Anda di halaman 1dari 26

DIVISI HPP BAWASLU KALTIM

KLASIFIKASI PIDANA DALAM TAHAPAN


PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA

1. PENGOLAHAN DAFTAR PENDUDUK POTENSIAL PEMILIH PEMILIHAN (DP4), dan PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH
KETENTUAN PIDANA UNSUR ALAT Bukti
Pasal 177 (UU No 1/2015) 1. Setiap orang 1. Saksi
Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar mengenai diri sendiri atau diri orang lain tentang 2. Dengan sengaja 2. Surat: yang memuat
suatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar pemilih, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling keterangan yang benar dan
3. memberikan keterangan yang tidak
lama 12 (dua belas) bulan dan denda paling sedikit Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000,00 (dua keterangan yang tidak benar
benar mengenai diri sendiri tentang suatu
belas juta rupiah). (KTP, KK, Suket)
hal yang diperlukan untuk pengisian
daftar pemilih
memberikan keterangan yang tidak benar
mengenai diri orang lain tentang suatu hal
yang diperlukan untuk pengisian daftar
pemilih
Pasal 177 A (UU No 10 Th 2016) Pasal 58 Pertama 1. Saksi
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan (1) Daftar Pemilih Tetap pemilihan umum terakhir digunakan sebagai 1. Setiap orang / Penyelenggara 2. Dokumen Asli:
perbuatan melawan hukum memalsukan data dan sumber pemutakhiran data pemilihan dengan mempertimbangkan Daftar
daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan.
2. Dengan Sengaja - Model A.3-KWK
58, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3. Melakukan perbuatan melawan hukum merupakan Daftar
(2) Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan sebagaimana dimaksud Pemilih Tetap;
12 (dua belas) bulan dan paling lama 72 (tujuh memalsukan data dan daftar pemilih
pada ayat (1) berasal dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
puluh dua) bulan dan denda paling sedikit tetap pemilihan - Model A.3.3-KWK
Kabupaten/Kota yang telah dikonsolidasikan diverifikasi, dan divalidasi
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling merupakan Rekapitulasi
oleh Menteri digunakan sebagai bahan penyusunan daftar Pemilih untuk
banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta Daftar Pemilih Tetap
Pemilihan.
rupiah). Kedua Kabupaten/Kota;
(3) Daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) oleh
1. Setiap orang / Penyelenggara - Model A.3.4-KWK
PPS dilakukan pemutakhiran berdasarkan perbaikan dari rukun
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud tetangga, rukun warga, atau sebutan lain dan tambahan Pemilih yang 2. Dengan Sengaja merupakan Rekapitulasi
pada ayat (1) dilakukan oleh penyelenggara telah memenuhi persyaratan sebagai Pemilih paling lambat 14 (empat Daftar Pemilih Tetap
Pemilihan dan/atau saksi pasangan calon dipidana belas) Hari terhitung sejak diterimanya hasil konsolidasi, verifikasi, dan 3. Melakukan perbuatan melawan hukum Provinsi;
dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud validasi. memalsukan data dan daftar penduduk
potensial pemilihan - Model A.C-KWK
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman merupakan Daftar
(4) Daftar Pemilih hasil pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
pidana maksimumnya. Ketiga Pemilih Potensial Non
diserahkan kepada PPK untuk dilakukan rekapitulasi daftar Pemilih
tingkat PPK. 1. Setiap orang / Penyelenggara KTP-elektronik;
(5) Rekapitulasi daftar Pemilih hasil pemutakhiran sebagaimana dimaksud 2. Dengan sengaja - Model A.C.1-KWK
pada ayat (4) diserahkan oleh PPK kepada KPU Kabupaten/Kota paling merupakan Rekapitulasi
lambat 3 (tiga) Hari terhitung sejak selesainya pemutakhiran untuk 3. Melakukan perbuatan melawan hukum Daftar Pemilih Potensial
dilakukan rekapitulasi daftar Pemilih tingkat kabupaten/kota, yang memalsukan data dan daftar pemilih Non KTP-elektronik
kemudian ditetapkan sebagai Daftar Pemilih Sementara. hasil pemuktahiran Desa/ Kelurahan;
Pasal 177B (UU No 10 Th 2016) (6) Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Pertama - Model A.C.2-KWK
Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU diumumkan secara luas dan melalui papan pengumuman rukun tetangga 1. Anggota PPS merupakan Rekapitulasi
Kabupaten/Kota, dan anggota KPU Provinsi yang dan rukun warga atau sebutan lain oleh PPS untuk mendapatkan Daftar Pemilih Potensial
masukan dan tanggapan dari masyarakat selama 10 (sepuluh) Hari. 2. Dengan sengaja Non KTP-elektronik
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan
hukum tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi (7) PPS memperbaiki Daftar Pemilih Sementara berdasarkan masukan dan 3. - melakukan perbuatan melawan hukum Kecamatan;
terhadap data dan daftar pemilih sebagaimana tanggapan dari masyarakat paling lama 5 (lima) Hari terhitung sejak tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi
- Model A.C.3-KWK
dimaksud dalam Pasal 58, dipidana dengan pidana masukan dan tanggapan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada terhadap data dan daftar pemilih tetap
merupakan Rekapitulasi
penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan ayat (6) berakhir. pemilihan
Daftar Pemilih Potensial
dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan
(8) Daftar Pemilih Sementara yang telah diperbaiki sebagaimana dimaksud - melakukan perbuatan melawan hukum Non KTP-elektronik
denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh
pada ayat (7) diserahkan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk ditetapkan tidak melakukan verifikasi dan daftar Kabupaten/Kota;
empat juta rupiah) dan paling banyak
sebagai Daftar Pemilih Tetap dan diumumkan oleh PPS paling lama 2 penduduk potensial pemilihan
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).” - Model A.C.4-KWK
(dua) Hari terhitung sejak jangka waktu penyusunan Daftar Pemilih - melakukan perbuatan melawan hukum merupakan Rekapitulasi
Tetap berakhir. tidak melakukan verifikasi dan data pemilih Daftar Pemilih Potensial
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemutakhiran data Pemilih hasil pemuktahiran Non KTP-elektronik
diatur dengan Peraturan KPU.” Kedua Provinsi;
1. Anggota PPK (PKPU No 2 Th 2017)
2. Dengan Sengajata
3. - melakukan perbuatan melawan hukum
tidak melakukan verifikasi dan rekapitulasi
terhadap data dan daftar pemilih tetap
pemilihan
- melakukan perbuatan melawan hukum
tidak melakukan verifikasi dan daftar
penduduk potensial pemilihan
- melakukan perbuatan melawan hukum
tidak melakukan verifikasi dan data pemilih
hasil pemuktahiran
dst
Pasal 178 (UU No 1 Th 2015) 1. Setiap orang 1. Saksi/korban yang memiliki
hak untuk memilih
Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya, dipidana dengan pidana penjara paling 2. dengan sengaja
berdasarkan EKTP dan
singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta
3. menyebabkan orang lain kehilangan hak SUKET capil
rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).
pilihnya
2. EKTP/SUKET yang tidak
dimasukan dalam DPS, DPT,
DP4
Pasal 182 (UU No 1 th 2015) 1. Setiap orang 1. Saksi / korban
Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan yang ada padanya saat pendaftaran pemilih menghalang- 2. dengan kekerasan atau dengan ancaman 2. Rekaman Video
halangi seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan menurut Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara kekerasan yang ada padanya
3. Visum
paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua
3. saat pendaftaran pemilih menghalang-
belas juta rupiah) dan paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
halangi seseorang untuk terdaftar sebagai
pemilih dalam pemilihan

