Anisa Albasiroh-Fah
Anisa Albasiroh-Fah
YUNUS:
KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN
KOMPLEMENTASI DALAM SURAT AL-BAQARAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (S.S)
Oleh:
ANISA ALBASIROH
1111024000008
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
ABSTRAK
ANISA ALBASIROH
“Terjemahan Al-quran Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif
Hubungan Komplementasi dalam surat al-Baqarah” di bawah bimbingan Dr.
Abdullah, M. Ag.
Pokok permasalahan penelitian kali ini yaitu, bahwa tidak jarang kita menemui
sejumlah kesalahan dalam menyepadankan antara konjungsi dalam bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Arab termasuk dalam masalah konjungsi kalimat majemuk
subordinatif dalam terjemahan Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus.
Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan 202 data yang meliputi kalimat majemuk
subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori yaitu, inna, anna, dan
qâla. Data yang diperoleh dalam kategori inna terdapat 32,7 %, kategori anna
terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat 55%.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan
bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-
Nya kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan
salam Peneliti panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para
Dalam Penelitian skripsi ini Peneliti banyak diberi bantuan serta bimbingan
oleh berbagai pihak. Terima kasih Peneliti ucapkan kepada civitas academica
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Sukron
Kamil, M.Ag., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Moch. Syarif Hidayatullah,
Handayani, MA. Serta jajaran dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan
kemudian hari.
Ucapan terima kasih dan doa Peneliti tujukan kepada Dr. Abdullah, M.Ag.
yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, dan member saran
yang berguna selama proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kebaikan serta keberkahan kepada Bapak dan keluarga. Amin. Kepada
Dr. Akhmad Saehudin, M.ag. dan Drs. Ikhwan Azizi, M.A., selaku dosen penguji
terima kasih telah menilai, mengoreksi, dan membimbing, sehingga penulisan skripsi
ii
Kepada orangtua, Mamah dan Bapak, terima kasih atas cinta, kasih, serta doa
yang tidak pernah bosan diberikan kepada Peneliti selama ini. Kepada adik-adik
terima kasih atas senyum, pelukan serta keceriaan dan motivasi kepada Peneliti.
Kepada kak Yayan, terima kasih atas bantuan serta dorongan selama proses
penyusunan skripsi ini kepada Peneliti. Kepada Syawaliyah Faisal dan Darti
Nurmaesaroh terima kasih atas bantuan, motivasi, serta keceriaan dan tidak pernah
bosan mendengarkan isi curahan Peneliti. Kepada kawan-kawan Tarjamah 2011 dan
Sahabat KKN Chanvas 2014 terima kasih atas dorongan dan doa kalian kepada
Peneliti.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga Peneliti
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat bermanfaat untuk
Anisa Albasiroh
iii
A. 15
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI1
v
Konsonan
3. ت t 18. „
ع
15. ض dl
1
Pedoman Transliterasi ini merujuk pada Pengurus Besar Nahdlatu al-Ulamâ
vi
Vokal
1. Vokal Tunggal
HURUF
No. TANDA HURUF No.
TANDA LATIN
LATIN
1. a 3. u
2. i
Contoh:
سحَة
َ هِو: mimsahah ة
ُ َ يَره: yadzhabu
2. Vokal Rangkap
Contoh:
vii
HURUF
No HURUF DAN
No. DAN TANDA TANDA
. HARAKAT
HARAKAT
1. ا â 3. ْو û
2. ْي î
Contoh:
َ جَاَلس: jâlasa
َزحِين: rahîm
ل
ُ يَقُو: yaqûlu
Tâ` Marbûthah
1. Tâ` ) (ةmarbûthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah atau
tarîqah = طسيقة
3. Kata yang akhirnya ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata
sandang al () ال, sedangkan penulisan kedua kata itu dipisah, maka
viii
al-Madînah al-Munawwarah = وزَة
َ ََا ْلوَدِيْنَ ُة ا ْل ُون
Kata Sandang
Kata sandang () ال, ditransliterasikan berdasarkan kata yang diikuti oleh kata
sandang tersebut. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditrasliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yakni huruf “l” diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, ditulis terpisah dan
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah, kata sandang ditulis tetap sebagai
“al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung.
Contoh:
al-Badî‟u = ع
ُ َْالّْبَدِي
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang
dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan, yang di sini
disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu ialah wacana, kalimat, klausa, frase,
maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi kalimat dengan
mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau
isi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, definisi seperti “Kalimat adalah
susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap” merupakan
definisi umum yang biasa kita jumpai. Malah dalam pelajaran bahasa Arab,
definisi kalimat yang berbunyi “Kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah
kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa Arab.2
Yang akan Peneliti bahas dalam penelitian ini yaitu kalimat majemuk.
terdiri atas lebih dari satu konstituen yang berupa kalimat sendiri.3 Kalau klausa di
dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat
majemuk. dalam hal ini berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam
1
M. Ramlan. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h. 1
2
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003), h. 240
3
J.W.M. Verhaar. Pengantar Linguistik, (Gadjah Mada University Press, 1981), h. 102
1
kalimat itu dibedakan adanya kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua
Contoh:
dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang
berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.
Letak anak kalimat dapat berada setelah induk kalimat atau boleh juga
Contoh:
rumah saya.
4
Moch. Syarif Hidayatullah. Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang Selatan: Alkitabah,
2012), h. 98
5
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 74-75
6
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 75
2
Kalimat majemuk setara atau sering disebut kalimat luas setara adalah
kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa bebas. Dalam bahasa Arab, kalimat
Contoh:
Contoh tersebut merupakan klausa bebas, klausa berdiri sendiri dan tidak
menjadi bagian dari klausa lainnya. Klausa pada kalimat tersebut dihubungkan
bertingkat atau kalimat luas tidak setara. Kalimat majemuk bersusun adalah
kalimat yang minimal terdiri atas satu klausa bebas atau klausa terikat. Dalam
bahasa Arab, jenis kalimat ini bisa disebut dengan istilah kalam tarkibiy.8
Contoh:
Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yang tidak setara, karena salah
satunya berupa klausa terikat. Dengan kata lain kedua klausa pada kalimat itu
bertingkat. Kalimat terdiri atas klausa bebas أذهب إلى المسجدdan klausa terikat
Dalam penelitian ini, Peneliti akan mengkaji salah satu hubungan semantis
melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama oleh nomina subjek,
7
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103
8
Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103
3
baik dinyatakan maupun tidak. Jenis kalimat majemuk subordinatif hubungan
komplementasi biasa dihubungkan dengan partikel ُّ إ/inna/ atau ُّ أ/anna/.
Tidakkah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka
majemuk. Kalau tidak, maka partikel ُّ إtidak bisa dikategorikan sebagai
kalimat majemuk subordinatif sebagai analisis dalam penelitian kali ini. Alasan
Oleh karena, dalam penelitian ini, Peneliti akan memberi judul: “Terjemahan
4
B. Pembatasan Rumusan Masalah
al-Karim karya Mahmud Yunus. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini
adalah:
Yunus?
