Anda di halaman 1dari 30

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 20/21/PADG/2018
TENTANG
LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU DAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)
OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA SELAIN BANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa guna pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang


sistem pembayaran yang lebih efektif diperlukan
dukungan informasi yang terkait dengan kegiatan alat
pembayaran dengan menggunakan kartu dan uang
elektronik secara bulanan dan triwulanan yang tersedia
secara tepat waktu, aman, akurat, handal, obyektif,
lengkap, dan mudah untuk diakses secara simultan;
b. bahwa untuk menyediakan informasi yang lebih lengkap,
diperlukan penyempurnaan laporan serta pedoman bagi
Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank dalam
menyusun dan menyampaikan laporan melalui sistem
Laporan Selain Bank Umum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Anggota Dewan Gubernur tentang Laporan
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu dan Uang Elektronik (Electronic
2ii

Money) oleh Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain


Bank;

Mengingat : 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/4/PBI/2007 tentang


Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
dengan Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat
dan Lembaga Selain Bank (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4811);
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
dengan Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5000) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5275);
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang
Uang Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6203);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG
LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT
PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN UANG
ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) OLEH BANK
PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA SELAIN BANK.
3ii

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disingkat BPR
adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
perbankan yang melakukan kegiatan alat pembayaran
dengan menggunakan kartu dan/atau uang elektronik
(electronic money).
2. Lembaga Selain Bank, yang selanjutnya disingkat LSB
adalah badan usaha bukan bank yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan
alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan/atau
uang elektronik (electronic money).
3. Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, yang
selanjutnya disebut APMK adalah alat pembayaran yang
berupa kartu kredit, kartu automated teller machine (ATM),
dan/atau kartu debet.
4. Kartu Kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan
tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu
dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan
pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan
pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan
pembayaran secara angsuran.
5. Kartu automated teller machine (ATM) yang selanjutnya
disebut Kartu ATM adalah APMK yang dapat digunakan
untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan
dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi
seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan
pemegang kartu pada BPR atau LSB yang berwenang
4ii

untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-


undangan yang berlaku.
6. Kartu Debet adalah APMK yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan, dimana kewajiban pemegang kartu
dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung
simpanan pemegang kartu pada BPR atau LSB yang
berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Uang Elektronik adalah instrumen pembayaran yang
memenuhi unsur sebagai berikut:
a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih
dahulu kepada penerbit;
b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu
media server atau chip; dan
c. nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit
bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
perbankan.
8. Pelapor adalah BPR dan LSB yang mempunyai kewajiban
menyampaikan laporan penyelenggaraan kegiatan APMK
dan Uang Elektronik kepada Bank Indonesia.
9. Penerbit adalah BPR atau LSB yang menerbitkan APMK
dan/atau Uang Elektronik.
10. Acquirer adalah BPR dan LSB yang:
a. melakukan kerja sama dengan penyedia barang
dan/atau jasa sehingga penyedia barang dan/atau
jasa mampu memproses transaksi dari APMK
dan/atau Uang Elektronik yang diterbitkan oleh
pihak selain Acquirer yang bersangkutan; dan
b. bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran
kepada penyedia barang dan/atau jasa.
11. Penyelenggara Kliring adalah BPR atau LSB yang
melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan
masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka
transaksi APMK dan/atau Uang Elektronik.
5ii

