REPUBLIK INDONESIA
No.69, 2014 PERBANKAN. BI. Uang Elektronik. Perizinan.
Pengawasan. Pengamanan. Perubahan.
(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5524)
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 2
www.djpp.kemenkumham.go.id
3 2014, No.69
Pasal 1
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Bank adalah banksebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai perbankan, dan bank syariah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai perbankan syariah.
2. Lembaga Selain Bank adalah badan usaha berbadan hukum
Indonesia bukan Bank.
3. Uang Elektronik (Electronic Money) adalah alat pembayaran yang
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu
kepada penerbit;
b. nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media
server atau chip;
c. digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang
bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan
d. nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
4. Nilai Uang Elektronik adalah nilai uang yang disimpan secara
elektronik pada suatu media server atau chip yang dapat
dipindahkan untuk kepentingan transaksi pembayaran dan/atau
transfer dana.
5. Prinsipaladalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang
bertanggungjawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan
antar anggotanya yang berperan sebagai penerbit dan/atau
acquirer, dalam transaksi Uang Elektronik yang kerjasama
dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.
6. Penerbit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang
menerbitkan Uang Elektronik.
7. AcquireradalahBank atau Lembaga Selain Bank yang:
a. melakukan kerjasama dengan pedagang sehingga pedagang
mampu memproses transaksi dari Uang Elektronik yang
diterbitkan oleh pihak selain acquireryang bersangkutan; dan
b. bertanggungjawab atas penyelesaian pembayaran kepada
pedagang.
8. Pemegangadalah pihak yang menggunakan Uang Elektronik.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 4
www.djpp.kemenkumham.go.id
5 2014, No.69
(2) Fasilitas yang dapat diberikan oleh Penerbit jenis Uang Elektronik
registered sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa:
a. registrasi Pemegang;
b. Pengisian Ulang (top up);
c. pembayaran transaksi;
d. pembayaran tagihan;
e. transfer dana;
f. Tarik Tunai;
g. penyaluran program bantuan pemerintah kepada
masyarakat; dan/atau
h. fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
(3) Fasilitas yang dapat diberikan oleh Penerbit jenis Uang Elektronik
unregistered sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
berupa:
a. Pengisian Ulang (top up);
b. pembayaran transaksi;
c. pembayaran tagihan;
d. fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
3. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5
(1) Kegiatan sebagai Penerbit dapat dilakukan oleh Bank atau
Lembaga Selain Bank.
(2) Bank yang akan bertindak sebagai Penerbit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin sebagai Penerbit
dari Bank Indonesia.
(3) Lembaga Selain Bank yang akan bertindak sebagai Penerbit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperoleh izin
sebagai Penerbit dari Bank Indonesia jika:
a. Dana Float yang dikelola telah mencapai nilai tertentu; atau
b. Dana Float direncanakan akan mencapai nilai tertentu.
(4) Dalam hal Lembaga Selain Bank sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) akan menyediakan fasilitas transfer dana melalui Uang
Elektronik yang diterbitkan maka Lembaga Selain Bank tersebut
wajib memenuhi persyaratan sebagai Penerbit Uang Elektronik
yang memiliki fasilitas transfer dana.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 6
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk
memperoleh izin sebagai Penerbit sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), termasuk ketentuan mengenai nilai
Dana Float sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Surat Edaran Bank Indonesia.
4. Diantara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 9A
dan Pasal 9Bsehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9A
(1) Izin sebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring,
dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir yang diberikan oleh
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berlaku
untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang oleh Bank Indonesia.
(2) Selama berlakunya jangka waktu izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Bank Indonesia melakukan evaluasi atasizin
penyelenggaraan Uang Elektronik yang telah diberikan dengan
mempertimbangkanpaling kurang:
a. tingkat optimalisasi dan perkembangan kegiatan
penyelenggaraan Uang Elektronik;
b. tingkat kepatuhan Prinsipal, Penerbit, Acquirer,
Penyelenggara Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian
Akhir terhadap ketentuan yang berlaku; dan/atau
c. aspek perlindungan konsumen.
(3) Hasil evaluasisebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar
pertimbangan bagi Bank Indonesia untuk menetapkan kebijakan
terkait izin yang telah diberikan.