Yunus?
Mahmud Yunus;
Yunus.
D. Tinjauan Pustaka
5
Sejauh yang peneliti temukan dalam menyusun proposal skripsi ini di
Yang peneliti temukan adalah penelitian dengan judul skripsi “Kalimat Majemuk
subordinatif yang berbeda dengan peneliti dan menjadikan penerjemahan surat al-
sebagai korpus. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu peneliti
E. Metodologi Penelitian
1. Sumber Data
sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu pada terjemahan Tafsir Al-
penelitian ini berupa buku sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
Dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan oleh Peneliti adalah mencari
Yunus.
6
2. Metode Analisis Data
akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka.9 Dengan
teks terjemahan sebagai objek, yaitu terjemahan Tafsir Al-quran pada surat al-
diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (UIN Syarif
F. Sistematika Penelitian
Agar Penelitian lebih terarah dan sistematis, maka langkah yang Peneliti
yang terdiri dari beberapa sub-sub, antara lain: Latar Belakang Masalah,
BAB II kerangka teori. Bagian kerangka teori ini akan menguraikan jenis-
jenis kalimat menurut (a) subjek dan predikat (jumlah klausa), (b) fungsi
9
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 72
7
sudut bahasa Indonesia dan bahasa Arab; serta penegasan terhadap teori yang
BAB III Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus. Dalam bab ini akan berisi
mengenai sekilas biografi Prof. Dr. H. Mahmud Yunus serta deskripsi Tafsir Al-
quran terjemahan.
Baqarah.
BAB V penutup. Pada bagian ini, ada hal yang perlu dikemukakan yaitu
kesimpulan.
8
BAB II
KERANGKA TEORI
beberapa jenis, yaitu (1) berdasarkan jumlah subjek dan predikatnya (jumlah
majemuk.
a) Kalimat tunggal
(1) Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah.
S P K
10
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 164-165
9
bangunannya menjadi penanda kawasan industridi Solo pada awal abad
S P Pel (Ket)
ke-20.
merupakan kalimat majemuk karena memiliki dua subjek dan dua predikat
(dua klausa).
lengkap.:
atas unsur S dan P, bahkan unsur O, Pel dan K jika predikat menghendaki
b) Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa tak lengkap,
yaitu terdiri dari S saja, P saja, O saja, atau Ket saja. Yang termasuk ke
dalam jenis kalimat tak lengkap adalah kalimat elips, kalimat sampingan,
Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan
Contoh:
Contoh:
11
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 167
10
(4) Karena sangat sepi
final.Jenis kalimat ini ada yang berstruktur klausa dan ada yang tidak.
kalimat permutasi.
1) Kalimat biasa adalah kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dasar
(contoh1).12
Jika S pada kalimat tersebut diubah menjadi S definit, kalimat itu menjadi
12
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 169
11
Biasanya, pola S-P menjadi berterima jika subjeknya diubah menjadi
3) Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S, atau P-
tetapi hanyalah merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan
yang baku. Biasanya, permutasi dilakukan karena ada unsur kalimat yang
JENISNYA MASING-MASING
yang dibangun atas dua kalimat tunggal.14 Bila hubungan antara kedua
tetapi, dan lalu: namun, tak jarang hubungan itu hanya secara implisit,
13
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 170
14
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 74
15
Gorys Keraf. Tatabahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1984), h. 168
12
artinya tanpa menggunakan konjungsi.16 Berikut ini beberapa contoh
(12) Beliau membuka pintu itu, tetapi membiarkan kami berdiri di luar.
Apabila ada unsur klausa yang sama, maka biasanya unsur yang
unsur subjek pada klausa kedua tidak ditampilkan lagi karena sama
dengan subjek pada klausa pertama. Dalam buku tata bahasa tradisional
atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.18 Kalimat majemuk
16
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244
17
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244
18
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2013), h. 75
19
Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244-245
13
Sedangkan, sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal)
merupakan bagian dari klausa yang lain. Bagian kalimat yang dihubungkan
(15) Ada wanita yang menumbuk padi, tetapi ada juga wanita yang membuat
partainya masih dapat meraih hamper empat belas juta suara pemilih
(17) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin
lagi.
20
Ida Bagus Putrayasa. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 59
14
Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi
tidak dapat diubah tanpa menghasilkan kalimat yang tidak berterima. Sebaliknya,
(18) Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh
(19) Saudara harus meminjam uang dari bank atau menjual rumah
Saudara.
Klausa yang diawali oleh koordinator dan, tetapi, dan atau akan menghasilkan
kalimat yang tidak berterima jika klausa itu ditempatkan pada awal kalimat.
Contoh:
(20) Atau menjual rumah untuk memperoleh uang tunai, Saudara harus
(21) Dan mayatnya begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat
Lain halnya dengan klausa yang diawali oleh subordinator seperti selama,
(22) Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.
membayar pajak.
Urutan yang tetap yang telah dibicarakan di atas berhubungan erat dengan
21
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 311-
313
15
diacunya) tidak diperolehkan dalam hubungan subordinasi, tetapi tidak
(25) Dia suka lagu keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset itu.
Dalam kalimat tersebut, kedua kata itu tidak mengacu kepada orang
yang sama.
(26) Walaupun dia menyukai lagu keroncong, Hasan tidak mau membeli
kaset. Dalam kalimat ini kedua kata dapat, walaupun tidak harus,
Sebuah koordinator tidak dapat didahului oleh koordinator lain, tetapi dapat
diikuti oleh kata yang memerincikan jenis hubungan antara kedua klausa yang
dihubungkan itu.
gabungan klausa yang menunjukkan urutan waktu, dan penggunaan malah dalam
kalimat (25) adalah untuk lebih menekankan gabungan klausa yang menunjukkan
22
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314
16
2. Ciri-Ciri Semantis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi
sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Klausa yang
perbedaan sintaksis.23
(31) Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa.
Kalimat (26) dan (27) terdiri atas dua klausa yang dihubungkan oleh
koordinator, sedangkan kalimat (28) dan (29) terdiri atas dua klausa yang
dihubungkan oleh subordinator. Kedua kalimat itu mempunyai pesan yang kurang
Ciri semantis kedua adalah bahwa kalimat sematan yang dihubungkan oleh
subordinator umunya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu sesuai dengan
makna kalimat sematan itu.Jika kalimat sematan itu menyatakan waktu, maka kata
23
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314-
315
24
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h.315
17
D. HUBUNGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT
MAJEMUK KOORDINATIF
1. Penjumlahan
rusak berantakan.
pengemis itu.
25
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208
18
(38) Yusuf Kalla meresmikan masjid itu lalu berdialog bersama
masyarakat sekitar.
belum siap.26
maupun.
(41) Dia tetap dermawan baik saat sempit maupun saat lapang.
penyegaran.
