NOMOR 20/21/PADG/2018
TENTANG
LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU DAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)
OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA SELAIN BANK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG
LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT
PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU DAN UANG
ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) OLEH BANK
PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA SELAIN BANK.
3ii
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disingkat BPR
adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
perbankan yang melakukan kegiatan alat pembayaran
dengan menggunakan kartu dan/atau uang elektronik
(electronic money).
2. Lembaga Selain Bank, yang selanjutnya disingkat LSB
adalah badan usaha bukan bank yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia yang melakukan kegiatan
alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan/atau
uang elektronik (electronic money).
3. Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, yang
selanjutnya disebut APMK adalah alat pembayaran yang
berupa kartu kredit, kartu automated teller machine (ATM),
dan/atau kartu debet.
4. Kartu Kredit adalah APMK yang dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi
pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan
tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu
dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan
pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan
pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan
pembayaran secara angsuran.
5. Kartu automated teller machine (ATM) yang selanjutnya
disebut Kartu ATM adalah APMK yang dapat digunakan
untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan
dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi
seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan
pemegang kartu pada BPR atau LSB yang berwenang
4ii
BAB II
PELAPOR DAN RUANG LINGKUP LAPORAN
Bagian Kesatu
Pelapor
Pasal 2
(1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan kepada Bank
Indonesia
(2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kantor pusat dari BPR; dan
b. kantor pusat dari LSB,
yang melakukan kegiatan APMK dan/atau Uang
Elektronik.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Laporan
Pasal 3
Laporan yang disampaikan oleh kantor pusat dari BPR yang
melakukan kegiatan APMK dan/atau Uang Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a terdiri
atas:
a. Laporan Penerbit Kartu ATM, meliputi:
1. Laporan penerbitan;
2. Laporan fraud; dan
3. Laporan penanganan dan penyelesaian pengaduan
nasabah; dan/atau
b. Laporan Penyelenggaraan Kliring dan/atau Penyelesaian
Akhir (settlement).
Pasal 4
Laporan yang disampaikan oleh kantor pusat dari LSB yang
melakukan kegiatan APMK dan/atau Uang Elektronik
7ii
Pasal 5
(1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 secara lengkap,
benar, dan akurat.
(2) Pelapor harus menunjuk dan memberitahukan person
in-charge (PIC) Laporan kepada Bank Indonesia.
(3) Penunjukkan PIC sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak mengurangi dan/atau menghilangkan tanggung
jawab direksi BPR atau pimpinan LSB.
8ii
BAB III
FORMAT DAN JENIS LAPORAN
Bagian Kesatu
Laporan yang Disampaikan ke Bank Indonesia
Pasal 6
(1) Penyusunan Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 dan Pasal 4 mengacu kepada Pedoman Penyusunan
Laporan sebagaimana dimaksud pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Anggota Dewan Gubernur ini.
(2) Penyusunan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disusun dengan menggunakan format sebagai berikut:
a. Laporan yang disusun secara bulanan terdiri atas:
1) form 301 – Laporan Bulanan Penerbit Kartu
Kredit;
2) form 302 – Laporan Bulanan Penerbit Selain
Kartu Kredit;
3) form 303 – Laporan Bulanan Acquirer;
4) form 304 – Laporan Bulanan Infrastruktur;
5) form 306 – Laporan Bulanan Fraud APMK dan
Uang Elektronik;
6) form 307 – Laporan Bulanan Penerbit
Kolektibilitas Kartu Kredit;
7) form 314 – Laporan Bulanan Perkembangan
Layanan Keuangan Digital;
8) form 315 – Laporan Bulanan Transaksi Layanan
Keuangan Digital;
9) form 316 – Laporan Bulanan Agen Layanan
Keuangan Digital;
10) form 317 – Laporan Bulanan Permasalahan
Layanan Keuangan Digital;
9ii
Bagian Kedua
Format Laporan yang Disampaikan oleh Pelapor
Pasal 7
Pelapor BPR yang telah memperoleh izin sebagai Penerbit Kartu
ATM dari Bank Indonesia wajib menyampaikan jenis Laporan
yang terdiri atas:
a. form 302;
b. form 306;
c. form 309;
d. form 310;
e. form 311;
f. form 312; dan
g. form 313.
