Anda di halaman 1dari 131

TERJEMAHAN TAFSIR AL-QURAN AL-KARȊ M KARYA MAHMUD

YUNUS:
KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN
KOMPLEMENTASI DALAM SURAT AL-BAQARAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (S.S)

Oleh:

ANISA ALBASIROH
1111024000008

JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
ABSTRAK

ANISA ALBASIROH
“Terjemahan Al-quran Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif
Hubungan Komplementasi dalam surat al-Baqarah” di bawah bimbingan Dr.
Abdullah, M. Ag.
Pokok permasalahan penelitian kali ini yaitu, bahwa tidak jarang kita menemui
sejumlah kesalahan dalam menyepadankan antara konjungsi dalam bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Arab termasuk dalam masalah konjungsi kalimat majemuk
subordinatif dalam terjemahan Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus.

Untuk menjawab pertanyaan ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif


kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan
diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka. Data didapat oleh
Penulis dari sumber hasil terjemahan surat al-Baqarah. Dalam penelitian ini yang
pertama kali dilakukan oleh Penulis adalah mencari kalimat majemuk subordinatif
yang terdapat dalam terjemahan surat al-Baqarah.

Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan 202 data yang meliputi kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori yaitu, inna, anna, dan
qâla. Data yang diperoleh dalam kategori inna terdapat 32,7 %, kategori anna
terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat 55%.

Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-quran Mahmud Yunus bersifat ringkas dan


sederhana. Hal ini terlihat dalam penyajian tafsirnya, penafsiran dilakukan pertama
kali dengan memberi arti dari ayat-ayat Al-quran, kemudian harus memberikan
penafsiran global, tanpa mengawali dengan penjelasan arti kata. Dengan tidak
menambahkan catatan-catatan dalam tafsirnya seolah-olah Mahmud Yunus ingin
mengajak pembaca untuk konsentrasi berdialog dengan Tuhan. Tafsir Al-quran in
sistematika penafsirannya sama seperti isi Al-quran dan terjemahan disamping kanan
ayat (setiap ayat) kemudian terjemahannya dibawahnya terdapat penafsiran.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan

bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-

Nya kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam Peneliti panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para

sahabatnya semoga kita mendapatkan curahan syafa‟atnya di hari akhir kelak.

Dalam Penelitian skripsi ini Peneliti banyak diberi bantuan serta bimbingan

oleh berbagai pihak. Terima kasih Peneliti ucapkan kepada civitas academica

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Sukron

Kamil, M.Ag., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Moch. Syarif Hidayatullah,

M.Hum., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah Rizki

Handayani, MA. Serta jajaran dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman. Semoga ilmu dan pengalaman yang Peneliti terima bermanfaat di

kemudian hari.

Ucapan terima kasih dan doa Peneliti tujukan kepada Dr. Abdullah, M.Ag.

yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, dan member saran

yang berguna selama proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu

memberikan kebaikan serta keberkahan kepada Bapak dan keluarga. Amin. Kepada

Dr. Akhmad Saehudin, M.ag. dan Drs. Ikhwan Azizi, M.A., selaku dosen penguji

terima kasih telah menilai, mengoreksi, dan membimbing, sehingga penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan.

ii
Kepada orangtua, Mamah dan Bapak, terima kasih atas cinta, kasih, serta doa

yang tidak pernah bosan diberikan kepada Peneliti selama ini. Kepada adik-adik

Faisal Albasyir, Nadia Albasyiroh, Fachrial Albasyir dan Alfiatussyifa Albasyiroh

terima kasih atas senyum, pelukan serta keceriaan dan motivasi kepada Peneliti.

Kepada kak Yayan, terima kasih atas bantuan serta dorongan selama proses

penyusunan skripsi ini kepada Peneliti. Kepada Syawaliyah Faisal dan Darti

Nurmaesaroh terima kasih atas bantuan, motivasi, serta keceriaan dan tidak pernah

bosan mendengarkan isi curahan Peneliti. Kepada kawan-kawan Tarjamah 2011 dan

Sahabat KKN Chanvas 2014 terima kasih atas dorongan dan doa kalian kepada

Peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga Peneliti

membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat bermanfaat untuk

kita semua khususnya bagi yang berkecimpung dalam dunia penerjemahan.

Jakarta, 30 September 2015

Anisa Albasiroh

iii
A. 15
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI1

v
Konsonan

HURUF HURUF HURUF


No. HURUF No.
ARAB ARAB LATIN
LATIN
Tidak
1. ‫ا‬ dilambangkan
16.
‫ط‬
th

2. ‫ب‬ b 17. ‫ظ‬ zh

3. ‫ت‬ t 18. „
‫ع‬

4. ‫ث‬ ts 19. ‫غ‬ g

5. ‫ج‬ j 20. ‫ف‬ f

6. ‫ح‬ h 21. ‫ق‬ q

7. ‫خ‬ kh 22. ‫ك‬ k

8 ‫د‬ d 23. ‫ل‬ l

9. ‫ذ‬ dz 24. ‫م‬ m

10. ‫ز‬ r 25. ‫ى‬ n

11. ‫ش‬ z 26. ‫و‬ w

12. ‫س‬ s 27. ‫هـ‬ h

13. ‫ش‬ sy 28. ‫ء‬ `

14. ‫ص‬ sh 29. ‫ي‬ y

15. ‫ض‬ dl

1
Pedoman Transliterasi ini merujuk pada Pengurus Besar Nahdlatu al-Ulamâ

vi
Vokal

1. Vokal Tunggal

HURUF
No. TANDA HURUF No.
TANDA LATIN
LATIN
1. a 3. u

2. i

Contoh:

َ‫َكتَة‬ : kataba ‫سّبُوزَة‬


َ : sabbuurah

‫سحَة‬
َ ‫ هِو‬: mimsahah ‫ة‬
ُ َ‫ يَره‬: yadzhabu

2. Vokal Rangkap

TANDA DAN GABUNGAN


NO. NAMA NAMA
HURUF HURUF

1. ْ‫ي‬ fathah dan yâ` ai a dan i


sukun

2. ْ‫و‬ fathah dan wâu au a dan u


sukun

Contoh:

َ‫ كَيف‬: kaifa َ‫ هَول‬: haula

Maddah (Vokal Panjang)

vii
HURUF
No HURUF DAN
No. DAN TANDA TANDA
. HARAKAT
HARAKAT

1. ‫ا‬ â 3. ْ‫و‬ û

2. ْ‫ي‬ î

Contoh:

َ‫ جَاَلس‬: jâlasa

‫ َزحِين‬: rahîm

‫ل‬
ُ ‫ يَقُو‬: yaqûlu

Tâ` Marbûthah

Transliterasi untuk tâ` marbûthah adalah:

1. Tâ` )‫ (ة‬marbûthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah atau

dammah, transliterasinya adalah “t”.

wihdat al-wujûd = ‫وحدة الوجود‬

2. Tâ` marbûthah yang mati atau sukun, transliterasinya adalah “h”.

tarîqah = ‫طسيقة‬

3. Kata yang akhirnya ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata

sandang al (‫) ال‬, sedangkan penulisan kedua kata itu dipisah, maka

tâ`marbûthah tersebut ditrasliterasikan dengan “h”, seperti pada kata:

viii
al-Madînah al-Munawwarah = ‫وزَة‬
َ َ‫َا ْلوَدِيْنَ ُة ا ْل ُون‬

Kata Sandang

Kata sandang (‫) ال‬, ditransliterasikan berdasarkan kata yang diikuti oleh kata

sandang tersebut. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditrasliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yakni huruf “l” diganti dengan huruf yang sama dengan

huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, ditulis terpisah dan

dihubungkan tanda sambung. Contoh:

at- Ta‟lîm = ‫التعلين‬

an- Niŝa = ‫النسآء‬

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah, kata sandang ditulis tetap sebagai

“al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung.

Contoh:

al-Badî‟u = ‫ع‬
ُ ْ‫َالّْبَدِي‬

al-Ma‟nâ = ‫َا ْل َوعْنَى‬

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang

dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan, yang di sini

disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu ialah wacana, kalimat, klausa, frase,

kata dan morfem.1

Kalimat merupakan satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa,

maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi kalimat dengan

mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau

isi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, definisi seperti “Kalimat adalah

susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap” merupakan

definisi umum yang biasa kita jumpai. Malah dalam pelajaran bahasa Arab,

definisi kalimat yang berbunyi “Kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah

kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa Arab.2

Yang akan Peneliti bahas dalam penelitian ini yaitu kalimat majemuk.

Kalimat majemuk termasuk bahan sintaksis, di sebut kalimat majemuk karena

terdiri atas lebih dari satu konstituen yang berupa kalimat sendiri.3 Kalau klausa di

dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat

majemuk. dalam hal ini berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam

1
M. Ramlan. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h. 1
2
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003), h. 240
3
J.W.M. Verhaar. Pengantar Linguistik, (Gadjah Mada University Press, 1981), h. 102

1
kalimat itu dibedakan adanya kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk

setara) dan kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat).4

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua

kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukannya

sejajar (setara) di dalam kalimat. Biasanya kalimat majemuk setara menggunakan

kata hubung: dan, tetapi, atau.5

Contoh:

a. Ani belajar dan Budi membaca Koran.

b. Dia tidak belajar tetapi mengobrol di kelas.

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang dibangun atas

dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang

berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.

Letak anak kalimat dapat berada setelah induk kalimat atau boleh juga

mendahului induk kalimat.6

Contoh:

1. Anak kalimat berada setelah induk kalimat

a. Ia sudah duduk di rumah ketika saya kembali dari kampus.

2. Anak kalimat mendahului induk kalimat

b. Ketika saya kembali dari kampus, Ali sudah menunggu di depan

rumah saya.

4
Moch. Syarif Hidayatullah. Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang Selatan: Alkitabah,
2012), h. 98
5
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 74-75
6
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 75

2
Kalimat majemuk setara atau sering disebut kalimat luas setara adalah

kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa bebas. Dalam bahasa Arab, kalimat

ini disebut sebagai kalam murakkab.7

Contoh:

‫هره دزاجت كبيسة و تلك دزاجت صغيسة‬

Contoh tersebut merupakan klausa bebas, klausa berdiri sendiri dan tidak

menjadi bagian dari klausa lainnya. Klausa pada kalimat tersebut dihubungkan

oleh penghubung setara, yaitu ‫و‬.

Kalimat majemuk bersusun sering disebut juga kalimat majemuk

bertingkat atau kalimat luas tidak setara. Kalimat majemuk bersusun adalah

kalimat yang minimal terdiri atas satu klausa bebas atau klausa terikat. Dalam

bahasa Arab, jenis kalimat ini bisa disebut dengan istilah kalam tarkibiy.8

Contoh:

‫عندما أسمع آذان الجمعت أذهب إلى المسجد‬

Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yang tidak setara, karena salah

satunya berupa klausa terikat. Dengan kata lain kedua klausa pada kalimat itu

bertingkat. Kalimat terdiri atas klausa bebas ‫ أذهب إلى المسجد‬dan klausa terikat

‫عندما أسمع آذان الجمعت‬.

Dalam penelitian ini, Peneliti akan mengkaji salah satu hubungan semantis

dalam kalimat majemuk subordinatif. Salah satu diantaranya adalah hubungan

semantis komplementasi. Dalam hubungan komplementasi, klausa subordinatif

melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama oleh nomina subjek,

7
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103
8
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103

3
baik dinyatakan maupun tidak. Jenis kalimat majemuk subordinatif hubungan

kompelementasi ini dihubungkan dengan konjungsi „bahwa‟. Contoh:

Peneliti perlu menekankan di sini bahwa isi bukunya belumlah sempurna.

Adapun dalam bahasa Arab, kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplementasi biasa dihubungkan dengan partikel ُّ‫ إ‬/inna/ atau ُّ‫ أ‬/anna/.

) ۷۷ :‫ؼْيُِْ َُْ٘ ( اىجقشح‬ُٝ ‫ُ ٍََٗب‬


َ ْٗ ُ‫غِش‬ُٝ ‫ؼَْي ٌُ ٍَب‬َٝ َ‫ُ أََُ اهلل‬
َ ْ٘ َُ‫ؼَْي‬َٝ َ‫أََٗال‬

Tidakkah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka

rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan

Namun, tidak semua partikel ُّ‫ إ‬bisa menempati sebagai konjungsi

hubungan komplementasi. Ia baru bisa dijadikan sebagai konjungsi

komplementasi selama ia mengapit dua klausa yang terdapat dalam kalimat

majemuk. Kalau tidak, maka partikel ُّ‫ إ‬tidak bisa dikategorikan sebagai

konjungsi hubungan komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif.

Beranjak dari masalah di atas, Peneliti merasa perlu mengangkat kajian

kalimat majemuk subordinatif sebagai analisis dalam penelitian kali ini. Alasan

Peneliti menggunakan terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus, karena di dalam Tafsir tersebut ayat-ayat yang mengandung kalimat

majemuk subordinatif hubungan subordinatif sangat bervariatif untuk diteliti.

Oleh karena, dalam penelitian ini, Peneliti akan memberi judul: “Terjemahan

Tafsir Al-quran al-Karîm Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif

Hubungan Komplementasi dalam Surat al-Baqarah.”

4
B. Pembatasan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti memfokuskan diri pada

kalimat majemuk subordinatif dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran

al-Karim karya Mahmud Yunus. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini

adalah:

1. Konjungsi apa saja yang digunakan dalam kalimat majemuk subordinatif

hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus?

2. Bagaimana kualitas penerjemahan kalimat majemuk subordinatif

hubungan komlemantasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus?

C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konjungsi kalimat majemuk subordinatif dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Arab dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya

Mahmud Yunus;

2. Mengetahui kualitas penerjemahan kalimat majemuk subordinatif

hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menganalisis tentang kalimat majemuk subordinatif dengan

mengambil korpus dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim

karya Mahmud Yunus.

5
Sejauh yang peneliti temukan dalam menyusun proposal skripsi ini di

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah peneliti tidak menemukan

penelitian kalimat majemuk subordinatif terhadap terjemahan surat al-Baqarah.

Yang peneliti temukan adalah penelitian dengan judul skripsi “Kalimat Majemuk

Subordinatif Hubungan Kompelementasi Dalam Surat Al-Anfal” yang diteliti oleh

Ahmad Anis pada tahun 2006.

Penelitian terdahulu pada umumnya menganalisis jenis kalimat majemuk

subordinatif yang berbeda dengan peneliti dan menjadikan penerjemahan surat al-

Anfal sebagai korpus penelitian sedangkan peneliti menjadikan surat al-Baqarah

sebagai korpus. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu peneliti

menggunakan terjemahan Al-quran karya Mahmud Yunus sedangkan penelitian

terdahulu menggunakan terjemahan Al-quran Departemen Agama.

E. Metodologi Penelitian

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini, Peneliti merujuk pada sumber-sumber primer dan

sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Sedangkan sumber sekunder pada

penelitian ini berupa buku sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.

Dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan oleh Peneliti adalah mencari

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat dalam

terjemahan surat al-Baqarah pada tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus.

6
2. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang

akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka.9 Dengan

teks terjemahan sebagai objek, yaitu terjemahan Tafsir Al-quran pada surat al-

Baqarah karya Mahmud Yunus.

Adapun dalam Penelitian skripsi ini, Peneliti mengacu pada buku

“Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang

diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Press 2007).

F. Sistematika Penelitian

Agar Penelitian lebih terarah dan sistematis, maka langkah yang Peneliti

lakukan adalah sebagai berikut:

BAB I pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri

yang terdiri dari beberapa sub-sub, antara lain: Latar Belakang Masalah,

kemudian selanjutnya berisi tentang Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BAB II kerangka teori. Bagian kerangka teori ini akan menguraikan jenis-

jenis kalimat menurut (a) subjek dan predikat (jumlah klausa), (b) fungsi

sintaksisnya, dan (c) susunan fungsi sintaksisnya; kalimat majemuk koordinatif

dan subordinatif ciri-ciri serta jenis masing-masing ditinjau dari antarklausa;

mengulas kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi ditinjau dari

9
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 72

7
sudut bahasa Indonesia dan bahasa Arab; serta penegasan terhadap teori yang

digunakan dalam skripsi.

BAB III Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus. Dalam bab ini akan berisi

mengenai sekilas biografi Prof. Dr. H. Mahmud Yunus serta deskripsi Tafsir Al-

quran terjemahan.

BAB IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis dengan

didahului temuan serta diikuti analisis kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplementasi dalam terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim pada surat al-

Baqarah.

BAB V penutup. Pada bagian ini, ada hal yang perlu dikemukakan yaitu

kesimpulan.

8
BAB II

KERANGKA TEORI

A. JENIS-JENIS KALIMAT DAN PENGERTIANNYA

Berdasarkan fungsi sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan ke dalam

beberapa jenis, yaitu (1) berdasarkan jumlah subjek dan predikatnya (jumlah

klausanya), kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat

majemuk; (2) berdasarkan kelengkapan fungsi sintaksisnya, kalimat

diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap; (3)

berdasarkan susunan fungsi sintaksisnya, kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat

biasa, kalimat inverse dan kalimat permutasi.10

1. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Subjek (Jumlah Klausanya)

Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat

majemuk.

a) Kalimat tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa,

kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.Perhatikan

contoh berikut dan bandingkan kalimat (1) dan (2).

(1) Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah.
S P K

(2) Pabrik Es Saripetejo bisa menjadi industri bersejarah karena


S P Pel

10
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 164-165

9
bangunannya menjadi penanda kawasan industridi Solo pada awal abad
S P Pel (Ket)
ke-20.

Kalimat (1) merupakan kalimat tunggal hanya karena memiliki

satu subjek dan satu redikat(satu klausa), sedangkan kalimat (2)

merupakan kalimat majemuk karena memiliki dua subjek dan dua predikat

(dua klausa).

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Fungsi Sintaksisnya

Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak

lengkap.:

a) Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, terdiri

atas unsur S dan P, bahkan unsur O, Pel dan K jika predikat menghendaki

kehadirannya. Kalimat ini disebut kalimat mayor atau kalimat berklausa.

b) Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa tak lengkap,

yaitu terdiri dari S saja, P saja, O saja, atau Ket saja. Yang termasuk ke

dalam jenis kalimat tak lengkap adalah kalimat elips, kalimat sampingan,

kalimat urutan, dan kalimat minor.

Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan

beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal.11

Contoh:

(3) Menonton hewan di layar kaca

Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari

klausatak lengkap dan diturunkan dari kalimat majemuk bertingkat.

Contoh:

11
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 167

10
(4) Karena sangat sepi

Kalimat urutan adalah kalimat berklausa lengkap, namun

mengandung konjungsi yang menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan

bagian dari kalimat. Contoh:

(5) Setelah itu, tak ada lagi berita tentang demonstrasi.

Kalimat minor adalah kalimat tak lengkap yang memiliki intonasi

final.Jenis kalimat ini ada yang berstruktur klausa dan ada yang tidak.

Yang termasuk kalimat minor panggilan, salam, ucapan, seruan, judul,

moto, inskripsi, dan ungkapan khusus (larangan, peringatan, permintaan,

anjuran, harapan, perintah, dan pernyataan).

3. Jenis Kalimat yang Berdasarkan Susunan Fungsi Sintaksisnya

Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat biasa, kalimat inverse dan

kalimat permutasi.