2. Keadaan Simultantif
26
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209
19
Kim terkena cacar dan pada saat yang sama Leslie terkena
campak.
3. Perlawanan
berlawanan, atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa
a. Hubungan Penguatan
b. Perlawanan Implikasi
27
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209
20
(45) Indonesia merupakan Negara agraris, tetapi kita masih saja
mengimpor beras.
c. Perlawanan Perluasan
justru memperlemahnya.28
(46) Ujian Nasional tetap diadakan, tetapi ujian sekolah juga harus
4. Pemilihan
meresahkan rakyat?
28
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 210
21
(48) Sebelum berjalan, bayi itu tengkurap dan merangkak terlebih
dahulu.29
MAJEMUK SUBORDINATIF
1. Hubungan Kausatif
(49) Dia menjamu kami dengan baik maka kami pun berterima
kasih padanya.
2. Hubungan Alasan
3. Hubungan Syarat
29
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 212
22
klausa utama.30 Hubungan ini juga berkaitan dengan konsekuensi yang
4. Hubungan Pengandaian
(52) Seandainya aku Gayus Tambunan, tentu aku sudah kaya raya.
5. Hubungan Konsesif
6. Hubungan Cara
tanpa.
30
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h.197-198
23
7. Hubungan Gerakan
seraya, sembari.
8. Hubungan Posisi
9. Hubungan Alat
tanpa.
31
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201
24
11. Hubungan Tujuan
sebagainya.Verba ini bisa diikuti oleh konjungsi untuk, bisa juga tidak.
dialami oleh subjek, tanpa diperantarai oleh tindakan lain.32 Tentu saja
verba yang terdapat dalam hubungan ini adalah verba yang berhubungan
32
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201
25
14. Persepsi Tak Langsung
bahwa, kalau.
(62) Saya mendengar bahwa harga BBM bulan ini akan naik.
peristiwa tersebut.33
dengan baik.
26
manusia, seperti mengetahui, berpikir, dan sebagainya.Hubungan ini
bisa diikuti oleh bahwa atau kalau, dan bisa juga tidak.
bersamanya.
(65) “Harga BBM harus naik pada tahun 2012”, ujar Gubernur
konjungsi bahwa.
19. Pembandingan
preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang
34
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 201-202
27
adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, dari pada, dan
alih-alih.
dirimi sendiri.
20. Perbandingan
bahwa apa yang dinyatakano oleh klausa utama melebihi atau sama
se-.
21. Komplementasi
verba atau nomina yang terdapat pada klausa utama. Biasanya hubungan
tersebar kemana-mana.
35
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
28
22. Optatif (Harapan)
mudah-mudahan.
23. Atribut
atribut tak ter restriktif jika tidak mewatasi nomina sebelumnya, tetapi
24. Perkecualian
selain.36
36
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204
29
25. Keadaan Ruang
26. Waktu
Contoh:
(76) Peternak sapi lokal bangkit kembali sejak harga sapi impor
melonjak turun.
Contoh:
tempat kejadian.
pelangsing itu.
37
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 206
30
d. Waktu batas akhir ditandai oleh konjungsi sampai dan hingga.
proses.38 Contoh:
dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan
melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina
dinyatakan oleh verba klausa bawahan atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan
38
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif
Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208
39
Abdul Chaer. Sintaksis Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 81-82
40
Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1998), h. 400
31
berdasarkan fungsi sintaksisnya klausa anak berkonjungsi bahwa dapat menjadi
Pada kalimat (1) sebagai pengisi fungsi subjek (O), pada (2) sebagai
pengisi fungsi keterangan (Ket), pada kalimat (4) sebagai pengisi fungsi
pelengkap (Pel), dan pada (3) sebagai pengisi fungsi subjek (S).
Kehadiran konjungsi bahwa ada yang bersifat wajib dan ada pula yang
bersifat tidak wajib manasuka. Konjungsi yang bersifat wajib, kehadirannya tidak
dapat dilesapkan. Jika konjungsi itu dilesapkan kalimat itu tidak gramatikal
seperti pada contoh (2) dan (3). Adapun konjungsi yang bersifat manasuka,
kehadirannya tidak wajib, seperti pada contoh (1) dan(4) berikut ini.42
41
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20
42
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20
32
(85) Pihak Libya akan memberikan reaksi keras, sudah dapat
diperkirakan sebelumnya.
sebab S klausa anak itu memiliki referen yang lain dengan S klausa induknya.
Apabila S pada klausa anak itu dilesapkan, kalimatnya tidak berterima seperti
berikut.43
sebelumnya.
melaksanakan Munas.
43
Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 21
33
G. KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN
berkonjungsi bahwa biasa dikaitkan dengan partikel ُّ أ/anna/.44 Namun, dalam
kasus-kasus tertentu partikel ُّ إ/inna/ dapat menjadi konjungsi untuk hubungan
ini. ُّ أ/anna/ = „Sesungguhnya‟. Dengan demikian pengertiannya sama dengan ُّإ
/inna/. Perbedaanya adalah, bahwa bila terletak di awal kata itu dibaca ُّ إ/inna/ ,
Partikel ُّ إ/inna/ harus berada antara dua klausa yang tak sederajat.
Selama partikel tersebut tidak mengapit atau menghubungkan dua buah klausa
ججًب
َ َعَِؼَْْب قُ ْشءَاًّبػ
َ َفقَبىُْ٘ا ِإَّب
klausa bawahan dihubungkan dengan konjungi ُّ أ/anna/. Adapun pada contoh (2)
44
Imam Ansori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), h. 102
45
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009). Hlmn.
123
34
di atas, klausa utamanya yaitu َفقَبُىْ٘ا sedangkan klausa bawahannya adalah ِإَّب
ججًب
َػَ عَِؼَْْب قُ ْشءَاًّب
َ .
dihilangkan, maka dalam bahasa Arab pun demikian, yakni ُّ إ/inna/ bisa
ُ (اىجقشح
َ ْٗ ُشؼُش
ْ ِ الَ َر
ْ َآ ٌء َٗى ِنْٞد ؕ ثَ ْو َاح
ٌ هلل اٍََْ٘ا
ِ ْ ِو اِٞعج
َ ُِْٜقْزَ ُو فٝ ََِْ َٗالَرَقُْ٘ىُْ٘ا ِى
)ٔ٘ٗ:
Hal itu karena khabar inna-nya diawali dengan lam ibtidâ. Karena itu,
untuk mengetahui lebih jelas mengenai ُّ إ/inna/ atau ُّأ/anna/, maka Peneliti akan
Partikel ُّ إ/inna/ dan ُّأ/anna/ keduanya digunakan untuk menekankan arti
predikat namun inna digunakan hanya pada awal kalimat, sedangkan anna
35
Verba. Beberapa huruf yang memiliki fungsi yang sama ُّ إ/inna/ dan ُّأ/anna/
Bahwa kata sesudah ُّ إ/inna/- َُ مََؤ/kaana/ - َِِ ىَن/lakinna/ - َْذٞ َى/laita/ dan
َ ىَؼَو/la‟alla/ berbentuk nashab dan kalau kata itu berupa isim mufrad munsharif ia
berbaris fathah. Dengan demikian kata-kata itu sama fungsinya dengan ُّ إ/inna/.47
dengan sendirinya. Ia bisa berubah menjadi anna seandainya berada dalam kasus-
kasus tertentu. Hal yang sama juga berlaku pada anna. Namun, pada kondisi
tertentu, kedua-duanya bisa digunakan tanpa ada kekhususan. Artinya kita bisa
menggunakan inna maupun anna dalam kondisi yang dimaksud. Berikut tempat-
Partikel ُّ إ/inna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya tidak bisa
46
Abdullah Abbas Nadwi. Belajar Mudah Bahasa Al-quran, (Bandung: Mizan, 1996), h.
