Anda di halaman 1dari 53

BUKU INFORMASI

MENGELOLA SANGGAHAN PESERTA


PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH


DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA
DIREKTORAT PELATIHAN KOMPETENSI
Jl. Epicentrum Tengah Lot 11B, Jakarta
2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------------------- 2


BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------ 4
A. Tujuan Umum --------------------------------------------------------------------- 4
B. Tujuan Khusus -------------------------------------------------------------------- 6
BAB II KONSEP DASAR -----------------------------------------------------------------------

BAB III PROSEDUR PENANGANAN SANGGAHAN ------------------------------------------

BAB IV PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN ------------------------------------------

DAFTAR PENYUSUN -----------------------------------------------------------------------------

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 2 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu
mengelolasanggahan peserta pemilihan penyedia barang/jasa.

B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi mengelola
sanggahan pemilihan penyedia ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada
akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Membuat persiapan penilaian kualifikasi penyedia barang/jasa yang meliputi
menyiapkan kegiatan dokumen kualifikasi secara lengkap untuk dapat diambil
oleh peserta kualifikasi pada hari, tanggal, waktu dan tempat sesuai dengan
ketentuan dalam pengumuman rencana pengadaan barang/jasa; melakukan
pendaftaran peserta secara cermat dan lengkap, baik yang mendaftar secara
langsung maupun tidak langsung (melalui faksimili, e-mail atau pos/jasa
pengiriman), sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan evaluasi kualifikasi penyedia barang/jasa yang meliputi kegiatan
membuka dokumen kualifikasi penyedia barang/jasa yang masuk dan
memeriksa kelengkapan serta kesesuaiannya dengan metode dan tata cara
pembukaan dokumen kualifikasi yang telah ditentukan dalam dokumen
kualifikasi; menetapkan dokumen kualifikasi dievaluasi secara cermat dengan
menggunakan metode dan kriteria penilaian kualifikasi yang telah; melakukan
pembuktian kualifikasi peserta secara cermat, melalui verifikasi dokumen
maupun verifikasi factual.
3. Menetapkan hasil penilaian kualifikasi yang meliputi kegiatan menetapkan
penyedia barang/jasa yang memenuhi kualifikasi secara cermat dan tepat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku; mengumumkan hasil penilaian kualifikasi
secara luas kepada seluruh peserta kualifikasi, dengan materi/isi serta media
pengumuman sesuai dengan ketentuan; mengkaji sanggahan terhadap
penetapan kualifikasi (apabila ada), secara cermat kebenarannya untuk
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 3 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

kemudian dijawab secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku;


membuat berita acara penilaian kualifikasi secara cermat dan lengkap, termasuk
dokumen pendukungnya; mendokumentasikan hasil penilaian kualifikasi
penyedia bang/jasa secara lengkap dengan menggunakan format dan prosedur
yang berlaku.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 4 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

BAB II
KONSEP DASAR

Konsep Sanggahan
Proses Pengadaan Barang Jasa baik di lingkungan sektor publik maupun sektor
swasta mempunyai tahapan yang generik, sehingga setiap proses mempunyai tipikal
kesamaan, namun dapat dilakukan dengan mekanisme yang berbeda sesuai dengan
ketentuan dan prinsip yang dianutnya. Contohnya, setelah evaluasi dilakukan baik di
pelelangan sektor publik dan swasta ingin menunjukkan prinsip transparan,
akuntabilitas dan adil bagi seluruh peserta lelang, sehingga hasil evaluasi akan
diumumkan dan penyebab gugur atau kegagalan menjadi pemenang setiap penawar
diberitahukan atau diinformasikan kepada peserta.
Ada mekanisme pemberitahuan langsung diumumkan secara publik, ada juga
yang hanya menginformasikan hanya kepada peserta yang gagal hasil dari pada
evaluasi tersebut secara tertulis. Mekanisme tersebut bergantung kepada ketentuan
pelelangan yang berlaku bagi sektor publik dimana pun atau sektor swasta yang
mempunyai kebijakan atau ketentuan sendiri.
Begitu juga perihal tanggapan atau respons dari penyedia perihal hasil evaluasi
lelang tersebut. Ada pengadaan yang menyediakan waktu tenggang untuk memberi
kesempatan peserta yang gagal untuk memeriksa hasil evaluasi tersebut dan jika tidak
puas diberi waktu untuk mengajukan protes atau keberatan atau sanggahan. Ada juga
pengadaan yang menyediakan waktu untuk menerangkan (debriefing) hasil evaluasi
kepada peserta yang meminta klarifikasi hasil evaluasi tersebut, namun proses yang
disebut debriefing itu tidak menghentikan proses lelang. Berbeda dengan mekanisme
sanggahan dan/atau sanggah banding dapat menghentikan proses lelang.
a. Pengertian
1) Sanggahan

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 5 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Arti kata sanggah menurut Kamus Bahasa Indonesia1 adalah sebagai berikut:

sanggah /sang·gah / v, menyanggah/me·nyang·gah/ v 1 tidak mau menerima; membantah;


1

menyangkal: terdakwa itu - semua tuduhan yg ditujukan kepadanya; 2 melawan; menentang: hulubalang
raja itu berusaha - keputusan raja yg lalim itu; 3 memprotes: rakyat - keputusan gubernur yg merugikan
kepentingannya; 4 mempunyai pendapat lain (berbeda) dng pemrasaran dsb (dl diskusi);

sanggahan/sang·gah·an/ n 1 bantahan: -nya tidak dapat diterima oleh pengadilan; 2 pendapat lain atas
pendapat (pemrasaran dsb);

penyanggah/pe·nyang·gah/ n 1 orang yg menyanggah; penentang; pembantah; 2 orang (pihak) yg


memberikan pendapat lain (komentar, kritik) thd prasaran (dl diskusi dsb): dl simposium itu saya diminta
untuk menjadi - atas kertas kerja Sdr. Fatoni;

penyanggahan/pe·nyang·gah·an/ n proses, cara, perbuatan menyanggah: baru akan dilakukan - atas


kasus itu

Mekanisme sanggahan pada berbagai pengadaan sektor publik di dunia disebut


protes. Di dalam buku International Handbook of Public Procurement (2009) disebut
dengan istilah Bid Protests2. Manuel dan Schwartz (2014), mendefinisikan bid protests
sebagai berikut:

A bid protest is a written objection by an “interested party” to the conduct of a federal agency in acquiring
supplies or services for its own direct use and benefit. 3

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan dalam kata-kata sendiri bahwa


sanggahan dalam proses pemilihan penyedia barang jasa adalah sebuah bantahan atau
protes dari pihak yang merasa dirugikan terhadap pendapat atau keputusan dari pejabat
pembuat keputusan pemenang penyedia barang jasa.
Arti kata banding menurut KBBI

banding/ban·ding/ n 1 persamaan; tara; imbangan: kecantikan gadis itu tiada -- nya, tiada tolok --
nya; 2 Huk pertimbangan pemeriksaan ulang thd putusan pengadilan oleh pengadilan yg lebih tinggi atas
permintaan terdakwa atau jaksa naik apel: apabila tidak puas dng putusan pengadilan negeri boleh minta -
- kpd pengadilan tinggi;4

1
Depdikbud (2008). Kamus Besar Bahasa Indoenesia. Jakarta
2
Thai, K. V., (2009). International Handbook of Public Procurement . Flrorida: Taylor & Francis Group, LLC,
p. 75.
3
Manuel, K. M., and Schwartz, M. (2014). GAO Bid Protests: An Overview of Times and Procedures . CRS
Report, p. 2.
4
Depdikbud (2008). Op.cit. Jakarta
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 6 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Berdasarkan KUHAP Pasal 12, disebutkan bahwa banding merupakan upaya


hukum untuk tidak menerima putusan yang berupa perlawanan atau mengajukan
permohonan peninjauan kembali atas putusan tersebut.5
Berdasarkan referensi di atas maka banding dapat diartikan sebagai upaya hukum
terhadap suatu keputusan pejabat yang berwenang sepanjang diatur dalam peraturan
yang bersangkutan.

2) Debriefing
Debriefing adalah tindakan menginformasikan pemasok, kontraktor atau penyedia
layanan yang tidak dipilih atau gagal atau gugur pada proses tender/seleksi pada proses
pengadaan tertentu, dengan menjelaskan alasan mengapa pemasok tidak dipilih. Hal ini
dijelaskan Thai (2009) dalam buku International Handbook of Public Procurement
bahwa:

Debriefing means informing unsuccessful off erors of the basis for the selection decision and contract
award, as well as what was wrong with their proposal. 6

Penjelasan atau pembekalan ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
Mungkin wajib atau atas permintaan penawar.
Tujuan debriefing adalah untuk menginformasikan penawar yang gugur atau
kalah, kekuatan dan kelemahan penawarannya dan alasan mengapa mereka tidak dipilih
sebagai pemenang. Sebuah debriefing dapat dilakukan sebelum kontrak ditandatangani
(selama periode waktu jeda/tenang atau sering disebut standstill - adalah periode waktu
antara keputusan penunjukan penetapan pemenang atau pengumuman penghargaan
kontrak (award contract notification) dan penghargaan yang sebenarnya yaitu kontrak ),
atau setelah penghargaan kontrak. Tapi debriefing ini harus diatur dalam aturan
pengadaan.

5
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) UU No. 8 tahun 1981.
6
Thai, K. V., (2009). Op.cit. p. 18.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 7 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Pengumuman
Lelang/Seleksi

· Pengumuman
Penetapan
Pemasukan Evaluasi Pemenang
Penawaran Penawaran · Pemberitahuan
Sebab Gugur/
Gagal

Post Award
Debriefing

Gambar 1. Gambaran Umum Langkah ke Tahap Debriefing pada


Proses Pemilihan Penyedia Barang Jasa

Gambar 2. Posisi Debriefing pada Proses Lelang

Tergantung pada aturan pengadaan, debriefing harus meliputi :


• kriteria evaluasi/seleksi
• skor penawar yang kalah yang akan dijelaskan/dibekali (debriefed)
• alasan untuk skor penawar yang kalah
• skor penawar yang dipilih/menang, dan
• nama penawar yang dipilih/menang.
Prosedur debriefing yang sering dijumpai berbagai referensi pengadaan sektor privat
adalah sebagai berikut:

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 8 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

· Setelah diumumkannya penetapan pemenang lelang/seleksi, dan diberitahukannya


kepada peserta yang gagal hal-hal yang menyebabkan tidak terpilih sebagai
pemenang, para penawar yang gagal dapat menyampaikan permintaan untuk
debriefing. Petugas lelang/seleksi akan menjadwalkan pertemuan atau rapat
sesegara mungkin.
· Petugas lelang/seleksi menyediakan debriefing untuk memberikan dasar keputusan
seleksi dan penetapan pemenang lelang/seleksi. Debriefing seharusnya diberikan
secara lisan, tertulis, atau dengan metode lain yang ditentukan dalam ketentuan
lelang/seleksi, dan seharusnya mencakup:
o Evaluasi dari kelemahan atau kekurangan yang signifikan dari penawaran, jika
ada
o Biaya dan harga (termasuk harga satuan) yang telah dievaluasi secara
keseluruhan dan peringkat teknis dari penawaran yang menang dan penawaran
yang di-debriefed
o Peringkat seluruh penawaran (hasil rekapitulasi), bila ada peringkat
dikembangkan selama proses lelang/seleksi
o Ringkasan alasan untuk penetapan pemenang
o Tanggapan yang masuk untuk pertanyaan yang relevan apakah metode prosedur
pengadaan, hukum dan peraturan yang berlaku diikuti.

Debriefing seharusnya tidak:


· Termasuk perbandingan setiap poin dari penawaran yang sedang di-debrief dengan
penawaran lainnya.
· Mengungkap informasi yang dilarang oleh hukum, termasuk rahasia dagang, atau
hak istimewa atau informasi rahasia komersial dan manufaktur.