2. PENCALONAN
Pasal 180 (UU No 10 th 2016) Pasal 7 UU No 10 th 2016 Unsur Pasal 180 ayat (1)
(1) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama 1. Setiap orang
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan
untuk mencalonkan diri dan dicalonkan sebagai Calon Gubernur dan 2. Dengan sengaja melakukan perbuatan
perbuatan melawan hukum menghilangkan hak
Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta melawan hukum
seseorang menjadi Calon Gubernur/Calon Wakil
Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota. 3. menghilangkan hak seseorang menjadi
Gubernur, Calon Bupati/Calon Wakil Bupati, dan
Calon Walikota/Calon Wakil Walikota, dipidana (2) Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon
dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Bupati/Calon Wakil Bupati, dan Calon
enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan Walikota/Wakil Walikota
bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga sebagai berikut:
puluh enam juta rupiah) dan paling banyak a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Pasal 180 ayat (2)
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik 1. Setiap orang karena jabatannya
Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 2. Dengan sengaja melakukan perbuatan
2) Setiap orang yang karena jabatannya dengan
Agustus 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; melawan hukum
sengaja melakukan perbuatan melawan hukum
c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau 3. Menghilangkan hak seseorang menjadi
menghilangkan hak seseorang menjadi
sederajat; Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan
d. dihapus; Bupati/Calon Wakil Bupati, dan Calon
Walikota/Wakil Walikota atau meloloskan calon
e. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur Walikota/Wakil Walikota
dan/atau pasangan calon yang tidak memenuhi
dan Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan
Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Atau
Pasal 45, dipidana dengan pidana penjara paling
Calon Wakil Walikota; 1. Setiap orang karena jabatannya
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 96
f. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan 2. Dengan sengaja melakukan perbuatan
(sembilan puluh enam) bulan dan denda paling sedikit
narkotika berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh melawan hukum
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
dari tim; 3. meloloskan seseorang menjadi
paling banyak Rp96.000.000,00 (sembilan puluh
g. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon
enam juta rupiah).”
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan Bupati/Calon Wakil Bupati, dan Calon
terpidana telah secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada Walikota/Wakil Walikota yang tidak
publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana; memenuhi syarat pasal 7 dan 45
h. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan
dengan surat keterangan catatan kepolisian;
j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi;
k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan
dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya
yang merugikan keuangan negara;
l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak
pribadi;
n. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur,
Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota selama 2
(dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama untuk Calon
Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil
Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota;
o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil
Gubernur, atau Bupati/Walikota untuk Calon Wakil Bupati/Calon
Wakil Walikota pada daerah yang sama;
p. berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati,
Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang mencalonkan
diri di daerah lain sejak ditetapkan sebagai calon;
q. tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati, dan
penjabat Walikota;
r. dihapus;
s. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan
sebagai pasangan calon peserta Pemilihan;
t. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota
Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau
sebutan lain sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta
Pemilihan; dan u. berhenti dari jabatan pada badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah sejak ditetapkan sebagai
calon.”

