Warts IHP/J.of Agro-based Industry
Vol. 11. No. 1-2, 1994, pp, 20-27
Penelitian/Research
ANALISIS PENGERINGAN BAWANG DAUN RAJANGAN
Drying Analysis of Sliced Spring Onions
Rizal Alamsyah "), Putiati Mahdar "”), Yang Dewi Mustika *”)
*) Balai Penclitian Kemurgi dan Ancka Industri
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBIHP)
J Ir. H. Juanda No, 11, Bogor 16122
**) Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fateta IPB,
Kampus Darmaga PO BOX 122, Bogor
ABSTRACT - The study was designed to investigate drying characteristics of sliced spring onions (Allin
porrum 1.) using experimental dryer. The drying experiments were employed with fresh and blanched spring
onions based on thin layer deying. The drying experiments were conducted using different dri
temperature
(46C, 52C, S7C, and 620), drying air velocity (5 m/s and 4.5 m/s) as well as the size of materials (0.25 em
x 0.25 cm and 0 x 0 cm). The drying charscterictics obtained were presented as curves ic. the decrease of
moisture content versus time, drying rate versus time, and drying rate versus moisture content. The drying
rates of fresh spring onions were generally higher than those of blanched spring onions.
PENDAHULUAN
awang daun (Allium porrum L.) yang juga dikenal
Jdengan sebutan bawang prei biasanya digunakan
dalam bentuk segar misalnya sebagai flavor atau bumbu
penyedap masakan, campuran salad, alau dimakati
mentab. Saat ini ada kecenderungan penggunaan bawang
daun dikonsumsi dalam bentuk kering seperti yang ter-
dapat pada bumbu mie instan.
Penggunaan bawang daun dalam bentuk kering |
perlu ditunjang penerapan dan pengembangan,
teknologinya karena kondisi baban setelah dipanen masih
‘mempunyai kandungan air yang tinggi yaitu sckitar 90 -
95 % basis basah. Bila bawang daun tidak segera
dikonsumsi dan tanpa penanganan yang berarti, baban
akan cepat mengalami kerusakan dan mungkin tidak
dapat diselamatkan. Faktor lain yang perlu diperhatikan
adalah produksi bawang daun yang terus meningkat dari
tabun ke tahun, tercatat produksi tahun 1991 komoditas
ini 243.891 ton (BIRO PUSAT STATISTIK, 1991).
Dengan dasar tersebut di atas akan dicoba salah satu
alternatif pemecahan guna memberikan nilai tambah
penggunaannya misalnya dengan upaya pengeringan.
Pengeringan ini dapat dianggap pula sebagai upaya untuk
menciptakan diversifikasi produk bawang daun di-
Warta IHP Vol. 10 No. 1-2, 1993
samping dapat mencegah kemungkinan lebih lanjut
misalnya timbulnya limbah akibat bawang daun
yang membusuk.
Untuk mendapatkan satu metode pengeringan
bawang daun yang baik diperlukan tahapan-tahapan
penelitian yang hasilnya dibarapkan dapat dijadikan in-
formasi yang berarti bagi yang akan menerapkannya.
Dalam penelitian ini dicoba dipelajari karakteristik pen-
geringan bawang daun yang secara garis besamya
‘meliputi: hubungan penurunan kadar air terhadap waktu,
Jaju pengeringan terhadap waktu, serta laju pengeringan
terhadap kadar air yang dicoba pada berbagai tingkat subu
(T) dan kecepatan udara pengering (V). Diharapkan pula
dari data-data karakteristik pengeringan bawang daun ini
dapat disajikan masukan dalam perhitungan pendugaan
mutu baban sclama penyimpanan seperti yang
diungkapkan LABUZA (1968).
BAHAN DAN METODELOGI PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah
bawang daun dengan umur 75 hari dengan kadar air
berkisar antara 90 % - 95 % basis basah yang didapat dati
daerah lokal (Bogor). Adapun varietas yang digunakan.berbeda-beda karena sulitnya mendapatkan varietas yang,
sama.
Peralatan yang digunakan terdiri dari: alat penge-
ring percobaan tipe rak (experimental dryer), timbangan
elektronik (merk Metler), oven listrik (merk Ogawa
Seiki), wadah metal, termometer airraksa dan termometer
alkohol, dan anemometer (merk Arnold).
‘Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di mang Laboratorium
‘Teknik Pengolaban Pangan dan Hasil Pertanian Jurusan
‘Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, In-
stitut Pertanian Bogor dan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Hasil Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung,
pada bulan Oktober hingga November 1992.