Ringkasan dan berita acara setiap debriefing seharusnya dimasukkan ke dalam


rekaman atau bukti kerja kontrak.

Berdasarkan referensi yang ada, dapat dilihat perbandingan (perbedaan dan


persamaan) mekanisme melalui sanggahan dan debriefing adalah sebagai berikut:

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 9 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Tabel Perbandingan Sanggahan dan Debriefing


SANGGAHAN DEBRIEFING
· digunakan oleh sektor publik · digunakan oleh sektor swasta
· sesuai dengan prosedur yang · sesuai dengan kebijakan pimpinan
ditentukan oleh aturan hukum perusahaan
pemerintah (administrasi
pemerintah)
· menghentikan sementara proses · tidak menghentikan proses
lelang/seleksi lelang/seleksi
· hasil untuk proses perbaikan sistem · hasil untuk proses perbaikan sistem
· hasil dapat mengubah keputusan · hasil tidak mengubah keputusan
lelang/seleksi lelang/seleksi7
· secara tertulis · dapat dilakukan secara verbal, untuk
kontrak sederhana8
· tenggang waktu disebut masa · tenggang waktu disebut masa
sanggah tenang (standstill)

Fungsi Sanggahan

Terlepas dari mengamati kewajiban ketentuan lelang yang berlaku, dimana


kontrak diberikan atas dasar lelang yang paling menguntungkan secara ekonomis,
adalah praktek yang baik (good practice) untuk mengadopsi kebijakan yang konstruktif
perihal pengarahan kembali kepada calon yang gagal. Direkomendasikan bahwa
penawar yang tidak berhasil diberikan penilaian obyektif dari kekuatan komparatif dan
kelemahan penawarannya dengan memperhatikan sensitivitas komersial dan kebutuhan
untuk menghindari mengorbankan hak atau situasi kompetitif dari peserta tender
lainnya. Ada manfaat penting dari memberikan umpan balik yang konstruktif untuk
penawar yang tidak berhasil.
Untuk pengguna barang jasa sanggahan dapat:
- Mengidentifikasi cara memperbaiki proses di masa mendatang
- Mendorong tawaran yang lebih baik di masa depan
- Membantu mendirikan sektor publik sebagai pembeli lebih adil, terbuka dan etis
- Mendorong partisipasi pemasok yang berkesinambungan yang mempromosikan kompetisi

7
Modular Learning System (MLS) ITC., (2010). Obtaining and Selecting Offers: Coursebook Module 6, p.
96
8
Ibid.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 10 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Bagi pemasok/penawar, sanggahan/sanggah banding dapat:


- Membangkitkan kepercayaan diri dan meyakinkan integritas proses lelang
- Membantu memperbaiki kinerja/performa di masa mendatang
- Membantu mereka memahami dan mengoperasikan prosedur dan praktek yang berbeda
yang mungkin diaplikasikan di sektor publik

Perlu juga diingat bahwa pengungkapan informasi pada tahap ini sesuai dengan
Undang-Undang Kebebasan Informasi Publik dan UU 30 tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan perihal pokok kewajiban memberikan informasi yang diperlukan. Hal ini
termaktub pada Naskah Akademik UU Administrasi Pemerintahan yang menyatakan
bahwa diperlukan kewajiban memberikan bimbingan dan informasi yang memuat
penilaian pegawai atau pejabat administrasi terhadap kondisi aktual berkaitan dengan
prosedur dan syarat-syarat yang sedang dan akan dilalui. Ketentuan ini berlaku terutama
untuk keputusan publik yang menyebabkan kerugian individu atau masyarakat.

Dasar Prosedur Sanggahan


Pada pengadaan sektor publik pastinya merujuk kepada aturan pemerintah yang
ada tentang ketentuan sanggahan atau sanggah banding. Pengadaan sektor publik yang
khususnya pada tahapan proses pemilihan penyedia barang jasa ada pada ranah Hukum
Administrasi Negara atau wilayah Tata Usaha Negara. Oleh karena itu, ketentuan
sanggahan atau sanggah banding merujuk kepada ketentuan Administrasi Pemerintah
dan/atau Hukum Tata Usaha Negara.
Hal ini senada yang dinyatakan pada Naskah Akademik RUU tentang Administrasi
Pemerintahan menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan bagian dari
Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara kekuasaan negara
dan masyarakat. Pemerintah sebagai pelaksana sehari-hari kekuasaan negara
merupakan pelaku dan pelaksana hukum administrasi negara. Pemerintah dalam hal ini
dapat menciptakan ketentuan-ketentuan hukum administrasi negara, selain itu
pemerintah juga melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum administrasi negara yang
berlaku bagi dirinya sebagaimana diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan
yang ada.
Ketentuan sanggahan mengacu kepada peraturan terkait Administrasi Pemerintah
dan Tata Usaha Negara di Indonesia adalah sebagai berikut:
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 11 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

- UU Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan


- UU Nomor 05 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan perubahannya
UU Nomor 09 tahun 2004 dan UU Nomor 51 tahun 2009
- UU Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
- UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)
- PP Nomor 07 tahun 1989 tentang Penerapan UU Nomor 05 tahun 1986
Untuk memberikan perlindungan hukum kepada individu atau masyarakat
terhadap tindakan administrasi publik, maka Undang-Undang Prosedur Administrasi
Pemerintahan harus memuat ketentuan-ketentuan mengenai gugatan dan tuntutan
dalam kasus maladministrasi dan penyalahgunaan kekuasaan. Untuk hukum acara
gugatan dan tuntutan berkenaan dengan Administrasi Pemerintahan berlaku ketentuan
dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Disamping itu, Undang-Undang Prosedur Administrasi Pemerintahan juga mengatur
mengenai gugatan dan tuntutan yang dapat dilakukan oleh individu atau masyarakat
secara internal dalam instansi pemerintah terkait. Ganti rugi yang ditimbulkan oleh
gugatan dan tuntutan individu harus dibayar oleh Instansi pemerintah yang
mengeluarkan KTUN.
Sanggahan atau sering disebut protes atau bantahan, seperti yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, menunjukkan suatu kondisi berseberangan atau
persengketaan antara dua pihak, dalam hal ini pihak Pemilih Penyedia Barang/Jasa
dengan pihak penawar. Di sektor publik, penyelesaian sengketa diatur oleh Undang-
Undang. Penyelesaian sengketa administrasi negara dapat dilakukan melalui berbagai
bentuk penyelesaian yaitu :
1. Keberatan;
2. Banding Administrasi;
3. Peradilan (Peradilan Pajak, Peradilan Tata Usaha Negara, Peradilan Umum)
4. dan lain-lain
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan sanggahan pada istilah
Administrasi Pemerintah atau Tata Usaha Negara disebut sebagai keberatan, sedangkan
sanggah banding disebut sebagai banding. Dari peraturan yang disebutkan di atas,
dapat ditelusuri ketentuan perihal sanggahan atau sanggah banding. Di bawah ini adalah

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 12 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

kutipan-kutipan klausa pada Undang-Undang terkait pengertian dasar sanggahan dan


sanggah banding.
Namun sehubungan dengan Instruksi Presiden No. 1 tahun 2015 perihal
Percepatan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, untuk percepatan pengadaan perlu
dilakukan pengadaan yang efektif dan efisien. Adanya proses sanggah banding akan
sangat menyita waktu dan tenaga sehingga sering kali pelaksanaan pengadaan atau
pelaksanaan kontrak terlambat dikarenakan proses sanggahan atau sanggah banding.
Untuk membuat lebih efisien, proses sanggah banding dihapuskan pada sistem E-
Procurement, hal ini dikarenakan proses sanggahan seharusnya sudah melalui proses
yang sangat teliti dan dikaji sesuai dengan ketentuan dan secara sistem pengadaan E-
Procurement sudah sangat transparan membuka berbagai hal dalam kaitannya dengan
pengadaan barang jasa. Selanjutnya jika penyanggah masih tidak puas atas jawaban
sanggahan, penyanggah dapat melanjutkan ke tingkat pemeriksa internal instansi terkait
(APIP) dengan menyampaikan pengaduan, dan proses lelang tetap berlanjut. Oleh
karenanya pada modul ini, hanya akan dibahas prosedur sanggahan yang sesuai dengan
tata cara pelelangan/seleksi saat ini melalui lelang/seleksi secara elektronik.
Berikut ini adalah beberapa pengertian dasar terhadap prosedur sanggahan yang
dianut pada pengadaan barang jasa pemerintah pada UU No. 30 tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan.
UU 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
Pasal 1 ayat 1, 3, 7
1. Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan
dan/atau tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan
2. Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan Administrasi
Pemerintahan yang meliputi fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan,
pemberdayaan, dan pelindungan.
3. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan Fungsi
Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara
lainnya
7. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha
Negara atau Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya disebut Keputusan

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 13 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan
Pasal 75 ayat 1 dan 2
1. Warga Masyarakat yang dirugikan terhadap Keputusan dan/atau Tindakan dapat
mengajukan Upaya Administratif kepada Pejabat Pemerintahan atau Atasan
Pejabat yang menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/ atau Tindakan.
2. Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. keberatan; dan
b. banding.
UU 5 – 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Pasal 1 ayat 1 – 3, 5 dan 6
1. Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
2. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
5. Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan.
6. Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.

Pasal 48 ayat 2
Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya
administratif yang bersangkutan telah digunakan

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 14 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 53 ayat 1 dan 2


Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan
oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan
ganti rugi dan/atau rehabilitasi.
Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan keputusan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah menggunakan wewenangnya untuk
tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut;
c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau tidak
mengeluarkan keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah
mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu
seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan
tersebut.
Pasal 55
Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara
Pasal 122
Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dapat dimintakan pemeriksaan
banding oleh penggugat atau tergugat kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.

Ketentuan Sanggahan
Secara garis besar, sanggahan dan sanggahan banding baik pada pengadaan
sektor publik maupun sektor swasta, jika menggunakan mekanisme sanggahan, dapat
digambarkan dalam tahapan di bawah ini:

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 15 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Gambar 3. Diagram Alir Proses Sanggahan


a. Apa yang Disanggahkan?
Sanggahan ditujukan kepada pokja ULP karena pemilihan penyedia dan seluruh
keputusannya dilakukan oleh pokja. Sanggahan yang ditujukan selain kepada pokja
ULP dianggap sebagai pengaduan dan wajib ditindaklanjuti.
Dasar munculnya sanggahan adalah:
• Adanya penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan Perubahannya termasuk petunjuk
teknis yang tertuang dalam Peraturan Kepala LKPP No.14 Tahun 2010 serta
ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa.
• Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat.
• Adanya penyalahgunaan wewenang oleh pokja ULP dan/atau pejabat yang
berwenang lainnya.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 16 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Surat sanggahan juga ditembuskan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),


Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dan Aparat Pengawas
Intern Pemerintah (APIP). Hal ini bertujuan agar mekanisme kontrol dalam
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan. Salah satu contohnya adalah PPK tidak
mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) karena mengetahui
bahwa ada sanggahan yang dimasukkan oleh peserta.

b. Kapan Masa Sanggahan Berlaku?


Penyampaian surat sanggahan oleh peserta pemilihan harus memenuhi jangka
waktu yang telah ditentukan, yaitu paling lambat 3 (tiga) hari kerja untuk
pelelangan/seleksi sederhana dan pemilihan langsung, sedangkan untuk
pelelangan/seleksi umum paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman
pemenang. Ketidaksesuaian penyampaian waktu sanggahan dapat menyebabkan
sanggahan tidak dapat diproses dan hanya dianggap sebagai pengaduan.
Pokja ULP wajib memberikan jawaban tertulis atas semua sanggahan paling
lambat 3 (tiga) hari kerja untuk pelelangan/seleksi sederhana dan pemilihan langsung,
sedangkan untuk pelelangan/ seleksi umum paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
surat sanggahan diterima. Apabila pokja ULP tidak menjawab sesuai dengan ketentuan,
maka dapat menjadi alasan untuk pengajuan sanggahan banding.

c. Siapa Saja yang Terlibat dalam Proses Masa Sanggahan?


