Anda di halaman 1dari 5

Naskah Drama

Telaga warna
Tokoh Drama:
1.Prabu Suwartalaya:jimmy
2.Ratu Purbamanah:tika
3.Nirmala:shofi
4.Penasehat1:habib
Penasehat 2:karel
Penase
5.Tukang Perhiasan :Reva
6.Rakyat 1: Farel
Rakyat 2: Aini
Rakyat 3: Ella
7. Narator:Rizki
Babak 1
Narator:
Dikisahkan pada zaman dahulu kala, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan
Kutatanggeuhan yang dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana yaitu Prabu Suwartalaya dan Ratu
Purbamanah. Rakyatnya hidup tenang, makmur, tenteram, damai dan sejahtera. Namun Sayangnya,
Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah belum dikaruniai seorang anak. Sehingga, ini menjadi
kegelisahan sang Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah. Penasehat Prabu menyarankan agar raja
dan ratu untuk mengangkat seorang anak.

Panasehat 1: “ Yang mulia, hamba sarankan agar Yang Mulia mengangkat seorang
anak saja.”Raja Prabu : “ Tidak! Bagi kami anak kandung adalah lebih baik daripada anak
angkat.”

Babak 2
Narator:
Ratu sering murung dan menangis di balkon istana. Sang Raja pun ikut sedih melihat istrinya
menangis.
Prabu Suwartalaya:
Sudahlah dinda. Jangan murung dan menangis terus. Kalau dinda bersedih terus seperti ini, kanda jadi
ikut bersedih.

Ratu Purbamanah:
Gimana dinda gak akan bersedih kanda, sudah bertahun-tahun kita berumah tangga tapi belum
dikaruniai seorang anak.

Penasehat 2:
Baginda, supaya Ratu Purbamanah tidak sedih terus bagaimana kalau mengangkat seorang anak saja
baginda. Barangkali bisa mengurangi kesedihan Ratu.
Ratu Purbamanah:
Tidak! Aku tidak mau punya anak angkat!

Prabu Suwartalaya:
Iya, penasehat.
Akupun juga tidak setuju jika mengangkat seorang anak. Buat kami, anak kandung adalah lebih baik
dari pada anak angkat.

Narator:
Ratu Purbamanah masih terus menangis

Prabu Suwartalaya:
Sudahlah dinda jangan menangis terus. Kanda akan berusaha lagi. Kanda akan pergi ke hutan untuk
bertapa agar kita cepat dikaruniai seorang anak.

Ratu Purbamanah:
Baiklah kalau begitu. Jika memang kanda harus pergi ke hutan untuk bertapa, Baiklah kanda. dinda
juga turut berdo’a. hati-hati kanda.
Narator: Pergilah Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di hutan, sang prabu terus menerus berdo’a
agar dikaruniai anak.

Babak 4
Narator : Setelah beberapa bulan kemudia semenjak Raja Prabu berdoa di hutan, permohonan sang
Rajapun terkabul, Sang Ratu mulai hamil.
Ratu : “ Prabu, aku hamil…” (dengan wajah yang berseri- seri).
Prabu : “ Benarkah itu???” ( dengan nada yang sedikit tak percaya).
Ratu : “ Ya benar.. Saya sudah ke tabib istana dan tabib mengatakan bahwa saya hamil.”
Prabu : “ Benarkah?? Ini akan menjai kabar yang paling indah di kerajaan kita.”

Babak 5
Ratu Purbamanah:
(menggendong seorang bayi)

Prabu Suwartalaya:
Putri kita cantik ya, Dinda. Dan kelihatannya sangat lucu.

Ratu Purbamanah:
Iya Kanda. Kita harus bersyukur akhirnya kita dikaruniai seorang anak.

Prabu Suwartalaya:
Iya dinda. Putri kita ini juga manis, dan sangat menggemaskan!
Oleh karena itu, bagaimana kalau kita beri nama Nirwana?
Gimana dinda setuju tidak?

Ratu Purbamanah:
Dinda setuju setuju saja kanda.
Narator:
Sesaat raja dan ratu sedang berbahagia, datanglah penasehat kerajaan.....

Penasehat 3:
Ampun baginda. Ini dari rakyat, mengirimkan beraneka hadiah untuk putri baginda. Mereka turut
bersuka cita dan mengucapkan selamat atas kelahiran putri baginda.

