty Indonesia. 

Saya penasaran apa pendapat rekan-rekan mahasiswa mengenai kisruh KPK ini. Untuk
mendapat jawaban, saya melakukan dengar pendapat ke beberapa mahasiswa yang sudah
menonton film “The Endgame”. Saya menggunakan inisial dalam penyebutan nama untuk
menghargai dan menghormati identitas personal mereka.

Apa yang kamu rasakan setelah menonton film “The Endgame”?

Film The Endgame yang dirilis Watchdoc Documentary telah menarik atensi publik secara
nasional. Kisruh di tubuh KPK dikemas secara jelas dalam film ini. Polemik yang ada dalam
KPK tidak terlepas dari peran pemerintah. Seperti yang diungkap SA, “saya merasakan
bahwa pemerintah benar-benar mengambil kebijakan yang terstruktur dan tersistematis
dalam melemahkan KPK dengan membuat hukum yang tidak adil sebagai bahan legitimasi”.

Berbeda dengan SA, film ini telah menggerakan kepedulian dan pandangan ZH. “Setelah
menonton film ini saya merasa lebih berwawasan dan bersimpati pada polemik yang ada di
negeri ini.” tuturnya. Hal ini bukan tanpa sebab, film disajikan dengan menghadirkan para
pegawai yang dinyatakan tidak lolos TWK menambah realita yang ada.

Lain halnya dengan DI, setelah menonton Ia sedikit merasakan kegelisahan terhadap apa
yang terjadi di negeri ini. “Saya merasakan kecemasan, saya merinding, setidak adil
penguasa di negeri kita” ungkapnya.

Bagaimana KPK Setelah ini?

Dalam perkembangannya selalu ada upaya untuk melemahkan KPK. Kriminalisasi dan
serangan terhadap pegawai bahkan gagasan mengubah UU KPK adalah contohnya. Setelah
ditanya bagaimana KPK setelah ini, mereka terlihat pesimis akan masa depan KPK. Menurut
ZH, KPK akan menguntungkan sebelah pihak dan menghambat kemajuan bangsa. “Setelah
ini KPK akan tidak berjalan dengan efektif, tidak adil dan menjadi sebuah keuntungan
sebelah pihak sehingga menghambat kemajuan perekonomian Indonesia serta melemahkan
masyarakat kalangan bawah” pangkasnya.

KPK yang semakin tidak independen berpotensi menjadi alat untuk kepentingan segelintir
orang saja. Tentu dalam kinerjanya akan berjalan tidak efektif. Menurut SA KPK harus
segera dibenahi. “KPK hanya akan menjadi alat politik dan semakin tidak independen jika
tidak adanya perbaikan yang sangat serius.”

Ditanya dengan pertanyaan yang sama, FA berharap kasus korupsi dengan skala besar dapat
segera terungkap. “Tidak tahu. Mungkin lebih lemah dari sebelumnya. Hanya bisa berharap
semoga kasus-kasus besar yang sedang ditangani tetap dilanjutkan,” tuturnya.

Bagaimana nasib perlindungan lingkungan jika KPK lemah?

KPK menetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo sebagai tersangka korupsi
ekspor benih lobster. Ini adalah salah satu kasus yang merugikan keuangan negara dan
merusak lingkungan. Bagaimana tidak, kebijakan ekspor benih lobster dapat mengancam
keberadaan lobster bahkan menyebabkan kepunahan. Seperti yang diungkap FA, menurutnya
“nasib lingkungan dan alam bisa jadi semakin buruk”.

Kasus yang ditangani KPK terkait sektor lingkungan secara tidak langsung dapat
memperbaiki dan membenahi lingkungan. Seperti yang diungkap oleh SA. “Banyaknya kasus
KKN yang ditangani KPK dalam isu lingkungan, tentu akan membuat perbaikan nasib
lingkungan juga berbanding lurus dengan kuatnya sistem KPK dalam memberantas korupsi
SDA,” terang SA. 

Nasib lingkungan jika KPK lemah juga akan menyebabkan kualitas lingkungan menjadi
buruk. Hal ini diungkap oleh ZH, menurutnya “Lingkungan akan semakin buruk
performanya sehingga sumber daya alam tidak berkinerja secara optimal”.

Apa yang bisa kita lakukan sebagai anak muda?

