Menimbang :
Mengingat
BUPATI BANGGAL
PROVINSI SULAWESI TENGAH
PERATURAN BUPATI BANGGAI
NOMOR 4 TAHUN 2022
TENTANG
TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
a.
1.
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH
BUPATI BANGGAI,
bahwa dengan meningkatnya kesejahteraan Pegawai Negeri
Sipil dapat mendorong peningkatan produktivitas kerja dan
peningkatan disiplin kerja untuk membantu Kepala Daerah
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah mewujudkan
tujuan pembangunan;
bahwa tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai dapat
mendorong kinerja pelayanan dan disiplin kerja Pegawai Negeri
Sipil sehingga perlu diberikan dengan menentukan kriteria
dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah;
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (4) Juncto ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah yang
menjadi pedoman pemberian Tambahan Penghasilan kepada
Pegawai Aparatur Sipil Negara Daerah belum ditetapkan maka
Kepala Daerah dapat memberikan tambahan_ penghasilan
dengan Peraturan Kepala Daerah setelah memperoleh
persetujuan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat Il Di Sulawesi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);10.
11.
12,
13.
14,
15.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (embaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 121, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5258);
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5887);
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6037);
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6322);
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
‘Tahun 2021 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6718);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781);
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman
Evaluasi Jabatan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2012 tentang
Pedoman Analisis Jabatan di Lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan Pemerintah Dearah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 483);
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penetapan
Kelas Jabatan di Lingkungan Instansi Pemerintah;
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Thaun 2014 Tentang PetunjukTeknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
16. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1
Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil;
17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900-4700
Tahun 2020 tentang Tata Cara Persetujuan Menteri Dalam
Negeri Terhadap Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil
Negara di Lingkungan Pemerintah Daerah;
18. Peraturan Bupati Banggai Nomor 62 Tahun 2021 Tentang Kelas
Jabatan di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai
(Berita Daerah Kabupaten Banggai Tahun 2021 Nomor 2413).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH.
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
a
Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah.
‘Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut TPP adalah
tambahan penghasilan yang diberikan kepada PNS di lingkup Pemerintah Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah.
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas tanggung jawab, wewenang
dan hak seorang pegawai.
Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok Jabatan tinggi pada instasni
pemerintah.
Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan
Tinggi.
Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.
Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Administrasi
pada instansi pemerintah.
Jabatan Pelaksana adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
pelaksanaaan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.10. Pejabat Pelaksana adalah sekelompok pegawai ASN yang bertanggung jawab
melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
pembangunan.
11.Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan
keterampilan tertentu dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat
mandiri dan kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.
12. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Fungsional
pada instansi pemerintah.
13. Pejabat Pelaksana Tugas yang selanjutnya disingkat Plt. Adalah Pelaksana tugas.
rutin dari pejabat definitif yang berhalangan tetap.
14. Pejabat Pelaksana Harian yang selanjutnya disingkat Plh. adalah Pelaksana
Harian melaksanakan tugas rutin = dari_—spejabat ~—definitif
yang berhalangan sementara.
15. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga
Negara dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang
memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan
16. Nilai Jabatan adalah nilai kumulatif dari faktor jabatan yang mempengaruhi
tinggi rendahnya jenjang jabatan berdasarkan informasi jabatan.
17. Kelas Jabatan adalah tingkatan jabatan struktural maupun jabatan fungsional
dalam satuan organisasi yang digunakan sebagai dasar pemberian besaran
tunjangan.
18. Basic Tambahan Penghasilan Pegawai adalah nilai rupiah yang diberikan untuk
setiap kelas jabatan, yang dihitung berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku;
19. Evaluasi jabatan adalah suatu proses untuk menilai suatu jabatan secara
sistematis dengan menggunakan kriteria-kriteria yang disebut sebagai faktor
jabatan terhadap informasi faktor jabatan untuk menentukan nilai jabatan dan
kelas jabatan.
20.Tingkat Kehadiran adalah jumlah kehadiran PNS dalam satu bulan yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
21, Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan terwujudnya
kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan.
22. Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan
kinerja utama organisasi sesuai dengan tugas fungsi serta mandat (Core
Business) yang diemban.
23. Indikator Kinerja Individu adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan
kinerja pegawai berdasarkan tugas fungsi atau tugas jabatan sesuai
tanggungjawab yang diberikan.
24. Capaian Kinerja adalah Realisasi kinerja sesuai dengan target yang ditetapkan
dalam indikator kinerja.
25.Hukuman adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadaPNS karena
melanggar peraturan disiplin pegawai negeri sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
26. Cuti di Luar Tanggungan Negara adalah cuti yang diberikan kepada PNS yang
telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus-menerus, karena
alasan pribadi yang penting dan mendesak sehingga tidak bisa masuk kerja,
dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling
lama 1 (satu) tahun.27
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Cuti Bersalin adalah cuti yang diberikan kepada PNS yang mengalami persalinan
pertama, kedua, dan ketiga, dengan jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum
persalinan dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan.
Cuti Sakit adalah adalah cuti yang diberikan kepada PNS yang mengalami sakit
lebih dari 14 (empat belas) hari, dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
dan dapat ditambah paling lama 6 (enam) bulan.
Cuti karena alasan penting adalah hak PNS untuk tidak masuk kerja yang
diizinkan oleh Pejabat yang berwenang karena ibu, bapak, isteri/suami, anak,
adik, kakak, mertua atau menantu sakit atau meninggal dunia, atau PNS yang
bersangkutan melangsungkan perkawinan pertama atau karena alasan lainnya
untuk jangka waktu sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Cuti besar adalah cuti dalam rangka melaksanakan kegiatan keagamaan.
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang selanjutnya
disebut BKPSDM adalah Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia.
Instansi Pembina adalah Instansi pembina jabatan fungsional.
Hari adalah hari kerja.
Kabupaten adalah Kabupaten Banggai.
Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Banggai.
Bupati adalah Bupati Banggai.
Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Banggai.
Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Banggai.
Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah.
BAB IL
PRINSIP PEMBERIAN TPP
Pasal 2
Pemberian TPP menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a.
Kepastian hukum dimaksudkan bahwa pemberian TPP mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan.
Akuntabel dimaksudkan bahwa TPP dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Proporsionalitas dimaksudkan pemberian TPP mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pegawai.
Efektif dan efisien dimaksudkan bahwa pemberian TPP sesuai dengan target
atau tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan perencanaan kinerja yang
ditetapkan.
Keadilan dan kesetaraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP harus
mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan
akan fungsi dan peran sebagai PNS.
Kesejahteraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP diarahkan untuk menjamin
kesejahteraan PNS.
Optimalisasi dimaksudkan bahwa pemberian TPP sebagai hasil optimalisasi
pagu anggaran belanja Pemerintah Daerah.BAB III
PENETAPAN BESARAN TPP
Pasal 3
(1) Penetapan besaran TPP didasarkan pada parameter sebagai berikut:
a. Kelas Jabatan;
b. Indeks Kapasitas Fiskal Daerah;
c. Indeks Kemahalan Konstruksi; dan
d. Indeks Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
(2) Besaran tertinggi TPP yang diperoleh dengan menggunakan rumus :
(Besaran Tunjangan Kinerja BPK per kelas jabatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan) x (indeks kapasitas fiskal daerah) x (Indeks kemahalan
Konstruksi) x (indeks penyelenggaraan pemerintah daerah);
BAB IV
KRITERIA PEMBERIAN TPP
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4
(1) Tambahan Penghasilan diberikan sesuai Kelas Jabatan.
