Anda di halaman 1dari 64

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEJAKSAAN AGUNG

Yth.
1. Kepala Kejaksaan Tinggi;
2. Kepala Kejaksaan Negeri; dan
3. Kepala Cabang Kejaksaan Negeri.

SURAT EDARAN
NOMOR: 01/E/EJP/09/2021
TENTANG
REKOMENDASI RAPAT KERJA TEKNIS
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG TINDAK PIDANA UMUM TAHUN 2021

1. Latar Belakang
Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum setiap tahun
menyelenggarakan Rapat Kerja Teknis untuk menginventarisasi dan
membahas permasalahan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi bidang
tindak pidana umum, khususnya dalam penanganan perkara tindak
pidana umum. Dalam Rapat Kerja Teknis juga dirumuskan kesimpulan
dan rekomendasi untuk memecahkan permasalahan dimaksud.
Untuk keperluan sosialisasi, konsolidasi, percepatan, dan penyeragaman
dalam pelaksanaan rekomendasi Rapat Kerja Teknis Jaksa Agung Muda
Bidang Tindak Pidana Umum Tahun 2021, dipandang perlu untuk
menetapkan Surat Edaran.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai pemberitahuan dan acuan
bagi pimpinan satuan kerja dan pegawai Kejaksaan Republik
Indonesia terkait rekomendasi yang dihasilkan dalam Rapat Kerja
Teknis Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum Tahun 2021.
b. Tujuan
Surat Edaran ini bertujuan untuk optimalisasi dalam sosialisasi,
konsolidasi, percepatan, dan penyeragaman dalam pelaksanaan
-2-

rekomendasi Rapat Kerja Teknis Jaksa Agung Muda Bidang Tindak


Pidana Umum Tahun 2021.

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi rekomendasi Rapat Kerja Teknis
Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum Tahun 2021 terkait:
a. permasalahan penanganan perkara tahap prapenuntutan,
penuntutan dan pelaksanaan putusan; dan
b. standar prosedur operasional penghentian penuntutan berdasarkan
keadilan restoratif.

4. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401);
b. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 67);
c. Peraturan Jaksa Agung Nomor: PER-006/A/JA/07/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1069) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kejaksaan
Nomor 1 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Jaksa
Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 443).

5. Isi Edaran
Rekomendasi atas permasalahan dalam penanganan perkara tindak
pidana umum yang dihasilkan dalam Rapat Kerja Teknis Jaksa Agung
Muda Bidang Tindak Pidana Umum Tahun 2021 terkait:
a. permasalahan penanganan perkara tahap prapenuntutan,
penuntutan dan pelaksanaan putusan tercantum dalam Lampiran I;
dan
-3-

b. standar prosedur operasional penghentian penuntutan berdasarkan


keadilan restoratif tercantum dalam Lampiran II;
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

6. Penutup
a. Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
b. Surat Edaran ini dibuat untuk dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh dan penuh tanggung jawab.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 02 September 2021

a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,

FADIL ZUMHANA

Tembusan:
1. Yth Jaksa Agung Republik Indonesia;
2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;
3. Yth. Jaksa Agung Muda;
4. Yth. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan;
5. Yth. Staf Ahli Jaksa Agung Republik
6. Arsip.
LAMPIRAN I
SURAT EDARAN
NOMOR: 01/E/EJP/09/2021
TENTANG
REKOMENDASI RAPAT KERJA TEKNIS
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG TINDAK PIDANA
UMUM TAHUN 2021

Penanganan Perkara Tahap Prapenuntutan, Penuntutan, dan


Pelaksanaan Putusan

I. Prapenuntutan
1. Bagaimana mengatasi persoalan teknis terkait SPDP yang tidak
ditindaklanjuti?
Jawaban
a. pemantauan perkembangan penyidikan dilakukan dalam waktu paling
lama 90 (sembilan puluh) hari dengan memperhatikan masing-masing
bobot penanganan perkara (vide petunjuk penggunaan formulir
administrasi tindak pidana umum permintaan perkembangan hasil
penyidikan (P-17) yang diatur dalam Keputusan Jaksa Agung Nomor:
KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung
Nomor: KEP-132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak
Pidana dan SOP 02.A/Pratut Pembuatan Konsep Permintaan
Perkembangan Hasil Penyidikan dan SOP 02.B/Pratut Pembuatan
Konsep Surat Pengembalian SPDP karena Hasil Penyidikan Belum
Diterima dalam Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-249 Tahun
2020 tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan
Kejaksaan Republik Indonesia tanggal 3 Desember 2020).
b. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan untuk
memberi kesempatan bagi Penyidik untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya (vide pasal 1 angka 2 KUHAP).
c. Ketentuan pemantauan perkembangan penyidikan dilakukan dalam
waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
i. apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
SPDP Penyidik belum menyerahkan berkas perkara tahap I,
Penuntut Umum membuat Surat Permintaan Perkembangan
Penyidikan (P-17) pertama kepada Penyidik untuk
-2-

menyerahkan berkas perkara dalam jangka waktu paling lama


30 (tiga puluh hari);
ii. apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya P-
17 pertama, Penyidik tidak juga menindaklanjuti dengan
pengiriman berkas perkara maka Penuntut Umum kembali
mengirimkan surat permintaan perkembangan hasil
penyidikan yang kedua;
iii. apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
surat permintaan kembali perkembangan hasil penyidikan
yang kedua, Penyidik masih tidak menindaklanjuti dengan
pengiriman berkas perkara maka Penuntut Umum
mengembalikan SPDP kepada Penyidik melalui mekanisme
surat keluar biasa dengan mencantumkan catatan bahwa
apabila Penyidik menyerahkan berkas perkara setelah SPDP
dikembalikan, agar didahului dengan pengiriman SPDP yang
sudah dikembalikan, dengan surat pengantar yang baru.
d. pengembalian SPDP sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka iii
menimbulkan konsekuensi yuridis dan administratif sebagai berikut:
i. penutupan perkara secara administratif dilakukan untuk
mencegah tunggakan perkara di Kejaksaan dengan mencoret
catatan register pada Register Penerimaan SPDP dengan
memberi keterangan bahwa SPDP telah dikembalikan kepada
Penyidik;
ii. pencoretan SPDP dalam Register Penerimaan SPDP berarti
mengurangi jumlah SPDP sisa bulan laporan pada rekapitulasi
SPDP yang ditutup pada akhir bulan laporan sehingga
tunggakan dinyatakan selesai;
iii. penutupan perkara secara administratif sebagaimana
dimaksud dalam angka i dan angka ii tidak menutup perkara
secara yuridis sehingga Penyidik masih dapat mengirimkan
kembali SPDP dan berkas perkaranya sebelum kedaluwarsa,
kecuali apabila batas waktu penyidikan dibatasi dengan
undang-undang;
iv. penutupan perkara secara administratif sebagaimana
dimaksud dalam angka iii melalui elektronik dilakukan dengan
menginput data nomor dan tanggal surat pengembalian SPDP
-3-

kepada Penyidik sehingga perkara secara otomatis tertunda;


(secara sistem dianggap selesai);
v. dalam hal Penyidik setelah menerima pengembalian SPDP,
menyerahkan berkas perkara sebelum batas waktu penyidikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang berakhir dengan
surat pengantar yang baru, Penuntut Umum menginput data
nomor dan tanggal surat pengantar yang baru sehingga status
perkara berubah dari pengembalian SPDP menjadi penerimaan
berkas perkara tahap I dan perkara dapat dilanjutkan.
e. Pengaturan terkait dalam huruf c dan huruf d tidak berlaku untuk
penanganan perkara tindak pidana terorisme.

2. Bagaimana mengatasi pengiriman SPDP dari Penyidik kepada Penuntut


Umum yang lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal Surat Perintah Penyidikan
sehingga rentan menjadi objek praperadilan?
Jawaban
Pengiriman SPDP kepada Penuntut Umum diatur dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 130/PUU-XIII/2015 tanggal 11 Januari
2017. Berdasarkan putusan ini Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana
Umum kemudian mengatur secara internal kebijakan terkait dengan SOP-
01/Pratut tentang Penelahaan Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP) Standar Operasional Prosedur (SOP) pada Jaksa Agung
Muda Bidang Tindak Pidana Umum pada Keputusan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor: KEP-249 Tahun 2020 tentang Standar
Operasional Prosedur di Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia
tanggal 3 Desember 2020. Ketentuan sebagaimana diatur dalam SOP
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. SPDP sudah harus diterima paling lama 7 (tujuh) hari setelah tanggal
Surat Perintah Penyidikan.
b. setelah menerima SPDP dari Penyidik, Penuntut Umum yang
didisposisi oleh pimpinan melakukan telaahan SPDP dengan
memberikan catatan pada Kartu Penerus Disposisi (KPD) sebagai
berikut:
i. batas waktu diterima masih dalam waktu 7 (tujuh) hari; atau
ii. batas waktu melebihi 7 (tujuh) hari.
-4-

c. dalam hal SPDP melebihi batas waktu 7 (tujuh) hari sebagaimana


dimaksud dalam huruf b angka ii, Kajari memeriksa alasan SPDP
disampaikan lebih dari 7 (tujuh) hari.
d. dalam hal alasan SPDP melebihi batas waktu 7 (tujuh) hari karena
terdapat keadaan overmacht (force majeur) seperti bencana alam,
tersangka melarikan diri, hari libur nasional atau tugas negara yang
tidak dapat ditinggalkan, Kajari memberi batas tolerasi sampai
dengan 14 (empat belas) hari.
e. batas tolerasi sampai dengan 14 (empat belas) hari sebagaimana
dimaksud dalam huruf d dilakukan dengan syarat Penyidik
memberikan keterangan secara tertulis yang memuat alasannya,
namun tanggal SPDP tetap disampaikan dalam batas waktu paling
lama 7 (tujuh) setelah tanggal Sprindik.
f. batas toleransi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dilakukan agar
penegakan hukum yang memenuhi keadilan substantif (substantial
justice) tercapai dan batas waktu penyampaian SPDP sesuai
ketentuan tercapai (prosedural justice).

3. Bagaimana apabila terdapat substance narkotika baru dalam tembakau


gorila atau ganja sintentis yang tidak masuk dalam tabel jenis narkotika
pemakaian 1 (satu) hari padahal jumlah barang bukti cenderung masuk
dalam pemakaian 1 (satu) hari dan fakta hukum menunjukkan terdakwa
merupakan penyalahguna narkotika ?
Jawaban
a. dalam hal terdapat substance narkotika jenis baru dalam tembakau
gorila atau ganja sintentis dan tidak masuk dalam tabel jenis narkotika
pemakaian 1 (satu) hari maka Penuntut Umum memberi petunjuk
kepada Penyidik agar hasil uji laboratorium terhadap substance
narkotika jenis baru tersebut menentukan nama kelompoknya,
misalnya Kelompok Ganja, Kelompok Heroin, Kelompok
Metamphetamine (shabu).
b. penentuan nama kelompok substance narkotika jenis baru
sebagaimana dimaksud dalam huruf a juga dapat diperkuat dengan
laporan ahli atau keterangan ahli.
c. dalam hal substance narkotika jenis baru sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dapat ditentukan nama kelompoknya, Penuntut Umum
memasukkan substance narkotika jenis baru dimaksud ke dalam tabel
-5-

jumlah pemakaian 1 (satu) hari penyalahguna narkotika sesuai dengan


nama kelompok yang telah ditentukan oleh hasil uji laboratorium
dan/atau ahli.
d. dalam hal narkotika jenis baru sebagaimana dimaksud dalam huruf a
tidak dapat ditentukan nama kelompoknya, Penuntut Umum tidak
menuntut terdakwa sebagai penyalahguna narkotika.

II. Penuntutan
1. Bagaimana mengatasi persoalan penitipan benda sitaan dan/atau barang
bukti?
Jawaban
a. pada prinsipnya benda yang disita dari tersangka/terdakwa atau
benda sitaan yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tidak
diperkenankan untuk dititipkan kepada korban/pihak ketiga yang
beritikad baik sebelum putusan berkekuatan hukum tetap.
b. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf dikecualikan dalam
hal:
i. benda sitaan atau barang bukti yang dipergunakan untuk
melakukan kejahatan itu adalah milik korban atau pihak ketiga
yang beritikad baik dimana korban atau pihak ketiga yang
beritikad baik sangat membutuhkan untuk mata
pencaharian/kehidupan sehari-hari dengan syarat dapat
menghadirkan setiap waktu dalam hal kepentingan pembuktian
masih dibutuhkan untuk kepentingan pembuktian;
ii. penetapan pengadilan atas putusan yang belum berkekuatan
hukum tetap menetapkan atau memutuskan barang bukti
dipinjampakaikan kepada yang berhak.
c. terhadap barang sitaan yang merupakan barang bukti yang digunakan
untuk melakukan tindak pidana dan berdasarkan peraturan harus
dirampas untuk negara (misalnya dalam perkara kehutanan,
pertambangan, pencemaran lingkungan hidup, perikanan, dll), tidak
boleh dipinjam pakaikan kepada pihak manapun, sebelum perkaranya
memperoleh putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(vide BAB III angka 17 Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Jaksa Agung Nomor
Per-027/A/Ja/10/2014 Tentang Pedoman Pemulihan Aset)
-6-

d. dalam hal benda sitaan atau barang bukti tidak memungkinkan


disimpan di Kejaksaan maka benda sitaan atau barang bukti disimpan
di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) dengan
Berita Acara Penitipan Barang Bukti (BA-6).
e. dalam hal benda sitaan atau barang bukti tidak memungkinkan
disimpan di Kejaksaan atau di Rupbasan, maka dititipkan pada
instansi yang kompeten menerima penitipan barang bukti dengan
membuat BA-6.
f. dalam hal penitipan benda sitaan atau barang bukti sebagaimana
dimaksud dalam huruf d dan huruf e membutuhkan biaya tinggi dapat
dikoordinasikan kepada Kepala Pusat Pemulihan Asset (vide BAB III
angka 4 Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Peraturan Jaksa Agung Nomor Per-
027/A/JA/10/2014 Tentang Pedoman Pemulihan Aset)
g. Kasi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan, serta satuan
kerja yang menitipkan benda sitaan atau barang bukti wajib
melakukan pengecekan terhadap benda sitaan atau barang bukti
dengan membuat Laporan Pengecekan Atas Benda Sitaan Atau Barang
Bukti Yang Dititipkan dan Berita Acara Hasil Pengecekan/Penelitian
Atas Benda Sitaan Atau Barang Bukti yang ditandatangani oleh Kasi
Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan serta Kasi Pidum,
secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
h. ketentuan penyimpanan benda sitaan atau barang bukti yang sifatnya
khusus memedomani ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