1) Kalimat biasa adalah kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dasar

kalimat bahasa Indonesia, yaitu S-P-(O)- (Pel)-(K) atau S mendahului P.

2) Kalimat inversi adalah kalimat yang mengharuskan predikat mendahului

subjek (berpola P-S). kalimat ini mensyaratkan subjek tak definit

(contoh1).12

Jika S pada kalimat tersebut diubah menjadi S definit, kalimat itu menjadi

tidak berterima (contoh 2). Contoh:

(6) Ada masalah dalam tubuh partai.


P S

(7) Ada masalah tersebut dalam tubuh partai.


P S definit

12
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 169

11
Biasanya, pola S-P menjadi berterima jika subjeknya diubah menjadi

definit, tetapi maknanya tentu sudah berbeda. Contoh:

(8) Masalah tersebut ada dalam tubuh partai.


S P

3) Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S, atau P-

O-S. Berbeda dengan inverse, permutasi tidak mengharuskan urutan P-S,

tetapi hanyalah merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan

yang baku. Biasanya, permutasi dilakukan karena ada unsur kalimat yang

ingin difokuskan maknanya.13 Contoh:

(9) Tak perlu datang dia → Dia tak perlu datang


P S S P

B. KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF SERTA

JENISNYA MASING-MASING

1. Kalimat Majemuk Koordinatif

Kalimat majemuk koordinatif (setara) adalah kalimat majemuk

yang dibangun atas dua kalimat tunggal.14 Bila hubungan antara kedua

pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk yang

setara.15 Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang

klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang

sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koodinatif secara

eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau,

tetapi, dan lalu: namun, tak jarang hubungan itu hanya secara implisit,

13
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 170
14
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 74
15
Gorys Keraf. Tatabahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1984), h. 168

12
artinya tanpa menggunakan konjungsi.16 Berikut ini beberapa contoh

kalimat majemuk koordinatif:

(10) Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.

(11) Dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk.

(12) Beliau membuka pintu itu, tetapi membiarkan kami berdiri di luar.

(13) Dia datang dan duduk di sebelah saya.

Apabila ada unsur klausa yang sama, maka biasanya unsur yang

sama itu disenyawakan atau dirapatkan. Misalnya, pada kalimat (13),

unsur subjek pada klausa kedua tidak ditampilkan lagi karena sama

dengan subjek pada klausa pertama. Dalam buku tata bahasa tradisional

konstruksi kalimat seperti (13) itu disebut kalimat majemuk rapatan.17

2. Kalimat Majemuk Subordinatif

Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif) adalah kalimat

majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat

tunggal tersebut memiliki kedudukan yan berbeda. Biasanya dibangun

atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.18 Kalimat majemuk

subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-

klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan

klausa atasan, dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan.19

(14) Nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah.


Klausa utama Klausa bawahan

16
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244
17
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244
18
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 75
19
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244-245

13
Sedangkan, sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal)

dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini

digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah

kalimat majemuk bertingkat.20

C) CIRI–CIRI SINTAKSIS DAN SEMANTIS HUBUNGAN

KOORDINASI DAN SUBORDINASI

1. Ciri-Ciri Sintaksis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi

Koordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih yang setara, sedangkan

subordinasi menghubungkan dua klausa yang salah satu diantaranya

merupakan bagian dari klausa yang lain. Bagian kalimat yang dihubungkan

oleh konjungsi (baik koordinatif maupun subordinatif) itu sendiri dapat

berbentuk kalimat majemuk. Contoh:

(15) Ada wanita yang menumbuk padi, tetapi ada juga wanita yang membuat

tepung dan suami mereka membicarakan sepak bola.

(16) Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata

partainya masih dapat meraih hamper empat belas juta suara pemilih

setelah suara itu dihitung ulang.

(17) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin

lagi.

20
Ida Bagus Putrayasa. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 59

14
Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi

tidak dapat diubah tanpa menghasilkan kalimat yang tidak berterima. Sebaliknya,

posisi klausa yang diawali subordinator dapat berubah.21 Contoh:

(18) Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh

dan mayatnyadibuang begitu saja.

(19) Saudara harus meminjam uang dari bank atau menjual rumah

Saudara.

Klausa yang diawali oleh koordinator dan, tetapi, dan atau akan menghasilkan

kalimat yang tidak berterima jika klausa itu ditempatkan pada awal kalimat.

Contoh:

(20) Atau menjual rumah untuk memperoleh uang tunai, Saudara harus

meminjam uang dari bank.

(21) Dan mayatnya begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat

orang ditembak musuh.

Lain halnya dengan klausa yang diawali oleh subordinator seperti selama,

walaupun, dan sebelum.Pemindahan klausa subordinatif itu pada awal kalimat

menghasilkan kalimat yang baik. Contoh:

(22) Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.

(23) Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus

membayar pajak.

(24) Sebelum atasan kita mengambil putusan, kita jangan bertindak.

Urutan yang tetap yang telah dibicarakan di atas berhubungan erat dengan

pronominalisasi. Acuan kataforis (pronomina yang mendahului nomina yang

21
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 311-
313

15
diacunya) tidak diperolehkan dalam hubungan subordinasi, tetapi tidak

diperbolehkan dalam hubungan koordinasi. Perhatikan contoh yang berikut

(dengan pronominal dia yang mendahului Hasan).

(25) Dia suka lagu keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset itu.

Dalam kalimat tersebut, kedua kata itu tidak mengacu kepada orang

yang sama.

(26) Walaupun dia menyukai lagu keroncong, Hasan tidak mau membeli

kaset. Dalam kalimat ini kedua kata dapat, walaupun tidak harus,

mengacu kepada orang yang sama.

Sebuah koordinator tidak dapat didahului oleh koordinator lain, tetapi dapat

diikuti oleh kata yang memerincikan jenis hubungan antara kedua klausa yang

dihubungkan itu.

(27) Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian

menerimanya dengan surat bulat.

(28) Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah

mengancam hakim yang memimpin sidang.

Penggunaan kemudian pada kalimat (24) adalah untuk lebih memperjelas

gabungan klausa yang menunjukkan urutan waktu, dan penggunaan malah dalam

kalimat (25) adalah untuk lebih menekankan gabungan klausa yang menunjukkan

penguatan atau penegasan.22

22
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314

16
2. Ciri-Ciri Semantis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi

Dalam hubungan subordinasi, klausa yang mengikuti subordinator memuat

informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa,

sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Klausa yang

dihubungkan oleh koordinator tidak menyatakan perbedaan tingkat pesan yang

dikandung oleh kedua klausa tersebut.Perbedaan semantis itu sejajar dengan

perbedaan sintaksis.23

(29) Orang tua itu putus asa dan bunuh diri.

(30) Pemuda iu bekerja keras dan berhasil.

(31) Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa.

(32) Pemuda itu berhasil karena dia bekerja keras.

Kalimat (26) dan (27) terdiri atas dua klausa yang dihubungkan oleh

koordinator, sedangkan kalimat (28) dan (29) terdiri atas dua klausa yang

dihubungkan oleh subordinator. Kedua kalimat itu mempunyai pesan yang kurang

lebih sama, yaitu hubungan sebab akibat. Perbedaannya terdapat pada

pengutamaan pesan yang dikandung oleh setiap klausa.

Ciri semantis kedua adalah bahwa kalimat sematan yang dihubungkan oleh

subordinator umunya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu sesuai dengan

makna kalimat sematan itu.Jika kalimat sematan itu menyatakan waktu, maka kata

atau frasa yang mengacu ke waktu dapat dipakai sebagai pengganti.24

(33) Kami harus pergi sebelum sebelum dia datang.

(34) Kami harus pergi pukul lima.

23
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314-
315
24
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h.315

17
D. HUBUNGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT

MAJEMUK KOORDINATIF

1. Penjumlahan

Yang dimaksud hubungan penjumlahan adalah hubungan yang

menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa,

atau proses.Hubungan ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, baik…

maupun, lalu, kemudian, padahal, sedangkan.Kadang-kadang konjungsi

bersifat manasuka, yakni boleh dipakai atau tidak. Hubungan

penjumlahan dapat menyatakan (a) sebab-akibat, (b) urutan waktu, (c)

pertentangan, dan (d) perluasan.25

a. Penjumlahan yang Menyatakan Sebab Akibat

Terjadi apabila klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama.

(35) Tsunami telah melanda Jepang dan semua fasilitas publik

rusak berantakan.

(36) Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat

merindukan daratan yang sejuk serta kehidupan normal.

b. Penjumlahan yang Menyatakan Urutan Waktu

Terjadi apabila klausa kedua merupakan urutan dari peristiwa

yang terjadi pada klausa pertama. Koordinator yang dipakai antara

laindan, kemudian, dan lalu.

(37) Dia mengambil uang receh dan memberikannya pada

pengemis itu.

25
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208

18
(38) Yusuf Kalla meresmikan masjid itu lalu berdialog bersama

masyarakat sekitar.

c. Penjumlahan yang Menyatakan Pertentangan

Terjadi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang

bertentangan dengan apayang dinyatakan dalam klausa pertama.

(39) Kedua anak itu asyik bercanda, sedangkan gurunya sedang

menerangkan pelajaran serius.

(40) Para undangan seminar mulai berdatangan, padahal kami

belum siap.26

d. Penjumlahan yang Menyatakan Perluasan

Terjadi apabila klausa kedua memberikan informasi atau

penjelasan tambahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa

pertama.Konjungsi yang digunakan adalah dan, serta, dan baik…

maupun.

(41) Dia tetap dermawan baik saat sempit maupun saat lapang.

(42) Singapura menjadi destinasi utama bagi warga Indonesia,

baik yang ingin berelaksasi maupun sekadar mencari

penyegaran.

2. Keadaan Simultantif

Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk setara yang

masing-masing klausanya menunjukkan suatu keadaan yang tidak saling

berhubungan secara temporer.

26
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209

19
Kim terkena cacar dan pada saat yang sama Leslie terkena

campak.

3. Perlawanan

Yang dimaksud dengan hubungan perlawanan adalah hubungan

yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama

berlawanan, atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa

kedua. Hubungan itu ditandai dengan koordinator tetapi, melainkan, dan

namun.Hubungan perlawan itu dapat dibedakan atas hubungan yang

menyatakan (a) penguatan, (b) implikasi, dan (c) perluasan.27

a. Hubungan Penguatan

Terjadi apabila klausa kedua memuat informasi yang

menguatkan dan menandaskan informasi yang dinyatakan dalam

klausa pertama.Dalam klausa pertama biasanya terdapat tidak/bukan

saja ataupun tidak/bukan hanya, tidak/bukan sekadar dan pada

klausa kedua terdapat tetapi/ melainkan juga.

(43) Singapura bukan hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi

juga tempat berinvestasi.

(44) Indonesia tidak hanya mampu menjadi penonton pada piala

dunia, tetapi juga mampu belaga di arena bergengsi tersebut.

b. Perlawanan Implikasi

Terajdi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang

merupakan perlawanan terhadap implikasi klausa pertama.Konjungsi

yang umum digunakan adalah tetapi.

27
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209

20
(45) Indonesia merupakan Negara agraris, tetapi kita masih saja

mengimpor beras.

c. Perlawanan Perluasan

Terjadi apabila klausa kedua merupakan informasi tambahan

untuk melengkapi apa yang dinyatakan klausa, dan kadang-kadang

justru memperlemahnya.28

(46) Ujian Nasional tetap diadakan, tetapi ujian sekolah juga harus

dipertimbangkan sebagai syarat kelulusan.

4. Pemilihan

Yang dimaksud dengan hubungan pemilihan ialah hubungan

yang mengandung pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang

dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.Konjungsi yang

dipakai untuk menyatakan hubungan pemilihan adalah atau.

(47) Demonstrasi mahasiswa saat ini menentramkan rakyat atau

meresahkan rakyat?

5. Hubungan Fase (Tahapan Kegiatan)

Hubungan ini bersifat penahapan, yakni menggambarkan suatu

peristiwa, dimulai dari permulaan, keberlanjutan, dan keberakhirannya.

Biasanya, hubungan ini menghadirkan minimal tiga klausa: klausa

pertama menggambarka permulaan, klausa kedua keberlanjutan, dan

klausa ketiga keberakhiran. Artinya, dapat menggunakan konjungsi

setara (dan, lalu, kemudian) atau konjungsi waktu berurutan (setelah,

sebelum, dan sebagainya).

28
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 210

21
(48) Sebelum berjalan, bayi itu tengkurap dan merangkak terlebih

dahulu.29

E. HUBUANGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT

MAJEMUK SUBORDINATIF

1. Hubungan Kausatif

Kausatif adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya

suatu peristiwa yang lain. Hubungan ini terdapat dalam kalimat

majemuk yang klausa bawahan menyatakan hasil atau akibat dari

tidakan yang terdapat dalam klausa utama.Hubungan ini biasanya

dinyatakan dengan sehingga, sampai-(sampai), dan maka.

(49) Dia menjamu kami dengan baik maka kami pun berterima

kasih padanya.

2. Hubungan Alasan

Hubungan alas an terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan sebab atau alas an terjadinya apa yang

dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang biasa digunakan adalah

sebab, karena, akibat, oleh karena.

(50) Anak itu menangis karena lapar.

3. Hubungan Syarat

Hubungan syarat terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam

29
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 212

22
klausa utama.30 Hubungan ini juga berkaitan dengan konsekuensi yang

harus diambil dari kondisi-kondisi tertentu. Biasanya konjungsi yang

digunakan adalah jika(lau), kalau, asal(kan), apabila, bilamana.

(51) Jika hujan turun, kita tidak jadi berpergian.

4. Hubungan Pengandaian

Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang

klausa bawahannya menyatakan andaian terlaksananya apa yang

dinyatakan dalam klausa utama.

(52) Seandainya aku Gayus Tambunan, tentu aku sudah kaya raya.

5. Hubungan Konsesif

Hubungan konsesif terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya mengandung pernyataan yang tidak mengubah apa yang

dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah

walau(pun), sekali(pun), kendati(pun), bagaimanapun, betapapun, ke

mana pun, dan apapun.

(53) Bill tetap bekerja walaupun hujan salju semakin lebat.

6. Hubungan Cara

Hubungan cara terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan cara pelaksanaan tindakan dalam klausa

utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah dengan,

tanpa.

(54) Bill memasuki ruangan dengan melompat.

30
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h.197-198

23
7. Hubungan Gerakan

Hubungan gerakan terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan suatu gerakan yang menyertai klausa

utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah sambil,

seraya, sembari.

(55) Sambil berbicara, ia naik ke atas panggung.

8. Hubungan Posisi

Hubungan posisi terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan suatu cara bersikap saat melakukan tindakan

yang terdapat dalam klausa utama. Biasanya, hubungan ini dinyatakan

dengan dalam keadaan.

(56) Dana membaca korandalam keadaan berdiri.

9. Hubungan Alat

Hubungan alat terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan

tindakan pada klausa utama.Konjungsi yang digunakan adalah dengan,

tanpa.

(57) Sam memotong kue dengan menggunakan pisau roti.

10. Hubungan Tindakan Psikis (Psych-action)

Hubungan tindakan psikis ini terjadi dalam kalimat majemuk

yang klausa bawahannya terjadi akibat aktivitas psikis mental yang

terdapat pada klausa utama.31

(58) Sally lupa membuka jendela.

31
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201

24
11. Hubungan Tujuan

Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang

disebut dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah agar,

supaya, untuk, biar, demi.

(59) Dari dulu hingga sekarang, mahasiswa bergerak demi

membela kepentingan rakyat.

12. Jussive: Hubungan Ekspresi Perintah, Permintaan, dan Tuntutan

Hubungan yang berupa ekspresi perintah, permintaan, atau

tuntutan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya

merupakan suatu perintah atau suruhan sebagaimana yang disebutkan

dalam klausa utama.Biasanya, verba pada klausa utama menggunakan

kata-kata yang mengacu pada perintah, seperti meminta, menyuruh, dan

sebagainya.Verba ini bisa diikuti oleh konjungsi untuk, bisa juga tidak.

(60) DPR meminta pemerintah melakukan terobosan perbaikan

pengelolaan BBM bersubsidi.

13. Persepsi Langsung

Hubungan persepsi langsung terdapat dalam kalimat majemuk

yang klausa utamanya merupakan tindakan pengindraan langsung yang

dialami oleh subjek, tanpa diperantarai oleh tindakan lain.32 Tentu saja

verba yang terdapat dalam hubungan ini adalah verba yang berhubungan

dengan indra, seperti melihat, mendengar , dan sebagainya.

(61) Saya mendengar harga BBM bulan ini akan naik.

32
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201

25
14. Persepsi Tak Langsung

Hubungan persepsi tak langsung merupakan kebalikan dari

persepsi langsung.Hubungan persepsi tak langsung ini terdapat dalam

kalimat majemuk yang klausa utamanya merupakan tindakan

pengindraan yang dialami langsung oleh subjek, tetapi diperantarai oleh

tindakan lain, biasanya, pola kalimat ini dihubungkan dengan konjungsi

bahwa, kalau.

(62) Saya mendengar bahwa harga BBM bulan ini akan naik.

Kalimat ini mengandung interpretasi bahwa berita tentang naiknya

BBM tidak didengar langsung dari sumber primer, melainkan

didengar dari orang lain.

15. Penyikapan Awal

Hubungan penyikapan awal terdapat dalam kalimat majemuk

yang klausa bawahannya merupakan hasil ekspresi subjek (pada klausa

utama) dalam menyikapi suatu keputusan atau pendapat tentang suatu

peristiwa tersebut.33

(63) Saya yakin mereka mampu menyelesaikan masalah itu

dengan baik.

16. Kognitif: Ekspresi Pengetahuan dan Aktivitas Mental

Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menggambarkan suatu ekspresi kognitif atau ekspresi

pengetahuan yang ada dalam klausa utama. Biasanya, verba dalam

klausa utama merupakan tindakan yang berhubungan dengan kognisi


33
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
33

26
manusia, seperti mengetahui, berpikir, dan sebagainya.Hubungan ini

bisa diikuti oleh bahwa atau kalau, dan bisa juga tidak.

(64) George berpikir Madelein mungkin menol/ak untuk pergi

bersamanya.

17. Dikursus Langsung

Hubungan diskursus langsung terdapat dalam kalimat majemuk

yang klausa bawahannya merupakan kutipan langsung dari suatu

kejadian, ucapan, pernyataan.Biasanya, hubungan ini ditandai oleh

penggunaan tanda petik (“).

(65) “Harga BBM harus naik pada tahun 2012”, ujar Gubernur

Bank Indonesia, Darmin Nasution.

18. Diskursus Tidak Langsung

Hubungan diskursus tidak langsung terdapat dalam kalimat

majemuk yang klausa bawahannya merupakan suatu pernyataan yang

direkam atau yang dilaporkan.Biasanya, hubungan ini menggunakan

konjungsi bahwa.

(66) Frank berkata bahwa temannya adalah seorang koruptor.

19. Pembandingan

Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang

klausa bawahannya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau

preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang

dinyatakan pada klausa bawahan itu.34 Konjungsi yang biasa digunakan

34
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 201-202

27
adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, dari pada, dan

alih-alih.

(67) Sayangilah saudaramu sebagaimana kamu menyayangi

dirimi sendiri.