(2) Besaran TPP per kelas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
berdasarkan kriteria:
a. Beban Kerja;
b. prestasi kerja;
c. kondisi kerja;
d. tempat bertugas;
e. kelangkaan profesi; dan
f, pertimbangan objektif lainnya.
(3) Besaran TPP per kelas jabatan dengan mempertimbangkan kriteria sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati,
Bagian Kedua
Pemberian TPP Berdasarkan Beban Kerja
Pasal 5
(1) Pembayaran TPP berdasarkan beban kerja disesuaikan dari besaran basic TPP.
(2) TPP berdasarkan Beban Kerja diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan
tugas melampaui Beban Kerja normal atau batas waktu normal, yang dihitung
berdasarkan kelas jabatan yang dipengaruhi oleh kehadiran.
(3) Tugas melampaui Beban Kerja normal sebagaimana dimaksud ayat (3) yakni
pelaksanaan tugas pokok yang melampaui volume kerja dan waktu kerja efektif.(4) Pembayaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan tugas
dan fungsi.
Bagian Ketiga
Pemberian TPP Berdasarkan Prestasi Kerja
Pasal 6
(1) Pembayaran TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal
4 ayat (2) huruf b disesuaikan dari besaran basic TPP.
(2) TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
huruf b diberikan kepada PNS yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dengan
kriteria yang dinilai oleh Tim Penilai Kerja Organisasi yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(3) Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai kemampuan
keuangan daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Keempat
Pemberian TPP Berdasarkan Tempat Bertugas
Pasal 7
(1) TPP PNS berdasarkan tempat bertugas diberikan kepada PNS yang dalam
melaksanakan tugasnya berada didaerah yang memiliki tingkat kesulitan tinggi
dan/atau daerah terpencil.
(2) Pemberian TPP berdasarkan Tempat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(3) Alokasi TPP berdasarkan tempat bertugas paling tinggi sebesar 50% (lima puluh
persen) dari basic TPP PNS.
Bagian Kelima
Pemberian TPP Berdasarkan Kondisi Kerja
Pasal 8
(1) Kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) huruf c diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawab memiliki resiko tinggi seperti resiko kesehatan, keamanan
jiwa dan lainnya.
(2) Rincian Kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), adalah seluruh PNS yang melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut :
a. Pekerjaan yang berkaitan langsung dengan penyakit menular;
b. Pekerjaan yang berkaitan langsung dengan bahan kimia
berbahaya/radiasi/bahan radioaktif;
c. Pekerjaan yang berisiko dengan keselamatan kerja;
Pekerjaan ini berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukum;
e. Pekerjaan ini satu tingkat dibawahnya dibutuhkan analis atau jabatan yang
setingkat namun tidak ada pejabat pelaksananya;
o(3)
Q)
(2)
(3)
(4)
@
(2)
f, Pekerjaan ini satu tingkat dibawahnya sudah didukung oleh jabatan
fungsional dan tidak ada Jabatan Struktural dibawahnya; dan/atau
g. Perangkat Daerah yang terkait langsung dalam upaya pencegahan dan
Penanganan Covid 19 meliputi Dinas Kesehatan, Badan Rumah Sakit Umum
Daerah, Inspektorat Daerah, Bappeda dan Litbang, BPKAD dan Satpol PP dan
Damkar.
Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan minimal 10 %
(sepuluh persen) dari Basic TPP dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Keenam
Pemberian TPP Berdasarkan Kelangkaan Profesi
Pasal 9
Kriteria TPP berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (2) huruf d diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugas pada
kriteria sebagai berikut :
a. Keterampilan dan/atau Keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini
khusus; dan
b. Kualifikasi Pegawai Pemda sangat sedikit/hampir tidak ada yang bisa
memenuhi pekerjaan dimaksud.
‘TPP berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada PNS yang melaksanakan
tugas pada :
a. Jabatan Pimpinan Tertinggi di Pemerintah Daerah;
b. Dokter Spesialis (PNS dan CPNS);
cc. Fungsional Ahli Kebijakan Madya;
d. PNS Kelas Jabatan 1 (satu), Kelas Jabatan 2 (dua), Kelas Jabatan 3 (tiga) dan
Kelas Jabatan 4 (empat); dan
Alokasi TPP berdasarkan Kelangkaan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan Minimal 10 % (sepuluh Persen) dari basic TPP PNS.
Penetapan Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Bagian Ketujuh
Pemberian TPP Berdasarkan Pertimbangan Objektif Lainnya
Pasal 10
‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e diberikan kepada
Perangkat daerah yang :
a. menghasilkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
b. melakukan pengelolaan keuangan daerah; dan/atau
¢. Tim Pelaksanaan TPP PNS Pemerintah Daerah.
Pemberian TPP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a merupakan Insentif
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam
peraturan perundang-undangan.(3)
QQ)
(2)
(3)
(4)
a)
(2)
(3)
(4)
(5)
Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf diberikan
sesuai kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BABV
KLASIFIKASI PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN
Pasal 11
‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) diberikan berdasarkan Beban
Kerja atau bobot (nilai/kelas) jabatan berbasis kedisiplinan /presensi elektronik.
Bobot (nilai/kelas) jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a diberikan
berdasarkan jabatan dengan mempertimbangkan beban tugas/cakupan
tugas/kompleksitas tugas PNS.
‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) hurufb diberikan berdasarkan
capaian kinerja PNS yang meliputi ;
a. Capaian kinerja atas aktivitas/kegiatan harian dan/atau mingguan dan/atau
bulanan yang dilaksanakan PNS selama jam kerja dan diluar jam kerja
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan;
b. Capaian kinerja atas perjanjian kinerja/kontrak kinerja yang dinilai/diukur
setiap bulanan dan/atau tribulanan, baik capaian kinerja proses (hasil kerja
dari bawahan/sundulan) maupun kinerja individu output/outcome.
c. Aktivitas/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a yang
dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu dihitung menjadi komponen
tambahan penghasilan berdasarkan kinerja dengan ketentuan maksimal
aktifitas/kegiatan per hari 5 (lima) jam.
Pasal 12
TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c
dapat diberikan kepada seluruh PNS yang terdiri dari kelompok jabatan Pimpinan
‘Tinggi Pratama dan Jabatan Administrasi berdasarkan bobot (nilai/kelas) jabatan
masing-masing PNS.
Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Jabatan Administrator;
b. Jabatan Pengawas; dan
c. Jabatan Pelaksana.
TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e diberikan kepada
Sekretaris Kabupaten, Dokter Spesialis / Ahli, Fungsional Ahli Kebijakan Madya,
Kelompok Jabatan Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3 dan kelas 4 dan Auditor Inspektorat
Daerah.
‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, huruf e dan huruf f dapat diberikan kepada PNS kelompok jabatan
fungsional dengan ketentuan bobot (nilai/kelas) jabatan disesuaikan atau
disamaratakan dengan kelompok jabatan pelaksana dan/atau jabatan struktural
yang mempunyai nilai bobot jabatan setingkat.
Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri dari :a. Jabatan fungsional keahlian;
b. Jabatan fungsional keterampilan.
(6) Pembayaran besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat
(4) dibayarkan sesuai dengan bobot (nilai/kelas) jabatan yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 13
‘TPP tidak diberikan kepada:
a. PNS yang diberhentikan untuk sementara atau dinonaktifkan;
b. PNS yang diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat;
c. PNS yang dipekerjakan pada instansi/lembaga Negara dan /atau lembaga lainnya
di luar Pemerintah Daerah;
d. PNS yang ditugaskan sebagai Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas Sekolah;
e. PNS yang tidak melaksanakan tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada
Pemerintah Daerah berdasarkan pernyataan dari atasan langsungnya;
f, PNS yang diberhentikan dan sedang mengajukan banding administratif serta
tidak diizinkan masuk bekerja atau mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata
Usaha Negara;
PNS yang menjalani Cuti Di Luar Tanggungan Negara;
PNS yang menjalani Cuti Besar Bukan Alasan Keagamaan;
PNS yang dalam bebas tugas untuk menjalani Masa Persiapan Pensiun;
PNS Daerah lain dan Instansi Vertikal yang berstatus pegawai titipan;
PNS yang melaksanakan tugas belajar;
PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berat terkait dengan Perundang-undangan
di bidang Perkawinan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
reo oo
Pasal 14
(1) Bupati menunjuk/menetapkan PNS dalam Jabatan Fungsional berdasarkan
Keputusan Bupati.
(2) Kepala Perangkat Daerah menunjuk/menetapkan PNS dalam Jabatan
Pelaksana dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah.
(3) Penunjukkan/penetapan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berdasarkan hasil Analisis Jabatan.
(4) Penunjukkan/penetapan PNS dalam Jabatan Fungsional di lingkungan
Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pada
Peraturan Instansi Pembina.
BAB VI
PENILAIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
Pembayaran TPP setiap bulan dinilai berdasarkan :
a, Aspek Produktifitas Kerja; dan
b. Aspek disiplin Kerja.(Ql)
(2)
Q)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
qQ
(2)
Pasal 16
Penilaian produktifitas kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a
sebesar 60 % (enam puluh persen) dari Besaran TPP.
Penilaian disiplin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b sebesar
40 % (empat puluh persen) dari Besaran TPP.
Bagian Kedua
Penilaian Produktifitas Kerja
Pasal 17
Penilaian Produktifitas Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a
didasarkan pada hasil penilaian melalui Aplikasi E-Kinerja.
Dalam hal Aplikasi E-Kinerja belum dapat diterapkan, Penilaian aspek
produktifitas kerja dilakukan berdasarkan pelaksanaan tugas sesuai uraian
tugas/kinerja proses bulanan, yang dibuktikan dengan laporan harian
produktivitas kerja.
Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
. uraian tugas jabatan;
. indikator kinerja utama;
perjanjian kinerja;
. indikator kinerja individu; atau
tugas tambahan.
Uraian tugas jabatan/kinerja proses bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus selaras dengan indikator kinerja utama/indikator kinerja individu
atasan langsung secara berjenjang sesuai dengan jabatannya untuk mencapai
kinerja output/outcome.
Setiap PNS wajib membuat laporan produktifitas kerja mengacu pada
pelaksanaan tugas dan uraian jabatan/kinerja proses bulanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada atasan
langsung sebagai pejabat penilai produktifitas kerja setiap hari kinerja.
enoge
Pasal 18
Produktifitas kerja sesuai laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(5) dihitung berdasarkan capaian indikator kinerja proses sebagai berikut :
a, > 60% kategori Baik;
b. > 40% kategori Cukup;
c. > 30% kategori Sedang; dan
d. 0 sampai dengan 30 % Kategori Kurang.
Besaran TPP Produktifitas kerja sebagai berikut :
a. Capaian kinerja proses kategori Baik sebesar 100 % dari nilai produktifitas
kerja;
b. Capaian kinerja proses kategori Cukup sebesar 75 % dari nilai produktifitas
kerja;
c. Capaian kinerja proses kategori Sedang sebesar 50 % dari nilai produktifitas,
kerja;3)
(4)
(5)
(6)
co)
(2)
(3)
d. Capaian kinerja proses kategori Kurang sebesar 25 % dari nilai produktifitas
kerja;
PNS yang tidak masuk kerja atau secara nyata tidak melaksanakan tugas
diberikan nilai produktifitas kerja sebesar 0 %.
PNS yang melaksanakan tugas dinas luar diberikan nilai TPP produktifitas kerja
sebesar 100 %.
Capaian indikator kinerja proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
bulan berkenaan dinilai oleh atasan langsung setiap tanggal 1 sampai dengan
tanggal 10 bulan berikutnya.
Format laporan dan penilaian produktifitas kerja tercantum dalam Lampiran 1
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 19
Setiap PNS wajib melaksanakan tugas paling kurang 5 (lima) jam atau 300 menit
per Hari.
PNS yang melaksanakan tugas tetapi tidak membuat laporan Produktifitas kerja
dianggap tidak melaksanakan tugas, diberikan nilai produktifitas kerja sebesar
0%.
Aspek Produktifitas Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a
dihitung berdasarkan pada Prestasi Kehadiran Pegawai dalam 1 (satu) bulan.
Bagian Ketiga
Penilaian Disiplin Kerja
Pasal 20
Disiplin kerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b ditentukan
berdasarkan indikator kehadiran PNS, meliputi:
a.
b,
c.
4,
()
(2)
Tidak masuk bekerja;
. Tidak apel pagi dan apel sore;
Terlambat masuk bekerja; dan
Pulang sebelum waktunya.
Pasal 21
Tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
merupakan kondisi PNS yang secara nyata tidak hadir tanpa alasan/keterangan
yang sah;
Alasan/keterangan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Menjalankan tugas dinas dalam wilayah Kabupaten yang dibuktikan dengan
Surat Perintah Tugas dari pimpinan;
b. Menjalankan tugas dinas luar yang dibuktikan dengan Surat Perintah Tugas
dari pimpinan;
c. Sakit/dirawat di rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Rumah Sakit atau Pusat Kesehatan
Masyarakat tempat dirawat;
d. Cuti Melahirkan; dan
e. Cuti karena alasan penting / cuti besar alasan keagamaan.(3)
(4)
()
(2)
PNS tidak masuk kerja dengan alasan tanpa Keterangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak diberikan TPP PNS
PNS tidak masuk kerja dengan alasan Keterangan yang sah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d dan huruf e tidak dikenakan
Pengurangan TPP PNS yang dibuktikan dengan surat pernyataan tanggung
jawab mutlak dari kepala Perangkat Daerah.
Pasal 22
Tidak apel pagi dan apel sore pada hari kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 huruf b dikenakan pengurangan tingkat kehadiran sebesar 0,5 % setiap
ketidakhadiran dari nilai TPP disiplin kerja.
Ketentuan tidak apel pagi dan apel sore sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku secara mutatis mutandis bagi PNS yang tidak mengikuti upacara dan
kerja bakti/senam.