294
47
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123
48
Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123
49
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 225-226
36
b. Terletak setelah partikel ثٞ ح/haitsu/
ُ اىؼيٌ ٍ٘ج٘د
َ ث ِإٞظ ح
ْ اجي
c. Terletak setelah partikel إر/idz/
ُ اىشَظَ رَطُي ُغ
َ ل ِإ ْر ِإ
َ جِئْ ُز
d. Terletak setelah shilah maushul (pronomina relatif)
إَِّ ُٔ ٍُجْزَِٖ ٌذٛ
ْ ِجَبءَاَىز
e. Terletak sebagai jawaban dari qasam (sumpah)
ُ ا ْىؼِ ْيٌَ ُّْ٘ ٌس
َ ِإ,َِٗاهلل
f. Terletak sebagai isi ucapan dari verba قبه/qâla/
37
Terletak setelah partikel َْ٘ى
ل
َ ْشًا َىَٞد َىنَبَُ خ
َ ل اجزٖذ
َ َّ َىَْ٘أ
Terletak setelah partikel ٍَب
ل َمغُْ٘ ٌه
َ َّ ََالأُميَل ٍَب أ
b. Terletak sebagai fungsi naibul fa‟il
ف
ٌ ل ٍْصش
َ َّ َػِي ٌَ أ
ُ
c. Terletak sebagai fungsi mubtada
ل ٍُجْزَِٖ ٌذ
َ َّ َِ أ
ٌغَ ح
َ
d. Terletak sebagai fungsi khabar dari ism ma‟anna
ٌٌ ْٝ ل أَ َّلَ مَش
َ حغْ ُج
َ
e. Terletak sebagai fungsi taabi‟ lil marfu‟ (na‟at, „athaf, badal, dan
taukid)
ق
ِ خُي
ُ ِ ا ْى
ُغَ ح
َ ل
َ َّ َ إجْزَِٖب ُدكَ َٗأٜ
ْ ََِْثَيغ
Nasab:
ل ٍُجْزَِٖ ٌذ
َ َّ َذ أ
ُ َِْػي
2) Terletak sebagai khabar kaana atau salah satu dari teman kaana dengan
syarat isim kaana dengan isim ma‟anna
ق
َ ح
َ ْل رَزَ ِج ُغ اى
َ َّ َ أ,ِْْٜ َِْٞقَْٝٗ أ,َِْٜ ْمبَُ ػي
ف
ٌ ل ٍْْصش
َ َّ َْ َئلَ َٗأِٞذ ٍُج
ُ َْ ػَِي:ػطف
ِحغَِ ا ْىخُُيق
َ ُٔ ََّذ خَبِىذًا أ
ُ ٍَْ احـزَش:ثذه
Jarr:
38
ل ٍَُِْٖ ٌو
َ َّ َِ أ
ْ ٍِ ذ
ُ ْػجِج
َ
2) Terletak sebagai fungsi mudhaf ilaih
ظ َرطُْي ُغ
َ َْ ش
َ ُ اى
َ جِئْذُ قَجْ َو َأ
3) Terletak sebagai fungsi „athaf dan badal
Dalam beberapa kasus, partikel ُّ إboleh dibaca inna dan anna.52 Hukum
itu berlaku karena konstituen setelahnya bisa diubah menjadi mashdar maupun
ًُ ل ُرنْ َش
َ َّ ِِإُْ َرجْزَ ِٖذْ فَئ
c. Terletak sebagai penjelasan terhadap klausa sebelumnya
ًِ أَ َّ ُٔ ٍُغْزَحِقُ ا ِإلمْشَا,ٍُْٔأمْش
d. Terletak setelah frasa ً ال جش/lâ jarama/
ّ حَقَٚػي
َ ََالجَ َش ًَ أَ َّل
Pertikel ُّ إ/inna/ atau ُّأ/anna/ bisa dirampingkan menjadi ُ إ/in/ atau ُأ
/an/.53 Dalam suatu kalimat apabila inna dirampingkan, maka ia bisa “beramal”
(me-nashab-kan isim dan me-rafa‟-kan khabar) dan juga tidak. Namun, ia sama
52
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 229-230
53
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 230-232
39
sekali tidak beramal, maka dalam khabarnya (predikat) mesti diawali dengan
huruf ه/lam/.
beramal sebagai anna. Ketika itu isim (subjek) an-nya berupa dhamir sya‟n yang
jumlah ismiyah maupun fi‟liyah.55 Apabila jumlah setelahnya berupa ismiyah atau
fi‟liyah yang berupa fi‟il jâmid ada du‟â, maka ia tidak memerlukan partikel
An dapat dirampingkan dengan syarat, wajib isim anna berupa dhamir atau
kata ganti dan dibuang dan wajib khabar anna berupa jumlah baik ismiyah
maupun fi‟liyah.56
pemisah antara jumlah tersebut dengan an. Partikel pemisah itu terbagi menjadi
54
Rofi‟i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia, (Jakarta: Persada Kemala, 2002), h. 55
55
Ahmad Al-Hasyimi. al-Qawa‟id al-Asasiyah al-Lughah al-„Arabiyah, (Beirut: Al-
Maktabah Al- Ashriyah, 2003), h. 163
56
Syekh Abdullah Ibn Ahmad al-Fakihiy, Mutammimah al-Ajurumiyah, (Surabaya,
Harisma), h. 56-57
40
lima yaitu berupa قذ/qad/, ط/sin/, ع٘ف/saufa/, huruf nafi, atau adaat asy-syart
dan rubba.57
SKRIPSI
terjemahan surat al-Baqarah. Pada skripsi ini Peneliti akan fokus pada hubungan
komplementasi, yaitu melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa bawahan
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan (2014) dan Hasan Alwi (1998). Sementara
itu, Abdul Chaer menggunakan istilah makna penjelasan (2002) dan masih
banyak yang menggunakan teori lain namun semua teori itu mengacu pada
kalimat majemuk subordinatif dalam jenis yang sama, yaitu yang menggunakan
konjungsi bahwa.
macam, yaitu bahwa. Dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut terdapat dua macam
57
Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2002), h. 234-235
41
(َُ ِإdan َُ )َأyang memiliki aturan masing-masing. Dalam kalimat majemuk
42
BAB III
BIOGRAFI
umur ± 7 tahun belajar mengaji di surau kakeknya sendiri M. Thahir bin M. Ali
gelar Engku Gadang, lalu memasuki Sekolah Dasar, tetapi hanya sampai kelas
tiga saja; sesudah itu memasuki madrasah yang dipimpin oleh Syekh H. M. Thaib
Umar sampai tahun 1916. Pada tahun 1917 beliau berhenti mengajar karena sakit.
