Melati,
Jakarta Pusat -10230
Kepada Yth.
Di Jakarta
Dengan hormat,
Nama : Fahrizal
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat :JL. Teluk Mandar. No 70. Jakarta
Selanjutnya disebutkan …………………..Pemohon II
1
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
………………………………………...PEMOHON………………………………
Dengan ini Pemohon mengajukan Permohonan Pengujian Materil Pasal 5 Ayat
(4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara (Selanjutnya
disebut UU IKN) terhadap Pasal 18 Ayat (1), Pasal 18 Ayat (3), Pasal 18 Ayat (4),
Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (Selanjutnya disebut UUD NRI 1945).
2
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
3. Bahwa dalam Pasal 29 ayat (1) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (Bukti P-3)mengatur :
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang – Undang
terhadap Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945...”
4. Bahwa dalam Pasal 9 Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 Jo Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang - Undang Nomor
12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang (Bukti P-4) diatur
dalam hal suatu undang - undang diduga bertentangan dengan Undang -
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujian dilakukan
oleh Mahkamah Konstitusi.
5. Bahwa berdasarkan Pasal 7 Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 Jo
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang - Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang –
Undangan (Bukti P-4) mengatur bahwa secara hierarkis kedudukan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 lebih tinggi dari undang - undang.
Oleh karena itu, setiap ketentuan undang - undang tidak boleh bertentangan
dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jika terdapat ketentuan
dalam undang - undang yang bertentangan dengan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, maka ketentuan tersebut dapat dimohonkan untuk diuji
melalui mekanisme pengujian undang – undang.
6. Bahwa menurut Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Saffaat, dalam bukunya Teori
Hans Kelsen Tentang Hukum, (Bukti P-5) semangat pembentukan MK di
Indonesia tampaknya pararel dengan gagasan pemikir hukum asal Austria Hans
Kelsen yang sejak awal meyakini bahwa pelaksanaan aturan konstitusional
dapat secara efektif dijamin hanya apabila suatu organ selain badan legislatif
diberi tugas untuk menguji apakah suatu undang - undang itu konstitusional
atau tidak, dan tidak memberlakukannya apabila sesuai dengan pendapat organ
ini tidak konstitusional. Dapat diadakan organ khusus yang dibentuk untuk
tujuan ini, seperti pengadilan khusus yang disebut Mahkamah Konstitusi.
3
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
4). Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah
Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk,
diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR.
10. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, maka MK memiliki
kewenangan untuk menguji permohonan a quo sesuai dengan kewenangan
yang diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
juga dapat diartikan sebagai hak seseorang, sekelompok orang atau organisasi
untuk tampil di pengadilan sebagai penggugat dalam proses gugatan perdata
(civil proceding). Lebih sederhana lagi, legal standing dapat diartikan sebagai
“hak gugat”.
3. Bahwa menurut Harjono dalam bukunya yang berjudul Konstitusi sebagai
Rumah Bangsa (Bukti P-8), legal standing diartikan sebagai keadaan di mana
seseorang atau suatu pihak ditentukan memenuhi syarat dan oleh karena itu
mempunyai hak untuk mengajukan permohonan penyelesaian perselisihan
atau sengketa atau perkara di depan Mahkamah Konstitusi.
4. Bahwa berdasarkan pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan definisi dari
legal standing adalah hak seseorang untuk mengajukan permohonan atau
gugatan dalam penyelesaian perselisihan atau sengketa di depan lembaga
peradilan dalam hal ini Mahkamah Konstitusi.
5. Bahwa jaminan seseorang untuk dapat mengajukan permohonan telah dijamin
oleh konstitusi tertulis dalam UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 28D ayat
(1) (Bukti P-1) yang mengatur bahwa: “Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum.”
6. Bahwa salah satu indikator kemajuan berbangsa dan bernegara adalah
penjaminan hak setiap warga negara untuk mengajukan permohonan
pengujian peraturan perundang-undangan. Judicial Review merupakan bentuk
perwujudan dari penjaminan hak-hak dasar warga negara sebagaimana diatur
dalam Pasal 24C UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jo Undang -
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Bukti P-2).
Maka secara tidak langsung MK tidak hanya berperan sebagai penjaga
konstitusi (The guardian Of Constitution) melainkan juga suatu badan yang
menjaga hak asasi manusia.
7. Bahwa MK memiliki kewajiban untuk menjaga supremasi konstitusi,
termasuk dari aturan hukum yang melanggar konstitusi. Oleh karena itu,
sesuai dengan prinsip supremasi konstitusi, hukum yang bertentangan dengan
5
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
konstitusi adalah batal. Hal itu secara tegas dinyatakan oleh John Marshall
bahwa untuk menjamin keadilan diperlukan lembaga yang dapat menguji
pemberlakuan undang-undang di tengah masyarakat, dalam hal ini
Mahkamah Konstitusi.
8. Bahwa A. Mukthie Fadjar, dalam bukunya Hukum Konstitusi dan Mahkamah
Konstitusi, (Bukti P-9) menjelaskan sebagai pelaku kekuasaan kehakiman,
fungsi konstitusional yang dimiliki oleh MK adalah fungsi peradilan untuk
menegakkan hukum dan keadilan. Fungsi MK dapat ditelusuri dari latar
belakang pembentukannya, yaitu untuk menegakkan supremasi konstitusi.
