Anda di halaman 1dari 35
Menimbang : Mengingat BUPATI BANGGAL PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI BANGGAI NOMOR 4 TAHUN 2022 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL a. 1. DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH BUPATI BANGGAI, bahwa dengan meningkatnya kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dapat mendorong peningkatan produktivitas kerja dan peningkatan disiplin kerja untuk membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah mewujudkan tujuan pembangunan; bahwa tambahan penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai dapat mendorong kinerja pelayanan dan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil sehingga perlu diberikan dengan menentukan kriteria dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah; bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (4) Juncto ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah yang menjadi pedoman pemberian Tambahan Penghasilan kepada Pegawai Aparatur Sipil Negara Daerah belum ditetapkan maka Kepala Daerah dapat memberikan tambahan_ penghasilan dengan Peraturan Kepala Daerah setelah memperoleh persetujuan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat Il Di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 10. 11. 12, 13. 14, 15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 121, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5258); Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037); Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322); Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2021 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6718); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781); Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Analisis Jabatan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Dearah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 483); Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penetapan Kelas Jabatan di Lingkungan Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Thaun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 16. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900-4700 Tahun 2020 tentang Tata Cara Persetujuan Menteri Dalam Negeri Terhadap Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Daerah; 18. Peraturan Bupati Banggai Nomor 62 Tahun 2021 Tentang Kelas Jabatan di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai (Berita Daerah Kabupaten Banggai Tahun 2021 Nomor 2413). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: a Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah. ‘Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut TPP adalah tambahan penghasilan yang diberikan kepada PNS di lingkup Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok Jabatan tinggi pada instasni pemerintah. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Administrasi pada instansi pemerintah. Jabatan Pelaksana adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas pelaksanaaan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. 10. Pejabat Pelaksana adalah sekelompok pegawai ASN yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. 11.Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit. 12. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki Jabatan Fungsional pada instansi pemerintah. 13. Pejabat Pelaksana Tugas yang selanjutnya disingkat Plt. Adalah Pelaksana tugas. rutin dari pejabat definitif yang berhalangan tetap. 14. Pejabat Pelaksana Harian yang selanjutnya disingkat Plh. adalah Pelaksana Harian melaksanakan tugas rutin = dari_—spejabat ~—definitif yang berhalangan sementara. 15. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK adalah lembaga Negara dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan 16. Nilai Jabatan adalah nilai kumulatif dari faktor jabatan yang mempengaruhi tinggi rendahnya jenjang jabatan berdasarkan informasi jabatan. 17. Kelas Jabatan adalah tingkatan jabatan struktural maupun jabatan fungsional dalam satuan organisasi yang digunakan sebagai dasar pemberian besaran tunjangan. 18. Basic Tambahan Penghasilan Pegawai adalah nilai rupiah yang diberikan untuk setiap kelas jabatan, yang dihitung berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku; 19. Evaluasi jabatan adalah suatu proses untuk menilai suatu jabatan secara sistematis dengan menggunakan kriteria-kriteria yang disebut sebagai faktor jabatan terhadap informasi faktor jabatan untuk menentukan nilai jabatan dan kelas jabatan. 20.Tingkat Kehadiran adalah jumlah kehadiran PNS dalam satu bulan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. 21, Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan terwujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan. 22. Indikator Kinerja Utama adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan kinerja utama organisasi sesuai dengan tugas fungsi serta mandat (Core Business) yang diemban. 23. Indikator Kinerja Individu adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan kinerja pegawai berdasarkan tugas fungsi atau tugas jabatan sesuai tanggungjawab yang diberikan. 24. Capaian Kinerja adalah Realisasi kinerja sesuai dengan target yang ditetapkan dalam indikator kinerja. 25.Hukuman adalah hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadaPNS karena melanggar peraturan disiplin pegawai negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 26. Cuti di Luar Tanggungan Negara adalah cuti yang diberikan kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus-menerus, karena alasan pribadi yang penting dan mendesak sehingga tidak bisa masuk kerja, dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun. 27 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. Cuti Bersalin adalah cuti yang diberikan kepada PNS yang mengalami persalinan pertama, kedua, dan ketiga, dengan jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum persalinan dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan. Cuti Sakit adalah adalah cuti yang diberikan kepada PNS yang mengalami sakit lebih dari 14 (empat belas) hari, dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat ditambah paling lama 6 (enam) bulan. Cuti karena alasan penting adalah hak PNS untuk tidak masuk kerja yang diizinkan oleh Pejabat yang berwenang karena ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua atau menantu sakit atau meninggal dunia, atau PNS yang bersangkutan melangsungkan perkawinan pertama atau karena alasan lainnya untuk jangka waktu sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Cuti besar adalah cuti dalam rangka melaksanakan kegiatan keagamaan. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang selanjutnya disebut BKPSDM adalah Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Instansi Pembina adalah Instansi pembina jabatan fungsional. Hari adalah hari kerja. Kabupaten adalah Kabupaten Banggai. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Banggai. Bupati adalah Bupati Banggai. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Banggai. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Banggai. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. BAB IL PRINSIP PEMBERIAN TPP Pasal 2 Pemberian TPP menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Kepastian hukum dimaksudkan bahwa pemberian TPP mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan. Akuntabel dimaksudkan bahwa TPP dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Proporsionalitas dimaksudkan pemberian TPP mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban pegawai. Efektif dan efisien dimaksudkan bahwa pemberian TPP sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan perencanaan kinerja yang ditetapkan. Keadilan dan kesetaraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP harus mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk memperoleh kesempatan akan fungsi dan peran sebagai PNS. Kesejahteraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP diarahkan untuk menjamin kesejahteraan PNS. Optimalisasi dimaksudkan bahwa pemberian TPP sebagai hasil optimalisasi pagu anggaran belanja Pemerintah Daerah. BAB III PENETAPAN BESARAN TPP Pasal 3 (1) Penetapan besaran TPP didasarkan pada parameter sebagai berikut: a. Kelas Jabatan; b. Indeks Kapasitas Fiskal Daerah; c. Indeks Kemahalan Konstruksi; dan d. Indeks Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. (2) Besaran tertinggi TPP yang diperoleh dengan menggunakan rumus : (Besaran Tunjangan Kinerja BPK per kelas jabatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan) x (indeks kapasitas fiskal daerah) x (Indeks kemahalan Konstruksi) x (indeks penyelenggaraan pemerintah daerah); BAB IV KRITERIA PEMBERIAN TPP Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Tambahan Penghasilan diberikan sesuai Kelas Jabatan. (2) Besaran TPP per kelas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan kriteria: a. Beban Kerja; b. prestasi kerja; c. kondisi kerja; d. tempat bertugas; e. kelangkaan profesi; dan f, pertimbangan objektif lainnya. (3) Besaran TPP per kelas jabatan dengan mempertimbangkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati, Bagian Kedua Pemberian TPP Berdasarkan Beban Kerja Pasal 5 (1) Pembayaran TPP berdasarkan beban kerja disesuaikan dari besaran basic TPP. (2) TPP berdasarkan Beban Kerja diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugas melampaui Beban Kerja normal atau batas waktu normal, yang dihitung berdasarkan kelas jabatan yang dipengaruhi oleh kehadiran. (3) Tugas melampaui Beban Kerja normal sebagaimana dimaksud ayat (3) yakni pelaksanaan tugas pokok yang melampaui volume kerja dan waktu kerja efektif. (4) Pembayaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan tugas dan fungsi. Bagian Ketiga Pemberian TPP Berdasarkan Prestasi Kerja Pasal 6 (1) Pembayaran TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) huruf b disesuaikan dari besaran basic TPP. (2) TPP berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b diberikan kepada PNS yang memiliki prestasi kerja yang tinggi dengan kriteria yang dinilai oleh Tim Penilai Kerja Organisasi yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Keempat Pemberian TPP Berdasarkan Tempat Bertugas Pasal 7 (1) TPP PNS berdasarkan tempat bertugas diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugasnya berada didaerah yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan/atau daerah terpencil. (2) Pemberian TPP berdasarkan Tempat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Alokasi TPP berdasarkan tempat bertugas paling tinggi sebesar 50% (lima puluh persen) dari basic TPP PNS. Bagian Kelima Pemberian TPP Berdasarkan Kondisi Kerja Pasal 8 (1) Kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab memiliki resiko tinggi seperti resiko kesehatan, keamanan jiwa dan lainnya. (2) Rincian Kriteria TPP berdasarkan kondisi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah seluruh PNS yang melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut : a. Pekerjaan yang berkaitan langsung dengan penyakit menular; b. Pekerjaan yang berkaitan langsung dengan bahan kimia berbahaya/radiasi/bahan radioaktif; c. Pekerjaan yang berisiko dengan keselamatan kerja; Pekerjaan ini berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukum; e. Pekerjaan ini satu tingkat dibawahnya dibutuhkan analis atau jabatan yang setingkat namun tidak ada pejabat pelaksananya; o (3) Q) (2) (3) (4) @ (2) f, Pekerjaan ini satu tingkat dibawahnya sudah didukung oleh jabatan fungsional dan tidak ada Jabatan Struktural dibawahnya; dan/atau g. Perangkat Daerah yang terkait langsung dalam upaya pencegahan dan Penanganan Covid 19 meliputi Dinas Kesehatan, Badan Rumah Sakit Umum Daerah, Inspektorat Daerah, Bappeda dan Litbang, BPKAD dan Satpol PP dan Damkar. Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan minimal 10 % (sepuluh persen) dari Basic TPP dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Keenam Pemberian TPP Berdasarkan Kelangkaan Profesi Pasal 9 Kriteria TPP berdasarkan kelangkaan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d diberikan kepada PNS yang dalam melaksanakan tugas pada kriteria sebagai berikut : a. Keterampilan dan/atau Keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini khusus; dan b. Kualifikasi Pegawai Pemda sangat sedikit/hampir tidak ada yang bisa memenuhi pekerjaan dimaksud. ‘TPP berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada PNS yang melaksanakan tugas pada : a. Jabatan Pimpinan Tertinggi di Pemerintah Daerah; b. Dokter Spesialis (PNS dan CPNS); cc. Fungsional Ahli Kebijakan Madya; d. PNS Kelas Jabatan 1 (satu), Kelas Jabatan 2 (dua), Kelas Jabatan 3 (tiga) dan Kelas Jabatan 4 (empat); dan Alokasi TPP berdasarkan Kelangkaan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan Minimal 10 % (sepuluh Persen) dari basic TPP PNS. Penetapan Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Ketujuh Pemberian TPP Berdasarkan Pertimbangan Objektif Lainnya Pasal 10 ‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e diberikan kepada Perangkat daerah yang : a. menghasilkan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; b. melakukan pengelolaan keuangan daerah; dan/atau ¢. Tim Pelaksanaan TPP PNS Pemerintah Daerah. Pemberian TPP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a merupakan Insentif Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan. (3) QQ) (2) (3) (4) a) (2) (3) (4) (5) Besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf diberikan sesuai kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BABV KLASIFIKASI PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN Pasal 11 ‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) diberikan berdasarkan Beban Kerja atau bobot (nilai/kelas) jabatan berbasis kedisiplinan /presensi elektronik. Bobot (nilai/kelas) jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati. TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a diberikan berdasarkan jabatan dengan mempertimbangkan beban tugas/cakupan tugas/kompleksitas tugas PNS. ‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) hurufb diberikan berdasarkan capaian kinerja PNS yang meliputi ; a. Capaian kinerja atas aktivitas/kegiatan harian dan/atau mingguan dan/atau bulanan yang dilaksanakan PNS selama jam kerja dan diluar jam kerja berdasarkan Peraturan Perundang-undangan; b. Capaian kinerja atas perjanjian kinerja/kontrak kinerja yang dinilai/diukur setiap bulanan dan/atau tribulanan, baik capaian kinerja proses (hasil kerja dari bawahan/sundulan) maupun kinerja individu output/outcome. c. Aktivitas/kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a yang dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu dihitung menjadi komponen tambahan penghasilan berdasarkan kinerja dengan ketentuan maksimal aktifitas/kegiatan per hari 5 (lima) jam. Pasal 12 TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c dapat diberikan kepada seluruh PNS yang terdiri dari kelompok jabatan Pimpinan ‘Tinggi Pratama dan Jabatan Administrasi berdasarkan bobot (nilai/kelas) jabatan masing-masing PNS. Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Jabatan Administrator; b. Jabatan Pengawas; dan c. Jabatan Pelaksana. TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e diberikan kepada Sekretaris Kabupaten, Dokter Spesialis / Ahli, Fungsional Ahli Kebijakan Madya, Kelompok Jabatan Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3 dan kelas 4 dan Auditor Inspektorat Daerah. ‘TPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f dapat diberikan kepada PNS kelompok jabatan fungsional dengan ketentuan bobot (nilai/kelas) jabatan disesuaikan atau disamaratakan dengan kelompok jabatan pelaksana dan/atau jabatan struktural yang mempunyai nilai bobot jabatan setingkat. Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri dari : a. Jabatan fungsional keahlian; b. Jabatan fungsional keterampilan. (6) Pembayaran besaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) dibayarkan sesuai dengan bobot (nilai/kelas) jabatan yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 13 ‘TPP tidak diberikan kepada: a. PNS yang diberhentikan untuk sementara atau dinonaktifkan; b. PNS yang diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat; c. PNS yang dipekerjakan pada instansi/lembaga Negara dan /atau lembaga lainnya di luar Pemerintah Daerah; d. PNS yang ditugaskan sebagai Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas Sekolah; e. PNS yang tidak melaksanakan tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada Pemerintah Daerah berdasarkan pernyataan dari atasan langsungnya; f, PNS yang diberhentikan dan sedang mengajukan banding administratif serta tidak diizinkan masuk bekerja atau mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara; PNS yang menjalani Cuti Di Luar Tanggungan Negara; PNS yang menjalani Cuti Besar Bukan Alasan Keagamaan; PNS yang dalam bebas tugas untuk menjalani Masa Persiapan Pensiun; PNS Daerah lain dan Instansi Vertikal yang berstatus pegawai titipan; PNS yang melaksanakan tugas belajar; PNS yang dijatuhi hukuman disiplin berat terkait dengan Perundang-undangan di bidang Perkawinan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati. reo oo Pasal 14 (1) Bupati menunjuk/menetapkan PNS dalam Jabatan Fungsional berdasarkan Keputusan Bupati. (2) Kepala Perangkat Daerah menunjuk/menetapkan PNS dalam Jabatan Pelaksana dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah. (3) Penunjukkan/penetapan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berdasarkan hasil Analisis Jabatan. (4) Penunjukkan/penetapan PNS dalam Jabatan Fungsional di lingkungan Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pada Peraturan Instansi Pembina. BAB VI PENILAIAN PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI Bagian Kesatu Umum Pasal 15 Pembayaran TPP setiap bulan dinilai berdasarkan : a, Aspek Produktifitas Kerja; dan b. Aspek disiplin Kerja. (Ql) (2) Q) (2) (3) (4) (5) (6) qQ (2) Pasal 16 Penilaian produktifitas kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a sebesar 60 % (enam puluh persen) dari Besaran TPP. Penilaian disiplin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b sebesar 40 % (empat puluh persen) dari Besaran TPP. Bagian Kedua Penilaian Produktifitas Kerja Pasal 17 Penilaian Produktifitas Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a didasarkan pada hasil penilaian melalui Aplikasi E-Kinerja. Dalam hal Aplikasi E-Kinerja belum dapat diterapkan, Penilaian aspek produktifitas kerja dilakukan berdasarkan pelaksanaan tugas sesuai uraian tugas/kinerja proses bulanan, yang dibuktikan dengan laporan harian produktivitas kerja. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : . uraian tugas jabatan; . indikator kinerja utama; perjanjian kinerja; . indikator kinerja individu; atau tugas tambahan. Uraian tugas jabatan/kinerja proses bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus selaras dengan indikator kinerja utama/indikator kinerja individu atasan langsung secara berjenjang sesuai dengan jabatannya untuk mencapai kinerja output/outcome. Setiap PNS wajib membuat laporan produktifitas kerja mengacu pada pelaksanaan tugas dan uraian jabatan/kinerja proses bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4). Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan kepada atasan langsung sebagai pejabat penilai produktifitas kerja setiap hari kinerja. enoge Pasal 18 Produktifitas kerja sesuai laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (5) dihitung berdasarkan capaian indikator kinerja proses sebagai berikut : a, > 60% kategori Baik; b. > 40% kategori Cukup; c. > 30% kategori Sedang; dan d. 0 sampai dengan 30 % Kategori Kurang. Besaran TPP Produktifitas kerja sebagai berikut : a. Capaian kinerja proses kategori Baik sebesar 100 % dari nilai produktifitas kerja; b. Capaian kinerja proses kategori Cukup sebesar 75 % dari nilai produktifitas kerja; c. Capaian kinerja proses kategori Sedang sebesar 50 % dari nilai produktifitas, kerja; 3) (4) (5) (6) co) (2) (3) d. Capaian kinerja proses kategori Kurang sebesar 25 % dari nilai produktifitas kerja; PNS yang tidak masuk kerja atau secara nyata tidak melaksanakan tugas diberikan nilai produktifitas kerja sebesar 0 %. PNS yang melaksanakan tugas dinas luar diberikan nilai TPP produktifitas kerja sebesar 100 %. Capaian indikator kinerja proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk bulan berkenaan dinilai oleh atasan langsung setiap tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 bulan berikutnya. Format laporan dan penilaian produktifitas kerja tercantum dalam Lampiran 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 19 Setiap PNS wajib melaksanakan tugas paling kurang 5 (lima) jam atau 300 menit per Hari. PNS yang melaksanakan tugas tetapi tidak membuat laporan Produktifitas kerja dianggap tidak melaksanakan tugas, diberikan nilai produktifitas kerja sebesar 0%. Aspek Produktifitas Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a dihitung berdasarkan pada Prestasi Kehadiran Pegawai dalam 1 (satu) bulan. Bagian Ketiga Penilaian Disiplin Kerja Pasal 20 Disiplin kerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b ditentukan berdasarkan indikator kehadiran PNS, meliputi: a. b, c. 4, () (2) Tidak masuk bekerja; . Tidak apel pagi dan apel sore; Terlambat masuk bekerja; dan Pulang sebelum waktunya. Pasal 21 Tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a merupakan kondisi PNS yang secara nyata tidak hadir tanpa alasan/keterangan yang sah; Alasan/keterangan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Menjalankan tugas dinas dalam wilayah Kabupaten yang dibuktikan dengan Surat Perintah Tugas dari pimpinan; b. Menjalankan tugas dinas luar yang dibuktikan dengan Surat Perintah Tugas dari pimpinan; c. Sakit/dirawat di rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Rumah Sakit atau Pusat Kesehatan Masyarakat tempat dirawat; d. Cuti Melahirkan; dan e. Cuti karena alasan penting / cuti besar alasan keagamaan. (3) (4) () (2) PNS tidak masuk kerja dengan alasan tanpa Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan TPP PNS PNS tidak masuk kerja dengan alasan Keterangan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d dan huruf e tidak dikenakan Pengurangan TPP PNS yang dibuktikan dengan surat pernyataan tanggung jawab mutlak dari kepala Perangkat Daerah. Pasal 22 Tidak apel pagi dan apel sore pada hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b dikenakan pengurangan tingkat kehadiran sebesar 0,5 % setiap ketidakhadiran dari nilai TPP disiplin kerja. Ketentuan tidak apel pagi dan apel sore sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku secara mutatis mutandis bagi PNS yang tidak mengikuti upacara dan kerja bakti/senam. Pasal 23 PNS terlambat masuk bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c dikenakan pengurangan TPP disiplin kerja sebagai berikut a. b. ‘Terlambat 1 (satu) menit sampai dengan 31 (tiga puluh satu) menit sebesar 0,5 %. ‘Terlambat > 31 (tiga puluh satu) menit sampai dengan 61 (enam puluh satu) menit sebesar 1%. ‘Terlambat > 61 (enam puluh satu) menit sampai dengan 91 (sembilan puluh satu) menit sebesar 1,25 %. Terlambat > 91 (sembilan puluh satu) menit sampai dengan 195 (seratus sembilan puluh lima) menit sebesar 1,50 %. Terlambat > 195 (seratus sembilan puluh lima) menit dianggap tidak masuk kerja. Pasal 24 PNS pulang sebelum waktunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d atau tidak melakukan absen sore dikenakan pemotongan sebesar 1,50%. (2) (3) (4) Pasal 25 Prestasi kehadiran /aktivitas PNS setiap bulan dicetak melalui Sistem Informasi Manajemen Kinerja Kehadiran Pegawai/Mesin Absensi Elektronik. Dalam hal terjadi kendala teknis/kerusakan pada Sistem Informasi Manajemen Kinerja Kehadiran Pegawai/Mesin Absensi Elektronik atau jaringan interkoneksi absensi dapat dilakukan secara manual disertai surat pernyataan tanggung jawab mutlak dari Kepala Perangkat Daerah dan Surat Keterangan Kerusakan Jaringan Interkoneksi dari Dinas Komunikasi dan Informatika yang di laporkan kepada Sckretaris Kabupaten dengan jangka waktu maksimal 3 (tiga) hari. Dalam hal terjadi kendala karena pemadaman listrik, absensi dapat dilakukan secara manual dengan mencantumkan jam masuk atau pulang yang di laporkan kepada Dinas Komunikasi dan Informatika dengan jangka waktu maksimal 24 (dua puluh empat) jam. Kerusakan/Kendala Teknis pada Mesin Absensi Elektronik harus segera diperbaiki dan/atau diganti dengan Alat/Mesin yang baru paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak surat pernyataan tanggung jawab mutlak dilaporkan kepada Sekretaris Daerah. (5) Dalam hal setelah 60 (enam puluh) hari sejak kerusakan mesin tidak diperbaiki dan/atau di ganti dengan alat/mesin yang baru maka dilakukan penundaan pembayaran TPP pada bulan berikutnya. Bagian Keempat Hukuman Disiplin dan Menambah Hari Cuti Bersama Pasal 26 Selain pengurangan TPP disiplin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 sampai dengan Pasal 24, Pengurangan TPP disiplin kerja juga dilakukan karena alasan : a, hukuman disiplin; dan b. menambah hari Cuti Bersama. Pasal 27 (1) PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Ringan berupa sanksi: b. teguran lisan sebesar 20% (dua puluh persen) selama 2 (dua) bulan; c. teguran tertulis sebesar 20% (dua puluh persen) selama 3 (tiga) bulan; dan d. pernyataan tidak puas secara tertulis sebesar 20% (dua puluh persen) selama 4 (empat) bulan. (2) PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Sedang berupa sanks a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun dikenakan pemotongan sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 5 (lima) bulan; b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun dikenakan pemotongan sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 6 (enam) bulan; dan c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun dikenakan pemotongan sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 7 (tujuh) bulan (3) PNS yang dijatuhi Hukuman Disiplin Tingkat Berat berupa sanksi: a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun dikenakan pemotongan sebesar 40% (empat puluh persen) selama 8 (delapan) bulan; b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah dikenakan pemotongan sebesar 40% (empat puluh persen) selama 9 (sembilan) bulan; dan c. pembebasan dari jabatan dikenakan pemotongan sebesar 40% (empat puluh persen) selama 10 (sepuluh) bulan. (4) Pengurangan TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dikenakan pemotongan terhitung sejak bulan berikutnya sejak keputusan penjatuhan Hukuman Disiplin dinyatakan berlaku. Pasal 28 Setiap PNS yang menambah hari Cuti Bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b dikenakan Pengurangan Besaran TPP sebesar 5% (lima persen) per hari BAB VII CARA MENGHITUNG NILAI Pasal 29 Penghitungan besaran nilai TPP yang diterima merupakan nilai bersih sebelum pajak yang diterima setiap PNS sebagai hasil penghitungan nilai TPP setelah dikurangi dengan : a, Pengurangan aspek produktifitas kerja; b. Pengurangan aspek disiplin kerja; dan/atau c. Pengurangan hukuman disiplin dan menambah hari cuti bersama. Pasal 30 (1) Nilai TPP produktifitas kerja setiap bulan diperoleh dengan rumus sebagai berikut : a. total persentase hasil produktifitas kerja 1 (satu) bulan dibagi jumlah Hari Kerja sama dengan kategori capaian kinerja proses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2); dan b. persentase capaian kinerja proses sebagaimana dimaksud pada huruf a dikali TPP produktifitas kerja. (2) Nilai TPP disiplin kerja setiap bulan diperoleh dengan rumus : a. Total persentase aspek disiplin kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 23 dikali dengan Nilai TPP disiplin kerja; dan b. TPP disiplin kerja kurang hasil perhitungan sebagaimana dimaksud pada hurufa. (3) Penghitungan Nilai TPP Produktifitas Kerja dan Disiplin Kerja tercantum dalam Lampiran Il yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 31 Rumus perhitungan besaran TPP yang diterima PNS sebelum pajak sebagai berikut: TPP = {(Persentase Disiplin Kerja + Persentase Produktivitas kerja) - (presentase pemotongan ) x Nilai TPP} + TPP Tambahan Pasal 32 Nilai pengurang hukuman disiplin dan menambah hari cuti Bersama diperoleh dengan mengalikan jumlah persentase pengurangan dengan Besaran TPP. Pasal 33 Jumlah Pengurangan TPP paling tin, 100 % (seratus persen). Pasal 34 Rekapitulasi Penerimaan TPP yang diterima PNS setiap bulan tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati () (3) Q) (2) (3) (1) (2) (3) (4) BAB VII HARI KERJA DAN JAM KERJA Pasal 35 Hari kerja PNS yakni Hari Senin sampai dengan Hari Jumat, kecuali PNS yang bekerja pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum. Hari kerja PNS yang bekerja pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum yakni hari Senin sampai dengan Hari Minggu. Jam Kerja PNS yang bekerja di Pelayanan Kesehatan (Rawat Inap/Tindakan Medis) diatur dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah. Pasal 36 Jam Kerja PNS, kecuali pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum sebagai berikut : a. Hari Senin sampai dengan Hari Kamis Jam 07.45 sampai dengan Jam 16.00; dan b. Hari Jumat jam 07.30 sampai dengan jam 16.30. Jam istirahat PNS, kecuali PNS pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum sebagai berikut : a. Hari Senin sampai dengan Hari Kamis Jam 12.00 sampai dengan Jam 13.00; dan b. Hari Jumat jam 11.30 sampai dengan jam 13.30. Jam Kerja PNS pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah mengacu pada Jam Kerja per minggu. Pasal 37 Setiap PNS wajib melakukan rekam kehadiran secara elektronik paling kurang 2 (dua) kali setiap hari kerja. Waktu rekam kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yakni : a. Pagi pada Hari Senin-Kamis jam 06.00 wita sampai dengan 11.00 wita; dan Jumat jam 06.00 Wita sampai dengan 10.45. b. Sore pada hari senin sampai hari kamis jam 16.00 wita sampai dengan 18.00 wita, hari jumat jam 16.30 wita sampai dengan jam 18.00 wita. Rekam Kehadiran secara manual dilakukan untuk apel pagi, apel sore, kerja bakti/senam dan upacara pada hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22. Dalam hal kondisi tempat kerja suatu Unit Perangkat Daerah terpisah dari Kantor Induk dari Perangkat Daerah yakni pada Dinas Pendidikan, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Pertanian, serta UPTD/UPTD Kesehatan maka absen kehadiran dapat dilakukan secara manual paling kurang 2 (dua) kali setiap hari kerja yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Perangkat Daerah. 6) Q) (2) (3) Q) (2) (3) a) (3) (4) Format daftar hadir secara manual tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 38 Presensi apel pagi, apel sore, kerja bakti/senam dan upacara pada hari kerja dilakukan ditempat pelaksanaan apel pagi, apel sore, kerja bakti/senam dan upacara. Jadwal waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau menandatangani daftar hadir secara manual pada bulan puasa ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Jadwal Waktu melakukan rekam kehadiran secara elektronik atau menandatangani daftar hadir secara manual pada Perangkat Daerah Pelayanan Umum ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah masing-masing. BAB IX PELAPORAN PRODUKTIFITAS KERJA Pasal 39 Setiap PNS yang berhak menerima TPP wajib membuat laporan produktifitas kerja setiap hari dan menyampaikan kepada atasan langsung yang diinput melalui aplikasi E-Kinerja. 