(4) Kebijakan terhadap izin yang diberikan oleh Bank
Indonesiasebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa:
a. pencabutan izin;
b. mempersingkat masa berlaku izin; dan/atau
c. membatasi kegiatan penyelenggaraan Uang Elektronik.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dantata cara
perpanjangan izin,serta tata cara evaluasi perizinan
penyelenggaraan Uang Elektronik diatur dengan Surat Edaran
Bank Indonesia.
Pasal 9B
(1) Bank Indonesia berwenang menetapkan kebijakan pembatasan
pemberian izinsebagai Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara
Kliring, dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir.
www.djpp.kemenkumham.go.id
7 2014, No.69
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 8
www.djpp.kemenkumham.go.id
9 2014, No.69
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 10
www.djpp.kemenkumham.go.id
11 2014, No.69
Pasal 24
(1) Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring, dan/atau
Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib:
a. menggunakan sistem yang aman dan andal;
b. memelihara, meningkatkan keamanan teknologi Uang
Elektronik, dan/atau mengganti infrastruktur dan sistem
Uang Elektronik dengan yang lebih aman;
c. memiliki kebijakan dan prosedur tertulis (standard operating
procedure) penyelenggaraan kegiatan Uang Elektronik; dan
d. menjaga keamanan dan kerahasiaan data.
(2) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat(1), Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring,
dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir wajib melaksanakan
audit teknologi informasi secara berkala dan melaporkan hasil
audit teknologi informasi tersebut kepada Bank Indonesia.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keamanan teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaksanaan audit dan tata
cara pelaporan hasil audit teknologi informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Surat Edaran Bank
Indonesia.
12. Di antara Pasal 24 dan Pasal 25 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal
24A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 24A
(1) Bank Indonesia berwenang meminta laporan kepada:
a. penyelenggara Uang Elektronik yang belum memperoleh izin
Bank Indonesia; dan
b. penyelenggara alat pembayaran non tunai yang berupa
stored value.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran Bank
Indonesia.
13. Diantara Bab VI dan Bab VII disisipkan 1 (satu) Bab, yakni Bab VIA
sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB VIA
PENYELENGGARAAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL
Bagian Kesatu
Penyelenggaraan
Pasal 24B
(1) Penerbit dapat menyelenggarakan LKD.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 12
www.djpp.kemenkumham.go.id
13 2014, No.69
Bagian Ketiga
Agen LKD Individu
Pasal 24E
(1) Agen LKD individu harus memenuhi persyaratan paling kurang
sebagai berikut:
a. memiliki kemampuan, reputasi, dan integritas di wilayah
operasionalnya;
b. memiliki usaha yang sedang berjalan dengan lokasi usaha
tetap paling singkat2 (dua) tahun;
c. lulus proses uji tuntas (due diligence)oleh Penerbit berupa
Bank; dan
d. menempatkan depositdengan jumlah sesuai yang ditetapkan
Penerbit berupa Bank.
(2) Uang Elektronik yang dapat digunakan dalam penyelenggaraan
LKD melalui Agen LKD individuadalah Uang Elektronik registered
dan diproses secara online.
(3) Layanan yang dapat dilakukan oleh Agen LKD individu meliputi:
a. fasilitator registrasi Pemegang;
b. Pengisian Ulang (top up);
c. pembayaran tagihan;
d. Tarik Tunai;
e. penyaluran program bantuan pemerintah kepada
masyarakat;dan
f. fasilitaslain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Agen LKD individu
dan layanan yang dapat dilakukan oleh Agen LKD individu diatur
dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
Bagian Keempat
Kewajiban dan Tanggung Jawab Penyelenggara LKD
Pasal 24F
(1) Penerbit yang akan menyelenggarakan LKD melalui Agen LKD
harus menyampaikan kepada Bank Indonesia rencana
penyelenggaraan kegiatan LKD melalui Agen LKD.
(2) Penerbit wajib bertanggungjawab atas seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh Agen LKD.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 14
www.djpp.kemenkumham.go.id
15 2014, No.69
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.69 16
www.djpp.kemenkumham.go.id
17 2014, No.69
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 8 April 2014
GUBERNUR BANK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 8 April 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
www.djpp.kemenkumham.go.id