Berdasarkan paparan di atas, maka pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
sanggahan adalah:
1. Peserta pemilihan/seleksi (pihak yang melakukan sanggahan)
2. Kelompok Kerja/Pokja ULP (pihak yang disanggah)
3. Pejabat Pembuat Komitmen (tembusan)
4. Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) (tembusan)
5. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (tembusan)
Peserta pemilihan/seleksi yang tidak puas dengan jawaban sanggahan dari
Kelompok Kerja ULP dapat mengajukan pengaduan kepada Aparat Pemeriksa Internal
Pemerintah pada instansi yang bersangkutan.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 17 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sanggahan banding adalah:


1. Peserta pemilihan/seleksi (pihak yang melakukan sanggahan banding)
2. Menteri/Kepala Daerah/Pejabat yang menerima penugasan sanggahan banding
(pihak yang menjadi tujuan sanggahan banding)
3. Kelompok Kerja/Pokja ULP (tembusan)
4. Pejabat Pembuat Komitmen (tembusan)
5. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (tembusan)
Serupa dengan sanggah, jangka waktu pengajuan sanggahan banding juga
terikat dengan waktu, yaitu paling lambat 5 (lima) hari kerja untuk pelelangan
umum/seleksi umum/pelelangan terbatas, dan paling lambat 3 (tiga) hari kerja untuk
pelelangan sederhana/seleksi sederhana/pemilihan langsung setelah diterimanya
jawaban sanggahan.
Pada UU No. 30 tahun 2014 Pasal 77 tentang Administrasi Pemerintahan yang
mengatur perihal Keberatan dapat diajukan 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah
keputusan dibuat dan masa tenggang untuk menjawab keberatan adalah 10 (sepuluh)
hari kerja setelah keberatan diterima dan membuat keputusan sesuai keberatan
maksimum 5 (lima) hari kerja setelah masa tenggang tersebut. Namun pada Perpres 54
tahun 2010 ditetapkan masa sanggahan adalah 3 (tiga) hari kerja untuk pelelangan
sederhana dan 5 (lima) hari kerja untuk pelelangan umum. Demikian dengan jawaban
sanggahan oleh Pokja ULP sudah diterima penyanggah paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah sanggahan diterima untuk pelelangan sederhana, dan 5 (lima) hari kerja
setelah sanggahan diterima oleh Pokja ULP.
Pada UU No. 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan tentang
keberatan (sanggahan) terhadap Keputusan Pejabat Pemerintah dan banding (sanggah
banding) diatur di pasal 77 dan 78 yang berbunyi demikian:
Pasal 77
(1) Keputusan dapat diajukan keberatan dalam waktu paling lama 21 (dua puluh satu)
hari kerja sejak diumumkannya Keputusan tersebut oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan.
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang menetapkan Keputusan.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 18 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

(3) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai permohonan
keberatan.
(4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan menyelesaikan keberatan paling lama 10
(sepuluh) hari kerja.
(5) Dalam hal Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menyelesaikan keberatan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), keberatan dianggap
dikabulkan.
(6) Keberatan yang dianggap dikabulkan, ditindaklanjuti dengan penetapan Keputusan
sesuai dengan permohonan keberatan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
(7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan
permohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tenggang waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 78
(1) Keputusan dapat diajukan banding dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
sejak keputusan upaya keberatan diterima.
(2) Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada
Atasan Pejabat yang menetapkan Keputusan
(3) Dalam hal banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikabulkan, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan
permohonan banding.
(4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan menyelesaikan banding paling lama 10
(sepuluh) hari kerja.
(5) Dalam hal Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menyelesaikan banding
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), keberatan dianggap
dikabulkan.
(6) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan
permohonan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tenggang waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 19 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

5. Implikasi Hukum
Salah satu pendapat yang kurang tepat dan dipahami oleh pelaksana pengadaan
barang/jasa adalah sanggahan dan sanggahan banding tidak memiliki dampak hukum
apapun apabila tidak ditindaklanjuti sesuai aturan.
Tindak lanjut terhadap pertentangan atau sengketa melalui mekanisme
sanggahan memegang peranan penting terhadap kesuksesan penyelenggaraan
program kegiatan, walaupun penyelesaian sengketa bisa saja tidak menggunakan
mekanisme sanggahan. Dalam International Handbook of Public Procurement
dinyatakan bahwa ... “Although the protest system is not the sole province of public
procurement, it tends to take on a more crucial role in influencing both contractors
and government employees. Accordingly, the specific causes of protests are worthy of
analysis. Practitioners ought to know why contractors challenge the procurement
decisions of the public sector, recognize which bases most often lead to adverse
decisions, and learn from the decisions rendered against fellow practitioners”.
Pengelolaan sanggahan yang efektif akan menentukan keberlangsungan program
kegiatan. Banyak kasus pada proses sanggahan berlanjut ke Pengadian Tata Usaha
Negara (PTUN), bahkan diproses pada kasus pidana di Lembaga APH yang akan
memperlambat proses penyelesaian program atau kegiatan dan menguras tenaga dan
pikiran pembuat keputusan administrasi negara.
Secara garis besar, pengadaan barang/jasa pemerintah berpedoman kepada 3
hukum utama, yaitu Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Perdata dan Hukum Pidana,
hal ini karena ruang lingkup pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
merupakan ruang lingkup yang merupakan hasil kerja dan bertemunya 2 komponen
utama, yaitu Pejabat Tata Usaha Negara (Pengguna Anggaran/PA, Kuasa Pengguna
Anggaran/KPA, Unit Layanan Pengadaan/ULP, dan Pejabat atau Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan/PPHP) dan penyedia barang/jasa.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 20 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Gambar 4. Pedoman Hukum Pengadaan Barang/Jasa


Sering terjadi dalam proses pengadaan barang/jasa, pihak- pihak yang merasa
dirugikan khususnya penyedia barang/jasa melakukan proses tuntutan hukum melalui
pengadilan sedangkan proses pelelangan masih berlangsung.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah tanpa melakukan sanggahan
banding, peserta langsung melakukan tuntutan hukum ke Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN).
Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah terakhir
melalui Undang-Undang (UU) Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, dalam Pasal 1 angka 3 menyebutkan bahwa:
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan nal, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa yang dapat digugat di pengadilan
adalah ketetapan tertulis yang sudah bersifat final atau definitif. Penetapan pemenang
belum bersifat nal karena masih memungkinkan dilakukan sanggahan dan sanggahan
banding, sehingga apabila proses sanggahan banding belum dilaksanakan, berarti
penetapan tersebut tidak dapat digugat melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Apabila jawaban sanggahan banding tidak memuaskan penyedia barang/jasa,
maka penyedia dapat melanjutkan melalui tuntutan Tata Usaha Negara, termasuk
apabila Menteri/Pimpinan Lembaga/ Kepala Daerah/Pimpinan Institusi atau kepada
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 21 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Pejabat yang menerima penugasan untuk menjawab sanggahan banding tidak


menjawab sanggahan banding dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Hal ini
karena berarti pejabat tata usaha negara tersebut telah melakukan penolakan
mengeluarkan jawaban sanggahan banding.
Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 menyebutkan bahwa jika suatu Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka
waktu sebagaimana ditentukan telah lewat, maka Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
(NePP, 2004)
Tuntutan yang dapat dilakukan melalui PTUN adalah tuntutan agar keputusan
tata usaha negara, dalam hal ini keputusan pemenang, dinyatakan batal atau tidak sah.
(Syahrizal, 2012)
Dampak hukum apabila sanggah/sanggahan banding diterima, maka ditelaah
apakah ada unsur tindak pidana atau TUN, dan sanksi yang dapat diberikan adalah
administrasi dan pidana apabila telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana.
Pada UU No. 30 tahun 2014 pasal 77 dan 78 dinyatakan bahwa keberatan atau
banding yang yang diajukan kepada Badan atau Pejabat yang menetapkan Keputusan,
wajib ditindaklanjuti baik dengan menetapkan Keputusan sesuai dengan permohonan
keberatan atau banding tersebut. Keputusan tersebut dapat berdasarkan penerimaan
atau penolakan terhadap permohonan keberatan atau banding tersebut. Jika dalam
batas waktu yang telah ditentukan, permohonan keberatan atau banding tidak
ditindaklanjuti atau tidak diselesaikan oleh Badan atau Pejabat yang menetapkan
Keputusan, maka permohonan keberatan atau banding tersebut dianggap dikabulkan.
Oleh karena itu sanggahan pada proses Pemilihan Penyedia Barang Jasa diwajibkan
untuk ditindaklanjuti apapun hasilnya, baik menerima atau menolak sanggahan. Jika
sanggahan tidak ditindaklanjuti atau tidak dilakukan penyelesaian, maka sanggahan
tersebut dianggap diterima.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 22 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

BAB III
PROSEDUR PENANGANAN SANGGAHAN

Inventarisasi Sanggahan
Perlu diketahui, bahwa tujuan dari pelaksanaan sanggah dan/atau pengaduan
tidak sekedar mempertanyakan keputusan para pihak yang terlibat. Beberapa
pelaksanaan sanggahan yang dilakukan justru bertujuan untuk memperlambat proses
pengadaan atau mendiskreditkan pihak-pihak tertentu. Sehubungan dengan hal ini,
maka inventarisasi dan identifikasi sanggahan dan sanggahan banding harus dilakukan,
agar pelaksanaan sanggahan, dan pengaduan memang dilakukan oleh pihak-pihak yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inventarisasi adalah
pencatatan atau pengumpulan data, sedangkan identifikasi adalah penentu atau
penetapan identitas.
Hal ini berarti inventarisasi sanggahan merupakan proses pencatatan yang
dilakukan oleh penerima surat atau bagian persuratan sedangkan identifikasi sanggahan
merupakan proses penentuan identitas sanggahan dan merupakan tindak lanjut dari
proses inventarisasi.
Proses persuratan untuk sanggahan diprioritaskan dalam percepatan perlakuan
karena ada batasan waktu khusus untuk menjawab sanggahan. Setiap keterlambatan
dalam proses pengelolaan sanggah akan berpotensi untuk menimbulkan tuntutan Tata
Usaha Negara (TUN) atau perdata oleh penyedia barang/jasa yang dirugikan.
Untuk mempercepat sanggahan, maka perlu disusun SOP khusus pada setiap
K/L/D/I termasuk menetapkan tujuan surat sanggahan pada LDP. Inventarisasi
sanggahan dilakukan oleh ULP karena sanggahan ditujukan kepada Pokja ULP.
Inventarisasi dilakukan dengan cara mencatat nomor dan tanggal surat, tujuan
surat, serta perihal surat dan dicatat ke dalam buku surat masuk dan diberi nomor urut.
Selain tanggal yang tertera pada surat, tanggal diterimanya surat juga penting untuk
diinventarisir oleh penerima surat. Apabila sanggahan dilakukan secara elektronik
dengan cara diisikan langsung pada kolom sanggahan, biasanya tidak menggunakan
surat, namun bersifat pesan sanggahan yang langsung ditujukan dan dijawab oleh
pokja ULP.
Setelah proses inventarisasi selesai dilaksanakan, maka tahapan berikutnya
adalah identifikasi. Identifikasi surat sanggahan dilakukan oleh pokja ULP.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Identifikasi Surat Sanggahan
Sanggahan yang dilakukan oleh peserta harus dilakukan secara tertulis dan
memenuhi pokok-pokok sanggahan agar dapat diproses lebih lanjut. Ketidaksesuaian
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 23 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

