DAFTAR ISI
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 2 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu
mengelolasanggahan peserta pemilihan penyedia barang/jasa.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi mengelola
sanggahan pemilihan penyedia ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada
akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Membuat persiapan penilaian kualifikasi penyedia barang/jasa yang meliputi
menyiapkan kegiatan dokumen kualifikasi secara lengkap untuk dapat diambil
oleh peserta kualifikasi pada hari, tanggal, waktu dan tempat sesuai dengan
ketentuan dalam pengumuman rencana pengadaan barang/jasa; melakukan
pendaftaran peserta secara cermat dan lengkap, baik yang mendaftar secara
langsung maupun tidak langsung (melalui faksimili, e-mail atau pos/jasa
pengiriman), sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan evaluasi kualifikasi penyedia barang/jasa yang meliputi kegiatan
membuka dokumen kualifikasi penyedia barang/jasa yang masuk dan
memeriksa kelengkapan serta kesesuaiannya dengan metode dan tata cara
pembukaan dokumen kualifikasi yang telah ditentukan dalam dokumen
kualifikasi; menetapkan dokumen kualifikasi dievaluasi secara cermat dengan
menggunakan metode dan kriteria penilaian kualifikasi yang telah; melakukan
pembuktian kualifikasi peserta secara cermat, melalui verifikasi dokumen
maupun verifikasi factual.
3. Menetapkan hasil penilaian kualifikasi yang meliputi kegiatan menetapkan
penyedia barang/jasa yang memenuhi kualifikasi secara cermat dan tepat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku; mengumumkan hasil penilaian kualifikasi
secara luas kepada seluruh peserta kualifikasi, dengan materi/isi serta media
pengumuman sesuai dengan ketentuan; mengkaji sanggahan terhadap
penetapan kualifikasi (apabila ada), secara cermat kebenarannya untuk
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 3 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 4 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
BAB II
KONSEP DASAR
Konsep Sanggahan
Proses Pengadaan Barang Jasa baik di lingkungan sektor publik maupun sektor
swasta mempunyai tahapan yang generik, sehingga setiap proses mempunyai tipikal
kesamaan, namun dapat dilakukan dengan mekanisme yang berbeda sesuai dengan
ketentuan dan prinsip yang dianutnya. Contohnya, setelah evaluasi dilakukan baik di
pelelangan sektor publik dan swasta ingin menunjukkan prinsip transparan,
akuntabilitas dan adil bagi seluruh peserta lelang, sehingga hasil evaluasi akan
diumumkan dan penyebab gugur atau kegagalan menjadi pemenang setiap penawar
diberitahukan atau diinformasikan kepada peserta.
Ada mekanisme pemberitahuan langsung diumumkan secara publik, ada juga
yang hanya menginformasikan hanya kepada peserta yang gagal hasil dari pada
evaluasi tersebut secara tertulis. Mekanisme tersebut bergantung kepada ketentuan
pelelangan yang berlaku bagi sektor publik dimana pun atau sektor swasta yang
mempunyai kebijakan atau ketentuan sendiri.
Begitu juga perihal tanggapan atau respons dari penyedia perihal hasil evaluasi
lelang tersebut. Ada pengadaan yang menyediakan waktu tenggang untuk memberi
kesempatan peserta yang gagal untuk memeriksa hasil evaluasi tersebut dan jika tidak
puas diberi waktu untuk mengajukan protes atau keberatan atau sanggahan. Ada juga
pengadaan yang menyediakan waktu untuk menerangkan (debriefing) hasil evaluasi
kepada peserta yang meminta klarifikasi hasil evaluasi tersebut, namun proses yang
disebut debriefing itu tidak menghentikan proses lelang. Berbeda dengan mekanisme
sanggahan dan/atau sanggah banding dapat menghentikan proses lelang.
a. Pengertian
1) Sanggahan
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 5 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Arti kata sanggah menurut Kamus Bahasa Indonesia1 adalah sebagai berikut:
menyangkal: terdakwa itu - semua tuduhan yg ditujukan kepadanya; 2 melawan; menentang: hulubalang
raja itu berusaha - keputusan raja yg lalim itu; 3 memprotes: rakyat - keputusan gubernur yg merugikan
kepentingannya; 4 mempunyai pendapat lain (berbeda) dng pemrasaran dsb (dl diskusi);
sanggahan/sang·gah·an/ n 1 bantahan: -nya tidak dapat diterima oleh pengadilan; 2 pendapat lain atas
pendapat (pemrasaran dsb);
A bid protest is a written objection by an “interested party” to the conduct of a federal agency in acquiring
supplies or services for its own direct use and benefit. 3
banding/ban·ding/ n 1 persamaan; tara; imbangan: kecantikan gadis itu tiada -- nya, tiada tolok --
nya; 2 Huk pertimbangan pemeriksaan ulang thd putusan pengadilan oleh pengadilan yg lebih tinggi atas
permintaan terdakwa atau jaksa naik apel: apabila tidak puas dng putusan pengadilan negeri boleh minta -
- kpd pengadilan tinggi;4
1
Depdikbud (2008). Kamus Besar Bahasa Indoenesia. Jakarta
2
Thai, K. V., (2009). International Handbook of Public Procurement . Flrorida: Taylor & Francis Group, LLC,
p. 75.
3
Manuel, K. M., and Schwartz, M. (2014). GAO Bid Protests: An Overview of Times and Procedures . CRS
Report, p. 2.