Pasal 8
(1) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Penerbit Kartu Kredit
wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri atas:
a. form 301;
b. form 306;
c. form 307;
d. form 309;
e. form 310;
f. form 311;
g. form 312;
h. form 313;
i. form 318;
j. form 319;
k. form 320;
l. form 321;
m. form 322;
n. form 323; dan
o. form 324.
(2) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Penerbit Uang
Elektronik wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri
atas:
a. form 302;
11ii
b. form 304;
c. form 306;
d. form 309;
e. form 310;
f. form 311;
g. form 312; dan
h. form 313.
(3) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Acquirer Kartu Kredit
wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri dari:
a. form 303;
b. form 304;
c. form 306;
d. form 318;
e. form 319;
f. form 320;
g. form 321;
h. form 322; dan
i. form 323.
(4) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Acquirer Kartu ATM,
Kartu Debet, dan/atau Uang Elektronik wajib
menyampaikan jenis Laporan yang terdiri dari:
a. form 303;
b. form 304; dan
c. form 306.
(5) Pelapor LSB yang telah memperoleh persetujuan dari Bank
Indonesia terhadap rencana penyelenggaraan kegiatan
LKD wajib menyampaikan jenis Laporan yang terdiri dari:
a. form 314;
b. form 315;
c. form 316; dan
d. form 317.
(6) Pelapor LSB yang bertindak sebagai Penyelenggara Kliring
dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir untuk APMK
dan/atau Uang Elektronik wajib menyampaikan jenis
Laporan form 305.
12ii
Pasal 9
(1) Dalam hal Pelapor tidak memiliki data yang wajib
disampaikan selama periode Laporan, kewajiban
penyampaian Laporan tetap berlaku dengan mengirimkan
form header.
(2) Pelapor dapat menyampaikan koreksi atas Laporan yang
telah disampaikan sebelumnya.
BAB IV
PENYAMPAIAN LAPORAN DAN KOREKSI LAPORAN
Bagian Kesatu
Tata Cara Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau
Koreksi Laporan Secara Online
Pasal 10
(1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf a setiap bulan, paling lambat tanggal
15 pada bulan Laporan berikutnya.
(2) Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf b setiap triwulan, paling lambat
tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah triwulan
Laporan.
(3) Dalam hal hari terakhir penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) jatuh pada bukan Hari Kerja
maka Laporan, koreksi Laporan, dan/atau form header
disampaikan pada Hari Kerja berikutnya.
13ii
Bagian Kedua
Batas Waktu Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau
Koreksi Laporan Secara Online
Pasal 11
(1) Pelapor harus menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan melalui Sistem LSBU secara
Online.
(2) Sistem LSBU secara Online sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan untuk penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sampai dengan 1 (satu)
bulan setelah bulan Laporan untuk Laporan bulanan atau
1 (satu) bulan setelah triwulan Laporan untuk Laporan
triwulanan.
(3) Pelapor dinyatakan telah menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan kepada Bank Indonesia
yang dibuktikan dengan tanda terima dari Sistem LSBU.
(4) Dalam hal penyampaian Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan melewati batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan dilakukan secara
Offline.
Pasal 12
(1) Pelapor harus melakukan validasi teknis sesuai dengan
spesifikasi penyusunan Laporan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran .
(2) Pelapor wajib menyampaikan seluruh form sesuai dengan
jenis Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan
Pasal 8.
(3) Dalam hal Pelapor melakukan penggabungan atau
peleburan dengan Pelapor lain, masing-masing Pelapor
peserta peleburan atau penggabungan tetap wajib
menyampaikan Laporan yang disusun secara bulanan
untuk bulan Laporan sebelum dilakukan peleburan atau
penggabungan secara operasional masing-masing Pelapor.