Pasal 23
PNS terlambat masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c
dikenakan pengurangan TPP disiplin kerja sebagai berikut
a.
b.
‘Terlambat 1 (satu) menit sampai dengan 31 (tiga puluh satu) menit sebesar 0,5
%.
‘Terlambat > 31 (tiga puluh satu) menit sampai dengan 61 (enam puluh satu)
menit sebesar 1%.
‘Terlambat > 61 (enam puluh satu) menit sampai dengan 91 (sembilan puluh satu)
menit sebesar 1,25 %.
Terlambat > 91 (sembilan puluh satu) menit sampai dengan 195 (seratus
sembilan puluh lima) menit sebesar 1,50 %.
Terlambat > 195 (seratus sembilan puluh lima) menit dianggap tidak masuk kerja.
Pasal 24
PNS pulang sebelum waktunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d atau
tidak melakukan absen sore dikenakan pemotongan sebesar 1,50%.
(2)
(3)
(4)
Pasal 25
Prestasi kehadiran /aktivitas PNS setiap bulan dicetak melalui Sistem Informasi
Manajemen Kinerja Kehadiran Pegawai/Mesin Absensi Elektronik.
Dalam hal terjadi kendala teknis/kerusakan pada Sistem Informasi Manajemen
Kinerja Kehadiran Pegawai/Mesin Absensi Elektronik atau jaringan interkoneksi
absensi dapat dilakukan secara manual disertai surat pernyataan tanggung
jawab mutlak dari Kepala Perangkat Daerah dan Surat Keterangan Kerusakan
Jaringan Interkoneksi dari Dinas Komunikasi dan Informatika yang di laporkan
kepada Sckretaris Kabupaten dengan jangka waktu maksimal 3 (tiga) hari.
Dalam hal terjadi kendala karena pemadaman listrik, absensi dapat dilakukan
secara manual dengan mencantumkan jam masuk atau pulang yang di laporkan
kepada Dinas Komunikasi dan Informatika dengan jangka waktu maksimal 24
(dua puluh empat) jam.
Kerusakan/Kendala Teknis pada Mesin Absensi Elektronik harus segera
diperbaiki dan/atau diganti dengan Alat/Mesin yang baru paling lambat 60(enam puluh) hari sejak surat pernyataan tanggung jawab mutlak dilaporkan
kepada Sekretaris Daerah.
(5) Dalam hal setelah 60 (enam puluh) hari sejak kerusakan mesin tidak diperbaiki
dan/atau di ganti dengan alat/mesin yang baru maka dilakukan penundaan
pembayaran TPP pada bulan berikutnya.
Bagian Keempat
Hukuman Disiplin dan Menambah Hari Cuti Bersama
Pasal 26
Selain pengurangan TPP disiplin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
sampai dengan Pasal 24, Pengurangan TPP disiplin kerja juga dilakukan karena
alasan :
a, hukuman disiplin; dan
b. menambah hari Cuti Bersama.
Pasal 27
(1) PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Ringan berupa sanksi:
b. teguran lisan sebesar 20% (dua puluh persen) selama 2 (dua) bulan;
c. teguran tertulis sebesar 20% (dua puluh persen) selama 3 (tiga) bulan; dan
d. pernyataan tidak puas secara tertulis sebesar 20% (dua puluh persen)
selama 4 (empat) bulan.
(2) PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Sedang berupa sanks
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun dikenakan
pemotongan sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 5 (lima) bulan;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun dikenakan pemotongan
sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 6 (enam) bulan; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun dikenakan
pemotongan sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 7 (tujuh) bulan
(3) PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Berat berupa sanksi:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun dikenakan
pemotongan sebesar 40% (empat puluh persen) selama 8 (delapan) bulan;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
dikenakan pemotongan sebesar 40% (empat puluh persen) selama 9
(sembilan) bulan; dan
c. pembebasan dari jabatan dikenakan pemotongan sebesar 40% (empat puluh
persen) selama 10 (sepuluh) bulan.
(4) Pengurangan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
dikenakan pemotongan terhitung sejak bulan berikutnya sejak keputusan
penjatuhan Hukuman Disiplin dinyatakan berlaku.
Pasal 28
Setiap PNS yang menambah hari Cuti Bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 huruf b dikenakan Pengurangan Besaran TPP sebesar 5% (lima persen) per hariBAB VII
CARA MENGHITUNG NILAI
Pasal 29
Penghitungan besaran nilai TPP yang diterima merupakan nilai bersih sebelum pajak
yang diterima setiap PNS sebagai hasil penghitungan nilai TPP setelah dikurangi
dengan :
a, Pengurangan aspek produktifitas kerja;
b. Pengurangan aspek disiplin kerja; dan/atau
c. Pengurangan hukuman disiplin dan menambah hari cuti bersama.
Pasal 30
(1) Nilai TPP produktifitas kerja setiap bulan diperoleh dengan rumus sebagai
berikut :
a. total persentase hasil produktifitas kerja 1 (satu) bulan dibagi jumlah Hari
Kerja sama dengan kategori capaian kinerja proses sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (2); dan
b. persentase capaian kinerja proses sebagaimana dimaksud pada huruf a
dikali TPP produktifitas kerja.
(2) Nilai TPP disiplin kerja setiap bulan diperoleh dengan rumus :
a. Total persentase aspek disiplin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
sampai dengan Pasal 23 dikali dengan Nilai TPP disiplin kerja; dan
b. TPP disiplin kerja kurang hasil perhitungan sebagaimana dimaksud pada
hurufa.
(3) Penghitungan Nilai TPP Produktifitas Kerja dan Disiplin Kerja tercantum dalam
Lampiran Il yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati
ini.
Pasal 31
Rumus perhitungan besaran TPP yang diterima PNS sebelum pajak sebagai berikut:
TPP = {(Persentase Disiplin Kerja + Persentase Produktivitas kerja) - (presentase
pemotongan ) x Nilai TPP} + TPP Tambahan
Pasal 32
Nilai pengurang hukuman disiplin dan menambah hari cuti Bersama diperoleh
dengan mengalikan jumlah persentase pengurangan dengan Besaran TPP.
Pasal 33
Jumlah Pengurangan TPP paling tin,
100 % (seratus persen).
Pasal 34
Rekapitulasi Penerimaan TPP yang diterima PNS setiap bulan tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati()
(3)
Q)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
BAB VII
HARI KERJA DAN JAM KERJA
Pasal 35
Hari kerja PNS yakni Hari Senin sampai dengan Hari Jumat, kecuali PNS yang
bekerja pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum.
Hari kerja PNS yang bekerja pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum yakni
hari Senin sampai dengan Hari Minggu.
Jam Kerja PNS yang bekerja di Pelayanan Kesehatan (Rawat Inap/Tindakan
Medis) diatur dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah.
Pasal 36
Jam Kerja PNS, kecuali pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum sebagai
berikut :
a. Hari Senin sampai dengan Hari Kamis Jam 07.45 sampai dengan Jam 16.00;
dan
b. Hari Jumat jam 07.30 sampai dengan jam 16.30.