4
Depdikbud (2008). Op.cit. Jakarta
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 6 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
2) Debriefing
Debriefing adalah tindakan menginformasikan pemasok, kontraktor atau penyedia
layanan yang tidak dipilih atau gagal atau gugur pada proses tender/seleksi pada proses
pengadaan tertentu, dengan menjelaskan alasan mengapa pemasok tidak dipilih. Hal ini
dijelaskan Thai (2009) dalam buku International Handbook of Public Procurement
bahwa:
Debriefing means informing unsuccessful off erors of the basis for the selection decision and contract
award, as well as what was wrong with their proposal. 6
Penjelasan atau pembekalan ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
Mungkin wajib atau atas permintaan penawar.
Tujuan debriefing adalah untuk menginformasikan penawar yang gugur atau
kalah, kekuatan dan kelemahan penawarannya dan alasan mengapa mereka tidak dipilih
sebagai pemenang. Sebuah debriefing dapat dilakukan sebelum kontrak ditandatangani
(selama periode waktu jeda/tenang atau sering disebut standstill - adalah periode waktu
antara keputusan penunjukan penetapan pemenang atau pengumuman penghargaan
kontrak (award contract notification) dan penghargaan yang sebenarnya yaitu kontrak ),
atau setelah penghargaan kontrak. Tapi debriefing ini harus diatur dalam aturan
pengadaan.
5
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) UU No. 8 tahun 1981.
6
Thai, K. V., (2009). Op.cit. p. 18.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 7 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Pengumuman
Lelang/Seleksi
· Pengumuman
Penetapan
Pemasukan Evaluasi Pemenang
Penawaran Penawaran · Pemberitahuan
Sebab Gugur/
Gagal
Post Award
Debriefing
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 8 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 9 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Fungsi Sanggahan
7
Modular Learning System (MLS) ITC., (2010). Obtaining and Selecting Offers: Coursebook Module 6, p.
96
8
Ibid.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 10 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Perlu juga diingat bahwa pengungkapan informasi pada tahap ini sesuai dengan
Undang-Undang Kebebasan Informasi Publik dan UU 30 tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan perihal pokok kewajiban memberikan informasi yang diperlukan. Hal ini
termaktub pada Naskah Akademik UU Administrasi Pemerintahan yang menyatakan
bahwa diperlukan kewajiban memberikan bimbingan dan informasi yang memuat
penilaian pegawai atau pejabat administrasi terhadap kondisi aktual berkaitan dengan
prosedur dan syarat-syarat yang sedang dan akan dilalui. Ketentuan ini berlaku terutama
untuk keputusan publik yang menyebabkan kerugian individu atau masyarakat.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 12 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 13 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 48 ayat 2
Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya
administratif yang bersangkutan telah digunakan
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 14 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Ketentuan Sanggahan
Secara garis besar, sanggahan dan sanggahan banding baik pada pengadaan
sektor publik maupun sektor swasta, jika menggunakan mekanisme sanggahan, dapat
digambarkan dalam tahapan di bawah ini:
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 15 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 16 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 17 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 18 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
(3) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai permohonan
keberatan.
(4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan menyelesaikan keberatan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja.
(5) Dalam hal Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menyelesaikan keberatan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), keberatan dianggap
dikabulkan.
(6) Keberatan yang dianggap dikabulkan, ditindaklanjuti dengan penetapan Keputusan
sesuai dengan permohonan keberatan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
(7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan
permohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tenggang waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 78
(1) Keputusan dapat diajukan banding dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
sejak keputusan upaya keberatan diterima.
(2) Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada
Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan
(3) Dalam hal banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikabulkan, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan
permohonan banding.
(4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan menyelesaikan banding paling lama 10
(sepuluh) hari kerja.
(5) Dalam hal Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menyelesaikan banding
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), keberatan dianggap
dikabulkan.
(6) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan
permohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tenggang waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 19 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
5. Implikasi Hukum
Salah satu pendapat yang kurang tepat dan dipahami oleh pelaksana pengadaan
barang/jasa adalah sanggahan dan sanggahan banding tidak memiliki dampak hukum
apapun apabila tidak ditindaklanjuti sesuai aturan.
Tindak lanjut terhadap pertentangan atau sengketa melalui mekanisme
sanggahan memegang peranan penting terhadap kesuksesan penyelenggaraan
program kegiatan, walaupun penyelesaian sengketa bisa saja tidak menggunakan
mekanisme sanggahan. Dalam International Handbook of Public Procurement
dinyatakan bahwa ... “Although the protest system is not the sole province of public
procurement, it tends to take on a more crucial role in influencing both contractors
and government employees. Accordingly, the specific causes of protests are worthy of
analysis. Practitioners ought to know why contractors challenge the procurement
decisions of the public sector, recognize which bases most often lead to adverse
decisions, and learn from the decisions rendered against fellow practitioners”.
Pengelolaan sanggahan yang efektif akan menentukan keberlangsungan program
kegiatan. Banyak kasus pada proses sanggahan berlanjut ke Pengadian Tata Usaha
Negara (PTUN), bahkan diproses pada kasus pidana di Lembaga APH yang akan
memperlambat proses penyelesaian program atau kegiatan dan menguras tenaga dan
pikiran pembuat keputusan administrasi negara.