antara ketentuan mengenai sanggahan dengan proses dan isi sanggahan dapat
menyebabkan sanggahan tidak dapat diterima karena tidak dapat diperlakukan sebagai
sanggahan namun tetap dijawab, khususnya substansi yang berkaitan dengan proses
pengadaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka hal-hal yang harus diidentifikasi pada
saat menerima surat sanggahan adalah:
a. Identitas Penyedia
Surat sanggahan disampaikan oleh peserta pemilihan yang memasukkan
dokumen penawaran atau kualikasi (khusus apabila metode yang digunakan adalah
prakualifikasi), sehingga hal pertama yang harus diperhatikan adalah, apakah surat
sanggahan mencantumkan identitas perusahaan. Pencantuman identitas ini dapat
berupa penggunaan kertas kop, informasi nama penyedia pada isi surat,
penandatanganan surat, dan/atau stempel pada bagian tanda tangan. Khusus lelang
secara elektronik atau E-Procurement, sanggahan hanya dapat dikirimkan melalui login
dari penyedia barang/jasa, sehingga identitas penyedia dapat ditentukan secara jelas.
Setelah identitas penyedia ditemukan, maka langkah berikutnya adalah
memastikan bahwa penyedia tersebut merupakan peserta pemilihan atau seleksi dan
telah memasukkan dokumen penawaran atau dokumen kualikasi apabila pelaksanaan
pemilihan/seleksi menggunakan prakualifikasi. Hal ini karena proses sanggahan
merupakan proses pernyataan ketidakpuasan terhadap hasil pelelangan/ seleksi
sehingga hanya berpengaruh pada peserta yang merupakan peserta pelelangan/seleksi.
Penyedia yang tidak mendaftar dan mengikuti pelelangan tidak dapat mengajukan
sanggahan, namun dapat mengirimkan pengaduan.
Apabila lelang dilakukan secara elektronik, maka sudah pasti yang dapat
mengirimkan sanggahan adalah peserta pelelangan/seleksi.
Alasan sanggahan adalah peserta yang tidak puas terhadap keputusan pokja
ULP, sehingga yang berhak mengajukan sanggahan adalah peserta yang merasa
dirugikan terhadap proses evaluasi dan proses pelaksanaan yang dilakukan oleh pokja
ULP.
Apabila pelelangan dilakukan dengan metode prakualifikasi, maka yang berhak
menyanggah pada tahap prakualifikasi adalah peserta yang memasukkan dokumen
kualikasi, dan pada tahap pemilihan adalah peserta yang memasukkan dokumen
penawaran.
Apabila pelelangan dilakukan dengan metode pasca kualikasi, maka yang berhak
menyanggah adalah peserta yang memasukkan dokumen penawaran.
Khusus pelaksanaan pelelangan secara elektronik (E-Proc), berdasarkan
Peraturan Kepala (Perka) LKPP No. 18 Tahun 2012, maka Ike yang dianggap sebagai
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 24 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

penawaran adalah dokumen penawaran yang berhasil dibuka dan dapat dievaluasi yang
sekurang-kurangnya memuat:
1) Satu file : Harga penawaran, daftar kuantitas dan harga untuk kontrak harga
satuan/gabungan, jangka waktu penawaran, dan deskripsi/spesifikasi barang/jasa
yang ditawarkan
2) Dua file atau dua tahap : daftar kuantitas dan harga untuk kontrak harga
satuan/gabungan, jangka waktu penawaran, dan deskripsi/spesifikasi barang/jasa
yang ditawarkan.
Hal ini berarti apabila dokumen penawaran tidak berhasil dibuka dan/atau tidak
memenuhi ketentuan di atas, maka sanggahan penyedia barang/jasa tidak memenuhi
persyaratan.
Untuk sanggahan banding, maka perusahaan yang dapat mengajukan sanggahan
banding hanyalah perusahaan yang tidak puas terhadap jawaban sanggah yang telah
dilakukan oleh Pokja ULP, sehingga identifikasi terhadap surat sanggahan banding
dilakukan dengan melakukan pengecekan apakah perusahaan tersebut sudah pernah
mengajukan sanggahan sebelumnya.

b. Tanggal Surat Diterima


Hal kedua yang harus diperhatikan setelah menerima surat sanggahan atau
sanggahan banding adalah tanggal diterimanya surat tersebut. Hal ini karena prosedur
sanggahan dan sanggahan banding dibatasi oleh waktu, sehingga apabila sudah
melewati batas waktu maka tidak dapat dianggap sebagai sanggahan atau sanggahan
banding.
Yang perlu diperhatikan, dasar untuk tanggal ini bukan tanggal yang tertera pada
surat, melainkan tanggal disampaikannya surat tersebut kepada Pokja ULP untuk
sanggahan atau kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
atau kepada Pejabat yang menerima penugasan untuk menjawab untuk sanggahan
banding. Oleh sebab itu, perlu untuk melihat data disposisi surat masuk untuk
memperoleh informasi mengenai tanggal surat ini.
Apabila surat sanggahan diterima melebihi 3 hari kerja untuk pelelangan/seleksi
sederhana dan pemilihan langsung, serta 5 hari kerja untuk pelelangan/seleksi umum
setelah pengumuman pemenang, maka surat tersebut dianggap bukan sanggahan.
Demikian juga untuk surat sanggahan banding yang diajukan melebihi 5 hari
kerja untuk pelelangan umum/seleksi umum/pelelangan terbatas dan melebihi 3 hari
kerja untuk pelelangan/seleksi sederhana/pemilihan langsung setelah diterimanya
jawaban sanggahan dari pokja ULP, maka surat tersebut dianggap bukan sanggahan
banding.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 25 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Apabila pelelangan dilakukan secara elektronik/ e-procurement, maka waktu yang


digunakan adalah hari kalender namun wajib mengalokasikan dua hari kerja untuk
sanggahan banding.

c. Tujuan Surat
Hal ketiga yang harus diidentifikasi pada surat sanggahan atau sanggahan
banding adalah tujuan surat. Surat sanggahan wajib ditujukan kepada pokja ULP sesuai
dengan ketentuan dalam Lembar Data Pengadaan (LDP). Sedangkan surat sanggahan
banding ditujukan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
atau kepada pejabat yang menerima penugasan untuk menjawab sanggahan banding
sesuai dengan LDP.
Khusus lelang secara elektronik/ E-Procurement, sanggahan dilayangkan melalui
SPSE sehingga sudah dapat dipastikan ditujukan kepada pokja ULP yang melaksanakan
pelelangan/seleksi. Sanggahan yang disampaikan bukan kepada pokja ULP atau
disampaikan diluar masa sanggah, dianggap sebagai pengaduan dan tetap harus
ditindaklanjuti.

d. Isi Surat
Isi surat sanggahan dan sanggahan banding sudah merupakan proses pengkajian
dan persiapan penyusunan jawaban, sehingga pada tahapan identifikasi, yang perlu
diperhatikan adalah apakah surat sanggahan dan sanggahan banding sudah
mencantumkan butir-butir sanggahan
Apabila lelang dilaksanakan secara elektronik, maka ada 2 cara yang dilakukan
oleh penyedia dalam mengajukan sanggahan. Cara pertama adalah dengan langsung
menuliskan butir-butir sanggahan pada kotak sanggahan dan cara kedua adalah dengan
mengunggah surat sanggahan pada kotak sanggahan.

e. Tanda Tangan
Surat sanggahan dan sanggahan banding merupakan surat yang dikirimkan oleh
penyedia secara resmi. Oleh sebab itu, pengirim surat harus orang yang secara hukum
dapat mewakili perusahaan penyedia. Pada tahap identifikasi, dilakukan pemeriksaan,
apakah surat tersebut ditandatangani oleh orang yang secara hukum dapat mewakili
perusahaan tersebut. Apabila penandatanganan tidak dilakukan oleh direksi atau
pengurus perusahaan dan dikuasakan kepada pihak yang menurut hukum dapat
menerima kuasa, maka surat sanggahan atau sanggahan banding harus dilengkapi juga
dengan surat kuasa tersebut.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 26 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Kelalaian memenuhi persyaratan ini dapat mengakibatkan surat sanggahan atau


sanggahan banding dianggap tidak mewakili penyedia yang sah sehingga tidak dapat
dianggap sebagai sanggahan namun tetap wajib dijawab.
Khusus lelang elektronik, maka surat sanggahan tidak perlu ditandatangani,
namun surat sanggahan banding tetap perlu ditandatangani karena dikirimkan dan
diproses secara manual.

f. Tembusan
Hal terakhir yang diidentifikasi pada surat sanggahan dan sanggahan banding
adalah tembusan surat. Surat sanggahan ditembuskan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), PA/KPA, serta APIP. Untuk surat sanggahan banding, ditembuskan
kepada Pokja ULP, PPK, dan APIP.

Penyusunan Hasil Inventarisasi dan Identifikasi


Untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi, di bawah ini adalah tabel
daftar simak (checklist) yang dapat digunakan dalam proses inventarisasi dan
identifikasi:
Tabel 1. Form Checklist Inventarisasi dan Identifikasi

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 27 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

2. Penyusunan Jawaban Sanggahan


a. Penelaahan/Pengkajian Materi Sanggah
Setelah surat sanggahan dan sanggahan banding diinventarisir dan diidentifikasi,
maka tahap berikutnya adalah melakukan pengkajian/penelaahan surat tersebut.
Fokus dari pengkajian adalah mengkaji butir-butir yang disanggah.
Pengkajian surat sanggahan dilakukan oleh pokja ULP sedangkan pengkajian surat
sanggahan banding dilakukan oleh penyusun jawaban sanggahan banding.
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 28 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Khusus untuk sanggahan banding, maka pihak-pihak yang menyiapkan materi jawaban
terdiri atas:
• Pihak yang bertanggung jawab menyusun jawaban Menteri/Kepala Daerah;
• Pokja ULP;
• APIP dan/atau LKPP atas permintaan Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala
Daerah/Pimpinan Institusi

Inventarisasi Dokumen Pendukung


Sebelum menyusun jawaban sanggah/sanggahan banding, tahapan pertama
adalah menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk menjawab sanggahan
tersebut.
Dokumen yang dibutuhkan untuk menjawab sanggah/sanggahan banding
diantaranya adalah:
• Dokumen Pengadaan
• Dokumen Penawaran
• Berita Acara Hasil Pelelangan
Dokumen pendukung lainnya, seperti peraturan perundang-undangan yang
dibutuhkan, berita acara evaluasi, atau berita acara klarifikasi.

Kriteria Sanggahan
Sanggahan dan sanggahan banding adalah proses yang timbul karena adanya
anggapan terhadap permasalahan yang terjadi pada pengadaan barang/jasa
pemerintah yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ULP. Setiap sanggahan yang
diterima oleh Kelompok Kerja ULP dipetakan pada beberapa penyebab permasalahan.
Pada bab sebelumnya telah disebutkan dasar yang dijadikan sebagai sanggahan
atau hal-hal yang dapat membuat peserta pemilihan penyedia barang jasa mengajukan
sanggahan, yaitu mengacu pada Perpres 54 tahun 2010 Pasal 81. Berikut ini adalah
penjelasan detail perihal kriteria atau hal-hal yang dapat dijadikan sanggahan pada
proses pemilihan penyedia barang jasa:
1) Adanya penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden dan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa.
Aturan pengadaan barang/jasa pemerintah telah diatur oleh Perpres No. 54
Tahun 2010 dan perubahannya. Oleh sebab itu setiap pelaksanaan pengadaan
barang/jasa wajib berpedoman pada aturan tersebut. Dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa, masih ada Pokja ULP yang melaksanakan proses pemilihan tanpa

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 29 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Perpres No. 54 Tahun 2010


dan perubahannya.
Beberapa hal yang sering dilakukan oleh Pokja sehingga menimbulkan
sanggahan karena tidak sesuai dengan Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan
perubahannya diantaranya adalah:
a) Menambah persyaratan ijin usaha yang tidak memiliki dasar peraturan perundang-
undangan
b) Mewajibkan adanya dukungan bank untuk pekerjaan selain konstruksi
c) Mempersyaratkan Kemampuan Dasar (KD) untuk pengadaan barang
d) Jangka waktu pengumuman pelelangan yang terlalu singkat
e) Tidak melaksanakan penjelasan pekerjaan
f) Menggugurkan penyedia yang tidak memasukkan foto copy ijin usaha, akta,
dan/atau pajak pada dokumen penawaran
g) Tidak mengumumkan hasil pelelangan.

