r.c. balok
Besi balok tulangan Besi tulangan kolom
4Ø10-12mm 4Ø10-12mm
Balok behel min. Ø8mm
10 cm Tulangan kolom min. Ø8mm
jarak < 15 cm
jarak < 15 cm
12 cm
tulangan besi balok sloof
4Ø10-12mm Behel balok sloof min.
semua bekisting harus dibuat Balok Sloof
Ø8mm jarak < 15 cm
sesuai & seharusnya tidak
digunakan papan acak
pasak 4/6 cm
40D 40D
19
15. A.I. MENEMPATKAN BETON DALAM KOLOM II. FASE I MENEMPATKAN BETON DALAM KOLOM SETELAH
SECARA SIMULTAN DENGAN DINDING BATA MEMBANGUN SETENGAH DINDING BATA
Jangkar min. Ø10mm,
Batang penguat kolom disokong oleh kayu panjang > 40cm
menguatkan untuk mencegah membungkuk setiap 6 lapis bata
Tinggi dinding setengah
1 1/2
penahan 4/6 cm dipaku ke
bekisting
Bekisting setengah dinding
Kayu
Permukaan batu bata penyokong
kasar dipersimpangan
kolom
Pengawetan:
dinding bata & beton harus
disemprotkan secara berkala
pasak 4/6 cm
20
II. FASE I MENEMPATKAN BETON DI KOLOM SETELAH III. FASE II MENEMPATKAN BETON DALAM KOLOM
DINDING SETINGGI SETENGAH DINDING
Bekisting didirikan
1 untuk tinggi dinding
2
4
tinggi dinding
kedua
bata kedua
menuang beton setelah
Tinggi dinding setengah
tinggi dinding
setengah tinggi dinding
bata kedua
bata didirikan menuang beton
setelah tembok
bata selesai
5
untuk memadatkan
beton, batang baja
12mm digunakan
tinggi dinding
untuk memadatkan & Bekisting dapat
bata kedua
palu kayu untuk dilepas minimal
tinggi setengah dinding
3 4
Palu pemukul
Pengawetan:
dinding bata & beton kolom lurus kolom dengan bergigi
harus disemprotkan Catatan: menuang beton dinding bata tepi
secara berkala dilakukan sekali jalan &
TIDAK DI BERTAHAP
21
15.B.I. MENEMPATKAN BETON DALAM KOLOM II. MENEMPATKAN BETON RENDAH III. MENEMPATKAN BETON ATAS
DITAHAP SEBELUMNYA UNTUK BATU BATA SETENGAH DARI KOLOM SETENGAH DARI KOLOM
Bekisting didirikan
tinggi setengah dinding
untuk memadatkan
setinggi setengah
Palu pemukul beton, batang baja 12mm
kolom
digunakan untuk
Penguat 4/6 cm dipaku memadatkan & palu kayu
untuk membentuk tiang untuk mengetuk sisi mal
kayu Tiang kerja
4/6 cm
kerja Penguat 4/6 cm
untuk mendukung
bekisting
22
15.C. MENEMPATKAN BETON SELURUHNYA SETINGGI
KOLOM SEBELUM BATA DILETAKKAN
Catatan: kolom
didukung pada 4 sisi
untuk menjamin to compact the concrete,
kekokohan selama a steel rod �
12mm is used
pemasangan beton. to tramp & a club
hammer to tap the sides
Kayu penguat
4/6 cm untuk
mendukung Bekisting didirikan
bekisting setinggi kolom & siap Bekisting dapat
untuk memasukkan beton dilepas minimal 3
hari setelah
Pengawetan: menuangkankan
dinding bata & beton beton
harus disemprotkan
secara berkala
23
Besi tulangan
Kawat pengikat tambahkan air dengan tepat.
min.Ø 10mm
balok beton bertulang Diharapkan min. kuat tekan
kayu 5/7 cm beton = 150 kg / cm2
susuk 7cm penutup beton 2,5cm
kayu 5/7 cm dari sumbu tulangan utama
12cm Besi tulangan min.Ø 10mm
selubung 2cm Dinding bata
Besi tulangan min.Ø 10mm
permukaan beton harus diratakan Behel min. Ø 8mm
jarak < 15 cm
bahan pelapis 2cm
Pengunci 5/7 cm setiap 50cm
(jika dianggap perlu)
Kawat pengikat
susuk 7cm
kayu 5/7 cm
Kayu penyebar 2/3 cm behel min.Ø 8mm
setiap 1m Besi tulangan min.Ø 10mm jarak < 15 cm
kayu 5/7 cm setiap 1m
Pengawetan:
Kayu 5/7 cm dinding bata & beton
Dinding bata harus disemprotkan
kolom beton bertulang secara berkala
24
17. RANGKA ATAP KAYU KAYU
gording 6/12 cm
Kayu penguat untuk Pin kayu min. Ø 10mm
mengikat rangka
lempengan besi 4.40 mm /
6/12 cm
papan 20.100 mm
baut min. Ø 10 mm
8/12 cm
baut min. Ø 10 mm
gording 6/12 cm
klem baja 4.40 mm
r.c. balok12/20 cm
kolom
12/12 cm
8/12 cm
gording
6/12 cm
Sepatu gording
26
19. PENUTUPAN ATAP Penutup
Penutup nok
nok nok 6/12 cm
Lembaran atap sekrup
galvanis
gording 6/12 cm
Sepatu gording
Rangka atap
8/12 cm
sekrup
Lembaran atap Lembaran atap
galvanis galvanis
sekrup
gording 6/12 cm
27
REFERENSI
[1] Boen, T., “Reconstruction of Houses in Aceh, Seven Months after the Earthquake dan Tsunami, Dec 26, 2004.” ICUS Conference, Singapore,
2005.