Secara garis besar, pengadaan barang/jasa pemerintah berpedoman kepada 3
hukum utama, yaitu Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Perdata dan Hukum Pidana,
hal ini karena ruang lingkup pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
merupakan ruang lingkup yang merupakan hasil kerja dan bertemunya 2 komponen
utama, yaitu Pejabat Tata Usaha Negara (Pengguna Anggaran/PA, Kuasa Pengguna
Anggaran/KPA, Unit Layanan Pengadaan/ULP, dan Pejabat atau Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan/PPHP) dan penyedia barang/jasa.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 20 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 22 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
BAB III
PROSEDUR PENANGANAN SANGGAHAN
Inventarisasi Sanggahan
Perlu diketahui, bahwa tujuan dari pelaksanaan sanggah dan/atau pengaduan
tidak sekedar mempertanyakan keputusan para pihak yang terlibat. Beberapa
pelaksanaan sanggahan yang dilakukan justru bertujuan untuk memperlambat proses
pengadaan atau mendiskreditkan pihak-pihak tertentu. Sehubungan dengan hal ini,
maka inventarisasi dan identifikasi sanggahan dan sanggahan banding harus dilakukan,
agar pelaksanaan sanggahan, dan pengaduan memang dilakukan oleh pihak-pihak yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inventarisasi adalah
pencatatan atau pengumpulan data, sedangkan identifikasi adalah penentu atau
penetapan identitas.
Hal ini berarti inventarisasi sanggahan merupakan proses pencatatan yang
dilakukan oleh penerima surat atau bagian persuratan sedangkan identifikasi sanggahan
merupakan proses penentuan identitas sanggahan dan merupakan tindak lanjut dari
proses inventarisasi.
Proses persuratan untuk sanggahan diprioritaskan dalam percepatan perlakuan
karena ada batasan waktu khusus untuk menjawab sanggahan. Setiap keterlambatan
dalam proses pengelolaan sanggah akan berpotensi untuk menimbulkan tuntutan Tata
Usaha Negara (TUN) atau perdata oleh penyedia barang/jasa yang dirugikan.
Untuk mempercepat sanggahan, maka perlu disusun SOP khusus pada setiap
K/L/D/I termasuk menetapkan tujuan surat sanggahan pada LDP. Inventarisasi
sanggahan dilakukan oleh ULP karena sanggahan ditujukan kepada Pokja ULP.
Inventarisasi dilakukan dengan cara mencatat nomor dan tanggal surat, tujuan
surat, serta perihal surat dan dicatat ke dalam buku surat masuk dan diberi nomor urut.
Selain tanggal yang tertera pada surat, tanggal diterimanya surat juga penting untuk
diinventarisir oleh penerima surat. Apabila sanggahan dilakukan secara elektronik
dengan cara diisikan langsung pada kolom sanggahan, biasanya tidak menggunakan
surat, namun bersifat pesan sanggahan yang langsung ditujukan dan dijawab oleh
pokja ULP.
Setelah proses inventarisasi selesai dilaksanakan, maka tahapan berikutnya
adalah identifikasi. Identifikasi surat sanggahan dilakukan oleh pokja ULP.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Identifikasi Surat Sanggahan
Sanggahan yang dilakukan oleh peserta harus dilakukan secara tertulis dan
memenuhi pokok-pokok sanggahan agar dapat diproses lebih lanjut. Ketidaksesuaian
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 23 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
antara ketentuan mengenai sanggahan dengan proses dan isi sanggahan dapat
menyebabkan sanggahan tidak dapat diterima karena tidak dapat diperlakukan sebagai
sanggahan namun tetap dijawab, khususnya substansi yang berkaitan dengan proses
pengadaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka hal-hal yang harus diidentifikasi pada
saat menerima surat sanggahan adalah:
a. Identitas Penyedia
Surat sanggahan disampaikan oleh peserta pemilihan yang memasukkan
dokumen penawaran atau kualikasi (khusus apabila metode yang digunakan adalah
prakualifikasi), sehingga hal pertama yang harus diperhatikan adalah, apakah surat
sanggahan mencantumkan identitas perusahaan. Pencantuman identitas ini dapat
berupa penggunaan kertas kop, informasi nama penyedia pada isi surat,
penandatanganan surat, dan/atau stempel pada bagian tanda tangan. Khusus lelang
secara elektronik atau E-Procurement, sanggahan hanya dapat dikirimkan melalui login
dari penyedia barang/jasa, sehingga identitas penyedia dapat ditentukan secara jelas.
Setelah identitas penyedia ditemukan, maka langkah berikutnya adalah
memastikan bahwa penyedia tersebut merupakan peserta pemilihan atau seleksi dan
telah memasukkan dokumen penawaran atau dokumen kualikasi apabila pelaksanaan
pemilihan/seleksi menggunakan prakualifikasi. Hal ini karena proses sanggahan
merupakan proses pernyataan ketidakpuasan terhadap hasil pelelangan/ seleksi
sehingga hanya berpengaruh pada peserta yang merupakan peserta pelelangan/seleksi.
Penyedia yang tidak mendaftar dan mengikuti pelelangan tidak dapat mengajukan
sanggahan, namun dapat mengirimkan pengaduan.
Apabila lelang dilakukan secara elektronik, maka sudah pasti yang dapat
mengirimkan sanggahan adalah peserta pelelangan/seleksi.
Alasan sanggahan adalah peserta yang tidak puas terhadap keputusan pokja
ULP, sehingga yang berhak mengajukan sanggahan adalah peserta yang merasa
dirugikan terhadap proses evaluasi dan proses pelaksanaan yang dilakukan oleh pokja
ULP.