Kita sebagai generasi muda berperan penting karena masa depan bangsa ada di kita. Bukan
tidak mungkin bahwa regenerasi di kursi kepemimpinan atau lembaga-lembaga akan diisi
anak muda saat ini. Ini mengantarkan saya untuk bertanya pada mahasiswa apa yang dapat
kita lakukan. 

Ketika ditanya ZH menekankan pentingnya pengabdian masyarakat dan menghindari


perilaku yang mencerminkan korupsi. “Berkontribusi bagi negeri dengan sumber daya
(kompetensi) ataupun ilmu yang dimiliki untuk dibagikan kepada masyarakat serta menjauhi
tindakan yang mengandung nepotisme” tuturnya.

SA juga menyatakan bahwa anak muda harus menekan pemerintah agar KPK menjalankan
fungsi yang sebagaimana mestinya agar tidak menjadi alat kepentingan semata. “Terus
menyuarakan di segala lini, mengedukasi dan mendidik masyarakat, serta memberikan
tekanan terhadap pemerintah untuk mengembalikan fungsi KPK sebagai lembaga
independen yang kuat dan berkomitmen.” tegasnya.

Sama halnya FA, penting baginya agar anak muda berintegritas dalam setiap peran yang
dimiliki. “Untuk jangka pendek anak muda perlu terus bersuara. Untuk jangka panjang anak
muda harus tetap menjaga integritas dalam setiap peran yang diemban” ujarnya.

Pelemahan KPK bila dibiarkan akan menjadi preseden buruk yang mempengaruhi perang
terhadap korupsi yang telah menjangkit negeri ini. Penurunan kinerja KPK akan berdampak
langsung pada keselamatan lingkungan dan alam. Ini saatnya bagi kita anak muda untuk terus
bertindak dan bersuara. Penerus bangsa adalah kita dan masa depan bangsa berada di
genggaman kita. Menjaga KPK berarti melindungi lingkungan Indonesia!

——— 

Ditulis oleh M Irsyaad Fadhlurrahman, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah yang sedang melakukan magang di Greenpeace Indonesia.

Draft Artikel 4 (ghost writer)


Hari Laut Sedunia : Peran dan Ancaman
yang Dihadapi Laut
Tujuh puluh persen luas bumi adalah lautan. Kalimat ini membuka dan menjadi
pengingat betapa pentingya peran laut bagi kita semua. Ini menunjukan potensi dan manfaat
lautan yang sangat besar. Namun, saat ini laut menghadapi berbagai ancaman serius –mulai
dari  perubahan iklim, penangkapan ikan berlebih dan kerusakan lingkungan. 

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pembangunan dan Lingkungan pada tahun


1992 di Brazil menjadi titik awal sejarah Hari Laut Sedunia. PBB kemudian menetapkan Hari
Laut Sedunia atau World Ocean Day pada tahun 2008 dan diperingati setiap 8 Juni.  

Laut memiliki banyak peran untuk menopang kehidupan makhluk hidup dan menjaga
ekosistem. Laut menjaga kita bisa hidup nyaman sebagai manusia, termasuk menyediakan
oksigen untuk nafas kita. Peringatan hari laut sedunia penting untuk memupuk kesadaran
manusia dalam melestarikan laut.   

Green sea turtle swimming in the sea at Raja Ampat, Papua, Indonesia. © Paul Hilton /
Greenpeace

Laut itu penting!

Hari laut sedunia kali ini bertemakan Kehidupan dan Sumber Penghidupan. Menurut laporan
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) laut akan
mempekerjakan 40 juta orang pada tahun 2030.[1] Selain memiliki peran sebagai sumber
kehidupan, laut juga berperan menjaga kestabilan iklim bumi. Lautan dapat menyerap karbon
dioksida  sebesar 245,6 juta ton per tahun.
Lautan berkontribusi besar dalam menyerap emisi karbon dioksida di bumi. Fitoplankton
yang terdapat dalam lautan membantu proses penyerapan karbon. Laut juga berpartisipasi
menyuplai 50%-70% oksigen.[2] Angka ini lebih banyak dari oksigen yang dikeluarkan oleh
hutan di daratan. 