14ii
Pasal 13
(1) Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) apabila Pelapor
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan setelah tanggal 15 pada bulan Laporan
berikutnya.
(2) Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) apabila Pelapor
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan setelah tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah
triwulan Laporan.
(3) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan yang belum disampaikan.
Bagian Ketiga
Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau Koreksi
Laporan Secara Offline
Pasal 14
(1) Dalam hal Pelapor mengalami gangguan teknis pada akhir
Periode Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) dan ayat (2), Pelapor wajib menyampaikan
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan paling
lambat pada Hari Kerja berikutnya pukul 10.00 waktu
setempat secara Offline.
15ii
Pasal 15
(1) Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan tidak berlaku bagi Pelapor yang mengalami
keadaan memaksa (force majeure).
(2) Pelapor yang tidak dapat menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib segera memberitahukan secara
tertulisdisertai penjelasan mengenai penyebab terjadinya
keadaan memaksa (force majeure) yang ditandatangani
oleh pejabat Pelapor yang berwenang.
(3) Pelapor harus menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) setelah keadaan memaksa (force majeure) dapat
diatasi.
(4) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Departemen
Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan Bank Indonesia, Jl.
M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan
kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia terdekat bagi
Pelapor yang berkedudukan di luar wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia.
BAB V
HAK AKSES LAPORAN
Pasal 16
(1) Bank Indonesia menyediakan hak akses berupa user id
atas Sistem LSBU sebanyak 1 (satu) fasilitas user id
kepada setiap Pelapor tanpa dikenakan biaya.
(2) Pelapor bertanggung jawab atas hak akses terhadap
Sistem LSBU yang disediakan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
17ii
BAB VI
SANKSI
Pasal 17
(1) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan
Laporan dan/atau form header sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 14 ayat (5)
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap form
per Hari Kerja keterlambatan dan paling banyak sebesar
Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk
setiap form.
(2) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)
dan ayat (2) serta Pasal 14 ayat (5) dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh
ribu rupiah) untuk setiap form per Hari Kerja
keterlambatan dan paling banyak sebesar Rp750.000,00
(tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap form.
(3) Pelapor yang menyampaikan Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 secara tidak lengkap,
tidak benar, dan/atau tidak akurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
untuk setiap item data dan paling banyak sebesar
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap form.
(4) Pelapor yang terlambat menyampaikan koreksi Laporan
dalam batas waktu periode penyampaian Online
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2), Pelapor
hanya dikenakan sanksi terlambat menyampaikan koreksi
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tidak
dikenakan sanksi terhadap penyampaian Laporan yang
tidak lengkap, tidak benar, dan/atau tidak akurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Pelapor yang telah dikenakan sanksi menyampaikan
Laporan secara tidak lengkap, tidak benar, dan/atau tidak
akurat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan
18ii
Pasal 18
(1) Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada
Pelapor mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh
Pelapor dan besarnya sanksi kewajiban membayar yang
dikenakan.
(2) Pembayaran sanksi kewajiban membayar dilakukan
dengan cara transfer melalui bank umum untuk untung
rekening Bank Indonesia yang diberitahukan oleh Bank
Indonesia pada saat Pelapor dikenakan sanksi kewajiban
membayar
BAB VI
PENYAMPAIAN PERTANYAAN DAN/ATAU KORESPONDENSI
Pasal 19
Dalam hal terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan sistem,
materi, dan/atau ketentuan Laporan, Pelapor dapat
menyampaikan pertanyaan dimaksud kepada BICARA Bank
Indonesia, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta 10350, Telp 021-
131 dan/atau melalui surat elektronik dengan alamat
bicara@bi.go.id.