Jam istirahat PNS, kecuali PNS pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum
sebagai berikut :
a. Hari Senin sampai dengan Hari Kamis Jam 12.00 sampai dengan Jam 13.00;
dan
b. Hari Jumat jam 11.30 sampai dengan jam 13.30.
Jam Kerja PNS pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum ditetapkan oleh Kepala
Perangkat Daerah mengacu pada Jam Kerja per minggu.
Pasal 37
Setiap PNS wajib melakukan rekam kehadiran secara elektronik paling kurang
2 (dua) kali setiap hari kerja.
Waktu rekam kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yakni :
a. Pagi pada Hari Senin-Kamis jam 06.00 wita sampai dengan 11.00 wita; dan
Jumat jam 06.00 Wita sampai dengan 10.45.
b. Sore pada hari senin sampai hari kamis jam 16.00 wita sampai dengan 18.00
wita, hari jumat jam 16.30 wita sampai dengan jam 18.00 wita.
Rekam Kehadiran secara manual dilakukan untuk apel pagi, apel sore, kerja
bakti/senam dan upacara pada hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22.
Dalam hal kondisi tempat kerja suatu Unit Perangkat Daerah terpisah dari
Kantor Induk dari Perangkat Daerah yakni pada Dinas Pendidikan, Dinas
Tanaman Pangan Hortikultura dan Pertanian, serta UPTD/UPTD Kesehatan
maka absen kehadiran dapat dilakukan secara manual paling kurang 2 (dua)
kali setiap hari kerja yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perangkat
Daerah.6)
Q)
(2)
(3)
Q)
(2)
(3)
a)
(3)
(4)
Format daftar hadir secara manual tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 38
Presensi apel pagi, apel sore, kerja bakti/senam dan upacara pada hari kerja
dilakukan ditempat pelaksanaan apel pagi, apel sore, kerja bakti/senam dan
upacara.
Jadwal waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau
menandatangani daftar hadir secara manual pada bulan puasa ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Jadwal Waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau
menandatangani daftar hadir secara manual pada Perangkat Daerah Pelayanan
Umum ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah masing-masing.
BAB IX
PELAPORAN PRODUKTIFITAS KERJA
Pasal 39
Setiap PNS yang berhak menerima TPP wajib membuat laporan produktifitas
kerja setiap hari dan menyampaikan kepada atasan langsung yang diinput
melalui aplikasi E-Kinerja. 7
Dalam hal penggunaan aplikasi E-Kinerja belum digunakan maka laporan
produktifitas kerja dibuat dan dilaporkan secara manual.
Laporan produktifitas kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
merupakan pelaksanaan produktifitas kerja untuk waktu paling kurang 5 (lima)
jam per Hari.
Pasal 40
Laporan produktifitas kerja dinilai oleh atasan langsung secara berjenjang
sebagai berikut:
a. PNS Jabatan Pelaksana selain Jabatan Fungsional dinilai oleh Pejabat
Pengawas;
b. Pejabat Pengawas dinilai oleh Pejabat Administrator;
c. Pejabat Administrator dinilai oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama; dan
d. Kepala Perangkat Daerah, Asisten dan Staf Abli dinilai oleh Sekretaris
Daerah dinilai oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
Dalam hal Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d berhalangan maka diberikan kewenangan kepada pejabat yang
berwenang untuk menilai Laporan Produktifitas Kerja dari Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama.
Laporan produktifitas kerja Jabatan Fungsional berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Kepala Perangkat Daerah atau Koordinator Jabatan Fungsional menilai
Jabatan Fungsional lainnya; dan
b. Kepala Perangkat Daerah menilai Koordinator Jabatan Fungsional.
Penilaian atas kinerja pelaksanaan tugas dalam Produktifitas Kerja dinilai
berdasarkan kuantitas waktu, kualitas dan pencapaian target harian serta(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Q)
(2)
kesesuaian antara kegiatan tugas jabatan/kinerja proses bulanan dengan
uraian kinerja proses harian.
BAB X
PEMBAYARAN TPP
Bagian Kesatu
Pemberian TPP untuk PNS
Pasal 41
‘Terhadap PNS yang mengalami mutasi ke Perangkat Daerah/Unit Kerja lain
dibawah tanggal 15, maka pemberian TPP Pegawai dibebankan pada Perangkat
Daerah/Unit Kerja tempat bertugas yang baru, dengan memperhatikan
ketersediaan anggaran pada Perangkat Daerah/Unit Kerja dimaksud.
Apabila PNS yang mengalami mutasi ke Perangkat Daerah/Unit Kerja lain dalam
pelaksanaan tugasnya lebih banyak di Perangkat Daerah/Unit Kerja yang lama
(Perangkat Daerah/Unit Kerja sebelum mutasi) pada bulan berkenaan, maka
pemberian TPP dibebankan pada Perangkat Daerah/Unit Kerja yang lama
(Perangkat Daerah/Unit Kerja sebelum mutasi).
Apabila pada Perangkat Daerah/Unit Kerja tempat bertugas yang baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran, maka pemberian TPP dibebankan pada Perangkat Daerah/Unit Kerja
tempat bertugas yang lama sampai tersedianya alokasi anggaran di Perangkat
Daerah/Unit Kerja tempat bertugas yang baru.
PNS Pindahan diberikan TPP berdasarkan kriteria Beban Kerja dan/atau
prestasi kerja apabila:
a. gaji PNS yang bersangkutan telah dibayarkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten;
b. dibuktikan dengan surat pernyataan melaksanakan tugas yang
ditandatangani oleh Kepala Perangkat Daerah; dan
c. telah memenuhi jangka waktu mengabdi selama 3 (tiga) tahun pada
Pemerintah Kabupaten.
Bagi PNS Pindahan yang telah dilantik dalam jabatan struktural diberikan TPP
apabila telah mengabdi pada Pemerintah Kabupaten Banggai selama 3 (tiga)
tahun.
PNS yang beralih ke Fungsional pemberian TPP dibuktikan dan terhitung sejak
tanggal surat pernyataan melaksanakan tugas yang ditandatangani oleh Kepala
Perangkat Daerah.
Bagi PNS Fungsional Guru yang beralih ke jabatan Pelaksana pemberian TPP
diberikan pada tahun berikutnya.
Bagian Kedua
Pemberian TPP untuk Plt, Plh dan Pj Kepala Desa
Pasal 42
PNS yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (PIt.) atau Pelaksana Harian (PIh.)
diberikan tambahan TPP, yang menjabat dalam jangka waktu paling singkat 1
(satu) bulan kelender.