Apabila pelelangan dilakukan dengan metode prakualifikasi, maka yang berhak
menyanggah pada tahap prakualifikasi adalah peserta yang memasukkan dokumen
kualikasi, dan pada tahap pemilihan adalah peserta yang memasukkan dokumen
penawaran.
Apabila pelelangan dilakukan dengan metode pasca kualikasi, maka yang berhak
menyanggah adalah peserta yang memasukkan dokumen penawaran.
Khusus pelaksanaan pelelangan secara elektronik (E-Proc), berdasarkan
Peraturan Kepala (Perka) LKPP No. 18 Tahun 2012, maka Ike yang dianggap sebagai
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 24 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
penawaran adalah dokumen penawaran yang berhasil dibuka dan dapat dievaluasi yang
sekurang-kurangnya memuat:
1) Satu file : Harga penawaran, daftar kuantitas dan harga untuk kontrak harga
satuan/gabungan, jangka waktu penawaran, dan deskripsi/spesifikasi barang/jasa
yang ditawarkan
2) Dua file atau dua tahap : daftar kuantitas dan harga untuk kontrak harga
satuan/gabungan, jangka waktu penawaran, dan deskripsi/spesifikasi barang/jasa
yang ditawarkan.
Hal ini berarti apabila dokumen penawaran tidak berhasil dibuka dan/atau tidak
memenuhi ketentuan di atas, maka sanggahan penyedia barang/jasa tidak memenuhi
persyaratan.
Untuk sanggahan banding, maka perusahaan yang dapat mengajukan sanggahan
banding hanyalah perusahaan yang tidak puas terhadap jawaban sanggah yang telah
dilakukan oleh Pokja ULP, sehingga identifikasi terhadap surat sanggahan banding
dilakukan dengan melakukan pengecekan apakah perusahaan tersebut sudah pernah
mengajukan sanggahan sebelumnya.
c. Tujuan Surat
Hal ketiga yang harus diidentifikasi pada surat sanggahan atau sanggahan
banding adalah tujuan surat. Surat sanggahan wajib ditujukan kepada pokja ULP sesuai
dengan ketentuan dalam Lembar Data Pengadaan (LDP). Sedangkan surat sanggahan
banding ditujukan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
atau kepada pejabat yang menerima penugasan untuk menjawab sanggahan banding
sesuai dengan LDP.
Khusus lelang secara elektronik/ E-Procurement, sanggahan dilayangkan melalui
SPSE sehingga sudah dapat dipastikan ditujukan kepada pokja ULP yang melaksanakan
pelelangan/seleksi. Sanggahan yang disampaikan bukan kepada pokja ULP atau
disampaikan diluar masa sanggah, dianggap sebagai pengaduan dan tetap harus
ditindaklanjuti.
d. Isi Surat
Isi surat sanggahan dan sanggahan banding sudah merupakan proses pengkajian
dan persiapan penyusunan jawaban, sehingga pada tahapan identifikasi, yang perlu
diperhatikan adalah apakah surat sanggahan dan sanggahan banding sudah
mencantumkan butir-butir sanggahan
Apabila lelang dilaksanakan secara elektronik, maka ada 2 cara yang dilakukan
oleh penyedia dalam mengajukan sanggahan. Cara pertama adalah dengan langsung
menuliskan butir-butir sanggahan pada kotak sanggahan dan cara kedua adalah dengan
mengunggah surat sanggahan pada kotak sanggahan.
e. Tanda Tangan
Surat sanggahan dan sanggahan banding merupakan surat yang dikirimkan oleh
penyedia secara resmi. Oleh sebab itu, pengirim surat harus orang yang secara hukum
dapat mewakili perusahaan penyedia. Pada tahap identifikasi, dilakukan pemeriksaan,
apakah surat tersebut ditandatangani oleh orang yang secara hukum dapat mewakili
perusahaan tersebut. Apabila penandatanganan tidak dilakukan oleh direksi atau
pengurus perusahaan dan dikuasakan kepada pihak yang menurut hukum dapat
menerima kuasa, maka surat sanggahan atau sanggahan banding harus dilengkapi juga
dengan surat kuasa tersebut.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 26 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
f. Tembusan
Hal terakhir yang diidentifikasi pada surat sanggahan dan sanggahan banding
adalah tembusan surat. Surat sanggahan ditembuskan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), PA/KPA, serta APIP. Untuk surat sanggahan banding, ditembuskan
kepada Pokja ULP, PPK, dan APIP.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 27 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Khusus untuk sanggahan banding, maka pihak-pihak yang menyiapkan materi jawaban
terdiri atas:
• Pihak yang bertanggung jawab menyusun jawaban Menteri/Kepala Daerah;
• Pokja ULP;
• APIP dan/atau LKPP atas permintaan Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala
Daerah/Pimpinan Institusi
Kriteria Sanggahan
Sanggahan dan sanggahan banding adalah proses yang timbul karena adanya
anggapan terhadap permasalahan yang terjadi pada pengadaan barang/jasa
pemerintah yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ULP. Setiap sanggahan yang
diterima oleh Kelompok Kerja ULP dipetakan pada beberapa penyebab permasalahan.
Pada bab sebelumnya telah disebutkan dasar yang dijadikan sebagai sanggahan
atau hal-hal yang dapat membuat peserta pemilihan penyedia barang jasa mengajukan
sanggahan, yaitu mengacu pada Perpres 54 tahun 2010 Pasal 81. Berikut ini adalah
penjelasan detail perihal kriteria atau hal-hal yang dapat dijadikan sanggahan pada
proses pemilihan penyedia barang jasa:
1) Adanya penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa.