Selain pelanggaran terhadap Perpres No. 54 Tahun 2010 dan perubahannya,


penyimpangan juga sering terjadi terhadap ketentuan yang telah dituangkan dalam
dokumen pengadaan, khususnya pada ketentuan evaluasi. Tindakan yang sering
dilakukan adalah melaksanakan post bidding atau penambahan, pengurangan,
pengubahan kriteria dan tata cara evaluasi yang sudah tertuang dalam dokumen
pengadaan. Penyedia barang/jasa sering digugurkan padahal sudah memenuhi
ketentuan yang telah diatur dalam dokumen, atau sebaliknya, Pokja ULP memenangkan
penyedia yang tidak memenuhi ketentuan dalam dokumen.
Termasuk penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur ini adalah tidak
mengikuti tata urut proses pengadaan barang/jasa. Contohnya, penyedia dinyatakan
gugur pada tahap evaluasi teknis, namun tetap diundang untuk pembuktian kualikasi
pada metode pasca kualikasi. Padahal menurut tata urut proses, penyedia yang sudah
dinyatakan gugur pada tahap evaluasi penawaran, tidak lagi dievaluasi pada tahap
kualikasi.

2) Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sehat.


Yang dimaksud rekayasa tertentu adalah upaya yang dilakukan sehingga dapat
mengakibatkan persaingan tidak sehat, misalkan:
a) Penyusunan spesifikasi yang mengarah kepada produk tertentu, kecuali untuk
suku cadang;
b) Kriteria penilaian evaluasi yang tidak rinci (detail) sehingga dapat mengakibatkan
penilaian yang tidak adil dan transparan; dan
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 30 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

c) Penambahan persyaratan lainnya yang diluar ketentuan yang diatur dalam


Peraturan Presiden.
Salah satu contoh kriteria penilaian evaluasi yang tidak rinci (detail) adalah tidak
adanya uraian bobot dan nilai untuk masing-masing butir yang dievaluasi apabila Pokja
ULP menggunakan metode sistem gugur ambang batas atau sistem nilai. Setiap nilai
yang diperoleh penyedia, harus dapat dipertanggungjawabkan serta bersifat terbuka
dan dapat diuraikan secara detail. Penyedia sebelum memasukkan penawaran, juga
dapat melakukan evaluasi diri menggunakan parameter- parameter yang telah
ditetapkan oleh Pokja ULP dalam dokumen pengadaan.
Misalnya metode pelaksanaan dituliskan minimal 20 maksimal 80. Maka nilai 20
hingga 80 ini wajib diuraikan lebih detail lagi sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Uraian ini harus dituangkan dalam dokumen pengadaan, bukan hanya dalam kertas
kerja evaluasi Pokja ULP.
Contoh penambahan persyaratan lain yang diluar ketentuan peraturan presiden
adalah mempersyaratkan surat keterangan bebas temuan yang dikeluarkan bagian
hukum setempat, surat keterangan tidak pailit dari pengadilan niaga, mempersyaratkan
kartu keanggotaan asosiasi tertentu, mempersyaratkan kepemilikan satu alat utama,
menambah persyaratan pengalaman terbanyak menjadi pembanding sehingga
menyebabkan hanya persaingan tidak sehat dan lain-lain.

3) Adanya penyalahgunaan wewenang oleh Kelompok Kerja ULP dan/atau Pejabat yang
berwenang lainnya
Yang dimaksud dengan adanya penyalahgunaan wewenang adalah tindakan
yang sengaja dilakukan di luar kewenangan terkait proses pengadaan. Yang dimaksud
dengan pejabat berwenang lainnya adalah PA/KPA, Kepala Daerah, PPK, Pokja ULP, Tim
Pendukung, dan Tim Teknis. Contoh penyalahgunaan wewenang adalah adanya
intervensi Kepala Daerah terhadap penetapan pemenang, menggunakan posisinya
sebagai Pokja ULP dengan mengatur tata cara penilaian evaluasi seleksi yang tidak
obyektif dan menguntungkan satu pihak atau mengatur hasil penilaian evaluasi seleksi.

b. Menyusun materi jawaban sanggah


Setelah sanggah dan sanggahan banding selesai dikaji, maka tahapan berikutnya
adalah menyusun materi jawaban sanggah dan sanggahan banding sesuai dengan hasil
pengkajian.
Kriteria umum dalam penyusunan ini adalah:
1) Fokus terhadap butir-butir sanggahan
2) Memetakan antara butir sanggahan dengan hasil pengkajian
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 31 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

3) Melengkapi butir sanggahan dan hasil pengkajian dengan dasar hukum yang sesuai
Untuk memudahkan dalam penyusunan materi jawaban sanggah dan sanggahan
banding, maka format di bawah ini dapat dijadikan salah satu contoh:

Tabel 2. Format Lembar Kerja (Worksheet) Penyusunan Materi Jawab Sanggahan

Tabel 3. Format Rekapitulasi Jawaban Sanggahan


Referensi
No Materi Sanggahan Jawaban
Acuan Dokumen Pendukung
1. Butir Sanggahan 1 Kesimpulan Jawaban · Perpres 70 tahun 2012 Pasal · Dok. Penawaran
Butir Sanggahan 1
X Ayat Y · Dok. Pemilihan (Bab
· Perka LKPP No. xx tahun xxxx Lembar Data Pelelangan)

2 Butir Sanggahan 2 Kesimpulan Jawaban · Perpres 70 tahun 2012 Pasal · Dok. Penawaran (Daftar
Butir Sanggahan 2
Y Ayat Z Kuantitas Harga)
· Perka LKPP No YY tahun YYYY · Dok. Pemilihan (Bab
Intruksi Kepada Peserta
Lelang)

Tindak Lanjut Sanggahan


Berdasarkan hasil pengkajian terhadap sanggahan dan sanggahan banding,
maka ada 3 hasil dari pengkajian tersebut, yaitu:
1) Sanggahan Diterima
Apabila sanggahan diterima, maka jawaban sanggahan dilakukan oleh Pokja ULP
dan Pokja ULP harus menyatakan bahwa pelelangan gagal dan melakukan proses
pemilihan penyedia barang jasa kembali, jika waktu tahun anggaran berjalan masih
memungkinkan untuk dilakukan lelang/seleksi ulang dan dengan ketentuan mendapat
persetujuan dari Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran.
2) Sanggahan Ditolak
Apabila sanggahan ditolak maka langkah selanjutnya bergantung kepada dua hal.
Jika penawar yang menyanggah puas dengan jawaban yang disampaikan oleh Pokja

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 32 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

ULP, maka PPK dapat melanjutkan proses penunjukan penyedia barang jasa dan
menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang Jasa (SPPBJ). Sedangkan, jika penawar
yang menyanggah tidak puas dengan jawaban yang disampaikan oleh Pokja ULP,
penawar tersebut dapat menyampaikan pengaduan kepada Aparat Pemeriksa Internal
Pemerintah (APIP), namun proses pengadaan tetap berlanjut. Berikut ini adalah bagan
alir tindak lanjut hasil sanggahan.

PROSES PENGUMUMAN

SANGGAH
PENETAPAN

MASA
LELANG/SELEKSI
PEMENANG

KONTRAK SPPBJ MENERIMA

KEBERATAN

JAWABAN
SANGGAHAN
SANGGAHAN

TIDAK PUAS

PENGADUAN

Gambar 5. Bagan Alir Tindak Lanjut Sanggahan


Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 33 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

c. Penyampaian Jawaban Sanggahan


Yang tidak kalah pentingnya dalam proses sanggahan adalah penyampaian
jawaban sanggahan kepada penawar yang mengajukan sanggahan. Jawaban
sanggahan harus dipastikan diterima oleh penawar yang mengajukan sanggahan
selama batas waktu yang tersedia. Bukti tanda terima jawaban sanggahan harus
menjadi rekaman sebagai alat bukti bagi Pokja ULP pada saat mengelola dokumen
pengadaan barang jasa khususnya pada tahap pemilihan penyedia barang jasa.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 34 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Gambar 6. Proses Melakukan Sanggahan bagi Penyedia Barang/Jasa

Gambar 6. Screenshoot Jawaban Sanggahan Pokja ULP

Berikut ini adalah contoh sanggahan dan jawaban sanggahan dalam Pekerjaan
Konstruksi.
Sumber:https://eproc.pu.go.id/publik/eproc2013/fulleprocv40/info_lelangsanggah.asp?ti
d=10&id=%7BBAF75B24-8646-45AD-9E7D-1FCBD7A7B00D%7D

Pengumuman Pelelangan
Daftar Penyanggah
Paket Pekerjaan "001. Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6
- BL.11"
Nama Unit Kerja : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Nama Satuan Kerja : PPK Irigasi dan Rawa I
Nama Sub Satuan
Kerja : PPK Irigasi dan Rawa II
Bidang Pekerjaan : PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 35 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

No. 1
Nama Perusahaan : WIDYA PRATAMA PERKASA, PT
Sanggahan :
Waktu Sanggah : 4/Mar/2013 15:36:34 WIB (waktu server)

Kepada Yth,
Panitia Pengadaan Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa
Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) Sumatera
VIII Prop. Sumsel
Di
Tempat

Sehubungan dengan proses lelang yang diadakan di BBWSS VIII


untuk pekerjaan Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air
Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6 - BL.11.

Dengan ini kami menyampaikan sanggahan atas proses lelang


tersebut sbb

1.Mengacu pada dokumen lelang yang menyebutkan dasar-dasar


peraturan yang mengikat pelelangan ini, maka kami
menyampaikan keberatan atas pengumuman pemenang pelelangan
yang menetapkan perusahaan PT. Purna Arena Yudha sebagai
pemenang lelang yang merupakan perusahaan dengan urutan
hasil tawaran peringkat ke-12 (dua belas), sedang kami di
peringkat ke 7 (tujuh).

2.Kami merasa tidak ada dasar bagi panitia untuk


menggugurkan perusahaan kami pada pelelangan ini, dan
perusahaan kami telah dipanggil untuk diminta klarifikasi
berdasarkan undangan dari panitia no 01.3/UND-KLA/PAN.PJPA-
IRIGASI SUMSEL
File Pendukung Sanggah : 1
Jawaban :
Waktu Jawab : 5/Mar/2013 16:53:34 WIB (waktu server)

Kepada
PT. Widya Pratama Perkasa
Di
Tempat

Perihal Jawaban Sanggahan

Sehubungan dengan Sanggahan dari PT. Widya Pratama Perkasa


untuk paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air
Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6 BL.11, dengan ini
kami sampaikan jawaban atas sanggahan tersebut bahwa
-Pada evaluasi administrasi dokumen penawaran PT. Widya
Pratama Perkasa dinyatakan lulus, tetapi pada pembuktian
verifikasi dan klarifikasi (Surat Undangan No 01.3/UND-
KLA/PAN.PJPA-IRIGASI SUMSEL) untuk Sertifikat Badan Usaha
(SBU) PT. Widya Pratama Perkasa yang telah diperpanjang dan
ditetapkan pada tanggal 15 Februari 2012 tetapi tidak
mengacu pada Surat Edaran Menteri PU No 09/SE/M/2011
tanggal 03 Oktober 2011 Perihal Pelaksanaan Pengadaan
Konstruksi dan Jasa Konsultasi Serta Kualifikasi Penyedia
Jasa Konstruksi, point 3 (b) yaitu SBU/SKA/SKT yang baru
dan perpanjangan yang habis masa berlakunya setelah tanggal
30 September 2011, diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 92
tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah No.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 36 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

28 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi yang


dikukuhkan oleh Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 10
Agustus 2011 dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No. 223/KPTS/M/2011.
-Pada saat pembuktian verifikasi dan klarifikasi,
Sertifikat Keterampilan (SKT) atas nama Febriyanto (untuk
Surveyor) tidak sesuai dengan SKT yang diminta pada LDP
(SKT Juru Ukur) yaitu SKT Teknis Perhitungan Kuantitas PSDA
serta SKT tidak tercantum foto atas nama yang bersangkutan.