Lautan juga membantu bumi dalam mengatur iklim. Radiasi matahari diserap oleh lautan
kemudian didistribusikan secara merata. Pemanasan cenderung terjadi di sekitar khatulistiwa.
Arus laut kemudian menyebarkan panas ke utara dan selatan. Laut memiliki peran yang
sangat vital menjaga iklim. 

Laut berada dalam situasi kritis

Keseluruhan lautan di bumi, hanya dua persen luas lautan yang terlindungi. Ancaman sangat
rentan terjadi di lautan. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim dapat mempengaruhi
bahkan menurunkan kapasitas lautan.  

Praktek penangkapan ikan secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek keberlanjutan


sangat mengancam populasi ikan di lautan. Metode penangkapan seperti pukat harimau, bom
ikan, dan merawai adalah contoh buruk yang merusak lingkungan. Tidak hanya ikan,
terumbu karang pun ikut menjadi korban. 

Ancaman besar bagi lautan lainnya adalah mikroplastik. Sampah plastik dapat menjadi
plastik berukuran mikro sebagai pengaruh dari suhu, tekanan, dan kelembaban
(fotodegradasi). Mikroplastik dapat terkonsumsi oleh hewan-hewan laut.  Bahkan beberapa
penelitian menunjukan mikroplastik sudah sampai di dalam tubuh manusia. 

Selain itu, pengasaman lautan dapat merusak ekosistem terumbu karang. Masalah ini menjadi
penyebab lambatnya pertumbuhan karang dan berkurangnya ketahanan terumbu karang.
Pengasaman laut terjadi akibat meningkatnya karbon dioksida yang diserap oleh lautan dan
penurunan pH air laut. 

Greenpeace volunteers collect and audit plastic garbage during a Beach Clean Up activity at
Padansari beach, Bantul, Yogyakarta. Greenpeace Indonesia holds the same activity in other
two locations, Tangerang and Bali, as part of the #BreakFreeFromPlastic global movement
to reduce single use plastic products usage.

Peran kita untuk menjaga laut lestari 

Lautan sebagai salah satu komponen penting yang menopang kehidupan seluruh makhluk
hidup. Maka perlu upaya dan aksi untuk mencegah kerusakan lautan – sebelum semakin
parah.  

Upaya sederhana yang kita dapat lakukan untuk menyelamatkan lautan adalah dengan
mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Plastik yang berakhir di lautan menjadi
malapetaka bagi ekosistem laut. Peran pemerintah dalam mengelola sampah harus dievaluasi
agar lautan tidak diakhiri dengan sampah.
Kita juga perlu mendesak pemerintah dan industri perikanan agar semua cara penangkapan
ikan merusak dan ilegal yang seringkali sarat pula dengan praktik kerja paksa dan
perbudakan di laut yang mengeksploitasi para pekerja, harus segera diatasi dengan keseriusan
penegakan aturan serta pengawasan di lapangan.

Setiap negara terhubung oleh lautan di dunia. Artinya permasalahan mengenai lautan bersifat
universal – menyeluruh. Para ilmuwan menyerukan agar pada tahun 2030, setidaknya 30%
lautan di dunia dilindungi sebagai suaka laut/ocean Sanctuary yang bebas dari Eksploitasi
Manusia [3] Tekanan terhadap pemerintah untuk menciptakan Perjanjian Laut Global sangat
penting untuk dilakukan. Setiap negara harus menancapkan komitmen dan tanggung jawab
kuat untuk mencegah kerusakan yang terjadi. Ocean Sanctuary/Cagar alam laut adalah alat
kunci untuk melindungi habitat dan spesies, membangun kembali keanekaragaman hayati
laut, membantu memulihkan ekosistem laut, dan memelihara jasa ekosistem yang penting

Untuk kamu yang membaca sampai akhir, terimakasih karena telah peduli dan ingin terlibat
untuk menjaga laut kita. Ubah gaya hidup yang bisa merugikan laut dan mulailah sekarang.
Percayalah, setiap suara, aksi dan perubahan yang kamu lakukan itu sangat berarti untuk laut
kita.

Selamat hari laut sedunia!

[1] https://www.oecd.org/ocean/OECD-work-in-support-of-a-sustainable-ocean.pdf

[2] http://oneworldoneocean.com/pages/why-the-ocean/

[3] https://www.greenpeace.org/international/publication/21604/30×30-a-blueprint-for-
ocean-protection/

Anda mungkin juga menyukai