2. Bagaimana mengatasi agar benda sitaan atau barang bukti tidak


berkurang nilainya secara ekonomis?
Jawaban
a. lelang dapat dilakukan pada tahap prapenuntutan terhadap benda
sitaan atau barang bukti yang sifatnya cepat rusak atau memerlukan
biaya penyimpanan/perawatan tinggi.
b. dalam hal terdapat benda sitaan atau barang bukti yang sifatnya cepat
rusak atau memerlukan biaya penyimpanan/perawatan tinggi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Kasi Barang Bukti Dan
Barang Rampasan setelah berkoordinasi dengan Penuntut Umum,
melakukan tata kelola benda sitaan atau barang bukti sebagai berikut:
-7-

i. menyisihkan benda sitaan atau barang bukti untuk kepentingan


pembuktian di persidangan dengan Berita Acara Penyisihan
Barang Bukti;
ii. dalam hal benda sitaan akan dilelang, membuat surat Permintaan
Penelitian Benda Sitaan/Barang Bukti (B-11) untuk menentukan
nilai limit lelang dan/atau pemeriksaan benda sitaan untuk
keperluan penjualan lelang kepada instansi yang berwenang;
iii. membuat surat Permintaan Persetujuan Kepala Pusat Pemulihan
Asset Untuk Melakukan Penjualan Benda Sitaan/Barang Bukti
Tertentu yang Sifatnya Cepat Rusak atau Memerlukan Biaya
Penyimpanan/Perawatan Tinggi (B-12) dengan melampirkan hasil
pemeriksaan intansi yang berwenang (vide BAB IV angka 9
Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2019
Tentang Perubahan atas Peraturan Jaksa Agung Nomor Per-
027/A/Ja/10/2014 Tentang Pedoman Pemulihan Aset).
c. dalam hal perkara sudah dalam tahap persidangan dan benda sitaan
atau barang bukti belum dilelang, Penuntut Umum membuat surat
Permohonan Izin Kepada Hakim Yang Menyidangkan Perkaranya
Untuk Melelang Benda Sitaan atau Barang Bukti (B-13).
d. setelah Kepala Pusat Pemulihan Asset memberi persetujuan
sebagaimana dimaksud dalam huruf b angka iii atau Hakim
memberikan izin untuk melelang benda sitaan atau barang bukti
sebagaimana dimaksud dalam huruf c, Kepala Kejaksaan Negeri
menerbitkan:
i. Surat Perintah Lelang Benda Sitaan/Barang Bukti (B-14) kepada
Penuntut Umum untuk melakukan lelang benda sitaan atau
barang bukti; dan
ii. Surat Permintaan Bantuan Pelelangan Benda Sitaan (B-15)
kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
e. setelah lelang benda sitaan atau barang bukti dilaksanakan, Penuntut
Umum membuat Laporan Pelaksanaan Lelang Benda Sitaan (B-16).
f. hasil pelelangan berupa uang disimpan di bank pemerintah dan
digunakan sebagai barang bukti di persidangan.
g. dalam hal Penuntut Umum melakukan penyidikan perkara
melengkapi berkas perkara tindak pidana perusakan hutan dan
Penyidik belum meminta izin lelang/izin peruntukan benda
sitaan/barang bukti pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan
-8-

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan Dan


Pemberantasan Perusakan Hutan.

3. Bagaimana mengatasi materi rencana tuntutan pidana yang belum


menggambarkan dan memberikan informasi bagi pimpinan untuk
menentukan tuntutan yang adil?
Jawaban
a. kasus posisi dalam rencana tuntutan pidana dibuat secara ringkas
dan jelas sesuai perbuatan materil terdakwa berdasarkan fakta hukum
di persidangan dengan menyebutkan waktu dan tempat terjadinya
tindak pidana.
b. kasus posisi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan dengan
tidak menyalinrekatkan dakwaan dalam uraian kasus posisi.
c. dalam hal ada unsur “berencana” atau unsur pemberat pidana lainnya
dalam tindak pidana juga diuraikan dalam kasus posisi dan tidak
diuraikan kembali dalam keadaan yang memberatkan.
d. tolak ukur yang digunakan dalam mengajukan rencana tuntutan
pidana adalah tindak pidana sejenis untuk perkara dengan kondisi
atau peran pelaku yang sebanding atau memiliki fakta hukum yang
kurang lebih sama, dengan jangka waktu yang masih relevan.
e. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf d dalam tindak pidana
narkotika pasca terbitnya lampiran 1 dan lampiran 2 Pedoman Nomor
11 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana Narkotika
dan/atau Tindak Pidana Prekursor Narkotika tidak diperlukan lagi,
kecuali dalam hal terdapat keadaan yang bertentangan antara
kepastian hukum dengan keadilan atau kemanfaatan, dan terdapat
perkara yang memiliki fakta hukum yang kurang lebih sama.
f. dalam hal Penuntut Umum dalam tuntutannya akan mengembalikan
barang bukti yang digunakan untuk melakukan tindak pidana yang
memiliki nilai ekonomis kepada saksi atau pihak ketiga yang beritikad
baik, Penuntut Umum menguraikan pertimbangannya dalam rencana
tuntutan pidana dengan melampirkan bukti atau fakta hukum yang
mendukung.
g. ketentuan terkait rencana tuntutan pidana memedomani Pedoman
Nomor 3 Tahun 2019 tentang Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana
Umum angka 5.
-9-

4. Bagaimana mengatasi persoalan waktu dan penundaan berlarut dalam


penyelesaian perkara dengan pendekatan keadilan restoratif?
Jawaban
i. Pasal 9 ayat (5) Peraturan Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif mengatur
bahwa proses perdamaian dan pemenuhan kewajiban dilaksanakan
dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak penerimaan dan
penelitian atas tersangka dan barang bukti (tahap II).
ii. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a menunjukkan
sempitnya waktu pelaksanaan penghentian penuntutan berdasarkan
keadilan restoratif yang perlu direspons masing-masing pelaksana
secara serius dan berintegritas.
iii. untuk membantu para pelaksana menjalankan prosedur dan
ketepatan waktu dalam penyelesaian perkara dengan pendekatan
keadilan restoratif, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum
menerbitkan:
a) tabel proses bisnis penghentian penuntutan berdasarkan
keadilan restoratif; dan
b) 13 (tiga belas) standar prosedur operasional penghentian
penuntutan berdasarkan keadilan restoratif
iv. tabel proses bisnis penghentian penuntutan berdasarkan keadilan
restoratif dan 13 (tiga belas) standar prosedur operasional
penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif tercantum
dalam lampiran II.

5. Bagaimana membedakan penerapan Pasal 132 UU Narkotika dengan


Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP, atau membedakan permufakatan jahat
dengan penyertaan dalam UU Narkotika?
Jawaban
a. permufakatan jahat
i. Pasal 132 ayat (1) Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika diterapkan pada delik persiapan (voorbereidingsdelicten).
Permukatan jahat untuk melakukan, melaksanakan, membantu,
turut serta melakukan, menyuruh, menganjurkan, memfasilitasi,
memberi konsultasi, menjadi anggota suatu organisasi kejahatan
Narkotika, atau mengorganisasikan suatu tindak pidana Narkotika
-10-

(vide Pasal 1 angka 18 UU Narkotika) merupakan perluasan bentuk


dapat dipidananya perbuatan (tatbestand ausdehnungsgrund).
ii. perluasan dari penyertaan pada KUHP, menyebabkan
permufakatan jahat pada tindak pidana narkotika bukan hanya
merupakan perbuatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
bersepakat atau bersekongkol “akan” melakukan kejahatan,
namun juga “untuk” melakukan, membantu, turut serta
melakukan, menyuruh, menganjurkan) yang tetap merupakan
tindak pidana yang tidak selesai, semua unsur belum terpenuhi
oleh fakta hukum (belum voltooid) atau belum dilakukan
(voorbereidingsdelicten). Oleh karenanya permufakatan jahat
untuk melakukan tindak pidana narkotika dan/atau tindak pidana
prekursor narkotika secara konseptual berbeda dengan delik
penyertaan (halaman 6 huruf D Kualifikasi Tindak Pidana dan
Kesesuaian dengan Pasal yang Disangkakan, angka 3 Pedoman
Nomor 11 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara Tindak Pidana
Narkotika dan/atau Tindak Pidana Prekursor Narkotika).
b. tindak pidana dengan penyertaan
i. terhadap pelaku penyertaan tindak pidana narkotika dan/atau
tindak pidana prekursor narkotika, perbuatannya dikaitkan
dengan ketentuan penyertaan sebagaimana diatur dalam KUHP
(juncto Pasal 55 atau Pasal 56 KUHP).
ii. penyertaan (deelneming) diterapkan pada delik selesai (aflopende
delic) tindak pidana narkotika, dalam hal delik dilakukan oleh
beberapa orang atau lebih dari satu orang baik melakukan
(pleger), menyuruh melakukan (doen pleger), turut serta
melakukan (medepleger), membujuk melakukan (uitlokker)
maupun membantu melakukan (medeplichtige) dengan tetap
menggunakan konstruksi Pasal 55 KUHP dan Pasal 56 KUHP,
termasuk ketentuan pidananya.
c. untuk membedakan batas suatu delik masuk delik persiapan,
permulaan pelaksaan atau selesai diberikan ilustrasi dalam posisi
waktu pada tabel berikut:
I II III IV V

Tindak Tindak
Persiapan Percobaan Pidana
Pidana (delik)
Ikutan
-11-

(delik
ikutan)

Tindak
pidana atau
Permufakatan tindak
Jahat (132 Tindak
pidana asal
ayat (1) pidana
termasuk
pencucian
yang
uang
dilakukan
dengan
penyertaan

Contoh:
A berunding B kemudian B pergi ke A Hasil
dan berencana datang ke kantor agen menginforma penjualan
untuk agen jasa jasa sikan kepada narkotika
memasok pengiriman pengiriman B waktu kemudian
narkotika paket untuk paket hendak pengiriman dibagi oleh
dengan B, mengambil mengambil paket A kepada
dimana kiriman paket berisi narkotika B, dan B
melalui chat paket narkotika, dan meminta juga
menggunakan narkotika dengan B untuk memberi
HP dari D yang menandatang mengambil bagian
direncanakan, ada di luar ani resi paket kepada C,
A akan negeri pengambilan narkotika lalu
memberikan paket, tepat pada masing-
sejumlah uang namun waktu masing
kepada B, sebelum kedatangan menyamar
untuk paket paket dan kan harta
mengatur diserahkan menginstruk hasil
pengambilan oleh petugas sikan agar penjualan
paket dan agen jasa paket narkotika
menyuruh pengiriman, diantarkan itu dengan
kurir C untuk penyerahan kepada A menempat
menyelundupk tidak dengan cara kan uang
an kepada A terlaksana menaruh dan hasil
yang ada di karena meninggalka rampokan
Lapas Penyidik nnya di itu sebagai
datang lalu suatu modal
menangkap tempat. B usaha dan
B maka kemudian membeli
meskipun mengambil beberapa
kegiatan paket asset
penerimaan narkotika
paket dari agen
narkotika jasa
sudah mulai pengiriman
dilakukan, paket, lalu
tapi tidak menyerahkan
selesai bukan paket
karena narkotika
kehendak B kepada C
untuk
menyelundup
kan ke Lapas
tempat
kediaman A
-12-

d. berdasarkan penjelasan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,


dan huruf c dapat disimpulkan bahwa penerapan:
i. Pasal 55 atau Pasal 56 KUHP digunakan apabila tindak pidana
narkotika dan/atau prekursor narkotika semua unsur terpenuhi;
sedangkan
ii. Pasal 132 UU Narkotika digunakan apabila tindak pidana narkotika
dan/atau prekursor narkotika tidak semua unsurnya terpenuhinya
karena baru merupakan perbuatan persiapan seperti perencanaan
lisan atau tertulis, pengadaan sarana, pencarian bantuan atau
dukungan untuk melakukan perbuatan pelaksanaan. Perbuatan
persiapan dimanifestasikan dengan perbuatan pelaksanaan bukan
niat untuk melaksanakan.

6. Bagaimana membedakan syarat hasil asesmen terpadu bagi


penyalahguna narkotika bagi diri sendiri dan pecandu narkotika?
Jawaban
a. terdakwa dikualifikasi sebagai pecandu dalam hal:
i. fakta hukum di persidangan menunjukkan:
a) hasil asesmen terpadu yang menyatakan terdakwa adalah
pecandu yang direkomendasikan untuk direhabilitasi
b) 3 (tiga) syarat kumulatif dalam lampiran 1 tahapan 1 Pedoman
Nomor 11 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara Tindak
Pidana Narkotika dan/atau Tindak Pidana Prekursor
Narkotika:
1. berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium forensik
(vide penjelasan Pasal 75 huruf l UU Narkotika)
menyatakan terdakwa positif menggunakan narkotika;
2. berdasarkan hasil penyidikan dan fakta hukum di
persidangan, terdakwa merupakan pengguna terakhir
(end user) dan tidak terlibat dalam jaringan peredaran
gelap narkotika; dan
3. terdakwa ditangkap atau tertangkap tangan tanpa barang
bukti narkotika atau dengan barang bukti narkotika yang
tidak melebihi jumlah pemakaian 1 (satu) hari.
ii. dalam hal angka i terpenuhi, Penuntut Umum menuntut
rehabilitasi dengan mencantumkan lama dan tempat rehabilitasi
sebagaimana disebutkan dalam rekomendasi TAT.
-13-

iii. ketentuan ini juga berarti bahwa hasil assesmen terpadu yang
menyatakan terdakwa adalah pecandu atau korban
penyalahgunaan narkotika merekomendasikan untuk
direhabilitasi menjadi syarat untuk menentukan pecandu.
iv. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka iii, tidak berarti
bahwa dalam hal hasil rekomendasi Tim Assesmen Terpadu (TAT)
menyatakan terdakwa adalah pecandu atau korban
penyalahgunaan narkotika yang direkomendasikan untuk
direhabilitasi maka terdakwa wajib dituntut rehabilitasi.
v. tuntutan rehabilitasi tidak ditentukan secara mutlak oleh hasil
assesmen TAT, kecuali fakta hukum di persidangan
menunjukkan terpenuhinya 3 (tiga) syarat lampiran 1 pada
tahapan 1 Pedoman Nomor 11 Tahun 2021 tentang Penanganan
Perkara Tindak Pidana Narkotika dan/atau Tindak Pidana
Prekursor Narkotika.
b. terdakwa dikualifikasi sebagai penyalahguna narkotika bagi diri
sendiri dalam hal:
i. fakta hukum di persidangan menunjukkan:
a) terpenuhinya 3 (tiga) syarat kumulatif dalam lampiran 1
tahapan 1 Pedoman Nomor 11 Tahun 2021 tentang
Penanganan Perkara Tindak Pidana Narkotika dan/atau
Tindak Pidana Prekursor Narkotika, yaitu
1. berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium forensik
(vide penjelasan Pasal 75 huruf l UU Narkotika)
menyatakan terdakwa positif menggunakan narkotika;
2. berdasarkan hasil penyidikan dan fakta hukum di
persidangan, terdakwa merupakan pengguna terakhir
(end user) dan tidak terlibat dalam jaringan peredaran
gelap narkotika; dan
3. terdakwa ditangkap atau tertangkap tangan tanpa barang
bukti narkotika atau dengan barang bukti narkotika yang
tidak melebihi jumlah pemakaian 1 (satu) hari; dan
b) rekomendasi dari TAT yang menyatakan terdakwa bukan
pecandu/korban penyalahgunaan narkotika atau hasil
assesmen terpadu tidak ada.
-14-

ii. dalam hal syarat sebagaimana angka i terpenuhi, Penuntut


Umum memasukkan fakta hukum pada klasifikasi objektif dan
subjektif yang sesuai dengan fakta hukum di persidangan.
iii. hasil penjumlahan (quantity) klasifikasi objektif dan subjektif
sebagaimana pada angka ii kemudian dimasukkan dalam
rentang kategori yang sesuai untuk menentukan rentang
tuntutan pidana.
iv. rentang tuntutan pidana sebagaimana dimaksud dalam angka
iii ditentukan berdasarkan rentang kategori sebagaimana
dimaksud dalam angka ii dan golongan narkotika.
v. dalam hal terdakwa dituntut ≤ (kurang dari sama dengan) 1
(satu) tahun penjara maka Penuntut Umum dapat menuntut
pidana bersyarat dengan mencantumkan syarat khusus sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan pendapat ahli di persidangan.
vi. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka i, angka ii,
angka iii, angka iv, dan angka v juga berarti bahwa terdakwa
tetap dapat dikualifikasi sebagai penyalahguna narkotika bagi
diri sendiri meskipun tidak ada hasil assemen terpadu.