-Pada saat pembuktian verifikasi dan klarifikasi, tidak


menunjukkan ijazas asli untuk personil dengan jabatan
Supervisor dan Cad Operator seperti yang diminta panitia
(Surat Undangan No 01.3/UND-KLA/PAN.PJPA-IRIGASI SUMSEL),
dimana PT. Widya Pratama Perkasa sendiri menandatangani dan
setuju atas hasil verifikasi dan klarifikasi tersebut.

Palembang, 05 Maret 2013


Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Ketua,
File Pendukung Jawaban : 1
No. 2
Nama Perusahaan : PT. KARYA SARANA SEJAHTERA ABADI
Sanggahan :
Waktu Sanggah : 8/Mar/2013 11:0:52 WIB (waktu server)

Nomor015/KSSA/III/2013 Palembang, 8 Maret 2013


Lampiran -
Perihal Sanggahan.

Kepada Yth,
Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Di Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA)
Sumatera VIII
Provinsi Sumsel
Jl. Soekarno Hatta No. 869 RT 12 Kelurahan Talang Kelapa
Kec. Alang-Alang Lebar
Palembang 30154
di-
Palembang.

Sehubungan dengan pengumuman pemenang pelelangan Paket


Pekerjaan Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air Lakitan
(1.292 Ha) pada Sal.Sadap BL.6 BL.11 pada SNVT Pelaksanaan
Jaringan Pemanfaatan Air Sumatera VIII tanggal 1 Maret
2013, yang menetapkan PT. PURNA ARENA YUDHA, sebagai
pemenang pelelangan dengan penawaran sebesar Rp.
11.432.030.000,- Kami PT. KARYA SARANA SEJAHTERA ABADI
dengan penawaran sebesar Rp. 9.683.111.000.- Gugur
Kualifikasi, untuk ini kami keberatan digugurkan dan dengan
ini kami mengajukan sanggahan, karena dokumen kualifikasi
yang kami sampaikan sudah sesuai dengan persyaratan dokumen
lelang.

Demikian kami sampaikan atas perkenan d


File Pendukung Sanggah : 1
Jawaban :
Waktu Jawab : 11/Mar/2013 14:12:52 WIB (waktu server)

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 37 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Kepada
PT. Karya Sarana Sejahtera Abadi
Di
Tempat

Perihal Jawaban Sanggahan

Sehubungan dengan Sanggahan dari PT. Karya Sarana Sejahtera


Abadi untuk paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan Tersier
D.I Air Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6 BL.11,
dengan ini kami sampaikan jawaban atas sanggahan tersebut
bahwa
a.PT. Karya Sarana Sejahtera Abadi dinyatakan gugur
dikarenakan
1.Bentuk Surat Penawaran tidak sama dengan Surat Penawaran
yang diminta Pokja dalam Adendum Dokumen Pengadaan
(01.1/ADD-DP/PAN.IRIGASI RAWA II/Ah/2013 tanggal 09
Januari 2013) dan terdapat kesalahan yang sama antara Surat
Pernyataan yang disampaikan PT. Karya Sarana Sejahtera
Abadi dan PT. Ashfri Putralora.
2.Tidak melampirkan Surat Pernyataan Tidak Membuat Tuntutan
Ganti Rugi/Klaim serta Surat Pernyataan Kinerja Baik dan
Tidak Masuk Daftar Sanksi/Daftar Hitam baik pada Dokumen
Penawaran yang diupload maupun Dokumen Asli yang
ditunjukkan pada Pembuktian Verifikasi dan Klarifikasi,
dimana persyaratan tersebut telah diupload oleh Pokja pada
Adendum Dokumen Pengadaan No 01.1/ADD-DP/PAN.IRIGASI RAWA
II/Ah/2013 tanggal 09 Januari 2013
-Point K . BENTUK SURAT PERNYATAAN TIDAK MEMBUAT TUNTUTAN
GANTI RUGI/KLAIM
-Point L. BENTUK SURAT PERNYATAAN KINERJA BAIK DAN TIDAK
MASUK DAFTAR SANKSI/ DAFTAR HITAM
3.Sesuai dengan Dokumen Pengadaan BAB III INSTRUKSI KEPADA
PESERTA (IKP)
-Point 9. Isi Dokumen Pengadaan
9.4 Peserta berkewajiban memeriksa keseluruhan isi
Dokumen Pengadaan. Kelalaian menyampaikan Dokumen Penawaran
yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan sepenuhnya resiko peserta.

-Point 12. Perubahan Dokumen Pengadaan


12.1 Setelah Pemberian Penjelasan dan sebelum
batas akhir waktu pemasukan penawaran, Pokja ULP
dapat menetapkan Adendum Dokumen Pengadaan, berdasarkan
informasi baru yang mempengaruhi substansi Dokumen
Pengadaan.
12.2 Setiap Adendum yang ditetapkan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Pengadaan.
12.4 Peserta dapat mengambil salinan Adendum Dokumen
Pengadaan (apabila ada) yang disediakan oleh Pokja ULP atau
mengunduhnya (download) melalui website www. pu.go.id
sistem Full e-Procurement, sebagaimana tercantum dalam LDP.

Palembang, 11 Maret 2013


Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Ketua,
File Pendukung Jawaban : 1
No. 3
Nama Perusahaan : PT. ASHFRI PUTRALORA

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 38 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Sanggahan :
Waktu Sanggah : 8/Mar/2013 11:41:52 WIB (waktu server)

Nomor 019/SGH-SS/APL/III/2013 Palembang, 08 Maret 2013


Lampiran -
Perihal Sanggahan Pengumuman Pemenang.

Kepada Yth,
Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Di Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA)
Sumatera VIII
Provinsi Sumsel
di-
Palembang.

Sesuai dengan hasil pengumuman pemenang pelelangan oleh


Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa di Bidang
Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) Sumatera VIII
pada tanggal 01 Maret 2013 Paket Pekerjaan Pembangunan
Jaringan Tersier D.I Air Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap
BL.6 BL.11. dimana PT. PURNA ARENA YUDHA, sebagai pemenang
pelelangan dengan penawaran koreksi arimatik sebesar Rp.
11.432.030.000,- dan kami dari PT. ASHFRI PUTRALORA dengan
penawaran sebesar Rp. 10.276.968.000.- yang mana kami
dinyatakan gugur pada kualifikasi dan sudah dijelaskan oleh
Pokja dikarenakan tidak menyampaikan Surat Pernyataan
Kinerja Baik dan Tidak Masuk Daftar Sanksi/Daftar Hitam dan
Surat Pernyataan Tidak Membuat Tuntutan G
File Pendukung Sanggah : 1
Jawaban :
Waktu Jawab : 11/Mar/2013 14:12:52 WIB (waktu server)

Kepada
PT. Ashfri Putralora
Di
Tempat

Perihal Jawaban Sanggahan

Sehubungan dengan Sanggahan dari PT. Ashfri Putralora untuk


paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air
Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6 BL.11, dengan ini
kami sampaikan jawaban atas sanggahan tersebut bahwa
a.PT. Ashfri Putralora dinyatakan gugur dikarenakan
1.Bentuk Surat Penawaran tidak sama dengan Surat Penawaran
yang diminta Pokja dalam Adendum Dokumen Pengadaan
(01.1/ADD-DP/PAN.IRIGASI RAWA II/Ah/2013 tanggal 09
Januari 2013) dan terdapat kesalahan yang sama antara Surat
Pernyataan yang disampaikan PT. Ashfri Putralora dan PT.
Karya Sarana Sejahtera Abadi.
2. Tidak melampirkan Surat Pernyataan Tidak Membuat
Tuntutan Ganti Rugi/Klaim serta Surat Pernyataan Kinerja
Baik dan Tidak Masuk Daftar Sanksi/Daftar Hitam baik pada
Dokumen Penawaran yang diupload maupun Dokumen Asli yang
ditunjukkan pada Pembuktian Verifikasi dan Klarifikasi,
dimana persyaratan tersebut telah diupload oleh Pokja pada
Adendum Dokumen Pengadaan No 01.1/ADD-DP/PAN.IRIGASI RAWA
II/Ah/2013 tanggal 09 Januari 2013
-Point K . BENTUK SURAT PERNYATAAN TIDAK MEMBUAT TUNTUTAN
GANTI RUGI/KLAIM
-Point L. BENTUK SURAT PERNYATAAN KINERJA BAIK DAN TIDAK
MASUK DAFTAR SANKSI/ DAFTAR HITAM
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 39 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

3.Sesuai dengan Dokumen Pengadaan BAB III INSTRUKSI KEPADA


PESERTA (IKP)
-Point 9. Isi Dokumen Pengadaan
9.4 Peserta berkewajiban memeriksa keseluruhan isi
Dokumen Pengadaan. Kelalaian menyampaikan Dokumen Penawaran
yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan sepenuhnya resiko peserta.

-Point 12. Perubahan Dokumen Pengadaan


12.1 Setelah Pemberian Penjelasan dan sebelum
batas akhir waktu pemasukan penawaran, Pokja ULP
dapat menetapkan Adendum Dokumen Pengadaan, berdasarkan
informasi baru yang mempengaruhi substansi Dokumen
Pengadaan.
12.2 Setiap Adendum yang ditetapkan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen Pengadaan.
12.4 Peserta dapat mengambil salinan Adendum Dokumen
Pengadaan (apabila ada) yang disediakan oleh Pokja ULP atau
mengunduhnya (download) melalui website www. pu.go.id
sistem Full e-Procurement, sebagaimana tercantum dalam LDP.

Palembang, 11 Maret 2013


Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Ketua,
File Pendukung Jawaban : 1
No. 4
Nama Perusahaan : CITRA MANDIRI ABADI. PT
Sanggahan :
Waktu Sanggah : 8/Mar/2013 13:56:52 WIB (waktu server)

Kepada Yth,
Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Di Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA)
Sumatera VIII Prop. Sumsel
Di
Tempat

Sehubungan dengan proses lelang yang diadakan di BBWSS VIII


untuk pekerjaan Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air
Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6 - BL.11.