[2] Boen, T., “Nias / Simeulue Earthquake March 28, 2005.” EERI Journal, Vol.39, 2005.
[3] Boen, T. and Jigyasu, R., “Cultural Considerations for Post Disaster Reconstruction Post-Tsunami Challenges.” UNDP Conference, 2005.
[4] Boen, T., “Membangun Rumah Tembokan Tahan Gempa”, 2005.
[5] Boen, T., “Sumatra Earthquake, 26 December 2004.” Special Report ICUS, 2005.
[6] Boen, T., “Earthquake Resistant Design of Non-Engineered Buildings in Indonesia.” EASEC Conference, Bali, Indonesia, 2003.
[7] American Concrete Institute, ACI 318-02, 2002.
[8] Boen, T., “Earthquake Resistant Design of Non Engineered Buildings in Indonesia.” EQTAP Conference, Kamakura, 2001.
[9] Boen, T., “Earthquake Resistant Design of Non Engineered Buildings in Indonesia.” EQTAP Conference, Bali, 2001.
[10] Boen, T., et. al., “Post Earthquake Disaster Relocation: Indonesia's Experience.” APEC Conference, Taiwan, 2001.
[11] Boen, T., “Impact of Earthquake on School Buildings in Indonesia.” EQTAP Conference, Kobe, Jepang, 2001.
[12] Boen, T., “Disaster Mitigation of Non Engineered Buildings in Indonesia.” EQTAP Conference, Manila, 2001.
[13] Boen, T., Gempa Bumi Bengkulu: Fenomena, dan Perbaikan / Perkuatan Bangunan (Berdasarkan Hasil Pengamatan terhadap Bangunan-
Bangunan yang Rusak akibat Gempa Bumi Bengkulu, 4 Juni 2000), 2000.
[14]
Fanella, David A., Seismic Detailing of Concrete Buidings, Portland Cement Association, 2000.
[15]
Tomazevic, Miha, Earthquake Resistant Design of Masonry Buildings, Imperial College Press 1999.
[16]
Pande, et. al., Computer Methods in Structural Masonry, Proceeding 4th International Symposium on Computer Methods in Structural Masonry,
[17] 1998.
Boen, T., Bencana Gempa Bumi: Fenomena, Akibat, dan Perbaikan / Perkuatan Bangunan yang Rusak (Berdasarkan Hasil Pengamatan terhadap
[18] Bangunan-Bangunan yang Rusak akibat Gempa Bumi Biak, 17 Februari 1996), 1996.
[19] Shah, H., and Boen, T., Probabilistic Seismic Hazard Model for Indonesia, 1996.
[20] Kicklighter, Modern Masonry: Brick, Block, Stone, Goodheart-Wilcox Publisher, 1996.
Boen, T., Manual Perbaikan dan Perkuatan Bangunan yang Rusak akibat Gempa Bumi (Berdasarkan Hasil Pengamatan terhadap Bangunan yang
[21] Rusak akibat Gempa Bumi Kerinci, 7 Oktober 1995), 1995.
[22] Boen, T., Earthquake Hazard Mitigation in Developing Countries, the Indonesian Experience, 1994.
[23] Boen, T., Manual Perbaikan Bangunan yang Rusak akibat Gempa Bumi (Hasil Survey Gempa Lampung Barat, 16 Februari 1994), 1994.
Boen, T., Anjuran Perbaikan Detail Struktur Bangunan Sederhana yag Rusak akibat Gempa Bumi (Hasil Surey Gempa Bumi Halamahera, 21-1-
[24] 1994) , 1994.
[25] Boen, T., Manual Perbaikan Bangunan Sederhana yang Rusak akibat Gempa Bumi Flores, Desember 1992.
[26] Pauley & Priestley, Seismic Design of Reinforce and Masonry, John Wiley & Sons, Canada, Ltd, 1992.
Brett, Peter, Formwork and Concrete Practice, Heineman Professional Publishing, 1988.
28
[27] Curtin, Shaw, Beck, Structural Masonry Designers Manual, BSP Professional Books, 1987.
[28] IAEE Committee on Non-Engineered Construction, Guidelines for Earthquake Resistant Non-Engineered Construction, The International Association
for Earthquake Engineering, 1986.
[29] CIB/W-73, “Small Buildings and Community Development.” Proceedings, International Conference on Natural Hazards Mitigation Research and
Practice, 1984. Boen, T., Manual Bangunan Tahan Gempa (Rumah Tinggal), 1978. National Science
[30] Foundation, Earthquake Resistant Masonry Construction: National Workshop, 1977. Sharma, S.K. dan
[31] Kaul, B.K., A Text Book of Building Construction, S. Chand dan Co. (Pvt) Ltd., 1976. Fintel, Mark,
[32] Handbook of Concrete Engineering, Van Nostrand Reinhold, 1974. Neville, A.M., Properties of
[33] Concrete, Pitman Publishing, 1973. Sahlin, Sven, Structural Masonry, Prentice-Hall, Inc., 1971.
[34] Unesco, Reinforced Concrete, an International Manual, Butterworths, 1971.
[35] Boen, T., Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, 1969. Portland Cement Association, Concrete Technology,
[36] Student Manual, D.B. Taraporevala Sons dan Co. Private Ltd,. 1969. Rooseno, Beton Tulang, Pembangunan Djakarta,
[37] 1954.
[38]
[39]
TEDDY BOEN
29