Metode
Bawang daun yang digunakan dalam percobaan
berukuran masing-masing 0,25 em x 0,25 em dan 0,5 em
x 0,5 cm. Bagian bawang daun yang dikeringkan adalah,
bagian daun, Pengeringan dilakukan terhadap bawang
daun segar dan bawang daun yang diblansir dengan vap
pada subu 62°C - 63°C selama 2 - 3 menit. Tujuan dari
Dlansir adalah untuk mempertabankan wama hijau pada
bawang daun selama proses pengeringan.
Percobaan pengeringan dilakukan pada kecepatan
aliran udara di ruang plenum 3,5 m/detik dan 4,5 m/detik
dan dicoba pada berbagai tingkat suhu 46°C, 52°C, SPC,
dan 62°C. Bawang daun yang dikeringkan dianggap suatu
Tapisan tipis bawang daun sehingga perubahan sifat panas
dari bahan dan vap pengering serta kadar air baban pada
lapisan tersebut dianggap seragam.
Pengamatan dilakukan terhadap Kadar air awal
aban, suhu bola basah dan Kering udara di ruang penger-
ing, subu dan kelembaban relatif (Rh) di ruang plenum,
kkecepatan aliran udara saat udara panas menyentuh bahan,
di ruang pengering, subu bola basah dan kering udara
Tingkungan dan penimbangan berat awal bahan serta
22
wadabnya (BKo). Selang waktu pengamatan pe-
ngeringan dan matriks pengeringan dapat dilibat dalam
Tabel 1 dan 2 dibawah ini.
‘Tabel . Sclang waktu pengomatanselama pengeringan
‘Selang Waktu Pengeringan
‘Waktu Pengeringan
Gam) (menit)
Prosedur untuk menentukan perubaban kadar air
dan laju pengeringan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan berat awal bahan (BA)
b. Menentukan berat bahan ke-i (BBi)
¢. Menentukan jumlah wap air yang menguap ke-i
Ai)
4d. Menentukan kadar air basis basah ke-i (KABi)
. Menentukan kadar air basis kering ke-i (KAKi)
£, Menentukan laju pengeringan bahan (LPi)
Perubahan kadar air selama pengeringan dihitung
dengan bantuan komputer. Program komputer disusun
dalam bahasa BASIC dan keluarannya dicetak di atas
Kertas dan disimpan dalam file data. Program komputer
‘merupakan modifikasi dari program yang digunakan
‘THAHIR (1986) dan PAULUS WIDYA ADI (1991).
Persamaan yang digunakan untuk perhitungannya adalah
sebagai berikut :
BA = KAAx(BKo- PAN)
KAA = Kadar Air Awal
BBi = BKi-PAN
PAN =
UAi = BKo-BKi
KABi = (BA-UAi)((BBi-UAi) x 100 %
KAKi = KABi/(100 - KABi) x 100 %
LPi = (KBKi- KBKi-1)(Ti-Ti-1)
‘Tabel 2, Matriks pengeringan bawang daun
‘V = Kecepatan Aliran Udara (m/detik)
Subu (°C) Blansir Tidak Blansir
cD 025 em x0,25 em (0,5 em x0.5.em 0,25 em x0,25 em 0S em x0, em
va35 veas V=35 v=35 v=4s V=3s Vea
47 Xi Xz Xe Xu Xn Xs Xie
2 Xa Xz Xs Xa az Xa Xe
7 Xi Xe X33 Xr X2 Xs Xa
2 Xa Xe Xs Xa Xa Xs x4
‘Warta THP Vol 10 No. 1-2, 199323
Analisis Data
Data hasil pengamatan digunakan untuk menentukan
grafik :
1. Laju penurunan kadar air baban terhadap waktu untuk
tiap tingkatan subu, perlakuan, dan kecepatan aliran
udara,
Laju pengeringan terhadap waktu untuk tiap tingkat
subu dan kecepatan aliran udara,
Laju pengeringan terhadap kadar air untuk masing-
masing subu, perlakuan dan kecepatan aliran udara,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penurunan Kadar Air Terhadap Waktu
Karakteristikpengeringan sebagai hasil proses
pengeringan diilustrasikan dalam bentuk kurva-kurva
penurunan kadar air terhadap waktu, laju pengeringan
terhadap waktu, dan laju pengeringan terhadap kadar air
terhadap waktu untuk setiap variasikecepatanaliran udara
(V), ukuran irisan, Rh, dan suhu pengeringan menun-
jukkan pola yang sama yaitu kadar air bahan turun dengan
cepat pada saat-saat awal pengeringan kemudian menjadi
Jambat dan akhirnya menuju konstan sehingga perioda
keseimbangan tercapai yang ditandai oleh kurva yang
hampir horizontal. Sebenamya keseimbangan ini tidak
statis (dinamis) Karena nilai kadar air keseimbangan (Me)
akan berubah sesuai dengan subu dan Rh sekeliling
(HELDMAN dan SINGH, 1961, PERRY dan CHILTON,
1974, dan LUICOV in BROOKER et al, 1974).