12. Penyelenggara Penyelesaian Akhir adalah BPR atau LSB


yang melakukan dan bertanggung jawab terhadap
penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan
masing-masing Penerbit dan/atau Acquirer dalam rangka
transaksi APMK dan/atau Uang Elektronik berdasarkan
hasil perhitungan dari Penyelenggara Kliring.
13. Laporan Penyelenggaraan Kegiatan APMK dan Uang
Elektronik yang selanjutnya disebut Laporan adalah
laporan yang disusun dan disampaikan oleh Pelapor
secara bulanan dan/atau triwulanan kepada Bank
Indonesia melalui sistem laporan selain bank umum.
14. Sistem Laporan Selain Bank Umum, yang selanjutnya
disebut Sistem LSBU adalah sistem penerimaan Laporan
berbasis web yang disampaikan Pelapor melalui jaringan
ekstranet.
15. Periode Pelaporan adalah masa penyampaian Laporan
yang dimulai sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal 15
setelah akhir bulan Laporan untuk Laporan bulanan dan
dimulai sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal 15 bulan
April, Juli, Oktober, dan Januari untuk Laporan
triwulanan.
16. Online adalah penyampaian Laporan yang dilakukan
secara langsung dengan mengirim dan/atau mengisi data
dalam bentuk tampilan form melalui jaringan komunikasi
data ke Bank Indonesia.
17. Offline adalah penyampaian Laporan yang dilakukan
dengan menyampaikan rekaman data dalam bentuk media
perekaman data elektronik kepada Bank Indonesia.
18. Layanan Keuangan Digital yang selanjutnya disingkat LKD
adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan
keuangan yang dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat
teknologi berbasis mobile maupun berbasis web dalam
rangka keuangan inklusif
19. Hari Kerja adalah hari kerja Bank Indonesia yang
mewilayahi Pelapor, tidak termasuk pada saat Bank
6ii

Indonesia menyelenggarakan kegiatan operasional


terbatas.

BAB II
PELAPOR DAN RUANG LINGKUP LAPORAN

Bagian Kesatu
Pelapor

Pasal 2
(1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan kepada Bank
Indonesia
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kantor pusat dari BPR; dan
b. kantor pusat dari LSB,
yang melakukan kegiatan APMK dan/atau Uang
Elektronik.

Bagian Kedua
Ruang Lingkup Laporan

Pasal 3
Laporan yang disampaikan oleh kantor pusat dari BPR yang
melakukan kegiatan APMK dan/atau Uang Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a terdiri
atas:
a. Laporan Penerbit Kartu ATM, meliputi:
1. Laporan penerbitan;
2. Laporan fraud; dan
3. Laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan
nasabah; dan/atau
b. Laporan Penyelenggaraan Kliring dan/atau Penyelesaian
Akhir (settlement).

Pasal 4
Laporan yang disampaikan oleh kantor pusat dari LSB yang
melakukan kegiatan APMK dan/atau Uang Elektronik
7ii

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b terdiri


atas:
a. Laporan Penerbit Kartu Kredit meliputi:
1. Laporan penerbitan;
2. Laporan fraud;
3. Laporan kolektibilitas; dan
4. Laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan
nasabah;
b. Laporan Penerbit Uang Elektronik meliputi:
1. Laporan penerbitan;
2. Laporan fraud; dan
3. Laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan
nasabah;
c. Laporan Acquirer Kartu Kredit, Kartu ATM, Kartu Debet,
dan/atau Uang Elektronik meliputi:
1. Laporan kegiatan;
2. Laporan infrastruktur; dan
3. Laporan fraud;
d. Laporan Penyelenggaraan Kliring dan/atau Penyelesaian
Akhir (Settlement); dan/atau
e. Laporan Penyelenggara Kegiatan LKD meliputi:
1. Laporan perkembangan LKD;
2. Laporan transaksi LKD;
3. Laporan agen LKD; dan
4. Laporan permasalahan LKD.

Pasal 5
(1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 secara lengkap,
benar, dan akurat.
(2) Pelapor harus menunjuk dan memberitahukan person
in-charge (PIC) Laporan kepada Bank Indonesia.
(3) Penunjukkan PIC sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak mengurangi dan/atau menghilangkan tanggung
jawab direksi BPR atau pimpinan LSB.
8ii

(4) Dalam hal terjadi perubahan PIC sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), Pelapor harus menginikan dan melaporkan
perubahan tersebut kepada Bank Indonesia.