7. Bagaimana melakukan tuntutan tindak pidana narkotika dengan barang


bukti ganja sintentis atau tembakau gorila ketika berat substance
narkotikanya bukan tanaman namun belum ada metode untuk
memisahkan substance narkotikanya dengan tanaman sedangkan
penentuan tuntutan pidana narkotika di antaranya dibedakan antara
barang bukti tanaman atau bukan tanaman?
Jawaban
a. penghitungan barang bukti dan ketentuan pidana yang diacu.
i. dalam hal barang bukti tembakau gorila tidak bisa diekstrak
(dipisahkan tanaman dengan substance narkotika), maka barang
bukti tembakau gorila dihitung sebagai tanaman (vide angka 2B
Ketentuan terkait Barang Bukti Bab II Prapenuntutan dan
Penuntutan Pedoman Nomor 11 Tahun 2021)
ii. dalam hal barang bukti tembakau gorila bisa diekstrak, maka
barang buktinya dihitung sebagai bukan tanaman (vide angka 3B
Ketentuan terkait Barang Bukti Bab II Prapenuntutan dan
Penuntutan Pedoman Nomor 11 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penanganan Perkara Tindak Pidana Narkotika dan/atau Tindak
-15-

Pidana Prekursor Narkotika menjelaskan terkait penimbangan


barang bukti).
iii. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka i dan angka ii juga
berarti, baik barang bukti tembakau sintentis tidak bisa diekstrak
maupun bisa diekstrak, ketentuan pidananya tetap mengacu
dalam ketentuan pidana “bukan tanaman”.
iv. ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam angka iii diatur
karena tembakau gorila secara materiil memang bukan tanaman
b. bentuk dakwaan dan tuntutan yang digunakan terhadap ganja sintetis
atau tembakau gorlila.
i. oleh karena tuntutan pidana tembakau gorila mengacu pada
ketentuan pidana bukan tanaman maka dakwaan tindak pidana
narkotika dengan barang bukti tembakau gorila juga mengacu
pada penerapan pasal narkotika bukan tanaman. Contoh: tindak
pidana narkotika dengan fakta hukum tanpa hak atau melawan
hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
Narkotika Golongan I maka baik dakwaan maupun tuntutannya
menggunakan pasal 112 UU Narkotika yang diperuntukkan
narkotika bukan tanaman, baik tembakau gorila itu bisa diekstrak
ataupun tidak.
ii. dalam hal tindak pidana peredaran gelap narkotika menggunakan
lampiran 2 Pedoman Nomor 11 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penanganan Perkara Tindak Pidana Narkotika dan/atau Tindak
Pidana Prekursor Narkotika, tuntutan pidana dengan barang bukti
tembakau gorila ditentukan sebagai berikut:
a) menentukan jenis barang bukti sesuai barang bukti ganja
sintentis
1. apabila bisa dipisahkan masuk dalam kolom barang bukti
bukan tanaman; sedangkan
2. apabila tidak bisa dipisahkan masuk dalam kolom barang
bukti tanaman.
b) mencentang kolom jumlah barang bukti sesuai dengan fakta
hukum perkara di persidangan.
c) memasukkan klasifikasi objektif dan formula penghitungan.
d) memasukkan rentang tuntutan pidana sesuai kategori
klasifikasi objektif dan kategori barang bukti narkotika
-16-

e) dalam hal kategori barang bukti narkotika didapatkan dari


barang bukti tanaman karena barang bukti tidak bisa
diekstraksi, maka karena ketentuan pidana yang digunakan
adalah bukan tanaman, maka kategori barang bukti tanaman
itu disamakan (equality) dengan kategori barang bukti dalam
ketentuan pidana bukan tanaman.
Contoh:
a. barang bukti ganja sintentis tidak bisa diekstrak dengan jumlah
barang bukti 6 (enam) gram narkotika golongan I.
b. centang barang bukti jenis tanaman, kategori 6 untuk barang bukti
dengan jumlah ≤ (kurang dari sama dengan) 250 gram tanaman
[karena tidak bisa dipisahkan (diekstrak)]
c. kategori barang bukti tanaman ≤ (kurang dari sama dengan) 250 gram
dimaksud dianggap sama (equal) dengan jumlah barang bukti bukan
tanaman ≤ (kurang dari sama dengan) 1,5 gram. Equality
dimaksudkan, agar ketika masuk ke dalam ketentuan pidana Pasal
112 ayat (2) UU Narkotika, barang bukti tanaman tersebut dianggap
sama (equal) dengan berat barang bukti bukan tanaman kurang dari
1,5 gram.
d. dakwaan yang juga dibuktikan adalah Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika,
karena:
i. Pasal 112 UU Narkotika merupakan ketentuan pidana tindak
pidana narkotika golongan I bukan tanaman dan ganja sintentis
secara materiil bukan tanaman;
ii. Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika merupakan ketentuan pidana
bukan tanaman dengan berat barang bukti narkotika golongan I
kurang dari 5 (lima) gram, meskipun jumlah barang bukti secara
riil adalah 6 (enam) gram.
iii. Ketentuan Pasal 112 ayat (1) UU Narkotika untuk barang bukti
narkotika golongan I kurang dari 5 (lima) gram diterapkan
meskipun ketentuan pidananya mengacu pada ketentuan pidana
bukan tanaman, penghitungan berat barang buktinya tetap
mengacu pada barang bukti tanaman (oleh karena tidak bisa
diekstrak) sehingga berat barang buktinya mengacu pada
ketentuan pidana tanaman pada Pasal 111 UU Narkotika dimana
untuk berat barang bukti kurang dari 1 (satu) kilogram mengacu
pada ketentuan pidana Pasal 111 ayat (1) UU Narkotika, sehingga
-17-

dalam dakwaan maupun tuntutan diterapkan Pasal 112 ayat (1)


UU Narkotika.

III. Pelaksanaan Putusan


1. Bagaimana prosedur untuk menyiapkan pelaksanaan putusan pidana
mati tanpa melewatkan hak hukum terpidana mati?
Jawaban
a. penunjukan Jaksa untuk melaksanakan putusan pengadilan
i. setelah menerima keputusan Presiden yang menolak
permohonan grasi terpidana mati atau putusan Mahkamah
Agung perihal penolakan peninjauan kembali/putusan
berkekuatan hukum tetap, Kepala Kejaksaan Negeri
menerbikan perubahan surat perintah pelaksanaan putusan
pengadilan (perubahan P-48) untuk melaksanakan
pemantauan langsung terpidana mati, dalam hal Penuntut
Umum yang melakukan penyelesaian perkara tindak pidana
(P-16A) telah mutasi atau berhalangan tetap atau sementara.
ii. setelah menerima surat perintah pelaksanaan putusan
pengadilan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Jaksa yang
ditunjuk melakukan kegiatan persiapan pidana mati sebagai
berikut:
a) melakukan inventarisasi kelengkapan administrasi
perkara;
b) meneliti ada tidaknya perkara lain terkait dengan perkara
terpidana mati yang dilakukan penuntutan secara
terpisah (splitsing);
c) mengidentifikasi keberadaan terpidana mati bertempat
kediaman di Lapas terakhir;
d) memberitahukan jadwal pelaksanaan pemantauan
langsung terpidana mati kepada kuasa hukum/keluarga
atau ahli warisnya.
e) menyediakan juru bahasa sesuai dengan bahasa yang
dipahami oleh terpidana mati;
f) berkoordinasi dengan pejabat/petugas Lapas tempat
terpidana mati menjalani hukumannya;
g) melakukan validasi data terpidana mati untuk
pemantauan langsung terpidana mati
-18-

h) menyiapkan konsep berita acara penyampaian hak-hak


terpidana mati dan surat pernyataan terpidana mati yang
ditandatangani oleh terpidana mati di atas kertas
bermaterai.
iii. inventarisasi kelengkapan administrasi perkara persiapan
pidana mati sebagaimana dimaksud dalam angka ii huruf a
dilakukan untuk mengkompilasi kelengkapan sebagai
berikut:
a) surat perintah pelaksanaan putusan pengadilan;
b) putusan lengkap dari putusan tingkat pengadilan
pertama, banding, kasasi, peninjauan kembali, keputusan
Presiden perihal penolakan permohonan grasi terpidana
mati;
c) tanda penerimaan (relas) putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap dalam hal terdakwa/terpidana
tidak hadir dalam pembacaan putusan dimaksud;
d) tanda penerimaan (relas) keputusan Presiden terkait
penolakan permohonan grasi;
e) surat keterangan dokter terkait terpidana mati yang
sedang mengandung atau menderita sakit yang menjadi
penghalang dilakukannya hukuman mati.
iv. inventarisasi kelengkapan administrasi perkara sebagaimana
dimaksud dalam angka ii huruf a) bertujuan untuk
mengetahui apakah terpidana mati masih memiliki hak-hak
hukum yang dapat mengubah hukuman terpidana mati yang
belum dipergunakan.
v. penelitian ada tidaknya perkara lain terkait dengan perkara
terpidana mati yang dilakukan penuntutan secara terpisah
(splitsing) sebagaimana dimaksud dalam angka ii huruf b)
dilakukan untuk mengetahui apakah terpidana lain dimaksud
juga dijatuhi pidana mati
vi. dalam hal terpidana lain sebagaimana dimaksud dalam angka
v juga dijatuhi pidana mati, Jaksa wajib mencermati apakah
terpidana dimaksud juga telah menggunakan seluruh hak
hukumnya sehingga sedapat mungkin diupayakan
pelaksanaan putusan pidana mati dilakukan secara
bersamaan (vide pasal 2 ayat (2) Penetapan Presiden Republik
-19-

Indonesia Nomor 2 Tahun 1964 tentang Tata Cara


Pelaksanaan Pidana Mati yang Dijatuhkan Oleh Pengadilan
Dilingkungan Peradilan Umum dan Militer).
vii. identifikasi keberadaan terpidana mati sebagaimana
dimaksud dalam angka ii huruf c) dapat dilakukan dengan
berkoodirnasi dengan bidang intelijen untuk memproleh data
dan foto terbaru serta bahasa yang dipahami oleh terpidana
mati.
viii. dalam hal terpidana mati menjalani pidananya di Lapas yang
berada di wilayah hukum Kejaksaan Negeri yang berbeda
dengan Kejaksaan Negeri yang menangani perkara maka
Jaksa yang ditunjuk dapat berkoordinasi dengan Kejaksaan
Negeri setempat untuk membantu mengomunikasikan
dengan pihak Lapas tempat terpidana mati menjalani
pidananya.
ix. pelaksanaan pemantauan langsung terpidana mati kepada
kuasa hukum/keluarga atau ahli warisnya sebagaimana
dimaksud dalam angka ii huruf d) disampaikan kepada kuasa
hukum, keluarga, atau ahli waris terpidana mati paling
lambat 1 (satu) minggu sebelum pelaksanaan dengan
menyebutkan waktu dan tempat pelaksanaan pidana mati.
x. penyampaian pemberitahuan kepada para pihak sebagaimana
dimaksud dalam angka ix dilakukan dengan pertimbangan:
a) permintaan peninjauan kembali terpidana mati dapat
diajukan oleh ahli warisnya (vide Pasal 263 ayat (1)
KUHAP);
b) permohonan grasi terpidana mati dapat diajukan oleh
kuasa hukum terpidana mati (vide Pasal 6 ayat (1) UU
22/2002 Jo. UU 5/2010) keluarga terpidana tanpa
persetujuan terpidana (Pasal 6 ayat (3) UU 22/2002 Jo.
UU 5/2010).
xi. dalam hal terpidana mati tidak dapat berbahasa Indonesia,
Jaksa dapat mendatangkan juru bahasa yang dipahami oleh
terpidana mati sebagaimana dimaksud dalam angka ii huruf e).
xii. mendatangkan rohaniawan sesuai dengan agama/keyakinan
terpidana mati, dalam hal diperlukan (vide pasal 11 ayat (2)
Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1964
-20-

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati yang Dijatuhkan


oleh Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum dan Militer).
xiii. koordinasi dengan pejabat/petugas lapas tempat terpidana mati
menjalani hukumannya sebagaimana dimaksud dalam angka ii
huruf f) dilakukan untuk mempersiapkan terpidana mati,
pengamanan, maupun tempat pelaksanaan pemantauan
langsung.
xiv. validasi data terpidana mati sebagaimana dimaksud dalam
angka ii huruf g) dilakukan dengan menuangkan hasil validasi
dalam formulir validasi data terpidana mati.
xv. kegiatan validasi sebagaimana dimaksud dalam angka xiv dapat
dilakukan dengan bekerja sama dengan bidang Intelijen.
xvi. setelah melakukan validasi, Jaksa yang ditunjuk melaksanakan
pemantauan langsung terpidana mati dengan mengundang
keluarga/ahli waris terpidana mati, juru bahasa serta
rohaniwan dalam hal diperlukan serta pihak lembaga
pemasyarakatan (Lapas) dimana terpidana mati berada.