20. Perbandingan

Hubungan pembandingan adalah hubungan yang menunjukkan

bahwa apa yang dinyatakano oleh klausa utama melebihi atau sama

tarafnya dengan apa yang dinyatakan oleh klausa bawahan. Hubungan

perbandingan yang klausa intinya melebihi dengan apa yang dinyatakan

oleh klausa bawahan disebut hubungan komparatif. Hubungan ini

menggunakan konjungsi lebih/kurang… dari(pada).

(68) Daripada engkau menghamburkan harta, lebih baik kau

sumbangkan saja ke panti asuhan.

Hubungan perbandingan yang bertaraf sama disebut hubungan

ekuatif, biasanya menggunakan konjungsi sama…dengan atau bentuk

se-.

(69) Perilaku anak itu sama persis dengan perilaku orangtuanya.

21. Komplementasi

Hubungan komplementasia adalah hubungan yang melengkapi

verba atau nomina yang terdapat pada klausa utama. Biasanya hubungan

ini ditandai oleh konjungsi bahwa, kalau, alangkah.35

(70) Berita bahwa Nazarudin telah ditangkap oleh KPK sudah

tersebar kemana-mana.

35
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204

28
22. Optatif (Harapan)

Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif

menyatakan harapan agar apa yangada pada klausa bawahan dapat

terjadi. Konjungsi yang digunakan adalah agar, semoga, moga-moga,

mudah-mudahan.

(71) Kita berharap semoga pelaksanaan UN tahun 2012 nanti

tidak diwarnai lagi oleh berbagai bentuk kecurangan.

23. Atribut

Hubungan atribut ditandai oleh konjungsi yang pada klausa

bawahan.Konjungsi ini ada bersifat atribut restriktif jika mewatasi

makna nomina yang diterangkannya (contoh kalimat 1), dan bersifat

atribut tak ter restriktif jika tidak mewatasi nomina sebelumnya, tetapi

hanya sekadar merupakan tambahan informasi bagi nomina tersebut

(contoh kalimat 2).

(72) Anaknya yang tinggal di Jakarta meninggal kemarin.

(73) Anaknya, yang tinggal di Jakarta, meninggal kemarin.

24. Perkecualian

Hubungan perkecualian terjadi apabila klausa bawahan

menyatakan suatu perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatuyang

dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi

yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini adalah kecuali,

selain.36

(74) Dilarang masuk selain yang berkepentingan.

36
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204

29
25. Keadaan Ruang

Hubungan ini terdapat pada kalimat yang klausa bawahannya

menggambarkan keadaan ruang klausa utama.

(75) Dia tidur di dalam ruangan ber-AC.

26. Waktu

Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa bawahan yang

menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang

disebutkan oleh klausa utama.Hubungan waktu terbagi menjadi waktu

permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, waktu batas akhir

terjadinya peristiwa atau keadaan.37

a. Waktu batas permulaan ditandai oleh konjungsi sejak atau sedari.

Contoh:

(76) Peternak sapi lokal bangkit kembali sejak harga sapi impor

melonjak turun.

b. Waktu bersamaan ditandai oleh konjungsi ketika, pada waktu,

(se)waktu, seraya, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala.

Contoh:

(77) Demonstran itu membubarkan diri tatkala polisi tiba di

tempat kejadian.

c. Waktu berurutan ditandai oleh konjungsi sebelum, sehabis, setelah,

sesudah, seusai, begitu. Contoh:

(78) Berat badannya turun 10 kg setelah mengonsumsi obat

pelangsing itu.

37
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 206

30
d. Waktu batas akhir ditandai oleh konjungsi sampai dan hingga.

Waktu ini digunakan untuk menyatakan akhir atau ujung suatu

proses.38 Contoh:

(79) Gula darah saya naik hingga mencapai 405.

F. KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN

KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA INDONESIA

Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa

dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan

paragraf. Ditinjau dari kedudukan konstituen yang dihubungkan dibedakan adanya

konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif adalah

konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya

sederajat, sedangkan konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang

menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat.39

Hubungan komplementasi adalah hubungan yang klausa subordinatifnya

melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina

subjek, baik dinyatakan maupun tidak.40

Sebagimana telah dijelaskan dalam hubungan semantis antarklausa dalam

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi itu melengkapi apa yang

dinyatakan oleh verba klausa bawahan atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan

maupun tidak. Dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi,

38
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208
39
Abdul Chaer. Sintaksis Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 81-82
40
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1998), h. 400

31
berdasarkan fungsi sintaksisnya klausa anak berkonjungsi bahwa dapat menjadi

pengisi fungsi subjek, objek, keterangan atau pelengkap.41 Berikut beberapa

contoh kalimat yang di dalamnya terdapat klausa bawahan jenis ini.

(80) Bahwa lulusan APDN mendapat pangkat golongan IIa dalam

jajaran PNS Rudini mengungkapkan.

(81) Sudah dapat diperkirakan sebelumnya bahwa pihak Libya

akan memberikan reaksi keras.

(82) Bahwa DPP Ikadin tidak mampu melaksanakan Munas, saya

mendukung pernyataan Menkeh.

(83) Bahwa kejadian ini hanya mimpi buruk, Ibu berkata.

Pada kalimat (1) sebagai pengisi fungsi subjek (O), pada (2) sebagai

pengisi fungsi keterangan (Ket), pada kalimat (4) sebagai pengisi fungsi

pelengkap (Pel), dan pada (3) sebagai pengisi fungsi subjek (S).

Kehadiran konjungsi bahwa ada yang bersifat wajib dan ada pula yang

bersifat tidak wajib manasuka. Konjungsi yang bersifat wajib, kehadirannya tidak

dapat dilesapkan. Jika konjungsi itu dilesapkan kalimat itu tidak gramatikal

seperti pada contoh (2) dan (3). Adapun konjungsi yang bersifat manasuka,

kehadirannya tidak wajib, seperti pada contoh (1) dan(4) berikut ini.42

(84) Rudini mengungkapkan lulusan APDN mendapat pangkat

golongan IIb dalam jajaran PNS.

41
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20
42
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20

32
(85) Pihak Libya akan memberikan reaksi keras, sudah dapat

diperkirakan sebelumnya.

(86) Saya mendukung pernyataan Menkeh DPP Ikadin tidak

mampu melaksanakan Munas.

(87) Ibu berkata kejadian ini hanya mimpi.

Perilaku lain konjungsi bahwa menuntut hadirnya S pada klausa anak

sebab S klausa anak itu memiliki referen yang lain dengan S klausa induknya.

Apabila S pada klausa anak itu dilesapkan, kalimatnya tidak berterima seperti

berikut.43

(88) Rudini mengungkapkan bahwa mendapat pangkat golongan

II b dalam jajaran PNS.

(89) Bahwa akan memberikan reaksi keras sudah diperkirakan

sebelumnya.

(90) Saya mendukung pernyataan Menkeh bahwa tidak mampu

melaksanakan Munas.

(91) Ibu berkata bahwa hanya mimpi buruk.

Berdasarkan hubungan makna yang dinyatakannya, klausa anak

berkonjungsi bahwa menyatakan hubungan makna „isi‟ karena klausa anak

menjadi isi klausa induknya.

43
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 21

33
G. KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN

KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA ARAB

Kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang

berkonjungsi bahwa biasa dikaitkan dengan partikel ُّ‫ أ‬/anna/.44 Namun, dalam

kasus-kasus tertentu partikel ُّ‫ إ‬/inna/ dapat menjadi konjungsi untuk hubungan

ini. ُّ‫ أ‬/anna/ = „Sesungguhnya‟. Dengan demikian pengertiannya sama dengan ُّ‫إ‬

/inna/. Perbedaanya adalah, bahwa bila terletak di awal kata itu dibaca ُّ‫ إ‬/inna/ ,

dan bila terletak ditengah dibaca ُّ‫ أ‬/anna/.45

Partikel ُّ‫ إ‬/inna/ harus berada antara dua klausa yang tak sederajat.

Selama partikel tersebut tidak mengapit atau menghubungkan dua buah klausa

yang tak sederajat, maka ia bukan termasuk dalam kategori hubungan

komplementasi. Biasanya, partikel ُّ‫ إ‬/inna/ bisa menjadi konjungsi jenis

hubungan ini jika diawali dengan verba ‫ قَب َه‬/qâla/.

‫ْ ٍذ‬ِٝ‫ َر ْؼتٍ شَذ‬ِٜ‫ل ف‬


َ َّ َ‫ػيَ ٌُ أ‬
ْ ‫َأ‬

Saya tahu bahwa kamu sangat letih.

‫ججًب‬
َ َ‫عَِؼَْْب قُ ْشءَاًّبػ‬
َ ‫َفقَبىُْ٘ا ِإَّب‬

Lalu mereka (sekumpulan jin) mengatakan bahwa kami telah mendengarkan

Al-quran yang menakjubkan.

Pada contoh (1) di atas, klausa utamanya yaitu ٌَُ‫ػي‬


ْ ‫َأ‬ sedangkan klausa

bawahannya adalah ‫ْ ٍذ‬ٝ‫ت شَ ِذ‬


ٍ ‫ رَ ْؼ‬ِٜ‫ل ف‬
َ َّ‫َأ‬ Pada contoh tersebut, klausa utama dan

klausa bawahan dihubungkan dengan konjungi ُّ‫ أ‬/anna/. Adapun pada contoh (2)

44
Imam Ansori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), h. 102
45
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009). Hlmn.
123

34
di atas, klausa utamanya yaitu ‫َفقَبُىْ٘ا‬ sedangkan klausa bawahannya adalah ‫ِإَّب‬

‫ججًب‬
َ‫ػ‬َ ‫عَِؼَْْب قُ ْشءَاًّب‬
َ .

Seandainya partikel bahwa dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia bisa

dihilangkan, maka dalam bahasa Arab pun demikian, yakni ُّ‫ إ‬/inna/ bisa

dihilangkan khususnya pada saat verba ‫ه‬


َ ‫ قَب‬/qâla/.

‫ُ (اىجقشح‬
َ ْٗ ُ‫شؼُش‬
ْ ‫ِ الَ َر‬
ْ ‫َآ ٌء َٗى ِن‬ْٞ‫د ؕ ثَ ْو َاح‬
ٌ ‫هلل اٍََْ٘ا‬
ِ ‫ْ ِو ا‬ِٞ‫عج‬
َ ِْٜ‫ُقْزَ ُو ف‬ٝ ََِْ ‫َٗالَرَقُْ٘ىُْ٘ا ِى‬

)ٔ٘ٗ:

Janganlah kamu katakan (bahwa) mati, orang-orang yang terbunuh pada

sabilillah, bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tiada sadar.

Dalam kasus tertentu dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplemetasi, meskipun partikel ُّ‫ إ‬/inna/ berfungsi sebagai objek selain

didahului oleh verba ‫ه‬


َ ‫ قَب‬/qâla/ ia kemudian tidak menjadi anna sebagai lazimnya.

)٩ :‫ ٌُ (اىشؼشاء‬ْٞ ِ‫ْ ُض اى َشح‬ِٝ‫ل ىََُٖ٘ا ْىؼَض‬


َ ‫َِٗإَُ سَ َث‬

Sesungguhnya Tuhanmu Maha Perkasa lagi Penyayang.

Hal itu karena khabar inna-nya diawali dengan lam ibtidâ. Karena itu,

untuk mengetahui lebih jelas mengenai ُّ‫ إ‬/inna/ atau ُّ‫أ‬/anna/, maka Peneliti akan

merincinya di bawah ini.

a. Partikel ُّ‫ إ‬/inna/ atau ُّ‫أ‬/anna/

Partikel ُّ‫ إ‬/inna/ dan ُّ‫أ‬/anna/ keduanya digunakan untuk menekankan arti

predikat namun inna digunakan hanya pada awal kalimat, sedangkan anna

menunjukkan pernyataan. Partikel tersebut disebut Huruf-huruf yang Menyerupai

35
Verba. Beberapa huruf yang memiliki fungsi yang sama ُّ‫ إ‬/inna/ dan ُّ‫أ‬/anna/

yaitu َُ‫ مََؤ‬/kaana/ َِ‫ ىَ ِن‬/lakinna/ َ‫ْذ‬ٞ‫ َى‬/laita/ َ‫ ىَؼَو‬/la‟alla/.46

ًٌ‫ل قَب ِد‬


َ َ‫ق‬ْٝ ِ‫ُ صَذ‬
َ َ‫ل أ‬
َ ‫ذ َى‬
ُ ‫ُق ْي‬

Aku mengatakan kepadamu bahwa temanmu akan datang.

Bahwa kata sesudah ُّ‫ إ‬/inna/- َُ‫ مََؤ‬/kaana/ - َِِ‫ ىَن‬/lakinna/ - َ‫ْذ‬ٞ‫ َى‬/laita/ dan

َ‫ ىَؼَو‬/la‟alla/ berbentuk nashab dan kalau kata itu berupa isim mufrad munsharif ia

berbaris fathah. Dengan demikian kata-kata itu sama fungsinya dengan ُّ‫ إ‬/inna/.47

Memang demikian, bahwa kata-kata itu adalah kawan-kawan ُّ‫ إ‬/inna/,

artinya mempunyai fungsi yang sama, yaitu membuat subjek (mubtada‟)

berbentuk nashab (fathah, alif, kasrah, ya, dan hadzfu nun).48

Dalam penggunaannya, partikel inna tidak bisa berubah menjadi anna

dengan sendirinya. Ia bisa berubah menjadi anna seandainya berada dalam kasus-

kasus tertentu. Hal yang sama juga berlaku pada anna. Namun, pada kondisi

tertentu, kedua-duanya bisa digunakan tanpa ada kekhususan. Artinya kita bisa

menggunakan inna maupun anna dalam kondisi yang dimaksud. Berikut tempat-

tempat berlakunya inna atau anna akan dijelaskan.49

1) Tempat-tempat Berlakunya ُّ‫ إ‬/inna/

Partikel ُّ‫ إ‬/inna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya tidak bisa

diubah menjadi mashdar, yaitu pada:

a. Terletak di awal kalimat


)ٔ : ‫ْيَ ِخ اىْ َقذْسِ (اىقذس‬َٞ‫ ى‬ِٚ‫إَِّآ أَّْ َضىَْْب ُٓ ف‬

46
Abdullah Abbas Nadwi. Belajar Mudah Bahasa Al-quran, (Bandung: Mizan, 1996), h.
294
47
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123
48
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123
49
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 225-226

36
b. Terletak setelah partikel ‫ث‬ٞ‫ ح‬/haitsu/
‫ُ اىؼيٌ ٍ٘ج٘د‬
َ ‫ث ِإ‬ٞ‫ظ ح‬
ْ ‫اجي‬
c. Terletak setelah partikel ‫ إر‬/idz/
‫ُ اىشَظَ رَطُي ُغ‬
َ ‫ل ِإ ْر ِإ‬
َ ‫جِئْ ُز‬
d. Terletak setelah shilah maushul (pronomina relatif)
‫ إَِّ ُٔ ٍُجْزَِٖ ٌذ‬ٛ
ْ ِ‫جَبءَاَىز‬
e. Terletak sebagai jawaban dari qasam (sumpah)
‫ُ ا ْىؼِ ْيٌَ ُّْ٘ ٌس‬
َ ‫ ِإ‬,ِ‫َٗاهلل‬
f. Terletak sebagai isi ucapan dari verba ‫ قبه‬/qâla/

)ٖٓ : ٌٝ‫هلل (ٍش‬


ِ ‫ْ ػَ ْج ُذ ا‬ِِّٜ‫قَب َه إ‬
g. Terletak sebagai fungsi hâl
‫ة‬
ُ ُ‫ُ اىشَ َْظَ َرغْش‬
َ ‫ذ َِٗإ‬
ُ ْ‫جِئ‬
h. Terletak sebagai klausa relatif
‫جَبءَ َسجُ ٌو إَُِّٔ فَبضِ ٌو‬
i. Terletak sebagai jumlah isti‟nâf (permulaan)
َِْٔٞ‫د إِى‬
ُ ْ‫عؤ‬
َ ‫ َأ‬ِِّٜ‫ُ إ‬
ٌ ‫ال‬
َ ‫ػٌُ ُف‬
ُ ‫َ ْض‬ٝ
j. Terletak ketika khabar (predikat) inna-nya ada lâm ibtidâ‟

ٌ‫ل َىَُجْ َزِٖذ‬


َ َّ‫ذ ِإ‬
ُ َْ‫ػ ِي‬
َ
k. Terletak sebagai ism „ain
ٌٌ ِْٝ‫ْ ٌو إَِّ ُٔ مَش‬ِٞ‫خَي‬
2) Tempat-tempat Berlakunya ُّ‫أ‬/anna/50

Partikel ُّ‫أ‬/anna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya harus

ditakwilkan menjadi mashdar, baik mashdar marfû‟, mashdar manshûb maupun

mashdar majrûr. Semuanya terletak pada:51

a. Terletak sebagai fungsi fâ‟il


‫ل ٍُجْزَ ِٖ ٌذ‬
َ َّ َ‫ أ‬ٜ
ْ َِْ‫َثَيغ‬
50
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 227-228
51
Antoine Dahdah, A Dictionary of Arabic Grammar, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1981),
h. 168

37
Terletak setelah partikel ْ٘‫َى‬
‫ل‬
َ ‫ْشًا َى‬َٞ‫د َىنَبَُ خ‬
َ ‫ل اجزٖذ‬
َ َّ َ‫ىَْ٘أ‬
Terletak setelah partikel ‫ٍَب‬
‫ل َمغُْ٘ ٌه‬
َ َّ َ‫َالأُميَل ٍَب أ‬
b. Terletak sebagai fungsi naibul fa‟il
‫ف‬
ٌ ‫ل ٍْصش‬
َ َّ َ‫ػِي ٌَ أ‬
ُ
c. Terletak sebagai fungsi mubtada
‫ل ٍُجْزَِٖ ٌذ‬
َ َّ َ‫ِ أ‬
ٌ‫غ‬َ ‫ح‬
َ
d. Terletak sebagai fungsi khabar dari ism ma‟anna
ٌٌ ْٝ ‫ل أَ َّلَ مَش‬
َ ‫حغْ ُج‬
َ

e. Terletak sebagai fungsi taabi‟ lil marfu‟ (na‟at, „athaf, badal, dan

taukid)

‫ق‬
ِ ‫خُي‬
ُ ‫ِ ا ْى‬
ُ‫غ‬َ ‫ح‬
َ ‫ل‬
َ َّ َ‫ إجْزَِٖب ُدكَ َٗأ‬ٜ
ْ َِْ‫َثَيغ‬

‫ ٌذ أََّ ُٔ ٍُجْزَ ِٖ ٌذ‬ْٞ ِ‫عؼ‬


َ ِْْٜ‫ ْؼجِ ُج‬ُٝ

Nasab:

1) Terletak sebagai fungsi maf‟ul bih

‫ل ٍُجْزَِٖ ٌذ‬
َ َّ َ‫ذ أ‬
ُ َِْ‫ػي‬
2) Terletak sebagai khabar kaana atau salah satu dari teman kaana dengan
syarat isim kaana dengan isim ma‟anna

‫ق‬
َ ‫ح‬
َ ْ‫ل رَزَ ِج ُغ اى‬
َ َّ َ‫ أ‬,ِْْٜ ِْٞ‫َق‬َْٝٗ‫ أ‬,َِْٜ ْ‫مبَُ ػي‬

3) Terletak sebagai fungsi ma‟thuf ilaih dan badal minhu.