Tambahan TPP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu:3)
(1)
(2)
(3)
a. pejabat atasan langsung atau atasan tidak langsung yang merangkap
sebagai Plt. atau Ph. atau penjabat menerima tambahan TPP, ditambah 20%
(dua puluh persen) dari TPP dalam Jabatan sebagai Pit. atau Plh. atau
penjabat pada Jabatan yang dirangkapnya yang pembebanan anggarannya
pada Perangkat Daerah yang dirangkapnya;
b. pejabat setingkat yang merangkap Plt. atau Plh. Atau penjabat Jabatan lain
menerima TPP yang lebih tinggi, ditambah 20% (dua puluh persen) dari TPP
PNS yang lebih rendah pada Jabatan Definitif atau Jabatan yang
dirangkapnya yang pembebanan anggarannya pada Perangkat Daerah yang
dirangkapnya;
c. pejabat satu tingkat di bawah pejabat definitif yang merangkap sebagai Plt.
atau Pih, atau penjabat hanya menerima TPP pada Jabatan TPP PNS yang
tertinggi yang pembebanan anggarannya pada Perangkat Daerah yang
dirangkapnya;
d. pejabat yang merangkap sebagai Pj Kepala Desa menerima TPP sesuai
besaran basic TPP, ditambah tunjangan Kepala Desa; dan
e. TPP tambahan bagi Pegawai yang merangkap sebagai Pit, Plh dan/atau Pj
kepala desa dibayarkan terhitung mulai tanggal menjabat sebagai Plt. atau
Ph, atau penjabat.
PNS yang ditunjuk sebagai Pj Kepala Desa menerima TPP sesuai besaran basic
TPP, ditambah tunjangan Kepala Desa.
Bagian Ketiga
Persyaratan Pencairan TPP
Pasal 43
Pencairan TPP PNS dilaksanakan setelah mendapatkan Surat Rekomendasi dari
Sekretaris Kabupaten Banggai.
Persyaratan Administrasi Yang wajib dipenuhi Perangkat Daerah untuk
mendapatkan Surat Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. Laporan Pelaksanaan dan Reviu Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja
pada Aplikasi E-ANJAB & E-ABK Sistem Informasi Monitoring dan
Pelaksanaan Anggaran (Simona) KEMENDAGRI dan Evaluasi Jabatan pada
aplikasi Sistem Hasil Evaluasi Jabatan (Sihebat) KEMENPAN RB;
b. Surat Keterangan Pelaporan LHKPN dan LHKASN dari Inspektorat Daerah
Kabupaten Banggai;
c. Surat Keputusan Kepala Perangkat Daerah terkait Besaran TPP PNS; dan
d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Pengguna Anggaran atau
Kuasa Pengguna Anggaran atas Kebenaran Data terkait Rekapan Pembuatan
Laporan Harian Produktifitas Kinerja PNS sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati
ini.
Persyaratan pencairan TPP PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
huruf c dan huruf d di Verifikasi oleh perangkat daerah dan di Validasi oleh
Bagian Organisasi Sekretariat Daerah.
Pasal 44
Bagi PNS yang memiliki temuan untuk mengembalikan Kerugian Daerah atau
Kerugian Negara oleh Pemeriksa dari Badan Pemeriksa Keuangan, BadanPengawasan Keuangan dan Pembangunan, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
Kabupaten dilakukan Pemotongan untuk melunasi nilai temuan sebesar 15% setiap
bulan dari total nilai TPP.
Bagian Keempat
Mekanisme Pembayaran TPP
Pasal 45
(1) TPP dibayarkan sebanyak 12 (dua belas) bulan.
(2) Dalam hal persediaan dana tidak mencukupi, TPP dibayarkan di bawah jumlah
12 (dua belas) bulan.
Pasal 46
(1) Permintaan pembayaran TPP diajukan pada bulan berikutnya paling lambat
tanggal 15 (lima belas), kecuali untuk bulan Desember diajukan dalam bulan
berjalan.
(2) Pembayaran TPP dilakukan dengan mekanisme pembayaran Non Tunai.
(3) Pembayaran Non Tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada
rekening Bank yang ditunjuk.
(4) Penatausahaan dan pertanggungjawaban TPP dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(8) Pembayaran TPP dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang dihitung
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 47
TPP dilaksanakan dalam batas anggaran sebagaimana tercantum dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran pada masing-masing Perangkat Daerah _berikut
perubahannya.
Pasal 48
Pemberian TPP dibebankan pada APBD Kabupaten Banggai.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 49
(1) Kepala Perangkat Daerah dan Unit Perangkat Daerah wajib melaksanakan
pengendalian, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas PNS di
lingkungan kerjanya masing-masing.
(2) Kepala Perangkat Daerah dan Unit Perangkat Daerah dalam melaksanakan
pengendalian, pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disertai dengan pemberian sanksi.
(3) Selain pemberian sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun
2021 tentang Disiplin PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PNS juga
dikenakan sanksi berupa pengurangan TPP menurut Peraturan Bupati ini,BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal SO
TPP PNS diberikan kepada pejabat dan pegawai Inspektorat Daerah lebih besar dari
perangkat daerah lain dan lebih kecil dari Sekretariat Daerah yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Q)
(2)
Q)
(6)
(7)
(3)
Pasal 51
Bagi PNS yang meninggal dunia pada bulan berkenaan tetap diberikan TPP
sebesar 100% tanpa memperhatikan aspek produktifitas kerja dan disiplin kerja
dibuktikan dengan surat keterangan kematian.
TPP bagi PNS yang meninggal dunia diberikan dan diterima oleh ahli waris
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 52
Bagi PNS yang bertugas melakukan Pelayanan Kesehatan yang menerima
Kapitasi kurang dari nilai TPP yang tercantum maka diberikan TPP sebesar 60%
yang meliputi :
a. aspek disiplin kerja yaitu 40%; dan
b. aspek produktifitas kerja sebesar 20%.
Bagi PNS yang bertugas melakukan Pelayanan Kesehatan yang menerima
Kapitasi lebih besar dari nilai TPP maka diberikan TPP sebesar aspek disiplin
kerja yaitu 40%.
Bagi PNS yang menerima Kapitasi sama besar dengan nilai TPP maka diberikan
TPP sebesar 50%.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
Penetapan kelas Jabatan Fungsional sebagai akibat dari Penyetaraan Jabatan
Administrasi Ke dalam Jabatan Fungsional yang diduduki disetarakan dengan
kelas jabatan Administrasi yang diduduki sebelumnya sampai dengan
ditetapkannya ketentuan Penghasilan penyetaraan Jabatan.
Dalam hal Jabatan Fungsional yang diduduki sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memiliki kelas jabatan yang lebih tinggi maka kelas jabatan fungsional
penyetaraan jabatan mengikuti kelas jabatan administrasi yang diduduki
sebelumnya.
Dalam hal Jabatan Fungsional yang diduduki sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memiliki kelas jabatan yang lebih rendah maka kelas jabatan fungsional
penyetaraan jabatan mengikuti kelas jabatan administrasi yang diduduki
sebelumnyaBAB XV
KETENTUAN PENUTUP.
Pasal 54
Jangka waktu pemberian TPP yang diatur dalam Peraturan Bupati ini berdasarkan
jangka waktu berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Banggai tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banggai.