Pasal 45
(1) Pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,
pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan
Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota disertai dengan
penyampaian kelengkapan dokumen persyaratan.
(2) Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. surat pernyataan, yang dibuat dan ditandatangani oleh calon
sendiri, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, huruf b, huruf g, huruf n, huruf
o, huruf p, huruf q, huruf s, huruf t, dan huruf u;
b. surat keterangan:
1. hasil pemeriksaan kemampuan secara jasmani, rohani, dan
bebas penyalahgunaan narkotika dari tim yang terdiri dari
dokter, ahli psikologi, dan Badan Narkotika Nasional, yang
ditetapkan oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf f;
2. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dari
Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat
tinggal calon satau bagi mantan terpidana telah secara terbuka
dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang
bersangkutan mantan terpidana dari pemimpin redaksi media
massa lokal atau nasional dengan disertai buktinya, sebagai
bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf g;
3. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dari
Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat
tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan syarat calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf h;
4. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan
dengan surat keterangan catatan kepolisian, sebagai bukti
pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf i;
5. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan
dan/atau secara badan hukum yang menjadi
tanggungjawabnya yang merugikan keuangan negara, dari
Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat
tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan syarat calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf k; dan
6. tidak dinyatakan pailit dari Pengadilan Negeri yang wilayah
hukumnya meliputi tempat tinggal calon, sebagai bukti
pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf l.
c. surat tanda terima laporan kekayaan calon dari instansi yang
berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara,
sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf j;
d. fotokopi:
1. ijazah pendidikan terakhir paling rendah sekolah lanjutan
tingkat atas atau sederajat yang telah dilegalisir oleh pihak
yang berwenang, sebagai bukti pemenuhan syarat calon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c;
2. kartu nomor pokok wajib pajak atas nama calon, tanda terima
penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan
wajib pajak orang pribadi atas nama calon, untuk masa 5
(lima) tahun terakhir, yang dibuktikan dengan surat
keterangan tidak mempunyai tunggakan pajak dari kantor
pelayanan pajak tempat calon yang bersangkutan terdaftar,
sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf m;
3. Kartu Tanda Penduduk elektronik dengan nomor induk
kependudukan.
e. daftar riwayat hidup calon yang dibuat dan ditandatangani oleh
calon perseorangan dan bagi calon yang diusulkan dari Partai
Politik atau gabungan Partai Politik ditandatangani oleh calon,
pimpinan Partai Politik atau pimpinan gabungan Partai Politik;
f. pas foto terbaru Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur,
Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan
Calon Wakil Walikota;
g. naskah visi, misi, dan program Calon Gubernur dan Calon Wakil
Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon
Walikota dan Calon Wakil Walikota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemenuhan persyaratan
dan kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan KPU.”
Pasal 185B (UU No 10 Th 2016) Pasal 48 (UU No 10 Th 2016) Unsur Pasal 185B
Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU (1) Pasangan calon atau tim yang diberikan kuasa oleh pasangan calon 1. Anggota PPS, Anggota PPK, Anggota
Kabupaten/Kota, anggota KPU Provinsi, dan/atau menyerahkan dokumen syarat dukungan pencalonan untuk KPU Kabupaten/Kota, Anggota KPU
petugas yang diberikan kewenangan melakukan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur kepada KPU Provinsi dan Provinsi, dan/atau petugas yang diberikan
verifikasi dan rekapitulasi yang dengan sengaja untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta Pemilihan Walikota kewenangan melakukan verifikasi dan
melakukan perbuatan melawan hukum tidak dan Wakil Walikota kepada KPU Kabupaten/Kota untuk dilakukan rekapitulasi
melakukan verifikasi dan rekapitulasi terhadap verifikasi administrasi dan dibantu oleh PPK dan PPS.
2. Dengan sengaja melakukan perbuatan
dukungan calon perseorangan sebagaimana dimaksud (2) Verifikasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melawan hukum
dalam Pasal 48, dipidana dengan pidana penjara dilakukan dengan:
paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling a. mencocokkan dan meneliti berdasarkan nomor induk 3. tidak melakukan verifikasi dan
lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling kependudukan, nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, rekapitulasi terhadap dukungan calon
sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan alamat dengan mendasarkan pada Kartu Tanda Penduduk perseorangan
dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua Elektronik atau surat keterangan yang diterbitkan oleh dinas
juta rupiah).” kependudukan dan catatan sipil; dan
b. berdasarkan Daftar Pemilih Tetap pemilu terakhir dan Daftar
Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan dari Kementerian Dalam
Negeri.
(3) Verifikasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dan dapat
berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Provinsi atau Kabupaten/Kota.
(4) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota dibantu oleh pasangan
calon perseorangan atau tim yang diberikan kuasa oleh pasangan
calon menyerahkan dokumen syarat dukungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada PPS untuk dilakukan verifikasi
faktual paling lambat 28 (dua puluh delapan) Hari sebelum waktu
pendaftaran pasangan calon dimulai.
(5) Verifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak dokumen syarat
dukungan pasangan calon perseorangan diserahkan ke PPS.
(6) Verifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
dilakukan dengan metode sensus dengan menemui langsung setiap
pendukung calon.
(7) Verifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5),
terhadap pendukung calon yang tidak dapat ditemui pada saat
verifikasi faktual, pasangan calon diberikan kesempatan untuk
menghadirkan pendukung calon yang dimaksud di kantor PPS paling
lambat 3 (tiga) Hari terhitung sejak PPS tidak dapat menemui
pendukung tersebut.
(8) Jika pasangan calon tidak dapat menghadirkan pendukung calon
dalam verifikasi faktual sebagaimana dimaksud pada ayat (7), maka
dukungan calon dinyatakan tidak memenuhi syarat.
(9) Hasil verifikasi faktual berdasarkan nama sebagaimana dimaksud
pada ayat (6), ayat (7), dan ayat (8) tidak diumumkan.
(10) Hasil verifikasi dokumen syarat dukungan pasangan calon
perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ayat (6), ayat (7),
dan ayat (8) dituangkan dalam berita acara yang selanjutnya
diteruskan kepada PPK dan salinan hasil verifikasi disampaikan
kepada pasangan calon.
(11) PPK melakukan verifikasi dan rekapitulasi jumlah dukungan
pasangan calon untuk menghindari adanya seseorang yang
memberikan dukungan kepada lebih dari 1 (satu) pasangan calon dan
adanya informasi manipulasi dukungan yang dilaksanakan paling
lama 7 (tujuh) Hari.
(12) Hasil verifikasi dukungan pasangan calon perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (11) dituangkan dalam berita acara yang
selanjutnya diteruskan kepada KPU Kabupaten/Kota dan salinan
hasil verifikasi dan rekapitulasi disampaikan kepada pasangan calon.
(13) Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati, dan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota,
salinan hasil verifikasi dan rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (12) dipergunakan oleh pasangan calon perseorangan sebagai
bukti pemenuhan persyaratan dukungan pencalonan.
(14) KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan
rekapitulasi jumlah dukungan pasangan calon untuk menghindari
adanya seseorang yang memberikan dukungan kepada lebih dari 1
(satu) pasangan calon dan adanya informasi manipulasi dukungan
yang dilaksanakan paling lama 7 (tujuh) Hari.
(15) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata cara verifikasi
diatur dalam Peraturan KPU.”
Pasal 184 (UU No 1 Th 2015) 1. Setiap orang
Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar atau menggunakan surat palsu seolah-olah sebagai 2. memberikan keterangan yang tidak benar
surat yang sah tentang suatu hal yang diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon atau menggunakan surat palsu seolah-olah
Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga sebagai surat yang sah tentang suatu hal
puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta yang diperlukan bagi persyaratan menjadi
rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). calon
Pasal 185 (UU No 1 Th 2015) 1. Setiap orang
Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar atau menggunakan identitas diri palsu untuk 2. Dengan sengaja memberi keterangan
mendukung pasangan calon perseorangan menjadi calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur, calon Bupati dan calon Wakil yang tidak benar atau menggunakan
Bupati, dan calon Walikota dan calon Wakil Walikota dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan identitas diri palsu
paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
3. untuk mendukungan pasangan calon
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
perseorangan menjadi calon
“Pasal 185A (UU No 10 Th 2016) Pasal 185 A ayat (1) (UU No 10 Th 2016)
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan daftar dukungan terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam 1. Setiap orang
Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh
2. dengan sengaja
dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah). 3. Memalsukan daftar dukungan terhadap
calon perseorangan
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana maksimumnya.
Pasal 185A ayat (2)
1. Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi,
Panwaslu, Panwascam, PPL, KPU, KPU
Provinsi, KPU kab/kota. PPK, PPS
2. dengan sengaja
3. Memalsukan daftar dukungan terhadap
calon perseorangan
Pasal 186 (UU No 1 Th 2015)
(1) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, dan anggota KPU Provinsi yang dengan sengaja memalsukan
daftar dukungan terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00
(tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU Kabupaten/Kota, dan anggota KPU Provinsi yang dengan sengaja tidak melakukan
verifikasi dan rekapitulasi terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
Pasal 187B (UU No 10 Th 2016) Pasal 47 ayat (1) UU No 8 Th 2015
Anggota Partai Politik atau anggota gabungan Partai Partai Politik atau gabungan Partai Politik dilarang menerima imbalan
Politik yang dengan sengaja melakukan perbuatan dalam bentuk apapun pada proses pencalonan Gubernur dan Wakil
melawan hukum menerima imbalan dalam bentuk apapun Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
pada proses pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota.
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil
Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah).
Pasal 187C (UU No 10 Th 2016) Pasal 47 ayat (5) UU No 8 Th 2015
Setiap orang atau lembaga yang terbukti dengan sengaja Dalam hal putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
melakukan perbuatan melawan hukum memberi imbalan hukum tetap menyatakan setiap orang atau lembaga terbukti memberi
pada proses pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur, imbalan pada proses pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota maka
Walikota maka penetapan sebagai calon, pasangan calon penetapan sebagai calon, pasangan calon terpilih, atau sebagai
terpilih, atau sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota atau
Wakil Bupati, Walikota atau Wakil Walikota Wakil Walikota dibatalkan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (5), dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh
empat) bulan dan pidana penjara paling lama 60 (enam
puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