Lama waktu yang dibutubkan untuk mengeringkan
bawang daun baik yang diblansir atau tidak diblansir juga
dipengarubi oleh kecepatan udara panas karena udara,
panas akan mempengarubi kecepatan penguapan air dari
bawang daun yang dikeringkan. Pada percobaan ini pula
didapatkan nilai kadar air akbir berbeda untuk tiap per-
Jakuan. Perbedaan nilai kadar airakhir ini disebabkan oleh
beberapa faktor yang berpengaruh selama proses pe-
ngeringan antara lain kandungan air balan, subu udara
pengering dan, kelembaban relatif (Rh) udara pengering,
yang berfluktuasi, tebal tumpukan tipis bahan yang,
dikeringkan, dan perlakuan awal percobaan. Secara grafis,
hubungan penurunan kadar air terhadap waktu selama
proses pengeringan untuk sebagian hasil percobaan di-
sajikan pada Gambar 1 hingga Gambar 4. Jumlah grafik
yang disajikan disini adalah sebagian dari grafik seluru
hasil percobaan karena grafik-grafik tersebut mempunyai
pola yang sama,
1200}
100
wurupan kadar air baws
‘= 3,5 midt dan irisan 0,
Gambar 1. Kurva
‘waka
daun diblansir terhadap
‘abel 3. Laju Pengeringan Rata-ata Baweng Daun
LLaju Pengeriagan (9 basis Kering meal)
“Tidak Blansir
0S emx0S em (0.25 em x 0725 em (OS em x05 em
V=35 V=35 vas V=35 Veas
43157 62037 104789 3374 9.4768 6.1274
6.1460 38252 103845 9.9548 9.9871 9.488
6a2u6
yoaoa | 102664 | 149117 3.9940
628
Warla IHP Vol, 10No, 1-2, 1993
11.9021 15.4083 11.0488 O371724
400} 1409]
200] +200)
1000] 1000]
00] 00}
Gambar 2.Kurva pemurunsn kadar air bawang daun diblansir terhadap
‘waktu (V = 3,5 m/dt dan iisan 03)
emo wo mo 2000
vette nat
Gambar 3. Kurva penurunan kadar ar bawang daun segarterhadapwaktu
(V=45 mit dan irisan 0,25 em)
0-20 40 8 wo OHO 200 B40
vette ana
Gambar 4, Kurva penurunan kadar airbawang daun segarterhadap waktu
(V 24,5 miei dan irisan 0,5
Laju Pengeringan Terhadap Waktu
Pengeringan bawang daun dengan tingkat subu
dan Rb yang berbeda memberikan hasil yang berbeda
pula. Hasil laju pengeringan rata- rata bawang daun segar
dan bawang daun yang diblansir disajikan pada Tabel 3,
sedangkan sebagian kurva laju pengeringan bawang daun
terbadap waktu dapat dilibat pada Gambar 5 hingga
Gambar 8,
2000 oe reste
2500 -& smwetoe
1500)
500)
GambarS.Kurva Iaju pengeringan bawang daun diblansir terhadap
waktu (V'=3,5 mvt dan irisan 0,25 em)
‘Warta IHP Vol. 10 No. 12, 1993a Peguinga (ond
‘wakia (V = 3,5 miét dan irisan 0,5 cm)
ltnanaan ran men
Gambar 7.Kurva laju pen
(W245 w/t dan inean 025 et)
‘Warta IHP Vol. 10No. 1-2, 1993
Gambar 6.Kurva Iaju pengeringan bawang daun diblansirterhadap
jan bawang daun segarterhadap wakia
020 0a 1 0 2000
Gambar 8 Kurva lsu pengeringan bawang daun segar terhadap waktw
(W245 midt dan irisan 0,5 cm)
Dari hasil laju pengeringan seperti pada Tabel 3
terlihat bahwa kenaikan suhu akan meningkatkan Iaju
pengeringan rata-rata bawang daun segar dan bawang
daun yang diblansir. Sedangkan kenaikan Rh
menyebabkan laju pengeringan rata-rata_-menurun
sebingga waktu untuk mencapai kadar air keseimbangan
(Me) semakin lama (dalam percobaan ini dengan pe-
ningkatan suhu udara pengering nilai Rh udara pengering
semakin menurun). Laju pengeringan rata-rata bawang
daun segar secara umum lebih besar dari laju pengeringan
bawang daun yang diblansir, bal ini dimungkinkan karena
adanya strukur sel bawang daun yang. diblansir
mengalami perubahan akibat perlakuan tersebut, Pada
kenyataannya pula didapatkan bahwa hasil pengeringan
bawang daun yang diblansir memperlihatkan kondisi
yang kurang baik dibandingkan dengan hasil pengeringan
bawang daun yang segar. Perbedaan nilai-nilai laju pe-
ngeringan juga dimungkinkan karena beberapa faktor
seperti kadar air awal baban, Rh udara pengering
berfluktuasi akibat pengaruh udara sekeliling, kecepatan
aliran udara pengering, dan jenis bahan seperti yang
dikemukakan oleh FORTES dan OKOS (1980), BROO-
KER et al (1974) dan SINGH dan HELDMAN (1984).