‫ف‬
ٌ ‫ل ٍْْصش‬
َ َّ َ‫ْ َئلَ َٗأ‬ِٞ‫ذ ٍُج‬
ُ َْ‫ ػَِي‬:‫ػطف‬

ِ‫حغَِ ا ْىخُُيق‬
َ ُٔ ََّ‫ذ خَبِىذًا أ‬
ُ ٍَْ‫ احـزَش‬:‫ثذه‬
Jarr:

1) Terletak setelah huruf jarr

38
‫ل ٍَُِْٖ ٌو‬
َ َّ َ‫ِ أ‬
ْ ٍِ ‫ذ‬
ُ ْ‫ػجِج‬
َ
2) Terletak sebagai fungsi mudhaf ilaih

‫ظ َرطُْي ُغ‬
َ َْ ‫ش‬
َ ‫ُ اى‬
َ ‫جِئْذُ قَجْ َو َأ‬
3) Terletak sebagai fungsi „athaf dan badal

‫ْوٍ َٗأََُّٔ ػَبقِ ٌو‬ِٞ‫ِ َأدَةِ خَي‬


ْ ٍِ ‫د‬
ُ ْ‫ عشس‬:‫ػطف‬

‫ذ ٍِْْ ُٔ َأ َّ ُٔ ٍَُِْٖ ٌو‬


ُ ْ‫ػجِج‬
َ :‫ثذه‬

3) Tempat-tempat Dibolehkannya ُّ‫ إ‬/Inna/ atau ُّ‫ أ‬/Anna/

Dalam beberapa kasus, partikel ُّ‫ إ‬boleh dibaca inna dan anna.52 Hukum

itu berlaku karena konstituen setelahnya bisa diubah menjadi mashdar maupun

tidak. Kasus-kasus tersebut terjadi dalam empat hal, yaitu:

a. Terletak setelah partikel ‫ إرا‬/idzâ/ yang bermakna „tiba-tiba‟


‫ذًا‬ْٞ ِ‫عؼ‬
َ َُ‫خَ َشجْذُ فَِئرَا ِإ‬
b. Terletak setelah fa‟ al-jawâb

ًُ ‫ل ُرنْ َش‬
َ َّ ِ‫ِإُْ َرجْزَ ِٖذْ فَئ‬
c. Terletak sebagai penjelasan terhadap klausa sebelumnya
ًِ‫ أَ َّ ُٔ ٍُغْزَحِقُ ا ِإلمْشَا‬,ٍُْٔ‫أمْش‬
d. Terletak setelah frasa ً‫ ال جش‬/lâ jarama/
ّ‫ حَق‬َٚ‫ػي‬
َ َ‫َالجَ َش ًَ أَ َّل‬

4) ُّ‫ إ‬/Inna/ atau ُّ‫أ‬/Anna/ yang Dirampingkan

Pertikel ُّ‫ إ‬/inna/ atau ُّ‫أ‬/anna/ bisa dirampingkan menjadi ُ‫ إ‬/in/ atau ُ‫أ‬

/an/.53 Dalam suatu kalimat apabila inna dirampingkan, maka ia bisa “beramal”

(me-nashab-kan isim dan me-rafa‟-kan khabar) dan juga tidak. Namun, ia sama

52
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 229-230
53
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 230-232

39
sekali tidak beramal, maka dalam khabarnya (predikat) mesti diawali dengan

huruf ‫ ه‬/lam/.

)ٖٔٗ :‫هلل ۗ (اىجقشح‬


ُ ‫ ا‬َٙ‫ِ َٕذ‬
َ ْٝ ِ‫ اَىز‬َٚ‫ْ َش ًح إِالَ ػَي‬ِٞ‫ذ َىنَج‬
ْ َّ‫ َِٗإُْ مَب‬:ُ‫مب‬

)٘ٙ :‫ِ (اىصبفبد‬


ِ ْٝ ِ‫د ىَزُ ْشد‬
َ ‫هلل ِإُْ مِذ‬
ِ ‫ قَب َه رَبا‬:‫مبد‬

)ٔ٨ٙ :‫ِ (اىشؼشاء‬


َ ْٞ ‫ِ ا ْىنَبرِ ِث‬
َ َِ ‫ل َى‬
َ ُْ ُ‫ َِٗإُْ َّظ‬:ِّ‫ظ‬

Dalam penerjemahannya, partikel in perampingan dari inna bisa diartikan

dengan „sungguh‟, „sesungguhnya‟, atau „benar-benar‟.54

Adapun partikel anna jika dirampingkan menjadi an, maka ia tetap

beramal sebagai anna. Ketika itu isim (subjek) an-nya berupa dhamir sya‟n yang

dilesapkan, sedangkan khabarnya (predikat) harus berupa konstituen jumlah, baik

jumlah ismiyah maupun fi‟liyah.55 Apabila jumlah setelahnya berupa ismiyah atau

fi‟liyah yang berupa fi‟il jâmid ada du‟â, maka ia tidak memerlukan partikel

pemisah antara jumlah tersebut dengan an.

An dapat dirampingkan dengan syarat, wajib isim anna berupa dhamir atau

kata ganti dan dibuang dan wajib khabar anna berupa jumlah baik ismiyah

maupun fi‟liyah.56

َِْٞ ََِ‫ة ا ْىؼَبى‬


ِ َ‫ح َْ ُذهللِ س‬
َ ‫َٗءَاخِ ُش َدػَْ٘ا ُٕ ٌْ أَُ ا ْى‬

Apabila jumlah setelahnya berupa fi‟liyah, maka ia memerlukan partikel

pemisah antara jumlah tersebut dengan an. Partikel pemisah itu terbagi menjadi

54
Rofi‟i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia, (Jakarta: Persada Kemala, 2002), h. 55
55
Ahmad Al-Hasyimi. al-Qawa‟id al-Asasiyah al-Lughah al-„Arabiyah, (Beirut: Al-
Maktabah Al- Ashriyah, 2003), h. 163
56
Syekh Abdullah Ibn Ahmad al-Fakihiy, Mutammimah al-Ajurumiyah, (Surabaya,
Harisma), h. 56-57

40
lima yaitu berupa ‫ قذ‬/qad/, ‫ ط‬/sin/, ‫ ع٘ف‬/saufa/, huruf nafi, atau adaat asy-syart

dan rubba.57

)ٖٔٔ : ‫صذَقْزََْب (اىَبئذح‬


َ ْ‫ َٗ َّؼَْي ٌَ َأُْ َقذ‬: ‫قذ‬

)ٕٓ : ‫ۙ (اىَضٍو‬َٚ‫ُ ٍِ ْْ ُن ٌْ ٍَ ْشض‬


ُ ْ٘ ُ‫ن‬َٞ َ‫ ػَِي ٌَ َأُْ ع‬: )‫ِ ع٘ف‬ٞ‫ظ (اىغ‬ٞ‫حشف اىزّْف‬

Dalam penerjemahannya, partikel ُ‫ أ‬/an/ perampingan dari anna dapat

diartikan dengan „bahwa‟. Penerjemahan ini memang sesuai dengan fungsinya

sebagai konjungsi komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif.

H. PENEGASAN TERHADAP TEORI YANG DIGUNAKAN DALAM

SKRIPSI

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Peneliti akan membahas serta

meneliti kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam

terjemahan surat al-Baqarah. Pada skripsi ini Peneliti akan fokus pada hubungan

komplementasi, yaitu melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa bawahan

atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak.

Hemat Peneliti, istilah hubungan komplementasi hanya digunakan oleh

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan (2014) dan Hasan Alwi (1998). Sementara

itu, Abdul Chaer menggunakan istilah makna penjelasan (2002) dan masih

banyak yang menggunakan teori lain namun semua teori itu mengacu pada

kalimat majemuk subordinatif dalam jenis yang sama, yaitu yang menggunakan

konjungsi bahwa.

Dalam bahasa Indonesia, bahwa konjungsi komplementasi hanya ada satu

macam, yaitu bahwa. Dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut terdapat dua macam

57
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 234-235

41
(َُ‫ ِإ‬dan َُ‫ )َأ‬yang memiliki aturan masing-masing. Dalam kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, konjungsi bahwa dapat menjadi subjek,

objek, keterangan atau pelengkap.

42
BAB III

BIOGRAFI

A. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN PROF. DR. MAHMUD YUNUS

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Dilahirkan di Batusangkar, Sumatera-Barat,

pada tanggal 30 Ramadhan 1316 H, bertepatan dengan 10 Pebruari 1899 M. Pada

umur ± 7 tahun belajar mengaji di surau kakeknya sendiri M. Thahir bin M. Ali

gelar Engku Gadang, lalu memasuki Sekolah Dasar, tetapi hanya sampai kelas

tiga saja; sesudah itu memasuki madrasah yang dipimpin oleh Syekh H. M. Thaib

Umar sampai tahun 1916. Pada tahun 1917 beliau berhenti mengajar karena sakit.

Dia menggantikan gurunya sebagai pemimpin madrasah tersebut. Sebelum itu

hanya sebagai guru bantu saja.58

Pada tahun 1924-1925 melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar,

Kairo, dan berhasil memperoleh Shahadah Alimiyah. Kemudian pada tahun 1926-

1930 belajar di Madrasah Darul Ulum Ulya, yang sesudah bersusah payah

berusaha, memasukinya sebagai orang Indonesia pertama belajar di sini. Di

Madrasah ini ia mengambil takhassus (spesialisasi) tadris sampai memperoleh

ijazah Tadris (diploma guru).

Profesinya sebagai guru sudah mulai sejak masih belajar di Batusangkar

yaitu sebagai guru bantu di pesantren. Selanjutnya, 1931-1932: direktur/guru Al-

Jamiah Islamiyah, Batusangkar; 1931-1938, 1942-1946: direktur/guru Normal

Islam (Kuliah Mu‟allimin Islamiyah), Padang; 1948-1949: Dosen Agama pada

Akademi Pamongpraja di Bukittinggi; 1957-1960: Dekan/Dosen pada Akademi

58
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)

43
Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta; 1960-1963: Dekan/Guru Besar pada

Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; 1966-1971: Rektor IAIN

Imam Bonjol, Padang.59

Beliau dikenal pula sebagai pendiri perkumpulan Sumatera Thawalib dan

penerbit majalah Islam Al-Banyir (1920); turut mendirikan Persatuan Guru-guru

Agama Islam (1920); anggota Minangkabau Raad (1938-1942); anggota Cu Sangi

Kai (1943-1945), dalam mana beliau berhasil memasukkan pendidikan Agama

Islam di sekolah-sekolah pemerintah; anggota Komite Nasional Sumatera-Barat

(1945-1946); Pemeriksa Agama pada Jawatan Pengajaran Agama Sumatera-Barat

(1945-1946); Kepala Bagian Islam pada Jawatan Agama Propinsi Sumatera di

Pematang Siantar (1946-1949); turut serta mendirikan Majlis Islam Tinggi

Minangkabau, yang kemudian menjadi MIT Sumatera (1946); Inspektur Agama

pada Jawatan PP & K Propinsi Sumatera, Bukittinggi (1947); Sekretaris Menteri

Agama PDRI (1949).

Sesudah pengakuan kedaulatan, beliau memangku beberapa jabatan di

Kementrian (departemen) agama RI, berturut-turut sebagai Pegawai Tinggi

diperbantukan pada Kementrian Agama di Yogyakarta (1950); kepala

Penghubung Pendidikan Agama pada Kementrian Agama di Jakarta (1951); dan

Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama (1952-

1956).

59
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)

44
Beliau sering pula berkunjung ke luar negeri, baik sebagai tugas yang

diberikan pemerintah kepada beliau maupun atas undangan untuk menghadiri

berbagai muktamar, sebagai berikut:60

Ke Singapura sebagai salah seorang utusan MIT untuk menghadiri

Muktamar Alim Ulama (1943); ke sembilan negara Islam: Mesir, Arab

Saudi, Suriah, Libanon, Yordan, Irak, Turki, Tunisia, dan Maroko dalam

rangka mempelajari pendidikan agama (1961); ke Arab Saudi untuk

menghadiri Sidang Majlis A‟la Istisyari Al-Jami‟ah Al-Islamiyah di

Medinah Munawarah (1962 dan 1969); ke Mesir, memenuhi undangan

Majma‟ Buhutsul Islamiyah Universitas Al-Azhar untuk menghadiri

muktamarnya yang kesatu (1964); yang kedua (1965); yang ketiga (1966);

dan yang keempat (1979), di mana beliau mengucapkan pidatonya yang

berjudul Al-Israiliyat fit Tafsir Wal-Hadits.

Prof. H. Mahmud Yunus juga banyak menulis buku, terutama buku

pelajaran agama Islam untuk anak-anak, termasuk pula tafsir dan terjemah Al-

Qur‟an.61

Karya tulis Prof. Dr. H. Mahmus Yunus

Dalam Bahasa Indonesia

1. Tafsir Al-Qur‟an tamat 30 juz, tahun 1938.

2. Terjemahan Al-Qur‟an tanpa tafsir, untuk memudahkan membaca Al-

Qur‟an.

60
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
61
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)

45
3. Marilah Sembahyang, pelajaran shalat, untuk anak-anak SD, 4 jilid.

4. Puasa dan Zakat, untuk anak-anak SD.

5. Haji ke Mekkah, cara mengerjakan haji, untuk anak-anak SD.

6. Keimanan dan Akhlak, untuk anak-anak SD, 4 jilid.

7. Beberapa kisah pendek, untuk anak-anak SD.

8. Riwayat Rasul dua pulu lima, bersama Rasyidin Zubir Usman.

9. Lagu-lagu Baru/Not angka-angka, bersama Kasim St. M. Syah.

10. Beriman dan Berbudi Pekerti, untuk anak-anak SD.

11. Pemimpin Pelajaran Agama, 3 jilid, untuk murid-murid SMP.

12. Hukum Warisan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah.

13. Perbandingan Agama, untuk tingkat „Aliyah.

14. Kumpulan Do‟a, untuk tingkat „Aliyah.

15. Do‟a-do‟a Rasulullah, untuk tingkat Tsanawiyah.

16. Marilah ke Al-Qur‟an, untuk tingkat Tsanawiyah/PGA, bersama H.

Ilyas M. Ali.

17. Moral Pembangunan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah.

18. Akhlak (bahasa Indonesia), untuk tingkat „Aliyah.

19. Pelajaran Sembahyang (Shalat), untuk „Aliyah, mahasiswa/umum.

20. Hukum Perkawinan dalam Islam, 4 mazhab.

21. Soal Jawab Hukum Islam, dalam 4 mazhab.

22. Ilmu Mustalah Hadis, bersama H. Mahmud Azis.

23. Sejarah Islam di Minangkabau, dalam penyelidikan baru.

24. Kesimpulan isi Al-Qur‟an, untuk mubalig-mubalig/umum.

25. Allah dan MakhlukNya, Ilmu Tauhid menurut Al-Qura‟an.

46
26. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama St. M. Sa‟id.

27. Pokok-pokok Pendidikan/Pengajaran, Fak. Tarbiyah/PGAA.

28. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fak. Tarbiyah/PGAA.

29. Metodik Khusus Bahasa Arab, Fak. Tarbiyah/PGAA.

30. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.

31. Sejarah Pendidikan Islam (Umum).

32. Pendidikan Modern di Negara-negara Islam/Pendidikan Barat.

33. Ilmu Jiwa Kanak-kanak, Kuliah untuk kursus-kursus.

34. Pedoman Da‟wah Islamiyah, Kuliah untuk Da‟wah.

35. Dasar-dasar Negara Islam.

36. Menasih Haji, untuk orang dewasa.

37. Juz Amma dan terjemahannya.

Dan 27 judul buku lainnya dalam Bahasa Arab.

Sebagian besar buku-buku karya Mahmud Yunus dipergunakan bagi para pelajar

dari sekolah dasar (ibtidaiyah) hingga ke perguruan tinggi. Karya beliau yang

mempunyai pengaruh banyak diluar madrasah dan pondok pesantren adalah

terjemahan Quran Karim yang diterbitkan pada tahun 1983 dan sudah mengalami

cetak ulang berkali-kali. Adapun daftar buku-buku karya Prof. Dr. H. Mahmud

Yunus sebagai berikut:

a) Bidang Pendidikan ada 6 karya

1. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik.

2. Metodik Khusus Pendidikan Agama.

3. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia.

47
4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran.

5. At-Tarbiyah wa at-Ta‟lim (Bahasa Arab).

6. Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat.

b) Bidang Bahasa Arab ada 16 karya

1. Pelajaran Bahasa Arab I (Bahasa Arab).

2. Pelajaran Bahasa Arab II (Bahasa Arab).

3. Pelajaran Bahasa Arab III (Bahasa Arab).

4. Pelajaran Bahasa Arab IV (Bahasa Arab).

5. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah I (Bahasa

Arab).

6. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah II (Bahasa

Arab).

7. Metodik Khusus Bahasa Arab.

8. Kamus Arab Indonesia.

9. Penterjemah atau Pentafsir Al-quran.

10. Contoh Tulisan Arab (Bahasa Arab).

11. Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab).

12. Durusu al-Lughah al-Arabiyah I (Bahasa Arab).

13. Durusu al-Lughah al-Arabiyah II (Bahasa Arab).

14. Durusu al-Lughah al-Arabiyah III (Bahasa Arab).

15. Muhadatsah al-Arabiyah (Bahasa Arab).

16. Al-Mukhtaraat li al-Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab).

48
B. PRIBADI MAHMUD YUNUS

Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila

dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu

kesanyangannya, siangnya ia sudah bisa menceritakan kembali dengan sempurna.

Situasi sosial yang melatarbelakangi kehidupannya telah membentuk karakternya

menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat

untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur

pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu.

Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para

Ustadz yang mengajarnya. Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917,

Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah

ibn Aqil dan Jam‟al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga

bagi beliau ketika melanjutkan pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar,

Kairo.62

C. PERJALANAN MAHMUD YUNUS MENUNTUT ILMU

Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak

pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan

awal yang ditempuh oleh beliau. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad

Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia

7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan Al-quran.

Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari

62
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh
Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 85-86

49
anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata

bahasa Arab dengan kakeknya.

Mahmud sempat masuk sekolah rakyat walaupun hanya betah sampai

kelas tiga. Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering

diulang dan menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar

mendirikan Madrasah School di Surau Tanjung Pauh. Tahun 1908, Mahmud pun

dimasukkan oleh Ayahnya ke madrasah school tersebut. Di madrasah ini, ia

belajar nahwu, sharaf, bahasa Arab dan matematika.63

Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap

pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu,

Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan

umat dan perkembangan Islam.64 Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib

Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919

M di Padang Panjang. Ia datang menghadiri perkumpulan tersebut sebagai

perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk perkumpuulan pelajar

Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M. Kegiatan

perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir. Di media

ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi.65

63
Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198
64
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud
Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5
65
Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198

50
D. KARIR MAHMUD YUNUS DALAM PENDIDIKAN

Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:66

 Memimpin al-Jami‟ah al-Islamiyyah di Sunggayang

Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua

pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami‟ah al-

Islamiyyah di Sunggayang. Namun sanagat disayangkan al-Jami‟ah al-Islamiyyah

gulung tikar pada tahun 1933 karena kekurangan tenaga pengajar.