3. PENETAPAN PASANGAN CALON


Pasal 191 UU No 1 Th 2015
(1) Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota yang
dengan sengaja mengundurkan diri setelah penetapan pasangan calon sampai dengan pelaksanaan pemungutan suara, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
(2) Pimpinan Partai Politik atau gabungan pimpinan Partai Politik yang dengan sengaja menarik pasangan calonnya dan/atau
pasangan calon perseorangan yang dengan sengaja mengundurkan diri setelah ditetapkan oleh KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota sampai dengan pelaksanaan pemungutan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh
empat) bulan dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah) dan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

4. MASA KAMPANYE
Pasal 187 (UU No 1 Th 2015)
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Kampanye di luar jadwal waktu yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi dan
KPU Kabupaten/Kota untuk masing-masing calon, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) hari atau paling
lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).
Pasal 187 ayat (2) (UU No 1 Th 2015) Pasal 69 (UU No 8 Th 2015)
Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan Dalam Kampanye dilarang:
larangan pelaksanaan Kampanye sebagaimana dimaksud
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-
dalam Pasal 69 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e,
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
atau huruf f dipidana dengan pidana penjara paling
b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, Calon Gubernur,
singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 18 (delapan belas)
Calon Bupati, Calon Walikota, dan/atau Partai Politik;
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp600.000.00 (enam
c. melakukan Kampanye berupa menghasut, memfitnah, mengadu
ratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000.00
domba Partai Politik, perseorangan, dan/atau kelompok
(enam juta rupiah).
masyarakat;
Pasal 187 ayat (3) (UU No 1 Th 2015) d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada perseorangan, kelompok
Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan masyarakat dan/atau Partai Politik;
larangan pelaksanaan Kampanye Pemilihan
e. mengganggu keamanan, ketenteraman, dan ketertiban umum;
Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 f. mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk
huruf g, huruf h, huruf i, atau huruf j dipidana dengan
mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan yang sah;
pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye;
lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit
h. menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah dan Pemerintah
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau paling banyak Daerah;
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
i. menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan;
j. melakukan pawai yang dilakukan dengan berjalan kaki dan/atau
dengan kendaraan di jalan raya; dan/atau
k. melakukan kegiatan Kampanye di luar jadwal yang telahditetapkan
oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 187 ayat (4) (UU No 1 Th 2015) Unsur
Setiap orang yang dengan sengaja mengacaukan, menghalangi, atau mengganggu jalannya Kampanye, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus ribu 1. Setiap orang
ruplah) atau paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).
2. Dengan sengaja mengacaukan,
menghalangi, atau mengganggu jalannya
kampenye
Pasal 187 ayat (6) (UU No 1 Th 2015) Pasal 76 ayat (1) (UU No 8 th 2015)
Setiap orang yang dengan sengaja menerima atau Partai Politik dan/atau gabungan Partai Politik yang mengusulkan
memberi dana Kampanye dari atau kepada pihak yang calon dan calon perseorangan dilarang menerima sumbangan atau
dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1) bantuan lain untuk Kampanye yang berasal dari:
dan/atau tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana a. negara asing, lembaga swasta asing, lembaga swadaya masyarakat
penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau paling lama asing dan warga negara asing;
24 (dua puluh empat) bulan dan/atau denda paling sedikit b. penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya;
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau paling c. Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). d. badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan
usaha milik desa atau sebutan lain.
Pasal 71 (UU No 10 Th 2016)
(1) Pejabat negara, pejabat aparatur sipil negara, dan Kepala Desa
atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat keputusan dan/atau
tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu calon
selama masa Kampanye.
(2) Petahana dilarang melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan
sebelum masa jabatannya berakhir.
(3) Petahana dilarang menggunakan program dan kegiatan
Pemerintahan Daerah untuk kegiatan Pemilihan 6 (enam) bulan
sebelum masa jabatannya berakhir.
(4) Dalam hal petahana melakukan hal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3), petahana dikenai sanksi pembatalan sebagai
calon oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 189 UU No 1 Th 2015 Pasal 70 ayat (1) UU No 10 th 2016
Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Dalam Kampanye, calon dilarang melibatkan:
Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil
a. pejabat badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah;
Walikota yang dengan sengaja melibatkan pejabat badan
b. aparatur sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik
usaha milik negara, pejabat badan usaha milik daerah,
Indonesia, dan anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
Aparatur Sipil Negara, anggota Kepolisian Negara
c. Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dan perangkat Desa atau
Republik Indonesia, anggota Tentara Nasional Indonesia,
sebutan lain/perangkat Kelurahan.
dan kepala desa atau sebutan lain/lurah serta perangkat
desa atau sebutan lain/perangkat kelurahan sebagaimana Pasal 71 ayat (2) UU No 10Th 2016
dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling Gubernur, Bupati, Walikota, dan pejabat negara lainnya dapat ikut
lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit dalam Kampanye dengan mengajukan izin cuti Kampanye sesuai
Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) atau paling dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah).
Pasal 162 ayat (3) UU No 10 th 2016
Pasal 190 UU No 1 Th 2015
Gubernur, Bupati, atau Walikota dilarang melakukan penggantian
Pejabat yang melanggar ketentuan Pasal 71 ayat (2) atau pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi atau
Pasal 162 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling Kabupaten/Kota, dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak
singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan tanggal pelantikan.
dan/atau denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus
ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000,00 (enam
juta rupiah).