b. Pemantauan langsung terpidana mati adalah kegiatan untuk:


i. melakukan pengecekan kesesuaian:
a) terpidana mati dengan data dan foto terbaru terpidana
mati yang sudah divalidasi;
b) pihak yang hadir dengan daftar undangan;
c) kesehatan terpidana mati dengan surat keterangan
medis.
ii. menyampaikan hak terpidana mati untuk mengajukan
permohonan peninjauan kembali terhadap putusan perkara
yang telah berkekuatan hukum dan/atau permohonan grasi
kepada presiden, serta menuangkan dalam berita acara
dengan ketentuan:
a) dalam hal terpidana mati belum menggunakan satupun
haknya maka Jaksamembacakan amar putusan pidana
mati yang telah berkekuatan hukum dan menyampaikan
hak yang belum dipergunakan tersebut;
b) dalam hal terpidana mati sudah mengajukan
permohonan peninjauan kembali namun ditolak
sedangkan permohonan grasi kepada Presiden belum
-21-

diajukan maka Jaksa membacakan amar putusan


peninjauan kembali yang mengukuhkan putusan pidana
mati yang berkekuatan hukum tetap dimaksud serta
memberitahukan haknya untuk mengajukan grasi
kepada Presiden;
c) dalam hal terpidana mati sudah mengajukan grasi
kepada Presiden namun ditolak maka Jaksa
membacakan inti keputusan Presiden tentang penolakan
grasi terpidana mati serta memberitahukan haknya
untuk mengajukan peninjauan kembali atas putusan
yang berkekuatan hukum tetap;
d) dalam hal terpidana mati sudah menggunakan semua
haknya maka Jaksa membacakan amar putusan
peninjauan kembali yang mengukuhkan putusan pidana
mati yang berkekuatan hukum tetap serta inti keputusan
Presiden tentang penolakan grasi terpidana mati disertai
penjelasan bahwa terpidana mati sudah tidak memiliki
hak untuk dapat mengubah sanksi pidananya.
iii. menyiapkan surat pernyataan agar terpidana mati
menyatakan sikapnya setelah diberitahukan haknya untuk,
belum atau menolak mengajukan haknya yang
ditandatangani di atas kertas bermaterai.
iv. dalam hal terpidana mati tidak mahir menulis, pernyataan
terpidana mati dituliskan oleh Jaksa yang ditunjuk sesuai
persetujuan terpidana mati dan sebelum ditandatangani
pernyataan itu dibacakan kembali di hadapan terpidana mati
dan seluruh pihak yang hadir.
v. kegiatan pemantauan langsung terpidana mati
didokumentasikan dalam bentuk foto, perekaman audio
maupun visual dan memberitahukan hal dimaksud kepada
terpidana mati dan para saksi yang hadir serta dibuatkan
berita acara yang ditandatangani oleh terpidana mati, Jaksa
yang melakukan pemantauan, saksi dari pihak Lapas dan
pihak keluarga, ahli waris atau kuasa hukum terpidana mati.
vi. Jaksa membuat laporan pelaksanaan pemantauan langsung
terpidana mati dengan melampirkan berita acara, surat
-22-

pernyataan terpidana mati serta dokumentasi dan


disampaikan secara berjenjang kepada pimpinan.
vii. setelah pemantauan langsung terpidana mati dilaksanakan,
Jaksa melakukan upaya tindak lanjut:
a) melakukan monitoring sampai hak terpidana mati
digunakan dalam hal terpidana mati dalam surat
pernyataan menyatakan akan menggunakan haknya;
b) menjadwal kembali untuk melakukan pemantauan
langsung terpidana mati dalam waktu 3 (tiga) bulan
setelah:
1. terpidana mati membuat surat pernyataan untuk
menggunakan haknya namun setelah 3 (tiga) bulan,
hak tersebut belum juga digunakan;
2. terpidana mati belum, menolak, atau mengabaikan
haknya untuk mengajukan peninjauan kembali atas
putusan yang berkekuatan hukum tetap dan/atau
mengajukan grasi kepada Presiden, padahal
penggunaan hak dimaksud berpeluang mengubah
penjatuhan pidana mati
c) dalam hal terpidana mati sudah menggunakan semua
haknya, Jaksa membuat usulan kepada pimpinan secara
berjenjang untuk dilaksanakan eksekusi pidana mati
terhadap terpidana.
c. pelaksanaan pidana mati dicatat dalam register penuntutan,
register pelaksanaan putusan, register tahanan tahap penuntutan,
register barang bukti dan barang temuan dan register terpidana
mati berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum tetap.
d. dalam hal diperlukan untuk pelaksanaan prosedur pelaksanaan
pidana mati dan belum ada formulir berita acara serta register yang
mengatur maka formulir validasi data terpidana mati, berita acara
penyampaian hak hukum terpidana mati yang belum dipergunakan,
berita acara pembacaan amar putusan peninjauan kembali, berita
acara pembacaan keputusan presiden, berita acara perihal
penolakan permohonan grasi terpidana mati serta register terpidana
mati berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum tetap dapat
digunakan sebelum Keputusan Jaksa Agung Nomor: KEP-
518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung
-23-

Nomor: KEP-132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak


Pidana ditetapkan perubahannya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 02 September 2021

a.n. JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,

FADIL ZUMHANA
LAMPIRAN II
SURAT EDARAN
NOMOR: 01/E/EJP/09/2021
TENTANG
REKOMENDASI RAPAT KERJA TEKNIS
JAKSA AGUNG MUDA BIDANG TINDAK
PIDANA UMUM TAHUN 2021

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGHENTIAN PENUNTUTAN
BERDASARKAN KEADILAN RESTORATIF

TAHUN 2021

Jl. Sultan Hasanuddin Nomor 1,


Kebayoran Baru – Jakarta Selatan
Proses Bisnis Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif

H a r i k e – . . .
H-3 / 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Membuat
VERIFIKASI
Surat PELAKSANAAN
Panggilan KESEPAKATAN
UPAYA PERDAMAIAN
PERDAMAIAN (SOP 11)
(SOP 01)
Tindak Lanjut
Disampaikan Proses
H-3 sebelum Perdamaian Tindak Lanjut
(SOP 08) Verifikasi
upaya Pelaksanaan
perdamaian EKSPOSE
Pelaksanaan Kesepakatan
Kesepakatan Perdamaian
Upaya (SOP 12) MEMBUAT
Perdamaian
Perdamaian Persetujuan SKP2
Membuat (hari 3)
(SOP 02) tertulis dari panggilan para (SOP 13)
Jika diiterima, Kajati pihak untuk PELAKSANAAN Membuat Jika
PROSES
membuat: (pasca mulai KESEPAKATAN panggilan kewajiban
PERDAMAIAN
- laporan ekspos melaksanakan PERDAMAIAN para pihak
terpenuhi, PU
(SOP 07) Kesepakatan untuk
upaya bersama (HARI 1 DAN 2) membuat
Sepakat dengan JAM Perdamaian Verifikasi
perdamaian (SOP 09) Pelaksanaan nota
berhasil; syarat, PIDUM) pendapat &
Kesepakatan
(SOP 03) membuat: Perdamaian surat
- berita acara (SOP 10) permintaan
- surat - kesepakatan penghentian
panggilan perdamaian penuntutan
proses - permintaan ke
perdamaian Kejati untuk
menjadwalkan Jika
(SOP 04) kewajiban
ekspose ke
JAM Pidum tidak
- surat terpenuhi, PU
pemberitahua melimpahkan
n perkara ke
penyelesaian Pengadilan.
H a r i k e – . . .
H-3 / 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
perkara di Sepakat tanpa
luar syarat,
Membuat
pengadilan membuat:
SKP2
kepada - berita acara
(SOP 13)
penyidik - kesepakatan
(SOP 05) perdamaian
- nota pendapat
- Sprint Untuk - permintaan ke
Memfasilitasi Kejati untuk Melimpahkan
Proses menjadwalkan perkara ke
Perdamaian ekspose ke Pengadilan
Berdasarkan JAM Pidum
Keadilan
Restoratif. Tidak sepakat,
(SOP 06) membuat:
- berita acara
kesepakatan
perdamaian
- nota pendapat
bahwa perkara
dilimpahkan
ke pengadilan
dengan
menyebutkan
alasannya

melimpahkan
perkara ke
Pengadilan
Jika ditolak, -
membuat:
- Nota
Pendapat
Upaya
Perdamaian
H a r i k e – . . .
H-3 / 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tidak
Berhasil
- Laporan
tentang
Upaya
Perdamaian
Tidak
Berhasil
(SOP 03)

melimpahkan
perkara ke
Pengadilan
Nomor SOP : 01/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum

Disahkan Oleh :

Fadil Zumhana

Penyampaian Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali


KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP :
Korban atau Anggota Masyarakat dalam rangka Upaya Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
SOP Upaya Perdamaian 2. Buku ekspedisi
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. Surat panggilan dalam rangka upaya perdamaian disampaikan H-3 sebelum penyerahan tersangka dan barang bukti. Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat (RJ-2)
2. Oleh karena itu Penuntut Umum harus berkoordinasi dengan Penyidik untuk memastikan upaya perdamaian dapat
dilakukan di hari yang sama dengan penyerahan tersangka dan barang bukti dan sesuai
3. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka upaya perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat dilakukan.

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasubsi Kasi Kaur Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Tut Pidum TU Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Surat panggilan disampaikan H-3
sebelum penyerahan tersangka
dan barang bukti atau dengan
memperhatikan batas waktu
penghentian penuntutan
Membuat konsep Surat Panggilan
Hasil koordinasi dengan Penyidik Konsep Surat Panggilan Korban/ berdasarkan keadilan restoratif.
Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali
1. perihal waktu penyerahan 30 menit Tersangka/Orang Tua atau Wali
Korban atau Anggota Masyarakat untuk
tersangka dan barang bukti Korban atau Anggota Masyarakat Permintaan kehadiran pihak
mengikuti upaya perdamaian.
Korban dan Tersangka tidak
harus di waktu yang sama
(situasional), agar upaya
perdamaian dapat berjalan
dengan maksimal
Mengoreksi dan memberi paraf konsep
Konsep Surat Panggilan Korban/
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Konsep Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
2. Orang Tua atau Wali Korban atau Tersangka/Orang Tua atau Wali 5 menit
Korban atau Anggota Masyarakat
Anggota Masyarakat untuk mengikuti Korban atau Anggota Masyarakat
dikoreksi dan diparaf.
upaya perdamaian.

Mengoreksi dan memberi paraf konsep


Konsep Surat Panggilan Korban/
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Konsep Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
3. Orang Tua atau Wali Korban atau Tersangka/Orang Tua atau Wali 5 menit
Korban atau Anggota Masyarakat
Anggota Masyarakat untuk mengikuti Korban atau Anggota Masyarakat
dikoreksi dan diparaf.
upaya perdamaian.
Mengoreksi dan menandatangani konsep
Surat Panggilan Korban/
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Konsep Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
4. Orang Tua atau Wali Korban atau Tersangka/Orang Tua atau Wali 5 menit
Korban atau Anggota
Anggota Masyarakat untuk mengikuti Korban atau Anggota Masyarakat
Masyarakat.
upaya perdamaian.
Surat Panggilan Korban/
Memberikan nomor berikut tanggal dan
Tersangka/Orang Tua atau Wali
stempel pada Surat Panggilan Surat Panggilan Korban/
Korban atau Anggota Masyarakat
5. Korban/Tersangka/ Orang Tua atau Wali Tersangka/Orang Tua atau Wali 5 menit
diberi nomor berikut tanggal dan
Korban atau Anggota Masyarakat untuk Korban atau Anggota Masyarakat
stempel.
mengikuti upaya perdamaian.
Menyampaikan Surat Panggilan kepada 1. Surat Panggilan Korban/
Surat Panggilan diterima Korban/
Korban/Tersangka/ Orang Tua atau Wali Tersangka/ Orang Tua atau
Tersangka/Orang Tua atau Wali Dilanjutkan sebagaimana SOP
7. Korban atau Anggota Masyarakat untuk Wali Korban atau Anggota 5 menit
Korban atau Anggota Masyarakat Upaya Perdamaian
mengikuti upaya perdamaian dengan Masyarakat
dengan tanda terima.
tanda terima. 2. Tanda terima surat panggilan
Total waktu 60 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
1. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- RJ-2 Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban
4301/E/EJP/9/2020 atau Anggota Masyarakat dan tanda terima surat

2
Nomor SOP : 02/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP : Upaya Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Penuntut Umum (JPU P-16A)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. SOP Penyampaian Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat dalam 1. Komputer dan printer
rangka Upaya Perdamaian; 2. Buku ekspedisi
2. SOP Tindak Lanjut Upaya Perdamaian; 3. Alat Tulis Kantor/ ATK
3. SOP Proses Perdamaian.
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. Upaya perdamaian dilaksanakan di hari yang sama setelah penyerahan tersangka dan barang bukti oleh Penyidik; 1. Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat;
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka proses perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat dilakukan; 2. Berita Acara Upaya Perdamaian Tidak Tercapai.
3. Dalam hal upaya perdamaian tidak tercapai karena terdapat tekanan, paksaan, dan intimidasi dari korban, tersangka,
dan/ atau pihak lain (vide Pasal 13 Perja No.15/2020), Penuntut Umum wajib menghentikan upaya perdamaian.

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Persyaratan/ Keterangan
PU Waktu Output
Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7
Kehadiran Korban/Tersangka/Orang Tua atau
Surat Perintah Penunjukan Jaksa
Menerima kehadiran Korban/Tersangka/Orang Tua Wali Korban atau Anggota Masyarakat tidak harus
Penuntut Umum Untuk Para pihak memahami maksud
1. atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat di kantor 1 menit dalam satu forum (situasional), agar upaya
Penyelesaian Perkara Tindak dan tujuan upaya perdamaian.
Kejaksaan Negeri. perdamaian dapat berjalan dengan maksimal.
Pidana.
Surat Perintah Penunjukan Jaksa
Penuntut Umum Untuk Para pihak mengetahui penuntut
Memperkenalkan diri sebagai Penuntut Umum yang
2. Penyelesaian Perkara Tindak 1 menit umum yang memfasilitasi upaya
ditunjuk untuk Penyelesaian Perkara Tindak Pidana.
Pidana. perdamaian.

- Surat Panggilan Korban/


Tersangka/Orang Tua atau Wali Para pihak yang hadir sesuai
Memverifikasi para pihak yang hadir sesuai dengan Korban atau Anggota dengan surat panggilan dan
3. 3 menit
Surat Panggilan dan berkas perkara. Masyarakat. berkas perkara, ditunjukkan
- Berkas perkara. dengan kartu identitas.

Menyampaikan maksud, tujuan upaya perdamaian,


hak dan kewajiban Korban dan Tersangka dalam upaya - Surat Panggilan Korban/
perdamaian, termasuk hak untuk menolak upaya Tersangka/Orang Tua atau Wali Para pihak memahami maksud,
4. perdamaian, serta menegaskan bahwa upaya Korban atau Anggota 5 menit tujuan, hak dan kewajiban dalam
perdamaian dilakukan tanpa tekanan, paksaan, dan Masyarakat. upaya perdamaian
intimidasi. - Berkas perkara.

Menawarkan perdamaian dengan memberitahukan


- Surat Panggilan Korban/
segala konsekuensi atas setiap pengambilan Diketahuinya sikap
Tersangka/Orang Tua atau Wali
keputusan para pihak, dan memberikan kesempatan diterima Korban/Tersangka/Orang Tua
Korban atau Anggota
5. kepada Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali 10 menit atau Wali Korban untuk
Masyarakat.
Korban menyampaikan sikapnya untuk menerima/menolak upaya
ditolak - Berkas perkara.
menerima/menolak upaya perdamaian perdamaian

Dilanjutkan sebagaimana SOP Tindak Lanjut


Upaya Perdamaian

Penuntut Umum dapat melaksanakan


musyawarah perdamaian pada hari yang sama
Sikap Korban/Tersangka/Orang
Membuat Berita Acara Upaya Perdamaian Tidak Berita Acara Upaya Perdamaian dengan upaya perdamaian apabila para pihak
6.1. Tua atau Wali Korban untuk 10 menit
Tercapai. Tidak Tercapai menyepakati.
menolak upaya perdamaian
Waktu yang digunakan dari upaya perdamaian
sampai dengan proses perdamaian paling lama 4
(empat) hari.

Dalam hal musyawarah perdamaian dilaksanakan


di tempat yang disepakati para pihak selain kantor
Menjelaskan kepada para pihak tahapan selanjutnya Sikap Korban/Tersangka/Orang Para pihak memahami tahapan
kejaksaan negeri dilanjutkan sebagaimana SOP
6.2. dan menentukan estimasi hari, tanggal proses Tua atau Wali Korban untuk 5 menit selanjutnya dan estimasi hari,
Pembuatan Surat Perintah Untuk Memfasilitasi
perdamaian. menerima upaya perdamaian tanggal proses perdamaian.
Proses Perdamaian Berdasarkan Keadilan
Restoratif.
Total waktu 25-30 mnt

2
Keterangan Form Administrasi:
Dasar Kode Surat/ Judul surat/form/register
No.
Form
Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang
Surat Perintah Penunjukan Jaksa Penuntut Umum Untuk
1. Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor KEP- P-16A
Penyelesaian Perkara Tindak Pidana
132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana
Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban
2. RJ-2
atau Anggota Masyarakat dan tanda terima surat
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- Berita Acara Upaya Perdamaian Korban Perseorangan Tidak
3.1 RJ-6 Model C.1
4301/E/EJP/9/2020 Tercapai
3.2 RJ-6 Model C.2 Berita Acara Upaya Perdamaian Korban Lembaga Tidak Tercapai
4. SOP Form-07 Nota Pendapat Hasil Penelitian Berkas Perkara Hasil Penyidikan

3
Nomor SOP : 03/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP : Tindak Lanjut Upaya Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Penuntut Umum (JPU P-16A)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
- SOP Upaya Perdamaian 1. Komputer dan printer
- SOP Pelimpahan Perkara ke Pengadilan 2. Buku ekspedisi
- SOP Penyampaian Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat dalam 3. Alat Tulis Kantor/ ATK
rangka Proses Perdamaian dan
- SOP Penyampaian Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Berdasarkan Keadilan Restoratif
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat
1. SOP ini dilaksanakan pada hari yang sama setelah upaya perdamaian dilakukan.
2. Laporan tentang Upaya Perdamaian Berhasil/Diterima
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka tindak lanjut upaya perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat
3. Nota Pendapat Upaya Perdamaian Tidak Berhasil
dilakukan.
4. Laporan tentang Upaya Perdamaian Tidak Berhasil/Diterima

1
A. DALAM HAL UPAYA PERDAMAIAN BERHASIL/DITERIMA
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Persyaratan/ Keterangan
PU Kaur TU Kajari Waktu Output
Pidum Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dalam perkara tertentu yang mendapat
perhatian khusus dari pimpinan dan
masyarakat, laporan sebagaimana
Sikap Korban/Tersangka/Orang
dimaksud disampaikan juga kepada
Membuat Laporan tentang Upaya Tua atau Wali Korban yang Laporan tentang Upaya
1. 15 menit Jaksa Agung secara berjenjang.
Perdamaian Berhasil/Diterima menerima upaya perdamaian Perdamaian Berhasil/Diterima
Laporan dibuat pada hari yang sama
setelah upaya perdamaian
dilaksanakan.
Laporan tentang Upaya
1. Laporan tentang Upaya Perdamaian Berhasil/Diterima
Menyertakan KPD pada Laporan tentang
2. Perdamaian Berhasil/Diterima 5 menit disertakan KPD dan diterima oleh
Upaya Perdamaian Berhasil/Diterima
2. Kartu Penerus Disposisi (KPD) Kajari.

Memberikan disposisi kepada Kasi Pidum


Disposisi untuk untuk membuat
untuk membuat Surat Panggilan Proses
Surat Panggilan Proses
Perdamaian; dan Surat Perintah Untuk
Laporan tentang Upaya Perdamaian; dan Surat Perintah
Memfasilitasi Proses Perdamaian
3. Perdamaian Berhasil/Diterima 5 menit Untuk Memfasilitasi Proses
Berdasarkan Keadilan Restoratif (jika
disertakan KPD Perdamaian Berdasarkan
musyawarah perdamaian dilaksanakan di
Keadilan Restoratif diterima oleh
tempat yang disepakati para pihak selain
Kasi Pidum
kantor kejaksaan negeri)
Dilanjutkan sebagaimana SOP
Disposisi untuk untuk membuat Disposisi untuk untuk membuat Penyampaian Surat Panggilan
Surat Panggilan Proses Surat Panggilan Proses Korban/Tersangka/Orang Tua atau
Memberi disposisi kepada PU untuk Perdamaian; dan Surat Perintah Perdamaian; dan Surat Perintah Wali Korban atau Anggota
4. membuat Surat Panggilan Proses Untuk Memfasilitasi Proses 5 menit Untuk Memfasilitasi Proses Masyarakat dalam rangka Proses
Perdamaian Perdamaian Berdasarkan Keadilan Perdamaian Berdasarkan Perdamaian, dan SOP Pembuatan
Restoratif Keadilan Restoratif diterima oleh Surat Perintah Untuk Memfasilitasi
PU Proses Perdamaian Berdasarkan
Keadilan Restoratif
Total waktu 30 menit

2
B. DALAM HAL UPAYA PERDAMAIAN TIDAK BERHASIL/DITOLAK
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Pidum Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Nota Pendapat Upaya
Membuat Nota Pendapat Upaya Perdamaian Tidak Berhasil
Perdamaian Tidak Berhasil dan Laporan Berita Acara Upaya Perdamaian - Laporan tentang Upaya Laporan dibuat pada hari yang sama setelah
1. 30 menit
tentang Upaya Perdamaian Tidak Tidak Tercapai Perdamaian Tidak Berhasil/ upaya perdamaian dilaksanakan.
Berhasil/Ditolak. Ditolak

Pendapat Kasi Pidum pada Nota


Memberikan pendapat pada kolom
Nota Pendapat Upaya Perdamaian Pendapat Upaya Perdamaian
2. pendapat di Nota Pendapat Upaya 5 menit
Tidak Berhasil Tidak Berhasil
Perdamaian Tidak Berhasil.
Petunjuk Kajari pada Nota
Memberikan petunjuk pada kolom Nota Pendapat Upaya Perdamaian
Pendapat Upaya Perdamaian
3. petunjuk di Nota Pendapat Upaya Tidak Berhasil dengan pendapat 5 menit
Tidak Berhasil
Perdamaian Tidak Berhasil. Kasi Pidum
Nota Pendapat Upaya
Meneruskan pendapat Kasi Pidum dan Nota Pendapat Upaya Perdamaian Perdamaian Tidak Berhasil
4. petunjuk Kajari di Nota Pendapat Upaya Tidak Berhasil dengan pendapat 5 menit dengan pendapat Kasi Pidum dan
Perdamaian Tidak Berhasil kepada PU. Kasi Pidum dan petunjuk Kajari petunjuk Kajari di terima oleh PU.

Menindaklanjuti pendapat Kasi Pidum dan Nota Pendapat Upaya Perdamaian


Surat pelimpahan perkara acara Dilanjutkan sebagaimana SOP Pelimpahan
5. petunjuk Kajari untuk melimpahkan Tidak Berhasil dengan pendapat 15 menit
pemeriksaan biasa/singkat Perkara ke Pengadilan
perkara ke Pengadilan. Kasi Pidum dan petunjuk Kajari
Total Waktu 60 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang
Surat Perintah Penunjukan Jaksa Penuntut Umum Untuk
1. Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor KEP- P-16A
Penyelesaian Perkara Tindak Pidana
132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana
RJ-5
2. Laporan tentang Upaya Perdamaian Berhasil/Diterima
Model B-1
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- RJ-4
3. Nota Pendapat Upaya Perdamaian Tidak Berhasil
4301/E/EJP/9/2020 Model A.1.1
RJ-5
4. Laporan tentang Upaya Perdamaian Tidak Berhasil/Diterima
Model B-2

3
Nomor SOP : 04/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

Penyampaian Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali


KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP :
Korban atau Anggota Masyarakat dalam rangka Proses Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
SOP Tindak Lanjut Upaya Perdamaian
2. Buku ekspedisi
SOP Proses Perdamaian
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. SOP ini dilaksanakan pada hari yang sama setelah upaya perdamaian selesai dilakukan Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat (RJ-2)
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka proses perdamaian tidak dapat diketahui dan diikuti oleh Penyidik

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasubsi Kasi Kaur Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Tut Pidum TU Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Fasilitator dapat melaksanakan
- Surat Perintah Untuk Konsep Surat Panggilan
Membuat konsep Surat Panggilan musyawarah perdamaian pada
Memfasilitasi Proses Perdamaian Korban/Tersangka/Orang Tua
Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali hari yang sama dengan upaya
1. Berdasarkan Keadilan Restoratif 15 menit atau Wali Korban atau Anggota
Korban atau Anggota Masyarakat untuk perdamaian apabila para pihak
- Laporan Tentang Upaya Masyarakat untuk mengikuti
mengikuti proses perdamaian. menyepakati
Perdamaian Berhasil/Diterima proses perdamaian
Konsep Surat Panggilan
Mengoreksi dan memberi paraf pada Konsep Surat Panggilan Korban/ Korban/Tersangka/Orang Tua
konsep Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali atau Wali Korban atau Anggota
2. Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit Masyarakat untuk mengikuti
atau Anggota Masyarakat untuk mengikuti untuk mengikuti proses proses perdamaian dikoreksi dan
proses perdamaian. perdamaian. diparaf.

Konsep Surat Panggilan


Mengoreksi dan memberi paraf pada Konsep Surat Panggilan Korban/ Korban/Tersangka/Orang Tua
konsep Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali atau Wali Korban atau Anggota
3. Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit Masyarakat untuk mengikuti
atau Anggota Masyarakat untuk mengikuti untuk mengikuti proses proses perdamaian dikoreksi dan
proses perdamaian. perdamaian. diparaf.

Surat Panggilan Korban/


Mengoreksi dan menandatangani konsep Konsep Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
Korban atau Anggota Masyarakat
4. Orang Tua atau Wali Korban atau Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit
untuk mengikuti proses
Anggota Masyarakat untuk mengikuti untuk mengikuti proses
perdamaian
proses perdamaian. perdamaian.
Surat Panggilan Korban/
Memberikan nomor berikut tanggal dan Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
stempel pada Surat Panggilan Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat
5. Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit untuk mengikuti proses
Korban atau Anggota Masyarakat untuk untuk mengikuti proses perdamaian diberi nomor berikut
mengikuti proses perdamaian. perdamaian. tanggal dan stempel.

Surat Surat Panggilan untuk


Surat Panggilan Korban/
Menyampaikan Surat Panggilan kepada mengikuti proses perdamaian
Tersangka/Orang Tua atau Wali
Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali diterima Korban/Tersangka/ Dilanjutkan sebagaimana SOP
6. Korban atau Anggota Masyarakat 30 menit
Korban atau Anggota Masyarakat untuk Orang Tua atau Wali Korban atau Proses Perdamaian
untuk mengikuti proses
mengikuti proses perdamaian Anggota Masyarakat
perdamaian.
Total waktu 65 menit

Keterangan Form Administrasi:


No. Dasar Kode Surat/ Form Judul surat/form/register
Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban
1. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- RJ-2
atau Anggota Masyarakat.
4301/E/EJP/9/2020
2. RJ-5 Model B1 Laporan Tentang Upaya Perdamaian Berhasil/Diterima

2
Nomor SOP : 05/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

Penyampaian Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar


KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP :
Pengadilan Berdasarkan Keadilan Restoratif

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
SOP Tindak Lanjut Upaya Perdamaian
2. Buku ekspedisi
SOP Proses Perdamaian
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Proses Perdamaian Berdasarkan Keadilan Restoratif
1. SOP ini dilaksanakan pada hari yang sama setelah para pihak sepakat untuk melaksanakan proses perdamaian
2. Laporan Tentang Upaya Perdamaian Berhasil/Diterima
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka proses perdamaian tidak dapat diketahui dan diikuti oleh Penyidik
3. Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Berdasarkan Keadilan Restoratif

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasubsi Kasi Kaur Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Tut Pidum TU Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Surat Perintah Untuk
Surat pemberitahuan tetap dibuat
Membuat konsep Surat Pemberitahuan Memfasilitasi Proses Konsep Surat Pemberitahuan
meskipun penyidik mengikuti
Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Perdamaian Berdasarkan Penyelesaian Perkara di Luar
1. 15 menit upaya perdamaian yang hasilnya
Berdasarkan Keadilan Restoratif yang Keadilan Restoratif Pengadilan Berdasarkan
diterima para pihak, sebagai
ditujukan kepada Penyidik 2. Laporan Tentang Upaya Keadilan Restoratif
laporan kepada atasan Penyidik.
Perdamaian Berhasil/Diterima
Konsep Surat Pemberitahuan
Mengoreksi dan memberi paraf pada Konsep Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar
konsep Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Berdasarkan
2. 5 menit
Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Pengadilan Berdasarkan Keadilan Keadilan Restoratif dikoreksi dan
Berdasarkan Keadilan Restoratif Restoratif diparaf.

Konsep Surat Pemberitahuan


Mengoreksi dan memberi paraf pada Konsep Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar
konsep Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Berdasarkan
3. 5 menit
Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Pengadilan Berdasarkan Keadilan Keadilan Restoratif dikoreksi dan
Berdasarkan Keadilan Restoratif Restoratif diparaf.

Surat Surat Pemberitahuan


Mengoreksi dan menandatangani Surat Konsep Surat Pemberitahuan
Penyelesaian Perkara di Luar
Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Penyelesaian Perkara di Luar
4. 5 menit Pengadilan Berdasarkan
Luar Pengadilan Berdasarkan Keadilan Pengadilan Berdasarkan Keadilan
Keadilan Restoratif
Restoratif Restoratif
Surat Pemberitahuan
Memberikan nomor berikut tanggal dan Penyelesaian Perkara di Luar
Surat Pemberitahuan Penyelesaian
stempel pada Surat Pemberitahuan Pengadilan Berdasarkan
5. Perkara di Luar Pengadilan 5 menit
Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Keadilan Restoratif diberi nomor
Berdasarkan Keadilan Restoratif
Berdasarkan Keadilan Restoratif berikut tanggal dan stempel.

Surat Pemberitahuan
Menyampaikan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar
Surat Pemberitahuan Penyelesaian
Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan Pengadilan Berdasarkan Dilanjutkan sebagaimana SOP
6. Perkara di Luar Pengadilan 30 menit
Berdasarkan Keadilan Restoratif kepada Keadilan Restoratif diterima oleh Proses Perdamaian.
Berdasarkan Keadilan Restoratif
Penyidik Penyidik

Total waktu 65 menit

Keterangan Form Administrasi:


Dasar Kode Surat/ Judul surat/form/register
No.
Form
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- Surat Pemberitahuan Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan
1. RJ-3
4301/E/EJP/9/2020 Berdasarkan Keadilan Restoratif

2
Nomor SOP : 06/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

Pembuatan Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Proses Perdamaian


KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP :
Berdasarkan Keadilan Restoratif

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Penuntut Umum (JPU P-16A)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
- SOP Tindak Lanjut Upaya Perdamaian
2. Buku ekspedisi
- SOP Proses Perdamaian
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. SOP ini dibuat jika musyawarah perdamaian dilaksanakan di tempat yang disepakati para pihak selain kantor kejaksaan 1. Laporan tentang Upaya Perdamaian Berhasil/Diterima
negeri
2. SOP ini dibuat di hari yang sama setelah upaya perdamaian dilaksanakan
3. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka tindak lanjut upaya perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat
dilakukan

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Kaur TU Waktu Output
Pidum Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Disposisi Kajari untuk membuat Konsep Surat Perintah Untuk
Membuat konsep Surat Perintah Untuk
Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Memfasilitasi Proses Perdamaian
1. Memfasilitasi Proses Perdamaian 15 menit
Proses Perdamaian Berdasarkan Berdasarkan Keadilan Restoratif
Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keadilan Restoratif
Konsep Surat Perintah Untuk
Mengoreksi dan mencantumkan paraf
Konsep Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Proses Perdamaian
pada konsep Surat Perintah Untuk
2. Memfasilitasi Proses Perdamaian 5 menit Berdasarkan Keadilan Restoratif
Memfasilitasi Proses Perdamaian
Berdasarkan Keadilan Restoratif dikoreksi dan diparaf
Berdasarkan Keadilan Restoratif

Mengoreksi dan menandatangani konsep


Konsep Surat Perintah Untuk Surat Perintah Untuk
Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Proses
3. Memfasilitasi Proses Perdamaian 5 menit Memfasilitasi Proses Perdamaian
Perdamaian Berdasarkan Keadilan
Berdasarkan Keadilan Restoratif Berdasarkan Keadilan Restoratif
Restoratif
Memberikan nomor berikut tanggal dan
Surat Perintah Untuk
stempel pada Surat Perintah Untuk Surat Perintah Untuk Memfasilitasi
Memfasilitasi Proses Perdamaian Dilanjutkan sebagaimana SOP
4. Memfasilitasi Proses Perdamaian Proses Perdamaian Berdasarkan 5 meniit
Berdasarkan Keadilan Restoratif Proses Perdamaian
Berdasarkan Keadilan Restoratif dan Keadilan Restoratif
diterima Penuntut Umum
menyampaikan kepada Penuntut Umum
Total waktu 30 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Proses Perdamaian Berdasarkan
1. RJ-1
4301/E/EJP/9/2020 Keadilan Restoratif

2
Nomor SOP : 07/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP : Proses Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Penuntut Umum (JPU P-16A)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. SOP Penyampaian Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat dalam 1. Komputer dan printer
rangka Proses Perdamaian 2. Buku ekspedisi
2. SOP Tindak Lanjut Proses Perdamaian 3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. SOP ini dilaksanakan antara H+2 sampai H+4 sejak penyerahan tersangka dan barang bukti 1. Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat (RJ-2)
2. Dalam hal proses perdamaian tidak tercapai karena terdapat tekanan, paksaan, dan intimidasi dari korban, tersangka, 2. Kesepakatan Perdamaian
dan/ atau pihak lain (vide Pasal 13 Perjak No.15/2020), Penuntut Umum wajib menghentikan proses perdamaian. 3. Berita Acara Proses Perdamaian
3. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka proses perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat dilakukan

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Persyaratan/ Keterangan
PU Waktu Output
Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7
Fasilitator dapat melaksanakan
musyawarah perdamaian pada hari
yang sama dengan upaya perdamaian
apabila para pihak menyepakati
Membuka acara proses perdamaian dan menyatakan 1. Surat Perintah Penunjukan Jaksa Proses perdamaian dimulai dengan sifat
1. 1 menit
tertutup untuk umum. Penuntut Umum Untuk Penyelesaian tertutup untuk umum Waktu yang digunakan dari upaya
Perkara Tindak Pidana; dan/atau perdamaian sampai dengan proses
2. Surat Perintah Untuk Memfasilitasi perdamaian paling lama 4 (empat) hari
Proses Perdamaian Berdasarkan terhitung sejak penyerahan tersangka
Keadilan Restoratif. dan barang bukti

Memperkenalkan diri sebagai Penuntut Umum yang Para pihak mengetahui penuntut umum
2. 1 menit
diperintahkan sebagai fasilitator proses perdamaian. yang memfasilitasi proses perdamaian.

Memverifikasi para pihak yang hadir dalam upaya


perdamaian dengan urutan sebagai berikut:
a. Korban/orang tua/wali korban;
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Para pihak yang hadir sesuai dengan
b. Tersangka;
3. Orang Tua atau Wali Korban atau 3 menit surat panggilan dan berkas perkara,
c. Penasehat hukum tersangka;
Anggota Masyarakat. ditunjukkan dengan kartu identitas.
d. Anggota masyarakat; dan
e. Penyidik.

Menyampaikan maksud, tujuan, tata tertib dan


menegaskan bahwa proses perdamaian dilaksanakan Para pihak memahami maksud, tujuan,
4. 5 menit
secara sukarela, dengan musyawarah untuk mufakat, dan tata tertib dalam proses perdamaian
rahasia, tanpa tekanan, paksaan, dan intimidasi.
Para pihak memahami pokok kejadian
5. Membacakan uraian singkat perkara 5 menit
perkara

Memberikan kesempatan kepada tersangka/


Diketahuinya tanggapan tersangka atas
penasehat hukum atas tanggapannya terhadap uraian
uraian singkat perkara serta harapan
6. singkat perkara, pengakuan dan/atau penyesalan, atar 5 menit
tersangka.
belakang tersangka melakukan perbuatannya serta 1. Surat Perintah Penunjukan Jaksa
harapan tersangka di masa depan. Penuntut Umum Untuk Penyelesaian
Perkara Tindak Pidana; dan/atau
Memberikan kesempatan kepada Korban/orang 2. Surat Perintah Untuk Memfasilitasi
Diketahuinya harapan dan keinginan
tua/wali korban untuk menyampaikan kekhawatiran, Proses Perdamaian Berdasarkan
orban/orang tua/ wali korban untuk:
penderitaan atau kerugian korban, serta harapan dan Keadilan Restoratif.
a. sepakat berdamai tanpa disertai
keinginan korban untuk:
pemenuhan kewajiban tertentu;
7. a. sepakat berdamai tanpa disertai pemenuhan 5 menit
b. sepakat berdamai disertai
kewajiban tertentu;
pemenuhan kewajiban tertentu;
b. sepakat berdamai disertai pemenuhan kewajiban
atau
tertentu; atau
c. menolak proses perdamaian.
c. menolak proses perdamaian.
Memberikan kesempatan kepada tersangka untuk
merespon harapan dan keinginan Korban/ orang Diketahuinya respon tersangka terkait
8. 5 menit
tua/wali korban. harapan dan keinginan korban.

2
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Persyaratan/ Keterangan
PU Waktu Output
Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7
Memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat
Diketahuinya pandangan anggota
9. untuk menyampaikan pandangannya terkait proses 5 menit
masyarakat terkait proses perdamaian
perdamaian.
Dalam hal kesepakatan sulit tercapai
Memberikan kesempatan kepada Korban/Tersangka/ atau dalam hal dianggap perlu, fasilitaor
Diketahuinya sikap/pandangan Korban/
10. Orang Tua atau Wali Korban apabila masih ada yang 5 menit dapat membuat pertemuan terpisah
Tersangka/ Orang Tua atau Wali Korban
ingin disampaikan. (kaukus) untuk melancarkan proses
kesepakatan perdamaian
Proses perdamaian tercapai atau tidak
11. Menyimpulkan hasil proses perdamaian 5 menit
tercapai
Lihat dan sesuaikan dengan tabel
Berita acara kesepakatan perdamaian
keterangan form administrasi di bawah.
Dalam hal proses perdamaian tercapai, membuat: dan Kesepakatan Perdamaian yang
12.1. a. Berita acara proses perdamaian; Proses perdamaian tercapai 15 menit ditandatangani oleh Korban, Tersangka,
Pemenuhan kewajiban tersangka
b. Kesepakatan Perdamaian. dan 2 (dua) orang saksi
kepada korban paling lama 3 (tiga) hari

Berita Acara Proses Perdamaian Tidak Lihat dan sesuaikan dengan tabel
Dalam hal proses perdamaian tidak tercapai: membuat
12.2. Proses perdamaian tidak tercapai 15 menit Tercapai ditandatangani oleh Korban, keterangan form administrasi di bawah.
Berita Acara ProsesPerdamaian Tidak Tercapai.
Tersangka, dan 2 (dua) orang saksi
Surat Perintah Untuk Memfasilitasi
Dilanjutkan sebagaimana SOP
13. Menutup acara proses perdamaian Proses Perdamaian Berdasarkan 5 menit Proses Perdamaian selesai
Tindak Lanjut Proses Perdamaian.
Keadilan Restoratif.
Total waktu 65 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
1. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang
Surat Perintah Penunjukan Jaksa Penuntut Umum Untuk Penyelesaian
Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor KEP- P-16A
Perkara Tindak Pidana
132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana
2. Surat Perintah Untuk Memfasilitasi Proses Perdamaian Berdasarkan
RJ-1
Keadilan Restoratif
3. Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau
RJ-2
Anggota Masyarakat dan tanda terima surat
4.a RJ-7 Model
Kesepakatan Perdamaian Korban Perorangan
D.1.1
4.b RJ-7 Model
Kesepakatan Perdamaian Korban Lembaga
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- D.1.2
4.c. 4301/E/EJP/9/2020 RJ-7 Model
Kesepakatan Perdamaian Tanpa Syarat Korban Perorangan
D.2.1
4.d. RJ-7 Model
Kesepakatan Perdamaian Tanpa Syarat Korban Lembaga
D.2.2
5.a RJ-8 Model Berita Acara Proses Perdamaian Korban Perseorangan Berhasil Tanpa
E.1.1 Syarat
5.b RJ-8 Model Berita Acara Proses Perdamaian Korban Lembaga Berhasil Tanpa
E.1.2 Syarat

3
4.c RJ-8 Model Berita Acara Proses Perdamaian Korban Perseorangan Berhasil
E.2.1 Dengan Syarat
4.d RJ-8 Model Berita Acara Proses Perdamaian Korban Lembaga Berhasil Dengan
E.2.2 Syarat
5.a RJ-8 Model
Berita Acara Proses Perdamaian Korban Perseorangan Tidak Berhasil
E.3.1
5.b RJ-8 Model
Berita Acara Proses Perdamaian Korban Lembaga Tidak Berhasil
E.3.2

4
Nomor SOP : 08/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP : Tindak Lanjut Proses Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
SOP Proses Perdamaian 2. Buku ekspedisi
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. Laporan tentang Proses Perdamaian Diterima
1. SOP ini dilaksanakan pada H+4 sejak penyerahan tersangka dan barang bukti 2. Surat permintaan persetujuan Kajati untuk menjadwalkan Ekspos kepada JAM Pidum
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka proses perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat ditindaklanjuti 3. Nota Pendapat Proses Perdamaian Tidak Berhasil
4. Laporan tentang Upaya Perdamaian Ditolak

1
DALAM HAL PROSES PERDAMAIAN DITERIMA DENGAN/TANPA DISERTAI PEMENUHAN KEWAJIBAN
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Kasubsi Persyaratan/ Keterangan
PU Kaur TU Kajari Waktu Output
Pidum Tut Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Format laporan disesuaikan
Membuat Laporan tentang Proses - Berita acara proses perdamaian; Laporan tentang Proses
1. 15 menit dengan Tabel Keterangan Form
Perdamaian Diterima. - Kesepakatan Perdamaian. Perdamaian Diterima.
Administrasi di bawah
- Berita acara proses perdamaian;
- Kesepakatan Perdamaian; Laporan tentang Proses
Menyertakan KPD pada Laporan tentang - Laporan tentang Proses Perdamaian Diterima disertakan
2. 5 menit
Proses Perdamaian Diterima. Perdamaian Diterima; KPD dan diterima oleh Kajari.
- Kartu Penerus Disposisi (KPD).

- Berita acara proses perdamaian;


Disposisi untuk membuat konsep
Memberi disposisi kepada Kasi Pidum - Kesepakatan Perdamaian;
Surat permintaan persetujuan
untuk membuat konsep Surat permintaan - Laporan tentang Proses
3. 5 menit Kajati serta menjadwalkan
persetujuan Kajati serta untuk Perdamaian Diterima;
ekspos kepada JAM Pidum
menjadwalkan ekspos kepada JAM Pidum - Kartu Penerus Disposisi (KPD).
diterima oleh Kasi Pidum.
Disposisi untuk membuat konsep
- Berita acara proses perdamaian;
Memberi disposisi kepada Kabusi Tut Surat permintaan persetujuan
- Kesepakatan Perdamaian;
untuk membuat konsep Surat persetujuan Kajati serta menjadwalkan
4. - Laporan tentang Proses 5 menit
kepada Kajati serta menjadwalkan ekspos ekspos kepada JAM Pidum
Perdamaian Diterima dengan
kepada JAM Pidum diterima oleh Kasubdi Tut.
disposisi Kajari
- Berita acara proses perdamaian;
Membuat konsep konsep Surat - Kesepakatan Perdamaian; Konsep Surat permintaan
permintaan persetujuan Kajati serta - Laporan tentang Proses persetujuan Kajati serta
5. 15 menit
menjadwalkan Ekspos kepada JAM Perdamaian Diterima dengan menjadwalkan Ekspos kepada
Pidum. disposisi Kajari dan Kasi Pidum. JAM Pidum.

Konsep Surat permintaan


Mengoreksi dan mencantumkan paraf Konsep Surat permintaan
persetujuan Kajati serta
pada konsep Surat permintaan persetujuan Kajati serta
6. 5 menit menjadwalkan Ekspos kepada
persetujuan Kajati serta menjadwalkan menjadwalkan Ekspos kepada JAM
JAM Pidum dikoreksi dan diparaf
Ekspos kepada JAM Pidum. Pidum
Konsep Surat permintaan
Mengoreksi dan menandatangani konsep
persetujuan Kajati serta Surat permintaan persetujuan
Surat permintaan persetujuan Kajati serta
7. menjadwalkan Ekspos kepada JAM 5 menit Kajati serta menjadwalkan
menjadwalkan Ekspos kepada JAM
Pidum Ekspos kepada JAM Pidum.
Pidum.
Dilanjutkan sebagaimana:
Memberikan nomor berikut tanggal dan - SOP Penyampaian Surat
Surat permintaan persetujuan
stempel pada Surat permintaan Surat permintaan persetujuan Panggilan Untuk
Kajati serta menjadwalkan
8. persetujuan Kajati serta menjadwalkan Kajati serta menjadwalkan Ekspos 5 meniit Melaksanakan Kesepakatan
Ekspos kepada JAM Pidum
Ekspos kepada JAM Pidum dan kepada JAM Pidum Perdamaian; atau
terkirim kepada Kejati.
mengirimkan kepada Kejati - SOP Pelimpahan Perkara
ke Pengadilan
Total waktu 60 menit

A. DALAM HAL PROSES PERDAMAIAN DITOLAK

2
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Pidum Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Nota Pendapat Upaya
Membuat Nota Pendapat Proses Perdamaian Tidak Berhasil
Berita Acara Proses Perdamaian Format laporan disesuaikan dengan Tabel
1. Perdamaian Tidak Berhasil dan Laporan 30 menit - Laporan tentang Proses
Tidak Tercapai Keterangan Form Administrasi di bawah
tentang Proses Perdamaian Ditolak. Perdamaian Ditolak

Memberikan pendapat pada kolom Pendapat Kasi Pidum pada Nota


pendapat di Nota Pendapat Proses Nota Pendapat Proses Perdamaian Pendapat Proses Perdamaian
2. 5 menit
Perdamaian Tidak Berhasil. Tidak Berhasil Tidak Berhasil

Petunjuk Kajari pada Nota


Memberikan petunjuk pada kolom Nota Pendapat Proses Perdamaian
Pendapat Proses Perdamaian
3. petunjuk di Nota Pendapat Proses Tidak Berhasil dengan pendapat 5 menit
Tidak Berhasil
Perdamaian Tidak Berhasil. Kasi Pidum
Nota Pendapat Proses
Meneruskan pendapat Kasi Pidum dan Nota Pendapat Proses Perdamaian Perdamaian Tidak Berhasil
4. petunjuk Kajari di Nota Pendapat Proses Tidak Berhasil dengan pendapat 5 menit dengan pendapat Kasi Pidum dan
Perdamaian Tidak Berhasil kepada PU. Kasi Pidum dan petunjuk Kajari petunjuk Kajari di terima oleh PU.

Nota Pendapat Proses Perdamaian


Menindaklanjuti pendapat Kasi Pidum dan
Tidak Berhasil dengan pendapat Surat pelimpahan perkara acara Dilanjutkan sebagaimana SOP Pelimpahan
5. petunjuk Kajari untuk melimpahkan 15 menit
Kasi Pidum dan petunjuk Kajari pemeriksaan biasa/singkat Perkara ke Pengadilan
perkara ke Pengadilan.
Total Waktu 60 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
RJ-9
1. Laporan tentang Proses Perdamaian Diterima Dengan Syarat
Model F.1
RJ-9
2. Laporan tentang Proses Perdamaian Diterima Tanpa Syarat
Model F.2
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- Surat permintaan persetujuan Kajati untuk menjadwalkan Ekspos
3. RJ-12
4301/E/EJP/9/2020 kepada JAM Pidum
RJ-4
4. Nota Pendapat Proses Perdamaian Tidak Berhasil
Model A.1.2
RJ-9
5. Laporan tentang Upaya Perdamaian Ditolak
Model F.3

3
Nomor SOP : 09/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

Penyampaian Surat Panggilan Untuk Melaksanakan Kesepakatan


KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP :
Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
3. Komputer dan printer
1. SOP Tindak Lanjut Proses Perdamaian
4. Buku ekspedisi
2. SOP Penyampaian Surat Panggilan Untuk Verifikasi Pelaksanaan Perdamaian
5. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. SOP ini dilaksanakan pada H+8 sejak penyerahan tersangka dan barang bukti Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat (RJ-2)
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka kesepakatan perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat dilakukan

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasubsi Kasi Kaur Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Tut Pidum TU Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsep Surat Panggilan Korban/
Membuat konsep Surat Panggilan Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat panggilan dibuat setelah
Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat
1. Surat Persetujuan Kajati 30 menit menerima Surat Persetujuan
Korban atau Anggota Masyarakat untuk untuk melaksanakan
Kajati.
melaksanakan kesepakatan perdamaian. kesepakatan perdamaian.

Konsep Surat Panggilan Korban/


Mengoreksi dan memberi paraf konsep Konsep Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat
2. Orang Tua atau Wali Korban atau Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit untuk melaksanakan
Anggota Masyarakat untuk melaksanakan untuk melaksanakan kesepakatan kesepakatan perdamaian
kesepakatan perdamaian. perdamaian. dikoreksi dan diparaf.

Konsep Surat Panggilan Korban/


Mengoreksi dan memberi paraf konsep Konsep Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
Korban atau Anggota Masyarakat
3. Orang Tua atau Wali Korban atau Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit
untuk melaksanakan
Anggota Masyarakat untuk melaksanakan untuk melaksanakan kesepakatan
kesepakatan perdamaian
kesepakatan perdamaian. perdamaian.
dikoreksi dan diparaf.
Surat Panggilan Korban/
Mengoreksi dan menandatangani konsep Konsep Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
Korban atau Anggota Masyarakat
4. Orang Tua atau Wali Korban atau Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit
untuk melaksanakan
Anggota Masyarakat untuk melaksanakan untuk melaksanakan kesepakatan
kesepakatan perdamaian.
kesepakatan perdamaian. perdamaian.
Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
Memberikan nomor berikut tanggal dan Surat Panggilan Korban/
Korban atau Anggota Masyarakat
stempel pada Surat Panggilan Tersangka/Orang Tua atau Wali
untuk melaksanakan
5. Korban/Tersangka/ Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat 5 menit
kesepakatan perdamaian diberi
Korban atau Anggota Masyarakat untuk untuk melaksanakan kesepakatan
nomor berikut tanggal dan
melaksanakan kesepakatan perdamaian. perdamaian.
stempel.

1. Surat Panggilan Korban/


Tersangka/ Orang Tua atau Surat Panggilan untuk
Menyampaikan Surat Panggilan kepada
Wali Korban atau Anggota melaksanakan kesepakatan Dilanjutkan sebagaimana SOP
Korban/Tersangka/ Orang Tua atau Wali
Masyarakat untuk perdamaian diterima Korban/ Penyampaian Surat Panggilan
6. Korban atau Anggota Masyarakat untuk 5 menit
melaksanakan kesepakatan Tersangka/Orang Tua atau Wali Untuk Verifikasi Pelaksanaan
melaksanakan kesepakatan perdamaian
perdamaian; Korban atau Anggota Masyarakat Perdamaian.
dengan tanda terima.
2. Tanda terima surat panggilan. dengan tanda terima.

Total waktu 55 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
1. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban
RJ-2
4301/E/EJP/9/2020 atau Anggota Masyarakat dan tanda terima surat

2
Nomor SOP : 10/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

Penyampaian Surat Panggilan Untuk Verifikasi Pelaksanaan


KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP :
Kesepakatan Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
SOP Penyampaian Surat Panggilan Untuk Melaksanakan Kesepakatan Perdamaian
2. Buku ekspedisi
SOP Verifikasi Pelaksanaan Perdamaian
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. SOP ini dilaksanakan pada H+11 sejak penyerahan tersangka dan barang bukti Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat (RJ-2)
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka kesepakatan perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat dilakukan

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasubsi Kasi Kaur Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Tut Pidum TU Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Surat panggilan disertai
Konsep Surat Panggilan Korban/
Membuat konsep Surat Panggilan permintaan kepada para pihak
Surat Panggilan Untuk Tersangka/Orang Tua atau Wali
Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali untuk membawa bukti
1. Melaksanakan Kesepakatan 30 menit Korban untuk verifikasi
Korban untuk verifikasi pelaksanaan pelaksanaan kesepakatan
Perdamaian pelaksanaan kesepakatan
kesepakatan perdamaian. perdamaian.
perdamaian.
Konsep Surat Panggilan Korban/
Mengoreksi dan memberi paraf konsep Konsep Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban untuk verifikasi
2. Orang Tua atau Wali Korban untuk Korban untuk verifikasi 5 menit pelaksanaan kesepakatan
verifikasi pelaksanaan kesepakatan pelaksanaan kesepakatan perdamaian dikoreksi dan
perdamaian. perdamaian. diparaf.

Konsep Surat Panggilan Korban/


Mengoreksi dan memberi paraf konsep Konsep Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban untuk verifikasi
3. Orang Tua atau Wali Korban untuk Korban untuk verifikasi 5 menit pelaksanaan kesepakatan
verifikasi pelaksanaan kesepakatan pelaksanaan kesepakatan perdamaian dikoreksi dan
perdamaian. perdamaian. diparaf.

Surat Panggilan Korban/


Mengoreksi dan menandatangani konsep Konsep Surat Panggilan Korban/
Tersangka/Orang Tua atau Wali
Surat Panggilan Korban/Tersangka/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
Korban untuk verifikasi
4. Orang Tua atau Wali Korban untuk Korban untuk verifikasi 5 menit
pelaksanaan kesepakatan
verifikasi pelaksanaan kesepakatan pelaksanaan kesepakatan
perdamaian.
perdamaian. perdamaian.
Surat Panggilan Korban/
Memberikan nomor berikut tanggal dan Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali
stempel pada Surat Panggilan Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban untuk verifikasi
5. Korban/Tersangka/ Orang Tua atau Wali Korban untuk verifikasi 5 menit pelaksanaan kesepakatan
Korban untuk verifikasi pelaksanaan pelaksanaan kesepakatan perdamaian diberi nomor berikut
kesepakatan perdamaian. perdamaian. tanggal dan stempel.

Surat Panggilan untuk


- Surat Panggilan Korban/
Menyampaikan Surat Panggilan kepada pelaksanaan verifikasi
Tersangka/ Orang Tua atau Wali
Korban/Tersangka/ Orang Tua atau Wali kesepakatan perdamaian Dilanjutkan sebagaimana SOP
Korban untuk pelaksanaan
6. Korban untuk verifikasi pelaksanaan 5 menit diterima Korban/ Verifikasi Pelaksanaan
perdamaian;
kesepakatan perdamaian dengan tanda Tersangka/Orang Tua atau Wali Kesepakatan Perdamaian.
- Tanda terima surat panggilan.
terima. Korban dengan tanda terima.

Total waktu 55 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
1. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban
RJ-2
4301/E/EJP/9/2020 atau Anggota Masyarakat dan tanda terima surat

2
Nomor SOP : 11/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP : Pelaksanaan Verifikasi Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Penuntut Umum (JPU P-16A)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209);
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
SOP Penyampaian Surat Panggilan Untuk Verifikasi Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian
2. Buku ekspedisi
SOP Tindak Lanjut Verifikasi Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. SOP ini dilaksanakan H+12 sejak penyerahan tersangka dan barang bukti 1. Surat Panggilan Korban/Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau Anggota Masyarakat (RJ-2)
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka pelaksanaan perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat dilakukan 2. Berita Acara Proses Perdamaian

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Persyaratan/ Keterangan
PU Waktu Output
Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7
- Surat Persetujuan Kajati Pemenuhan kewajiban tersangka
- Surat Panggilan Pelaksanaan kepada korban paling lama 3 (tiga) hari
Kesepakatan Perdamaian
Membuka acara pelaksanaan perdamaian dan Pelaksanaan perdamaian dimulai
1. - Berita Acara Proses Perdamaian 1 menit
menyatakan tertutup untuk umum. dengan sifat tertutup untuk umum
- Kesepakatan Pelaksanaan
Perdamaian

- Surat Persetujuan Kajati


Menyampaikan maksud dan tujuan verifikasi - Surat Panggilan Pelaksanaan Para pihak memahami maksud dan
pelaksanaan kesepakatan perdamaian serta - Kesepakatan Perdamaian tujuan pelaksanaan perdamaian serta
2. 5 menit
konsekuensi dari pelaksanaan kesepakatan - Berita Acara Proses Perdamaian konsekuensi dari pelaksanaan
perdamaian. - Kesepakatan Pelaksanaan kesepakatan perdamaian
Perdamaian
Dalam hal kesepakatan perdamaian
atau upaya dan proses perdamaian
telah dilaksanakan di tingkat penyidikan,
Fasilitator hanya melakukan verifikasi
- Surat Persetujuan Kajati terhadap:
Memberikan kesempatan kepada tersangka/
- Surat Panggilan Pelaksanaan Tersampaikannya bukti bahwa − Pemenuhan syarat perkara yang
penasehat hukum untuk melaksanakan kesepakatan
- Kesepakatan Perdamaian kewajiban yang menjadi syarat dapat diselesaiakan dengan keadilan
3. perdamaian dalam menyampaikan bukti bahwa 5 menit
- Berita Acara Proses Perdamaian kesepakatan perdamaian telah dipenuhi restoratif;
kewajiban yang menjadi syarat kesepakatan
- Kesepakatan Pelaksanaan oleh tersangka − Tahapan proses telah dilalui; dan
perdamaian telah dipenuhi.
Perdamaian − Kesepakan perdamaian telah
dilaksanakan

Bukti dapat berupa dokumen, tanda


terima atau keterangan saksi

- Berita Acara dimaksud, sekaligus


menjadi bukti/tanda terima
pelaksanaan kesepakatan
perdamaian dari tersangka kepada
korban.
- Dalam hal tersangka dengan itikad
baik dan berusaha keras memenuhi
kesepakatan, namun tidak terlaksana
karena alasan atau faktor ekonomi,
Dalam hal pelaksanaan kesepakatan perdamaian Bukti bahwa kewajiban yang menjadi Berita Acara Pelaksanaan Kesepakatan Fasilitator menanyakan kepada
4.1 tercapai: membuat Berita Acara Pelaksanaan syarat kesepakatan perdamaian telah 20 menit Perdamaian dilaksanakan dibacakan korban, apakah dengan pemenuhan
Kesepakatan Perdamaian dilaksanakan dipenuhi oleh tersangka dan ditandatangani para pihak kewajiban yang tidak sempurna itu,
korban menerimanya.

- Dalam hal korban menyatakan


menerima, Fasilitator mencantumkan
perubahan klausul tambahan
(adendum) bahwa pemenuhan
kewajiban tersangka kepada korban
telah cukup.

2
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Persyaratan/ Keterangan
PU Waktu Output
Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7
- Sesuai sifatnya adendum ini bersifat
sebagai kesepakatan tambahan yang
secara fisik terpisah dengan
kesepakatan pokok pada berita acara
perdamaian namun secara hukum
melekat pada kesepakatan pokoknya
sehingga perubahan kewajiban itu
harus dicantumkan.

- Surat Persetujuan Kajati


- Dalam hal tersangka beritikad baik,
- Surat Panggilan Pelaksanaan
tetapi kesepakatan tidak berhasil
Dalam hal pelaksanaan kesepakatan perdamaian tidak Kesepakatan Perdamaian Berita Acara Pelaksanaan Kesepakatan
dilaksanakan karena ada faktor
4.2 tercapai, membuat berita acara pelaksanaan - Berita Acara Proses Perdamaian 30 menit Perdamaian tidak berhasil dilaksanakan
penghalang, maka penuntut umum
kesepakatan perdamaian tidak berhasil dilaksanakan - Kesepakatan Pelaksanaan telah dibuat
wajib mencantumkan keadaan itu
Perdamaian
sebagai pertimbangan penuntutan
Dilanjutkan sebagaimana SOP Tindak
Surat Perintah Untuk Memfasilitasi
Menutup acara verifikasi pelaksanaan kesepakatan Verifikasi pelaksanaan kesepakatan Lanjut Verifikasi Pelaksanaan
5. Proses Perdamaian Berdasarkan 5 menit
perdamaian. perdamaian selesai Kesepakatan Perdamaian.
Keadilan Restoratif.
36 – 46
Total waktu
menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
1. Surat Panggilan Korban/ Tersangka/Orang Tua atau Wali Korban atau
RJ-2
Anggota Masyarakat dan tanda terima surat
2.a RJ-10 Berita Acara Pelaksanaan Perdamaian Korban Perseorangan Berhasil
Model G.1.1
2.b Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- RJ-10 Berita Acara Pelaksanaan Perdamaian Korban Lembaga Berhasil
4301/E/EJP/9/2020 Model G.1.2
3.c. RJ-10 Berita Acara Pelaksanaan Perdamaian Korban Perseorangan Tidak
Model G.2.1 Berhasil
3.d. RJ-10 Berita Acara Pelaksanaan Perdamaian Korban Lembaga Tidak
Model G.2.2 Berhasil

3
Nomor SOP : 12/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP : Tindak Lanjut Verifikasi Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
SOP Verifikasi Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian 1. Komputer dan printer
SOP Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif 2. Buku ekspedisi
SOP Pelimpahan Perkara ke Pengadilan 3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. Laporan tentang Pelaksanaan Perdamaian Berhasil
1. SOP ini dilaksanakan pada H+12 sejak penyerahan tersangka dan barang bukti 2. Nota Pendapat Pelaksanaan Perdamaian Terlaksana
2. Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka pelaksanaan perdamaian antara korban dan tersangka tidak dapat ditindaklanjuti 3. Laporan tentang Pelaksanaan Perdamaian Tidak Terlaksana
4. Nota Pendapat Pelaksanaan Perdamaian Tidak Terlaksana

1
DALAM HAL PELAKSANAAN KESEPAKATAN PERDAMAIAN BERHASIL
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Pidum Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nota Pendapat yang menyatakan bahwa
- Surat Persetujuan Kajati - Laporan tentang Pelaksanaan pelaksanaan kesepakatan perdamaian berhasil
Membuat Laporan tentang Pelaksanaan - Berita Acara Proses Kesepakatan Perdamaian maka perkara dihentikan dan dibuat Surat
Kesepakatan Perdamaian Berhasil dan Perdamaian Berhasil Ketetapan Penghentian Penuntutan terhadap
1. 30 menit
Nota Pendapat Pelaksanaan Perdamaian - Kesepakatan Pelaksanaan - Nota Pendapat Pelaksanaan perkara tersebut.
Terlaksana. Perdamaian Kesepakatan Perdamaian
Terlaksana Format laporan disesuaikan dengan Tabel
Keterangan Form Administrasi di bawah
- Laporan tentang Pelaksanaan
Kesepakatan Perdamaian Pendapat Kasi Pidum pada Nota
Memberikan pendapat pada kolom
Berhasil Pendapat Pelaksanaan
2. pendapat di Nota Pendapat Pelaksanaan 5 menit
- Nota Pendapat Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian
Kesepakatan Perdamaian Terlaksana.
Kesepakatan Perdamaian Terlaksana
Terlaksana
- Laporan tentang Pelaksanaan
Kesepakatan Perdamaian Petunjuk Kajari pada Nota
Memberikan petunjuk pada kolom
Berhasil Pendapat Pelaksanaan
3. petunjuk di Nota Pendapat Pelaksanaan 5 menit
- Nota Pendapat Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian
Kesepakatan Perdamaian Terlaksana.
Kesepakatan Perdamaian Terlaksana
Terlaksana
Nota Pendapat Pelaksanaan
Meneruskan pendapat Kasi Pidum dan Nota Pendapat Pelaksanaan
Kesepakatan Perdamaian
petunjuk Kajari di Nota Pendapat Kesepakatan Perdamaian DIlanjutkan sebagaimana SOP Penghentian
4. 5 menit Terlaksana dengan pendapat
Pelaksanaan Perdamaian Terlaksana Terlaksana dengan pendapat Kasi Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif
Kasi Pidum dan petunjuk Kajari di
kepada PU. Pidum dan petunjuk Kajari
terima oleh PU.
Total waktu 45 menit

A. DALAM HAL PELAKSANAAN KESEPAKATAN PERDAMAIAN TIDAK BERHASIL


PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Pidum Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nota Pendapat yang menyatakan bahwa
- Laporan tentang Pelaksanaan
- Surat Persetujuan Kajati pelaksanaan perdamaian tidak berhasil maka
Membuat Laporan tentang Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian
- Berita Acara Proses perkara dilanjutkan dengan pelimpahan perkara ke
Kesepakatan Perdamaian Tidak Berhasil Tidak Berhasil
1. Perdamaian 30 menit pengadilan.
dan Nota Pendapat Pelaksanaan - Nota Pendapat Pelaksanaan
- Kesepakatan Pelaksanaan
Perdamaian Tidak Terlaksana. Kesepakatan Perdamaian
Perdamaian Format laporan disesuaikan dengan Tabel
Tidak Terlaksana
Keterangan Form Administrasi di bawah
- Laporan tentang Pelaksanaan
Memberikan pendapat pada kolom
Kesepakatan Perdamaian Tidak Pendapat Kasi Pidum pada Nota
pendapat di Nota Pendapat Pelaksanaan
2. Berhasil 5 menit Pendapat Pelaksanaan
Kesepakatan Perdamaian Tidak
- Nota Pendapat Pelaksanaan Perdamaian Tidak Terlaksana
Terlaksana.
Perdamaian Tidak Terlaksana

2
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasi Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Pidum Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Laporan tentang Pelaksanaan
Kesepakatan Perdamaian Tidak Petunjuk Kajari pada Nota
Memberikan petunjuk pada kolom
Berhasil Pendapat Pelaksanaan
3. petunjuk di Nota Pendapat Pelaksanaan 5 menit
- Nota Pendapat Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian Tidak
Kesepakatan Perdamaian Terlaksana.
Kesepakatan Perdamaian Tidak Terlaksana
Terlaksana
Nota Pendapat Pelaksanaan
Meneruskan pendapat Kasi Pidum dan Nota Pendapat Pelaksanaan
Kesepakatan Perdamaian Tidak
petunjuk Kajari di Nota Pendapat Kesepakatan Perdamaian Tidak Dilanjutkan sebagaimana SOP Pelimpahan
4. 5 menit Terlaksana dengan pendapat
Pelaksanaan Kesepkatan Perdamaian Terlaksana dengan pendapat Kasi Perkara ke Pengadilan
Kasi Pidum dan petunjuk Kajari
Terlaksana kepada PU. Pidum dan petunjuk Kajari
di terima oleh PU.
Total Waktu 45 menit

Keterangan Form Administrasi:


Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
RJ-11
1. Laporan tentang Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian Berhasil
Model H.1
RJ-4 Nota Pendapat Pelaksanaan Perdamaian Kesepakatan Perdamaian
2.
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B- Model A.2.2 Terlaksana
4301/E/EJP/9/2020 RJ-11 Laporan tentang Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian Tidak
3.
Model H.2 Terlaksana
RJ-4 Nota Pendapat Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian Tidak
4.
Model A.1.3 Terlaksana

3
Nomor SOP : 13/RJ/Kejari/2021

Tanggal Pembuatan : 01 September 2021

Tanggal Revisi :
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
Tanggal Efektif : 02 September 2021

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum,

Disahkan Oleh :
Fadil Zumhana

KEJAKSAAN NEGERI Nama SOP : Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1. Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari)
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3209); 2. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (Kasi Pidum)
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia 3. Kepala Subseksi Penuntutan (Kasubsi Tut)
Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4401); 4. Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan/Kepala Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian (Kaur TU)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP, sebagaimana telah diubah 5. Penuntut Umum (JPU P-16A)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
4. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia;
5. Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik
Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 1 Tahun 2021;
6. Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Keadilan Restoratif;
7. Keputusan Jaksa Agung RI Nomor KEP-518/A/J.A/11/2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor KEP-132/J.A/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana;
8. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4301/E/EJP/9/2020 perihal Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Restoratif;
9. Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-4762/E/EJP/10/2020 tentang Pelaksanaan Peraturan
Kejaksaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif.
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Komputer dan printer
SOP Tindak Lanjut Verifikasi Pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian 2. Buku ekspedisi
3. Alat Tulis Kantor/ ATK
Peringatan Pencatatan/Pendataan
1. Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan; dan
Jika SOP ini tidak dilaksanakan, maka penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif tidak dapat dilakukan 2. Surat Pemberitahuan Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif kepada Penyidik.
3. Surat Pemberitahuan Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif kepada Pengadilan.

1
PELAKSANA MUTU BAKU
No. AKTIVITAS Kasubsi Kasi Kaur Persyaratan/ Keterangan
PU Kajari Waktu Output
Tut Pidum TU Kelengkapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Membuat konsep: - Surat Persetujuan Kajati (pasca
Konsep Surat Ketetapan
- Surat Ketetapan Penghentian ekspos bersama JAM PIDUM)
Penghentian Penuntutan dan
Penuntutan; dan untuk Proses Perdamaian yang
Surat Pemberitahuan
1. - Surat Pemberitahuan Penghentian Diterima Tanpa Syarat; atau 30 menit
Penghentian Penuntutan
Penuntutan Berdasarkan Keadilan - Pendapat Kajari pada Nota
Berdasarkan Keadilan Restoratif
Restoratif kepada Penyidik dan Pendapat Pelaksanaan
kepada Penyidik dan Pengadilan
Pengadilan. Perdamaian.
Konsep Surat Ketetapan
Mengoreksi dan memberi paraf pada Konsep Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan dan
konsep Surat Ketetapan Penghentian Penghentian Penuntutan dan Surat Surat Pemberitahuan
Penuntutan dan Surat Pemberitahuan Pemberitahuan Penghentian Penghentian Penuntutan
2. 5 menit
Penghentian Penuntutan Berdasarkan Penuntutan Berdasarkan Keadilan Berdasarkan Keadilan Restoratif
Keadilan Restoratif kepada Penyidik dan Restoratif kepada Penyidik dan kepada Penyidik dan Pengadilan
Pengadilan. Pengadilan. dikoreksi dan diparaf.

Konsep Surat Ketetapan


Mengoreksi dan memberi paraf pada Konsep Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan dan
konsep Surat Ketetapan Penghentian Penghentian Penuntutan dan Surat Surat Pemberitahuan
Penuntutan dan Surat Pemberitahuan Pemberitahuan Penghentian Penghentian Penuntutan
3. 5 menit
Penghentian Penuntutan Berdasarkan Penuntutan Berdasarkan Keadilan Berdasarkan Keadilan Restoratif
Keadilan Restoratif kepada Penyidik dan Restoratif kepada Penyidik dan kepada Penyidik dan Pengadilan
Pengadilan Pengadilan. dikoreksi dan diparaf.

Surat Ketetapan Penghentian


Mengoreksi dan menandatangani Konsep Konsep Surat Ketetapan Penuntutan dan Surat
Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Penghentian Penuntutan dan Surat Pemberitahuan Penghentian
dan Surat Pemberitahuan Penghentian Pemberitahuan Penghentian Penuntutan Berdasarkan
4. 5 menit
Penuntutan Berdasarkan Keadilan Penuntutan Berdasarkan Keadilan Keadilan Restoratif kepada
Restoratif kepada Penyidik dan Restoratif kepada Penyidik dan Penyidik dan Pengadilan
Pengadilan. Pengadilan

Surat Ketetapan Penghentian


Penuntutan dan Surat
Memberikan nomor berikut tanggal dan Konsep Surat Ketetapan
Pemberitahuan Penghentian
stempel pada Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan dan Surat
Penuntutan Berdasarkan
Penghentian Penuntutan dan Surat Pemberitahuan Penghentian
5. 5 menit Keadilan Restoratif kepada
Pemberitahuan Penghentian Penuntutan Penuntutan Berdasarkan Keadilan
Penyidik dan Pengadilan diberi
Berdasarkan Keadilan Restoratif kepada Restoratif kepada Penyidik dan
nomor berikut tanggal dan
Penyidik dan Pengadilan. Pengadilan
stempel.

Surat Ketetapan Penghentian Surat Ketetapan Penghentian


Mendistribusikan Surat Ketetapan Penuntutan dan Surat Penuntutan dan Surat
Penghentian Penuntutan dan Surat Pemberitahuan Penghentian Pemberitahuan Penghentian
6. Pemberitahuan Penghentian Penuntutan Penuntutan Berdasarkan Keadilan 5 menit Penuntutan Berdasarkan
Berdasarkan Keadilan Restoratif kepada Restoratif kepada Penyidik dan Keadilan Restoratif kepada
Penyidik dan Pengadilan. Pengadilan. Penyidik dan Pengadilan
terdistribusi
Total waktu 55 menit

Keterangan Form Administrasi:

2
Kode Surat/
No. Dasar Judul surat/form/register
Form
1. RJ-14 Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan.
2. RJ-15 Surat Pemberitahuan Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor B-
Model I.1 Keadilan Restoratif kepada Penyidik.
4301/E/EJP/9/2020
3. RJ-15 Surat Pemberitahuan Penghentian Penuntutan Berdasarkan
Model I.2 Keadilan Restoratif kepada Pengadilan.

Anda mungkin juga menyukai