Aturan pengadaan barang/jasa pemerintah telah diatur oleh Perpres No. 54
Tahun 2010 dan perubahannya. Oleh sebab itu setiap pelaksanaan pengadaan
barang/jasa wajib berpedoman pada aturan tersebut. Dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa, masih ada Pokja ULP yang melaksanakan proses pemilihan tanpa
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 29 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
3) Adanya penyalahgunaan wewenang oleh Kelompok Kerja ULP dan/atau Pejabat yang
berwenang lainnya
Yang dimaksud dengan adanya penyalahgunaan wewenang adalah tindakan
yang sengaja dilakukan di luar kewenangan terkait proses pengadaan. Yang dimaksud
dengan pejabat berwenang lainnya adalah PA/KPA, Kepala Daerah, PPK, Pokja ULP, Tim
Pendukung, dan Tim Teknis. Contoh penyalahgunaan wewenang adalah adanya
intervensi Kepala Daerah terhadap penetapan pemenang, menggunakan posisinya
sebagai Pokja ULP dengan mengatur tata cara penilaian evaluasi seleksi yang tidak
obyektif dan menguntungkan satu pihak atau mengatur hasil penilaian evaluasi seleksi.
3) Melengkapi butir sanggahan dan hasil pengkajian dengan dasar hukum yang sesuai
Untuk memudahkan dalam penyusunan materi jawaban sanggah dan sanggahan
banding, maka format di bawah ini dapat dijadikan salah satu contoh:
2 Butir Sanggahan 2 Kesimpulan Jawaban · Perpres 70 tahun 2012 Pasal · Dok. Penawaran (Daftar
Butir Sanggahan 2
Y Ayat Z Kuantitas Harga)
· Perka LKPP No YY tahun YYYY · Dok. Pemilihan (Bab
Intruksi Kepada Peserta
Lelang)
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 32 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
ULP, maka PPK dapat melanjutkan proses penunjukan penyedia barang jasa dan
menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang Jasa (SPPBJ). Sedangkan, jika penawar
yang menyanggah tidak puas dengan jawaban yang disampaikan oleh Pokja ULP,
penawar tersebut dapat menyampaikan pengaduan kepada Aparat Pemeriksa Internal
Pemerintah (APIP), namun proses pengadaan tetap berlanjut. Berikut ini adalah bagan
alir tindak lanjut hasil sanggahan.
PROSES PENGUMUMAN
SANGGAH
PENETAPAN
MASA
LELANG/SELEKSI
PEMENANG
KEBERATAN
JAWABAN
SANGGAHAN
SANGGAHAN
TIDAK PUAS
PENGADUAN
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 34 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Berikut ini adalah contoh sanggahan dan jawaban sanggahan dalam Pekerjaan
Konstruksi.
Sumber:https://eproc.pu.go.id/publik/eproc2013/fulleprocv40/info_lelangsanggah.asp?ti
d=10&id=%7BBAF75B24-8646-45AD-9E7D-1FCBD7A7B00D%7D
Pengumuman Pelelangan
Daftar Penyanggah
Paket Pekerjaan "001. Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6
- BL.11"
Nama Unit Kerja : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Nama Satuan Kerja : PPK Irigasi dan Rawa I
Nama Sub Satuan
Kerja : PPK Irigasi dan Rawa II
Bidang Pekerjaan : PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 35 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
No. 1
Nama Perusahaan : WIDYA PRATAMA PERKASA, PT
Sanggahan :
Waktu Sanggah : 4/Mar/2013 15:36:34 WIB (waktu server)
Kepada Yth,
Panitia Pengadaan Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa
Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) Sumatera
VIII Prop. Sumsel
Di
Tempat
Kepada
PT. Widya Pratama Perkasa
Di
Tempat
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 36 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Kepada Yth,
Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Di Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA)
Sumatera VIII
Provinsi Sumsel
Jl. Soekarno Hatta No. 869 RT 12 Kelurahan Talang Kelapa
Kec. Alang-Alang Lebar
Palembang 30154
di-
Palembang.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 37 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Kepada
PT. Karya Sarana Sejahtera Abadi
Di
Tempat
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 38 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Sanggahan :
Waktu Sanggah : 8/Mar/2013 11:41:52 WIB (waktu server)
Kepada Yth,
Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Di Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA)
Sumatera VIII
Provinsi Sumsel
di-
Palembang.
Kepada
PT. Ashfri Putralora
Di
Tempat
Kepada Yth,
Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Di Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA)
Sumatera VIII Prop. Sumsel
Di
Tempat
Kepada
PT. Citra Mandiri Abadi
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 40 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Di
Tempat
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 41 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
BAB IV
PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN
1. Definisi Pengaduan
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) Pasal 1 mendefinisikan bahwa
pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak
pidana aduan yang merugikannya .
Pengertian di atas memang dikhususkan untuk hukum pidana, akan tetapi dari definisi
tersebut di atas dapat diambil pengertian secara umum perihal pengertian pengaduan yang
merupakan sebuah tindakan pemberitahuan dari pihak yang berkepentingan dan merasa
dirugikan kepada pejabat yang berwenang atas sebuah peristiwa hukum dengan maksud supaya
pejabat berwenang yang dimaksud dapat menindaklanjuti peristiwa hukum tersebut.