19ii
Pasal 20
Dalam hal terjadi perubahan alamat surat-menyurat dan/atau
alamat korespondensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (6), Pasal 15 ayat (4), dan/atau Pasal 18, Bank Indonesia
memberitahukan kepada Pelapor melalui surat dan/atau media
lain.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai
berlaku:
a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/13/DASP tanggal
12 April 2013 perihal Laporan Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Uang
Elektronik (Electronic Money) oleh Bank Perkreditan
Rakyat dan Lembaga Selain Bank; dan
b. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/27/DSta tanggal
22 November 2016 perihal Perubahan atas Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 15/13/DASP tanggal 12 April 2013
perihal Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Uang
Elektronik (Electronic Money) oleh Bank Perkreditan
Rakyat dan Lembaga Selain Bank;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 22
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal 1 September 2018.
20ii
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Agustus 2018
TTD
MIRZA ADITYASWARA
i
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 20/21/PADG/2018
TENTANG
LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN
MENGGUNAKAN KARTU DAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)
OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA SELAIN BANK
I. UMUM
Sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 3 tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam kaitan ini, Bank
Indonesia berwenang antara lain memberikan izin dan persetujuan atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran serta mewajibkan penyelenggara
jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan penyelenggaraan
kegiatan dimaksud kepada Bank Indonesia.
Kewajiban penyampaian laporan kegiatan penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran tersebut dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat melakukan
pengawasan terhadap penyelenggara jasa sistem pembayaran agar tetap
memenuhi prinsip penyelenggaraan sistem pembayaran yang lancar, aman,
efisien, dan andal. Selain itu, informasi yang diperoleh dari penyelenggara
jasa sistem pembayaran juga diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
tugas Bank Indonesia di sektor moneter serta makroprudensial.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas tersebut, Bank Indonesia
memerlukan ketersediaan data dan informasi yang berkualitas dari Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) dan Lembaga Selain Bank (LSB) sebagai
penyelenggara jasa sistem pembayaran. Data dan informasi dimaksud
berupa penyelenggaraan kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan
2i
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan PIC Laporan adalah petugas yang
ditunjuk oleh Pelapor untuk melakukan komunikasi dengan Bank
Indonesia terkait dengan Laporan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan tidak mengurangi dan/atau
menghilangkan tanggung jawab adalah bahwa tanggung jawab
Laporan tetap melekat kepada direksi BPR atau pimpinan LSB.
3i
Ayat (4)
Pelapor dapat menginikan informasi PIC dengan cara
menyesuaikan informasi dimaksud melalui form Informasi Pokok
Pelapor di dalam Sistem LSBU.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tidak memiliki data” adalah kondisi
dimana Pelapor yang berdasarkan statusnya memungkinkan
melakukan kegiatan yang wajib dilaporkan melalui Sistem LSBU,
namun sampai dengan akhir bulan Laporan tidak ada data yang
dapat dilaporkan.
Ayat (2)
Koreksi Laporan dapat diakibatkan oleh data tidak lengkap, tidak
benar, tidak akurat, dan/atau tidak terkini, baik yang diketahui
oleh Pelapor maupun Bank Indonesia.
Pasal 10
Ayat (1)
Contoh:
Laporan Bulanan Penerbit Selain Kartu Kredit (form 302) untuk
data bulan Januari 2019 wajib disampaikan oleh Pelapor kepada
Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 Februari 2019.
Ayat (2)
Contoh:
Laporan Triwulanan Penanganan dan Pengaduan Nasabah (Jenis
Produk dan Permasalahan yang Diadukan) (form 309) untuk data
4i
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Contoh 1:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data bulan Januari 2019 dilakukan secara Online sampai
dengan akhir bulan Februari 2019.
Contoh 2:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data triwulan I tahun 2019 dilakukan secara Online sampai
dengan akhir bulan April 2019.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “tanda terima dari Sistem LSBU” adalah
tampilan atau hasil cetakan komputer sebagai bukti bahwa
Laporan yang disampaikan Pelapor telah diterima oleh Bank
Indonesia.
Ayat (4)
Contoh 1:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data bulan Januari 2019 dilakukan secara Offline setelah
akhir bulan Februari 2019.
Contoh 2:
Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
untuk data triwulan I tahun 2019 dilakukan secara Offline setelah
akhir bulan April 2019.
