USULAN PENELITIAN
Diajukan guna memperoleh persetujuan melakukan penelitian
dalam rangka skripsi
Oleh :
MUHAMAD HARIS PURWONO
No. Mhs : 04410097
Progam Studi : Ilmu Hukum
BAB I
PENDAHULUAN
diluar organ eksekutif dan legislatif yang dapat menentukan kadar validitas
suatu naskah hukum merupakan suatu keniscayaan, karena gagasan dan semangat
yang terkandung pada suatu naskah hukum selalu terikat dengan ruang dan waktu
dalam waktu yang sangat erat kaitanya dengan situasi dimana dan ketika naskah
hokum itu dirumuskan dan ditetapkan. Berkaitan dengan persoalan ini, maka
interpretasi oleh Peradilan Konstitusi adalah suatu medium yang dapat digunakan
sebagai jembatan guna mencapai kaidah kaidah UUD 1945 yang memiliki
kekuatan implementatif.1
M.D karena Undang-undang adalah produk politik. Sebagai produk politik sangat
1
Ahmad Syahrizal, Peradilan Konstitusi : Suatu Studi tentang Adjudikasi Konstitusional
Sebagai Penyelesaian Sengketa Normatif, PT. Pradnya Paramitha, Jakarta, 2006, hlm.38
2
Moh. Mahfud M.D, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, LP3ES,
Jakarta, 2007, hlm. 96
2
atas judicial review atas Undang-undang Nomor Nomor 5 Tahun 2004 tentang
sebagai Direktur CV. Sungai Bendera Jaya yang memberikan kuasa untuk
tanggal 9 September 2005 yang diterbitkan oleh Bupati Kutai Timur sebagai
Batu Aji, Sedepan, Kerta, Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten
Kutai Timur yang masa berlakunya selama tiga tahun. Baru berjalan satu tahun,
kemudian Bupati Kutai Timur pada tanggal, bulan dan tahun yang sama yaitu tanggal
Walet kepada Junaidi.HM, Ketua Koperasi Pelita Warga di Desa Tepian Langsat,
Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur dengan Surat Ijin Pengelolaan dan
2006.
3
sengketa tata usaha negara di Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda dengan
Desember 2006 tersebut, dan gugatan sengketa tata usaha negara Nomor
Negara Jakarta, kedua Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang
Usaha Negara Jakarta dengan menolak kedua gugatan Pemohon dengan Putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta tanggal 28 Juni 2007 Nomor
60/B/2007/PT.TUN.JKT .
Atas putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Pemohon hendak
Samarinda, ternyata oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tidak dapat
menerima atau menolak, dengan alasan muatan Pasal 45A ayat (2) huruf c UU
ayat (1) terdiri atas: c. perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa
jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakukan yang
tersebut , berdasarkan Pasal 45A ayat (2) huruf c UU MA, secara nyata telah
melanggar hak konstitusional Pemohon berdasarkan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal
27 ayat (1) UUD 1945; Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi "Setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum"; Pasal 27 ayat (1) UUD
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
permohonan judicial review pasal 45 ayat (2) huruf c karena tidak bertentangan
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi dasar pemohon dalam mengajukan judial review Undang-
C. Tujuan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
6
tanpa kekuasaan kehakiman yang merdeka, pasti tidak ada jaminan terwujudnya
kebenaran dan keadilan. Tetapi sama sekali tidak berarti kekuasaan kehakiman
yang merdeka akan selalu identik dengan kebenaran dan keadilan, demikian
ketiganya. 4
kekuasaan, maupun dalam arti pembagian kekuasaan, maka khusus untuk cabang
kekuasaan yudikatif prinsip yang tetap dipegang ialah bahwa dalam tiap negara
3
Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH UII Press, Yogyakarta, 2003, hlm97.
4
Rahimullah, Hukum Tata Negara : Hubungan Antar Lembaga Negara Versi Amandemen
UUD 1945, Fakultas Hukum Satyagama Jakarta, Jakarta, 2007, hlm.21
7
hukum badan yudikatif harus bebas dari campur tangan badan eksekutif. Ini
dimaksudkan agar supaya badan yudikatif itu dapat berfungsi secara sewajarnya
demi penegakan hukum dan keadilan serta menjamin hak-hak asasi manusia.
Sebab hanya dengan asas kebebasan badan yudikatif itulah dapat diharapkan
bahwa keputusan yang diambil oleh badan yudikatif dalam suatu perkara tidak
akan memihak dan berat sebelah dan semata-mara berpedoman pada norma-
norma hukum dan keadilan serta hati nurani hakim itu sendiri dengan tidak usah
dijamin secara efektif apabila ada suatu organ selain legislatif dan eksekutif yang
5
Miriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001,
hlm.227.
6
Joko J Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung : Filosofi dan Problema
Penerapan di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 20.
8
menghendaki organ khusus yang yang diadakan untuk tujuan serupa ini, misalnya
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
perkaitan struktur unity of jurisdiction, seperti halnya dalam system hokum Anglo
Saxon, melainkan berdiri sendiri serta terpisah dari Mahkamah Agung secara
kehakiman.8
dan 1 (satu) kewajiban, sebagaimana termaktub dalam Pasal 24 C ayat (1) dan
ayat (2) UUD 1945. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat
7
Ahmad Syahrizal, Op.Cit, hlm. 76
8
Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasisnya dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm.xviii
9
1945;
b. Korupsi;
c. Penyuapan;
terhadap Undang Undang Dasar ini baru muncul setelah amandemen UUD 1945,
10
indonesia.
lembaga yudisial terhadap produk hukum yang ditetapkan oleh cabang kekuasaan
Sesuai dengan prinsip checks and balances yang telah menjadi satu pokok pikiran
2. Peraturan tersebut dikeluarkan atau ditetapkan oleh institusi atau pejabat yang
9
Fatkhurohman,dkk, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi di Indonesia, Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm,25.
10
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD
1945, FH UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm.231.
11
3. Peraturan tersebut ditetapkan dengan cara yang menyimpang dari tata cara
yang berlaku;
Secara teoritis maupun dalam praktek dikenal adanya dua macam hak uji,
yaitu :11
Hak uji formal adalah wewenang untuk menilai apakah proses terjadinya suatu
produk legislatif (Undang-Undang) sesuai atau tidak dengan cara atau prosedur
yang ditetapkan. Dengan demikian dalam hak uji formil, yang dinilai adalah dari
segi tata cara atau prosedur pembuatan suatu peraturan perundang-undangan oleh
penguasa, apakah sudah sesuai ataukah tidak dengan apa yang telah ditentukan
pembuatan tidak dipenuhi, dianggap tidak sah dan tidak mengikat kepada rakyat.
11
Bambang Sutiyoso dan Srihastuti Puspitasari, Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan
Kehakiman Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, 2005, hlm. 111
12
Hak uji materiil yaitu wewenang untuk menilai apakah sebuah produk
legislatif dari segi isinya (substansinya) bertentangan atau tidak dengan peraturan
hukum yang lebih tinggi. Jadi hak uji materiil ini berkaitan dengan isi atau
substansi dari suatu peraturan dalam hubungannya dengan peraturan yang lebih
E. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
2. Sumber data
a. Data Sekunder
Konstitusi.
c) Karya tulis.
d) Literatur-literatur lainya.
4. Metode pendekatan
5. Analisis Data
dinyatakan oleh sumber, baik secara lisan maupun tulisan yang dipelajari