BAB III
FORMAT DAN JENIS LAPORAN

Bagian Kesatu
Laporan yang Disampaikan ke Bank Indonesia

Pasal 6
(1) Penyusunan Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 dan Pasal 4 mengacu kepada Pedoman Penyusunan
Laporan sebagaimana dimaksud pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
(2) Penyusunan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun dengan menggunakan format sebagai berikut:
a. Laporan yang disusun secara bulanan terdiri atas:
1) form 301 – Laporan Bulanan Penerbit Kartu
Kredit;
2) form 302 – Laporan Bulanan Penerbit Selain
Kartu Kredit;
3) form 303 – Laporan Bulanan Acquirer;
4) form 304 – Laporan Bulanan Infrastruktur;
5) form 306 – Laporan Bulanan Fraud APMK dan
Uang Elektronik;
6) form 307 – Laporan Bulanan Penerbit
Kolektibilitas Kartu Kredit;
7) form 314 – Laporan Bulanan Perkembangan
Layanan Keuangan Digital;
8) form 315 – Laporan Bulanan Transaksi Layanan
Keuangan Digital;
9) form 316 – Laporan Bulanan Agen Layanan
Keuangan Digital;
10) form 317 – Laporan Bulanan Permasalahan
Layanan Keuangan Digital;
9ii

11) form 318 – Laporan Bulanan Kartu Kredit per


Regional;
12) form 319 – Laporan Bulanan Kartu Kredit per
Sektor Usaha;
13) form 320 – Laporan Bulanan Kartu Kredit per
Kelompok Usia;
14) form 321 – Laporan Bulanan Kartu Kredit per
Kelompok Penghasilan Pemegang Kartu Kredit;
15) form 322 – Laporan Bulanan Kartu Kredit per
Limit Kartu Kredit;
16) form 323 – Laporan Bulanan Kartu Kredit
Berdasarkan Jenis Transaksi; dan
17) form 324 – Laporan Bulanan Nominal Revolving
Rate.
b. Laporan yang disusun secara triwulanan terdiri atas:
1) form 305 – Laporan Triwulanan Penyelenggara
Kliring dan/atau Penyelenggara Akhir
(Settlement);
2) form 309 – Laporan Triwulanan Penanganan dan
Penyelesaian Pengaduan Nasabah LSB (Jenis
Produk dan Permasalahan yang Diadukan);
3) form 310 – Laporan Triwulanan Penanganan dan
Penyelesaian Pengaduan Nasabah LSB
(Pengaduan yang Diselesaikan dalam Masa
Laporan);
4) form 311 – Laporan Triwulanan Penanganan dan
Penyelesaian Pengaduan Nasabah LSB
(Penyebab Pengaduan);
5) form 312 Laporan Triwulanan Penanganan dan
Penyelesaian Pengaduan Nasabah LSB
(Publikasi Negatif); dan
6) form 313 – Laporan Triwulanan Penanganan dan
Penyelesaian Pengaduan Nasabah LSB
(Penyelesaian Sengketa).
10ii

Bagian Kedua
Format Laporan yang Disampaikan oleh Pelapor

Pasal 7
Pelapor BPR yang telah memperoleh izin sebagai Penerbit Kartu
ATM dari Bank Indonesia wajib menyampaikan jenis Laporan
yang terdiri atas:
a. form 302;
b. form 306;
c. form 309;
d. form 310;
e. form 311;
f. form 312; dan
g. form 313.

Pasal 8
(1) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Penerbit Kartu Kredit
wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri atas:
a. form 301;
b. form 306;
c. form 307;
d. form 309;
e. form 310;
f. form 311;
g. form 312;
h. form 313;
i. form 318;
j. form 319;
k. form 320;
l. form 321;
m. form 322;
n. form 323; dan
o. form 324.
(2) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Penerbit Uang
Elektronik wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri
atas:
a. form 302;
11ii

b. form 304;
c. form 306;
d. form 309;
e. form 310;
f. form 311;
g. form 312; dan
h. form 313.
(3) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Acquirer Kartu Kredit
wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri dari:
a. form 303;
b. form 304;
c. form 306;
d. form 318;
e. form 319;
f. form 320;
g. form 321;
h. form 322; dan
i. form 323.
(4) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Acquirer Kartu ATM,
Kartu Debet, dan/atau Uang Elektronik wajib
menyampaikan jenis Laporan yang terdiri dari:
a. form 303;
b. form 304; dan
c. form 306.
(5) Pelapor LSB yang telah memperoleh persetujuan dari Bank
Indonesia terhadap rencana penyelenggaraan kegiatan
LKD wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri dari:
a. form 314;
b. form 315;
c. form 316; dan
d. form 317.
(6) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Penyelenggara Kliring
dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir untuk APMK
dan/atau Uang Elektronik wajib menyampaikan jenis
Laporan form 305.
12ii

Pasal 9
(1) Dalam hal Pelapor tidak memiliki data yang wajib
disampaikan selama periode Laporan, kewajiban
penyampaian Laporan tetap berlaku dengan mengirimkan
form header.
(2) Pelapor dapat menyampaikan koreksi atas Laporan yang
telah disampaikan sebelumnya.