7 Dalam hal penggunaan aplikasi E-Kinerja belum digunakan maka laporan produktifitas kerja dibuat dan dilaporkan secara manual. Laporan produktifitas kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan pelaksanaan produktifitas kerja untuk waktu paling kurang 5 (lima) jam per Hari. Pasal 40 Laporan produktifitas kerja dinilai oleh atasan langsung secara berjenjang sebagai berikut: a. PNS Jabatan Pelaksana selain Jabatan Fungsional dinilai oleh Pejabat Pengawas; b. Pejabat Pengawas dinilai oleh Pejabat Administrator; c. Pejabat Administrator dinilai oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama; dan d. Kepala Perangkat Daerah, Asisten dan Staf Abli dinilai oleh Sekretaris Daerah dinilai oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Dalam hal Pejabat Pembina Kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berhalangan maka diberikan kewenangan kepada pejabat yang berwenang untuk menilai Laporan Produktifitas Kerja dari Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama. Laporan produktifitas kerja Jabatan Fungsional berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kepala Perangkat Daerah atau Koordinator Jabatan Fungsional menilai Jabatan Fungsional lainnya; dan b. Kepala Perangkat Daerah menilai Koordinator Jabatan Fungsional. Penilaian atas kinerja pelaksanaan tugas dalam Produktifitas Kerja dinilai berdasarkan kuantitas waktu, kualitas dan pencapaian target harian serta (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Q) (2) kesesuaian antara kegiatan tugas jabatan/kinerja proses bulanan dengan uraian kinerja proses harian. BAB X PEMBAYARAN TPP Bagian Kesatu Pemberian TPP untuk PNS Pasal 41 ‘Terhadap PNS yang mengalami mutasi ke Perangkat Daerah/Unit Kerja lain dibawah tanggal 15, maka pemberian TPP Pegawai dibebankan pada Perangkat Daerah/Unit Kerja tempat bertugas yang baru, dengan memperhatikan ketersediaan anggaran pada Perangkat Daerah/Unit Kerja dimaksud. Apabila PNS yang mengalami mutasi ke Perangkat Daerah/Unit Kerja lain dalam pelaksanaan tugasnya lebih banyak di Perangkat Daerah/Unit Kerja yang lama (Perangkat Daerah/Unit Kerja sebelum mutasi) pada bulan berkenaan, maka pemberian TPP dibebankan pada Perangkat Daerah/Unit Kerja yang lama (Perangkat Daerah/Unit Kerja sebelum mutasi). Apabila pada Perangkat Daerah/Unit Kerja tempat bertugas yang baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran, maka pemberian TPP dibebankan pada Perangkat Daerah/Unit Kerja tempat bertugas yang lama sampai tersedianya alokasi anggaran di Perangkat Daerah/Unit Kerja tempat bertugas yang baru. PNS Pindahan diberikan TPP berdasarkan kriteria Beban Kerja dan/atau prestasi kerja apabila: a. gaji PNS yang bersangkutan telah dibayarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; b. dibuktikan dengan surat pernyataan melaksanakan tugas yang ditandatangani oleh Kepala Perangkat Daerah; dan c. telah memenuhi jangka waktu mengabdi selama 3 (tiga) tahun pada Pemerintah Kabupaten. Bagi PNS Pindahan yang telah dilantik dalam jabatan struktural diberikan TPP apabila telah mengabdi pada Pemerintah Kabupaten Banggai selama 3 (tiga) tahun. PNS yang beralih ke Fungsional pemberian TPP dibuktikan dan terhitung sejak tanggal surat pernyataan melaksanakan tugas yang ditandatangani oleh Kepala Perangkat Daerah. Bagi PNS Fungsional Guru yang beralih ke jabatan Pelaksana pemberian TPP diberikan pada tahun berikutnya. Bagian Kedua Pemberian TPP untuk Plt, Plh dan Pj Kepala Desa Pasal 42 PNS yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (PIt.) atau Pelaksana Harian (PIh.) diberikan tambahan TPP, yang menjabat dalam jangka waktu paling singkat 1 (satu) bulan kelender. Tambahan TPP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yaitu: 3) (1) (2) (3) a. pejabat atasan langsung atau atasan tidak langsung yang merangkap sebagai Plt. atau Ph. atau penjabat menerima tambahan TPP, ditambah 20% (dua puluh persen) dari TPP dalam Jabatan sebagai Pit. atau Plh. atau penjabat pada Jabatan yang dirangkapnya yang pembebanan anggarannya pada Perangkat Daerah yang dirangkapnya; b. pejabat setingkat yang merangkap Plt. atau Plh. Atau penjabat Jabatan lain menerima TPP yang lebih tinggi, ditambah 20% (dua puluh persen) dari TPP PNS yang lebih rendah pada Jabatan Definitif atau Jabatan yang dirangkapnya yang pembebanan anggarannya pada Perangkat Daerah yang dirangkapnya; c. pejabat satu tingkat di bawah pejabat definitif yang merangkap sebagai Plt. atau Pih, atau penjabat hanya menerima TPP pada Jabatan TPP PNS yang tertinggi yang pembebanan anggarannya pada Perangkat Daerah yang dirangkapnya; d. pejabat yang merangkap sebagai Pj Kepala Desa menerima TPP sesuai besaran basic TPP, ditambah tunjangan Kepala Desa; dan e. TPP tambahan bagi Pegawai yang merangkap sebagai Pit, Plh dan/atau Pj kepala desa dibayarkan terhitung mulai tanggal menjabat sebagai Plt. atau Ph, atau penjabat. PNS yang ditunjuk sebagai Pj Kepala Desa menerima TPP sesuai besaran basic TPP, ditambah tunjangan Kepala Desa. Bagian Ketiga Persyaratan Pencairan TPP Pasal 43 Pencairan TPP PNS dilaksanakan setelah mendapatkan Surat Rekomendasi dari Sekretaris Kabupaten Banggai. Persyaratan Administrasi Yang wajib dipenuhi Perangkat Daerah untuk mendapatkan Surat Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Laporan Pelaksanaan dan Reviu Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja pada Aplikasi E-ANJAB & E-ABK Sistem Informasi Monitoring dan Pelaksanaan Anggaran (Simona) KEMENDAGRI dan Evaluasi Jabatan pada aplikasi Sistem Hasil Evaluasi Jabatan (Sihebat) KEMENPAN RB; b. Surat Keterangan Pelaporan LHKPN dan LHKASN dari Inspektorat Daerah Kabupaten Banggai; c. Surat Keputusan Kepala Perangkat Daerah terkait Besaran TPP PNS; dan d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran atas Kebenaran Data terkait Rekapan Pembuatan Laporan Harian Produktifitas Kinerja PNS sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Persyaratan pencairan TPP PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c dan huruf d di Verifikasi oleh perangkat daerah dan di Validasi oleh Bagian Organisasi Sekretariat Daerah. Pasal 44 Bagi PNS yang memiliki temuan untuk mengembalikan Kerugian Daerah atau Kerugian Negara oleh Pemeriksa dari Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten dilakukan Pemotongan untuk melunasi nilai temuan sebesar 15% setiap bulan dari total nilai TPP. Bagian Keempat Mekanisme Pembayaran TPP Pasal 45 (1) TPP dibayarkan sebanyak 12 (dua belas) bulan. (2) Dalam hal persediaan