Pada Perka LKPP No. 11 tahun 2014 tentang Whistleblowing System Pengadaan Barang
Jasa Pemerintah, pengaduan didefinisikan sebagai berikut:
Pengaduan adalah proses penyampaian informasi yang disampaikan oleh Whistlelower
sehubungan dengan adanya indikasi pelanggaran dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) No. 05 tahun 2009
menyatakan pengaduan masyarakat sebagai bentuk penerapan dari pengawasan masyarakat
yang disampaikan oleh masyarakat kepada Aparatur Pemerintah terkait, berupa sumbangan
pikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang bersifat membangun.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengaduan pada pengadaan barang jasa pemerintah
merupakan sebuah tindakan penyampaian informasi atau pemberitahuan dari pihak yang
berkepentingan dan merasa dirugikan sehubungan dengan adanya indikasi pelanggaran dalam
proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 42 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak dan
kewajiban dalam undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang
atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
Merujuk pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pihak yang berhak membuat
laporan adalah pihak yang memiliki hak dan kewajiban secara hukum atau menurut undang-
undang. Pihak yang dimaksud adalah setiap warga masyarakat (dalam hal ini di luar pihak yang
berkepentingan pada pengaduan), ormas, organisasi politik, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan dapat juga dilakukan oleh instansi pemerintah.
Namun, pada proses lelang/seleksi pengadaan barang jasa pemerintah, apakah pihak di
luar penawar dapat memberikan pengaduan? Berdasarkan Perpres 54 tahun 2010 dinyatakan
bahwa:
Dalam hal Penyedia Barang/Jasa atau masyarakat menemukan indikasi penyimpangan
prosedur, KKN dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan/atau pelanggaran
persaingan yang sehat dapat mengajukan pengaduan atas proses pemilihan Penyedia
Barang/Jasa.
Berarti pengaduan atas proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dapat juga dilakukan oleh
pihak di luar peserta penawaran, yaitu masyarakat. Hal ini juga dikuatkan oleh beberapa klausa
pada Perpres 54 tahun 2010 beserta perubahannya yang menyebutkan bahwa proses pemilihan
barang jasa dapat dinyatakan gagal jika pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang
melibatkan Kelompok Kerja ULP atau PPK atau KPA atau ternyata benar .
Pengaduan oleh masyarakat pada proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa pengadaan
barang jasa pemerintah merupakan merupakan bagian peran masyarakat atas Penyelenggara
Negara, yang dalam hal ini adalah PA atau KPA, atau PPK, atau Pokja ULP. Peran masyarakat
dalam pemberian masukan atau pengaduan terkait Penyelenggaraan Negara diatur dalam
Peraturan Pemerintah 68 tahun 1999 Pasal 2 ayat (1) huruf a dengan bunyi sebagai berikut:
Peran serta masyarakat dalam penyelenggara negara untuk mewujudkan Penyelenggara
Negara yang bersih dilaksanakan dalam bentuk hak mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi mengenai penyelenggaraan negara;
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat dalam
berperan serta memberikan pengaduan atas proses pemilihan penyedia barang jasa atau bahkan
seluruh proses pengadaan barang jasa dan dilindungi secara hukum.
Berdasarkan penjelasan di atas berarti pihak-pihak yang dapat melakukan pengaduan
proses pengadaan barang jasa pemerintah adalah:
• Pihak yang berkepentingan atau merasa dirugikan terhadap keputusan hasil lelang/seleksi
• Organisasi masyarakat
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 43 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
• Organisasi politik
• LSM
• Instansi pemerintah
3. Melakukan Pengaduan
Hasil dan proses pengadaan barang jasa pada instansi pemerintah merupakan bagian
dari pelayanan publik pada instansi tersebut. Pelayanan publik bisa saja tidak memuaskan satu
atau lebih pihak atau mungkin pihak tersebut merasa dirugikan atas pelayanan publik tersebut.
Oleh karena itu, sering dijumpai keluhan, pengaduan atau laporan perihal pemilihan penyedia
barang jasa atau proses selain pemilihan dari keseluruhan proses pengadaan seperti pada proses
pelaksanaan kontrak.
Pengaduan perihal pelayanan publik pada instansi pemerintah atau pengaduan perihal
penyelenggaraan negara termasuk proses pengadaan barang jasa pemerintah diatur oleh
undang-undang. Beberapa dasar hukum yang perlu diperhatikan ketika membuat pengaduan,
yaitu:
• UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
• PP No. 96 tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25 tahun 2009
• PP No. 68 tahun 199 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Negara
• Peraturan Menteri PAN No. 05 tahun 2009 tentang Pedoman Umum Penanganan
Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah
Berdasarkan PP No. 68 tahun 1999, cara melakukan pengaduan dapat dilakukan secara
tertulis kepada instansi pemerintah terkait atau institusi pemeriksa pada instansi pemerintah
tersebut atau sering disebut APIP (Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah). Pengaduan juga
harus berisi data yang jelas sekurang-kurangnya mengenai:
a. Nama dan alamat pemberi informasi dengan melampirkan fotokopi KTP atau identitas diri
lainnya
b. Keterangan mengenai fakta dan tempat kejadian yang diinformasikan
c. Dokumen atau keterangan lain yang dapat dijadikan alat bukti.
Perihal pengaduan pada pengadaan barang jasa, Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010
menyatakan bahwa:
(1) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa atau masyarakat menemukan indikasi penyimpangan
prosedur, KKN dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan/atau
pelanggaran persaingan yang sehat dapat mengajukan pengaduan atas proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 44 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan kepada APIP K/L/D/I yang
bersangkutan dan/atau LKPP, disertai bukti-bukti kuat yang terkait langsung dengan materi
pengaduan.