5i
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Contoh:
Pada tanggal 1 Juli 2019, Pelapor A secara operasional telah
melakukan peleburan atau penggabungan dengan Pelapor B.
Masing-masing Pelapor wajib menyampaikan Laporan untuk data
bulan Juni 2019. Sementara itu, Laporan untuk data bulan Juli
2019 merupakan Laporan konsolidasi atau gabungan yang
dilaporkan oleh Pelapor hasil peleburan atau penggabungan.
Ayat (4)
Contoh:
Pada tanggal 1 Mei 2019, Pelapor C secara operasional telah
melakukan peleburan atau penggabungan dengan Pelapor D.
Laporan untuk data bulan triwulan II tahun 2019 merupakan
Laporan konsolidasi atau gabungan yang dilaporkan oleh Pelapor
hasil peleburan atau penggabungan.
Pasal 13
Ayat (1)
Contoh:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Bulanan
Penerbit Selain Kartu Kredit (form 302) apabila Laporan dimaksud
untuk data bulan Maret 2019 diterima oleh Bank Indonesia
setelah tanggal 15 April 2019.
Ayat (2)
Contoh:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan
Triwulanan Penanganan dan Pengaduan Nasabah (Jenis Produk
dan Permasalahan yang Diadukan) (form 309) apabila Laporan
dimaksud untuk data triwulan II tahun 2019 diterima oleh Bank
Indonesia setelah tanggal 15 Oktober 2019.
6i
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “gangguan teknis di Pelapor” adalah
gangguan yang menyebabkan Pelapor tidak dapat menyampaikan
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan secara Online
kepada Bank Indonesia, antara lain karena gangguan pada sistem
di internal Pelapor.
Contoh:
Pada tanggal 15 Agustus 2019, Pelapor E mengalami gangguan
teknis sehingga tidak dapat menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan secara Online kepada Bank Indonesia.
Pelapor X harus menyampaikan Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan secara Offline paling lambat tanggal 16 Agustus
2019 pukul 10:00 waktu setempat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “gangguan teknis di Bank Indonesia”
adalah gangguan yang menyebabkan Bank Indonesia tidak dapat
menerima penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan secara Online dari Pelapor, antara lain karena gangguan
pada jaringan telekomunikasi dan/atau penyebab lainnya.
Yang dimaksud dengan “sarana lain” antara lain e-mail, telepon,
atau faksimili.
Ayat (4)
Contoh:
Pada tanggal 15 Mei 2019, terjadi gangguan teknis di Bank
Indonesia sehingga Pelapor tidak dapat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan secara Online kepada
Bank Indonesia. Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan secara Offline paling lambat
tanggal 16 Mei 2019 pukul 10:00 waktu setempat.
7i
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa (force majeure)”
adalah keadaan yang secara nyata menyebabkan Pelapor tidak
dapat menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, perang,
sabotase, serta
bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa (force majeure) dapat
diatasi" adalah keadaan pada saat Pelapor secara normal telah
dapat melaksanakan kegiatan operasional sehingga dapat
menyusun dan menyampaikan Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan kepada Bank Indonesia.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud “hak akses” adalah hak yang diberikan oleh Bank
Indonesia kepada Pelapor untuk dapat mengirim Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan melalui log-in ke dalam Sistem
LSBU di Bank Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
8i
Pasal 16
Ayat (1)
Contoh 1:
Pelapor F menyampaikan Laporan Bulanan Penerbit Selain Kartu
Kredit (form 302) untuk data bulan Maret 2019 dan diterima oleh
Bank Indonesia pada tanggal 17 April 2019. Atas keterlambatan
penyampaian Laporan tersebut, Pelapor F dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp500.000,00 x 1 form x 2 Hari
Kerja = Rp1.000.000,00.
