Anda di halaman 1dari 22

Ikan Baung

(Hemibagrus nemurus)

Teknik Budidaya

BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI


Ikan Baung
Latar Belakang
• Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus) merupakan salah satu
sumberdaya genetik dari 22 jenis ikan air tawar asli
Indonesia
• Harga Ikan Baung lebih tinggi berkisar Rp 50.000-Rp
100.000/kg lebih tinggi dibandingkan harga ikan air tawar
yang telah populer di masyarakat ( Nila, Mas , Lele)
• Ikan Baung telah dikembangkan dan dapat menunjang
diversifikasi usaha untuk budidaya perikanan
• Produksi Ikan Baung dapat meningkatkan pendapatan
negara di sektor perikanan air tawar
MENGENAL IKAN BAUNG
• Ikan baung merupakan anggota Famili Bagridae dan termasuk ordo
Siluriformes
• Ikan baung memiliki ciri-ciri fisik bentuk badan panjang dan tidak
bersisik; pada sirip dada terdapat tulang tajam runcing; memiliki sirip
adiposa*) yang panjangnya kira-kira sama dengan sirip dubur
• Panjang total 5 kali tinggi atau 3-3,5 kali panjang kepala (Djajadiredja
et.al, 1977)
• Sirip dada dan sirip punggung berjari-jari keras; tulang rahang atas
bergigi, warna bagian punggung agak kehitaman dan bagian dada putih
(Weber & Beaufort, 1913)
• Ciri khas spesies ini adalah panjang dasar sirip adiposa sama dengan
panjang dasar sirip dubur; sungut hidung mencapai mata dan sungut
rahang atas mencapai sirip dubur (Kottelat et.al., 1993)
*) Sirip adiposa : sirip lunak dan berdaging yang berada di bagian belakang sirip punggung dan tepat di depan sirip ekor
Habitat dan penyebaran Ikan Baung
• Habitat dan penyebaran ikan baung di rawa dan lebak yang
berhubungan langsung dengan sungai. Pada musim hujan di hutan
rawa, ikan ini banyak ditemukan mulai dari tingkat benih sampai
ukuran dewasa yang matang gonad, dimana rawa dan danau
merupakan habitat mikroorganisme yang menjadi pakan alami bagi
ikan baung (Utomo et al. , 1992).
• Penyebaran ikan baung di Indonesia meliputi Sumatera Barat,
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Jawa.
• Di DAS Musi ditemukan mulai dari hulu sungai, Danau Ranau
sampai ke muara sungai dan perairan pasang surut. Di DAS
Batanghari dijumpai dari hulu sampai ke hilir, dengan kondisi
terbaik terjadi di bulan April dan terjelek ditemukan pada bulan
Oktober (Samuel & Said, 1995).
• Di Kalimantan ditemukan di Sungai Barito (P rasetyo et al, 2004)
dan di Riau dijumpai di Sungai Kampar (Husnah et al, 2003).
Pakan dan Kebiasaan Makan
• Ikan Baung termasuk jenis ikan Omnivora namun juga mengarah
pada jenis ikan karnivora dengan susunan makanan yang terdiri atas
ikan, insekta, udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa
tumbuhan, atau organik lainnya.
• Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta,
sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta.
• Di samping kedua jenis organisme yang dominan terdapat juga
organisme lain, seperti udang batu, ikan selais, lipas air, dan cacing
air.
Tingkat Kematangan Gonad
▪ Ikan baung jantan dan betina memiliki perkembangan gonad
dimulai ketika beratnya mencapai 90 gram atau panjang badan
total lebih dari 200 mm. Matang gonad ikan baung betina
diperkirakan pada berat lebih dari 100 g.
▪ Secara umum induk yang digunakan untuk pemijahan mempunyai
berat minimal 400 gr dan berumur minimal 1 tahun pemeliharaan
▪ Di alam ikan baung memijah pada awal musim hujan yaitu pada
bulan Oktober sampai dengan Januari, sedangkan induk jantan
matang gonad pada bulan November sampai dengan akhir
Februari.
Ciri Morfologi Kelamin (genital) Induk Ikan Baung
jantan (A) dan betina (B)
Pembenihan
Penyediaan Induk
Penyediaan induk ikan baung dapat diperoleh
dengan dua cara, yakni memelihara dari kecil hingga
mencapai matang gonad (calon induk) dan
menangkap calon induk dari alam bebas yang
ditampung di kolam atau karamba. Penyediaan induk
melalui pemeliharaan dari kecil perlu waktu sekitar
10 - 12 bulan.
Proses Pematangan Gonad Induk
• Pematangan gonad dilakukan di kolam yang dialirkan air secara
kontinyu dengan kepadatan 0,2–0,5 kg/m², diberi pakan berupa
pelet sebanyak 3-4% dari bobot tubuhnya per hari.
• Kualitas Air kolam tempat pematangan gonad induk Ikan Baung:
a. Suhu : 29oC-30oC
b. pH : 6-8,5
c. Oksigen Terlarut (DO) >5 ppm
d. Amonia (NH3) <0,1 ppm