Kairo, dan berhasil memperoleh Shahadah Alimiyah. Kemudian pada tahun 1926-
1930 belajar di Madrasah Darul Ulum Ulya, yang sesudah bersusah payah
58
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
43
Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta; 1960-1963: Dekan/Guru Besar pada
1956).
59
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
44
Beliau sering pula berkunjung ke luar negeri, baik sebagai tugas yang
Saudi, Suriah, Libanon, Yordan, Irak, Turki, Tunisia, dan Maroko dalam
muktamarnya yang kesatu (1964); yang kedua (1965); yang ketiga (1966);
pelajaran agama Islam untuk anak-anak, termasuk pula tafsir dan terjemah Al-
Qur‟an.61
Qur‟an.
60
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
61
Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)
45
3. Marilah Sembahyang, pelajaran shalat, untuk anak-anak SD, 4 jilid.
Ilyas M. Ali.
46
26. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama St. M. Sa‟id.
Sebagian besar buku-buku karya Mahmud Yunus dipergunakan bagi para pelajar
dari sekolah dasar (ibtidaiyah) hingga ke perguruan tinggi. Karya beliau yang
terjemahan Quran Karim yang diterbitkan pada tahun 1983 dan sudah mengalami
cetak ulang berkali-kali. Adapun daftar buku-buku karya Prof. Dr. H. Mahmud
47
4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran.
Arab).
Arab).
48
B. PRIBADI MAHMUD YUNUS
Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila
dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu
menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat
untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur
pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu.
Ustadz yang mengajarnya. Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917,
Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah
ibn Aqil dan Jam‟al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga
Kairo.62
Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak
pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan
awal yang ditempuh oleh beliau. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad
Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia
7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan Al-quran.
Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari
62
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh
Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 85-86
49
anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata
kelas tiga. Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering
diulang dan menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar
mendirikan Madrasah School di Surau Tanjung Pauh. Tahun 1908, Mahmud pun
umat dan perkembangan Islam.64 Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib
Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919
63
Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198
64
Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud
Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5
65
Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198
50
D. KARIR MAHMUD YUNUS DALAM PENDIDIKAN
pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami‟ah al-
Agama Islam (PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk
dekannya (1957-1960)
Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN)
dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini
66
Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh
Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91
51
Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di
Bukittinggi
Hidayatullah Jakarta
Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan
Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970.
QURAN
terjemahkan pada tahun 1992 kemudian di terbitkan tiga juz dengan huruf Arab-
tempat hingga akhirnya di Darul Ulum. Beliau menerima pelajaran dari Syekh
67
Mahmud Yunus. Tafsir al-Qur‟an al-Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung,1969), hal. III
Pendahuluan
52
Dengan berbagai ilmu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan
Al-quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama :
Tafsir Al-quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tafsir tersebut berjuz 2
almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama
Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak
mencetaknya.
Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirimnya kepada Maeteri Agama RI tetapi
saya tidak menerima bantuan. Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab
yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran
Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan
kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud Yunus balas suratnya
53
itu dengan lebar panjang. Tembusannya M. Yunus kirimkan kepada Presiden RI
dan Menteri Agama. Akhirnya beliau tidak berkutik lagi, hanya diam.
Kemudian setelah habis cetakan itu, Mahmud yunus bersama istri Darisah binti
Ibrahim meneruskan menerbitkan tafsir Quran Karim itu. Lalu mereka terbitkan
beberapa kali tanpa ada perubahan yang besar. Hanya ada perubahan sedikit demi
sedikit.
54
BAB IV
ANALISIS DATA
A. TEMUAN
dihubungkan dengan konjungsi ّ إن/inna/ atau ّأن//anna/ dan verba qâla. Sebelum
melakukan analisis, Peneliti akan memaparkan hasil dari ayat yang mengandung
terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Dalam penelitian ini,
Peneliti menemukan 202 data dari 286 ayat dalam surat al-Baqarah yang meliputi
yaitu ّ إن/inna/ , ّ أن/anna/, dan qâla. Data yang diperoleh dalam kategori ّ إن/inna/
terdapat 32,7%, kategori ّ أن/anna/ terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat
B. ANALISIS
1. Ayat 8:
Diantara manusia ada yang berkata: Kami telah beriman kepada Allah dan hari
yang kemudian, padahal meraka itu bukan orang-orang beriman.
55
jumlah setelah verba tersebut maka ia akan menjadi hubungan komplementasi,
baik partikel ّ إن/inna/ itu dinyatakan maupun tidak, dan dalam ayat ini partikel ّإن
/inna/ kebetulan tidak ada. Jumlah Merupakan klausa utama, sedangkan
verba klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Adapun penerjemahannya sudah
2. Ayat 11
Pertama, jumlah
merupakan klausa utama, sedangkan
jumlah merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah
56
sudahlah cukup. Menurut hemat Peneliti pada bagian kedua, klausa bawahan
dianggap sebagai kalimat langsung karena konjungsi ّ إن/inna/ tidak diartikan.
3. Ayat 14:
yaitu,
dan … . Pertama, jumlah merupakan klausa
sudahlah cukup karena termasuk kalimat langsung. Sedangkan pada bagian kedua,
57
jika dijadikan sebagai kalimat langsung. Namun, hemat Peneliti, konjungsi
Selain ayat ayat 8, ayat 11, dan ayat 14 yang termasuk kalimat majemuk
quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori qâla yaitu:
Ayat 13
Ayat 25
Berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahwa
sesungguhnya untuk mereka itu surga yang mengalir air sungai dibawahnya.
68
Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka
berkata: Kami telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-
ketuanya, mereka berkata pula: Kami beserta kamu juga, hanya kami
memperolok-olokan (orang-orang beriman).
58
Tiap-tiap mereka mendapat rezeki dari pada buah-buahannya, mereka berkata:
Ini seperti rezeki yang diberikan kepada kita dahulu…
Ayat 30
Ayat 31
…lalu Allah berfirman: Kabarkanlah kepadaKu nama barang ini, jika kamu
yang benar.
Ayat 32
59
Ayat 33
Ayat 34
Ayat 35
Berkata Kami: Hai Adam, tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam
surga, dan makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu;
dan janganlah kamu dekati pohon kayu ini, nanti kamu termasuk orang-orang
aniaya.