dana tidak mencukupi, TPP dibayarkan di bawah jumlah 12 (dua belas) bulan. Pasal 46 (1) Permintaan pembayaran TPP diajukan pada bulan berikutnya paling lambat tanggal 15 (lima belas), kecuali untuk bulan Desember diajukan dalam bulan berjalan. (2) Pembayaran TPP dilakukan dengan mekanisme pembayaran Non Tunai. (3) Pembayaran Non Tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada rekening Bank yang ditunjuk. (4) Penatausahaan dan pertanggungjawaban TPP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (8) Pembayaran TPP dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang dihitung berdasarkan peraturan perundang-undangan. BAB XI PEMBIAYAAN Pasal 47 TPP dilaksanakan dalam batas anggaran sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran pada masing-masing Perangkat Daerah _berikut perubahannya. Pasal 48 Pemberian TPP dibebankan pada APBD Kabupaten Banggai. BAB XII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 49 (1) Kepala Perangkat Daerah dan Unit Perangkat Daerah wajib melaksanakan pengendalian, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas PNS di lingkungan kerjanya masing-masing. (2) Kepala Perangkat Daerah dan Unit Perangkat Daerah dalam melaksanakan pengendalian, pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan pemberian sanksi. (3) Selain pemberian sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PNS juga dikenakan sanksi berupa pengurangan TPP menurut Peraturan Bupati ini, BAB XIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal SO TPP PNS diberikan kepada pejabat dan pegawai Inspektorat Daerah lebih besar dari perangkat daerah lain dan lebih kecil dari Sekretariat Daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Q) (2) Q) (6) (7) (3) Pasal 51 Bagi PNS yang meninggal dunia pada bulan berkenaan tetap diberikan TPP sebesar 100% tanpa memperhatikan aspek produktifitas kerja dan disiplin kerja dibuktikan dengan surat keterangan kematian. TPP bagi PNS yang meninggal dunia diberikan dan diterima oleh ahli waris dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 52 Bagi PNS yang bertugas melakukan Pelayanan Kesehatan yang menerima Kapitasi kurang dari nilai TPP yang tercantum maka diberikan TPP sebesar 60% yang meliputi : a. aspek disiplin kerja yaitu 40%; dan b. aspek produktifitas kerja sebesar 20%. Bagi PNS yang bertugas melakukan Pelayanan Kesehatan yang menerima Kapitasi lebih besar dari nilai TPP maka diberikan TPP sebesar aspek disiplin kerja yaitu 40%. Bagi PNS yang menerima Kapitasi sama besar dengan nilai TPP maka diberikan TPP sebesar 50%. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 53 Penetapan kelas Jabatan Fungsional sebagai akibat dari Penyetaraan Jabatan Administrasi Ke dalam Jabatan Fungsional yang diduduki disetarakan dengan kelas jabatan Administrasi yang diduduki sebelumnya sampai dengan ditetapkannya ketentuan Penghasilan penyetaraan Jabatan. Dalam hal Jabatan Fungsional yang diduduki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kelas jabatan yang lebih tinggi maka kelas jabatan fungsional penyetaraan jabatan mengikuti kelas jabatan administrasi yang diduduki sebelumnya. Dalam hal Jabatan Fungsional yang diduduki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki kelas jabatan yang lebih rendah maka kelas jabatan fungsional penyetaraan jabatan mengikuti kelas jabatan administrasi yang diduduki sebelumnya BAB XV KETENTUAN PENUTUP. Pasal 54 Jangka waktu pemberian TPP yang diatur dalam Peraturan Bupati ini berdasarkan jangka waktu berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Banggai tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banggai. Pasal 55 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku : 1. Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten Banggai Tahun 2020 Nomor 2502), 2. Peraturan Bupati Banggai Nomor 20 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten Banggai Tahun 2020 Nomor 2520), 3. Peraturan Bupati Banggai Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun 2020 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kabupaten Banggai Tahun 2021 Nomor 2560), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 56 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Banggai Ditetapkan di Luwuk Diundangkan di Luwuk pada tanggal SEKRETARIS KABUPATEN BANGGAI, _BERITA DAERAH KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2022 NOMOR 2619 = 'NVYOdWT LYNEWAW ONVA —— ———-— — — = 1 | | | | é @ I Z 9 ¢ v é z t| Ty SeBAL oo | wmverwon | | ai eoy a eae uebuessjey | JMAW IRIN | HEPILNEIE ELE) oui cebn eebece eto uerein eheup /ueieqer | ON YNSeW HEPLL oem | sebn] wesuEsIeIeg eeu seBn1 verein “ueueH Ses0ig eLeuly IISeH _ _ ye66ue yey (11 uojosg /eureyerg |23uyy, weurdurg 3eqefog snsnyy) VPda SVLIAILMNGONd NVIVTINGd NVO NVYOdVT HVAGVC HVLNISANGd NVONAMONTT Id ‘IidIS IWADAN IVMVOGd NVIISVHONGd NVHVENVL ONVINGL NOHVL ¢OWON IVOONV LLvdnd NVaNLvaad eT NVUIdNVT Suns6ue7 uesery Ueeder Buns6ue7 uesery EWEN, ueweqer eweN LAMPIRAN I.b PERATURAN BUPATI BANGGAI NOMOR —_‘TAHUN TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH REKAPITULASI PENILAIAN PRODUKTIVITAS KERJA Nama Jabatan NO. HARITANGGAL WAKTU KERJA NILAI AKHIR PRODUKTIF (%) iE (MENIT) ass 2 3 Tze NILAI CAPAIAN KINERJA ATASAN PEJABAT PENILAI, ir. H. AMIRUDIN an aN dVHONST WYN dVHONST VAN 'NVOd V7 LYNEW3W ONVA ‘WINAd Lvawrad i é t a z a [ e ? [ = z i (a) sen (%) (%) ueyeuesyeioy =m elioury jsey ape | ueueing s2scid | ueBueveiey | JU yep mere 89% | sc sesny uerein elieuny/ueeqer | ON NSE HEPLL MK [ sebnueeuesyeeg bau Csi eres UEUEH SO80Id eheuy ISH | je66uey yer Suns6ue7 ueseyy ueVeqer Buns6ue} ueseyy EWEN ueveger an/eweN Vrad SVLIALLHNGOd NVIVIINGd Nvd Nvaodv1 HVYaVC HVLNIN@WGd NVONOMONTT Id ‘TidIS HADEN IVMVOdd NVISVHONGd NVHVEWVL ONVINGL NOHVL = 4YOWON IVODNVE MLWdNd NVANLVEad o'T NVAIdINV'T nied deBBuetp Buek eXuue| ueyee9 1s “Buesny uobeyey yN}UN % SZ "P neye'Buepas uoBa}ey ymjun 9% 0G “O dnyino uoBayey yMIUN % SZ“ eq JoBeyey yNWUN % OOL "E anyuag reBeges ‘(2) yeke Z| jesed uenjUs}ey lenses ledeoIp JeJUE |SIOAUO} jISeY ISejUASIAd UECUEP ISIIP EYE g WojOy IeIlU YEIEPE g WOIOY IS! EXIF Z Wojoy Neye g Wojoy ‘g WojOy lejlU NeWeye Ise\UAsald UEBLEy ‘se6n) ueyeuesyejo yepy ejeAu Bied95 Ide}9} elley ynsewW nee efiay yNSeW HEPH SNe BUGEdE % 0 Jen| Seulp seBn} UEYEUESYEIEW SNa ElIGede % COL ISG (y wojoy) eioy seyAnynpoud