5. PIDANA POLITIK UANG


“Pasal 187A (UU No 10 th 2016) Pasal 73 ayat (4) UU No 10 Th 2016
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan Selain Calon atau Pasangan Calon, anggota Partai Politik, tim
perbuatan melawan hukum menjanjikan atau kampanye, dan relawan, atau pihak lain juga dilarang dengan sengaja
memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan melakukan perbuatan melawan hukum menjanjikan atau memberikan
kepada warga negara Indonesia baik secara langsung uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada warga negara
ataupun tidak langsung untuk mempengaruhi Pemilih Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk:
agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak
a. mempengaruhi Pemilih untuk tidak menggunakan hak pilih;
pilih dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak
b. menggunakan hak pilih dengan cara tertentu sehingga
sah, memilih calon tertentu, atau tidak memilih calon
mengakibatkan suara tidak sah; dan
tertentu sebagaimana dimaksud pada Pasal 73 ayat (4)
c. mempengaruhi untuk memilih calon tertentu atau tidak memilih
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga
calon tertentu.
puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih yang
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum
menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
6. LAPORAN DAN AUDIT DANA KAMPANYE
187 ayat (5) (UU No 1 Th 2015) Pasal 74 ayat (5) (UU No 10 Th 2016)
Setiap orang yang memberi atau menerima dana Sumbangan dana Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kampanye melebihi batas yang ditentukan sebagaimana huruf b dan ayat (2) dari perseorangan paling banyak
dimaksuddalam Pasal 74 ayat (5), dipidana dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan dari badan hukum
pidana penjarapaling singkat 4 (empat) bulan atau paling swasta paling banyak Rp500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).
lama 24 (duapuluh empat) bulan dan/atau denda paling
sedikitRp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) atau
palingbanyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 187 UU NO 1 tH 2015
(7) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar dalam laporan dana Kampanye sebagaimana
diwajibkan oleh Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan atau paling lama 12 (dua
belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).
(8) Calon yang menerima sumbangan dana Kampanye dan tidak melaporkan kepada KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
dan/atau tidak menyetorkan ke kas negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama
48 (empat puluh delapan) bulan dan denda sebanyak 3 (tiga) kali dari jumlah sumbangan yang diterima.

7. PENGGANDAAN DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN


“Pasal 190A (UU No 10 Th 2016) Pasal 80 (UU No 1 Th 2015)
Penyelenggara Pemilihan, atau perusahaan yang dengan (1) Jumlah surat suara yang dicetak sama dengan jumlah Pemilih tetap
sengaja melakukan perbuatan melawan hukum merubah ditambah dengan 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah Pemilih
jumlah surat suara yang dicetak sama dengan jumlah tetap sebagai cadangan, yang ditetapkan dengan Keputusan KPU
Pemilih tetap ditambah dengan 2,5% (dua setengah Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.
persen) dari jumlah Pemilih tetap sebagai cadangan,
(2) Selain menetapkan pencetakan surat suara sebagaimana dimaksud
yang ditetapkan dengan Keputusan KPU Provinsi dan
pada ayat (1), KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
KPU Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam
menetapkan besarnya jumlah surat suara untuk pelaksanaan
Pasal 80 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
pemungutan suara ulang.
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72
(tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit (3) Jumlah surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota sebanyak 2.000
banyak Rp7.500.000.000,00 (tujuh milyar lima ratus (dua ribu) surat suara untuk pemungutan suara ulang yang diberi
juta rupiah).” tanda khusus.

8. PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN


Pasal 178A (UU No 10 th 2016) 1. Setiap orang
Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum mengaku dirinya sebagai 2. dengan sengaja
orang lain untuk menggunakan hak pilih, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan dan paling
3. melakukan perbuatan melawan hukum
lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) dan paling banyak
pada waktu pemungutan suara
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
4. mengaku dirinya sebagai orang lain untuk
menggunakan hak pilih
Pasal 178B (UU No 10 th 2016) 1. Setiap orang
Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum memberikan suaranya 2. pada waktu pemungutan suara
lebih dari satu kali di satu atau lebih TPS, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling
3. Dengan sengaja
lama 108 (seratus delapan) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
Rp108.000.000,00 (seratus delapan juta rupiah). 4. Melakukan perbuatan melawan hukum
memberikan suara lebih dari satu kali disatu
TPS atau lebih TPS
Pasal 178C (UU No 10 th 2016) 178C ayat (1)
(1) Setiap orang yang tidak berhak memilih yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara memberikan suaranya 1 (satu) kali 1. Setiap orang
atau lebih pada 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama
2. yang tidak berhak memilih
72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). 3. dengan sengaja paa saat pemungutan
suara
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menyuruh orang yang tidak berhak memilih memberikan suaranya 1 (satu) kali atau lebih
pada 1 (satu) TPS atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 144 4. Memberikan suaranya 1 (satu) kali atau
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak lebih pada 1 (satu) TPS atau lebih
Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah).
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dipidana dengan
178C ayat (2)
pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana maksimumnya.
1. Setiap orang
2. Dengan sengaja
3. Menyuruh orang yang tidak berhak
memilih memberikan suaranya 1 (satu) kali
atau lebih pada 1 (satu) TPS atau lebih
Pasal 178D (UU No 10 th 2016) 1. Setiap orang
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menggagalkan pemungutan suara dipidana dengan 2. Dengan sengaja
pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 108 (seratus delapan) bulan dan denda paling sedikit
3. Melakukan perbuatan melawan hukum
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
menggagalkan pemungutan suara
Pasal 178E (UU No 10 Th 2016) 1. Setiap orang
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberi keterangan tidak benar, mengubah, merusak, menghilangkan hasil pemungutan 2. Dengan Sengaja
dan/atau hasil penghitungan suara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 48 (empat puluh delapan) bulan dan paling
3. Memberikan keterangan tidak benar:
lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp48.000.000,00 (empat puluh delapan juta rupiah) dan
paling banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah). - mengubah hasil pemungutan dan/atau
hasil penghitungan suara
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan dan/atau saksi
pasangan calon dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman - merusak hasil pemungutan dan/atau hasil
pidana maksimumnya. penghitugan suara
- menghilangkan hasil pemungutan dan/atau
hasil penghitungan suara
Atau komulatif
- mengubah, merusak, menghilangkan hasil
pemungutan dan/atau hasil penghitungan
suara
Pasal 178G (UU No 10 Th 2016) Unsur:
Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara mendampingi seorang pemilih yang bukan pemilih tunanetra, 1. Setiap orang
tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan
2. Dengan sengaja
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah). 3. pada waktu pemungutan suara
4. mendampingi seorang pemilih yang
bukan tunanetra, tunadaksa, atau yang
mempunyai halangan fisik lain
Pasal 178H (UU No 10 Th 2016) Unsur
Setiap orang yang membantu pemilih untuk menggunakan hak pilih dengan sengaja memberitahukan pilihan pemilih kepada 1. Setiap orang
orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan
2. membantu pemilih untuk menggunakan
denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta
hak pilih
rupiah).”
3. dengan sengaja memberitahukan pilihan
pemilih kepada orang lain
182A (UU No 10 Th 2016) Unsur:
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan, dan 1. Setiap orang
menghalang-halangi seseorang yang akan melakukan haknya untuk memilih, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24
2. Dengan sengaja
(dua puluh empat) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh empat
juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). 3. Melakukan perbuatan melawan hukum
menggunakan kekerasan, ancaman
kekerasan
4. menghalang-halangi seseorang yang akan
melakukan haknya untuk memilih
182 B (UU No 10 th 2016) Unsur
Seorang majikan atau atasan yang tidak memberikan kesempatan kepada seorang pekerja untuk memberikan suaranya, kecuali 1. seorang majikan atau atasan
dengan alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan diancam dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua puluh
2. tidak memberikan kesempatan kepada
empat) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
seorang pekerja untuk memberikan
rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).”
suaranya

Pasal 193 ayat (5) UU No 10 Th 2016 Pasal 98 ayat (12) (UU No 8 th 2015)
Setiap KPPS yang dengan sengaja tidak memberikan salinan KPPS wajib memberikan 1 (satu) eksemplar salinan berita acara
1 (satu) eksemplar berita acara pemungutan dan dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi pasangan
penghitungan suara dan/atau sertifikat hasil penghitungan calon, PPL, PPS, PPK melalui PPS serta menempelkan 1 (satu)
suara pada saksi calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur, eksemplar sertifikat hasil penghitungan suara pada tempat
calon Bupati dan calon Wakil Bupati, serta calon Walikota pengumuman di TPS selama 7 (tujuh) hari.”
dan calon Wakil Walikota, PPL, PPS dan PPK melalui PPS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (12) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan
dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling
sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling
banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
PASAL 193 AYAT (7) UU No 10 Th 2016 Pasal 99 UU No 1 Th 2015
Setiap PPS yang tidak mengumumkan hasil penghitungan PPS wajib mengumumkan salinan sertifikat hasil penghitungan
suara dari seluruh TPS di wilayah kerjanya sebagaimana suara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (11) dari
dimaksud dalam Pasal 99, dipidana dengan pidana penjara seluruh TPS di wilayah kerjanya dengan menempelkan salinan
paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 60 tersebut di tempat umum selama7 (tujuh) hari.
(enam puluh) bulan dan denda paling sedikit
Pasal 98 ayat (11) UU No 8 Th 2015
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).” KPPS wajib memberikan 1 (satu) eksemplar salinan berita acara
dan sertifikat hasil penghitungan suara kepada saksi calon
Gubernur, saksi calon Bupati, saksi calon Walikota, PPL, PPS,
PPK melalui PPS serta menempelkan 1 (satu) eksemplar
sertifikat hasil penghitungan suara pada tempat pengumuman di
TPS selama 7 (tujuh) hari.

9. PERGERAKAN SURAT SUARA


Pasal 194 UU No 1 Th 2015 Pasal 33 UU No 10 Th 2016
Panwas Kecamatan yang tidak mengawasi penyerahan kotak Tugas dan wewenang Panwas Kecamatan dalam Pemilihan
suara tersegel kepada KPU Provinsi dan KPU meliputi:
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
huruf b.
huruf b, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan mengawasi penyerahan kotak suara tersegel kepada KPU
dan denda paling sedikit Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;
dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta
rupiah).
Pasal 193 ayat (6) UU No 10 Th 2016 Pasal 20 huruf q UU No 8 Th 2015:
Setiap KPPS yang tidak menjaga, mengamankan keutuhan menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara setelah
kotak suara, dan menyerahkan kotak suara tersegel yang penghitungan suara dan setelah kotak suara disegel;
berisi surat suara, berita acara pemungutan suara, dan
sertifikat hasil penghitungan suara kepada PPK pada Hari
yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf q,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas)
bulan dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda
paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan
paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