BAB IV
PENYAMPAIAN LAPORAN DAN KOREKSI LAPORAN

Bagian Kesatu
Tata Cara Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau
Koreksi Laporan Secara Online

Pasal 10
(1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf a setiap bulan, paling lambat tanggal
15 pada bulan Laporan berikutnya.
(2) Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf b setiap triwulan, paling lambat
tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah triwulan
Laporan.
(3) Dalam hal hari terakhir penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) jatuh pada bukan Hari Kerja
maka Laporan, koreksi Laporan, dan/atau form header
disampaikan pada Hari Kerja berikutnya.
13ii

Bagian Kedua
Batas Waktu Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau
Koreksi Laporan Secara Online

Pasal 11
(1) Pelapor harus menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan melalui Sistem LSBU secara
Online.
(2) Sistem LSBU secara Online sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan untuk penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sampai dengan 1 (satu)
bulan setelah bulan Laporan untuk Laporan bulanan atau
1 (satu) bulan setelah triwulan Laporan untuk Laporan
triwulanan.
(3) Pelapor dinyatakan telah menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan kepada Bank Indonesia
yang dibuktikan dengan tanda terima dari Sistem LSBU.
(4) Dalam hal penyampaian Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan melewati batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan dilakukan secara
Offline.

Pasal 12
(1) Pelapor harus melakukan validasi teknis sesuai dengan
spesifikasi penyusunan Laporan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran .
(2) Pelapor wajib menyampaikan seluruh form sesuai dengan
jenis Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan
Pasal 8.
(3) Dalam hal Pelapor melakukan penggabungan atau
peleburan dengan Pelapor lain, masing-masing Pelapor
peserta peleburan atau penggabungan tetap wajib
menyampaikan Laporan yang disusun secara bulanan
untuk bulan Laporan sebelum dilakukan peleburan atau
penggabungan secara operasional masing-masing Pelapor.
14ii

(4) Dalam hal Pelapor melakukan peleburan atau


penggabungan dengan Pelapor lain sebelum berakhirnya
masa Laporan yang disusun secara triwulanan,
penyampaian Laporan untuk masa Laporan tersebut
dilakukan oleh Pelapor hasil peleburan atau
penggabungan.

Pasal 13
(1) Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) apabila Pelapor
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan setelah tanggal 15 pada bulan Laporan
berikutnya.
(2) Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) apabila Pelapor
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan setelah tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah
triwulan Laporan.
(3) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan yang belum disampaikan.

Bagian Ketiga
Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau Koreksi
Laporan Secara Offline

Pasal 14
(1) Dalam hal Pelapor mengalami gangguan teknis pada akhir
Periode Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) dan ayat (2), Pelapor wajib menyampaikan
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan paling
lambat pada Hari Kerja berikutnya pukul 10.00 waktu
setempat secara Offline.
15ii

(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai
gangguan teknis yang dialami kepada Bank Indonesia
segera pada hari yang sama setelah terjadinya gangguan
teknis yang ditandatangani oleh pejabat Pelapor yang
berwenang.
(3) Dalam hal Bank Indonesia mengalami gangguan teknis
maka Bank Indonesia memberitahukan kepada Pelapor
terjadinya gangguan tersebut secara tertulis dan/atau
dengan menggunakan sarana lain.
(4) Dalam hal gangguan teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terjadi pada batas akhir Periode Pelaporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat
(2), Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan paling lambat pada Hari Kerja
berikutnya pukul 10.00 waktu setempat secara Offline.
(5) Dalam hal Pelapor tidak menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sampai dengan batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat
(4) maka Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan.
(6) Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan secara Offline sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (4), dan pemberitahuan secara tertulis
mengenai gangguan teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditujukan kepada:
a. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan
Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta
10350, bagi Pelapor yang berkedudukan di wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia; atau
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia terdekat, bagi
Pelapor yang berkedudukan di luar wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia.
16ii