Contoh 2:
Pelapor G menyampaikan Laporan sebagai berikut:
1. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Jenis Produk dan Permasalahan
yang Diadukan) (form 309);
2. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Pengaduan yang Diselesaikan
dalam Masa Laporan) (form 310);
3. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Penyebab Pengaduan) (form 311);
4. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Publikasi Negatif) (form 312); dan
5. Laporan Triwulanan Penanganan dan Penyelesaian
Pengaduan Nasabah LSB (Penyelesaian Sengketa) (form 313);
untuk data triwulan III tahun 2019 dan diterima oleh Bank
Indonesia pada tanggal 16 Oktober 2019. Atas keterlambatan
penyampaian Laporan tersebut, Pelapor G dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp500.000,00 x 5 form x 1 Hari
Kerja = Rp2.500.000,00.
Contoh 3:
Pelapor H menyampaikan Laporan Bulanan Penerbit Kartu Kredit
(form 301) untuk data bulan Juni 2019 dan diterima oleh Bank
Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2019. Atas keterlambatan
penyampaian Laporan tersebut, Pelapor H seharusnya dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp500.000,00 x 1 form x 18
Hari Kerja = Rp9.000.000,00. Namun, Pelapor dikenakan sanksi
kewajiban membayar maksimal sebesar Rp7.500.000,00.
9i
Ayat (2)
Contoh 1:
Pelapor I menyampaikan koreksi atas Laporan Bulanan Penerbit
Selain Kartu Kredit (form 302) untuk data bulan Maret 2019 dan
diterima oleh Bank Indonesia pada tanggal 19 April 2019. Atas
keterlambatan penyampaian koreksi Laporan tersebut, Pelapor I
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1
form x 4 Hari Kerja = Rp200.000,00.
Contoh 2:
Pelapor J menyampaikan koreksi atas Laporan Bulanan Penerbit
Kartu Kredit (form 301) untuk data bulan Juni 2019 dan diterima
oleh Bank Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2019. Atas
keterlambatan penyampaian penyampaian koreksi Laporan
tersebut, Pelapor J seharusnya dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 18 Hari Kerja =
Rp900.000,00. Namun, Pelapor dikenakan sanksi kewajiban
membayar maksimal sebesar Rp750.000,00.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan item adalah field pada setiap record dalam
setiap form.
Contoh 1:
Pada Laporan Bulanan Penerbit Selain Kartu Kredit (form 302)
yang disampaikan oleh Pelapor K ditemukan kesalahan pada 10
(sepuluh) item. Atas kesalahan tersebut, Pelapor K dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 10
item = Rp500.000,00.
Contoh 2:
Pada Laporan Bulanan Penerbit Kartu Kredit (form 301) yang
disampaikan oleh Pelapor L ditemukan kesalahan pada 100
(seratus) item. Atas kesalahan tersebut, Pelapor L seharusnya
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1
form x 100 item = Rp5.000.000,00. Namun, Pelapor dikenakan
sanksi kewajiban membayar maksimal sebesar Rp1.000.000,00.
Ayat (4)
Contoh:
Pelapor M menyampaikan koreksi atas Laporan Bulanan Penerbit
Selain Kartu Kredit (form 302) terhadap 20 (dua puluh) item untuk
10i
Data bulan Maret 2019, dan diterima oleh Bank Indonesia pada
tanggal 17 April 2019. Atas keterlambatan penyampaian koreksi
Laporan tersebut, Pelapor dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 2 Hari Kerja = Rp100.000,00. Atas
kesalahan penyampaian Laporan sebanyak 20 (dua puluh) item,
Pelapor tidak dikenakan sanksi kewajiban membayar.
Ayat (5)
Contoh:
Pada tanggal 1 Juni 2019, Bank Indonesia menemukan kesalahan
pada 10 (sepuluh) item di Laporan Bulanan Penerbit Kartu Kredit
(form 301) untuk data bulan April 2019 yang disampaikan oleh
Pelapor N. Atas kesalahan tersebut, Pelapor N dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 x 1 form x 10 item =
Rp500.000,00. Atas keterlambatan penyampaian koreksi
Laporan, Pelapor tidak dikenakan sanksi kewajiban membayar.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Yang dimaksud dengan “media lain” antara lain e-mail, faksimili, atau
pengumuman di Sistem LSBU.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.