10. Pemungutan, Penghitungan suara Ulang


“Pasal 193 (UU No 10 Th 2016) Pasal 112 (UU No 1 th 2015)
(1) Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tidak (1) Pemungutan suara di TPS dapat diulang jika terjadi
menetapkan pemungutan dan/atau penghitungan suara ulang gangguan keamanan yang mengakibatkan hasil pemungutan
di TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 dan Pasal suara tidak dapat digunakan atau penghitungan suara tidak
113 berdasarkan putusan Bawaslu Provinsi atau Panwas dapat dilakukan.
Kabupaten/Kota tanpa alasan yang dibenarkan berdasarkan (2) Pemungutan suara di TPS dapat diulang jika dari hasil
Undang-Undang ini, anggota KPU Provinsi dan anggota penelitian dan pemeriksaan Panwas Kecamatan terbukti
KPU Kabupaten/Kota dipidana dengan pidana penjara paling terdapat 1 (satu) atau lebih keadaan sebagai berikut:
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 144 a. pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit penghitungan suara tidak dilakukan menurut tata cara
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan;
banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta b. petugas KPPS meminta Pemilih memberi tanda khusus,
rupiah). menandatangani, atau menulis nama atau alamatnya pada
surat suara yang sudah digunakan;
c. petugas KPPS merusak lebih dari satu surat suara yang
sudah digunakan oleh Pemilih sehingga surat suara
tersebut menjadi tidak sah;
d. lebih dari seorang Pemilih menggunakan hak pilih lebih
dari satu kali, pada TPS yang sama atau TPS yang
berbeda; dan/atau
e. lebih dari seorang Pemilih yang tidak terdaftar sebagai
Pemilih, mendapat kesempatan memberikan suara pada
TPS.

Pasal 113 (UU No 1 Th 2015)


(1) Penghitungan suara ulang meliputi:
a. penghitungan ulang surat suara di TPS; atau
b. penghitungan ulang surat suara di PPS.
(2) Penghitungan ulang suara di TPS dilakukan seketika itu juga
jika:
a. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
b. penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang
terang atau yang kurang mendapat penerangan cahaya;
c. penghitungan suara dilakukan dengan suara yang kurang
jelas;
d. penghitungan suara dicatat dengan tulisan yang kurang
jelas;
e. saksi calon, PPL, dan masyarakat tidak dapat
menyaksikan proses penghitungan suara secara jelas;
f. penghitungan suara dilakukan di tempat lain atau waktu
lain dari yang telah ditentukan; dan/atau
g. terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan surat suara
yang sah dan surat suara yang tidak sah.
(3) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), saksi calon atau PPL dapat mengusulkan penghitungan
ulang surat suara di TPS yang bersangkutan.
Pasal 193 ayat (2) UU No 10 Th 2016 Pasal 120 (UU No 1 Th 2105)
Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tidak (1) Dalam hal sebagian atau seluruh wilayah Pemilihan terjadi
menetapkan pemilihan lanjutan dan/atau pemilihan susulan kerusuhan, gangguan keamanan, bencana alam, atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 dan Pasal 121 gangguan lainnya yang mengakibatkan sebagian tahapan
berdasarkan putusan Bawaslu Provinsi atau Panwas penyelenggaraan Pemilihan tidak dapat dilaksanakan maka
Kabupaten/Kota tanpa alasan yang dibenarkan berdasarkan dilakukan Pemilihan lanjutan.
Undang-Undang ini, anggota KPU Provinsi dan anggota
(2) Pelaksanaan Pemilihan lanjutan dimulai dari tahap
KPU Kabupaten/Kota dipidana dengan pidana penjara paling
penyelenggaraan Pemilihan yang terhenti.
singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 144
(seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Pasal 121
Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling
(1) Dalam hal di suatu wilayah Pemilihan terjadi bencana alam,
banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta
kerusuhan, gangguan keamanan, dan/atau gangguan lainnya
rupiah).
yang mengakibatkan terganggunya seluruh tahapan
penyelenggaraan Pemilihan maka dilakukan Pemilihan
susulan.
(2) Pelaksanaan Pemilihan susulan dilakukan untuk seluruh
tahapan penyelenggaraan Pemilihan.
Pasal 193 ayat (4) UU No 10 Th 2016
Ketua dan anggota KPPS yang dengan sengaja tidak melaksanakan ketetapan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling
lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

10. REKAPITULASI
Pasal 193 ayat (3) UU No 10 Th 2016
Ketua dan anggota KPPS, ketua dan anggota PPK, ketua dan anggota KPU Kabupaten/Kota, atau ketua dan anggota KPU
Provinsi yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum tidak membuat dan/atau menandatangani berita acara
perolehan pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan
Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama
60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp60.000.000,00
(enam puluh juta rupiah).
Pasal 178F (UU No 10 Th 2016) 1. Setiap orang
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum menggagalkan pleno penghitungan suara tahap akhir 2. Dengan sengaja
yang dilakukan di KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota pemungutan suara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36
3. Melakukan perbuatan melawan hukum:
(tiga puluh enam) bulan dan paling lama 144 (seratus empat puluh empat) bulan dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00
menggagalkan pleno perhitungan suara
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
tahap akhir yang dilakukan di KPU Provinsi
atau KPU Kabupaten/kota
11.PENETAPAN HASIL PEMILIHAN
Pasal 183 (UU No 1 th 2015)
Setiap orang yang melakukan kekerasan terkait dengan penetapan hasil Pemilihan menurut Undang-Undang ini, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 197 UU No 8 Th 2015
(1) Dalam hal KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota tidak menetapkan perolehan hasil Pemilihan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, anggota KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dipidana dengan pidana penjara paling singkat 24 (dua
puluh empat) bulan dan paling lama 60 (enam puluh) bulan dan denda paling sedikit Rp240.000.000,00 (dua ratus empat puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) dihapus