Dengan ini kami menyampaikan sanggahan atas proses lelang


tersebut sbb
1. Mengacu kepada Pengumuman pelelangan pada Point 2.a
mengenai persyaratan peserta dan LDK point B.3 persyaratan
kualifikasi, SBU Perusahaan kami memenuhi apa yang menjadi
ketentuan dalam dokumen pelelangan dari POKJA tersebut
diatas.
2. Pada saat proses klarifikasi dan verifikasi (undangan
POKJA No. 01.1/UND-KLA/PAN.PJPA/IRIGASI SUMSEL/2013 Tanggal
05 Februari) menurut hemat kami dokumen penawaran dan
kualifikasi kami telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam dokumen pengadaan dan dituangkan dalam Berita Acara
yang telah kami tanda tangani bersama dengan Pokja.
File Pendukung Sanggah : 0
Jawaban :
Waktu Jawab : 11/Mar/2013 14:12:52 WIB (waktu server)

Kepada
PT. Citra Mandiri Abadi
Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 40 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Di
Tempat

Perihal Jawaban Sanggahan

Sehubungan dengan Sanggahan dari PT. Citra Mandiri Abadi


untuk paket Pekerjaan Pembangunan Jaringan Tersier D.I Air
Lakitan (1.292 Ha) pada Sal. Sadap BL.6 BL.11, dengan ini
kami sampaikan jawaban atas sanggahan tersebut bahwa
-Pada evaluasi administrasi dokumen penawaran PT. Citra
Mandiri Abadi dinyatakan lulus, tetapi pada pembuktian
verifikasi dan klarifikasi (Surat Undangan No 01.1/UND-
KLA/PAN.PJPA-IRIGASI SUMSEL) untuk Sertifikat Badan Usaha
(SBU) PT. Citra Mandiri Abadi yang telah diperpanjang dan
ditetapkan pada tanggal 30 Juni 2012 tetapi tidak mengacu
pada Surat Edaran Menteri PU No 09/SE/M/2011 tanggal 03
Oktober 2011 Perihal Pelaksanaan Pengadaan Konstruksi dan
Jasa Konsultasi Serta Kualifikasi Penyedia Jasa Konstruksi,
point 3 (b) yaitu SBU/SKA/SKT yang baru dan perpanjangan
yang habis masa berlakunya setelah tanggal 30 September
2011, diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 92 tahun 2010 tentang
Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah No. 28 tentang Usaha
dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi yang dikukuhkan oleh
Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 10 Agustus 2011 dengan
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 223/KPTS/M/2011.
Palembang, 11 Maret 2013
Kelompok Kerja Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Ketua,
File Pendukung Jawaban : 1

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 41 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

BAB IV
PROSEDUR PENANGANAN PENGADUAN

1. Definisi Pengaduan
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) Pasal 1 mendefinisikan bahwa
pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada
pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak
pidana aduan yang merugikannya .
Pengertian di atas memang dikhususkan untuk hukum pidana, akan tetapi dari definisi
tersebut di atas dapat diambil pengertian secara umum perihal pengertian pengaduan yang
merupakan sebuah tindakan pemberitahuan dari pihak yang berkepentingan dan merasa
dirugikan kepada pejabat yang berwenang atas sebuah peristiwa hukum dengan maksud supaya
pejabat berwenang yang dimaksud dapat menindaklanjuti peristiwa hukum tersebut.
Pada Perka LKPP No. 11 tahun 2014 tentang Whistleblowing System Pengadaan Barang
Jasa Pemerintah, pengaduan didefinisikan sebagai berikut:
Pengaduan adalah proses penyampaian informasi yang disampaikan oleh Whistlelower
sehubungan dengan adanya indikasi pelanggaran dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) No. 05 tahun 2009
menyatakan pengaduan masyarakat sebagai bentuk penerapan dari pengawasan masyarakat
yang disampaikan oleh masyarakat kepada Aparatur Pemerintah terkait, berupa sumbangan
pikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang bersifat membangun.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengaduan pada pengadaan barang jasa pemerintah
merupakan sebuah tindakan penyampaian informasi atau pemberitahuan dari pihak yang
berkepentingan dan merasa dirugikan sehubungan dengan adanya indikasi pelanggaran dalam
proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

2. Pihak yang Terkait Proses Pengaduan


Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pihak yang dapat
atau berhak membuat pengaduan adalah pihak yang berkepentingan. Pihak yang
berkepentingan ini biasanya adalah pihak yang merasa dirugikan atas keputusan atau peristiwa
hukum yang terjadi.
Bagaimana dengan pihak luar yang tidak mengikuti pelelangan atau seleksi yang ikut
serta dalam konsep pengaduan ini? Pihak di luar yang mengikuti lelang/seleksi dapat ikut serta
dalam konsep pengaduan ini, yang disebut sebagai laporan pada KUHAP Pasal 1 ayat 24. Pada
ayat tersebut dinyatakan bahwa:

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 42 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak dan
kewajiban dalam undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang
atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
Merujuk pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pihak yang berhak membuat
laporan adalah pihak yang memiliki hak dan kewajiban secara hukum atau menurut undang-
undang. Pihak yang dimaksud adalah setiap warga masyarakat (dalam hal ini di luar pihak yang
berkepentingan pada pengaduan), ormas, organisasi politik, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan dapat juga dilakukan oleh instansi pemerintah.
Namun, pada proses lelang/seleksi pengadaan barang jasa pemerintah, apakah pihak di
luar penawar dapat memberikan pengaduan? Berdasarkan Perpres 54 tahun 2010 dinyatakan
bahwa:
Dalam hal Penyedia Barang/Jasa atau masyarakat menemukan indikasi penyimpangan
prosedur, KKN dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan/atau pelanggaran
persaingan yang sehat dapat mengajukan pengaduan atas proses pemilihan Penyedia
Barang/Jasa.
Berarti pengaduan atas proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dapat juga dilakukan oleh
pihak di luar peserta penawaran, yaitu masyarakat. Hal ini juga dikuatkan oleh beberapa klausa
pada Perpres 54 tahun 2010 beserta perubahannya yang menyebutkan bahwa proses pemilihan
barang jasa dapat dinyatakan gagal jika pengaduan masyarakat adanya dugaan KKN yang
melibatkan Kelompok Kerja ULP atau PPK atau KPA atau ternyata benar .
Pengaduan oleh masyarakat pada proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa pengadaan
barang jasa pemerintah merupakan merupakan bagian peran masyarakat atas Penyelenggara
Negara, yang dalam hal ini adalah PA atau KPA, atau PPK, atau Pokja ULP. Peran masyarakat
dalam pemberian masukan atau pengaduan terkait Penyelenggaraan Negara diatur dalam
Peraturan Pemerintah 68 tahun 1999 Pasal 2 ayat (1) huruf a dengan bunyi sebagai berikut:
Peran serta masyarakat dalam penyelenggara negara untuk mewujudkan Penyelenggara
Negara yang bersih dilaksanakan dalam bentuk hak mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi mengenai penyelenggaraan negara;
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat dalam
berperan serta memberikan pengaduan atas proses pemilihan penyedia barang jasa atau bahkan
seluruh proses pengadaan barang jasa dan dilindungi secara hukum.
Berdasarkan penjelasan di atas berarti pihak-pihak yang dapat melakukan pengaduan
proses pengadaan barang jasa pemerintah adalah:
• Pihak yang berkepentingan atau merasa dirugikan terhadap keputusan hasil lelang/seleksi
• Organisasi masyarakat

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 43 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

• Organisasi politik
• LSM
• Instansi pemerintah

3. Melakukan Pengaduan
Hasil dan proses pengadaan barang jasa pada instansi pemerintah merupakan bagian
dari pelayanan publik pada instansi tersebut. Pelayanan publik bisa saja tidak memuaskan satu
atau lebih pihak atau mungkin pihak tersebut merasa dirugikan atas pelayanan publik tersebut.
Oleh karena itu, sering dijumpai keluhan, pengaduan atau laporan perihal pemilihan penyedia
barang jasa atau proses selain pemilihan dari keseluruhan proses pengadaan seperti pada proses
pelaksanaan kontrak.
Pengaduan perihal pelayanan publik pada instansi pemerintah atau pengaduan perihal
penyelenggaraan negara termasuk proses pengadaan barang jasa pemerintah diatur oleh
undang-undang. Beberapa dasar hukum yang perlu diperhatikan ketika membuat pengaduan,
yaitu:
• UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
• PP No. 96 tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 25 tahun 2009
• PP No. 68 tahun 199 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Negara
• Peraturan Menteri PAN No. 05 tahun 2009 tentang Pedoman Umum Penanganan
Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah
Berdasarkan PP No. 68 tahun 1999, cara melakukan pengaduan dapat dilakukan secara
tertulis kepada instansi pemerintah terkait atau institusi pemeriksa pada instansi pemerintah
tersebut atau sering disebut APIP (Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah). Pengaduan juga
harus berisi data yang jelas sekurang-kurangnya mengenai:
a. Nama dan alamat pemberi informasi dengan melampirkan fotokopi KTP atau identitas diri
lainnya
b. Keterangan mengenai fakta dan tempat kejadian yang diinformasikan
c. Dokumen atau keterangan lain yang dapat dijadikan alat bukti.
Perihal pengaduan pada pengadaan barang jasa, Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010
menyatakan bahwa:
(1) Dalam hal Penyedia Barang/Jasa atau masyarakat menemukan indikasi penyimpangan
prosedur, KKN dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan/atau
pelanggaran persaingan yang sehat dapat mengajukan pengaduan atas proses pemilihan
Penyedia Barang/Jasa.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 44 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditujukan kepada APIP K/L/D/I yang
bersangkutan dan/atau LKPP, disertai bukti-bukti kuat yang terkait langsung dengan materi
pengaduan.
Pengaduan masyarakat atau penyanggah yang tidak puas atas jawaban sanggahan dapat
disampaikan ke Aparat Pemeriksa Internal Pemerintah pada instansi terkait, yang merupakan
unit kerja instansi terkait yang berwenang menangani pengaduan masyarakat. Pengaduan dapat
dilakukan secara langsung, tertulis/surat, melalui media elektronik atau melalui media cetak.
APIP selanjutnya harus menindaklanjuti pengaduan yang dianggap beralasan.

Masukan atau pengaduan masyarakat dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:


a. Sumbangan pikiran, gagasan serta saran yang bersifat membangun
b. Kinerja pelayanan
c. Dugaan adanya tindak pidana umum
d. Dugaan adanya tindak korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
e. Permasalahan yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial dan lingkungan
f. Penyimpangan yang menimbulkan kerugian negara

Sedangkan masukan atau pengaduan perihal pengadaan barang jasa adalah terkait
dengan ditemukannya indikasi hal-hal sebagai berikut:
a. Penyimpangan prosedur pengadaan barang jasa pemerintah
b. Korupsi, kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan pengadaan barang jasa
c. Pelanggaran persaingan yang sehat
d. Pengelolaan Penanganan Pengaduan
e. Dasar Pengelolaan Pengaduan

Pengadaan barang jasa harus dijalankan dengan tata nilai yang berlaku. Pengadaan
barang jasa pemerintah mempunyai tata nilai prinsip, etika dan kebijakan yang telah ditetapkan.
Salah satu prinsip pada proses pengadaan barang jasa pemerintah adalah terbuka, transparan
dan akuntabel. Transparan yang dimaksud adalah semua elemen masyarakat dapat dengan
mudah mendapatkan informasi yang terkait pada proses pengadaan barang jasa tersebut.
Sedangkan akuntabel yang dimaksudkan sebagai segala sesuatu keputusan atau kebijakan yang
diambil pada proses pengadaan barang jasa tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
ditanggung gugat.
Perwujudan dari prinsip transparan dan akuntabel tersebut pada proses pengaduan
pengadaan barang jasa adalah terbuka dan memberikan ruang bagi masyarakat dan pihak lain

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 45 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

yang berkepentingan untuk mengetahui, menanyakan, menyampaikan keberatan/tuntutan/


pengaduan atau menyampaikan suatu hal yang dianggap menyebabkan masalah pada proses
pengadaan barang jasa tersebut. Untuk menyampaikan perihal pengaduan tersebut maka
instansi pemerintah, seperti yang disampaikan terdahulu, wajib untuk melakukan pengelolaan
pengaduan masyarakat.
Pengelolaan pengaduan adalah proses kegiatan menampung, mencatat, menelaah,
menyalurkan, mengonfirmasi, mengklarifikasi, memberikan alternatif solusi,
mendokumentasikan, dan mensosialisasikan hasil pengelolaan pengaduan ke masyarakat.

b. Tujuan Pengelolaan Pengaduan


Tujuan adanya pengelolaan pengaduan adalah agar masalah yang terdapat pada
pengaduan, masalah yang dialami, dirasakan atau dihadapi masyarakat, dapat segera dicarikan
alternatif solusi terbaiknya bagi semua pihak yang terkait.

c. Fungsi Pengaduan
Hasil pengaduan dapat berfungsi untuk:
1) Menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam membangun kontrol sosial yang sehat
terhadap jalannya pemerintahan.
2) Menjadi satu tolak ukur (barometer) kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur
pemerintah
3) Membangun Citra aparatur pemerintah yang beretika, bermoral, profesional, transparan dan
bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
4) Memperbaiki dan mengefektifkan sistem pengendalian intern termasuk pengawasan
fungsional, khususnya bidang pelayanan masyarakat dan pencegahan KKN.
5) Menumbuhkan kepekaan dan mengefektifkan fungsi manajerial terutama dalam
memperbaiki kebijakan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan laporan
pertanggungjawaban di semua jenjang birokrasi pemerintah.
6) Menegakkan hukum dan keadilan secara tertib, proporsional dan demokratis.