60
Ayat 36
…Berkata kami: Turunlah kamu, sebagian kamu dengan yang lain bermusuh-
musuhan; dan untukmu tempat kediaman diatas bumi dan kesenangan, hingga
seketika (sampai ajalnya).
Ayat 38
Berkata Kami: Turunlah kamu sekalian dari surga. Jika datang petunjukKu
kepadamu, maka barang siapa mengikut petunjukKu itu, niscaya tak ada
ketakutan atas mereka dan tiada mereka berduka-cita.
Ayat 54
61
Ayat 55
Ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tak akan percaya kepada engkau,
sehingga kami melihat Allah berterang-terang, lalu halilintar menyiksa kamu,
sedang kamu melihatnya.
Ayat 58
Ketika kami berkata: Masuklah kamu kedalam negeri ini (Baitu’l Mukaddas)
dan makanlah didalamnya dengan bersenang-senang sebagaimana kamu
kehendaki dan masuklah kepintunya dengan tunduk,…
Ayat 59
62
Ayat 60
(Ingatlah) ketika Musa minta air untuk kaumnya, lalu Kami berkata: Pukullah
batu itu dengan tongkatmu! Lalu terpancarlah dua belas mata air daripadanya.
Sesungguhnya tiap-tiap orang telah mengetahui tempat minumnya masing-
masing: Makanlah dan minumlah dari rezeki Allah dan janganlah kamu
berbuat bencana dimuka bumi sebagai orang-orang jahat.
Ayat 61
(ingatlah) ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tiada sabar, jika makanan itu
semacam saja, sebab itu mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya
ditumbuhkanNya untuk kami dari apa-apa yang ditumbuhkan bumi (yaitu)
sayur-sayuran, mentimun, bawah putih (gandum),’adas dan bawang merah.
Berkata Musa: Maukah kamu menukar barang yang baik dengan yang
buruk?...
63
Ayat 67
Ayat 68
Ayat 69
64
Ayat 70
Ayat 71
Berkata Musa: Allah berfirman: Sesungguhnya sapi itu bukan yang telah
patuh untuk membajak bumi dan bukan pula menyirami ladang, lagi sejahtera,
tidak belang warnanya sedikitpun. Berkata mereka itu: Sekarang telah engkau
terangkan dengan sebenarnya. Lalu mereka sembelih sapi itu, hampir mereka
tiada dapat memperbuatnya.
Ayat 73
Lalu Kami berkata: Pukullah orang yang mati itu dengan sebagian anggota
sapi itu…
65
Ayat 76
Ayat 79
…mereka berkata: Ini dari sisi Allah, supaya dapat mereka menjualnya dengan
uang yang sedikit…
Ayat 80
Berkata mereka: Kita tiada akan disentuh api neraka, melainkan beberapa hari
saja. Katakanlah: Adakah kamu telah berjanjji dengan Allah, tentu Allah tiada
akan memungkiri janjiNya,…
Ayat 88
Berkata mereka itu: Hati kami tertutup, (tidak mau menerima), tetapi Allah
mengutuki mereka sebab kekapirannya, maka sedikitlah yang beriman diantara
mereka.
66
Ayat 91
Ayat 93
Ayat 94
67
Katakanlah: Jika kampung akhirat khusus untukmu disisi Allah tanpa
manusia yang lain, maka hendaklah kamu cita-cita mati, jika kamu orang yang
benar.
Ayat 97
Ayat 102
68
Ayat 104
Ayat 111
Berkata mereka itu: Tiadalah yang akan masuk surga, melainkan orang-orang
Yahudi atau orang-orang Nasrani. Demikianlah angan-angan mereka.
Katakanlah: Unjukkanlah dalil (alasanmu), jika kamu orang benar.
Ayat 113
Ayat 117
69
Ayat 120
Ayat 124
Ayat 126
(Ingatlah) ketika berkata Ibrahim: Ya, Tuhanku jadikanlah ini sebuah negeri
yang aman, dan berilah rezeki penduduknya dengan bermacam buah-buahan,
(yaitu) orang yang beriman kepada Allah dan hari yang kemudian. Berfirman
Allah: Barang siapa yang kafir, maka Kuberi kesenangan sedikit, kemudian
Kumasukkan dia kedalam azab neraka; dan disitulah tempat tinggal yang se-
jahat-jahatnya.
70
Ayat 131
Ayat 133
Ayat 135
Ayat 139
71
Ayat 140
Adakah kamu katakan, bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak-
anaknya, semuanya beragama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: Adakah
kamu yang lebih tahu atau Allah?...
Ayat 167
Ayat 170
72
Ayat 200
…Maka diantara manusia ada yang berkata: Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) didunia. Maka tak adalah untuknya dagian diakhirat.
Ayat 206
Ayat 217
73
Ayat 219
Ayat 220
…Katakanlah: Berbuat kebaikan untuk mereka lebih baik, dan jika kamu
bergaul dengan mereka, maka mereka itu saudaramu…
Ayat 222
74
Ayat 246
…mereka berkata kepada Nabi mereka: Utuslah seorang raja untuk kami,
supaya kami berperang pada jalan Allah. Berkata Nabi itu: Barangkali kamu
tiada mau berperang, jika diperlukan peperangan itu atas kamu. Jawab mereka
itu: Mengapakah kami tiada mau berperang pada jalan Allah,…
Ayat 247
75
Ayat 248
Ayat 249
76
Ayat 250
Ayat 258
Ayat 259
77
…ia berkata: Bagaimanakah Allah memakmurkan negeri ini kembali sesudah
musnah? Lalu dia dimatikan Allah seratus tahun lamanya, kemudian
dihidupkanNya kembali. Allah berkata: Berapa lamanya engkau tinggal disini?
Ia menjawab: Saya tinggal disini sehari atau setengah hari. Berkata Allah:
Bahkan engkau tinggal disini seratus tahun, maka lihatlah makanan dan
minuman engkau, tiada ia berubah; dan lihat pula keledai (himar) engkau; dan
supaya Kami jadikan engkau suatu tanda (akan berbangkit) untuk manusia dan
perhatikanlah tulang-tulang itu, bagaimana Kami menyusunnya, kemudian Kami
bungkus dengan daging. Setelah nyata yang demikian baginya, ia berkata: Saya
mengetahui, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Ayat 260
Ayat 285
…Mereka berkata: Kami dengar dan kami ikut, kami minta ampunan Engkau,
ya Tuhan kami dan kepada Engkau tempat kembali.
78
4. Ayat 12:
Ingatlah, sesungguhnya mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada sadar.
Jumlah لَآ merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
sampai
merupakan klausa bawahan yang berfungsi sebagai
5. Ayat 20:
Hampir kilat menyambar pemandangan mereka, tiap-tiap kali kilat itu bercahaya,
mereka berjalan, tetapi apabila gelap, mereka berhenti. Kalau dikehendaki
69
Ingatlah, bahwa mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada
sadar.