12. PIDANA BAGI PENYELENGGARA YANG TIDAK MELAKSANAKAN KEWENANGAN


Pasal 193 A (UU No 10 Th 2016) “Pasal 12 (UU No 8 th 2015)
(1) Ketua dan/atau anggota KPU Provinsi yang Dalam pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, KPU
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Provinsi wajib:
Pasal 12, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
a. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan
12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
Gubernur dan Wakil Gubernur dengan tepat waktu;
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling b. memperlakukan peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat secara adil dan setara;
juta rupiah).
c. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur kepada masyarakat;
d. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan
penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
kepada KPU dan Menteri;
f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan
penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
kepada KPU dan Menteri dengan tembusan kepada Bawaslu;
h. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU Provinsi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. menyediakan dan menyampaikan data hasil Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur di tingkat Provinsi;
j. melaksanakan Keputusan DKPP; dan
k. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan.”
PASAL 193A (UU NO 10 Th 2016) Pasal 14 UU No 8 Th 2015
(2) Ketua dan/atau anggota KPU Kabupaten/Kota yang KPU Kabupaten/Kota dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota wajib:
Pasal 14, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
a. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan pemilihan Bupati
12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
dan Wakil Bupati serta pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
dengan tepat waktu;
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling
banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat b. memperlakukan peserta pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta
juta rupiah). pemilihan Walikota dan Wakil Walikota secara adil dan setara;
c. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati serta pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota kepada masyarakat;
d. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan
penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota kepada Menteri melalui
Gubernur dan kepada KPU melalui KPU Provinsi;
f. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. mengelola barang inventaris KPU Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;
h. menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan
penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati serta
pemilihan Walikota dan Wakil Walikota kepada Menteri melalui
Gubernur, kepada KPU dan KPU Provinsi serta menyampaikan
tembusannya kepada Bawaslu Provinsi;
i. membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU
kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
j. menyampaikan data hasil Pemilihan dari tiap TPS pada tingkat
Kabupaten/Kota kepada peserta Pemilihan paling lama 7 (tujuh)
hari setelah rekapitulasi di Kabupaten/Kota;
k. melaksanakan Keputusan DKPP; dan
l. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU, KPU Provinsi
dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Pasal 193 B ayat (1) (UU No 10 Th 2016) Pasal 29 ( UU No 1 th 2015)
Ketua dan/atau anggota Bawaslu Provinsi yang Bawaslu Provinsi wajib:
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan
Pasal 29, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
wewenangnya;
12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling tugas pengawas pemilihan umum pada tingkatan di bawahnya;
banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat
c. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan
juta rupiah).
dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilihan;
d. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu sesuai
dengan tahapan Pemilihan secara periodik dan/atau berdasarkan
kebutuhan;
e. menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu berkaitan
dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU
Provinsi yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan
tahapan Pemilihan di tingkat Provinsi; dan
f. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PASAL 193 B ayat (2) Pasal 32 (UU No 1 Th 2015)
Ketua dan/atau anggota Panwas Kabupaten/Kota yang Dalam Pemilihan Bupati dan Walikota, Panwas Kabupaten/Kota
melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam wajib:
Pasal 32, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan
12 (dua belas) bulan dan paling lama 144 (seratus empat
wewenangnya;
puluh empat) bulan dan denda paling sedikit
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
banyak Rp144.000.000,00 (seratus empat puluh empat tugas Panwas pada tingkatan di bawahnya;
juta rupiah).”
c. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan
dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilihan;
d. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Bawaslu sesuai
dengan tahapan Pemilihan secara periodik dan/atau berdasarkan
kebutuhan;
e. menyampaikan temuan dan laporan kepada Bawaslu berkaitan
dengan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh KPU
Provinsi atau KPU kabupaten/Kota
f. yang mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan
Pemilihan; dan
g. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan
perundang-undangan.

13. PIDANA BAGI LEMBAGA PEMANTAU PEMILIHAN


Pasal 187D (UU No 10 th 2016) Pasal 128 UU No 1 Th 2015
Pengurus lembaga pemantau Pemilihan yang melanggar Lembaga pemantau Pemilihan dilarang:
ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
a. melakukan kegiatan yang mengganggu proses pelaksanaan
128, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36
Pemilihan;
(tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh
dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 b. mempengaruhi Pemilih dalam menggunakan haknya untuk
(tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak memilih;
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).”
c. mencampuri pelaksanaan tugas dan wewenang penyelenggara
Pemilihan;
d. memihak kepada peserta Pemilihan tertentu;
e. menggunakan seragam, warna, atau atribut lain yang memberikan
kesan mendukung atau menolak peserta Pemilihan;
f. menerima atau memberikan hadiah, imbalan, atau fasilitas
apapun dari atau kepada peserta Pemilihan;

14. PELANGGARAN LAIN-LAIN


Pasal 179 (UU No 1 th 2015)
Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat yang menurut suatu aturan dalam Undang-Undang ini diperlukan untuk
menjalankan suatu perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain sebagai seolah-olah surat sah atau tidak
dipalsukan, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua)
bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh
dua juta rupiah).
Pasal 181 (UU No 1 th 2015)
Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa suatu surat adalah tidak sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau
menyuruh orang lain menggunakannya sebagai surat sah, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam)
bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
Pasal 188 UU No 1 th 2015 Pasal 71 (UU No 10 th 2016)
Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, (1) Pejabat negara, pejabat aparatur sipil negara, dan Kepala Desa
dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah yang dengan atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat keputusan dan/atau
sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu calon
dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara paling selama masa Kampanye.
singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan (2) Petahana dilarang melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus sebelum masa jabatannya berakhir.
ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000,00 (enam (3) Petahana dilarang menggunakan program dan kegiatan
juta rupiah). Pemerintahan Daerah untuk kegiatan Pemilihan 6 (enam) bulan
sebelum masa jabatannya berakhir.
(4) Dalam hal petahana melakukan hal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3), petahana dikenai sanksi pembatalan sebagai
calon oleh KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota.
Pasal 192 (dihapus)
Pasal 195 UU No 8 Th 2015
Setiap orang yang dengan sengaja merusak, mengganggu, atau mendistorsi sistem informasi penghitungan suara hasil Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 60 (enam puluh) bulan dan paling lama 120 (seratus dua puluh) bulan dan denda paling sedikit
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 196 di hapus
Pasal 198 UU No 1 Th 2015 Pasal 150 UU No 1 Th 2015
Ketua dan anggota KPU Provinsi dan KPU (1) Putusan pengadilan terhadap kasus tindak pidanaPemilihan yang
Kabupaten/Kota yang tidak melaksanakan putusan menurut Undang-Undang ini dapat mempengaruhi perolehan suara
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum peserta Pemilihan harus sudah selesai paling lama 5 (lima) hari
tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150 ayat (2), sebelum KPUProvinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua menetapkanhasil Pemilihan.
belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat)
(2) KPU Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota wajib
bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua
menindaklanjuti putusan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
belas juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00
(1).
(dua puluh empat juta rupiah).
“Pasal 198A (UU No 10 th 2016)
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindak kekerasan atau menghalang-halangi Penyelenggara Pemilihan dalam
melaksanakan tugasnya, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan dan denda paling sedikit Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh
empat juta rupiah).”

Anda mungkin juga menyukai