 Memimpin Normal Islam di Padang

Normal Islam (Kulliyyatul Mu‟allimin al_Islamiyyah) didirikan di Padang oleh

Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru

Agama Islam (PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk

mendidik calon guru.

 Memimpin Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Padang

 Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dan sekaligus menjadi

dekannya (1957-1960)

Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN)

dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini

menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta.

66
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh
Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91

51
 Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di

Bukittinggi

 Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

 Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang

Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan

Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970.

E. SEJARAH MAHMUD YUNUS DALAM MENERJEMAHKAN AL-

QURAN

Tafsir Alquran al-Karim karangan Mahmud Yunus ini awalnya di

terjemahkan pada tahun 1992 kemudian di terbitkan tiga juz dengan huruf Arab-

Melayu. Pada masa itu umumnya Ulama mengatakan haram untuk

menerjemahkan Alquran namun, bantahan dari Ulama tersebut tidak beliau

perdulikan dan beliaupun tetap menerjemahkan Al-quran al-Karim tersebut.67

Kemudian beliau berhenti menerjemahkan Al-quran, karena beliau lebih

memilih untuk melanjutkan ilmu pengetahuannya di Mesir (Th 1924) di berbagai

tempat hingga akhirnya di Darul Ulum. Beliau menerima pelajaran dari Syekh

Darul Ulum, bahwa menerjemahkan Al-quran itu hukumnya mubah, bahkan

dianjurkan atau hukumnya fardu kifayah, untuk menyampaikan dakwah Islamiyah

kepada bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab.

67
Mahmud Yunus. Tafsir al-Qur‟an al-Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung,1969), hal. III
Pendahuluan

52
Dengan berbagai ilmu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan

Ramadan tahun 1354 H (Desember 1935) beliau mulai kembali menerjemahkan

Al-quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama :

Tafsir Al-quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tafsir tersebut berjuz 2

tiap 2 bulan. Sedang menerjemahkan juz 7 sampai dengan 18 dibantu oleh

almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan

pertolongan Alah swt. dan disiarkan di seluruh Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama

Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia Tafsir Alquran

Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak

sebanyak 200.000 aksemplar. Lalu di tunjuk percetakan bangsa Indonesia untuk

mencetaknya.

Kabarnya ada bantuan dari Ulama Yogyakarta, supaya di stop mencetak

Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirimnya kepada Maeteri Agama RI tetapi

saya tidak menerima bantuan. Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab

yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran

Karim itu, padahal telah dimulainya mencetak beberapa halaman banyaknya.

Akhirnya diambil alih oleh M. Baharata Direktur percetakan Al-Ma‟arif Bandung.

Lalu ia dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 aksemplar dan dijualnya

dengan harga Rp. 21 per eksemplar.

Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan

itu dikirinya kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Salinannya disampaikan

kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud Yunus balas suratnya

53
itu dengan lebar panjang. Tembusannya M. Yunus kirimkan kepada Presiden RI

dan Menteri Agama. Akhirnya beliau tidak berkutik lagi, hanya diam.

Kemudian setelah habis cetakan itu, Mahmud yunus bersama istri Darisah binti

Ibrahim meneruskan menerbitkan tafsir Quran Karim itu. Lalu mereka terbitkan

beberapa kali tanpa ada perubahan yang besar. Hanya ada perubahan sedikit demi

sedikit.

54
BAB IV

ANALISIS DATA

A. TEMUAN

Dalam pembahasan bab IV ini, Peneliti berupaya menganalisis kalimat

majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam surat al-Baqarah pada

terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus yang biasa

dihubungkan dengan konjungsi ّ‫ إن‬/inna/ atau ّ‫أن‬//anna/ dan verba qâla. Sebelum

melakukan analisis, Peneliti akan memaparkan hasil dari ayat yang mengandung

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi pada surat al-Baqarah

terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Dalam penelitian ini,

Peneliti menemukan 202 data dari 286 ayat dalam surat al-Baqarah yang meliputi

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori

yaitu ّ‫ إن‬/inna/ , ّ‫ أن‬/anna/, dan qâla. Data yang diperoleh dalam kategori ّ‫ إن‬/inna/

terdapat 32,7%, kategori ّ‫ أن‬/anna/ terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat

55%. Berikut ayat-ayat yang termasuk menjadi kategori kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi:

B. ANALISIS

1. Ayat 8:

 
    
  
    
 
  
       
      
 
   
   

Diantara manusia ada yang berkata: Kami telah beriman kepada Allah dan hari
yang kemudian, padahal meraka itu bukan orang-orang beriman.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 8) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, karena mengandung verba qâla. Setiap

55
jumlah setelah verba tersebut maka ia akan menjadi hubungan komplementasi,

baik partikel ّ‫ إن‬/inna/ itu dinyatakan maupun tidak, dan dalam ayat ini partikel ّ‫إن‬

/inna/ kebetulan tidak ada. Jumlah  Merupakan klausa utama, sedangkan

jumlah   


     sampai    merupakan klausa

bawahan. Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi ّ‫ إن‬/inna/ karena

verba klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Adapun penerjemahannya sudah

tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.

2. Ayat 11

  
 
  
  
  
 
       
  
    
 
 
  
 
 
  
    

Apabila dikatakan kepada mereka; janganlah kamu berbuat bencana dimuka


bumi, maka jawab mereka: Hanya kami yang berbuat kebaikan.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 11) terdapat dua kalimat majemuk


subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Pertama, jumlah 
  merupakan klausa utama, sedangkan

jumlah     merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah 

merupakan klausa utama, sedangkan jumlah    merupakan

klausa bawahan. Adapun terkait dengan penerjemahan hubungan komplementasi


ayat di atas, untuk bagian pertama sudahlah cukup begitu pula pada bagian kedua

56
sudahlah cukup. Menurut hemat Peneliti pada bagian kedua, klausa bawahan
dianggap sebagai kalimat langsung karena konjungsi ّ‫ إن‬/inna/ tidak diartikan.

3. Ayat 14:


   
 
         
 
  
  
 
      
               
 
    
    

 
     
  
  

Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka berkata: Kami

telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-ketuanya, mereka

berkata pula: Sesungguhnya kami beserta kamu juga, hanya kami

memperolok-olokan (orang-orang beriman).

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 14) terdapat dua kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi

yaitu, 
    dan …    . Pertama, jumlah  merupakan klausa

utama, sedangkan jumlah 


  merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah 

merupakan klausa utama sedangkan jumlah 


  sampai   

merupakan klausa bawahan. Adapun dalam penerjemahannya bagian pertama

sudahlah cukup karena termasuk kalimat langsung. Sedangkan pada bagian kedua,

klausa bawahan yang merupakan hubungan komplementasi memang lebih tepat

57
jika dijadikan sebagai kalimat langsung. Namun, hemat Peneliti, konjungsi

komplementasi tidak perlu dihadirkan.68

Selain ayat ayat 8, ayat 11, dan ayat 14 yang termasuk kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori qâla yaitu:

Ayat 13

 
   
     
 
 
  
    
  
         
   
    
      
 
  
    

     


Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu, sebagaimana manusia


telah beriman, mereka berkata: Adakah kami akan beriman sebagaimana
orang-orang bodoh telah beriman ?...

Ayat 25

  
  
  
   
    
 
  
 
   
  
 
  
    
 
      
 
    
  

       
        
   
 
         
          
  

           

Berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahwa
sesungguhnya untuk mereka itu surga yang mengalir air sungai dibawahnya.

68
Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka
berkata: Kami telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-
ketuanya, mereka berkata pula: Kami beserta kamu juga, hanya kami
memperolok-olokan (orang-orang beriman).

58
Tiap-tiap mereka mendapat rezeki dari pada buah-buahannya, mereka berkata:
Ini seperti rezeki yang diberikan kepada kita dahulu…

Ayat 30

   


   
        
  
 
  
   
 
 
    
    
   
   
    

  
   
  
   
   
  
 
 
   
 
 
  
 
  
  
  
     
  
 
 
     
 
 
 

 
 
   

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku


akan menjadikan seorang khalifah diatas bumi (Adam). Maka jawab mereka
itu: Adakah patut Engkau jadikan diatas bumi orang yang akan berbuat
bencana dan menumpahkan darah,…
…Allah berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tiada kamu
ketahui.

Ayat 31

 
   
   
 
        
 
   
    
    
 
  
   
  
            
    
 

 
  
 
 
   

…lalu Allah berfirman: Kabarkanlah kepadaKu nama barang ini, jika kamu
yang benar.

Ayat 32

 
 
         
  
       
  
  
     
  
 
 
  
  
   

Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan


apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui lagi Mahabijaksana.

59
Ayat 33

  
   
   
 
    
   
  
       
      
    
     
   
          
 

   
   
  
     
 
    
  
   
  
   
   
  
  

Berfirman Allah: Hai Adam, kabarkanlah kepada malaikat itu nama-nama


barang ini! Tatkala Adam menerangkan nama-nama barang itu, Allah
berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui
yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu lahirkan
dan apa-apa yang kamu sembunyikan.

Ayat 34

  
      
  
   
   
    
    
 
 
    
  
 
              
   

 
  
 
  

(Ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: Tunduklah kamu kepada


Adam! Lalu mereka itu tunduk, kecuali iblis, ia enggan, dan tekebur, dan ia
termasuk orang-orang kafir.

Ayat 35

  
  
  
   
 
  
 
 
  
   
        
 
    
  
 
 
          

 
   
  
   
     
 
   
 

Berkata Kami: Hai Adam, tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam
surga, dan makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu;
dan janganlah kamu dekati pohon kayu ini, nanti kamu termasuk orang-orang
aniaya.

60
Ayat 36

     
  
    
  
           
  
 
 
  
     
 
 
  
  
 
    

 
 
 
   
     
  
  
  
    
     
 

…Berkata kami: Turunlah kamu, sebagian kamu dengan yang lain bermusuh-
musuhan; dan untukmu tempat kediaman diatas bumi dan kesenangan, hingga
seketika (sampai ajalnya).

Ayat 38

  
  
  
 
 
 
   
  
 
   
            
     
  
    

 
    
 
 
 
  
    

Berkata Kami: Turunlah kamu sekalian dari surga. Jika datang petunjukKu
kepadamu, maka barang siapa mengikut petunjukKu itu, niscaya tak ada
ketakutan atas mereka dan tiada mereka berduka-cita.

Ayat 54

     
 
    
    
   
 
 
  
  
  
 
 
   
  
     
  
 
  
    

 
     
 
   
 
   
 
    
 
 
 
    
 
 
   
 
 
 
         
 
    
  

  

Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu


telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi
Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan
bunuhlah dirimu!

61
Ayat 55

     
   
  
 
  
 
     
 
 
    
  
 
  
     
 
 
  
      

 
  
 

Ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tak akan percaya kepada engkau,
sehingga kami melihat Allah berterang-terang, lalu halilintar menyiksa kamu,
sedang kamu melihatnya.

Ayat 58

      
     
 
     
 
  
 
     
     
    
 
   
        

 
  
 
 
   
   
   
 
  
 
  
   
    
 
     
 
 

Ketika kami berkata: Masuklah kamu kedalam negeri ini (Baitu’l Mukaddas)
dan makanlah didalamnya dengan bersenang-senang sebagaimana kamu
kehendaki dan masuklah kepintunya dengan tunduk,…

Ayat 59

 
   
  
 
 
    
      
 
  
  
     
 
    
  
 
    
  
  

 
 
 
 
     
    
 
  
 

…(perkataan) yang tiada dikatakan kepadanya, lalu Kami turunkan kepada


orang-orang yang aniaya itu siksaan dari langit, karena mereka itu pasik.

62
Ayat 60

   
  
 
     
 
   
 
    
    
     
  
 
  
  
  
     

  
   
       
     
 
 
   
  
   
 
    
      
   
 
    

 
 
 
 
  
  
       

(Ingatlah) ketika Musa minta air untuk kaumnya, lalu Kami berkata: Pukullah
batu itu dengan tongkatmu! Lalu terpancarlah dua belas mata air daripadanya.
Sesungguhnya tiap-tiap orang telah mengetahui tempat minumnya masing-
masing: Makanlah dan minumlah dari rezeki Allah dan janganlah kamu
berbuat bencana dimuka bumi sebagai orang-orang jahat.

Ayat 61

     
    
   
 
     
    
 
  
  
 
  
   
   
 
 
  
      


   
  
   
   
   
  
    
 
 
  
    
      
  
  
  
  
 

 
   
 
   
   
    
  
  
    
   
  
     
  
 
    
     

         


  

             



(ingatlah) ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tiada sabar, jika makanan itu
semacam saja, sebab itu mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya
ditumbuhkanNya untuk kami dari apa-apa yang ditumbuhkan bumi (yaitu)
sayur-sayuran, mentimun, bawah putih (gandum),’adas dan bawang merah.
Berkata Musa: Maukah kamu menukar barang yang baik dengan yang
buruk?...

63
Ayat 67

     
   
 
           
    
 
   
      
  
  
    
  
 
  
    

 
  
    
  
   
  
    
 

(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah


menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau
memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa
aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).

Ayat 68

 
  
  
   
   
     
 
     
   
 
       
     
     

 
            
   
   
  

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya


diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Berkata Musa: Sesungguhnya
Allah berkata, bahwa sapi itu tiada tua dan tiada pula terlalu muda,
pertengahan antara itu, maka perbuatlah apa yang disuruh itu.

Ayat 69


    
      
 
   
     
 
     
   
          
     
    

 
  
    
 

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya


diterangkanNya kepada kami, apakah warnanya? Jawab Musa: Sesungguhnya
Allah berkata: Sapi itu kuning tua warnanya, menggirangkan hati orang-orang
yang melihatnya.

64
Ayat 70

    
          
   
   
    
  
 
       
     
     

 
 
  
 
 

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya


diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah
meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).

Ayat 71

  
 
  
  
  
      
  
  
  
     
   
   
     
 
     
 

 
   
       
  
 
   
 
    
  
 
        
 

Berkata Musa: Allah berfirman: Sesungguhnya sapi itu bukan yang telah
patuh untuk membajak bumi dan bukan pula menyirami ladang, lagi sejahtera,
tidak belang warnanya sedikitpun. Berkata mereka itu: Sekarang telah engkau
terangkan dengan sebenarnya. Lalu mereka sembelih sapi itu, hampir mereka
tiada dapat memperbuatnya.

Ayat 73

  
    
 
        
 
    
   
   
  
 
  
  
         
         



Lalu Kami berkata: Pukullah orang yang mati itu dengan sebagian anggota
sapi itu…

65
Ayat 76

  
  
      
   
   
 
 
   
 
               
 
    
    

 
  
   
    
 
   
 
    
  
   
 
   
 
  
   
 

…mereka berkata: Kami telah beriman, mereka berkata: Kami telah


beriman… …mereka berkata: Mengapa kamu beritakan kepada orang-orang
beriman (karunia) yang dibukakan Allah kepadamu?...

Ayat 79

     
   
  
 
 
  
 
 
  
  
  
  
    
  
   
   
  
 
   
   

 
  
 
  
  
  
    
 
 
   
   
 
  
  
     
    
 

…mereka berkata: Ini dari sisi Allah, supaya dapat mereka menjualnya dengan
uang yang sedikit…

Ayat 80

   
    
 
 
 
  
 
 
  
  
  
     
      
             
 

 
 
    
  
   
 
  
       
 
 
 
 

Berkata mereka: Kita tiada akan disentuh api neraka, melainkan beberapa hari
saja. Katakanlah: Adakah kamu telah berjanjji dengan Allah, tentu Allah tiada
akan memungkiri janjiNya,…

Ayat 88

 
      
  
  
 
  
 
  
  
       
  
        

Berkata mereka itu: Hati kami tertutup, (tidak mau menerima), tetapi Allah
mengutuki mereka sebab kekapirannya, maka sedikitlah yang beriman diantara
mereka.

66
Ayat 91


  
  
 
      
 
    
  
       
  
    
      
 
  
    

   


    
        
   
  
   
   
 
   
   
 
  
 
    
      

 
    

Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu kepada (kitab) yang


diturunkan Allah, berkata mereka: Kami beriman kepada (kitab) yang
diturunkan kepada kami, sedang mereka ingkar akan (kitab) yang diturunkan
kemudiannya, pada hal kitab itu sebenarnya (dari Allah) serta membenarkan
(kitab) yang ada pada mereka. Katakanlah: Mengapakah kamu bunuh nabi-
nabi Allah masa dahulu, jika kamu sebenarnya beriman?

Ayat 93

   


             


     
 
   
   
 
  
 
  
 
    
 
        
     
 
     
   

 
        
 
  
  
  

…Mereka berkata: Kami dengarkan dan kami durhakai…


…Katakanlah, amat jahat apa yang diperintahkan oleh keimananmu, jika
kamu sebenarnya orang beriman.

Ayat 94

   
   
   
    
  
 
  
 
   
 
   
  
      
    

 
  
 
   
  
  
  

67
Katakanlah: Jika kampung akhirat khusus untukmu disisi Allah tanpa
manusia yang lain, maka hendaklah kamu cita-cita mati, jika kamu orang yang
benar.

Ayat 97


   
 
  
  
    
    
  
         
   
   
 
 
   
 

 
    
   
  
   
 
    
  
  

Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya


Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan
izin Allah, serta membenarkan (kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk
dan kabar gembira bagi orang-orang beriman.

Ayat 102

               


         

  
 
  
      
  
 
   
 
  
  
 
 
  
  
 
       
    
  

                

                 

               

 

…melainkan lebih dahulu berkata: Kami ini hanya mendatangkan cobaan,


sebab itu janganlah engkau kafir…

68
Ayat 104

  
 
       
 
     
       
    
  
     
 
   
    

  

…Janganlah kamu sebut: Ra’inna (Jagalah kami) dan sebutlah: Pandanglah


kami, dan dengarkanlah olehmu!...

Ayat 111

  
 
   
 
     
    
  
     
 
   
    
   
 
 
      

  
  
 
 
  
  
 
  
  

Berkata mereka itu: Tiadalah yang akan masuk surga, melainkan orang-orang
Yahudi atau orang-orang Nasrani. Demikianlah angan-angan mereka.
Katakanlah: Unjukkanlah dalil (alasanmu), jika kamu orang benar.

Ayat 113

  
   
    
 
   
  
   
     
 
 
  
 
  
   
      
        

 
  
 
    
 
    
   
 
    
 
 
   
  
  
   
  
   
    
 
   
 

        

Berkata orang-orang Yahudi: Orang-orang Nasrani itu bukanlah atas suatu


(kebenaran). Berkata pula orang-orang Nasrani: Orang-orang Yahudi
bukanlah atas sesuatau (kebenaran), sedang mereka itu sama-sama membaca
Kitab…

Ayat 117

  
 
      
 
  
       
 
      
  
   
  
 
  
 
 

…Dia berkata: Jadilah engkau. Lalu jadilah ia.

69
Ayat 120

 
 
  
 
 
  
   
     
    
  
 
  
   
       
 
 
 
    

    
   
  
    
     
  
   
 
   
   
    
  
     
     
 
   

  

…Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah ialah sebenarnya petunjuk…

Ayat 124

      


    
  
 
   
   
 
 
    
   
     
 
    
        

 
 
  
  
 
 
 
   
 
        

…Berkata Allah: Sesungguhnya Aku angkat engkau (ya Ibrahim) menjadi


imam (orang ikutan) bagi manusia. Berkata Ibrahim: (Begitu pula hendaknya)
dari anak cucuku. Berkata Allah: Tetapi orang-orang yang aniaya tiada
mendapat perjanjianKu ini.