Pasal 55
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku :
1. Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tambahan Penghasilan
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten
Banggai Tahun 2020 Nomor 2502),
2. Peraturan Bupati Banggai Nomor 20 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tambahan Penghasilan
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten
Banggai Tahun 2020 Nomor 2520),
3. Peraturan Bupati Banggai Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tambahan Penghasilan
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten
Banggai Tahun 2021 Nomor 2560),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 56
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Banggai
Ditetapkan di Luwuk
Diundangkan di Luwuk
pada tanggal
SEKRETARIS KABUPATEN BANGGAI,
_BERITA DAERAH KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2022 NOMOR 2619=
'NVYOdWT LYNEWAW ONVA
—— ———-— — — = 1
| | |
|
é @ I Z 9 ¢ v é z t|
Ty SeBAL
oo | wmverwon | | ai eoy a eae
uebuessjey | JMAW IRIN | HEPILNEIE ELE) oui cebn eebece eto uerein eheup /ueieqer | ON
YNSeW HEPLL oem | sebn] wesuEsIeIeg eeu seBn1 verein
“ueueH Ses0ig eLeuly IISeH _ _
ye66ue yey
(11 uojosg /eureyerg |23uyy, weurdurg 3eqefog snsnyy)
VPda SVLIAILMNGONd NVIVTINGd NVO NVYOdVT
HVAGVC HVLNISANGd NVONAMONTT Id
‘IidIS IWADAN IVMVOGd NVIISVHONGd NVHVENVL
ONVINGL
NOHVL ¢OWON
IVOONV LLvdnd NVaNLvaad
eT NVUIdNVT
Suns6ue7 uesery Ueeder
Buns6ue7 uesery EWEN,
ueweqer
eweNLAMPIRAN I.b
PERATURAN BUPATI BANGGAI
NOMOR —_‘TAHUN
TENTANG
TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI
NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH
REKAPITULASI PENILAIAN PRODUKTIVITAS KERJA
Nama
Jabatan
NO. HARITANGGAL WAKTU KERJA NILAI AKHIR
PRODUKTIF (%)
iE (MENIT)
ass 2 3 Tze
NILAI CAPAIAN KINERJA
ATASAN PEJABAT PENILAI,
ir. H. AMIRUDINan aN
dVHONST WYN dVHONST VAN
'NVOd V7 LYNEW3W ONVA ‘WINAd Lvawrad
i é t a z a [ e ? [ = z i
(a) sen (%)
(%) ueyeuesyeioy =m elioury jsey ape | ueueing s2scid |
ueBueveiey | JU yep mere 89% | sc sesny uerein elieuny/ueeqer | ON
NSE HEPLL MK [ sebnueeuesyeeg bau Csi eres
UEUEH SO80Id eheuy ISH |
je66uey yer
Suns6ue7 ueseyy ueVeqer
Buns6ue} ueseyy EWEN
ueveger
an/eweN
Vrad SVLIALLHNGOd NVIVIINGd Nvd Nvaodv1
HVYaVC HVLNIN@WGd NVONOMONTT Id
‘TidIS HADEN IVMVOdd NVISVHONGd NVHVEWVL
ONVINGL
NOHVL = 4YOWON
IVODNVE MLWdNd NVANLVEad
o'T NVAIdINV'Tnied deBBuetp Buek eXuue| ueyee9 1s
“Buesny uobeyey yN}UN % SZ "P
neye'Buepas uoBa}ey ymjun 9% 0G “O
dnyino uoBayey yMIUN % SZ“
eq JoBeyey yNWUN % OOL "E
anyuag reBeges ‘(2) yeke Z| jesed uenjUs}ey lenses ledeoIp
JeJUE |SIOAUO} jISeY ISejUASIAd UECUEP ISIIP EYE g WojOy IeIlU YEIEPE g WOIOY IS! EXIF
Z Wojoy Neye g Wojoy ‘g WojOy lejlU NeWeye Ise\UAsald UEBLEy
‘se6n) ueyeuesyejo yepy ejeAu Bied95 Ide}9} elley ynsewW nee efiay yNSeW HEPH SNe BUGEdE % 0
Jen| Seulp seBn} UEYEUESYEIEW SNa ElIGede % COL ISG
(y wojoy) eioy seyAnynpoud eouny Ueteun Uep (z Wojoy) UeJeqe! seGn} UEVEIGay eNeIUe UeIeNsesey “O
neye ‘uevey jo61e) UeFedeouad Uep seweny) “a
(€ wio}oy) npjem semueny “e
yetepe rejlued yeqeled yajo ueyvaqip Guek elsey seynpinpoud 1ewu eAUIBBuR neye Yepual UEYMUEUEH
(L)2eKe 21 jesed Uenquayoy lenses sesoid effeuny J}exIpul UeIedeD
lenses % OOL - % 0 UeIepe ell BuelUal “y Wojoy eped elleury ysey UerE}Ud lenses ellay SeNAMYNPOId BLeUpy Isesijeo4 !SejUASIed UEGUEP IS!Iq
eliay seyarpinpoid eliouny se6n} ueyein-uelesn UeBud}
efreup, uey denies efiay seuamnpoid elieurj UeeUeSyejad MEM SIG
Gued Jeu yoBe}ey sseUesied UeBUAp g Wojoy eped Ie)
Bujsew-Bulsew isBuny neye/uep se6n} uebuep lenses temeGed eliay UeJeses We|ep LunjUeDIe} BueA lenses Ueyege! seBn} UEye/6ey UeBUAp ISI
sejer dyna,
6 wojoy
Wojoy}
ZL Wojo4
19 WOIOy
g Wojoy,
Wo|oy,
€ Wojoy,
Nd
Z wojoy,
1 wojoy
¥NVISIONGd NVONVUGLaHan
dVHONST VAN
“WINad Lvavrad
Zz
9 I $
&
z
veyueg
tp Bue A IeIN
ehiey SeWIINPO weve
efeury ueteln uep e6se| UeIedoue,
usjeqer se6ny uejeBey | ey cement
euejuy uelensesey, mid
ApeM SeyUENy
seGn, uerein,
SNd NVLVGVE NVIVIINGd NVUOdvT
HVYaVC HVLNINGWGd NVONNXONTT IG
‘dS IWADAN IWMVOGd NVTISVHONGd NVHVENWL
ONVINGL
NOHVL — YOWON
IVDDNVE LLVdNd NVANLWAGd
PT NVUIdNVT
je66ueyuey | “oN
requed yeqeleg
ueweaer
din,
ewea ot st] al oe | ail o | 6 8 Z 9 $ y fe z ‘
(%S'D) | oreyy | yy | % : 19) | (68°) | (%8'r) | (%68'») ueiode
vetuciroueg | Deuasae, (4S) BR | be | FO | Cus 0) "yes. | emt | ox me
1eI0L ypyuejnd |__06 < “She yep, | (Uzi | seuig | ynsew SEIPINPOIS | ueqer| . JIN | on
yedeg, eley ynsey yequieveL ‘ang | se6ny | yeplL yewunp | jdey6ue7
a — Ss | ewe!
