Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A .Sejarah Munculnya Teori Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence

Konsep multiple intelligence diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Prof.


Howard Gardner pada yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition
and Education, Harvar Graduate School of Education dan juga profesor di bidang
Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi
bahwa setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap
siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.

Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences berawal dari


karya Horward Gardner dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan
atas hasil penelitian selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia
(Human Cognitif Capacities). Gardner menolak asumsi bahwa kognisi manusia
merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal.
Meskipun sebagian besar individu menunjukkan penguasaan yang berbeda,
individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan
membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi.

Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan
agar dapat dimasukkan dalam teorinya diantaranya adalah:

1) Setiap kecerdasan dapat dilambangkan misalnya Matematika jelas


ada lambang, Musik ada lambang, kinestetik ada lambang atau
irama gerak (seperti: lambaian tangan, untuk selamat tinggal atau
mau tidur dan lain-lain).
2) Setiap kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan artinya tidak
seperti IQ yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan
sudah ditetapkan saat kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple
Intelligences) percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada titik
tertentu dimasa kanak-kanak, mempunyai periode yang berpotensi
3
untuk berkembang selama rentang hidup dan berisikan pola unik
yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring dengan
semakin tuanya seseorang.
3) Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau
cedera pada wilayah otak tertentu. Misalnya orang dengan
kerusakan pada Lobus Frontal pada belahan otak kiri, tidak mampu
berbicara atau menulis dengan mudah, namun tanpa kesulitan dapat
menyanyi, melukis dan menari. Orang yang Lobus, Temporalnya
yang kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan di bidang
musik tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis.
Pasien dengan kerusakan pada Lobus Oksipital belahan otak kanan
mengkin mengalami kesulitan dalam mengenali wajah,
membayangkan atau mengamati detail visual. Setiap kecerdasan
mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya.Artinya tidak
harus Matematis-Logis yang penting atau Spatial atau Musik, atau
tergantung budaya masing-masing misalnya ada kemampun naik
kuda, melacak jejak dan lain-lain dalam budaya tertentu itu sangat
penting dan lain-lain

B. Pengertian Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence

Sebelum kita mengetahui mengenai apa itu kecerdasan majemuk, terlebih


dahulu kita ketahui apa yang dimaksud dengan kecerdasan. Howard Gardner
mendefinisikan kecerdasan sebagi berikut:

1. Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan


konsekuensi dalam suasana budaya.
2. Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati
situasi yang sasaran harus dicapai.

3. Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat kea rah sasaran


tersebut (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).

Tidak hanya mendefinisikan kecerdasan Prof. Howard Gardner


mendefinisikan mengenai kecerdasan majemuk/ganda. Seorang ahli psikologi
kognitif dari Universitas Harvard ini menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kecerdasan ganda (multiple intelligences) adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang
budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia
memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai
dengan konteksnya. Kemampuan “memecahkan” masalah tidak hanya berkaitan
dengan berhasil atau tidaknya menghitung perkalian, namun juga meliputi
kemampuan membentuk suatu tim, kemampuan untuk mengatur anggota dalam
kelompokguna bersama-sama memecahkan masalah yang sulit, dan lain-lain.
Gardner memandang kecerdasan tidak semata-mata berdasarkan skor tertentu
yang telah memiliki nilai standar melainkan berdasarkan ukuran kemampuan yang
dikuasai oleh individu. Pendekatan ini mencoba memahami bagaimana pikiran

individu dalam menjalankan kehidupan, baik yang berkaitan dengan benda-benda


konkret maupun hal-hal yang bersifat abstrak sehingga bagi Gardner tidak ada
anak yang bodoh atau pintar, yang ada hanyalah anak yang lebih menguasai satu
bidang tertentu atau beberapa bidang lain. Oleh karena itu, bidang atau kecerdasan
tertentu yang kurang dikuasai dapat distimulasi agar lebih terampil. Namun
demikian, Gardner juga mempercayai bahwa setiap individu memiliki
kecenderungan untuk cerdas pada satu bidang tertentu sehingga individu tidak
memerlukan usaha yang susah payah untuk mengembangkannya.

C. Jenis-jenis Kecerdasan
Gardner menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yang kemudian
berkembang menjadi 10 jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu, yaitu :

1. Kecerdasan Linguistik

Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya


pendongeng, orator, atau politis) maupun tertulis (misalnya sastrawan, ppenulis

drama, editor, wartawan). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran.


2010). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau
struktur, fonologi, semantik dan pragmatik.

Ciri-ciri anak dengan kecerdasan linguistic yang menonjol biasanya


senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang
belajar bahasa asing, mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja,
suka menulis surat atau e-mail, senang membicarakan ide-ide dengan teman-
temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta,
menikmati permainan kata (utak-atik kata, kata-kata tersembunyi, scrabble atau
teka-teki silang, bolak-balik kata, plesetan atau pantun) dan senang membaca
tentang ide-ide yang menarik minatnya.

2. Kecerdasan Matematis-Logis

Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika,


akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar misalnya,
sebagai ilmuwan, pemrogaman computer, atau ahli logika). (Yatim Riyanto,
Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada
pola hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis dan abstraksi lain.
Seseorang dengan kecerdasan matematis logis yang tinggi biasanya memiliki
ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah
mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang
menghitung,

3. Kecerdasan Spasial
Kemampuan memersepsikan dunia spasial-visual secara akurat (misalnya,
sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia
spasial-visual tersebut (misalnya, decorator interior, arsitek, seniman, atau
penemu). Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan,
mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara
tepat dalam atriks spasial. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).