Berdasarkan faktor-faktor yang dikemukakan di
atas faktor yang paling berpengaruh terhadap pe-
nyimpangan ini adalah kadar air awal bahan yang berbeda
dan Rh udara pengeringan yang berfluktuasi dan tidakdapat dikontrol oleh alat pengering karena Rh di ruang,
pengering dipengarubi oleh Rh udara sekeliling.
Laju Pengeringan Terhadap Kadar Air
Hubungan laju pengeringan terhadap kadar air
tersaji pada Gambar 9 hingga Gambar 12. Jumlah kurva
yang disajikan dalam tulisan ini adalah sebagian dari
seluruh kurva yang didapatkan dari hasil percobaan
Karena secara umum kurva-kurva tersebut menunjukkan
pola yang sama. Pada dasarnya kurva laju pengeringan
terhadap kadar air menunjukkan adanya tiga perioda pe-
nurunan : perioda penurunan dengan laju pengeringan
secara perlahan-lahan, dan perioda penurunan dengan |aju
pengeringan mendekati nol. Pola ini semakin jelas terlibat
pada tingkat suhu yang semakin tinggi (FORTES dan
OKOS 1981; HALL, 1957, dan MISRA dan BROOKER
1980).
ate enaningn (A/a) (be
5 re
Koda ale 8)
wean 026 om Was ater: 48 awed
Gambar 9,Kurva la pengeringan bawang daun segar tethadap kadar ait
(1=47°C, V = 45 mudi dan iisan 05 em)
Cn eT
Kedar oe (2
aan 026 om / Has dats 45 asa
Gambar 10. Karvalajapengeringanbawang dun separ eshadepkaar
air(T 252, V 243 mlddan isan 0,25 cm)
Lah Penguin hand
2500
1000)
‘500
‘ =
sar (08)
Gambar 11. Karva laju pengeringan bawang daun diblansieterhadap
kadar aie (T'=37°C, V = 4,5 mit dan irisan 0,5 em)
tt ecwnaen taser)
2500] -
+2000] |
1500)
ness 05 om un Kao, Usare 45 iss
PCW S45 mle dan teen 0S)
Berdasarkan hasil percobaan grafik laju_pe-
ngeringan versus kadar air secara umum menunjukkan
adanya kesesuaian dengan kondisi ketiga perioda pe-
nurunan laju penurunan di atas. Menurut HANDERSON
dan PERRY (1974) dan NISHIYAMA (1982) untuk ter-
jadinya laju pengeringan tetap diperlukan adanya air
bebas yang cukup tinggi yang digambarkan seperti
menyelimuti seluruh permukaan bahan atau dengan
kandungan air bahan hampir 100 %. Kondisi dengan
kandungan air ini terdapat pada bawang daun dengan
kadar air awal berkisar antara 90 % bb - 95 % bb, sebingga
Warta IHP Vol. 10 No. 1-2, 199327
penurunan laju pengeringan tetap jelas terlibat pada grafik
yang dihasilkan,
KESIMPULAN
Secara umum laju pengeringan rata-rata bawang
daun segar lebih besar dari laju pengeringan rata-rata
bawang daun yang telah dibla
pengaruh parameter kenaikan subu udara pengering ter-
hhadap laju pengeringan cukup signifikan. Kenaikan subu
udara pengering menyebabkan Iaju rata-rata meningkat
sehingga waktu untuk mencapai kondisi keseimbangan
akan semakin cepat. Peningkatan kecepatan aliran udara
pengering pada subu udara pengering udara yang tetap
untuk Kondisi percobaan yang dilakukan tidak
:memberikan pengaruh yang berarti. Dari hasil percobaan
pengeringan ini juga didapat bahwa basil pengeringan
bawang daun yang diblansir memperlibatkan kondisi
yang kurang baik dibandingkan dengan hasil pengeringan
bawang daun yang segar.
‘Untuk melengkapi data-data pengeringan bawang