Ayat 126

   
   
  
   
    
  
        
   
 
 
  
  
  
 
    
    

   
 
 
 
      
 
  
  
          
    
    
 
  
      
     

  
 
   
    

(Ingatlah) ketika berkata Ibrahim: Ya, Tuhanku jadikanlah ini sebuah negeri
yang aman, dan berilah rezeki penduduknya dengan bermacam buah-buahan,
(yaitu) orang yang beriman kepada Allah dan hari yang kemudian. Berfirman
Allah: Barang siapa yang kafir, maka Kuberi kesenangan sedikit, kemudian
Kumasukkan dia kedalam azab neraka; dan disitulah tempat tinggal yang se-
jahat-jahatnya.

70
Ayat 131

 
 
     
   
 
  
  
   
  
        
   

(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada Ibrahim: Islmalah engkau!


Jawabnya: Saya telah Islam (patuh mengikut) Tuhan semesta alam.

Ayat 133


   
  
 
         
    
  
   
 
    
 
     
  
 
    

  
  
  
 
  
   
 
 
   
  
 
   
 
    
         
 
   
      

 
 
  
 

…ketika ia berkata kepada anak-anaknya; Apakah yang kamu sembah,


kemudian matiku? Sahut mereka: Kami sembah Tuhanmu dan Tuhan bapa-
bapamu, (yaitu) Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, sedang Dia Tuhan yang Esa; dan
kami patuh kepadaNya.

Ayat 135

  
      
  
 
 
       
  
    
    
  
     
   
    

 
   
 
  

Berkata mereka itu: Beragama, Yahudilah kamu, atau beragama Nasrani,


supaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang
lurus (kami ikut), dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik.

Ayat 139

  
  
  
 
  
 
  
 
     
 
      
 
        
  
     
  
   
 

  

Katakanlah: Adakah kamu membantah kami tentang Allah?...

71
Ayat 140

 
    
  
 
   
 
    
 
 
   
  
 
   
 
    
  
  
  
 


  
   
 
  
 
 
 
   
  
  
  
    
  
  
  
  
    
   
  
   

     

Adakah kamu katakan, bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak-
anaknya, semuanya beragama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: Adakah
kamu yang lebih tahu atau Allah?...

Ayat 167

  
  
   
  
          
  
               
         
 
   
  

          

Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas


dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka
berlepas diri dari kami…

Ayat 170

              
   
     
    
     
  
          
 
  
    

      


  

Apabila dikatakan kepada mereka: Ikutlah apa-apa yang diturunkan Allah!


Maka jawab mereka: Tetapi kami mengikut apa-apa yang kami peroleh dari
bapa-bapa kami…

72
Ayat 200

             

 
   
    
 
         
          
 
   
   
  

…Maka diantara manusia ada yang berkata: Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) didunia. Maka tak adalah untuknya dagian diakhirat.

Ayat 206

  
 
   
        
 
   
 
   
  
          
 
  
  
     
    

Apabila dikatakan kepadanya: Takutlah kepada Allah, kesombongannya


mendorongnya berbuat dosa…

Ayat 217

  
   
 
 
 
        
   
     
   
  
     
  
 
 
    
 


               
   

             

   


             

      


    

…Katakanlah: Berperang pada bulan itu besar (dosanya),…

73
Ayat 219

        


     

    
   
    
    
  
 
 
    
    
    
 
  
     
   
 
 
   

 
  
    

… Katakanlah: Sekadar berlebih dari hajatmu…

Ayat 220

 
 
   
      
 
   
 
 
  
   
 
     
 
 
    
      
 
     
  

  
 
  
   
 
   
 
 
    
     
  
 
   
  
 
 
 
   
    
    
 
   
  

 

…Katakanlah: Berbuat kebaikan untuk mereka lebih baik, dan jika kamu
bergaul dengan mereka, maka mereka itu saudaramu…

Ayat 222

   
  
 
     
       
      
 
   
 
 
   
 
 
    
  

  
  
  
   
  
     
  
 
  
     
   
 
      
  
 
  
  
 
 
   
 

 
  
 
  
   
  
  
    

…Katakanlah: Ia suatu kotoran, sebab itu hindarkanlah perempuan-


perempuan ketika mereka dalam haidl,…
…Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka
sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-
orang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.

74
Ayat 246

  
    
   
         
 
  
   
  
   
  
   
  
 
       
  

  
   
   
 
   
 
  
  
   
 
 
 
   
  
  
  
  
  
  

              


  
  
   
  
  
  
  
  
              
 

              

…mereka berkata kepada Nabi mereka: Utuslah seorang raja untuk kami,
supaya kami berperang pada jalan Allah. Berkata Nabi itu: Barangkali kamu
tiada mau berperang, jika diperlukan peperangan itu atas kamu. Jawab mereka
itu: Mengapakah kami tiada mau berperang pada jalan Allah,…

Ayat 247

  
 
  
        
   
  
 
 
  
   
  
  
  
 
       
    

  
   
   
 
   
    
 
   
      
  
    
 
  
  
     
 
  
  

  
      
    
 
 
    
       
 
      
 
   
  
 
 
 

     

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus


Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan
menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan
dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah
telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas
dan tubuh yang kuat;…

75
Ayat 248

   
 
   
    
 
      
  
      
  
 
    
 
  
  

    
     
         
  
 
  
 
   
 
  
  
   
    
   
 
  

 
        
 
    

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah


bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari
Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga
Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu
menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.

Ayat 249

       
   
 
   
   
     
  
  
    
    
  
    
    

        


       
    

  
            
 
           
 
     
    
 
    
 
  

   
   
         
    
    
   
  
  
 
   
      
 

        

Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya


Allah mencobai kamu dengan suatu sungai…
…berkata mereka itu: Tak ada kekuasaan bagi kami pada hari ini memerangi
Jalut serta tentaranya.
Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui Allah:…

76
Ayat 250

  
   
      
    
 
              
  
  
      
  

 
  
 
   
  
    
   
  

…berkata mereka: Ya Tuhan kami, tumpahkanlah kesabaran kedalam hati


kami dan tetapkanlah telapak kaki kami (kuatkanlah kami) dan tolonglah kami
melawan kaum yang kafir itu.

Ayat 258

   
  
    
    
  
   
     
  
     
 
    
  
 
       
  

   
  
   
 
    
   
    
 
     
  
 
   
 
  
  


   
 
     
  
   
   
   
   
    
   
  
 
   
  
 
 
  

  

…berkata Ibrahim: Tuhan sayalah yang menhidupkan (orang) dan


mematikannya. Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari timur, maka cobalah engkau terbitkan dari barat…

Ayat 259

   
    
 
 
 
  
   
  
 
  
 
  
    
 
 
      
  
   
     

        
     
   
    
 
        
   
 
     
        
   

    
       
   
  
   
  
   
 
    
   
 
     
     
   
  

            

  
   
 
 
 
   
  
  
  
  
  
    
    
    
 
  
 
 
 

77
…ia berkata: Bagaimanakah Allah memakmurkan negeri ini kembali sesudah
musnah? Lalu dia dimatikan Allah seratus tahun lamanya, kemudian
dihidupkanNya kembali. Allah berkata: Berapa lamanya engkau tinggal disini?
Ia menjawab: Saya tinggal disini sehari atau setengah hari. Berkata Allah:
Bahkan engkau tinggal disini seratus tahun, maka lihatlah makanan dan
minuman engkau, tiada ia berubah; dan lihat pula keledai (himar) engkau; dan
supaya Kami jadikan engkau suatu tanda (akan berbangkit) untuk manusia dan
perhatikanlah tulang-tulang itu, bagaimana Kami menyusunnya, kemudian Kami
bungkus dengan daging. Setelah nyata yang demikian baginya, ia berkata: Saya
mengetahui, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Ayat 260


   
   
      
    
   
   
   
 
  
  
    
  
 
    
    

  
  
  
  
 
  
  
  
    
 
  
    
  
       
 
  
      
  
 
  

       


      

(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku


bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berkata: Tidakkah
engkau beriman (percaya)? Sahutnya: Ya (saya percaya), tetapi untuk
mententramkan hatiku. Allah berkata: Ambillah empat ekor burung dan
hampirkan kepada engkau (potong-potonglah semuanya),…

Ayat 285

               

   
  
    
     
 
        
   
 
  
   
  
  
   
       

  
 
   
       

…Mereka berkata: Kami dengar dan kami ikut, kami minta ampunan Engkau,
ya Tuhan kami dan kepada Engkau tempat kembali.

78
4. Ayat 12:

 
   
  
 
   
 
 
 
 
   
 
 
 
   
 

Ingatlah, sesungguhnya mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada sadar.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 12) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah ‫لَآ‬ merupakan klausa utama, sedangkan jumlah   

sampai 
    merupakan klausa bawahan yang berfungsi sebagai

objek. Adapun mengenai penerjemahannya, sebaiknya kata „sesungguhnya‟ dapat

diganti dengan partikel penghubung komplementasi „bahwa‟ tanpa harus diawali

dengan tanda koma (,) dan termasuk kalimat tidak langsung.69

5. Ayat 20:

    
    
 
  
          
  
    
   
    
 
  
   
 
  
 
      
 

  
   
 
 
  
  
 
  
   
 
  
    
 
  
 
  
 
 
  
    
   

Hampir kilat menyambar pemandangan mereka, tiap-tiap kali kilat itu bercahaya,
mereka berjalan, tetapi apabila gelap, mereka berhenti. Kalau dikehendaki

69
Ingatlah, bahwa mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada
sadar.

79
Allah, niscaya dihilangkanNya pendengaran dan pemandangan mereka.
Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 20) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah       merupakan klausa utama,

sedangkan jumlah ٍ‫ر‬    merupakan klausa bawahan yang

berfungsi sebagai objek. Adapun penerjemahannya sudahlah cukup, seandainya ia

dijadikan kalimat langsung, menurut hemat Penulis, kata „sesungguhnya‟

sebaiknya dihilangkan.

6. Ayat 32:

 
 
         
  
       
  
  
     
  
 
 
  
  
   

Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan


apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui lagi Mahabijaksana.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 32) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi ّ‫ إن‬/inna/ karena verba

klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Jumlah  sampai jumlah 

80
…   merupakan klausa utama, sedangkan jumlah     

merupakan klausa bawahan. Adapun dalam penerjemahannya, kata

„sesungguhnya‟ sebaiknya dihilangkan, jika tidak dihilangkan, cukuplah klausa

utama saja sebagai kalimat langsung.70

Selain ayat 12, ayat 20, dan ayat 32 yang termasuk kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori ّ‫ إن‬/inna/ yaitu:

Ayat 33

  
   
   
 
    
   
  
       
      
    
     
   
          
 

   
   
  
     
 
    
  
   
  
   
   
  
  

…Allah berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku


mengetahui yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu
lahirkan dan apa-apa yang kamu sembunyikan.

Ayat 37

  
   
     
        
 
   
 
          
 
   

Kemudian Adam memperoleh beberapa kalimat dari Tuhannya (ia minta


ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat
lagi Penyayang.

70
Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami,
melainkan apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau
Maha mengetahui lagi Mahabijaksana.

81
Ayat 45

 
  
     
 
     
          
     
       
  

Minta tolonglah kamu (kepada Tuhan) dengan kesabaran dan (mengerjakan)


sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang tunduk (kepada Allah);

Ayat 54

     
 
    
    
   
 
 
  
  
  
 
 
   
  
     
  
 
  
    

 
     
 
   
 
   
 
    
 
 
 
    
 
 
   
 
 
 
         
 
    
  

  

Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu


telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi
Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan
bunuhlah dirimu!...

Ayat 61

         
       

           


    

 
   
 
   
   
    
  
  
    
   
  
     
  
 
    
     

   
 
     
 
    
    
  
  
 
         
 
 
      
 

             



82
…Berangkatlah kamu kekota, disana kamu mendapat apa-apa yang kamu
minta. Lalu mereka itu ditimpa kehinaan dan kemiskinan dan mereka kembali
mendapat kemarahan dari Allah...

Ayat 67

     
   
 
           
    
 
   
      
  
  
    
  
 
  
    

 
  
    
  
   
  
    
 

(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah


menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau
memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa
aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).

Ayat 70

    
          
   
   
    
  
 
       
     
     

 
 
  
 
 

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya


diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah
meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).

Ayat 74

  
    
  
      
  
 
      
     
 
  
   
   
  
    
 
  
 

    
      
      
      
  
   
 
 
  
     
     
  
      
 
   
 

 
  
   
 
 
 
   
     
    
 
 
 

Kemudian hatimu menjadi keras sesudah itu, lalu ia seperti batu atau lebih
keras. Sesungguhnya dari sebagian batu, terpancar air sungai dari padanya,
dan diantara batu ada yang belah, lalu keluar air dari padanya, dan

83
setengahnya pula jatuh, karena takut kepada Allah. Allah tiada lalai dari apa-
apa yang kamu kerjakan.

Ayat 97


   
 
  
  
    
    
  
         
   
   
 
 
   
 

 
    
   
  
   
 
    
  
  

Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya


Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan
izin Allah…

Ayat 98

 
 
 
  
   
 
   
   
    
     
      
  
    
 

 
  
 
  

Barang siapa menjadi musuh bagi Allah, malaikatNya, rasulNya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.

Ayat 109

            
 

      
   
    
  
  
 
 
    
 
    
 
   
 
  
     
   
  
 
 
  
 

  
   
 
 
 
   
  
  
  

…Maka ma’afkanlah mereka dan bebaskanlah, sehingga Allah mendatangkan


perintahNya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.

84
Ayat 110


  
 
  
  
   
 
  
 
 
 
   
 
       
          
   
   

   
  
  
   
  
  
 

Dirikanlah sembahyang dan bayarkanlah zakat; dan apa-apa yang kamu


usahakan diantara kebaikan untuk dirimu, niscaya kamu peroleh pahalanya
disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Ayat 115

  
  
 
 
  
  
   
   
  
       
      
       
  
    
 

Kepunyaan Allah timurdan barat, kemana kamu menghadap, maka disanalah


kiblat (yang disukai) Allah. Sesungguhnya Allah Luas (karuniaNya) lagi
Mahamengetahui.

Ayat 127

  
        
  
     
  
 
   
     
  
 
  
   
 
    
      

 
     
 
 
 

(Ingatlah) ketika Ibrahim mempertinggi asas Bait (ka’bah) bersama Isma’il,


(kemudian berkata): Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya
Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui,

Ayat 128

     
 
    
 
       
   
  
             
  
  
        
     

 
 
   
    
  
  

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dua orang muslim, (patuh mengikutmu) dan
dari anak cucu kami menjadi umat muslim bagi Engkau, dan perlihatkanlah

85
kepada kami ‘amalan haji, dan terimalah taubat kami; sesungguhnya Engkau
Penerima taubat, lagi Penyayang.

Ayat 129

 
 
     
  
   
 
 
     
    
    
     
    
 
  
 
  
       

 
 
 
        
  
    
     

Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul diantara mereka, yang
akan membacakan ajat-ajatMu kepada mereka dan akan mengajarkan Kitab
dan hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka (dari kelakuan-
kelakuan yang keji), sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Ayat 132

  
   
  
  
 
  
 
  
  
 
 
  
  
    
 
               
   
  

 
 
  
    

…Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama (Islam)


untukmu, maka janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim.

Ayat 143

    


     
 

           
  
    
 

  
      
  
 
 
 
    
 
     
  
         
 
 
  
 
  
 

 
 
  
    
    
  
   
 
  
  
 
  

…Allah tiada menyia-nyiakan keimanan kamu. Sungguh Allah Pengasih lagi


Penyayang kepada manusia.

86
Ayat 144

           
    

   
 
   
      
 
 
 
 
 
      
    
  
   
  
   
 
 
 
  

 
  
   
 
 
 
   
     
 
    
 
      
 
     
  
  

…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya.


Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian
itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka
kerjakan.

Ayat 145

          


      

  
   
  
   
  
    
  
     
     
       
    
 
    

 
 
  
  
 
    
    
    

…Demi, jika engkau turut kemauan mereka, setelah datang kepada engkau
ilmu pengetahuan, niscaya engkau ketika itu termasuk orang-orang aniaya.

Ayat 146

 
   
   
 
   
   
    
 
      
     
        
  
   
 
     
 
  

 
 
    
 
  
 
  

Orang-orang yang Kami datangkan Kitab kepadanya, mereka kenal akan dia,
sebagaimana mereka kenal akan anak-anaknya sendiri. Sesungguhnya
segolongan mereka menyembunyikan kebenaran, sedang mereka
mengetahuinya.

87
Ayat 148

  
 
 
  
 
  
     
   
    
   
    
   
         
  
 
  
 
  

  
   
 
 
  
  
 
  
 

…Dimana saja kamu berada, Allah akan menghimpunkan kamu sekalian (pada
hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Ayat 149


    
 
        
  
   
 
 
 
    
 
 
 
 
  
   
 
  
 
  
 
  

     

Kemana saja engkau keluar (berjalan), maka hadapkanlah mukamu kearah


mesjidil haram (Ka’bah). Sesungguhhnya yang demikian itu suatu kebenaran
dari Tuhanmu…

Ayat 153

 
  
          
         
  
   
     
 
  

…mereka berkata: Inna lillahi wainna ilaihi radji’un. (Bahwa sesungguhnya


kita kepunyaan Allah dan kita akan kembali kepadaNya).

Ayat 158

   


        
    
   

 
  
   
 
  
     
 
  
     
 
  
  
  

…Barang siapa mengerjakan kabaikan (memperbuat sunnat), maka


sesungguhnya Allah Syukur (Membalas) lagi Mahamengetahui.

88
Ayat 168

    
 
  
  
  
 
      
    
 
  
 
  
   
     
   
    

 
    
 
 
 
 

…dan janganlah kamu ikut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu


musuh yang nyata bagimu.

Ayat 173

 
    
        
 
       
   
 
    
        
 
   
   
 
  

 
 
   
 
 
  
      
 
   
   
 
  
    
  
 
 

…Tetapi barang siapa yang terpaksa (memakannya), sedang ia tiada aniaya


dan tiada pula melampaui batas, maka tak ada dosa terhadapnya. Sungguh
Allah Pengampun, lagi Penyayang.

Ayat 176

 
  
   
  
     
   
  
 
   
    
 
    
  
   
       
    

  
  

Demikian itu, karena Allah telah menurunkan Kitab dengan sebenarnya.


Sesungguhnya orang-orang yang bersalah-salahan tentang Kitab itu adalah
dalam perselisihan yang jauh.

Ayat 181

   
 
  
 
  
       
   
 
    
  
           
  
     
  
 
 

…maka hanya dosanya atas orang-orang yang mengubah itu. Sesungguhnya


Allah Mahamendengar, lagi Mahamengetahui.

89
Ayat 182

 
 
 
  
      
 
   
  
     
  
   
     
  
 
   
 
 
 
 

 
 
 

Barang siapa takut (mengetahui) orang yang berwasiat dengan tidak adil atau
berdosa, lalu diperdamaikannya antara mereka itu, maka tak ada dosa
terhadapnya. Sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.