Pasal 15
(1) Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan tidak berlaku bagi Pelapor yang mengalami
keadaan memaksa (force majeure).
(2) Pelapor yang tidak dapat menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib segera memberitahukan secara
tertulisdisertai penjelasan mengenai penyebab terjadinya
keadaan memaksa (force majeure) yang ditandatangani
oleh pejabat Pelapor yang berwenang.
(3) Pelapor harus menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah keadaan memaksa (force majeure) dapat
diatasi.
(4) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Departemen
Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan Bank Indonesia, Jl.
M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan
kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia terdekat bagi
Pelapor yang berkedudukan di luar wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia.

BAB V
HAK AKSES LAPORAN

Pasal 16
(1) Bank Indonesia menyediakan hak akses berupa user id
atas Sistem LSBU sebanyak 1 (satu) fasilitas user id
kepada setiap Pelapor tanpa dikenakan biaya.
(2) Pelapor bertanggung jawab atas hak akses terhadap
Sistem LSBU yang disediakan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
17ii

BAB VI
SANKSI

Pasal 17
(1) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan
Laporan dan/atau form header sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 14 ayat (5)
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap form
per Hari Kerja keterlambatan dan paling banyak sebesar
Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk
setiap form.
(2) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
dan ayat (2) serta Pasal 14 ayat (5) dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh
ribu rupiah) untuk setiap form per Hari Kerja
keterlambatan dan paling banyak sebesar Rp750.000,00
(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap form.
(3) Pelapor yang menyampaikan Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 secara tidak lengkap,
tidak benar, dan/atau tidak akurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
untuk setiap item data dan paling banyak sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap form.
(4) Pelapor yang terlambat menyampaikan koreksi Laporan
dalam batas waktu periode penyampaian Online
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), Pelapor
hanya dikenakan sanksi terlambat menyampaikan koreksi
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tidak
dikenakan sanksi terhadap penyampaian Laporan yang
tidak lengkap, tidak benar, dan/atau tidak akurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Pelapor yang telah dikenakan sanksi menyampaikan
Laporan secara tidak lengkap, tidak benar, dan/atau tidak
akurat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan
18ii

kesalahan Laporan ditemukan setelah melampaui periode


penyampaian secara Online, Pelapor tidak dikenakan
sanksi keterlambatan penyampaian koreksi Laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(6) Pelapor dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dalam
hal:
a. Pelapor belum menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sampai periode
penyampaian Laporan berikutnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); dan/atau
b. Pelapor tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis
perihal gangguan teknis dan/atau perihal keadaan
memaksa (force majeure) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) dan/atau Pasal 15 ayat (2).

Pasal 18
(1) Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada
Pelapor mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh
Pelapor dan besarnya sanksi kewajiban membayar yang
dikenakan.
(2) Pembayaran sanksi kewajiban membayar dilakukan
dengan cara transfer melalui bank umum untuk untung
rekening Bank Indonesia yang diberitahukan oleh Bank
Indonesia pada saat Pelapor dikenakan sanksi kewajiban
membayar

BAB VI
PENYAMPAIAN PERTANYAAN DAN/ATAU KORESPONDENSI

Pasal 19
Dalam hal terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan sistem,
materi, dan/atau ketentuan Laporan, Pelapor dapat
menyampaikan pertanyaan dimaksud kepada BICARA Bank
Indonesia, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta 10350, Telp 021-
131 dan/atau melalui surat elektronik dengan alamat
bicara@bi.go.id.
19ii

Pasal 20
Dalam hal terjadi perubahan alamat surat-menyurat dan/atau
alamat korespondensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (6), Pasal 15 ayat (4), dan/atau Pasal 18, Bank Indonesia
memberitahukan kepada Pelapor melalui surat dan/atau media
lain.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21
Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai
berlaku:
a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/13/DASP tanggal
12 April 2013 perihal Laporan Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Uang
Elektronik (Electronic Money) oleh Bank Perkreditan
Rakyat dan Lembaga Selain Bank; dan
b. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/27/DSta tanggal
22 November 2016 perihal Perubahan atas Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 15/13/DASP tanggal 12 April 2013
perihal Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Uang
Elektronik (Electronic Money) oleh Bank Perkreditan
Rakyat dan Lembaga Selain Bank;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 22
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal 1 September 2018.
20ii