79
Allah, niscaya dihilangkanNya pendengaran dan pemandangan mereka.
Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Jumlah merupakan klausa utama,
sedangkan jumlah ٍر merupakan klausa bawahan yang
sebaiknya dihilangkan.
6. Ayat 32:
klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Jumlah sampai jumlah
80
… merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
Selain ayat 12, ayat 20, dan ayat 32 yang termasuk kalimat majemuk
quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori ّ إن/inna/ yaitu:
Ayat 33
Ayat 37
70
Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami,
melainkan apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau
Maha mengetahui lagi Mahabijaksana.
81
Ayat 45
Ayat 54
Ayat 61
82
…Berangkatlah kamu kekota, disana kamu mendapat apa-apa yang kamu
minta. Lalu mereka itu ditimpa kehinaan dan kemiskinan dan mereka kembali
mendapat kemarahan dari Allah...
Ayat 67
Ayat 70
Ayat 74
Kemudian hatimu menjadi keras sesudah itu, lalu ia seperti batu atau lebih
keras. Sesungguhnya dari sebagian batu, terpancar air sungai dari padanya,
dan diantara batu ada yang belah, lalu keluar air dari padanya, dan
83
setengahnya pula jatuh, karena takut kepada Allah. Allah tiada lalai dari apa-
apa yang kamu kerjakan.
Ayat 97
Ayat 98
Barang siapa menjadi musuh bagi Allah, malaikatNya, rasulNya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.
Ayat 109
84
Ayat 110
Ayat 115
Ayat 127
Ayat 128
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dua orang muslim, (patuh mengikutmu) dan
dari anak cucu kami menjadi umat muslim bagi Engkau, dan perlihatkanlah
85
kepada kami ‘amalan haji, dan terimalah taubat kami; sesungguhnya Engkau
Penerima taubat, lagi Penyayang.
Ayat 129
Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul diantara mereka, yang
akan membacakan ajat-ajatMu kepada mereka dan akan mengajarkan Kitab
dan hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka (dari kelakuan-
kelakuan yang keji), sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Ayat 132
Ayat 143
86
Ayat 144
Ayat 145
…Demi, jika engkau turut kemauan mereka, setelah datang kepada engkau
ilmu pengetahuan, niscaya engkau ketika itu termasuk orang-orang aniaya.
Ayat 146
Orang-orang yang Kami datangkan Kitab kepadanya, mereka kenal akan dia,
sebagaimana mereka kenal akan anak-anaknya sendiri. Sesungguhnya
segolongan mereka menyembunyikan kebenaran, sedang mereka
mengetahuinya.
87
Ayat 148
…Dimana saja kamu berada, Allah akan menghimpunkan kamu sekalian (pada
hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Ayat 149
Ayat 153
Ayat 158
88
Ayat 168
Ayat 173
Ayat 176
Ayat 181
89
Ayat 182
Barang siapa takut (mengetahui) orang yang berwasiat dengan tidak adil atau
berdosa, lalu diperdamaikannya antara mereka itu, maka tak ada dosa
terhadapnya. Sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.
Ayat 186
Ayat 190
Perangilah olehmu pada jalan Allah akan orang-orang yang memerangi kamu
dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tiada mengasihi
orang-orang yang melampaui batas.
Ayat 192
Jika mereka itu berhenti, maka sungguh Allah Pengampun lagi Penyayang.
90
Ayat 195
Ayat 197
Ayat 208
Ayat 211
91
…Barang siapa menukarkan nikmat Allah, setelah datang kepadanya, maka
sesungguhnya Allah amat keras siksaanNya.
Ayat 214
Ayat 215
Ayat 220
92
Ayat 222
Ayat 226
Ayat 227
Ayat 237
93
Ayat 243
Ayat 247
94
Ayat 248
Ayat 249
Ayat 252
95
Demikian itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepada engkau (ya
Muhammad) dengan sebenarnya, dan sesungguhnya engkau salah seorang
diantara Rasul-rasul.
Ayat 258
Ayat 270
Apa-apa yang kamu nafkahkan sesuatu nafkah atau kamu nazarkan sesuatu
nazar, sesungguhnya Allah mengetahuinya; dan tak ada penolong untuk
orang-orang aniaya.
Ayat 273
96
…dan apa-apa yang kamu nafkahkan dari harta, sungguh Allah
Mahamengetahuinya.
Ayat 275
…Demikian itu karena mereka berkata: Jual beli itu hanya seperti riba..
7. Ayat 46:
(Yaitu) orang-orang yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan
mereka akan kembali kepadanNya (1).
97
8. Ayat 106:
Apa-apa ayat (mu’jizat) yang Kami ubah atau Kami lupakan (kepadamu), Kami
datangkan (gantinya) dengan yang lebih baik dari padanya atau yang
seumpamanya. Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap
sesuatu?
9. Ayat 107:
Tidakkah engkau tahu, bahwa bagi Allah kerajaan langit dan bumi; dan tak
ada wali dan penolong untukmu, selain dari Allah.
98
Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 107) terdapat satu kalimat majemuk
Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah
merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya
langsung.
Selain ayat 46, ayat 106, dan ayat 107 yang termasuk kalimat majemuk
quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori anna yaitu:
Ayat 47
Hai Bani Israil, ingtalah akan nikmatKu yang telah Kuanugerahkan kepadamu
dan sesungguhnya Aku telah memuliakan kamu dan seisi ‘alam.
Ayat 61
99
…Demikian itu karena mereka itu menyangkal ayat-ayat Allah dan membunuh
NabiNabi tanpa kebenaran…
Ayat 77
Tiadakah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka
rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan.
Ayat 122
Hai Bani Israil! Ingatlah akan nikmatKu, yang telah Kuberikan kepadamu dan
sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu dari seisi alam.
Ayat 144
100
Ayat 165
Ayat 167
Ayat 187
101
…Allah mengetahui, bahwa kamu telah berkhianat kepada dirimu sendiri,
maka diterimaNya taubatmu dan dima’afkanNya kesalahanmu…
Ayat 194
Ayat 203
Ayat 209
Ayat 223
102
Ayat 231
Ayat 235
Ayat 244
103
Ayat 260
Ayat 267
104
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
diambil kesimpulannya.
macam, yaitu bahwa. Sementara itu dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut
terdapat dua macam (inna dan anna) yang memiliki aturan masing-masing. Dalam
dalam ragam yang tidak resmi. Namun, dalam bahasa Arab, pergantian ini
tidaklah berlaku. Konjungsi komplementasi dalam bahasa Arab yang berupa inna
apalagi „jika‟ ditinjau dari kalimat langsung dan tidak langsung. Hal ini biasanya
„jika‟ terkait dengan klausa utama yang berpredikat verba qâla. Apabila klausa
bahwa tidak perlu ada. Sebaliknya, jika klausa bawahan setelah verba tersebut
dihadirkan.