Ayat 186

  
  
     
 
    
 
    
  
 
   
       
   
 
   
   

      

Apabila hambaKu bertanya kepada engkau tentang halKu, maka sesungguhnya


Aku hampir…

Ayat 190

 
   
 
  
     
    
  
 
    
  
 
   
  
  
      

 
 
   
  

Perangilah olehmu pada jalan Allah akan orang-orang yang memerangi kamu
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tiada mengasihi
orang-orang yang melampaui batas.

Ayat 192

  
   
 
 
  
        
  

Jika mereka itu berhenti, maka sungguh Allah Pengampun lagi Penyayang.

90
Ayat 195

  
  
  
      
 
     
        
 
     
   
  
  
  
   
 
  

 
  
 
 
  

Belanjakanlah (hartamu) pada jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan


dirimu kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah
mengasihi orang-orang berbuat baik.

Ayat 197

             
  

     
 
          
   
      
 
     
     
 
    
 
 

 
   
       
 
     
  
  

…Berbekallah kamu dan sesungguhnya sebaik-baik perbekalan, ialah taqwa


(memelihara diri dari meminta-minta)…

Ayat 208


 
  
  
  
 
      
     
   
      
       
 
   
    

 
    
 
 
 
    

…dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu


musuhmu yang nyata.

Ayat 211

 
   
  
   
   
 
             
  
     
  
   
  
   
 

  
 
    
 
 
 
  
       

91
…Barang siapa menukarkan nikmat Allah, setelah datang kepadanya, maka
sesungguhnya Allah amat keras siksaanNya.

Ayat 214

           
  
   
 
 

   
    
  
          
 
   
 
   
 
  
  
          
     
    

 
   
   
  
 

…Apabilakah tibanya, pertolongan Allah? Ingatlah, bahwasannya pertolongan


Allah hampir akan tiba.

Ayat 215

            

 
  
   
  
     
 
     
     
  
  
    
 
 
    

…Apa-apa yang kamu perbuat diantara kebaikan, maka sesungguhnya Allah


Mahamengetahuinya.

Ayat 220

     


            

  
 
  
   
 
   
 
 
    
     
  
 
   
  
 
 
 
   
    
    
 
   
  

 
 
 

…Jika Allah menghendaki niscaya disempitkanNya kamu. Sungguh Allah


Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

92
Ayat 222

  
         
   
  

  
  
  
   
  
     
  
 
  
     
   
 
      
  
 
  
  
 
 
   
 

 
  
 
  
   
  
  
    

…Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka


sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-
orang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.

Ayat 226

 
 
   
 
 
  
           
       
    
 
   
   
    
 
  

Orang-orang yang bersumpah dengan perempuan-perempuan (tiada akan


bersetubuh) diberi janji empat bulan lamanya, maka jika mereka kembali,
sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.

Ayat 227

 
  
 
  
 
  
   
  
     
 
  

Jika mereka bercita-cita hendak menceraikannya, maka sesungguhnya Allah


Mahamendengar lagi Mahamengetahui.

Ayat 237

         


     
  

        


        

  
  
  
   
  
  
   
 
    
 
 
     
  
   
  
  

…Janganlah kamu lupakan karunia (pemberian) sesama kamu. Sesungguhnya


Allah Mahamelihat apa-apa yang kamu kerjakan.

93
Ayat 243

     


            

 
      
  
 
   
    
 
 
  
  
  
   
 
  
  
    

 
  
 
 

…(Maka matilah semuanya), kemudian dihidupkanNya mereka kembali.


Sesungguhnya Allah Mempunyai karunia untuk manusia, tetapi kebanyakan
manusia tiada berterima kasih.

Ayat 247

  
 
  
        
   
  
 
 
  
   
  
  
  
 
       
    

  
   
   
 
   
    
 
   
      
  
    
 
  
  
     
 
  
  

  
      
    
 
 
    
       
 
      
 
   
  
 
 
 

     

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus


Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan
menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan
dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah
telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas
dan tubuh yang kuat;…

94
Ayat 248

   
 
   
    
 
      
  
      
  
 
    
 
  
  

    
     
         
  
 
  
 
   
 
  
  
   
    
   
 
  

 
        
 
    

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah


bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari
Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga
Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu
menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.

Ayat 249

       
   
 
   
   
     
  
  
    
    
  
    
    

        


       
    

             
 

   
   
         
    
    
   
  
  
 
   
      
 

        

Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya


Allah mencobai kamu dengan suatu sungai...
…Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui
Allah:…

Ayat 252

 
  
  
   
 
  
     
 
    
   
 
    
  
   
  

95
Demikian itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepada engkau (ya
Muhammad) dengan sebenarnya, dan sesungguhnya engkau salah seorang
diantara Rasul-rasul.

Ayat 258

                

   
  
   
 
    
   
    
 
     
  
 
   
 
  
  


   
 
     
  
   
   
   
   
    
   
  
 
   
  
 
 
  

  

…Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur,


maka cobalah engkau terbitkan dari barat…

Ayat 270

  
  
  
      
    
  
    
     
     
 
    
 
    

  
 

Apa-apa yang kamu nafkahkan sesuatu nafkah atau kamu nazarkan sesuatu
nazar, sesungguhnya Allah mengetahuinya; dan tak ada penolong untuk
orang-orang aniaya.

Ayat 273

        


     

           

 
  
   
  
     
 
   
 
      
   
   
   
 

96
…dan apa-apa yang kamu nafkahkan dari harta, sungguh Allah
Mahamengetahuinya.

Ayat 275

                 

        
  
     
  
 
         
   
     
       
 
    
    
 
  

          


       

    


      

…Demikian itu karena mereka berkata: Jual beli itu hanya seperti riba..

7. Ayat 46:

 
  
      
 
    
     
      
  
  
 
  

(Yaitu) orang-orang yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan
mereka akan kembali kepadanNya (1).

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 46) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah   merupakan klausa utama, sedangkan jumlah 


 

 sampai    merupakan klausa bawahan. Adapun

penerjemahannya sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai

kalimat tidak langsung.

97
8. Ayat 106:

  
   
 
  
  
    
     
             
 
   
 
       
  
 
   

  
   
 

Apa-apa ayat (mu’jizat) yang Kami ubah atau Kami lupakan (kepadamu), Kami
datangkan (gantinya) dengan yang lebih baik dari padanya atau yang
seumpamanya. Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap
sesuatu?

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 106) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah   merupakan klausa utama, sedangkan jumlah 


    

   merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya sudah tepat,

karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.

9. Ayat 107:

 
  
   
     
  
   
  
 
  
     
  
  
     

   

Tidakkah engkau tahu, bahwa bagi Allah kerajaan langit dan bumi; dan tak
ada wali dan penolong untukmu, selain dari Allah.

98
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 107) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah   merupakan klausa utama, sedangkan jumlah   

 
   merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya

sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat tidak

langsung.

Selain ayat 46, ayat 106, dan ayat 107 yang termasuk kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori anna yaitu:

Ayat 47

 
 
      
 
 
   
      
   
 
 
    
    
  
        
   
  
   

Hai Bani Israil, ingtalah akan nikmatKu yang telah Kuanugerahkan kepadamu
dan sesungguhnya Aku telah memuliakan kamu dan seisi ‘alam.

Ayat 61

         
       

           


    

          


  
       

99
   
 
     
 
    
    
  
  
 
         
 
 
      
 

  
      
   
 
   
    
 
       
     
   
   
  
   



…Demikian itu karena mereka itu menyangkal ayat-ayat Allah dan membunuh
NabiNabi tanpa kebenaran…

Ayat 77

 
       
  
   
    
  
  
 
    
  

Tiadakah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka
rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan.

Ayat 122

 
 
      
 
 
   
      
   
 
 
    
    
  
           
       

Hai Bani Israil! Ingatlah akan nikmatKu, yang telah Kuberikan kepadamu dan
sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu dari seisi alam.

Ayat 144

           
    

   
 
   
      
 
 
 
 
 
      
    
  
   
  
   
 
 
 
  

 
  
   
 
 
 
   
     
 
    
 
      
 
     
  
  

…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya.


Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian
itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka
kerjakan.

100
Ayat 165

                 

  
     
 
 
   
   
  
 
    
          
 
 
         
  
 
 
 

 
 
    
 
 

…Jika orang-orang aniaya mengetahui, ketika mereka melihat siksaan,


(niscaya…). Sesungguhnya kekuasaan bagi Allah semuanya dan sungguh
Allah sangat keras siksaanNya.

Ayat 167

  
  
   
  
          
  
               
         
 
   
  

          

Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas


dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka
berlepas diri dari kami….

Ayat 187

        


       
 

      
  
  
 
  
 
   
 
   
 
 
 
  
    
 
   
 
   
  
  

        


      
 

         


 
      
 

              
 

  


      

101
…Allah mengetahui, bahwa kamu telah berkhianat kepada dirimu sendiri,
maka diterimaNya taubatmu dan dima’afkanNya kesalahanmu…

Ayat 194

  


            

 
 
  
   
  
  
    
  
   
   
     
 
   
 
 
  
   
  
     

…dan takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah beserta


orang-orang taqwa.

Ayat 203

                  


 
  
  
     
 
     
  
   
   
     
    
 
      
 
   
 

…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan dihimpunkan


kepadaNya.

Ayat 209

 
 
 
   
 
  
    
  
   
      
 
    
  
   
       

Jika kamu tergelincir (terperdaya) sesudah datang kepadamu beberapa


keterangan, maka ketahuilah, bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Ayat 223

  
  
   
   
      
 
 
 
   
       
 
   
 
   
     
 
  
  
 
    
 

 
    
    
     
   
  

…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan menghadapNya…

102
Ayat 231

       


 
      
  

    


             

             

   
  
 
 
 
  
  
      
   
   
       
 
  

…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah


Mahamengetahui tiap-tiap sesuatu.

Ayat 235

 
      
        

           
   

   
     
  
    
  
      
  
  
   
    
  
 
 
    
 
 
      
 

 
  
  
 
 
  
    
  
      
 
   
 
 
 
 

…Ketauilah, bahwasannya Allah mengetahui apa-apa yang ada dalam hatimu,


maka takutlah kamu kepadaNya dan ketahuilah, bahwasannya Allah
Pengampun, lagi Penyantun.

Ayat 244

 
  
 
  
 
  
    
  
   
  
  
      

Berperanglah kamu pada jalan Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah


Mahamendengar lagi Mahamengetahui.

103
Ayat 260

               

                  

  
 
   
 
  
  
  
      
 
     
 
 
   
    
 
   

…dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Ayat 267

              

                

 
 
  
  
 
  
    
  
  

…dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Mahakaya, lagi Mahaterpuji.

104
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setelah membahas dan menelaah kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplementasi dan penerjemahannya dalam bahasa Indonesia, maka dapat

diambil kesimpulannya.

Dalam bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi hanya ada satu

macam, yaitu bahwa. Sementara itu dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut

terdapat dua macam (inna dan anna) yang memiliki aturan masing-masing. Dalam

bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi bisa diubah menjadi kalau meskipun

dalam ragam yang tidak resmi. Namun, dalam bahasa Arab, pergantian ini

tidaklah berlaku. Konjungsi komplementasi dalam bahasa Arab yang berupa inna

dan anna hanya bisa dirampingkan menjadi an atau in.

Penerjemahan konjungsi komplementasi dalam surat al-Baqarah pada

terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus cukup bervariatif,

apalagi „jika‟ ditinjau dari kalimat langsung dan tidak langsung. Hal ini biasanya

„jika‟ terkait dengan klausa utama yang berpredikat verba qâla. Apabila klausa

bawahan setelah verba tersebut dianggap kalimat langsung, maka konjungsi

bahwa tidak perlu ada. Sebaliknya, jika klausa bawahan setelah verba tersebut

dianggap sebagai kalimat tidak langsung, maka konjungsi bahwa perlu

dihadirkan.

105
DAFTAR PUSTAKA

al-Ghulayaini, Mustafa. 2002. Jami‟ ad-Durus al-Arabiyah. Beirut: dar al-Kutub

al-Ilmiyyah.

al-Hasyimi, Ahmad. 2003. al-Qawaid al-Asasiyah al-Lughoh al-Arabiyah. Beirut:

al-Maktabah al-Ashriyah.

Alwi, Hasan dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Anis, Ahmad. 2006. “Analisis Kalimat Majemuk Subordinatif Hubungan

Komplementasi Dalam Surat Al-Anfal.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan

Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran).

Bandung: Refika Aditama.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ghofur, Saiful Amin. 2008. Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani

Herry Muhammad, dkk. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20.

Jakarta: Gema Insani Press.

Hidayatullah, Moch. Syarif. 2010. Tarjim Al-an (Cara Mudah Menerjemahkan

Arab-Indonesia). Tangerang Selatan: Dikara.


Hidayatullah, Moch. Syarif. 2012. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang

Selatan: Alkitabah.

Hilman, Muhamad. 2010. “Analisis Semantik Terhadap Terjemahan Al-quran

(Surat adh-Dhuha dan al-Insyirah) Studi Komparatif antara Terjemahan

Mahmud Yunus dengan T.M. Hasbi ash Shiddieqy.” Skripsi S1 Fakultas

Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Ibrahim, Sulaiman. 2011. Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam

Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, Cet. I

Keraf, Gorys.1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.

Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. Sintaksis (Memahami Satuan

Kalimat Perspektif Fungsi). Jakarta: Bumi Aksara.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Askara.

Nadwi, Abdullah Abbas. 1996. Belajar Mudah Bahasa Al-quran. Bandung:

Mizan.

Nardianti, Sri. 1996. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Rofi‟i. 2002. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Jakarta: Persada Kemala.


Shihabuddin. 2005. Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktek. Bandung:

Humaniora.

Suhadi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Tadjuddin, Moch. 2013. Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna. Bandung: Alumni.

Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik. Universitas Indonesia: Gadjah Mada

University Press.

Yunus, Mahmud. 2002. Tafsir Quran al-Karim. Jakarta: Hidakarya Agung.


‫‪LAMPIRAN‬‬

‫‪No.‬‬ ‫‪AYAT‬‬ ‫‪NASH‬‬ ‫‪KONSTRUKSI‬‬ ‫‪KATEGORI‬‬


‫‪1.‬‬ ‫‪8‬‬ ‫ٍَِْ ‪َٝ‬قُْ٘ ُه اٍََْب ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪2.‬‬ ‫‪11‬‬ ‫ِإرَا قِ‪َ ْٞ‬و ىَ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬جبسٍّجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪3.‬‬ ‫ِ ‪...‬‬
‫حُ‬‫قَبىُْ٘اإَََِّب َّ ْ‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬
‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪4.‬‬ ‫‪12‬‬ ‫اَ‪ ٟ‬إَِّ ُٖ ٌْ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪5.‬‬ ‫‪13‬‬ ‫ِإرَا قِ‪َ ْٞ‬و ىَ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬جبسٍّجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪6.‬‬ ‫ِ ‪...‬‬
‫قَبىُْ٘ااَُّؤْ ٍِ ُ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪7.‬‬ ‫‪14‬‬ ‫قَبىُْ٘ااٍََْب ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪8.‬‬ ‫قَبىُْ٘اإَِّب ٍَ َؼ ُن ٌْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪9.‬‬ ‫‪20‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪10.‬‬ ‫‪25‬‬ ‫قَبىُْ٘إزَااَى ِز‪... ْٛ‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إشبسح‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪11.‬‬ ‫‪30‬‬ ‫ل ‪...‬‬


‫َِٗإرْ قَبهَ سَ ُث َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪12.‬‬ ‫جؼَوُ فِ‪َْٖٞ‬ب ‪..‬‬


‫قَبىُْ٘ا اَ َر ْ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪13.‬‬ ‫‪َ ٜ‬اػَْي ٌُ ‪...‬‬


‫قَب َه إِ ِّ ْ‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪14.‬‬ ‫‪31‬‬ ‫‪... ٜ‬‬


‫فَقَب َه اَّْجِئُِّْ٘ ْ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو أٍش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪15.‬‬ ‫‪32‬‬ ‫ذ ‪...‬‬


‫ل اَّْ َ‬
‫إِ َّ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪16.‬‬ ‫ل ‪...‬‬
‫قَبىُْ٘ا عُ ْجحَب َّ َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬فؼو رؼّجت‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬
‫‪17.‬‬ ‫‪33‬‬ ‫‪َ ٜ‬أػَْي ٌُ ‪...‬‬
‫إِ ِّ ْ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪18.‬‬ ‫قَبهَ ‪َٝ‬با َد ًُ ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬حشف ّذاء‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪19.‬‬ ‫قَب َه َاَى ٌْ اَقُ ْو ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪20.‬‬ ‫‪34‬‬ ‫َِٗإرْ ُقيَْْب ىِيََْيَب ِئنَ ِخ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪21.‬‬ ‫‪35‬‬ ‫َٗقُيَْْب‪َٝ‬با َد ًُ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪22.‬‬ ‫‪36‬‬ ‫َٗ ُقيَْْبإْ ِجطُْ٘ا ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪23.‬‬ ‫‪37‬‬ ‫إَِّ ُٔ ُٕ َ٘ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪24.‬‬ ‫‪38‬‬ ‫ُقيَْْبإْ ِجطُْ٘ا ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪25.‬‬ ‫‪45‬‬ ‫َٗإََِّٖب َىنَجِ‪َ ْٞ‬ش ٌح ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪inna sebagai jumlah‬‬

‫)‪isti’naf (permulaan‬‬

‫‪26.‬‬ ‫‪46‬‬ ‫أََّ ُٖ ٌْ ٍُيَب قُْ٘ا ‪...‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪27.‬‬ ‫َٗأََّ ُٖ ٌْ إِىَ‪... ِٔ ْٞ‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪28.‬‬ ‫‪47‬‬ ‫َٗأَِّ‪َ ْٜ‬فّضَيْ ُز ُن ٌْ ‪...‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪29.‬‬ ‫‪54‬‬ ‫طيََْ ُزٌْ ‪...‬‬


‫إِ َّ ُنٌْ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪30.‬‬ ‫إَِّ ُٔ ُٕ َ٘ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪31.‬‬ ‫َِٗإرْ قَب َه ٍُ ْ٘عَ‪... ٚ‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪32.‬‬ ‫‪55‬‬ ‫َِٗإرْ ُقيْ ُزٌْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪33.‬‬ ‫‪58‬‬ ‫َِٗإرْ ُقيَْْب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪34.‬‬ ‫ط ٌخ ‪...‬‬
‫حَ‬‫َٗقُْ٘ىُْ٘ا ِ‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪35.‬‬ ‫‪59‬‬ ‫‪... ٛ‬‬


‫قَْ٘الً غَ‪ْٞ‬شَاَىزِ ْ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬إعزثْبء‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪36.‬‬ ‫‪60‬‬ ‫فَ ُقيَْْباضْشِةْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪37.‬‬ ‫‪61‬‬ ‫رِىلَ ِثؤََّ ُٖ ٌْ ‪...‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬


‫‪38.‬‬ ‫ُ َى ُن ٌْ ‪...‬‬
‫َفِئ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬خجش ٍقذًّ‬ ‫‪ُّ /inna/ yang terletak‬‬