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan


Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Agustus 2018

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,

TTD

MIRZA ADITYASWARA
i

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 20/21/PADG/2018
TENTANG
LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU DAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)
OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA SELAIN BANK

I. UMUM
Sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam kaitan ini, Bank
Indonesia berwenang antara lain memberikan izin dan persetujuan atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran serta mewajibkan penyelenggara
jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan penyelenggaraan
kegiatan dimaksud kepada Bank Indonesia.
Kewajiban penyampaian laporan kegiatan penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran tersebut dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat melakukan
pengawasan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran agar tetap
memenuhi prinsip penyelenggaraan sistem pembayaran yang lancar, aman,
efisien, dan andal. Selain itu, informasi yang diperoleh dari penyelenggara
jasa sistem pembayaran juga diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
tugas Bank Indonesia di sektor moneter serta makroprudensial.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut, Bank Indonesia
memerlukan ketersediaan data dan informasi yang berkualitas dari Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dan Lembaga Selain Bank (LSB) sebagai
penyelenggara jasa sistem pembayaran. Data dan informasi dimaksud
berupa penyelenggaraan kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan
2i

Kartu (APMK) dan Uang Elektronik, yang disampaikan melalui Sistem


LSBU.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan data dan informasi terkait
sistem pembayaran guna mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia,
perlu dilakukan perluasan cakupan data dan informasi yang dilaporkan
oleh BPR dan LSB dalam Sistem LSBU. Sehubungan dengan perluasan
cakupan data dan informasi tersebut, perlu dilakukan penyempurnaan
terhadap pengaturan tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Uang Elektronik (Electronic
Money) oleh Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan PIC Laporan adalah petugas yang
ditunjuk oleh Pelapor untuk melakukan komunikasi dengan Bank
Indonesia terkait dengan Laporan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan tidak mengurangi dan/atau
menghilangkan tanggung jawab adalah bahwa tanggung jawab
Laporan tetap melekat kepada direksi BPR atau pimpinan LSB.
3i

Ayat (4)
Pelapor dapat menginikan informasi PIC dengan cara
menyesuaikan informasi dimaksud melalui form Informasi Pokok
Pelapor di dalam Sistem LSBU.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tidak memiliki data” adalah kondisi
dimana Pelapor yang berdasarkan statusnya memungkinkan
melakukan kegiatan yang wajib dilaporkan melalui Sistem LSBU,
namun sampai dengan akhir bulan Laporan tidak ada data yang
dapat dilaporkan.
Ayat (2)
Koreksi Laporan dapat diakibatkan oleh data tidak lengkap, tidak
benar, tidak akurat, dan/atau tidak terkini, baik yang diketahui
oleh Pelapor maupun Bank Indonesia.

Pasal 10
Ayat (1)
Contoh:
Laporan Bulanan Penerbit Selain Kartu Kredit (form 302) untuk
data bulan Januari 2019 wajib disampaikan oleh Pelapor kepada
Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 Februari 2019.
Ayat (2)
Contoh:
Laporan Triwulanan Penanganan dan Pengaduan Nasabah (Jenis
Produk dan Permasalahan yang Diadukan) (form 309) untuk data
4i

triwulan I tahun 2019 wajib disampaikan oleh Pelapor kepada


Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 April 2019.
Ayat (3)
Contoh:
Laporan Bulanan Penerbit Selain Kartu Kredit (form 302) untuk
data bulan Mei 2019 wajib disampaikan oleh Pelapor kepada
Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 Juni 2019. Mengingat
tanggal 15 Juni 2019 jatuh pada hari Sabtu maka Laporan
tersebut paling lambat disampaikan pada hari Senin tanggal 17
Juni 2019.