d. Asas-Asas Pelaksanaan Pengelolaan Pengaduan


Asas-asas yang terdapat pada pelaksanaan pengaduan adalah:
1) Kepastian Hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam menangani pengaduan

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 46 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

2) Transparansi, yaitu membuka diri dan memberi kesempatan kepada masyarakat dalam
melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif terhadap penanganan pengaduan berdasarkan mekanisme dan prosedur yang
jelas.
3) Koordinasi, yaitu melaksanakan kerja sama yang baik antar pejabat pemerintah yang
berwenang dan aparatur pemerintah terkait berdasarkan mekanisme, tata kerja dan
prosedur yang berlaku.
4) Efektivitas dan efisiensi, yaitu tepat sasaran, hemat tenaga, waktu dan biaya
5) Akuntabilitas, yaitu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik proses
maupun tindak lanjutnya.
6) Objektivitas, yaitu berdasarkan fakta atau bukti tanpa dipengaruhi prasangka, interpretasi,
kepentingan pribadi, golongan ataupun kepentingan pihak tertentu.
7) Proporsionalitas, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan kewenangan
dengan tetap memperhatikan adanya kepentingan yang sah lainnya secara seimbang.
8) Kerahasiaan, yaitu menjaga kerahasiaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku, kecuali bila ada hak atau kewajiban atau hukum untuk mengungkapkan.

e. Ketentuan Pengelolaan Pengaduan


Secara umum setiap instansi pemerintah diwajibkan menyediakan sarana pengaduan dan
menugaskan pelaksana yang kompeten dalam pengelolaan pengaduan. Setiap instansi juga
diwajibkan untuk mengelola pengaduan dan menindaklanjuti hasil pengelolaan pengaduan.
Demikian juga halnya dengan nama dan alamat penanggung jawab pengelola pengaduan serta
sarana pengaduan yang disediakan, wajib diumumkan oleh instansi pemerintah.
Setiap penyelenggara pemerintahan wajib menyusun mekanisme pengelolaan pengaduan
dari penerima pelayanan dengan mengedepankan asas penyelesaian yang cepat dan tuntas.
Materi pengelolaan pengaduan sekurang-kurangnya meliputi:
a. Identitas pengadu
b. Prosedur pengelolaan pengaduan
c. Penentuan pelaksana yang mengelola pengaduan
d. Prioritas penyelesaian pengaduan
e. Pelaporan proses dan hasil pengelolaan pengaduan kepada atasan pelaksana
f. Rekomendasi pengelolaan pengaduan
g. Penyampaian hasil pengelolaan pengaduan kepada pihak terkait
h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduan
i. Dokumentasi dan statistik pengelolaan pengaduan

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 47 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

j. Pencantuman nama dan alamat penanggung jawab serta sarana pengaduan yang mudah
diakses
Pengaduan baik dari penyanggah yang tidak puas atas jawaban sanggahan atau dari
masyarakat seharusnya mudah untuk menyampaikannya. Untuk itu pengaduan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik secara langsung atau lisan dan tertulis. Demikian juga keberadaan
pengelola pengaduan juga harus diketahui masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pengaduan yang datang ke instansi terkait seharusnya ditindaklanjuti dan ditangani
dengan cepat, tepat dan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat, dan mekanisme penanganan
pengaduan harus jelas dan dapat dilaksanakan di semua lini.
Pengaduan masyarakat yang diterima oleh instansi pemerintah agar ditangani dengan
cepat, tepat dan tertib. Pengelolaan pengaduan meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Pencatatan
Pengaduan yang diterima secara langsung, tertulis dan melalui media elektronik atau media
cetak dilakukan pencatatan sebagai berikut:
a) Data Surat Pengaduan
1) Nomor dan tanggal agenda
2) Tanggal surat pengaduan
3) Kategori
4) Perihal
b) Identitas Pelapor
1) Nama
2) Alamat
3) Pekerjaan
4) Kabupaten/kota
5) Provinsi
6) Kategori Pelapor
c) Identitas Terlapor
1) Nama
2) NIP/NRP
3) Alamat
4) Jabatan
5) Instansi Terlapor
6) Kategori Instansi
d) Lokasi Kasus
1) Kabupaten/Kota

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 48 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

2) Provinsi
3) Negara

2) Penelaahan
Pengaduan yang telah dicatat kemudian ditelaah dan dikelompokkan berdasarkan jenis
penyimpangan. Jenis penyimpangan pada proses pengadaan barang jasa adalah:
• Penyimpangan prosedur pengadaan barang jasa
• Terdapat KKN dalam pelaksanaan pengadaan barang jasa
• Pelanggaran persaingan yang sehat pada proses pengadaan barang jasa
Langkah-langkah penelaahan materi pengaduan setidaknya meliputi kegiatan sebagai
berikut:
(a). Merumuskan inti masalah yang diadukan
(b). Menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang relevan
(c). Meneliti dokumen dan/atau informasi yang pernah ada dalam kaitannya dengan materi
pengaduan yang diterima
(d). Menetapkan hasil penelaahan pengaduan untuk proses penanganan selanjutnya

3) Penyaluran
Penyaluran adalah kegiatan instansi penerima pengaduan untuk meneruskan pengaduan
tersebut kepada instansi yang berwenang melakukan penanganan, tindakan korektif dan
tindakan hukum lainnya sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi serta kewenangannya
berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku.

4) Pengarsipan
Penataan dokumen atau pengarsipan yang baik dimaksudkan untuk menyimpan dokumen
dengan aman dan mempermudah serta mempercepat pencarian dokumen pengaduan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Penyimpanan dokumen diatur berdasarkan klasifikasi jenis masalah,
instansi/unit kerja terlapor serta urutan waktu pengaduan, yang penyimpanannya disesuaikan
dengan sarana dan prasarana yang berdasarkan prosedur pengarsipan yang berlaku.

5. Pembuktian Pengaduan
a. Pemeriksaan
1) Telaah Lanjutan

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 49 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

Telaah lanjutan adalah melakukan hal-hal sebagai berikut:


a) Mempelajari dan merumuskan permasalahan
b) Pemaparan hasil rumusan kepada pimpinan instansi untuk kasus-kasus yang signifikan
c) Merumuskan bahwa pengaduan sudah mengarah kepada adanya pelanggaran terhadap
peraturan yang berlaku
2) Konfirmasi
Pada tahap konfirmasi yang dilakukan adalah:
a) Mengidentifikasi terlapor
b) Mencari informasi tambahan dari sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan yang
diadukan sebagai bahan pendukung
3) Klarifikasi
Kegiatan klarifikasi hal-hal sebagai berikut:
a) Meminta penjelasan baik lisan atau tertulis kepada pihak-pihak terkait dengan
permasalahan yang diadukan
b) Melakukan penilaian terhadap permasalahan yang diadukan dengan mengacu kepada
peraturan perundangan yang berlaku
c) Meminta dokumen pendukung atas penjelasan yang telah disampaikan kepada pihak-
pihak yang dimintakan penjelasan

b. Waktu Penyelesaian
Penanganan pengaduan harus dapat diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 90
(sembilan puluh) hari setelah surat pengaduan diterima instansi yang menangani, kecuali ada
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Pelaporan
1) Laporan hasil pemeriksaan disusun secara sistematik, singkat, jela dan dapat
dipertanggungjawabkan serta memuat kesimpulan dari hasil telaah lanjutan, konfirmasi
dan klarifikasi, pemeriksaan dengan data pendukung serta saran tindak lanjut
2) Hasil pemeriksaan atas pengaduan yang disalurkan oleh suatu instansi pemerintah harus
dilaporkan kepada pimpinan instansi yang menyalurkan
3) Laporan hasil pemeriksaan atas pengaduan yang menyangkut kerugian negara/daerah
paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) wajib disampaikan kepada
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
4) Hasil pemeriksaan pengaduan segera disampaikan oleh instansi pemeriksa kepada:

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 50 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

a) Pimpinan instansi terlapor


b) Pimpinan instansi penerima pengaduan
5) APIP Pusat dan Daerah yang menangani pengaduan wajib melaporkan perkembangan
penanganannya secara berkala kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

6. Tindak Lanjut Pengaduan


a. Laporan hasil penanganan pengaduan agar ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang
berlaku berupa:
1) Tindakan administratif
2) Tindakan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi
3) Tindakan gugatan perdata
4) Tindakan pengaduan perbuatan pidana
5) Tindakan penyempurnaan manajemen instansi yang bersangkutan

b. Terhadap pelapor
Pimpinan instansi atau pejabat yang diberi wewenang dapat menyampaikan jawaban pengaduan
atau hasil informasi hasil pemeriksaan pengaduan kepada pelapor
c. Terhadap terlapor
1) Apabila hasil pemeriksaan tidak terbukti kebenarannya, pimpinan instansi atau pejabat
yang diberi wewenang segera mengembalikan nama baik terlapor
2) Apabila hasil pemeriksaan terbukti kebenarannya, pimpinan instansi atau pejabat yang
diberi wewenang segera mengambil tindakan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
d. Terhadap hasil pemeriksaan
1) Apabila pelapor merasa tidak puas terhadap hasil pemeriksaan dan menyampaikan
pengaduan kembali disertai dengan bukti pendukung yang memadai, pimpinan instansi atau
pejabat yang diberi wewenang perlu mengadakan pengkajian ulang terhadap hasil pemeriksaan
2) Terhadap hasil pemeriksaan yang dianggap kurang memadai atau tidak sesuai dengan
kondisi dan fakta sebenarnya, maka instansi lain terkait yang berhak menerima laporan atas hasil
tindak lanjut penanganan pengaduan dapat melakukan verifikasi atas hasil pemeriksaan
tersebut.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 51 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

PENGADUAN

Pencatatan

TAHAP
Indikasi Masalah/ Identifikasi PENGUMPULAN
Salah Informasi
Penyimpangan Masalah INFORMASI

Masalah/
Pencarian Fakta Penyimpangan TIDAK
Benar?

YA

Analisis Masalah

Fasilitasi TAHAP
Penanganan PENANGANAN
TIDAK

Selesai?

YA

Umpan Balik/Jawaban TAHAP


ke Pengadu/Pelapor DOKUMENTASI

Gambar 6. Bagan Alir Penanganan Pengaduan

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 52 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Pengadaan Barang/Jasa

KESIMPULAN

Sebagai bagian dari prosedur check and balance, mekanisme proses sanggahan
dan sanggah banding pada pengadaan barang jasa sektor publik sangatlah penting.
Begitu juga untuk pengadaan pada sektor swasta tentunya tetap dibutuhkan check
and balance dengan ketentuan yang diatur sesuai dengan kebijakan perusahaan
masing-masing.
Setiap sektor tetap mempertahankan prinsip efektif dalam proses pengadaannya,
oleh karenanya mekanisme protes baik melalui mekanisme sanggahan dan debriefing
harus dikelola dengan baik sehingga tidak memakan waktu dan tepat sasaran.
Sanggahan atau permintaan penjelasan oleh penawar dikelola dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Inventarisasi surat sanggahan
2. Penyusunan jawaban sanggahan, yang terdiri dari:
a. Penelaahan/pengkajian materi sanggahan
b. Penyusunan jawaban materi sanggahan
c. Penyampaian jawaban materi sanggahan
3. Sanggahan yang tidak sesuai ketentuan atau ketidakpuasan terhadap jawaban
sanggahan, dianggap sebagai pengaduan. Sehingga pengelolaannya dilakukan
dengan mekanisme pengelolaan pengaduan.

Judul Modul: Mengelola Sanggahan Peserta Pemilihan Penyedia B/J Halaman: 53 dari 53
Buku Informasi Versi: April 2016

Anda mungkin juga menyukai