Oleh karena itu ukuran keadilan dan hukum yang ditegakkan dalam peradilan
MK adalah konstitusi itu sendiri yang dimaknai tidak hanya sekadar sebagai
sekumpulan norma dasar, melainkan juga dari sisi prinsip dan moral
konstitusi, antara lain prinsip negara hukum dan demokrasi, perlindungan hak
asasi manusia, serta perlindungan hak konstitusional warga negara. Di dalam
Penjelasan Umum UU MK disebutkan bahwa tugas dan fungsi MK adalah
menangani perkara ketatanegaraan atau perkara konstitusional tertentu dalam
rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai
dengan kehendak rakyat dan cita-cita demokrasi.
9. Bahwa Pasal 51 ayat (1) UU MK (Bukti P-2) menyatakan, “Pemohon adalah
pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya
dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
a. Perorangan warga negara Indonesia;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c. Badan hukum publik atau privat; atau
d. Lembaga negara;
10. Bahwa penjelasan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
Tentnag Mahkamah Konstitusi (Bukti P-2) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-
6
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
7
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
13. Bahwa dalam pasal (1) UU MK (Bukti P-1) bahwa hak kewenangan
konstitusional pemohon yang diberikan oleh UUD 1945 jika pemohon tidak
memiliki kewenangan untuk memberikan permohonan, kewenangan bersifat
khusus artinya harus secara khusus tidak bisa secara luas, dalam kerugian
yang ada dalam undang-undang yang dimohonkan pengujian, jika dalam
permohonan itu dikabulkan maka tidak akan ada kerugian konstitusional.
14. Bahwa menurut Jimly Asshiddiqie dalam bukunya Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi (Bukti P-12) ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya
kedudukan hukum (legal standing) pemohon dalam perkara pengujian
Undang - Undang terhadap UUD di Mahkamah Konstitusi, yaitu:
a. Pihak yang bersangkutan haruslah terlebih dahulu membuktikan identitas
dirinya telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud oleh Pasal 51
Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi;
b. Pihak yang bersangkutan haruslah membuktikan bahwa dirinya memang
mempunyai hak - hak tertentu yang dijamin atau kewenangan -
kewenangan tertentu yang ditentukan dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
c. Hak - hak atau kewenangan konstitusional dimaksud memang terbukti
telah dirugikan oleh berlakunya Undang - Undang yang bersangkutan.
15. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia, yang bersama-sama dengan
rekan-rekan Pemohon lainnya dengan mengacu kepada:
1. Bahwa ketentuan norma yang diuji konstitusionalitasnya oleh Pemohon
adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Ibu Kota Negara (Bukti P-6) yang meliputi pasal-pasal sebagai berikut:
b. Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara yang menyatakan:
“Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara adalah
pemerintahan daerah yang bersifat khusus yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di Ibu Kota Nusantara.”
8
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
9
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (Bukti P-15) dan kartu
tanda Anggota Ibu Kota Negara (Bukti P-16),sehingga berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan pemohon
adalah warga negara Indonesia.
18. Bahwa para pemohon merupakan para Akademisi Muda (Pemohon I-II)
melakukan Uji Materi Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang No.3 Tahun 2022
Tentang Ibu Kota Negara.
19. Bahwa dengan adanya Frasa kata dapat dalam Pasal 5 Ayat (4) UU IKN yang
berbunyi: “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan
setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden
setelah berkonsultasi dengan DPR”. Pasal ini memberikan ketidakpastian
hukum kepada Pemohon mengenai kedudukan Kepala Otorita IKN nyatanya
berbeda dengan konsep pemerintahan daerah yang mana Kepala Otorita IKN
berkedudukan setingkat menteri yang dipilih oleh Presiden. Adapun yang
Pemohon minta agar kata “setingkat menteri” dalam Pasal 5 Ayat (4) dihapus
yang nantinya mewajibkan Presiden untuk menjadikan Jabatan Panglima TNI
menjadi hak semua warga negara Indonesia dan bergiliran jadi keadilan antar
warga negara Indonesia menjadi terwujud.
20. Pemohon juga mengkhawatirkan Frasa kata dapat dalam Pasal 5 Ayat (4) UU
IKN yang berbunyi: “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan
setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden
setelah berkonsultasi dengan DPR”. Pasal ini memberikan ketidakpastian
hukum kepada Pemohon mengenai kedudukan Kepala Otorita IKN nyatanya
berbeda dengan konsep pemerintahan daerah yang mana Kepala Otorita IKN
berkedudukan setingkat menteri yang dipilih oleh Presiden. Adapun yang
Pemohon minta agar kata “ditunjuk, diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden” dalam Pasal 5 Ayat (4) dihapus yang nantinya diganti menjadi
“dipilih melalui pemilihan demokratis” sehingga menjadi hak semua warga
11
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
12
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
Yang Mulia Ketua Mahkamah Konstitusi, atas dasar legal standing tersebut di
atas, Pemohon menyampaikan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi
untuk dapat menguji keberlakuan dari Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara terhadap Pasal 18 Ayat (1),
Pasal 18 Ayat (3), Pasal 18 Ayat (4), Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
13
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
14
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
pemerintah.