Pengaduan masyarakat atau penyanggah yang tidak puas atas jawaban sanggahan dapat
disampaikan ke Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah pada instansi terkait, yang merupakan
unit kerja instansi terkait yang berwenang menangani pengaduan masyarakat. Pengaduan dapat
dilakukan secara langsung, tertulis/surat, melalui media elektronik atau melalui media cetak.
APIP selanjutnya harus menindaklanjuti pengaduan yang dianggap beralasan.
Sedangkan masukan atau pengaduan perihal pengadaan barang jasa adalah terkait
dengan ditemukannya indikasi hal-hal sebagai berikut:
a. Penyimpangan prosedur pengadaan barang jasa pemerintah
b. Korupsi, kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan pengadaan barang jasa
c. Pelanggaran persaingan yang sehat
d. Pengelolaan Penanganan Pengaduan
e. Dasar Pengelolaan Pengaduan
Pengadaan barang jasa harus dijalankan dengan tata nilai yang berlaku. Pengadaan
barang jasa pemerintah mempunyai tata nilai prinsip, etika dan kebijakan yang telah ditetapkan.
Salah satu prinsip pada proses pengadaan barang jasa pemerintah adalah terbuka, transparan
dan akuntabel. Transparan yang dimaksud adalah semua elemen masyarakat dapat dengan
mudah mendapatkan informasi yang terkait pada proses pengadaan barang jasa tersebut.
Sedangkan akuntabel yang dimaksudkan sebagai segala sesuatu keputusan atau kebijakan yang
diambil pada proses pengadaan barang jasa tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
ditanggung gugat.
Perwujudan dari prinsip transparan dan akuntabel tersebut pada proses pengaduan
pengadaan barang jasa adalah terbuka dan memberikan ruang bagi masyarakat dan pihak lain
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 45 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
c. Fungsi Pengaduan
Hasil pengaduan dapat berfungsi untuk:
1) Menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam membangun kontrol sosial yang sehat
terhadap jalannya pemerintahan.
2) Menjadi satu tolak ukur (barometer) kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur
pemerintah
3) Membangun Citra aparatur pemerintah yang beretika, bermoral, profesional, transparan dan
bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
4) Memperbaiki dan mengefektifkan sistem pengendalian intern termasuk pengawasan
fungsional, khususnya bidang pelayanan masyarakat dan pencegahan KKN.
5) Menumbuhkan kepekaan dan mengefektifkan fungsi manajerial terutama dalam
memperbaiki kebijakan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan laporan
pertanggungjawaban di semua jenjang birokrasi pemerintah.
6) Menegakkan hukum dan keadilan secara tertib, proporsional dan demokratis.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 46 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
2) Transparansi, yaitu membuka diri dan memberi kesempatan kepada masyarakat dalam
melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif terhadap penanganan pengaduan berdasarkan mekanisme dan prosedur yang
jelas.
3) Koordinasi, yaitu melaksanakan kerja sama yang baik antar pejabat pemerintah yang
berwenang dan aparatur pemerintah terkait berdasarkan mekanisme, tata kerja dan
prosedur yang berlaku.
4) Efektivitas dan efisiensi, yaitu tepat sasaran, hemat tenaga, waktu dan biaya
5) Akuntabilitas, yaitu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik proses
maupun tindak lanjutnya.
6) Objektivitas, yaitu berdasarkan fakta atau bukti tanpa dipengaruhi prasangka, interpretasi,
kepentingan pribadi, golongan ataupun kepentingan pihak tertentu.
7) Proporsionalitas, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan kewenangan
dengan tetap memperhatikan adanya kepentingan yang sah lainnya secara seimbang.
8) Kerahasiaan, yaitu menjaga kerahasiaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku, kecuali bila ada hak atau kewajiban atau hukum untuk mengungkapkan.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 47 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
j. Pencantuman nama dan alamat penanggung jawab serta sarana pengaduan yang mudah
diakses
Pengaduan baik dari penyanggah yang tidak puas atas jawaban sanggahan atau dari
masyarakat seharusnya mudah untuk menyampaikannya. Untuk itu pengaduan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik secara langsung atau lisan dan tertulis. Demikian juga keberadaan
pengelola pengaduan juga harus diketahui masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pengaduan yang datang ke instansi terkait seharusnya ditindaklanjuti dan ditangani
dengan cepat, tepat dan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat, dan mekanisme penanganan
pengaduan harus jelas dan dapat dilaksanakan di semua lini.
Pengaduan masyarakat yang diterima oleh instansi pemerintah agar ditangani dengan
cepat, tepat dan tertib. Pengelolaan pengaduan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Pencatatan
Pengaduan yang diterima secara langsung, tertulis dan melalui media elektronik atau media
cetak dilakukan pencatatan sebagai berikut:
a) Data Surat Pengaduan
1) Nomor dan tanggal agenda
2) Tanggal surat pengaduan
3) Kategori
4) Perihal
b) Identitas Pelapor
1) Nama
2) Alamat
3) Pekerjaan
4) Kabupaten/kota
5) Provinsi
6) Kategori Pelapor
c) Identitas Terlapor
1) Nama
2) NIP/NRP
3) Alamat
4) Jabatan
5) Instansi Terlapor
6) Kategori Instansi
d) Lokasi Kasus
1) Kabupaten/Kota
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 48 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
2) Provinsi
3) Negara
2) Penelaahan
Pengaduan yang telah dicatat kemudian ditelaah dan dikelompokkan berdasarkan jenis
penyimpangan. Jenis penyimpangan pada proses pengadaan barang jasa adalah:
• Penyimpangan prosedur pengadaan barang jasa
• Terdapat KKN dalam pelaksanaan pengadaan barang jasa
• Pelanggaran persaingan yang sehat pada proses pengadaan barang jasa
Langkah-langkah penelaahan materi pengaduan setidaknya meliputi kegiatan sebagai
berikut:
(a). Merumuskan inti masalah yang diadukan
(b). Menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang relevan
(c). Meneliti dokumen dan/atau informasi yang pernah ada dalam kaitannya dengan materi
pengaduan yang diterima
(d). Menetapkan hasil penelaahan pengaduan untuk proses penanganan selanjutnya
3) Penyaluran
Penyaluran adalah kegiatan instansi penerima pengaduan untuk meneruskan pengaduan
tersebut kepada instansi yang berwenang melakukan penanganan, tindakan korektif dan
tindakan hukum lainnya sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi serta kewenangannya
berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku.