‫)‪ketika khabar (P‬‬

‫‪inna-nya ada lam‬‬

‫’‪ibtida‬‬

‫‪39.‬‬ ‫َِٗإرْ ُقيْ ُزٌْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪40.‬‬ ‫ُ ‪...‬‬
‫قَب َه اَ َرغْزَ ْجذِىُ ْ٘ َ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪41.‬‬ ‫‪65‬‬ ‫فَ ُقيَْْب ىَ ُٖ ٌْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪42.‬‬ ‫‪67‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪43.‬‬ ‫َِٗإرْ قَب َه ٍُ ْ٘عَ‪... ٚ‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪44.‬‬ ‫خزَُّب ‪...‬‬


‫قَبىُْ٘ا اَرَ َز ِ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪45.‬‬ ‫قَب َه َاػُ ْ٘ ُر ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬فؼو ٍبض‪ٚ‬‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪46.‬‬ ‫‪68‬‬ ‫ع ىََْب ‪...‬‬


‫قَبىُْ٘ا ا ْد ُ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو أٍش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪47.‬‬ ‫قَب َه إَِّ ُٔ ‪َٝ‬قُْ٘ ُه ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪48.‬‬ ‫‪69‬‬ ‫ع ىََْب ‪...‬‬


‫قَبىُْ٘ا ا ْد ُ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو أٍش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪49.‬‬ ‫قَب َه إَِّ ُٔ ‪َٝ‬قُْ٘ ُه ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪50.‬‬ ‫‪70‬‬ ‫ُ اىْجَقَ َش ‪...‬‬


‫ِإ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪51.‬‬ ‫َٗإَِّب ِإُْ شَبءَاهلل ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪52.‬‬ ‫ع ىََْب ‪...‬‬


‫قَبىُْ٘ا ا ْد ُ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو أٍش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪53.‬‬ ‫‪71‬‬ ‫قَب َه إَِّ ُٔ ‪َٝ‬قُْ٘ ُه ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬


‫‪54.‬‬ ‫ُ ‪...‬‬
‫قَبىُْ٘ا اىْب َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ صٍِ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪55.‬‬ ‫‪73‬‬ ‫فَ ُقيَْْباضْشِثُ ْ٘ ُٓ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪56.‬‬ ‫‪74‬‬ ‫حجَب َس ِح ‪...‬‬


‫ِ اى ِ‬
‫ُ ٍِ َ‬
‫َِٗإ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬خجش ٍقذًّ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪57.‬‬ ‫ق‬
‫ُ ٍَِْْٖب ىَََب َ‪ٝ‬شَ َق ُ‬‫َِٗإ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬خجش ٍقذًّ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬
‫‪...‬‬
‫‪58.‬‬ ‫ط ‪...‬‬
‫ُ ٍَِْْٖب َىََب َ‪ٝ‬حْ ِج ُ‬‫َِٗإ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬خجش ٍقذًّ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪59.‬‬ ‫‪76‬‬ ‫قَبىُْ٘ا اٍََْب ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪60.‬‬ ‫حذِثَُّْ٘ ٌُْٖ ‪...‬‬


‫قَبىُْ٘ا اَ ُر َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪61.‬‬ ‫‪77‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪62.‬‬ ‫‪79‬‬ ‫ُ ٕزَا ‪...‬‬


‫ُثٌَ ‪َٝ‬قُْ٘ىُ ْ٘ َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إشبسح‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪63.‬‬ ‫‪80‬‬ ‫ِ ‪...‬‬


‫قَبىُْ٘ا َى ْ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬حشف ّ٘اصت‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪64.‬‬ ‫خزْ ُرٌْ ‪...‬‬


‫قُ ْو اَ َر َ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬إعزقفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪65.‬‬ ‫ػيَ‪...ٚ‬‬
‫َاًْ رَقُْ٘ىُ َُْ٘ َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬جبسٍّجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪66.‬‬ ‫‪88‬‬ ‫َٗ قَبىُْ٘اقُيُْ٘ثَُْب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪67.‬‬ ‫‪91‬‬ ‫َِٗإرَاقِ‪َ ْٞ‬و ىَ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬جبسٍّجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪68.‬‬ ‫ِ ‪...‬‬
‫قَبىُْ٘ا ُّؤْ ٍِ ُ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪69.‬‬ ‫قُوْ فَِي ٌَ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬فبءج٘اة‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪70.‬‬ ‫‪93‬‬ ‫قَبىُْ٘ا عَ َِؼَْْب ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪71.‬‬ ‫قُوْ ثِئْغَََب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪72.‬‬ ‫‪94‬‬ ‫قُ ْو ِإُْ مَبَّذْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إُْ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪73.‬‬ ‫‪97‬‬ ‫فَئِ َّ ُٔ َّ َضىَ ُٔ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬


‫‪74.‬‬ ‫ُ ‪...‬‬
‫قُ ْو ٍَِْ مَب َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪75.‬‬ ‫‪98‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪76.‬‬ ‫‪102‬‬ ‫‪َٝ‬قُْ٘ َال ِإَََّب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪77.‬‬ ‫‪104‬‬ ‫الَرَقُْ٘ىُْ٘اسَاػًِْب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪78.‬‬ ‫طشَّْب ‪...‬‬


‫َٗقُْ٘ىُْ٘ا ا ّْ ُ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪79.‬‬ ‫‪106‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪80.‬‬ ‫‪107‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪81.‬‬ ‫‪109‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪82.‬‬ ‫‪110‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪83.‬‬ ‫‪111‬‬ ‫ِ ‪...‬‬


‫َٗ قَبىُْ٘ا َى ْ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬حشف ّ٘اصت‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪84.‬‬ ‫قُ ْو َٕبرُْ٘ا ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪85.‬‬ ‫‪113‬‬ ‫ذ اىْ‪ُ ْ٘ َُٖٞ‬د ‪...‬‬


‫َٗقَبىَ ِ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪86.‬‬ ‫ذ اىَْصش‪... ٙ‬‬


‫َٗقَبىَ ِ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪87.‬‬ ‫ِ ‪...‬‬
‫قَب َه اَىزِ ْ‪َ ٝ‬‬ ‫قَبهَ ‪ٍ٘ +‬ص٘ه‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪88.‬‬ ‫‪115‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪89.‬‬ ‫‪117‬‬ ‫‪ٝ‬ق٘ه ىٔ ‪...‬‬ ‫قبه ‪ +‬ج ّش ٍجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪90.‬‬ ‫‪120‬‬ ‫ُ ُٕذَ‪ ٙ‬اهلل ‪...‬‬


‫قُ ْو ِإ َ‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪91.‬‬ ‫‪122‬‬ ‫َٗأَِّ‪َ ْٜ‬فّضَيْ ُز ُن ٌْ ‪...‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪92.‬‬ ‫‪124‬‬ ‫ل ‪...‬‬


‫قَب َه إِ ِّ‪ ْٜ‬جَبػُِي َ‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬


‫‪93.‬‬ ‫‪126‬‬ ‫قبه إثشإ‪... ٌٞ‬‬ ‫قبه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪94.‬‬ ‫قبه ٍِٗ مفش ‪...‬‬ ‫قبه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪95.‬‬ ‫‪127‬‬ ‫ذ ‪...‬‬


‫ل اَّْ َ‬
‫إِ َّ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪96.‬‬ ‫‪128‬‬ ‫ذ ‪...‬‬


‫ل اَّْ َ‬
‫إِ َّ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪97.‬‬ ‫‪129‬‬ ‫ذ ‪...‬‬


‫ل اَّْ َ‬
‫إِ َّ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪98.‬‬ ‫‪131‬‬ ‫قبه ىٔ ‪...‬‬ ‫قبه ‪ +‬ج ّش ٍجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪99.‬‬ ‫قبه أعيَذ ‪...‬‬ ‫قبه ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪100.‬‬ ‫‪132‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪101.‬‬ ‫‪135‬‬ ‫قبى٘امّ٘٘ا ‪...‬‬ ‫قبه ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪102.‬‬ ‫قو ثو ٍيخ ‪...‬‬ ‫قبه ‪ +‬ػطف‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪103.‬‬ ‫‪137‬‬ ‫فئََّبٌٕ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪104.‬‬ ‫‪139‬‬ ‫قو أرحبجّْ٘ب ‪...‬‬ ‫قبه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪105.‬‬ ‫‪140‬‬ ‫ُ ‪...‬‬


‫ُ ِإ َ‬
‫َأًْ رَقُْ٘ىُ ْ٘ َ‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪106.‬‬ ‫‪143‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪107.‬‬ ‫‪144‬‬ ‫ِ ‪...‬‬


‫ُ اَىزِ ْ‪َ ٝ‬‬
‫ِإ َ‬ ‫ُ ‪ٍ٘ +‬ص٘ه‬
‫ِإ َ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪108.‬‬ ‫ق ‪...‬‬
‫أََّ ُٔ ا ْىحَ ُ‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪109.‬‬ ‫‪145‬‬ ‫ل ِإرًا ‪...‬‬


‫إِ َّ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪110.‬‬ ‫‪146‬‬ ‫َِٗإَُ فَشِ‪ْٝ‬قًب ٍِْْ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪111.‬‬ ‫‪148‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪112.‬‬ ‫‪149‬‬ ‫ق ‪...‬‬


‫إَِّ ُٔ ىِ ْيحَ ُ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/ yang‬إُّ‬

‫‪terletak ketika‬‬

‫‪khabar (P) inna-nya‬‬


‫’‪ada lam ibtida‬‬

‫‪113.‬‬ ‫‪153‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪114.‬‬ ‫‪156‬‬ ‫قَبىُْ٘ا إَِّبىِي ِٔ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪115.‬‬ ‫‪158‬‬ ‫ُ اىصَفَب َٗاىََْشْ َٗ َح ‪...‬‬


‫ِإ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪116.‬‬ ‫‪165‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪117.‬‬ ‫ُ اىْقُ َ٘ َح ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪118.‬‬ ‫‪167‬‬ ‫ُ ىََْب ‪...‬‬


‫ىَ ْ٘ َأ َ‬ ‫َأَُ ‪ +‬خجش ٍقذًّ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪119.‬‬ ‫ِ ‪...‬‬
‫َٗ قَب َه اَىزِ ْ‪َ ٝ‬‬ ‫قَبهَ ‪ٍ٘ +‬ص٘ه‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪120.‬‬ ‫‪168‬‬ ‫إِ َّ ُٔ َى ُن ٌْ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ُّ /inna/ yang terletak‬‬

‫)‪ketika khabar (P‬‬

‫‪inna-nya ada lam‬‬

‫’‪ibtida‬‬

‫‪121.‬‬ ‫‪170‬‬ ‫َِٗإرَا قِ‪َ ْٞ‬و ىَ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬جبسٍّجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪122.‬‬ ‫قَبىُْ٘ا ثَوْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ػطف‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪123.‬‬ ‫‪173‬‬ ‫إِ َََّب حَ َش ًَ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪124.‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪125.‬‬ ‫‪176‬‬ ‫ِ ‪...‬‬


‫ُ اَىزِ ْ‪َ ٝ‬‬
‫ِإ َ‬ ‫ُ ‪ٍ٘ +‬ص٘ه‬
‫ِإ َ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪126.‬‬ ‫‪181‬‬ ‫َفئَََِّب اِثَُْ ُٔ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪127.‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪128.‬‬ ‫‪182‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪129.‬‬ ‫‪186‬‬ ‫ت ‪...‬‬


‫‪ ٜ‬قَشِ‪ٌ ْٝ‬‬
‫َفئِ ِّ ْ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪130.‬‬ ‫‪187‬‬ ‫أَ َّ ُنٌْ مُْْ ُزٌْ ‪...‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬
‫‪131.‬‬ ‫‪190‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬
‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪132.‬‬ ‫‪192‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪133.‬‬ ‫‪194‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪134.‬‬ ‫‪195‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪135.‬‬ ‫‪197‬‬ ‫َفِئَُ خَ‪َ ْٞ‬ش ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪136.‬‬ ‫‪200‬‬ ‫ٍَِْ ‪َٝ‬قُْ٘ ُه سَثََْب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪137.‬‬ ‫‪203‬‬ ‫أَ َّ ُن ٌْ إِىَ‪... ِٔ ْٞ‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪138.‬‬ ‫‪206‬‬ ‫َِٗإرَا قِ‪َ ْٞ‬و ىَ ُٔ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬جبسٍّجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪139.‬‬ ‫‪208‬‬ ‫إِ َّ ُٔ َى ُن ٌْ ‪...‬‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪140.‬‬ ‫‪209‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪141.‬‬ ‫‪211‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪142.‬‬ ‫‪214‬‬ ‫ُ َّصْشَ ‪...‬‬


‫اَ‪ِٟ‬إ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪143.‬‬ ‫حَزَ‪ُ َٝ ٚ‬قْ٘ َه اى َشعُْ٘ ُه ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪144.‬‬ ‫‪215‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪145.‬‬ ‫قُ ْو ٍَباَّْفَقْ ُزٌْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪146.‬‬ ‫‪217‬‬ ‫قُوْ قِزَب ٌه ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪147.‬‬ ‫‪219‬‬ ‫قُوْ فِ‪ََِْٖٞ‬ب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬جبسٍّجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪148.‬‬ ‫قُ ِو ا ْىؼَفْ َ٘ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪149.‬‬ ‫‪220‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪150.‬‬ ‫ح ‪...‬‬
‫صالَ ٌ‬
‫قُ ْو ِإ ْ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪151.‬‬ ‫‪222‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪152.‬‬ ‫قُ ْو ُٕ ََ٘ارَ‪... ٙ‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪153.‬‬ ‫‪223‬‬ ‫أََّ‪ ٚ‬شِئْ ُزٌْ ‪...‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬


‫‪154.‬‬ ‫أَ َّ ُن ٌْ ٍُيَب قُ ْ٘ ُٓ ‪...‬‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪155.‬‬ ‫‪226‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪156.‬‬ ‫‪227‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪157.‬‬ ‫‪231‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪158.‬‬ ‫‪235‬‬ ‫ِ ‪...‬‬


‫أَ َّ ُنٌْ عَ َز ْزمُشَُّْٗ ُٖ َ‬ ‫َأَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪159.‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪160.‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪161.‬‬ ‫َأُْ رَقُْ٘هُ قَْ٘ ًال ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ٍ +‬صذس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪162.‬‬ ‫‪237‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪163.‬‬ ‫‪243‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪164.‬‬ ‫فَقَب َه ىَ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬ج ّش ٍجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪165.‬‬ ‫‪244‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪166.‬‬ ‫‪246‬‬ ‫‪... ٜ‬‬


‫ِإرْقَبىُْ٘ا ىَِْ ِج ٍ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬ج ّش ٍجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪167.‬‬ ‫ػغَ‪ُ ْٞ‬ز ٌْ ‪...‬‬


‫قَب َه َٕوْ َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪168.‬‬ ‫قَبىُْ٘اٍََٗبىََْب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬ػطف‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪169.‬‬ ‫‪247‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪170.‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪171.‬‬ ‫َٗقَب َه ىَ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬جشّ ٍجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪172.‬‬ ‫قَبىُْ٘ا أََّ‪... ٚ‬‬ ‫قَب َه ‪َ +‬أَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪173.‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫قَب َه ِإ َ‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪174.‬‬ ‫‪248‬‬ ‫ل ‪...‬‬


‫ِإَُ فِ‪ ْٜ‬رِى َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬خجش ٍقذًّ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬
‫‪175.‬‬ ‫ُ ا‪َ َٝ‬خ ‪...‬‬
‫ِإ َ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪176.‬‬ ‫َٗقَب َه ىَ ٌُْٖ ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬ج ّش ٍجشٗس‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪177.‬‬ ‫‪249‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫إَ‬ ‫ِإَُ ‪+‬إعٌ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪178.‬‬ ‫‪... ٜ‬‬


‫فَئِ َّ ُٔ ٍِِْ ْ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪179.‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫قَب َه ِإ َ‬ ‫قَب َه ‪ِ +‬إَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪180.‬‬ ‫قَبىُْ٘ا الَطبَ َق َخ ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬حشف ج٘اصً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪181.‬‬ ‫ِ ‪..‬‬
‫َٗ قَب َه اَىزِ ْ‪َ ٝ‬‬ ‫قَبهَ ‪ٍ٘ +‬ص٘ه‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪182.‬‬ ‫‪250‬‬ ‫قَبىُْ٘ا سَثََْب ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪183.‬‬ ‫‪252‬‬ ‫ِ‬


‫ِ اىَُْ ْشعَيِ ْ‪َ ٞ‬‬
‫ل ىَ َِ َ‬
‫َٗإِ َّ َ‬ ‫ِإَُ ‪ +‬ضَ‪ٞ‬ش‬ ‫‪ُّ /inna/ yang terletak‬‬
‫‪...‬‬
‫)‪ketika khabar (P‬‬

‫‪inna-nya ada lam‬‬

‫’‪ibtida‬‬

‫‪184.‬‬ ‫‪258‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫ِإ َ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪185.‬‬ ‫ِإرْ قَب َه إِثْشَإِ ْ‪... ٌُ ٞ‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪186.‬‬ ‫قَب َه إِثْشَإِ ْ‪... ٌُ ٞ‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪187.‬‬ ‫‪259‬‬ ‫‪... ٜ‬‬


‫قَب َه اَّّ‪ُٝ ٚ‬حْ ِ‬ ‫قَب َه ‪َ +‬أَُ‬ ‫‪Sebagai Isi Ucapan‬‬

‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Dari Verba‬‬

‫‪188.‬‬ ‫ذ ‪...‬‬
‫قَب َه َم ٌْ ىَجِثْ َ‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪189.‬‬ ‫ذ ‪...‬‬
‫قَب َه ىَجِثْ ُ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪190.‬‬ ‫ذ ‪...‬‬
‫قَبهَ ثَ ْو ىَجِثْ َ‬ ‫قَبهَ ‪ +‬حشف ػطف‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪191.‬‬ ‫قَب َه َاػَْي ٌُ ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬


‫‪192.‬‬ ‫‪260‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬
‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪193.‬‬ ‫َٗ ِإرْ قَب َه إِثْشَإِ ْ‪... ٌُ ٞ‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪194.‬‬ ‫قَب َه اَ ََٗىٌْ رُؤْ ٍِِْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعزفٖبً‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪195.‬‬ ‫قَب َه ثَيَ‪َٗ ٚ‬ى ِنِْ ‪...‬‬ ‫قَب َه ‪ +‬إعٌ‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪196.‬‬ ‫خ ْز اَسْثَ َؼ ًخ ‪...‬‬


‫قَبهَ َف ُ‬ ‫قَب َه ‪ +‬فبء ج٘اة‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪197.‬‬ ‫‪267‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َأ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫َأ َ‬ ‫‪/anna/‬أُّ‬

‫‪198.‬‬ ‫‪270‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫ِإ َ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪199.‬‬ ‫‪273‬‬ ‫ُ اهلل ‪...‬‬


‫َفِئ َ‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬
‫ِإ َ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪200.‬‬ ‫‪275‬‬ ‫إَََِّب اىْجَ‪َ ْٞ‬غ ‪...‬‬ ‫ُ ‪ +‬إعٌ‬


‫ِإ َ‬ ‫‪ /inna/‬إُّ‬

‫‪201.‬‬ ‫قَبىُْ٘ا اٍََْب ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

‫‪202.‬‬ ‫‪285‬‬ ‫قَبىُْ٘ا عَ َِؼَْْب ‪...‬‬ ‫قَبهَ ‪ +‬فؼو‬ ‫‪ /Qâla/‬قَبهَ ‪Verba‬‬

Anda mungkin juga menyukai