• Pemberian pakan pada calon induk sebaiknya berkadar protein


28%-32% dan lemak 6%-8% pakan diberikan sebanyak 3% dari
bobot biomassa dan diberikan 2-3 kali per hari
Pemijahan Buatan Ikan Baung
a) Seleksi Induk
Seleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat
kematangan induk yang akan dipijahkan.
Ikan Baung jantan, panjang papilla genitalia
(lubang genital) telah melewati pangkal sirip
anal dan ujungnya berwarna kemerahan
(Subagja et.al., 2015)
Ikan Baung betina, berat min 400 gr dan
berumur 1 tahun pemeliharaan; genitalnya
berbentuk bulat dan berwarna kemerahan.
Disamping itu, Tingkat Kematangan Gonad sudah
mencapai matang akhir (TKG IV) dimana
diameter telur mencapai kisaran 1,5-1,8 mm,
berwarna kuning kecoklatan, ukuran seragam
dan mudah dipisahkan
Pengamatan telur dengan metode
kanulasi
Induk yang terpilih ditampung
dalam wadah fiber atau
akuarium
Penyuntikan Induk
Betina Ikan Baung
Induk betina disuntik
Ovaprim™ dengan dosis
sebanyak 0,6 ml per kg
berat induk.
Penyuntikan dilakukan
dua kali dengan selang
waktu 8–10 jam.
Penyuntikan ke-1
sebanyak 1/3 dosis dan
penyuntikan ke-2
sebanyak 2/3 dosis.
Penyuntikan dilakukan
pada bagian punggung.
Proses
Pengurutan/striping
Pengurutan atau striping
induk betina dilakukan
8-10 jam setelah
penyuntikan ke-2
Penyiapan Sperma
dari induk jantan
• Ambil kantong sperma dari induk
jantan dengan membedah
perutnya, gunting kantong
sperma dan keluarkan.
• Cairan sperma ditampung dalam
gelas yang sudah diisi NaCl 0,9%
sebanyak 50 ml per 1 kg berat
induk betina.
• Aduk hingga rata. Bila terlalu
pekat, tambahkan NaCl sampai
larutan berwarna putih susu agak
encer.
Rasio Induk
Untuk pemijahan buatan rasio
Jantan : Betina
berkisar 1 : 3 sampai dengan 1 : 4
Proses Striping dan Pembuahan • Induk betina dipijat bagian perut ke arah lubang
kelamin sampai telurnya keluar. dilakukan 8-10
jam setelah penyuntikan ke-2
• Telur ditampung dalam mangkuk yang bersih dan
kering.
• Masukan larutan sperma sedikit demi sedikit dan
aduk sampai merata.
• Telur yang telah dicampur dengan sperma diaduk
secara merata menggunakan bulu ayam, diberi
air, dan kemudian ditebarkan di akuarium atau
bak fiber yang berisi air bersih dan diaerasi.
• Padat tebar telur 6-10 butir/cm2
• Suhu air dalam akuarium atau bak minimal 28°C -
30°C. Telur yang terbuahi akan menetas setelah
24 - 30 jam
TAHAP LARVA-BENIH
• Larva I : tahap dari mulai menetas hingga
habisnya kuning telur
• Larva II : saat hilangnya kantung kuning
telur sampai terbentuknya organ-organ
baru hingga secara morfologi mempunyai
bentuk menyerupai individu dewasa
(definitif).
• Stadia larva ini merupakan stadia yang
paling kritis dari siklus hidup Ikan Baung
terutama saat ukuran tubuh yang kecil (0,5 -
2 mm) (Hardjamulia,2000).
Pemeliharaan Larva-Benih
1. Wadah yang digunakan berupa
akuarium, atau bak fiber.
2. Persiapan wadah (sanitasi), dan
pemasangan perlengkapan aerasi.
3. Larva ditebar dalam akuarium atau
bak fiber dengan kepadatan 50
ekor/liter.
4. Pakan yang diberikan pada larva
pada hari ke-3 adalah cacing Tubifex
yang dicacah halus selama 21 hari
frekuensi 2 kali; siang dan malam hari
5. Upayakan pemberian pakan tidak
terlambat untuk menghindari
kanibalisme
Penggantian air
• Pemeliharaan larva di
akuarium tidak perlu
dilakukan penggantian air.
Namun, setelah larva diberi
cacing (cincangan cacing
ataupun cacing utuh) perlu
dilakukan penyiponan dan
penggantian air sebanyak 75
% setiap pagi sebelum
pemberian pakan.
• Larva ikan baung berenang di
dasar atau di dinding
akuarium atau bak,
penyiponan harus dilakukan
dengan hati-hati. Agar larva
tidak ikut tersedot, ujung alat
penyiponan dapat dilapisi
saringan
1) Pemeliharaan benih sampai ukuran 1 inci
memerlukan waktu 30 hari

2) Pemeliharaan benih sampai ukuran 2 inci


memerlukan waktu 30 hari

3) Pemeliharaan benih sampai ukuran 3 inci


memerlukan waktu 30 hari

4) Pemeliharaan benih sampai ukuran 4-5 inci


memerlukan waktu 30 hari
Transportasi Benih Baung • Memperhatikan ketersediaan oksigen, sisa
metabolisme (CO2 dan NH3), dan kestabilan
suhu air.
• Mempuasakan benih selama 24 jam sebelum
pengangkutan supaya saluran pencemaan
ikan menjadi kosong
• Mengisi kantong dengan air tawar seperlunya,
kemudian benih dimasukkan dengan
kepadatan 300 - 500 ekor per kantong (benih
ukuran ¾ inci) tergantung jarak pengiriman
• Memasukkan gas Oksigen (O2) ke dalam
kantong plastik kemudian plastik diikat erat.
• Jika pengangkutan benih ikan menggunakan
mobil khusus kadang-kadang tidak
memerlukan kardus, tetapi kantong-kantong
plastik berisi benih ikan tersebut cukup
disusun dengan baik dan rapi.

Anda mungkin juga menyukai