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Contoh 1:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data bulan Januari 2019 dilakukan secara Online sampai
dengan akhir bulan Februari 2019.
Contoh 2:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data triwulan I tahun 2019 dilakukan secara Online sampai
dengan akhir bulan April 2019.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “tanda terima dari Sistem LSBU” adalah
tampilan atau hasil cetakan komputer sebagai bukti bahwa
Laporan yang disampaikan Pelapor telah diterima oleh Bank
Indonesia.
Ayat (4)
Contoh 1:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data bulan Januari 2019 dilakukan secara Offline setelah
akhir bulan Februari 2019.
Contoh 2:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data triwulan I tahun 2019 dilakukan secara Offline setelah
akhir bulan April 2019.
5i

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Pada tanggal 1 Juli 2019, Pelapor A secara operasional telah
melakukan peleburan atau penggabungan dengan Pelapor B.
Masing-masing Pelapor wajib menyampaikan Laporan untuk data
bulan Juni 2019. Sementara itu, Laporan untuk data bulan Juli
2019 merupakan Laporan konsolidasi atau gabungan yang
dilaporkan oleh Pelapor hasil peleburan atau penggabungan.
Ayat (4)
Contoh:
Pada tanggal 1 Mei 2019, Pelapor C secara operasional telah
melakukan peleburan atau penggabungan dengan Pelapor D.
Laporan untuk data bulan triwulan II tahun 2019 merupakan
Laporan konsolidasi atau gabungan yang dilaporkan oleh Pelapor
hasil peleburan atau penggabungan.

Pasal 13
Ayat (1)
Contoh:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Bulanan
Penerbit Selain Kartu Kredit (form 302) apabila Laporan dimaksud
untuk data bulan Maret 2019 diterima oleh Bank Indonesia
setelah tanggal 15 April 2019.
Ayat (2)
Contoh:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan
Triwulanan Penanganan dan Pengaduan Nasabah (Jenis Produk
dan Permasalahan yang Diadukan) (form 309) apabila Laporan
dimaksud untuk data triwulan II tahun 2019 diterima oleh Bank
Indonesia setelah tanggal 15 Oktober 2019.
6i

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “gangguan teknis di Pelapor” adalah
gangguan yang menyebabkan Pelapor tidak dapat menyampaikan
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan secara Online
kepada Bank Indonesia, antara lain karena gangguan pada sistem
di internal Pelapor.
Contoh:
Pada tanggal 15 Agustus 2019, Pelapor E mengalami gangguan
teknis sehingga tidak dapat menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan secara Online kepada Bank Indonesia.
Pelapor X harus menyampaikan Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan secara Offline paling lambat tanggal 16 Agustus
2019 pukul 10:00 waktu setempat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “gangguan teknis di Bank Indonesia”
adalah gangguan yang menyebabkan Bank Indonesia tidak dapat
menerima penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan secara Online dari Pelapor, antara lain karena gangguan
pada jaringan telekomunikasi dan/atau penyebab lainnya.
Yang dimaksud dengan “sarana lain” antara lain e-mail, telepon,
atau faksimili.
Ayat (4)
Contoh:
Pada tanggal 15 Mei 2019, terjadi gangguan teknis di Bank
Indonesia sehingga Pelapor tidak dapat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan secara Online kepada
Bank Indonesia. Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan secara Offline paling lambat
tanggal 16 Mei 2019 pukul 10:00 waktu setempat.
7i

Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa (force majeure)”
adalah keadaan yang secara nyata menyebabkan Pelapor tidak
dapat menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, perang,
sabotase, serta
bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa (force majeure) dapat
diatasi" adalah keadaan pada saat Pelapor secara normal telah
dapat melaksanakan kegiatan operasional sehingga dapat
menyusun dan menyampaikan Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan kepada Bank Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud “hak akses” adalah hak yang diberikan oleh Bank
Indonesia kepada Pelapor untuk dapat mengirim Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan melalui log-in ke dalam Sistem
LSBU di Bank Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
8i