6. Bahwa Pemohon meminta agar kata “setingkat menteri” di dalam Pasal 5
ayat (4) tersebut diganti menjadi SETINGKAT DAERAH PROVINSI, yg
nantinya mewajibkan Presiden untuk menjadikan jabatan kepala
pemerintahan menjadi hak semua warga negara Indonesia dan bergilir jadi
keadilan antar warga negara Indonesia menjadi terwujud.
7. Bahwa para pemohon menganggap Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang No.
3 Tahun 2022 Tentang Ibu Kota Negara, disebutkan bahwa pada Frasa
kata dapat dalam Pasal 5 Ayat (4) UU IKN yang berbunyi: “Kepala
Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus
Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk,
diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan
DPR”. Pasal ini memberikan ketidakpastian hukum kepada Pemohon
mengenai ketentuan kepala pemerintahan daerah khusus ibu kota
nusantara seperti yang tercantum dalam UUD 1945 tugas Menteri adalah
membantu presiden untuk membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan dan bukan sebagai Kepala Pemerintahan. Adapun yang
Pemohon minta agar kata “setingkat menteri” dalam Pasal 5 Ayat (4)
diganti menjadi “setingkat daerah provinsi” yang nantinya mewajibkan
Presiden untuk menjadikan tata cara pengelolaan Pemerintahan Otoritas
Ibu Kota Nusantara setara dengan daerah Provinsi di Indonesia.
8. Bahwa pada Pasal 5 ayat (4) UU IKN yang berbunyi “Kepala Otorita Ibu
Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota
Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan
diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR”. Dari
ayat tersebut dapat dilihat jika kata setingkat menteri menjadi setingkat
daerah provinsi maka akan mendapat kepastian dari negara sehingga
kepala Pemerintahan Otoritas Ibu Kota Nusantara bisa mendapat suatu
keadilan yang pasti.
15
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
9. Bahwa Pasal 28D Ayat (1) (Bukti P-1) “Setiap Orang Berhak Atas
Pengakuan, Jaminan, Perlindungan, Dan Kepastian Hukum Yang Adil
Serta Perlakuan Yang Sama Di Hadapan Hukum” bahwa dalam pasal
terdapat setiap orang berhak mendapat pengakuan sehingga dalam kata
dapat bisa menjadi kata wajib, dimana hal ini kata “dapat” dalam Pasal 5
Ayat (4) diganti menjadi wajib yang nantinya mewajibkan Presiden untuk
menjadikan Jabatan Panglima TNI menjadi hak semua warga negara
Indonesia dan bergiliran jadi keadilan antar warga negara Indonesia
menjadi terwujud.
10. KEDUA, pemohon mengkhawatirkan keterlibatan DPR untuk ikut serta
memberikan persetujuan/melakukan uji kelayakan & kepatutan (fit &
proper test) kepada calon panglima TNI yg diusulkan oleh presiden.
11. Bahwa bunyi Pasal 5 ayat (4) :
(4) Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala Pemerintah
Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan setingkat menteri,
ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi
dengan DPR.
12. Bahwa Pasal yang dijadikan Batu uji adalah :
1. Pasal 18 ayat (1) UUD NRI 1945
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang—undang.
2. Pasal 18 ayat (3) UUD NRI 1945
Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
3. Pasal 18 ayat (4) UUD NRI 1945
Gubernur, Bupati, dan Walikota masingmasing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
16
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
A. PETITUM
Berdasarkan seluruh uraian sebagaimana tersebut di atas, para pemohon
memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan
sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Pasal 5 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022
Tentang Ibu Kota Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2022 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6766) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945
Sepanjang dimaknai “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan
kepala Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang
berkedudukan setingkat menteri, ditunjuk, diangkat, dan diberhentikan
oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR”. Diubah dengan
pemaknaan “Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara merupakan kepala
Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara yang berkedudukan
setingkat pemerintahan provinsi yaitu Gubernur, dan dipilih secara
demokratis.”.
17
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
Hormat
kami,
18
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
19
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
Perundangan
P-5 Buku Teori Hans Kelsen Tentang Hukum. Prof. Dr.
Jimly Asshiddiqie, S.H. dan M. Ali Safa\'at, S.H.,
M.H. Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI. 2006
P-6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu
Kota Negara
P-7 Buku Hak Uji Materil,Dr. H. Imam Soebechi, S.H.,
M.H. Sinar Grafika. 2002
P-8 Buku Konstitusi sebagai rumah bangsa: pemikiran
Dr. Harjono, S.H., MCL. Sekretariat Jendral dan
Kepanitiaan Mahkamah Konstitusi.2008.
20
Jl. Kh. MAS Mansyur, RT.6/RW4, Kb. Melati,
Jakarta Pusat -10230
Kewarganegaraan
P-22 Draft Rancangan Undang-Undang Ibu Kota
Nusantara
21