4. Kecerdasan Kinetis-Jasmani

Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan


perasaan (misalnya, sebagai aktor, pemain pantonim, atlet, atau penari) dan
keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu
(misalnya, sebagai perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan
ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi,
keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun
kemampuan menerima rangsangan (proprioveptive) dan hal yang berkaitan
dengan sentuhan (tactile & haptic). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. 2010).

5. Kecerdasan Musikal

Kemampuan menangani bentuk-bentuk musical, dengan cara mempersepsi


(misalnya pemikat music), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik),
menggubah (misalnya, sebagai composer), dan mengekspresikan (misalnya
sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada, irama, pola titik nada
atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. (Yatim Riyanto,
Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).

6. Kecerdasan Interpersonal.

Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud,


motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada
ekspresi wajah, suara, gerak isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam
tanda
interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan
tindakan pragmatis tertentu (misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk
melakukan tindakan tertentu). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran.
2010).

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan


pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang
akurat.

(kekuatan dan keterbatasan diri) ; kesadaran akan suasana hati, maksud,


motivasi,tempramen, dan keinginan. Serta kemampuan berdisiplin diri,
memahami dan menghargai diri. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran.
2010).

8. Kecerdasan Naturalis

Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di


lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam
lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang
dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak
hidup, seperti karet dan sampul kaset CD. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. 2010).

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan


(Gardner, 2003). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filsuf.

10. Spiritual

Keyakinan dan mengaktualisasikan akan sesuatu yang bersifat transenden


atau penyadaran akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran
Tuhan. Kecerdasan ini meliputi kesadaran suara hati, internalisasi nilai,
aktualisasi, dan keikhlasan. Misalnya menghayati batal dan haram dalam agama,
toleransi, sabar, tawakal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk.
Mengaktualisasikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan keyakinannya.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi mengenai faktor yang


mempengaruhi intelegensi sampai saat ini belum ada kesamaan pendapat secara
utuh dan bulat seperti yang di sampaikan Torndike dengan teori multifaktor yang
menjelaskan bahwa intelegensi itu tersusun atas beberpa faktor. Menurut beberapa
tokoh faktor yang mempengaruhi intelegensi ;

1. Spearman, intelegensi mengandung dua faktor yaitu; General ability (faktor


G) dan specific ability (faktor S). Teori ini dikenal dengan Two Factor Theory.

2. Robert J. Sternberg Intelegence is capacity to learn from experience, and


ability to adapt to the surounding environment atau intelegensi ialah kecakapan
untuk belajar dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
lingkungan.

D. Faktor yang mempengaruhi Intelegensi (setiap orang berbeda)

1. Faktor pembawaan, faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir. Batas-batas atau kecakapan seseorang dalam memecahkan
masalah, antara lain di tentukan oleh faktor pembawaan. Oleh karena
itu dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan
pintar sekali, meskipun mereka menerima pelatihan dan pengajaran
yang sama.
2. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dengan
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga
apa
yang diamati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik lagi.
3. Faktor pembentukan, pembentukan adalah segala keadaan di luar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat di
bedakan antara pembentukan yang tidak disengaja, misal; pengaruh
alam di sekitarnya.
4. Faktor kematangan, dimana tiap organ tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik
maupun psikis, dapat dikatakan telah matang. Anak kelas satu SD
mengerjakan soal matematika kelas empat SD belum mampu
mengerjakannya, karena soal-soal itu masih terlampau sukar. Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang menyelesaikan soal
tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.

5. Faktor kebebasan, manusia memilih metode tertentu dalam


memecahkan masalah yang dihadapi.
 Pendorong dan Penghambat Kecerdasan

Crystallizing Experiences dan Paralyzing Experiences adalah dua proses kunci


dalam perkembangan kecerdasan.

Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau menghambat


perkembangan kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain:

1. Akses ke sumber daya atau mentor;

2. Faktor historis-kultural;

3. Faktor geografis;

4. Faktor keluarga;

5. Faktor situasional;

 Manfaat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)


Manfaat Multiple Inteligences (kecerdasan majemuk) di dalam proses pendidikan
yaitu:

1. Kita dapat menggunakan kerangka kecerdasan majemuk dalam


melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang dapat
dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan
musik, dan melihat pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang
vital ke dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya
kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional
(menekankan bahasa dan logika). Jika aktivitas ini dilakukan akan
memunculkan semangat mereka untuk belajar.
2. Dengan kecerdasan majemuk, maka seorang pendidik menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan,
minat, dan talentanya.
3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat
10
dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi
karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan
melibatkan anggota masyarakat.
4. Siswa akan mampu menunjukkan dan berbagi tentang kelebihan
yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan
memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai
seorang spesialis.
5. Pada saat seorang pendidik mengajar dalam rangka memahami,
siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan
meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam
memecahkan persoalan yang dihadapinya.
6. Kecerdasan Majemuk memberikan pandangan bahwa terdapat
sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang
membedakan antara satu dengan yang lainnya adalah komposisi
atau dominasi dari kecerdasan tersebut.
Selain itu berpijak pada teori kecerdasan majemuk, maka manfaat yang dapat
dirasakan secara umum adalah:

1. Dapat membuat setiap anak merasa senang dalam belajar.


2. Merangsang potensi kecerdasan setiap anak secara maksimal sesuai
dengan jenis kecerdasannya masing-masing.
3. Memperlakukan potensi kecerdasan anak secara lebih adil dan
proporsional.

Bagi seorang guru teori ini sangat bermanfaat dalam memperkaya metode
pengajaran secara kreatif dan inovatif. Dan mengembangkan kecerdasan majemuk
anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Sebagai orang
tua masa kini mereka sering kali menekan agar anak berprestasi secara akademik
di sekolah dan menjadi juara.Padahal, peran orang tua dalam memberikan latihan-
latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menjadikan
seorang anak menjadi cerdas.

11

Anda mungkin juga menyukai