__ (%0¥) Bey unidisid dd __| (%09) seymINPOld dd | N |
VPaau NITdISIC NVC SVLISILHNGONd ddl IVTIN NVONALIHONGd
HVYGVC HVLNISGNGd NVONNONTT Id
‘TidIS IMBOAN IWMVOdd NVTISVHONGd NVHVENVL
ONVINGL
NOHVL aNOWON
IVOONV ILVdnd NVANLvaad
IL NVaId VT(g1 wojoy) efey udisip ueBuesnBued — (eLay uljdisip 1e}1U) % Op = ebay UNdIsIp leu ISI : 2} Wo|Oy
(eliex undisip 1eyu) %Ov x {(pL) Wooy+(EL) WO|Oy}+(ZL) WoIor4+(LL) WOJOr{+(0L) WOIO>i+(6) WOIOy1+(B) WO|o>+(z) WO|Oy+(9) WO|Oy)}
+ snwns ue6uep ‘elsey uldisip ueBueInBued Iseuasaid Yeu 91 Wojoyl
$'L x uBing | wejep alos uasqe yepry6ueind yedeo wey Ye|WNr UeBUAP ISI : S| WoIOy
S'p X ueing | weep WuEW O6< Jequeya} WEY YejNe UeBUEp: 2 yl Wojoy
$' X ueing | Wejep yuaws 06-09< YeqWe}ia} UeY Ye|wINr ueBLE| £1 Wojoy
$@'| x ueing | welep yuew 09-08< Jeqweye} wey Yeluin? UebLey ZL Wojo>4
1X uping | wejep wuaw o¢-S1-< Feqweye} vey YeWNe UeBuEy LL ojo
$'0X UeIng | WeJep yaw 1-1 equIeLE} UeY Ye|UINe UeBUEp I 01, wojo
$'0X ueing | wejep nfeq ellex/eseoednyiede iny) yepn YelUNe UeBUEy 6 WOIOy4
$'p X UBINg | WeJep Wyes ‘UrZ! "No WEY Ye|WNr UeBUEP 8 WO|Oy4
S'p x ueing | Weep Jen| seulp se6n} ueY YejuINe UEBUEP I L Wojoy4
s'p X Ueing | Wejep efiey Ynsew yepy VEY YeIWNE UeBUEP ISI : 9 WOIOy
ueing | eliey yey yeuine
(seqpinpoud teu) %09 x TF WOTOH) VEIN T eLSy SENDING i x § wojoy
(ueiode| tenses) ueing | ebey seqipinpoud rey Iseyuaseud equ y wojoyt
uejegel ewe | € Wo|oy
iN uep deyBuej eweu isi : zwojoy)
sejer dming : | wojoy4
TNVISIONGd NVDNVaaLaHNV€VMTONAd VYVHVONSe HVYAVG LYMONVYSd Vivda
¥ er Zz oo or 6 z Z 3 ¥ Rae t
CC (%) (~) (%) eos) (ey) | 4
ed ha ha (6 %) oy s ||
jaan wsiea | iz | Goioy) eae SSL EIN, | yn uydisig seyapinpolg| ddl (| -ueveqer | jdey6ueq | oN
ddl | Udd | ddl TeIo | HeqWeUeW | ueWN!N IN ueiesog ewen,
= I a N ‘|
wemg
aa vorey
NVINGUGd SNd VWIYALIG ONVA (ddl) NVTISVHONGd NVHVENVL NVVWISENGd ISVINLIdVES
HVS@Vd HVLNINGWGd NVONNYONTT
I TldIS SHON IWMVDGd NVTISVHONGd NVHVENVL
ONVINGL
NOHVL = 4OWON
IVDONVG ILVdNd NVUNLWAGd
IL NVAId INVsejer dnyng
(24 Wojox) Udd ~ (1+ WOIO) ddl = (dy) ISIPB ddd
ue6uepun-Suepuniad ueimelad Uen|ue}ay /eNses Ydid UEBUEP ISIC
ueYyeqUies ddl + (ddl UBIES® X dd !eIu ISejUeseud [E}01) = (dy) del !EIIN
ueyequiel do (dy) lel ueuep
(ano yequevaw) — (uidisip uewnyny) — (ef4ey UdISIp IBIN + ele SeyINNpOLd
‘shuunu ueGUap ‘de !eIlU (e101, ueBuep
Zz jesed uenquayey lensas no Yequieuau uebuojowied isejuasaid ueGuep
9 tesed uenquayay jenses uldisip uewnjny UeBUojoWed jsejuesaid UeBYEP
elioy uijdisip 1eju isewesesd yeni uebue
efiey sewipnpoud reju iseyuaseud ye|win! UeGUEP
ueyegel lejlu tenses dqj Ueieseq
ueyegel eweu
IN uep deyBue| eweu
sejer dnyn
YL Wojoy,
EL Wojoy
ZL wojoy,
LL Wojoy,
O} wojoy
6 Wojoy
g Wojoy
L wojoy
9 Wo|Oy
g WO|Oy
‘y WO}Oy
€ WO|Oy
Z wiojoy,
| Wojoy,
TNVISIONGd NVONVUGLaHHVY3VG LVMONVYSd Vivds4
8 {| Z 9
3
¥ £ z Lt
seled uesay wer
uebuelsjay
seed
uasqy wer
340s
lovd
|
|
|
gOS Tadv NVd IDVd Tddv MIGVH AvVLiva
HVYaAVC HVLNINGNGd NVONAYONIT
I UdIS IWAOAN IVAAVOGd NVTISVHONGd NVHVENVL
ONVINGL
NOHVL = 4YOWON
IVOONVE LLWdNd NVUNLWaad
AL NVAIdNV'T
GMOS Tad NV IOVd THdV TVANVW MIGVH AVLAvd LYAHOS
dd euren
peaBueL/eHHV€aVO LYMONVYAd Vivd34
Z
9
g
v £
z
ueBueieye
(jesed)
wwyNas
Geied)
Live wruat
(ese)
vavovdn cee
dIN / dey6ue7 ewen
oN
WVNGS/ILMVd VWraad/VaVOVdN MIGVH AVLIva
da euren
peasueL/HeH
WVNGS/ILHV@ VPaaH/VAVOVdN TVANVW MIGVH AVLIvd LVWaOd ‘ILAMPIRAN V
PERATURAN BUPATI BANGGAI
NOMOR ~—TAHUN
TENTANG
TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI
NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH DAERAH
KOP PERANGKAT DAERAH
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
NIP
Pangkat/Golongan
Jabatan
Bahwa Saya menjamin kebenaran dan betanggung jawab penuh atas
Rekapan Pembuatan Laporan Harian Produktifitas Kinerja PNS pada......... (di
isi nama perangkat) dan Surat Keputusan Kepala Perangkat Daerah tentang
Besaran TPP PNS.
Apabila dikemudian hari Rekapan Pembuatan Laporan Harian
Produktifitas Kinerja PNS pada......... (di isi nama perangkat) dan Surat
Keputusan Kepala Perangkat Daerah tentang Besaran TPP PNS tidak benar,
maka saya siap bertanggung jawab dan diberikan sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang - undangan sehingga dokumen yang diterbitkan sebagai
kelengkapan dari surat penyataan ini menjadi tidak sah.
Demikian Surat Pernyataan Tanggunga Jawab Mutlak ini saya buat untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Luwuk,
Kepala Perangkat Daerah
Materai 10.000
Nama Jelas
NIP
Pangkat/GolonganDAFTAR REKAPAN PEMBUATAN LAPORAN HARIAN PRODUKTIFITAS
KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA. ‘Nama Perangkat Daerah)
BULAN ........ TAHUN 2022
KELAS, KET
JABATAN
NO NAMA/NIP/PANGKAT/GOL
Luwuk,
Kepala Perangkat Daerah
Nama Jelas
NIP
Pangkat /Golongan