Pasal 16
Ayat (1)
Contoh 1:
Pelapor F menyampaikan Laporan Bulanan Penerbit Selain Kartu
Kredit (form 302) untuk data bulan Maret 2019 dan diterima oleh
Bank Indonesia pada tanggal 17 April 2019. Atas keterlambatan
penyampaian Laporan tersebut, Pelapor F dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp500.000,00 x 1 form x 2 Hari
Kerja = Rp1.000.000,00.
Contoh 2:
Pelapor G menyampaikan Laporan sebagai berikut:
1. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Jenis Produk dan Permasalahan
yang Diadukan) (form 309);
2. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Pengaduan yang Diselesaikan
dalam Masa Laporan) (form 310);
3. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Penyebab Pengaduan) (form 311);
4. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Publikasi Negatif) (form 312); dan
5. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Penyelesaian Sengketa) (form 313);
untuk data triwulan III tahun 2019 dan diterima oleh Bank
Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2019. Atas keterlambatan
penyampaian Laporan tersebut, Pelapor G dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp500.000,00 x 5 form x 1 Hari
Kerja = Rp2.500.000,00.
Contoh 3:
Pelapor H menyampaikan Laporan Bulanan Penerbit Kartu Kredit
(form 301) untuk data bulan Juni 2019 dan diterima oleh Bank
Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2019. Atas keterlambatan
penyampaian Laporan tersebut, Pelapor H seharusnya dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp500.000,00 x 1 form x 18
Hari Kerja = Rp9.000.000,00. Namun, Pelapor dikenakan sanksi
kewajiban membayar maksimal sebesar Rp7.500.000,00.
9i

Ayat (2)
Contoh 1:
Pelapor I menyampaikan koreksi atas Laporan Bulanan Penerbit
Selain Kartu Kredit (form 302) untuk data bulan Maret 2019 dan
diterima oleh Bank Indonesia pada tanggal 19 April 2019. Atas
keterlambatan penyampaian koreksi Laporan tersebut, Pelapor I
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1
form x 4 Hari Kerja = Rp200.000,00.
Contoh 2:
Pelapor J menyampaikan koreksi atas Laporan Bulanan Penerbit
Kartu Kredit (form 301) untuk data bulan Juni 2019 dan diterima
oleh Bank Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2019. Atas
keterlambatan penyampaian penyampaian koreksi Laporan
tersebut, Pelapor J seharusnya dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 18 Hari Kerja =
Rp900.000,00. Namun, Pelapor dikenakan sanksi kewajiban
membayar maksimal sebesar Rp750.000,00.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan item adalah field pada setiap record dalam
setiap form.
Contoh 1:
Pada Laporan Bulanan Penerbit Selain Kartu Kredit (form 302)
yang disampaikan oleh Pelapor K ditemukan kesalahan pada 10
(sepuluh) item. Atas kesalahan tersebut, Pelapor K dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 10
item = Rp500.000,00.
Contoh 2:
Pada Laporan Bulanan Penerbit Kartu Kredit (form 301) yang
disampaikan oleh Pelapor L ditemukan kesalahan pada 100
(seratus) item. Atas kesalahan tersebut, Pelapor L seharusnya
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1
form x 100 item = Rp5.000.000,00. Namun, Pelapor dikenakan
sanksi kewajiban membayar maksimal sebesar Rp1.000.000,00.
Ayat (4)
Contoh:
Pelapor M menyampaikan koreksi atas Laporan Bulanan Penerbit
Selain Kartu Kredit (form 302) terhadap 20 (dua puluh) item untuk
10i

Data bulan Maret 2019, dan diterima oleh Bank Indonesia pada
tanggal 17 April 2019. Atas keterlambatan penyampaian koreksi
Laporan tersebut, Pelapor dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 2 Hari Kerja = Rp100.000,00. Atas
kesalahan penyampaian Laporan sebanyak 20 (dua puluh) item,
Pelapor tidak dikenakan sanksi kewajiban membayar.
Ayat (5)
Contoh:
Pada tanggal 1 Juni 2019, Bank Indonesia menemukan kesalahan
pada 10 (sepuluh) item di Laporan Bulanan Penerbit Kartu Kredit
(form 301) untuk data bulan April 2019 yang disampaikan oleh
Pelapor N. Atas kesalahan tersebut, Pelapor N dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 10 item =
Rp500.000,00. Atas keterlambatan penyampaian koreksi
Laporan, Pelapor tidak dikenakan sanksi kewajiban membayar.
Ayat (6)
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Yang dimaksud dengan “media lain” antara lain e-mail, faksimili, atau
pengumuman di Sistem LSBU.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai