Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kurva Pertumbuhan


4.1.1 Kurva Pertumbuhan R – 28

Waktu Aborbansi Berat Sel Kering


28 I 28 II 28 I 28 II
0 0.633 0.599
60 0.595 0.557
120 0.654 0.557
180 0.624 0.588
240 0.690 0.540
300 0.654 0.62
360 0.647 0.634
420 0.618 0.603
480 0.727 0.561
540 0.685 0.636
600 0.562 0.518
660 0.7 0.561
720 0.593 0.594
780 0.648 0.527
840 0.605 0.573

Kurva Absorbansi R - 28 I
Absorbansi (nm)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (menit)

Kurva Absorbansi R - 28 II
Absorbansi (nm)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (menit)
4.1.2 Kurva Pertumbuhan R – 58 I

Waktu Aborbansi Berat Sel Kering


58 I 58 II 58 I 58 II
0 0.602 0.53 2.86 3.2
60 0.51 0.523 3.3 3.26
120 0.569 0.564 3.94 3.8
180 0.586 0.566 4 3.9
240 0.669 0.651 4.54 4.38
300 0.834 0.778 5.3 4.88
420 0.962 0.897 5.6 4.9
480 0.997 0.961 5.6 5.2
540 0.954 0.975 6.52 6.78
600 0.959 0.878 7 7.92
660 1.071 1.056 7.72 8.08
720 0.944 1.073 11.24 9.74
780 1.007 1.053 10.84 11.94
840 0.962 1.066 8.2 9.2
900 0.963 0.845 7.82 8.2
960 1.013 1.004 9.5 8.26

Kurva Absorbansi R - 58 I
Absorbansi (nm)

1.5
1
0.5
0
0 500 1000 1500
Waktu (menit)

Kurva Berat Sel Kering R - 58 I


Berat Sel kering

15
(mg/ml)

10
5
0
0 500 1000 1500
Waktu (menit)
Kurva Absorbansi R - 58 II

Absorbansi (nm)
1.5
1
0.5
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Waktu (menit)

Kurva Berat Sel Kering R - 58 II


Berat Sel Kering

15
(mg/ml)

10
5
0
0 500 1000 1500
Waktu (menit)
4.1.2 Kurva Pertumbuhan R – 60

Waktu Aborbansi Berat Sel Kering


60 I 60 II 60 I 60 II
0 0.651 0.616 2.72 3.04
60 0.617 0.632 2.88 3.3
120 0.621 0.627 3.2 3.5
180 0.642 0.633 3.94 4.5
240 0.783 0.744 4.04 4.7
300 0.778 0.834 4.06 4.96
420 0.883 0.874 4.62 5.28
480 0.952 0.938 5.14 5.3
540 1.021 1.03 5.44 5.8
600 0.985 1.007 5.28 5.88
660 0.98 1.114 5.28 11.08
720 1.08 1.105 6.24 10.9
780 1.052 1.056 6.08 8.2
840 1.116 1.028 7.68 7.84
900 1.038 1.028 7 7.54
960 1.026 0.983 6.94 5.9

Kurva Absorbansi R - 60 I
Absorbansi (nm)

1.5
1
0.5
0
0 500 1000 1500
Waktu (menit)

Kurva Berat Sel Kering R - 60 I

10
Berat Sel Kering

8
(mg/ml)

6
4
2
0
0 500 1000 1500
Waktu (menit)
Kurva Absorbansi R - 60 II

Absorbansi (nm)
1.5
1
0.5
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Waktu (menit)

Kurva Berat Sel Kering R - 60 II


Berat Sel Kering

15
(mg/ml)

10
5
0
0 500 1000 1500
Waktu (menit)

Saccharomycess merupakan golongan ragi, yang pada umumnya memiliki masa


pertumbuhan yang lambat. Pada percobaan yang telah dilakukan dengan media molase 5
% yang ditambah dengan pepton 1 % menunjukan pertumbuhan yang relatif cepat seperti
yang terlihat pada grafik bahwa Saccharoyces Cereviceae strain R – 28 memiliki puncak
masa pertumbuhan yang berubah – berubah puncak tertinggi terjadi pada menit ke 480 (8
jam), data tersebut berbeda dengan strain yang lain yang mengalami puncak masa
pertumbuhan pada menit ke 660 (11 jam) untuk strain R – 58 dan menit ke 720 (12 jam)
untuk strain R – 60. Perbedaan tersebut disebabkan oleh kesuburan dari strain mikroba
tersebut. Untuk strain R-58 dan 60 sumber stock cultur diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi ITB sedangkan strain R-28 diperoleh dari regenerasi strain R-28 yang telah
tersedia sehingga strain ini diragukan kesuburannya. Hal in juga terlihat dari data kurva
pertumbuhan strain R-28 yang tidak stabil dan tidak mencapai fasa stasioner
4.2 Analisa Sifat Kimia
4.2.1 Kadar Protein
Tahap – tahap yang dilakukan dalam analisa ini yaitu : destruksi, distilasi, dan
titrasi. Pada tahap destriksi, sample diukur dengan volume masing – masing 5 ml yang
kemudian ditambahkan garam kjeldhal (Na2SO4 dan CuSO4), asam sulfat pekat, dan batu
didih kemudian dilakukan proses destruksi selama ± 30 menit. Penambahan garam
kjeldhal bertujuan untuk mempercepat reaksi dalam pembentukan ammonium sulfat
((NH4)2SO4) dimana gugus amino akan berikatan dengan asam sulfat pekat yang
berfungsi sebagai pendestruksi sample. Proses destruksi :
Sample + H2SO4 garam kjeldhal (NH4)2 SO4

Setelah didestruksi, garam ammonium sulfat ((NH4)2SO4) yang terbentuk


dinetralisasi dengan NaOH melalui proses distilasi yang bertujuan agar ammonium sulfat
((NH4)2SO4) yang terbentuk dipecah menjadi ammonia (NH3) dalam bentuk gas. NH3
yang terlepas ini ditampung dengan asam borat (H3BO3).
Reaksi :
((NH4)2SO4) + 2 NaOH 2 NH3 + Na2SO4 + 2H2O
NH3 + H3BO3 NH4+ + H2BO3-
Jumlah mol nitrogen yang bereaksi dengan asam dapat diukur dengan menitrasi
asam borat yang berubah menjadi ion H2BO3- dengan larutan baku HCl standar dengan
bantuan mix indicator.
Reaksi :
H2BO3- + HCl H3BO3 + Cl-

Pada penelitian yang dilakukan ini terdapat dua media fermentasi yang
digunakan yaitu media molase 5 % murni dan molase 5 % + pepton 1%. Secara
keseluruhan semua produk mengalami peningkatan kadar protein.
Peningkatan kadar protein setelah fermentasi dikarenakan bertambahnya jumlah
mikroba, terdapat enzim dan sisa protein yang belum terfermentasi. Hal ini dapat dilihat
dari table kenaikan protein.
Kadar Nitrogen Kadar Protein
Sampel (%) (%)

Tanpa Pepton
Blanko 1 0.0069 0.0431
R- 28 1 0.0105 0.0656
2 0.0136 0.0850
R-58 1 0.0240 0.1500
2 0.0206 0.1288
R-60 1 0.0275 0.1718
2 0.0309 0.1931
Dengan Pepton
Blanko 1 0.0794 0.4963
R-28 1 0.1147 0.7169
2 0.1215 0.7594
R-58 1 0.1573 0.9831
2 0.1888 1.1800
R-60 1 0.1739 1.0869
2 0.1705 1.0656
R – 60 Uji Sipil 1 0.1610 1.0063

4.2.2 Kadar Glukosa


Glukosa yang berfungsi sebagai sumber karbon dan energi untuk mikroba, pada
percobaan ini mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
mikroba yang mengkonsumsi sumber karbon dan energi untuk kelangsungan hidup
mikroba tersebut.
4.2.3 pH
Semua produk hasil fermentasi mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena sumber nitrogen yang dipakai berupa protein yang memiliki kandungan ammonia
(NH3) . Ammonia pada larutan (dibawah pH 9 ) ada pada keadaan NH4+, mikroorganisme
menggabungkannya dengan sel sebagai R – NH3+ dimana R adalah suatu gugus karbon.
Pada proses, sebuah ion H+ tertinggal didalam medium. Dengan adanya proses seperti
diatas maka selama proses fermentasi terjadi penurunan pH.

4.2.4 Viskositas
Pengaruh viscositas sebelum dan sesudah fermentasi mengalami penurunan
yang relatif kecil, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan pada viskositas
produk seperti pada table data viskositas berikut ini :

Viskositas (cps) Viskositas


Sampel 1 2 Rata-rata
(cps)
Tanpa Pepton
Blanko 1 15.4 14.4 14.9
R- 28 1 14.4 14.4 14.4
2 16.6 16.1 16.35
R-58 1 18.5 20.2 19.35
2 18.2 17.1 17.65
R-60 1 21.2 19.1 20.15
2 15.1 18.8 16.95
Dengan Pepton
Blanko 1 10.6 14.7 12.65
R-28 1 14.8 17.7 16.25
2 15.2 19.0 17.1
R-58 1 13.1 18.2 15.65
2 12.6 17.8 15.2
R-60 1 12.2 16.7 14.45
2 12.7 18.2 15.45
R – 60 Uji Sipil 1 13.7 18.9 16.3

4.2.5 Berat Jenis


Perubahan juga terjadi pada berat jenis produk di mana ada kenaikan rata-rata
sebesar 0.0093 gr/ml dari medium sebelum terjadi fermentasi. Perubahan ini disebabkan
bertambahnya jumlah sel dari masing-masing produk setelah proses fermentasi, sehingga
terjadi kenaikan berat jenis. Berikut table data berat jenis

Sampel Berat Jenis


Rata-rata
(gr/ml)
Tanpa Pepton
Blanko 1 1.0153
R- 28 1 1.0058
2 1.0315
R-58 1 1.0218
2 1.0235
R-60 1 1.0204
2 1.021
Dengan Pepton
Blanko 1 1.0163
R-28 1 1.04
2 1.0398
R-58 1 1.0257
2 1.0222
R-60 1 1.0290
2 1.0290
R – 60 Uji Sipil 1 1.0239

Anda mungkin juga menyukai