4) Pengarsipan
Penataan dokumen atau pengarsipan yang baik dimaksudkan untuk menyimpan dokumen
dengan aman dan mempermudah serta mempercepat pencarian dokumen pengaduan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Penyimpanan dokumen diatur berdasarkan klasifikasi jenis masalah,
instansi/unit kerja terlapor serta urutan waktu pengaduan, yang penyimpanannya disesuaikan
dengan sarana dan prasarana yang berdasarkan prosedur pengarsipan yang berlaku.
5. Pembuktian Pengaduan
a. Pemeriksaan
1) Telaah Lanjutan
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 49 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
b. Waktu Penyelesaian
Penanganan pengaduan harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 90
(sembilan puluh) hari setelah surat pengaduan diterima instansi yang menangani, kecuali ada
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Pelaporan
1) Laporan hasil pemeriksaan disusun secara sistematik, singkat, jela dan dapat
dipertanggungjawabkan serta memuat kesimpulan dari hasil telaah lanjutan, konfirmasi
dan klarifikasi, pemeriksaan dengan data pendukung serta saran tindak lanjut
2) Hasil pemeriksaan atas pengaduan yang disalurkan oleh suatu instansi pemerintah harus
dilaporkan kepada pimpinan instansi yang menyalurkan
3) Laporan hasil pemeriksaan atas pengaduan yang menyangkut kerugian negara/daerah
paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) wajib disampaikan kepada
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
4) Hasil pemeriksaan pengaduan segera disampaikan oleh instansi pemeriksa kepada:
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 50 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
b. Terhadap pelapor
Pimpinan instansi atau pejabat yang diberi wewenang dapat menyampaikan jawaban pengaduan
atau hasil informasi hasil pemeriksaan pengaduan kepada pelapor
c. Terhadap terlapor
1) Apabila hasil pemeriksaan tidak terbukti kebenarannya, pimpinan instansi atau pejabat
yang diberi wewenang segera mengembalikan nama baik terlapor
2) Apabila hasil pemeriksaan terbukti kebenarannya, pimpinan instansi atau pejabat yang
diberi wewenang segera mengambil tindakan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
d. Terhadap hasil pemeriksaan
1) Apabila pelapor merasa tidak puas terhadap hasil pemeriksaan dan menyampaikan
pengaduan kembali disertai dengan bukti pendukung yang memadai, pimpinan instansi atau
pejabat yang diberi wewenang perlu mengadakan pengkajian ulang terhadap hasil pemeriksaan
2) Terhadap hasil pemeriksaan yang dianggap kurang memadai atau tidak sesuai dengan
kondisi dan fakta sebenarnya, maka instansi lain terkait yang berhak menerima laporan atas hasil
tindak lanjut penanganan pengaduan dapat melakukan verifikasi atas hasil pemeriksaan
tersebut.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 51 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
PENGADUAN
Pencatatan
TAHAP
Indikasi Masalah/ Identifikasi PENGUMPULAN
Salah Informasi
Penyimpangan Masalah INFORMASI
Masalah/
Pencarian Fakta Penyimpangan TIDAK
Benar?
YA
Analisis Masalah
Fasilitasi TAHAP
Penanganan PENANGANAN
TIDAK
Selesai?
YA
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 52 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa
KESIMPULAN
Sebagai bagian dari prosedur check and balance, mekanisme proses sanggahan
dan sanggah banding pada pengadaan barang jasa sektor publik sangatlah penting.
Begitu juga untuk pengadaan pada sektor swasta tentunya tetap dibutuhkan check
and balance dengan ketentuan yang diatur sesuai dengan kebijakan perusahaan
masing-masing.
Setiap sektor tetap mempertahankan prinsip efektif dalam proses pengadaannya,
oleh karenanya mekanisme protes baik melalui mekanisme sanggahan dan debriefing
harus dikelola dengan baik sehingga tidak memakan waktu dan tepat sasaran.
Sanggahan atau permintaan penjelasan oleh penawar dikelola dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Inventarisasi surat sanggahan
2. Penyusunan jawaban sanggahan, yang terdiri dari:
a. Penelaahan/pengkajian materi sanggahan
b. Penyusunan jawaban materi sanggahan
c. Penyampaian jawaban materi sanggahan
3. Sanggahan yang tidak sesuai ketentuan atau ketidakpuasan terhadap jawaban
sanggahan, dianggap sebagai pengaduan. Sehingga pengelolaannya dilakukan
dengan mekanisme pengelolaan pengaduan.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 53 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016