Prabu Suwartalaya:
Terima kasih, Paman
Babak 6
Narator : Kasih sayang Raja dan Ratu yang selalu memberikan apapun yang diingini oleh Sang putri
telah membuat anak itu tumbuh menjadi seorang Putri yang sangat manja. Bila keinginan sang Putri
tak dikabulkan maka ia akan marah dan tak jarang dia berkata kasar kepada orang tuanya. Tetapi
masyarakat dan orang tuanya masih tetap menyanyinya.
Nirmala: Bunda, mau seekor kuda!!”
Ratu : “ Kita sudah memiliki banyak kuda di peternakan sayang.”
Putri : “ Tidak aku tidak mau yang ada di peternak! Aku mau kuda berwarna putih dengan bulu yang
indah.”
Ratu : “ Kau sudah memilki 54 kuda. Bermainlah dengan kudamu yang sudah ada sayang.”
Putri : “ tidak aku tidak mau, dasar kau orang tua pelit.”
Ratu : “ Ahhh… Sayang apa yang kau katakan.”
Putri : “ Huh, dasar orang tua yang tak berguna.”
Babak 7
Narator : Putripun meningggalkan ibunya yang menangis sambil terduduk setelah melihat perilaku
anaknya itu. Tak terasa sudah 17 tahun umur sang putri, dia tumbuh menjadi seorang putri yang
paling cantik di negeri itu. Seluruh rakyat pergi ke istana untuk memberikan hadiah kepada sang putri.
Hadiah itu begitu banyak dan dikumpulakan di dalam istana. Sang raja mengambil sdikit emas dan
permata dan pergi ke tempa ahli perhiasan untuk di buatnya menjadi kalung.
Sesampainya di tempat ahli perhiasan.

Raja : “ Pak, bisakah anda membuat sebuah kalung yang paling indah untuk puriku yang tercinta.”
Ahli perhiasan : “ Tentu saja tuanka, dengan senang hati hamba akan melakukannya, silakan Tuanku
menunggu sebentar kalung pesanan Tuan akan segera hamba buat.”
Raja : “ Terima kasih banyak.”
Ahli perhiasan : “ Sama- sama Tuanku.”
Narator:
Ahli perhiasan itu lalu bekerja dengan sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan
kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri Raja.

Narator :
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kalung itu selesai dibuat kalung itu sangat indah.
Raja : “ Wah. Ini adalah kalung terindah yang pernah saya lihat, kau membuatnya dengan sangat
baik.”
Ahli perhiasan : “ Terima kasih Tuanku, untuk sang putrid hamba akan melakukan yang terbaik.”
Babak 8
Narator : Setelah itu Raja kembali ke dalam istana dan menyimpannya untuk diberikan kalung yang
sangat indah itu kepada putri tercintanya saat dia ulan tahun esok.
Narator
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu
Purbamanah datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar,
ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi
kecantikannya.
Rakyat-rakyat :
(teriak dan bertepuk tangan)
Horeee!! horeeee!! Horeeee!!! Raja dan Ratu telah datang!

Rakyat 1:
Wuaaah cantik sekali ya, putri Prabu Suwartalaya

Rakyat 2:
Iya. Aku jadi iri melihatnya.
Narator:
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. Kemudian...
Raja Prabu : “ Anakku Putri Nirwarna, hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke-17.”
Putri : “ Ya ayah.., aku mengharapkan hadiah yang paling indah pada ulang tahunku yang ke-17 ini.”
Ratu : “ Selamat ulang tahun anakku.”
Putri : “ Ya bunda…”
Raja Prabu : “Anakku, ayah sudah mempersiapkan sebua hadiah yang paling indah Kalung ini
pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan
hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa.

Narator : Raja Prabu segera memberikan kalung itu kepada putrinya, Putri menerima kalung itu.
Lalu ia melihat kalung itu sekilas. Kemudian..
Nirwana:
Aaahh!! Kalung apa ini?! Kalung ini jelek! Aku tak mau memakainya! (kalung dilempar)

Rakyat 4:
Haaahhhh??? Kalung indah terbuat dari emas permata itu di lempar begitu saja oleh putri. Sungguh ku
tak menyangka putri baginda berbuat seperti itu.

Narator:
Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai. Seluruh rakyat yang hadir
terkejut.Ratu Purbamanah menangis melihat perilaku putrinya. Rakyatnya pun mengikuti menangis
melihat Ratu Purbamanah menangis. Akhirnya, semua pun meneteskan air mata.
Narator:
Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. airnya keluar sangat deras yang makin lama makin
banyak.
Rakyat 1:
Haaahh?? Ada air! Air! Air!

Rakyat 2:
Hahhh? tiba-tiba air ini membentuk kolam kecil!

Rakyat 3: Bukan! Ini banjir! Banjir! Banjiir! Banjiiir! Banjiirr!


Rakyat : “ Apa yang telah kau lakukan Putri jahat! Kau telah membayakan smua rakyatmu lihatlah
ulahmu!”

Narator : Sang putri sangat ketakutan dia menyesal atas semua perbuatan jahatnya. Tapi genangan itu
telah menjadi sebuah danau yang sangat besar dan menenggelamkan seluruh istana.
Oleh rakyat sekitar, danau itu disebut sebagai “ Telaga Warna”. Danau itu berada di daerah puncak.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu
berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang
mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

Anda mungkin juga menyukai