eouny Ueteun Uep (z Wojoy) UeJeqe! seGn} UEVEIGay eNeIUe UeIeNsesey “O neye ‘uevey jo61e) UeFedeouad Uep seweny) “a (€ wio}oy) npjem semueny “e yetepe rejlued yeqeled yajo ueyvaqip Guek elsey seynpinpoud 1ewu eAUIBBuR neye Yepual UEYMUEUEH (L)2eKe 21 jesed Uenquayoy lenses sesoid effeuny J}exIpul UeIedeD lenses % OOL - % 0 UeIepe ell BuelUal “y Wojoy eped elleury ysey UerE}Ud lenses ellay SeNAMYNPOId BLeUpy Isesijeo4 !SejUASIed UEGUEP IS!Iq eliay seyarpinpoid eliouny se6n} ueyein-uelesn UeBud} efreup, uey denies efiay seuamnpoid elieurj UeeUeSyejad MEM SIG Gued Jeu yoBe}ey sseUesied UeBUAp g Wojoy eped Ie) Bujsew-Bulsew isBuny neye/uep se6n} uebuep lenses temeGed eliay UeJeses We|ep LunjUeDIe} BueA lenses Ueyege! seBn} UEye/6ey UeBUAp ISI sejer dyna, 6 wojoy Wojoy} ZL Wojo4 19 WOIOy g Wojoy, Wo|oy, € Wojoy, Nd Z wojoy, 1 wojoy ¥NVISIONGd NVONVUGLaH an dVHONST VAN “WINad Lvavrad Zz 9 I $ & z veyueg tp Bue A IeIN ehiey SeWIINPO weve efeury ueteln uep e6se| UeIedoue, usjeqer se6ny uejeBey | ey cement euejuy uelensesey, mid ApeM SeyUENy seGn, uerein, SNd NVLVGVE NVIVIINGd NVUOdvT HVYaVC HVLNINGWGd NVONNXONTT IG ‘dS IWADAN IWMVOGd NVTISVHONGd NVHVENWL ONVINGL NOHVL — YOWON IVDDNVE LLVdNd NVANLWAGd PT NVUIdNVT je66ueyuey | “oN requed yeqeleg ueweaer din, ewe a ot st] al oe | ail o | 6 8 Z 9 $ y fe z ‘ (%S'D) | oreyy | yy | % : 19) | (68°) | (%8'r) | (%68'») ueiode vetuciroueg | Deuasae, (4S) BR | be | FO | Cus 0) "yes. | emt | ox me 1eI0L ypyuejnd |__06 < “She yep, | (Uzi | seuig | ynsew SEIPINPOIS | ueqer| . JIN | on yedeg, eley ynsey yequieveL ‘ang | se6ny | yeplL yewunp | jdey6ue7 a — Ss | ewe! __ (%0¥) Bey unidisid dd __| (%09) seymINPOld dd | N | VPaau NITdISIC NVC SVLISILHNGONd ddl IVTIN NVONALIHONGd HVYGVC HVLNISGNGd NVONNONTT Id ‘TidIS IMBOAN IWMVOdd NVTISVHONGd NVHVENVL ONVINGL NOHVL aNOWON IVOONV ILVdnd NVANLvaad IL NVaId VT (g1 wojoy) efey udisip ueBuesnBued — (eLay uljdisip 1e}1U) % Op = ebay UNdIsIp leu ISI : 2} Wo|Oy (eliex undisip 1eyu) %Ov x {(pL) Wooy+(EL) WO|Oy}+(ZL) WoIor4+(LL) WOJOr{+(0L) WOIO>i+(6) WOIOy1+(B) WO|o>+(z) WO|Oy+(9) WO|Oy)} + snwns ue6uep ‘elsey uldisip ueBueInBued Iseuasaid Yeu 91 Wojoyl $'L x uBing | wejep alos uasqe yepry6ueind yedeo wey Ye|WNr UeBUAP ISI : S| WoIOy S'p X ueing | weep WuEW O6< Jequeya} WEY YejNe UeBUEp: 2 yl Wojoy $' X ueing | Wejep yuaws 06-09< YeqWe}ia} UeY Ye|wINr ueBLE| £1 Wojoy $@'| x ueing | welep yuew 09-08< Jeqweye} wey Yeluin? UebLey ZL Wojo>4 1X uping | wejep wuaw o¢-S1-< Feqweye} vey YeWNe UeBuEy LL ojo $'0X UeIng | WeJep yaw 1-1 equIeLE} UeY Ye|UINe UeBUEp I 01, wojo $'0X ueing | wejep nfeq ellex/eseoednyiede iny) yepn YelUNe UeBUEy 6 WOIOy4 $'p X UBINg | WeJep Wyes ‘UrZ! "No WEY Ye|WNr UeBUEP 8 WO|Oy4 S'p x ueing | Weep Jen| seulp se6n} ueY YejuINe UEBUEP I L Wojoy4 s'p X Ueing | Wejep efiey Ynsew yepy VEY YeIWNE UeBUEP ISI : 9 WOIOy ueing | eliey yey yeuine (seqpinpoud teu) %09 x TF WOTOH) VEIN T eLSy SENDING i x § wojoy (ueiode| tenses) ueing | ebey seqipinpoud rey Iseyuaseud equ y wojoyt uejegel ewe | € Wo|oy iN uep deyBuej eweu isi : zwojoy) sejer dming : | wojoy4 TNVISIONGd NVDNVaaLaH NV€VMTONAd VYVHVONSe HVYAVG LYMONVYSd Vivda ¥ er Zz oo or 6 z Z 3 ¥ Rae t CC (%) (~) (%) eos) (ey) | 4 ed ha ha (6 %) oy s || jaan wsiea | iz | Goioy) eae SSL EIN, | yn uydisig seyapinpolg| ddl (| -ueveqer | jdey6ueq | oN ddl | Udd | ddl TeIo | HeqWeUeW | ueWN!N IN ueiesog ewen, = I a N ‘| wemg aa vorey NVINGUGd SNd VWIYALIG ONVA (ddl) NVTISVHONGd NVHVENVL NVVWISENGd ISVINLIdVES HVS@Vd HVLNINGWGd NVONNYONTT I TldIS SHON IWMVDGd NVTISVHONGd NVHVENVL ONVINGL NOHVL = 4OWON IVDONVG ILVdNd NVUNLWAGd IL NVAId INV sejer dnyng (24 Wojox) Udd ~ (1+ WOIO) ddl = (dy) ISIPB ddd ue6uepun-Suepuniad ueimelad Uen|ue}ay /eNses Ydid UEBUEP ISIC ueYyeqUies ddl + (ddl UBIES® X dd !eIu ISejUeseud [E}01) = (dy) del !EIIN ueyequiel do (dy) lel ueuep (ano yequevaw) — (uidisip uewnyny) — (ef4ey UdISIp IBIN + ele SeyINNpOLd ‘shuunu ueGUap ‘de !eIlU (e101, ueBuep Zz jesed uenquayey lensas no Yequieuau uebuojowied isejuasaid ueGuep 9 tesed uenquayay jenses uldisip uewnjny UeBUojoWed jsejuesaid UeBYEP elioy uijdisip 1eju isewesesd yeni uebue efiey sewipnpoud reju iseyuaseud ye|win! UeGUEP ueyegel lejlu tenses dqj Ueieseq ueyegel eweu IN uep deyBue| eweu sejer dnyn YL Wojoy, EL Wojoy ZL wojoy, LL Wojoy, O} wojoy 6 Wojoy g Wojoy L wojoy 9 Wo|Oy g WO|Oy ‘y WO}Oy € WO|Oy Z wiojoy, | Wojoy, TNVISIONGd NVONVUGLaH HVY3VG LVMONVYSd Vivds4 8 {| Z 9 3 ¥ £ z Lt seled uesay wer uebuelsjay seed uasqy wer 340s lovd | | | gOS Tadv NVd IDVd Tddv MIGVH AvVLiva HVYaAVC HVLNINGNGd NVONAYONIT I UdIS IWAOAN IVAAVOGd NVTISVHONGd NVHVENVL ONVINGL NOHVL = 4YOWON IVOONVE LLWdNd NVUNLWaad AL NVAIdNV'T GMOS Tad NV IOVd THdV TVANVW MIGVH AVLAvd LYAHOS dd euren peaBueL/eH HV€aVO LYMONVYAd Vivd34 Z 9 g v £ z ueBueieye (jesed) wwyNas Geied) Live wruat (ese) vavovdn cee dIN / dey6ue7 ewen oN WVNGS/ILMVd VWraad/VaVOVdN MIGVH AVLIva da euren peasueL/HeH WVNGS/ILHV@ VPaaH/VAVOVdN TVANVW MIGVH AVLIvd LVWaOd ‘I LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI BANGGAI NOMOR ~—TAHUN TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KOP PERANGKAT DAERAH SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIP Pangkat/Golongan Jabatan Bahwa Saya menjamin kebenaran dan betanggung jawab penuh atas Rekapan Pembuatan Laporan Harian Produktifitas Kinerja PNS pada......... (di isi nama perangkat) dan Surat Keputusan Kepala Perangkat Daerah tentang Besaran TPP PNS. Apabila dikemudian hari Rekapan Pembuatan Laporan Harian Produktifitas Kinerja PNS pada......... (di isi nama perangkat) dan Surat Keputusan Kepala Perangkat Daerah tentang Besaran TPP PNS tidak benar, maka saya siap bertanggung jawab dan diberikan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan sehingga dokumen yang diterbitkan sebagai kelengkapan dari surat penyataan ini menjadi tidak sah. Demikian Surat Pernyataan Tanggunga Jawab Mutlak ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Luwuk, Kepala Perangkat Daerah Materai 10.000 Nama Jelas NIP Pangkat/Golongan DAFTAR REKAPAN PEMBUATAN LAPORAN HARIAN PRODUKTIFITAS KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA. ‘Nama Perangkat Daerah) BULAN ........ TAHUN 2022 KELAS, KET JABATAN NO NAMA/NIP/PANGKAT/GOL Luwuk, Kepala Perangkat Daerah Nama Jelas NIP Pangkat /Golongan

Anda mungkin juga menyukai