105
DAFTAR PUSTAKA
al-Ilmiyyah.
al-Maktabah al-Ashriyah.
Alwi, Hasan dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran).
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ghofur, Saiful Amin. 2008. Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani
Herry Muhammad, dkk. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20.
Selatan: Alkitabah.
Ibrahim, Sulaiman. 2011. Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Askara.
Mizan.
Humaniora.
Media.
Tadjuddin, Moch. 2013. Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna. Bandung: Alumni.
University Press.
2. 11 ِإرَا قَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ... قَب َه +جبسٍّجشٗس /Qâla/قَبهَ Verba
3. ِ ...
حُقَبىُْ٘اإَََِّب َّ ْ قَب َه ِ +إَُ
Sebagai Isi Ucapan
5. 13 ِإرَا قَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ... قَب َه +جبسٍّجشٗس /Qâla/قَبهَ Verba
6. ِ ...
قَبىُْ٘ااَُّؤْ ٍِ ُ قَبهَ +فؼو /Qâla/قَبهَ Verba
16. ل ...
قَبىُْ٘ا عُ ْجحَب َّ َ قَب َه +فؼو رؼّجت /Qâla/قَبهَ Verba
17. 33 َ ٜأػَْي ٌُ ...
إِ ِّ ْ ِإَُ +ضَٞش /inna/إُّ
20. 34 َِٗإرْ ُقيَْْب ىِيََْيَب ِئنَ ِخ ... قَب َه +ضَٞش /Qâla/قَبهَ Verba
22. 36 َٗ ُقيَْْبإْ ِجطُْ٘ا ... قَب َه +ضَٞش /Qâla/قَبهَ Verba
25. 45 َٗإََِّٖب َىنَجَِ ْٞش ٌح ... ِإَُ +ضَٞش inna sebagai jumlah
)isti’naf (permulaan
32. 55 َِٗإرْ ُقيْ ُزٌْ ... قَب َه +ضَٞش /Qâla/قَبهَ Verba
34. ط ٌخ ...
حََٗقُْ٘ىُْ٘ا ِ قَب َه +ضَٞش /Qâla/قَبهَ Verba
’ibtida
40. ُ ...
قَب َه اَ َرغْزَ ْجذِىُ ْ٘ َ قَبهَ +فؼو /Qâla/قَبهَ Verba
47. قَب َه إَِّ ُٔ َٝقُْ٘ ُه ... قَب َه ِ +إَُ Sebagai Isi Ucapan
49. قَب َه إَِّ ُٔ َٝقُْ٘ ُه ... قَب َه ِ +إَُ Sebagai Isi Ucapan
53. 71 قَب َه إَِّ ُٔ َٝقُْ٘ ُه ... قَب َه ِ +إَُ Sebagai Isi Ucapan
57. ق
ُ ٍَِْْٖب ىَََب َٝشَ َق َُِٗإ َ ِإَُ +خجش ٍقذًّ /inna/إُّ
...
58. ط ...
ُ ٍَِْْٖب َىََب َٝحْ ِج َُِٗإ َ ِإَُ +خجش ٍقذًّ /inna/إُّ
65. ػيَ...ٚ
َاًْ رَقُْ٘ىُ َُْ٘ َ قَب َه +جبسٍّجشٗس /Qâla/قَبهَ Verba
67. 91 َِٗإرَاقَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ... قَب َه +جبسٍّجشٗس /Qâla/قَبهَ Verba
68. ِ ...
قَبىُْ٘ا ُّؤْ ٍِ ُ قَبهَ +فؼو /Qâla/قَبهَ Verba
72. 94 قُ ْو ِإُْ مَبَّذْ ... قَب َه ِ +إُْ Sebagai Isi Ucapan
76. 102 َٝقُْ٘ َال ِإَََّب ... قَب َه ِ +إَُ Sebagai Isi Ucapan
87. ِ ...
قَب َه اَىزِ َْ ٝ قَبهَ ٍ٘ +ص٘ه /Qâla/قَبهَ Verba
108. ق ...
أََّ ُٔ ا ْىحَ ُ َأَُ +ضَٞش /anna/أُّ
110. 146 َِٗإَُ فَشِْٝقًب ٍِْْ ٌُْٖ ... ِإَُ +إعٌ /inna/إُّ
terletak ketika
114. 156 قَبىُْ٘ا إَِّبىِي ِٔ ... قَب َه ِ +إَُ Sebagai Isi Ucapan
119. ِ ...
َٗ قَب َه اَىزِ َْ ٝ قَبهَ ٍ٘ +ص٘ه /Qâla/قَبهَ Verba
120. 168 إِ َّ ُٔ َى ُن ٌْ ... ِإَُ +ضَٞش ُّ /inna/ yang terletak
’ibtida
121. 170 َِٗإرَا قَِ ْٞو ىَ ٌُْٖ ... قَب َه +جبسٍّجشٗس /Qâla/قَبهَ Verba
130. 187 أَ َّ ُنٌْ مُْْ ُزٌْ ... َأَُ +ضَٞش /anna/أُّ
131. 190 ُ اهلل ...
إَ ِإَُ +إعٌ /inna/إُّ
136. 200 ٍَِْ َٝقُْ٘ ُه سَثََْب ... قَب َه +إعٌ /Qâla/قَبهَ Verba
138. 206 َِٗإرَا قَِ ْٞو ىَ ُٔ ... قَب َه +جبسٍّجشٗس /Qâla/قَبهَ Verba
150. ح ...
صالَ ٌ
قُ ْو ِإ ْ قَب َه +إعٌ /Qâla/قَبهَ Verba
161. َأُْ رَقُْ٘هُ قَْ٘ ًال ... قَب َه ٍ +صذس /Qâla/قَبهَ Verba
181. ِ ..
َٗ قَب َه اَىزِ َْ ٝ قَبهَ ٍ٘ +ص٘ه /Qâla/قَبهَ Verba
’ibtida
185. ِإرْ قَب َه إِثْشَإِ ْ... ٌُ ٞ قَب َه +إعٌ /Qâla/قَبهَ Verba
188. ذ ...
قَب َه َم ٌْ ىَجِثْ َ قَب َه +إعزفٖبً /Qâla/قَبهَ Verba
189. ذ ...
قَب َه ىَجِثْ ُ قَبهَ +فؼو /Qâla/قَبهَ Verba
190. ذ ...
قَبهَ ثَ ْو ىَجِثْ َ قَبهَ +حشف ػطف /Qâla/قَبهَ Verba
193. َٗ ِإرْ قَب َه إِثْشَإِ ْ... ٌُ ٞ قَب َه +إعٌ /Qâla/قَبهَ Verba
194. قَب َه اَ ََٗىٌْ رُؤْ ٍِِْ ... قَب َه +إعزفٖبً /Qâla/قَبهَ Verba
195. قَب َه ثَيََٗ ٚى ِنِْ ... قَب َه +إعٌ /Qâla/قَبهَ Verba